110411873 Laporan Praktikum Resep Emulsi Suspensi

13
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I EMULSI DAN SUSPENSI Disusun oleh : Nama No. Mahasiswa Tgl. Praktikum Hari Dosen Pembimbing : : : : : Linus Seta Adi Nugraha 09 0064 23 November 2009 Senin Ratna Anggraeni, S.Farm., Apt LABORATORIUM FARMASETIKA AKADEMI FARMASI THERESIANA SEMARANG 2009

Transcript of 110411873 Laporan Praktikum Resep Emulsi Suspensi

Page 1: 110411873 Laporan Praktikum Resep Emulsi Suspensi

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASETIKA I

EMULSI DAN SUSPENSI

Disusun oleh :

Nama

No. Mahasiswa

Tgl. Praktikum

Hari

Dosen Pembimbing

:

:

:

:

:

Linus Seta Adi Nugraha

09 0064

23 November 2009

Senin

Ratna Anggraeni, S.Farm., Apt

LABORATORIUM FARMASETIKA

AKADEMI FARMASI THERESIANA

SEMARANG

2009

Page 2: 110411873 Laporan Praktikum Resep Emulsi Suspensi

EMULSI DAN SUSPENSI

1. TUJUAN

o Mahasiswa mampu memahami dan membuat sediaan obat berbentuk

emulsi yang menggunakan emulgator tunggal.

o Mahasiswa mampu memahami dan membuat sediaan obat berbentuk suspensi

dengan penggunaan kombinasi suspending agent.

2. DASAR TEORI

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia

yang terlarut, misal terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau

campuran pelarut yang saling bercampur. (Anonim, 2004)

Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut,

sebagai pelarut digunakan air suling, kecuali dinyatakan lain. (Anief, M, 2005)

Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu

cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut.

Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada

suhu 20o, kecuali dinyatakan lain menunjukan 1 bagian bobot zat padat atau 1

bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. Pernyataan

kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu kamar.

(Anief, M., 2005)

Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka

penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan

keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik, jika larutan diencerkan

atau dicampur. (Anonim, 1995)

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan

obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau

surfaktan yang cocok.

Page 3: 110411873 Laporan Praktikum Resep Emulsi Suspensi

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak

tercampur, biasanya air dan minyak, di mana cairan yang satu terdispersi

menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.

Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini bergabung (koalesen) dan

membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah.

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling agar

memperoleh emulsa yang stabil.

Sebagai emulgator agar-agar dilarutkan dulu dalam air panas dan

dibiarkan sehari semalam lalu didihkan lagi. Dalam air dingin agar-agar tidak

larut tetapi mengembang dan larutannya 0,5% agar-agar masih berupa selai.

Digunakan larutan agar-agar sebagai emulgator, adalah karena viskositas

larutannya yang tinggi, maka itu penggunaannya sebagai emulgator adalah

merupakan campuran dengan emulgator lain seperti, PGA, Span dan Tween,

Tragacantha. Setelah dibuat larutan lalu dibuat emulsi dengan minyaknya

dengan diaduk kuat-kuat dengan mixer (alat pencampur). (Anief, M., 1995)

Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) di sekeliling

butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah

terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah.

Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu wemulsi tipe M/A di mana tetes minyak

terdispersi dalam fase air dan tipe A/M di mana fase intern adalah air dan fase

extern adalah minyak.

Zat pengemulsi adalah P.G.A., Tragacantha, Gelatin, Sapo, Senyawa

Ammonium kwartener, Cholesterol, Surfactan seperti Tween, Spaan dan lain-

lainnya. Untuk menjaga stabilnya emulsi perlu diberi pengawet yang cocok.

Emulsa dapat dibedakan dalam: 1. Emulsa Vera (Emulsi alam) dan

2. Emulsa Spuria (Emulsi buatan)

Pembuatan emulsi minyak lemak biasanya dibuat dengan emulgator gom

arab, dengan perbandingan untuk 10 bagian minyak lemak dibuat 100 bagian

emulsi. Gom arab yang digunakan adalah separo jumlah minyak lemak.

Sedangkan air yang digunakan adalah 1,5 x berat PGA. (Anief, M., 2005)

Dalam perdagangan terdapat vitamin A dalam larutan minyak sebagai

asetat atau palmitat dengan kadar 1.000.000 S.I., tiap 1 g larutanminyak.

Sedangkan vitamin D2 diperoleh sebagai kristal yang 1 g kristal

mempunyai daya antirachitis 40.000.000 S.I. (Anief, M., 2005)

Page 4: 110411873 Laporan Praktikum Resep Emulsi Suspensi

Vitamin A dan D dapat larut dalam minyak. Untuk melarutkan vitamin A

dan D dalam air dapat dilakukan dengan penambahan bahan Tween 80 sebanyak

3 kali jumlah minyak-vitamin. (Anief, M., 2005)

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut

yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi

adalah sediaan seperti tersebut di atas dan tidak termasuk kelompok suspensi

yang lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-lain.

Beberapa suspensi dapat langsung dugunakan, sedangkan yang lain berupa

sediaan padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang

sesuai segera sebelum digunakan.

Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel yang

terdispersi dalam pembawa cair yang bertujuan untuk penggunaan pada kulit.

Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai lotio termasuk dalam golongan ini.

(Anonim, 1995)

3. RESEP

15. R/ Vitamin A 1,5 jt SI/g

Vitamin D 2 jt SI/g

Ol. Citri

Tween 80

Sirupus simpleks

Aquadest ad

M. f. emulsion

S 1 dd C I

0,6

0,5

X

5

60

100 ml

Pro

Umur

Alamat

:

:

:

Tika

18 tahun

Jl. Melati 7 Semarang

Page 5: 110411873 Laporan Praktikum Resep Emulsi Suspensi

17. R/ Chlorampenicol palmitat

CMC

Tween 80

Propilenglikol

Sirupus Simpleks

Aquadest ad

M. f. suspensio

4

1

0,5

20

15

100

Pro

Umur

Alamat

:

:

:

Dani

10 tahun

Jl. Mawar 7 Semarang

Usul : Signa diperjelas, misal 3 dd I Cth

4. PEMERIAN

Resep 14. :

Axerophtolum / Vitamin A, (Anonim, 1995)

Dalam bentuk cair berupa minyak berwarna kuning muda sampai merah

yang dapat memadat pada pendinginan. Dalam bentuk padat mempunyai

penampilam seperti pegencer yang ditambahkan. Praktis tidak berbau

atau sedikit berbau ikan, tetapi tidak berasa atau berbau tengik. Tidak

stabil terhadap udara dan cahaya. Dalam bentuk cair tidak larut dalam air

dan dalam gliserin. Sangat larut dalam kloroform dan dalam eter. Larut

dalam etanol mutlak dan dalam minyak nabati. Dalam bentuk padat

terdispersi dalam air.

Khasiat : sumber vitamin A

Ergocalciferolum / vitamin D, (Anonim, 1995)

Hablur putih, tidak berbau, dapat terpengaruh oleh cahaya dan udara.

Tidak larut dalam air, larut dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter

dan dalam minyak lemak.

Khasiat : Anti rakitis

Page 6: 110411873 Laporan Praktikum Resep Emulsi Suspensi

Oleum Citri , (Anonim, 1995)

Cairan kuning pucat atau kuning kehijauan, bau khas, rasa pedas dan

agak pahit. Larut dalam 12 bagian etanol 90% P. Larut agak

beropalesensi dapat bercampur dengan etanol mutlak P.

Khasiat : Bahan tambahan, Corringen odoris

Polysorbatum 80, (Anonim, 1995)

Cairan seperti minyak, jenuh, berwarna kuning muda hingga cokelat

muda. Bau khas lemah, rasa pahit dan hangat. Sangat mudah larut dalam

air, larutan tidak berbau dan praktis tidak berwarna. Larut dalam etanol,

dalam etyil asetat. Tidak larut dalam minyak mineral.

Khasiat : Bahan Tambahan

Sirupus Simpleks, (Anonim, 1979)

Cairan jernih tidak berwarna..

Khasiat : Bahan tambahan, Corringen Saporis

Resep 17. :

Chlorampenicol Palmitat, (Anonim, 1995)

Serbuk hablur, halus seperti lemak, putih, bau lemah, hampir tidak

berasa. Tidak larut dalam air. Mudah larut dalam aseton dan dalam

kloroform. Larut dalam eter. Agak sukar larut dalam etanol. Sangat sukar

larut dalam hexana.

Khasiat : Antibiotik

Natrium Carboxymetylcelulosum / CMC sodium, (Anoim, 1995)

Serbuk atau butiran putih higroskopis, mudah mendispersi dalam air,

membentuk suspensi. Praktis tidak larut dalam etanol, dalam eter dan

dalam pelarut organik lain.

Khasiat : Bahan tambahan, suspending agent

Page 7: 110411873 Laporan Praktikum Resep Emulsi Suspensi

Polysorbatum 80, (Anonim, 1995)

Cairan seperti minyak, jenuh, berwarna kuning muda hingga cokelat

muda. Bau khas lemah, rasa pahit dan hangat. Sangat mudah larut dalam

air, larutan tidak berbau dan praktis tidak berwarna. Larut dalam etanol,

dalam etyil asetat. Tidak larut dalam minyak mineral.

Khasiat : Bahan Tambahan

Propilenglikol, (Anonim, 1995)

Cairan kental, jernih, tidak berwarna. Rasa khas, praktis tidak berbau,

menyerap air pada udara lembab. Dapat bercampur dengan air, dengan

aceton, dengan kloroform. Larut dalam eter dan dalam beberapa minyak

esensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.

Khasiat : Bahan tambahan

Sirupus Simpleks, (Anonim, 1979)

Cairan jernih tidak berwarna..

Khasiat : Bahan tambahan, Corringen Saporis

5. PERHITUNGAN DOSIS

Resep 15. :

Pemakaian Vitamin A TP

1 x : 15

/100 x 0,6 x 1,5 jt SI = 135.000 SI

1 h : 135.000 SI

>

1 x : -

1 h : 18

/20 x 20.000-30.00 SI =

18 ribu-27 ribu SI

Lampau, usul jumlah bahan dikurangi menjadi 0,1 gr

Pemakaian Vitamin A TP

1 x : 15

/100 x 0,1 x 1,5 jt SI = 22.500 SI

1 h : 22.500 SI

=

1 x : -

1 h : 18

/20 x 20.000-30.00 SI =

18 ribu-27 ribu SI

Tercapai

Page 8: 110411873 Laporan Praktikum Resep Emulsi Suspensi

Pemakaian Vitamin D TP

1 x : 15

/100 x 0,5 x 2 jt SI = 150.000 SI

1 h : 150.000 SI

>

1 x : -

1 h : 18

/20 x 50.000 = 45000 S.I

Lampau, usul jumlah bahan dikurangi menjadi 0,15 gr

Pemakaian Vitamin D TP

1 x : 15

/100 x 0,15 x 2 jt SI = 45.000 SI

1 h : 45.000 SI

=

1 x : -

1 h : 18

/20 x 50.000 = 45.000 S.I

Tercapai

Resep 17. :

Pemakaian Chlorampenicol palmitat TP

1x : 5/100 x 4 = 0,2 gr = 200 mg

1h : 3 x 200 mg = 600 mg

=

=

1x : 10

/20 x 250-500 mg = 125-250 mg

1h : 10

/20 x 1-2 gr = 500-1000 mg

Tercapai

6. PERHITUNGAN BAHAN

Resep 15. :

Vitamin A (1,5 jt S.I.)

Vitamin D (2 jt S.I.)

Ol. Citri

Tween 80

Sirupus Simpleks

Sukrosa : 65% x 60 = 39 gr

Aquadest : 21 ml

Aquadest ad

=

=

=

=

=

=

0,1 gr

0,15 gr

10 tetes

5 gr

60 gr

100 ml

Page 9: 110411873 Laporan Praktikum Resep Emulsi Suspensi

Resep 17 :

Chlorampenicol palmitat

CMC

Air untuk CMC : 20 x 1 = 20 ml

Tween 80

Propilenglikol

Sirupus simpleks

Sukrosa : 65% x 15 = 9,75 gr

Aquadest : 5,25 ml (=> 5,5 ml)

Aquadest ad

=

=

=

=

=

ad

4 gr

1gr

0,5 gr

20 gr

15 gr

100

7. CARA KERJA

Resep 14. :

Kalibrasi botol 100 ml

Timbang, Tween 80, masukan mortir

Timbang vitamin A masukan mortir, aduk rata

Timbang vitamin D masukan mortir, aduk rata

Timbang sirupus sumpleks, masukan mortir, aduk rata

Tetesi oleum citri, masukan botol

Page 10: 110411873 Laporan Praktikum Resep Emulsi Suspensi

Cukupkan dengan aquadest

Beri etiket putih dan kocok dahulu

Resep 18. :

Kalibrasi botol 100 ml

Timbang CMC, kembangkan dalam cawan berisi air panas

Timbang Chlorampenicol plamitat, masukan mortir, gerus halus

Timbang Propilenglikol, masukan mortir, larutkan

Masukan CMC ke dalam mortir, aduk rata

Timbang Tween 80, masukan mortir aduk rata

Timbang sirupus simpleks, masukan mortir, aduk rata, masukan botol

Masukan botol, cukupkan dengan aquadest

Beri etiket putih dan kocok dahulu

Page 11: 110411873 Laporan Praktikum Resep Emulsi Suspensi

8. PEMBAHASAN

1. Pada resep 15. yang menjadi permasalahannya adalah membuat

emulsi tipe M/A dengan menggunakan emulgator tunggal. Emulgator

yang digunakan disini adalah Tween 80. Tween 80 sendiri adalah

suatu emulgator dengan tipe hidrofil, sehingga sangat cocok

digunakan pada emulsi tipe M/A. Emulgator yang dibutuhkan adalah

5-20% dari fase minyak. Jumlah Tween 80 pada resep ini sudah

memenuhi syarat jumlah tersebut, sehingga diharapkan akan menjadi

suatu emulsi yang baik. Selain itu vitamin D yang terdapat resep ini

berfungsi dengan paling baik jika dilarutkan dalam air, lalu emulsi,

dan yang terakhir dalam minyak. Karena Vitamin D tidak larut dalam

air, maka dibuat suatu sediaan emulsi, daripada Vitamin D dilarutkan

dalam minyak.

Sedangkan permasalahan pada resep 17. adalah pembuatan

suspensi dengan kombinasi suspending agent. Suspending agent yang

digunakan disini adalah Tween 80 dan CMC. CMC disini selain

berfungsi sebagai suspending agent, juga berfungsi sebagai penstabil

suspensi agar tidak cepat mengendap ataupun pecah. Dalam resep ini

terdapat chlorampenicol palmitat yang berfungsi sebagai antibiotik

dan propilenglikol sebagai pelarutnya. Sehingga Chlorampenicol

dilarutkan terlebih dahulu dalam propilenglikol yang dapat

melarutkan 7 bagian dari Chlorampenicol.

2. Indikasi secara umum yang terdapat pada resep 15 adalah sebagai

sumber multivitamin A dan D. Sehingga sangat baik dikonsumsi oleh

anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, ataupun orang

dewasa yang sedang membutuhkan asupan vitamin.

Indikasi secara umum yang terdapat pada resep 17 adalah

sebagai antibiotik, hal ini ditunjukan dengan terdapatnya

Chlorampenicol yang berfungsi sebagai antibiotik.

Page 12: 110411873 Laporan Praktikum Resep Emulsi Suspensi

3. Informasi yang perlu diberitahukan kepada pasien tentang resep 15

adalah tentang cara pemakaian obat ini. Obat ini lebih baik dipakai

sekali sehari, artinya dalam sehari hanya diminum satu kali. Hal ini

disebabkan karena jika dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan

hiperavitaminosis atau keracunan. Selain itu yang perlu diperhatikan

adalah bahwa obat ini sebaiknya tidak disimpan dalam lemari es,

karena dapat memadat dan tidak dapat diminum.

Sedangkan informasi yang perlu disampaikan kepada pasien

tentang resep 17 adalah bahwa obat ini adalah suatu antibiotik yang

harus dikonsumsi secara teratur, dan sampai habis. Selain itu, karena

obat ini berbentuk suspensi, jangan lupa disampaikan kepada pasien

untuk mengkocoknya terlebih dahulu sebelum diminum.

9. KESIMPULAN

1. Pada pembuatan resep berbentuk emulsi dengan menggunakan emulgator

tunggal, sebaiknya dilihat terlebih dahulu tipe dari emulgator, hidrofil atau

lipofil.

2. Pembuatan resep emulsi, sebaiknya penambahan air atau minyak harus

sekaligus untuk mencegah berubahnya tipe emulsi.

3. Hendaknya penggunaan zat tambahan tidak terlalu banyak. Karena zat

tambahan bukan obat.

4. Dalam pembuatan sediaan suspensi dengan menggunakan kombinasi

suspending agent, sebaiknya memandang perbandingan jumlahnya.

Page 13: 110411873 Laporan Praktikum Resep Emulsi Suspensi

10. DAFTAR PUSTAKA

Anief, M.,

Anonim,

Anonim,

Anonim,

Van Duin,

2005, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta.

2003, Ilmu Resep Teori, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta.

1995, Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

2003, http//:www.medicafarma.com, Jakarta.

1954, Buku Penuntun Ilmu Resep dalam Praktek dan Teori,

Soeroengan, Jakarta.

Semarang, 23 November 2009

Linus Seta Adi Nugraha