132
-
Upload
nur-ichsan -
Category
Documents
-
view
122 -
download
0
Transcript of 132
I-
Menteri Perindustrian Republik Indonesia
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: 132/M-IND/PER/I0/2009
TENTANG
PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KERA ..IINAN DAN BARANG SENI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;
b. bahwa industri kerajinan dan barang seni merupakan bag;an dari kelompok industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri kerajinan dan barang seni;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menter; Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni;
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
•
Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 131/M-IND/PER/I0/2009
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lernbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
.. \ 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tarnbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;
/
2
I •
Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor:131/M-IND/PER/I0/2009
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Ke~a Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;
12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang . \ Kebijakan Industri Nasional;
13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER!3! 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KERA..IINAN DAN BARANG SEN!.
Pasal1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri kerajinan dan barang seni untuk periode 5 (lima) tahun.
2. Industri Kerajinan dan Barang Sen; adalah industri yang terdiri dari :
a. Industri BordirlSulaman (KBLl17293); b. Industri Anyam-anyaman dari Rotan dan Bambu (KBLI
20291); c. Industri Anyam-anyaman dari Tanaman selain Rotan
dan Bambu (KBLI 20292); d. Industri Kerajinan Ukir-ukiran dari Kayu kecuali
Mebeller (KBLI 20293).
3
I.
Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 131/M-IND/PER/I0/2009
3. Pemangku Kepentingan adalah Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya.
4. Menteri adalah Menteri yang melaksanakan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.
Pasal2
(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , \ merupakan:
a. Pedoman operasional Aparatur Pemerintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya;
b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Kerajinan dan Barang Seni ataupun sektor lain yang terkait;
c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan
d. Informasi untuk menggalang dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dad masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.
Pasal3
(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud daiam Pasal 2 ayat (1).
(2) Pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.
4
Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 131/M- IND/PER/I0/2009
Pasal4
(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-Iambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.
Pasal5
. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. , \
Ditetapkan di Jakarta padatanggal 14 Oktober 2009
MENTERI PERINDUSTRIAN RI t
FAHMIIDRIS
SAL/NAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada:
1. Presiden RI; 2. Wakil Presiden RI; 3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 4. Gubernur seluruh Indonesia;
5. BupatilVValikota seluruh Indonesia; 6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian.
5
---
, .
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR 131/M- IND/PER/10/2009
T ANGGAL : 14 Oktober 2009
PETA PANDUAN
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KERAJINAN DAN BARANG SENI
, \ BABI PENDAHULUAN
BAB II SASARAN
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BABIV PROGRAM I RENCANA AKSI
MENTERI PERINDUSTRIAN RI4
FAHMIIDRIS
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 1 31/M-IND/PER/I0/2009
BABI
PENDAHULUAN
A. Ruang Lingkup Industri Kerajinan dan Barang Seni
Berdasarkan nomor HS, ruang lingkup industri kerajinan dan barang seni
mencakup Nomor HS 44, 46, 58, 65, 67, 71 dan 95.
Berdasarkan kriteria nilainya, industri ini dapat dikelompokkan menjadi 5
kelompok, yai~u : , '\
1) Industri Kerajinan Anyaman
Adalah industri yang berbahan baku serat-serat, baik serat alam
maupun serat buatan untuk menjadi produk anyaman. Berdasarkan
jenis bahan bakunya maka industri anyaman ada anyaman rotan,
anyaman bambu (KBLI 20291), anyaman mendong, anyaman pandan,
anyaman purun, anyaman ketak, anyaman jangan, anyaman lidi,
anyaman lontar, anyaman agel dan anyaman eceng gondok serta
anyaman keladi air dan anyaman plastiklnilon (KBLI 20292).
2) Industri Kerajinan Bordir dan Sulaman
Adalah industri yang berbahan baku benang dan kain/tekstil dengan
proses produksi menjadi bordir dan sulaman. Berdasarkan jenis
kegunaannya maka industri bordirlsulaman ada bordir
busana/gaun/asesorisnya serta bordir untuk perlengkapan rumah
tangga sprei, sarung bantal, taplak meja, tutup
televisi/dispenser/audivisual (KBLI 17293).
3) Industri Kerajinan Kayu
Adalah industri yang berbahan baku kayu dengan proses produksinya
menjadi kerajinan kayu. Berdasarkan jenis kegunaannya maka industri
kerajinan kayu ada, pigura, ukiran kayu, kerajinan kayu, sarung golok
(KBLI 2093), talenan kayu, perabot dad kayu (KBLI 2094)
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 131/M-IND/PER/I0/2009
4) Industri Kerajinan Mainan Anak-anak
Adalah industri yang berbahan baku kayu/kain dengan proses produksi
menjadi mainan anak-anak. Berdasarkan jenis bahan baku dan
kegunaannya ada produk boneka, mainan anak dan education toys
(KBLI 36943)
5) Industri Kerajinan Alat Musik
Adalah industri yang berbahan baku kayu/kulit dengan proses produksi
menjadi alat-alat musik. Berdasarkan jenis bahan baku dan
kegunaannya ada produk gitar, gamelan, sasando, angklung, seruling
dan sebagainya (KBLI 36942).
B. Pengelompokan Industri Kerajinan dan Barang Seni
Pengelompokkan industri kerajinan dan barang seni seperti industri kerajinan
anyaman, kerajinan kayu, kerajinan mainan anak-anak dan kerajinan alat-alat
musik ke dalam kelompok industri hulu, industri antara dan industri hilir tidak
dapat dilakukan karena memang pohon industri (proses produksinya) pendek,
Sedangkan untuk industri bordirlsulaman dapat dikelompokkan atau
dikategorikan dalam kelompok indusri tekstil dan produk tekstil (TPT) dengan
rincian sebagai berikut :
a. Kelornpok Industri Hulu
Termasuk dalam Industri Hu/u adalah industri serat dan benang di
dalamnya adalah :
• Industri Serat Alam yang mernproduksi serat alam seperti kapas,
sutera, rami, wol dan lain sebagainya.
• Industri Serat Buatan Staple yang mengolah PX, PTA, MED dan Pulp
kayu menjadi serat pendek seperti polyester, nylon. rayon dan lain
sebagainya.
• Industri Benang Filamen yang mengolah PX, PTA, MEG dan pulp kayu
menjadi benang filament seperti polyester. nylon, rayon dan lain
sebagainya.
I,
'. , Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 131/M-IND/PER/I0/2009
• Industri Pemintalan yang memproduksi benang dari bahan baku berupa
serat buatan maupun serat alam atau campuran keduanya.
• Industri Pencelupan Benang untuk memberikan efek warna pada
benang.
b. Kelompok Industri Antara
• Industri Pertenunan (Weaving) yang mengolah benang menjadi kain
tenun mentah (grey fabric).
• Industri Perajutan (Knitting) yang mengolah benang menjadi kain rajut ,
mentah (grey fabric).
• Industri Pencelupan (Dyeing) yang mengolah kain mentah menjadi
kain setengah jadi dengan memberikan efek warna pada kain.
• Industri Pencapan (Printing) yang mengolah kain mentah menjadi kain
setengah jadi dengan memberikan efek motif warna pada kain.
• Industri Penyempurnaan (Finishing) yang mengolah kain setengah jadi
menjadi kain jadi (finish fabric).
• Industri Non Woven yang mengolah serat atau benang menjadi kain
selain melalui proses tenun atau rajut.
c. Kelompok Industri Hilir
Termasuk dalam Industri Hilir adalah industri yang memproduksi barang
barang jadi tekstil konsumsi masyarakat, diantaranya adalah :
• Industri Pakaian Jadi (Garmen) yang mengolah kain jadi menjadi
pakaian jadi baik kain rajut maupun kain tenun.
• Industri Embroideri yang memberikan efek motif atau corak pada kain
jadi ataupun barang jadi tekstil.
• Industri Produk Tekstillainnya yang mengolah kain jadi menjadi produk
tekstillainnya selain pakaian jadi.
I,
. ,
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 131/M- IND/PER/IO/2009
BAB II
SASARAN
A. Jangka Menengah (2010 - 2014)
- Terwujudnya sistem pembinaan dan pengembangan industri
kerajinan dan barang seni melalui pendekatan klaster IKM yang lebih
bersinergi kepada setiap pemangku kepentingan, dan pendekatan
OV9P (One Village One Product) yang berbasis kompetensi inti
indu~tri daerah Kabupaten/Kota.
- Terciptanya iklim usaha yang kondusif melalui sitem perpajakan dan
pelarangan ekspor bahan mentah non-olahan guna melindungi
kebutuhan bahan baku industri kerajinan dan barang seni.
- Terbentuknya basis usaha industri kerajinan dan barang seni yang
tangguh didukung SDA yang baik dan SDM kreatif, terampil yang
mampu menghasilkan produk berdaya saing tinggi.
- Peningkatan produktivitas, effisiensi, mutu dan desain yang inovatif
dengan kreasi menarik bagi produk industri kerajinan dan barang
seni pada sentra-sentra potensial.
- Terwujudnya industri kerajinan dan barang seni nasional yang
mampu bersaing dipasar dalam dan luar negeri.
Tolok ukur sasaran pengembangan
Tolok Ukur 2009 2014
Unit Usaha 815.705 Unit 1.108.543 Unit
I T enaga Kerja 1.901.705 Orang 2.671.195 Orang
Nilai Produksi (Rp.) 13.200.835 Juta 18.542.310 Juta
Nilai Ekspor ( US$ ) 134.088.300 172.236.427
I·
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: I3I/M- IND/PERlI0/2009
Berkembangnya jumlah unit usaha industri kerajinan dan barang
seni mencapai sebesar 7,18% rata-rata per tahun, tenaga kerja
8,10% per tahun.
- Peningkatan ekspor produk kerajinan dan barang seni rata-rata per
tahun 5,69% atau senilai US$ 17.629.624 dengan mutu produk
diakui dalam pasar internasional.
B. Jangka Panjang (2010 - 2025)
- T erbentuknya basis kompetensi inti industri kerajinan dan barang , \
seni dalam rangka pengembangan OVOP dan terciptanya produk
produk unggulan daerah yang dan bermutu dan berdesain menarik
didukung sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, terampil dan
ahli dibidang desain prod uk.
- Terwujudnya pembinaan yang terintegrasi dan bersinergi pada
instansi/lembaga yang terkait dalam rangka pengembangan Klaster
IKM Kerajinan dan Barang Seni dan meningkatnya rantai nilai
kerajinan dan barang seni.
- Terjadinya jejaring pemasaran yang lebih luas atas kinerja
pembinaan yang dilakukan dan kinerja champion dari klaster industri
kerajinan dan barang seni secara profesional dalam aspek-aspek
sebagai berikut :
~ Pemasaran
• Memperkuat peran pasar spesifik produk industri kerajinan
dan barang seni di dalam negeri.
• Pemantapkan kemampuan market intelegen dalan perannya
dalam penetrasi pasar lakal dan global.
• Memperbanyak jumlah showroom/counter/outlet produk
industri kerajinan dan barang seni di pasar modern dan
pariwisata di dalam negeri diberbagai comer store/mini
market di stasiun KA, Bandara, POM Bensin, serta ruang
pamer di Kedubes RI di berbagai negara.
I,
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 131/M-IND/PER/I0/2009
• Peningkatan pemanfaatan website portallKM di internet.
~ T eknologi proses dan standardisasi;
• Pengembangan peran mesin dan peralatan untuk
peningkatan mutu dan desain produk kerajinan dan barang
seni.
• Peningkatan upaya mendorong dan fasilitasi HaKI,
Standardisasi mutu dan sertifikasi CE-Mark bagi produk
produk kerajinan dan barang seni.
,., Optimalisasi peranan teknologi proses dan pewarnaan produk
kerajinan dan barang seni.
~ Pengembangan desain dan kreasi inovasi produk sistim
komputerisasi ;
• Sentra Produksi; melakukan optimalisasi sistim jejaring bisnis
dan pemasaran (Network Technology System) bagi industri
kerajinan dan barang seni.
• Stakeholder; pemantapan perluasan jaringan kerjasama
(networking) industri kerajinan dan barang seni pada lembaga
perguruan tinggi, lembaga NGO lokal dan asing. Lembaga
perdagangan serta /embaga-Iembaga penelitian untuk
peningkatan mutu dan desain produk.
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: I31/M- IND/PERlI0/2009
BAB III
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Visi dan Arah Pengembangan
Visi pengembangan industri kerajinan dan barang seni adalah
"Menjadikan produk kerajinan dan barang seni sebagai basis produk
kerajinan dunia". Untuk mencapai visi tersebut, maka kebijakan
pengernbangan industri kerajinan dan barang seni diarahkan untuk
menjawCib, tantangan era globalisasi perdagangan, mampu
mengantisipasi perkembangan perubahan selera pasar dan pesan yang
cepat. Persaingan internasional merupakan perspektif baru semua
negara, maka strategi pengembangan IKM ke depan harus
mengembangkan kemampuan daya saing produk kerajinan dan barang
seni yang tangguh di pasar internasional.
Oengan memperhatikan rencana dan arah Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) dan Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dibidang
industri, maka pengembangan industri kerajinan dan barang seni harus
ada dukungan dari sektor-sektor terkait, secara garis besar meliputi
kebijakan;
a). Pengembangan inovasi dan kreasi desain produk kerajinan dan
barang seni berbasis budaya daerah.
b). Memperkuat keterkaitan pada semua tingkat dan rantai nilai dalam
klaster.
c). Peningkatan kemampuan 80M, pengembangan kompetensi inti
industri unggulan daerah, OVOP dan klaster industri.
d). Penetapan prioritas persebaran industri kerajinan dan barang seni
mengacu pada kompetensi inti dan unggulan daerah.
e). Peningkatan mutu, kreasi dan inovasi desain kerajinan dan barang
seni.
f). Penerapan HaKI, standardisasi kerajinan dan barang seni.
g). Memperkuat jejaring pemasaran kerajinan dan barang seni.
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: I3I/M- INn/PERlI0/2009
Kebijakan yang sifatnya fasilitasi dan mengatasi masalah aktual akan
diprioritaskan untuk dilakukan bersama pemerintah daerah, dan dunia
usaha serta dikembangkan pada pihak-pihak yang terkait, atau melalui
keterkaitan dengan usaha besar dalam pengambangan industri kerajinan
dan barang seni.
B. Strategi
» St~ategi Pokok ,\
a.' Pengembangan klaster kerajinan dan barang seni; melalui
pengembangan beberapa tahapan, yaitu; (1) diagnosis; (2)
sosialisasi dan mobilisasi; (3) kolaborasi; (4) imp/ementasi, (5)
monitoring dan eva/uasi. Pada tahapan kolaborasi klaster
industri kerajinan dan barang seni ditetapkan Champion,
pemasok dan pembinaan dengan melibatkan seluruh
stakeholder sesuai fungsi dan peran masing-masing secara
bersinerji.
b. Pengembangan sentra dan revitalisasi UPT IKM kerajinan dan
barang seni; pada sentra/UPT dapat difungsikan dan dllakukan
kegiatan pelayanan penyediaan bahan baku, pelayanan
teknologi proses/produksi dan desain, dukungan sarana
produksi dan penguasaan teknologi proses, serta peningkatan
keterampilan SOM industri kerajinan dan barang seni.
c. Pengembangan industri kerajinan dan barang seni melalui
OVOP; pengembangkan kompetensi inti yang berbasiskan
unggulan daerah apada sentra-sentra potensial dan dukungan
ketersediaan bahan baku, teknologi dan keterampilan perajin,
serta nilai seni budaya, etnis dan nialai tradisional setempat.
d. Prioritas pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KU8);
dilakukan untuk mempermudah pembinaan dan
pengembangan industri kerajinan barang seni agar selalu
berusaha secara effisien dan profesional.
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 131/M-IND/PER/I0/2009
e. Kerjasama antar stakeholder dan dunia usaha; dilakukan untuk
menciptakan kerjasama siner]i dan keterpaduan program
pembinaan dan pengembangan.
f. Mendorong tumbuhnya iklim usaha yang lebih kondusif untuk
mendorong meningkatkan gairah usaha industri kerajinan dan
barang seni dengan program yang sesuai arah kebijakan
pengembangan IKM kerajinan.
~ 8trategi Operasional: , , , \
a: Peningkatan Kapabilitas 8DM;
Pengetahuan keterampilan teknis desain, manajemen produksi,
terutama kemampuan menghasilkan produk berkualitas dan
desain yang menarik melalui peningkatan pengetahuan dan
keterampilan teknis produksi dan desain melalui kegiatan
pelatihan-pelatihan.
b. Modernisasi Mesin dan Peralatan;
Sebagian besar perajin industri kerajinan barang seni masih
menggunakan peralatan yang sederhana. Demikian pula UPT
secara operasional menjadi ujung tombak pengembangan
teknologi perlu direvitalisasi dan sehingga perlu· dilakukan
revitalisasi lebih lanjut melalui bantuan mesin/peralatan lebih
modern untuk modernisasil revitalisasi UPT serta
fungsionalisasi peran KUB.
c. Pengembangan dan Penguatan Kelembagaan;
Perajin industri kerajinan dan barang seni umumnya
mempunyai posisi tawar yang rendah pada berbagai pihak.
Terbentuk dan berfungsinya kelembagaan KUB, Assosiasi atau
bentuk lain yang dapat memperkuat akses permodalan dan
pemasaran produk industri kerajinan dan barang seni.
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 131/M-IND/PER/I0/2009
d. Pengembangan dan Perluasan Jejaring Pemasaran;
Kerjasama antar pemangku kepentingan melalui
pembentukan sistim yang sinkron dan harmon is pada kebijakan
dan program lintas sektoral pendukung industri kerajinan dan
barang seni yang akan menghasilkan kinerja dengan sinerji
kuat.
C. Indikator Pencapaian
Indikator pencapaian visi yang telah ditetapkan dapat diketahui dari , \
pencapaian sasaran/target ekspor yang telah ditetapkan yaitu meningkat
setiap tahunnya sebesar 5,69%. Disamping itu semakin meluasnya
negara tujuan ekspor dapat dipakai sebagai indikator capaian.
"
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 131/M- IND/PER/I0/2009
BABIV
PROGRAM I RENCANA AKSI
Berdasarkan arah dan rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
dan Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dibidang industri maka arah dan
rencana pengembangan industri kerajinan dan barang seni yang perlu
dilakukan atas dukungan sektor-sektor terkait, rencana aksi pengembangan
yang akan dilaksanakan untuk jangka pendek dan jangka menengah,
sebagai beri"ut :
A. Jangka Menengah (2010 - 2014):
Tahap pengembangan dalam jangka menengah yang akan dilakukan dengan
kegiatan program, sebagai berikut :
1). Menciptakan iklim usaha yang konsusif.
2). Mengoptimalkan kegiatan promosi dan pemasaran dalam dan luar negeri.
3). Meningkatkan teknologi dan standardisasi.
4). Memperkuat struktur usaha.
5). Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia.
6). Memfasilitasi pengembangan sarana dan prasarana.
B. Jangka Panjang (2015 - 2025):
Tahap pengernbangan dalam jangka panjang yang akan dilakukan dengan
kegiatan program, sebagai berikut :
1). Perkuatan iklim usaha yang kondusif
2). Perkuatan program promosi dan pemasaran melalui berbagai metode,
media dan sasaran yang lebih terarah kepada segmen pasar potensial, baik
pasar dalam maupun luar negeri.
3). Pengembangan teknologi proses, mutu dan desain p~oduk serta penerapan
standardisasi.
4). Peningkatan kemampuan SDM perajin di bidang pengetahuan membaca
gambar desain dan mendesain produk melalui sistem komputerisasi atau
"
, I • I,
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 131/M-IND/PER/IO/2009
desain grafis bag; para pelaku usaha kerajinan dan barang seni di sentra
sentra produksi yang berorientasi ekspor.
5). Penggalakkan penerapan sistem standar ISO 9001, ISO 14000 dan yang
sangat urgen standardisasi CE-Mark berupa tanda CE yang akan
diberlakukan secara penuh oleh Uni Eropa pada tahun 2012.
Program pengembangan dengan pendekatan klaster menjadi sasaran dan
rencana aksi dalam pengembangan industri kerajinan dan barang seni untuk
memantapkan kebijakan pernbangunan jangka panjang (RPJP) yang secara
terus menerus ~ikembangkan pada tiga pola program kerjasama, yaitu : 1)
Kerjasama an~ra perusahaan; 2) Kerjasama antara perusahaan dengan
lembaga pendukung; 3) Kerjasama antara perusahaan dan pemerintah.
Wilayah pengernbangan klaster kerajinan dan barang seni, diarahkan pad a
wilayah dan sentra potensial dengan ketersediaan bahan baku secara baik, dan
perusahaan inti selaku produsen, dan adanya eksportir yang berorientasi di
wilayah tersebut.
Wilayah yang menjadi lokus dan fokus pengernbangan klaster dilakukan adalah :
di daerah kabupaten/kota yang potensial, lintas kabupaten/kota dalam provinsi,
dan tidak menutup kemungkinan lintas kabupaten/kota dan lintas provinsi.
Sedang pemangku kepentingan pada industri kerajinan dan barang seni, terdiri
dari : Pelaku inti, meliputi perajin kerajinan dan barang seni. Pelaku pendukung,
merupakan anggota klaster lainnya yang bersifat mendukung kegiatan inti,
seperti : a) Industri mesin dan peralatan; b) Industri penghasil bahan pewarnaan;
c) Pusat pelatihan desain dan pewarnaan; d) Sentra/UPT kerajinan dan barang
seni; e) Balai Besar kerajinan dan Batik Yogyakarta; f) Lembaga/perusahaan
yang mempunyai kompetensi dalam melakukan standardisasi dan sertifikasi
produk, serta intansi terkait lainnya di tingkat Pusat dan
Kabupaten/Kota/Pemerintah Daerah, bank dan Lembaga Keuangan Non-Bank,
serta Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi.
!)
• I.
lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 131/M- IND/PER/IO/2009
Tabel1 Program dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Kerajinan & Barang Seni
Program
21PerWlembangan Promosi dan Pemasaran
tilAa""-riI,.., IimlirYJ(ln dan kemu:lahan
~ perijlliln usaha dan
temtm usaha bagi iOOustri
Pusat Daer.!hf---.--'=;""--"""'--
I, • Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nemer : 131/~f- IND/PER/IO/2009
31~.ga1 Slarrlar TekrxtJgi dan Mutu
"
K~siSl:*1
lIMffi1fasiitasi ~riman IB1aga ahIi ultli
l_wnll'f6apJl~n P1Xi* atau deiain k6llaSiln sesuai JXtalSi
iOOJstri kreaIif.
21Hemfasililas lID:)iriman Ia1aga ahli untuk
I~npingan Il'f6apJl s&en
lID:)iriman tffiaga ahli untuk
~unaan dan ~tan
prrouksi tepa! gtila, te-masuk
lID:)iriman tffiaga allii untuk
lX!I11ilil\ln dan ~~rnpanan
IEku dan bal\ln pMolYJ bagi
kreatif.
~yeIerooaraan ~ihan
mauPIn ~til\ln t'iasa bidang teknik,
kewiraswastaan dan manajffilefl,
~n lembaga ~idikan,
lIHemisilitas' IID:)amanaR pasokan bal\ln
me!ahi ~balYJilnnina!
baku YarKJ betuaIt!s dan I\lrga
kreaIif.
v
v
v
lAmia Usal\l,
Dunia Usal\l,
lAmia Usal\l,
Donia Usal\l,
·\..
• Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : I31/~I- IND/PERIIO/2009
61Pe11gembangan Akses Pemljayaan
31ME!llt.Jsirltasi ~Iliatan ~fil usaha bagi
kreelif untuk kenudahan
lmen:lapatli:ar akses ~biayaan dan "
llMemfaSiililasi ~l2ngan dan peltuatan
KUB, Koperasi bagi iodustri kreeIif. "
2lMEmfas~itasi ~l2ngan dan
Instilusl perdukung UPT dan
lel:th Wperao menjadl CeIIter of