13_184Tamponadejantungcausa
-
Upload
made-nopriantha -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
description
Transcript of 13_184Tamponadejantungcausa
LAPORAN KASUSLAPORAN KASUS
205CDK 184/Vol.38 no.3/Apri l 2011 206 CDK 184/Vol.38 no.3/Apri l 2011
PENDAHULUANTuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan basil Mikobakterium tuber- kulosa tipe humanus. Menurut WHO, terdapat 9 juta penderita yang mampu menularkan penyakit TB dengan angka kematian 2 juta penderita per tahun; 75 % kasus TB terjadi di negara berkembang dengan sosial ekonomi rendah termasuk Indonesia; di Indonesia merupakan penyakit rakyat nomor satu dan penyebab kematian nomor tiga. 1
Perikarditis TB merupakan salah satu kasus TB ekstra-paru dengan angka kejadian 20 % dari seluruh penderita TB dan meningkat lebih dari 50 % pada penderita HIV2; di Afrika Selatan sekitar 1-2 % kasus TB mengalami perikarditis TB.3 Laki-laki dan bukan kulit putih relatif lebih sering menderita perikarditis TB.4 Sebelum era terapi antituberkulosis, perikarditis TB merupa-kan kasus yang cepat menjadi fatal dengan angka kematian awal lebih dari 80 %. Sejak diperkenalkannya obat antituberkulosis (OAT) tahun 1945, angka kematian akibat perikarditis TB menurun bermakna, menjadi 3-17 % di Afrika Selatan 3
Walaupun perikarditis TB jarang ditemukan,5 dapat mengancam jiwa. Tamponade jantung merupakan salah satu bentuk komplikasi perikarditis TB.6
KASUSSeorang laki-laki, 21 tahun datang ke RS Dr. Moewardi (RSDM) dengan keluhan utama nyeri ulu hati disertai sesak napas sejak 2 minggu
sebelum masuk RSDM. Sesak napas makin ber- tambah dan tidak berkurang dengan istirahat, nyeri dada (-). Nyeri ulu hati dirasakan terus me- nerus tanpa mual dan muntah, demam hilang timbul, batuk (-). Akibat keluhan tersebut penderita pernah dirawat di RS lain selama ± 1 minggu, saat itu didiagnosis infeksi lambung.
Sekitar 5 hari sebelum masuk RSDM penderita mengeluh perut bertambah besar. Penderita kembali berobat dan didiagnosis pembengkak- an jantung, dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam. Selama dirawat kondisi pasien memburuk sehingga dikonsulkan ke dokter spesialis jantung; dan didiagnosis curiga tamponade jantung e.c perikarditis akut e.c proses spesifik.
Buang air besar/kecil : lancar, tidak ada keluhan.Riwayat merokok (+) sejak usia 19 tahun, ± 1-2 batang rokok per minggu.Riwayat penyakit dahulu: disangkalRiwayat penyakit keluarga: disangkalPemeriksaan fisis : keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis. Tekanan darah: 80/70 mmHg; nadi 112 x/menit, reguler, isi dan tegangan lemah; suhu non febril dan frekuensi napas 30 x/menit. Sklera ikterik (+/+), JVP me- ningkat. Paru : sonor di hemitoraks kanan dan redup di hemitoraks kiri mulai dari ICS III ke bawah dengan suara napas tambahan RBK +/+. Jantung: ictus cordis tidak tampak dan tidak teraba, batas jantung kesan melebar, BJ I – II tunggal intensitas lemah,reguler, tidak ada bising, pericardial friction rub (-). Ascites (+), hepatomegali (+), oedem tungkai (+/+), akral dingin +/+.
Pemeriksaan penunjang (hari I perawatan di ICCU): Hb 14,0 g/dl, Ht 39,4 %, leukosit 7200/ul,
trombosit 154000 ul, golongan darah O, GDS
221 mg/dl, ureum 59mg/dl, kreatinin 1,2mg/dl,
HbsAg (-), SGOT 260 U/L, SGPT 176 U/L, bilirubin
total 6,52 mg/dl, total protein 6,0 g/dl, albumin
3,43 g/dl, globulin 2,57 g/dl, kolesterol total,
trigliserida dan gamma GT dalam batas normal.
USG Abdomen : Tampak efusi perikardial, conges-
tive liver, edema anasarka, asites. Ren dekster –
sinister edematous ringan.
Simpulan: edema anasarka dengan edema ginjal
bilateral, sindrom nefrotik Elektrokardiografi
(EKG): Low voltage. Foto Rontgen toraks AP:
tampak perselubungan inhomogen di kedua
parakardial dengan batas jantung sulit dinilai,
pinggang jantung menghilang. Terapi: diet lunak
TKTP rendah garam, oksigen 2-3 liter/menit,
infus RL 16 tetes/menit, Digoxin 1-0-0.
Hari ke-2: sesak napas dan kadang nyeri dada.
Pemeriksaan fisis tidak ada perubahan. Hasil
ekokardiografi: Efusi perikardial masif di dinding
anterior dan lateral. Sudah banyak fibrin te-
rutama di dinding lateral. Saran: Perikardiek-
tomi. Hasil aspirasi pungsi perikardium: serohe-
moragik.
Hari ke-3: Hasil analisis cairan perikardium:
Warna merah, keruh; Rivalta +, Protein = 4,3;
Glukosa = 4; Jumlah sel = 3350, MN 80%, PMN
20%; LDH 2726 (kesan eksudat). BTA cairan
perikardium negatif.
Hari ke-4: Sitologi cairan perikardium: hanya
ditemukan sel radang MN dan PMN. Tidak
ditemukan sel ganas. Sputum BTA 3x: BTA tidak
terlihat. LED jam I / II: 3 / 5 mm.
Hari ke-5: Rawat bersama bedah toraks untuk
rencana perikardiektomi dan perbaikan keadaan
umum, diberi albumin 100 ml (kadar albumin 2,8
g/dl) dan injeksi metilprednisolon 1mg/kgbb/8
jam.
Hari ke-14: Ekokardiografi ulang tampak efusi
perikardium sedang di dinding lateral. Fibrin
makin banyak. Analisis gas darah (AGD): pH
7,521, PCO2 33,9 mmHg, PO2 64,5mmHg, BE
5,9mmol/L, HCO3 28,0mmol/L, TCO2 29,0
mmol/L, SO2% 94,3, Na+ 133,8 mmol/L, K+
3,87mmol/L, Ca2+ 0,73 mmol/L. Kesan: Alkalo-
sis respiratorik dengan hipoksemia sedang,
hipo Na+ dan Ca2+. Terapi tetap dengan
koreksi AGD yaitu masker rebreathing O2 5-6
l/mnt dan Ca glukonas 1 ampul/hari.
Hari ke-17: Dilakukan perikardiektomi. CVP
pre-op 23-24 cm H2O dan CVP post-op 14 -15
cm H2O. Hasil laboratorium darah post-op Hb:
10,1 gr/dl, Lekosit: 9,5 103 UL, Trombosit: 131
103 UL, Ht: 28,6%. Hari ke-18: Protein total:
5,2g/dl, Albumin: 2,7 g/dl, Globulin: 2,5g/dl,
SGOT: 42 U/L, SGPT: 46 U/L, Bil.total: 17,83
mg/dl, Bil.direk: 8,42 mg/dl, Bil.indirek: 9,41
mg/dl, Ureum/Kreatinin: 65/0,5 mg/dl.
Hari ke-20: Sitologi cairan perikardial dan
cairan pleura: hanya ditemukan sel radang, sel
ganas (-). Biopsi jaringan perikardial: jaringan
diameter 0,75-2 cm putih, kenyal. Mikroskopik:
jaringan ikat dengan struktur tuberkel dan sel
datia langhans. Tak tampak tanda ganas.
Selama perawatan post-operasi, terapi antitu-
berkulosis : Etambutol 1 x 1000 mg, Streptomi-
sin 1 x 750 mg intra muskuler. Selain itu
penderita memperoleh Prednison tablet 80
mg/hari diturunkan tiap 10 mg tiap 5 hari
selama 8 minggu, Digoxin tab. 1x1, Sefotaksim
1 g/12 jam, koreksi elektrolit dan albumin.
Pemberian OAT tidak dapat sesuai dengan
kategori 1 akibat gangguan fungsi hati. Lama
pemberian OAT pada kasus ini adalah 9 bulan
dengan regimen : Etambutol 1x 1000 mg dan
injeksi Streptomisin 1 x 750 mg selama 2 bulan.
Selanjutnya Rifampisin 1x 450 mg, INH 1x 300
mg serta Etambutol 1x 1000 mg selama 7 bulan.
Selama pemberian OAT, fungsi hati diperiksa 1
- 2 x per bulan. Pemberian OAT dihentikan
setelah penderita dinyatakan sembuh.
Gb 1. Foto toraks hari I perawatan.
Gb 2. Foto toraks hari ke-20 (3 hari post-op).
Gb 3. Foto toraks dalam terapi OAT bulan ke-6
Gb 4. Foto toraks 2 bulan setelah akhir pengobatan
OAT
PEMBAHASANPerikardium terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan
dalam atau lapisan serosa dan lapisan luar atau
fibrosa. Bentuk lapisan fibrosa perikardium seperti
botol dan berdekatan dengan diafragma, ster-
num dan kartílago kosta. Lapisan serosa lebih
tipis dan berdekatan dengan permukaan jan-
tung. Perikardium berfungsi sebagai barier pro-
teksi dari infeksi atau inflamasi organ-organ
sekitarnya.4
Jumlah normal cairan perikardium 15-50 ml,
disekresi oleh sel mesotelial. Akumulasi abnor-
mal cairan dalam ruangan perikardium dapat
menimbulkan efusi perikardium.5 Selanjutnya
akumulasi tersebut dapat menyebabkan pe-
ningkatan tekanan perikardium, penurunan car-
diac output dan hipotensi (tamponade jantung).
Akumulasi cairan yang sangat cepat akan mem-
pengaruhi hemodinamik.4
Perikardium dapat terinfeksi mikobakterium TB
secara hematogen, limfogen ataupun penye-
baran langsung Perikarditis TB sering terjadi
tanpa TB paru maupun TB di luar paru lain.
Dikutip dari 1 Penyebaran tersering karena
infeksi di nodus mediastinum, secara langsung
masuk ke perikardium, terutama di sekitar
percabangan trakeobronkial.2 Perikarditis TB
pada kasus ini tanpa disertai infeksi TB paru.
Protein antigen mikobakterium TB menginduksi
delayed hypersensitive response dan merang-
sang limfosit untuk mengeluarkan limfokin
Tamponade Jantung et causaPerikarditis Tuberkulosis
Eva Munthe*,Reviono**, Yusup S**, Trisulo W***, Subandrio**** * PPDS I Bagian Paru, ** Bagian/SMF Paru, *** Bagian/SMF Jantung, **** Bagian/SMF Bedah
Fakultas Kedokteran UN Sebelas Maret/RSUD Dr. Moewardi, Surakarta
ABSTRAKLaporan kasus ini mengenai laki-laki 21 tahun dengan keluhan nyeri ulu hati disertai sesak napas. Penderita diduga mengalami infeksi lambung tetapi ternyata menderita efusi perikardial dengan tamponade jantung. Dilakukan perikardiektomi. Biopsi jaringan perikardium menemukan sel datia Langhans dan tuberkel; dengan demikian efusi perikardial disebabkan perikarditis tuberkulosis.
Kata kunci: Efusi perikardial, tamponade jantung, perikarditis tuberkulosis
LAPORAN KASUSLAPORAN KASUS
205CDK 184/Vol.38 no.3/Apri l 2011 206 CDK 184/Vol.38 no.3/Apri l 2011
PENDAHULUANTuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan basil Mikobakterium tuber- kulosa tipe humanus. Menurut WHO, terdapat 9 juta penderita yang mampu menularkan penyakit TB dengan angka kematian 2 juta penderita per tahun; 75 % kasus TB terjadi di negara berkembang dengan sosial ekonomi rendah termasuk Indonesia; di Indonesia merupakan penyakit rakyat nomor satu dan penyebab kematian nomor tiga. 1
Perikarditis TB merupakan salah satu kasus TB ekstra-paru dengan angka kejadian 20 % dari seluruh penderita TB dan meningkat lebih dari 50 % pada penderita HIV2; di Afrika Selatan sekitar 1-2 % kasus TB mengalami perikarditis TB.3 Laki-laki dan bukan kulit putih relatif lebih sering menderita perikarditis TB.4 Sebelum era terapi antituberkulosis, perikarditis TB merupa-kan kasus yang cepat menjadi fatal dengan angka kematian awal lebih dari 80 %. Sejak diperkenalkannya obat antituberkulosis (OAT) tahun 1945, angka kematian akibat perikarditis TB menurun bermakna, menjadi 3-17 % di Afrika Selatan 3
Walaupun perikarditis TB jarang ditemukan,5 dapat mengancam jiwa. Tamponade jantung merupakan salah satu bentuk komplikasi perikarditis TB.6
KASUSSeorang laki-laki, 21 tahun datang ke RS Dr. Moewardi (RSDM) dengan keluhan utama nyeri ulu hati disertai sesak napas sejak 2 minggu
sebelum masuk RSDM. Sesak napas makin ber- tambah dan tidak berkurang dengan istirahat, nyeri dada (-). Nyeri ulu hati dirasakan terus me- nerus tanpa mual dan muntah, demam hilang timbul, batuk (-). Akibat keluhan tersebut penderita pernah dirawat di RS lain selama ± 1 minggu, saat itu didiagnosis infeksi lambung.
Sekitar 5 hari sebelum masuk RSDM penderita mengeluh perut bertambah besar. Penderita kembali berobat dan didiagnosis pembengkak- an jantung, dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam. Selama dirawat kondisi pasien memburuk sehingga dikonsulkan ke dokter spesialis jantung; dan didiagnosis curiga tamponade jantung e.c perikarditis akut e.c proses spesifik.
Buang air besar/kecil : lancar, tidak ada keluhan.Riwayat merokok (+) sejak usia 19 tahun, ± 1-2 batang rokok per minggu.Riwayat penyakit dahulu: disangkalRiwayat penyakit keluarga: disangkalPemeriksaan fisis : keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis. Tekanan darah: 80/70 mmHg; nadi 112 x/menit, reguler, isi dan tegangan lemah; suhu non febril dan frekuensi napas 30 x/menit. Sklera ikterik (+/+), JVP me- ningkat. Paru : sonor di hemitoraks kanan dan redup di hemitoraks kiri mulai dari ICS III ke bawah dengan suara napas tambahan RBK +/+. Jantung: ictus cordis tidak tampak dan tidak teraba, batas jantung kesan melebar, BJ I – II tunggal intensitas lemah,reguler, tidak ada bising, pericardial friction rub (-). Ascites (+), hepatomegali (+), oedem tungkai (+/+), akral dingin +/+.
Pemeriksaan penunjang (hari I perawatan di ICCU): Hb 14,0 g/dl, Ht 39,4 %, leukosit 7200/ul,
trombosit 154000 ul, golongan darah O, GDS
221 mg/dl, ureum 59mg/dl, kreatinin 1,2mg/dl,
HbsAg (-), SGOT 260 U/L, SGPT 176 U/L, bilirubin
total 6,52 mg/dl, total protein 6,0 g/dl, albumin
3,43 g/dl, globulin 2,57 g/dl, kolesterol total,
trigliserida dan gamma GT dalam batas normal.
USG Abdomen : Tampak efusi perikardial, conges-
tive liver, edema anasarka, asites. Ren dekster –
sinister edematous ringan.
Simpulan: edema anasarka dengan edema ginjal
bilateral, sindrom nefrotik Elektrokardiografi
(EKG): Low voltage. Foto Rontgen toraks AP:
tampak perselubungan inhomogen di kedua
parakardial dengan batas jantung sulit dinilai,
pinggang jantung menghilang. Terapi: diet lunak
TKTP rendah garam, oksigen 2-3 liter/menit,
infus RL 16 tetes/menit, Digoxin 1-0-0.
Hari ke-2: sesak napas dan kadang nyeri dada.
Pemeriksaan fisis tidak ada perubahan. Hasil
ekokardiografi: Efusi perikardial masif di dinding
anterior dan lateral. Sudah banyak fibrin te-
rutama di dinding lateral. Saran: Perikardiek-
tomi. Hasil aspirasi pungsi perikardium: serohe-
moragik.
Hari ke-3: Hasil analisis cairan perikardium:
Warna merah, keruh; Rivalta +, Protein = 4,3;
Glukosa = 4; Jumlah sel = 3350, MN 80%, PMN
20%; LDH 2726 (kesan eksudat). BTA cairan
perikardium negatif.
Hari ke-4: Sitologi cairan perikardium: hanya
ditemukan sel radang MN dan PMN. Tidak
ditemukan sel ganas. Sputum BTA 3x: BTA tidak
terlihat. LED jam I / II: 3 / 5 mm.
Hari ke-5: Rawat bersama bedah toraks untuk
rencana perikardiektomi dan perbaikan keadaan
umum, diberi albumin 100 ml (kadar albumin 2,8
g/dl) dan injeksi metilprednisolon 1mg/kgbb/8
jam.
Hari ke-14: Ekokardiografi ulang tampak efusi
perikardium sedang di dinding lateral. Fibrin
makin banyak. Analisis gas darah (AGD): pH
7,521, PCO2 33,9 mmHg, PO2 64,5mmHg, BE
5,9mmol/L, HCO3 28,0mmol/L, TCO2 29,0
mmol/L, SO2% 94,3, Na+ 133,8 mmol/L, K+
3,87mmol/L, Ca2+ 0,73 mmol/L. Kesan: Alkalo-
sis respiratorik dengan hipoksemia sedang,
hipo Na+ dan Ca2+. Terapi tetap dengan
koreksi AGD yaitu masker rebreathing O2 5-6
l/mnt dan Ca glukonas 1 ampul/hari.
Hari ke-17: Dilakukan perikardiektomi. CVP
pre-op 23-24 cm H2O dan CVP post-op 14 -15
cm H2O. Hasil laboratorium darah post-op Hb:
10,1 gr/dl, Lekosit: 9,5 103 UL, Trombosit: 131
103 UL, Ht: 28,6%. Hari ke-18: Protein total:
5,2g/dl, Albumin: 2,7 g/dl, Globulin: 2,5g/dl,
SGOT: 42 U/L, SGPT: 46 U/L, Bil.total: 17,83
mg/dl, Bil.direk: 8,42 mg/dl, Bil.indirek: 9,41
mg/dl, Ureum/Kreatinin: 65/0,5 mg/dl.
Hari ke-20: Sitologi cairan perikardial dan
cairan pleura: hanya ditemukan sel radang, sel
ganas (-). Biopsi jaringan perikardial: jaringan
diameter 0,75-2 cm putih, kenyal. Mikroskopik:
jaringan ikat dengan struktur tuberkel dan sel
datia langhans. Tak tampak tanda ganas.
Selama perawatan post-operasi, terapi antitu-
berkulosis : Etambutol 1 x 1000 mg, Streptomi-
sin 1 x 750 mg intra muskuler. Selain itu
penderita memperoleh Prednison tablet 80
mg/hari diturunkan tiap 10 mg tiap 5 hari
selama 8 minggu, Digoxin tab. 1x1, Sefotaksim
1 g/12 jam, koreksi elektrolit dan albumin.
Pemberian OAT tidak dapat sesuai dengan
kategori 1 akibat gangguan fungsi hati. Lama
pemberian OAT pada kasus ini adalah 9 bulan
dengan regimen : Etambutol 1x 1000 mg dan
injeksi Streptomisin 1 x 750 mg selama 2 bulan.
Selanjutnya Rifampisin 1x 450 mg, INH 1x 300
mg serta Etambutol 1x 1000 mg selama 7 bulan.
Selama pemberian OAT, fungsi hati diperiksa 1
- 2 x per bulan. Pemberian OAT dihentikan
setelah penderita dinyatakan sembuh.
Gb 1. Foto toraks hari I perawatan.
Gb 2. Foto toraks hari ke-20 (3 hari post-op).
Gb 3. Foto toraks dalam terapi OAT bulan ke-6
Gb 4. Foto toraks 2 bulan setelah akhir pengobatan
OAT
PEMBAHASANPerikardium terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan
dalam atau lapisan serosa dan lapisan luar atau
fibrosa. Bentuk lapisan fibrosa perikardium seperti
botol dan berdekatan dengan diafragma, ster-
num dan kartílago kosta. Lapisan serosa lebih
tipis dan berdekatan dengan permukaan jan-
tung. Perikardium berfungsi sebagai barier pro-
teksi dari infeksi atau inflamasi organ-organ
sekitarnya.4
Jumlah normal cairan perikardium 15-50 ml,
disekresi oleh sel mesotelial. Akumulasi abnor-
mal cairan dalam ruangan perikardium dapat
menimbulkan efusi perikardium.5 Selanjutnya
akumulasi tersebut dapat menyebabkan pe-
ningkatan tekanan perikardium, penurunan car-
diac output dan hipotensi (tamponade jantung).
Akumulasi cairan yang sangat cepat akan mem-
pengaruhi hemodinamik.4
Perikardium dapat terinfeksi mikobakterium TB
secara hematogen, limfogen ataupun penye-
baran langsung Perikarditis TB sering terjadi
tanpa TB paru maupun TB di luar paru lain.
Dikutip dari 1 Penyebaran tersering karena
infeksi di nodus mediastinum, secara langsung
masuk ke perikardium, terutama di sekitar
percabangan trakeobronkial.2 Perikarditis TB
pada kasus ini tanpa disertai infeksi TB paru.
Protein antigen mikobakterium TB menginduksi
delayed hypersensitive response dan merang-
sang limfosit untuk mengeluarkan limfokin
Tamponade Jantung et causaPerikarditis Tuberkulosis
Eva Munthe*,Reviono**, Yusup S**, Trisulo W***, Subandrio**** * PPDS I Bagian Paru, ** Bagian/SMF Paru, *** Bagian/SMF Jantung, **** Bagian/SMF Bedah
Fakultas Kedokteran UN Sebelas Maret/RSUD Dr. Moewardi, Surakarta
ABSTRAKLaporan kasus ini mengenai laki-laki 21 tahun dengan keluhan nyeri ulu hati disertai sesak napas. Penderita diduga mengalami infeksi lambung tetapi ternyata menderita efusi perikardial dengan tamponade jantung. Dilakukan perikardiektomi. Biopsi jaringan perikardium menemukan sel datia Langhans dan tuberkel; dengan demikian efusi perikardial disebabkan perikarditis tuberkulosis.
Kata kunci: Efusi perikardial, tamponade jantung, perikarditis tuberkulosis
LAPORAN KASUSLAPORAN KASUS
207CDK 184/Vol.38 no.3/Apri l 2011 208 CDK 184/Vol.38 no.3/Apri l 2011
yang mengaktifasi makrofag dan mempen-
garuhi pembentukan granuloma. Terdapat 4
stadium evolusi perikarditis TB:3
1. Stadium fibrinosa: terjadi deposit fibrin
luas bersamaan dengan reaksi granuloma.
Stadium ini sering tidak menimbulkan gejala
klinis sehingga tidak terdiagnosis.
2. Stadium efusi : terbentuk efusi dalam
kantong perikardium. Reaksi hipersensitif
terhadap tuberkuloprotein, gangguan resorbsi
dan cedera vaskuler dipercaya dapat memben-
tuk efusi perikardium. Permukaan perikardium
menjadi tebal dan berwarna abu-abu tampak
seperti bulu-bulu kusut yang menunjukkan
eksudasi fibrin. Efusi dapat berkembang melalui
beberapa fase yaitu: serosa, serosanguinous,
keruh atau darah. Reaksi seluler awal cairan
tersebut mengandung sel polimorfonuklear
(PMN). Jumlah total sel berkisar 500-10000/
mm3. Terjadi perubahan kimiawi yang ditandai
dengan penurunan glukosa dan peningkatan
protein. Pada stadium ini dapat terjadi efusi
masif sebanyak 4 L.
3. Absorpsi efusi dengan terbentuknya granu-
loma perkijuan dan penebalan perikardium.
Pada stadium ini terbentuk fibrin dan kolagen
yang menimbulkan fibrosis perikardium.
4. Penebalan perikardium parietal, konstriksi
miokardium akan membatasi ruang gerak jantung
dan ada deposit kalsium di perikardium. Pada
kasus ini sudah terjadi penebalan perkardium
parietal dan konstriksi miokardium.
Gejala klinis perikarditis TB sering samar dengan
keluhan tidak spesifik. Keluhan utama kasus ini
adalah sesak napas dengan nyeri ulu hati terus-
menerus tanpa mual muntah; saat itu penderita
didiagnosis infeksi lambung. Biasanya perikar-
ditis TB terdiagnosis setelah stadium efusi atau
stadium konstriksi miokardium.
Keluhan dan tanda klinis perikarditis TB adalah3:
demam intermiten, nyeri precordial atau retros-
ternal, seperti ditikam atau ditusuk, dyspnea,
batuk dan disfagia, keringat malam, penurunan
berat badan, nyeri akut abdomen.
Pemeriksaan fisis perikarditis TB dapat me-
nemukan4: pericardial friction rub, demam sub-
febril, aritmia jantung, tachypnea dan dyspnea,
hepatomegali dan asites .
Kasus ini datang terlambat ke RSDM karena
efusi perikardium sudah melanjut ke tampo-
nade jantung. Tamponade jantung adalah kom-
presi jantung yang cepat atau lambat, akibat
akumulasi cairan, pus, darah, bekuan atau gas
di perikardium; menyebabkan peningkatan
tekanan intraperikardial yang sangat meng-
ancam jiwa dan fatal jika tidak terdeteksi.6
Insidens tamponade jantung di Amerika Serikat
adalah 2 kasus per 10.000 populasi. Lebih sering
pada anak laki-laki (7:3) sedangkan pada dewasa
tidak ada perbedaan bermakna (laki-laki : perem-
puan - 1,25:1).7 Morbiditas dan mortalitas sangat
tergantung dari kecepatan diagnosis, penata-
laksanaan yang tepat dan penyebab.7
Pembagian tamponade jantung berdasarkan
etiologi dan progresifitas8 :
1. Acute surgical tamponade: antegrade aortic
dissection, iatrogenic dan trauma tembus kardiak.
2. Medical tamponade: efusi perikardial akibat
perikarditis akut, perikarditis karena keganasan
atau gagal ginjal.
3. Low-pressure tamponade: terdapat pada dehi-
drasi berat.
Pada tamponade jantung terjadi penurunan
pengisian darah saat diastolik karena otot jantung
tidak mampu melawan peningkatan tekanan
intraperikardial.
Terdapat 3 fase perubahan hemodinamik:7
1. Fase 1: Peningkatan cairan perikardial me-
ningkatkan tekanan pengisian ventrikel. Pada
fase ini tekanan ventrikel kanan dan kiri tetap
lebih tinggi daripada tekanan intraperikardial.
2. Fase 2: Peningkatan tekanan intraperikardial
melebihi tekanan pengisian ventrikel kanan,
sehingga curah jantung turun.
3. Fase 3: Tercapai keseimbangan antara pe-
ningkatan tekanan intraperikardial dengan te-
kanan ventrikel kiri sehingga terjadi gangguan
curah jantung yang berat.
Pada kasus ini sudah terdapat gejala klinis
tamponade jantung berupa nyeri dada, sesak
napas dan akral dingin karena hipoperfusi
jaringan perifer. Gejala klinik tamponade jantung
sangat dipengaruhi oleh kecepatan akumulasi
cairan perikardium. Akumulasi lambat memberi
kesempatan kompensasi jantung yang lebih
baik yaitu: takikardi, peningkatan resistensi
vaskuler perifer dalam beberapa hari atau be-
berapa minggu. Tetapi akumulasi yang cepat
akan menimbulkan peregangan perikardium
yang tidak adekuat dan berakibat fatal dalam
beberapa menit.4
Pemeriksaan fisis tamponade jantung:4
- Trias Beck meliputi hipotensi, peningkatan
JVP dan suara jantung melemah.
- Pulsus paradoksus: penurunan tekanan sistolik
lebih dari 12 mm Hg pada saat inspirasi.
- Kussmaul sign: penurunan tekanan dan distensi
JVP yang sebelumnya meningkat saat inspirasi.
- Tanda Ewart: gambaran redup di daerah di bawah
skapula kiri ; terjadi pada efusi perikardial luas.
Diagnosis tamponade jantung karena perikar-
ditis TB pasien ini selain berdasarkan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisis juga ditegakkan
dengan pemeriksaan penunjang.
Beberapa pemeriksaan penunjang adalah:9
1. Analisis cairan perikardiumMerupakan diagnostik rutin untuk membeda-
kan cairan transudat atau eksudat berdasarkan
kriteria Light. Dilakukan kultur terhadap
bakteri, sitologi, jumlah sel dan protein. Sering
sel limfosit predominan.9
2. Uji kulit tuberkulinUji tuberkulin menggunakan protein derivat A
murni. Reaksi kulit (+) jika indurasi 10 mm dan
respons (+) kuat jika indurasi 15 mm. Hasil uji
tuberkulin sering negatif pada penderita peri-
karditis TB, terutama pada penderita anergi,
penderita HIV (+) dan usia lanjut. Karena itu hasil
(-) tidak dapat menyingkirkan kemungkinan
perikarditis TB.2
3. Pemeriksaan bakteriologiProsedur penting untuk diagnosis perikarditis
TB dengan mendeteksi kuman TB dalam cairan
perikardium, jaringan perikardium, sputum,
bilas lambung dan urin. Tetapi penemuan
kuman TB di cairan perikardium sangatlah sulit
karena rendahnya jumlah kuman di cairan
perikardium dan kegagalan kuman untuk
tumbuh pada medium yang sesuai. Dari 12
penderita perikarditis TB hanya 5 penderita
positif kuman TB pada cairan perikardium.10
4. HistopatologiBiopsi dilakukan jika tidak ditemukan etiologi
jelas; pada perikarditis TB sangat penting karena
kuman TB jarang ditemukan pada kultur cairan
pericardium, sebaliknya justru ditemukan granu-
loma di jaringan perikardium.11
5. Polymerase Chaín Reaction (PCR) Teknologi PCR cara amplifikasi asam nukleat
digunakan untuk menegakkan diagnosis TB.
Akurasi PCR hampir sama dengan metode
konvensional dan lebih cepat. Kepekaan untuk
cairan perikardium kurang dan risiko positif
palsu harus tetap diperhatikan.2
6. Adenosine deaminase (ADA) dan interferon gamma (IFN- γ)Kadar ADA dan IFN-γ cairan perikardial me-
ningkat. Kepekaan cara ini 100% dan spesifi-
kasi 100%.12
7. Foto toraks
Didapatkan kardiomegali, bentuk jantung glo-
buler, seperti botol air atau terdapat kalsifikasi
perikardium. Efusi pleura dapat terlihat pada
1/3 pasien.7
8. CT-scan toraks
Akan menunjukkan perubahan pleura, penebal-
an dan iregularitas perikardium.2
9. ElektrokardiografiEKG 12 lead, dapat menunjukkan: sinus takikardi,
low voltage pada gelombang QRS, electrical
alternans (perubahan voltase QRS kompleks
dengan rasio 2:1, akibat gerakan jantung pada
rongga perikardium) dan depresi segmen PR.7
10. EchocardiographyPemeriksaan akurat untuk diagnosis tampon-
ade jantung maupun efusi pericardial; dapat
menentukan ada tidaknya efusi perikardial atau-
pun fibrin dan memperkirakan jumlah cairan
efusi perikardial.
Gambaran yang dapat ditemukan:7
- Late diastolic collapse pada atrium kanan
- Jantung yang melambai (swinging heart) di
rongga perikardium.
- Pseudohipertrofi ventrikel kiri.
- Penurunan lebih dari 25 % aliran katup mitral.
11. Nuclear imagingGallium 67 dan indium-111 telah digunakan
untuk mendiagnosis efusi perikardial TB walau-
pun hasilnya tidak spesifik.2
Diagnosis perikarditis TB pasien ini ditegakkan
dengan ditemukannya struktur tuberkel dan sel
datia Langhans pada pemeriksaan histopatologi
jaringan perikardium. Hasil pemeriksaan ekokar-
diografi menunjukkan banyak fibrin dan perle-
katan antara perikardium parietal dan viseral.
Penatalaksanaan tamponade jantung akibat
perikarditis TB yaitu pemberian terapi kausal
utama obat antituberkulosis, terapi kortikos-
teroid: prednison tablet dosis awal 80 mg per
hari kemudian diturunkan bertahap. Perikardio-
sentesis dilakukan bila terjadi efusi perikardium,
merupakan tindakan penyelamatan dini.
Perikardiektomi dilakukan pada tamponade
jantung berulang yang tidak dapat diatasi dengan
perikardiosentesis serta pada kasus perikarditis
konstriksi sehingga tidak mungkin dilakukan
perikardiosentesis.11 Perikardiektomi dilakukan
pada kasus ini karena tamponade jantung akibat
perikarditis konstriktif.
SIMPULAN:
- Tamponade jantung merupakan salah satu
komplikasi yang harus segera diatasi karena
dapat fatal.
- Ekokardiografi merupakan alat diagnostik
pilihan dan sensitif untuk mendiagnosis efusi
perikardium dan tamponade jantung.
- Penatalaksanaan tamponade jantung karena
perikarditis TB meliputi pemberian obat anti-
tuberkulosis, kortikosteroid, perikardiosentesis
dan perikardiektomi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jovie B, Jasa BB. Komplikasi Kardiovaskuler pada Tuberkulosis. TB Update-III 2004 Surabaya, 22-23 Mei 2004. Hal 93-101.
2. Cherian G. Diagnosis of tuberculous aetiology in pericardial effusions. Postgrad. Med. J. 2004; 80:262-6.
3. Abadilla JE, Heurich AE. Cardiovascular Tuberculosis. In: Rom NW, Garay SM, Bloom BR eds. Tuberculosis 2nd ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2004.p.509-21.
4. Pericarditis and Cardiac Tamponade. http://www.emedicine.com/EMERG/topic412.htm. Accessed April 25, 2005.
5. Mayosi BM, Burgess LJ, Doubell FA. Tuberculous Pericarditis. Circulation 2005; 112:3608-16.
6. Spodick D. Acute Cardiac Tamponade. N Engl J Med 2003; 349:684-90.
7. Cardiac Tamponade. http://www.emedicine.com/MED/topic283.htm. Accessed April 25, 2005.
8. Hals GD, Carleton SC. Pericardial disease. http://www.thrombosis-consult.com/articles/Textbook/59 pericardial.htm. Accessed
April 25, 2005.
9. Cherian G, Habashy AG, Uthaman B, Hanna RM. Tuberculous Pericardial Effusion-Mediastinal Lymph Glands: The cause and clue
to the etiology. Indian Heart J 2003; 55:228-33.
10. Fowler N. Tuberculosis Pericarditis. JAMA 1991; 266:99-103.
11. Hopewell PC, Bloom BR. Tuberculosis and Other Mycobacterial Diseases. In: Murray JF, Nadel JA eds. Textbook of Respiratory
Medicine 3 th ed. Philadelphia: WB. Saunders Co; 2000.p. 1043-1105.
12. Maisch B, Seferovic PM, Ristic DA et al. Guidelines on the diagnosis and management of pericardial diseases. Eur. Soc. Cardiol.
2004:588-605.
LAPORAN KASUSLAPORAN KASUS
207CDK 184/Vol.38 no.3/Apri l 2011 208 CDK 184/Vol.38 no.3/Apri l 2011
yang mengaktifasi makrofag dan mempen-
garuhi pembentukan granuloma. Terdapat 4
stadium evolusi perikarditis TB:3
1. Stadium fibrinosa: terjadi deposit fibrin
luas bersamaan dengan reaksi granuloma.
Stadium ini sering tidak menimbulkan gejala
klinis sehingga tidak terdiagnosis.
2. Stadium efusi : terbentuk efusi dalam
kantong perikardium. Reaksi hipersensitif
terhadap tuberkuloprotein, gangguan resorbsi
dan cedera vaskuler dipercaya dapat memben-
tuk efusi perikardium. Permukaan perikardium
menjadi tebal dan berwarna abu-abu tampak
seperti bulu-bulu kusut yang menunjukkan
eksudasi fibrin. Efusi dapat berkembang melalui
beberapa fase yaitu: serosa, serosanguinous,
keruh atau darah. Reaksi seluler awal cairan
tersebut mengandung sel polimorfonuklear
(PMN). Jumlah total sel berkisar 500-10000/
mm3. Terjadi perubahan kimiawi yang ditandai
dengan penurunan glukosa dan peningkatan
protein. Pada stadium ini dapat terjadi efusi
masif sebanyak 4 L.
3. Absorpsi efusi dengan terbentuknya granu-
loma perkijuan dan penebalan perikardium.
Pada stadium ini terbentuk fibrin dan kolagen
yang menimbulkan fibrosis perikardium.
4. Penebalan perikardium parietal, konstriksi
miokardium akan membatasi ruang gerak jantung
dan ada deposit kalsium di perikardium. Pada
kasus ini sudah terjadi penebalan perkardium
parietal dan konstriksi miokardium.
Gejala klinis perikarditis TB sering samar dengan
keluhan tidak spesifik. Keluhan utama kasus ini
adalah sesak napas dengan nyeri ulu hati terus-
menerus tanpa mual muntah; saat itu penderita
didiagnosis infeksi lambung. Biasanya perikar-
ditis TB terdiagnosis setelah stadium efusi atau
stadium konstriksi miokardium.
Keluhan dan tanda klinis perikarditis TB adalah3:
demam intermiten, nyeri precordial atau retros-
ternal, seperti ditikam atau ditusuk, dyspnea,
batuk dan disfagia, keringat malam, penurunan
berat badan, nyeri akut abdomen.
Pemeriksaan fisis perikarditis TB dapat me-
nemukan4: pericardial friction rub, demam sub-
febril, aritmia jantung, tachypnea dan dyspnea,
hepatomegali dan asites .
Kasus ini datang terlambat ke RSDM karena
efusi perikardium sudah melanjut ke tampo-
nade jantung. Tamponade jantung adalah kom-
presi jantung yang cepat atau lambat, akibat
akumulasi cairan, pus, darah, bekuan atau gas
di perikardium; menyebabkan peningkatan
tekanan intraperikardial yang sangat meng-
ancam jiwa dan fatal jika tidak terdeteksi.6
Insidens tamponade jantung di Amerika Serikat
adalah 2 kasus per 10.000 populasi. Lebih sering
pada anak laki-laki (7:3) sedangkan pada dewasa
tidak ada perbedaan bermakna (laki-laki : perem-
puan - 1,25:1).7 Morbiditas dan mortalitas sangat
tergantung dari kecepatan diagnosis, penata-
laksanaan yang tepat dan penyebab.7
Pembagian tamponade jantung berdasarkan
etiologi dan progresifitas8 :
1. Acute surgical tamponade: antegrade aortic
dissection, iatrogenic dan trauma tembus kardiak.
2. Medical tamponade: efusi perikardial akibat
perikarditis akut, perikarditis karena keganasan
atau gagal ginjal.
3. Low-pressure tamponade: terdapat pada dehi-
drasi berat.
Pada tamponade jantung terjadi penurunan
pengisian darah saat diastolik karena otot jantung
tidak mampu melawan peningkatan tekanan
intraperikardial.
Terdapat 3 fase perubahan hemodinamik:7
1. Fase 1: Peningkatan cairan perikardial me-
ningkatkan tekanan pengisian ventrikel. Pada
fase ini tekanan ventrikel kanan dan kiri tetap
lebih tinggi daripada tekanan intraperikardial.
2. Fase 2: Peningkatan tekanan intraperikardial
melebihi tekanan pengisian ventrikel kanan,
sehingga curah jantung turun.
3. Fase 3: Tercapai keseimbangan antara pe-
ningkatan tekanan intraperikardial dengan te-
kanan ventrikel kiri sehingga terjadi gangguan
curah jantung yang berat.
Pada kasus ini sudah terdapat gejala klinis
tamponade jantung berupa nyeri dada, sesak
napas dan akral dingin karena hipoperfusi
jaringan perifer. Gejala klinik tamponade jantung
sangat dipengaruhi oleh kecepatan akumulasi
cairan perikardium. Akumulasi lambat memberi
kesempatan kompensasi jantung yang lebih
baik yaitu: takikardi, peningkatan resistensi
vaskuler perifer dalam beberapa hari atau be-
berapa minggu. Tetapi akumulasi yang cepat
akan menimbulkan peregangan perikardium
yang tidak adekuat dan berakibat fatal dalam
beberapa menit.4
Pemeriksaan fisis tamponade jantung:4
- Trias Beck meliputi hipotensi, peningkatan
JVP dan suara jantung melemah.
- Pulsus paradoksus: penurunan tekanan sistolik
lebih dari 12 mm Hg pada saat inspirasi.
- Kussmaul sign: penurunan tekanan dan distensi
JVP yang sebelumnya meningkat saat inspirasi.
- Tanda Ewart: gambaran redup di daerah di bawah
skapula kiri ; terjadi pada efusi perikardial luas.
Diagnosis tamponade jantung karena perikar-
ditis TB pasien ini selain berdasarkan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisis juga ditegakkan
dengan pemeriksaan penunjang.
Beberapa pemeriksaan penunjang adalah:9
1. Analisis cairan perikardiumMerupakan diagnostik rutin untuk membeda-
kan cairan transudat atau eksudat berdasarkan
kriteria Light. Dilakukan kultur terhadap
bakteri, sitologi, jumlah sel dan protein. Sering
sel limfosit predominan.9
2. Uji kulit tuberkulinUji tuberkulin menggunakan protein derivat A
murni. Reaksi kulit (+) jika indurasi 10 mm dan
respons (+) kuat jika indurasi 15 mm. Hasil uji
tuberkulin sering negatif pada penderita peri-
karditis TB, terutama pada penderita anergi,
penderita HIV (+) dan usia lanjut. Karena itu hasil
(-) tidak dapat menyingkirkan kemungkinan
perikarditis TB.2
3. Pemeriksaan bakteriologiProsedur penting untuk diagnosis perikarditis
TB dengan mendeteksi kuman TB dalam cairan
perikardium, jaringan perikardium, sputum,
bilas lambung dan urin. Tetapi penemuan
kuman TB di cairan perikardium sangatlah sulit
karena rendahnya jumlah kuman di cairan
perikardium dan kegagalan kuman untuk
tumbuh pada medium yang sesuai. Dari 12
penderita perikarditis TB hanya 5 penderita
positif kuman TB pada cairan perikardium.10
4. HistopatologiBiopsi dilakukan jika tidak ditemukan etiologi
jelas; pada perikarditis TB sangat penting karena
kuman TB jarang ditemukan pada kultur cairan
pericardium, sebaliknya justru ditemukan granu-
loma di jaringan perikardium.11
5. Polymerase Chaín Reaction (PCR) Teknologi PCR cara amplifikasi asam nukleat
digunakan untuk menegakkan diagnosis TB.
Akurasi PCR hampir sama dengan metode
konvensional dan lebih cepat. Kepekaan untuk
cairan perikardium kurang dan risiko positif
palsu harus tetap diperhatikan.2
6. Adenosine deaminase (ADA) dan interferon gamma (IFN- γ)Kadar ADA dan IFN-γ cairan perikardial me-
ningkat. Kepekaan cara ini 100% dan spesifi-
kasi 100%.12
7. Foto toraks
Didapatkan kardiomegali, bentuk jantung glo-
buler, seperti botol air atau terdapat kalsifikasi
perikardium. Efusi pleura dapat terlihat pada
1/3 pasien.7
8. CT-scan toraks
Akan menunjukkan perubahan pleura, penebal-
an dan iregularitas perikardium.2
9. ElektrokardiografiEKG 12 lead, dapat menunjukkan: sinus takikardi,
low voltage pada gelombang QRS, electrical
alternans (perubahan voltase QRS kompleks
dengan rasio 2:1, akibat gerakan jantung pada
rongga perikardium) dan depresi segmen PR.7
10. EchocardiographyPemeriksaan akurat untuk diagnosis tampon-
ade jantung maupun efusi pericardial; dapat
menentukan ada tidaknya efusi perikardial atau-
pun fibrin dan memperkirakan jumlah cairan
efusi perikardial.
Gambaran yang dapat ditemukan:7
- Late diastolic collapse pada atrium kanan
- Jantung yang melambai (swinging heart) di
rongga perikardium.
- Pseudohipertrofi ventrikel kiri.
- Penurunan lebih dari 25 % aliran katup mitral.
11. Nuclear imagingGallium 67 dan indium-111 telah digunakan
untuk mendiagnosis efusi perikardial TB walau-
pun hasilnya tidak spesifik.2
Diagnosis perikarditis TB pasien ini ditegakkan
dengan ditemukannya struktur tuberkel dan sel
datia Langhans pada pemeriksaan histopatologi
jaringan perikardium. Hasil pemeriksaan ekokar-
diografi menunjukkan banyak fibrin dan perle-
katan antara perikardium parietal dan viseral.
Penatalaksanaan tamponade jantung akibat
perikarditis TB yaitu pemberian terapi kausal
utama obat antituberkulosis, terapi kortikos-
teroid: prednison tablet dosis awal 80 mg per
hari kemudian diturunkan bertahap. Perikardio-
sentesis dilakukan bila terjadi efusi perikardium,
merupakan tindakan penyelamatan dini.
Perikardiektomi dilakukan pada tamponade
jantung berulang yang tidak dapat diatasi dengan
perikardiosentesis serta pada kasus perikarditis
konstriksi sehingga tidak mungkin dilakukan
perikardiosentesis.11 Perikardiektomi dilakukan
pada kasus ini karena tamponade jantung akibat
perikarditis konstriktif.
SIMPULAN:
- Tamponade jantung merupakan salah satu
komplikasi yang harus segera diatasi karena
dapat fatal.
- Ekokardiografi merupakan alat diagnostik
pilihan dan sensitif untuk mendiagnosis efusi
perikardium dan tamponade jantung.
- Penatalaksanaan tamponade jantung karena
perikarditis TB meliputi pemberian obat anti-
tuberkulosis, kortikosteroid, perikardiosentesis
dan perikardiektomi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jovie B, Jasa BB. Komplikasi Kardiovaskuler pada Tuberkulosis. TB Update-III 2004 Surabaya, 22-23 Mei 2004. Hal 93-101.
2. Cherian G. Diagnosis of tuberculous aetiology in pericardial effusions. Postgrad. Med. J. 2004; 80:262-6.
3. Abadilla JE, Heurich AE. Cardiovascular Tuberculosis. In: Rom NW, Garay SM, Bloom BR eds. Tuberculosis 2nd ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2004.p.509-21.
4. Pericarditis and Cardiac Tamponade. http://www.emedicine.com/EMERG/topic412.htm. Accessed April 25, 2005.
5. Mayosi BM, Burgess LJ, Doubell FA. Tuberculous Pericarditis. Circulation 2005; 112:3608-16.
6. Spodick D. Acute Cardiac Tamponade. N Engl J Med 2003; 349:684-90.
7. Cardiac Tamponade. http://www.emedicine.com/MED/topic283.htm. Accessed April 25, 2005.
8. Hals GD, Carleton SC. Pericardial disease. http://www.thrombosis-consult.com/articles/Textbook/59 pericardial.htm. Accessed
April 25, 2005.
9. Cherian G, Habashy AG, Uthaman B, Hanna RM. Tuberculous Pericardial Effusion-Mediastinal Lymph Glands: The cause and clue
to the etiology. Indian Heart J 2003; 55:228-33.
10. Fowler N. Tuberculosis Pericarditis. JAMA 1991; 266:99-103.
11. Hopewell PC, Bloom BR. Tuberculosis and Other Mycobacterial Diseases. In: Murray JF, Nadel JA eds. Textbook of Respiratory
Medicine 3 th ed. Philadelphia: WB. Saunders Co; 2000.p. 1043-1105.
12. Maisch B, Seferovic PM, Ristic DA et al. Guidelines on the diagnosis and management of pericardial diseases. Eur. Soc. Cardiol.
2004:588-605.