125

4
 120 Paper ID : 125 Optimisasi Pengaturan Frekuensi Sistem Interarea Menggunakan Algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) dan Ant Colony Opt imi zat ion (ACO) Benny P rastikh a Hadhi, Herlambang Set iadi, Imam Robandi 123) Ju rusa n Tekn ik El ek tr o ITS, Su ra baya 60111. Email: 1) [email protected]  Abstrak - Perubahan beban suatu sistem kelistrikan sering kali terjadi secara tiba sehingga respon gove rnor serin g terlamba t men gikut i perubah an ini.  Hal ini mengakibat kan frekuensi dan tegangan sistem berubah-ubah. Pada siste m tenaga listri k mul tiare a, mes in- mes in be ker ja sec ara sin kro n seh ingga generator harus bekerja pada frekuensi yang sama. Osilasi frekuensi memungkinkan kinerja generator menjadi tidak stabil, bahkan mampu mengakibatkan generator terputus dari jaringan. Salah satu metode untuk mengurangi osilasi frekuensi adalah pengaturan  frekuensi beban yang disebut Load Frequency Control (LFC). Pada pape r in i di je lask an te nt ang  perbandingan performa beberapa algoritma dalam menentukan par ame ter -paramete r pada ko nto ler Proportional-Integral-Derivative (PID) yang dikoordinasika n pada LFC untuk me mperoleh kondisi  yang optimal. Algoritma-algoritma yang digunakan adal ah Partic le Swarm Opti mizat ion (PSO) d an Ant Colony Optimization (ACO). Pada hasil simulasi diper oleh bahwa p arameter PID yan g diopti misas i dengan algoritma PSO mempuny ai overshoot sebesar - 0, 008132 x 10-3 p. u. , se dangkan de ng an ACO mempunya i overs hoot -0,0 0773 7 x 10-3 p. u. Pada settling time, PSO dan ACO mencapai hasil yang sama, yaitu 4,7 detik.  Kata kunci :  LFC, PID, PSO,ACO I. PENDAHULUAN Pada sistem kelistrikan multiarea, pembagian beban dan pengaturan frekuensi merupakan hal yang sang at pentin g. Perubah an beban se ring kali terj adi secara tiba-tiba sehingga governor tidak mampu memberikan respon dengan cepat. Keterlambatan ini dapat mengakibatkan adanya osilasi frekuensi pada generator. Osilasi frekuensi pada suatu generator dapat menyebabkan generator tidak stabil, bahkan dapat terputus dari jaringan interkoneksi. Oleh karena itu diperlukan pengaturan frekuensi beban yang disebut Load Frequency Control (LFC). Agar kinerja LFC lebih baik, perlu ditambahkan kontroler dalam sistemnya. Kontroler yang digunakan pada penelitian ini adalah Proportional-Integral- Derivative (PID). Kemudian parameter-parameter pada PID diopt imis asi menggu naka n algoritma PSO dan ACO. II. DASAR TEORI 2.1 LFC Sistem Tenaga Listrik Dua Area Pada penelitian ini digunakan pemodelan sistem LFC dua area Hadi Saadat [Hal. 547]. Pemodelan sistem dapat dilihat pada gambar berikut.  2 2 2 1  D s  H   1 1 2 1  D s  H   s T T  1 1 1  s T T  2 1 1 1 1 1 g sT  2 1 1 g sT  2 1  R 1 1  R 1 reef P 2 reef P 1 Y   2 Y  2 Pm 1 Pm 1  L P 2  L P tie P 1  f   2  f  Gambar 1. LFC Sistem 2 Area Hadi Saadat [1, 2] Keterangan, H 1 = Momen Inersia Area 1 H 2 = Momen Inersia Area 2 D 1 = Load dumping Area 1 D 2 = Load dumping Area 2 T T1 = Konstatanta Waktu Turbin Area 1 T T2 = Konsta tanta Waktu Turbin Area 2 T g1 = Konstanta Waktu Governor Area 1 T g2 = Konstanta Waktu Governor Area 2 R 1 = Speed Drop Area 1 R 2 = Speed Drop Area 2 T = Kons tatan ta Sin kr onis asi Antar Ar ea Area 1 Area 2

Transcript of 125

  • 120

    Paper ID : 125

    Optimisasi Pengaturan Frekuensi Sistem Interarea MenggunakanAlgoritma Particle Swarm Optimization (PSO) dan Ant Colony

    Optimization (ACO)Benny Prastikha Hadhi, Herlambang Setiadi, Imam Robandi

    123)Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya 60111.Email: 1)[email protected]

    Abstrak - Perubahan beban suatu sistem kelistrikansering kali terjadi secara tiba sehingga respongovernor sering terlambat mengikuti perubahan ini.Hal ini mengakibatkan frekuensi dan tegangan sistemberubah-ubah. Pada sistem tenaga listrik multiarea,mesin-mesin bekerja secara sinkron sehinggagenerator harus bekerja pada frekuensi yang sama.Osilasi frekuensi memungkinkan kinerja generatormenjadi tidak stabil, bahkan mampu mengakibatkangenerator terputus dari jaringan. Salah satu metodeuntuk mengurangi osilasi frekuensi adalah pengaturanfrekuensi beban yang disebut Load Frequency Control(LFC). Pada paper ini dijelaskan tentangperbandingan performa beberapa algoritma dalammenentukan parameter-parameter pada kontolerProportional-Integral-Derivative (PID) yangdikoordinasikan pada LFC untuk memperoleh kondisiyang optimal. Algoritma-algoritma yang digunakanadalah Particle Swarm Optimization (PSO) dan AntColony Optimization (ACO). Pada hasil simulasidiperoleh bahwa parameter PID yang dioptimisasidengan algoritma PSO mempunyai overshoot sebesar -0,008132 x 10-3 p.u., sedangkan dengan ACOmempunyai overshoot -0,007737 x 10-3 p.u. Padasettling time, PSO dan ACO mencapai hasil yangsama, yaitu 4,7 detik.Kata kunci : LFC, PID, PSO,ACO

    I. PENDAHULUAN

    Pada sistem kelistrikan multiarea, pembagianbeban dan pengaturan frekuensi merupakan hal yangsangat penting. Perubahan beban sering kali terjadisecara tiba-tiba sehingga governor tidak mampumemberikan respon dengan cepat. Keterlambatan inidapat mengakibatkan adanya osilasi frekuensi padagenerator. Osilasi frekuensi pada suatu generator dapatmenyebabkan generator tidak stabil, bahkan dapatterputus dari jaringan interkoneksi. Oleh karena itudiperlukan pengaturan frekuensi beban yang disebutLoad Frequency Control (LFC).Agar kinerja LFC lebih baik, perlu ditambahkankontroler dalam sistemnya. Kontroler yang digunakanpada penelitian ini adalah Proportional-Integral-

    Derivative (PID). Kemudian parameter-parameterpada PID dioptimisasi menggunakan algoritma PSOdan ACO.

    II. DASAR TEORI

    2.1 LFC Sistem Tenaga Listrik Dua AreaPada penelitian ini digunakan pemodelan sistem

    LFC dua area Hadi Saadat [Hal. 547]. Pemodelansistem dapat dilihat pada gambar berikut.

    2221

    DsH 1121

    DsH

    sTT 111

    sTT 211

    111

    gsT 211

    gsT

    2

    1R1

    1R

    1reefP 2reefP

    1Y 2Y

    2Pm1Pm1LP 2LP

    tieP

    1f 2f

    Gambar 1. LFC Sistem 2 Area Hadi Saadat [1,2]Keterangan,H1 = Momen Inersia Area 1H2 = Momen Inersia Area 2D1 = Load dumping Area 1D2 = Load dumping Area 2TT1 = Konstatanta Waktu Turbin Area 1TT2 = Konstatanta Waktu Turbin Area 2Tg1 = Konstanta Waktu Governor Area 1Tg2 = Konstanta Waktu Governor Area 2R1 = Speed Drop Area 1R2 = Speed Drop Area 2T = Konstatanta Sinkronisasi Antar Area

    Area 1 Area 2

  • 121

    f1 = Perubahan Frekuensi Area 1f2 = Perubahan Frekuensi Area 2PG1 = Perubahan Level kutub Area 1PG2 = Perubahan Level kutub Area 2PM1= Perubahan daya mekanik Area 1PM2= Perubahan daya mekanik Area 2Ptie = Perubahan Transfer Daya antar Area

    Tabel 1 Parameter Sistem [1,2]Area 1 2Speed Drop (R) 0.05 0.0625Damping Constant (D) 0.6 0.9Inertia Constant (H) 5 4Base Power (MVA) 1000 1000Governor Time Constant (Tg) 0.2 0.3Turbine Time Constant (Tt) 0.5 0.6

    2.2 Kontroler PIDKontroler Proportional-Integral-Differential

    (PID) adalah salah satu kontroler yang sampai saat inimasih banyak digunakan pada bidang industri. Hal inidisebabkan oleh penggunaanya yang mudah dan dapatmeningkatkan performansi sistem dengan baik secaracepat.

    Keluaran kontroler PID merupakan jumlahandari keluaran kontroler proporsional, keluarankontroler integral dan keluaran kontroler diferensial.Pemodelannya dapat dilihat pada gambar berikut.[3,4]

    pi

    1 K e t dtT

    p d

    de tK T

    dt

    pK

    Gambar 2. Diagram blok kontroler PID [3,4]

    2.3. Particle Swarm Optimization (PSO)Particle Swarm Optimization (PSO)

    diperkenalkan oleh Kennedy dan Eberhard pada tahun1995. Algoritma ini terinspirasi dari kebiasaan sebuahpopulasi burung maupun ikan dalam mencari makananterbaik. Pada PSO, populasi burung maupun ikandisebut swarm. Sedangkan tiap individu burungmaupun ikan disebut particle. Posisi makanan terbaikyang dicapai populasi tersebut merepresentasikan nilaioptimal yang dicari algoritma PSO.Ketika suatu particle menemukan posisi terbaik, makaparticle lainnya akan bergerak menuju pada particledengan nilai terbaik tersebut. Namun ketika terdapatparticle lain yang menemukan posisi yang lebih baikdari particle terbaik pertama, maka semua particle

    akan berubah haluan menuju particle yang lebih baiktersebut. Proses ini akan terus berlangsung hinggasemua particle memperoleh posisi terbaik bersama-sama. Kecepatan pergerakan tiap particle dirumuskandengan persamaan (1.1). Dan jarak perpindahanparticle dari posisi awal menuju particle terbaikdidefinisikan dengan persamaan (1.2). [5]

    )()( 22111 kikiiiki xGbestrcxPbestrcvv (1.1)11 kiiki vxx (1.2)

    Keterangan,i = particle ke-k = jumlah iterasic1 dan c2 = konstantaPbest = posisi terbaik yang pernah dicapai tiapparticleGbest = posisi terbaik yang yang dicapai tiap iterasir1 dan r2 = angka random

    Gambar 3. Flowchart PSO untuk optimisasi parameter-parameter PID [5]

    2.4. Ant Colony Optimization (ACO)Ant colony optimization (ACO) merupakan

    algoritma yang terinspirasi dari pola kebiasaan semutmencari jalur terpendek antara sarang dan makanandalam mencari makanan untuk menentukan nilai yangoptimal dari suatu permasalahan optimisasi. ACOpertama kali diperkenalkan oleh Marco Dorigo sekitar

  • 122

    tahun 1990.Cara kerja ACO adalah sebagai berikut. Pertama,sejumlah m semut ditempatkan pada sejumlah n kotaberdasarkan aturan inisialisasi. Setiap semut membuatsebuah tour dengan menggunakan aturan transisi

    status secara berulang-ulang. Aturan transisi statusdapat dijelaskan pada formula berikut.

    jqa q} ,jik(t)](t)][{[yajika lainn ,J

    iuiuk

    lJu

    0maxarg

    (2.1)

    klJl

    ilil

    iuiuk

    iJ ]t(t)][[]t(t)][[P

    (2.2)Keterangan, = feromon = inverse dari jarak antara dua kotaq = sebuah variabel acak yang terdistribusi secara

    seragam pada rentang nilai [0,1],q0 = sebuah parameter yang dapat diatur pada

    interval [0,1]J = sebuah list kandidat dan dipilih berdasar

    persamaan (2.2)

    Pada saat membangun tour, seekor semut jugamemodifikasi jumlah feromon pada jalur yangdilewatinya dengan menggunakan aturan pembaruanferomon lokal.

    011 )(t)((t) ijij (2.3)Keterangan, = konstanta evaporasi (penguapan)0 = inisiasi nilai feromon awal

    Setelah semua semut mengakhiri tour mereka, jumlahferomon yang ada pada jalur dimodifikasi kembali(dengan menerapkan aturan pembaruan feromonglobal).

    bestijij L

    )(t)((t) 11 (2.4)

    Keterangan, = konstanta evaporasi (penguapan)0 = inisiasi nilai feromon awalLbest = tour terbaik

    Dalam membuat tour, semut dipengaruhi olehinformasi feromon. Sebuah jalur dengan jumlahferomon yang tinggi merupakan pilihan yang palingbanyak dituju. Kedua aturan pembaruan feromon itudirancang untuk memperbanyak jumlah pada jaluryang paling banyak mereka lewati.[3]

    Gambar 4. Flowchart ACO [3]

    III. SIMULASI AND HASIL

    Dalam penelitian ini, parameter-parameter PID(Kp, Ki, dan Kd) pada LFC, dioptimisasi denganalgoritma PSO maupun ACO menggunakan simulasipada software MATLAB. Simulasi dilakukan denganrentang daerah pencarian yang sama untuk keduaalgoritma tersebut, yaitu Kp = [9,12]; Ki = [5,12]; Kd= [4,8]. Selain itu, simulasi dilakukan dalam jumlahiterasi yang sama, 30 iterasi. Untuk menguji kinerjasistem, pada area 1 diberikan gangguan perubahanbeban sebesar 0,1 p.u.Berikut ini adalah perbandingan hasil simulasisoftware MATLAB. Pada gambar 5 dan 6 adalahgrafik konvergensi tiap algoritma.

    Gambar 5. Grafik konvergensi algoritma PSO

  • 123

    Gambar 6. Grafik konvergensi algoritma ACO

    Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa PSOmencapai nilai objektif terbaik pada iterasi ke 14,sedangkan pada ACO tercapai pada iterasi ke 3.Sehingga dapat disimpulkan bahwa ACO lebih cepatmenemukan nilai objektif terbaik (parameter Kp, Ki,Kd) daripada PSO.Pada tabel 2 merupakan nilai parameter-parameterPID yang dioptimisasi oleh algoritma PSO dan ACO.

    Tabel 2. nilai optimisasi PSO dan ACO

    Algoritma KP KI KDPSO 9.0533 11.7455 4.0737ACO 10.1626 9.1397 5.0376

    Kemudian setelah nilai dari parameter-parametertersebut dimasukkan ke dalam plant, diperolehkanhasil seperti berikut

    Gambar 7. Respon perubahan frekuensi inter area denganperubahan beban 0.1 pu yang dioptimisasi oleh PSO

    Tabel 3. Data respon perubahan frekuensi interarea denganperubahan beban 0.1 pu yang dioptimisasi oleh PSO

    Overshoot (pu) -0,008132 x 10-3Settling Time (detik) 4,7

    Tabel 4. Data respon perubahan frekuensi interarea denganperubahan beban 0.1 pu yang dioptimisasi oleh ACO

    Overshoot (pu) -0,007737 x 10-3Settling Time (detik) 4,7

    Dari hasil yang diperoleh, sistem yang dioptimisasidengan algoritma PSO mempunyai overshoot sebesar-0,008132 x 10-3 p.u., sedangkan ACO mempunyaiovershoot -0,007737 x 10-3 p.u. Untuk settling time,PSO dan ACO mencapai hasil yang sama, yaitu 4,7detik.

    IV. SIMPULAN

    Dari hasil simulasi diperoleh bahwa sistem interareadengan kontroler PID yang dioptimisasi olehalgoritma ACO mempunyai overshoot -0,007737 x10-3 p.u. dan settling time 4,7 detik. Sedangkan PSOmemperoleh overshoot -0,008132 x 10-3 p.u. dan .settling time 4,7 detik pada sistem yang sama.Sehingga dapat disimpulkan bahwa algoritma ACOmempu memperoleh hasil yang lebih baik daripadaPSO pada sistem dua area Hadi Saadat [Hal. 547].

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Imam Robandi, Desain Sistem TenagaModern, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2006

    [2] Hadi Saadat,Power System Analysis 2ndEdition, McGrowHill, 2004.

    [3] Miftakhur Roziq M.D, Optimal Coordination ofPID Controler and Capasitive Energy Storage(CES) for Load Frequency Control (LFC) UsingAnt Colony Optimization (ACO), Tugas Akhir,Teknik Elektro, Institut Teknologi SepuluhNopember, Surabaya, Indonesia 2011.

    [4] Herlambang Setiadi, Wendy Kurniawan Kautsar,Akbar Swandaru, Imam Robandi OptimalTunning PID Controler for Inter Area UsingImperialist Competitive Algorthm(ICA),Proceedings of Internasional Seminar on AppliedTechnology, Scince, and Arts(3rd APTECS),Surabaya, 2011

    [5] A. M. Benie Zakariya I, Stephan, Fachrudin,Imam Robandi Optimal Performance of Wind-Diesel Hybrid Power System (WDHPS) onIsolated Area with Superconducting MagneticEnergy Storage (SMES) using Particle SwarmOptimization (PSO), Proceedings ofInternasional Seminar on Applied Technology,Scince, and Arts(2nd APTECS), Surabaya, 2010