121325198-LAPORAN-PKL

63
1 LAPORAN RISET DAN PRAKTEK KINERJA ORGANISASI BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH (LINGKUNGAN HIDUP SEKTOR PERTANIAN) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Dalam Mata Kuliah Riset Praktek Ilmu Administrasi Negara (RISTEK) PADA Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Subang Disusun Oleh: 1. Novi Dayu Y AIA.09.0019 2. Neni Nurhayati A1A.09.0018 3. Rita Royani AIA.09.0205 4. Fani Mayasari AIA.09.0011 5. Cecep Andri AIA.09.0006 6. Gigin Ginanjar AIA.10.0101 UNIVERSITAS SUBANG FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI PUBLIK 2013

description

,,,,

Transcript of 121325198-LAPORAN-PKL

Page 1: 121325198-LAPORAN-PKL

1

LAPORAN RISET DAN PRAKTEK

KINERJA ORGANISASI BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) TERHADAP

PENGELOLAAN SAMPAH

(LINGKUNGAN HIDUP SEKTOR PERTANIAN)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Dalam Mata Kuliah Riset Praktek

Ilmu Administrasi Negara (RISTEK)

PADA

Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Subang

Disusun Oleh:

1. Novi Dayu Y AIA.09.0019

2. Neni Nurhayati A1A.09.0018

3. Rita Royani AIA.09.0205

4. Fani Mayasari AIA.09.0011

5. Cecep Andri AIA.09.0006

6. Gigin Ginanjar AIA.10.0101

UNIVERSITAS SUBANG

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

2013

Page 2: 121325198-LAPORAN-PKL

i

LAPORAN RISET DAN PRAKTEK

KINERJA ORGANISASI BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) TERHADAP

PENGELOLAAN SAMPAH

(LINGKUNGAN HIDUP SEKTOR PERTANIAN)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Dalam Mata Kuliah Riset Praktek

Ilmu Administrasi Negara (RISTEK)

PADA

Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Subang

Disusun Oleh:

1. Novi Dayu Y AIA.09.0019

2. Neni Nurhayati A1A.09.0018

3. Rita Royani AIA.09.0205

4. Fani Mayasari AIA.09.0011

5. Cecep Andri AIA.09.0006

6. Gigin Ginanjar AIA.10.0101

Mengesahkan, Ketua program studi Administrasi Negara

Iin Inderawati, S.Sos,M.si

Menyetujui,

Pembimbing

Drs.D.Yaceu Priatna,M.AP

Page 3: 121325198-LAPORAN-PKL

ii

ABSTRAK

Kabupaten Wonosobo dihadapkan dengan berbagai permasalahan lingkungan

hidup yang semakin menghawatirkan.Penomena terjadinya permasalahan lingkungan

hidup baik berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan dan problem lingkungan

sosial, tidak mungkin terjadi dalam waktu sesaat pada periode akhir tetapi

permasalahan tersebut tentunya sesuai proses kejadiannya telah berlangsung lama dari

periode waktu lama pada berbagai tipe ekosistem.

Kerjasama antara masyarakat dengan Badan lingkungan hidup tentang

pengelolaan sampah terjalin baik dengan adanya program pemerintah tentang bank

sampah sehingga wonosobo mendapatkan predikat Adipura berturut-turut sampi

sekarang.

Tujuan dari penelitian ini yaitu akan membahas mengenai bagaimana kinerja

Badan lingkungan hidup kabupaten wonosobo berkaitan dengan pertanian di kawasan

gunung dieng dan upaya yang dilakukan pemerintah Badan lingkungan hidup dalam

menangani masalah sampah.

Jenis penelitian adalah penelitian Deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan

data dengan wawancara dan telaah dokumen, sedangkan teknik penarikan sempel

menggunakan penelitian kualitatif.

Dari hasil yang penelitian yang dilakukan, kinerja badan lingkungan hidup

berkaitan dengan pertanian memang cukup baik dengan adanya kerjasama antara

masyarakat dan pemerintah Badan lingkungan hidup yang terpacu kepada

produktivitas,kualitas layanan,Responsivitas,Akuntabilitas (berdasarkan teori

Dwiyanto) hanya pencapaiannya masih belum maksimal secara keseluruhan.

Kata kunci : kinerja,Badan Lingkungan Hidup,

Page 4: 121325198-LAPORAN-PKL

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Karunia-Nya, saya

dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Kinerja Badan Lingkungan Hidup

Terhadap Pengelolaan Sampah” tepat pada waktunya. Laporan ini merupakan tugas

mata kuliah “Riset dan Praktek (RISTEK)”.

Laporan ini merupakan inovasi pembelajaran untuk memahami penelitian

secara mendalam, semoga laporan ini dapat berguna untuk Mahasiswa pada

umumnya.Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1.Drs.Tatang Parjaman,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi

2. Iin Inderawati,S.Sos,Msi selaku Ketua Studi Administrasi Negara

3.Drs.D.Yaceu Priatna,M.Ap selaku Dosen Pembimbing

4. Para Dosen Jurusan Administrasi Negara

5. Orang tua tercinta

6. Rekan-rekan Mahasiswa

Penulis juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu sayasangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan

pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan

datang lebih baik lagi.

Penulis,

Page 5: 121325198-LAPORAN-PKL

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... i

ABSTRAK………………………………………… .................................................... ii

KATA PENGANTAR………………… ..................................................................... iii

DAFTAR ISI…………………………….................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN..……… .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang..…… ................................................................................ 1

1.2. Rumusan masalah ..................................................................................... 4

1.3. Maksud dan Tujuan .................................................................................. 5

1.4. Manfaat Penelitian.…… ........................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..……………………………………………… ...... 6

2.1. Kajian Teori……………………………………………………............... 6

A. Konsep Kinerja………………………………………………………6

B. Pengertian Kinerja…………………………………………… ....... 15

C. Teori Kinerja………………………………………………… ........ 15

D. Pengukuran Kinerja……………………………………… ............. 17

E. Faktor Yang Mempengaruhi…………………… ........................... 18

F. Syarat Penilaian Kinerja……………. ............................................ 22

G. Metode Penilaian Kinerja…………………… ................................ 23

2.2. Kerangka Pemikiran…………………………………………………... 24

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………… .. 30

3.1.Jenis Penelitian……………………………………… ............................. 30

A. Lokasi Penelitian…………………………………………………….31

Page 6: 121325198-LAPORAN-PKL

v

B. Fokus Penelitian……………………………………………… ......... 31

C. Pemilihan Informan……………………… ....................................... 31

D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………… ....... 33

E. Analisis Data…………………………………………… ................... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………… ............... 35

4.1.Gambaran Umum………………………………………………….. ......... 35

1. Kondisi Wilayah ……………………………………………………36

2. Letak ………………………………………………………………..39

3. Batas…………………………………………………………………40

4. Luas Wilayah ……………………………………………………… 41

4.2. Data Fokus Penelitian ……… ................................................................ 42

4.3.Pembahasan……………………………… .............................................. 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………….46

A. Kesimpulan ………………………………………………………… ...... 46

B. Saran ……………………………………………………………….. ...... 47

C. Rekomendasi ………………………………………………………. ...... 47

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. ............... 52

Lampiran ……………………………………………………… ........................ 53

Pedoman Wawancara……………………………………………………. ....... 53

Foto Objek Penelitian…………………………………………………….. ...... 56

Page 7: 121325198-LAPORAN-PKL

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan lingkungannya

dalam kondisi yang baik.Lingkungan hidup di Indonesia perlu ditangani

dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu

adanya masalah mengenai keadaan lingkungan hidup seperti kemerosotan atau

degradasi yang terjadi di berbagai daerah.

Secara garis besar komponen lingkungan dapat dibagi menjadi tiga

kelompok, yaitu kelompok biotik (flor Manusia dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya memerlukan sumber daya alam yang berupa : tanah, air dan udara dan

sumber daya alam yang lain yang termasuk ke dalam sumber daya alam yang

dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui).

Namun demikian, harus disadari bahwa sumber daya alam yang kita

perlukan mempunyai keterbatasan di dalam banyak hal, yaitu keterbatasan

tentang ketersediaan menurut kuantitas dan kualitasnya. Sumber daya alam

tertentu juga mempunyai keterbatasan menurut ruang dan waktu. Oleh sebab itu,

diperlukan pengelolaan sumber daya alam yang baik dan bijaksana. Antara

lingkungan dan manusia saling mempunyai kaitan yang erat.

Wonosobo menerima adipura kelima dalam kurun 2007 hingga sekarang.

Bupati menegaskan bahwa pihak Kementrian Lingkungan Hidup seyogyanya

menghidupkan lagi adipura kencana, hal itu penting untuk support kepada

masyarakat agar lebih maksimal terlibat dalam pemeliharaan kebersihan kota.

Page 8: 121325198-LAPORAN-PKL

2

Dengan demikian, ke depan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat

dapat lebih meningkat.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Wonosobo, menyatakan akan meningkatkan pemberdayaan

masyarakat agar lebih cinta lingkungan, sehingga tahun depan Wonosobo dapat

meraih penghargaan adipura kembali. Hal ini mengingat persyaratan untuk dapat

meraih adipura dari tahun ke tahun semakin berat. Masyarakat tidak sekedar

dituntut dapat menanam, melainkan sampai pada pemeliharaan tanaman tersebut

agar tetap lestari.

Sementara Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonosobo,

menyampaikan apresiasi terhadap perilaku dan pola hidup bersih masyarakat

Wonosobo, sehingga piala Adipura dapat diraih untuk kelima kali berturut-turut.

Selain itu juga menandaskan komitmen DPU untuk terus menjaga kebersihan

dan keindahan kota demi terwujudnya Wonosobo Asri, alias Aman Sehat, Rapi

dan IndahSeperti telah diketahui, bahwa organisai dapat selalu hidup dan

berkembang karena adanya manusia (human being) yang menggerakkannya.

Manusia inilah yang nantinya sebagai aktor dalam sebuah organisasi. Suatu

organisasi , baik organisasi atau lembaga pemerintah maupun lembaga yang di

namakan perusahaan atau yayasan semua di gerakkan oleh sekelompok orang

(group of humanbeing) yang berperan aktif sebagai pelaku (aktor) dalam

upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan.

Tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinnkan karena upaya

para pelaku yang terdapat pada organisasi lembaga tersebut. Dalam hal ini

sebenarnya terdapat hubugan yang erat antara kinerja perorangan dengan

kinerja lembaga atau dengan kinerja perusahaan. Dengan perkataan lain bila

Page 9: 121325198-LAPORAN-PKL

3

kinerja anggota atau karyawan baik maka kemungkinan besar kinerja

organisasi atau perusahaan akan baik pula.

Dalam pembahasan ini akan dikemukakan pengertian kinerja menurut

para ahli. Tapi sebelum membahas tentang pengertian kinerja, disini kita lihat

aktifitas atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini penting

sekali dikemuikakan sebelum kita membahas dan mendefinisikan lebih dalam

tentang pengertian kinerja organisasi itu sendiri. Sebab segala aktifitas yang

dilakukan manusia itu sendiri belum tentu bisa di katakana atau dikatagorikan

sebagai pekerjaan.

Adapun yang dapat dikatakan sebagai pekerjaan adalah sebagai

berikut:

1. Bahwa aktifitas dilakukan karena adanya suatu dorongan tanggung jawab

2. Bahwa apa yang dilakukan tersebut di lakukan karena adanya unsure

kesengajaan, sesuatu yang direncanakan, karena adanya unsure kesengajaan,

sesuatu yang direncanakan, karena terkandung didalamnya suatu gabungan

antara rasio dan rasa.

3. Bahwa yang dilakukan itu, karena adanya seuatu arah dan tujuan yang luhur

(Aim Goal) yang secara dinamis memberikan makna dari dirinya.

Untuk menilai kinerja organisasi ini tentu saja diperlukan indikator-

indikator atau kriteria-kriteria untuk mengukurnya secara jelas. Tanpa indikator

dan kriteria yang jelas tidak akan ada arah yang dapat digunakan untuk

menentukan mana yang relatif lebih efektif diantara : alternatif alokasi sumber

daya yang berbeda; alternatif desain-desain organisasi yang berbeda; dan diantara

pilihan-pilihan pendistribusian tugas dan wewenang yang berbeda (Bryson,

Page 10: 121325198-LAPORAN-PKL

4

2002). Sekarang permasalahannya adalah kriteria apa yang digunakan untuk

menilai organisasi.

Sebagai sebuah pedoman, dalam menilai kinerja organisasi harus

dikembalikan pada tujuan atau alasan dibentuknya suatu organisasi. Misalnya,

untuk sebuah organisasi privat/swasta yang bertujuan untuk menghasilkan

keuntungan dan barang yang dihasilkan, maka ukuran kinerjanya adalah seberapa

besar organisasi tersebut mampu memproduksi barang untuk menghasilkan

keuntungan bagi organisasi. Indikator yang masih bertalian dengan sebelumnya

adalah seberapa besar efficiency pemanfaatan input untuk meraih keuntungan itu

dan seberapa besar effectivity process yang dilakukan untuk meraih keuntungan

tersebut.

Kinerja Badan Lingkungan Hidup sudah memberikan Yang terbaik bagi

tata pengelolaan sampah kabupaten Wonosobo,dimana hasil kinerja yang di

lakukan oleh badan lingkungan hidup tetapi belum optimal dalam menangani

pelayanan terhadap masyarakat . Misalnya : pemisahan sampah dilakukan oleh

masyarakat karena Badan lingkumgan hidup hanya menerima sampah yang

sudah di pisah .

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti membuat

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Kinerja Organisasi Badan Lingkungan Hidup Di Kabupaten

Wonosobo?

Page 11: 121325198-LAPORAN-PKL

5

1.3. Maksud & Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Kinerja

Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo kaitannya dengan

sektor pertanian. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan penelitian

ini yaitu untuk mengetahui kinerja organisasi Badan Lingkungan Hidup di

Kabupaten Wonosobo

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis.

Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Kegunaan bagi peneliti, dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat

bagi peneliti untuk menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan di

bidang administrasi negara terutama mengenai Kinerja dari organisasi

pelayanan publik.

2. Kegunaan teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

informasi bagi perkembangan ilmu administrasi negara mengenai kinerja

dari organisasi.

3. Kegunaan praktis, yaitu diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat

sebagai masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya

Pemerintah daerah Kabupaten Subang.

Page 12: 121325198-LAPORAN-PKL

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

A. Konsep Kinerja

Di berbagai media masa istilah kinerja telah popular digunakan,

namun seyogianya definisi atau pengertian kinerja belum dicantumkan

dalam kamus besar Bahasa Indonesia, sehingga menyulitkan masyarakan

untuk mengetahuinya. Namun demikian, media masa Indonesia memberi

padanan kata dalam bahasa Inggris untuk istilah kinerja yaitu “performance”.

Performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya

mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar

hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Prawirosentono, 1999).

Kinerja (performance) juga dapat didefinisikan sebagai tingkat

pencapaian hasil atau “degree of accomplishment” atau dengan kata lain,

kinerja merupakan tingkat pencapaian tujuan organisasi (Rue & Byars,

1981). Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting

karena digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam

mencapai misinya. Kinerja seorang karyawan akan baik bila dia mempunyai

keahlian (skill) yang tinggi, bersedia bekerja karena digaji atau diberi upah

sesuai dengan perjanjian , mempunyai harapan (expectation) masa depan

lebih baik.

Page 13: 121325198-LAPORAN-PKL

7

Suatu lembaga, baik lembaga pemerintah maupun lembaga yang

dinamakan perusahaan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan harus melalui

sarana dalam bentuk organisasi yang digerakkan oleh sekelompok orang

(group or humanbeing) yang berperan aktif sebagai pelaku (actors) dalam

upaya mencapai tujuan lembaga atau organisasi bersangkutan. Tercapainya

tujuan lembaga atau perusahaan hanya dimungkinkan karena upaya para

pelaku yang terdapat pada organisasi lembaga tersebut.

Selanjutnya dapat dipahami bahwa kinerja aparat sangat

mempengaruhi kinerja organisasi di mana dia atau mereka berperan sebagai

pelaku. Sehubung dengan itu, kiranya seorang pemimpin selalu melakukan

hal-hal seperti diterangkan oleh S. Sloma dalam Prawirosentoro, sebagai

berikut :

1. Sets goals and performance criteria artinya menentukan tujuan

organisasi secara jelas dan ditentukan pula kriteria kinerjanya.

2. Provider incentives, so that subordinate want to reach goals and

meet performace criteria artinya pimpinan perusahaan selalu

menydiakan insentif (pendorong kerja) yang menarik, baik berupa

penghargaan dalam bentuk uang maupun dalam bentuk lain , agar

para karyawan khususnya pegawai bersedia mencapai tujuan

organisasi melaui upaya mencapai kinerja sesuai dengan kinerja

yang ditetapkan.

3. Give regular objective feed back so that people know share they

stand in the work artinya pemimpin secara teratur menjelaskan

tentang umpan balik tujuan organisasi, sehingga setiap pegawai

mengetahui posisi perannya dalam perusahaan.

4. Uses techniques of participative whereby employees participate

when it is appropriate in decisions which affect them and their

work artinya gunakan cara manajemen partisipatif di mana para

pegawai diikutsertakan dalam pengambilan keputusan tertentu di

mana mereka dapat melakukan pekerjaan dengan lebih baik.

5. Hold regularly, two way communicative meeting with

subordinates artinya dalam hal ini antara pimpinan dan pegawai

harus menjadi pendengar yang baik didasari niat yang baik demi

peningkatan kinerja organisasi.

Dalam instansi pemerintah, penilaian kinerja sangat berguna untuk

menilai kuantitas, kualitas, dan efisiensi pelayanan, memotivasi paara

Page 14: 121325198-LAPORAN-PKL

8

birokrat pelaksana, serta memonitor pemerintah agar lebih memperhatikan

kebutuhan masyarakat yang dilayani dan menuntun perbaikan dalam

pelayanan publik. Oleh sebab itu, informasi mengenai kinerja tentu sangat

berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh

organisasi itu memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa.Dengan

melakukan penilaian terhadap kinerja, maka upaya untuk memperbaiki

kinerja bisa dilakukan secara lebih terarah dan sistematis.Di samping itu,

dengan adanya informasi kinerja maka benchmarking dengan mudah bisa

dilakukan dan dorongan untuk memperbaiki kinerja bisa diciptakan.

Meskipun demikian, penilaian tersebut tidak selalu efektif mengingat

terbatasnya informasi mengenai kinerja birokrasi publik, serta kinerja belum

dianggap sebagai suatu hal yang mendasar oleh pemerintah, di samping

kompleksitas indicator kinerja yang biasanya digunakan untuk mengukur

kinerja birokrasi public, birokrasi public memiliki stakeholders yang

banyak dan memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kesulitan lain dalam

menilai kinerja birokrasi publik muncul karena tujuan dan misi birokrasi

publik seringkali bukan hanya dalam kabur, tetapi juga bersifat

multidimensional sebagai akibat banyaknya kepentingan yang sering

berbenturan satu sama lain.

Penilaian kinerja birokrasi publik tidak cukup hanya dilakukan

dengan menggunakan indikator-indikator yang melekat pada birokrasi itu

seperti efisien dan efektivitas,tetapi harus dilihat juga dari indikator-indikator

yang melekat pada pengguna jasa, seperti kepuasan, akuntabilitas dan

responsivitas. Dwiyanto (1995, 9) mengemukakan beberapa indikator yang

dapat digunakan dalam mengukur kinerja birokrasi publik, yaitu :

Page 15: 121325198-LAPORAN-PKL

9

1. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingka efisien, tetapi juga

efektifitas pelayanan. Produktifitas pada umumnya dipahami sebagai

rasio antara input dengan output. Pada tataran ini, konsep produktifitas

dirasa terlalu sempit sehingg General Accounting Office (GAO) mencoba

mengembangkan satu ukuran produktifitas yang lebih luas dengan

memasukan seberapa besar pelayanan public itu memiliki hasil yang

diharapkan sebagai salah satu indicator kinerja yang penting.

2. Kualitas layanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam

menjelaskan kinerja organisasi public.Banyak pandangan negative

mengenai organisasi public muncul karena ketidakpuasan masyarakat

terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi public. Dengan

demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan

indicator kinerja organisasi public, sebab akses untuk mendapatkan

informasi mengenai kualitas relative sangat mudah dan murah.

3. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk menggali kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta

mengembangkan program-program pelayanan public sesuai dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat.Dalam konteks ini, responsivitas

mengacu pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan

dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.Responsivitas dimasukan

sebagai salah satu indicator kinerja karena responsivitas secara langsung

menggambarkan kemampuan organisasi public dalam menjalankan misi

Page 16: 121325198-LAPORAN-PKL

10

dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.Responsivitas yang rendah ditunjukan dengan ketidak

selarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat yang secara

otomatis kinerja organisasi tersebut jelek.Hal tersebut jelas menunjukan

kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi.

4. Responsibilitas

menjelaskan apakah pelaksaan kegiatan organisasi public itu dilakukan

sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan

kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit (Lenvine,

1990). Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika

berbenturan dengan responsivitas Responsibilitas.

5. Akuntabilitas

Akuntabilitas public menujukan pada seberapa besar kebijakan dan

kegiatan organisasi public tunduk pada para pejabat politik yang dipilih

oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut dipilih

oleh rakyat, sehingga dengan sendirinyaakan selalu merepresentasikan

kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas public dapat

digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan

organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak.

Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal

yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti

pencapaian target, akan tetapi kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran

eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau

Page 17: 121325198-LAPORAN-PKL

11

kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang

berkembang dalam masyarakat.

Kumorotomo (1996) menggunakan beberapa kriteria untuk dijadikan

pedoman dalam menilai kinerja organisasi pelayanan publik, antara lain

adalah sebagai berikut :

1. Efisiensi

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan orgganisasi

pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan factor-faktor

produksi serta pertimbangan yang bersifat dari rasionalitas

ekonomis.Apabila ditetapkan secara objektif, kriteria seperti likuiditas,

solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat

relevan.

2. Efektivitas

Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut

tercapai ?Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai,

misi, tujuan organisasi serta fungsi agen pembangunan.

3. Keadilan

Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang

diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik.Kriteria ini erat

kaitannya dengan konsep ketercakupan atau kepantasan.Keduanya

mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-

nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi.

4. Daya Tanggap

Organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap Negara

atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh karena itu

Page 18: 121325198-LAPORAN-PKL

12

organisasi secara keseluruhan harus dapat dipertanggungjawabkan secara

transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini.

Disamping ini, Salim dan Woodward (1992) melihat kinerja

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi, efisiensi, efektifitas dan

persamaan pelayanan. Dalam konteks ini, aspek ekonomi diartikan sebagai

strategi untuk menggunakan sumber daya yang seminimal mungkin dalam

proses penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik. Efisiensi kinerja

pelayanan publik juga dilihat untuk menunjukan suatu kondisi tercapainya

perbandingan terbaik (proposional) antara input pelayanan dengan output

pelayanan. Demikian pula, aspek efektivitas kinerja pelayanan ialah untuk

melihat tercapainya pemenuhan tujuan atau target pelayanan yang telah

ditentukan. Prinsip keadilan dalam pemberian pelayanan publik juga dilihat

sebagai ukuran untuk menilai seberapa jauh suatu bentuk pelayanan telah

memperhatikan aspek-aspek keadilan dan membuat publik memiliki akses

yang sama terhadap sistem pelayanan yang ditawarkan.

Sementara itu, Zeithami, Parasuraman dan Berry (1990)

mengemukakan bahwa kinerja pelayanan publik yang baik dapat dilihat

melalui berbagai indicator yang sifatnya fisik. Penyelenggaraan pelayanan

publik yang baik dapat dilihat melalui aspek fisik pelayanan yang diberikan,

seperti tersedianya gedung pelayanan yang representative, fasilitas pelayanan

berupa televise, ruang tunggu yang nyaman, peralatan pendukung yang

memiliki teknologi canggih, seperti seragam dan aksesoris serta berbagai

fasilitas kantor pelayanan yang memudahkan akses pelayanan bagi

masyarakat.

Page 19: 121325198-LAPORAN-PKL

13

Dalam konteks kinerja birokrasi pelayanan publik di Indonesia,

Pemerintah melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

(Menpan) Nomor 81 tahun 1995 telah memberikan berbagai rambu-rambu

pemberian pelayanan kepada birokrasi publik secara baik. Berbagai prinsip

pelayanan yang berkualitas hendaknya sesuai dengan sendi-sendi sebagai

berikut :

1. Kesederhanaan, dalam arti bahwa prosedur/tata cara pelayanan

diselenggarakan secara mudah, lancer, cepat dan tidak berbelit-belit serta

dipahami dan dilaksanakan.

2. Kejelasan dan kepastian, menyangkut :

a. Prosedur/tata cara pelayanan umum.

b. Persyaratan pelayanan umum, baik teknis maupun administrative.

c. Unit kerja atau pejabat yang bertanggung jawab dalam memberikan

pelayanan umum.

d. Rincian biaya/tarif pelayanan umum dan tata cara pembayarannya.

e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan umum.

f. Hak dan kewajiban baik dari pemberi maupun penerima pelayanan

umum berdasarkan bukti-bukti penerimaan permohonan/

kelengkapannya, sebagai alat untuk memastikan pemprosesan

pelayanan umum.

g. Pejabat yang menerima keluhan pelanggan (masyarakat).

3. Keamanan, dalam arti bahwa proses serta hasil pelayanan umum dapat

memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan

kepastian hukum.

Page 20: 121325198-LAPORAN-PKL

14

4. Keterbukaan, dalam arti bahwa prosedur/ tata cara, persyaratan, satuan

kerja/ pejabat penanggung jawab pemberi pelayan umum, waktu

penyelesaian dan rincian biaya/ tarif dan hal-hal yang berkaitan dengan

proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah

diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak

diminta.

5. Efiseinsi, meliputi :

a. Persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang

berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan

tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan

produk pelayanan umum yang diberikan.

b. Dicegah adanya pengulangan pemenuhan kelengkapan persyaratan,

dalam hal proses pelayanannya mempersyaratkan kelengkapan

persyaratan dari satuan kerja/ instansi pemerintah lain yang terkait.

6. Ekonomis, dalam arti pengenaan biaya pelayanan umum harus ditetapkan

secara wajar dengan memperhatikan :

a. Nilai barang atau jasa pelayanan umum dengan tidak menuntut

biaya yang tinggi diluar kewajaran.

b. Kondisi dan kemampuan pelanggan (masyarakat) untuk

membayar secara umum.

c. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Keadilan yang merata dalam arti cakupan atau jangkauan pelayanan

umum harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata

dan diperlakukan secara adil.

Page 21: 121325198-LAPORAN-PKL

15

8. Ketetapan waktu, dalam arti pelaksanaan pelayanan umum dapat

diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

B. Pengertian Kinerja

Ilyas (2001) mendefinisikan kinerja sebagai penampilan hasil karya

personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja

dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personil.

Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personil yang memangku

jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran

personil di dalam organisasi. Menurut As’ad (2003) kinerja (job

performance) adalah hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang

berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Menurut Darokah dalam Ilyas

(2001) kinerja adalah suatu catatan keluaran hasil pada suatu fungsi jabatan

kerja oleh seluruh aktivitas kerja dalam periode waktu tertentu. Kopelman

(1998) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kinerja

(Performance=P) adalah hasil interaksi antara motivasi (M) dan kemampuan

(Ability = A), yang dalam teori atribusi dirumuskan dengan P = f (M x A).

Dalam penelitian ini pengertian kinerja yang dipakai adalah definisi

kinerja menurut Ilyas (2001) yaitu penampilan hasil karya personil baik

kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi.

C. Teori Kinerja

Heider (1958) dan As’ad (2003) mengemukakan teori atribusi atau

Expectancy Theory bahwa kinerja merupakan hasil interaksi antara motivasi

dan ability, yang dirumuskan dengan formula sebagai berikut:

Page 22: 121325198-LAPORAN-PKL

16

P(Performance) merupakan fungsi M(Motivation) dan A(Ability) yang dapat

ditulis sebagai rumus: P = f (M x A). Konsep diatas juga didukung oleh

Maier (1965), Lawler dan Porter (1967) dan Vroom (1964). Berdasarkan

teori diatas maka seseorang tenaga kesehatan yang rendah dalam salah satu

komponennya maka kinerjanya akan rendah pula, dengan demikian dapat

pula diartikan bahwa tenaga kesehatan yang kinerjanya rendah, maka hal

tersebut dapat merupakan hasil dari motivasinya yang rendah atau

kemampuannya yang kurang atau kedua-duanya yaitu motivasi dan

kemampuannya yang rendah.

Vroom (1964) dan As’ad (2003) menjelaskan bahwa tinggi rendahnya

motivasi seserang ditentukan oleh interaksi perkalian dari tiga komponen,

yaitu Valence (nilai-nilai), Instrumentality (alat) dan Expectancy (harapan)

jadi M = f (V x I x E).

Muchlas (1997) dan Wulandari (2004) menjelaskan bahwa meskipun

seseorang mempunyai kemampuan dan kemauan, tapi mungkin saja ada

penghalang yang bisa menghambat prestasinya. Jadi seseorang yang

menunjukan kinerja yang tidak baik, maka harus dilihat lingkungan luarnya

apakah sudah cukup membantu, seperti apakah memiliki kelengkapan

peralatan dan bahan, kondisi kerja yang favorable, teman kerja yang

membantu, peraturan yang mendukung dan prosedur kerja dengan alokasi

waktu yang cukup. Jika semua tidak ada maka jangan diharapkan muncul

suatu prestasi kerja yang minimal sekalipun.

Page 23: 121325198-LAPORAN-PKL

17

D. Pengukuran Kinerja

As’ad (2003) mengatakan bahwa untuk mengukur job performance,

masalah yang paling penting adalah menetapkan kriterianya. Menurut Jessup

& Jessup (1975) dalam As‟ad (2003), yang pertama diperlukan dalam hal ini

adalah ukuran mengenai sukses, dan bagian-bagian mana yang dianggap

penting sekali dalam suatu pekerjaan. Usaha untuk menentukan ukuran

tentang sukses ini amatlah sulit, karena seringkali pekerjaan itu begitu

komplek sehingga sulit ada ukuran output yang pasti. Hal seperti ini terutama

terdapat pada jabatan-jabatan yang bersifat administratif.

Bellows (1961) dan As‟ad (2003) menyebutkan bahwa syarat kriteria

kinerja yang baik ialah apabila lebih reliabel, realistis, representatif dan bisa

predictable. Sedangkan Maier (1965) dan As‟ad (2003) mengatakan bahwa

yang umum dianggap sebagai kriteria kinerja antara lain ialah: kualitas,

kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi, dan

keselamatan dalam menjalankan tugas pekerjaan. Dikatakan selanjutnya

bahwa dimensi mana yang penting adalah berbeda antara pekerjaan yang satu

dengan lainnya.

Jika kriteria kinerja pekerjaan sudah ditetapkan, maka langkah

berikutnya dalam mengukur performance adalah mengumpulkan informasi

yang berhubung-an dengan hal-hal tersebut dari seseorang selama periode

tertentu. Dengan membandingkan hasil ini terhadap standart yang dibuat

untuk periode waktu yang bersangkutan, akan didapatkan level of

performance seseorang.

Page 24: 121325198-LAPORAN-PKL

18

E. Faktor yang mempengaruhi Kinerja.

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi (determinan) kinerja

personel, dilakukan pengkajian terhadap beberapa teori kinerja. Gibsons

(1996) menyatakan bahwa ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi

perilaku kerja dan kinerja yaitu: variabel individu, variabel organisasi dan

variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut mempengaruhi

perilaku kerja yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja personel. Perilaku

yang berpengaruh terhadap kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas

pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau

tugas.

Variabel individu menurut Gibson (1996) dikelompokan pada sub

variabel kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan demografis. Sub

variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang

mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Variabel demografis,

mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu. Variabel

psikologis terdiri dari sub variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan

motivasi. Variabel ini menurut Gibson, banyak dipengaruhi oleh keluarga,

tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.

Variabel psikologis seperti persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan

hal yang komplek dan sulit diukur. Gibson (1996) juga menyatakan sukar

dicapai kesepakatan tentang pengertian dari variabel tersebut, karena seorang

individu masuk dan bergabung dalam organi-sasi kerja pada usia, etnis, latar

belakang, budaya dan ketrampilan yang berbeda satu dengan lainnya. Varibel

organisasi, menurut Gibson (1996) mempunyai efek tidak langsung terhadap

Page 25: 121325198-LAPORAN-PKL

19

perilaku dan kinerja individu. Variabel organisasi digolongkan dalam sub-

variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan disain pekerjaan.

Kopelman (1998) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja

adalah: karakteristik individu, karakteristik organisasi dan karakteristik

pekerjaan, lebih lanjut Kopelman menjelaskan bahwa kinerja selain

dipengaruhi oleh faktor diatas juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Menurut Kopelman karakteristik individu terdiri dari: kemampuan,

pengetahuan, ketrampilan, motivasi, norma, dan nilai, sedang karakteristik

individu yang lain seperti kepribadian, umur dan jenis kelamin, tingkat

pendidikan, suku bangsa, keadaan sosial ekonomi, pengalaman terhadap

keadaan yang lalu, akan menentukan perilaku kerja dan produktivitas kerja,

baik individu maupun organisasi. Karakteristik organisasi terdiri dari: sistem

imbalan, seleksi dan pelatihan, struktur organisasi, visi dan misi organisasi

serta kepemimpinan; sedangkan karakteristik pekerjaan terdiri dari: deskripsi

pekerjaan, disain pekerjaan dan jadwal kerja.

Ilyas (2001) lebih lanjut menjelaskan bahwa teori yang dikembangkan

oleh Gibson dan Kopelman berdasarkan penelitian dan pengalaman yang

mereka temukan pada sampel dan komunitas masyarakat negara maju seperti

Amerika Serikat. Pada teori yang mereka sampaikan tidak tampak peran

variabel supervisi dan kontrol dalam hubungannya dengan kinerja. Hal ini

dimungkinkan kedua variabel tersebut tidak berperan secara bermakna bagi

masyarakat maju seperti Amerika Serikat, artinya budaya kerja pekerja

Amerika sudah dalam kondisi tidak membutuhkan kontrol dan supervisi yang

ketat dari organisasi dan atasan mereka, tingkat kinerja mereka sudah pada

tingkatan yang optimum. Dengan kata lain setiap pekerja melaksanakan fungsi

Page 26: 121325198-LAPORAN-PKL

20

dan tanggung jawabnya dengan pengawasan yang melekat pada setiap pekerja

telah berjalan dengan baik. Pada negara berkembang seperti Indonesia,

variabel supervisi dan kontrol masih sangat penting pengaruhnya dengan

kinerja individu. Menurut penelitian Ilyas (2001) dengan topik: Determinan

Kinerja Dokter PTT, ditemukan bahwa supervisi atasan mempunyai hubungan

yang bermakna dengan kinerja dokter PTT.

Hall TL dan Meija (1987) dan Ilyas (2001) menyebutkan bahwa faktor

yang mempengaruhi kinerja adalah faktor internal individu yang terdiri dari:

(1).Karakteristik individu seperti umur, pendapatan, status perkawinan,

pengalaman kerja dan masa kerja.

(2).Sikap terhadap tugas yang terdiri persepsi, pengetahuan, motivasi,

tanggung-jawab dan kebutuhan terhadap imbalan, sedang faktor

eksternal meliputi sosial ekonomi, demografi, geografi, lingkungan

kerja, aseptabilitas, aksesabilitas, beban kerja dan organisasi yang

terdiri pembinaan, pengawasan, koordinasi, dan fasilitas.

Bernardin dan Russel (dalam Ruky, 2002:15) memberikan

pengertian atau kinerja sebagai berikut : “performance is defined as the

record of outcomes produced on a specified job function or activity during

time period. Prestasi atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang

diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama

kurun waktu tertentu.

Menurut Gibson, dkk (2003: 355), job performance adalah hasil dari

pekerjaan yang terkait dengan tujuan organisasi, efisiensi dan kinerja

kefektifan kinerja lainnya. Sementara menurut Ilyas (1999: 99), kinerja

adalah penampilan hasil kerja personil maupun dalam suatu organisasi.

Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personil yang memangku

jabatan fungsional maupun struktural tetapi juga kepada keseluruhan jajaran

personil di dalam organisasi.

Page 27: 121325198-LAPORAN-PKL

21

Pengertian kinerja lainnya dikemukakan oleh Payaman Simanjuntak

(2005:1) yang mengemukakan kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas

pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian

hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen kinerja

adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja

perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan

kelompok kerja di perusahaan tersebut.

Menurut Irawan (2002:11), bahwa kinerja (performance) adalah hasil

kerja yang bersifat konkret, dapat diamati, dan dapat diukur. Jika kita

mengenal tiga macam tujuan, yaitu tujuan organisasi, tujuan unit, dan tujuan

pegawai, maka kita juga mengenal tiga macam kinerja, yaitu kinerja

organisasi, kinerja unit, dan kinerja pegawai.

Dessler (2000:87) berpendapat : Kinerja (prestasi kerja) karyawan

adalah prestasi aktual karyawan dibandingkan dengan prestasi yang

diharapkan dari karyawan. Prestasi kerja yang diharapkan adalah prestasi

standar yang disusun sebagai acuan sehingga dapat melihat kinerja karyawan

sesuai dengan posisinya dibandingkan dengan standar yang dibuat. Selain itu

dapat juga dilihat kinerja dari karyawan tersebut terhadap karyawan lainnya.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang kinerja dan prestasi kerja

dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja maupun prestasi kerja

mengandung substansi pencapaian hasil kerja oleh seseorang. Dengan

demikian bahwa kinerja maupun prestasi kerja merupakan cerminan hasil

yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang. Kinerja perorangan

(individual performance) dengan kinerja lembaga (institutional performance)

atau kinrja perusahaan (corporate performance) terdapat hubungan yang

Page 28: 121325198-LAPORAN-PKL

22

erat. Dengan perkataan lain bila kinerja karyawan (individual performance)

baik maka kemungkinan besar kinerja perusahaan (corporate performance)

juga baik.

F. Syarat Penilaian Kinerja

Terdapat kurang lebih dua syarat utama yang diperlukan guna

melakukan penilaian kinerja yang efektif, yaitu

(1) adanya kriteria kinerja yang dapat diukur secara objektif.

(2) adanya objektivitas dalam proses evaluasi (Gomes, 2003).

Sedangkan dari sudut pandang kegunaan kinerja itu sendiri, Sondang

Siagian (2002) menjelaskan bahwa bagi individu penilaian kinerja berperan

sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, keletihan,

kekurangan dan potensinya yang pada gilirannya bermanfaat untuk

menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karirnya. Sedangkan

bagi organisasi, hasil penilaian kinerja sangat penting dalam kaitannya

dengan pengambilan keputusan tentang berbagai hal seperti identifikasi

kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi, program

pengenalan, penempatan, promosi, sistem balas jasa, serta berbagai aspek

lain dalam proses manajemen sumber daya manusia.

Berdasarkan kegunaan tersebut, maka penilaian yang baik harus

dilakukan secara formal berdasarkan serangkaian kriteria yang ditetapkan

secara rasional serta diterapkan secara objektif serta didokumentasikan

secara sistematik.Dengan demikian, dalam melalukan penilaian atas prestasi

kerja para pegawai harus terdapat interaksi positif dan kontinu antara para

pejabat pimpinan dan bagian kepegawaian

Page 29: 121325198-LAPORAN-PKL

23

G. Metode Penilaian Kinerja

Terdapat beberapa metode dalam mengukur prestasi kerja,

sebagaimana diungkapkan oleh Gomes (2003:137-145), yaitu :

1. Metode Tradisional. Metode ini merupakan metode tertua dan paling

sederhana untuk menilai prestasi kerja dan diterapkan secara tidak

sistematis maupun sistematis. Yang termasuk kedalam metode

tradisional adalah : rating scale, employee comparation, check list,

free form essay, dan critical incident.

(a) Rating scale.

Metode ini merupakan metode penilaian yang paling tua dan

banyak digunakan, dimana penilaian yang dilakukan oleh atasan

atau supervisor untuk mengukur karakteristik, misalnya

mengenai inisitaif, ketergantungan, kematangan, dan

kontribusinya terhadap tujuan kerjanya.

(b) Employee comparation.

Metode ini merupakan metode penilaian yang dilakukan

dengan cara membandingkan antara seorang pegawai dengan

pegawai lainnya. Metode ini terdiri dari :

(1) Alternation ranking : yaitu metode penilaian dengan cara

mengurutkan peringkat (ranking) pegawai dimulai dari yang

terendah sampai yang tertinggi berdasarkan kemampuan yang

dimilikinya.

(2) Paired comparation : yaitu metode penilaian dengan cara

seorang pegawai dibandingkan dengan seluruh pegawai

lainnya, sehingga terdapat berbagai alternatif keputusan yang

akan diambil. Metode ini dapat digunakan untuk jumlah

pegawai yang relatif sedikit.

(3) Porced comparation (grading) : metode ini sama dengan

paired comparation, tetapi digunakan untuk jumlah pegawai

yang relative banyak.

(c) Check list.

Metode ini hanya memberikan masukan/informasi bagi penilaian

yang dilakukan oleh bagian personalia.

(d) Freeform essay.

Dengan metode ini seorang penilai diharuskan membuat karangan

yang berkenaan dengan orang/karyawan/pegawai yang sedang

dinilainya.

(e) Critical incident

Dengan metode ini penilai harus mencatat semua kejadian

mengenai tingkah laku bawahannya sehari-hari yang kemudian

dimasukan kedalam buku catatan khusus yang terdiri dari

berbagai macam kategori tingkah laku bawahannya. Misalnya

mengenai inisiatif, kerjasama, dan keselamatan.

2. Metode Modern.

Metode ini merupakan perkembangan dari metode tradisional

dalam menilai prestasi kerja. Yang termasuk kedalam metode modern

Page 30: 121325198-LAPORAN-PKL

24

ini adalah : assesment centre, Management By Objective

(MBO=MBS), dan human asset accounting.

Assessment centre.

Metode ini biasanya dilakukan dengan pembentukan tim penilai

khusus. Tim penilai khusus ini bisa dari luar, dari dalam, maupun

kombinasi dari luar dan dari dalam.

Management by objective (MBO = MBS).

Dalam metode ini pegawai langsung diikutsertakan dalam

perumusan dan pemutusan persoalan dengan memperhatikan

kemampuan bawahan dalam menentukan sasarannya masing-

masing yang ditekankan pada pencapaian sasaran perusahaan.

Human asset accounting.

Dalam metode ini, faktor pekerja dinilai sebagai individu modal

jangka panjang sehingga sumber tenaga kerja dinilai dengan cara

membandingkan terhadap variabel-variabel yang dapat

mempengaruhi keberhasilan perusahaan.

2.2. Kerangka Pemikiran

Kinerja merupakan kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu

organisasi, yakni bagaimana suatu organisasi melakukan segala sesuatu yang

berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, atau peranan dalam organisasi.

Kinerja bisa juga dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses

tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-

sumber tertentu yang digunakan (input). Kinerja juga merupakan hasil dari

serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu di

suatu organisasi atau instansi. Bagi suatu organisasi atau instansi, kinerja

merupakan hasil dari kegiatan kerjasama diantara anggota atau komponen

organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.

Kinerja merupakan suatu kegiatan kerjasama untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau

tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Agus Dwiyanto,

kinerja organisasi adalah suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat

Page 31: 121325198-LAPORAN-PKL

25

digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya

(Dwiyanto, 2006:47).

Berdasarkan pendapat diatas kinerja organisasi adalah tingkatan sejauh

mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Setiap organisasi atau instansi dalam melaksanakan

program atau kebijakan yang diarahkan selalu berdaya guna untuk mencapai

tujuan pemerintahan yang baik. Salah satu cara agar berdaya guna adalah

meningkatkan kinerja organisasi. Organisasi pemerintahan menggunakan alat

untuk mengukur kinerja birokrasi publik, indikator yang digunakan menurut

Dwiyanto dalam bukunya yang berjudul Reformasi Birokrasi Publik, yaitu :

1. Produktifitas

2. Kualitas Layanan

3. Responsivitas

4. Responsibilitas

5. Akuntabilitas.

(Dwiyanto, 2008)

Model kinerja menurut Dwiyanto di atas terdapat lima faktor yang

mempengaruhi kinerja, yaitu produktifitas, kualitas layanan, responsivitas,

responsibilitas, dan akuntabilitas.

Pertama, produktivitas yaitu rasio antara input dan output dimana suatu

proses produksi dalam periode tertentu. Semakin baik hasil kerja yang dicapai

oleh suatu organisasi atau instansi dalam suatu proses kinerja, maka terjadinya

kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula jika semakin

buruk hasil kerja yang dicapai oleh suatu organisasi atau instansi, maka terjadinya

kesalahan-kesalahan akan sangat besar untuk terjadi.

Kedua, kualitas layanan yaitu pemberian informasi dan kualitas sumber

daya manusia yang relatif rendah. Kepastian dalam pemberian pelayanan yang

Page 32: 121325198-LAPORAN-PKL

26

dibutuhkan oleh masyarakat merupakan suatu hal yang penting untuk melihat

kinerja suatu organisasi atau instansi dalam penggunaan sistem informasi

sehingga kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan terpuaskan.

Ketiga, responsivitas yaitu kemampuan birokrasi untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta

mengembangkan program-program pelayanan.

Keempat, responsibilitas yaitu kegiatan pelaksanaan yang dilakukan

sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi pelayanan yang baik dalam

menggunakan sistem layanan. Responsibilitas pelayanan publik dijabarkan

menjadi beberapa yang diantaranya adalah infrastruktur pelayanan dan aktivitas

administrasi pelayanan.

Kelima, akuntabilitas yaitu suatu ukuran yang menunjukan seberapa besar

tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau

norma eksternal yang ada di masyarakat. Jika penyelenggaraan pelayanan publik

diukur dengan nilai-nilai yang baik, maka kemungkinan besar mereka akan

menggunakan sistem layanan secara bersungguh-sungguh seperti tujuan yang

diharapkannya. Sebaliknya jika penyelenggaraan pelayanan publik tidak diukur

dengan nilai-nilai yang baik dalam menggunakan sistem layanan, maka proses

kinerja dalam pelayanan publik akan mengalami kesulitan.

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna

mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya

kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada

dalam organisasi. Penilaian kinerja organisasi sangat bermanfaat bagi dinamika

pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka

Page 33: 121325198-LAPORAN-PKL

27

dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja di suatu organisasi

atau instansi.

Sejalan dengan hal tersebut pengertian organisasi menurut Ernie dan

Kurniawan, organisasi ialah sekumpulan orang atau kelompok yang memiliki

tujuan tertentu dan berupaya untuk mewujudkan tujuannya tersebut melalui

kerjasama (Ernie&Kurniawan, 2004). Dengan demikian organisasi merupakan

sarana untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai

tujuan bersama, dengan mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki.

Badan lingkungan hidup Kabupaten Wonosobo merupakan organisasi

yang dibentuk untuk melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan

daerah yang bersifat spesifik dalam urusan pemerintahan di bidang pencemaran

lingkungan hidup, pengendalian kerusakan hutan, konservasi sumber daya alam

serta peningkatan teknologi lingkungan hidup.

Sektor Pertanian memiliki kaitan yang erat dengan tugas Badan

Lingkungan hidup dimana Badan Lingkungan Hidup memiliki Visi untuk

mewujudkan lembaga yang tanggap terhadap kelestarian lingkungan.

Berdasarkan visi tersebut maka dalam misi Badan Lingkungan Hidup yaitu:

1. Meningkatkan upaya pencegahan bencana, dan pemulihan kerusakan

lingkungan , pelestarian keanekaragaman hayati serta penanganan

pencemaran lingkungan pada UMKM dan industri menengah.

2 . Melibatkan peran serta masyarakat dalam pengendalian dan perbaikan

lingkungan hidup.

3. Mengembangkan penerapan teknologi tepat guna untuk

penanggulangan kerusakan dan pencegahan pencemaran.

4. Meningkatkan kapasitas aparatur pengelola lingkungan yang

profesional dan responsif serta meningkatkan penyebarluasan data dan

informasi lingkungan hidup.

Keberhasilan sektor pertanian di Kabupaten Wonosobo bergantung dari

kinerja Badan Lingkungan Hidup. Dengan kinerja yang baik maka dapat

Page 34: 121325198-LAPORAN-PKL

28

mewujudkan kondisi lingkungan yang kondusif untuk kegiatan pertanian yang

seterunya bermuara terhadap peningkatan kesejahteraan para pelaku usaha di

bidang pertanian dan peningkatan pendapatan pada restribusi daerah Kabupaten

Wonosobo.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka definisi operasional dalam

penelitian ini adalah:

1. Kinerja Organisasi adalah suatu tingkat pencapaian yang digunakan sebagai

ukuran hasil kerja Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo dalam

mencapai tujuan organiasasi, khususnya pada sektor pertanian.

2. Badan Lingkungan Hidup adalah merupakan organisasi yang bertugas dalam

memberikan pelayanan di bidang lingkungan hidup

3. Kinerja Badan Lingkungan Hidup dapat diukur dari suatu keberhasilan

pelayanan bidang lingkungan hidup dengan indikator sebagai berikut:

1) Produktivitas

a. Tingkat Pemahaman Aparatur

b. Jumlah permasalahan yang berhasil di selesaikan

c. Tingkat Kepuasan masyarakat

d. Tenggang waktu penyelesaian pekerjaan

2) Kualitas layanan

a. Output pelayanan

b. Spontanitas dalam menghadapi permasalahan dan melayani masyarakat

c. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan

3) Responsivitas

a. Keterkaitan antara program dengan kebutuhan

b. Daya tanggap aparat dalam menyelesaikan keluhan pengguna jasa

Page 35: 121325198-LAPORAN-PKL

29

c. Ketersediaan kesempatan dan wadah bagi masyarakat menyampaikan

saran dan keluhan

4) Responsibilitas

a. infrastruktur pelayanan

b. aktivitas pelayanan

5) Akuntabilitas

Berdasarkan pemaparan diatas, maka kerangka pemikiran ini dapat

digambarkan dalam bentuk gambar sebagai berikut :

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Kinerja Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Wonosobo

1. Produktivitas

2. Kualitas Layanan

3. Responsivitas

4. Responsibilitas

5. Akuntabilitas

Kinerja Organisasi Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten

Wonosobo Optimal

Page 36: 121325198-LAPORAN-PKL

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. untuk menggambarkan atau menjelaskan

suatu hal yang kemudian diklasifikasikan sehingga dapat diambil satu

kesimpulan. Kesimpulan tersebut dapat lebih mempermudah dalam melakukan

penelitian dan pengamatan, dengan begitu dalam penelitian ini peneliti

menggunakan metode penelitian deskriptif.

Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam memilih suatu

kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir). Metode ini bertujuan

untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok orang

tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antar dua gejala atau

lebih. Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu:

“Memandang objek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi

pemikiran, dan utuh (holistic) karena setiap aspek dari objek itu memiliki

satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.Suatu realitas atau objek tidak

dapat dilihat secara parsial dan dipecah dalam beberapa variable”

(Sugiyono, 2005).

Berdasarkan pengertian di atas, maka penelitian ini adalah penelitian yang

diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian

secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi serta menganalisa

kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Oleh karena itu, dalam rangka

mendapatkan data lapangan, peneliti harus terjun langsung ke lapangan agar

dapat mengamati secara langsung masyarakat yang diteliti. Selanjutnya, dalam

Page 37: 121325198-LAPORAN-PKL

31

kaitan penelitian ini, berarti peneliti berusaha untuk memberikan penjelasan

tentang badan lingkungan hidup kaitannya dengan sektor pertanian di kabupaten

Wonosobo

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kantor Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Wonosobo, yang beralamat di Jl. Jend A Yani 84A Wonosobo, berdasarkan

pertimbangan Subtema yang di arahkan kepada Dinas Lingkungan Hidup

kaitannya dengan bidang sektor pertanian.

B. Fokus Penelitian

Yang menjadi fokus dalam penelitian Ristek ini adalah kinerja Badan

Lingkungan Hidup dikaitkan dengan sektor pertanian yang ada di Kabupaten

Wonosobo .

C. Pemilihan Informan

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive (pengambilan informan berdasarkan tujuan). Teknik

penentuan informan ini adalah siapa yang akan diambil sebagai anggota

informan diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang sesuai dengan

maksud dan tujuan penelitian, penentuan informan sebagai sumber data

berdasarkan pertimbangan tertentu. Teknik tersebut disebut teknik purposive,

yaitu:

“Teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu. Pertimbangan tertentu dapat diartikan bahwa informan yang

kita pilih dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau

Page 38: 121325198-LAPORAN-PKL

32

mungkin sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti

menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti” (Sugiyono, 2005).

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi

dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak

dikenal adanya populasi atau sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin

dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja melalui teknik pemilihan

informan. Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan

memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan yang berkaitan

dengan Kinerja Badan Lingkungan Hidup. Informan yang berkaitan dengan

Badan Lingkungan Hidup yaitu terdiri dari aparatur Badan Lingkungan Hidup,

adapun informan dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo terdiri

dari:

a. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo sebagai

orang yang bertanggung jawab dan Mengetahui tentang kinerja dan

kebijakan dalam bidang Lingkungan Hidup;

b. Sekretaris yang bertanggung jawab terhadap kinerja bidang tata usaha

di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo;

c. Para Kepala Bidang di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Wonosobo yang bertanggungjawab dan mengetahui persoalan pada

tiap bidang masing-masing;

d. Staff-staff Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo sebagai

pelaksana dalam kebijakan Badan Lingkungan Hidup utamanya yang

berkaitan dan bersentuhan dengan sektor pertanian.

Penentuan informan untuk narasumber berikutnya adalah masyarakat

yang merasakan pelayanan ataupun kinerja dari Badan Lingkuan Hidup

Kabupaten Wonosobo. Peneliti menggunakan accidental yaitu :

“Teknik penelitian sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja

yang secara kebetulan atau incidental bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu

cocok sebagai sumber data “ (Sugiyono, 2007).

Page 39: 121325198-LAPORAN-PKL

33

Informan yang menjadi narasumber yang berkaitan dengan Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo kaitannya dengan aspek Pertanian

adalah:

1. Masyarakat di Kabupaten Wonosobo.

2. Petani yang ada di Kabupaten Wonosobo.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua metode pengumpulan

data:

1. Pengumpulan Data Primer

Adalah metode pengumpulan data yang diperoleh langsung ke lokasi

penelitian, untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah

yang diteliti. Data primer tersebur dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

a. Metode Observasi atau pengamatan adalah metode

pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

melalui pengamatan dan penginderaan

b. Metode Wawancara atau interview adalah teknik memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Dalam

hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo beserta jajaran.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder

untuk mendukung data primer. Penulis menggunakan cara untuk

memperoleh data sekunder sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh

melalui buku-buku ilmiah, tulisan, karangan ilmiah yang

berkaitan dengan penelitian.

b. Dokumentasi yaitu dengan menggunakan catatan- catatan yang

ada dalam lokasi penelitian serta sumber- sumber lain yang

relevan dengan masalah penelitian.

Page 40: 121325198-LAPORAN-PKL

34

E. Analisis Data

Teknik analisis data yang sesuai dengan penelitian ini adalah analisis

deskriptif, yaitu suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian

yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka menentukan bagian-bagian

hubungan diantara bagian dalam keseluruhan.

Terdapat unsur utama dalam proses analisis data pada penelitian

kualitatif dimana terbagi menjadi:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah bagian dari proses analisis untuk mempertegas,

memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting,

dan mengatur data sehingga dapat dibuat kesimpulan.

2. Sajian Data

Sajian data adalah susunan informasi yang memungkinkan dapat

ditariknya suatu kesimpulan. Sajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan

sejenisnya, namun yang sering digunakan untuk penyajian data

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif,

karena akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan

merencanakan sesuatu selanjutnya.

3. Penarikan Kesimpulan

Pada penelitian kualitatif tidak akan ditarik kecuali setelah diproses

pengumpulan data berakhir. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif

adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum

ada.Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang

sebelumnya masih belum pasti sehingga setelah diteliti menjadi

jelas berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Kesimpulan yang dibuat perlu diverifikasi dengan cara melihat dan

mempertayakannya kembali. Sambil meninjau secara sepintas pada

catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat

( Sugiyono, 2005).

Berdasarkan hal di atas maka teknik analisis data merupakan proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri ataupun orang lain.

Page 41: 121325198-LAPORAN-PKL

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wonosobo

A. Gambaran Umum Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo

Lingkungan Hidup Adalah kesatuan ruang dengan semua benda,

daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,

yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (Pasal 1, UU Nomor 32

Tahun 2009).

Visi dan Misi Badan Lingkungan Hidup

A. VISI

Mewujudkan lembaga yang tanggap terhadap kelestarian lingkungan

B. MISI

1. Meningkatkan upaya pencegahan bencana dan pemulihan

kerusakan lingkungan, pelestarian keanekaragaman hayati serta

penanganan pencemaran lingkungn pada UMK dan industri

menengah.

2. Melibatkan peran serta masyarakat dalam pengendalian dan

perbaikan lingkungan hidup.

3. Mengembangkan penerapan teknologi tepat guna untuk

penanggulangan kerusakan dan pencegahan pencemaran.

Page 42: 121325198-LAPORAN-PKL

36

4. Meningkatkan kapasitas aparatur pengelola lingkungan yang

profesional dan responsif serta meningkatkan penyebarluasan

data dan informasi lingkungan hidup .

1. Kondisi Wilayah

Kabupaten Wonosobo merupakan daerah pegunungan

dengan ketinggian lokasi antara 250 m hingga 2.250 m diatas

permukaan laut termasuk dalam jenis pegunungan muda dengan

lembah yang curam. Secara geografis Kabupaten Wonosobo

memiliki luas 98.448 ha (984,68 Km2) terletak dibebatuan

prakwaker. Keadaan demikian sering menyebabkan timbul bencana

alam terutama dimusim penghujan seperti tanah longsor (land

slide), gerakan tanah runtuh dan gerakan merayap. Kondisi

Wonosobo yang subur sangat mendukung untuk pengembangan

pertanian sebagai mata pencaharian utama masyarakat Wonosobo.

Pada sektor pertanian ini memiliki komoditas antara lain

Padi, Teh, Tembakau, kopi dan berbagai jenis sayuran serta

tanaman hortikultura lainnya. Wonosobo yang memiliki suhu udara

antara 14,3 - 26,5 °C sangat cocok untuk pengembangan budidaya

jamur, carica pepaya, asparagus dan beberapa jenis kayu sebagai

komoditi ekspor non migas serta beberapa jenis tanaman khas

Wonosobo seperti seperti Purwaceng, Gondorukem dan Kayu

putih.

Page 43: 121325198-LAPORAN-PKL

37

Kabupaten Wonosobo mempunyai potensi di bidang

pertanian,salah satunya yaitu kentang. Kentang tumbuh sebagian

besar di dataran tinggi saja, meliputi Kecamatan Kejajar, Garung

dan Kertek. Sentra kentang terdapat di Kecamatan Kejajar, dengan

produksi 47.711 ton/tahun.Produksi kentang Kabupaten Wonosobo

selama 10 (sepuluh) tahun terakhir rata-rata mencapai 49.481

ton/tahun, dengan luas lahan yang dimanfaatkan untuk tanaman

kentang adalah 3.013 ha. Pemasarannya Daerah sendiri dan daerah

lain juga Memiliki potensi untuk ekspor karena memiliki kentang

kualitas unggulan.

Selain kentang juga ada ubi kayu yang tumbuh dengan baik

di 14 kecamatan di wilayah Kabupaten Wonosobo. Sentra produksi

ubi kayu di Kecamatan Kaliwiro, Wadaslintang, Garung,

Sukoharjo, Watumalang dan Mojotengah. Dengan luas panen rata-

rata 5 tahun terakhir 6.828 Ha tersebar di 12 bulan sepanjang

tahun. Produktivitas mencapai 19,79 ton/Ha sehingga total

produksi rata-rata 135.099 ton. Potensi peningkatan produksi masih

sangat terbuka, baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi.

Dengan peningkatan intensifikasi diharapkan dapat terjadi

peningkatan produktivitas menjadi 40 -50 ton/Ha.

Melalui ekstensifikasi dimanfaatkan lahan-lahan potensial

diharapkan luas panen dapat meningkat menjadi 10.000 - 12.500

Ha/tahun. Sehingga dihasilkan produksi antara 400.000-625.000

Page 44: 121325198-LAPORAN-PKL

38

ton/Ha.Pemasarannya Daerah sendiri dan lain, Varietas yang

banyak dikembangkan adalah varietas unggul nasional yang sudah

ditanam turun-menurun seperti plengka, klanteng, hijau, jawa,

bogor, mentega dan lain-lain. Sistem pertanaman adalah tumpang

sari dan monokultur.

Orang yang pernah mengenal atau berkunjung ke

Wonosobo akan teringat kepada batik talunombo, mie ongklok dan

dataran tinggi Dieng dengan carica dan kacang diengnya, selain hal

tersebut masih ada yang lebih menarik lagi yaitu sebuah

perkebunan teh yang dikenal sebagai kawasan Agrowisata Tambi.

Kawasan Agrowisata Tambi merupakan pilihan yang menarik bagi

pecinta alam pegunungan terutama yang ingin melepaskan diri dari

hirukpikuknya suasa perkotaan sekaligus merasakan sejuknya

udara pegunungan sehingga tidak berlebihan jiwa kegiatan

outbound sangat tepat dilakukan di kawasan ini.

Letak Wonosobo yang strategis dengan sebagian besar

daerahnya adalah pegunungan menjadi beberapa sungai, seperti

Sungai Serayu, Sungai Bogowonto, Kali Putih, Kali Semagung dan

Luk Ulo. Sungai serayu yang menambah debit air di Telaga Menjer

telah dimanfaatkan airnya untuk membangkitkan listrik tenaga air.

Tidak kalah penting daerah ini juga memiliki banyak potensi wisata

seperti Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau) dengan panas

buminya yang telah dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik

Page 45: 121325198-LAPORAN-PKL

39

Tenaga Uap (PLTU), kawah dan panorama yang indah lainnya.

Selain itu terdapat juga candi-candi peninggalan Kerajaan Mataram

Hindu dan beberapa situs sejarah lainnya. Semuanya itu adalah

sebagai daya tarik utama bagi wisatawan manca negara maupun

wisatawan nusantara untuk berkunjung ke Wonosobo

2. Letak

Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu dari 35

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, terletak antara 7°.11'.20"

sampai 7°.36'.24" garis lintang selatan (LS), serta 109°.44'.08"

sampai 110°.04'.32" garis bujur timur (BT), Kabupaten Wonosobo

berjarak 120 Km dari Ibu Kota Jawa Tengah (Semarang) dan 520

Km dari Ibu Kota Negara (Jakarta) berada pada rentang 250 dpl -

2.250 dpl dengan dominasi pada rentang 500 dpl - 1.000 dpl

sebesar 50% (persen) dari seluruh areal, menjadikan ciri dataran

tinggi sebagai wilayah Kabupaten Wonosobo dengan posisi spasial

berada di tengah-tengah Pulau Jawa dan berada di antara jalupantai

utara dan jalur pantai Selatan. Jaringan Jalan Nasional ruas jalan

Buntu - Pringsurat memberi akses dari dan menuju dua jalur

strategis nasional.

Page 46: 121325198-LAPORAN-PKL

40

Gambar 4.1

Peta Wilayah Kabupaten Wonosobo

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kab. Wonosobo Tahun 2012

3. Batas

Secara administratif Wonosobo berbatasan langsung dengan

enam Kabupaten yaitu:

Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara,

Kabupaten Kendal dan Kabupaten Batang;

Page 47: 121325198-LAPORAN-PKL

41

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan

Kabupaten Magelang;

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Purworejo dan

Kabupaten Kebumen;

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan

Kabupaten Kebumen.

4. Luas Wilayah

Luas Wilayah Kabupaten Wonosobo adalah 98.468 hektar

atau 984,68 km2 ,atau 3.03 % (Persen) dari luas jawa tengah,

dengan komposisi tata guna lahan atatanah sawah mencakup

18.909,72 ha (18,99 %), tankering seluas 55.140,80 ha (55,99 %),

hutan negara 18.909,72 ha (19,18 %), perkebunan negara/swasta

seluas 2.764,51 ha (2,80 %) dan lainnya seluas 2.968,07 ha (3,01

%).

Secara administratif terbagi dalam 15 Kecamatan, 236

Desa dan 29 Kelurahan. Adapun ke 15 kecamatan tersebut yaitu :

(1) Kecamatan Wonosobo

(2) Kecamatan Kalikajar

(3) Kecamatan Sapuran

(4) Kecamatan Kepil

(5) Kecamatan Kertek

(6) Kecamatan Kaliwiro

(7) Kecamatan Wadaslintang

Page 48: 121325198-LAPORAN-PKL

42

(8) Kecamatan Leksono

(9) Kecamatan Kalibawang

(10) Kecamatan Selomerto

(11) Kecamatan Garung

(12) Kecamatan Kejajar

(13) Kecamatan Watumalang

(14) Kecamatan Mojotengah

(15) Kecamatan Sukoharjo.

4.2. Data Fokus Penelitian

Yang menjadi fokus dalam penelitian Ristek ini adalah kinerja Badan

Lingkungan Hidup dikaitkan dengan sektor pertanian yang ada di Kabupaten

Wonosobo .Dimana limbah/sampah ditampung di bank sampah sehingga

sangat bermanfaat bagi masyarakat juga menjadikan daerah tersebut

mendapatkan penghargaan adipura.

4.3. Pembahasan

Usaha untuk mengukur kinerja organisasi telah banyak dilakukan pada

saat ini yang dilandasi keingintahuan tentang pandangan orang terhadap

kinerja suatu organisasi, metode yang tepat dalam menentukan kinerja

organisasi yang menyatakan keberhasilan sistem dalam mencapai tujuan.

Produktivitas sistem merupakan perbandingan antara keluaran dan masukan

Page 49: 121325198-LAPORAN-PKL

43

yang mengukur kemampuan sistem dalam menghasilkan keluaran dengan

masukan tertentu.

Untuk mengukur tingkat keberhasilan mencapai sasaran tersebut,

maka indikator yang dipakai adalah produktivitas. Jadi dengan demikian,

kinerja organisasi dapat diukur berdasarkan tingkat pencapaian hasil kerja

berdasarkan sasaran yang ditetapkan sebelumnya. Demikian pula mengukur

tentang hasil kerja organisasi bukan hanya hasil kerja yang secara output

diberikan kepada lingkungan eksternalnya yaitu masyarakat atau

pelanggannya, tetapi hasil kerja dapat pula diberikan kepada pelanggan

internalnya, yaitu pegawai yang berfungsi mengelola organisasi guna

mencapai tujuannya.

Dengan demikian konsep tentang kinerja organisasi sangat luas ruang

lingkupnya; bukan hanya kinerja yang dihasilkan untuk lingkungannya

eksternalnya, tetapi kinerja dapat pula diperuntukkan bagi sasaran internal

organisasi. Oleh karena itu pendekatan untuk mengukur kinerja suatu

organisasi sangat tergantung susut pandang yang digunakan; dapat berupa

kinerja pada sisi Input kinerja pada sisi proses atau kinerja pada sisi output.

Masing-masing pendekatan ini memiliki indikator yang berbeda.

Hasil analisis wawancara dengan pegawai dan masyarakat yang di

kaitkan dengan teori Dwiyanto :

1. Produktivitas Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingka

efisien, tetapi juga efektifitas pelayanan. Produktifitas pada

umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output.

Pada tataran ini, konsep produktifitas dirasa terlalu sempit

sehingg General Accounting Office (GAO) mencoba

Page 50: 121325198-LAPORAN-PKL

44

mengembangkan satu ukuran produktifitas yang lebih luas dengan

memasukan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil

yang diharapkan sebagai salah satu indicator kinerja yang penting.

Penulis menyatakan tentang dimensi produktivitas kepada

seorang informan yaitu pegawai dinas BLH menyatakan :

Bahwa kinerja aparatur terhadap masyarakat, banyak

masyarakat yang tidak puas karena banyak ke inginan masyarakat

yang tidak ter penuhi . misalnya pemilihan sampah di lakukan

langsung oleh masyarakatnya .

Dari hasil penelitian yang penulis peroleh tentang dimensi

produktivitas seorang informan menyatakan hal serupa yaitu :

Ketidak puasnya kami sebagai masyarakat terhadap badan

lingkungan hidup yang hanya menerima sampah yang sudah di

pisah diantaranya sampah organik dan an organik,

2. Kualitas layanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin

penting dalam menjelaskan kinerja organisasi public.Banyak

pandangan negative mengenai organisasi public muncul karena

ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima

dari organisasi public. Dengan demikian, kepuasan masyarakat

terhadap layanan dapat dijadikan indicator kinerja organisasi

public, sebab akses untuk mendapatkan informasi mengenai

kualitas relative sangat mudah dan murah.

Menurut pegawai kualitas layanan yang diberikan kepada

masyarakat sudah memberikan pelayanan yang maksimal.

Menurut masyarakat dan penulis kualitas layanan yang

diberikan oleh badan lingkungan hidup sudah cukup baik terhadap

masyarakat dan bersikap sopan,ramah terhadap pelayanan yang di

berikan.

3. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk

menggali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas

pelayanan serta mengembangkan program-program pelayanan

public sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.Dalam

konteks ini, responsivitas mengacu pada keselarasan antara

program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat.Responsivitas dimasukan sebagai salah satu indicator

kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan

kemampuan organisasi public dalam menjalankan misi dan

tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.Responsivitas yang rendah ditunjukan dengan ketidak

selarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat yang

secara otomatis kinerja organisasi tersebut jelek.Hal tersebut jelas

menunjukan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan

tujuan organisasi.

Page 51: 121325198-LAPORAN-PKL

45

Dari segi responsivitas keselarasan antara program dan

kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat

sesuai dengan kempuan organisasi dalam menjalankan misi dan

tujuan nya terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

4. Responsibilitas

menjelaskan apakah pelaksaan kegiatan organisasi public

itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang

benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit

maupun implisit (Lenvine, 1990). Oleh sebab itu, responsibilitas

bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas

Responsibilitas.

Pelaksanaan kegiatan kinerja organisasi badan lingkungan

hidup sudah sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang

benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi .

5. Akuntabilitas

Akuntabilitas public menujukan pada seberapa besar

kebijakan dan kegiatan organisasi public tunduk pada para pejabat

politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para

pejabat politik tersebut dipilih oleh rakyat, sehingga dengan

sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat.

Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas public dapat

digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan

organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat

banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari

ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau

pemerintah, seperti pencapaian target, akan tetapi kinerja

sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai

dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan

organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau

kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma

yang berkembang dalam masyarakat.

Menurut pegawai kinerja organisasi badan lingkunagn

hidup sudah melaksanakan tugas dan fungsi nya dengan baik

sesuai aturan yang di berikan oleh pemerintah.

Menurut masyarakat dan penulis melaksanakan tugas dan

fungsi nya dengan baik sesuai pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat.

Page 52: 121325198-LAPORAN-PKL

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Peningkatan peran masyarakat melalui pengelolaan sampah sekala

kecil, bisa dimulai dari tingkat desa/kelurahan atau pun kecamatan, termasuk

dalam hal penggunaan teknologi daur ulang.Kerusakan sumber daya alam

banyak ditentukan oleh aktivitas manusia. Banyak kasus-kasus pencemaran

dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, seperti :

pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah serta kerusakan hutan

yang semuanya tidak terlepas dari aktivitas manusia dan pada akhirnya akan

merugikan manusia itu sendiri.

Oleh karena itu perlu adanya kerja sama antara pemerintah dan

masyarakat dalam menjaga kebersihan di lingkungan sekitar,dengan adanya

bank sampah akan saling menguntungkan untuk semua pihak karena saling

membantu satu sama lain baik untuk masyarakat maupun lingkungan sekitar

serta kinerja dari Badan Lingkungan Hidup Wonosobo terhadap tugasnya.

Dengan adanya kesadaran pentingnya menjaga lingkungan akan

sangat membantu kinerja Badan Lingkungan Hidup dengan tugasnya dan

alangkah baiknya jika semua masyarakat seluruh Indonesia bisa menjaga

lingkungan agar tercipta Negara yang bersih.

Page 53: 121325198-LAPORAN-PKL

47

Lingkungan yang bersih akan memberikan suatu keindahan yang baik

dan masyarakat pun harus menjaga nya dan mampu memberikan suasana

yang layak untuk menjadikan kota wonosobo yang asri.

Aparatur pegawai dinas terutama pada Pembina kepegawaian kota

wonosobo dinas lingkungan hidup belum bias memberikan pasilitas

terhadapat masyarakat nya karena dengan ketidak tersedian nya pupuk maka

masyarakat kurang puas dengan kinerja aparatur khusus nya pegawai

lingkungan hidup.

B. Saran

Masyarakat harus menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dalam

pemanfaatan sumber daya harus memperhatikan dampak yang timbul dari

penggunaan sumber daya tersebut terhadap lingkungan sekitar agar tidak

terjadi pencemaran atau kerusakan lingkungan dan terdapat pengelolahan

sampah organik dan non organik agar dapat di kelola melalui bank sampah .

C. Rekomendasi

Masyarakat dan Pemerintah baiknya bekerja sama menjalankan

program-program penanganan masalah lingkungan yang telah di buat oleh

Mentri lingkungan hidup yang merencanakan beberapa program sebagai

upaya penanganan masalah kerusakan lingkungan hidup, antara lain :

Page 54: 121325198-LAPORAN-PKL

48

Program Adiwiyata

Adiwiyata adalah tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh

segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat

menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan

menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan. Tujuan program

Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk

menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah

Program Adipura

Adipura, merupakan salah satu upaya menangani limbah padat domestik di

perkotaan. Dalam perkembangannya, lingkup kerja Program Adipura

difokuskan pada upaya untuk mendorong kota-kota di Indonesia menjadi

kota Bersih dan Hijau. Ada dua kegiatan pokok dalam penanganan limbah

domestik dan ruang terbuka hijau di perkotaan, yaitu : memantau dan

mengevaluasi kinerja pengelolaan lingkungan perkotaan berdasarkan

pedoman dan kriteria yang ditetapkan untuk menentukan peringkat kinerja

kota serta meningkatkan kapasitas pemerintahdaerah dalam pengelolaan

lingkungan perkotaan.

Program Amdal

AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk

pengambilan keputusan suatu usaha dan kegiatan yang direncanakan pada

lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan

tentang penyelenggaraan usaha dan kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 27

tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Manfaat

Page 55: 121325198-LAPORAN-PKL

49

dari AMDAL , ialah : bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah,

membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan

hidup dari rencana usaha, memberi masukan untuk penyusunan disain

rinci teknis dari rencana usaha, memberi masukan untuk penyusunan

rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup, memberi

informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu

rencana usaha

Program Balai Kliring Keanekaragaman Hayati Nasional

Indonesia telah meratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati dalam

bentuk Undang-Undang No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati. Sesuai

dengan mandat yang tercantum dalam pasal 18 (3) dari Konvensi tersebut

maka Kementerian Lingkungan Hidup sebagai National Focal Point dari

Konvensi Keanekaragaman Hayati membangun Balai Kliring

Keanekaragaman Hayati Indonesia berbasis internet.

Program Diklat Lingkungan

Pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup memiliki peranan yang sangat

penting dan strategis dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia

(SDM) bidang lingkungan hidup. Melalui pendekatan metode Androgogi

dan peninjauan lapangan yang dilaksanakan oleh Pusat pendidikan dan

pelatihan (PUSDIKLAT) diharapkan memberikan perubahan perilaku

serta sikap positif terwujudnya pelestarian lingkungan hidup yang

melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Page 56: 121325198-LAPORAN-PKL

50

Program Kalpataru

Pendahulu Bangsa Indonesia menorehkan pahatan KALPATARU untuk

menggambarkan suatu tatanan lingkungan yang serasi, selaras dan

seimbang antara hutan, tanah, air, udara, dan makhluk hidup. Salah satu

prinsip pembangunan adalah berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Sejalan dengan itu, Pasal 10 huruf UU No. 23 Tahun 1997, menyebutkan

bahwa salah satu bentuk penghargaan tingkat nasional yang diberikan oleh

Pemerintah adalah KALPATARU. Penghargaan KALPATARU diberikan

pada seseorang atau kelompok masyarakat yang telah menunjukkan

kepeloporan dan memberikan sumbangsihnya di dalam memelihara

kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Program Langit Biru

Pencemaran udara menjadi masalah yang serius terlebih tahun-tahun

terakhir ini terutama di kota-kota besar. Upaya pengendalian pencemaran

termasuk pencemaran udara pada dasarnya adalah menjadi kewajiban bagi

setiap orang. Pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas udara sejak

tahun 1992 telah melaksanakan Program Langit Biru sebagai upaya untuk

mengendalikan pencemaran udara baik yang berasal dari sumber bergerak

maupun tidak bergerak.

Program Piagam Bumi

Piagam Bumi adalah sebuah deklarasi prinsip-prinsip pokok untuk

membangun masyarakat global yang berkeadilan, berkelanjutan dan damai

di abad ke- 21. Piagam Bumi berupaya untuk mengilhami seluruh umat

Page 57: 121325198-LAPORAN-PKL

51

manusia akan pengertian baru tentang saling ketergantungan global dan

tanggung jawab bersama untuk kesejahteraan keluarga umat manusia,

yaitu kehidupan dunia yang lebih besar, dan generasi yang akan datang.

Program Pasar Berseri

Pasar Berseri „bersih, sehat, ramah lingkungan, dan indah‟ merupakan

konsep pemikiran ulang menuju peningkatan performa pasar tradisional.

Konsep ini mengarah pada dua hal, yaitu : optimalisasi kinerja pasar

tradisional dan peningkatan infrastruktur dan pengembalian peran pasar

tradisional sebagai distributor produk-produk lokal.

Program Pusat Produksi Bersih Nasional

Tujuan pendirian PPBN adalah untuk memfasilitasi, mempromosikan dan

mengkatalis pengembangan dan penerapan Produksi Bersih (PB) di

Indonesia. PPBN akan menstimulasi dan mendorong kegiatan-kegiatan

teknis, tukar informasi, memperluas jaringan, proyek-proyek percontohan

dan pelatihan PB sehingga menumbuhkan pasar Produksi Bersih di

Indonesia.

Page 58: 121325198-LAPORAN-PKL

52

DAFTAR PUSTAKA

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo

http://blog.uad.ac.id/sulisworo/2011/12/14/pendekatan-pengukuran-kinerja-sistem/

Dwiyanto, Agus, 1995, Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan Publik, Seminar

Kinerja Organisasi Sektor Publik, Kebijakan dan Penerapannya, Fisipol

UGM, Yogyakarta.

Dwiyanto, Agus,dkk, 2002, Reformasi Birokrasi di Indonesia, Yogyakarta, Pusat

Studi Kependudukan dan dan Kebijakan, UGM.

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2173967-pengertian-kinerja-

organisasi/#ixzz2ICMRdtSy

http://kebebasaninformasi.org/v3/2010/10/26/kinerja-birokrasi-pelayanan-publik/

http://orangbuton.wordpress.com/2010/12/11/good-governance-dan-kinerja-

organisasi-publik/

http://reconia4training.wordpress.com/2012/08/23/kinerja-organisasi/

http://wonosobokab.go.id/

http://wonosobokab.go.id/index.php?start=292

Page 59: 121325198-LAPORAN-PKL

53

Lampiran 1

Pedoman wawancara

DAFTAR PERTANYAAN SEBAGAI PEDOMAN WAWANCARA

Pedoman wawancara dengan informan pelaksana pelayanan lingkungan hidup

Data Pedoman :

1. Nama :……………………………………………………………

2. Jenis Kelamin :……………………………………………………………

3. Jabatan :……………………………………………………………

4. Intansi :……………………………………………………………

Produktivitas :

TINGKAT pemahaman aparat terhadap uraian pekerjaan

1. Bagaimana menurut pendapat bapak/Ibu tingkat pemahaman pegawai/aparat

terhadap tugas-tugas yang dilakukan selama ini ?

2. Apakah menurut pendapat bapak/Ibu tugas-tugas diselesaikan dengan baik ?

Jumlah permasalahan yang berhasil ditangani /diselesaikan

3. Apakah permasalahan yang Bapak ? ibu hadapi selama ini seluruhnya dapat

diselesaikan dengan baik dan menyeluruh oleh petugas / aparat?

4. Berapakah kira-Kira prosentase penyelesaian permasalahan yang ditangani ?

5. Apakah petugas /aparat memiliki teknik –teknik atau metode atau metode tertentu

untuk menyelesaikan masalah tersebut?

Page 60: 121325198-LAPORAN-PKL

54

Tingkat kepuasan masyarakat / pengguna jasa terhadap pelayanan yang diberikan .

6. Apakah bapak/ibu apakah pengguna jasa/ masyarakat merasa puas atas pelayanan

yang diberikan oleh petugas /Aparat ?Mohon penjelasan

7. Apakah selama ini bapak/ibu pernah mengeluhkan pelayanan yang diberikan oleh

petugas /aparat ?pernahkan pernah terjadi keluhan komplain terhadap pelayanan

yang diberikan aparat oleh teman /rekan Bapak /ibu ?

Tenggang waktu lamanya penyelesaian satu permasalahan atau pekerjaan .

8. Menurut pendapatan bapak/ibu berapa lamakah tenggang waktu dalam penyelesaian

permasalahan oleh petugas atas permasalahan yang dihadapi ?

9. Apakah petugas memiliki dan menerapkan teknik atau cara tertentu yang jelas

dalam menyelesaikan permasalahan yang Bapak /ibu hadapi ?

b. Kualitas layanan

Output pelayanan

1. Bagaimana menurut pendapat bapak /ibu kualitas pelayanan yang diberikan

petugas/aparat kepada Bapak /ibu ?

2. Apakah pelayanan yang diberikan aparat / petugas sudah benar-benar sesuai dengan

kebutuhan atau keinginan Bapak /ibu?

Spontanitas dalam menghadapi permasalahan dan melayani masyarakat

3. Bagaimana menurut pendapat bapak /ibu cara petugas dalam menangani

permasalahan atau keluhan dari masyarakat ?

4. Apakah dalam menangani permasalahan ada spontanitas dari petugas untuk

membantu dalam penyelesaian permasalahan yang dihadapi Bapak /ibu ?

Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan

Page 61: 121325198-LAPORAN-PKL

55

5. Bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu sikap dan cara petugas dalam memberikan

pelayanan?

6. Apakah sikap kesopanan dan keramahan petugas pernah Bapak /ibu rasakan dalam

menerima pelayanan ?

C. Responsivitas

Keterkaitan antara program kegiatan dengan kebutuhan

1. Apakah menurut pendapat Bapak/ibu program kegiatan yang dilaksanakan ada

petugas sering berbenturan dengan dinas atau lembaga lain ?

2. Apakah menurut pendapat Bapak / ibu kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas

sesuai dengan tugas pokok dan fungsi organisasi ?Apakah sering petugas

melaksanakan peklerjaan yang berada diluar tugasnya?

Daya tanggap aparat dalam menghadapi dan menyelesaikan keluhan-keluhan yang

disampaikan pengguna jasa

3. Menurut pendapat Bapak /ibu ,bagaimanakah cara petugas menyikapi keluhan-

keluhan atau permasalahan yang di sampaikan oleh Bapak /Ibu ?

4. Apakah langkah –langkah yang ditempuh petugas –petugas pertama kali untuk

merespons keluhan –keluhan atau kebutuhan –kebutuhan dari Bapak / Ibu?

Ketersedluhaniaan kesempatan dan wadah baik masyarakat untuk menyampaikan

saran dan keluhan .

5. Apakah Bapak /IbU sering di beri kesempatan untuk menyampaikan saran atas

pelayanan atau pekerjaan yang diberikan atau dilakukan petugas ?

6. Apakah tersedia wadah atau sarana untuk menyampaikan keluhan-keluhan dari

Bapak /Ibu pelayanan yang diberikan ?

Page 62: 121325198-LAPORAN-PKL

56

LAMPIRAN OBJEK PENELITIAN

Page 63: 121325198-LAPORAN-PKL

57