1_1_15009008_berkas

download 1_1_15009008_berkas

of 11

Transcript of 1_1_15009008_berkas

  • 7/26/2019 1_1_15009008_berkas

    1/11

    PENGARUH CYCLE TIME TERHADAP KAPASITAS JALUR DAN BIAYA POKOK

    JASA ANGKUTAN

    STUDI KASUS TRANS METRO BANDUNG KORIDOR CICAHEUM-CIBEUREUM

    MOHAMMAD ARIEF RIZKI

    NIM : 15009008

    Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan

    Institut Teknologi Bandung

    ABSTRAK

    Operator angkutan umum adalah pihak yang bertanggung jawab langsung terhadap armadaangkutan umum, dalam hal pengoperasian, perawatan, dan pemeliharaan agar sarana tersebut

    dapat dipakai sesuai rencana tingkat pelayanan dan umur layan yang telah direncanakan. Dalamprosesnya, diperlukan konsumsi sumber daya manusia dan material yang efektif dan efisien.

    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi operasi armada Trans Metro Bandung

    koridor Cicaheum-Cibeureum eksisting agar dapat dikaji dan kemudian diberikan opsi kepadaoperator, yaitu Perum DAMRI yang mampu mengarah pada efektivitas dan efisiensi konsumsi

    sumber daya, dalam hal ini biaya pokok jasa angkutan yang harus dikeluarkan Perum DAMRI

    setiap tahunnya. Objek dari penelitian ini terbatas hanya pada satu unit bus Trans Metro

    Bandung. Guna melakukan kajian tersebut, diperlukan data primer berupa survei waktuperjalanan, waktu tundaan, dan jumlah penumpang naik-turun bus sehingga dapat ditentukan

    cycle timebus tersebut. Sedangkan data sekunder yang diperlukan adalah panjang rute, kapasitasmaksimum kendaraan, lama operasi bus per hari, jumlah bus yang beroperasi, dan komponenharga penyusun biaya pokok jasa angkutan. Hasil pengamatan dan survei menunjukkan bahwa

    halte bus belum beroperasi dan kondisi rute Cicaheum-Cibeureum memiliki beberapa segmen

    jalan yang berpotensi menimbulkan kemacetan lalu lintas yang panjang. Oleh karena itu,dilakukan perhitungan ulang cycle time untuk kondisi setelah halte beroperasi dan diterapkan

    jalur khusus bus serta prioritas bus pada simpang bersinyal guna didapatkan peningkatan

    kecepatan perjalanan (commercial speed)bus yang sesuai Standar Pelayanan Angkutan Umum

    Transit yang dikeluarkan oleh World Bank. Analisis selanjutnya adalah perhitungan headway,kapasitas jalur, dan jumlah armada serta perhitungan biaya pokok jasa angkutan dari kedua

    kondisi tersebut menggunakan aturan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Perhubungan

    nomor 89 tahun 2002. Hasil analisis menunjukkan kedua kondisi tersebut memiliki cycle timeyang lebih pendek dibandingkan kondisi eksisting sehingga memungkinkan adanya pemendekanheadway dan peningkatan kapasitas jalur, namun dengan biaya yang lebih besar. Selain itu, cycle

    time kedua kondisi tersebut juga memungkinkan adanya pengurangan jumlah armada yang perlu

    dioperasikan dengan kapasitas jalur yang sama dengan kondisi eksisting namun dengan biaya

    yang lebih rendah.

  • 7/26/2019 1_1_15009008_berkas

    2/11

    Kata kunci : cycle time, commercial speed, headway, jumlah armada, kapasitas jalur, biaya

    pokok jasa angkutan.

    PENDAHULUAN

    Operasi Trans Metro Bandung koridor

    Cicaheum-Cibeureum saat ini belum

    menggunakan ke-19 halte yang ada dan jalur

    operasi bus saat ini tergolong dalam kategori

    mixed traffic. Kondisi tersebut

    mengakibatkan waktu perjalanan bus harus

    mengakomodasi waktu tundaan yang cukup

    banyak sehingga mempengaruhi kecepatan

    rata-rata bus. Vuchic, 2001, menyebutkan

    bahwa kecepatan perjalanan merupakan

    salah satu faktor yang mempengaruhi

    kualitas pelayanan, biaya operasional

    kendaraan, dan tingkat kehandalan angkutan

    umum. Peningkatan kecepatan perjalanan

    dapat memberikan keuntungan bagi

    penumpang dalam hal waktu tunggu dan

    waktu perjalanan, serta operator dalam hal

    biaya operasional kendaraan.

    Guna mengurangi waktu perjalanan bus,

    dapat diterapkan jalur khusus bus dan

    prioritas untuk bus di persimpangan

    bersinyal. Direncanakan dengan adanya

    jalur khusus bus, kecepatan rata-rata

    perjalanan bus/journey speed (commercial

    bus speed) pada segmen yang mengalami

    kemacetan mampu mencapai standar

    pelayanan angkutan umum bus yangdikeluarkan oleh World Bank, yaitu 15-18

    km/jam. Selain itu, penerapan prioritas

    untuk bus pada simpang bersinyal juga

    diperlukan sebab waktu tundaan pada

    simpang bersinyal umumnya dapat

    mengakibatkan tundaan yang cukup lama

    bagi bus. Direncanakan dengan adanya alat

    detektor di persimpangan bersinyal untuk

    memberikan prioritas jalan untuk bus, bus

    tidak perlu mengalami tundaan saat berada

    di persimpangan bersinyal.

    Berdasarkan permasalahan tersebut,

    penelitian ini dilaksanakan untuk mengkaji

    waktu yang diperlukan untuk satu kali

    perjalanan pulang-pergi/cycle timebus, pada

    kondisi eksisting (1), skenario kondisi ketika

    halte sudah beroperasi (2), dan skenario

    kondisi ketika halte, jalur khusus bus, dan

    prioritas untuk bus di simpang bersinyal

    sudah diterapkan (3). Kemudian cycle time

    pada ketiga kondisi tersebut dikaji lebih

    lanjut untuk mengetahui pengaruhnya

    terhadap parameter kapasitas jalur/kapasitas

    yang dapat disediakan untuk mengangkut

    jumlah penumpang Trans Metro Bandung

    setiap jamnya pada koridor Cicaheum-

  • 7/26/2019 1_1_15009008_berkas

    3/11

    Cibeureum dan biaya operasional kendaraan

    atau biaya pokok jasa angkutan yang

    diperlukan Perum DAMRI setiap tahunnya

    sebagai operator.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini dilaksanakan dengan terlebih

    dahulu menentukan zona untuk setiap halte

    yang ada dan membagi rute bus dalam

    beberapa segmen jalan yang dibatasi oleh

    dua halte berurutan dalam arah yang sama.

    Sumber : Olahan Penulis

    Kemudian dikumpulkan data primer berupa

    jumlah penumpang bus dan komponen

    waktu perjalanan/cycle time bus di setiap

    segmen jalan. Data primer untuk penelitian

    ini adalah cycle time eksisting bus, lama

    tundaan eksisting bus di persimpangan (tE),

    lama tundaan eksisting bus saat menaik-

    turunkan penumpang (tC & tD), lama

    tundaan eksisting bus selama di perjalanan

    selain yang diakibatkan oleh kedua tundaan

    di atas (tF), dan jumlah penumpang eksisting

    bus yang naik dan turun di setiap zona halte.

    Data-data tersebut didapat dari survei on-

    board yang dilaksanakan dari satu bus pada

    satu hari kerja dan satu hari libur kerja,

    masing-masing pada segmen waktu pagi,

    siang, dan sore.

    Data-data tersebut dianalisis untuk

    mendapatkan komponen-komponen cycle

    time bus seperti running time (tr), waktu

    tundaan dalam perjalanan (tC, tD, tE, & tF),

    waktu tundaan dalam perjalanan ketika jalur

    khusus bus sudah beroperasi (tF), station

    standing/dwell time (ts), dan terminal time

    (tt). Komponen-komponen tersebut akan

    disusun untuk membentuk cycle time di

    ketiga kondisi/skenario yang telah

    disebutkan sebelumnya pada segmen waktu

    pagi siang, dan sore, seperti pada tabel

    berikut.

    Komponen

    Waktu Cycle

    Time

    Kondisi/Skenario

    1 2 3

    tr

    tC X X

    tD X X

    Zona 1 Terminal Cicaheum-Pertigaan Jl. Babakan Andir

    Zona 2 Pertigaan Jl. Babakan Andir-Pertigaan Cicadas

    Zona 3 Pertigaan Cicadas-Perempatan Jl. Jakarta

    Zona 4 Perempatan Jl. Jakarta-Perempatan Jl. A.Yani

    Zona 5 Perempatan Jl. A. Yani-Pertigaan Jl. Kacapiring (Std. Persib)

    Zona 6 Pertigaan Jl. Kacapiring-Pertigaan Jl. Kembang Sepatu

    Zona 7 Pertigaan Jl. Kembang Sepatu-Simpang Lima (Asia Afrika)

    Zona 8 Simpang Lima-Perempatan Jl. Lengkong Besar

    Zona 9 Perempatan Jl. Lengkong Besar-Perempatan Gardujati

    Zona 10 Perempatan Jl. Astana Anyar-Bundaran (Jl. Sukarno-Hatta)

    Zona 11 Bundaran-Terminal Cibeureum

    Zona 12 Terminal Cibeureum-Perempatan Jl. Garuda

    Zona 13 Perempatan Jl. Garuda-Toko Gypsum Kartika Nugraha Bakti

    Zona 14 Toko Gypsum Kartika Nugraha Bakti-Sekolah TrinitasZona 15 Sekolah Trinitas-Perempatan Kebonjati

    Zona 16 Perempatan Kebonjati-Jl. Viaduct

    Zona 17 Jl. Viaduct-Pertigaan Jl. Kembang Sepatu

    Zona 18 Pertigaan Jl. Kembang Sepatu-Perempatan Jl. Gudang Utara

    Zona 19 Perempatan Jl. Gudang Utara-Pertigaan Cicadas

    Zona 20 Pertigaan Cicadas-Pertigaan Jl. Babakan Andir

    Zona 21 Pertigaan Jl. Babakan Andir-Terminal Cicaheum

    Zona Halte

  • 7/26/2019 1_1_15009008_berkas

    4/11

    tE X

    tF X

    tF X X

    ts X

    tt

    Sumber : Olahan Penulis

    Untuk kondisi ketika halte, jalur khusus bus,

    dan prioritas untuk bus di persimpangan

    bersinyal sudah diterapkan, commercial bus

    speed di setiap segmen jalan disesuaikan

    dengan standar commercial bus speed dari

    jalur khusus bus seperti yang disebutkan

    oleh Armstrong-Wright dan Thiriez,

    1987.

    Cycle time pada ketiga kondisi digunakan

    untuk menentukan headway dengan data

    jumlah armada bus Trans Metro Bandung

    yang dioperasikan Perum DAMRI saat ini.

    Kapasitas jalur/kapasitas angkut penumpang

    per jam pada jalur Trans Metro Bandung

    koridor Cicaheum-Cibeureum ditentukan

    dari headway tersebut. Untuk kondisi ketika

    halte sudah beroperasi dan kondisi ketika

    halte, jalur khusus bus, dan prioritas untukbus di persimpangan bersinyal sudah

    diterapkan, cycle timejuga digunakan untuk

    menentukan jumlah armada yang perlu

    dioperasikan operator pada tiap segmen

    waktu dengan cara menjaga headway yang

    didapatkan dari cycle timekondisi eksisting.

    Bila cycle time pada kedua kondisi tersebut

    dapat berkurang sebesar headway eksisting,

    maka jumlah armada yang perlu

    dioperasikan operator dapat berkurang

    sejumlah satu unit. Hal ini juga berlaku

    untuk kelipatannya.

    Selain itu, cycle time dari ketiga kondisi

    tersebut juga digunakan untuk menentukan

    jumlah perjalanan pulang-pergi/jumlah

    sirkulasi bus setiap hari dan jumlah

    kilometer tempuh bus setiap tahunnya di

    setiap kondisi tersebut.

    Kemudian data sekunder yang dibutuhkan

    adalah (1) jarak dari pool ke terminal, (2)

    lama operasi bus per hari, (3) kapasitas

    penumpang maksimum bus, (4) jumlah bus

    yang dioperasikan, dan (5) komponen

    pembentuk biaya pokok jasa angkutan,

    seperti yang tercantum dalam Surat

    Keputusan Dirjen Perhubungan Darat nmor

    687 tahun 2002 dan Keputusan Menteri

    Perhubungan nomor 89 tahun 2002.

    Pengumpulan data komponen pembentuk

    biaya pokok jasa angkutan tersebut

    dilakukan dengan wawancara terhadap

    Perum DAMRI Unit Angkutan Kota

    Bandung, dealer, dan bengkel bus untuk

    mendapatkan data sebagai berikut.

    biaya gaji dan tunjangan awak bus,

  • 7/26/2019 1_1_15009008_berkas

    5/11

    biaya pengurusan surat kir dan retribusi

    terminal,

    umur layan bus,

    biaya tidak langsung yang dibebankan

    pada seluruh armada bus,

    jenis dan standar life time suku cadang

    kendaraan dan AC bus,

    harga komponen suku cadang kendaraan

    dan AC bus,

    jenis dan standar life timeban bus,

    harga ban bus,

    jenis dan standar life timepelumas bus,

    harga pelumas bus,

    standar tingkat konsumsi bahan bakar

    dan pelumas bus,

    jenis chassisdan karoseri bus, dan

    harga chassis dan karoseri bus.

    Untuk perhitungan komponen biaya

    pembentuk biaya pokok jasa angkutan, biaya

    tetap dihitung untuk setiap bus per tahun,

    biaya tidak tetap terbagi menjadi biaya

    untuk setiap bus per kilometer tempuh dan

    biaya untuk setiap bus jam operasi, serta

    biaya tidak langsung dihitung untuk setiap

    bus per tahun. Mengacu pada Morlok, 1978,

    biaya tetap yang berasal dari biaya

    depresiasi kendaraan akan dihitung

    menggunakan dua metode, yaitu straight

    line methoddan capital recovery.

    Biaya pokok jasa angkutan per tahun yang

    berasal dari komponen biaya tetap dan biaya

    tidak langsung dipengaruhi oleh jumlah

    armada yang dimiliki oleh operator.

    Sedangkan biaya tidak tetap dipengaruhi

    oleh jumlah kilometer tempuh bus setiap

    tahun dan jumlah bus yang dioperasikan di

    setiap segmen waktu.

    PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

    Dari hasil survei dan analisis diketahui

    bahwa cycle time bus pada ketiga

    kondisi/skenario adalah sebagai berikut.

    Dengan cycle timeseperti pada tabel di atas,

    perkiraan headwayyang dapat dicapai bus di

    setiap segmen waktu pada setiap

    kondisi/skenario dengan jumlah armada

    yang beroperasi saat ini sebanyak 18 unit

    adalah sebagai berikut.

    HariSegmen

    Waktu

    Headway tiap Skenario

    (menit)

    1 2 3

    Weekday Pagi 8 8 7

    Siang 12 11 9

    1 2 3

    Pagi 146 139 120

    Siang 213 200 157

    Sore 195 186 146

    Pagi 148 144 134

    Siang 151 142 122

    Sore 124 116 100

    Cycle Time tiap Skenario (menit)

    Weekday

    Weekend

    Segmen

    WaktuHari

  • 7/26/2019 1_1_15009008_berkas

    6/11

    Sore 11 10 8

    Weekend Pagi 8 8 7

    Siang 8 8 7

    Sore 7 6 6

    Dari headway tersebut, kapasitas

    jalur/kapasitas angkut penumpang per jam

    pada jalur Trans Metro Bandung koridor

    Cicaheum-Cibeureum di setiap segmen

    waktu adalah sebagai berikut.

    Bila headway dan kapasitas jalur pada

    kondisi eksisting (skenario 1) akan tetap

    dipertahankan setelah halte beroperasi

    (skenario 2) maupun setelah halte, jalur

    khusus bus, dan prioritas untuk bus di

    simpang bersinyal telah diterapkan (skenario

    3), maka jumlah armada yang perlu

    dioperasikan Perum DAMRI di setiap

    segmen waktu adalah sebagai berikut.

    Dari tabel diatas diketahui bahwa pada

    skenario 2, jumlah armada yang perlu

    dimiliki oleh Perum DAMRI tetap

    berjumlah 18 unit. Sedangkan pada skenario

    3, jumlah armada yang perlu dimiliki oleh

    Perum DAMRI berkurang menjadi 17 unit.

    Dengan cycle time yang telah didapatkan,

    jumlah siklus/sirkulasi yang dapat dilakukan

    bus di setiap segmen waktu dan setiap

    harinya adalah sebagai berikut.

    Dari tabel diatas diketahui bahwa pada

    skenario 1, jumlah siklus/sirkulasi yangdapat dilakukan bus adalah 5 kali pada hari

    kerja dan 6 kali pada hari libur kerja.

    Selanjutnya pada skenario 2, jumlah

    siklus/sirkulasi yang dapat dilakukan bus

    adalah 5 kali pada hari kerja dan meningkat

    menjadi 7 kali pada hari libur kerja.

    Terakhir, pada pada skenario 3, jumlah

    siklus/sirkulasi yang dapat dilakukan bus

    meningkat menjadi 7 kali pada hari kerja

    dan hari libur kerja.

    Dari jumlah siklus/sirkulasi pada ketiga

    kondisi/skenario tersebut, jumlah kilometer

    1 2 3

    Pagi 600 600 686

    Siang 400 436 533

    Sore 436 480 600

    Pagi 600 600 686

    Siang 600 600 686

    Sore 686 800 800

    Kapasitas Jalur tiap Skenario (penumpang/jam)

    Weekday

    Weekend

    Segmen

    WaktuHari

    1 2 3

    Pagi 18 18 15

    Siang 18 17 13

    Sore 18 18 13

    Pagi 18 18 17

    Siang 18 18 15

    Sore 18 17 14

    Jumlah Armada tiap Skenario (bus)

    Weekday

    Weekend

    Segmen

    WaktuHari

    1 2 3

    Pagi 2 2 3

    Siang 1 1 2

    Sore 2 2 2

    Pagi 2 2 2

    Siang 2 2 2

    Sore 2 3 3

    Jumlah siklus tiap Skenario

    Weekday

    Weekend

    SegmenWaktu

    Hari

  • 7/26/2019 1_1_15009008_berkas

    7/11

    tempuh dan jam operasi yang dapat dicapai

    bus setiap tahunnya pada ketiga

    kondisi/skenario adalah sebagai berikut.

    Setelah diketahui komponen pembentuk

    biaya pokok jasa angkutan untuk setiap bus,

    maka didapatkan biaya tetap per tahun,

    biaya tidak tetap, dan biaya tidak langsung

    per tahun untuk setiap bus adalah sebagai

    berikut.

    Dengan diketahuinya jumlah kilometer

    tempuh setiap tahun, dan jumlah jam operasi

    bus tiap tahun, maka biaya pokok per tahun

    yang menjadi beban Perum DAMRI pada

    ketiga kondisi/skenario bila 18 unit bus yang

    ada tetap dipertahankan adalah sebagai

    berikut.

    Bila headway dan kapasitas jalur pada

    kondisi eksisting (skenario 1) akan tetap

    dipertahankan setelah halte beroperasi

    (skenario 2) maupun setelah halte, jalur

    khusus bus, dan prioritas untuk bus di

    simpang bersinyal telah diterapkan (skenario

    3), maka biaya pokok per tahun yang

    menjadi beban Perum DAMRI pada ketiga

    kondisi/skenario setelah diketahui jumlah

    armada yang perlu dimiliki Perum DAMRI,

    jumlah armada yang perlu dioperasikan

    Perum DAMRI di setiap segmen waktu,

    jumlah kilometer tempuh setiap tahun, dan

    jumlah jam operasi bus tiap tahun adalah

    sebagai berikut.

    1 50,438 5,367

    2 52,619 5,285

    3 64,695 5,633

    Jumlah KilometerTempuh (km)

    Jumlah JamOperasi Bus (jam)

    Skenario

    per km Rp 3,195

    per jam 104Rp

    20,630,826Rp

    Biaya Tetap (Depresiasi

    Straight Line)

    Biaya Tetap (Depresiasi

    Capital Recovery)

    Biaya Tidak

    Tetap

    Biaya Tidak Langsung

    320,653,311Rp

    358,057,104Rp

    1 2 3

    6,445,027,879Rp6,445,027,879Rp6,445,027,879Rp

    5,771,759,600Rp5,771,759,600Rp

    9,727,284,109Rp

    9,874,437,923Rp9,179,319,845Rp9,054,015,830Rp

    371,400,000Rp371,400,000Rp371,400,000Rp

    3,731,278,322Rp3,036,160,244Rp2,910,856,230Rp

    Biaya tetap

    (1)

    Biaya tetap

    (2)

    Biaya tidak

    tetap

    Biaya tidak

    langsung

    Biaya pokok

    (1)

    Biaya pokok

    (2)

    Biaya/tahunKondisi/Skenario

    5,771,759,600Rp

    10,547,706,202Rp9,852,588,123Rp

    1 2 3

    6,086,970,775Rp6,445,027,879Rp6,445,027,879Rp

    5,451,106,289Rp5,771,759,600Rp

    9,727,284,109Rp

    8,793,113,976Rp9,138,710,340Rp9,054,015,830Rp

    370,833,333Rp371,400,000Rp371,400,000Rp

    2,971,174,354Rp2,995,550,740Rp2,910,856,230Rp

    Biaya tetap

    (1)

    Biaya tetap

    (2)

    Biaya tidak

    tetap

    Biaya tidak

    langsung

    Biaya pokok

    (1)

    Biaya pokok

    (2)

    Biaya/tahunKondisi/Skenario

    5,771,759,600Rp

    9,428,978,462Rp9,811,978,619Rp

  • 7/26/2019 1_1_15009008_berkas

    8/11

    KESIMPULAN

    Kesimpulan dari penelitian ini adalah

    sebagai berikut.

    Dengan beroperasinya halte, maka cycle

    time bus dapat dikurangi sebanyak 3-13

    menit. Jumlah siklus/sirkulasi yang

    dapat dilakukan bus pada hari libur kerja

    bertambah sebanyak 1 kali sehingga

    produksi kilometer bus selama setahun

    meningkat sebanyak 5%.

    Dengan beroperasinya halte, jalur

    khusus bus, dan diterapkan prioritas

    untuk bus di simpang bersinyal, cycle

    time bus dapat berkurang sebanyak 13-

    56 menit. Jumlah siklus/sirkulasi yang

    dapat dilakukan bus pada hari kerja

    bertambah sebanyak 2 kali, sedangkan

    pada hari libur kerja bertambah

    sebanyak 1 kali sehingga produksi

    kilometer bus selama setahun meningkat

    sebanyak 33%.

    Pada kondisi halte beroperasi, headway

    pada hari kerja di segmen siang dan sore

    serta hari libur segmen sore berkurang

    sebesar 1 menit. Dengan headway yang

    lebih singkat, maka kapasitas bus Trans

    Metro Bandung untuk mengangkut

    penumpang per jam di jalur Trans Metro

    Bandung koridor Cicaheum-Cibeureum

    pada hari kerja segmen siang dapat

    meningkat sebesar 9%, segmen sore

    meningkat sebesar 10%, dan pada hari

    libur segmen sore meningkat sebesar

    17%.

    Pada kondisi halte, jalur khusus bus, dan

    prioritas untuk bus di simpang bersinyal

    telah diterapkan, headway dapat

    berkurang sebesar 1-3 menit pada hari

    kerja dan 1-2 menit pada hari libur kerja.

    Dengan headway yang lebih singkat,

    maka kapasitas bus Trans Metro

    Bandung untuk mengangkut penumpang

    per jam di jalur Trans Metro Bandung

    koridor Cicaheum-Cibeureum pada hari

    kerja dapat meningkat sebesar 14-38%

    dan pada hari libur dapat meningkat

    sebesar 14-17%.

    Peningkatan kapasitas jalur tersebut

    mengakibatkan biaya pokok yang

    menjadi beban operator setiap tahunnya

    untuk pengoperasian seluruh armada bus

    meningkat sebesar 1,3-1,4% atau Rp

    125.304.014,00 pada kondisi halte

    beroperasi dan 8-9% atau Rp

    820.422.092,00 pada kondisi halte, jalur

    khusus bus, dan prioritas untuk bus di

    simpang bersinyal telah diterapkan.

    Pada kondisi halte telah beroperasi, bila

    headway dan kapasitas jalur eksisting

  • 7/26/2019 1_1_15009008_berkas

    9/11

    tetap dipertahankan, pada segmen siang

    hari kerja dan segmen sore hari libur

    kerja terdapat pengurangan jumlah

    armada bus sebanyak 1 unit. Namun

    jumlah armada yang harus dimiliki

    Perum DAMRI tetap 18 unit.

    Sedangkan pada kondisi halte, jalur bus,

    dan prioritas untuk bus di simpang

    bersinyal telah diterapkan, terdapat

    pengurangan jumlah armada bus pada

    hari kerja segmen pagi sebanyak 3 unit,

    segmen siang sebanyak 5 unit, dan

    segmen sore sebanyak 5 unit. Untuk hari

    libur kerja pada segmen pagi berkurang

    sebanyak 1 unit, segmen siang sebanyak

    3 unit, dan segmen sore sebanyak 4 unit.

    Jumlah armada yang harus dimiliki

    Perum DAMRI berkurang menjadi 17

    unit.

    Pada kondisi ketika halte telah

    beroperasi, dengan adanya pengurangan

    jumlah armada yang perlu dioperasikan

    pada segmen siang hari kerja dan

    segmen sore hari libur, biaya tidak tetap

    hanya bertambah sebesar 3%

    dibandingkan dengan memilih opsi

    peningkatan kapasitas jalur yang

    mengakibatkan biaya tidak tetap

    bertambah sebesar 4,3%. Operator dapat

    menghemat biaya sebesar Rp

    40.609.504,00.

    Sedangkan pada kondisi halte, jalur

    khusus bus, dan prioritas untuk bus di

    simpang bersinyal telah diterapkan, bila

    headway dan kapasitas jalur eksisting

    tetap dipertahankan, biaya yang

    diperlukan operator setiap tahunnya

    untuk pengoperasian seluruh armada bus

    dapat berkurang sebesar 3% atau sekitar

    Rp 260-300 juta dibandingkan dengan

    kondisi eksisting.

    DAFTAR PUSTAKA

    Vuchic, R. Vukan. (2001) : Urban Transit :

    Operations, Planning, and Economics.

    John Wiley & Sons, Inc.

    Morlok, Edward K. (1978) : Introduction to

    Transportation Engineering and

    Planning. McGraw-Hill.

    Tarquin, Blanc. (2005) : Engineering

    Economy, 6th

    edition. McGraw-Hill

    International Edition.

    Dueker, Kenneth J., et. al. (2004) :

    Determinants of Bus Dwell Time.

    Journal of Public Transportation, vol.7,

    no.1.

    Erdman, John W., dan Panuska Jr., Edward

    J. (1976) : Exclusive Bus Lane

  • 7/26/2019 1_1_15009008_berkas

    10/11

    Experiment. Traffic Engineering, July

    1976.

    Kittelson & Associates, Inc., (1999) :

    Transit Capacity and Quality of Service

    Manual. Transit Cooperative Research

    Program Web Document 6 (Project A-

    15) Contractors Final Report.

    American Public Transportation Association

    (2010) : Designing Bus Rapid Transit

    Running Ways. American Public

    Transportation Association

    Recommended Practice.

    Transportation Research Board of The

    National Academies (2007) : Design,

    Operation, and Safety At-Grade

    Crossings of Exclusive Busway. Transit

    Cooperative Research Program Report

    117.

    Rahman, Rahmatang : Analisis Biaya

    Operasi Kendaraan Angkutan Umum

    Antar Kota Dalam Propinsi Rute Palu-

    Poso.Jurnal Rekayasa dan Manajemen

    Transportasi.

    Alhadar, Ali. (2005) : Analisis Unjuk KerjaAngkutan Antar Kota Dalam Propinsi

    Rute Palu-Poso.Majalah Ilmiah Mektek

    Tahun VII No.1 Januari.

    Joaquin, Nicolai C., dan Weiss, Dietmar M.

    (2008) : Influences of Operational Issues

    on The Operational Cost of BRT Buses

    and BRT Systems. Proceedings of the

    27th

    Southern African Transport

    Conference.

    Armstrong-Wright, Alan, dan Thiriez,

    Sebastian (1987) : Bus Services :

    Reducing Cost, Raising Standards.

    World Bank Technical Paper, Urban

    Transport Series.

    Price Waterhouse Office of Government

    Services (1987) : Fully Allocated Cost

    Analysis : Guidelines For Public Transit

    Providers. US Department of

    Transportation, Urban Mass

    Transportation Administration.

    Binarum, Puti (2011) : Kajian Sistem

    Operasi Bus DAMRI Bandung Studi

    Kasus Bus Ekonomi Cicaheum-

    Cibeureum. Tugas Akhir Program

    Sarjana Teknik SIpil, Fakultas Teknik

    Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi

    Bandung.

    Undang-Undang Republik Indonesia nomor

    22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

    Angkutan Jalan.

    Keputusan Menteri Perhubungan nomor 89

    tahun 2002 tentang Mekanisme

  • 7/26/2019 1_1_15009008_berkas

    11/11

    Penetapan dan Formula Perhitungan

    Tarif Angkutan Penumpang dengan

    Mobil Bus Umum Antar Kota Kelas

    Ekonomi.

    Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Darat

    687 tahun 2002 tentang Penyelenggaraan

    Angkutan Penumpang Umum di

    Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap

    dan Teratur.