10_pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan_2008
-
Upload
widiana-safaat -
Category
Documents
-
view
20 -
download
1
description
Transcript of 10_pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan_2008
PT-PLA C 1.3-2008
DIREKTORAT PENGELOLAAN AIRDIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR
DEPARTEMEN PERTANIAN
2008
PEDOMAN TEKNIS
PENGEMBANGAN AIR PERMUKAAN
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
i
KATA PENGANTAR
Sampai saat ini air permukaan masih merupakan sumber air
yang memberikan konstribusi terbesar untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan
langsung hidupnya maupun sebagai sumber air irigasi untuk
kegiatan budidaya pertanian (tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan maupun peternakan). Dengan demikian
pemanfaatan air permukaan sebagai sumber air irigasi perlu
dikelola dengan baik sesuai dengan potensinya sehingga dapat
dimanfaatkan secara lestari.
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan ini disusun
untuk memberikan panduan bagi pelaksana di tingkat
lapangan agar dapat melaksanakan pengembangan air
permukaan dengan lebih baik. Pedoman ini memuat arahan
secara garis besar tentang persyaratan pemilihan lokasi &
petani/kelompok, bentuk sumber air permukaan dan jenis-jenis
kegiatan, tata cara pelaksanaan maupun system monitoring
dan evaluasinya.
Dengan disusunnya pedoman ini diharapkan adanya kesamaan
pemahaman antara aparat Pusat-Propinsi-Kabupaten/Kota
dalam melaksanakan kegiatan pengembangan air permukaan.
Hal ini perlu dilakukan mengingat beragamnya kondisi dan
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
ii
potensi daerah yang berdampak pada beragamnya
perkembangan teknologi irigasi yang berkembang di setiap
daerah. Perbedaan budaya, kondisi sosial ekonomi petani
maupun kondisi fisik geografis akan menyebabkan adanya
pemilihan teknologi teknologi pemanfaatan sumber air
permukaan yang berbeda pula. Selanjutnya Pedoman Teknis
ini harus dijabarkan lebih lanjut dalam Petunjuk
Pelaksanaan oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Peternakan Propinsi dan petunjuk teknis oleh Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Peternakan
Kabupaten/Kota yang disesuaikan dengan kondisi dan
potensi di daerah masing-masing.
Akhirnya harapan kami semoga pedoman ini dapat bermanfaat
sebagai acuan dasar dalam pelaksanaan kegiatan
pengembangan air permukaan sehingga harapan masyarakat
petani terhadap ketersediaan air irigasi dapat dipenuhi
Jakarta, Januari 2008
Direktur Pengelolaan Air,
Dr. Ir. S. Gatot Irianto NIP. 080 085 357
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN …………………………………………………. 1
A. Latar Belakang ……………………………………………… 1 B. Tujuan dan Sasaran ……………………………………… 2 C. Pengertian ……………………………………………………. 3
II. PEMILIHAN LOKASI PETANI/KELOMPOK TANI… 4
A. Pemilihan Lokasi ……………………………..……………. 4 B. Pemilihan Petani/Kelompok Tani …………………….. 5
III. BENTUK-BENTUK SUMBER AIR DAN JENIS
KEGIATAN …………………………………………………………. 6 A. Sumber Air Permukaan ………………………..………… 6 B. Jenis-Jenis Kegiatan ………………………………………. 9
IV. PELAKSANAAN ………………………………………………….. 14 A. Survai, Investigasi dan Rencana Desain ………….. 14 B. Pengadaan Bahan dan Peralatan…………………….. 15 C. Prinsip. Kebijakan dan Strategi ………………………. 16 D. Pembiayaan………………………………………………….. 18
V. MONITORING DAN EVALUASI …………………………. 19 A. Indikator Kinerja …………………………………......... 19 B. Monitoring ………………………………………………….. 20 C. Pelaporan ……………………….…………................... 20
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan budidaya pertanian baik dalam
pengembangan tanaman pangan, hortikultura, peternakan
maupun perkebunan; ketersediaan air merupakan faktor
yang sangat strategis. Tanpa adanya dukungan
ketersediaan air yang sesuai dengan kebutuhan baik
dalam dimensi jumlah, mutu, ruang maupun waktunya,
maka dapat dipastikan kegiatan budidaya tersebut akan
berjalan dengan tidak optimal.
Air permukaan dan air tanah merupakan sumber air utama
yang digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pertanian, industri, rumah tangga dan kebutuhan-
kebutuhan lainnya. Namun demikian sampai saat ini
sebagian besar kebutuhan air masih mengandalkan dari
sumber air permukaan. Oleh karena itu sumber air
permukaan perlu dikelola dengan baik sehingga mampu
memberikan manfaat bagi pengembangan sektor
pertanian.
Dengan adanya pedoman teknis ini diharapkan sumber air
permukaan dapat dimanfaatkan secara optimal dan
berkelanjutan
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
2
B. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Tujuan kegiatan pengembangan air permukaan
adalah
a. Memanfaatkan potensi sumber air permukaan
untuk irigasi ;
b. Meningkatkan ketersediaan air irigasi sehingga
dapat menjamin pasokan air dalam berusaha
tani;
c. Meningkatkan luas areal tanam, indeks
pertanaman dan produktivitas usaha tani ;
d. Meningkatkan produksi pertanian, pendapatan
dan kesejahteraan petani.
2. Sasaran
a. Terbangunnya pengembangan air permukaan
sebagai irigasi untuk mengairi lahan pertanian
seluas 5-10 Ha ;
b. Meningkatnya ketersediaan air irigasi untuk usaha
tani ;
c. Meningkatnya luas areal tanam, IP dan
produktivitas usaha tani ;
d. Meningkatnya produksi pertanian, pendapatan
dan kesejahteraan petani.
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
3
C. Pengertian
1. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat
pada permukaan tanah (sungai, danau, mata air,
terjunan air).
2. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air
untuk menunjang usaha pertanian, termasuk
didalamnya tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan peternakan.
3. Sumber air adalah tempat/wadah air alami dan atau
buatan yang terdapat pada, diatas ataupun di bawah
permukaan tanah.
4. Koordinat : letak/posisi suatu wilayah berdasarkan
garis lintang, garis bujur dan ketinggian diatas
permukaan laut.
5. Kincir Air adalah alat untuk menaikkan air dengan
memanfaatkan aliran/arus air.
6. Kincir angin adalah alat untuk menaikkan air dengan
menggunakan pompa yang digerakkan dengan
tenaga angin.
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
4
II. PEMILIHAN LOKASI PETANI/KELOMPOK PETANI
Dalam pengembangan air permukaan, ada dua factor penting
yang perlu diperhatikan agar kegiatan ini dapat berhasil
dengan baik. Faktor tersebut adalah : (a) pemilihan lokasi dan
(b) pemilihan petani.
A. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi memperhatikan persyratan sebagai
berikut :
- Letak lokasi berdasarkan daerah administrative dan
koordinat lintang dan bujur dengan menggunakan
Global Positioning System (GPS).
- Kondisi usaha tani yang dibudidayakan.
- Kondisi prasarana dan sarana irigasi
- Potensi air permukaan untuk irigasi, meliputi debit
andalan
- Permasalahan dalam usaha tani khususnya pada
aspek ketersediaan air.
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
5
B. Pemilihan Petani/Kelompok Tani
Pemilihan petani/kelompok tani memperhatikan
persyaratan sebagai berikut :
1. Petani di lokasi memerlukan air irigasi dan
mampu/bersedia memanfaatkan serta merawat
infrastruktur irigasi air permukaan dengan baik.
2. Petani berinisiatif untuk mengusahakan komoditas
pertanian yang bernilai ekonomi tinggi.
3. Telah terbentuk Kelompok Tani/P3A atau segera
akan membentuk Kelompok Tani/P3A.
4. Mampu dan bersedia menyediakan dana perasional &
pemeliharaan secara berkelompok.
5. Petani/kelompok tani terpilih belum pernah
mendapat bantuan sejenis.
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
6
III. BENTUK-BENTUK SUMBER AIR PERMUKAAN DAN
JENIS KEGIATAN
A. Sumber Air Permukaan
Beberapa contoh sumber air permukaan yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber air irigasi, adalah :
1. Air Bekas Galian Tambang/Air Kolong
Bekas aktivitas galian tambang biasanya
meninggalkan lubang-lubang besar yang setelah
selesainya penggalian ditinggal begitu saja. Bekas
galian ini pada musim hujan akan penuh terisi air
yang sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai
air irigasi. Di Propinsi Bangka Belitung bekas galian
tambang timah dapat mencapai ukuran 80 x 40 x 5
meter. Sehingga air yang tertampung di dalam galian
ini sebesar 16.000 m3, jumlah yang cukup untuk
dapat dimanfaatkan sebagai sumber air irigasi. Salah
satu contoh air kolong yang terdapat di Propinsi
Bangka Belitung seperti pada gambar 1.
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
7
Gambar 1. Sumber air permukaan bekas air kolong penambangan timah di
Bangka Belitung yang dapat dimanfaatkan untuk irigasi.
2. Terjunan Air
Terjunan air (gambar 2) merupakan air permukaan
yang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai
air irigasi. Terjunan air seperti ini pada umumnya
belum termanfaatkan secara optimal. Dengan sedikit
sentuhan teknologi (pembuatan bak penampung,
pembuatan saluran terbuka (open chanel) atau
saluran tertutup/pipa (close chanel), maka air ini
dapat dimanfaatkan untuk mengairi tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan maupun untuk
memenuhi kebutuhan air untuk pengembangan
peternakan
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
8
Gambar 2. Air permukaan yang belum dimanfaatkan dan sangat
berpotensial untuk dikembangkan sebagai sumber air
irigasi melalui pembuatan bak penampung dan
pemasangan pipa distribusi
3. Aliran Sungai
Pada daerah daerah tertentu banyak dijumpai aliran
sungai yang belum dimanfaatkan dengan optimal
(gambar 3). Melalui pengembangan air permukaan
(misalnya dengan pembuatan kincir air, pembuatan
saluran pembawa ataupun pemasangan pipa) maka
sumber air ini dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan air bagi pertanian (tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan dan peternakan).
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
9
Gambar 3. Aliran sungai/anak sungai yang dapat disadap sebagai sumber
air irigasi melalui pembuatan saluran air
B. Jenis-Jenis Kegiatan
Disadari bahwa kondisi lapangan sangat bervariasi,
dengan demikian jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan
melalui kegiatan pengembangan air permukaan sangat
beragam sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada di
daerah. Beberapa contoh kegiatan yang dapat
dilaksanakan dalam pengembangan air permukaan
adalah sebagai berikut :
1. Kincir Air
Pembangunan kincir air (gambar 4) dimaksudkan
untuk menaikkan air sungai dengan memanfaatkan
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
10
tenaga dari aliran/arus air. Pada umumnya kincir air
terdiri poros, lingkaran roda yang dilengkapi dengan
tabung dan sudut-sudut yang dipasang disekeliling
roda.
Gambar 4. Penggunaan kincir air untuk irigasi yang telah dipakai
masyarakat tani di Sumatera Barat.
2. Kincir Angin
Pembangunan kincir angin (gambar 5)
dimaksudkan untuk menaikkan air permukaan
dengan menggunakan pompa yang digerakkan
dengan tenaga angin. Teknologi ini sangat
cocok dipergunakan pada daerah-daerah
“remote” dimana sumberdaya lainnya (listrik,
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
11
BBM) belum tersedia. Teknologi ini disamping
tidak memerlukan biaya operasional yang besar
juga tidak menghasilkan polusi. Pompa air
dengan memanfaatkan tenaga angin (kincir
angin) sudah banyak dilakukan oleh petani-
petani di wilayah pantai utara Pulau Jawa.
Gambar 5 Pengembangan air permukaan dengan
menggunakan pompa yang digerakkan oleh
tenaga angin
3. Pembuatan Saluran/Pembawa
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
12
Pengembangan air permukaan dapat pula digunakan
mengalirkan air sungai dengan membangun saluran
irigasi baru (gambar 6). Dengan adanya pembuatan
saluran tersebut, diharapkan diperoleh penambahan
luas areal tanam, peningkatan indeks pertanaman
maupun peningkatan produktivitas tanaman.
Gambar 6. Pembangunan jaringan irigasi kuarter merupakan salah satu
aspek pengembangan air permukaan
4 . Pembuatan Bak Penampung dan Pemasangan
Pipa Distribusi
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
13
Pemanfaatan air permukaan (terjunan air) sebagai
sumber air irigasi dapat dilakukan dengan
pembuatan bak penampung yang dilengkapi dengan
pemasangan pipa-pipa untuk mendistribusikan air.
Selanjutnya air tersebut digunakan untuk
mengembangakan usaha budidaya pertanian baik
tanaman pangan, hortikultura maupun peternakan.
5 . Pompa Hidram
Pembangunan pompa hidram dimaksudkan untuk
menaikkan air dengan memanfaatkan tekanan
dinamik atau gaya yang timbul sebagai akibat
adanya perbedaan tinggi antara sumber air dengan
pompa hidram (gambar 7)
IV. PELAKSANAAN
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
14
A. Survai, Investigasi dan Desain Sederhana
Survai, Investigasi dan dimaksudkan untuk mendapatkan
calon lokasi dan calon petani yang sesuai untuk
pengembangan air permukaan. Desain Sederhana
dilaksanakan secara swakelola oleh Dinas
Kabupaten/Kota. Beberapa kriteria dari pembuatan
desain sederhana tersebut adalah :
- Survey investigasi dan desain sederhana
dilaksanakan secara swakelola dengan melibatkan
kelompok petani. Biaya/dana yang diperlukan dalam
pembuatan desain agar disediakan dari anggaran
pemerindah daerah kabupaten/kota.
- Calon lokasi dan calon petani yang memenuhi
persyaratan ditetapkan oleh Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota.
Laporan SID setidaknya memuat informasi tentang:
1. Keadaan umum lokasiSyarat Umum Lokasi
2. Petani/Kelompok Tani calon penerima kegiatan
3. Desain Sederhana
Rancangan/desain irigasi permukaan sederhana
sekurang-kurangnya mencakup luas lahan yang akan
diairi/daerah oncoran dan rancangan jaringan irigasi
yang akan dibangun. Satu hal yang perlu
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
15
diperhitungkan dalam penyusunan desain air
permukaan yaitu menetapkan jenis peralatan dan
atau bangunan yang diperlukan untuk
mendistribusikan/mengangkat sumber air permukaan
ke lahan oncoran (Command Area).
4. Kebutuhan Bahan, Peralatan dan Mesin dan
Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
Berdasarkan hasil SID akan dapat diketahui
kebutuhan bahan, peralatan dan mesin serta biaya
yang diperlukan dalam bentuk rancangan anggaran
dan biaya (RAB).
5. Rencana Pengembangan Usaha Tani
Mencakup jenis komoditas yang akan diusahakan,
pola tanam dan pola pengusahaan.
B. Pengadaan Bahan dan Peralatan
1. Pengadaan bahan dan peralatan dilaksanakan
setelah SID selesai dilaksanakan.
2. Bahan dan peralatan yang diadakan berdasarkan
kebutuhan sesuai hasil SID.
3. Bahan, peralatan dan mesin yang diadakan mudah
dalam perawatan dan tersedianya suku cadangnya
serta relative sesuai dengan kondisi setempat.
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
16
4. Penunjukan pelaksanaan pengadaan berdasarkan
kepada ketentuan yang berlaku, antara lain
Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang
pengadaan barang dan jasa beserta perubahan-
perubahannya.
C. Prinsip, Kebijakan dan Strategi
1. Prinsip
a. Pemanfaatan air permukaan merupakan bagian
tak terpisahkan dalam pengelolaan sumber daya
air yang mengacu kepada pola pengelolaan
sumber daya air yang didasari wilayah sumber
daya air.
b. Pengelolaan air permukaan dilaksanakan
berdasarkan pada wilayah sungai.
2. Kebijakan
a. Pemanfaatan air permukaan dilaksanakan
secara terpadu untuk memanfaatkan sumber
daya tersebut secara optimal dan berkelanjutan
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
berdasarkan asas kemanfaatan umum,
keseimbangan, kelestarian, dan keadilan.
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
17
b. Pemenuhan kebutuhan air untuk berbagai
keperluan diutamakan dari sumber air
permukaan. Dalam hal air permukaan tidak
mencukupi, air tanah digunakan sebagai
tambahan pasokan air.
c. Pemanfaatan air permukaan dikenakan pajak
dan atau iuran.
3. Strategi
a. Menyusun perencanaan alokasi air didasarkan
pada potensi air permukaan dan kebutuhan
berdasarkan wilayah sumberdaya air.
b. Menyusun Sistem Informasi sumberdaya air
(SISDA)
c. Menyelenggarakan perizinan yang terkait
dengan perencanaan dan pelaksanaan
pemanfaatan air permukaan sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan.
d. Melaksanakan konservasi air permukaan.
e. Melaksanakan pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian (binwasdal) pemanfaatan air
permukaan.
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
18
f. Melaksanakan koordinasi dan kerja sama
antarlembaga pengelola sumber daya air, baik
air permukaan maupun air tanah.
D. Pembiayaan
Pengembangan air permukaan dibiayai dari pada dana
Tugas Perbantuan sebesar Rp. 50.000.000,-/unit
(Bantuan Sosial). Dana tersebut dipergunakan untuk
pengadaan bahan matrial serta peralatan dan mesin
yang dibutuhkan dalam rangka menyelesaikan kegiatan
konstruksi pengembangan air permukaan. Sedangkan
biaya yang diperlukan untuk membuat desain sederhana
dapat menggunakan dana APBD baik APBD Propinsi
maupun APBD Kabupaten/Kota sebagai dana sharing.
Tahap-tahap dan jadwal pelaksanaan pengembangan
irigasi air permukaan dapat dilihat pada Lampiran 1
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
19
V. MONITORING DAN EVALUASI
A. Indikator Kinerja
Beberapa indikator kinerja yang dipergunakan sebagai
ukuran untuk menilai kinerja kegiatan pengembangan air
permukaan adalah sebagai berikut :
1. Output : Tersedianya prasarana irigasi dari
pembuatan sumber air permukaan
sebanyak 263 unit di 24 Propinsi 107
Kabupaten. Perincian per kabupaten
seperti pada Lampiran 2
2. Outcome : Petani dapat mengusahakan
lahannya untuk usaha pertanian
3. Benefit : Adanya harapan petani untuk
meningkatkan produksi dan
produktivitas usaha taninya.
4. Impact : Tersedianya kebutuhan bahan
pangan utama untuk petani dan
masyarakat pedesaan disekitarnya
serta meningkatnya pendapatan
petani melalui usaha diversifikasi
usaha tani
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
20
Disadari bahwa pencapaian indikator tersebut diatas
bukan hanya sebagai akibat kegiatan pembuatan sumber
air permukaan saja melainkan merupakan akumulasi
dampak dari kegiatan-kegiatan lainnya maupun faktor-
faktor internal dan eksternal.
Namun demikian hendaknya indikator ini dijadikan
patokan dalam melakukan penilaian terhadap hasil
kinerja, sehingga seluruh proses kegiatan harus mengacu
pada sasaran indikator tersebut.
B. Monitoring
1. Monitoring pengembangan irigasi air permukaan
dilakukan secara swakelola oleh Dinas
Pertanian/Perkebunan/Peternakan Kabupaten/Kota
2. Evaluasi kegiatan dilakukan pada saat pelaksanaan
dan setiap akhir masa pelaksanaan kegiatan.
C. Pelaporan
1. Perkembangan pelaksanaan kegiatan pengembangan
air permukaan agar dilaporkan secara kontinu.
Laporan yang disusun terdiri dari laporan
perkembangan (bulanan) dan laporan akhir .
Pedoman Teknis Pengembangan Air Permukaan TA. 2008
21
2. Laporan perkembangan pelaksanaan disusun dan
disampaikan setiap bulan, berisi kemajuan
pelaksanaan kegiatan sampai bulan berjalan.
Laporan perkembangan disusun mengacu pada form
Lampiran 3.
3. Laporan Akhir disusun setelah pelaksanaan
pengembangan air permukaan permukaan selesai,
berisi seluruh rangkaian kegiatan pelaksanaan. Agar
lebih informatif dan komunikatif, Laporan Akhir agar
dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi dari setiap
tahap kegiatan (sebelum kegiatan, dalam
pelaksanaan dan setelah selesai kegiatan). Laporan
akhir agar mengikuti outline seperti pada
Lampiran 4.
4. Laporan perkembangan dan laporan akhir
disampaikan kepada Direktur Jenderal Pengelolaan
Lahan Dan Air c.q Direktur Pengelolaan Air dengan
alamat Direktorat Pengelolaan Air Jl. Taman
Margasatwa No. 3 Ragunan Pasar Minggu Jakarta
Selatan, dengan tembusan kepada Kepala Dinas
tingkat Propinsi.
JADWAL KEGIATAN
PENGEMBANGAN AIR PERMUKAAN TAHUN 2008
Bulan No. JENIS PEKERJAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
Penyelesaian Juklak & Juknis oleh Propinsi/Kabupaten/Kota
2
Survai Investigasi dan Pembuatan Desain Sederhana
3 Pelaksanaan Konstruksi 4 Monev dan Pengawasan
Lampiran 1
REKAPITULASI PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN AIR PERMUKAAN
TA. 2008
Jumlah (Unit) No Pusat/Prop/Kab/Kota
TP Horti Bun Nak
Keterangan
1 Prop. Jawa Barat 7 1 -
1
1 Kab. Bandung - - -
1
2 Kuningan 1 - -
-
3 Purwakarta 1 - -
-
4 Subang 1 - -
-
5 Sumedang 1 - -
-
6 Kota Depok 1 - -
-
7 Kota Cimahi 2 - -
-
8 Kab Sukabumi - 1 -
-
2 Prop. Jawa Tengah 41 - 1
-
9 Pati - - 1
-
10 Kudus 1 - -
-
11 Brebes 35 - -
-
12 Pemalang 2 - -
-
13 Tegal 3 - -
-
Lampiran 2
Jumlah (Unit) No Pusat/Prop/Kab/Kota
TP Horti Bun Nak Keterangan
3 Prop. DIY 3 4 -
-
14 Sleman - 2 -
-
15 Gunung Kidul 3 - -
-
16 Kulonprogo - 2 -
-
4 Prop. Jawa Timur 19 - 2
2
17 Kab. Blitar 3 - -
-
18 Kab. Bojonegoro 3 - -
-
19 Kab. Bondowoso 2 - -
-
20 Kab. Gresik 2 - -
-
21 Kab. Ngawi - - 2
-
22 Kab. Pacitan 1 - -
-
23 Kab. Pamekasan 1 - -
-
24 Kab. Ponorogo 1 - -
-
25 Kab. Probolinggo - - -
-
26 Kab. Sampang 1 - -
-
27 Kab. Sidoarjo - - -
2
28 Kab. Trenggalek 2 - -
-
29 Kab. Tuban 1 - -
-
30 Kab. Tulungagung 2 - -
-
Jumlah (Unit) No Pusat/Prop/Kab/Kota
TP Horti Bun Nak Keterangan
31 Kab. Aceh Besar 3 - -
-
6 Prop. Sumatra Utara 4 - -
-
32 Kab. Samosir 2 - -
-
33 Kab. Serdang Bedagai 2 - -
-
7 Prop. Sumatra Barat 26 - -
15
34 Kab. Lima Puluh Kota 2 - -
15
35 Kab. Agam 6 - -
-
36 Kab. Pasaman 2 - -
-
37 Kab. Pesisir Selatan 2 - -
-
38 Kab. Sawah Lunto Sijunjung 2 - -
-
39 Kab. Solok 2 - -
-
40 Kab. Tanah Datar 1 - -
-
41 Kab. Dharmas Raya 1 - -
-
42 Kab. Solok Selatan 2 - -
-
43 Kab. Pasaman Barat 6 - -
-
8 Prop. Riau 2 - -
-
44 Kab. Kampar 2 - -
-
Jumlah (Unit) No Pusat/Prop/Kab/Kota
TP Horti Bun Nak Keterangan
9 Prop. Sumatera Selatan 6 - -
-
45 Kab. Musi Rawas 2 - -
-
46 Kota Palembang 4 - -
-
10 Prop. Lampung - - 2
-
47 Kab. Tulang Bawang - - 2
-
11 Prop. Kalimantan Barat 3 - -
2
48 Kab.Landak 1 - -
-
49 Kab.Kapuas Hulu - - -
2
50 Kab.Sanggau 1 - -
-
51 Kota Singkawang 1 - -
-
12 Prop. Kalimantan Tengah - - -
1
52 Kab. Sukamara - - -
1
13 Prop. Kalimantan Timur 15 - -
3
53 Kab. Berau 2 - -
-
54 Kab. Bulungan 6 - -
-
55 Kab. Nunukan 5 - -
1
56 Kab. Pasir 2 - -
2
Jumlah (Unit) No Pusat/Prop/Kab/Kota
TP Horti Bun Nak Keterangan
14 Prop. Sulawesi Utara 4 3 -
-
57 Kab. Sangihe 2 - -
-
58 Kab. Kep. Talaud 2 - -
-
59 Kab. Minahasa Utara - 1 -
-
60 Kab. Minahasa Selatan - 2 -
-
15 Prop. Sulawesi Tengah 5 3 -
-
61 Kab. Donggala - 3 -
-
62 Kab. Morowali 2 - -
-
63 Kab. Poso 1 - -
-
64 Kab. Parigi Moutong 2 - -
-
16 Prop. Sulawesi Selatan - 7 4
1
65 Kab. Bulukumba - 1 2
-
66 Kab. Gowa - - 1
-
67 Kab. Luwu - 1 -
-
68 Kab. Luwu Utara - 1 -
-
69 Kab. Pangkep - - -
1
70 Kab. Sinjai - 1 -
-
71 Kab. Soppeng - 1 -
-
72 Kab. Takalar - 1 1
-
Jumlah (Unit) No Pusat/Prop/Kab/Kota
TP Horti Bun Nak Keterangan
73 Kab. Luwu Timur - 1 -
-
17 Prop.SulawesiTenggara 5 - -
1
74 Kab. Buton 1 - -
1
75 Kab. Kolaka 1 - -
-
76 Kab. Bombana 1 - -
-
77 Kota Kendari 2 - -
-
18 Prop. Bali - - 3
2
78 Kab. Tabanan - - 3
2
19 Prop. NTB 1 20 6
2
79 Kab. Bima - 20 -
1
80 Kab. Dompu - - 1
-
81 Kab. Lombok Barat 1 - 2
-
82 Kab. Lombok Timur - - 1
-
83 Kab. Sumbawa - - 1
1
84 Kab. Sumbawa Barat - - 1
-
20 Prop. NTT 11 - -
8
85 Kota Kupang - - -
-
Jumlah (Unit) No Pusat/Prop/Kab/Kota
TP Horti Bun Nak Keterangan
86 Kab. Kupang 1 - -
-
87 Timor Tengah Selatan 1 - -
1
88 Timor Tengah Utara 1 - -
-
89 Belu 1 - -
1
90 Alor 1 - -
2
91 Lembata - - -
1
92 Manggarai 1 - -
-
93 Sumba Barat - - -
1
94 Sumba Timur 1 - -
-
95 Rotendau 1 - -
2
96 Manggarai Barat 1 - -
-
97 Kab. Nagekeo 2 - -
-
21 Prop. Bengkulu 3 - -
4
98 Kab. Bengkulu Selatan 1 - -
-
99 Kab. Bengkulu Utara - - -
1
100 Kab. Rejang Lebong - - -
1
101 Kab. Seluma - - -
2
102 Kab. Lebong 1 - -
-
103 Kab. Kepahiang 1 - -
-
Jumlah (Unit) No Pusat/Prop/Kab/Kota
TP Horti Bun Nak Keterangan
22 Prop. Bangka Belitung 2 - -
-
104 Belitung Timur 2 - -
-
23 Prop. Gorontalo 1 - 1
-
105 Kab. Boalemo 1 - 1
-
24 Prop. Irja Barat 3 - -
-
106 Kab. Manokwari 1 - -
-
107 Kab. Raja Empat 2 - -
-
Dinas : ……………………..Kabupaten/Kota : ……………………..Provinsi : ……………………..Subsektor : ……………………..Program : ……………………..Bulan : ……………………..
Selesai Konstruksi
Dalam Proses Konstruksi
(Ha/Unit) (Ha/Unit)1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
A. Pengelolaan Air 1. Rehab JITUT2. Rehab JIDES3. TAM4. Embung5. Sumur Resapan6. Dam Parit7. Irigasi Tnh Dangkal8. Irigasi Tnh Dalam9. Air Permukaan10. Irigasi Sprinkler 11. Irigasi Tetes12. SID Pompa Hidram13. Pompa Hydram14. PIP15. Balai Subak16. dst………..
Cara Pengisian Form Lampiran :1. Kolom 4 - 6 Kegiatan yang lebih dari satu lokasi, agar dirinci berdasarkan satuan wilayah administrasi sampai dengan tingkat desa beserta dengan volume (Ha/Unit)2. Kolom 9. Selesai konstruksi adalah kegiatan yang secara fisik telah selrsai 100% dengan satuan (Ha/Unit)3. Kolom 10. Kegiatan yang masih dalam tahap pelaksanaan/penyelesaian dengan satuan Ha/Unit4. Kolom 13. Tambahan penjelasan dari kolom 1 - 12 ………………, ……………2008
Penanggung Jawab Kegiatan
Realisasi
Fisik (Ha/Unit) Keuangan (Rp) (Rp) (%)
Aspek Kegiatan
3
FORM LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR T.A. 2008
TargetLokasi Kegiatan
No. Kecamatan / Desa
Nama Kelompok Koordinat
Fisik KeuanganKeterangan
Lampiran 3
Outline Laporan Akhir
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan dan Sasaran
II. Pelaksanaan
A. Lokasi (administratif dan koordinat)
B. Masukan
C. Tahap Pelaksanaan
D. Masalah
E. Pemecahan Masalah
III. HASIL
IV. MANFAAT
V. DAMPAK
VI. KESIMPULAN/SARAN
Lampiran 4