127951962 Triptan Terapi Di Migraine
Transcript of 127951962 Triptan Terapi Di Migraine
THE NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE
Triptan Terapi Pada Migraine
Elizabeth Loder, M.D., M.P.H.
Jurnal diawali dengan gambaran kasus yang mencakup rekomendasi terapi.
Dilanjutkan dengan diskusi tentang problem klinis dan mekanisme manfaat bentuk terapi. Studi klinis,
penggunaan klinis dari terapi, dan potensi efek Samping ditinjau. Panduan formal yang relevan, jika
ada, disajikan. Artikel ini diakhiri dengan rekomendasi klinis penulis.
Seorang wanita sehat usia 23 tahun mendatangi internistnya dengan keluhan sakit kepala dan gejala
berkaitan lainnya yang terjadi dua kali sebulan. Diagnosis migren tanpa aura ditegakkan. Sakit kepala
pasien berlangsung seharian dan menyebabkan dia kehilangan pekerjaan. Sakit kepala tidak berkurang
setelah diberi analgesik atau kombinasi analgesik dengan kafein. Internis pasien yang sebelumnya
telah merekomendasikan kombinasi aspirin dan metoclopramide, yang biasanya mengurangi tapi tidak
menghilangkan dia sakit kepala. Pada satu kesempatan, sakit kepalanya makin bertambah meskipun
telah diberi pengobatan, dan pasien pun pergi ke unit gawat darurat. Ia diberi injeksi sumatriptan
subkutan untuk diagnosis dugaan migren. Sakit kepala dan mual pasien menghilang, namun ia
mendapat sensasi tekanan dada ringan selama sekitar 5 menit. Internis pasien merujuknya ke spesialis
sakit kepala dengan pertanyaan tentang apa terapi yang harus digunakan untuk mengobati sakit
kepalanya.
Masalah Klinis
Migraine adalah kondisi kronis otak yang dipengaruhi secara genetik ditandai dengan
serangan paroksismal serangan sedang sampai berat, berdenyut dengan gejala penyerta
lainnya yang meliputi mual, muntah, dan photofobia atau phonophobia. Sampai sepertiga
pasien dengan migrain, sakit kepalanya disertai dengan gejala neurologik fokal (sering visual)
yang dikenal sebagi aura (Tabel 1).1 WHO memperkirakan bahwa 324 juta orang diseluruh
dunia memiliki migraine.2
Migraine ditemukan lebih sering dan lebih parah pada wanita dibanding pria.3 Gejala
biasanya dimulai pada masa remaja atau dewasa awal. Puncaknya pada usia pertengahan,
dengan angka insiden kumulatif 43% pada wanita dan 18% pada pria.4 Meskipun migraine
tidak mengancam jiwa, migraine dikaitkan dengan peningkatan risiko komplikasi vaskular
lainnya, termasuk stroke iskemik dan preeclampsia.5,6
1
Hampir seperempat pasien dengan migraine memiliki lebih dari 3 hari sakit kepala
dalam sebulan, dan sakit kepala seperti itu sering mengganggu pekerjaan, fungsi sosial, dan
keseluruhan kualitas hidup.7 Episode sakit kepala, khususnya migraine, terhitung hampir
mencapai 3% dari kunjungan ke unit gawat darurat di United States8,9 dan 1,3% dari
kunjungan pasien rawat jalan.10 Biaya kesehatan yang terkait dengan migraine mencakup
biaya langsung sekitar $11 milyar pada pasien dengan asuransi dan biaya tidak langsung
sebesar $12 milyar.11,12
Tabel 1. Kriteri Diagnostik Migraine*
Migraine tanpa aura
Kriteria A – Paling sedikit 5 serangan memenuhi criteria B sampai D
Kriteria B – Sakit kepala berlangsung selama 4 samapi 72 jam (tidak diberi pengobatan atau
pengobatan gagal)
Kriteria C – Sakit kepala paling tidak memiliki 2 karakterisktik berikut:
Lokasi unilateral
Berdenyut
Intensitas sedang atau berat (mengganggu aktivitas sehari-hari)
Kejengkelan dalam menggunakan tangga atau aktivitas fisik serupa
Kriteria D – Sakit kepala berlangsung dengan setidaknya satu gejala berikut:
Mual atau muntah
Photophobia atau phonophobia
Kriteria E – Setidaknya 1 dari criteria berikut ditemukan:
Riwayat, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis tidak mengarah ke kelainan
organik
Riwayat, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis mengarah ke kelainan
organik yang ditemukan setelah penyelidikan yan sesuai
Terdapat gangguan organik namun awal serangan migraine tidak terjadi
berdekatan dengan waktu dimana gangguan organic dimulai
Typical Aura Dengan Migraine **
Kriteria A – Setidaknya 2 kriteria memenuhi criteria B sampai D
Kriteria B – Aura terdiri dari setidaknya 1 kriteria berikut namun tanpa disertai kelemahan
motorik:
Gejala visual sepenuhnya reversible, termasuk fitur positif (misalnya melihat
cahaya flicker atau bintik atau garis), fitur negative (misalnya kehilangan
2
penglihatan), atau keduanya.
Gejala sensorik sepenuhnya reversible, temasuk fitur positif (misalnya, perasaan
ditusukjarum, biasanya di lengan dan kaki, wajah, atau di satu sisi tubuh), fitur
negative (misalnya, mati rasa), atau keduanya.
Gejala disfasia sepenuhnya reversible.
Kriteria C – Setidaknya 2 dari kriteria berikut:
Gejala visual pada satu atau dua sisi lapang pandang, atau gejala sensorik
unilateral
Setidaknya satu gejala aura berkembang secara bertahap selama 5 menit atau
lebih, atau gejala lain dari aura terjadi berturut-turut selama 5 menit atau lebih
Setiap gejala berlangsung antara 5 dan 60 menit
Kriteria D – Sakit kepala memenuhi criteria B sampai D untuk migraine tanpa aura; migraine
tanpa aura mulai selama aura atau mengikuti aura selama 60 menit
Kriteria E – Gejala tidak dapat dikaitkan dengan gangguan lain
* Diadaptasi dari International Classification of Headache Disorders II (2004).1
Informasi lebih lanjut mengenai klasifikasi gangguan sakit kepala tersedia di International
Headache Society website di www.i-h-s.org
** Typical aura dengan migraine merupakan bentuk paling umum migraine dengan aura
Patofisiologi dan Efek Terapi
Patofisiologi migraine tidak sepenuhnya dipahami. Ada cukup bukti bahwa
vasodilatasi intracranial, yang sudah lama dianggap sebagai kausa, pada kenyataanya
merupakan respon neurologis dari migraine.13 Teori yang paling banyak diterima tentang
mekanisme fisiologi migraine adalah bahwa pada awal serangan, vasoaktif peptide
dilepaskan dari terminal saraf sensorik primer yang menginervasi pembuluh darah meningeal.
Peptida ini mengaktifkan perivaskuler saraf trigeminal dan menyebakan dilatasi arteri di
meningen serta inflamasi perivaskular dan ekstravasasi protein plasma. First order neuron
berakhir di nucleus trigeminal caudalis pada batang otak. Neuron-neuron ini mengaktifkan
second order neuron yang naik ke thalamus, dan dari sana, third order neuron
memproyeksikan ke pusat kortikal yang lebih tinggi. Jika tidak terganggu, proses ini
menyebabkan rasa sakit dan dapat menyebabkan hiperalgesia dan allodynia, keduanya
menyertai migraine yang berkepanjangan.14
3
Aktivasi sistemsaraf simpatis kemungkinan merupakan penyebab mual, muntah, dan
gejala otonom lain yang terkait dengan migraine. Sensitivitas terhadap cahaya, suara, dan bau
diteorikan sebagai hasil dari modulasi abnormal batang otak terhadap informasi sensorik.15,16
Ada bukti bahawa aura disebabkan oleh depresi penyebaran kortikal, dalam waktu singkat,
gangguan penyebaran pada fungsi kortikal. Depresi penyebaran kortikal paling mudah dipicu
di korteks occipital, kemungkinan menjelaskan dominansi aura dalam bentuk visual.15
Triptan merupakan agonist serotonin (5-hydroxytryptamine, atau 5-HT) dengan
afinitas yang tinggi untuk reseptor 5-HT1B dan 5-HT1D. Mulanya triptan dianggap dapat
menngurangi migraine karena menyebabkan vasokonstriksi cranial, kemungkinan besar
melalui aksi reseptor postsynaptic 5-HT1B pada sel otot polos pembuluh darah. Sekarang
triptan diteorikan juga memblok pelepasan peptide vasoaktif dari neuron trigeminal
perivaskular melalui aksinya di reseptor presinaptik 5-HT1D pada saraf terminal. Selain itu,
triptan terikat ke reseptor 5-HT1D pada cornu posterior, dan ikatan ini dianggap dapat
memblok pelepasan neurotransmitter yang mengaktifkan second order neuron yang naik ke
thalamus.17 Triptan juga memfasilitasi system penghambat nyeri.18,19
Bukti Klinis
Secara acak, percobaan terkontrol telah dievaluasi untuk pengobatan jangka pendek
migraine berbagai triptan secara parenteral, oral, suppositoria, dan formulasi nasal. Dalam
percobaan ini ukuran keberhasilan yang paling banyak digunakan adalah berkurangnya
keparahan sakit kepala 2 jam setelah pengobatan, dihitung pada skala 4 point (tidak nyeri,
nyeri ringan, nyri sedang, atau nyeri berat). “Respon” sakit kepala diartikan sebagai
berkurangnya sakit kepala sedanag atau berat menjadi sakit kepala ringan atau tanpa sakit
kepala setelah 2 jam pemberian obat. “Pencapaian terapeutik” adalah perbedaan antara respon
sakit kepala dengan terapi triptan dan respon sakit kepala dengan placebo.
Dalam review 13 percobaan acak, 6 mg sumatriptan subkutan memiliki rata-rata
pencapaian terapeutik sebesar 51% (70% respon dengan pengobatan aktif vs. 19% placebo),
yang terbesar dari semua triptan yang ada.20 Kebanyakan pasien, bagaimanapun, lebih suka
menggunakan obat oral untuk mengatasi migraine. Sebuah metaanalisis oleh Ferrari et al.
menyimpulkan 53 double blind percobaan acak, melibatkan 24.000 pasien, yang
membandingkan triptan oral deangan placebo.21 100 mg sumatriptan oral merupakan dosis
referensi, dengan pencapaian terapeutik rata-rata pada 2 jam sebesar 29% (59% pengobatan
aktif vs. 30% placebo). Sebagian besar triptan lainnya yang dievaluasi memiliki pencapaian
terapeutik yang sama bila diberikan pada dosis yang direkomendasikan oleh pembuat obat.
4
Pengecualian untuk frovatriptan, yang ternyata kurang efektif, dan naratriptan yang sedikit
kurang efektif.
Beberapa percobaan membandingkan keefektifan triptan dengan nontriptan. Dalam
review yang telah dipublikasikan dimana triptan oral digunakan, Lipton et al. menemukan
bahwa secara signifikan manfaat triptan lebih besar daripada senyawa ergotamine, namun
tidak ada perbedaan signifikan antara efek triptan jika dibandingkan dengan golongan non
steroid atau analgetik lain.22 Dalam sebuah studi yang melibatkan 733 pasien, 54% pasien
yang menerima 40 mg eletriptan oral terbebas dari sakit kepala dalam 2 jam, dibandingkan
dengan 33% yang menerima 1 mg ergotamine dan 100 mg caffeine (P<0.001).23 Pada studi
lainnya, yang melibatkan 666 pasien, zolmitriptan oral 2.5 mg memiliki efikasi 33.4% jika
dibandingkan 900 mg acetylsalicyl ditambah 10 mg metoclopramide yang 32.9% (P=0.72).24
Baru-baru ini, terdapat informasi baru mengenai percobaan yang belum
dipublikasikan yang membandingkan oral sumatriptan secara acak.25 Hasil percobaan tersebut
tidak secara khusus mendukung sumatriptan. Tidak jelas apakah percobaan komparatif
tambahan yang belum dipublikasikan telah dilakukan. Hal ini menyulitkan untuk menarik
kesimpulan tetang pemberian triptan dalam mengatasi migraine akut.
Penggunaan Klinis
Triptan merupakan terapi first line pada serangan migraine yang tidak berespon
terhadap analgesik atau kombinasi analgesik.26 Pilihan lain meliputi turunan ergotamine,
opioid, dan barbiturate. Keuntungan utama triptan diatas obat pilihan lain adalah lebih efek
sampingnya yang lebih bisa diterima dan mekanisme kerjanya yang lebih spesifik. Triptan
paling efektif ketika diberikan secara cepat dengan dosis yang adekuat dan ketika diberikan
diawal, ketika derajat sakit kepala masih ringan.27
Tujuh triptan disetujui oleh Food and Drugs Administration (FDA) untuk terapi
migraine akut pada orang dewasa (Tabel 2). Keputusan tentang jenis triptan dan formulasi
yang digunakan tergantung pada pasien, karakteristik sakit kepala, kenyamanan, dan harga.
Hanya sumatriptan yang tersedia dalam bentuk parenteral.
Kebanyakan pasien lebih memilih sediaan oral. Triptan oral sesuai untuk migraine
tanpa mual muntah atau mual muntah yang ringan. Naratriptan dan fravotriptan secara umum
kurang efektif dalam menghilangkan sakit kepala dalam 2 jam dibanding dengan agen lain,
meskipun waktu paruh mereka lebih panjang dan bisa berguna dalam beberapa situasi
tertentu. Onset kerja kebanyakan oral triptan antara 20 sampai 60 meint.20 Jika perlu, pasien
dapat menambah dosis lain setelah 2 atau 4 jam kemudian. Dosis awal dan dosis maksimum
5
harian terangkum dalam table 2. Untuk pasien yang sangat sensitif dengan efek samping
triptan, dosisnya mungkin perlu diturunkan.
Sumatriptan subkutan memiliki onset kerja paling cepat dari triptan yang ada (kira-
kira 10 menit) dan juga paling efektif20, membuatnya menjadi pilihan terbaik untuk migraine
yang berkembang cepat atau untuk pasien dengan mual muntah yang menonjol. Sumatriptan
subkutan biasa digunakan di unit gawat darurat, namun bias juga diberikan sendiri oleh
pasien di daerah paha atau deltoid menggunakan reusable automatic injector device.
Perangkat tanpa jarum sekali pakai juga tersedia; perangkat ini menembakkan udara utnuk
mencipkatan lubang kecil di kulit dimana triptan akan masuk ke jaringan subkutan.28
Triptan formulasi rectal (tersedia di Eropa dan Asia) dan intranasal atau tablet hisap
memiliki manfaat yang berarti pada beberapa situasi. Formulasi-formulasi tersebut dapat
digunakan oleh pasien yang kesulitan dalam menelan tablet. Namun bagaimanapun, tingkat
penerimaan formulasi rectal oleh pasien cukup rendah, dan nasal spray dan tablet hisap
memiliki rasa yang pahit.
Monoterapi triptan tidak mengurangi sakit kepala pada sekitar sepertiga pasien.21 Jika
dosis awal tidak efektif, dosis harus ditambah sampai batas yang telah ditetapkan (tabel 2).
Jika dosis yang telah ditetapkan tidak efektif untuk 2 serangan, atau menyebabkan efek
samping yang tidak bias diterima, harus dipertimbangkan untuk mengganti ke formulasi atau
jenis triptan lain.29 Dalam keadaan tertentu pasien yang tidak berespon terhadap triptan oral
harus dimotivasi agar mempertimbangkan penggunakan sumatriptan subkutan. Jika triptan
monoterapi tidak juga efektif, triptan harus dicoba dikombinasikan dengan obat lain, terutama
antiemetik dan NSAID. 23,30 Kekambuhan setelah terapi, terjadi pada sekitar sepertiga pasien.
Triptan merupakan kontraindikasi pada pasien dengan hipertensi yang tak terkontrol,
kerusakan ginjal atau hati berat, atau migraine basiler atau hemiplegic (bentuk tidak umum
pada migraine dengan aura). Pasien dengan iskemik atau vasospastik arteri koroner juga
sebaiknya tidak menggunakan triptan. Triptan juga harus dihindari pasien-pasien yang
beresiko tinggi memiliki penyakit arteri koroner.31
Karena sebagian besar pasien yang menggunakan triptan adalah wanita usia subur,
keselamatan mereka pada kehamilan adalah suatu pertimbangan yang penting. Data yang
tersedia cukup untuk menyingkirkan peningkatan resiko cacat lahir yang besar dari paparan
sumatriptan selama trimester pertama, namun tidak cukup untuk mengesampingkan
peningkatan yang sedikit samapai sedang resiko cacat lahir tertentu. 32-34 Resiko paparan
mungkin sangat rendah, namun karena bukti tidak lengkap, triptan sebaiknya tidak digunakan
secara rutin dalam masa kehamilan. Untuk beberapa wanita dengan sakit kepala berat yang
6
tidak berespon dengan terapi obat lain, manfaat triptan dapat lebih besar daripada
kerugiannya.
Ketika meresepkan triptan, klinisi harus memperhatikan beberapa interaksi obat (tabel
2). Triptan tidak boleh digunakan dalam jangka waktu 24 jam setelah menggunakan
ergotamine atau pengobatan jenis ergot. Seorang penasehat FDA 2006 mengingatkan tentang
terjadinya sirdroma serotonin ketika triptan dikombinasikan dengan inhibitor serotonin
reuptake selektif atau inhibitor norepinefrin reuptake selektif. 35 Migraine sering muncul pada
pasien dengan gangguan afektif, sehingga tidak jarang pasien membutuhkan pengobatan
untuk 2 kondisi tersebut.
Setela beberapa bulan penggunaan, pasien yang menggunakan triptan harus di follow up
untuk mengevaluasi frekuensi serangan sakit kepala, kelengkapan, durasi, dan konsistensi
dari respon terhadap obat. Untuk menghindari penggunaan obat berlebih, pengobatan
migraine harus dibatasi rata-rata 2 hari per minggu.26 Triptan harus dikombinasikan dengan
terapi pencegahan pada pasien dengan sakit kepala yang sering. Dalam kebanyakan kasus,
tindakan monitoring yang terbaik adalah dengan menggunakan diary sakit kepala, yang juga
dapat digunakan untuk melacak kemungkinan pemicu migraine.36 Format untuk diary sakit
kepala dapat dilihat di website American Headache Society di
www.americanheadachesociety.org.
Kebanyakan triptan mahal jika dibandingkan pengobatan migraine jenis lain. Harga grosir
rata-rata untuk sebuah tablet triptan paten sekitar $23 sampai $31.37 Namun, formulasi generic
sumatriptan sekarang telah tersedia, harga grosir rata-rata sumatriptan generic adalah $2,55
per tablet.37 Beberapa triptan tersedia bebas tanpa resep di beberapa negara, namun tidak di
USA.
7
8
Efek Merugikan
Beberapa efek samping minor meliputi parestesia, flushing, kekakuan leher yang
ringan dan sementara atau tekanan dada, cukup sering terjadi dalam penggunaan triptan yang
dikenal sebagai triptan sensation.38 Pada sebuah studi, sensasi ini dilaporkan oleh hampir
setengah dari pasien yang menerima sumatriptan subkutan dan seperempat pasien yang
menerima formulasi oral. Efek samping ini mungkin lebih umum pada wanita dan pada orang
muda. Efek samping kadang dapt dikurangi dengan beralih ke jenis triptan lain atau dengan
sediaan yang berbeda. Beberapa efek samping ringan lainnya, terutama efek system saraf
pusat seperti somnolen atau asthenia, bisa merupakan sifat serangan migraine mendasar yang
menjadi jelas setelah pengobatan yang sukses dari sakit kepala.39
Kekakuan leher atau sesak dada yang terkait dengan penggunaan triptan merupakan
peringatan untuk pasian dan dokter. Ketika dievaluasi, kebanyakan pasien yang mengalami
kakakuan leher atau sesak tidak memiliki EKG atau bukti lain penurunan perfusi jantung.
Dengan demikian, sebagian besar kasus dengan nyeri dada tidak disebabkan karena
vasokontriksi koroner.
Namun, kejadian kardiovaskuler yang serius, beberapa mengakibatkan kematian,
dilaporkan berhubungan dengan triptan. Diantara pasien yang mati kebanyakan mereka
memiliki hubungan fakter resiko jantung dan ditemukan memiliki penyatkit arteri koroner
pada pemeriksaan postmortem. Penulis pada suatu studi memperkirakan bahwa tingkat
kejadian kardiovaskular lebih rendah dari 1 kali per 4 juta penggunaan.40 Dalam sebuah studi
cohort sebanyak hamper 64000 pasien dengan migraine yang menggunakan terapi triptan
dalam praktek umum, tidak ada hubungan diamati antara penggunaan triptan dan kejadian
koroner.41 Sebuah pernyataan consensus oleh pakar dai Amrican Headache Society
menyimpulkan bahwa gejala dada yang terkait dengan penggunaan triptan “umumnya tidak
serius dan tidak dijelaskan oleh iskemia” dan mencatat bahwa “kejadian serius kejadian
kardiovaskular pada uji klinis dan praktek klinis tampaknya sangat rendah.”31
Bidang Ketidakpastian
Seperti obat lain yang digunakan untuk pengobatan migraine akut, triptan triptan
dihubungkan dengan perkembangan sakit kepala akibat penggunaan obat berlebih, dimana
keseringan menggunakan obat mengarah pada meningkatnya sakit kepala dan penggunaan
obat. Kebanyakan ahli merekomendasikan batas penggunaan sekiter 2 hari per minggu.
Namun, banyak pasien terus menerus sakit kepala meskipun pengobatan pencegahan sudah
agresif. Penggunaan triptan yang lebih sering mungkin sesuai jika diberikan pada kondisi ini,
9
karena bukti yang baik kurang berkaitan dengan kerentanan individu dan ambang pengobatan
untuk berkembangnya sakit kepala karena penggunaan obat berlebih.42,43 Triptan tampaknya
tidak mengarahkan pada berkembangnya migraine pada mereka yang sakit kepalanya relative
jarang.44
Triptan tidak memperpanjang aura pada sekitar 30% pasien dengan migraine, tapi
tidak pasti apakah efikasi berkurang atau hilang ketika obat diberikan saat aura. Dengan
demikian, waktu optimal penggunaan triptan pada migraine dengan aura diragukan.45,46
Dengan tidak adanya bukti yang kuat, pasien dengan aura yang menggunakan triptan harus
bereksperimen antara watu penggunaak dan onset kerja obat untuk mereka.
Telah ada pemikiran untuk menggunakan triptan sebagai tindakan prefentif. Sejumlah
studi telah menyelidiki penggunaan sehari-hari, dosis terjadwal dari triptan untuk pencegahan
dari serangan migraine yang telah diperkitakan sebelumnya, misalnya yang berkaitan dengan
menstruasi.47,48 Studi ini menunjukkan manfaat triptan jika dibanding placebo, namun rasio
jangka panjang tentang kerugian atau manfaat tidak diteliti lebih lanjut. Tidak ada triptan
yang disetujui oleh FDA sebagai penggunaan prefentif.
Pedoman
US Headache Consortium Guideline mempertimbangkan triptan merupakan pilihan
awal untuk terapi akut migraine pada pasien dengan sakit kepala sedang sampai berat dan
pada pasien dengan sakit kepala ringan yang sebleumnya gagal pada pengobatan non
spesifik. Guideline tersebut mengusulkan bahwa NSAID atau kombinasi analgetik dengan
kafein merupakan pilihan yang wajar untuk mengatasi sakit kepala yang kurang berat dan
sebelumnya berespon terhadap pemberian obat tersebut.26
Sebaliknya, guideline dari American College of Physicians dan American Academy
of Family Practice pada tahun 2002 mendukung NSAID sebagai first line terapi pada pasien
dan menyarankan penggunaan antiemetic pada pasien dengan mual dan muntah. Triptan
diakui sebagai pengobatan alternative jika serangan tak berespon terhadap NSAID.49
Guideline dari European Federation of Neurological Society pada tahun 2009
merekomendasikan baik triptan atau NSAID untuk mengobati migraine akut dan
menyarankan untuk menggunakan metoclopramide atau domperidone. Penggunaan asetil
salicylat intravena atau subkutan disarankan untuk setiap serangan yang berat.50
10
Rekomendasi
Untuk pasien yang dijelaskan dalam sketsa, direkomendasikan menggunakan triptan
oral. Dia tidak mendapat manfaat dari penggunaan NSAID atau kombinasi analgetik namun
berespon terhadap penggunaan sumatriptan subkutan. Masih ada kemungkinan dia juga
merespon triptan oral. Gejala dada yang dilaporkannya seluruhnya merupakan triptan
sensation yang tidak serius dan akan lebih cenderung berkurang jika menggunakan triptan
oral. Pada pasien muda yang sehat, tidak perlu mengadakan tes kardiovaskular sebelum
meresepkan triptan.
Karena triptan mahal, saya akan meresepkan 50mg-100mg sumatriptan oral generic
dan menyarankan pasien menggunakannya sedini mungkin saat sakit kepala sebelum sakit
kepalanya bertambah buruk. Saya akan memintanya membatasi pemakaian 2 hari per minggu
dan mencatat frkuensi sakit kepalanya, karakteristinya, dan respon terapinya dalam diary
sakit kepala. Saya akan memfollow up pasien beberapa bulan kedepan untuk mengetahui
hasil terapi. Jika supmatriptan menyebabkan efek samping yang tidak nyaman, atau
sumatriptan tidak membantu, saya akan mempertimbangkan triptan jenis lain.
References1. Headache Classification 1. Subcommitteeof the International Headache Society. The International Classification of Headache Disorders: 2nd edition. Cephalalgia2004;24:Suppl 1:9-160.2. The global burden of disease: 2004update. Geneva: World Health Organization, 2008. (Accessed June 4, 2010, at http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/GBD_report_2004updatefull.pdf.)3. Linet MS, Stewart WF, Celentano DD,Ziegler D, Sprecher M. An epidemiologicstudy of headache among adolescents andyoung adults. JAMA 1989;261:2211-6.4. Stewart WF, Wood C, Reed ML, Roy J, Lipton RB. Cumulative lifetime migraine incidence in women and men. Cephalalgia 2008;28:1170-8.5. Schürks M, Rist PM, Bigal ME, Buring JE, Lipton RB, Kurth T. Migraine and cardiovascular disease: systematic review and meta-analysis. BMJ 2009;339:b3914.
6. Adeney KL, Williams MA. Migraineheadaches and preeclampsia: an epidemiologicreview. Headache 2006;46:794-803.7. Linde M, Dahlöf C. Attitudes and burden of disease among self-considered migraineurs — a nation-wide populationbased survey in Sweden. Cephalalgia 2004; 24:455-65.8. Goldstein JN, Camargo CA Jr, Pelletier AJ, Edlow JA. Headache in United States emergency departments: demographics, work-up and frequency of pathological diagnoses. Cephalalgia 2006;26: 684-90.9. Pitts SR, Niska RW, Xu J, Burt CW. National Hospital Ambulatory Medical CareSurvey: 2006 emergency department summary.Natl Health Stat Rep 2008;6:1-38.10. Hing E, Cherry DK, Woodwell DA.National Ambulatory Medical Care Survey: 2004 summary. Advance data from vital and health statistics. No. 374. Hyattsville, MD: National Center for Health Statistics, 2006.11. Hawkins K, Wang S, Rupnow M. Direct cost burden among insured US employees with migraine. Headache 2008;48: 553-63.
12. Idem. Indirect cost burden of migrainein the United States. J Occup Environ Med 2007;49:368-74.13. Goadsby PJ. The vascular theory ofmigraine — a great story wrecked by thefacts. Brain 2009;132:6-7.14. Goadsby PJ, Lipton RB, Ferrari MD.Migraine — current understanding andtreatment. N Engl J Med 2002;346:257-70.15. Sprenger T, Goadsby PJ. Migrainepathogenesis and state of pharmacological treatment options. BMC Med 2009; 7:71.A 16. fridi SK, Matharu MS, Lee L, et al. A PET study exploring the laterality of brainstem activation in migraine using glyceryl trinitrate. Brain 2005;128:932-9.17. Levy D, Jakubowski M, Burstein R.Disruption of communication betweenperipheral and central trigeminovascularneurons mediates the antimigraine actionof 5HT 1B/1D receptor agonists. Proc Natl Acad Sci U S A 2004;101:4274-9.18. Shields KG, Goadsby PJ. Serotonin receptors modulate
11
trigeminovascular responses in ventroposteromedial nucleusof thalamus: a migraine target? NeurobiolDis 2006;23:491-501.19. Bartsch T, Knight YE, Goadsby PJ. Activation of 5-HT(1B/1D) receptor in the periaqueductal gray inhibits nociception.Ann Neurol 2004;56:371-81.20. Tfelt-Hansen P, De Vries P, Saxena PR.Triptans in migraine: a comparative review of pharmacology, pharmacokinetics and efficacy. Drugs 2000;60:1259-87.21. Ferrari MD, Goadsby PJ, Roon KI, Lipton RB. Triptans (serotonin, 5-HT1B/1D agonists) in migraine: detailed results and methods of a meta-analysis of 53 trials. Cephalalgia 2002;22:633-58.22. Lipton RB, Bigal ME, Goadsby PJ.Double-blind clinical trials of oral triptans vs other classes of acute migrainemedication — a review. Cephalalgia 2004; 24:321-32.23. Diener HC, Jansen JP, Reches A, et al. Efficacy, tolerability and safety of oraleletriptan and ergotamine plus caffeine(Cafergot) in the acute treatment of migraine: a multicentre, randomised, doubleblind, placebo-controlled comparison. Eur Neurol 2002;47:99-107.24. Geraud G, Compagnon A, Rossi A.Zolmitriptan versus a combination ofacetylsalicylic acid and metoclopramidein the acute oral treatment of migraine:a double-blind, randomised, three-attackstudy. Eur Neurol 2002;47:88-98.25. Tfelt-Hansen PC. Unpublished clinical trials with sumatriptan. Lancet 2009;374:1501-2.26. Silberstein SD. Practice parameter: evidence-based guidelines for migraine headache(an evidence-based review): report ofthe Quality Standards Subcommittee of the American Academy of Neurology. Neurology 2000;55:754-62. [Erratum, Neurology 2000;56:142.]27. Cady RK, Freitag FG, Mathew NT, etal. Allodynia-associated symptoms, painintensity and time to treatment: predictingtreatment response in acute migraineintervention. Headache 2009;49:350-63.
28. Brandes JL, Cady RK, Freitag FG, et al. Needle-free subcutaneous sumatriptan(Sumavel DosePro): bioequivalence andease of use. Headache 2009;49:1435-44.29. Dodick DW. Triptan nonresponderstudies: implications for clinical practice.Headache 2005;45:156-62.30. Peroutka SJ. Beyond monotherapy: rational polytherapy in migraine. Headache 1998;38:18-22.31. Dodick D, Lipton RB, Martin V, et al. Consensus statement: cardiovascular safety profile of triptans (5-HT agonists) in the acute treatment of migraine. Headache 2004;44:414-25.32. Cunnington M, Ephross S, Churchill P. The safety of sumatriptan and naratriptan in pregnancy: what have we learned? Headache 2009;49:1414-22.33. Källén B, Lygner PE. Delivery outcome in women who used drugs for migraine during pregnancy with special reference to sumatriptan. Headache 2001;41:351-6.34. Olesen C, Steffensen FH, Sorensen HT, Nielsen GL, Olsen J. Pregnancy outcome following prescription for sumatriptan.Headache 2000;40:20-4.35. Public health advisory — combined use of 5-hydroxytryptamine receptor agonists (triptans), selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) or selective serotonin/ norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs) may result in life-threatening serotonin syndrome. Silver Spring, MD: Food and Drug Administration, 2006. 36. McKenzie JA, Cutrer FM. How well do headache patients remember? A comparisonof self-report measures of headachefrequency and severity in patients withmigraine. Headache 2009;49:669-72.37. Information for Vermont prescribersof prescription drugs: Zomig (zolmitriptan) tablets; Zomig ZMT (zolmitriptan) rapid dissolve tablets. AstraZeneca, 2009. (Accessed June 4, 2010, at http://www .astrazeneca-us.com/_mshost795281/content/980214/1447588/2112235/ZOMIG-ZOMIGZMT.)38. Nappi G, Sandrini G, Sances G. Tolerability of the triptans: clinical implications.Drug Saf 2003;26:93-107.
39. Goadsby PJ, Dodick DW, Almas M,et al. Treatment-emergent CNS symptoms following triptan therapy are part of the attack. Cephalalgia 2007;27:254-62.40. Welch KM, Mathew NT, Stone P, Rosamond W, Saiers J, Gutterman D. Tolerability of sumatriptan: clinical trials and postmarketing experience. Cephalalgia 2000; 20:687-95. [Erratum, Cephalalgia 2001;21: 164-5.]41. Hall GC, Brown MM, Mo J, MacRaeKD. Triptans in migraine: the risks ofstroke, cardiovascular disease, and deathin practice. Neurology 2004;62:563-8.42. Silberstein SD, Dodick D, Kesslick J.Removing barriers to appropriate migraine treatment: formulary limitations and triptan package size. Headache 2005;45: 1250-4.43. Wammes-van der Heijden EA, Rahimtoola H, Leufkens HG, Tijssen CC, Egberts AC. Risk of ischemic complications related to the intensity of triptan and ergotamine use. Neurology 2006;67:1128- 34.44. Bigal ME, Serrano D, Buse D, Scher A, Stewart WF, Lipton RB. Acute migraine medications and evolution from episodicto chronic migraine: a longitudinal population- based study. Headache 2008;48:1157-68.45. Bates D, Ashford E, Dawson R, et al.Subcutaneous sumatriptan during the migraine aura. Neurology 1994;44:1587-92.46. Aurora SK, Barrodale PM, McDonaldSA, Jakubowski M, Burstein R. Revisiting the efficacy of sumatriptan therapy during the aura phase of migraine. Headache 2009;49:1001-4.47. Silberstein SD, Elkind AH, SchreiberC, Keywood C. A randomized trial of frovatriptan for the intermittent prevention of menstrual migraine. Neurology 2004; 63:261-9.48. Adelman JU, Calhoun A. A randomized trial of frovatriptan for the intermittent prevention of menstrual migraine. Neurology 2005;64:931.49. Snow V, Weiss K, Wall EM, Mottur-Pilson C. Pharmacologic management ofacute attacks of migraine and preventionof migraine headache. Ann Intern Med2002;137:840-9. 50. Evers S, Afra J, Frese A, et al. EFNSguideline on the drug treatment of migraine — revised report of
12
an EFNS task force. Eur J Neurol 2009;16:968-81.Copyright © 2010 Massachusetts Medical Society
13