117748867-identifikasi-forensik

80
BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Seperti diketahui bersama dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, perkembangan di segala bidang kehidupan yang membawa kesejahteraan bagi umat manusia, pada kenyataannya juga menimbulkan berbagai akibat yang tidak diharapkan. Salah satu diantara akibat yang tidak diharapkan tersebut adalah meningkatnya kuantitas maupun kualitas mengenai cara atau teknik pelaksanaan tindak pidana, khusunya yang berkaitan dengan upaya pelaku tindak pidana dalam usaha meniadakan sarana bukti, sehingga tidak jarang dijumpai kesulitan bagi para petugas hukum untuk mengetahui korban dan atau pelakunya. Dalam proses penyidikan suatu tindak pidana, mengetahui identitas korban merupakan suatu hal yang mempunyai arti sangat penting, yaitu sebagai langkah awal penyidikan yang harus dibuat jelas lebih dahulu sebelum dapat dilakukan langkah-langkah selanjutnya dalam proses penyidikan tersebut. Apabila identitas korban tidak dapat diketahui, maka sebenarnya penyidikan menjadi tidak mungkin dilakukan. Selanjutnya apabila penyidikan tidak sampai menemukan identitasnya identitas korban, maka dapat dihindari adanya kekeliruan dalam proses peradilan yang dapat berakibat fatal (ingat semboyan: “lebih baik membebaskan yang bersalah daripada menghukum yang tidak bersalah”). Selain itu untuk berbagai kehidupan sosial misalnya asuransi, pembagian dan penentuan ahli waris, akte kelahiran, pernikahan dan sebagainya keterangan identitas mempunyai arti penting pula, yaitu untuk mengetahui bahwa keterangan itu benar-benar keterangan yang dimaksud untuk memperoleh yang menjadi haknya maupun untuk memenuhi kewajibannya. 1

Transcript of 117748867-identifikasi-forensik

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    I. 1. LATAR BELAKANG

    Seperti diketahui bersama dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa

    ini, perkembangan di segala bidang kehidupan yang membawa kesejahteraan bagi umat

    manusia, pada kenyataannya juga menimbulkan berbagai akibat yang tidak diharapkan.

    Salah satu diantara akibat yang tidak diharapkan tersebut adalah meningkatnya

    kuantitas maupun kualitas mengenai cara atau teknik pelaksanaan tindak pidana, khusunya

    yang berkaitan dengan upaya pelaku tindak pidana dalam usaha meniadakan sarana bukti,

    sehingga tidak jarang dijumpai kesulitan bagi para petugas hukum untuk mengetahui korban

    dan atau pelakunya.

    Dalam proses penyidikan suatu tindak pidana, mengetahui identitas korban

    merupakan suatu hal yang mempunyai arti sangat penting, yaitu sebagai langkah awal

    penyidikan yang harus dibuat jelas lebih dahulu sebelum dapat dilakukan langkah-langkah

    selanjutnya dalam proses penyidikan tersebut. Apabila identitas korban tidak dapat diketahui,

    maka sebenarnya penyidikan menjadi tidak mungkin dilakukan. Selanjutnya apabila

    penyidikan tidak sampai menemukan identitasnya identitas korban, maka dapat dihindari

    adanya kekeliruan dalam proses peradilan yang dapat berakibat fatal (ingat semboyan: lebih

    baik membebaskan yang bersalah daripada menghukum yang tidak bersalah).

    Selain itu untuk berbagai kehidupan sosial misalnya asuransi, pembagian dan

    penentuan ahli waris, akte kelahiran, pernikahan dan sebagainya keterangan identitas

    mempunyai arti penting pula, yaitu untuk mengetahui bahwa keterangan itu benar-benar

    keterangan yang dimaksud untuk memperoleh yang menjadi haknya maupun untuk

    memenuhi kewajibannya.

    1

  • Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak dan tidak terencana

    atau secara perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan

    normal atau kerusakan ekosistem sehingga diperlukan tindakan darurat dan menyelamatkan

    korban yaitu manusia beserta lingkungannya.

    -Bencana yang terjadi secara akut atau mendadak dapat berupa rusaknya rumah

    serta bangunan, rusaknya saluran air, terputusnya aliran listrik, jalan raya, bencana akibat

    tindakan manusia, dan lain sebagainya. Sedangkan bencana yang terjadi secara perlahan-

    lahan atau slow onset disaster, misalnya perubahan kehidupan masyarakat akibat

    menurunnya kemampuan memperoleh kebutuhan pokok, atau akibat dari kekeringan yang

    berkepanjangan, kebakaran hutan dengan akibat asap atau haze yang menimbulkan masalah

    kesehatan.

    Bencana yang terjadi dapat menimbulkan korban massal yang perlu mendapatkan

    pertolongan kesehatan segera, dengan menggunakan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih

    dari yang tersedia sehari-hari. Adapun bencana massal di Indonesia dapat berupa:

    1. Bom Bali I (2002)

    2. Peledakan hotel JW Marriott (2003)

    3. Tsunami Aceh dan Nias (2004)

    4. Bom di depan kedubes Australia (2004)

    5. Bom Bali II (2005)

    6. Kecelakaan pesawat adam air, lion air, kecelakaan kapal.

    7. Gempa bumi di Bantul Yogyakarta

    Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal pemeriksaan identifikasi yang merupakan

    bagian tugas yang mempunyai arti cukup penting. Disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

    identifikasi adalah suatu usaha untuk mengetahui identitas seseorang melalui sejumlah ciri

    yang ada pada orang tak dikenal, sedemikian rupa sehingga dapat ditentukan bahwa orang itu

    2

  • apakah sama dengan orang yang hilang yang diperkirakan sebelumnya juga dikenal dengan

    ciri-ciri itu. Disitulah semua, identifikasi mempunyai arti penting baik ditinjau dari segi untuk

    kepentingan forensik maupun non-forensik.

    Makalah ini bertujuan membahas berbagai hal mengenai identifikasi forensik ataupun

    identifkasi secara umum meliputi: pengertian, arti penting, macam-macam pemeriksaan dan

    cara atau metode serta sistem identifikasi. Hal-hal demikian diperlukan untuk memperoleh

    pemahaman pemahaman dalam penanganan dan pemeriksaan identifikasi yang komprehensif.

    I. 2. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dalam penulisan

    referat ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

    1. Apakah pengertian dari identifikasi forensik?

    2. Apa saja dasar - dasar dari pemeriksaan pada identifikasi forensik?

    3. Metode apa yang dipakai dalam identifikasi-forensik?

    4. Ada berapa jenis pemeriksaan identifikasi foresik?

    5. Menyadari betapa pentingnya peran dokter dalam proses identifikasi forensik?

    I. 3. TUJUAN PENELITIAN

    1. Untuk mengetahui pengertian dari identifikasi forensik.

    2. Untuk mengetahui pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada identifikasi forensik.

    3. Mampu memahami berbagai jenis pemeriksaan identifikasi.

    4. Sebagai persyaratan ujian pada kepaniteraan klinik ilmu kedokteran forensik dan

    medikolegal.

    3

  • I. 4. MANFAAT

    1. Bagi Mahasiswa

    Sebagai bekal dalam menjalani profesi sebagai dokter muda.

    2. Bagi Institusi Pendidikan

    Mengerti maksud dan tujuan dalam melakukan identifikasi forensik.

    Sebagai media pengabdian masyarakat terutama kasus-kasus yang berkembang di

    masyarakat khususnya dalam bidang Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

    3. Bagi Pengadilan

    Pentingnya IDENTIFIKASI-FORENSIK bagi penyelesaian perkara pidana.

    4

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II. 1. DEFINSI

    Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu

    penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu

    masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat

    amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses

    peradilan.

    Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak

    dikenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana

    alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh

    manusia atau kerangka.Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus

    lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtua nya.Identitas seseorang

    yang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif

    (tidak meragukan).

    II.2 METODE IDENTIFIKASI

    Dalam pelayanan identifikasi forensik berbagai macam pemeriksaan dapat digunakan

    sebagai sarana identifikasi. Berdasarkan penyelenggaraan penanganan pemeriksaannya, maka

    sarana-sarana identifikasi dapat dikelompokkan:

    1. Sarana identifikasi konvensional, yaitu berbagai macam pemeriksaan identifikasi yang

    biasanya sudah dapat diselenggarakan penanganannya oleh pihak polisi penyidik antara

    lain:

    5

  • a. Pemeriksaan secara visual dan fotografi mengenali ciri-ciri muka atau

    sinyalemen tubuh lainnya.

    b. Pemeriksaan benda-benda milik pribadi seperti: pakaian, perhiasan, sepatu dan

    sebagainya.

    c. Pemeriksaan kartu-kartu pengenal seperti KTP,SIM, Karpeg, kartu mahasiswa

    dan sebagainya, surat-surat seperti surat tugas/ jalan atau dokumen-dokumen dsb.

    d. Pemeriksaan sidik jari dan lain-lain.

    2. Sarana identifikasi medis, yaitu berbagai macam pemeriksaan identifikasi yang

    diselenggarakan penanganannya oleh pihak medis, yaitu apabila pihak polisi penyidik

    tidak dapat menggunakan sarana identifikasi konvensional atau kurang memperoleh hasil

    identifikasi yang meyakinkan, antara lain:

    a. Pemeriksaan ciri-ciri tubuh yang spesifik maupun yang non-spesifik secara medis

    melalui pemeriksaan luar dan dalam pada waktu otopsi. Beberapa ciri yang spesifik,

    misalnya cacat bibir sumbing atau celah palatum, bekas luka atau operasi luar

    (sikatrik atau keloid), hiperpigmentasi daerah kulit tertentu (toh), tahi lalat, tato, bekas

    fraktur atau adanya pin pada bekas operasi tulang atau juga hilangnya bagian tubuh

    tertentu dan lain-lain. Beberapa contoh ciri non-spesifik antaralain misalnya tinggi

    badan, jenis kelamin, warna kulit, warna serta bentuk rambut dan mata, bentuk-bentuk

    hidung, bibir dan sebagainya.

    b. Pemeriksaan ciri-ciri gigi melalui pemeriksaan odontologis.

    c. Pemeriksaan ciri-ciri badan atau rangka melalui pemeriksaan antropologis,

    antroposkopi dan antropometri.

    d. Pemeriksaan golongan darah berbagai sistem: ABO, Rhesus, MN, Keel, Duffy, HLA

    dan sebagainya.

    e. Pemeriksaan ciri-ciri biologi molekuler sidik DNA dan lain-lain.

    6

  • Dikenal ada dua metode melakukan identifikasi yaitu secara membandingkan dan

    secara rekonstruksi. Yang dimaksud dengan identifikasi membandingkan data adalah

    identifikasi yang dilakukan dengan cara membandingkan antara data ciri hasil pemeriksaan

    hasil orang tak dikenal dengan data ciri orang yang hilang yang diperkirakan yang pernah

    dibuat sebelumnya.

    Pada penerapan penanganan identifikasi kasus korban jenasah tidak dikenal, maka

    kedua data ciri yang dibandingkan tersebut adalah data post mortem dan data ante mortem.

    Data ante mortem yang baik adalah berupa medical record dan dental record.

    Identifikasi dengan cara membandingkan data ini berpeluang menentukan identitas

    sampai pada tingkat individual, yaitu dapat menunjuka siapa jenasah yang tidak dikenal

    tersebut. Hal ini karena pada identidikasi dengan cara membandingkan data, hasilnya hanya

    ada dua alternatif: identifikasi positif atau negatif. Identifikasi positif, yaitu apabila kedua

    data yang dibandingkan adalah sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa jenasah yang tidak

    dikenali itu adalah sama dengan orang yang hilang yang diperkirakan. Identifikasi negatif

    yaitu apabila data yang dibandingkan tidak sama, sehingga dengan demikian belum dapat

    ditentukan siapa jenasah tak dienal tersebut. Untuk itu masih harus dicarikan data

    pembanding antemortem dari orang hilang lain yang diperkirakan lagi. Untuk dapat

    melakukan identifikasi dengan cara membandingkan data, diperlukan syarat yang tidak

    mudah, yaitu harus tersedianya data ante mortem berupa medical atau dental record yang

    lengkap dan akurat serta up-to-date, memenuhi kriteria untuk dapat dibandingkan dengan

    data post mortemnya. Apabila tidak dapat dipenuhi syarat tersebut, maka identifikasi dengan

    cara membandingkan tidak dapat diterapkan.

    Apabila identifikasi dengan cara membandingkan data tidak dapat diterapkan, bukan

    berarti kita tidak dapat mengidentifikasi. Apabila demikian halnya, kita masih dapat mencoba

    mengidentifikasi dengan cara merekonstruksi data hasil pemeriksaan post-mortem ke dalam

    7

  • perkiraan-perkiraan mengenai jenis kelamin, umur, ras, tinggi dan bentuk serta ciri-ciri

    spesifik badan. Sebagai contoh:

    a. Dengan mengamati lebar-sempitnya tulang panggul terhadap kriteria dan ukuran laki-laki

    dan perempuan, dapat diperkirakan jenis kelaminnya.

    b. Dengan mengamai interdigitasi dutura-sutura tengkorak dan pola waktu erupsi gigi, dapat

    diperkirakan umurnya. Pada kasus infantisid dengan mengukur tinggi badan (kepala-tumit

    atau kepala-tulang ekor) dapat diperkirakan umur bayi dalam bulan.

    c. Dengan formula matematis, dapat diperhitungkan perkiraan tinggi badan individu dari

    ukuran barang bukti tulang-tulang panjangnya.

    d. Dengan perhitungan indeks-indeks dan modulus kefalometri atau kraniometri, dapat

    diperhitungkan perkiraan ras dan bentuk muka individu.

    e. Dengan ciri-ciri yang spesifik, dapat menuntun kepada siapa individu yang memilikinya.

    Meskipun identifikasi cara rekonstruksi ini tidak sampai menghasilkan dapat

    menentukan identitas sampai pada tingkat individual, namun demikian perkiraan-perkiraan

    identitas yang dihasilkan dapat mempersempit dan memberikan arah penyidikan. Terhadap

    pola permasalahan kasusnya, dikenal ada tiga macam sistem identifikasi, yaitu ;

    1. Identifikasi sistem terbuka adalah identifikasi pada kasus yang terbuka kepada siapapun

    dimaksudkan sebagai si korban tidak dikenal. Pola permasalahan kasusnya biasanya :

    kriminal, korban tunggal, sulit diperoleh data ante-mortem, identifikasinya biasanya

    dilakukan dengan cara rekonstruksi, contoh: identifikasi korban pembunuhan tidak

    dikenal.

    2. Identifikasi sistem tertutup adalah identifikasi pada kasus yang jumlah dan daftar korban

    tak dikenalnya sudah diketahui. Pola permasalahan kasus biasanya: non-kriminal, korban

    massal, dimungkinkan diperoleh data ante mortem, identifikasi dapat dilakukan dengan

    8

  • cara membandingkan data, contoh: identifikasi korban kecelakaan pesawat terbang

    menabrak gunung.

    3. Identifikasi sistem semi terbuka atau semi tertutup adalah identifikasi pada suatu kasus

    yang sebagian korban tidak dikenalnya sudah diketahui dan sebagian lainnya belum

    diketahui sama sekali atau belum diektahui tetapi sudah tertentu, contoh: identifikasi

    korban kecelakaan pesawat terbang di Malioboro (semi terbuka) atau di suatu perumahan

    (semi tertutup).

    II.3 DASAR DASAR IDENTIFIKASI FORENSIK

    Dasar hukum dan undang-undang bidang kesehatan yang mengatur identifikasi

    jenasah adalah :

    A. Berkaitan dengan kewajiban dokter dalam membantu peradilan diatur dalam KUHP pasal

    133 :

    1. Dalam hal penyidik untuk membantu kepentingan peradilan menangani seorang

    korban baik luka, keracunan ataupun mati yang di duga karena peristiwa yang

    merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli

    kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

    2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

    tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau

    pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

    3. Mayat yang dikirimkan kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah

    sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat

    tersebut dan diberi label yang memuatkan identitas mayat, dilak dengan diberi cap

    jabatan yang diilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

    9

  • B. Undang-undang Kesehatan Pasal 79

    1. Selain penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia juga kepada pejabat

    pegawai negeri sipil tertentu di Departemen Kesehatan diberi wewenang khusus

    sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam UU No 8 tahun 1981 tentang Hukum

    Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana diatur dalam

    undang-undang ini.

    2. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang :

    a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan.

    b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan.

    c. Meminta keteragan dan bahan bukti dari orang atau badan usaha.

    d. Melakukan pemeriksaan atas surat atau dokumen lain.

    e. Melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti.

    f. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan.

    g. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti sehubungan

    dengan tindak pidana di bidang kesehatan.

    3. Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan menurut

    UU No 8 tahun 1981 tentang HAP.

    II.4 JENIS JENIS PEMERIKSAAN IDENTIFIKASI FORENSIK

    Identifikasi dapat berupa orang masing hidup atau yang sudah meninggal dunia.

    Identifikasi terhadap orang tak dikenal yang masing hidup meliputi :

    Penampilan umumm (general appearance), yaitu : tinggi badan, berat badan, jenis kelamin,

    umur, warna kulit, rambut dan mata.

    1. Pakaian

    2. Sidik jari

    10

  • 3. Jaringan parut

    4. Tatoo

    5. Kondisi mental

    6. Antropometri

    Contoh kasus-kasus pemeriksaan pada identifikasi orang hidup kasus anak hilang,

    kasus penculikan, orang pikun (dementia).

    Tugas melakukan identifikasi pada orang hidup tersebut menjadi tugas pihak

    kepolisian. Dalam hal-hal tertentu dapat dimintakan bantuan dokter ; misalnya pada kasus

    pemalsuan identitas di bidang keimigrasian atau kasus penyamaran oleh pelaku kejahatan.

    Metoda identifikasi untuk orang hidup adalah :

    1. Kesan pribadi ( identifikasi visual)

    Basis identifikasi sangat sering dilakukan tetapi kadang tak dapat dipercaya. Saksilah

    diminta untuk menunjuk terdakwa. Basis Identifikasi yang dimaksud adalah suatu

    gambaran mengenai seseorang dari gambaran saksi. Dimana kesan pribadi seseorang

    tergantung pada corak seperti rambut, jenggot dan kumis, dimana kesan dapat diubah

    dengan mudah dengan menggunakan perawatan bedah plastik.

    2. Fotografi

    Lebih bermanfaat dalam mengidentifikasi yang hidup dibanding yang mati.

    3. Tulisan tangan

    Memungkinkan para tenaga ahli untuk mengidentifikasi seseorang atau mendeteksi

    pemalsuan. Metoda yang digunakan meliputi pembesaran fotografis, analisa tinta, analisa

    kertas.

    4. Sidik jari ( Dactylography)

    Sidik jari diproduksi oleh kulit friksi yaitu telapak tangan dan tapak kaki yang membentuk

    suatu pola. Kelenjar keringat pada kulit menghasilkan keringat dan sebum. Ketika kulit

    11

  • menyentuh suatu permukaan akan meninggalkan suatu kesan berminyak (sidik jari). Sidik

    jari tersebut dapat dilihat baik dengan menaburkan suatu bedak. Sidik jari tersebut dapat

    diangkat setelah pengembangan. Sidik jari dapat tersisa selama bertahun-tahun bila tidak

    dibersikan. FBI mempunyai lebih dari 100 juta arsip sidik jari tetapi tidak ada satupun

    yang sama. Pola sidik jari dari suatu individu tidak akan berubah sepanjang hidupnya.

    Tapi pada penyakit tertentu terjadi penghentian pertumbuhan pada kulit seperti penyakit

    coeliac dan infeksi kulit. Kerusakan permanen pada kulit terjadi pada lepra dan setelah

    ekspose dengan radiasi. Kadang-kadang terjadi usaha untuk merusakkan sidik jari.

    Sedangkan identifikasi terhadap orang yang sudah meninggal dunia dapat dilakukan

    terhadap :

    1. Jenazah yang masih baru dan utuh

    2. Jenazah yang sudah membusuk dan utuh

    3. Bagian-bagian dari tubuh jenazah

    Contoh kasus-kasus pemeriksaan pada identifikasi orang mati kasus bencana massal

    (Tsunami Aceh dan Nias:2004,), terorisme (Bom Bali :2002, dan Bom Bali II : 2004),

    pembunuhan, pelanggaran HAM.

    Proses identifikasi menggunakan 2 metode, yaitu metode sederhana dan metode

    ilmiah. Metode sederhana dari proses identifikasi meliputi:

    1. Metode visual.

    Metode ini hanya dapat dilakukan bila keadaan tubuh, terutama wajah korban masih

    dalam keadaan baik dan belum terjadi pembusukan yang lanjut. Metode ini dilakukan

    dengan memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan anggota

    keluarga atau temannya. Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk,

    sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang.

    12

  • Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut

    berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.

    2. Metode kepemilikan, seperti pakaian, perhiasan, dokumen.

    Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) dan sejenisnya yang kebetulan

    ditemukan dalam dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali

    jenazah tersebut. Perlu diingat pada kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam tas

    atau dompet yang berada dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah yang

    bersangkutan.

    Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui merek atau

    nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang semuanya dapat membantu

    proses identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.Khusus

    anggota ABRI, identifikasi dipemudah oleh adanya nama serta NRP yang tertera pada

    kalung logam yang dipakainya

    3. Metode eksklusi.

    Metode ini sering digunakan pada kasus yang terdapat banyak korban seperti bencana.

    Bila dari sekian banyak korban, tinggal satu yang tidak dapat dikenali oleh karena

    keadaan mayatnya sudah sedemikian rusaknya, maka atas bantuan daftar korban akan

    dapat diketahui siapa korban tersebut.

    Metode ini digunakan pada kecelakaan masal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat

    diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut dan sebagainya.

    Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan menggunakan

    metode indentifikasi yang lain, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan

    dengan metode-metode tersebut diatas, maka sisa korban diindentifikasi menurut daftar

    penumpang.

    13

  • Metode ilmiah dari proses identifikasi meliputi:

    1. Sidik jari.

    1. Definisi

    Keuntungan dari metode ini mudah dilakukan secara massal dan biaya yang murah.

    Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem.

    Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling

    tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan demikian harus

    dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk

    pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan

    jenazah dengan kantong plastik.

    Daktiloskopi adalah suatu sarana dan upaya pengenalan identitas diri seseorang

    melalui suatu proses pengamatan dan penelitian sidik jari, yang dipergunakan untuk

    berbagai keperluan/kebutuhan, tanda bukti, tanda pengenal ataupun sebagai pengganti

    tanda tangan (cap Jempol).

    Sidik jari adalah suatu impresi dari alur-alur lekukan yang menonjol dari epidermis

    pada telapak tangan dan jari-jari tangan atau telapak kaki dan jari-jari kaki, yang juga

    dikenal sebagai dermal ridges atau dermal papillae, yang terbentuk dari satu atau

    lebih alur-alur yang saling berhubungan. Dari bayi pun, kita semua sudah mempunyai

    sidik jari yang sangat identik dan tidak dimiliki orang lain. Alur-alur kulit di ujung jari

    dan telapak tangan dan kaki mulai tumbuh di ujung jari sejak janin berusia empat

    minggu hingga sempurna saat enam bulan di dalam kandungan.

    Detail anatomi ini memperkasar permukaan telapak tangan dan kaki hingga

    memperkuat cengkeraman kala memegang atau berjalan. Benda yang dipegang tidak

    mudah lepas. Secara resmi, istilah sidik jari digunakan pertama kali oleh Dr.

    Nehemiah Grew yang memperkenalkan pada Royal Collage of Physicians, London

    14

  • pada tahun 1684 tentang tanda-tanda penting yang ditemukan di ujung-ujung jari

    manusia. Setahun kemudian, Gouard Bidloo membuat buku pertama pola sidik jari

    lengkap. Pada tahun 1788, JCA Mayer menyatakan bahwa tak ada 2 orang, kembar

    sekalipun yang memiliki sidik jari sama persis walaupun masing-masing mempunyai

    kemiripan individu. Tahun 1823, John E Purkinje dari University of Breslau membuat

    klasifikasi sidik jari dalam sembilan golongan utama, walau kemudian Francis Galton

    berpendapat bahwa hanya ada 3 golongan utama, selebihnya adalah variasi.

    Gambar : Sidik jari pada manusia

    2. Sifat sifat Sidik Jari

    Biometrik merupakan cabang matematika terapan yang bidang garapnya untuk

    mengindentifikasi individu berdasarkan ciri atau pola yang dimiliki oleh individu

    tersebut, misalnya bentuk wajah, sidik jari, warna suara, retina mata, dan struktur

    15

  • DNA. Sidik jari merupakan salah satu pola yang sering digunakan untuk

    mengindentifikasi indentitas seseorang karena polanya yang unik, terbukti cukup

    akurat, aman, mudah, dan nyaman bila dibandingkan dengan sistem biometrik yang

    lainnya. Hal ini dapat dilihat pada sifat yang dimiliki oleh sidik jari yaitu guratan-

    guratan pada sidik jari yang melekat pada kulit manusia seumur hidup, pola ridge

    tidaklah bisa menerima warisan, pola ridge dibentuk embrio, pola ridge tidak pernah

    berubah dalam hidup, dan hanya setelah kematian dapat berubah sebagai hasil

    pembusukan. Dalam hidup, pola ridge hanya diubah secara kebetulan akibat, luka-

    luka, kebakaran, penyakit atau penyebab lain yang tidak wajar. Dapat dikatakan

    bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai sidik jari yang sama, walaupun kedua

    orang tersebut kembar satu telur, Dalam dunia sains pernah dikemukakan, jika ada 5

    juta orang di bumi, kemungkinan munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru

    akan terjadi lagi 300 tahun kemudian, atas dasar ini, sidik jari merupakan sarana yang

    terpenting khususnya bagi kepolisian didalam mengetahui jati diri seseorang.

    Dibawah ini merupakan Sifat-sifat khusus yang dimiliki sidik jari :

    a) Perennial nature, yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada kulit

    manusia seumur hidup.

    b) Immutability, yaitu sidik jari seseorang tidak pernah berubah, kecuali

    mendapatkan kecelakaan yang serius.

    c) Individuality, pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap orang.

    3. Macam Macam Sidik Jari

    a) Latent prints (Sidik jari Laten). Walaupun kata laten berarti tersembunya atau

    tak tampak, pada penggunaan modern di ilmu forensik istilah sidik laten berarti

    kemungkinan adanya atau impressi secara tak sengaja yang ditinggalkan dari alur-

    alur tonjolan kulit jari pada sebuah permukaan, tanpa melihat apakah sidik

    16

  • tersebut terlihat atau tak terlihat pada waktu tersentuh. Teknik memproses secara

    elektronik, kimiawi, dan fisik dapat digunakan untuk melihat residu sidik laten

    yang tak terlihat yang ditimbulkan dari sekresi kelenjar ekrin yang berada di alur-

    alur tonjolan kulit (yang memproduksi keringat, sebum, dan berbagai macam

    lipid) walaupun impressi tersebut terkontaminasi dengan oli, darah, cat, tinta, dll.

    b) Patent prints (Sidik jari Paten). Sidik ini ialah impressi dari alur-alur tonjolan

    kulit dari sumber yang jak jelas yang dapat langsung terlihat mata manusia dan

    disababkan dari transfer materi asing pada kulit jari ke sebuah permukaan. Karena

    sudah dapat langsung dilihat sidik ini tidak butuh teknik-teknik enhancement, dan

    diambil bukan dengan diangkat, tetapi hanya dengan difoto.

    c) Plastic prints (Sidik jari Plastik). Sidik plastik adalah impressi dari sentuhan alur-

    alur tonjolan kulit jari atau telapak yang tersimpan di material yang

    mempertahankan bentuk dari alur-alut tersebut secara detail. Contoh umum: pada

    lilin cair, deposit lemak pada permukaan mobil. Sidik-sidik seperti ini dapat

    langsung dilihat, tapi penyidik juga tak boleh mengenyampingkan kemungkinan

    bahwa sidik-sidik laten yang tak tampak dari sekongkolan pelaku mungkin juga

    terdapat pada permukaan tersebut. Usaha untuk melihat immpressi-impressi non

    plastik pun harus dilaksanakan.

    4. Klasifikasi Sidik Jari

    Sebelum komputerisasi menggantikan sistem pendataan manual di operasi-operasi

    pemrosesan sidikjari yang besar, klasifikasi sidik jari manual digunakan untuk

    mengkatagorikan sidik jari berdasarkan formasi alur-alur tonjolan secara umum

    (seperti ada atau tak adanya pola-pola sirkular pada jari-jari), oleh karena itu

    pendataan dan pengambilan catatan laporan dalam jumlah besar berdasarkan pola-

    pola tersebut, yang terlepas dari pertimbangan nama, tanggal lahir, dan data

    17

  • biografis. Sistem-sistem klasifikasi sidik jari yang paling populer diantaranya sitem

    Roscher, sistem Vucetich, dan sistem Henry. Dari sistem-sistem ini, sistem Roscher

    dikembangkan di Jerman dan diaplikasikan di Jerman dan Jepang. Sistem Vucetich

    dikemkangkan di Argentina dan diimplementasikan di seluruh Amerika Utara, dan

    sistem Henry dikembangkan di India dan diimplementasikan di kebanyakan negara-

    negara berbahasa Inggris.

    Sistem Henry berasal dari pola ridge yang terpusat pola jari tangan, jari kaki,

    khusunya telunjuk. Metoda yang klasik dari tinta dan menggulung jari pada suatu

    kartu cetakan menghasilkan suatu pola ridge yang unik bagi masing-masing digit

    individu.Dalam sistem klasifikasi Henry, terdapat tiga pola dasar sidik jari: Arch

    (lengkungan), Loop (uliran), dan Whorl (lingkaran).

    a. Tipe Arch, Pada patern ini kerutan sidik jari muncul dari ujung, kemudian mulai

    naik di tengah, dan berakhir di ujung yang lain.

    b. Tipe Loop, Pada patern ini kerutan muncul dari sisi jari, kemudian membentuk

    sebuah kurva, dan menuju keluar dari sisi yang sama ketika kerutan itu muncul.

    c. Tipe Whorl, Pada patern ini kerutan berbentuk sirkuler yang mengelilingi sebuah

    titik pusat dari jari.

    Dari ketiga klasifikasi diatas terdapat juga klasifikasi yang lebih kompleks yang

    mengikutsertakan pola plain arches (lengkungan sederhana atau tented arches

    (lekukan yang seperti tenda) . Pola Loop dapat berarah radial atau ulnar, tergantung

    arah ekor dari loop tersebut. Pola Whorl juga dibagi dalam subgrup-subgrup: plain

    whorl, accidental whorls, dan central pocket loop.

    5. Cara Pengambilan Dan Pemeriksaan Sidik Jari

    Dari sembilan metode identifikasi yang dikenal hanya metode penetuan jati diri

    dengan sidik jari (daktiloskopi), yang tidak lazim dikerjakan oleh dokter, melainkan

    18

  • dilakukan oleh pihak kepolisian. Walaupun pemeriksaan sidik jari tidak dilakukan

    oleh dokter, dokter masih mempunyai kewajiban yaitu untuk mengambilkan atau

    mencetak sidik jari, khususnya sidik jari pada korban yang tewas dan keadaan

    mayatnya yang telah membusuk. Teknik pengembangan sidik jari pada jari yang

    keriput, serta mencopot kulit ujung jari yang telah mengelupas dan memasangnya

    pada jari yang sesuai pada jari pemeriksa, baru kemudian dilakukan pengambilan

    sidik jari, merupakan prosedur standar yang harus dikethui dokter.

    Cara pengangkatan sidik jari yang paling sederhana adalah dengan metode dusting

    (penaburan bubuk). Biasanya metode ini digunakan pada sidik jari paten / yang

    tampak dengan mata telanjang. Sidik jari laten biasanya menempel pada lempeng

    aluminium, kertas, atau permukaan kayu. Agar dapat tampak, para ahli dapat

    menggunakan zat kimia, seperti lem (sianoakrilat), iodin, perak klorida, dan

    ninhidrin. Lem sianoakrilat digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari dengan

    cara mengoleskannya pada permukaan benda aluminium yang disimpan di dalam

    wadah tertutup, misalnya stoples. Dalam stoples tersebut, ditaruh juga permukaan

    benda yang diduga mengandung sidik jari yang telah diolesi minyak. Tutup rapat

    stoples. Sianoakrilat bersifat mudah menguap sehingga uapnya akan menempel

    pada permukaan benda berminyak yang diduga mengandung sidik jari. Semakin

    banyak sianoakrilat yang menempel pada permukaan berminyak, semakin

    tampaklah sidik jari sehingga dapat diidentifikasi secara mudah.

    Cara lainnya dengan menggunakan iodin. Iodin dikenal sebagai zat pengoksidasi.

    Jika dipanaskan, iodin akan menyublim, yaitu berubah wujud dari padat menjadi

    gas. Kemudian, gas iodin ini akan bereaksi dengan keringat atau minyak pada

    sidik jari. Reaksi kimia ini menghasilkan warna cokelat kekuning-kuningan.

    Warna yang dihasilkan tidak bertahan lama sehingga harus segera dipotret agar

    19

  • dapat didokumentasikan. Zat kimia lain yang biasa digunakan adalah perak nitrat

    dan larutan ninhidrin. Jika perak nitrat dicampurkan dengan natrium klorida, akan

    dihasilkan natrium nitrat yang larut dan endapan perak klorida. Keringat dari

    pelaku mengandung garam dapur (natrium klorida, NaCl) yang dikeluarkan

    melalui pori-pori kulit. Pada praktiknya, larutan perak nitrat disemprotkan ke

    permukaan benda yang diduga tersentuh pelaku. Setelah 5 menit, permukaan

    benda akan kering dan perak nitrat pun terlihat. Lalu, sinar terang atau ultra violet

    yang disorotkan ke permukaan benda akan membuat sidik jari yang mengandung

    perak nitrat terlihat. Seperti halnya iodin, warna yang dihasilkan tidak bertahan

    lama sehingga harus segera dipotret agar dapat didokumentasikan. Ninhidrin

    merupakan zat kimia yang dapat bereaksi dengan minyak dan keringat

    menghasilkan warna ungu. Jika jari pelaku kejahatan mengandung minyak atau

    keringat, lalu tertempel pada permukaan benda, sidik jarinya akan terlihat dengan

    cara menyemprotkan larutan ninhidrin. Setelah dibiarkan selama 10-20 menit,

    akan tampak warna ungu. Proses ini dapat dipercepat dengan memanfaatkan panas

    lampu. Metode paling mutakhir yang digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari

    adalah teknik micro-X-ray fluorescence (MXRF). Teknik ini dikembangkan oleh

    Christopher Worley, ilmuwan asal University of California yang bekerja di Los

    Alamos National Laboratory. Dibandingkan dengan metode lainnya yang biasa

    digunakan, teknik MXRF mempunyai beberapa kelebihan. MXRF dapat

    mengidentifikasi sidik jari yang tidak dapat diidentifikasi metode lain.

    6. Alat Dan Bahan Yang Digunakan Untuk Identifikasi

    Dibawah ini adalah beberapa alat yang digunakan dalam pengambilan sidik jari, yang

    diantaranya adalah :

    20

  • a) Stamping Kit

    adalah seperangkat alat yang terdiri dari Roller, Tinta, Plat kaca atau stenless stell,

    alat penjepit kartu AK-23, yang sangat bermanfaat dan praktis untuk kegiatan

    pengambilan sidik jari di lapangan dan mudah dibawa ke TKP.

    b) Kartu Sidik Jari AK-23,

    adalah kartu sidik jari yang spesifikasi teknisnya sudah dibakukan (standard) di

    seluruh wilayah R.I. Kartu ini dibuat atau dicetak dengan kertas karton/tebal

    warna putih dan licin dengan ukuran 2020 cm, gunanya adalah untuk merekam

    kesepuluh sidik jari dan empat jari bersama kanan dan kiri, serta data-data umum

    dan khusus/sinyalemen serta pass photo dan tanda tangan.

    c) Kartu Tik atau Kartu Sidik Jari AK-24

    Kartu sidik jari AK-24 juga sudah dibakukan ( standard) di Polda-Polda. Dibuat

    dicetak dengan kertas karton/tebal warna putih licin dengan ukuran : 7 x 13 cm.

    Gunanya adalah untuk mempermudah dan mempercepat dalam proses vertifikasi

    kartu AK-23. Artinya setelah kartu sidik jari AK-23 tersebut sudah terisi rekaman

    sidik jari, harus dibubuhi rumus dan rumus dibuatkan kartu tiknya (AK-24).

    d) Tinta Daktiloskopi

    Tinta khusus Daktiloskopi adalah sejenis tinta cetak hitam yang dicampur dengan

    minyak khusus sehingga tinta cepat kering. Gunanya adalah untuk

    mengambil/merekam sidik jari. Kelebihan dari tinta ini adalah: Bila diratakan

    sangat mudah dan cepat kering. Tinta yang ada di tangan mudah dicuci. Hasil

    sidik jari yang didapat garis papilairnya terlihat jelas. Sidik jari mudah dirumus.

    21

  • e) Roller

    Adalah alat yang dibuat dari sepotong karet bulat berdiameter 2 cm panjang 5-

    6 cm. Kegunaannya adalah meratakan tinta pada plat kaca dengan gerakan maju

    mundur, sampai tinta rata betul.

    f) Magnifier/Loop

    yaitu kaca pembesar yang digunakan untuk merumus sidik jari atau untuk

    memperbesar gambar garis-garis papilair sidik jari, sehingga sangat memudahkan

    proses perumusannya. Cara penggunaannya adalah sebagai berikut: Loop

    diletakkan diatas lukissan sidik jari, sehingga garis-garis papilairnya akan terlihat

    jelas dan besar. Benabg bayangan yang ada di tengah/dalam kaca diletakkan

    antara Delta dan Core, digunakan untuk menghitung garis-garis papilair sidik jari.

    g) Sinyalemen

    Adalah ciri-ciri khusus pada seseorang yang harus dituangkan pada urutan kolom

    data-data kartu sidik jari AK-23. Kegunaannya adalah apabila seseorang

    mengetahui suatu tindak pidana di lapangan tau di TKP, bisa mengenal atau

    menghafal dan merekam ciri-ciri pelaku, bisa dijadikan bahan penyidikan untuk

    memberikan keterangan kepada penyidik.

    Terdapat pula berbagai macam alat yang berhubungan dengan sidik jari yang

    digunakan dalam identifikasi dan penyidikan, alat-alat tersebut antara lain:

    1. Fingerprint Magnifier

    Kegunaannya adalah sebagai alat untuk melakukan proses pemeriksaan sidik jari.

    2. Forensic Comparator Type FC-281

    Kegunaannya adalah sebagai alat untuk melakukan proses pemeriksaan dan

    perbandingan sidik jari.

    22

  • 3. Forensic Opsical Comparator Type FX-8A

    Kegunaannya adalah sebagai alat untuk melakukan pemeriksaan dan

    perbandingan sidik jari.

    4. Laboratory Fuming Cabinet

    Kegunaannya adalah sebagai alat untuk mengembangkan sidik jari latent pada

    dokumen / kertas yang berpori dengan menggunakan yodium kristal atau Super

    Glue.

    5. Fingerprint Development Station

    Kegunaannya adalah sebagai alat untuk mengembangkan sidik jari latent kertas

    dokumen dengan menggunakan yodium, ninhydrin, dan sinar ultraviolet.

    6. Laser Photonics Printfinder

    Kegunaannya adalah sebagai alat untuk mengembangkan sidik jari latent pada

    permukaan yang kasar seperti kulit jeruk atau yang tidak bisa dikembangkan

    dengan sistem serbuk atau sistem kimia.

    2. Medik.

    Metode ini menggunakan data umum dan data khusus. Data umum meliputi tinggi badan,

    berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya.Data khusus meliputi tatto, tahi

    lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang dan sejenisnya.

    Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan

    menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga

    ketepatan nya cukup tinggi. Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan

    metode identifikasi ini. Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras,

    perkiraan umur dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.

    23

  • Perbedaan umur jenis kelamin pria dan wanita

    Pria Wanita Panggul Lebih kecil dari bahu Lebih lebar dari bahuPosture Besar KecilPayudara Jarang berkembang Berkembang Jakun Menonjol Tidak menonjolStriae Tidak ada Ada, payudara dan bokongRambut pubis Tebal, tumbuh melebar -

    pusar

    Lurus, hanya di mons

    venerisRambut Ada di wajah, dada Tidak adaKelamin dalam Testis, prostate, vesikula

    seminalis

    Ovarium,tuba fallopi,

    vaginaTengkorak Lebih besar, berat dan

    tebal

    Lebih kecil, ringan dan

    tipisProporsi perut Lebih kecil Lebih besarPaha Bentuk silinder Bentuk kerucut

    3. Odontologik.

    Dalam beberapa tahun terakhir, kita banyak dikejutkan oleh terjadinya bencana massal

    yang menyebabkan kematian banyak orang. Selain itu kasus kejahatan yang memakan

    banyak korban jiwa juga cenderung tidak berkurang dari waktu ke waktu. Pada kasus-

    kasus seperti ini tidak jarang kita jumpai korban jiwa yang tidak dikenal sehingga perlu

    diidentifikasi.

    Forensik odontologi adalah salah satu metode penentuan identitas individu yang telah

    dikenal sejak era sebelum masehi. Kehandalan teknik identifikasi ini bukan saja

    disebabkan karena ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris menyamai ketepatan teknik

    sidik jari, akan tetapi karena kenyataan bahwa gigi dan tulang adalah material biologis

    yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan dan terlindung. Gigi merupakan sarana

    identifikasi yang dapat dipercaya apabila rekaman data dibuat secara baik dan benar.

    Beberapa alasan dapat dikemukakan mengapa gigi dapat dipakai sebagai sarana

    identifikasi adalah sebagai berikut, pertama karena gigi bagian terkeras dari tubuh

    24

  • manusia yang komposisi bahan organik dan airnya sedikit sekali dan sebagian besar

    terdiri atas bahan anorganik sehingga tidak mudah rusak, terletak dalam rongga mulut

    yang terlindungi. Kedua, manusia memiliki 32 gigi dengan bentuk yang jelas dan masing-

    masing mempunyai lima permukaan.

    Berdasarkan pengalaman di lapangan, identifikasi korban meninggal massal melalui gigi-

    geligi mempunyai kontribusi yang tinggi dalam menentukan identitas seseorang. Pada

    kasus Bom Bali I, dimana korban yang teridentifikasi berdasarkan gigi-geligi mencapai

    56%, korban kecelakaan lalu lintas di Situbondo mencapai 60%, dan korban jatuhnya

    Pesawat Garuda di Jogyakarta mencapai 66,7%.

    Identifikasi korban pada kasus-kasus ini diperlukan karena status kematian korban

    memiliki dampak yang cukup besar pada berbagai aspek yang ditinggalkan. Identifikasi

    tersebut merupakan perwujudan HAM dan merupakan penghormatan terhadap orang

    yang sudah meninggal.selain itu juga merupakan menentukan apakah seseorang tersebut

    secara hukum sudah meninggal atau masih hidup.

    Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara geografis terletak pada wilayah

    yang rawan terhadap bencana alam baik yang berupa tanah longsor, gempa bumi, letusan

    gunung berapi, tsunami, banjir dan lain-lain, yang dapat memakan banyak korban, dan

    salah satu cara mengidentifikasi korban adalah dengan metode forensik odontologi. Oleh

    karena itu forensik odontologi sangat penting dipahami peranannya dalam menangani

    korban bencana massal.

    Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (Odontogram) dan rahang yang dapat

    dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi dan

    rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah,bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi

    dan sebagainya.

    25

  • Seperti hal nya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas.

    Dengan demikian dapat dilakukan indentifikasi dengan cara membandingkan data temuan

    dengan data pembanding antemortem.

    a. Definisi Forensik Odontologi

    Ilmu kedokteran gigi forensik memiliki nama lain yaitu forensic dentistry dan

    odontology forensic. Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi

    yang mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara

    evaluasi dan presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan.

    Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi memiliki keunggulan sebagai

    berikut :

    1. Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan

    pengaruh lingkungan yang ekstrim.

    2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan

    restorasi gigi menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang tinggi.

    3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan

    medis gigi (dental record) dan data radiologis.

    4. Gigi geligi merupakan lengkungan anatomis, antropologis, dan

    morfologis, yang mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan

    pipi, sehingga apabila terjadi trauma akan mengenai otot-otot tersebut terlebih

    dahulu.

    5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan

    penelitian bahwa gigi manusia kemungkinan sama satu banding dua miliar.

    6. Gigi geligi tahan panas sampai suhu kira-kira 400C.

    26

  • 7. Gigi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh

    yang terbunuh dan direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur,

    sedangkan giginya masih utuh.

    Gambar : identifikasi gigi pada jenazah

    Pada gambar diatas menunjukkan bahwa gigi tetap dalam keadaan utuh pada suhu

    yang tinggi, walaupun tubuh telah rusak, tetapi gigi masih dapat diidentifikasi.

    Batasan dari forensik odontologi terdiri dari identifikasi dari mayat yang tidak dikenal

    melalui gigi, rahang dan kraniofasial.

    1. Penentuan umur dari gigi.

    2. Pemeriksaan jejas gigit (bite-mark).

    3. Penentuan ras dari gigi.

    4. Analisis dari trauma oro-fasial yang berhubungan dengan tindakan

    kekerasan.

    5. Dental jurisprudence berupa keterangan saksi ahli.

    6. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal.

    b. Sejarah Forensik Odontologi

    27

  • Forensik odontologi telah ada sejak jaman prasejarah, akan tetapi baru mulai

    mendapatkan perhatian pada akhir abad 19 ketika banyak artikel tentang forensik

    odontologi ditulis dalam jurnal kedokteran gigi pada saat itu.

    Sejarah forensik odontologi sudah ada sejak sebelum masehi (SM) yaitu pada masa

    pemerintahan Kaisar Roma Claudius pada tahun 49 SM, Agrippina ( yang kelak akan

    menjadi ibu Kaisar Nero) membuat rencana untuk mengamankan posisinya. Janda

    kaya Lollia Paulina merupakan saingannya dalam menarik perhatian Kaisar, maka ia

    membujuk Kaisar untuk mengusir wanita tersebut dari Roma. Akan tetapi hal itu

    rupanya masih dianggapnya kurang dan ia menginginkan kematian wanita tersebut.

    Tanpa setahu Kaisar, ia mengirim seorang serdadu untuk membunuh wanita tersebut.

    Sebagai bukti telah melaksanakan perintahnya, kepala Lollia dibawa dan ditunjukkan

    kepada Agrippina. Karena kepala tersebut telah rusak parah mukanya, maka

    Agrippina tidak dapat mengenalinya lagi dari bentuk mukanya. Untuk mengenalinya

    Agrippina menyingkap bibir mayat tersebut dan memeriksa giginya yang mempunyai

    ciri khas, yaitu gigi depan yang berwarna kehitaman. Adanya ciri tersebut pada gigi

    mayat membuat Agrippina yakin bahwa kepala tersebut adalah benar kepala Lollia.

    -Pada tahun 1776, dalam suatu perang Bukker Hill terdapat korban Jenderal

    Yoseph Warren, oleh drg. Paul Revere dapat dibuktikan bahwa melalui gigi palsu

    yang dibuatnya yaitu berupa Bridge Work gigi depan dari taring kiri ke taring kanan

    yang ia buat sehingga drg. Paul Revere dapat dikatakan dokter gigi pertama yang

    menggunakan ilmu kedokteran gigi forensik dalam pembuktian.

    Pada tahun 1887 Godon dari Paris merekomendasikan penggunaan gigi untuk

    identifikasi orang yang hilang. Untuk itu ia menganjurkan agar para dokter gigi

    menyimpan data gigi para pasiennya, untuk berjaga-jaga kalau-kalau kelak data

    tersebut diperlukan sebagai data pembanding.

    28

  • Kasus identifikasi personal yang terkenal adalah kasus pembunuhan Dr. George

    Parkman, seorang dokter dari Aberdeen, oleh Professor JW Webster. Pada kasus ini

    korban dibunuh, lalu tubuhnya dipotong-potong lalu dibakar di perapian. Polisi

    mendapatkan satu blok gigi palsu dari porselin yang melekat pada potongan tulang.

    Dr. Nathan Cooley Keep, seorang dokter bedah mulut memberikan kesaksian bahwa

    gigi palsu itu adalah bagian dari gigi palsu buatannya pada tahun 1846 untuk Dr.

    Parkman yang rahang bawahnya amat protrusi.

    Pada tanggal 4 Mei 1897, sejumlah 126 orang Farisi dibakar sampai meninggal di

    Bazaar de la Charite. Para korban sulit diidentifikasi secara visual karena umumnya

    dalam keadaan terbakar luas dan termutilasi. Berdasarkan pemeriksaan Dr. Oscar

    Amoedo (dokter gigi Kuba yang berpraktek di Paris) dan dua orang dokter gigi

    Perancis, Dr. Davenport dan Dr. Braul untuk melakukan pemeriksaan gigi-geligi para

    korban kemudian ternyata mereka berhasil mengidentifikasi korban-korban ini.

    Pada tahun 1917 di dermaga Brooklyn ditemukan mayat yang kemudian dipastikan

    sebagai seorang wanita yang telah menghilang 8 bulan sebelumnya. Identifikasi pada

    kasus ini ditegakkan berdasarkan temuan bridge pada gigi geliginya.

    Sekitar tahun 1960 ketika program instruksional formal kedokteran gigi forensik

    pertama dibuat oleh Armed Force Institute of Pathology, sejak saat itu banyak kasus

    penerapan forensik odontologi dilaporkan dalam literatur sehingga forensik

    odontologi mulai banyak dikenal bukan saja di kalangan dokter gigi, tetapi juga di

    kalangan penegak hukum dan ahli-ahli forensik.

    c. Peranan Forensik Odontologi Dalam menangani bencana Massal

    29

  • Kematian yang tidak wajar atau tidak terduga, atau dalam kondisi bencana massal,

    kerusakan fisik yang direncanakan, dan keterlambatan dalam penemuan jenazah, bisa

    mengganggu identifikasi. Dalam kondisi inilah forensik odontologi diperlukan

    walaupun tubuh korban sudah tidak dikenali lagi.

    Identifikasi dalam kematian penting dilakukan, karena menyangkut masalah

    kemanusiaan dan hukum. Masalah kemanusian menyangkut hak bagi yang meninggal,

    dan adanya kepentingan untuk menentukan pemakaman berdasarkan agama dan

    permintaan keluarga. Mengenai masalah hukum, seseorang yang tidak teridentifiksi

    karena hilang, tidak dipersoalkan lagi apabila telah mencapai 7 tahun atau lebih.

    Dengan demikian surat wasiat, asuransi, masalah pekerjaan dan hukum yang perlu

    diselesaikan, serta masalah status pernikahan menjadi tidak berlaku lagi. Sebelum

    sebab kematian ditemukan atau pemeriksa medis berhasil menentukan jenazah yang

    sulit diidentifikasi, harus diingat bahwa kegagalan menemukan rekaman gigi dapat

    mengakibatkan hambatan dalam identifikasi dan menghilangkan semua harapan

    keluarga, sehingga sangat diperlukan rekaman gigi setiap orang sebelum dia

    meninggal.

    d. Anatomi dan Morfologi Gigi Manusia

    d.1. Anatomi Gigi

    Gigi manusia terdiri dari tiga

    1. Akar gigi, yang berfungsi menopang gigi dan merupakan bagian gigi yang

    terletak didalam tulang rahang.

    2. Mahkota gigi yaitu bagian gigi yang berada diatas ginggiva.

    3. Leher gigi, yaitu bagian yang menghubungkan akar gigi dengan mahkota gigi.

    d.2. Struktur Gigi

    30

  • Badan dari gigi terdiri dari :

    1. Email, merupakan jaringan keras yang mengelilingi mahkota gigi dan

    berfungsi membentuk struktur luar mahkota gigi dan membuat gigi tahan

    terhadap tekanan dan abrasi. Email tersusun dari mineral anorganik terutama

    kalsium dan fosfor, zat organic dan air.

    2. Dentin, merupakan bagian dalam struktur gigi yang terbanyak dan

    berwarna kekuningan. Dentin bersifat lebih keras dari pada tulang tetapi

    lebih lunak dari email. Dentin terdiri dari 70 % bahan organic, terutama

    Kalsium dan fosfor serta 30 % bahan organic dan air.

    3. Sementum, merupakan jaringan gigi yang mengalami kalsifikasi dan

    menutup akar gigi. Sementum berfungsi sebagai tempat melekatnya jaringan

    ikat yang memperkuat akar gigi pada alveolus. Sementum lebih lunak dari

    dentin dan terdiri dari 50% bahan organic berupa Kalsium dan Fosfor dan

    50% bahan organic.

    4. Pulpa, merupakan jaringan ikat longgar yang menempati bagian ruang

    tengah pulpa dan akar gigi. Pada pulpa terkandung pembuluh darah, syaraf,

    dan sel pembentuk dentin. Pulpa berisi nutrisi dan berfungsi sebagai sensorik.

    d.3. Morfologi gigi.

    Menurut masa pertumbuhan gigi manusia terbagi menjadi dua, yaitu :

    1. Gigi susu

    Gigi susu berjumlah 20 buah dan mulai tumbuh pada umur 6 -9 bulan dan

    lengkap pada umur 2 2,5 tahun. Gigi susu terdiri dari 5 gigi pada setiap

    daerah rahang masing masing adalah : 2 gigi seri (incicivus), 1 gigi taring.

    2. Gigi permanen

    31

  • Gigi permanen berjumlah 28 32 terdiri dari 2 gigi seri, 1 gigi taring, 2 gigi

    premolar, dan 3 gigi molar pada setiap daerah rahang. Gigi permanen

    menggantikan gigi susu. Antara umur 6 14 tahun 20 gigi susu diganti gigi

    permanen. Gigi molar 1 dan 2 mulai erupsi pada umur 6 12 tahun sedangkan

    gigi molar 3 mulai erupsi pada umur 17 21 tahun.

    d.4. Nomenklatur Gigi

    Nomenklatur yang biasa dipakai adalah :

    1. Cara Zsigmondy

    Gigi susu

    V IV III II I I II III IV V

    V IV III II I I II III IV V

    Gigi tetap

    8 7 6 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

    8 7 6 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

    Contoh penulisan :

    Vl : gigi susu m2 kanan atas

    2. Cara Palmer

    Gigi susu

    E D C B A A B C D E

    E D C B A A B C D E

    Gigi tetap

    8 7 6 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

    8 7 6 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

    Contoh penulisan : E l : gigi susu m2 kanan atas

    32

  • 3. Cara FID ( Federation Internationale Dentaire )

    Dengan menggunakan sstem 2 angka :

    Gigi Tetap :

    1- 2-

    4- 3-

    18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

    48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

    Gigi Susu

    5- 6-

    8- 7-

    55 54 53 52 51 61 62 63 64 65

    85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

    Contoh penulisan :

    55 : gigi susu m2 kanan atas

    36 : gigi tetap M1 kiri bawah

    e. Embriologi Dan Perkembangan Gigi Manusia

    Gigi memiliki tiga periode pertumbuhan yaitu :

    1. Periode Proliferasi

    Pertumbuhan gigi mulai bulan keenam dari kehidupan embrio ( 11 mm embrio )

    dengan bentukan tonjolan gigi primordial. Diferensiasi pertumbuhan gigi

    berkembang dari ectoderm dan mesoderm.

    Pembentukan gigi diawali dari pembentukan enamel, kemudian berdiferensiasi

    menjadi dentin, pulpa, sementum, dan ligament periodontal.

    Tonjolan gigi berasal dari invaginasi proliferatif dari ectoderm epitel mulut dan

    diikuti difernsiasi dari mesenkial mesoderm berdekatan. Epitel mulut

    33

  • berdiferensiasi menjadi enamel yang memproduksi ameloklast dan dentin yang

    memproduksi odontoblast yang muncul dari mesoderm.

    Pulpa gigi terdiri dari jaringan ikat mesoderm, pembuluh darah dan saraf yang

    berkembang secara sentral dalam cangkang luar gigi yang membentuk dentin dan

    enamel. Invaginasi Tonjolan gigi berpisah dari tonjolan epitel mulut dan terus

    berkembang secara bertahap dan diikuti pembentukan tulang maxilla, mandibula,

    gigi seri, gigi taring.

    Gigi susu terbentuk sampai umur 3 4 bulan (fetus), sedangkan untuk gigi tetap,

    gigi belakang ( premolar dan molar ) sampai dengan stadium III kehamilan,

    sedangkan untuk gigi incicivus lateralis sampai dengan stadium II kehamilan.

    2. Periode kalsifikasi

    Kalsifikasi jaringan email dan dentin merupakan aposisi, mulai 4 bulan

    intrauterine sampai dengan usia 3 tahun setelah lahir untuk gigi susu, sedang

    untuk gigi tetap antara lain :

    Gigi I1 mulai 4 bulan intrauterine sampai dengan usia 1,5 tahun setelah

    lahir.

    Gigi I2 mulai 6 bulan intrauterine sampai dengan usia 2 atau 3 tahun,

    begitu pula untuk gigi M1 atas dan gigi M2 bawah. Untuk gigi M2 atas

    dan bawah sampai dengan usia 3 tahun. Sedangkan untuk gigi caninus

    atas dan bawah sampai dengan usia 3,5 tahun.

    3. Periode erupsi

    Periode erupsi ini sangat bervariasi, tergantung dari beberapa faktor antara lain :

    Pertumbuhan memanjang dari gigi.

    Multiplikasi dari jaringan pulpa.

    Deposisi dari jaringan baru jaringan cement.

    34

  • Pertumbuhan jaringan tulang rawan.

    Gigi dapat memberi informasi apakah seseorang itu anak anak atau remaja.

    f. Penentuan Umur Berdasarkan Pemeriksaan Gigi

    Metode yang sering digunakan untuk seseorang berdasar pemeriksaan gigi antara lain:

    a. Metode Schour dan Massler

    Schour dan Massler membuat table tentang gambaran pertumbuhan gigi mulai

    dari lahir sampai dengan umur 21 tahun, yang banyak digunakan dalam ilmu

    kedokteran gigi klinis khususnya ordontis untuk merencanakan atau

    mengevaluasi perawatan gigi.

    Tabel ini biasa dibunakan untuk mempelajari gigi geligi dimana yang sudah

    seharusnya tanggal atau seharusnya sudah tumbuh pada umur tertentu. Untuk

    penentuan umur penggunaannyajustru melihat gigi ayng sudah ada didalam

    mulut dan menentukan umurnya dengan bantuan table Schour dan Massler.

    2. Tabel Gustaffson dan Koch

    Pada prinsipnya sama dengan sChour dan Massler, hanya pada table

    Gustaffson untuk setiap gigi ini diberikan perkiraan jadwal yang lebih

    lengakap, mulai dari pembentukan, mineralisasi, pertumbuhan ke dalam mulut

    sapai pada penutupan foramen apicalis, sejak dalam kandungan hingga umur

    16 tahun.

    3. Metode Gustaffson

    Penentuan umur berdasarkan table Gustaffson Koch pada umumnya

    bermanfaat selama gigi masih dalam masa pertumbuhan. Untuk

    memperkirakan umur seseorang setelah masa itu digunakan 6 metode dari

    Gustaffson.

    a. atrisi

    35

  • Penggunaan gigi setiap hari membuat gigi mengalami keausan yang sesuai

    dengan bertambahnya usia.

    b. Sekunder dentin

    Sejalan dengan adanya atrisi, maka di dalam ruang pulpa akan dibentuk

    sekunder dentin untuk melindungi gigi, sehingga semakin bertambah usia

    maka sekunder dentin akan semakin tebal.

    c. Ginggiva attachment

    Pertambahan usia juga ditandai dengan besarnya jarak antara perlekatan

    gusi dan gigi.

    d. Pembentukan foramen apikalis

    Semakin lanjut usia, semakin kecil juga foramen apikalis.

    e. Transfarasi akar gigi

    Semakin tua usia seseorang maka akar giginya semakin bening, hal ini

    dipengaruhi oleh mineralisasi yang terjadi selama kehidupan.

    f. Sekunder sement

    Ketebalan semen sangat berhubungan dengan usia. Dengan bertambahnya

    usia ketebalan sement pada ujung akar gigi juga semakin bertambah.

    4. Neonatal dan Von Ebner Lines

    Garis-garis incremental Von Ebner dan Neonatal, dapat dilihat pada gigi yang

    telah disiapkan dalam bentuk sediaan asahan dengan ketebalan 30-40 mikron.

    Pada gigi susu dan Molar 1 (yaitu gigi-gigi yang ada pada waktu kelahiran),

    akan ditemukan neonatal line berupa garis demarkasi yang memisahkan bagian

    dalam email (yang terbentuk sebelum kelahiran) dengan bagian luar enamel

    (yang terbentuk setelah lahir). Selanjutnya juga akan ditemukan garis-garis

    36

  • incremental Von Ebner yang merupakan transisi antara periode pertumbuhan

    cepat dan pertumbuhan lambat yang berselang-seling.

    Jarak rata-rata antara garis ini adalah 4 mikron yang merupakan kecepatan

    deposisi dentin dalam 24 jam. Apabila pembentukan gigi belum selesai,

    perhitungan garis Von Ebner dari neonatal line dapat membantu penentuan

    umur.

    5. Metode Asam Aspartat

    Hapusan asam aspartat telah digunakan untuk menentukan usia berdasarkan

    pada terdapatnya bahan tersebut pada dentin manusia. Komponen protein

    terbanyak pada tubuh manusia berbentuk L-amino Acid, D-amino acid yang

    ditemukan pada tulang, gigi, otak dan lensa mata. D-amino acid dipercaya

    mempunyai proses metabolisme yang lambat dan tiap bagiannya mempunyai

    laju pemecahan yang lebih lambat dan mempunyai ratio dekomposisi yang

    lebih lambat juga. Asam aspartat mempunyai kemampuan penghapusan paling

    tinggi dari semua asam amino.

    Pada 1976 Helfman dan Bada menggunakan informasi ini untuk mempelajari

    perkiraan umur dengan membandingkan rasio D-Laspartat acid dengan 20

    subyek dengan hasil bagus (r = 0,979) rasio yang tinggi pada D/L rasio banyak

    ditemukan pada usia muda dan menurun akibat pertambahan usia dan

    perubahan lingkungan.

    Pada tahun 1990 Ritz et al. melaporkan adanya asam aspartat pada dentin

    untuk menentukan usia pada orang yang telah meninggal, berdasarkan hal

    tersebut metode ini dapat menyediakan informasi yang lebih akurat tentang

    penentuan usia dibandingkan dengan parameter yang lain.

    Untuk penentuan usia digunakan persamaan linier sebagai berikut :

    37

  • Ln (1 + D/L) / (1 D/L) = 2k (aspartat)t + konstanta

    K : first order kinetik

    t : actual age

    Gigi yang digunakan dalam kasus ini adalah gigi seri tengah bagian bawah dan

    premolar pertama. Mereka menemukan perkiraan umur yang lebih baik dari

    fraksi total asam amino dengan membagi menjadi fraksi kolagen yang tidak

    larut dan fraksi peptide. Dibandingkan dengan total asam amino, fraksi

    kolagen yang tidak larut dan fraksi peptide yang terlarut, mempunyai

    konsentrasi glutamine dan asam aspartat yang lebih tinggi.

    g. Identifikasi Forensik Odontologi

    Ketika tidak ada yang dapat diidentifikasi, gigi dapat membantu untuk membedakan

    usia seseorang, jenis kelamin,dan ras. Hal ini dapat membantu untuk membatasi

    korban yang sedang dicari atau untuk membenarkan/memperkuat identitas korban.

    g.1. Penentuan Usia

    Perkembangan gigi secara regular terjadi sampai usia 15 tahun. Identifikasi

    melalui pertumbuhan gigi ini memberikan hasil yang yang lebih baik daripada

    pemeriksaan antropologi lainnya pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan gigi

    desidua diawali pada minggu ke 6 intra uteri. Mineralisasi gigi dimulai saat 12

    16 minggu dan berlanjut setelah bayi lahir. Trauma pada bayi dapat merangsang

    stress metabolik yang mempengaruhi pembentukan sel gigi. Kelainan sel ini akan

    mengakibatkan garis tipis yang memisahkan enamel dan dentin di sebut sebagai

    neonatal line. Neonatal line ini akan tetap ada walaupun seluruh enamel dan

    dentin telah dibentuk. Ketika ditemukan mayat bayi, dan ditemukan garis ini

    menunjukkan bahwa mayat sudah pernah dilahirkan sebelumnya. Pembentukan

    enamel dan dentin ini umumnya secara kasar berdasarkan teori dapat digunakan

    38

  • dengan melihat ketebalan dari struktur di atas neonatal line. Pertumbuhan gigi

    permanen diikuti dengan penyerapan kalsium, dimulai dari gigi molar pertama

    dan dilanjutkan sampai akar dan gigi molar kedua yang menjadi lengkap pada

    usia 14 16 tahun. Ini bukan referensi standar yang dapat digunakan untuk

    menentukan umur, penentuan secara klinis dan radiografi juga dapat digunakan

    untuk penentuan perkembangan gigi.

    Gambar : x ray gigi pada anak - anak

    Gambar diatas memperlihatkan gambaran panoramic X ray pada anak-anak.

    (a) Gambaran yang menunjukkan suatu pola pertumbuhan gigi dan

    perkembangan pada usia 9 tahun (pada usia 6 tahun terjadi erupsi dari akar

    gigi molar atau gigi 6 tapi belum tumbuh secara utuh).

    (b) Dibandingkan dengan diagram yang diambil dari Schour dan Massler

    pada gambar (b) menunjukkan pertumbuhan gigi pada anak usia 9 tahun.

    Penentuan usia antara 15 dan 22 tahun tergantung dari perkembangan gigi molar

    tiga yang pertumbuhannya bervariasi. Setelah melebihi usia 22 tahun, terjadi

    39

  • degenerasi dan perubahan pada gigi melalui terjadinya proses patologis yang

    lambat dan hal seperti ini dapat digunakan untuk aplikasi forensik.

    g.2. Penentuan Jenis Kelamin

    Ukuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin. Gigi

    geligi menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus mandibulanya. Anderson

    mencatat bahwa pada 75% kasus, mesio distal pada wanita berdiameter kurang

    dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih dari 7 mm. Saat ini sering dilakukan

    pemeriksaan DNA dari gigi untuk membedakan jenis kelamin.

    g.3. Penentuan Ras

    Gambaran gigi untuk ras mongoloid adalah sebagai berikut:

    1. Insisivus berbentuk sekop. Insisivus pada maksila menunjukkan nyata

    berbentuk sekop pada 85-99% ras mongoloid. 2 sampai 9 % ras kaukasoid dan

    12 % ras negroid memperlihatkan adanya bentuk seperti sekop walaupun tidak

    terlalu jelas.

    2. Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada permukaan oklusal

    premolar bawah pada 1-4% ras mongoloid.

    3. Akar distal tambahan pada molar 1 mandibula ditemukan pada 20%

    mongoloid.

    4. Lengkungan palatum berbentuk elips.

    5. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus.

    40

  • Gambar : gigi untuk Ras Kaukasoid

    Gambaran gigi untuk Ras kaukasoid adalah sebagai berikut:

    1. Cusp carabelli, yakni berupa tonjolan pada molar 1.

    2. Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi premolar kedua dari mandibula.

    3. Maloklusi pada gigi anterior.

    4. Palatum sempit, mengalami elongasi, berbentuk lengkungan parabola.

    5. Dagu menonjol.

    Gambar : gigi untuk Ras Negroid

    Gambaran gigi untuk ras negroid adalah sebagai berikut:

    1. Pada gigi premolar 1 dari mandibula terdapat dua sampai tiga tonjolan.

    2. Sering terdapat open bite.

    3. Palatum berbentuk lebar.

    4. Protrusi bimaksila.

    Di bawah ini merupakan contoh gambar open bite:

    41

  • Gambar : gambaran open bite

    4. Antropologik

    4. 1. Definisi

    Antropologi merupakan bidang studi sains tentang asal usul, prilaku, fisik, sosial dan

    pengembangan lingkungan manusia. Antropologi forensik merupakan bidang ilmu untuk

    physical anthropologists yang mengaplikasikan ilmunya dalam bidang biologi, sains, dan

    budaya dalam proses hukum. Antropologi Forensik adalah pemeriksaan pada sisa-sisa

    rangka. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sebagai langkah pertama untuk menentukan

    apakah sisa-sisa tersebut berasal dari manusia.

    42

  • Gambar : Anatomi Rangka Manusia

    Menurut American Board of Forensic Anthropology, forensik antropologi adalah aplikasi

    ilmu pengetahuan dari antropologi fisik untuk proses hukum. Identifikasi dari kerangka,

    atau sediaan lain dari sisa sisa jasad (dugaan manusia) yang tidak teridentifikasi penting

    untuk alasan hukum maupun alasan kemanusiaan. Forensik antropologi mengaplikasikan

    tehnik sains sederhana yang berdasarkan antropologi fisik untuk mengidentifikasi sisa

    sisa jasad manusia dan mengungkap tindak kejahatan.

    43

  • Antropologi forensik meliputi penggalian arkeologis; pemeriksaan rambut, serangga,

    plant materials dan jejak kaki; penentuan waktu kematian; facial reproduction;

    photographic superimposition; detection of anatomical variants; dan analisa mengenai

    cedera masa lalu dan penanganan medis. Namun, pada pelaksanaannya forensik

    antropologi terutama untuk menentukan identitas jasad berdasar bukti yang tersedia, yaitu

    menentukan jenis kelamin, perkiraan usia, bentuk tubuh, dan pertalian ras.

    Gambar : Wire yang digunakan pada penyatuan fraktur.

    4. 2. Ruang Lingkup pemeriksaan Forensik

    Faktor utama yang digunakan pada pemeriksaan forensik adalah:

    a. Osteologi

    Osteologi, merupakan satu dari teknik yang paling bermakna pada pemeriksaan

    antropologi forensik, karena antropologi forensik berhubungan dengan pemeriksaan

    sisa sisa tulang maupun tulang yang utuh. Pemeriksa dapat menentukan perkiraan

    usia, jenis kelamin, pertalian ras, tampilan fisik saat hidup. Tengkorak merupakan

    bagian dari rangka manusia yang paling informatif. Namun, jarang sekali tengkorak

    ditemukan dalam keadaan utuh ataupun baik. Oleh karena itu osteologis harus dapat

    memanfaatkan apapun tulang yang tersedia.

    44

  • Gambar : Alat alat Ukur Pemeriksaan Osteologi

    Osteologi harus mengerti mengenai kerangka manusia. Langkah pertama pertama dari

    osteologi menentukan sisa rangka yang ditemukan apakah dari manusia atau bukan.

    Walaupun banyak sekali variasi yang terdapat pada manusia atau hewan, namun

    terdapat persamaan-persamaan umum pada setiap spesies. Jika tengkorak tidak

    ditemukan, tulang manusia dapat dibedakan dari hewan berdasarkan bentuk, ukuran

    dan perbedaan densitas tulang. Penentuan spesies akan sangat sulit jika tulang yang

    ditemukan berupa pecahan pecahan. Ada dua tipe sifat yang dapat ditemukan dari sisa

    sisa rangka yaitu metrik dan nonmetrik. Tipe metrik adalah variasi ukuran tulang.

    Contohnya panjang dari humerus pada seseorang dapat lebih panjang dari orang lain

    yang mempunyai tinggi badan yang sama. Sifat nonmetrik adalah perbedaan antara

    tulang tulang seseorang yang tidak dapat diukur. Contohnya penyatuan pada tulang

    seseorang dapat berbeda dengan orang lainnya.

    45

  • Gambar : Penentuan jenis Kelamin Berdasar Metode Non Metrik

    b. Dentisi

    Dentisi merupakan ilmu yang mempelajari sisa sisa gigi. Analisa dari sisa sisa gigi

    dapat digunakan untuk menentukan beberapa aspek pada antropologi forensik.

    Digunakan bersama dengan osteologi untuk menentukan usia, jenis kelamin dan diet.

    Pada orang dewasa terdapat 32 gigi yang pada masing masing sisinya, pada rahang

    atas dan bawah terdapat dua insisivus, satu kaninus, dan dua atau tiga molar. Pada anak

    anak terdapat dua puluh gigi dengan dua insisivus dan satu kaninus serta dua molar

    pada masing masing kuadran.

    c. Etnobotani

    Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari tentang serbuk sari dan tanaman dari

    masa lalu. Ini berguna untuk menentukan waktu sejak kematian dan menentukan diet

    dari sisi arkeologi.

    4. 3. Manfaat Pemeriksaan Antropologi Forensik

    Dapat mengidentifikasi Manusia atau Bukan Manusia dari Kerangka. Merupakan

    suatu hal yang biasa bahwa tulang atau komponen binatang menjadi perhatian hukum

    bagi para agen penyelidik forensik. Biasanya para ilmuwan forensik dapat dengan

    mudah menentukan spesimen nonhuman. Suatu cakar beruang, kuku binatang dan

    ruas jari yang koyak, bulu binatang dan kulit yang dipisahkan oleh pengulitan pisau

    46

  • atau oleh pembusukan, biasa menyerupai manusia. Gambar yang dihasilkan oleh sinar

    X dapat dengan tepat mengungkapkan perbedaan tersebut.

    Sisa tulang dari binatang menyusui besar kemungkinan dapat mengacaukan para

    penemu yang tak terlatih. Seseorang yang terlatih dalam ilmu tulang atau anatomi

    manusia seperti dokter, dokter gigi, dan ahli antropologi tidak akan mempunyai

    kesukaran dalam mendeteksi karakteristik nonhuman baik dari segi ukuran, arsitektur,

    dan bentuk dari tulang binatang yang utuh. Yang paling membedakan bagian-bagian

    tulang manusia dan binatang adalah articular permukaan (gambaran makroskopis),

    mungkin perbedaan tersebut dapat hilang oleh karena aktivitas carnivoral,

    pembusukan, atau epiphyses tulang yang belum mature.

    Seandainya sisa tulang cuma berupa fragmen diaphysis, roentgenography dapat sangat

    menolong. Tulang, proses pembentukan tulang, dan proses eksresi yang berhubungan

    dengan organ dan perlekatan ototberbeda antara manusia dan binatang. Chilvarquer et

    al. menunjukan perbedaan dalam penampilan roentgenographic antara midshafts

    manusia dengan tulang binatang. Pola tulang manusia berbentuk saluran spongiosa

    dan medullary yang reguler, memiliki ruang ovoid antar trabeculae utama yang agak

    kasar dan trabeculae sekunder yang lebih halus. Zone transisi tersebut lebarnya kira-

    kira 1-3 mm. Pada penyakit osteoporosis, zona transisi tersebut lebih lebar karena

    adanya reduksi osteomalacia yang menghancurkan corticomedullary.

    Gambar : Cakar beruang biasa salah dikira suatu tangan manusia

    47

  • Pada binatang corticomedullary terlihat sangat jelas. Saluran spongiosa lebih sedikit

    dan berisi butiran-butiran kecil homogen. Terdapat selaput Spicules atau

    invaginations yang meluas ke dalam saluran medullary dari endosteum.

    Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan

    beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik

    dan pemeriksaan serologik berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipitin).

    Pada gambaran mikroskopik perlu juga dilihat fusi epiphysis dan metaphysis serta

    ukuran tulang. Pada hewan, fusi ini terjadi saat ukuran tulang belum begitu panjang.

    Pada manusia fusi terjadi pada usia dewasa dimana panjang tulang sudah maximal.

    Tulang manusia lebih banyak trabekulanya sehingga lebih padat.

    Antropologi forensik juga dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin,

    perkiraan umur, tinggi badan, dan pertalian ras. Pemeriksaan juga dapat digunakan

    untuk memperkirakan waktu kematian, dan dugaan penyebab kematian.

    Gambar : Ruang Lingkup Pemeriksaan Antropologi Forensik

    a. Penentuan Jenis Kelamin

    Jenis kelamin dapat ditentukan dengan beberapa cara dari bagian bagian yang

    berbeda pada rangka. Penentuan jenis kelamin hanya mungkin pada rangka orang

    dewasa. Salah satu cara yang umum dilakukan yaitu dengan mengukur ukuran

    48

  • tulang, dimana pada pria ukuran rangka lebih besar. Pria juga lebih cenderung

    memiliki area lebih luas untuk perlekatan otot.

    Gambar : Perbedaan Pelvis Pria dan Wanita

    Pelvis adalah tulang yang paling umum digunakan untuk menentukan jenis

    kelamin. Sudut subpubis pada wanita lebih besar, biasanya lebih dari 900.

    Acetabulum, yang merupakan tempat perlekatan kepala femur dengan os pubis,

    khasnya lebih besar dan dalam pada pria dibandingkan wanita. Sakrum lebih lurus

    pada wanita dan lebih lengkung pada pria. Pintu atas panggul pada wanita lebih

    luas daripada pria.

    Gambar : Perbedaan Tengkorak Pria dan Wanita

    Kranium atau tengkorak merupakan tulang yang juga berguna untuk menentukan

    jenis kelamin. Dagu pada pria cendrung lebih petak dan lebih lancip pada wanita.

    49

  • Dahi pada pria cendrung lebih landai sedangkan pada wanita dahinya lebih lurus.

    Pria memiliki lengkungan alis yang lebih tinggi daripada wanita.

    Perbedaan Tulang Pria dan Wanita

    Pria Wanita Tulang Lebih besar, berat dan

    kasar

    Lebih kecil, ringan dan

    halusTengkorak Lebih berat dan menonjol Lebih ringan, kurang

    menonjolTulang wajah Lebih besar Lebih kecilSupra orbital Lebih menonjol Kurang menonjolZigomatikus Lebih menonjol Kurang menonjolOksiput Lebih menonjol Kurang menonjolSinus frontalis Lebih lebar Lebih kecilToraks Panjang Pendek lebarPelvis Lebih dalam, sempit dan

    berat

    Lebih dangkal, halus dan

    ringanIlium Lebih melengkung Kurang melengkungSIAS Terpisah jarak tidak lebar Terpisah jarak lebarCekungan sacrum Tidak lebar, panjang,

    sempit dan tidak begitu

    melengkung

    Lebih lebar dan

    melengkung

    Arkus pubis Lebih sempit Lebih besarb. Perkiraan Umur

    50

  • Walaupun umur sebenarnya tidak dapat ditentukan dari tulang, namun perkiraan

    umur seseorang dapat ditentukan. Biasanya pemeriksaan dari os pubis, sakroiliac

    joint, cranium, artritis pada spinal dan pemeriksaan mikroskopis dari tulang dan

    gigi memberikan informasi yang mendekati perkiraan umur. Untuk memperkirakan

    usia, bagian yang berbeda dari rangka lebih berguna untuk menentukan perkiraan

    usia pada range usia yang berbeda. Range usia meliputi usia perinatal, neonatus,

    bayi dan anak kecil, usia kanak-kanak lanjut, usia remaja, dewasa muda dan

    dewasa tua.

    Gambar : Penutupan Sutura Tengkorak

    Usia perinatal, yaitu bayi yang belum lahir, dapat ditentukan dari ukuran tulang. Ini

    karena faktor luar seperti malnutrisi pada ibu tidak akan mempengaruhi

    pertumbuhan fetus secara berarti. Dalam periode intake makanan yang kurang,

    tubuh ibu akan memberi nutrisi pada fetus, mengambil nutrien ibu.

    Umur dalam tiga tahapan :

    1. Bayi baru dilahirkan

    51

  • Neonatus, bayi yg belum mempunyai gigi, sangat sulit untuk menentukan

    usianya karena pengaruh proses pengembangan yang berbeda pada masing-

    masing individu. Bayi dan anak kecil biasanya telah memiliki gigi.

    Pembentukan gigi sering kali digunakan untuk memperkirakan usia. Gigi

    permanen mulai terbentuk saat kelahiran, dengan demikian pembentukan dari

    gigi permanen merupakan indikator yang baik untuk menentukan usia.

    Beberapa proses penulangan mulai terbentuk pada usia ini, ini berarti bagian-

    bagian yang lunak dari tulang mulai menjadi keras. Namun, ini bukan faktor

    penentuan yg baik. Pengukuran tinggi badan diukur :

    Streeter : tinggi badan dari puncak kepala sampai tulang ekor

    Haase : tinggi badan diukur dari puncak kepala sampai tumit

    Umur Panjang Umur Panjang1 bulan 1 cm 6 bulan 30 cm2 bulan 4 cm 7 bulan 35 cm3 bulan 9 cm 8 bulan 40 cm4 bulan 16 cm 9 bulan 45 cm5 bulan 25 cm 10 bulan 50 cm

    2. Anak dan dewasa sampai umur 30 tahun

    Masa kanak-kanak lanjut dimulai saat gigi permanen mulai tumbuh. Semakin

    banyak tulang yang mulai mengeras. Masa remaja menunjukkan pertumbuhan

    tulang panjang dan penyatuan pada ujungnya. Penyatuan ini merupakan teknik

    yang berguna dalam penentuan usia. Masing-massing epifisis akan menyatu

    pada diafisis pada usia-usia tertentu. Dewasa muda dan dewasa tua

    mempunyai metode-metode yang berbeda dalam penentuan usia; penutupan

    sutura cranium; morfologi dari ujung iga, permukaan aurikula dan simfisis

    pubis; struktur mikro dari tulang dan gigi.

    Persambungan speno-oksipital terjadi pada umur 17 25 tahun.

    52

  • Tulang selangka merupakan tulang panjang terakhir unifikasi.

    Unifikasi dimulai umur 18 25 tahun.

    Unifikasi lengkap 25 30 tahun, usia lebih dari 31 tahun sudah lengkap

    Tulang belakang sebelum 30 tahun menunjukkan alur yang dalam dan

    radier pada permukaan atas dan bawah.

    3. Dewasa > 30 tahun

    Sutura kranium (persendian non-moveable pada kepala) perlahan-perlahan

    menyatu. Walaupun ini sudah diketahui sejak lama, namun hubungan

    penyatuan sutura dengan penentuan umur kurang valid. Morfologi pada ujung

    iga berubah sesuai dengan umur. Iga berhubungan dengan sternum melalui

    tulang rawan. Ujung iga saat mulai terbentuk tulang rawan awalnya berbentuk

    datar, namun selama proses penuaan ujung iga mulai menjadi kasar dan tulang

    rawan menjadi berbintik-bintik. Iregularitas dari ujung iga mulai ditemukan

    saat usia menua.

    Gambar : Perkembangan Tengkorak Berdasar Umur

    Pemeriksaan tengkorak :

    Pemeriksaan sutura, penutupan tabula interna mendahului eksterna

    Sutura sagitalis, koronarius dan sutura lambdoideus mulai menutup umur

    20 30 tahun

    Sutura parieto-mastoid dan squamaeus 25 35 tahun tetapi dapat tetap

    terbuka sebagian pada umur 60 tahun.

    53

  • Sutura spheno-parietal umumnya tidak akan menutup sampai umur 70

    tahun.

    c. Perkiraan Tinggi Badan

    Tinggi merupakan persamaan linear dari berbagai panjang tulang, yaitu humerus

    (lengan atas), femur (paha), radius (pengumpil) dan tibia (kering) dengan rumusan

    Trotter dan Gleser, Stevenson, Karl pearson, Dupertus dan Hadden

    Kepentingan pengukurang tinggi badan dari tulang panjang adalah penting pada

    keadaan tubuh sudah terpotong atau yang didapatkan rangka atau sebagai tulang.

    Perkiraan tinggi badan dengan pengukuran tulang panjang :

    Tulang lengan atas.35%TB

    Tulang paha27%TB

    Tulang kering.22%TB

    Tulang belakang.35%YB

    Perhatikan dengan pengukuran osteometrik board : tulang harus dalam keadaan

    kering.

    Rumus TB (tinggi badan)

    1. Stevenson

    TB = 61,7207 + 2,4378 X F + 2,1756 (F = Femur)

    TB = 81,5115 + 2,8131X H + 2,8903 (H = Humerus)

    TB = 59,2256 + 3,0263 X T + 1,8916 (T = Tibia)

    TB =80,0276 + 3,7384 X R + 2,6791 (R = Radius)

    2. Trotter dan Gleser (untuk ras mongoloid)

    TB =1, 22 (Femur + Fibula) + 70,24 (3,18 cm)

    TB =1, 22 (Femur + Tibia) + 70,37 (3,24 cm)

    TB =2,40 (Fibula) + 80,56 (3,24 cm)

    54

  • TB =2,39 (Tibia) + 81,45 (3,27 cm)

    TB =2,15(Femur) + 72,57 (3,80cm)

    TB =1, 68 (Humerus+ Ulna 71,18) + (4,14 cm)

    TB =1, 67(Humerus+ Radius ) + 74,83 (4,16 cm)

    TB =2,68 (Humerus) + 83,19 (4,25 cm)

    TB =3,54 (Radius) + 82,00 (4,60 cm)

    TB =3,48(Ulna) + 77,45(4,66 cm)

    Pengukuran sebaiknya dengan kedua formula tersebut diatas agar mendekati tinggi

    badan sebenarnya.

    Rumus antropoloogi Ragawi UGM pria dan dewasa (Jawa)

    TB = 897 + 1,74 y (femur kanan)

    TB = 822 + 1,90 y (femur kiri)

    TB = 879 + 2,12 y (Tibia kanan)

    TB = 847 + 2,22 y (Tibia kiri)

    TB = 867+ 2,19 y (fibula kanan)

    TB = 883 + 2,14 y (fibula kiri)

    TB = 847 + 2,60 y (humerus kanan)

    TB = 805 + 2,74 y (humerus kiri)

    TB = 842 + 3,45 y (radius kanan)

    TB = 862 + 3,15 y (radius kiri)

    TB = 819 + 3,15 y (ulna kanan)

    TB = 847+ 3,06 y (radius kiri)

    Melalui suatu penelitian, Djaja Surya Atmadja menemukan rumus untuk populasi

    dewasa muda di Indeonesia :

    55

  • a) Pria :

    TB = 72,9912 + 1,7227 (Tibia) + 0,7545 (Fibula) ( 4,2961 cm)

    TB = 75,9800 + 2,3922 (Tibia) ( 4,3572 cm)

    TB = 80,8078 + 2,2788 (Fibula) ( 4,6186 cm)

    b) Wanita :

    TB = 71,2817 + 1,3346 (Tibia) + 1,0459 (Fibula) ( 4,8684cm)

    TB = 77,4717 + 2,1889 (Tibia) ( 4,9526 cm)

    TB = 76,2772 + 2,2522 (Fibula) ( 5,0226 cm)

    d. Perkiraan Interval Waktu Kematian

    Memperkirakan waktu kematian sangat sulit. Biasanya diperkirakan berdasarkan

    jumlah dan kondisi dari jaringan lunak seperti otot, kulit, dan ligamen, keadaan

    tulang yang masih baik, luas yang berhubungan dengan pertumbuhan akar

    tanaman, bau busuk, dan aktivitas karnivora maupun serangga pada jasad. Namun

    banyak variabel yang harus dipertimbangkan, seperti suhu saat kematian, luka

    tusuk, kelembapan, ph tanah, dan kadar air. Semakin lama waktu kematian

    semakin sulit menentukan interval waktu kematian.

    Ketika mayat ditinggalkan di permukaan, aktivitas serangga segera dimulai dan

    dalam 2 minggu tubuh tersebut akan telah menjadi kerangka., dan dalam 8 bulan

    akan menjadi kerangka secara komplit. Jika dikubur, tubuh akan menjadi kerangka

    komplit dalam waktu 1 sampai 2 tahun dan pada daerah yang kering dapat terjadi

    mumifikasi.

    Penghancuran tulang memakan waktu bertahun-tahun, keasaman tanah

    mempercepat proses ini. Terpisah-pisahnya tulang penting bagi seorang

    antropologis forensik untuk menentukan perkiraan waktu kematian atau waktu

    penguburan. Jumlah dan tipe tulang yang masih dapat ditemukan memberikan

    56

  • gambaran berapa lama tubuh tersebut sudah berada disana, contoh, tulang yang

    lebih kecil lebih cepat hilang. Perkiraan waktu kematian berdasarkan penelitian di

    Universitas Tennessee sebagai berikut:

    3 minggu: tulang dengan sendi masih utuh.

    5 minggu : sebagian tulang terpisah, sebagian sendi masih utuh.

    4 bulan : tulang terpisah-pisah.

    1 tahun: tulang-tulang kecil hilang, terjadi disartikulasi komplit.

    2-4 tahun: sebagian tulang rusak, sebagian tulang besar hilang.

    >12 tahun: tulang hancur, dapat terkubur oleh daun, badai, erosi.

    15-20 tahun : tidak ada bukti.

    e. Pertalian Ras

    Pertanyaan mengenai pertalian ras sulit untuk dijawab karena walaupun klasifikasi

    ras memiliki komponen biologis yang sama, tetap didasari dari hubungan sosial.

    Namun, beberapa rincian anatomis, terutama di wajah, sering menunjukkan ras

    individual. Pada ras kulit putih memiliki wajah yang menyempit dengan hidung

    yang agak meninggi dan dagu yang menonjol. Ras kulit hitam memiliki hidung

    yang lebar dan subnasal yang berlekuk. Indian Amerika dan Asia memilki bentuk

    tulang pipi yang menonjol dan tekstur gigi yang khas.

    Gambar : Variasi Rangka Manusia Berdasarkan Ras

    57

  • Seorang antropologis memiliki banyak metode yang rumit untuk dapat menentukan

    ras atau nenek moyang suatu populasi melalui tulang. Ras dari pemilik tulang dapat

    diidentifikasi menjadi :

    Ras kaukasoid (semua kulit putih)

    Morfologi kranium pada ras ini sebagai berikut :

    Tipe kranium dolichocephalic (panjang).

    Tulang zygomaticus cenderung mundur terhadap tulang fasial.

    Apertura nasalis sangat sempit dan tajam tepi bawahnya.

    Dasar tulang orbita cenderung miring ke bawah.

    Palatum relatif sempit dan cenderung berbentuk segitiga.

    Sutura zygomaticomaxillaris cenderung membelok.

    Persentase sutura metopika cenderung lebih tinggi dibanding 2 ras

    lainnya.

    Negroid (semua kilit hitam/ Negro Afrika, Amerika dan Indian Barat).

    Tipe kranium mesocephalic (sedang).

    Tulang zygomaticus tidak begitu menjorok ke depan relatif terhadap

    tulang fasial.

    Apertura nasalis sangat lebar dan tepi bawah tulang nasalis tumpul.

    Tulang orbita cenderung persegi empat dan jarak interorbital lebar.

    Tulang palatum cenderung sangat lebar dan agak persegi empat.

    Alveolus anterior pada maksilla dan mandibula cenderung sangat

    prognathis.

    Sering didapati depresi coronal posterior pada sutura coronaria.

    Sutura zygomaticomaxillaris cenderung membentuk huruf S.

    58

  • Mongoloid (Cina, Jepang, Indian Amerika)

    Kranium cenderung memiliki tulang zygomaticus yang menonjol.

    Lebar apertura nasalis s