12. Demokrasi

15
Demokrasi Kewarganegaraan

description

asdsad

Transcript of 12. Demokrasi

Demokrasi

DemokrasiKewarganegaraanDemokrasi?Sebagian menganggapnya sebagai jalan politik yang relatif stabil dan aman menuju kebebasan (individu), kesetaraan (antar-individu sebagai warga negara), dan kesejahteraan.Karena miskinnya teori alternatif yang tahan uji, demokrasi liberal dipandang oleh beberapa pengamat sebagai the only feasible form of democracyDi sisi lain...Ada yang mengatakan bahwa demokrasi mengalami perlemahan dan dianggap tidak mampu mengatasi persoalan bersamaSehingga berujung pada krisis ekonomi, merosotnya legitimasi negara di hadapan desakan pasar dan logika kapitalisme global, dan juga di bawah tuntutan gerakan fundamentalisme religius (negara maju dan berkembang)Benarkah demikian?

Asal usul, Pengertian, dan Hakikat DemokrasiSecara umum: pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyatSecara etimologis: (Demokratia), berasal dari kata demos berarti rakyat dan kratos berarti kekuasaan. Sehingga: rakyat yang memegang kekuasaan (the people held power).Demokrasi yang digunakan Yunani yang berupa city-states (negara-kota), adalah direct democracy (demokrasi langsung), yaitu rakyat secara aktual memerintah diri mereka sendiri (hak partisipasi dan pengambilan keputusan).Berakhirnya Demokrasi YunaniDemokrasi langsung masih dipraktekkan di abad pertengahan oleh: Swiss, Jerman, Perancis, Italia, dan Mexico dibawah Toltecs dan Chichimecans (1000-1300 M), di selatan Sahara, dan ditimur Niger ada 7 city-states bernama Hausa (1450-1804 M)Seiring pertambahan penduduk, demokrasi representatif (perwakilan) yang diusulkan Rousseau, Kant, Sieyes, Paine, dan Condorcet yang lebih masuk akal dan mungkin dilakukanJohn DeweyDalam Democracy and Education, harus ada kesamaan yang mengikat dibalik kemajemukan. Ada dua kriteria yang harus dipenuhi:Selain mengakui adanya kepentingan bersama yang dibagikan (shared common interest), tapi juga harus bersifat saling menguntungkan (mutualis)Interaksi yang bebas antar kelompok2 sosial sekaligus perubahan (habit) sosial.Dua syarat itu yang menggambarkan masyarakat yang terbentuk secara demokratis (democratically constitued society).JosephSchumpeterDalam Capitalism, Socialism, and Democracy, titik pendefinisian demokrasi harus dimulai dari pemahaman demokrasi adalah sebuah model politikSebuah tipe pengaturan kelembagaan untuk sampai pada keputusan2 politis (baik legislatif maupun administratif)Demokrasi sebagai metode politik tidak bisa menjadi tujuan pada dirinya sendiri dan tidak tergantung pada berbagai keputusan yang dihasilkannya dalam kondisi2 historis tertentuTujuh syarat demokrasi IdealRobert A. DahlKontrol atas kekuasaan ada pada pemimpin yang dipilih rakyat secara teliti dan jujurPemimpin pilihan rakyat ini tidak boleh melakukan pemaksaanSemua orang dewasa berhak memilih pejabatSemua orang dewasa berhak dipilihRakyat memiliki hak bebas untuk menyampaikan pandangan kritis tanpa ancaman dan hukumanRakyat memiliki hak memperoleh informasi yang dilindungi hukumRakyat bebas membentuk lembaga dan partai politikPoin ke 6 dan 7 dipandang perlu untuk menghadirkan dan melegitimasi keberadaan sebuah lembaga yang mengemban amanah untuk menyampaikan pandangan kritis tanpa ancaman dan hukuman sekaligus sebagai wadah serta wahana bagi rakyat untuk memperoleh informasi yang dilindungi hukum. Dari sinilah muncul lembaga pers sebagai pilar keempat demokrasi (the forth estate) setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif8Six estate of societyHistoricModernKriteria rezim kekuasaan yang menjalankan demokrasi menurut Robert A. DahlPartisipasi yang aktifKesamaan dalam hak memilih (voting equality)Pemahaman yang tercerahkan (enlightened understanding)Kontrol terhadap jalannya perencanaan serta pelaksanaan kekuasaan (control of the agenda)Penyertaaan oran dewasa (inclusion of adults)Persoalan2 yang dihadapi rezim demokrasiTirani mayoritas terhadap minoritasKurang simpati dan rasa solidaritas pemimpin terhada warga negaraMerosotnya kualitas warga negara menjadi masa (mass) dan perkumpulan menjadi kerumunan (crowd)Masa Depan Demokrasi di IndonesiaCikal bakal demokrasi sudah ditunjukkan insan bumi nusantara lewat:Munculnya kesadaran akan pentingnya perjuangan, walaupun masih bersifat partikular, kedaerahan, lebih pada perlawanan fisik dan strategi perang.Munculnya kesadaran menciptakan identitas nasional, yang dipelopori oleh para pemuda terdidik Indonesia yang belajar di Belanda (Boedi Oetomo, 20 Mei 1908)Munculnya kesadaran untuk melampaui partikularisme, fanatisme kedaerahan, serta egoisme kesukuan (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928)Manifestasi eksplisit dari akumulasi kesadaran kolektif untuk menentukan diri sendiri dan hasrat untuk merdeka (Proklamasi kemerdekaan, 17 Agustus 1945)Prediksi PertamaPenelitian David Beetham menunjukkan bahwa beberapa ciri khas rezim demokrasi yang kita kenal: kontrol rakyat terhadap jalannya pemerintahan dengan syarat kesamaan politis, menjunjung tinggi kebebasan berekspresi dan berkumpul, pelaksanaan pemilu yang jujur dan adil, prosedur2 berbasis mayoritas haruslah diperluasAda dua poin usulan Beetham: mampu menyelesaikan perpecahan sosial yang kronis hanya jika berpegang pada prinsip intinya (kesamaan politis dan pengakuan bahwa sikap yang berbasis mayoritas harus dibatasi); Selain itu demokrasi juga perlu membuka ruang untuk berlangsungnya dialog yang inklusif antar pihak yang bertikai, untuk sampai pada penyelesaian yang konstitusional dan diarahkan pada konsensus yang dapat diterima khalayak umumPrediksi keduaBerdasarkan hasil penelitian Nahla Shahrouri yang mengafirmasi: semakin demokratis, semakin kecil kemungkinan terorismePenerapannya? Masih diperdebatkan. Semisal pemaksaan demokrasi yang dilakukan Amerika pada negara2 timur tengah.Apakah pemaksaan terhadap sistem demokrasi menunjukkan suatu sikap yang demokrastis? (ironi)Prediksi ketigaDidasarkan pada analisis Victor Silaen dalam buku Prospek Demokrasi di Negara Pancasila.Dalam bab XII tentang Prospek Demokrasi Indonesia, Silaen mengatakan bahwa dalam masa transisi demokrasi Indonesia pasca Reformasi 1998, ketika demokratisasi tidak diikuti dengan pemerataan hasil pembangunan ekonomi dan kesejahteraan, maka orang mulai mempertanyakan bahwa menggugat premis dasar demokrasi yang (katanya) menjanjikan sistem (baru penataan) kehidupan dan kebaikan. Sederhananya, buat apa susah-susah memikirkan, mendiskusikan, menerapkan demokrasi jika hari ini saya tidak bisa makan kenyang dan besok saya tidak tahu apa yang harus dimakan? Pertanyaan sesederhana ini akan menjadi lebih akut jika subjek saya di atas didaku oleh 19,13 juta orang miskin di Indonesia (data Badan Pusat Statistik per Maret 2012).