13. Gerak
Click here to load reader
-
Upload
syarif-hidayat-amrullah -
Category
Documents
-
view
137 -
download
18
Transcript of 13. Gerak
BAB XIII. GERAK PADA TUMBUHAN
Tidak seperti pada hewan, gerak pada tumbuhan sangat lambat. Gerak yang
dimaksud disini bukan bergeraknya tumbuhan dari satu tempat ke tempat lain, melainkan
gerak-gerak yang dilakukan oleh bagian dari tumbuhan tersebut. Pada tumbuhan tingkat
tinggi gerak terutama terjadi dalam bentuk membengkok, membelit, dan memanjang dari
sebagian atau organ tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendahdapat diamati gerakan
seluruh tubuhnya.
Beberapa gerak yang dilakukan oleh tumbuhan, dihasilkan sebagai respon
tumbuhan terhadap sejumlah rangsangan dari luar atau dari lingkungannya. Rangsang
mungkin berupa gravitasi, panas, zat kimia, cahaya atau sentuhan. Gerak pada tumbuhan
paling banyak berorientasi pada cahaya dan gravitasi. Respons terhadap rangsang dapat
berupa perubahan metabolisme, perubahan struktur dan bentuk pada tumbuhan atau organ
atau bagian dari tumbuhan.
Gerakan yang terjadi yang disebabkan faktor-faktor dalam tumbuhan itu sendiri
disebut gerak otonom atau gerak spontan, yaitu gerakan yang terjadi karena faktor-faktor
dalam tumbuhan itu sendiri. Gerakan yang disebabkan oleh rangsang luar disebut gerak
induksi atau gerak paratonik. Gerakan otonom dibagi menjadi: gerak bebas (locomotion) dan
gerak melengkung (nutasi). Gerak bebas merupakan gerakan yang dilakukan oleh seluruh
tubuh atau organ atau materi di dalam sel tumbuhan. Gerak ini bebas dan spontan. Contoh
gerakan ini misalnya siklosis (aliran siptoplasma), gerakan krmosom waktu pembelahan sel,
gerakan dengan silia, gerakan zoospora dan gamet dari berbagai tumbuhan. Gerak nutasi
disebabkan adanya perbedaan kecepatan tumbuh pada bagian yang berbeda. Gerak nutasi
terjadi pada tumbuhan merambat . Bagian yang melekat pada tempat merambatnya,
tumbuhnya lebih lambat daripada bagian yang lain. Akibatnya terjadi gerakan spiral pada
tempat penunjang tempat merambatnya. Diduga proses ini dibantu oleh hormon. Contoh
gerakan ini terdapat pada tumbuhan kacang-kacangan tertentu seperti ercis. Gerakan
paratonik dibagi menjadi gerak taksis, tropisme, nasti dan hidroskopis. Gerak taksis terjadi
karena adanya rangsang dari luar dan dan seluruh tubuh tumbuhan bergerak serta arah
geraknya ditentukan oleh arah rangsang.
Berdasarkan atas penyebab timbulnya gerak, dapat dibedakan antara gerak
tumbuh dan gerak turgor. Gerak tumbuh adalah gerak yang ditimbulkan oleh adanya
pertumbuhan, sehingga menimbulkan perubahan plastis atau ”irreversible”. Gerak turgor
adalah gerak yang timbul karena terjadi perubahan turgor pada sel-sel tertentu, dan sifat
geraknya elastis atau ”reversible”.
Berdasarkan atas orientasi gerak, gerak pada tumbuhan dapat kita bagi menjadi
gerak tropi dan gerak nasti. Gerak tropi merupakan gerak tumbuh, sebagai respon
tumbuhan terhadap rangsangan dari luar. Arah geraknya ditentukan oleh arah rangsangan,
dapat positif atau negatif. Termasuk ke dalam kelompok gerak ini adalah geotropisme
(respon terhadap gravitasi), fototropisme (repon terhadap cahaya), tigmotropisme
(sentuhan), hidrotropisme (air), dan skototropisme (mencari tempat gelap). Gerak nasti
dapat merupakan gerak tumbuh atau gerak turgor, dan arah geraknya tidak ditentukan oleh
arah rangsangan. Termasuk ke dalam gerak nasti adalah epinasti (membengkok ke bawah),
hiponasti (membengkok ke atas), miktinasti (gerak tidur atau gerak berirama), seismonasti
(respon terhadap kejutan), termonasti (suhu), dan gerak tumbuhan karnivora.
13.1 GERAK TROPISME
(1). Geotropisme
Tumbuhan dapat tumbuh ke atas (geotropisme negatif- berlawanan dengan arah
gaya tarik gravitasi) atau ke bawah (geotropisme positif), horisontal (tegak lurus terhadap
arah gravitasi, disebut diageotropisme) atau membentuk suatu sudut tertentu terhadap
arah vertikal yang disebut platiotropisme.
Bagian tumbuhan yang dapat menerima rangsangan gravitasi ini adalah tudung akar
dan pucuk batang. Apabila tudung akar dibuang, maka tidak ada respon geotropisme dan
akar akan tumbuh dengan cepat. Tudung akar merupakan bagian dari akar yang
menghasilkan zat penghambat asam absisat (ABA). Apabila sebagian dari tudung akar
dibuang, maka akar akan membengkok ke arah bagian yang mengandung tudung akar.
Gravitasi mempengaruhi posisi ABA ini pada tudung akar. Pucuk batang melakukan
geotropisme yang negatif. Meletakkan tanaman pada klinostat dan kemudian posisi
tanaman dibuat horisontal, maka perputaran klinostat dapat menghilangkan efek gravitasi.
Fakta menunjukkan bahwa antara penerimaan rangsangan dan reaksi terhadap
rangsangan tersebut merupakan dua proses yang terpisah. Gravitasi diterima oleh sel
melaui dua cara, yaitu menerima perbedaan tekanan pada sel sebagai akibat terjadinya
distribusi partikel-partikel ringan dan berat yang tidak merata di dalam sel. Kedua adalah
timbulnya tekanan sebagai akibat adanya fluktuasi perubahan status air di dalam sel, akan
menimbulkan tekanan yang disebabkan kandungan sel. Sehubungan dengan keterangan di
atas, suatu hipotesis menyatakan bahwa rangsangan gravitasi diterima oleh statolit. Statolit
adlah badan-badan kecil dengan berat jenis tinggi, yang mengendap ke dasar sel. Badan-
badan yang mengendap dalam sitoplasma meliputi inti sel, diktiosom, mitokondria dan butir-
butir pati (lebih tepat amiloplas, karena batir pati terbentuk dlam plastida). Badan-badan
yang ringan seperti vacuola dan tetesan lemak akan terapung. Diantara badan-badan sel
menunjukkan bahwa butir patih atau amiloplas merupakan statolit di dalam sel yang
menerima rangsangan gravitasi, pertama karena cukup berat sehingga dapat dengan cepat
mengendap; kedua, butir pati selalu dijumpai pada jaringan-jaringan yang sensitif terhadap
gravitasi.
Mekanisme respon terhadap gravitasi ini, percobaan F. Went menunjukkan bahwa
pertumbuhan dirangsang oleh auksin. Pembengkokkan batang terjadi sebagai akibat
adanya perbedaan kadar auksin antara satu sisi dengan sisi yang lain. Selanjutnya,
N.Cholodny dengan F. Went dalam percobaannya menunjukkan bahwa telah terjadi
distribusi auksin yang asimetris pada tanaman dalam posisi horizontal, sehingga terjadi
pembengkokan pucuk arah ke atas dan arah ke bawah (lihat Gambar 13-1). Pengaruh
gravitasi dalam menunjang pembengkokkan ke atas pada pucuk, disebabkan konsentrasi
auksin pada bagian bawah menjadi bertambah. Peningkatan kadar auksin pada bagian
pucuk akan merangsang pertumbuhan lebih cepat, sehingga pucuk akan membengkok ke
atas. Pada akar, pengaruh gravitasi sama yaitu akan menyebabkan distribusi zat pengatur
tumbuh yang tidak merata.
Akar memiliki tudung yang mengandung asam absisat (ABA) yang bersifat
penghambat pertumbuhan. Gravitasi akan menyebabkan akumulasi asm ansisat lebih
banyak pada bagian bawah. Sehingga akan meningkatkan penghambatan pertumbuhan.
Akibatnya bagian sebelah atas yang kadar asam absisatnya lebih kecil, akan tumbuhan
lebih cepat dan akar akan membengkok ke bawah. Dengan menggunakan IAA radioaktif,
Leopold pada percobaanya dengan koleopil jagung menunjukkan bahwa auksin dapat
diangkut secara lateral ke bawah pengaruh gaya gravitasi (lihat Gambar 13-2).
(2). Fototropisme
Untuk memahami mekanisme reaksi fototropis, perlu dilihat kembali peecobaan Went pada
saat diketemukannya auksin. Telah diketemukan bahwa apabila koleoptil disinari pada satu
sisi, distribusi auksin yang asimetrik akan terjadi, sehingga auksin akan terakumulasi pada
sisi koleoptil yang gelap. Kadar auksin yang tinggi pada sisi yang gelap, telah menyebabkan
koleoptil membengkok kea rah cahaya (lihat Gambar 13-1).
Diperkirakan distribusi auksin asimetrik ini, diakibatkan oleh gabungan tiga mekanisme yang
berbeda, yaitu:
a. terjadinya perusakan auksin oleh cahaya (photodestruction) pada bagian koleoptil
yang terkena cahaya.
b. Meningkatnya sintesis auksin pada bagian koleoptil yang gelap
c. Adanya angkutan auksin secara lateral dari bagian yang kena cahaya, menuju ke
bagian yang gelap.
Percobaan yang dilakukan oleh W.R. Briggs menunjukkan bahwa angkutan auksin
secara lateral merupakan mekanisme penyebaran auksin penting. Percobaan Leopold
dkk, dengan mneggunakan 14C-IAA terhadap koleoptil jagung, menunjukkan adanya
perpindahan aiksin dari sisi terang menuju ke sisi yang gelap (Gambar 13-3).
Respon fototropis pada “shoot” yang berdaun telah ditunjukkan sebagai akibat tidak
samanya penyinaran terhadap daun yang menghadap dan menjauhi cahaya. Akibatnya
telah terjadi sintesis dan eksport auksin tidak sama. Menurut pandangan di atas, akan
lebih banyak auksin di eksport dari daun yang gelap dari pada daun yang kena cahaya,
sehingga pertumbuhan batang meningkat di bawah daun yang gelap. Percobaan
Leopard selanjutnya dengan kecambah bunga matahari menunjukkan bahwa
pertumbuhan batang akan lebih cepat apabila kotiledonnya digelapkan (Gambar 13-4).
Kotiledon merupakan organ penting untuk respon fototropis. Apabila kotiledon disinari,
diduga akan menghasilkan inhibitor yang akan menghambat pertumbuhan. Cahaya yang
paling efektif dalam merangsang fototropisme adalah cahaya gelombang pendek,
sedangkan cahaya merah tidak efektif. Diduga respon fototropis ini adakaitannya
dengan karoten dan riboflavin, karena kombinasi penyerapan spectrum oleh karoten
dan riboflavin merip dengan pola kerja spectrum terhadap fototropisme (Gambar 13-5).
(3) Tigmotropisme
Tigmotropisme merupakan gerak tumbuh yang ditimbulkan oleh rangsangan sentuhan.
Salah satu contoh yang termasuk ke dalam gerak ini adalah gerak sulur atau tendril.
Terjadinya kontak antara tendril dengan suatu benda, akan merangsang tendril tersebut
melakukan pertumbuhan yang membengkok menuju kea rah benda yang tersentuh tadi.
Tendril akan lebih responsive terhadap benda yang kasar dari pada benda yang halus
atau lunak.
Respon tendril terhadap sentuhan, disamping merangsang gerak tumbuh, sebagian
melibatkan perubahan turgor. Diduga telah terjadi perubahan kandungan ATP dan fosfat
anorganik yang cepat akibat rangsangan sentuhan pada tendril kacang. Perubahan
yang cepat terjadi pada permeabilitas membrane yang telah memudahkan bergeraknya
air dan angkutan ion secara aktif (distimulasi oleh ATP). Auksin diketahui mempengaruhi
pelilitan tendril, meskipun hubungan IAA dengan rangangan sentuhan masih belum
diketahui.
Gerak tropisme lainnya seperti hidrotropisme dan skototropisme tidak dibahas.
(4). Dominansi Apikal
Dominansi apical merupakan persaingan antara tunas pucuk dangan tunas lateral dalam
melakukan pertumbuhannya. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral
akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Adannya dominansi apical ini mula-
mula diduga karena persaingan dalam meperoleh nutrisi, yang mengalirkan bahan
makan ke daerah meristem pucuk (apical meristem).
Thimann dan Skoog menunjukkan bahwa dominansi apical disebabkan oleh auksin yang
didifusikan dari tunas apical ke bawah (polar), akan menghambat pertumbuhan tunas
lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Membuang tunas apical dari suatu
tumbuhan akan merangsang pertumbuhan tunas lateral, karena kadar auksin pada
tunas lateral akan turun, disebabkan suplai auksin dari pucuk terhenti (Gambar 13-6).
13.2. GERAK NASTI
Gerak nasti adalah gerak yang arah geraknya tidak ditentukan oleh datangnya arah
rangsangan. Mereka dapat merupakan gerak tumbuh yang sifatnya permanen atau
gerak variasi yang sifatnya tidak permanent (reversible). Gerak ini ada hubungannya
dengan irama endogen yang sudah disiapkan atau jam biologi, yang membantu dalam
perkembangannya.
Gerak variasi biasanya melibatkan perpindahan air. Salah satu bentuk gerak variasi
yang penting dank has adalah gerak membuka dan menutupnya stomata. Gerak daun,
anak daun atau cabang kecil, sering dilakukan oleh organ khusus yang disebut
pulvinus, merupakan masa sel parenkimatis yang membengkak berada pada bagian
dasar tangkai daun (petiolus), tangkai anak daun (petiololus) dan bagian dasar cabang.
Air dapat masuk atau keluar dengan cepat dari sel-sel motor, yang terletak pda sisi
berlawanan (opposite side) dari pulvinus dan menyebabkan daun atau cabang bergerak
ke atas dan ke bawah. Keluar masuknya air pada pulvinus disebabkan terjadinya
perubahan potensial osmotic, yang diduga sama prosesnya seperti sel penutup stomata.
(1). Epinasti
Epinasti adalah gerakmembengkok ke bawah yang biasanyaterjadi pada tangkai daun,
sehingga posisiujung daun membengkok arah ke tanah.gerak ini bukanrespon terhadap
gerak gravitasi,karena tumbuhan yang memperlihatkan gerak nasti, orientasinya bebas dari
medan gravitasi, sekalipun kalau kita letakkan pada klinostat. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan jumlah auksin yang diangkut ke bagian atas dan bawah tangkai daun dari daun,
yang menimbulkan perbedaan pertumbuhan pada tangkai daun tersebut. Kebalikan dari
epinasti adalah hiponasti dapat terjadi kalau diinduksi dengan memberikan asalm giberelat
(GA).
(2). Termonasti
Pada tulip terjadi gerak berulang membuka dan menutupnya bunga sebagai respon
terhadap perubahan suhu. Ada dua sifat dari gerak r\termonasti yaitu yang bersifat
reversible dan permanent. Akan tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti.
(3). Niktinasti
Banyak daun tumbuhan melakukan gerak”tidur”, yang bangun di pagi hari dan kemudian
melipat (tidur) pada sore hari secara berirama, yang disebut niktinasti. A. W. Galston dan
kawan-kawan mendeteksi adanya perpindahan ion kalium dari bagian atas ke bagian bawah
pulvinus dan sebaliknya. Perpindahan ion kalium telah menyebabkan perubahan potensial
osmotic yang besar pada sel-sel motor yang mengakibatkan daun bergerak ke atas atau ke
bawah. Daduga auksin terlibat dal;am kegiatan ini. IAAS yang diproduksi padasiang hari
terutama diangkut ke bagian bawal petiol. Ion kalium akan bergerak kea rah dimana memiliki
kandunganIAA lebih tinggi, air masuk ke bagianbawah pulvinus dandaun bangun. Angkutan
auksin berkurang padamalam hari, terjadi reaksi sebaliknya. Auksin yang diberikan ke
bagian atas atau bagianbawah pulviu\nus, akan menyebabkan………..
(4) Seismonasti
Seismonasti berarti respon terhadap goncangan. Mimosa pudica, merupakan contoh baik
bagi kasusini. Tumbuhan ini memberikan respon sangat cepat yaitu sekitar 0,1 detik setelah
rangsangan diberikan , dan penyebaran reaksiterhadap rangsangan ini ke bagian atas dan
bawah tubuhan berjalan antara 40-50 cm/detik. Apabila tumbuhan sensitive ini diberi
sentuhasn atau kejutan, terjadi dua macam reaksi pada pulvini, yaitu pada anak daun,
bagian atasnya mengkerut sehingga anak daun melipat ke atas; sedangkan pada petiol
bagian bawahnya yang mengkerut sehinggaseluruh daun melipat ke bawah.
Prosesnyamasih belum diketahui.
(5) Gerak Perangkap
Sejumlah tumbuhan pemakanserangga diperlengkapi dengan perangkap, yang bereaksi
cepat sekali untuk menangkap serangga hidup. Contoh tumbuhan kelompok ini adalah
Utricularia sp, Dionea sp, dan Drosera sp.
Cara kerjaperangkap ini diduga karena adanya “nerve-likesignal” yang dapat menimbulkan
potensi kerja pada perangkap.
(6) Gerak berputardan Nutasi
Gerak berputar atau “twisting” terjadi padadaun kacang yang membuat gerakrotasi. Gerak
ini berjalan secara periodik dengan siklus waktu sedikit di bawah 1 jam, dan hanya terjadi
padasiang hari ketika daun tidak dalam posisi tidur. Sebagai tambahan, daun bergerak ke
atas dan ke bawah dengan sudut sekitar 10◦ daslam periode 1 jam. Nutrisi merupakan gerak
tumbuh ke atas yang gerakannya seperti spiral. Diduga disebabkan oleh keseimbangan
yang tidak stabil pada pucuk batang, yang mengakibatkan terjadinya osilasi (Oscillation)
dalam memproduksi zat pengatur tumbuh.
Geotropism. Image from Purves et al., Life: The Science of Biology, 4th Edition, by Sinauer Associates (http://www.sinauer.com/) and WH Freeman (http://www.whfreeman.com/), used with permission.
Germination of corn seeds occurs regardless of the seed orientation. The above image is reduced in size from
Charles Darwin and his son Francis studied the familiar reaction of plants growing toward light: phototropism. The Darwins discovered that the tips of the plant curved first, and that the curve extended gradually down the stem. By covering the tips with foil, they prevented the plant from curving. They concluded that some factor was transmitted from the tip of the plant to the lower regions, causing the plant to bend.
Phototropism in the coleoptile of a monocot. Image from Purves et al., Life: The Science of Biology, 4th Edition, by Sinauer Associates (http://www.sinauer.com/) and WH Freeman (http://www.whfreeman.com/), used with permission.
The above image is from http://www.biosci.uga.edu/almanac/bio_104/notes/apr_17.html.
We now know, from the 1926 experiments of Frits Went, that auxin, a plant hormone produced in the stem tip (auxins promote cell elongation), moves to the darker side of the plant, causing the cells there to grow larger than corresponding cells on the lighter side of the plant. This produces a curving of the plant stem tip toward the light, a plant movement known as phototropism.
The above images are from http://www.biosci.uga.edu/almanac/bio_104/notes/apr_17.html.
Geotropism is plant response to gravity. Roots of plants show positive geotropism, shoots show negative geotropism. Geotropism was once thought a result of gravity influencing auxin concentration. Several new hypotheses are currently under investigation.
gopher://wiscinfo.wisc.edu:2070/I9/.image/.bot/.130/External_Factors_and_Plant_Growth/Gravitropism/Corn,_+_gravitropism.
Thigmotropism is plant response to contact with a solid object. Tendrils of vines warp around objects, allowing the vine to grow upward.
Curling of a tenbdril around a metal support, an example of thigmotropism. Note the tendril of this passion flower wrapping around the metal rod. The above image is cropped and reduced from gopher://wiscinfo.wisc.edu:2070/I9/.image/.bot/.130/External_Factors_and_Plant_Growth/Thigmotropism_Passion_flower.
Nastic movements, such as nyctinasty, result from several types of stimuli, including light and touch. Legumes turn their leaves in response to day/night conditions. Mimosa , also known as the sensitive plant, has its leaves close up when touched.
Photoperiodism is the plant response to the relative amounts of light and dark in a 24 hour period, and controls the flowering of many plants. Short-day plants flower during early spring or fall, when the nights are relatively longer and the days are relatively shorter. Long-day plants flower mostly in summer, when the nights are relatively shorter and the days are relatively longer. Day-neutral plants flower without respect for the day length. Phytochrome is a plant pigment in the leaves of plants that detects the day length and generates a response.