112-171-1-PB

download 112-171-1-PB

of 5

Transcript of 112-171-1-PB

  • 7/25/2019 112-171-1-PB

    1/5

    ERUDI O, Vol. 1, No. 1, Desember 2012 ISSN: 2302-9021

    UPAYA PENGURANGAN RESIKO BENCANA GEMPA

    BUMIMELALUICAMPUS WATCHINGSEBAGAI PENDIDIKAN

    MITIGASI BENCANA (Studi Kasus Gedung Graha Sainta Lt.1

    Universitas Brawijaya)

    Akhmad Jufriadi1)

    Program Magister Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya

    ABSTRAK

    Berdasarkan Hyogo Framework yang disusun oleh PBB maka pendidikan pengurangan resiko bencanamerupakan prioritas, yakni Priority for Action 3: Use knowledge, innovation and education to build a

    culture of safety and resilience at all. Dalam rangka membangun suatu budaya keselamatan danketahanan khususnya untuk generasi muda Pengurangan Risiko Bencana perlu dikembangkan lebihlanjut. Belajar dari pengalaman tentang kejadian bencana alam yang besar dan berbagai bahaya yang

    ada di Indonesia maka dipandang perlu untuk mengajarkan kepada masyarakat tentang PenguranganResiko Bencana dengan metode campus watching dan bagaimana menyelamatkan diri mereka saat

    bencana mengancam, menghindari kecelakaan yang tidak perlu terjadi dalam kehidupan sehari-hari.Sasaran yang ingin dicapai dengan penelitian ini adalah meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan

    kewaspadaan (awareness) mahasiswa dan komunitas perguruan tinggi terhadap bahaya gempa bumi.Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa sebelum dansesudah memperoleh materi Pendidikan Pengurangan Resiko Bencana melalui campus watching, 2)mengetahui tingkat pengetahuan staff TU dan penjaga gedung GS Universitas Brawijaya sebelum dansetelah memperoleh pendidikan Pengurangan Resiko Bencana dengan metode campus watching. Jenis

    penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yangbertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat antar variabel. Sedangkan metode yang digunakanadalah metode survey yang dilakukan sebelum, saat dan sesudah campus watching, yaitu suatu metodeyang menggunakan beberapa pertanyaan terstruktur untuk mendapatkan informasi secara spesifik.Hasil penelitian adalah terdapat peningkatan pengetahuan baik untuk mahasiswa maupun staff TU dan

    penjaga gedung setelah diberikan pendidikan PRB dengan metode campus watching. Mahasiswaantusias mempelajari materi PRB dengan campus watching dan dapat mempraktekkan kegiatanperlindungan diri dengan baik.

    Kata kunci: pendidikan, campus watching, bencana

    PENDAHULUAN

    Indonesia merupakan negara kepulauan yang

    terletak pada pertemuan empat lempengtektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia dibagian Utara, lempeng Indo-Australia di

    bagian Selatan, lempeng Filipina danSamudera Pasifik di bagian Timur. Indonesia

    merupakan negara yang memiliki tingkatkerawanan bencana alam tinggi, seperti letusan

    gunungapi, gempabumi, tsunami, banjir, tanahlongsor, dan lain sebagainya. Tercatat

    setidaknya 257 kejadian bencana terjadi di

    Indonesia dari keseluruhan 2.866 kejadianbencana alam di Asia selama periode tersebut.

    Data menunjukkan bahwa Indonesiamerupakan salah satu negara yang memilikitingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih

    dari 10 kali lipat tingkat kegempaan diAmerika Serikat. Gempa bumi yang

    disebabkan oleh interaksi lempeng tektonikdapat menimbulkan gelombang pasang apabila

    terjadi di samudera. Selama kurun waktu 16002000, tercatat 105 kejadian tsunami yang 90

  • 7/25/2019 112-171-1-PB

    2/5

    66 Akhmad Jufriadi: Upaya Pengurangan Resiko BencanaPendidikan Mitigasi Bencana

    persen diantaranya disebabkan oleh gempatektonik, 9 persen oleh letusan gunung api, dan1 persen oleh tanah longsor (Sumber: PusatMitigasi Bencana-ITB, 2008).Beberapa faktor penyebab utama timbulnya

    banyak korban akibat bencana gempa adalahkarena kurangnya pengetahuan masyarakattentang bencana dan kurangnya kesiapanmasyarakat dalam mengantisipasi bencanatersebut. Khusus untuk gempa bumi korban

    yang meninggal banyak terjadi karena tertimpareruntuhan akibat bangunan yang roboh.

    Diantara korban jiwa tersebut, paling banyakadalah wanita dan anak-anak. Dalammanajemen risiko bencana dikenal tindakanpengurangan risiko bencana (disaster risk

    reduction measure). Berdasarkan HyogoFramework yang disusun oleh PBB makapendidikan siaga bencana merupakan prioritas,yakni Priority for Action 3: Use knowledge,innovation and education to build a culture ofsafety and resilience at all levels.

    Salah satu model pendidikan mitigasibencana yang sering digunakan adalahRegional/community watchingyang dibagi atastiga daerah berbeda yaitu: mountain watching,campus watching yang diadopsitown watchingdan coastal watching. Metode campus

    watching digunakan untuk memahami daerahatau lingkungan campus yang terkait dengangempa bumi. Dalam rangka mengurangi resikobencana gempa bumi, pendidikan mitigasibencana perlu lebih ditingkatkan. Belajar daripengalaman tentang kejadian bencana alamyang besar dan berbagai bahaya yang ada diIndonesia maka dipandang perlu untukmengajarkan kepada mahasiswa tentang

    Pengurangan Resiko Bencana Gempa Bumi didaerah Campus yang didalamnya mencakup:bagaimana menyelamatkan diri mereka saat

    bencana mengancam dan menghindarikecelakaan yang tidak perlu terjadi dalam

    kehidupan sehari-hari. Perlunya diadakanpenelitian mengenai pengurangan resiko

    bencana gempa bumi didasarkan padabeberapa asumsi berikut :

    Indonesia merupakan negara yang rawanterhadap bencana gempa besar.

    Masyarakat Indonesia kurang mengerti apa

    yang harus dilakukan ketika terjadi bencanagempa untuk mengurangi kerugian jiwa dan

    benda.

    Berdasarkan hasil studi analisis risiko dankerentanan di beberapa kota sepertiBandung, Padang, Bengkulu dan Bali diIndonesia (2000), Gempa dapat terjadi

    setiap saat tanpa peringatan, termasuk padasaat jam belajar di kampus.

    Petugas penyelamat tidak mungkin dapatlangsung menangani semua tempat(termasuk kampus) yang berada di lokasibencana, jika gempa terjadi pada saat jamkuliah.

    Guncangan dan gerakan tanah akibat gempajarang menimbulkan kematian dan luka-luka. Korban meninggal dan luka-luka lebihsering disebabkan karena tertimpareruntuhan bangunan dan karena situasi

    panik.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian deskriptif dilakukan dengan tujuanuntuk mendapatkan gambaran tentang variabel

    penelitian baik satu variabel atau lebih tanpamembuat perbandingan atau menghubungan

    dengan variabel lain. (Sugiyono,2004:11).Mengingat jenis penelitian terdiri atasdeskriptif yang dilaksanakan melalui

    pengumpulan data di lapangan, maka metodepenelitian digunakan metode survey yang

    dilakukan sebelum sampai dengan sesudahpelaksanaan campus watching . Instrumenpokok yang digunakan dalam pengumpulandata di lapangan adalah kuesioner. Unitanalisis dalam penelitian ini adalah individual

    Mahasiswa PPs Fisika Universitas Brawijayasebagai peserta pelaksana campus watching.

    Dalam penelitian ini prosedur penelitiandimulai dari pengumpulan data yang terdiridari pengumpulan data: data primer diperolehdari responden yaitu Mahasiswa PPs FisikaUniversitas Brawijaya, peserta pelaksanacampus watching dan data sekunder berasaldari dokumen, studi literatur, jurnal, daninternet. Dalam penelitian ini digunakankombinasi teknik pengumpulan data yangterdiri dari : kuesioner, wawancara, observasi,dan studi literatur. Wawancara dilakukanterhadap dengan penjaga gedung, Mahasiswadan beberapa penjaga gedung. Kuesioner,digunakan untuk pengumpulan data dari

    berbagai sumber data. Observasi, dilakukan

  • 7/25/2019 112-171-1-PB

    3/5

    Akhmad Jufriadi: Upaya Pengurangan Resiko BencanaPendidikan Mitigasi Bencana 67

    terhadap sumber data sesuai dengan unitobservasi / analisis yang telah disebutkan.Metode campus watching adalah suatupendekatan partisipatif untuk mengenalimasalah dan mencari solusi secara bersama-

    sama dari permasalahan yang dihadapi, sepertibencana maupun masalah keamananlingkungan. Dengan memahami itu semuamaka akan didapatkan solusi untukmenanggulangi permasalahan tersebut.

    Beberapa tujuan terkait pelaksanaan campuswatching adalah sebagai berikut, mengetahui

    situasi campus, khususnya gedung GrahaSainta lantai I, meningkatkan kesadaranpengguna gedung untuk melakukan tindakanpreventif dan mengetahui apa yang harus

    dilakukan jika terjadi bencana gempa bumi,membangun sistem kerjasama setiap kalibencana terjadi, dan mengembangkanketerampilan dan kemapuan yangkomprehensif dari informasi yang telah dikumpulkan berdasarkan dari pengamatan daninterview yang telah dilakukan.Dalam melakukan campus watchinghal yangharus dipersiapkan adalah penentuan jadwalpelaksanaan campus watching, persiapanperijinan untuk pelaksanaan (terkait siapa yangakan menjadi fasilitator, siapa yang akan

    mempersiapkan, siapa yang akan menjadikoordinator), langkah selanjutnya adalahmenentukan target lokasi dari campuswatching, terkait dengan waktu, area, danakses untuk menuju lokasi. Langkahselanjutnya adalah membawa peralatan yangdibutuhkan, misalnya kamera, alat tulis danpeta atau denah dari lokasi dan quisioner.Dalam melakukan campus watchingperlu juga

    diperhatikan aspek fisis, sosial dan ekologinya.Pada pelaksanaan campus watching adabeberapa hal yang dilakukan yaitu melakukan

    pengamatan pada area yang telah ditentukan,melakukan dokumentasi dari tempat-tempat

    penting, dan melakukan pencatatan mengenaiinformasi pendukung yang didapatkan sebagai

    keterangan pada peta/ denah yang telah dibawamaupun data-data pendukung saja. Dan yangterakhir adalah membagikan quisioner sebagidata tambahan. Dari pelaksanaan campuswatching yang dilakukan maka kita akan

    memperoleh beberapa gambaran mengenaiarea rawan beserta alasannya, peta mengenai

    kondisi dari area campus wathcing beserta

    jalur evakuasi jika terjadi bahaya gempa bumiberikut analisisnya.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada kegiatan penelitian ini, MahasiswaPPs Fisika Universitas Brawijaya telahmelaksanakan pendidikan penguranganbencana dengan metode campus watching.

    1. Pengetahuan Mahasiswa Mengenai

    Pengurangan Resiko Bencana

    Peneliti melakukan pre-test dan post-testberupa penyebaran kuesioner untuk mahasiswamengenai materi pendidikan siaga bencana

    gempa bumi. Prestets diberikan sebelummahasiswa memperoleh materi pendidikanpengurangan resiko bencana dengan metodecampus watching dan post test diberikansetelah materi pendidikan pengurangan resikobencana dengan metode campus watching.Materi yang diajarkan berupa: pengetahuanmengenai fenomena gempa bumi (definisi,sebab, waktu kejadian), mitigasi bencana(pengamanan sekolah, latihan siaga gempa,identifikasi tempatdan benda berbahaya danaman) serta tindakan darurat, tindakan pasca

    gempa.Materi yang didiskusikan saat pelaksanaancampus watching adalah mengenai titik titikberbahaya jika terjadi gempa bumi, benda apasaja yang bisa bermanfaat saat terjadi gempabumi, tempat yang paling aman agar terhindardari bahaya, apa yang harus dilakukan bilaterjadi gempa, tindakan perlindungan diri saatterjadi gempa bumi di kelas, tindakan

    pengamanan terhadap benda-benda yang ada digedung lantai I sehingga aman bila terjadigempa, benda-benda berbahaya dalam gedung

    lantai I bila terjadi gempa bumi.Secara keseluruhan pada hasil pre test dan post

    test terlihat adanya sedikit peningkatanpengetahuan mahasiswa mengenai fenomena

    gempa bumi, tindakan mitigasi bencana dantindak-tanggap darurat bencana gempa bumi.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafikdibawah dimana warna biru adalah pre-test danwarna merah adalah post test mahasiswa PPs

    Fisika UB.Dari grafik terlihat bahwa pengetahuan

    mahasiswa PPs Fisika UB mengenai gempabumi sangat tinggi. Hal ini dipengaruhi karena

  • 7/25/2019 112-171-1-PB

    4/5

    68 Akhmad Jufriadi: Upaya Pengurangan Resiko BencanaPendidikan Mitigasi Bencana

    sebelum penelitian dilakukan mahasiswa telahmendapatkan materi mitigasi bencana dalamperkuliahan. Tetapi terlihat jelas untuk penjagagedung mengalami peningkatan pemahamanyang signifikan mengenai gempa bumi.

    Gambar 1.Grafik 1. Pengetahuan PRB

    2. Pengetahuan Staff TU dan Penjaga

    Gedung Graha Sainta Lantai I Tentang

    Tindakan Perlindungan Diri

    Dari hasil wawancara dan observasidengan orang beberapa staff TU dan penjaga

    gedung diperoleh temuan sebagai berikut:staff TU dan penjaga gedung memilikipengetahuan baik mengenai gempa bumi,

    khususnya mengenai fenomena gempa bumi,namun tidak untuk tindakan mitigasi dan

    tanggap darurat gempa bumi. Hanya 29% staffdan penjaga yang akan melakukan tindakanmerunduk, berlindung dibawah meja, danmelindungi kepala saat gempa terjadi (duck,cover and hold).

    Gambar 1.Grafik Tindakan Preventif

    Sebagian besar akan melakukan tindakanlari keluar, yang sebenarnya tindakan larikeluar gedung jika gempa sangat besar.

    3. Pengetahuan Mengenai Titik Bahaya

    dan Jalur Evakuasi Jika Gempa Terjadi

    Dengan Skala Besar

    Titik titk rawan yang bias menimbulkan

    bahaya ketika terjadi gempa bumi berada padaseluruh lorong ruangan gedung lantai I. hal inidisebabkan adanya rak-rak besa, lemari,mading, yang tidak kuat menempel terhadapgedung atau tidak ada pengaman sehingga

    sangat rawan akan roboh dan jatuh ketikaterjadi bencana. Selain itu juga seluruh lampu

    listrik tidak memiliki wadah pengamansehingga jika terjadi gempa, lampu sangat dimungkinkan jatuh kebawah. Bahkan dalamruangan banyak monitor komputer bekas yang

    diletakkan begitu saja di atas lemari yang tidakmenempel ke dinding.

    Gambar 2.Lampu tanpa wadah pengaman

    Untuk jalur evakuasi jika terjadi gempabumi yang besar, maka evakuasi yangmemiliki tingkat keselamatan tinggi melaluipintu jalur timur dan barat. Hal ini disebabkanpada bagian luar dari pintu merupakan daerahyang luas. Sedangkan untuk pintu utaramerupakan jalur ke gedung lainnya dan pintu

    selatan pada bagian luar banyak tiang listrikdengan tegangan tinggi sehinggamembahayakan jika digunakan sebagai jalurevakuasi.

    KESIMPULAN

    Penelitian yang telah dilakukan didasarkanpada studi sebelumnya dalam bidang mitigasibencana, khusunya pada upaya peningkatankapasitas SDM dalam pengelolaan risikobencana melalui program pendidikan dan

    pelatihan untuk masyarakat. Hasil penelitian

  • 7/25/2019 112-171-1-PB

    5/5

    Akhmad Jufriadi: Upaya Pengurangan Resiko BencanaPendidikan Mitigasi Bencana 69

    mengenai pendidikan risiko bencana gempabumi yaitu bahwa mahasiswa yangmemperoleh pendidikan pengurangan resikobencana bencana gempa bumi memilikipeningkatan pengetahuan mengenai fenomena

    gempa bumi, tindakan mitigasi dan tanggapdarurat. Selain itu mereka memiliki persepsirealistik terhadap kemungkinan terjadinyabahaya.Saran dari penelitian ini adalah perlunya

    pengelola Gedung Graha Sainta memberikanpendidikan pengurangan resiko bencana untuk

    seluruh pemakai gedung. Sehingga gedung GSbias menjadi tempat yang aman bila gempabumi terjadi.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Terimakasih kepada Bapak Dekan danKetua Jurusan Matematika yang telahmemberikan izin untuk melakukanpengamatan di gedung Graha Sainta FakultasMIPA Universitas Brawijaya. Bapak SukirMaryanto, Ph.D yang telah memfasilitasi danmendukung pelaksanaan Campus watching diGedung Graha Sainta Fakultas MIPAUniversitas Brawijaya.

    Teman-teman yang mengambil mata kuliahmitigasi dan manajemen bencana atas semuabantuannya.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1]FEMA, Earthquake Preparedness (WhatEvery Child Care Provider Need toKnow), 2006

    [2]KPP Mitigasi Bencana Institut TeknologiBandung, Program Kesiapan Sekolah

    Terhadap Bahaya Gempa Buku 1,2,dan 3,2003

    [3]Krishna S. Pribadi, Modul MitigasiBencana, dalam Lokakarya TOT GuruMuhammadyah, November 2006

    [4]

    Ronan, Kevin R., Kylie Crellin, David M.Johnston, Kirsten Finnis, Douglas Paton,and Julia Becker (2008).

    [5]Shiwaku, Koichi, "Toward Innovation inSchool Disaster Education: Case Researchin Kathmandu, Nepal"2007

    [6]Shaw, R & Takeuchi, Y (2009), TownWatching Handbook For DisasterEducation,ISDR, Thailand.

    [7]Sugiyono,Metodologi Penelitian, 2004

    [8]Website: www.bmg.gov

    [9]

    www.kppmb.itb.ac.id