11nm

17
TUGAS PENGANTAR USAHA TANI Disusun oleh: Kelompok: 4 Kelas: C / Agroekoteknologi Intan Mindy Permata (135040201111224) Suci Ayu Fatmawati (135040201111263) Fetrisari Syamrusdianti (135040201111295) Eva Saulina Br. Sihotang (135040201111306) Fathir Muhammad Tarigan (135040201111330) Evi Yulia Elimawati (135040207111023) PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

nmn

Transcript of 11nm

Page 1: 11nm

TUGAS PENGANTAR USAHA TANI

Disusun oleh:

Kelompok: 4

Kelas: C / Agroekoteknologi

Intan Mindy Permata (135040201111224)

Suci Ayu Fatmawati (135040201111263)

Fetrisari Syamrusdianti (135040201111295)

Eva Saulina Br. Sihotang (135040201111306)

Fathir Muhammad Tarigan (135040201111330)

Evi Yulia Elimawati (135040207111023)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: 11nm

1. Konsep Biaya

Ada dua aspek yang perlu diperhatikan untuk memperkirakan analisis ekonomi. Pertama

menentukan kuantitas yang tepat untuk memperkirakan, dan yang kedua membuat perkiraan

itu sendiri. Biaya resource adalah penurunan kekayaan yang berakibat dari memasukkan

resource pada alternatif tertentu, yaitu sebelum manfaat alternatif dihitung (Canada, Sullivan,

and White, 1996).

Biaya adalah kekayaan tunai atau non-tunai yang dikorbankan untuk barang dan jasa

yang diharapkan mampu memberikan keuntungan untuk saat ini atau mendatang bagi

organisasi (Guan, Hansen, and Mowen, 2009).

Biaya dalam ekonomi manajerial mencerminkan efisiensi sistem produksi, sehingga

konsep biaya juga mengacu pada konsep produksi, tetapi apabila pada konsep

produksi kita membicarakan penggunaan input secara fisik dalam

menghasilkan output produksi, maka dalam konsep biaya kita menghitung penggunaan

input itu dalam nilai ekonomi yang disebut biaya.(Gaspersz, 2003)

Biaya adalah harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau dikonsumsi

untuk memperoleh pendapatan. (Sunarto, 2003)

Biaya merupakan pengorbanan sacrifice yang bertujuan untuk memproduksi atau

memperoleh suatu komoditi. Pengorbanan yang tidak bertujuan disebut pemborosan

dan bukan termasuk biaya. (Gani , 1990)

Biaya juga sering diartikan sebagai nilai suatu pengorbanan untuk memperoleh

suatu outputtertentu. Pengorbanan itu dapat berupa uang, barang, tenaga, waktu

maupun kesempatan. Dalam analisis ekonomi nilai kesempatan (untuk memperoleh

sesuatu) yang hilang karena melakukan sesuatu kegiatan lain juga dihitung sebagai

biaya, yang disebut biaya kesempatan/opportunity cost. (Maidin, 2003)

Biaya (cost) adalah nilai-nilai dari semua korbanan ekonomis yang tidak dapat

dihindari atau diperlukan, yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk

menghasilkan suatu produk. Biaya dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu biaya tetap

dan biaya variabel. Biaya Tetap (fixed cost) adalah biaya yang besarnya tidak

bergantung pada besarnya produksi. Misalnya, tanah, bangunan, alat produksi tahan

lama, tenaga kerja tetap. Biaya Variabel (variable cost) adalah biaya yang berubah-

Page 3: 11nm

ubah besarnya sesuai dengan besarnya produksi. Misalnya, pupuk, bibit, obat-obatan,

makanan, dan lain-lain, (Departemen Pertanian, 1999).

Menurut Daniel (2004), biaya usahatani dapat dikenal dua macam biaya, yaitu biaya

tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak

dibayarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar

upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti bibit,

pupuk, obat-obatan, dan bawon panen. Kadang-kadang juga termasuk biaya untuk

iuran pemakaian air dan irigasi, pembayaran zakat, dan sebagainya. Sedangkan biaya

yang tidak dibayarkan adalah biaya yang tidak secara langsung dibayarkan tetapi

dalam konteksnya biaya itu tetap dibayarkan salah satu dari biaya itu adalah biaya

tenaga kerja keluarga.

2. Macam-macam Biaya

Penggolongan adalah proses pengelompokan atas seluruh elemen yang ada ke dalam

golongan-golongan tertentu, yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi biaya

yang lebih berarti (Supriyono, 2011). Informasi biaya dapat digunakan oleh manajemen

untuk berbagai tujuan, dalam menggolongkan biaya harus disesuaikan dengan tujuan dari

informasi biaya yang akan disajikan. Jika tujuan manajemen berbeda, maka diperlukan

penggolongan biaya yang berbeda pula. Kebutuhan informasi ini mendorong timbulnya

berbagai cara penggolongan biaya sehingga dikenal dengan konsep penggolongan biaya yang

berbeda sesuai dengan tujuan yang berbeda (different cost classifications for different

purpose ). Berikut ini adalah beberapa cara penggolongan biaya yaitu :

2.1 Penggolongan Biaya Sesuai Dengan Tujuan Pengambilan Keputusan

Berdasarkan tujuan pengambilan keputusan manajemen, biaya dapat dikelompokkan

ke dalam (Supriyono, 2011) :

a. Biaya Relevan (relevant cost)

Biaya relevan merupakan biaya yang terjadi pada suatu alternatif tindakan tertentu,

tetapi tidak terjadi pada alternatif tindakan lain. Biaya relevan akan mempengaruhi

pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya relevan harus dipertimbangkan dalam

pembuatan keputusan. Biaya relevan mempunyai cirri khusus, yaitu :

Page 4: 11nm

Biaya relevan merupakan biaya masa yang akan datang (future cost), bukan biaya

masa lalu.

Biaya yang berbeda antara dua alternatif atau lebih yang mempengaruhi

pengambilan keputusan.

b. Biaya Tidak Relevan (irrelevant cost)

Biaya tidak relevan merupakan biaya yang tidak berbeda diantara alternatif tindakan

yang ada. Irrelevant cost tidak mempengaruhi pengambilan keputusan dan akan tetap sama

jumlahnya tanpa memperhatikan alternative yang dipilih. Oleh karena itu biaya tidak relevan

tidak harus dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan.

2.2 Penggolongan Biaya sesuai dengan Perilakunya Dalam Hubungannya dengan

Perubahan Aktivitas atau Kegiatan atau Volume

Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya serta pengambilan keputusan, biaya

dapat digolongkan sesuai dengan tingkah lakunya dalam hubungannya dengan perubahan

volume kegiatan yang dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu :

a. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan, tidak dipengaruhi

oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu. Biaya

tetap per unit berbanding terbalik secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan

atau kapasitas. Semakin tinggi tingkat kegiatan, maka semakin rendah biaya tetap per

unit. Semakin rendah tingkat kegiatan, maka semakin tinggi biaya tetap per unit. Dalam

hubungannya dengan perilaku biaya, maka biaya tetap dapat digolongkan menjadi dua

yaitu (Mulyadi, 1984) :

Committed fixed cost

Committed fixed cost meliputi semua biaya yang terjadi dalam rangka untuk

mempertahankan kapasitas atau kemampuan organisasi dalam menjalankan kegiatan

produksi, pemasaran dan administrasi. Perilaku Committed fixed cost ini dapat diketahui

dengan jelas dengan mengamati biaya-biaya yang tetap dikeluarkan jika seandainya

perusahaan tidak melaksanakan kegiatan sama sekali dan akan kembali ke kegiatan

normal (misalnya selama pemogokan buruh atau saat kekurangan bahan yang memaksa

perusahaan menutup sama sekali kegiatan operasionalnya), dalam hal ini committed fixed

Page 5: 11nm

cost berupa semua biaya yang tetap dikeluarkan, yang tidak dapat dikurangi untuk

mempertahankan kemampuan perusahaan di dalam memenuhi tujuan jangka panjangnya.

Contohnya adalah Biaya depresiasi, pajak bumi dan bangunan, biaya sewa dan biaya

asuransi.

Discretionary fixed cost

Merupakan biaya yang timbul dari keputusan dan penyediaan anggaran secara

berkala yang secara langsung mencerminkan kebijaksanaan manajemen. Discretionary

fixed cost sering juga disebut managed atau programmed cost. Biaya ini tidak

mempunyai hubungan tertentu dengan volume kegiatan. Contohnya : biaya riset dan

pengembangan, biaya iklan dan biaya pelatihan karyawan.

b. Biaya Variabel (Variable cost)

Biaya variabel (Variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara

sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume

kegiatan atau aktivitas, maka secara proporsional semakin tinggi pula total biaya variabel.

Semakin rendah volume kegiatan, maka secara proporsional semakin rendah pula total

biaya variabel. Dalam hubungannya dengan perilaku biaya, maka biaya variabel dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu:

Engineered variable cost

Engineered variable cost adalah biaya yang antara masukan (input) dan

keluarannya (output) mempunyai hubungan erat dan nyata. Jika masukannya berubah

maka keluarannya pun berubah secara proporsional. Contohnya adalah biaya bahan baku.

Discretionary variable cost

Hampir semua biaya variabel merupakan engineered variable cost tetapi ada

beberapa biaya variabel yang bukan merupakan engineered variable cost, sehingga

dikelompokkan ke dalam discretionary variable cost. Hal ini disebabkan karena biaya

tersebut bersifat variabel yang berubah sebanding dengan volume kegiatan (hubungan

yang erat), tetapi antara masukan dan keluarannya tidak mempunyai hubungan yang

nyata (bersifat artificial). Perubahan yang sebanding itu terjadi karena pengaruh dari

kebijakan manajemen yang memutuskan demikian. Contoh dari discretionary variable

cost adalah biaya promosi yang ditetapkan oleh manajemen berdasarkan prosentase

Page 6: 11nm

tertentu dari pendapatan penjualan. Apabila terjadi kenaikan volume kegiatan promosi

maka secara sebanding (proporsional) akan terjadi kenaikan biaya promosi, tetapi jika

manajemen menaikkan biaya promosi belum tentu akan menaikkan tingkat penjualan

secara proporsional.

c. Biaya Semivariabel (Semivariabel cost/ Mixed Cost)

Biaya semivariabel adalah biaya yang mempunyai elemen biaya tetap dan biaya

variabel di dalamnya. Elemen biaya tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk

menyediakan jasa sedangkan elemen biaya variable merupakan bagian dari biaya

semivariabel yang dipengaruhi oleh volume kegiatan. Biaya semivariabel jumlah totalnya

berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi tingkat perubahannya

tidak proporsional atau sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan, semakin tinggi pula

jumlah biaya semivariabel, Semakin rendah volume kegiatan semakin rendah pula jumlah

biaya semivariabel, tetapi perubahannya tidak proporsional dengan perubahan volume

kegiatan. Contoh biaya semivariabel adalah biaya listrik, biaya telepon dan biaya air.

2.3 Penggolongan Biaya sesuai dengan Tujuan Spesifik dari Analisis yang dikerjakan

Menurut Hanafie (2010) jenis jenis biaya adalah

1. Biaya-biaya yang berupa uang tunai (misalnya, untuk upah kerja, persiapan atau

penggarapan lahan, serta biaya-biaya untuk membeli pupuk dan obat-obatan), serta biaya-

biaya yang dibayarkan in-natura (misalnya, biaya-biaya panen, bagi hasil, sumbangan-

sumbangan, dan pajak). Biaya produksi dapat pula dikelompokkan menjadi biaya tetap

dan biaya tidak tetap atau biaya variabel.

2. Biaya tetap adalah semua jenis biaya yang besar-kecilnya tidak tergantung pada besar-

kecilnya produksi. Yang termasuk dalam kelompok biaya tetap, misalnya sewa tanah

yang berupa uang atau pajak, yang penentuanya berdasarkan luas lahan. Jumlah biaya

tetap adalah konstan. Selain biaya tersebut, hampir semua biaya termasuk dalam

kelompok biaya tidak tetap karena besar-kecilnya berhubungan langsung dengan besar-

kecilnya produksi. Yang termasuk dalam kelompok biaya tidak tetap, misalnya biaya-

biaya untuk bibit, persiapan, serta pengolahan lahan dll.,

Page 7: 11nm

3. Biaya rata-rata adalah biaya produksi total dibagi dengan jumlah produksi, biaya total

adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi. Biaya total ini pun

seringkali belum memasukkan nilai tenaga kerja keluarga dan biaya lain-lain dari dalam

keluarga sendiri yang juga dimasukkan ke dalam proses produksi, yang sukar ditaksir

nilainya. Yang penting untuk diperhatikan adalah biaya batas. Biaya batas adalah

tambahan biaya yang harus dikeluarkan petani untuk menghasilkan satu kesatuan

tambahan hasil produksi. Tambahan biaya yang dikeluarkan petani/pengusaha untuk

mendapatkan satu satuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu disebut biaya

marjinal.

3 Penerimaan

Menurut Suratiyah (2006) penerimaan (revenue) usahatani adalah seluruh pendapatan

yang diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan

atau penaksiran kembali.

Sedangkan menurut Rahim dan Hastuti (2007) penerimaan usahatani adalah perkalian

antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

Ditambahkan oleh Soekartawi et al, (2011) Penerimaan usahatani (farm receipt)

didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani tidak

mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani, dan mencakup yang berbentuk

benda. Jadi, nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung sebagai

penerimaan tunai usahatani.

4 Keuntungan dan Pendapatan

a. Keuntungan

Menurut Harahap (2001) yang dimaksud dengan keuntungan adalah perbedaan

antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode

tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan

itu.

Definisi lain atas pengertian laba dikemukakan oleh Baridwan (1997) dimana laba

didefinisikan sebagai “kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari semua

Page 8: 11nm

transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha pada suatu periode

kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik

b. Pendapatan

Pengertian pendapatan dikemukakan oleh Dyckman (2002) bahwa pendapatan adalah

arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau penyelesaian

kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau

Page 9: 11nm

produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama

atau sentral entitas yang sedang berlangsung.

Pengertian pendapatan didefinisikan oleh Sofyan Syafri (2002) sebagai kenaikan

gross di dalam asset dan penurunan gross dalam kewajiban yang dinilai berdasarkan

prinsip akuntansi yang berasal dari kegiatan mencari laba.

Definisi pendapatan menurut Niswonger (1999), memberikan penekanan pada konsep

pengaruh terhadap ekuitas pemilik, yaitu “pendapatan (revenue) adalah peningkatan

ekuitas pemilik yang diakibatkan oleh proses penjualan barang dan jasa kepada

pembeli.

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya, atau dengan

kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan

bersih. Pendapatan kotor/penerimaan total adalah nilai produksi komoditas pertanian

secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi (Rahim dan Hastuti,2007).

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan total dan biaya-biaya. Penerimaan

total merupakan hasil kali produksi total dengan harganya. Biaya yang di maksud

dalam pengertian ini adalah biaya keseluruhan, baik itu biaya tetap (misalnya, sewa

tanah, pembelian alat-alat pertanian, dan lain-lain) maupun biaya tidak tetap

(misalnya, biaya yang diperlukan untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, dan lain-

lain). Masing-masing input produksi tersebut dikalikan dengan harganya. pendapatan

dalam usahatani tidak selamanya harus dinyatakan dengan rupiah atau dalam bentuk

uang, usahatani subsistem lebih mementingkan keuntungan dalam bentuk

maksimisasi produk (Hanafie, 2010).

Rumus : TR = P.Q

Page 10: 11nm

Daftar Pustaka

Baridwan, Zaki . 1997, Intermediate Accounting, Edisi 7, Yogyakarta : BPFE

Canada, John R. G.Sullivan, William. A.white, John. 1996. Capital Investments Analysis for

Engineering and Management. New York: Prentice Hall, International Inc.

Daniel , I. 2004. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Departemen Pertanian, 1999. Indikator Ekonomi : Dasar perhitungan Perekonomian Indonesia.

Dyckman, Thomas R., Roland E. Dukes, Charles J. Davis, 2002. Akuntansi Intermediate, Edisi

Ketiga, Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Gani, H. 1990. Teori Akuntansi. Edisi Kelima. Jakarta. PT Raja grafindo Persada.

Gaspersz ,Vincent. 2003. Total Quality Management. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Guan L., Hansen, R. D., dan Mowen, M. M., (2009). Cost Management: Accounting and

Control. Edisi Keenam. United States of America, South-Western: Cengage Learning.

Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta : ANDI Yogyakarta.

Harahap, D. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Maidin,A. 2003. Kerugian Ekonomi Masyarakat Toraja Akibat Sakit dan Kematian Dini di

Sulawesi Selatan, Indonesia. Jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Vol 3 No.3..

Surabaya : Yayasan SUDAMA SEHAT.

Niswonger Fees, Reeve, dan Warren,. 1999. Prinsip-Prinsip Akuntansi, edisi sembilan belas,

Cetakan Pertama, Jakarta .Erlangga.

Mulyadi. 1984. Akuntansi Manajemen. Edisi Ketiga. Jakarta. Salemba Empat.

Rahim. Abd. dan. Hastuti. DRW. 2007. Ekonomi Pertanian. Jakarta. Penebar Swadaya,

Soekartawi., 2011. Pembangunan Pertanian. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Page 11: 11nm

Sofyan Syafri, 2002. Teori Akuntansi, Edisi Delapan, Jakarta, PT. RajaGrasindo Persada.

Sunarto. 2003. Akuntansi Biaya. Edisi Revisi. Yogyakarta. AMUS.

Supriyno, 2011. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia.

Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani. Jakarta. Penebar Swadaya