13. Pengawasan Dan Disiplin PNS

9
RMK GSPKN PENGAWASAN DAN DISIPLIN PNS A. PENGAWASAN Inspektorat Jenderal (Itjen) memegang peranan penting dalam pengawasan di Kementerian/Lembaga (K/L). Menurut Menteri Keuangan M. Chatib Basri, situasi perekonomian di Indonesia beberapa waktu terakhir, membutuhkan pengawasan yang baik sehingga governance (tata kelola pemerintahan) dapat terus ditingkatkan. Di antara peraturan perundangan yang relevan terkait pembahasan kali ini mengenai pengawasan yakni Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 70 Tahun 2012 tentang Kebijakan Pengawasan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2013. Berikut beberapa hal terkait Permendagri ini: Gambaran umum: Pengawasan adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan dilakukan oleh: a. Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri; b. Inspektorat Jenderal Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian; c. Inspektorat Provinsi; dan/atau d. Inspektorat Kabupaten/Kota. Tujuan Kebijakan Pengawasan: a. mensinergikan pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian/ LPNK, Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota; dan b. menjamin mutu atas penyelenggaraan pemerintahan dan kepercayaan masyarakat atas pengawasan APIP (Aparat Pengawasan Internal Pemerintah). Uraian Kegiatan Pengawasan Uraian kegiatan pengawasan kemudian dirinci berdasarkan masing-masing tingkatan mulai dari Inspektorat Jenderal Kementerian s/d Inspektorat Kabupaten/Kota. Dua hal terkait pengawasan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri misalnya, percepatan reformasi birokrasi; dan peningkatan efektivitas pengawasan. Beberapa hal terkait pengawasan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian/LPNK 1

description

fgdjtrsmkts,ktys

Transcript of 13. Pengawasan Dan Disiplin PNS

RMK GSPKNPENGAWASAN DAN DISIPLIN PNS

A. PENGAWASANInspektorat Jenderal (Itjen) memegang peranan penting dalam pengawasan di Kementerian/Lembaga (K/L). Menurut Menteri Keuangan M. Chatib Basri, situasi perekonomian di Indonesia beberapa waktu terakhir, membutuhkan pengawasan yang baik sehingga governance (tata kelola pemerintahan) dapat terus ditingkatkan. Di antara peraturan perundangan yang relevan terkait pembahasan kali ini mengenai pengawasan yakni Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 70 Tahun 2012 tentang Kebijakan Pengawasan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2013. Berikut beberapa hal terkait Permendagri ini:Gambaran umum: Pengawasan adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan dilakukan oleh:a. Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri;b. Inspektorat Jenderal Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian;c. Inspektorat Provinsi; dan/ataud. Inspektorat Kabupaten/Kota. Tujuan Kebijakan Pengawasan:a. mensinergikan pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian/ LPNK, Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota; danb. menjamin mutu atas penyelenggaraan pemerintahan dan kepercayaan masyarakat atas pengawasan APIP (Aparat Pengawasan Internal Pemerintah).

Uraian Kegiatan PengawasanUraian kegiatan pengawasan kemudian dirinci berdasarkan masing-masing tingkatan mulai dari Inspektorat Jenderal Kementerian s/d Inspektorat Kabupaten/Kota. Dua hal terkait pengawasan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri misalnya, percepatan reformasi birokrasi; dan peningkatan efektivitas pengawasan. Beberapa hal terkait pengawasan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian/LPNK seperti, pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah; pengawasan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan; pengawasan dengan tujuan tertentu terkait pengaduan masyarakat; koordinasi dan sinkronisasi. Pengawasan oleh Inspektorat Provinsi meliputi pengawasan internal di lingkungan Pemerintah Provinsi dan pengawasan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pengawasan oleh Inspektorat Kabupaten/Kota meliputi pengawasan internal di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota dan pengawasan Urusan Pemerintahan Desa.Secara umum semua tingkatan melakukan beberapa hal sebagai berikut:1. Pemeriksaan kinerja/reguler meliputi pengawasan administrasi umum pemerintahan dan pelaksanaan urusan pemerintahan;2. Pemeriksaan pengelolaan keuangan dan aset;3. Review Laporan Keuangan dalam rangka menuju dan/atau mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP);4. Asistensi dan Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP);5. Penanganan pengaduan masyarakat;6. Pengawasan terhadap Program Penanggulangan Kemiskinan;7. Evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi;8. Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) untuk mengetahui penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP);9. Evaluasi atas peran auditor sebagai quality assurance dan consulting;10. Melakukan pengawasan tertentu bersama dengan instansi terkait;11. Asistensi dalam penyusunan neraca aset pada unit kerja;12. Asistensi perencanaan dan penyusunan anggaran;13. Asistensi terhadap pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014; dan14. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan

Dua hal terkait pengawasan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri yaitu percepatan reformasi birokrasi dan peningkatan efektivitas pengawasan. Untuk percepatan reformasi birokrasi dilakukan melalui tiga hal. Pertama, perkuatan kelembagaaan melalui sosialisasi dan bimbingan teknis. Kedua, program legislasi melalui penyusunan petunjuk pelaksanaan, kebijakan pengawasan, pedoman pembinaan, penilaian kinerja, pengukuran indikator LAKIP, evaluasi SPIP, dan pedoman laporan hasil pengawasan penyelenggaran pemerintahan. Ketiga, koordinasi dan sinergisitas melalui rapat koordinasi pengawasan penyelenggaraan pemerintahan tingkat nasional dan daerah, serta penyusunan program kerja pengawasan tahunan (PKPT) berdasarkan risk based audit plan (Rencana Audit Berbasis Risiko). Sedangkan untuk peningkatan efektivitas pengawasan dilakukan melalui dua hal, yaitu tuntutan good governance dan tuntutan penyelenggaraan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional).Untuk pengawasan oleh Inspektorat Kabupaten/Kota terkait Pengawasan Urusan Pemerintahan Desa dilakukan terhadap administrasi pemerintahan desa dan pelaksanaan urusan pemerintahan di Pemerintahan Desa melalui pemeriksaan reguler; pemeriksaan pelaksanaan tugas pembantuan; dan pemeriksaan khusus terkait pengaduan masyarakat maupun instansi pemerintah dalam rangka membangun kepekaan terhadap perkembangan isu-isu aktual untuk tujuan nasional dan pemerintah daerah.Terkait laporan pelaksanaan pengawasan, Menteri Dalam Negeri menyampaikan laporan koordinasi pelaksanaan pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Presiden. Menteri Negara/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Presiden dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri. Gubernur menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri. Bupati/Walikota menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur.Banyaknya pejabat/penyelenggara negara yang tersangkut kasus korupsi, inefisiensi dan inefektivitas anggaran, serta belum efektifnya aparat pengawasan internal pemerintah (APIP) merupakan kondisi riil yang menuntut solusi secepatnya. Menghadapi kondisi itu, Kementerian PANRB tengah menyusun Rancangan Undang-Undang (RUU) yang mengatur sistem pengawasan nasional, yang diharapkan bisa mengurai benang kusut pengawasan internal pemerintah.Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Azwar Abubakar mengatakan, setidaknya ada tiga kelemahan APIP saat ini, yakni independensi, profesionalitas, dan permasalahan sistem. Terkait dengan independensi, dikatakan bahwa pegawai APIP merupakan pegawai lembaga yang bersangkutan, yang dipilih oleh pimpinan lembaga yang akan diawasi. Selain ruang lingkup pengawasan APIP terbatas, pelaporan hanya dilakukan kepada pimpinan lembaganya. Sedangkan menyangkut profesionalitas, Menteri mengatakan bahwa latar belakang APIP banyak yang tidak sesuai, dan sering mengabaikan pendidikan berkelanjutan. Selain itu, komitmen atas integritas dan kompetensi juga lemah, selain kuatnya sifat-sifat sungkan, sering terjadinya nepotisme, dan ingin melindungi korupsi. Secara sistem, APIP juga dihadapkan pada persoalan tumpang tindihnya pengawasan, kurangnya komitmen tindak lanjut atas hasil pengawasan, serta kurang jelasnya pembagian tugas antar lembaga pengawasan.Secara umum, ujar Azwar Abubakar, persoalan yang terjadi dalam pengawasan adalah lemahnya aparat pengawasan, sistem pengawasan internal yang kurang maksimal, serta rendahnya independensi auditor. Untuk memperbaiki itu, saat ini Kementerian PANRB tengah menyusun RUU Siswasnas. Selain itu, dilakukan penguatan APIP, dilakukan pengkajian peran dan tugas inspektorat di kementerian/lembaga. Kemungkinan semua inspektur akan dijadikan eselon I, termasuk yang ada di kementerian non portofolio. Selain itu, auditor di BPKP, perlu ditingkatkan baik jumlah, kompetensi serta kualitasnya. Selain itu, perlu dipertimbangkan agar auditor dapat melakukan fungsi pre dan post audit.RUU SPIP dirancang untuk memperbaiki Lembaga APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah). APIP harus berdiri sendiri dan tidak menjadi satu lembaga dengan instansi terkait supaya tidak ada sifatsungkan, nepotisme, dan seolah ingin melindungi korps. Ditambahkan, mestinya kedudukan lembaga APIP berada di bawah atau bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Sehingga dapat menutup kemungkinan adanya praktek-praktek korupsi di dalam internal birokrasi pemerintah.

DISIPLIN PNSDisiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Peraturan disiplin PNS diatur dalam PP RI Nomor 53 Tahun 2010. Beberapa hal yang diatur dalam PP ini paling tidak terkait tiga hal, antara lain:1. Kewajiban dan Larangan;2. Hukuman Disiplin;3. Upaya Administratif;

Kewajiban dan LaranganPasal 3 PP RI No. 53 Tahun 2010 disebutkan 17 kewajiban setiap PNS. Di bawah ini dirangkum menjadi 7, yaitu merupakan kewajiban bagi setiap PNS untuk:1. mengucapkan sumpah/janji, setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Pemerintah, dengan menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang;2. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab dengan menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS; 3. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan, memegang rahasia jabatan, bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara ; 4. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara, masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja; 5. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan dan memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;6. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya;7. membimbing bawahan dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan karier;Kemudian dalam Pasal 4 PP RI No. 53 Tahun 2010 disebutkan 15 larangan kepada setiap PNS. Berikut ini dirangkum menjadi 9, di mana kepada setiap PNS dilarang untuk:1. menyalahgunakan wewenang, menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;2. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional, perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing;3. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah; 4. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain, yang dapat merugikan negara; 5. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun untuk diangkat dalam jabatan, menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya; 6. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;7. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi, merugikan atau mempersulit pelayanan kepada masyarakat; 8. menghalangi berjalannya tugas kedinasan; 9. memberikan dukungan, aktif dalam berkampanye, atau cara lainnya, kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.

Hukuman DisiplinSebagaimana Pasal 7 PP RI No. 53 Tahun 2010, tingkat dan jenis hukuman disiplin adalah sebagai berikut:Tingkat hukuman disiplin terdiri dari: a. hukuman disiplin ringan; b. hukuman disiplin sedang; dan c. hukuman disiplin berat.Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari: a. teguran lisan; b. teguran tertulis; dan c. pernyataan tidak puas secara tertulis.Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari:a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun; b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.

Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari: a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun; b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah; c. pembebasan dari jabatan;d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dane. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

Kepala daerah diminta melaksanakan amanah Peraturan Pemerintah Nomor 53/2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil agar setiap PNS bertugas dengan baik dalam rangka reformasi birokrasi. "Selama ini, di semua daerah, hampir 70 persen anggaran terkuras untuk biaya aparatur, jadi tidak ada alasan pegawai negeri melalaikan tugasnya sebagai abdi negara," kata Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Azwar Abubakar di Bireuen, Provinsi Aceh, Senin (13/1). Menurut Azwar, sanksi berat yang tertulis di dalam aturan tentang disiplin PNS itu merupakan aturan yang harus diikuti oleh semua PNS. Bila kinerja pegawai sudah lebih baik, maka tercipta pelayanan publik lebih baik dan maksimal sebagaimana diharapkan.Dalam PP Nomor 53/2010 disebutkan, bila absen 31 hingga 35 hari kerja, PNS bisa dijatuhi hukuman penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tahun. Bila absen 36 hingga 40 hari kerja dijatuhi hukuman pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah yang menduduki jabatan struktural atau fungsional. Selanjutnya, jika PNS absen hingga 41 - 45 hari kerja dijatuhi hukuman pembebasan dari jabatan bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau fungsional. Kalau absen melebihi 46 hari, langsung dijatuhi hukuman pemberhentian dengan hormat atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat dari PNS.Agar diperhatikan:1. Pelanggaran terhadap kewajiban masuk kerja dan metaati ketentuan jam dihitung secara komulatif 1 ( satu ) tahun.2. Keterlambatan dihitung secara komulatif dan dikonversi 1 hari sama dengan 7,5 jam.3. Pejabat yang berwenang menghukum tidak menjatuhkan hukuman disiplin, maka pejabat tersebut dijatuhi hukuman disiplin oleh atasannya.4. Pejabat yg berwenang menghukum dijatuhi hukuman disiplin sama dengan jenis hukuman disiplin yang seharusnya dijatuhkan apabila tidak menjatuhkan hukuman kepada PNS yang telah terbukti melakukan pelanggaran disiplinUpaya AdministratifUpaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif.A. KeberatanJenis hukuman disiplin yang dapat diajukan keberatan adalah :1. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun; dan 2. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun yang dijatuhkan oleh:a. Pejabat struktural eselon I dan pejabat yang setara.b. Sekda/Pejabat struktural eselon II Kab/Kota ke bawah/setara ke bawah;c. Pejabat struktural eselon II ke bawah di lingkungan instansi vertikal;d. Pejabat eselon II ke bawah di lingkungan instansi vertikal dan Kantor Perwakilan Provinsi dan unit setara dengan sebutan lain yang berada di bawah dan bertanggung jawab kpd Pejabat Pembina Kepegawaian.

B. Banding AdminstratifJenis hukuman disiplin yang dapat diajukan banding administratif adalah:1. Hukuman disiplin yang dijatuhkan Pejabat Pembina Kepegawaian untuk jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (4) huruf d dan e yaiitu pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS, dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.2. Hukuman yang dijatuhkan Gubernur selaku wakil pemerintah untuk jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (4) huruf d dan e.3. Dalam hal PNS yang dijatuhi hukuman disiplin, PNS yang mengajukan banding administratif gaji tetap dibayarkan sepanjang yang bersangkutan tetap melaksanakan tugas.4. PNS yang tidak mengajukan banding administratif gaji mulai dihentikan terhitung mulai bulan berikutnya sejak hari ke 15 keputusan hukuman disiplin diterima.5. PNS yang sedang dalam proses pemeriksaan atau upaya administratif tidak disetujui untuk pindah instansi.

Hasil dari monitoring dan disiplin pegawai ini merupakan informasi yang berupa kekuatan dan kelemahan pegawai yang nantinya berfungsi sebagai : (1) feed-back kepada pegawai mengenai kinerja dan kedisiplinannya sekaligus alat pemotivasi; (2) alat promosi, demosi, dan pemberdayaan pegawai; (3) alat pemutusan hubungan kerja dan perampingan organisasi; (4) alat dalam menyediakan alasan hukum untuk pengambilan keputusan; (5) penentuan dan pengukuran tujuan kinerja dan disiplin pegawai; (6) konseling kinerja dan disiplin yang buruk; (7) mendukung perencanaan dan penentuan kebutuhan pengembangan pegawai termasuk merencanakan dan memvalidasi perekrutan pegawai baru; (8) alat manajemen kinerja organisasi; dan (9) Penelitian.Motivasi akan membuat pegawai bekerja lebih berprsetasi. Motivasi atau dorongan untuk bekerja sangat penting bagi tinggi rendahnya produktivitas. Tanpa adanya motivasi, maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai, karena motivasi merupakan suatu jaminan atas keberhasilan instansi dalam mencapai tujuan. Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang pegawai untuk mencapai tujuannya. Motivasi diartikan juga sebagai daya dorong bagi pegawai untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi atau instansi dalam mencapai tujuan.

2