136393076-Manggis-NewE

download 136393076-Manggis-NewE

of 16

Transcript of 136393076-Manggis-NewE

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman buah asli

    Indonesia yang mempunyai potensi ekspor sangat besar. Tanaman ini mendapat julukan

    ratunya buah (queen of fruit) karena keistimewaan dan kelezatannya. Julukan lain untuk buah

    manggis adalah nectar of ambrosia, golden apple of hesperides, dan finest in the world.

    Bahkan ada yang menyebutnya sebagai buah kejujuran, lambang kebaikan dan mendatangkan

    keberuntungan, sehingga di beberapa negara dijadikan sebagai buah utama untuk sesaji

    (Reza, 2000).

    Di Indonesia, potensi peluang dan pengembangan tanaman manggis cukup tinggi

    untuk memenuhi konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Pada tahun 2008 negara tujuan

    ekspor manggis utama adalah Cina, Taiwan, Hongkong, Timur Tengah (Arab Saudi, Uni

    Emirat Arab, Kuwait, Bahrain dan Qatar), daerah Asia lainnya dan Eropa (Balai Besar

    Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2010), seperti Belanda, Perancis,

    Jerman, Italia dan Spanyol (Sarwono,1996). Australian Government (2012) menyatakan,

    pada tahun 2010 produksi manggis Indonesia mencapai 184.500 ton dengan area produksi

    utama propinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara dan propinsi di sepanjang pulau

    Sumatera. Dari hasil produksi tersebut hanya 2.450 ton yang diekspor dengan tujuan Cina,

    Timur Tengah dan Eropa. Kecilnya jumlah buah manggis yang diekspor ini disebabkan

    sebagian besar buah yang dihasilkan bermutu rendah dan beragam. Peluang ekspor buah

    manggis segar masih terbuka karena pasar buah-buahan termasuk manggis belum dibatasi

    oleh kuota. Bahkan permintaan pasar dunia akan manggis belum terpenuhi (Fitriawan, 2008).

    Dalam sistem perdagangan internasional komoditas pertanian yang dilaksanakan saat

    ini, WTO memberlakukan ketentuan-ketentuan non-tarif yang dituangkan dalam bentuk

    Sanitary and Phytosanitary (SPS) Agreement. Negara-negara anggota WTO termasuk

    Indonesia, harus melaksanakan ketentuan dalam agreement tersebut dalam kegiatan

    ekspor dan impor komoditas pertanian. Semua ketentuan ini diberlakukan dalam kerangka

    implementasi International Plant Protection Convention (IPPC). Implementasi SPS

    Agreement dalam bentuk International Standard for Phytosanitary Measures (ISPM). Dalam

    ISPM ditentukan bahwa negara pengimpor dapat melakukan analisa resiko masuk dan

    berkembangnya berbagai penyakit dan patogen lainnya yang mungkin terbawa oleh

  • 2

    komoditas yang diimpor. Informasi tentang penyakit dan berbagai patogen tetersebut tersedia

    dalam bentuk Disease List yang disertai informasi tentang biologi, ekologi dan potensi

    yang merusak. Untuk memperlancar pelaksanaan ekspor komoditas pertanian khususnya

    manggis, kelengkapan dokumen ekspor berupa daftar penyakit tersebut harus disediakan

    (Fitriawan, 2008).

    Tujuan

    Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui berbagai penyakit mayor dan minor pada

    tanaman manggis.

    Hasil yang diharapkan

    Dengan adanya pengamatan lapang ini diharapkan dapat mengetahui biologi, ekologi,

    serta pengendalian dari berbagai penyakit mayor dan minor pada tanaman manggis.

  • 3

    BAHAN DAN METODE

    Lokasi dan Waktu Pelaksaan Surveilans

    Surveilans pelaksanaan List of Plant Disease pada tanaman manggis ini dilakukan di

    Kabupaten Bogor, yaitu Kampung Cengal, Desa Karacak, Kabupaten Leuwiliang pada bulan

    Februari - Maret 2013. Surveilans dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tanggal 26

    Februari 2013 dan pada tanggal 9 Maret 2013.

    Gambar 1. Lokasi Kebun binaan daerah Leuwiliang

    Penentuan Contoh Tanaman

    Areal pertanaman manggis yang dijadikan surveilans adalah pertanaman manggis

    milik anggota kelompok tani yang bernama Bapak Arya dengan total luasan pertanaman 0,75

    hektar dan kurang lebih terdapat 300 pohon manggis. Untuk penentuan tanaman contoh kami

    mengambil 30 tanaman contoh secara acak dikarenakan lahan pertanaman yang berundak dan

    jarak tanamnya berbeda-beda antar tanaman. Dari ke tiga puluh tanaman contoh tersebut

    diamati berbagai tanaman yang terkena penyakit (mayor) untuk dihitung intensitas

    penyakitnya.

  • 4

    Metode Surveilans

    Metode yang dilakukan dalam surveilans ada dua, yaitu metode observasi dan metode

    kepustakaan. Metode observasi adalah mengamati secara langsung keadaan responden.

    Data yang diperoleh dicatat dalam bentuk catatan kemudian di sadur dalam laporan.

    Sedangkan metode kepustakaan dilakukan dengan mencari literatur yang berkaitan dengan

    List of Plant Disease pada tanaman manggis.

  • 5

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Sejarah dan Asal Usul Komoditas Tanaman Manggis

    Manggis (mangosteen) dengan nama latin Garcinia mangostana ini berasal dari Asia

    Tenggara. Pohon manggis hanya bisa tumbuh di hutan dan dataran tinggi tertentu yang

    beriklim tropis seperti di Indonesia, Filipina, Malaysia, Vietnam, Myanmar dan Thailand

    serta di Hawai dan Australia Utara. Manggis juga dikenal sebagai tanaman budidaya dan

    merupakan salah satu tanaman buah tropika yang pertumbuhannya paling lambat, tetapi

    umurnya juga paling panjang. Membutuhkan 10-15 tahun untuk mulai berbuah dan tingginya

    mencapai 10-25 meter (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2003 ).

    Buah manggis merupakan salah satu komoditi ekspor yang diminati oleh pasar

    Internasional, sehingga permintaan manggis setiap tahunnya terus meningkat (Sunarjono

    1998). Hal ini ditunjukkan dengan permintaan yang masih relatif besar dari pada penawaran

    yang berlaku untuk pasar di dalam negeri maupun pasar ekspor, yang juga tercermin dari

    harga buah manggis yang jauh lebih tinggi apabila dibanding dengan harga buah-buahan

    lainnya (Wirantaprawira, 2003).

    Sejarah Budidaya Komoditas Manggis di Indonesia

    Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang

    teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malayasia atau Indonesia. Dari Asia

    Tengara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti

    Srilangka, Malagasi, Karibia, Hawai dan Australia Utara. Di Indonesia manggis disebut

    dengan berbagai macam nama lokal seperti Manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung),

    Manggusto (Sulawesi Utara), Manggista (Sumatra Barat). Manggis merupakan salah satu

    komoditas buah eksotik primadona ekspor yang sangat potensial untuk dikembangkan.

    Manggis dijuluki Queen of the Trofical Fruit, karena memiliki cita rasa yang khas dengan

    keterpaduan antara warna dan kenikmatan rasa manis, asam dan sepat yang jarang dimiliki

    oleh buah buahan tropis lainnya (Biro Pusat Statistik, 2005).

  • 6

    Gambar 2. Peta Penyebaran Manggis di Indonesia (Biro Pusat Statistik, 2005)

    Pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan mutu dan hasil pertanian yang

    pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Untuk tercapainya tujuan tersebut

    perlu adanya imbalan atau balas jasa yang layak kepada petani atas usaha memproduksi hasil

    hasil pertanian.Proses pembangunan tidak terlepas dari geliat perekonomian yang ada disuatu

    Negara, sehingga tolak ukur perkembangan pembangunan keadaan suatu Negara dilihat dari

    perkembangan ekonominya (Diennazola, 2013).

    Pemasaran dapat diartikan sebagai proses penyaluran barang atau jasa dari titik

    produksi sampai ketitik konsumsi, bahkan ada yang menyebutkan sebagai upaya penjualan.

    Konsep paling mendasar dari pemasaran adalah adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi

    oleh diri sendiri, yang akhirnya ada upaya untuk mencari pemuas kebutuhan tersebut dan

    produsen menyediakannya sehingga terjadi kegiatan pemasaran (Investor Daily Indonesia,

    2012).

    Penyakit Pada Komoditas Manggis

    Pengelola komoditas tanaman manggis (Pak Arya), sebenarnya tidak terlalu

    mengeluhkan permasalahan mengenai berbagai penyakit tanaman pada manggis ini. Tanaman

    manggis yang ia kelola sekarang adalah milik orang tua mereka. Sehingga, tak ayal jika

    kondisi kebun yang ada bukan merupakan monokultur manggis , tetapi bercampur dengan

    berbagai jenis tanaman lain seperti kakao, rambutan dan lain-lain. Berdasarkan hasil

    surveilans tanaman manggis yang dilaksanakan di Kampung Cengal, Desa Karacak,

    Kabupaten Leuwiliang diperoleh daftar penyakit mayor dan minor pada tanaman manggis.

    Penyakit yang umum (Mayor) diantaranya adalah bercak daun yang disebabkan oleh

    Pestalotia sp. , penyakit getah kuning yang terdapat pada buah yang disebabkan oleh

  • 7

    cendawan Fusarium oxysforum, jamur upas yang disebabkan oleh Upasia salmonicolor, dan

    busuk buah yang disebabkan Botryodiplodia theobromae. Sedangkan penyakit minor yang

    ditemukan adalah mati ujung yang disebabkan oleh Diplodia sp. , kanker batang yang

    disebabkan oleh cendawan Botryosphaeria ribis, dan penyakit hawar benang yang

    disebabkan oleh cendawan Marasmius scandens.

    Bercak daun. Gejala penyakit yang umum adalah adanya bercak tidak beraturan

    pada daun. Warna bercak berbeda-beda tergantung dari jenis patogennya. Gejala serangan

    Helminthosporium sp. berupa bercak berwarna coklat pada daun, Gloeosporium garciniae

    menimbulkan bercak berwarna hitam pada sisi atas daun, sedangkan Pestalotia

    (Pestalotiopsis) sp. adalah bercak dengan warna kelabu pada bagian tengahnya. Pada

    pengamatan di desa caracak, kami banyak menemukan bercak daun yang berwarna coklat

    yang disebabkan oleh Helminthosporium sp. (Juaidi dan Hadisurisno, 2003)

    Getah Kuning. Banyak pendapat yang muncul tentang apa penyebab dari penyakit

    getah kuning ini. Hadisutrisno dalam Peni (1996) menduga getah kuning manggis ini

    disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium sp dan Botrydiplodia sp, namun belum dapat

    dipastikan apakah pathogen tersebut merupakan pathogen primer penyebab getah kuning atau

    hanya sebagai pathogen sekunder. Sunarjono (1998) menyatakan bahwa getah kuning timbul

    akibat tusukan Helopeltis antonii yang mengeluarkan toksin sehingga daging buah atau bekas

    tusukan menjadi kuning. Reza dkk. (2000) menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh

    aspek fisiologis, misalnya benturan oleh angin, luka bekas gigitan serangga dan luka saat

    pemanenan. Kurniadhi (2004) mengemukakan bahwa ada beberapa pendapat sehubungan

    dengan penyakit getah kuning pada buah manggis. Ada yang menduga penyakit getah

    kuning merupakan penyakit fisiologis, hal ini terjadi karena pecahnya sel-sel kulit buah yang

    disebabkan oleh perubahan potensial air. Akibatnya, keluar getah bewarna kuning menempel

    pada daging buah. Pendapat lain menyatakan bahwa penyakit getah kuning ini disebabkan

    terjadinya benturan antara buah yang satu dengan buah yang lain, sewaktu masih dipohon

    maupun ketika dilakukan pemanenan. Benturan itu menimbulkan luka pada kulit bagian

    dalam disusul keluarnya cairan getah bewarna kuning. Menurut Heyne (1998) menyatakan

    bahwa keluarnya getah kuning disebabkan oleh pengairan yang berlebihan setelah

    kekeringan. Melalui uji postulat Koch pada buah manggis yang mengeluarkan getah kuning

    di Laboratorium Hama dan Penyakit Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Hasil isolasi

    pada media PDA dari berbagai bagian buah yang bergetah kuning didapatkan 5 jenis

    cendawan dengan bentuk dan warna koloni yang berbeda. Semua cendawan yang diuji tidak

  • 8

    selalu menyebabkan terjadinya getah kuning pada buah, baik pada kulit maupun daging buah.

    Hal ini dapat dibandingkan dengan buah yang tidak diperlakukan (kontrol). Pada kontrol juga

    ditemukan adanya getah kuning pada kulit dan daging buah. Perlakuan Postulat Koch dengan

    cara tusukan dan penempelan isolat juga tidak membuktikan bahwa cendawan yang diisolasi

    dari buah yang bergetah kuning adalah penyebab munculnya getah kuning. Walaupun pada

    kulit buah bekas tusukan ditemukan getah kuning namun daging buahnya tidak bergetah

    kuning.

    Gejala getah kuning pada manggis berasosiasi dengan bakteri yang berasal dari

    golongan gram positif dari genus Corynebacterium (Corynebacterium sp1, Corynebacterium

    sp2, Corynebacterium sp3). Bakteri ini diduga sebagai pathogen penyebab penyakit getah

    kuning pada manggis (Nurcahyani, 2005). Corynebacterium merupakan bakteri pathogen

    tanaman, dalam media komplek biasanya berbentuk tidak beraturan pada fase eksponensial.

    Bakteri ini menyebabkan penyakit dengan gejala puru, getah (berlendir) dan layu. Umumnya

    bakteri ini berasosiasi hanya dengan satu genus tanaman inang. Ukuran koloni

    Corynebacterium berkisar dari kecil (0,1-3 mm) sampai besar (5-8 mm). Morfologi

    koloninya bulat, cembung (convex), tidak beraturan dan fludial. Pada media yang kaya nutrisi

    biasanya akan terbentuk pigmen yang bewarna kuning atau orange, namun beberapa spesies

    memang tidak membentuk pigmen (Schaad dkk., 2001).

    Getah kuning yang mengotori aril diduga karena rusaknya sel-sel epithelum penyusun

    saluran getah di endocarp yang terjadi secara skizogen. Sehingga dinding sel tidak memiliki

    lamela tengah dan diikuti dengan tekanan mekanik yaitu desakan petumbuhan aril dan biji ke

    arah luar selama fase pembesaran buah dan tekanan osmotik serta rendahnya kandungan Ca

    dan pH tanah. Hal ini kemungkinkan disebabkan oleh tekanan turgor sel, serangga, cendawan

    atau bakteri. Getah kuning yang dikoleksi dari kulit batang, kulit luar buah, pericarp buah

    muda, aril buah muda dan dewasa menunjukkan hasil positif terhadap senyawa triterpenoid,

    flavonoid dan tanin, akan tetapi menunjukkan uji negatif terhadap senyawa alkaloid, saponin

    dan steroid, kecuali getah kuning pada aril muda menunjukkan uji positif terhadap senyawa

    steroid (Dorly, 2009).

    Jamur upas. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada musim hujan. Cabang atau

    ranting mati akibat jaringan kulit yang mengering sehingga sering disebut penyakit mati

    cabang atau ranting. Pada awalnya cabang atau ranting yang terinfeksi berwarna mengkilat

    seperti perak, kemudian berubah warna menjadi merah jambu (seperti kerak). Kerak tersebut

  • 9

    merupakan massa miselium cendawan yang kemudian menyerang masuk ke dalam jaringan

    kulit. Pada saat itu jamur telah masuk ke dalam jaringan kulit dan menyebabkan matinya

    cabang. Penyakit-penyakit lain pada tanaman manggis ini diantaranya adalah mati ujung yang

    disebabkan oleh Diplodia sp. , kanker batang yang disebabkan oleh cendawan

    Botryosphaeria ribis, dan penyakit hawar benang yang disebabkan oleh cendawan

    Marasmius scandens.( Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2012)

    Gambar 3. Gejala Penyakit pada tanaman Manggis

    (Dari Kiri atas ke kanan bawah) Hawar Benang, Bercak Coklat, Jamur Upas,

    Getah Kuning, Bercak Coklat, Busuk Buah

    Busuk Buah. Gejala di lapangan dimulai dengan adanya kerak atau burik pada buah

    muda, burik berwarna coklat, pecah-pecah dan sedikit mengeluarkan getah berwarna kuning.

    Burik biasanya mulai dari ujung buah, kemudian menjalar ke arah sepal atau sebaliknya.

  • 10

    Burik dapat juga pada sisi buah (Gambar di atas). Kulit buah berwarna kehitam-hitaman dan

    mengkilap; selanjutnya warna berubah menjadi hitam suram. Perubahan warna kulit diawali

    di bagian dekat tangkai buah (pangkal buah), kemudian dengan cepat meluas ke seluruh

    bagian buah. Penampakan buah tidak menarik (burik) dan buah menjadi keras. Setelah dibuka

    daging buah berair, busuk dan lekat dengan kulit buah (Gambar di samping bawah). Penyakit

    ini juga terjadi pada buah di penyimpanan. Penyebab penyakit busuk buah ini adalah

    cendawan Botryodiplodia theobromae Penz. (Diplodia mangostanae Henn et Nyman),

    cendawan Colletotrichum gloeosporioides Pat atau Glomerella cingulata (Stonem).

    (Semanggun, 2007).

    Hawar Benang. Gejala di lapangan dimulai pada permukaan cabang atau ranting

    terdapat benang-benang putih. Benang-benang putih tersebut hidup sebagai saprofit

    fakultatif, yakni dapat hidup sebagai saprofit dan hidup sebagai parasit. Cendawan berupa

    benang-benang putih, kemudian meluas hingga di bawah permukaan bawah daun dan

    menutupi seluruh permukaan daun, sehingga lambat laun daun yang terserang akan mati.

    Penyakit ini juga sering disebut thread blight (Semanggun, 2007).

    Pada praktikum ini , kami mengamati Intensitas Penyakit yang ada dilapangan. Kami

    mengamati daun manggis yang terkena penyakit bercak daun , jamur upas, dan getah kuning

    dari keparahan yang rendah hingga yang tinggi.Insidensi penyakit (desease insidence atau

    frequency) atau sering disebut juga sebagai Kejadian Penyakit merupakan proporsi

    individual inang atau organ yang terserang penyakit, tanpa mempedulikan seberapa berat

    penyakitnya. Dalam persentase. Contoh tanaman yang terinfeksi (n) dan tanaman yang

    diamati (N). Rumus sebagai berikut :

    Insedensi Penyakit = n X 100%

    N

    Severitas penyakit (Desease Severity) atau disebut keparahan penyakit yang

    merupakan proporsi permukaan inang yang terinfeksi terhadap total permukaan inang yang

    diamati. Pengamatan keparahan penyakit dapat ditentukan dengan dua cara in situ dan

    pengamatan organ secara destruktif. Insitu merupakan pengamatan penyakit yang dapat

    diperkirakan secara visual langsung dari unit contoh (misalkan daun). Skor pada setiap

    kategori serangan (v), dan skor untuk serangan terberat (V). Rumus yang digunakan :

    Severitas Penyakit = n x v x 100%

    N x V

  • 11

    Bedasarkan hasil surveilans tanaman manggis yang dilaksanakan di Kampung Cengal,

    Desa Karacak, Kabupaten Leuwiliang diperoleh bahwa kejadian penyakit yang terjadi pada

    penyakit bercak coklat, jamur upas, dan getah kuning adalah 93,33 %, 63,33 %, dan 83,33 %.

    Hasil ini di dapat dengan cara menghitung keparahan penyakit dengan formula diatas.

    Severitas penyakit yang kami dapatkan pada penyakit bercak coklat, jamur upas, dan getah

    kuning adalah %, %, dan %. Jadi dapat kami simpulkan kejadian penyakit

    yang paling tinggi terdapat pada penyakit bercak coklat sedangkan severitas penyakit yang

    paling tinggi terdapat pada penyakit bercak coklat juga.

    Tabel 1. Skor Skala Kerusakan Penyakit

    Skor Skala Kerusakan

    0 Luas gejala 0% (tidak ada gejala)

    1 Luas gejala (1 5)%

    2 Luas gejala (6 10)%

    3 Luas gejala (11 25)%

    4 Luas gejala (26 40)%

    5 Luas gejala (41 65)%

    6 Luas gejala (66 100)%

  • 12

    Tabel 2. Skoring Pengamatan Penyakit pada Tiga Puluh Tanaman Contoh

    Tanaman Contoh

    Ke-

    Bercak Daun

    Jamur Upas

    Getah

    Kuning

    Keparahan Penyakit (%)

    Skor Keparahan Penyakit (%)

    Skor Keparahan Penyakit (%)

    Skor

    1 12 3 1 1 10

    2

    2 3

    15 53

    3 5

    23 25

    3 3

    13 26 4

    35

    4 10 2 36 4 15 3

    5 5 1 6 2 37 4 4

    6 8 2 14 3 21 3 3

    7 35 4 23 3 10 2

    8 22 3 39 4 15 3

    9 3 1 0 0 60 5

    10 2 1 0 0 10 2

    11 1 1 0 0 30 4

    12 5 1 10 2 5 1

    13 1 1 10 2 5 1

    14 8 2 10 2 0 0

    15 39 4 10 2 0 0

    16 15 3 3 1 5 1

    17 10 2 4 1 5 1

    18 15 3 3 1 0 0

    19 20 3 1 1 0 0

    20 30 4 0 0 45 5

    21 10 2 0 0 0 0

    22 10 2 0 0 0 0

    23 30 4 5 1 0 0

    24 10 2 60 6 15 3

    25 0 0 0 0 60 5

    26 0 0 0 0 30 4

    27 5 1 0 0 45 5

    28 7 2 0 0 23 3

    29 12 3 0 0 10 2

    30 15 3 17 3 5 2

  • 13

    x 100 %

    x 100 %

    %

    Tabel 3. Keparahan Penyakit Bercak Daun

    x 100 %

    x 100 %

    %

    Tabel 4. Keparahan Penyakit Jamur Upas

    x 100 %

    x 100 %

    %

    Tabel 5. Keparahan Penyakit Getah Kuning

    a. Kejadian Penyakit Bercak Daun :

    =

    x 100 %

    =

    x 100 %

    = 93,33 %

    b. Kejadian Penyakit Jamur Upas

    x 100 %

    =

    x 100 %

    = 63,33 %

    Skor n n x v N x V

    0 2 0 180

    1 7 7

    2 5 10

    3 7 21

    4 8 32

    5 1 5

    6 0 0

    Skor n n x v N x V

    0 11 0 180

    1 6 6

    2 5 10

    3 5 15

    4 2 8

    5 0 0

    6 1 6

    Skor n n x v N x V

    0 7 0 180

    1 4 4

    2 5 10

    3 6 18

    4 4 16

    5 4 20

    6 0 0

  • 14

    c. Kejadian Penyakit Getah Kuning

    x 100 %

    =

    x 100 %

    = 83,33 %

    Kerugian Akibat Penyakit

    Kerugian yang diakibatkan oleh patogen cukup mengurangi peluang kuota ekspor

    manggis ke luar negeri. Pada tahun 2011, produksi manggis nasional mencapai 117.600 ton

    dengan jumlah ekspor manggis mencapai 12.600 ton dengan nilai 9,9 juta dollar AS (Rp 94

    miliar, dengan pangsa pasar utama adalah Hong Kong., Cina, Singapura, Malaysia dan Timur

    Tengah (Berita Pertanian Online, 2013).

    Tabel 6. Volume Impor Komoditas Hortikultura Indonesia, 2009 2012

    Tabel 7. Nilai Impor Komoditas Hortikultura Indonesia, 2009 2012

  • 15

    Budidaya dan Praktek Pengendalian Di Lapangan

    Budidaya tanaman manggis membutuhkan media tanam tanah yang cocok agar hama

    dan penyakit bisa ditekan seminimal mungkin. Produksi manggis saat ini masih potensial

    untuk ditingkatkan bila memperoleh penanganan yang tepat. Media tanam tanah yang paling

    baik untuk budidaya manggis adalah tanah yang subur, gembur, mengandung bahan organik.

    Derajat keasaman tanah (pH tanah) ideal untuk budidaya manggis adalah 57. Untuk

    pertumbuhan tanaman manggis memerlukan daerah dengan drainase baik dan tidak tergenang

    serta air tanah berada pada kedalaman 50200 m (Rakhmat, 1995).

    Nama

    Penyakit

    Pengendaliannya

    Jamur Upas Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara memangkas tanaman pelindung atau bagian tanaman yang sudah mati agar tingkat kelembaban

    kebun berkurang. Gergaji cabang sepanjang 30 cm di bawah bagian kulit

    yang sudah membusuk, lalu bakar cabang tersebut. Olesi cabang yang

    terserang dengan bubur Bordeaux, carbolineum plantarum, atau fungisida

    berbahan aktif tridemorf.

    Getah Kuning Pencegahan dapat dilakukan dengan cara memangkas cabang dan ranting

    yang mati atau kering, mengatur pengairan serta memperbaiki drainase

    kebun. Hindari terjadinya luka akibat benturan pada buah, agar buah tetap

    mulus dan sehat. Secara umum cara pengendalian penyakit dapat dilakukan

    dengan menjaga lingkungan tumbuh tanaman agar tidak terlalu lembab serta

    melakukan sanitasi atau menjaga kebersihan kebun. Pengendalian juga dapat

    dilakukan dengan menggunakan bahan kimia fungisida. Gunakan masker

    apabila sedang melakukan penyemprotan tanaman dengan bahan kimia.

    Bercak Daun Cara kultur teknis: 1) Pengurangan tingkat kelembapan kebun dengan

    mengurangi/memangkas tanaman pelindung dan bagian tanaman manggis

    yang sudah mati; 2) Sanitasi kebun, dengan membersihkan rerumputan/

    gulma, daun dan ranting di areal pertanaman manggis yang dapat menjadi

    tempat sumber inokulum.. Cara mekanis :Pemangkasan daun sakit kemudian

    membakarnya. Cara kimiawi : Penyemprotan dengan fungisida yang efektif,

    terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian.

    Buah Busuk Cara pencegahannya dengan memusnahkan buah-buah yang sakit dengan

    cara membakar. Usahakan agar buah tidak luka atau memar akibat benturan,

    karena buah yang memar sangat peka terhadap patogen ini.

    Hawar Benang Cara pengendaliannya dengan membersihkan dan membakar sisa-sisa

    tanaman, baik daun maupun ranting. Semprotkan fungisida seperti Corbox

    atau Cupravit dengan dosis sesuai anjuran yang tertera pada kemasan.

  • 16

    KESIMPULAN

    Keragaman patogen yang ditemukan pada komoditas manggis di Kabupaten Bogor ,

    Kampung Cengal, Desa Karacak, Kabupaten Leuwiliang terdapat pada daun, buah, dan

    batang. Penyakit yang dominan muncul pada komoditas ini adalah getah kuning dan masih

    belum diketahui patogen penyebabnya. Perlu diperhatikan budidaya manggis untuk

    mendapatkan buah yang berkualitas tinggi sehingga memenuhi kriteria eksport juga

    dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab penyakit pada komoditas manggis.