138897241 00 Metodologi Rtbl Koridor Docx

download 138897241 00 Metodologi Rtbl Koridor Docx

of 57

Transcript of 138897241 00 Metodologi Rtbl Koridor Docx

  • IV - 1

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    Bab ini secara khusus akan membahas metodologi yang akan digunakan dalam penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah AGung. Bab ini akan memaparkan secara rinci tentang pendekatan, metode pengumpulan data dan metode analisis. Metode analisis akan meliputi metode analisis tautan tapak (context analysis), daya dukung dan daya tampung ruang, identifikasi komponen perancangan, analisis hubungan fungsional.

    4.1 Pendekatan

    Secara umum pendekatan dalam kegiatan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan

    Lingkungan (RTBL) Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung ini mengacu pada Peraturan Menteri

    Pekerjaan Umum No.6 Tahun 2007 Tentang Pedoman umum Rencana Tata Bangunan dan

    Lingkungan. Sistem kerangka kerja kegiatan ini dibangun atas dua gugus pendekatan perencanan

    yang saling melengkapi yaitu (1) pendekatan Bottom up planning dan (2) Top Down Planning

    sebagai berikut :

    Bottom Up Planning

    Pendekatan Bottom up planning yang akan dilakukan dalam penyusunan RTBL ini meliputi

    :

    IV. Metodologi

  • IV - 2

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    Pendekatan Kontekstual (tautan tapak)

    RTBL sebagai panduan rancang kota (urban-design guidelines/ UDGL) memberikan

    implikasi pada kebutuhan pemahaman lapangan (konteks) secara cermat. Pendekatan

    kontekstual (Context Analysis) dimana Kawasan perencanaan dipandang sebagai jaringan

    aktif dan dinamis yang dapat dipengaruhi oleh kondisi sekitarnya.

    Pendekatan ini meliputi kontekstual tapak meliputi (1) tautan lokasi dalam tata wilayah, (2)

    ketinggian tempat, (3) kemiringan, (4) litologi, (5) jenis tanah, (6) hidrologi,

    (7) iklim, (8) vegetasi (9) zona rawan bencana. Dilanjutkan dengan kontektual

    terhadap variabel komponen perancangan meliputi (1) penggunaan lahan, (2) tata massa

    bangunan, (3) ruang terbuka hijau, (4) sirkulasi dan parkir, (5) pedestrian, (6) pendukung

    aktivitas, (7) tata informasi dan (8) preservasi dan konservasi.

    Pendekatan Morfologi (bentukan fisik)

    Karena kawasan ini telah terbentuk dari sekumpulan bangunan dan ruang maka

    perancangan tata bangunan dan lingkungan di masa yang akan datang perlu

    memperhatikan kesesuaian dengan potensi-potensi bentukan fisik yang sudah ada

    sebelumnya.

    Pendekatan morfologi ini meliputi rangkaian analisis (1) figure/ground, (2) linkage dan (3)

    place. Analisis figure/ground mengidentifikasikan (1) pola, (2) tekstur kawasan (3) tipologi

    massa dan (4) tipologi ruang. Analisis linkage meliputi (1) linkage visual, (2) linkage

    struktural dan (3) linkage kolektif. Analisis place mengidentifikasikan makna tempat dalam

    kaitan estetika ciri historis dalam arsitektur bangunan dan lingkungan yang dapat

    meningkatkan citra Kota Balik Papan.

  • IV - 3

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    Gambar 4.1 Bagan Metodologi Pelaksanaan RTBL Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

  • IV - 4

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    Pendekatan Peran Serta Stakeholder

    Dalam pelaksanaannya, RTBL merupakan rencana aksi/kegiatan komunitas (community-

    action plan/CAP) dan rencana penataan lingkungan (neighbourhood-development

    plan/NDP). Oleh karena itu RTBL Kawasan Rawan Bencana ini diharapkan dapat memuat

    program yang produktif, relevan dan memiliki tingkat operasional tinggi untuk dilaksanakan

    dan memiliki nilai-nilai aspiratif sehingga dapat menjadi panduan berbagai pihak terkait.

    Pendekatan yang perlu dilakukan adalah peran serta stakeholder.

    Top Down Up Planning

    Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) harus memiliki keterpaduan dengan

    rencana-rencana terkait, Oleh akrena itu dalam penyusunannya perlu adanya upaya

    penjabaran kebijaksanaan tata ruang dan sektoral.

    Tahap Persiapan dan Survei

    1.1 PERSIAPAN DASAR

    Melakukan persiapan penyusunan RTBL yang meliputi kegiatan koordinasi tim, penyusunan metodologi pelaksanaan penyusunan dan persiapan perlengkapan dasar survei.

  • IV - 5

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    TUJUAN Terkoordinasinya kegiatan penyusunan RTBL dari awal hingga akhir.

    Tersepakatinya metodologi penyusunan RTBL yang akan digunakan.

    Tersedianya perlengkapan dasar untuk kebutuhan survei serta

    mengetahui mobilisasi pelaksanaan survei pada kawasan

    perencanaan.

    Tersepakatinya jadwal pekerjaan dala penyusunan RTBL.

    METODE Diskusi Koordinasi Tim, Digitasi Peta

    LANGKAH Melakukan mobilisasi pelaksanaan survei dan koordinasi tim untuk

    penyamaan pemahaman lingkup tugas personil dalam penyusunan

    RTBL.

    Mempersiapkan peta dasar dengan skala minimal 1:3.000 yang siap

    digunakan sebagai dasar untuk kegiatan survei.

    Mempersiapkan rangcangan pengumpulan data dan informasi

    sesuai dengan kebutuhan penyusunan yang telah dirinci.

    OUTPUT Rencana kerja

    Metodologi pelaksanaan kegiatan

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan pertama

    1.1 (a) Output Lingkup

    Output Lingkup adalah......

    TUJUAN Menyusun rincian kegiatan dari

    kegiatan RTBL yang diharapkan

    METODE Diskusi dan menyusun Outline

    LANGKAH Menyiapkan pedoman RTBL

    Menyiapkan aturan teknis

    Menyiapkan studi-studi terkait

    OUTPUT Ide gagagasan

    Metodologi

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama

    bulan pertama

  • IV - 6

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    1.1 (b)

    Metodologi Menyusun tatacara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis untuk menyelesaikan masalah yang dibahas dengan menggunakan sumber data dan fasilitas yang ada

    TUJUAN Memandu penyusunan RTBL dengan

    kerangka berpikir yang ada.

    Memberikan arahan-arahan terhadap

    langkah-langkah yang akan ditempuh

    pada laporan-laporan selanjutnya..

    METODE Diskusi, Pembahasan Pedoman

    (Permen PU NO 6 Tahun 2007)

    LANGKAH Membuat metodologi dalam bentuk

    kerangka berpikir mencakup seluruh

    kegiatan dalam penyusunan RTBL..

    Memberikan penjelasan detail pada

    setiap tahap pada kerangka berpikir

    tersebut.

    OUTPUT Metodologi, Kerangka Berpikir

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama

    bulan pertama

    1.1 (c)

    Penyamaan Persepsi

    TUJUAN Mencapai pemahaman yang sama

    mengenai proses, prosedur, dan

    produk dari penyusunan RTBL

    METODE Diskusi

    LANGKAH Mengikuti sosialisasi pelaksanaan kegiata

    Koordinasi untuk merumuskan rencana

  • IV - 7

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    penyelesaian kegiatan.

    OUTPUT Kesamaan pemahaman mengenai

    proses, prosedur, dan produk dari

    penyusunan RTBL

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama

    bulan pertama

    1.1 (d)

    Jadwal Pekerjaan

    Pemberian waktu tempuh terhadap metodoloi yang telah disusun dari awal hingga akhir teahap penyusunan RTBL.

    TUJUAN Mengarahkan penyusunan dengan

    waktu-waktu tempuh yang telah

    ditentukan.

    Memberikan batas pengerjaan suatu

    tahapan dalam metodologi.

    METODE Diskusi.

    LANGKAH Menyepakati metodologi yang telah

    disusun sebelumnya.

    Menyesuaikan setiap tahapan dalam

    metodologi terhadap waktu tempuh

    yang diberikan.

    OUTPUT Terorgansirnya seluruh tahapan

    penyusunan RTBL dalam

    metodologidengan waktu tempuh.

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama

    bulan pertama

  • IV - 8

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    1.2 DESK STUDY

    Desk Study atau studi kepustakaan yaitu pengumpulan berbagai teori (panduan) atau studi-studi terdahulu yang dapat menjadi pedoman dalam penyusunan RTBL. Dalam kegiatan ini dilakukan juga pengkajian berbagai produk kebijakan.

    TUJUAN Mencari teori dan kebijakan lain yang terkait sebagai dasar berpijak.

    Melihat sejauh mana kebijakan lain sudah diterapkan.

    Melihat strategi/prosedur dan instrumen yang sudah berhasil

    dgunakan.

    METODE Pembahasan panduan penyusunan RTBL (Permen U No 6 Tahun

    2007)

    Pembahasan Kebijakan terkait (RTRW, RDTR)

  • IV - 9

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    LANGKAH Membahas kebijakan makro.

    Mereview RTRW.

    Membahas kebijakan sektoral.

    OUTPUT Studi Pustaka

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan pertama

    1.2 (a)

    Kebijakan Makro

    Kebijakan Makro adalah dokumen yang mempengaruhi terhadap kebijakan lokal/kawasan

    TUJUAN Melihat konstelasi regional terhadap

    kawasan

    METODE Telaah terhadap dokumen Makro

    LANGKAH Mengumpulkan dokumen yang terkait

    dengan kebijakan-kebijan makro

    OUTPUT Pengaruh kebijakan terhadap kawasan

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama

    bulan pertama

    1.2 (b)

    Review RTRW

    Review RTRW adalah melihat rencana-rencana/ kebijakan dalam RTRW

    TUJUAN Melihat knstelasi yang mempengaruh

    terhadap kawasan studi

    METODE Telaah terhadap dokumen

    LANGKAH

    OUTPUT Kebijakan-kebijakan

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama

    bulan pertama

  • IV - 10

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    1.2 (c)

    Kebijakan Sektoral

    Kebijakan Sektoral adalah kebijakan yang di turunkan dari masing-masing sektor

    TUJUAN Melihat pengaruh terhadap kebijakan

    kawasan

    METODE Telaah dokumen yang berkaitan dengan

    teori/refrensi yang ada

    LANGKAH Mengkaji dan menarik poitn-poitn yang

    berpengaruh terhadap dokumen

    OUTPUT Studi pustaka

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama

    bulan pertama

    1.2 (d)

    Kajian Teoritis Terkait

    Kajian Teoritis Terkait adalah kajian-kajian yang dapat di ambil untuk diterapkan dalam kawasan studi

    TUJUAN Untuk merumuskan ide/gagasan yang

    dapat diterapan bi kawasan studi

    berdasarkan teori-refrensi yang ada

    METODE Telaah dokumen

    LANGKAH Mengkaji teori/refrensi yang sesuai

    denganstudi

    OUTPUT Studi pustaka

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama

    bulan pertama

  • IV - 11

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    1.3 PRELIMINARY SURVEI

    Mengetahui kondisi la[angan secara umum sebelum pelaksanaan kegiatan survey.

    TUJUAN Memperoleh gambaran fisik lokasi perencanaan

    Memperoleh gambaran permukiman setempat

    METODE Visualisasi Lapangan, Identifikasi Masalah, dan Estimasi Kebutuhan

    Survei

    LANGKAH Memantau keadaan fisik lingkungan alamiah dan buatan

    Penilaian umum mengenai kehidupan lingkungannya

    OUTPUT Pokok-pokok yang dicakup dalam perencanaan

    Arahan yang kira-kira akan ditempuh

    Merupakan masukan bagi pembuatan proposal

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan pertama

  • IV - 12

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    1.3 (a)

    Visualisasi Lapangan

    TUJUAN Melihat kondisi real di kawasan studi

    untuk menerapkan ide/gagasan

    perancangan

    METODE Observasi/pengamatan lapangan

    LANGKAH Menyiapkan lembar observasi,

    menyiapkan alat dokumentasi

    OUTPUT Bentuk visual kawasan studi

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama

    bulan pertama

    1.3 (b)

    Identifikasi Masalah

    Pengenalan masalah atau inventarisir masalah yang terdapat pada kawasan perencanaan.

    TUJUAN Mengunkap sasaran yang ingin dicapai

    pada penyusuna RTBL.

    Mengetahui potensi, permasalahan,

    keempatan dan tantangan suatu

    kawasan perencanaan.

    METODE Diskusi

    LANGKAH Mengidentifikasi potensi, permasalahan,

    kesempatan dan tantangan.

    Mengidentifikasi gambaran kemampuan

    daya dukung fisik dan lingkungan serta

    kegiatan sosial ekonomi dan ekonomi

    yang telah berlangsung.

    OUTPUT Issue Permasalahan

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama

    bulan pertama

  • IV - 13

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    1.3 (c)

    Estimasi Kebutuhan

    Survei

    Memperkirakan segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk kegiatan survei setelah melakukan kegiatan pra survei.

    TUJUAN Untuk menlihat kebutuhan survey yang

    diperlukan agar studi bisa tercapai

    dengan yang diinginkan

    METODE Check List Data

    LANGKAH Menyiapkan lembar checklis data

    OUTPUT

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama

    bulan pertama

    1.4 ISUE PERMASALAHAN

  • IV - 14

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    TUJUAN

    METODE

    LANGKAH

    OUTPUT

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan pertama

    1.4 (a)

    Hipotesa dan Sintesis

    Awal

    TUJUAN Untuk menarik kesimpulan awal sebagai

    masukan dalam merumuskan ide

    perancangan

    METODE Observasi dan survey serta diskusi

    LANGKAH

    OUTPUT

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama

    bulan pertama

    1.4 (b)

    Deliniasi Awal

    Kawasan

    TUJUAN Untuk membatasi kawasan studi

  • IV - 15

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    METODE observasi

    LANGKAH

    OUTPUT

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama

    bulan

    1.5 PELAKSANAAN SURVEI

    Melakukan kegiatan survei dan pengumpulan data sesuai dengan kebutuhan yang telah dirinci sebelumnya.

  • IV - 16

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    TUJUAN Terinventarisasikannya data dan informasi mengenai kondisi

    eksisting sesuai dengan kebutuhan penyusunan RTBL.

    METODE Pengumpulan Data Primer dengan observasi lapangan

    Pengumpulan Data Sekunder

    LANGKAH Melakukan pengumpulan data primer untuk memahami dan

    mengetahui karakteristik kawasan perencanaan dalam berbagai

    aspek.

    Melakukan pengumpulan dokumen kondisi eksisting kawasan

    perencanaan melalui pengumpulan data sekunder dari berbagai

    sumber.

    OUTPUT Terpenuhinya seluruh kebutuhan data primer dan sekunder untuk

    penyusunan RTBL.

    DURASI 3 minggu terhitung dari minggu ketiga bulan pertama

    Survei Sekunder pengumpulan data yang didapat secara tidak langsung dari objek penelitian.

    TUJUAN Mengumpulkan data-data sekunder

    yang berupa data olahan yang

    memperlihatkan kondisi eksisting dari

    kawasan perencanaan.

    Melengkapi informasi yang tidak

    didapatkan dari pengumpulan data

    primer.

    METODE Survey Instansi, Studi Literatur, Penelusuran

    Web

    LANGKAH Mengumpulkan data-data yang sesuai

    dengan kebutuhan analisis.

    OUTPUT Data sekunder kondisi eksisting

    kawasan perencanaan.

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama

    bulan pertama

  • IV - 17

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    Observasi Lapangan tinjauan langsung ke tempat studi, dengan maksud agar

    mendapat gambaran secara langsung tentang objek penelitian.

    TUJUAN mendapatkan akurasi data secara tepat

    mengenai sejumlah kegiatan di lapangan

    diperlukan metode survey blok

    menyesuaikan data antara data sekunder

    dengan data pengamatan langsung di

    lapangan

    METODE

    LANGKAH

    OUTPUT Data primer

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama

    bulan pertama

    Tabulasi dan Kompilasi Data

    memilah serta mengkompilasi data yang telah diperoleh dari kegiatan survey sehingga data yang dilampirkan merupakan data yang berbobot pra-analisis

    TUJUAN Untuk mengumpulkan data-data awal

    kawasan

    METODE

    LANGKAH

    OUTPUT

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama

    bulan pertama

  • IV - 18

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    Tahap Analisis

    2.1 ANALISIS KAWASAN

    DAN WILAYAH PERENCANAAN

    Merupakan proses untuk mengidentifikasi, menganalisis, memetakan dan mengapresiasi konteks lingkungan dan nilai lokal dari kawasan perencanaan dan wilayah sekitarnya.

    TUJUAN Mendapatkan gambaran kemampuan daya dukung fisik dan

    lingkungan serta kegiatan sosial ekonomi dan kependudukan yang

    tengah berlangsung.

    Mendapatkan kerangka acuan perancangan kawasan yang memuat

    rencana pengembangan program bangunan dan lingkungan, serta

    dapat mengangkat nilai kearifan dan karakter khas lokal sesuai

    dengan spirit dan konteks kawasan perencanaan.

  • IV - 19

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    METODE Analisis Perkembangan Sosial-Kependudukan

    Analisis Prorpek Pertumbuhan Ekonomi

    Analisis Daya Dukung Fiik dan Lingkungan

    Analisis Apek Legal Konsolidasi Lahan Perencanaan

    Analisis Daya Dukung Prasarana dan Failitas Lingkungan

    Analisis Kajian Aspek Signifikansi Historis Kawasan

    Analisis SWOT

    LANGKAH Melakukan kajian dan analisis terhadap hasil pengamatan lapangan

    (survey data primer) dan memadukannya dengan hasil survey data

    sekunder untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi potensi dan

    permasalahan pada kawasan perencanaan baik secara fisik maupun

    non fisik;

    Menyusun matriks yang memuat potensi dan permasalahan yang

    terdapat pada kawasan perencanaan;

    Mentransformasikan matriks potensi dan permasalahan yang telah

    disusun kedalam bentuk peta spasial;

    Melakukan kajian analisis kawasan dan wilayah perencanaan

    mencakup indikasi program bangunan dan lingkungan yang dapat

    dikembangkan pada kawasan perencanaan;

    OUTPUT Indikasi program bangunan dan lingkungan

    Pertimbangan dan rekomendasi tentang indikasi potensi kegiatan

    pembangunan kawasan/lingkungan.

    DURASI 4 minggu terhitung dari minggu kedua pada bulan kedua

    2.1 (a) Analisis

    Perkembangan Sosial

    Kependudukan

    Gambaran kegiatan sosial-kependudukan, dengan memahami beberapa aspek, antara lain tingkat pertumbuhan penduduk, jumlah keluarga, kegiatan sosial penduduk, tradisi-budaya lokal, dan perkembangan yang ditentukan secara kultural-tradisional.

  • IV - 20

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    2.1 (b) Analisis Prospek

    Pertumbuhan Ekonomi

    Gambaran sektor pendorong perkembangan ekonomi, kegiatan usaha, prospek investasi pembangunan dan perkembangan penggunaan tanah, produktivitas kawasan, dan kemampuan pendanaan pemerintah daerah.

    2.1 (c) Analisis

    Daya Dukung Fisik

    dan LIngkungan

    Kemampuan fisik, lingkungan dan lahan potensial bagi pengembangan kawasan selanjutnya. Beberapa aspek yang harus dipahami antara lain: kondisi tata guna lahan, kondisi bentang alam kawasan, lokasi geografis, sumber daya air, status-nilai tanah, izin lokasi, dan kerawanan kawasan terhadap bencana alam.

    1. Analisis Topografi

    Analisis bentuk dasar permukaan tanah atau struktur topografi suatu tapak

    merupakan sumber daya yang sangat mempengaruhi lokasi. Pemahaman lengkap

    terhadap struktur topografi tidak hanya memberi petunjuk terhadap pemilihan rute

    lintasan tetapi juga menyatakan susunan keruangan dari tapak dan kestabilan pondasi.

    Area Function Slope in percent

    Max Min

    Streets and drives

    5% 1%

    8% .05%

    Ramps

    10% 15%

    1% NA

  • IV - 21

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    Area Function Slope in percent

    Max Min

    Walkways approaches and entrances

    4% 1%

    5% 0.5%

    Services area and Collector walks

    8% 0.5%

    10% 0.5%

    Terrace and sitting area

    2% 1%

    2% 0.5%

    Lawn area and playground

    3% 2%

    4% 0.5%

    Swales

    10% 1%

    Grassed banks

    33% (3:1)

    NA

    25% (4:1)

    NA

    Planted banks (unmoved vines or ground cover)s

    50% NA

    2:1 NA

    2. Analisis Tata Guna Lahan

    Analisis tata guna lahan

    dilakukan dengan menggunakan hasil

    survey blok peruntukan lahan

    teperinci setiap kavling bangunan.

    Telaah terbentuk cluter-cluster pola

    penggunaan lahan menurut

    hubungan fungsional fungsi dominan

    maupun peruntukam yang telah

    diarahkan menurut rencana tata

    ruang. Berikut adalah ketentuan-

    ketentuan analisis hunungan

    fungsional pemanfaatan ruang untuk

    setiap penggunaan lahan

    menunjukkan boleh tidaknya sebuah

    kegiatan dikembangkan dalam

    sebuah klasifikasi penggunaan

    lahanBoleh tidaknya pemanfaatan

    ruang untuk sebuah hirarki

    peruntukan tanah ditunjukkan

    dengan 4 indikator, seperti yang

    ditunjukkan pada tabel berikut.

    Simbol Deskripsi

    I

    Pemanfaatan diizinkan, karena sesuai dengan peruntukan tanahnya, yang berarti tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah kabupaten.

  • IV - 22

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    T

    Pemanfaatan diizinkan secara terbatas atau dibatasi. Pembatasan dapat dengan standar pembangunan minimum, pembatasan pengoperasian, atau peraturan tambahan lainnya baik yang tercakup dalam ketentuan ini maupun ditentukan kemudian oleh pemerintah kabupaten.

    B

    Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat. Izin ini diperlukan untuk penggunaan-penggunaan yang memiliki potensi dampak penting pembangunan di sekitarnya pada area yang luas. Izin penggunaan bersyarat ini berupa AMDAL, RKL, dan RPL.

    - Pemanfaatan yang tidak diizinkan

    3. Analisis Figure/Ground

    Metode analisis figure-ground adalah alat yang baik untuk meng-identifikasikan

    hubungan pola, tekstural, dan tipologi massa bangunan dan ruang. Metode ini termasuk

    dalam metode analisis visual ; mencoba menganalisis gambar hitam-putih. Langkah-

    langkah dalam menganalisis figure-ground sangat sederhana yaitu :

    Tahap membuat figure (gambar) pada bidang dua dimensi peta teknis yaitu

    memberikan warna hitam atau arsir untuk semua kategori massa bangunan. Selanjutnya

    bagian yang dihitamkan tersebut dinamakan dengan elemen solid.

    Blok Tunggal Blok Sebagian Tepi Blok Medan

    Tipologi Massa Bangunan

    Tahap membuat ground (latar). Dengan menghitamkan bagian semua massa

    bangunan, terbentuk dengan sendirinya bagian-bagian yang berwarna putih sebagai

    ruang. Selanjurnya bagian putih ini dinamakan dengan elemen void.

    Tipologi elemen ruang (urban void)

    Sistem Tertutup Sistem Tertutup Sentral Sistem Tebuka Sentral Sistem Tebuka Linier

  • IV - 23

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    Tahap pengamatan terhadap objek hitam-putih atau figure/ground. Dalam

    tahapan ini berlaku teknik Gestalt yaitu cara memandang yang berbeda untuk satu

    gambar. Artinya pengamatan bisa dilakukan hanya tertuju hanya pada bagian hitam saja

    (figure) atau hanya bagian putih (ground) saja dan atau objek hitam-putih secara

    bersamaan.

    Tahap identifikasi karakteristik pola, tekstur dan tipologi. Dengan cara melihat

    hubungan solid dan void secara bersamaan dapat diidentifikasi-kan pola dan tekstur

    kawasan. Secara teoritik pola yang dapat di-identifikasikan berupa (1) pola anguler

    (menyiku), aksial (sumbu), grid (bersilang tegak lurus), kurva linier (linier), radial

    konsentrik (memusat) dan organis (fleksibel)

    Hasil analisis figure/ground dapat digunakan untuk kegiatan merancang dengan

    cara merekayasa secara kreatif bentuk-bentuk dasar berikut.

  • IV - 24

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    4. Analisis Linkage

    Metode ini merupakan kelanjutan dari analisis figure-ground yang memberikan

    tekanan analisisnya pada karakteristik kesatuan ruang berdasarkan sudut pandang

    visual, struktural dan bentuk kolektif. Tahap-tahap analisis visual ini sangat sederhana

    yaitu :

    Tahap pertama,

    mengidentifikasikan

    elemen-elemen

    penghubung suatu

    kawasan dengan

    kawasan lain atau satu

    elemen ke elemen

    lainnya yang secara

    empirik berupa jalan-

    jalan, jalur pejalan

    kaki, ruang terbuka

    linier, atau elemen-

    elemen menerus, dan

    elemen fisik lainnya.

    Tahap kedua, menganalisis pola hubungan yang dibentuk oleh elemen-elemen tersebut

    secara visual apakah membentuk hubungan garis atau koridor atau sisi atau sumbu atau

    ritme ? Secara struktural apakah merupakan elemen tambahan atau sambungan atau

  • IV - 25

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    tembusan ? Secara kolektif apakah membentuk komposisi atau megaform atau

    kelompok ?

    Tahap ketiga, menganalisis lebih lanjut pola hubungan tersebut apakah hubungan

    menghubungkan zona netral atau mengutamakan suatu zona ?

    Hasil analisis linkage ini berupa karakteristik dasar konfigurasi massa bangunan dan

    lingkungan dalam perspektif hubungan visual, struktural dan kolektif. Karakteristik ini

    dapat dikembangkan menjadi konsep perancangan.

    5. Analisis Place (Makan Tempat)

  • IV - 26

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    Analisis place merupakan kelanjutan analisis figure-ground dan linkage. Analisis ini

    menemukenali karakteristik konfigurasi massa bangunan dan lingkungan dari sudut

    pandang makna tempat dalam persepsi manusia dan kebudayaannya melalui tahap

    sebagai berikut :

    Tahap pertama, mengidenifikasikan elemen-eleman kawasan yang mudah dikenali

    Tahap kedua, analisis sense of place elemen-elemen tersebut sebagai path (lorong) atau

    edges (pembatas) atau nodes (simpul) atau district (kawasan) atau landmark

    (tenggaran). Tahap analisis ini sangat bergantung dari pemahaman perancang terhadap

    sejarah, fisolofi perancangan, kebudayaan, estetika, kontekstual elemen dan lingkungan

    fisik dan sosialnya.

    Tahap ketiga, hasil analisis ini berupa karakteristik dasar yang dapat dikembangkan

    menjadi konsep perancangan.

    6. Analisis Kepadatan Bangunan (KDB)

    Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka prosentase berdasarkan

    perbandingan luas lantai dasar bangunan terhadap luas tanah perpetakan. Koefisien

    dasar bangunan diperlukan untuk membatasi luas lahan yang tertutup perkerasan,

    sebagai upaya untuk melestarikan ekosistem, sehingga dalam lingkungan yang

    bersangkutan sisa tanah sebagai ruang terbuka masih menyerap atau mengalirkan air

    hujan ke dalam tanah. Batasan Koefisien Dasar Bangunan adalah

  • IV - 27

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    KDB maks = 100% x FPs x FJl x FLk x FFb x FKl x FTb

    Keterangan:

    KDB maks : Koefisien Dasar Bangunan yang diperkenankan untuk suatu lokasi

    FPs : Faktor penyesuaian lokasi lahan terhadap sistem pusat pelayanan

    FJl : Faktor penyesuaian lokasi lahan terhadap hirarki jalan

    FLk : Faktor penyesuaian luas kapling

    FFb : Faktor penyesuaian fungsi bangunan

    FKl : Faktor penyesuaian kelerengan lahan

    FTb : Faktor penyesuaian tinggi bangunan

    Analisis ini digunakan menilai tingkat intensitas penggunaan lahan dari setiap

    kegiatan permukiman pada seluruh kawasan perencanaan. Model yang digunakan

    adalah sebagai berikut :

    Dimana :

    PL = Intensitas kepadatan bangunan

    KLB = Koefisien Lantai Bangunan

    7. Analisis Ketinggian Bangunan (KLB)

    Secara sederhana analisis Koefisien Lantai Bangunan dapat diperoleh dengan

    metode perhitungan sebagai berikut :

    381,0

    903,1 KLBLogPL

  • IV - 28

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    Adapun standar yang digunakan untuk mengatur ketinggian bangunan adalah

    sebagai berikut :

    Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat rendah adalah blok dengan bangunan

    tidak bertingkat dan bertingkat

    maksimum 2 lantai (KLB maksimum = 2 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan

    maksimum 12 m dari lantai dasar:

    Blok peruntukan ketinggian bangunan rendah adalah blok dengan bangunan

    bertingkat maksimum 4 lantai (KLB max = 4 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan

    maksimum 20 m dan minimum 12 m dari lantai dasar.

    Blok peruntukan ketinggian bangunan sedang dengan bangunan tingkat maksimum 8

    lantai (KLB maksimum = 8 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 36 m

    dan minimum 24 m dari lantai dasar.

    Blok peruntukan ketinggian bangunan tinggi dengan bangunan bertingkat minimum 9

    lantai (KLB = 9 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan minimum 40 m dari lantai

    dasar.

    Blok peruntukan bangunan sangat tinggi dengan bangunan bertingkat minimum 20

    lantai (KLB = 9 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan minimum 84 m dari lantai

    dasar.

    7.1 Perhitungan sudut pandang 450 atau ROW jalan .

    Pencahayaan dan angle-Sudut pandang, Tinggi maksimum bangunan pada

    umumnya ditentukan berdasarkan ketentuan :

    Dimana :

    h = tinggi puncak bangunan maksimum.

    d = jarak antara proyeksi puncak bangunan pada lantai dasar terhadap

    sumbu jalan yang berdampingan.

    h dan d merupakan variabel dari fungsi sudut alpha dan beta.

    Jika lebar jalan yang berdampingan < 20 m maka titik sudut ditetapkan pada as jalan.

    Jika lebar jalan yang berdampingan > 20 m maka titik sudut ditetapkan 10 m dari garis

    sempadan pagar ke jalan.

    Keterangan :

    H1 = Ketinggian bangunan maksimum pada garis sempadan bangunan yang ditentukan

    dh2

    11

  • IV - 29

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    Bila akan dibangun suatu bangunan dengan ketinggian H2 atau H3, maka jarak minimum

    dari sumbu jalan adalah sebesar H2 atau H3

    X = Batas ketinggian bangunan yang diperbolehkan (X = H3)

    Y = Batas ketinggian bangunan yang diperbolehkan (Y = H2)

    8. Jarak Bangunan

    Yang dimaksud dengan jarak bebas ialah jarak minimum yang diperkenankan dari

    bidang terluar suatu massa bangunan ke :

    Garis sempadan jalan

    Antar massa-massa bangunan

    Pagar/batas lahan yang dikuasai dan atau

    Rencana saluran, jaringan tegangan listrik , telepon dan sebagainya.

    Gambar 4.2 Bagan Analisis Jarak Bebas Bangunan

    Tabel IV.1 Standar Hubungan Antara Tinggi Bangunan, Jarak Bebas, KDB Dan KLB Bagi Bangunan Renggang (Type Tunggal)

    Ketinggian Bangunan

    Jarak Bebas

    Padat Kurang Padat

    Tidak Padat

    Padat Kurang Padat

    Tidak Padat

    I II III IV

    4.00 4.50 5.00 5.50

    60.00 60.00 60.00 60.00

    60 50 50 50

    50 40 40 40

    0.6 1.2 1.8 2.4

    0.5 1.0 1.5 2.0

    0.4 0.8 1.2 1.6

    V VI VII VIII

    6.00 6.50 7.00 7.50

    50.00 50.00 50.00 50.00

    50 45 45 45

    40 40 40 40

    3.0 3.6 4.0 4.0

    2.5 3.0 3.5 3.5

    2.0 2.4 2.8 3.0

  • IV - 30

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    IX X XI XII XIII XIV XV XVI

    8.00 8.50 9.00 9.50

    10.00 10.50 11.00 11.50

    45.00 45.00 45.00 45.00 45.00 45.00 45.00 45.00

    45 45 45 45 45 45 45 45

    40 40 40 40 40 40 40 40

    4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

    3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5

    3.0 3.0 3.0 3.0 3.0 3.0 3.0 3.0

    Catatan : Ketentuan jarak bebas bangunan renggang diberlakukan pada kondisi perumahan padat.

    Tabel IV.2 Standar Hubungan Antara Tinggi Bangunan, Jarak Bebas, KDB Dan KLB Bagi Bangunan Rapa

    Ketinggian Bangunan

    Jarak Bebas K D B (%) K L B (%)

    Samping Belakang Padat Kurang Padat

    Tidak Padat

    Padat Kurang Padat

    Tidak Padat

    I II III IV

    0.00 0.00 0.00 0.00

    4.00 4.50 5.00 5.50

    75 75 75 75

    60 60 60 60

    50 50 50 50

    0.75 1.5

    2.25 3.0

    0.6 1.2 1.8 2.4

    0.5 1.0 1.5 2.0

    V VI VII VIII

    6.00 6.50 7.00 7.50

    6.00 6.50 7.00 7.50

    60 60 60 60

    50 50 50 50

    40 40 40 40

    3.5 3.5 3.5 3.5

    3.0 3.0 3.0 3.0

    2.5 2.5 2.5 2.5

    IX X XI XII XIII XIV XV XVI

    8.00 8.50 9.00 9.50

    10.00 10.50 11.00 11.50

    8.00 8.50 9.00 9.50

    10.00 10.50 11.00 11.50

    50 50 50 50 50 50 50 50

    45 45 45 45 45 45 45 45

    40 40 40 40 40 40 40 40

    4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

    3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5

    3.0 3.0 3.0 3.0 3.0 3.0 3.0 3.0

    Catatan : Ketentuan jarak bebas bangunan renggang diberlakukan pada kondisi perumahan padat.

    Jarak bangunan yang dimaksudkan di sini adalah jarak antar bangunan yang berada

    di dalam persil yang sama. Sesuai konsep yang dirumuskan, jarak bangunan untuk

    berbagai ketinggian, diusulkan sebagai berikut :

    Dimana :

    d = jarak bangunan 1 dengan bangunan 2 (dalam meter)

    h1 = tinggi bangunan 1 (dalam meter)

    h2 = tinggi bangunan 2 (dalam meter)

    h dan d merupakan variabel dari fungsi sudut dan

    12

    25,015,0

    hhd

  • IV - 31

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    Untuk memproteksi bangunan terhadap bahaya kebakaran dan memudahkan

    operasi pemadaman, maka perlu adanya penentuan terhadap jarak antar bangunan

    yang ditentukan berdasarkan tinggi bangunan tersebut. Penentuan jarak antar

    bangunan (garis sempadan bangunan) antara lain :

    Tinggi bangunan kurang dari 8 meter, maka jarak minimum antar bangunan

    berjarak 3 meter.

    Tinggi bangunan antara 8-14 meter, maka jarak minimum antar bangunan berjarak

    3 s/d 6 meter.

    Tinggi bangunan antara 14-40 meter, maka jarak minimum antar bangunan

    berjarak 6 s/d 8 meter.

    Tinggi bangunan lebih dari 40 meter, maka jarak minimum antar bangunan berjarak

    8 meter.

    9. Analisis Perpetakan Bangunan

    Analisis standar untuk perpetakan bangunan yang terdapat pada setiap blok adalah

    :

    Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi I (di atas 2.500 m2) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi II (1.000-2.500 m2) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi III (600-1.000 m2) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi IV (250-600 m2) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi V (100-250 m2) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VI (50-100 m2) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VII (di bawah 50 m2) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VIII (rumah susun/flat).

    10. Analisis Orientasi Bangunan

    Analisis orientasi bangunan terhadap best view, penyinaran maahari dan angin

    sangat penting dalam rangka menciptakan kualitas lingkungan. Visual dan fungsional

    dari massa bangunan tersebut. Terlebih lagi kawasan perencanaan berapa di sekitar

    pantai dan sungai yang berpotensi memberikan best view panorama alam yang baik.

    Dam berada pada zona rawan bencana angin Gusthi. Sikap bangunan perlu di atur

    untuk memanfaatkan potensi maupun meminimalisasi masalah bangunan dan

    lingkungan

  • IV - 32

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    2.1 (d) Analisis Aspek

    Legal Konsolidasi

    Lahan Perencanaan

    Kesiapan administrasi dari lahan yang direncanakan dari segi legalitas hukumnya.

    2.1 (e) Analisis

    Daya Dukung

    Praarana dan Fasilitas Lingkungan

    Seperti jenis infrastruktur, jangkauan pelayanan, jumlah penduduk yang terlayani, dan kapasitas pelayanan

    1. Analisis Komponen Ruang Terbuka Hijau Perhitungan dilakukan untuk memperoleh hasil kebutuhan ruang terbuka hijau di

    masa yang akan datang :

    1.1. Kebutuhan RTH Taman Lingkungan / Taman Kota Mengacu pada standar penyediaan ruang di dalam Inmendagri No. 14 tahun 1988 ditentukan sebagai berikut :

    - Taman 250 penduduk dibutuhkan 1 m2 / orang - Taman 2.500 penduduk dibutuhkan 0,5 m2 / orang - Taman 30.000 penduduk dibutuhkan 0,3 m2 / orang - Taman 120.000 penduduk dibutuhkan 0,2 m2 / orang

    - Taman 480.000 penduduk dibutuhkan 0,3 m2 / orang Standar kebutuhan RTH / orang 2,3 m2 / orang Dengan menggunakan model perhitungan kebutuhan taman lingkungan yaitu :

    Dimana :

    Pt adalah jumlah penduduk yang dilayani

  • IV - 33

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    St adalah Standar Kebutuhan Ruang

    1.2. RTH Jalur Hijau Jalan

    Kualitas dan kuantitas RTH jalur hijau jalan ditentukan oleh luas jalan, jalur hijau

    serta tingkat kerapatan vegetasinya. Model kebutuhan vegetasi ideal adalah sebagai

    berikut :

    Vo

    ----- x 100 = Xo

    Lj

    2. Analisis Komponen Sirkulasi dan parkir Menganalisis seluruh pola-pola pergerakan kendaraan dan pejalan kaki di atas dan

    disekitar tapak. Data meliputi lamanya dan beban-beban puncak bagi lalu-lintas

    kendaraan lingkungan dan pergerakan pejalan kaki, perhentian bis, tepi-tepi pencapaian

    tapak, pembangkit-pembangkit lalu lintas, pencapaian truk servis, dan lalu lintas yang

    terjadi sewaktu-waktu (seperti parade agustusan, jalur truk kebakaran, penyelenggaraan

    konser pada auditorium yang berdekatan).

    Analisis lalu-lintas harus meliputi proyeksi masa depan sejauh yang dapat dibuat.

    Perhitungan Kapasitas Ruas jalan dilakukan dengan menggunakan metode Indonesian

    Highway Capacity Manual (IHCM 1997 : III-12) untuk daerah perkotaan, dengan

    formulasi sebagai berikut :

    C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs (smp/jam)

    Keterangan :

    C : Kapasitas ( smp / jam )

    Co : Kapasitas Dasar ( smp /jam)

    FCw : Faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan

    FCsp : Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah

    (tidak berlaku untuk jalan satu arah )

    FCsf : Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping

    FCcs : Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota

    (jumlah penduduk)

    Rincian dari masing-masing variabel pada formula di atas, diuraikan sebagai berikut :

    a. Kapasitas Dasar (Co)

    Kapasitas dasar Co ditentukan berdasarkan tipe jalan sesuai dengan nilai yang

    tertera pada Tabel di bawah ini.

    Dimana : Lj = Luas Jalan

    Vo = Luas Jalur Hijau

    Xo = Koefisien Liputan Vegetasi

  • IV - 34

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    TABEL IV.3 KAPASITAS DASAR (Co)

    TIPE JALAN KAPASITAS DASAR

    (SMP/JAM) KETERANGAN

    Jalan 4 lajur berpembatas median atau 1,650 per lajur

    jalan satu arah

    Jalan 4 lajur tanpa pembatas median 1,500 per lajur

    Jalan 2 jalur tanpa pembatas median 2,900 total dua arah

    b. Sistem Perparkiran

    Tempat parkir yang baik harus berdasarkan standar terkait dengan pola kontruksi,

    lokasi dan tingkat pelayanan.

    Tidak mengurangi daya tarik area sekitarnya. Melainkan senantiasa menciptakan

    keseimbangan dengan perkembangan lahan yang berbatasan.

    Harus memiliki utilitas atau kemungkinan dilaksanakannya aktivitas dan mampu

    menarik pembeli. Jika tempat parkir dilayani oleh tukang parkir, pengendara harus

    sopan sehingga pelayanan menjadi efisien. Jika tempat parkir melebihi parkir

    perorangan, maka tempat parkir harus dirancang dengan ukuran yang lebih besar

    dan nyaman, sederhana, dengan akses yang baik.

    Harus dirancang dengan koordinasi menggunakan pendekatan pergerakan lalu

    lintas pintu masuk dan keluar untuk jalan kecil atau gang.

    Dengan standar Direktorat Tata Kota dan Daerah dan Direktorat Penyelidikan

    Masalah Bangunan setiap 60 m2 (untuk perdagangangan) dan 100 m2 (untuk perkatoran

    dan kegiatan lain) di area perbelanjaan harus menyediakan parkir 1 mobil dan satandar

    untu 1 parkir mobil 12 m2, maka kebutuhan parkir berdasarkan fungsi kegiatan adalah :

    Kebutuhan Parkir Perdagangan

    Kapasitas tampung kendaraan

    Luas Fungsi Kegiatan (m2) : 60 m2

    Kebutuhan ruang berdasarkan kapasitas tampung kendaraan

    Kapasitas Tampung Kendaraan x 12 m2

    Kebutuhan Parkir Perkantoran dan Kegiatan Lain

    Kapasitas tampung kendaraan

    Luas Fungsi Kegiatan (m2) : 100 m2

    Kebutuhan ruang berdasarkan kapasitas tampung kendaraan

    Kapasitas Tampung Kendaraan x 12 m2

  • IV - 35

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    TABEL IV.4 KAPASITAS TEMPAT PARKIR

    Lebar area parkir (feet)

    Rencana Parkir Jumlah dan lebar gang

    Kapasitas kendaraan/100 kaki dari panjang tempat

    parkir

    40 1 baris dari 90o 1-22 12

    50 2 baris dari 45o 1-12 14

    60 2 baris dari 90o 1-24 24

    70 1 baris dari 90o 1-24 23

    2 baris dari 30o 1-12

    80 1 baris dari 60o 2-12 24

    2 baris dari 45o 2-12

    90 1 baris dari 45o

    2 baris dari 45o 2-12 28

    1 baris dari 45o

    100 2 baris dari 90o 1-24 38

    2 baris dari 45o 1-12

    1 baris dari 60o

    36

    110 2 baris dari 60o 2-14.5 36

    1 baris dari 60o

    120 4 baris dari 90o 2-24 48

    TABEL IV.5 KEBUTUHAN LAHAN DILUAR PARKIR UNTUK PERDAGANGAN ATAU

    KOMERSIL

    TIPE BANGUNAN

    Bank dan

    Perkantoran

    Bisnis dan

    Pelayanan Profesional

    Fasilitas Rekreasi Komersil

    Permainan Bowling

    Toko Pedagang

    Eceran

    Kenyaman Pedagang

    Eceran

    Restoran Pelayanan

    dan Resparasi pribadi

    Resparasi dan

    pelayanan pribadi

    Syarat Ruang Per 100 Sq ft

    areal lantai

    Ruang per 100 Sq

    ft areal lantai

    Ruang per

    100 Sq ft

    areal lantai

    Ruang Per Gang

    Ruang Per 100

    Sq ft areal lantai

    Ruang per 100

    Sq ft areal lantai

    Ruang per 100 Sq ft areal lantai

    Ruang Per

    tempat duduk

    Ruang Per 100

    Sq ft areal lantai

    Minimum 0.08 0.08 0.16 0.33 0.06 0.10 0.06 0.08 0.08

    Maksimum 1.33 1.33 2.00 10.00 3.00 1.33 2.00 0.50 1.00

    Barang 0.25 0.33 1.00 5.00 0.50 0.50 1.00 0.25 0.50

    Rata-rata 0.33 0.37 0.79 4.50 0.44 0.44 0.75 0.28 0.40

  • IV - 36

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    TABEL IV.6 PERMUKAAN JALAN YANG DIBUTUHKAN UNTUK PARKIR DALAM

    BERBAGAI KEDUDUKAN

    Lebar Petak

    M

    Kedudukan Kendaraan Terhadap Sisi Jalan

    Lebar Jalan Yang

    Digunakan Untuk Parkir

    Lebar Jalan yang

    Dibutuhkn Untuk Parkir plus Gerak

    (Manuevering) M

    Panjang Sisi Jalan

    per Kendaraan

    M

    Banyaknya Kendaraan Yang Bisa Dipakai

    per 30,5 M

    2,13 Sejajar 2,13 5,18 6,70 4,5

    2,43

    45o 5,60 9,26 3,44 8,2

    60o 5,97 11,76 2,80 9,5

    90o 5,48 14,02 2,43 12,5

    2,59

    45o 5,69 9,05 3,65 7,8

    60o 6,03 11,52 2,98 9,5

    90o 5,97 13,10 2,59 11,5

    2,74

    45o 5,82 9,17 3,87 7,37

    60o 6,69 11,27 3,16 9,0

    90o 5,97 12,49 2,74 11,1

    Karakteristik Kendaraan : Lebar 1,98 Panjang 5,48 Jarak Roda 3,20 Radius putaran 7,08 c. Ukuran Perparkiran

    Ukuran perparkiran disesuaikan dengan ukuran kendaraan, yang pada umumnya memiliki ukuran 25 sampai 500 atau lebih. Tempat parkir disesuaikan dari 100 sampai 200 kendaraan secara efisien dan praktis. Tempat parkir yang kecil dibuat secara strategis, biasanya melayani lebih dari satu ukuran tempat parkir.

    Kemudahan ruang parkir adalah :

    Mempunyai jalan masuk sedikitnya lebar 0,1524 m dan panjang yang berbatasan 6 m, pararel dan mempunyai ruang untuk berdiri.

    Mempunyai ruangan untuk berdiri dan jalan masuk dengan permukaan lantai tidak melebihi 1:48 disemua arah.

  • IV - 37

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    TABEL IV. 7 KAPASITAS TEMPAT PARKIR

    Parkir Satu Garis Lebih Dari Satu Garis

    Sudut

    (o)

    Panjang pinggir jalan/kendaraan

    (feet)

    Lebar tempat parkir (feet)

    Lebar jalan/gang

    (feet)

    Luas daerah/

    kendaraan (sq feet)

    Lebar unit

    parkir (feet)

    Jumlah kendaraan/

    acre

    Lebar tempat parkir (feet)

    Luas daerah/

    kendaraan (sq feet)

    Lebar unit

    parkir (feet)

    Jumlah kendaraan/

    acre

    0 22 8 12 308 28 141 8 308 28 141

    20 24.9 14.2 12 502.9 40.4 87 10.1 400.9 32.2 109

    25 20.1 15.4 12 430.1 42.8 101 11.4 349.7 34.8 125

    30 17.0 16.4 12 380.8 44.8 114 12.7 309.8 37.4 141

    35 14.8 17.3 12 344.8 47.6 126 13.7 291.6 39.4 149

    40 13.2 18.1 12 318.8 48.2 137 14.8 274.6 41.6 159

    45 12.0 18.7 12 296.4 49.4 147 15.8 261.6 43.6 167

    50 11.1 19.2 12 279.7 50.4 156 16.6 250.9 45.2 174

    55 10.4 19.6 12 266.2 51.2 164 17.2 241.3 46.4 181

    60 9.8 19.8 14.5 265.1 54.1 164 17.8 245.5 49.6 177

    65 9.4 19.9 17 267.0 56.8 163 18.2 250.9 53.4 174

    70 9.0 19.8 20 268.2 59.6 162 18.4 255.6 56.8 170

    75 8.8 19.6 23 273.7 62.2 159 18.6 264.9 60.2 164

    80 8.6 19.2 24 268.3 62.4 162 18.4 261.4 60.8 167

    85 8.6 18.7 24 260.9 61.4 167 18.3 257.6 60.6 169

    90 8.5 18.0 24 255.0 60.0 171 18.0 255.0 60.0 171

    TABEL IV.8 RENCANA PENGATURAN FASILITAS PARKIR TIAP JENIS KEGIATAN

    PENGGUNAAN STANDAR KEBUTUHAN SATUAN

    Wisma

    Bangunan flat/apartemen Luas Lantai 90 m

    2 ke atas 1 unit / 1 mobil

    Luas Lantai 90 70 m2 2 unit/1 mobil

    Luas Lantai 70 m2 ke bawah 5 unit / 1mobil

    Bangunan wisma bukan flat

    Harus menyediakan tempat parkir 1 bgn/ 1 mobil

    Karya

    Industri & Pergudangan

    Ruang pabrik/gudang

    luas 2000 m2 setiap 200 m

    2 lantai 1 parkir truk

    luas 2000 - 5000 m2 setiap 300 m

    2 lantai Minimal 10 parkir

    luas 5000 m2 ke atas Minimal 17 parkir

    Bangunan kantor Ruang kantor setiap 100 m2 1 mobil

  • IV - 38

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    Perkantoran setiap 100 m2 lantai 1 mobil

    Bangunan toko/perdagangan setiap 100 m

    2 lantai 1 mobil

    Bangunan apotik setiap 100 m2 lantai 1 mobil

    Bangunan praktek dokter setiap 20 60m

    2 lantai 1 mobil

    Suka

    Bangunan Hotel Hotel bintang 4 dan 5 setiap 5 kamar 1 mobil

    Hotel bintang 3 dan 2 setiap 7 kamar 1 mobil

    Hotel bintang ke bawah setiap 10 kmr 1 mobil

    Bioskop Kelas A-1, setiap 7 kursi 1 mobil

    Kelas A-2, setiap 10 kursi 1 mobil

    Kelas A-3 setiap 15 kursi 1 mobil

    Restoran/nite-club Kelas I, setiap 7 kursi 1 mobil

    Amusement Kelas II, setiap 15 kursi 1 mobil

    Bangunan Pasar Pasar tingkat kota, setiap 100 m2 lantai 1 mobil

    Pasar tingkat wilayah setiap 200m2 lantai 1 mobil

    Pasar tingkat lingk. Setiap 400 m2 lantai 1 mobil

    Bangunan Rumah Sakit

    VIP, setiap 1 tempat tidur 1 mobil

    Kelas I, setiap 5 tempat tidur 1 mobil

    Kelas II, setiap 10 tempat tidur 1 mobil

    Bangunan Pertemuan Padat, setiap 4 m2 lantai 1 mobil

    Non padat, setiap 10 m2 lantai 1 mobil

    Bangunan Olahraga Setiap 15 penonton 1 mobil

    Bangunan Perguruan Tinggi Setiap 200 m

    2 lantai 1 mobil

    Sekolah Setiap 100 m2 lantai/kecuali sekolah

    Inpres 1 mobil

    Sumber : Pedoman Perencanaan Tata Bangunan DTK DKI

    3. Analisis Komponen Pedestrian

    Penilaian kinerja pada dasarnya untuk mengetahui sejauh mana fasilitas pejalan

    mengakomodasi penggunanya. Tingkat pelayanan jalur pedestrian atau level of service

    (LOS) merupakan salah satu ukuran penilaian sediaan. Konsep pengukuran yang menjadi

    dasar penilaian tingkat pelayanan jalur pedestrian adalah sebagai berikut ;

  • IV - 39

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    TABEL IV.9 KONSEP PENGUKURAN LOS JALUR PEDESTRIAN

    Dasar pengukuran

    Definisi Satuan Rumus

    1. Ruang pejalan

    Luas ruang rata-rata yang tersedia untuk setiap pejalan

    (m2/ped) Luas trotoar Rata-rata arus pejalan per-

    menit pada jam puncak

    2. Kecepatan Pejalan

    Jarak yang ditempuh pejalan setiap satuan waktu

    (m/menit) Jarak berjalan yang ditempuh

    Waktu yang dibutuhkan

    3. Arus pejalan

    Jumlah pejalan yang melewati satu titik tertentu dalam satu unit waktu. Titik yang dilalui adalah titik yang tegak lurus terhadap lebar trotoar

    Orang/menit (Rata-rata jumlah pejalan pada jam puncak)

    (Interval waktu

    penghitungan arus pejalan)

    4. Volume pejalan

    Jumlah pejalan yang melewati suatu titik dalam satuan waktu dan dalam satuan panjang

    Orang/menit/m P = P = volume (orang/m/menit) S = kecepatan rata-rata

    (m/menit) M = ruang yang tersedia per-

    orang (m2/orang)

    TABEL IV.10 KRITERIA TINGKAT PELAYANAN JALUR PEDESTRIAN (LOS)

    A

    Ruang pejalan : > 3,25 m2/orang.

    Tingkat Arus : 23 orang/m/menit Pejalan bergerak dalam jalur yang diinginkan tanpa merubah pergerakannya dalam bereaksi dengan pejalan lain. Kecepatan berjalan dapat dipilih dan tidak ada konflik dengan pejalan lain.

    B

    Ruang pejalan : >2,3 3,25 m2/orang

    Tingkat arus : < 23-33 orang/m/menit Tersedia ruang yang cukup bagi pejalan untuk memilih kecepatan berjalannya untuk mendahului dan untuk menghindari konflik dengan pejalan lain. Pada tingkat ini pejalan harus mulai memilih jalur berjalannya.

    C

    Ruang pejalan : 1,4 2,3 m2/orang

    Tingkat arus : 33 - 50 orang/m/menit Tersedia ruang yang cukup untuk memilih kecepatan berjalan yang normal dan mendahului pejalan lain dalam arus

  • IV - 40

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    pergerakan satu arah. Namun bila berjalan berlawanan arus atau memotong arus pergerakan yang ada, akan muncul sedikit konflik dan kecepatan akan semakin berkurang

    D

    Ruang pejalan : 0,90 1,40 m2/orang

    Tingkat arus : 50 - 66 orang/m/menit Kebebasan untuk memilih kecepatan berjalan dan mendahului pejalan lain terbatasi. Pada saat memotong atau bergerak melawan arus, kemungkinan konflik akan tinggi. Untuk menghindari konflik harus merubah kecepatan dan posisi berjalan. Konflik antara pejalan sering terjadi

    E

    Ruang pejalan 0,45 0,90 m2/orang

    Tingkat arus : 66 - 82 orang/m/menit Secara otomatis kecepatan berjalan dibatasi. Pada rentang paling rendah tingkat pelayanan ini, pergerakan hanya mungkin dengan menyeret kaki. Tidak ada ruang untuk mendahului pejalan yang bergerak lambat. Arus pergerakan memotong/membalik masih mungkin terjadi namun sangat sulit.

    F

    Ruang pejalan : 0,45 m2/orang

    Tingkat arus 82 orang/m/menit Semua kecepatan berjalan terhambat. Pergerakan hanya dapat dilakukan dengan menyeret kaki. Sering terjadi kontak yang tidak bisa dihindari dengan pejalan lain. Arus memotong/membalik tidak mungkin terjadi, tampak seperti antrian.

    TABEL IV.11 STANDAR ERGONOMIK KEBUTUHAN RUANG MINIMUM

    Posisi Kebutuhan Ruang

    Lebar Luas

    1. Diam

    0,27 m2

  • IV - 41

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    1. Bergerak

    1,08 m2

    1. Bergerak membawa barang

    1,35 1,62 m2

    1. Pengguna kursi roda

    2,25 m2

    a. Penentuan Dimensi Jalur Pedestrian

    Dalam buku Petunjuk Perencanaan Trotoar (Dep. PU, 1990) kebutuhan lebar

    trotoar dihitung berdasarkan volume pejalan rencana. Volume pejalan rencana (V)

    adalah volume rata-rata per menit pada interval puncak, interval waktu yang dilkaukan

    adalah setiap 15 menit pada jam sibuk. Lebar trotoar dapat dihitung dengan rumus

    sebagai berikut :

    Dimana : W = lebar trotoar V = volume pejalan rencana/dua arah (orang/meter/menit) N = lebar tambahan sesuai dengan keadaan setempat

    Desain pedestrian

    berdasarkan

    standar ergonomik

    Kursi roda penyandang

    Cacat.

  • IV - 42

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    TABEL IV.12 LEBAR TAMBAHAN DALAM PENENTUAN DIMENSI TROTOAR

    Lokasi N (meter)

    Jalan di daerah pasar 1,5

    Jalan di daerah perbelanjaan bukan pasar 1,0

    Jalan di daerah lain 0,5

    b. Lebar Efektif Trotoar

    Pedestrian tidak selalu tetap berjalan pada jalur pedestrian yang terencana, zakibat

    perilaku ini. Untuk itu perlu direncanakan lebar efektif trotoar yang akan termanfaatkan.

    Menurut Buku Petunjuk Trotoar (Dep. PU, 1990), lebar trotoar disarankan tidak kurang

    dari 2 m.

    2.1 (f) Analisis Kajian

    Aspek Signifikansi

    Historis Kawasan

    Kaitan kedudukan nilai historis kawasan pada konteks yang lebih besar, misalnya sebagai aset pelestarian pada skala kota/regional bahkan pada skala nasional.

    2.2 ANALISIS PENGEMBANGAN

    PEMBANGUNAN BERBASIS PERAN

    MASYARAKAT

    Pembangunan berbasis peran masyarakat (community-based development) adalah pembangunan dengan orientasi yang optimal pada pendayagunaan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat diberikan kesempatan aktif beraspirasi dan berkontribusi untuk merumuskan program-program bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya.

  • IV - 43

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    TUJUAN Memupuk pemahaman dan kesadaran masyarakat akan hak,

    kewajiban, dan peranannya di dalam proses pembangunan,

    sehingga tumbuh rasa memiliki dan tanggung jawab yang kuat

    terhadap hasil-hasilnya.

    Meminimalkan konflik, sehingga mempercepat proses kegiatan

    secara keseluruhan, serta terbangunnya suatu ikatan di

    masyarakat.

    Efisiensi dan efektivitas. Keputusan yang diambil akan bersifat

    efisien dan efektif jika sesuai dengan kondisi yang ada, baik

    kebutuhan, keinginan, maupun sumber daya di masyarakat.

    Memberdayakan masyarakat setempat, terutama dalam hal

    membentuk dan membangun kepercayaan diri, kemampuan

    bermasyarakat dan bekerja sama.

  • IV - 44

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    METODE Identifikasi Aspirasi dan Analisis Permasalahan

    Analisis dan Perilaku Lingkungan

    Rencana Pengembangan

    Strategi Pengembangan dan Publikasi

    Penerapan Rencana

    LANGKAH

    OUTPUT

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan pertama

    2.2 (a) Identifikasi

    Aspirasi dan Analisis

    Permasalahan

    Penyusunan tujuan, kebutuhan, dan kepentingan semua pihak, pelibatan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), penciptaan dan sosialisasi mekanisme, serta analisis kebutuhan dan sumber daya pengembangan kawasan.

    2.2 (b) Analisis

    Perilaku Lingkungan

    Interaksi kawasan perkotaan yang sudah memiliki struktur kota yang solid pada kawasan perencanaan.

    2.2 (c) Rencana

    Pengembangan

    pedoman utama, arahan pengembangan, kepentingan prioritas, identifikasi hambatan, identifikasi sumber daya, dan visi pengembangan kawasan.

  • IV - 45

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    2.2 (d) Strategi

    Pengembangan dan Publikasi

    Perencanaan tahapan, monitoring dan evaluasi, persetujuan legal, strategi kerja sama dengan wakil-wakil komunitas, penyebaran informasi dan publikasi program.

    2.2 (e) Penerapan

    Rencana

    publikasi rencana pelaksanaan, adaptasi perubahan, peninjauan dan kaji ulang (review) berkala bersama dengan komunitas dan seluruh masyarakat.

    2.3 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

    DAN PENANGANAN

  • IV - 46

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    TUJUAN Untuk menyerap dan fokus guna memilih rancangan yang tepat

    dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di kawasan studi

    METODE Diskusi

    LANGKAH

    OUTPUT

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan pertama

    2.4 KONSEP DASAR PERANCANGAN

    merupakan hasil tahapan analisis program bangunan dan lingkungan, memuat gambaran dasar penataan pada lahan perencanaan yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan penjabaran gagasan desain secara lebih detail dari masing-masing elemen desain.

  • IV - 47

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    TUJUAN Mengarahkan penyusunan visi dan karakter perancangan.

    Mengendalikan suatu intervensi desain lingkungan sehingga

    berdampak baik, terarah dan terukur terhadap suatu kawasan yang

    direncanakan.

    Mengintegrasikan desain elemen-elemen kota yang berpengaruh

    pada suatu perencanaan kawasan.

    Mengarahkan indikasi program dan desain penataan yang tepat

    pada tiap subbagian kawasan yang direncanakan.

    DURASI 4 minggu terhitung dari minggu pertama pada bulan ketiga

    2.4 (a) Kriteria Penetapan Isi dari Visi Pembangunan: i. Spesifik mengacu pada konteks setempat;

    ii. Memiliki spirit untuk membentuk/memperkuat karakter dan identitas suatu tempat;

    iii. Memperkuat/memperjelas struktur ruang lingkungan/kawasan dalam konteks makro;

    iv. Realistis dan rasional: penetapan visi yang memungkinkan dicapai pada kurun waktu penataan dan secara rasional memungkinkan untuk dicapai berdasarkan konteks dan potensi yang ada;

    v. Kinerja dan sasaran terukur; vi. Mempertimbangkan berbagai sumber

    daya dukung lingkungan; vii. Memperhatikan kepentingan masyarakat

    pengguna/masyarakat lokal.

    2.4 (b) Kriteria Penyusunan Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan:

    i. Merupakan perwujudan realistis dari Visi Pembangunan.

    ii. Merupakan sintesa dari identifikasi permasalahan, potensi dan prospek kawasan perencanaan yang dilakukan pada tahapan analisis.

    iii. Membentuk/memperkuat karakter dan identitas suatu tempat.

    iv. Memperhatikan keterkaitan makro dengan struktur ruang kota, dan

  • IV - 48

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    keterkaitan mikro dengan lingkungan eksisting sekitarnya.

    v. Mengintegrasikan seluruh elemen rancang lingkungan.

    2.4 (c) Kriteria Penyusunan Konsep Komponen Perancangan Kawasan Secara sistematis, konsep harus mencakup gagasan yang komprehensif dan

    terintegrasi terhadap komponen-komponen perancangan kawasan, yang meliputi kriteria:

    i. Struktur peruntukan lahan; ii. Intensitas pemanfaatan lahan;

    iii. Tata bangunan; iv. Sistem sirkulasi dan jalur penghubung; v. Sistem ruang terbuka dan tata hijau;

    vi. Tata kualitas lingkungan; vii. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan;

    viii. Pelestarian bangunan dan lingkungan.

    2.4 (d) Kriteria Penetapan Blok-blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganan

    Penetapan atau pun pembagian blok pengembangan dapat didasarkan pada:

    i. Secara fungsional: (1) Kesamaan fungsi, karakter eksisting

    atau pun karakter yang ingin diciptakan;

    (2) Kesamaan dan potensi pengembangan; (3) Kebutuhan pemilahan dan organisasi

    pekerjaan serta strategi pengembangannya.

    ii. Secara fisik: (1) Morfologi blok; (2) Pola/pattern blok; (3) Kemudahan implementasi dan prioritas

    strategi. iii. Dari sisi lingkungan (daya dukung dan

    kelestarian ekologi lingkungan): (1) Keseimbangan dengan daya dukung lingkungan, dan perwujudan sistem ekologis

    yang berkelanjutan; (2) Peningkatan kualitas kehidupan ruang publik melalui penyediaan lingkungan yang

    aman, nyaman, sehat dan menarik serta berwawasan ekologis. iv. Dari sisi pemangku kepentingan:

    Tercapainya keseimbangan berbagai kepentingan yang ada antarpara pelaku.

  • IV - 49

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    Tahap Perancangan

    3.1 RENCANA UMUM DAN

    PANDUAN RANCANGAN

    Ketentuan-ketentuan tata bangunan dan lingkungan pada suatu lingkungan/kawasan yang memuat rencana peruntukan lahan makro dan mikro, rencana perpetakan, rencana tapak, rencana sistem pergerakan, rencana aksesibilitas lingkungan, rencana prasarana dan sarana lingkungan, rencana wujud visual bangunan, dan ruang terbuka hijau.

  • IV - 50

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    Rencana Umum ketentuan-ketentuan rancangan tata bangunan dan lingkungan yang bersifat umum dalam mewujudkan lingkungan/kawasan perencanaan yang layak huni, berjati diri, produktif, dan berkelanjutan.

    TUJUAN Memberi arahan lugas dan sistematis bagi implementasi ketentuan

    dasar dari perancangan tata bangunan dan lingkungan.

    Memberi gambaran simulasi bangunan secara keruangan (3-

    dimensional) sebagai model penerapan seluruh arahan materi pokok

    rencana tata bangunan dan lingkungan.

    Memudahkan pengembangan desain sesuai dengan visi dan arahan

    karakter lingkungan yang telah ditetapkan.

    Memudahkan pengelolaan, pengendalian pelaksanaan dan

    pengoperasian kawasan sesuai dengan visi dan arahan karakter

    lingkungan yang telah ditetapkan.

    Mencapai intervensi desain kawasan yang berdampak baik, terarah

    dan terukur pada suatu kawasan yang direncanakan.

    Mencapai integrasi elemen-elemen desain yang berpengaruh pada

    suatu perancangan kawasan.

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu kedua bulan ketiga

  • IV - 51

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    Tahap Pengembangan

    4.1 RENCANA INVESTASI

    Merupakan rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung kelayakan investasi dan pembiayaan suatu penataan atau pun menghitung tolok ukur keberhasilan investasi, sehingga tercapai kesinambungan pentahapan pelaksanaan pembangunan.

  • IV - 52

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    TUJUAN Menjadi alat mobilisasi dana investai masing-masing pemangku kepentingan dalam pengendalian pelaksanaan sesuai dengan kapasitas dan perannya dalam suatu sistem wilayah yang disepakati bersama, sehingga dapat tercapai kerja sama untuk mengurangi berbagai konflik kepentingan dalam investasi/ pembiayaan.

    mengatur upaya percepatan penyediaan dan peningkatan kualitas pelayanan prasarana/sarana dari suatu lingkungan/kawasan.

    METODE

    LANGKAH Disusun berdasarkan dokumen RTBL yang memperhitungkan

    kebutuhan nyata para pemangku kepentingan dalam proses

    pengendalian investasi dan pembiayaan dalam penataan

    lingkungan/kawasan.

    DURASI 4 minggu terhitung dari minggu pertama bulan keempat

    4.1 (a) Skenario Strategi Rencana Investasi

    4.2 (b) Pola Kerjasama Operasional Investasi

    1. Aspek-aspek Perencanaan a. Program bersifat jangka

    menengah, minimal untuk kurun waktu 5 (lima) tahun, serta mengindikasikan investasi untuk berbagai macam kegiatan, yang meliputi: tolok ukur/kuantitas pekerjaan, besaran rencana pembiayaan, perkiraan waktu pelaksanaan dan kesepakatan sumber pendanaannya.

    b. Meliputi investasi pembangunan yang dibiayai oleh pemerintah daerah/pusat (dari berbagai sektor), dunia usaha/swasta, dan masyarakat.

    1. Kesepakatan bentuk Kerja Sama Operasional (KSO) yang menyangkut pola investasi antara lain dapat berbentuk: Build Operate and Transfer (BOT), Build Own Operate and Transfer (BOOT), dan Build Own and Operate (BOO).

    2. Pada prinsipnya pola Kerja Sama Operasional ini dapat dilakukan oleh 3 (tiga) pihak, yaitu pemerintah, swasta dan/atau masyarakat (penghuni kawasan).

    3. Pemilihan alternatif pola KSO dengan mempertimbangkan beberapa aspek kesepakatan kontrak dengan pemangku kepentingan, sebagai

  • IV - 53

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    c. Menjelaskan pola-pola penggalangan pendanaan, kegiatan yang perlu dilakukan khususnya oleh Pemda setempat, sekaligus saran/alternatif waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut.

    d. Menjelaskan tata cara penyiapan dan penyepakatan investasi dan pembiayaan, termasuk menjelaskan langkah, pelaku, dan perhitungan teknisnya.

    e. Menuntun para pemangku kepentingan dalam memperoleh justifikasi kelayakan ekonomi dan usulan perencanaan lingkungan dengan memisahkan jenis paket berjenis cost recovery, noncost recovery, dan pelayanan publik.

    2. Strategi perencanaan investasi

    dengan skenario sebagai berikut:

    a. Langkah I : Penetapan paket kegiatan pada tiap jangka waktu pentahapan dan penyiapan rincian sumber pembiayaan.

    b. Langkah II : Perencanaan pembiayaan meliputi perhitungan prospek ekonomi, besaran investasi yang dibutuhkan, keuntungan setiap paket dan perhitungan investasi publik.

    c. Langkah III : Penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk masing-masing pelaku pembangunan.

    d. Langkah IV : Penyiapan detail investasi tahunan sebagai pengendalian selama pelaksanaan.

    berikut: a. Jangka waktu kontrak harus cukup

    untuk pengembalian hutang dan memberikan keuntungan yang disesuaikan dengan risiko kepada para investor.

    b. Permintaan akan layanan dijamin oleh otoritas pemerintah (badan yang mengontrak).

    c. Jaminan kerja sama berkaitan dengan minimalisasi risiko pembangunan, risiko pengembangan lingkungan, risiko kredit pembiayaan, risiko operasional, risiko politik, dan risiko keadaan pasar, serta pertimbangan dukungan pemerintah.

    d. Fasilitas akan ditransfer (diserahkan) kepada pemerintahdan sebagai milik pemerintahpada akhir periode kontrak. Kontrak harus menyebutkan secara jelas bagaimana proses pengalihan pemilikan dilakukan dan keharusan pihak swasta untuk menyiapkan fasilitas yang akan diserahterimakan. Sektor pemerintah harus menyiapkan unit kelembagaan untuk menangani pemindahtanganan ini.

    e. Di saat pengakhiran kontrak, sering kali terdapat penyediaan layanan untuk dilanjutkan. Hal ini dapat dilaksanakan untuk memastikan terjadinya transisi yang mulus dalam manajemen.

    4.2 KETENTUAN PENGENDALIAN

    RENCANA

    sebagai bagian proses penyusunan RTBL yang melibatkan masyarakat, baik secara langsung (individu) maupun secara tidak langsung melalui pihak yang dianggap dapat mewakili (misalnya Dewan Kelurahan, Badan Keswadayaan Masyarakat/BKM dan Forum Rembug Desa).

  • IV - 54

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    TUJUAN Mengendalikan berbagai rencana kerja, program kerja maupun

    kelembagaan kerja pada masa pemberlakuan aturan dalam RTBL dan

    pelaksanaan penataan suatu kawasan.

    Mengatur pertanggungjawaban semua pihak yang terlibat dalam

    mewujudkan RTBL pada tahap pelaksanaan penataan bangunan dan

    lingkungan.

    METODE

    LANGKAH

    DURASI 4 minggu terhitung dari minggu pertama bulan keempat

    4.2 (a) Strategi Pengendalian Rencana

    4.2 (b) Arahan Pengendalian Rencana

    1. Aspek-aspek Pengendalian: a. Ketentuan administratif untuk

    mengendalikan pelaksanaan seluruh rencana dan program serta kelembagaan yang diperlukan pemerintah daerah dalam rangka mendorong pelaksanaan materi RTBL agar terlaksana secara efektif termasuk melalui mekanisme perizinan (terutama IMB=Izin Mendirikan Bangunan).

    b. Arahan yang bersifat mengantisipasi terjadinya

    1. Penetapan rencana dan indikasi program pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan, termasuk kesepakatan wewenang dan kelembagaan.

    2. Penetapan paket kegiatan pelaksanaan dan pengendalian jangka menengah.

    3. Penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk setiap pemangku kepentingan.

    4. Identifikasi dan penyesuaian aspek fisik, sosial, dan ekonomi terhadap kepentingan dan tanggung jawab para

  • IV - 55

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    perubahan pada tahap pelaksanaan, yang disebabkan oleh berbagai hal, tetapi masih dapat memenuhi persyaratan daya dukung dan daya tampung lahan, kapasitas prasarana lingkungan binaan, masih sejalan dengan rencana dan program penataan kota, serta masih dapat menampung aspirasi masyarakat.

    2. Strategi Pengendalian: a. Strategi pengendalian rencana

    diatur dengan Rencana Kelembagaan, yang mencantumkan organisasi pelaksana, SDM yang terlibat, dan aturan tata laksana kelembagaannya.

    b. Untuk pengelolaan pelaksanaan RTBL dapat disiapkan suatu organisasi pelaksana tersendiri, dengan menggambarkan pola koordinasi, alur dan pola pertanggungjawaban, serta proses lainnya.

    pemangku kepentingan. 5. Penetapan persyaratan teknis masing-

    masing aspek (fisik, social dan ekonomi), perencanaan pelaksanaan, dan pengendalian di lapangan.

    4.3 PEDOMAN PENGENDALIAN

    PELAKSANAAN

    Pedoman sebagai pemandu perwujudan pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan/kawasan yang berdasarkan dokumen RTBL, dan memandu pengelolaan kawasan agar dapat berkualitas meningkat berkelanjutan.

    TUJUAN Menjamin pelaksanaan kegiatan berdasarkan dokumen RTBL;

    Menjamin pemanfaatan investasi dan optimalisasi nilai investasi;

    Menghindari fenomena lahan tidur atau bangunan terbengkalai

    sebagai akibat investasi yang ditanamkan tidak berjalan

  • IV - 56

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    semestinya;

    Menarik investasi lanjutan dalam pengelolaan lingkungan setelah

    masa pascakonstruksi.

    METODE

    LANGKAH Pengendalian pelaksanaan dilakukan oleh dinas teknis setempat atau unit pengelola teknis/UPT/badan tertentu sesuai kewenangan yang ditetapkan oleh kelembagaan pemrakarsa penyusunan RTBL atau dapat ditetapkan kemudian berdasarkan kesepakatan para pemangku kepentingan.

    DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan pertama

    4.3 (a) Aspek-aspek Pengendalian Pelaksanaan

    4.2 (b) Arahan Pengelolaan Kawasan

  • IV - 57

    RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    Laporan Pendahuluan

    4.1 Pendekatan 1

    Gambar 4.1 Bagan Metodologi Pelaksanaan RTBL Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang

    3

    Gambar 4.2 Bagan Analisis Jarak Bebas Bangunan 29

    Tabel IV.1 Standar Hubungan Antara Tinggi Bangunan, Jarak Bebas, KDB Dan KLB Bagi

    Bangunan Renggang (Type Tunggal) 29

    Tabel IV.2 Standar Hubungan Antara Tinggi Bangunan, Jarak Bebas, KDB Dan KLB Bagi

    Bangunan Rapa 30

    TABEL IV.3 KAPASITAS DASAR (Co) 34

    TABEL IV.4 KAPASITAS TEMPAT PARKIR 35

    TABEL IV.5 KEBUTUHAN LAHAN DILUAR PARKIR UNTUK PERDAGANGAN ATAU KOMERSIL

    35

    TABEL IV.6 PERMUKAAN JALAN YANG DIBUTUHKAN UNTUK PARKIR DALAM BERBAGAI

    KEDUDUKAN 36

    TABEL IV. 7 KAPASITAS TEMPAT PARKIR 37

    TABEL IV.8 RENCANA PENGATURAN FASILITAS PARKIR TIAP JENIS KEGIATAN 37

    TABEL IV.9 KONSEP PENGUKURAN LOS JALUR PEDESTRIAN 39

    TABEL IV.10 KRITERIA TINGKAT PELAYANAN JALUR PEDESTRIAN (LOS) 39

    TABEL IV.11 STANDAR ERGONOMIK KEBUTUHAN RUANG MINIMUM 40

    TABEL IV.12 LEBAR TAMBAHAN DALAM PENENTUAN DIMENSI TROTOAR 42