105795322-materi-sambungan

download 105795322-materi-sambungan

of 22

Transcript of 105795322-materi-sambungan

  • Bab V

    SAMBUNGAN BAJA

    A. Kompetensi Dasar dan Indikator

    Kompetensi Dasar : Merencanakan sambungan struktur bajaIndikator : 1. Merencanakan Alat sambung baut

    2. Merencanakan Alat sambung las

    B. Deskripsi Singkat

    Bab ini berisi tentang metode dan syarat-syarat dalam perencanaan

    sambungan pada struktur baja. Sambungan baja yang dibahas yaitu sambungan

    dengan paku keling, baut dan sambungan las.

    C. Materi

    Fungsi Sambungan Baja

    Konstruksi bangunan baja terdiri atas batang-batang baja yang digabung

    dan disusun sedemikian hingga membentuk satu kesatuan bentuk konstruksi. Dalam

    penggabungannya memerlukan alat sambung ataupun teknik penyambungan

    tertentu. Sambungan dalam konstruksi baja merupakan bagian yang sangat penting,

    karena kegagalan pada sambungan dapat menyebabkan kegagalan pada konstruksi

    secara keseluruhan.

    Tujuan dari sambungan baja antara lain untuk:

    1. menggabungkan beberapa batang baja membentuk kesatuan konstruksi sesuai

    kebutuhan, misalnya sambungan balok kolom, sambungan pada system rangka,

    2. mendapatkan ukuran baja sesuai kebutuhan jika ukuran batang standard tidak

    mencukupi (panjang, lebar, tebal, dan sebagainya),

    3. memudahkan dalam penyetelan konstruksi baja di lapangan,

    4. memudahkan penggantian bila suatu bagian konstruksi mengalami rusak, dan

    5. memberikan kemungkinan adanya bagian konstruksi yang dapat bergerak seperti

    peristiwa muai-susut baja akibat perubahan suhu.

    Syarat-syarat penyambungan antara lain:

    1

  • 1. kuat, aman, namun hemat,

    2. sambungan di tempat-tempat yang terlihat sebaiknya dibuat sebagus mungkin,

    3. mudah pelaksanaannya baik dalam pabrikasi maupun pemasangan di lapangan,

    dan

    4. pada satu titik sambung sebaiknya hanya menggunakan satu macam alat

    sambung karena masing-masing alat sambung memiliki kekakuan yang

    berbeda.

    Sambungan Paku Keling

    Paku keling adalah suatu alat sambung konstruksi baja yang terbuat dari

    batang baja berpenampang bulat dengan bentuk seperti gambar di bawah ini.

    Gambar 5. 1. Paku Keling

    Paku keling merupakan alat sambung yang dahulu banyak digunakan,

    terutama ketika teknologi pengelasan belum banyak berkembang. Pemilihan paku

    keling sebagai alat sambung didasarkan tingkat kekakuan sambungan yang

    dihasilkan lebih baik dari baut. Namun, karena metode pengelingan yang jauh lebih

    sulit dan mahal dibandingkan dengan baut, saat ini paku keling sudah jarang

    digunakan dalam sambungan struktur. Terlebih lagi dengan semakin

    berkembangnya teknologi pengelasan yang baik serta banyaknya diproduksi baut

    mutu tinggi.

    Menurut bentuk kepalanya, paku keling dibedakan 3 (tiga) macam :

    a. Paku keling kepala mungkum / utuh

    2

    Keterangan:d = diameter paku keling, mmS = jumlah tebal baja yang disambungDisyaratkan S 4d Karena jika S > 4d, pada saat dikeling akan terjadi Jockey Pet ( pelengkungan batang paku keling akibat pengelingan )

  • Gambar 5. 2. Paku keling kepala mungkum / utuh

    b. Paku keling kepala setengah terbenam

    Gambar 5. 3.Paku keling kepala setengah terbenam

    c. Paku keling kepala terbenam

    Gambar 5. 4. Paku keling kepala terbenam

    3

    Keterangan:d = diameter paku keling ( mm )D = 1,6 d @ 1,8 dH = 0,6 d @ 0,7 dh = 0,4 d @ 0,6 d

    Keterangan:d = diameter paku keling ( mm )D = 1,6 dH = 0,4 d s.d. 0,6 d

    Keterangan:d = diameter paku keling ( mm )D = 1,6 d @ 1,8 dH = 0,6 d @ 0,8 d

  • Paku keling untuk konstruksi baja terdapat beberapa macam ukuran

    diameter yaitu : 11 mm, 14 mm, 17 mm, 20 mm, 23 mm, 26 mm, 29

    mm, dan 32 mm.

    Sambungan Baut

    Baut adalah alat sambung dengan batang bulat dan berulir, salah satu

    ujungnya dibentuk kepala baut (umumnya bentuk kepala segi enam) dan ujung

    lainnya dipasang mur/pengunci. Bentuk uliran batang baut untuk baja bangunan

    pada umumnya ulir segi tiga (ulir tajam) sesuai fungsinya yaitu sebagai baut

    pengikat.

    Gambar 5. 5. Baut

    Baut untuk konstruksi baja bangunan dibedakan 2 jenis :

    1. Baut Hitam

    Yaitu baut dari baja lunak (BJ 34) banyak dipakai untuk konstruksi ringan

    saMPai sedang misalnya bangunan gedung. Diameter lubang dan diameter batang

    baut memiliki kelonggaran 1 mm.

    2. Baut Pass

    Yaitu baut dari baja mutu tinggi ( BJ 42) dipakai untuk konstruksi berat

    atau beban bertukar seperti jembatan jalan raya. Diameter lubang dan diameter

    batang baut relatif pass yaitu kelonggaran 0,1 mm.

    Macam-macam ukuran diameter baut untuk konstruksi baja antara lain

    tercantum pada Tabel 5. 1.

    4

  • Tabel 5. 1. Ukuran diameter baut standarIn Mm In mm

    7/16 11,11 7/8 22,22 12,70 1 25,40

    5/8 15,87 11/8 28,57 19,05 11/4 31,75

    Keuntungan sambungan menggunakan baut antara lain :

    1) lebih mudah dalam pemasangan/penyetelan konstruksi di lapangan,

    2) konstruksi sambungan dapat dibongkar-pasang,

    3) dapat dipakai untuk menyambung dengan jumlah tebal baja > 4d (tidak seperti

    paku keling dibatasi maksimum 4d), dan

    4) dengan menggunakan jenis Baut Pass maka dapat digunakan untuk konstruksi

    berat seperti pada konstruksi jembatan.

    Kekuatan Baut

    Suatu baut yang memikul gaya terfaktor, Ru, harus memenuhi:

    Ru Rn dengan

    = faktor reduksi kekuatan

    Rn = kuat nominal baut

    Kuat Geser

    Kuat geser rencana dari satu baut dihitung sebagai berikut:

    Vd =f Vn =f r1 fub Ab

    dengan

    r 1 =0,5 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser

    r 1 =0,4 untuk baut dengan ulir pada bidang geser

    f =0,75 adalah faktor reduksi kekuatan untuk fraktur

    fub = tegangan tarik putus baut, MPa; Kips

    Ab = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir, mm2; in2

    5

  • Kuat Tarik

    Kuat tarik rencana satu baut dihitung sebagai berikut:

    Td =f Tn =f 0,75 fub Ab

    dengan

    f =0,75 adalah faktor reduksi kekuatan untuk fraktur

    fub = tegangan tarik putus baut, MPa; Kips

    Ab = luas bruto penampang baut pada daerah tak Berulir, mm2; in2

    Kombinasi Geser dan Tarik

    Baut yang memikul gaya geser terfaktor, Vu, dan gaya tarik terfaktor, Tu,

    secara bersamaan harus memenuhi kedua persyaratan berikut ini:

    mfrnAV

    f bufb

    uuv 1=

    nT

    AfTT ubtfnfd == 221 ffrff uvt

    dengan

    f = 0,75 adalah faktor reduksi kekuatan untuk fraktur

    n = jumlah baut

    m = jumlah bidang geser

    untuk baut mutu tinggi:

    f 1 = 807 MPa, f2 = 621 MPa,

    r2 =1,9 untuk baut dengan ulir pada bidang geser,

    r 2 =1,5 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser,

    untuk baut mutu normal:

    f 1 = 410 MPa, f2 = 310 MPa,

    r 2 =1,9.

    Kuat Tumpu

    Kuat tumpu rencana bergantung pada yang terlemah dari baut atau

    komponen pelat yang disambung. Apabila jarak lubang tepi terdekat dengan sisi

    pelat dalam arah kerja gaya lebih besar daripada 1,5 kali diameter lubang, jarak

    6

  • antar lubang lebih besar daripada 3 kali diameter lubang, dan ada lebih dari satu

    baut dalam arah kerja gaya, maka kuat rencana tumpu dapat dihitung sebagai

    berikut,

    Rd =f Rn = 2,4f db tp fu

    Kuat tumpu yang didapat dari perhitungan di atas berlaku untuk semua jenis lubang

    baut. Sedangkan untuk lubang baut selot panjang tegak lurus arah kerja gaya

    berlaku persamaan berikut ini,

    Rd =f Rn = 2,0f db tp fu

    dengan

    f =0,75 adalah faktor reduksi kekuatan untuk fraktur

    db = diameter baut nominal pada daerah tak berulir, mm;in

    tp = tebal pelat, mm; in

    fu = tegangan tarik putus yang terendah dari baut atau pelat, MPa; Kips

    Persyaratan Jarak Baut

    1) Jarak antar pusat lubang pengencang tidak boleh

    kurang dari 3 kali diameter nominal pengencang.

    2) Jarak tepi minimum:

    - tepi dipotong dengan tangan = 1,75 db- tepi dipotong dengan mesin = 1,50 db- tepi profil bukan hasil potongan = 1,25 dbDengan db adalah diameter nominal baut pada daerah tak berulir.

    3) Jarak antara pusat pengencang tidak boleh melebihi 15

    tp (dengan tp adalah tebal pelat lapis tertipis didalam sambungan), atau 200

    mm.

    4) Pada pengencang yang tidak perlu memikul beban

    terfaktor dalam daerah yang tidak mudah berkarat, jaraknya tidak boleh

    melebihi 32t p atau 300 mm. Pada baris luar pengencang dalam arah gaya

    rencana, jaraknya tidak boleh melebihi (4t p + 100 mm) atau 200 mm.

    5) Jarak dari pusat tiap pengencang ke tepi terdekat suatu

    bagian yang berhubungan dengan tepi yang lain tidak boleh lebih dari 12 kali

    7

  • tebal pelat lapis luar tertipis dalam sambungan dan juga tidak boleh melebihi

    150 mm.

    Ketentuan banyaknya paku keling dan baut dalam satu deret

    Pemasangan satu deret paku keling yang menahan gaya normal (tarik atau

    tekan) dimana deretan paku keling berada pada garis gerja gaya, untuk satu deret

    yang terdiri 5 buah paku keeling, dari hasil penelitian laboratorium menunjukkan

    bahwa masing-masing paku menahan gaya relatif sama. Jadi gaya normal yang

    harus ditahan dibagi sama rata oleh kelima paku keling tersebut. Namun jika

    banyaknya paku keling dalam satu deret lebih dari 5 buah maka masing-masing

    paku keling menahan gaya yang besarnya mulai tidak sama rata. Oleh karena itu

    jika dalam perhitungan paku keling atau baut dalam konstruksi sambungan

    memerlukan lebih dari 5 buah paku/baut, maka harus dipasang dalam susunan 2

    deret atau lebih.

    Las

    Menyambung baja dengan las adalah menyambung dengan cara

    memanaskan baja hingga mencapai suhu lumer (meleleh) dengan ataupun tanpa

    bahan pengisi, yang kemudian setelah dingin akan menyatu dengan baik.

    Metode-metode Las

    Untuk menyambung baja bangunan kita mengenal 2 metode pengelasan

    yaitu :

    1) Las Karbid ( Las OTOGEN )

    Yaitu pengelasan yang menggunakan bahan pembakar dari gas oksigen (zat

    asam) dan gas acetylene (gas karbid). Dalam konstruksi baja las ini hanya untuk

    pekerjaan-pekerjaan ringan atau konstruksi sekunder, seperti ; pagar besi, teralis

    dan sebagainya.

    2) Las Listrik ( Las LUMER )

    Yaitu pengelasan yang menggunakan energi listrik. Untuk pengelasannya

    diperlukan pesawat las yang dilengkapi dengan dua buah kabel, satu kabel

    dihubungkan dengan penjepit benda kerja dan satu kabel yang lain dihubungkan

    8

  • dengan tang penjepit batang las / elektrode las. Jika elektrode las tersebut

    didekatkan pada benda kerja maka terjadi kontak yang menimbulkan panas yang

    dapat melelehkan baja, dan elektrode (batang las) tersebut juga ikut melebur

    ujungnya yang sekaligus menjadi pengisi pada celah sambungan las. Karena

    elektrode / batang las ikut melebur maka lama-lama habis dan harus diganti dengan

    elektrode yang lain. Dalam perdagangan elektrode / batang las terdapat berbagai

    ukuran diameter yaitu 21/2 mm, 31/4 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm, dan 7 mm.

    Untuk konstruksi baja yang bersifat struktural (memikul beban konstruksi)

    maka sambungan las tidak diijinkan menggunakan las Otogen, tetapi harus

    dikerjakan dengan las listrik dan harus dikerjakan oleh tenaga kerja ahli yang

    profesional.

    Keuntungan dan Kerugian Sambungan Las

    Keuntungan Sambungan Las Listrik dibanding dengan Paku keling atau

    Baut yaitu:

    a) pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode las dan

    menyatu dengan lebih kokoh (lebih sempurna),

    b) konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi,

    c) konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan,

    Dengan las berat sambungan hanya berkisar 1% 1,5% dari berat konstruksi,

    sedang dengan paku keling atau baut berkisar 2,5% 4% dari berat konstruksi.

    d) pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubang-lubang

    paku/baut, tak perlu memasang potongan baja siku atau pelat penyambung, dan

    sebagainya), dan

    e) luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi, sehingga

    kekuatannya utuh.

    Kerugian atau kelemahan sambungan las yaitu :

    a) kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan,

    Jika pengelasannya baik maka keuatan sambungan akan baik, tetapi jika

    pengelasannya jelek/tidak sempurna maka kekuatan konstruksi juga tidak baik

    bahkan membahayakan dan dapat berakibat fatal. Salah satu sambungan las

    9

  • cacat lambat laun akan merembet rusaknya sambungan yang lain dan akhirnya

    bangunan dapat runtuh yang menyebabkan kerugian materi yang tidak sedikit

    bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk konstruksi bangunan berat

    seperti jembatan jalan raya atau jembatan kereta api di Indonesia tidak diijinkan

    menggunakan sambungan las.

    b) bonstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.

    Jenis las

    Jenis las yang ditentukan dalam peraturan SNI 03-1729-2002 adalah las tumpul,

    sudut, pengisi, atau tersusun.

    a) Las tumpul

    Kekuatan las tumpul ditetapkan sebagai berikut:

    1) Bila sambungan dibebani dengan gaya tarik atau

    gaya tekan aksial terhadap luas efektif maka,

    yRnw = 0,9tt f y (bahan dasar)

    yRnw = 0,9tt f yw (las)

    2) Bila sambungan dibebani dengan gaya geser terhadap

    luas efektif maka,

    yRnw = 0,9tt ( 0,6 f y ) (bahan dasar)

    yRnw = 0,8tt ( 0,6 fuw ) (las)

    dengan

    y = 0,9 adalah faktor reduksi kekuatan saat leleh,

    f y , fu = tegangan leleh dan tegangan tarik putus

    10

  • Gambar 5. 6. Las tumpul

    b) Las sudut

    Ukuran las sudut

    Ukuran las sudut ditentukan oleh panjang kaki. Panjang kaki harus ditentukan

    sebagai panjang tw1, tw2, dari sisi yang terletak sepanjang kaki segitiga yang

    terbentuk dalam penampang melintang las (lihat Gambar 5. 7). Bila kakinya sama

    panjang, ukurannya adalah tw. Bila terdapat sela akar, ukuran tw diberikan oleh

    panjang kaki segitiga yang terbentuk dengan mengurangi sela akar seperti

    ditunjukan dalam Gambar 5. 7.

    2) Ukuran minimum las sudut

    Ukuran minimum las sudut, selain dari las sudut yang digunakan untuk memperkuat

    las tumpul, ditetapkan sesuai dengan tabel 5.2 kecuali bila ukuran las tidak boleh

    melebihi tebal bagian yang tertipis dalam sambungan.

    Gambar 5. 7. Las Sudut

    Tabel 5. 2. Ukuran minimum las sudut.Tebal bagian paling tebal, tw (mm) Tebal minimum las sudut, tt (mm)

    tw 7 37 < tw 10 410 < tw 15 5

    11

  • 15 < tw 6

    3) Kuat las sudut

    Las sudut yang memikul gaya terfaktor per satuan panjang las, Ru, harus memenuhi:

    Ru Rnw

    dengan

    f Rnw = 0,75tt (0,6 fuw ) (las)

    f Rnw = 0,75tt (0,6 fu ) (bahan dasar)

    dengan f = 0,75 faktor reduksi kekuatan saat fraktur

    Keterangan:

    fuw adalah tegangan tarik putus logam las, MPa; Kips

    fu adalah tegangan tarik putus bahan dasar, MPa; Kips

    tt adalah tebal rencana las, mm; in

    Untuk las pengisi yang berupa las sudut yang berada di sekeliling lubang

    bulat atau selot, perhitungan luas las dan kekuatan nominalnya sama dengan

    perhitungan pad alas sudut.

    c) Las pengisi

    Sesuai dengan namanya, las pengisi adalah las yang diterapkan untuk

    mengisi suatu bidang. Ada dua jenis las pengisi, yaitu las pengisi yang serupa

    dengan las sudut, namun diterapkan disekeliling lubang bulat atau selot dan las

    pengisi dalam bentuk lubang yang diisi dengan metal las. Untuk jenis yang pertama,

    ukuran minimum dan kekuatan las pengisi ditentukan sama dengan perhitungan

    pada alas sudut.

    Pada las pengisi dalam bentuk lubang yang diisi dengan metal las, Luas

    geser efektif, Aw, las dalam lubang terisi dengan logam las harus dianggap sama

    dengan luas penampang melintang nominal lubang bulat atau selot dalam bidang

    permukaan komponen tersambung. Las pengisi demikian yang memikul gaya geser

    terfaktor, Ru, harus memenuhi:

    Ru Rnwdengan,

    f Rnw = 0,75(0,6 fuw )Aw

    12

  • dengan

    f = 0,75 adalah faktor reduksi kekuatan saat fraktur

    fuw = tegangan tarik putus logam las

    Contoh kasus:

    1. Berapakah kekuatan tarik, kekuatan geser, dan kekuatan tumpu dari sambungan

    baut berikut:

    Gambar 5. 8. Sambungan plat dengan bautPenyelesaian:

    Kekuatan geser:

    Vd =f Vn =f r1 fub Ab

    = 0,75 x 0,5 x 415 x (1/4 x x ( x 25,4 )2)

    = 19704,09366 N

    Kekuatan tarik:

    Td =f Tn =f 0,75 fub Ab

    = 0,75 x 0,75 x 415 x (1/4 x x ( x 25,4 )2)

    = 29556,14048 N

    Kekuatan tumpu:

    Rd =f Rn = 2,4f db tp fu

    = 2,4 x 0,75 x (1/2 x 25,4 ) x (2 x 25,4 ) x 415

    = 481934,52 N

    2. Rencanakan sambungan las untuk batang diagonal berikut ini:

    13

    baut : infub= 415 MPaTanpa ulir pada bidang geserTebal plat: 2 in

    Baja profil BJ 37Kawat las : E60xx

    - fy = 345 MPa- fu = 415 MPa

    P = 20 ton = 200000 N

    80x80x8

    Plat 12 mm

    20 ton

  • Gambar 5. 9. Sambungan dengan las

    Penyelesaian:

    Sesuai tabel 5.1, untuk tebal bahan dasar tw = 8 mm diperoleh tinggi minimum las

    sudut tt = 4 mm.

    Kekuatan las sudut:

    - Bahan las:

    f Rnw = 0,75tt (0,6 fuw )

    = 0,75 x 4 x ( 0,6 x 415 )

    = 747 N/mm

    - Bahan dasar:

    f Rnw = 0,75tt (0,6 fu )

    = 0,75 x 4 x ( 0,6 x 370 )

    = 666 N/mm

    Sehingga kekuatan yang menentukan adalah kekuatan berdasar bahan dasar = 666

    N/mm.

    Panjang las yang diperlukan :

    mmRfPL

    nw

    3,300666

    200000.

    === Karena ada dua baris las, maka untuk masing-masing baris las diperlukan panjang:

    L1 = L2 = =2

    3,300 159,15 mm.

    D. Daftar Bacaan Tambahan

    Oentoeng. 2000. Konstruksi Baja. Andi: Yogyakarta.

    Salmon C.G., Johnson J.E.. 1986. Struktur Baja Design dan Perilaku, Jilid 1, Edisi

    Kedua, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

    14

  • Salmon C.G., Johnson J.E.. 1996. Struktur Baja Design dan Perilaku 2, Edisi

    Ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

    E. Pertanyaan Kunci

    Faktor apa saja yang paling berpengaruh pada kekuatan sambungan baut dan las?

    F. Soal

    1. Berapakah kekuatan tarik, kekuatan geser, dan kekuatan tumpu dari

    sambungan baut berikut:

    2. Sebutkan, Gambarkan dan beri penjelasan tipe-tipe sambungan las!

    3. Dua buah plat dengan tebal 1 inc ( 2,5 cm ) yang merupakan elemen struktur

    tarik disambung dengan menggunakan las E60xx (fyw=345 MPa; fuw=415

    MPa). Jika digunakan tipe las sudut dengan besarnya tt=0.7 inc, berapakah

    kekuatan sambungan tersebut? Bandingkan dengan jika menggunakan tipe las

    tumpul!

    G. Tugas

    1. Rencanakan sambungan baut dan sambungan las

    pada strukur batang tarik dengan menggunakan alat sambung:

    a. baut

    b. las tumpul

    Keterangan:

    - Tegangan tarik yang bekerja Nu = 25 kN

    - jenis batang tarik : plat dengan dimensi 1 inc x 6 inc

    dari BJ 37

    15

    baut : 3/4fub= 415 MPaTanpa ulir pada bidang geserTebal plat: 1,5

  • - jumlah bidang geser : 2

    - baut tanpa ulir pada bidang geser

    - Mutu baut dan elektroda las dapat ditentukan sendiri

    2. Rencanakan sambungan las sudut yang akan

    digunakan untuk menyambung bagian sayap dengan bagian badan balok WF

    yang mampu menahan gaya geser minimal 500 kN/m.

    16

  • Daftar Pustaka

    Anonim, 1989, Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan

    Gedung (SNI 1727-1989 F), Badan Standardisasi Nasional

    Anonim 2000, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan

    Gedung (SNI 03-1739-2002), Badan standardisasi nasional

    Anonim, 2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk

    Bangunan Gedung ( SNI 03 1726 2002 ), Badan Standardisasi Nasional

    Anonim, 2005, Standar Pembebanan untuk Jembatan ( RSNI-T-02-2005 ),

    Badan Standardisasi Nasional

    Sukawi, 2008, struktur shell bagian 1,

    http://strukons6.blogspot.com/2008/04/struktur-shell-bagian1.html, diakses pada 18

    maret 2010

    http://www.bardaglea.org.uk

    http://www.draft2pena.wordpress.com

    http://www.civil.usyd.edu.au

    http://www.me.udel.edu/karlsson/meeg215/meeg215.html.

    Padosbajayo, 1994, Bahan Kuliah Pengetahuan Dasar Struktur Baja,

    Paguyuban Dosen Baja Yogyakarta.

    Salmon C.G., dan Johnson, J.E., 1992, Struktur Baja, Desain dan Perilaku,

    Jilid1, PT. Gramedia Pustaka Utama

    Sebleku Pius dan Herianto Edi, 2003. Perlindungan Logam Terhadap

    Serangan Korosi dengan Menggunakan Cat, Proseding Semiloka Nasional

    Metalurgi 2003, Jakarta, Desember 2003.

    Sratman Rochim, 2005. Teknologi Perlindungan Logam, Proseding Seminar

    Nasional : Aplikasi Teknologi Perlindungan Logam di Industri, Jurusan Teknik

    Metalurgi Universitas Jenderal Ahmad Yani Bandung, Maret 2005.

    vii

  • Jawaban Pertanyaan Kunci

    Bab 1. Pengantar struktur bangunan baja

    Jawaban:

    Gambar diagram tegangan-regangan baja tipikal beserta daerah-daerahnya

    adalah sebagai berikut:

    Keterangan:

    Daerah elastis: daerah dimana baja dalam kondisi elastis, yaitu kondisi dimana

    bahan mempunyai kemampuan untuk kembali ke bentuk awalnya

    setelah diberikan pembebanan dan pelepasan beban

    Daerah plastis: daerah dimana baja dalam kondisi plastis, yaitu kondisi dimana

    suatu bahan mengalami deformasi (perubahan bentuk) ketika

    diberikan beban dan setelah beban dilepaskan bahan tidak dapat

    kembali ke bentuk awalnya.

    Pengerasan regangan (strain hardening): kondisi dimana bahan mengalami

    peningkatan resistensi terhadap deformasi lebih lanjut.

    Perpanjangan benda uji di daerah ini memerlukan penambahan

    beban tarik.

    Fy = titik tegangan luluh bahan

    Fu = titik tegangan ultimit bahan

    Fy

    Daerah plastis

    y p

    Regangan

    Tega

    ngan

    Daerah elastis

    Strain hardening

    fu

    viii

  • y = titik regangan pada saat bahan mengalami luluh

    p = titik regangan pada saat bahan berada pada kondisi plastis

    Bab 2. Batang Tarik

    Jawaban:

    Faktor yang paling berpengaruh terhadap kekuatan batang tarik adalah luas

    permukaannya, yang terdiri dari:

    Luas kotor

    Luas bersih

    Luas efektif

    Cara memperhitungkannya adalah:

    1. Luas kotor :

    a) dengan menghitung luas keseluruhan potongan batang baja

    b) dengan membaca luas kotor profil baja yang tertera pada tabel baja

    2. Luas bersih:

    Dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut ini:

    a) Posisi baut sejajar:

    Ant = Ag n d t

    b) Posisi baut tidak sejajar:

    Ant = Ag n d t + uts

    4

    2

    3. Luas efektif

    Dengan menggunakan pearsamaan berikut ini:

    Ae = Ant. U

    Bab 3. Batang Tekan

    Jawaban:

    Faktor yang paling berpengaruh terhadap kekuatan batang tekan struktur baja

    adalah kelangsingan penampang batang. Cara memperhitungkannya adalah dengan

    menghitung kelangsingan penampang dengan menggunakan persamaan

    ix

  • Efy

    rLk

    cpi

    1= . Nilai c tersebut akan berpengaruh pada penentuan persamaan

    untuk menghitung besarnya koefisien tekuk batang () yang merupakan salah satu

    variabel dalam persamaan kekuatan batang tekan

    fyAfANn gcrg == .

    Bab 4. Batang Lentur

    Jawaban:

    Kekuatan batang lentur dinyatakan dalam nilai Momen nominal (Mn).

    Kekuatan nominal batang lentur dengan pengaruh tekuk lokal ditentukan

    dengan memperhitungkan apakah batang termasuk sebagai penampang kompak,

    penampang atidak kompak, ataukah penampang langsing. Masing-masing kriteria

    akan memiliki persamaan Momen nominal ( Mn ) yang berbeda.

    Kekuatan nominal batang lentur dengan pengaruh tekuk lateral ditentukan

    dengan memperhitungkan panjang bentang batang lentur, apakah termasuk sebagai

    bentang pendek, bentang menengah, ataukah bentang panjang. Masing-masing

    kriteria akan memiliki persamaan Momen nominal ( Mn ) yang berbeda.

    Bab 5. Sambungan baja

    Jawaban:

    Faktor yang paling berpengaruh pada kekuatan sambungan baut adalah

    ukuran (diameter) baut dan mutu atau tegangan ultimit baut. Sedangkan faktor yang

    paling berpengaruh pada kekuatan sambungan las adalah jenis/mutu kawat las yang

    digunakan serta ukuran

    x

  • Senarai

    Spesimen : benda uji

    Tegangan : gaya per satuan luas

    Regangan : perubahan penjang per panjang mula-mula

    Yield stress : tegangan leleh

    Strain hardening : pengerasan regangan

    Tegangan ultimit : tegangan maksimal

    Tegangan leleh : tegangan saat spesimen mulai leleh

    Rasio Poisson : Rasio antara regangan lateral dan regangan aksial

    Korosi : karat

    Thermal spraying : penyemprotan dalam konsisi panas

    Welding : pengelasan

    Cladding : kelongsong

    Anodizing : Anodizasi

    Chromating : lapisan chrom

    Phosphatising : lapisan phosphat

    Blackening : lapisan hitam

    Creep : rayapan; peristiwa naiknya deformasi yang terjadi

    bersamaan dengan bertambahnya waktu pembebanan

    Weld mesh : jaring tulangan baja yang disambung dengan las

    Strain aging : penuaan regangan

    Frame : rangka

    Shell : cangkang

    Daktilitas : kekauan

    Factor of safety : angka keamanan

    Load factor : factor pembesaran beban

    Serviceability : daya layan

    Yielding criterion : kriteria leleh pada perencanaan batang tarik

    fracture criterion : kriteria hancur pada perencanaan batang tarik

    xi

  • Net area : luas bersih

    Gross area : luas bruto; luas total potongan

    Efective area : luas efektif

    block shear rupture : kegagalan robekan

    beam-colomn : balok-kolom

    truss : sistem rangka

    solid wall columns : penampang kolom yang solid, tanpa adanya lubang-lubang

    Open columns : kolom yang terdiri dari beberapa profil yang disatukan satu

    sama lain dengan trali atau dengan plat kopel

    Perforated cover plates : kolom dengan sisi-sisinya berupa plat berlubang

    rolled shape : profil gilig; profil utuh

    welded shape : profil non gilig; profil bentukan/las

    web : komponen pelat badan dari penampang I, S, WF, atau C

    flengs : komponen pelat sayap dari penampang I, S, WF, atau C

    xii

    Bab VSAMBUNGAN BAJAFungsi Sambungan BajaSambungan Paku KelingSambungan BautKekuatan BautKuat GeserKuat TarikKombinasi Geser dan TarikKuat TumpuPersyaratan Jarak BautKetentuan banyaknya paku keling dan baut dalam satu deret

    LasMetode-metode LasKeuntungan dan Kerugian Sambungan LasJenis las

    Daftar PustakaJawaban Pertanyaan KunciSenarai