Proposal Teknis Air Bersih

67
BAB I PENDAHULUAN

Transcript of Proposal Teknis Air Bersih

BAB I

PENDAHULUAN

Bab – 1

Pendahuluan

1.1 Umum

Nama Proyek : Pembangunan Sistem Air Bersih Perkotaan

Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis

Pemberi Tugas : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau

Tahun Anggaran : 2005

Jangka Waktu Pelaksanaan : 100 (Seratus) hari kalender

1.2 Latar Belakang Proyek

Salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya di muka bumi

adalah air. Dengan semakin pesatnya laju pertumbuhan penduduk maka sebagai

konsekuensinya adalah berkurangnya luas lahan untuk berbagai jenis pemanfaatan

diantaranya adalah pemukiman, jalan, kawasan industri dan lain-lain yang membentuk

suatu kawasan perkotaan yang gersang. Daerah vegetasi yang berupa hutan sudah

banyak yang dialihkan fungsinya, sehingga mengakibatkan berkurangnya kantong-

kantong resapan air. Kondisi tersebut pada saat musim hujan, hanya sedikit air hujan

yang meresap ke dalam tanah dan sebagian besar akan melimpas di permukaan yang

cukup besar yang menyebabkan terjadinya erosi lahan maupun banjir/genangan. Pada

saat musim kemarau cadangan air dalam tanah yang hanya sedikit akan sangat cepat

habis sehingga terjadi kekeringan baik pada sumur-sumur dangkal maupun alur-alur

sungai. Pengembangan Kecamatan Mandau berikut dengan jaringan transportasi

pendukungnya seperti jalan dengan kawasan lainnya di propinsi Riau, akan menjadikan

daerah tersebut menjadi daerah yang akan berkembang pesat. Hal ini akan memicu

naiknya kebutuhan akan air di daerah tersebut, baik akan kebutuhan air domestik

industri maupun air bersih/minum. Selama proses dan pasca pembangunannya,

Kecamatan Mandau seperti pada daerah lainnya, akan mengalami terjadinya pacuan

antara ketersediaan dan kebutuhan air. Sementara itu volume ketersediaan sumber air

yang ada di Kec. Mandau relatif tetap, sehingga perlu adanya pengaturan pemakaian air

yang baik, agar potensi sumber daya air yang ada dapat digunakan secara optimum dan

berkelanjutan. Permasalahan kontinuitas, kuantitas dan kualitas dari sumber air baku

yang digunakan untuk pelayanan air bersih pada kondisi saat ini belum dapat memenuhi

harapan masyarakat.

Berbagai usaha sebagai antisipasi untuk menghadapi permasalahan tersebut perlu

disiapkan oleh pemerintah Kabupaten Bengkalis. Salah satu upaya tersebut adalah

dengan mengkaji pembangunan sistem air bersih, kapasitas potensi sumber daya air,

sarana pengadaan air yang ada dan sarana pengadaan air yang mungkin dikembangkan

di kawasan Kec. Mandau.

Berlandaskan dari kondisi tersebut maka sudah selayaknya bila dilakukan upaya

pemberdayaan sumber-sumber air yang potensial guna keperluan pemenuhan kebutuhan

air bersih. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bengkalis

untuk mewujudkan penyediaan air bersih yang layak secara kualitas, kuantitas dan

kontinuitas di Kecamatan Mandau adalah dengan mengembangkan pembangunan

sistem air bersih perkotaan.

1.3 Lokasi Proyek

Lokasi pekerjaan terletak di Kecamatan Mandau yang secara administrasi termasuk

dalam wilayah administrasi Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau.

1.4 Maksud dan Tujuan

Perlunya dilaksanakan pengkajian secara rinci (DED) terhadap pembangunan sistem air

bersih perkotaan ini sebagai sarana penyediaan sumber air bersih di Kecamatan Mandau

dimaksudkan untuk :

Mengetahui secara rinci kondisi sumber air yang akan dikembangkan.

Mengetahui kondisi iklim dalam hubungannya dengan rentang waktu dan

besaran hujan – kemarau.

Mengetahui jumlah kebutuhan air yang diproyeksikan sampai dengan 25 tahun

mendatang.

Mengetahui keadaan keseimbangan air (water balance) dan optimasi

pemanfaatan air.

Mengetahui jenis dan lokasi bangunan pengambilan air yang diperlukan bagi

upaya pemanfaatan potensi air di Kec. Mandau.

Mengetahui jenis dan lokasi bangunan saluran pembawa dari bangunan

pengambilan sampai dengan tampungan air sebelum masuk ke instalasi

pengolahan air.

Berdasarkan tujuan tersebut di atas, maka hasil-hasil kajian akan digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan pembangunan dan pengembangan-pengembangan yang

akan dilakukan serta sebagai dasar acuan pelaksanaan fisik pembangunan pengolahan

air baku menjadi air bersih, jaringan air bersih untuk pelayanan masyarakat dan

pengelolaan manajerial pemanfaatan air.

Sedangkan tujuan dari pekerjaan ini adalah agar Pengguna Jasa dapat memanfaatkan

produk perencanaan yang siap pakai apabila fisik konstruksi akan segera dilaksanakan.

1.5 Lingkup Pekerjaan

Untuk memperoleh hasil kajian sesuai dengan latar belakang, tujuan dan kegunaan serta

sasaran yang diharapkan maka kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai

berikut :

Kegiatan A : Persiapan dan Pendahuluan

Dalam kegiatan ini akan dilakukan pengumpulan data sekunder yang

meliputi data hidrologi (iklim dan curah hujan), hidro-oceanografi, sosial

kependudukan, sosial ekonomi, tata ruang, tata guna lahan, peta

topografi skala 1:50.000, geologi regional serta data-data lain yang

diperlukan. Selain hal tersebut juga dilakukan pengumpulan hasil studi

yang pernah dilakukan pada lokasi yang sama, penyiapan personil,

peralatan dan bahan yang diperlukan serta mobilisasi.

Kegiatan B : Survey, Investigasi dan Evaluasi Data

Kegiatan survey dan investigasi merupakan kegiatan lapangan untuk

mendapatkan data-data primer kondisi lokasi studi.

Kegiatan lapangan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Survey pengukuran dan pemetaan topografi

Investigasi geoteknik dan mekanika tanah yang terdiri dari sondir,

bor tangan dan test pit. Contoh tanah yang diambil dianalisa di

laboratorium mekanika tanah.

Survey hidrometri, hidrogeologi dan kualitas air untuk memperoleh

data debit air, pasang surut air laut, sediment transport dan kualitas

air.

Survey sosial ekonomi

Survey lingkungan

Kegiatan C : Optimasi dan Formulasi Pengembangan

Dalam kegiatan optimasi dan pengembangan akan dilakukan

perencanaan pemanfaatan air baku dengan berbagai alternatif kombinasi

kondisi pemanfaatan, pembuatan model matematis sistem untuk

menggambarkan keseimbangan air (water balance) antara ketersediaan

air baku dengan pemanfaatan.

Kegiatan D : Perencanaan Teknis Rinci

Kegiatan perencanaan teknis rinci meliputi analisis-analisis hidrologi,

hidrogeologi, geoteknik dan mekanika tanah, penentuan site bangunan

air, hidrolika desain, struktur bangunan, dan stabilitas bangunan. Dari

hasil analisis tersebut kemudian dilakukan perhitungan analisa ekonomi

proyek yang meliputi perhitungan biaya pembangunan, biaya operasi dan

pemeliharaan, manfaat yang diperoleh dari pengelolaan air baku.

Perencanaan teknis tersebut akan menghasilkan kondisi kelayakan yang

ditinjau secara teknis, ekonomi dan lingkungan.

Kegiatan E : Penyusunan Laporan dan Diskusi/Presentasi

Untuk dapat melihat hasil-hasil yang dikerjakan oleh Konsultan, sarana

utama untuk mengkomunikasikannya, dibutuhkan satu media yang

disebut Pelaporan. Jenis pelaporan yang akan disampaikan Konsultan

ada beberapa macam sesuai dengan tujuan pelaporan tersebut. Berikut ini

akan disampaikan laporan pertanggung jawaban Konsultan dalam

melaksanakan tugas ini.

a. Laporan Pendahuluan (Inception Report)

Sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar diserahkan paling lambat 15

(limabelas) hari setelah diterbitkan SPK sebagai bahan diskusi

pendahuluan. Laporan Pendahuluan ini berisi antara lain hal-hal

sebagai berikut :

Kegiatan pada pekerjaan persiapan dan desk studi.

Rencana kerja konsultan secara rinci untuk kegiatan di lapangan

maupun di kantor.

Rencana mobilisasi dan jadwal kegiatan tenaga ahli tenaga sub

profesional, tenaga pendukung dan peralatan, disajikan dengan

Bar-Chart.

Pra Lay Out.

Kesulitan dan hambatan yang terjadi serta pemecahannya.

Dan lain-lain yang dipandang perlu untuk dilaporkan.

Perbaikan laporan berdasar masukan dan koreksi. Hasil diskusi

diserahkan sebanyak 5 (lima) eksemplar.

b. Laporan Bulanan (Monthly Progress Report)

Diserahkan sebanyak 5 (lima) eksemplar setiap akhir bulan. Laporan

ini berisi antara lain sebagai berikut :

Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang telah/sedang

dilaksanakan.

Dilengkapi dengan kurva rencana dan realisasi.

Permasalahan, hambatan dan penyelesaiannya.

Rencana kerja bulan berikutnya.

Laporan realisasi kegiatan non personil.

c. Laporan Sementara (Interim Report)

Sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar diserahkan pada pertengahan bulan

ke-2 (dua) setelah diterbitkan SPK (Surat Perintah Kerja) sebagai

bahan Diskusi Interim. Dalam laporan ini konsultan harus sudah

mengadakan/melakukan analisa dan alternatif desain serta

merekomendasikan alternatif desain yang akan digunakan (lay out

definitif). Perbaikan laporan berdasar masukan dan koreksi hasil

diskusi diserahkan sebanyak 5 (lima) eksemplar.

d. Konsep Laporan Akhir (Draft Final Report)

Sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar disampaikan pada akhir bulan

ketiga 15 (lima belas) hari sebelum kontrak pekerjaan berakhir untuk

dibahas dalam diskusi akhir.

Pada draft laporan akhir sudah merangkum hal-hal pokok seluruh

hasil studi sesuai lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh

konsultan.

e. Laporan Akhir (Final Report)

Sebanyak 5 (lima) eksemplar dijilid dengan cover kertas karton tebal

(edisi lux) dan diserahkan paling lambat sebelum kontrak pekerjaan

berakhir. Laporan akhir merupakan penyempurnaan dari konsep

laporan akhir berdasarkan masukan, saran dan koreksi pada waktu

dilakukan diskusi laporan akhir dan asistensi.

f. Laporan Ringkasan

Sebanyak 5 (lima) eksemplar disampaikan bersamaan dengan laporan

utama dan dijilid dengan cover karton tebal (edisi lux). Pada Laporan

ini berisi ringkasan dan kesimpulan hal-hal pokok yang penting

untuk diinformasikan.

g. Laporan Pendukung

Laporan ini masing-masing dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar

disampaikan segera setelah diselesaikannya pekerjaan yang

bersangkutan sesuai jadwal kerja yang telah disepakati oleh Proyek

pada jadwal rencana kerja. Laporan Pendukung terdiri dari atas :

Laporan Survey Topografi

Memuat hal-hal yang perlu dilaporkan mengenai pelaksanaan

pekerjaan survey, topografi, antara lain lokasi atau lintasan

survey, data dan hasil perhitungan, metodologi pelaksanaan

survey, hasil pengolahan data survey, informasi (diskripsi)

mengenai koordinat BM dan CP yang dipasang, dan peta denah

lokasi survey (Lintasan dan area survey). Peta hasil survey dalam

skala yang memadai untuk perencanaan rinci tidak ditampilkan

dalam laporan ini, tetapi langsung digunakan dalam kegiatan

perencanaan. Laporan ini disertai foto-foto dokumentasi dan

kegiatan survey, dimana foto-foto tersebut harus diserahkan

kepada Pihak Proyek. Buku ukur yang asli dijilid tersendiri dan

diserahkan ke pihak proyek.

Laporan Geologi / Mekanika Tanah

Memuat hal-hal yang perlu dilaporkan mengenai pelaksanaan

pekerjaan survey, antara lain lokasi atau titik-titik survey, metode

pelaksanaan survey, data hasil survey, hasil pengujian

laboratorium terhadap contoh tanah, dan rekomendasi parameter

tanah yang akan digunakan untuk pekerjaan desain. Laporan ini

disertai foto-foto dokumentasi kegiatan survey dimana foto-foto

tersebut harus diserahkan kepada Pihak Proyek.

Laporan Kualitas Air

Memuat hal-hal yang perlu dilaporkan mengenai pelaksanaan

survey, antara lain lokasi atau titik survey, metode pelaksanaan

survey, data hasil survey, hasil analisa dan pengujian

laboratorium terhadap contoh air, rekomendasi parameter baku

mutu air sebagai air minum. Laporan ini disertai foto-foto

dokumentasi kegiatan survey, dimana foto-foto tersebut harus

diserahkan pada Pihak Proyek.

Perhitungan Perencanaan Teknis (Desain Note)

Memuat seluruh perhitungan Teknis Konstruksi Pekerjaan Sipil,

Hidrolika, Mekanika dan Elektrikal.

Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Dokumen ini diperlukan untuk mengetahui perkiraan biaya yang

dibutuhkan guna merealisasikan pembangunan prasaran air baku

yang direncanakan. Dalam RAB ini dilampirkan perhitungan

analisa pekerjaan dan perhitungan volume pekerjaan berikut

rekapitulasi untuk masing-masing pekerjaan.

Spesifikasi Teknis

Memuat seluruh spesifikasi teknis terhadap item pekerjaan yang

tercantum dalam daftar volume (BOQ), meliputi ketentuan umum

dan intake/waduk hingga terminal akhir.

Gambar Perencanaan

Sebanyak 5 (lima) set ukuran A3 yang dijilid rapih dengan cover

kertas karton dan diserahkan setelah diselesaikan pekerjaan

tersebut sesuai jadwal kerja yang telah disepakati dalam rencana

kerja, termasuk menyerahkan satu set gambar rencana dalam

kertas kalkir.

Software Laporan

Konsultan harus menyerahkan 1 (satu) set CD yang berisi seluruh

laporan yang harus diserahkan sebagaimana tercantum di atas,

termasuk software gambar-gambar perencanaan dan peta (bila

menggunakan program AutoCAD)

Bab – 3

Pemahaman dan Tanggapan Terhadap KAK

3.1 Pemahaman Terhadap KAK

Setelah membaca isi dari Kerangka Acuan Kerja (KAK) Konsultan dapat memahami isi

dan maksud pekerjaan yaitu :

1. Melakukan survey dan investigasi sebagai input data untuk perencanaan detail

desain.

2. Membuat suatu perencanaan yang dapat ditindak lanjuti (dapat dipakai)

sebagai acuan untuk pelaksanaan konstruksi, pada nantinya.

3. Potensi sumber air yang ada Kec. Mandau diarahkan untuk dapat memenuhi

kebutuhan air domestik bagi masyarakat yang ada di Kecamatan Mandau dan

sekitarnya.

4. Detail desain sistem penyediaan air baku yang dihasilkan harus ditinjau

kelayakannya dari berbagai aspek, antara lain : aspek teknis, aspek ekonomi

dan aspek lingkungan.

Sejauh pengalaman konsultan dalam pekerjaan Detail Desain Air Baku, lingkup

kewenangan Proyek dikaitkan dengan lingkup pekerjaan selayaknya detail desain air

baku tersebut hanya sampai pada desain bangunan utama, intake dan reservoir,

selebihnya desain jaringan transmisi, WTP dan seterusnya bukan lagi menjadi lingkup

pekerjaan ini dan kewenangan Proyek ini.

BAB IV

PENDEKATAN MASALAH DAN METODOLOGI

PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB – 4

Pendekatan Masalah dan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

4.1 Analisa Pekerjaan

Langkah-langkah sebelum pelaksanaan pekerjaan harus didasarkan pada evaluasi yang

mencakup penelitian kembali potensi alamiah daerah yang direncanakan beserta batas-

batasannya, hal ini dilakukan untuk menyusun sasaran yang akan hendak dicapai.

Sehingga untuk itu, agar didapatkan hasil yang optimal perlu adanya pendekatan teknis

yang berupa evaluasi hasil guna program daerah yang direncanakan.

4.2 Identifikasi Permasalahan

Perencanaan pembangunan sistem air bersih perkotaan di Kecamatan Mandau

Kabupaten Bengkalis ini nantinya diharapkan dapat mencapai hasil yang optimal, maka

dari itu Konsultan akan melakukan peninjauan berbagai aspek terhadap pekerjaan, baik

aspek teknis, sosial-ekonomi maupun aspek lingkungan. Konsultan akan meneliti

kembali potensi alamiah daerah yang akan direncanakan beserta seluruh batasan-

batasannya untuk kemudian menyusun sasaran yang dapat diterapkan dalam suatu

Program Rencana Pengembangan dan menganalisa serta mengevaluasi pengaruh

terhadap kondisi daerah kajian.

4.3 Metodologi Pelaksanaan

Dari beberapa pengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis, Konsultan telah menyusun

program pekerjaan ini dengan urutan-urutan yang sistematis dan metodologi

pelaksanaan pekerjaan yang dapat diuraikan sebagai berikut :

4.3.1 Pekerjaan Pengukuran Topografi

Sebelum pekerjaan perencanaan detail dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan pekerjaan

pengukuran topografi. Pengukuran yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :

Pemasangan patok beton (BM) dan patok kayu

Kontrol horizontal dan vertikal

Pengukuran situasi detail, skala 1 : 1.000, elevasi dan keadaan topografinya

Pengukuran Cross dan Long Section

Perhitungan

Penggambaran

Reproduksi

A. Pelaksanaan Survey

1. Pendahuluan

Pedoman teknis berikut ini adalah uraian ruang pelaksanaan pengukuran untuk

pembuatan peta situasi yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan lay-out tata letak

bangunan pengambilan dan bangunan pelengkapnya.

2. Bench Mark

Lokasi Bench Mark dan Azimuth Mark ditunjukkan pada gambar dengan skala 1 : 1.000

lengkap dengan nomor serta koordinat (X,Y,Z). Bench Mark dipasang ditempat yang

aman dari gangguan manusia atau binatang.

3. Patok Poligon

Titik poligon selain bench mark adalah patok kayu (5 x 5 x 60) cm. Patok ini dicat dan

diberi nomor unik untuk memudahkan identifikasi.

Hasil pengukuran digambar pada kertas berukuran A1. Over dan side lap sesuai dengan

petunjuk buku standar dari Departemen PU dan interval grid setiap 10 cm (100 m di

lapangan) untuk skala 1 : 1.000.

B. Kontrol Horizontal

Pengukuran kontrol horizontal dilakukan dengan cara poligon tertutup dan melingkupi

dareah yang dipetakan, jika daerah cukup luas maka poligon utama dibagi dalam

beberapa kring tertutup, maksimum sisi poligon 1,0 km.

Diusahakan sisi-sisi poligon sama panjangnya, poligon cabang terikat pada poligon

utama dana titik referensi yang digunakan harus mendapat persetujuan dari Direksi

Pekerjaan. Jalur poligon baik cabang atau utama.

Setiap poligon akan dilakukan pengamatan matahari setiap 2,5 km, dan sebagai target

adalah azimuth mark bila pengamatan dilakukan di titik bench mark.

Sudut ukur double seri dan digunakan Theodolit T.2 perbedaan seri pertama dari seri

kedua lebih kecil dari 5" dan ketelitian sudut lebih kecil dari 10" √n, dimana "n" adalah

jumlah titik poligon.

C. Kontrol Vertikal

Semua titik poligon akan diukur ketinggiannya. Titik referensi untuk kontrol vertikal

yang telah digunakan telah mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

Pengukuran kontrol vertikal dilakukan pulang pergi, tiap jalur merupakan kring tertutup,

alat yang digunakan adalah alat ukur Waterpass otomatis (Zeiss Ni2, Wild, Nak2 atau

yang sejenis). Sebelum dan sesudah pengukuran, alat akan diperiksa ketelitian garis

bidiknya, jumlah jarak belakang diusahakan sama dengan jumlah jarak muka dan jarak

dari alat ke rambu tidak boleh lebih dari 50 m. Sedangkan jarak terdekatnya dari alat ke

rambu ≤ 5 m.

Ketelitian pengukuran Waterpass utama salah penutup tidak dari 8 D05 dan Waterpass

cabang tidak lebih dari 10 D0.5 dimana D adalah jumlah jarak dalam satuan km.

Diskripsi Bench Mark dan Azimuth Mark :

Seluruh Bench Mark dan Azimuth Mark dibuat diskripsinya, koordinat (x,y) dan

elevasinya (z). semua bench mark dan patok poligon ditujukan pada peta situasi skala 1

: 1.000. Nama bench mark dan elevasinya dicantumkan dengan jelas, demikian pula

elevasi permukaan tanahnya. Untuk patokan poligon hanya nama/nomor dan elevasi

tanah aslinya yang dicantumkan.

D. Pengukuran Situasi

Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang dipasang

dengan melakukan pengukuran semua titik detail didalam daerah lokasi survey.

Jalur poligon dapat ditarik lagi dari kerangka utama dan cabang untuk mengisi titik

detail planimetris berikut spot height yang cukup, sehingga diperoleh penggambaran

kontur yang lebih menghasilkan informasi ketinggian yang memadai. Titik spot height

terlihat tidak lebih interval 1 cm pada peta skala 1 : 1.000, interval ini ekuivalen dengan

cara 10 m tiap penambahan satu titik spot height atau 36 titik spot untuk setiap 1 Ha

diatas tanah.

Jarak antara titik spot height bervariasi tergantung kepada kecuraman dan

ketidakteraturan train.

Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Techometry menggunakan Theodolit T0

atau sejenis. Jarak dari alat ke rambu tidak boleh lebih dari 100 meter.

Kontur digambar apa adanya berdasarkan titik spot height dan pemberian angka kontur

terlihat jelas dimana setiap interval kontur 2.5 meter digambar lebih tebal.

E. Isi Peta

Peta situasi skala 1 : 1.000 tersebut mencakup antara lain :

Jaringan kerangka dasar, garis kontur, titik ketinggian dan lain-lain.

Batas pemerintah, kampung, desa, kecamatan dan lain-lain termasuk namanya.

Batas tata guna lahan/vegetasi lahan (misalnya : hutan berat, hutan ringan,

semak belukar, alang-alang, ladang, tegal, kebun, sawah, rawa dan lain-lain).

Tata letak jalan, jalan desa, jalan setapak dan lain-lain.

Seluruh alur sungai (dasar sungai terendah dan lebar sungai harus jelas

terlihat).

Tata letak saluran dan bangunan irigasi dan drainase serta bangunan lainnya

(jembatan, sekolah, mesjid, kantor-kantor pemerintah).

Pohon besar (berdiameter > 20 cm dengan ketinggian sekitar 12 m diatas

tanah) bila pepohonan ini berada di sawah.

F. Pengecekan Alat Dan Pengisian Buku Ukur

Seluruh alat ukur diteliti sebelum dan secara periodik selama operasi. Seluruh data

lapangan ditulis dengan balpoin hitam tidak boleh menggunakan pensil. Tanggal

pengukuran, tipe dan nomor seri alat dan lain-lain dicantumkan dalam buku ukur.

G. Data Ukur Dan Perhitungan

Data lapangan dibundel dengan rapi. Hitungan pendahuluan dalam rangka pengecekan

data dilaksanakan sedini mungkin begitu selesai pengamatan lapangan. Seluruh

perhitungan, pengeplotan data dan penggambaran dikerjakan di atas kertas bersih.

Seluruh peta rencana diplot pada lembar berkoordinat ukuran A1, dimana koordinat

bulat diperlihatkan pada garis grid. Sumbu vertikal adalah arah utara sedangkan sumbu

horizontal arah timur. Seluruh ketinggian patok poligon utama dihitung sampai 2

desimal dalam peta rencana dan peta cross section.

4.3.2 Investigasi Geologi Teknik Dan Mekanika Tanah

a. Maksud Survey Mekanika Tanah

Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mendapatkan sifat-sifat mekanika tanah sebagai

bahan masukan perencanaan bangunan-bangunan dan saluran yang efisien, berupa :

Analisa kestabilan lereng saluran dan tanggul

Besaran konsolidasi dan settlement tanggul

Sifat-sifat pemadatan bahan tanah urugan

Daya dukung tanah pondasi bangunan

b. Pekerjaan Lapangan

A. Orientasi Lapangan

Mengadakan diskusi dengan Direksi Lapangan mengenai rencana pelaksanaan

survey dan penyebaran titik-titik pengamatan serta persiapan tenaga lokal dan

peralatan penunjang.

Untuk mempercepat pelaksanaan survey dibagi atas beberapa tim yang bekerja di

lapangan secara simultan.

Jumlah titik dan penyebaran lapangan disesuaikan dengan kondisi tanah setempat

berdasarkan hasil diskusi dengan Direksi pada Orientasi Lapangan dan

pengamatan visual tanah di lokasi.

4.3.2.1 Pemetaan Geologi

Pemetaan geologi dilaksanakan di sekitar daerah pekerjaan yang mana maksud dari

pemetaan geologi ini adalah untuk mendapatkan data geologi antara lain :

Kondisi Geomorfologi, yaitu untuk mengetahui gambaran bentukan-bentukan

permukaan bumi berdasarkan dari proses pembentukannya.

Kondisi Stratigrafi, dimana dapat diketahui vertikal dari atas ke bawah sesuai

dengan sejarah geologi dan pengendapan satuan batuan yang ada.

4.3.2.2 Pemboran Tanah

Dilakukan pengambilan sample tanah tidak terganggu pada setiap lapisan tanah. Selain

itu, diskripsi/tekstur lapisan tanah berdasarkan pengamatan visual dan elevasi muka air

tanah.

Pemboran dilakukan dengan menggunakan mata bor Iwan biasa (Iwan Auger) dengan

diameter 10 cm dan diputar dengan tangan sampai mencapai kedalaman Ik. 5,00 meter

sampai kedalaman suatu lapisan keras dimana pemboran tidak dapat diperdalam lagi.

Dari pemboran ini diambil contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) yang

selanjutnya akan dianalisa di laboratorium mekanika tanah.

4.3.2.3 Test Pit

Posisi titik-titik pengamatan disebar menurut perkiraan pada daerah borrow pit atau

rencana pembuatan saluran, tanggul dan bangunan pelengkap.

Ukuran lubang uji (Test Pit) adalah 1,000 m x 1,50 m persegi dengan kedalaman

penggalian tanah maksimum Ik. 2,00 meter atau disesuaikan dengan keadaan tanahnya.

Pada keadaan muka air tanah dangkal, lubang uji diganti dengan percobaan pemboran

dengan menggunakan bor tangan sampai kedalaman Ik. 5,00 meter.

Pada setiap lubang uji diambil contoh tanah terganggu (disturbed sample) pada

perubahan lapisan seberat Ik. 20 kg untuk diuji sifat-sifat pemadatannya (compaction

test) di laboratorium untuk mengetahui karakteristik tanah yang akan digunakan sebagai

timbunan.

Pembuatan sumur uji ini dihentikan bila mana :

Telah dijumpai lapisan keras, dan diperkirakan benar-benar keras pada

sekeliling lokasi tersebut.

Bila dijumpai rembesan air tanah yang cukup besar sehingga sulit untuk di

atasi

Bila dinding galian mudah runtuh, sehingga pembuatan galian mengalami

kesulitan, tetapi usahakan terlebih dahulu dengan membuat papan-papan

penahan dinding galian.

4.3.2.4 Uji Sondir

Uji sondir adalah suatu metode pengukuran untuk mendapatkan data daya dukung dan

tahanan lekat atau clief tanah bawah permukaan tanah dengan cara mengukur besarnya

kemampuan tanah melakukan perlawanan terhadap ujung konus dan hambatan lekat.

Nilai dari perlawanan ujung konus ini diketahui sebagai nilai qc (cone resistence),

dimana alat ini mampu dengan batas maksimum nilai qc sampai dengan 200 kg/cm2.

Pada uji sondir ini juga diketahui nilai friction (hambatan lekat) dari suati lapisan tanah,

yang merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang daya dukung lapisan

tersebut. Dari pertambahan nilai hambatan lekat ini (total friction) akan dapat dihitung

besarnya daya dukung tanah berdasarkan nilai friksinya (Friction Bearing Ratio).

Alat yang digunakan dalam uji sondir ini adalah alat penetrometer tipe sedang (hand

penetrometer) yang berkapasitas sampai batas maksimum tekanan 200 kg/cm2 atau

sampai mencapai kedalaman maksimum 25 m. peralatan ini juga dilengkapi dengan

angkur, inner dan mannometer yang dapat mengukur jumlah cone resistence maupun

jumlah hambatan lekatnya. Pembacaan manometer dilakukan pada setiap penambahan

kedalaman 20 cm.

4.3.2.5 Pengambilan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah asli

Agar data parameter tanah dan sifat-sifat tanahnya masih dapat digunakan maka

perlu sekali diperhatikan pada saat pengambilan, pengangkutan, dan penyimpanan

contoh tanah ini, agar :

Struktur tanahnya tidak terlalu terganggu atau berubah, sehingga mendekati

keadaan aslinya/keadaan lapangan

Kadar asli masih dapat dianggap sesuai dengan keadaan lapangan

Gunakan tube sample yang baik dengan mata tabung yang tajam serta

memenuhi persyaratan yang ada. Diameter tabung (ڤ) minimal 6,8 cm dan

panjang 50 m

Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan, dinding tabung sebelah dalam

diberi pelumas (oli) agar gangguan terhadap contoh tanah dapat diperkecil,

terutama pada waktu mengeluarkan contoh tanah ini.

Agar kadar asli contoh tanah ini tidak terlalu berubah, maka pada kedua ujung

tabung ini perlu diberi/ditutup dengan parafin yang cukup tebal dan tabung

tersebut diberi simbul lokasi dan kedalaman dari contoh tanah tersebut.

Pada saat pengambilan contoh ini diusahakan dengan memberikan tekanan

sentris sehingga struktur tanahnya yang berbeda atau pada kedalaman tertentu

Pada waktu pengangkatan dan menyimpan tabung sampel supaya dihindarkan

penyimpanan tabung sampel pada suhu yang cukup panas.

Pengambilan contoh tanah terganggu

Pengambilan contoh tanah terganggu dapat diperoleh dari pembuatan sumur

uji/test pit atau trench (paritan uji) sebanyak lebih kurang 30 kg.

Pengambilan contoh tanah diambil sebagai berikut :

Bila lapisan tanah masing-masing lapisan cukup tebal, maka harus diambil

masing-masing lapisan dengan pengambilan vertikal

Bila lapisan-lapisan 0,5 m, maka contoh tanah tersebut diambil secara

keseluruhan dengan pengambilan vertikal. Contoh tanah ini akan dikenakan

percobaan tanah di laboratorium dengan cara proctor. Untuk pengukuran kadar

air asli dengan menggunakan PVC yang selanjutnya ditutup dengan parafin.

Dari hasil masing-masing karung dan tabung PVC dicatat dengan simbul dan

kedalaman dimana sampel diambil

4.3.2.6 Pekerjaan Laboratorium

Pengujian di laboratorium dimaksudkan untuk pengujian tanah guna mendapatkan

harga-harga parameter sifat fisik maupun sifat mekanis dari tanah. Contoh tanah yang

akan diuji merupakan contoh tanah terganggu (disturbed sample) yang diambil dari

sumuran uji (test pit) dan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) yang

diambil dari lubang bor. Jenis dan metode atau prosedur pelaksanaan dari masing-

masing pengujian laboratorium tersebut adalah sebagai berikut :

Pengujian laboratorium dari contoh tanah tidak terganggu antara lain meliputi pengujian

Berat jenis tanah (specific gravity)

Berat volume tanah (volume unit weight)

Atterberg limits (consistency)

Gradasi butiran (grain size analysis)

Permeabilitas test

Consolidation test

Triaxial test

Pengujian laboratorium terhadap contoh tanah terganggu yang diambil dari lokasi test

pit meliputi penyelidikan sifat fisik tanah berupa :

Berat jenis tanah (unit weight)

Berat volume tanah (volume unit weight)

Gradasi butiran (grain size analysis)

Sedangkan untuk penyelidikan contoh tanah dalam hubungannya dengan bahan yang

akan dipadatkan perlu dilakukan pengujian yang berupa :

Percobaan pemadatan (compaction test)

Triaxial test

a. Berat volume tanah/unit weight

Pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan berat isi tanah (unit weight) yang

merupakan perbandingan antara berat tanah basah dan volume tanah. Alat yang

digunakan yaitu cincin tabung 2 buah, spatula, plat kaca serta timbangan. Prosedur

pemeriksaan mengikuti standart ASTM. D 2937-71.

b. Berat jenis tanah/specific gravity

Pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui berat jenis sample. Untuk sample yang

berukuran lebih besar dari 4,74 mm, dilakukan dengan Bulk Specific Gravity, Test

and Absorpsion sesuai dengan standart ASM. C127, Test Specific Gravity and

Absorpsion of Moisture Content of Soil. Sedang apabila material lolos ayak No.

4', pemeriksaan dilakukan dengan piknometer dan perlengkapan lainnya sesuai

dengan standart ASTM. D854.

c. Kadar air/moisture content

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air contoh tanah. Kadar air

adalah perbandingan antara berat air dengan berat tanah dalam keadaan kering.

Peralatan yang digunakan antara lain cawan, spatula/pisau, timbangan dan oven.

Untuk pemeriksaannya mengikuti prosedur ASTM. D 854-58

d. Analisa besar butir/grain size

analisa besar butir ini bertujuan untuk mengetahui distribusi besar butir. Untuk

material dengan besar butir lolos Mesh 10, digunakan dengan peralatan

hidrometer, sedang material yang tidak lolos Mesh 10 digunakan saringan

mekanis.

Untuk hidrometer, menggunakan cairan air suling serta bahan dispersi (sodium

hexametaphospat) dan larutan waterglass (sodium silicate)

Sedangkan untuk penyaringan mekanis menggunakan satu set saringan dalam

ukuran (Dalam Mesh), yaitu 10, 40, 60, 80, 100, 200 dan PAN serta oven dan

timbangan.

Penyaringan dilakukan dengan gerak dynamik dengan alat “motorize dinamic

sieve shaken”. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengeringkan sample,

ditimbang, kemudian disaring dengan alat MDSS. Butir sample yang tertinggal

pada setiap saringan kemudian ditimbang. Prosedur pemeriksaan mengikuti

standart ASTM. D421-72.

e. Pemeriksaan batas cair/Atterberg limit

Pemeriksaan batas cair ini adalah untuk mengetahui nilai kadar air yang

dinyatakan dalam prosen dari contoh tanah yang dikeringkan dalam oven pada

batas antara keadaan cair dan keadaan plastis. Nilai batas cair ini dapat ditentukan

dengan cara menentukan nilai kadar air pada contoh yang mempunyai ketukan

sebanyak 25 kali pada cawan Cassagrande. Prosedur pemeriksaan mengikuti

standart ASTM. D426-61.

Batas plastis adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis. Kadar air ini

ditentukan dengan menggiling-giling tanah yang melewati ayakan No. 40,

sehingga membentuk gulungan berdiameter 3,10 mm (0,125 inch) sampai kondisi

retak-retak. Plastis index merupakan selisih nilai kadar air dari batas cair ke batas

plastis.

f. Triaxial test

Triaxial test merupakan salah satu cara yang dilakukan di laboratorium untuk

mendapatkan parameter-parameter C dan dari sample. Pada percobaan Triaxial

ini akan dilakukan pengukuran tekanan efektif dan parameter-parameter kekuatan

tanah efektif, pada keadaan full saturated yaitu CU (consolidated undrained).

Untuk memperoleh keadaan sample yang benar-benar jenuh 100 % digunakan

“back pressure” sehingga keadaan full saturation tercapai dalam waktu yang relatif

cepat.

Alat yang digunakan adalah “Triaxial Test” dengan diameter 50 mm, “manual

pore pressure with twin volume” dan “high pressure system” dengan tekanan

maksimum 10 kg/cm2. Disamping itu juga digunakan alat bantu lainnya, seperti

pisau, timbangan dan lainnya.

Hasil percobaan akan disajikan dalam bentuk grafik-grafik :

Strain vs deviator stress

Strain vs pore pressure

Lingkaran Mohr (total dan efektif)

Prosedur pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan standart ASTM. D 2850-70

g. Uji pemampatan/consolidation test

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan sifat pemampatan suatu jenis

tanah, yaitu sifat-sifat perubahan isi dan proses keluarnya air dari dalam pori

tanah. Hal ini diakibatkan oleh adanya perubahan gaya vertikal yang bekerja pada

tanah tersebut.

Peralatan yang digunakan berupa satu set alat konsolidasi, stop watch extruder,

spatula dan sebagainya. Prosedur kerja mengikuti prosedur standart ASTM.

D2345-79.

h. Uji pemadatan/compaction test

Percobaan ini adalah untuk mengetahui kepadatan maksimum dari tanah.

Parameter yang akan diperoleh adalah harga kadar air yang dapat memberikan

kepadatan kering maksimum. Kadar air pada keadaan ini dikenal sebagai

“optimum moisture content” (OMC), yang merupakan nilai-nilai yang akan

dijadikan nilai patokan untuk pemadatan.

Pemeriksaan di laboratorium dilaksanakan sesuai dengan standart ASTM.D 689.

Peralatan yang dipergunakan pada pemeriksaan ini antara lain hammer dengan

berat 2,50 kg dengan tinggi jatuh 12 inchi (308,8 mm), cetakan dengan ukuran

diameter 4 inchi (101,6 mm).

Hasil yang disajikan berupa grafik hubungan antara :

Kadar air vs kepadatan kering maksimum

Kadar air vs kepadatan maksimum

Kepadatan vs porositas

Grafik “Zero Aid Void” (ZAV curve)

4.3.3 Survey Sosial-Ekonomi

4.3.3.1 Maksud dan Tujuan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk meneliti kembali perkembangan masyarakat di

daerah/lokasi proyek serta mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang dihadapi.

Sedangkan tujuannya adalah mencari cara pemecahan serta upaya peningkatan taraf

hidup melalui pendayagunaan sumber daya alam yang ada dengan memperhatikan

kelestarian lingkungan.

4.3.3.2 Lingkup Kegiatan

Kegiatan pekerjaan ini meliputi sebagai berikut :

1. Survey dan Inventarisasi Perkembangan Sosial Penduduk, meliputi :

a. Pengumpulan data sekunder untuk mendapatkan gambaran secara

menyeluruh tentang aspek-aspek demografi seperti jumlah serta

perkembangan penduduk (Jumlah Jiwa, Kepala Keluarga/KK, Kelahiran,

Kematian, Umur Penduduk, dan lainnya).

b. Keadaan kesehatan masyarakat dan permasalahannya serta sarana yang

ada.

c. Perkembangan masyarakat di dalam pendidikan, keagamaan,

kebudayaan, ketrampilan petani, kesejahteraan petani dan organisasi-

organisasi kemasyarakatan yang ada beserta sarana yang tersedia.

d. Status tanah yang akan dimanfaatkan dan pemukiman serta keadaan

fasilitas umum yang tersedia.

2. Survey dan Inventarisasi Keadaan Ekonomi Masyarakat, meliputi :

a. Mengadakan inventarisasi mengenai luas dan pola usaha serta

perkembangannya

b. Menganalisa perkembangan masyarakatm pengeluaran keluarga dan

perkembangan inventasi usaha

c. Meneliti tentang hambatan-hambatan yang dihadapi masyarakat dalam

rangka peningkatan penggunaan air untuk keperluan sehari-hari

d. Menginventarisasi masalah yang berhubungan dengan penggunaan air

bersih

4.3.4 Survey Komponen Lingkungan

4.3.4.1 Tujuan

Tujuan studi penyusunan dokumen UKL dan UPL pada pekerjaan ini adalah sebagai

berikut :

a. Mengidentifikasi kegiatan pembangunan yang diperkirakan menimbulkan

dampak terhadap lingkungan

b. Mengidentifikasi kondisi rona lingkungan awal, khususnya komponen

lingkungan yang akan mengalami perubahan mendasar sebagai akibat dari

kegiatan pembangunan

c. Memperkirakan kemungkinan dampak yang akan timbul akibat kegiatan

pembangunan

d. Menyusun saran tindak (arahan) pengelolaan lingkungan dan pemantauan

lingkungan sehingga dampak negatif dapat dihindarkan atau ditekan sekecil

mungkin dan mengembangkan atau meningkatkan dampak positif.

Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan dokumen UKL dan UPL adalah sebagai

berikut :

a. Mengetahui berbagai dampak yang mungkin timbul terhadap lingkungan dan arahan

langkah pencegahan atau penanggulangannya

b. Sebagai bagian dan proses pengelolaan sumber daya alam dengan konsep menjaga

kelestarian lingkungan hidup tanpa mengabaikan konsep pembangunan

berkelanjutan

4.3.4.2 Ruang Lingkup Kegiatan

Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan antara lain :

1. Pengumpulan data

a. Pengumpulan data sekunder, yang diperoleh antara lain dan studi perencanaan

daerah pengairan maupun pembangunan fisik daerah pengairan tersebut

sebelumnya

b. Pengumpulan data-data penunjang lainnya yang menyangkut daerah areal studi

seperti daerah administrasi, peta topografi, DAS, data iklim dan sebagainya

2. Penyusunan rencana kerja

Rencana kerja diperlukan sebagai panduan dalam pelaksanaan teknis di lapangan

maupun dalam pembiayaan. Dalam rencana kerja perlu dituangkan secara cermat

macam dan volume kegiatan, serta waktu yang diperlukan sejak awal sampai dengan

akhir pelaksanaannya, metodologi dan sebagainya.

Tahap Pelaksanaan

1. Pengamatan Kondisi Umum Daerah Studi

a. Lokasi

Untuk memberikan gambaran tentang proyek, dijelaskan tentang tata letak lokasi

daerah studi, yang meliputi uraian tentang jarak dan arah dan ibu kota kabupaten

atau kota terdekat. Kemudian diuraikan juga batas-batas secara hidrologis,

geografis dan administrative serta banyaknya desa maupun kecamatan yang

termasuk ke dalam wilayah studi. Untuk memperjelasnya dilengkapi dengan

peta.

b. Iklim

Menguraikan pembagian musim dilokasi proyek berdasarkan karakteristik iklim

yang ada, terutama yang berkaitan dengan rencana pengamanan tebing pantai.

Factor iklim lain yang perlu disajikan adalah keadaan curah hujan, temperatur,

kelembaban, penyinaran matahari, kecepatan angin dan evaporasi.

Semua data iklim tersebut dinyatakan dalam nilai rata-rata maksimum dan

minimum. Informasi penyebaran peralatan stasiun klimatologi dijelaskan juga.

c. Sarana dan prasarana umum

Menggambarkan tentang ketersediaan sarana/prasarana umum dilokasi studi,

seperti sarana dan prasarana jalan, listrik, air bersih, kesehatan, pasar dan

lembaga perkreditan untuk mendukung usaha pada daerah tersebut.

2. Pengamatan Komponen Lingkungan

a. Lahan/Tanah

Status lahan

Tata guna lahan

Kerentanan bahaya banjir dan erosi

Kesuburan tanah dan kesesuaian lahan (lampirkan hasil uji laboratorium

resmi beserta interprestasinya)

b. Sumber daya air

Air bersih di daerah lokasi

Peruntukannya

Kualitas fisik kimia (lampirkan hasil uji laboratorium resmi dibandingkan

dengan baku mutu lingkungan yang ada)

c. Flora dan fauna

Sebutkan jenis-jenis flora dan fauna air dan darat yang terdapat dilokasi dan

sekitar lokasi rencana kegiatan

Jelaskan apakah ada/tidak jenis flora dan fauna langka yang dilindungi

d. Kehidupan sosial budaya

Uraian secara singkat dan jelas kondisi masyarakat di sekitar lokasi rencana

kegiatan dan segi kependudukan (jumlah menurut jenis, umur dan kepadatan),

mata pencaharian, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, kondisi kesehatan,

agama, adat istiadat, persepsi masyarakat dan tingkat kamtibmas.

e. Lain-lain

Uraian ada/tidaknya daerah sensitive/kritis yang berkaitan dengan daya

dukung lingkungan (hutan lindung, cagar alam, cagar budaya, daerah

pariwisata dan sebagainya)

Ungkapan rencana umum tata ruang daerah/kota dimana rencana kegiatan

berada

3. Dampak Yang Akan Terjadi Terhadap Rencana Kegiatan

Uraikan secara singkat dan jenis dampak yang akan terjadi akibat rencana kegiatan

terhadap komponen lingkungan meliputi :

a. Dampak terhadap sumber daya alam

Erosi, sedimentasi dan sebagainya

b. Dampak terhadap fisika kimia

Sumber dampak

Jenis dan potensi dampak

Sifat dan tolah ukur dampak

c. Dampak terhadap hayati

Sumber dampak

Jenis dan potensi dampak

Sifat dan tolah ukur dampak

d. Dampak terhadap sosial ekonomi budaya

Sumber dampak

Jenis dan potensi dampak

Sifat dan tolah ukur dampak

4.3.5 Analisa Potensi Air

4.3.5.1 Analisa Kebutuhan Air

Jumlah penduduk dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan air bersih di daerah

tersebut. Selain untuk memprediksi kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari, jumlah

penduduk juga dapat digunakan untuk memprediksi kebutuhan lainnya. Kebutuhan di

suatu daerah secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat pengguna air.

Klasifikasi yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :

Kebutuhan Domestik.

Kebutuhan domestik mencakup kebutuhan air bersih untuk kegiatan rumah tangga,

seperti mencuci, memasak dan keperluan lainnya. Kebutuhan domestik bervariasi

sesuai dengan tingkat ekonomi pengguna air. Rentang penggunaan air untuk

kebutuhan domestik adalah 75 - 340 LCPD (liter perkapita perhari)

Kebutuhan Komersial

Yang dikategorikan sebagai fasilitas komersial antara lain adalah pertokoan,

perkantoran, pasar dan sebagainya. Rentang penggunaan air untuk kebutuhan

komersial adalah 40 – 490 LCPD

Kebutuhan Industri

Yang dikategorikan sebagai fasilitas industri antara lain adalah pabrik, industri

kerajinan dan sebagainya. Rentang penggunaan air untuk kebutuhan industri adalah

75 – 300 LCPD

Kebutuhan untuk fasilitas umum dan faktor kehilangan air

Yang termasuk fasilitas umum adalah gedung pertemuan untuk umum, sekolah,

tempat ibadah, tempat rekreasi, dan hidran kebakaran. Sedangkan faktor kehilangan

air mencakup kesalahan bacaan pada alat ukur, sambungan yang kurang baik, dan

kebocoran. Rentang penggunaan air untuk bagian ini adalah 40 – 190 LCPD

Klasifikasi kebutuhan berdasarkan pengguna air didapatkan dari beberapa referensi

diantaranya adalah Goodman (1984), Gupta (1989) dan WHO. Tabel Klasifikasi

kebutuhan berdasarkan pengguna air dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Kebutuhan air berdasarkan klasifikasi pengguna

Pengguna air

Kebutuhan air (LCPD)

Goodman

Gupta

WHO

Min.

Max.

Rerata

Rerata

Min.

Max.

Domestik

Komersial

Industri

Umum dan Kehilangan air

75

75

40

40

340

300

490

190

210

80

190

95

230

75

170

100

150

90

40

70

260

160

65

115

Jumlah 230 1320 575 575 350 600

Ket. LCPD (liter perkapita perhari)

Dari klasifikasi di atas proyeksi kebutuhan air untuk beberapa tahun ke depan dapat

dihitung.

4.3.5.2 Ketersediaan Air

Ketersediaan air didefinisikan sebagai volume air yang secara hidrologis diperkirakan

tersedia untuk dilihat potensinya sebagai sumber air baku. Analisis ketersediaan air

baku dilakukan berdasarkan potensi sumber air, dengan batasan kelestarian fungsi

konservasi lahan. Secara kuantitatif besar ketersediaan air akan ditentukan berdasarkan

debit andalan Q80 dan Q90 yaitu debit yang probabilitas kejadiannya mencapai masing-

masing 80 % dan 90 %. Penentuan debit andalan dilakukan dengan memanfaatkan debit

hasil pemodelan hujan aliran permukaan. Penentuan besaran debit andalan dilakukan

dengan menggunakan metode plotting Wiebull :

m

nTratau

n

mP

1

1

Dimana :

P = Probabilitas

T = Periode ulang

M = Ranking

N = Jumlah data

Persamaan tersebut dapat dipergunakan untuk menetapkan periode ulang dan

probabilitas dari suatu peristiwa/besaran yang terjadi dalam rangkaian data sebanyak n

tahun. Proses perhitungan debit andalan selanjutnya menggunakan Simulasi Debit

Metode FJ. Mock, dimana dalam simulasi ini menyajikan suatu sistem dengan model

yang menirukan sifat-sifat dari sistemnya.

Simulasi debit cara ini memerlukan beberapa komponen masukan, dimana data curah

hujan merupakan salah satu komponen masukan yang dalam studi ini dipakai rerata

curah hujan bulanan daerah. Komponen simulasi debit yang lain adalah

evapotranspirasi, infiltrasi dan kelengasan tanah (soil moisture). Untuk perhitungan

evapotranspirasi akan dipakai Metode Penman.

Debit aliran masuk ke dalam reservoir berasal dari hujan yang turun didalam daerah

cekungan sebagian dari hujan tersebut menguap, sebagian lagi turun mencapai

permukaan tanah. Hujan yang turun mencapai tanah sebagian masuk ke dalam tanah

(resapan), yang akan mengisi pori-pori tanah sebagian mengalir di atas tanah (aliran

permukaan).

Jika pori tanah sudah mengalami kejenuhan, air akan masuk ke dalam tampungan air

tanah. Gerak air ini disebut perlokasi. Sedikit demi sedikit air dari tampungan air tanah

mengalir ke luar sebagai mata air menuju alur dan disebut aliran dasar. Sisa dari

curahan hujan yang mengalir di atas permukaan, disebut aliran permukaan, bersama

aliran dasar bergerak masuk menuju reservoir. Penguapan peluh (evapotranspirasi) tidak

terjadi di atas permukaan tetapi juga di bawah permukaan tanah di mana akar-akar

tanaman berada. Uraian di atas merupakan filosofi yang mendasari model FJ. Mock.

A. Hujan rata-rata bulanan

Daerah tadah hujan dan reservoir relatif sangat kecil sehingga prakiraan aliran sudah

cukup teliti bila diambil secara bulanan. Apabila di daerah semi kering pada umumnya

aliran dasar tidak ada dan reservoir tidak dibangun di sungai. Dalam keadaan seperti itu

aliran masuk ke reservoir hanya dapat diperkirakan dari curah hujan. Curah hujan rata-

rata bulanan dihitung melalui data dari pos hujan terdekat.

Pos hujan dipilih dengan persyaratan sebagai berikut :

Pilih satu pos hujan yang jaraknya terdekat dengan reservoir, kurang dari 10 km.

Jika tidak ada pos hujan dengan jarak lebih kecil dari 10 km, cari pos lain dengan

jarak antara 11 km sampai 20 km tetapi jumlahnya harus minimal dua pos hujan.

Bila kedua pos dengan jarak antara 11 – 20 km tidak dapat diketemukan, cari 3 pos

hujan atau lebih disekeliling lokasi dengan jarak kurang dari 50 km.

Rumus untuk menghitung hujan rata-rata bulanan sebagai berikut :

RJan = 1/nS (RJan)i

RFeb = 1/nS (RFeb)i

RMar = 1/nS (RMar)i

Dimana :

RJan = hujan rata-rata bulanan untuk bulan Januari di daerah tadah hujan

(mm/bulan).

(RJan)i = hujan rata-rata bulanan untuk bulan Januari di pos ke-1 (mm/bulan)

n = jumlah pos hujan

B. Penguapan

Perhitungan penguapan (evapotranspirasi) ini dapat didekati secara empiris dengan

berbagai persamaan hasil penelitian, dimana penerapannya antara lain didasarkan pula

oleh ketersediaan data-data di sekitar lokasi proyek.

Untuk suatu daerah dimana data-data suhu udara, kelembaban, kecepatan angin dan

durasi penyinaran matahari atau radiasi tersedia, disarankan untuk menggunakan

Metode Penman (1948), yang dapat memberikan hasil yang lebih memuaskan

dibandingkan metode yang lain.

Persamaan yang digunakan dalam metode ini adalah :

Eto = c (W.Rn + (1-W). f(u).(ea-ed))

Dengan :

ETo = evapotranspirasi (mm/hari)

W = faktor suhu udara

Rn = net radiasi ekuivalen dengan evaporasi (mm/hari)

F (u) = fungsi akibat kecepatan angin

(ea-ed) = perbedaan antara tekanan uap jenuh pada kondisi suhu udara rata-rata

dengan tekanan uap jenuh rata-rata dalam mbar.

C = faktor penyesuaian akibat perubahan cuaca pada siang dan malam

hari

a. Parameter (ea-ed)

Kelembaban udara berpengaruh terhadap Eto, dan dalam konteks ini (ea-ed) adalah

pengurangan tekanan uap jenuh yang merupakan selisih dari tekanan uap air jenuh

rata-rata (ea) dengan rata-rata tekanan uap air jenuh actual (ed). Parameter ini biasa

diekspresikan dalam satuan mbar, jika ed dalam mm Hg, maka apabila dikalikan

dengan 1,33 akan didapatkan mbar. Tabel 5.11 memberikan nilai parameter ea

berdasarkan suhu udara, dan Tabel 5.12 adalah tabel ed.

ed = ea x Rhmean/100 (mbar)

b. Parameter fungsi angin f(u)

Pengaruh angin terhadap persamaan Penman ditunjukkan pada persamaan berikut:

f(u) = 0,27 (1 + U/100)

Dengan :

U = kecepatan rata-rata hembusan angin yang bertiup pada ketinggian 2 m

selama 24 jam (km/hari)

Persamaan tersebut digunakan apabila (ea-ed) dalam satuan mbar, dan apabila data

kecepatan angin tidak terukur pada ketinggian 2 meter, maka faktor koreksinya adalah

sebagai berikut :

Measurement height (m) 0.5 1.0 1.5 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0

Correction factor 1.35 1.15 1.06 1.00 0.93 0.88 0.85 0.83

c. Faktor beban radiasi dan Kelembaban (Weighting factor 1-W)

Faktor ini merupakan faktor yang mewakili pengaruh angin dan kelembaban. Tabel

hubungan ini dapat dilihat pada Tabel 5.13.

d. Faktor beban (Weighting factor W)

Faktor W mewakili pengaruh radiasi dan dapat dilihat pada Tabel 5.14

e. Radiasi netto (Rn)

Radiasi netto adalah selisih antara seluruh radiasi yang diterima bumi dengan yang

dipantulkan kembali. Radiasi netto total adalah sama dengan selisih antara Rns dan

Rnl, atau :

Rn = Rns – Rnl

Beberapa persamaan untuk menghitung beberapa persamaan di atas adalah :

Rns = ( 1 - ) Rs

= 0,25

Ra = ( 0,25 + 0,50 n/N ) Ra

Tabel 5.15 memberikan hubungan letak lintang dan tingkat radiasi dan Tabel 5.16

adalah hubungan antara letak lintang dengan durasi penyinaran matahari maksimum,

sedangkan Tabel 5.17, Tabel 5.18 dan Tabel 5.19 berturut-turut memberikan

hubungan antara n/N dengan Rns dengan Rnl, suhu udara dengan Rnl, dan ed

dengan Rnl.

f. Faktor Penyesuaian c (Adjustment factor)

Persamaan Penman diasumsikan digunakan pada kondisi-kondisi yang umum,

dimana radiasi matahari adalah sedang sampai tinggi juga kondisi kelembaban udara

relatif, juga kecepatan angin. Untuk mengantisipasi perubahan ini Tabel 5.20

memberikan angka koreksi terhadap hal tersebut.

Perhitungan Evapotranspirasi menggunakan data-data meteorologi pada Stasiun

Dumai, dimana dari hasil perhitungan angka evapotranspirasi rerata sebesar 4.71

mm/hari, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.21.

Satuan : mm/day

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Dec Rerata

2.99 4.31 4.85 4.75 4.22 4.89 5.87 5.64 5.62 5.81 4.01 3.55 4.71

b. Simulasi Debit Aliran Metode FJ. Mock

Perhitungan dengan Metode FJ. Mock didasarkan pada perkiraan hitungan pendekatan

dengan menggunakan data hujan. Prinsip dasar metode ini dasarkan pada hujan yang

jatuh pada catchment sebagian akan hilang sebagai evapotranspirasi, sebagian langsung

akan menjadi aliran permukaan dan sebagian lagi akan masuk ke dalam tanah

(infiltrasi).

Proses infiltrasi pada tahap pertama akan menjenuhkan tanah permukaan dan kemudian

menjadi perkolasi membentuk air bawah permukaan (ground water) yang selanjutnya

akan keluar ke sungai sebagai aliran dasar (base flow).

Dalam hal ini harus ada perimbangan antara hujan yang jatuh dengan evapotranspirasi

aliran permukaan dan infiltrasi yang selanjutnya berupa kelembaban tanah dan debit air

bawah permukaan (ground water discharge). Aliran dalam sungai adalah jumlah dari

aliran langsung dipermukaan tanah dan aliran dasar (base flow).

Persamaan yang digunakan adalah :

Q = ( Dro + Bf ) A

Dengan :

Q = Debit (m3

/det)

Dro = Direct run off (m3/det/km

2)

Bf = Base flow (m3/det/km

2)

A = Luas catchment (km2)

Dro = Ws – I

Bf = I – Vn

Ws = Water surplus

I = Infiltrasi

Vn = Storage volume

R = Curah hujan

Et = Evapotranspirasi

D. Kapasitas Tampungan

Berdasarkan peta situasi topografi skala 1 : 1.000, diperoleh hubungan antara elevasi,

luas genangan air dan volume tampungan, dimana grafik hubungan antara elevasi (H),

luas permukaan (A) dan volume tampungan (S).

Dalam menentukan/memilih kapasitas rencana waduk akan dipilih/dibandingkan dari

tiga hal, yaitu :

1. Volume Tampungan yang diperlukan menyediakan air untuk :

a. Kebutuhan untuk dimanfaatkan /disadap

b. Volume cadangan untuk kehilangan air karena penguapan dan resapan

c. Ruangan untuk menampung sedimen

2. Volume air yang tersedia (potensi) selama musim hujan, yang merupakan

jumlah air maksimum yang dapat mengisi tampungan waduk

3. Daya tampung (potensi) topografi lokasi rencana waduk untuk menampung air,

yaitu volume maksimum tampungan waduk yang terbentuk karena dibangunnya

suatu waduk.

Dari ketiga besaran tersebut dipilih yang terkecil sebagai volume/kapasitas tampung

desain.

4.3.6 Perhitungan Neraca Air

Untuk mengetahui sampai berapa besar ketersediaan air di Kec. Mandau dari waktu ke

waktu, maka dilakukan Analisa Neraca Air. Hubungan linier antara aliran masuk

(inflow), aliran keluar (outflow) dan volume air tasik (storage) dari waktu ke waktu

dirumuskan sebagai berikut :

St = St-1 + It – Ot – Rt – Et

Dimana :

St = Volume air di akhir bulan t (m3)

St-1 = Volume air di akhir bulan t-1 (m3)

It = Aliran masuk selama bulan t (m3)

Ot = Aliran keluar selama bulan t (m3)

Rt = Kehilangan air karena rembesan selama bulan t (m3)

Et = Kehilangan air karena evaporasi selama bulan t (m3)

Kehilangan air akibat rembesan ( R ) diambil berdasarkan angka koefisien permeabilitas

dikalikan dengan luas dasar tasik yang terendam air. Sedangkan kehilangan air karena

evaporasi bergantung pada luas permukaan air tasik. Semakin luas permukaan air tasik

semakin besar kehilangan air akibat evaporasi, sebagaimana persamaan berikut ini :

E = A . Eo

Dimana :

E = Kehilangan air tasik karena evaporasi (m3)

Eo = Evaporasi potensial dari Penman (mm/bln)

A = Luas permukaan air tasik (m2)

4.3.7 Kwalitas Air Yang Dibutuhkan

4.3.7.1 Parameter Kwalitas Air

a. Suhu

Kisaran suhu yang disyaratkan untuk air dengan peruntukan air minum adalah

antara 40o

F – 50o F. Di dalam air umumnya memiliki suhu di bawah 40

o F. ketika

suhu berada di atas 50o F, air akan berkurang kemungkinannya untuk dikonsumsi

dan juga untuk beberapa penggunaan tertentu. Air yang memiliki suhu di atas 80oF

tidak dianjurkan sebagai air baku, sedangkan suhu di atas 90o F tidak layak sebagai

air baku. Beberapa akibat kenaikan suhu air adalah :

Meningkatnya populas beberapa bakteri

Jumlah beberapa mirkoorganisme akan meningkat ketika suhu meningkat dari

90o F ke 100

o F.

Keefektifan dari zat disinfektan akan meningkat

Pada suhu di atas 4o C viskositas dan densitas air akan meningkat

Penggumpalan zat kimia dan proses sedimentasi akan meningkat

b. Warna

Warna air menunjukkan tingkat kelayakan yang sedikit signifikan dari sumber air

yang diambil. Warna tidak layak secara visual. Warna bisa disebabkan karena

kandungan material atau sisa buangan industri dan dapat menyebabkan proses

koagolasi pada pengolahan airnya menjadi lebih sulit. Standar kandungan warna

pada air yang diperbolehkan adalah sekitar 20 ppm dan yang dianjurkan adalah

kurang dari 10 ppm.

c. Kekeruhan (Turbiditas)

Turbiditas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana cahaya dapat menembus

badan air. Turbiditas merupakan ukuran yang tepat untuk mengetahui kandungan

bahan terlarut di air. Air yang terpopulasi selalu mengandung padatan yang dapat

dibedakan atas empat kelompok berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sifat

lainnya, terutama kelarutannya yaitu :

1. Padatan terendap (sedimen)

2. Padatan tersuspensi dan koloid

3. Padatan terlarut

4.3.7.2 Standar Baku Mutu Kualitas Air

Jenis air yang dibutuhkan adalah air baku (raw water) untuk penyiapan dan pengolahan

air dengan kwalitas “air minum” dan “air proses industri”. Air baku untuk minum

maupun proses industri harus memenuhi standar baku mutu air berdasarkan PP 20/90

mengenai penggolongan air menurut peruntukannya, yaitu Air Baku Golongan B. Air

yang dikategorikan sebagai golongan Badalah air yang dapat dipergunakan untuk

keperluan pertanian, keperluan komersial di perkotaan dan industri atau pembangkit

listrik.

4.3.7.3 Pengambilan dan Pengawetan Sampel Air

Sebagai langkah awal dari pengumpulan data kwalitas air adalah pengambilan contoh

uji air. Metode pengambilan contoh air yang digunakan dalam studi ini mengacu kepada

Standar Nasional Indonesia (SK SNI M-02-1989-F) mengenai Metode Pengambilan

Contoh Kwalitas Air untuk bidang Pekerjaan Umum. Pengambilan contoh uji air yang

akan dilakukan adalah pengambilan contoh uji sesaat (Grab Sampling) dengan

menggunakan botol lamout. Terhadap beberapa parameter, pengukuran langsung

dilakukan di lokasi pengambilan contoh uji, seperti :

Penentuan pH, temperatur dan oksigen terlarut dengan menggunakan Water Quality

Checker

Pengamatan benda terapung dan lapisan minyak secara visual

Untuk parameter lainnya uji contoh airnya dilakukan di laboratorium.

4.3.7.4 Metode Analisa Sampel Air

Metode uji air dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian air secara fisik, kimia

dan mikrobiologi dengan tujuan untuk memperoleh hasil uji sifat fisika, kimia dan

mikrobiologi dari air. Metode uji parameter kwalitas air dilakukan dengan mengacu

kepada Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk bidang Pekerjaan Umum mengenai

kwalitas air tahun 1990 dan Standar Methods for the Examination of Water and

Watewater (APHA, 1985).

4.3.8 Perencanaan Bangunan Pengambilan (Intake)

Bangunan pengambilan (intake) pada tasik ini berfungsi untuk menyadap, mengatur

sejumlah air dari tampungan dan melepas kembali ke saluran atau pipa (fungsi suplesi)

sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Lokasi dan tipe bangunan pengambilan

harus didasarkan pada kondisi topografi dan geologi teknis serta pertimbangan

ekonomis. Kapasitas aliran sistem bangunan pengambilan pada dasarnya menggunakan

persamaan yang sama dengan persamaan pada debiut yang lewat pintu air.

Perbedaannya adalah jenis bahan yang digunakan sehingga mempengaruhi sifat

kekasarannya.

Pemilihan tipe bangunan pengambilan air dilakukan dengan memperhatikan beberapa

alternatif sebagai berikut :

4.3.8.1 Pengambilan Bebas (Free Intake)

Bangunan pengambilan air berupa free intake digunakan jika elevasi muka air di lokasi

bangunan pengambilan cukup tinggi dibandingkan dengan elevasi lahan yang akan

dituju, sehingga air dapat dialirkan secara gravitasi. Free intake memerlukan bangunan

pelengkap lain berupa pintu air dan sedimen trap. Pintu air digunakan untuk mengontrol

debit air yang dialirkan maupun debit banjir. Sedimen trap digunakan untuk mencegah

sedimen masuk ke saluran pembawa. Keuntungan bangunan pengambilan free intake

adalah strukturnya ringan, sistem pengoperasian bangunan relatif sederhana dan biaya

operasional relatif rendah. Pintu air ditutup dan dibuka sesuai kebutuhan, sementara itu

pemblasan sedimen trap dilakukan secara periodik. Kerugian free intake memerlukan

elevasi muka air di pintu pengambilan yang tinggi agar tercapai tinggi tekan (head)

yang cukup untuk mengalirkan air.

4.3.8.2 Bendung

Pada daerah dengan kondisi topografi yang datar, terdapat kemungkinan bahwa elevasi

sumber air (sungai/danau) tidak berbeda jauh dengan elevasi lahan yang akan dituju.

Bendung digunakan untuk mempertinggi muka air ekisting di sungai/danau, sehingga

dihasilkan head/tinggi tekan yang cukup untuk mengalirkan air secara gravitasi.

Sebagaimana free intake, bangunan pengambilan air berupa bendung memerlukan

bangunan pelengkap berupa pintu air dan sedimen trap.

Keuntungan dari penggunaan bendung adalah dapat mengakomodir muka air eksisting

yang rendah di sungai/danau, sehingga dapat tetap dimanfaatkan dan dialirkan secara

gravitasi. Selain itu sistem pengoperasiannya sederhana dan biaya operasionalnya relatif

rendah. Kerugian penggunaan bendung adalah terdapat kemungkinan terdapat adanya

genangan tambahan akibat peninggian muka air disekitar bendung. Selain itu

penggunaan bendung sangat tergantung pada kondisi tanah setempat terutama pada

tanah pondasi dan nilai permeabilitas tanah.

4.3.8.3 Pompa

Penggunaan pompa dapat mengatasi adanya keterbatasan head/tinggi tekan akibat

kondisi topografi di kawasan ini. Elevasi air yang rendah di danau/sungai dapat

diangkat hingga elevasi tertentu, sehingga dapat dialirkan menuju pengguna air. Sistem

penggunaan pompa dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

Semi gravitasi, Air dipompa dari sumber (danau/sungai) ke pengolahan air melalui

saluran terbuka

Penggunaan pompa sepenuhnya, Air dipompa dari sumber untuk kemudian dialirkan

ke pengolahan air melalui saluran tertutup

Bangunan lain yang diperlukan dalam penggunaan sistem pompa antara lain adalah

rumah pompa dan saringan. Keuntungan penggunaan pompa adalah dapat mengatasi

keterbatasan head/tinggi tekan akibat rendahnya elevasi muka air sungai/danau

eksisting. Selain itu penggunaan pompa secara penuh juga dapat memperkecil resiko

kehilangan air akibat permeabilitas tanah. Kerugian penggunaan pompa adalah

memerlukan biaya operasional harian yang lebih besar dibandingkan dengan

penggunaan bangunan lainnya.

4.3.8.4 Kombinasi Bendung – Pompa

Pembuatan bendung bertujuan untuk meninggikan elevasi muka air sehingga dihasilkan

head yang cukup untuk mengalirkan air secara gravitasi. Seandainya head yang tercapai

tidak cukup untuk mengalirkan air secara gravitasi, maka kombinasi penggunaan

bendung dan pompa dapat dilakukan. Keuntungan penggunaan kombinasi antara

bendung dan pompa adalah head yang dihasilkan akan semakin tinggi. Dengan

kombinasi ini beban pompa untuk menarik air dapat dikurangi. Sistem ini adalah biaya

konstruksi dan operasional yang tinggi.

4.3.9 Saluran/Pipa Transmisi

Saluran pembawa diperlukan untuk mengalirkan air dari bangunan pengambilan sampai

dengan terminal akhir/tampungan air sebelum air baku masuk ke bangunan Instalasi

Pengolahan Air (IPA). Saluran pembawa dapat berupa kombinasi saluran terbuka

dengan saluran tertutup, yaitu saluran terbuka ditempatkan pada lokasi yang melewati

laut/selat. Kelebihan saluran pembawa kombinasi saluran terbuka dan saluran tertutup

biaya konstruksi relatif murah, sedangkan kekurangannya adalah kehilangan akibat

permeabilitas tanah dan penguapan menjadi lebih besar.

Sedangkan bila saluran pembawa direncanakan dengan saluran tertutup, mulai dari

bangunan pengambilan sampai dengan tampungan akhir sebelum air masuk ke IPA

kehilangan air akibat permeabilitas dan penguapan relatif kecil. Sedangkan

kekurangannya adalah biaya konstruksi lebih mahal.

4.3.10 Perencanaan Sistem Pompa dan Perpipaan

(1) Sistem Pompa

Kecepatan khusus pompa untuk pompa dirumuskan sebagai berikut :

Ns = N*Q1/2 / H3/4

Dimana :

Ns = kecepatan khusus

N = kecepatan putaran (rpm)

Q = kapasitas debit (m3/det)

H = tinggi total (m)

Kehilangan tinggi energi total (Head Pompa) akibat gesekan dan kehilangan minor

adalah sebagai berikut :

Hp = Z + 0.81/g {f.I.Q2/d5 + K.Q2/d4)

Dimana :

Hp = Head pompa (m)

Z = selisih ketinggian pipa (m)

f = koefisien gesekan pipa

d = diameter pipa (m)

I = panjang pipa (m)

Kapasitas multi-pompa bersusun seri adalah sebagai berikut :

/550η...H2H1Qγ~P

Sedangkan untuk kapasitas multi-pompa bersusun paralel adalah sebagai berikut :

/550η...Q2Q1Hγ~P

Dimana :

1,2,3 … = jenis pompa dan posisi yang berbeda

Q = debit yang masuk ke pompa (m3/det)

H = tinggi pompa (m)

= efisiensi pompa

= berat jenis air

Tekanan mutlak pompa di intake harus Net Positive Suction Head (NPSH) dengan

rumus :

γ~/ewVs/2gγ~spNPSH

Sedangkan NPSH untuk dipermukaan tampungan dengan rumus :

γ~/eHLZγ~opNPSH

Dimana :

Po = tekanan mutlak pada permukaan tampungan, tekanan atmosfir untuk

tampungan terbuka

Z = elevasi suction intake (m)

HL = kehilangan tinggi akibat gesekan dan local head sampai ke suction inlet.

(2) Sistem Jaringan Pipa

Pipa tunggal dengan pompa

Persamaan energi pada sistem ini yang diterapkan dari hulu dan hilir pipa adalah

sebagai berikut :

Hp = (Z1 + P1/) – (Z2 + P2/) + hf + hm

Hp = Z + hloss

Dimana :

Hp = tinggi energi karena pompa (m)

Z = perbedaan tinggi hulu dan hilir (m)

hf = kehilangan tinggi akibat gesekan (m)

hm = kehilangan tinggi minor (m)

Tinggi energi Hp dengan kekuatan pompa dirumuskan sebagai berikut :

BHP = QHp/550

Dimana :

BHP = kekuatan pompa

Hp = tinggi pompa (m)

Q = debit masuk ke pompa (m3/det)

= efisiensi

Susunan pipa seri dirumuskan sebagai berikut :

Q = Q1 + Q2 + … dan Hf = H1 + H2 + …

Dimana :

Q1,2 = debit masing-masing pipa (m3/det)

Hf = kehilangan energi gesekan masing-masing pipa (m)

Hf = (f.I/d).(V2/2g)

f = 64/Re

Re = Vd/v

Dimana :

f = faktor gesekan

I = panjang pipa (m)

D = diameter pipa (m)

V = kecepatan aliran dalam pipa (m2/det)

v = viskositas dinamis zat cair (m2/det)

4.3.11 Penyiapan Gambar Rancangan Konstruksi

Seluruh penggambaran baik layout maupun tampak dan potongan-potongan detail akan

dilakukan dengan menggunakan program AutoCAD, dengan menggunakan standar

penggambaran KP-07.

4.3.12 Penyusunan Spesifikasi Teknis

Spesifikasi teknis akan disusun berdasarkan metode pelaksanaan, jenis peralatan dan

bahan yang paling optimum, serta standar-standar yang berlaku. Spesifikasi teknis ini

merupakan salah satu dari buku dokumen lelang yang dapat menjadi acuan dan

ditindaklanjuti pada tahap konstruksi.

4.3.13 Perhitungan Kuantitas Pekerjaan

Kuantitas pekerjaan fisik dapat dihitung setelah gambar rancangan dan spesifikasi

teknik telah diasistensi dan disetujui oleh direksi. Kuantitas pekerjaan tersebut akan

dihitung secara komputerisasi menggunakan fasilitas AutoCAD dan Ms-Excel, sehingga

akan diperoleh hasil yang teliti.

4.3.14 Analisa Ekonomi

Maksud dan tujuan analisa/evaluasi proyek dalam kaitannya dengan pembangunan

sistem air bersih di Kec. Mandau adalah untuk melakukan perhitungan atau perkiraan

(forecasting) agar dapat diketahui apakah rencana proyek layak secara ekonomis, dalam

arti memberi keuntungan finansial.

Parameter yang akan digunakan dalam analisis ini adalah Net Present Value (NPV),

Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate Return (IRR) serta akan diuji juga dengan

Analisis Sensitivitas.

4.3.14.1 Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) atau Nilai Sekarang Neto adalah selisih nilai sekarang

Penerimaan dikurangi dengan nilai sekarang Biaya. NPV merupakan alat untuk

mendeteksi kelaikan suatu proyek; apakah dengan pengeluaran sejumlah investasi

tertentu, pada kondisi tingkat suku bunga tertentu, proyek dapat memberikan

keuntungan. Apabila NPV > 0 berarti manfaat proyek lebih besar dari biaya, dan

sebaliknya. NPV dirumuskan sebagai :

n

tttt

r

CBNPV

1 1

Dimana :

Bt = Manfaat / Benefit, Penerimaan

Ct = Biaya / Cost, Pengeluaran

r = Tingkat suku bunga

t = Indeks tahun

n = Umur proyek

1/(1 + r)t = Discount Factor, Df

4.3.14.2 Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ration, BCR atau Nisbah Manfaat – Biaya adalah suatu alat analisis

investasi yang membandingkan nilai sekarang dari Manfaat terhadap Biaya. BCR . 1

menandakan bahwa nilai manfaat dibanding dengan biaya adalah lebih besar, begitu

juga sebaliknya. Nilai BCR ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

n

tt

n

tt

t

Kor

Ct

r

B

BCR

1

1

1

1

Dimana :

Ko = Investasi Awal (Initial Investment)

4.3.14.3 Internal Rate Return (IRR)

Tingkat Investasi atau Internal Rate Return, IRR adalah suatu tingkat suku bunga

(dalam hal ini sama artinya dengan discount rate) yang menunjukkan jumlah nilai

sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah seluruh biaya (cost) proyek.

Dengan kata lain, tingkat investasi adalah suatu tingkat suku bunga dimana seluruh net

cash flow sesuadah di-present value-kan sama dengan jumlah biaya investasi

(investment cost), yang dinyatakan dengan rumus :

n

tt

r

CtBtKo

1 1

Dimana mencerminkan discounted net cash flow untuk setiap tahun.

Penyelesaian rumus ini membutuhkan cara trial and error, yaitu dengan mencoba-coba

setiap nilai suku bunga agar dapat memenuhi persamaan tersebut di atas.

4.3.14.4 Analisis Sensitivitas

Tujuan dari analisis sensitivitas ini adalah untuk mengetahui sejauh mana parameter-

parameter NPV, BCR dan IRR akan berubah dengan adanya kesalahan asumsi atau

perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya ataupun manfaat. Analisis sensistivitas

dalam kaitannya dengan pembangunan Bendungan Sungai Santan, yang akan dikaji

adalah apabila terjadi :

Penurunan Manfaat

Kenaikan Biaya

Penurunan Manfaat dan Kenaikan Biaya

4.3.15 Penyusunan Pedoman Operasi

Pedoman Operasi dan Pemeliharaan bangunan intake harus disusun oleh konsultan

dalam bentuk buku dengan sistematika yang sederhana bersifat praktis. Pedoman

tersebut mencakup mengenai petunjuk pengoperasian sistem pintu intake dan pompa,

pengelolaan WTP, pencatatan debit dan lain-lain.

4.4 Pembuatan Laporan

Laporan akan disusun sesuai dengan ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja, meliputi

berbagai laporan sebagai berikut :

4.4.1 Laporan Bulanan

Akan menyajikan kegiatan mengenai mobilisasi dan demobilisasi tenaga serta kegiatan

lain yang dilaksanakan termasuk kemajuan pekerjaan yang dicapai pada bulan tersebut,

tr

CtBt

)1(

masalah-masalah teknis dan non-teknis yang dihadapi serta rencana kerja bulan

berikutnya. Laporan diserahkan setiap tanggal 10 pada periode bulan berikutnya.

4.4.2 Laporan Pendahuluan

Laporan ini akan menyajikan tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan baik di

lapangan maupun di kantor dan hasil orientasi lapangan, data yang tersedia, metode

kerja termasuk kriteria yang berlaku (SNI), hasil peninjauan awal lokasi proyek dan

program kerja selanjutnya. Laporan harus sudah selesai dan disajikan pada minggu I

bulan ke II, setelah terbitnya SPMK. Laporan ini akan dibahas dan didiskusikan

bersama antara Proyek, Tim Teknis dan Instansi terkait.

4.4.3 Laporan Interim

Laporan ini akan memuat usulan dan perubahan-perubahan mengenai semua aspek

pekerjaan termasuk metodologi pekerjaan, permasalahan baik teknis dan non-teknis

yang muncul serta alternatif penyelesaiannya. Laporan ini memuat juga kemajuan

pekerjaan pada periode tersebut dan diserahkan pada pertengahan bulan ke II.

4.4.4 Laporan Akhir Sementara

Laporan ini akan menyajikan semua hasil pekerjaan studi yang dilaksanakan, termasuk

membuat rekomendasi dari hasil analisis data menjadi besaran-besaran atau spesifikasi

untuk keperluan perancangan serta tindak lanjutnya. Laporan tersebut diserahkan pada

pertengahan bulan ke III serta dipresentasikan dihadapan pihak pemberi kerja/Direksi

Pekerjaan bersama-sama Wakil dari Instansi/Dinas terkait.

4.4.5 Laporan Akhir

Final Report merupakan penyempurnaan dari Draft Final Report dengan memasukkan

hasil diskusi baik tanggapan, koreksi maupun saran, maka materi laporan diserahkan

kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan. Laporan Akhir ini

diserahkan pada minggu pertama bulan ke IV.

4.4.6 Laporan Penunjang

Laporan Penunjang berisi seluruh data lapangan termasuk dokumentasi, yang meliputi:

Buku 1 : Laporan hasil perhitungan desain bangunan (Nota Desain)

kriteria perencanaan/desain

Buku 2 : Perhitungan Volume pekerjaan (BOQ) dan Rencana

Anggaran Biaya (RAB)

Buku 3 : Laporan Survey Topografi

Buku 4 : Laporan Investigasi Geologi dan Mekanika Tanah

Buku 5 : Laporan Survey Kwalitas Air

Buku 6 : Spesifikasi Teknis Pekerjaan

Buku 7 : Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan

Buku 8 : Gambar Rencana/Album Gambar berukuran A1

BAB V

TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Bab – 5

Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan

5.1 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan

Mengacu pada pendekatan teknis yang telah dijabarkan pada Bab-4, selanjutnya

Konsultan akan menuangkan dalam bentuk rencana kerja. Rencana kerja yang akan

dilaksanakan tersebut secara skematis dijabarkan dalam bentuk flow chart dan bar chart

seperti pada Gambar 5.1 dan Gambar 5.2.

Kegiatan yang akan dilaksanakan secara garis besar dibagi menjadi beberapa tahap,

yaitu :

1. Tahap Pendahuluan

2. Tahap Survey Investigasi

3. Tahap Perencanaan Detail

4. Tahap Pelaporan

5.2 Tahapan Pendahuluan

Konsultan akan menelaah dan menganalisa lebih detail mengenai pelaksanaan

pekerjaan. Pada tahap ini, konsultan akan menyusun rencana kerja yang lebih terinci

dan mulai memberikan penugasan kepada personil-personil yang akan ditugaskan dalam

proyek ini. Rincian aktivitas didalamnya, antara lain :

5.2.1 Proses Adiministrasi dan Kegiatan Koordinasi Proyek

Penyiapan surat-surat tugas untuk instansi-instansi terkait di daerah proyek serta surat-

surat lain yang diperlukan untuk memudahkan kelancaran pekerjaan terutama di daerah

proyek. Termasuk disini adalah penyusunan Rencana Progress, dimana rencana progres

tersebut terlebih dahulu didiskusikan dengan Direksi Pekerjaan untuk mendapat

persetujuan.

Waktu yang diperlukan : 1 minggu

Tenaga yang terlibat : Ketua Tim dan tenaga pendukung : Operator Komputer,

Administrasi Kantor.

5.2.2 Pengumpulan Data Sekunder

Data-data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari pada tahap ini terdiri dari :

1. Data Hidrologi dan data Iklim pada BMG atau Dinas Pekerjaan Umum

2. Peta DAS dan letak stasiun klimatologi dari Dinas Pekerjaan Umum

3. Peta topografi skala 1 : 50.000 atau yang lebih besar (bila ada) dari

Bakosurtanal

4. Peta Geologi Regional dan Peta Zona Gempa dari Direktorat Geologi

5. Data kependudukan dari Biro Pusat Statistik Daerah

6. Hasil Laporan/studi terdahulu

7. Data-data lain yang terkait dengan rencana kegiatan

Waktu yang diperlukan : 2 minggu

Tenaga yang terlibat : Ketua Tim

5.2.3 Studi Meja dan Identifikasi Awal Masalah

Sebelum melaksanakan pekerjaan survei lapangan pendahuluan, Konsultan akan

mengadakan analisa tentang data yang diperoleh sebagai bahan untuk melakukan

identifikasi permasalahan yang ada.

5.2.4 Survey Pendahuluan

Setelah mendapatkan gambaran tentang kondisi dan permasalahan daerah lokasi proyek,

selanjutnya Konsultan mengadakan survey pendahuluan bersama Direksi Pekerjaan dan

Pengawasan Lapangan. Survey ini bertujuan untuk melakukan Cross check antara

kondisi lapangan dengan hasil identifikasi lapangan. Selain itu pada tahap ini dilakukan

alternatif pemilihan lokasi reservoir, untuk ditindak lanjuti nantinya pada tahap survey

dan investigasi.

Waktu yang diperlukan : 1 minggu

Tenaga yang terlibat : Ketua Tim dan Direksi Pekerjaan

5.3 Tahapan Survey Investigasi

Sesuai dengan skope pekerjaan yang termuat dalam KAK dan persyaratan survey untuk

pekerjaan ini kegiatan survey investigasi lapangan yang akan dilaksanakan terdiri dari :

1. Pengukuran dan Pemetaan Topografi

2. Penyelidikan Geologi dan Mekanika Tanah

3. Survey Hidrometri

4. Survey Agrososio Ekonomi

5. Pemeriksaan Laboratorium Mekanika Tanah

6. Pemeriksaan Kualitas Air

5.3.1 Pengukuran dan Pemetaan Topografi

Untuk pekerjaan Pemetaan atau Pengukuran ini terdapat tahap-tahap atau batasan-

batasan sebagai berikut :

1. Pemasangan Patok Bench Mark dan Ring Mark

1. Bench Mark dipasang di kanan dan kiri rencana tubuh bangunan

2. Pemasangan Ringa Mark disekeliling genangan pada green belt elevasi tertinggi

dengan jarak cross section 50 meter. (RM merupakan patok awal dan akhir

setiap cross section).

3. Koordinat BM dan RM diikatkan pada sistem koordinat BM referensi yang

terdekat dengan lokasi proyek (apabila ada). Apabila tidak terdapat BM referensi

maka koordinat X dan Y ditentukan dalam sistem koordinat lokal yang mengacu

pada Universal Transfer Mercator (UTM).

2. Pengukuran dan Pembuatan Peta Situasi

Pengukuran dan pembuatan peta situasi merupakan pekerjaan awal yang mendahului

pekerjaan survey lainnya. Pekerjaan ini dilakukan selama 1,5 bulan (6 minggu)

pemetaan atau pengolahan data hasil pengukuran akan langsung dilakukan di lapangan

dalam bentuk draft gambar. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan-kesalahan

pemetaan, sebab apabila terjadi kesalahan atau keraguan tentang data ukur, maka

langsung akan dilakukan pengecekan lapangan untuk memperbaiki data yang

meragukan.

Pembuatan Peta Situasi meliputi daerah genangan, rencana lokasi bangunan

pengambilan dan rencana saluran/pipa transmisi ke Water Treatment Plant (WTP).

Adapun volume pekerjaan adalah berikut :

1. Situasi Areal genangan reservoir

2. Pengukuran situasi lokasi bangunan pengambilan

3. Situasi trace saluran transmisi ke WTP

Ketentuan-ketentuan mengenai pembuatan peta situasi adalah sebagai berikut :

A. Situasi Daerah Genangan

Alat yang dipakai Theodolit Wild TO

Untuk poligon cabang dengan Wild T2

Detail-detail diambil setiap perubahan bentuk elevasi dengan jarak maksimum

50 meter

Setiap kali berdiri alat Wild TO harus di atas titik poligon cabang

B. Situasi Rencana Bangunan Pengambilan

Dibuat cross section setiap jarak 10 meter sepanjang rencana as bangunan

pengambilan

Dibuat situasi semua kenampakan yang ada

C. Situasi Trace Saluran/Pipa Transmisi

Pengukuran trace saluran/pipa transmisi dimulai dari bangunan pengambilan

(intake) sampai bangunan WTP

Cross section sungai dilakukan setiap 50 meter dan 25 m arah kiri as, 25 m arah

kanan as saluran

Pengukuran situasi dilakukan dengan alat Wild TO dengan pengambilan semua

kenampakan/perubahan bentuk yang ada

5.3.2 Pekerjaan Investigasi Geoteknik

Pekerjaan Investigasi Geoteknik ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

Pekerjaan di lapangan

Pekerjaan di laboratorium

Laporan Analisa Geoteknik

Secara rinci kegiatan-kegiatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Pekerjaan di Lapangan

Pekerjaan di lapangan ini meliputi :

Pengamatan Geologi

Mengadakan pengamatan geologi di sekitar daerah tasik beserta daerah

genangannya

B. Bor Tangan

Pengeboran tanah dilakukan dengan bor tanah (hand bor) berdiameter 10 cm dengan

kedalaman setiap titik lubang bor maksimum 5 meter atau sampai tanah keras dimana

pemboran tidak dapat dilanjutkan lagi dengan jumlah titik ditentukan oleh direksi

pekerjaan. Pada saat melaksanakan bor inti dilakukan juga pengambilan contoh tanah

tidak terganggu sebanyak 2 sample untuk masing-masing titik.

C. Test Pit

Test pit dilakukan untuk mengambil contoh tanah untuk bahan timbunan. Lokasi test pit

dilakukan pada lokasi borrow area. Lokasi borrow area diusahakan agar dekat dengan

lokasi tampungan waduk. Penyelidikan tanah (test pit) ukuran panjang 1,5 meter dan

lebar 1,5 meter dengan total ditentukan bersama dengan direksi pekerjaan.

D. Pekerjaan di Laboratorium

Untuk menunjang pekerjaan penyelidikan tanah di lapangan maka contoh-contoh tanah

yang diambil di lapangan kemudian dibawa ke laboratorium untuk diselidiki.

Adapun penyelidikan di laboratorium ini meliputi :

Spesific Gravity

Grain Size Analysis

Direct Shear Test

Permeability Test

Triaxial Test

Atterberg Limit

Compaction Test

Consolidation Test

Waktu yang diperlukan : 1 bulan (untuk semua investigasi geologi)

Tenaga yang terlibat : Ahli Geologi, Juru Bor, Asisten Juru Bor, Laborat

5.3.3 Survey Hidrometri

Survey hidrometri dilakukan untuk mendapatkan data debit sungai sesaat, muatan

sedimen, kondisi DAS dan kualitas air. Pada survey ini, selain pekerjaan lapangan

dilakukan juga pekerjaan laboratorium. Survey ini akan dilakukan bersamaan dengan

survey topografi. Waktu yang dibutuhkan untuk survey ini 1 minggu dan analisa

laboratorium selama 2 minggu. Volume atau rincian kegiatan :

Pengamatan kondisi DAS

Pengukuran kecepatan dan debit sesaat

Pengukuran/pengambilan sampel bed load dan suspended load

Penyelidikan laboratorium gradasi sampel sedimen

Penyelidikan laboratorium kualitas air

Waktu yang diperlukan : 2 minggu

Tenaga yang terlibat : Ahli Hidrologi, Ahli Hidrolika/Desain, Surveyor

Hidrometri

5.3.4 Survey Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Survey lapangan ini dilakukan untuk memperoleh data struktur demografi, sosial dan

ekonomi. Metode survey yang dilaksanakan dengan cara wawancara langsung dengan

responden. Jumlah responden dipilih sesuai dengan persyaratan statistik pengambilan

sampel yang dapat mewakili gambaran kondisi lokasi studi.

Pelaksanaan survey ini sebelum kegiatan survey topografi dengan maksud untuk

sosialisasi rencana proyek kepada masyarakat sekitar proyek.

Waktu yang diperlukan : 1,5 bulan (6 minggu)

Tenaga yang terlibat : Ahli Sosial Ekonomi, Team Leader dan Direksi

Pekerjaan

5.4 Perencanaan Detail

Sesuai dengan jadwal rencana kerja yang tertuang dalam KAK, kegiatan perencanaan

detail yang harus dilakukan Konsultan terdiri dari :

1. Perhitungan Kebutuhan Air Baku

2. Analisa Kesetimbangan Air

3. Analisa Kapasitas Tampungan

4. Analisa Hidrolika

5. Perencanaan Tata Letak Bangunan

6. Detail Desain Bangunan Pengambilan

7. Detail Desain Sistem Transmisi Air

8. Perhitungan Volume Bangunan (Boq)

9. Analisa Biaya Dan Ekonomi

Seluruh kegiatan perencanaan akan didokumentasikan dalam Laporan Perencanaan

(Nota Desain). Dalam tahap ini Konsultan akan selalu melakukan asistensi dan diskusi

dengan direksi agar hasil perencanaan yang sesuai dengan visi Konsultan dan Direksi.

Waktu yang dibutuhkan konsultan untuk melakukan kegiatan ini diperkirakan selama

2,5 bulan. Semua hasil perencanaan, selain didokumentasikan dalam bentuk Laporan

juga akan dituangkan dalam bentuk gambar-gambar perencanaan.

5.5 Pelaporan

Sesuai dengan TOR produk dan jumlah laporan yang akan diserahkan Konsultan terdiri

dari :

1. Laporan Pendahuluan (Inception Report) 10 expl

2. Laporan Bulanan 5 expl x 5 bln

3. Laporan Survey Pengukuran Topografi 5 expl

4. Laporan Investigasi Geologi Dan Mektan 5 expl

5. Laporan Kwalitas Air 5 expl

6. Laporan Interim 10 expl

7. Laporan Akhir Sementara 20 expl

8. Laporan Akhir 5 expl

9. Laporan Volume Pekerjaan Dan RAB 5 expl

10. Laporan Spesifikasi Teknis 5 expl

11. Laporan Nota Desain 5 expl

12. Laporan Operasi Dan Pemeliharaan 5 expl

13. Gambar-Gambar Desain Ukuran A1 (Kalkir) 1 expl

Ukuran A3 2 expl

Ukuran A1 (Blue Print) 2 expl

Ukuran A3 (Foto Copy Perkecilan) 2 copy

14. Copy File Seluruh Laporan Dalam Bentuk CD 2 buah

Gambar 5.1

Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan

Pekerjaan : Pembangunan Sistem Air Bersih Perkotaan Kec. Mandau

Proyek : BAPEDA Kabupaten Bengkalis

Tahun : 2005

Ya

Mulai

Mobilisasi

Persiapan : - Pengumpulan data dan peta

- Pengecekan alat dan personil

- Orientasi lapangan

Penyusunan Draft

Laporan Pendahuluan

Survey Sosial

Ekonomi

Pengukuran Situasi

Topografi

Survey Hidrologi dan

Hidrometri

Survey Komponen

Lingkungan

Pengolahan Data &

Penggambaran

Analisa Data & Laporan

Hasil Survey

Analisa Data & Lap.

Kwalitas Air

Analisa Data Survey

Proyeksi Kebutuhan Air

Layout Bangunan

Utama & Pelengkap

Laporan Interin

Detail Desain dan

Penggambaran

Perhitungan BOQ, RAB dan

Penyusunan Draft Laporan Akhir

Laporan Akhir dan

Laporan Penunjang

Diskusi/

Asistensi

Final

Laporan Pendahuluan

Selesai

Evaluasi Efek &

Resiko Lingkungan

Diskusi/

Asistensi

Revisi

Tidak

Survey Geologi &

Mekanika Tanah

Analisa Data &

Laporan

Revisi

Tidak

Gambar 5.2

RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pekerjaan : Pembangunan Sistem Air Bersih Perkotaan Kec. Mandau

Proyek : BAPEDA Kabupaten Bengkalis

Tahun : 2005

No URAIAN PEKERJAAN B U L A N

1 2 3 4

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

I

1 2

3

II 1

2 3

III

1

2 3

4

5 6

IV

1

2

3 4

V

1

2

VI

1

2 3

4

5 6

7

8

VII

1 2

3

4 5

6

7 8

9

10 11

12

PENDAHULUAN

Koordinasi, Administrasi Pengumpulan Data Sekunder

Survey Pendahuluan

SURVEY SOSIAL EKONOMI

Pengumpulan Data Sosial Ekonomi

Survey Data Primer Sosial Ekonomi Analisa Data Sosial Ekonomi

PENGUKURAN TOPOGRAFI

Poligon

Levelling Pemetaan Situasi 1:1.000

Potongan Memanjang

Potongan Melintang Pemasangan Patok BM

INVESTIGASI GEOLOGI

Bor Tangan

Sondir

Test Pit Laboratorium Test

ANALISA HIDROLOGI

Analisa Potensi Air Tasik Putri Puyu

Analisa Kwalitas Air

DETAIL DESAIN

Perhitungan Kebutuhan Air Baku

Analisa Kesetimbangan Air Analisa Kapasitas Tampungan

Detail Desain Bangunan Utama dan Pelengkap

Perhitungan Volume Bangunan Analisa Ekonomi

Analisa Lingkungan

Penyusunan Spektek & Pedoman Operasional

PEMBUATAN LAPORAN

Laporan Pendahuluan Laporan Bulanan

Laporan Survey Topografi

Laporan Investigasi Geologi & Mektan Laporan Survey Kwalitas Air

Laporan Interim

Konsep Laporan Akhir Laporan Akhir

Laporan Nota Desain

Laporan Spesifikasi Teknik Pekerjaan Laporan Petunjuk Operasional

Gambar Desain

Gambar 5.3

DAFTAR PERALATAN DAN RENCANA JADWAL PENGGUNAAN PERALATAN

Pekerjaan : Pembangunan Sistem Air Bersih Perkotaan Kec. Mandau

Proyek : BAPEDA Kabupaten Bengkalis

Tahun : 2005

No. URAIAN PEKERJAAN JUMLAH BULAN

1 2 3 4

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

A.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

B

1

2

3

4

5

6

7

C

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

D

1

2

3

4

5

6

7

E

1

2

3

4

5

6

F

1

2

3

PERALATAN PERENCANAAN

Plotter

Digitzer

Scanner

Planimeter

Pantograph

Note Book

Computer

Printer

Telpon / Fax

PERALATAN KANTOR

Kantor / Studio

Meja + Kursi tamu

Filling Cabinet

Meja + Kursi tamu

Meja + Kursi rapat

Rak buku

AC Split

PERALATAN TOPOGRAFI

Theodolite T0

Theodolite T2

Waterpass

EDM (Electronic Distance Meter)

Pita Ukur Baja

Kompas

Prisma Roelof

Handy Talky

Planimeter

Camera

PERALATAN HIDROMETRI

Current Meter

Echo Sounder

Suspended Sediment Hand Sampler

Bottom Grab

Salinometer

PH meter

Peilschall

PERALATAN GEOTEKNIK DAN

LABORATORIUM MEKANIKA TANAH

Hand Bor

Sondir

Compaction Test

Undisturbed Sample Test

Hydrullic Conductivity Test

Kompas Geologi

KENDARAAN

Sepeda Motor

Jeep

Minibus

1 unit

1 unit

1 unit

2 unit

5 unit

1 unit

3 unit

2 unit

1 unit

1 unit

14 unit

4 unit

1 unit

1 unit

3 unit

2 unit

4 unit

2 unit

2 unit

1 unit

5 unit

3 unit

5 unit

3 unit

1 unit

3 unit

1 unit

1 unit

1 unit

1 unit

1 unit

1 unit

2 unit

1 unit

1 unit

1 unit

6 unit

1 unit

1 unit

2 unit

1 unit

1 unit

BAB VI

ORGANISASI PELAKSANA PEKERJAAN

BAB – 6

Organisasi Pelakana Pekerjaan

6.1 Umum

Organisasi pelaksanaan pekerjaan dibentuk dengan tujuan sebagai berikut :

a. Terciptanya sistem koordinasi yang baik antara konsultan dengan pemberi tugas.

b. Terciptanya pembagian tugas dan koordinasi yang baik antara unit-unit kerja yang

terlibat dalam penangan pekerjaan.

c. Terjaminnya kelancaran jalannya pekerjaan secara keseluruhan dan penyelesaian

pekerjaan yang tepat waktu dan memberikan hasil pekerjaan yang memuaskan.

6.2 Unsur Organisasi

Unsur-unsur organisasi pelaksana pekerjaan yang telah dibentuk terdiri dari tim ahli

yang dipimpin seorang ketua tim dan tenaga pendukung baik teknis/buruh lapangan

maupun tenaga administrasi kantor. Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan dapat

dilihat pada gambar 6.1. dibawah ini.

Sedangkan tugas-tugas pokok tenaga ahli tersebut, adalah sebagai berikut :

(1) Team Leader

Mengkoordinasi mobilisasi personel dan peralatan

Menyusun rencana kerja

Mengkoordinasi pengujian peralatan kantor dan lapangan

Memimpin peninjauan lokasi awal

Mengkoordinasi pekerjaan tenaga ahli lainnya

Membuat analisis dan perencanaan

Memeriksa laporan dan merevisi redaksional laporan yang disusun tenaga

ahli

Melakukan presentasi laporan pada saat diskusi

(2) Ahli Bangunan Air

Membuat general dan detail lay out

Menganalisa dan merencanakan tipe-tipe bangunan air

Menghitung dimensi hidrolis bangunan utama dan bangunan pelengkapnya

Bersama dengan ahli mekanika tanah, menganalisis dan menghitung

stabilitas bangunan terhadap kelongsoran, guling, geser, rembesan/piping

dan respon terhadap gempa

Menginventarisir jenis-jenis dan tipe rumah pompa

Menganalisa jenis dan kapasitas pompa yang digunakan

Menyusun manual O & P rumah pompa

(3) Ahli Hidrologi dan Hidrolika

Mengkoordinasi pengumpulan data hujan, debit dan klimatologi

Melakukan analisis validitas data-data (melengkapi/mengoreksi data)

Menganalisa besaran-besaran hidrolis

Melakukan analisis ketersediaan air

Melakukan analisis kebutuhan air

Menghitung debit di bangunan pengambilan/sadap

Melakukan analisis neraca air

Melakukan analisis dan penelusuran debit banjir

Menghitung besaran banjir rancangan

(4) Ahli Mekanika Tanah

Bersama-sama dengan ahli geodesi, melakukan orientasi lapangan pada

rencana PSD Pengairan untuk menentukan titik-titik rencana investigasi inti

dan test pit.

Melakukan pemeriksaan dan pengecekan alat-alat investigasi

Memberikan pengarahan kepada tim investigasi tentang metode pelaksanaan

Memberikan instruksi pengambilan sampel

Memberikan pengarahan tentang jenis dan metode pengujian di laboratorium

Melakukan analisis data hasil pengujian laboratorium

Menganalisis besaran-besaran mekanika tanah untuk perancangan dan

stabilitas bangunan

Menyusun laporan mekanika tanah

(5) Ahli Geodesi

Bersama dengan Chief Surveyor, melakukan orientasi lapangan pada rencana

daerah genangan dan tapak waduk

Melakukan pemeriksaan dan pengecekan alat ukur

Memberikan pengarahan kepada tim pengukuran tentang metode

pelaksanaan

Menentukan titik Bench Mark dan mengukur koordinat global dengan GPS

Mengawasi pekerjaan juru ukur

Memeriksa data hasil pengukuran dan melakukan perhitungan ketelitian

Mengkoordinasi penggambaran situasi topografi dan potongan

melintang/memanjang

Menyusun laporan pengukuran topografi

(6) Ahli Lingkungan

Menganalisa kualitas air yang ada di sumber air

Membuat rencana treatment

Menginventarisasi sumber pencemaran

(7) Ahli Sosial Ekonomi

Melakukan sosialisasi pekerjaan pada masyarakat sekitar lokasi pekerjaan

Mengumpulkan data-data kependudukan termasuk data sosial ekonomi dan

sosial budaya

Membuat daftar kuisioner tentang apresiasi masyarakat sekitar lokasi

pekerjaan

Melakukan analisis data

Melakukan analisis dan perhitungan ekonomis manfaat

Membuat laporan sosial ekonomi

Bagan struktur organisasi tim pelaksana pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1

BAGAN ORGANISASI PELAKSANA PEKERJAAN

Pekerjaan : Pembangunan Sistem Air Bersih Perkotaan Kec. Mandau

Proyek : BAPEDA Kabupaten Bengkalis

Tahun : 2005

PT. ..............

TEAM LEADER

PEMIMPIN PROYEK

DIREKSI PEKERJAAN

AHLI

HIDROLOGI/HIDROLIKA AHLI

LINGKUNGAN

AHLI

GEODESI

AHLI

GEOLOGI & MEKTAN AHLI

SOSIAL EKONOMI

AHLI

PERENCANAAN BANG.

SURVEYOR

HIDROMETRI SURVEYOR KOMP.

LINGKUNGAN CHIEF

SURVEYOR JURU

SONDIR & BOR T SURVEYOR

SOSEK

SURVEYOR

TENAGA PENDUKUNG

Gambar 6.2

RENCANA JADWAL PERSONIL PELAKSANA PEKERJAAN

Pekerjaan : Pembangunan Sistem Air Bersih Perkotaan Kec. Mandau

Proyek : BAPEDA Kabupaten Bengkalis

Tahun : 2005

No KEAHLIAN JUMLAH

PERSONIL

JUMLAH

MM

I II III IV

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

A

1

2

3

4

5

6

7

B

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

TENAGA AHLI

Team Leader/Ahli SDA

Ahli Hidrologi/Hidrolika

Ahli Perencanaan Bang.

Ahli Geodesi

Ahli Geologi

Ahli Sosial Ekonomi

Ahli Lingkungan

TENAGA PENDUKUNG

Chief Surveyor

Surveyor/Juru Ukur

Juru Bor dan Sondir

Laborant

Surveyor Hidrometri

Surveyor Sosek

Surveyor Lingkungan

Draftman

Operator Komputer

Adm. Dan Keuangan

Pelayan Kantor

1

1

1

1

1

1

1

2

6

2

2

2

1

1

2

2

1

1

3.3

3

2

2.5

2

2

2

5

15

2

2

2

1

1

6

6.6

3.3

3.3

Page 1