1053-2137-1-PB

9
1 PENERAPAN KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN PLASENTA PREVIA Asti Melani Astari Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ABSTRAK Placenta previa merupakan salah satu keadaan yang menjadi penyebab perdarahan saat kehamilan. Ibu hamil dengan plasenta previa memerlukan intervensi segera tenaga kesehatan terkait dengan kondisi ibu dan janin yang dikandung. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif berperan dalam memonitor secara berkesinambungan kondisi ibu maupun janin, serta menyiapkan ibu menghadapi kemungkinan kondisi janin dan proses persalinan yang akan dihadapi. Tujuan penulisan laporan adalah memberikan gambaran tentang aplikasi konsep dan teori keperawatan dalam asuhan keperawatan pada ibu antepartum dengan plasenta previa serta memberikan gambaran peran peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, konselor, advokat, edukator, koordinator, kolaborator, komunikator, agen perubahan dan peneliti dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu antepartum dengan plasenta previa. Pemilihan konsep dan teori keperawatan berdasarkan pada konteks klien yang mempunyai kemampuan adaptasi, bersifat humanistik serta dalam kondisi mengalami komplikasi yang mengakibatkan timbulnya kecemasan. Oleh karena itu tepat digunakan konsep dan teori Adaptasi Roy, Need For Help Wiedenbach, Interpersonal Relation Peplau, Human Caring Watson dan konsep Family Centered Maternity Care dalam pemberian asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan plasenta previa. Dengan harapan kondisi ibu hamil dengan plasenta previa tetap optimal, mampu beradaptasi secara fisik maupun psikologis serta siap terhadap proses persalinan yang akan dihadapi. Kata kunci : Perdarahan kehamilan, plasenta previa, konsep dan teori keperawatan. ABSTRACT Placenta previa is one of situations that lead to bleeding during pregnency. Pregnency mother with Placenta previa have to be handled by medical worker/staff as soon as possible to keep mother and her embryo safely. Nurse as one of medical staffs giving nurse guidence comprehensively play important role in monitoring mother and her fetus continualy. The nurse prepares mother to face giving birth and taking care her fetus condition. The objective of this report was to figure out conceptual and theoritical application of nurse in nurse guidance on antepertum mother with Placenta previa and nurse role as a guide, concelor, advocate, educator, coordinator, colaborator, communicator, alteration agent and researcher in directing of antepertum mother with Placenta previa. Choosing conceptual and theoritical nurse was based on clien contact having ability on adaptation, humanisticaly and having complicated- condition that lead to existancy of anxiety. Therefore it was precisely used Adaptation

Transcript of 1053-2137-1-PB

Page 1: 1053-2137-1-PB

1

PENERAPAN KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN

PLASENTA PREVIA

Asti Melani Astari

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Placenta previa merupakan salah satu keadaan yang menjadi penyebab perdarahan saat kehamilan. Ibu

hamil dengan plasenta previa memerlukan intervensi segera tenaga kesehatan terkait dengan kondisi

ibu dan janin yang dikandung. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memberikan asuhan

keperawatan secara komprehensif berperan dalam memonitor secara berkesinambungan kondisi ibu

maupun janin, serta menyiapkan ibu menghadapi kemungkinan kondisi janin dan proses persalinan

yang akan dihadapi. Tujuan penulisan laporan adalah memberikan gambaran tentang aplikasi konsep

dan teori keperawatan dalam asuhan keperawatan pada ibu antepartum dengan plasenta previa serta

memberikan gambaran peran peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, konselor, advokat,

edukator, koordinator, kolaborator, komunikator, agen perubahan dan peneliti dalam memberikan

asuhan keperawatan pada ibu antepartum dengan plasenta previa. Pemilihan konsep dan teori

keperawatan berdasarkan pada konteks klien yang mempunyai kemampuan adaptasi, bersifat

humanistik serta dalam kondisi mengalami komplikasi yang mengakibatkan timbulnya kecemasan.

Oleh karena itu tepat digunakan konsep dan teori Adaptasi Roy, Need For Help Wiedenbach,

Interpersonal Relation Peplau, Human Caring Watson dan konsep Family Centered Maternity Care

dalam pemberian asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan plasenta previa. Dengan harapan

kondisi ibu hamil dengan plasenta previa tetap optimal, mampu beradaptasi secara fisik maupun

psikologis serta siap terhadap proses persalinan yang akan dihadapi.

Kata kunci : Perdarahan kehamilan, plasenta previa, konsep dan teori keperawatan.

ABSTRACT

Placenta previa is one of situations that lead to bleeding during pregnency. Pregnency mother with

Placenta previa have to be handled by medical worker/staff as soon as possible to keep mother and her

embryo safely. Nurse as one of medical staffs giving nurse guidence comprehensively play important

role in monitoring mother and her fetus continualy. The nurse prepares mother to face giving birth and

taking care her fetus condition. The objective of this report was to figure out conceptual and

theoritical application of nurse in nurse guidance on antepertum mother with Placenta previa and

nurse role as a guide, concelor, advocate, educator, coordinator, colaborator, communicator, alteration

agent and researcher in directing of antepertum mother with Placenta previa. Choosing conceptual and

theoritical nurse was based on clien contact having ability on adaptation, humanisticaly and having

complicated- condition that lead to existancy of anxiety. Therefore it was precisely used Adaptation

Page 2: 1053-2137-1-PB

2

Concept and Theory from Roy, Need for Help from Wiedenbach, Interpersonal Relation from Peplau,

Human Caring of Watson and Family Centered-Maternity Care Concept in giving nurse guidance on

pregnant mother with Placenta previa. It was expected that pregnant mother with Placenta previa keep

in her optimal condition, can adapt physically and phycologically, and is ready to face giving birth

process.

Keywords: Pregnant bleeding, Placenta previa, Conceptual and theoritical nurse.

PENDAHULUAN

Setiap menit seorang ibu meninggal karena penyebab yang berkaitan dengan kehamilan dan

persalinan. Sebagian besar (60-80%) kematian ibu di dunia disebabkan oleh perdarahan saat

melahirkan, persalinan macet, sepsis, tekanan darah tinggi pada kehamilan dan komplikasi dari aborsi

yang tidak aman (Nguyen, 1999). Di Indonesia empat penyebab utama kematian ibu adalah : 42%

kematian ibu disebabkan karena perdarahan, 13% eklamsi, 11% komplikasi aborsi, 10% infeksi, 9%

perdarahan lama dan 15 % penyebab tidak langsung (Saifuddin, 2002).

Perdarahan merupakan penyebab tertinggi kematian ibu umumnya terjadi pada kehamilan

trimester akhir dan yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir. Jika tidak mendapat penanganan yang

cepat dapat mendatangkan syok dan kematian (Chalik, 1998). Perdarahan masa kehamilan yang

berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, yang secara klinis didiagnosa yaitu plasenta

previa dan solusio/abrupsio plasenta (Wiknjosastro, 2005).

Di Amerika kejadian komplikasi akibat plasenta previa terjadi setiap 5 dari 1000 kelahiran

dengan tingkat kematian 0,03%. Dari data tahun 1989 – 1997 mengindikasikan kejadian plasenta

previa 2,8/1000 kelahiran hidup (Patrick,2005, ¶ 1, http://www.emedicine.com. Diperoleh tanggal 12

Desember 2005).

Di Indonesia perdarahan hamil terjadi pada kira-kira 3% dari semua persalinan. Dari data di

RSCM antara tahun1971 – 1975 terjadi 2114 kasus perdarahan hamil diantara 14824 persalinan dan

persentase terbanyak didiagnosa dengan plasenta previa. (Wiknjosastro, 2005).

Sedangkan di RS PMI pada tahun 2005, perdarahan hamil juga terjadi pada kira-kira 3% dari

semua persalinan. Dan pada saat residensi dari bulan September sampai Desember 2005 didapat data

perdarahan hamil sebanyak 21 orang dan 10 orang diantaranya disebabkan oleh plasenta previa.

Plasenta previa merupakan keadaan yang perlu diantisipasi seawal-awalnya selagi perdarahan

belum sampai ketahap yang membahayakan ibu dan janinnya. Antisipasi dalam perawatan prenatal

sangat mungkin oleh karena pada umumnya komplikasi obstetri ini berlangsung perlahan diawali

gejala dini berupa perdarahan berulang yang pada mulanya tidak banyak tanpa rasa nyeri dan terjadi

pada waktu yang tidak tertentu, misalnya selagi tertidur, tanpa trauma atu koitus, atau mungkin juga

bertepatan pada waktu tersebut (Chalik, 1998).

Page 3: 1053-2137-1-PB

3

Perawat berperan dalam memonitor secara berkesinambungan kondisi ibu maupun janin serta

perlunya pemberian pendidikan kesehatan mengenai kondisi dan persiapan ibu menghadapi

kemungkinan kondisi janin dan proses persalinan yang akan dihadapi.

Keberhasilan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan plasenta previa sangat tergantung

pada kinerja perawat yang profesional, yang memberikan asuhan keperawatan berkualitas disertai

dengan kemampuan untuk mensintesa berbagai pengetahuan, konsep, dan prinsip dari berbagai

kelompok ilmu, keterampilan interpersonal dan tehnikal yang tinggi didasari oleh kode etik

keperawatan.

Berdasarkan hal tersebut, penulis berperan sebagai perawat ahli yang berkemampuan ners

spesialis keperawatan maternitas dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Selain

menerapkan konsep dan teori keperawatan (konsep family centered maternity care, teori Adaptasi

”Roy”, Teori need for help Wiedenbach, Teori Interpersonal Relation Peplau dan Caring ”Watson”)

juga melaksanakan perannya sebagai agen pembaharu dalam menginisiasi perubahan-perubahan

melalui inovasi dalam lingkup keperawatan maternitas, menggunakan metoda penelitian dalam

menganalisa masalah, memanfaatkan hasil penelitian sebagai rujukan dalam melakukan perubahan,

dan melakukan desiminasi sebagai upaya sosialisasi dan peningkatan pengetahuan praktisi

keperawatan sekaligus menjadi model peran, serta berperan sebagai konsultan baik diperuntukkan

bagi klien, keluarga, perawat, maupun profesi kesehatan lainnya.

Sehingga tulisan ini disusun, sebagai upaya untuk mendapatkan gambaran yang lebih

komprehensif, dengan berfokus pada penerapan konsep dan teori keperawatan dalam asuhan

keperawatan ibu hamil dengan plasenta previa.

PEMBAHASAN

Menjaga kondisi ibu hamil dengan plasenta previa tetap optimal menjadi salah satu tujuan

perawat maternitas. Komponen esensial dari menjaga kondisi ibu hamil dengan plasenta previa tetap

optimal diidentifikasi tidak disadarinya masalah dan potensial resiko sehingga untuk meminimalkan

hal tersebut pendidikan maupun promosi kesehatan yang diberikan seorang perawat profesional

sangat diperlukan (Lowdermilk & Perry, 2003). Termasuk tanggung jawab untuk memberikan

pelayanan keperawatan maternitas yang berkualitas dari seorang ners spesialis keperawatan

maternitas.

Seorang ners keperawatan maternitas dituntut untuk mampu memberikan asuhan keperawatan

yang komprehensif melalui penerapan berbagai teori dan model konseptual keperawatan yang

bertujuan untuk optimalisasi asuhan keperawatan yang diberikan. Dimana pada ibu hamil dengan

komplikasi plasenta previa, penulis menerapkan beberapa teori dan model konseptual yang

diantaranya yaitu teori adaptasi Roy, need for help Wiedenbach, interpersonal relation Peplau dan

caring Watson serta konsep family centered maternity care.

Page 4: 1053-2137-1-PB

4

Konsep family centered maternity care masih jarang diterapkan pada klien yang mengalami

komplikasi saat periode childbearing, dengan rasionalisasi mencegah ketergantungan terhadap

pendekatan tradisional dimana seharusnya intervensi medis lebih dibutuhkan. Akan tetapi jika

perawat profesional berpegang pada nilai dan prinsip konsep keperawatan maternitas yang berpusat

pada keluarga penerapan konsep ini dapat menjadi langkah untuk mengurangi stress melalui

supportive family oriented care, dimana hal ini mungkin lebih penting pada saat intervenís medis

yang intensif diperlukan klien (May & Mahlmeister, 1990).

Penerapan konsep family centered maternity care pada asuhan keperawataan ibu hamil

dengan komplikasi Plasenta previa dapat memberikan lingkungan yang kondusif bagi interaksi klien,

suami, dan anggota keluarga dekat lainnya untuk mencapai kompetensi dan kepercayaan diri dalam

mencapai kemampuan adaptasi yang optimal (Phillips, 1995).

Penerapan konsep family centered maternity care dalam asuhan keperawatan ibu hamil

dengan komplikasi Plasenta previa sangat mungkin dilakukan terutama pada saat klien dirawat di

ruang perawatan. Namur pada kenyataannya banyak prinsip yang tidak dapat diterapkan dikarenakan

adanya keterbatasan-keterbatasan baik karena kebijakan rumah sakit, manajemen pelayanan

keperawatan, maupun dari individu perawat dalam memberikan asuhan yang tidak memenuhi standar

keperawatan yang telah ditetapkan.

Penerapan konsep keperawatan maternitas yang berpusat pada keluarga pada ibu hamil

dengan kompliklasi Plasenta previa di kamar bersalin belum dapat dilakukan dengan optimal, dengan

alasan kondisi ibu masih dalam observasi ketat tenaga kesehatan, hal ini dapat menambah stress klien

dikarenakan akan menambah rasa cemas klien. Akan tetapi setelah kondisi klien stabil dan keluarga

terutama suami diperbolehkan menemani klien dan hal ini merupakan langkah positif yang dapat

membantu mempercepat pemulihan maupun membantu mempersiapkan mental klien pada intervensi

lanjutan terkait dengan kondisi yang dialami.Adanya suami sebagai pemberi dukungan bagi klien

menyebabkan klien merasa lebih tenang, kecemasan menurun dan lebih percata diri. Perasaan positif

ini akan menjadi landasan yang kuat untuk adaptasi terhadap kondisi yang dialami. Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian Alfiben, Wiknjosastro, & Elvira (2000) bahwa dukungan suami dapat

mempengaruhi psikologis ibu baik dalam masakehamilan, persalinan maupun pasca nifas.

Manfaat penerapan konsep family centered maternity care memberikan kepuasan bagi klien

dan keluarga. Klien dan keluarga merasa terdukung, kecemasannya berkurang, dan terfasilitasi untuk

dapat ikut memutuskan intervensi yang terbaik baik klien.

Konsep/teori adaptasi Roy merupakan konsep yang dominan mendasari asuhan keperawatan

dan sangat membantu dalam memberikan asuhan yang komprehensif dalam asuhan keperawatan ibu

hamil dengan komplikasi Plasenta previa. Pada tahap pengkajian, informasi tentang adaptasi fisiologis

maupun psikologis klien dapat diidentifikasi melalui pendekatan pengkajian Roy yang meliputi

pengkajian perilaku, stimulus fokal, contextual maupun residual (Roy, 1968 dalam Marriner &

Tomey, 1994). Untuk menilai seberapa jauh klien mampu memenuhi kebutuhannya.

Page 5: 1053-2137-1-PB

5

Penerapan teori adaptasi Roy pada ibu hamil dengan komplikasi Plasenta previa diharapkan

dapat membantu adaptasi baik fisik maupun psikologis, terutama akibat perdarahan yang dialami

klien, sehingga klien dapat meminimalkan perdarahan yang terjadi dengan perilaku yang adaptif

yang akan berimplikasi pada kesejahteraan janin yang dikandung.

Proses adaptif klien selain dipengaruhi oleh keberhasilan menggali data secara komprehensif,

dipengaruhi pula oleh perilaku dan keterampilan perawat. Perilaku perawat yang menerapkan konsep

caring akan menumbuhkan rasa dihargai, didukung dan terbinanya kepercayaan antara klien dan

perawat. Kedekatan yang terjalin dapat memfasilitasi klien untuk memberikan informasi yang

dibutuhkan dan klien akan bekerjasama dalam perencanaan dan implementasi selanjutnya.

Ibu hamil dengan komplikasi Plasenta previa, mengalami suatu kondisi yang mengakibatkan

ia membutuhkan bantuan/pertolongan tenaga kesehatan. Sehingga selain model konseptual adaptasi

Roy, residen juga mencoba menerapkan model konseptual Wiedenbach, dimana peran perawat

sebagai pemberi bantuan bagi kenyamanan dan kemampuan pasien mengatasi masalahnya melalui

beberapa tahapan yang diantaranya yaitu : 1) Identifikasi kondisi dan persepsi pasien tentang

kebutuhannya; 2) Ministration, yaitu menseleksi kebutuhan yang tepat untuk dibantu (acceptable); 3)

Validasi akan kemungkinan masalah dapat diatasi dengan bantuan yang diberikan; serta 4) Koordinasi

meliputi laporan, konsultasi dan conferring dan selanjutnya diinterpretasikan dan dilaksanakan

tindakan bantuan (Tommey,1995).

Sedangkan model konseptual interpersonal relation Peplau diterapkan dengan acuan bahwa

salah satu masalah keperawatan pada ibu hamil dengan plasenta previa yang selalu menyertai adalah

cemas. Kecemasan ini disebabkan karena klien datang ke rumah sakit dalam kondisi tidak normal dan

klien langsung mendapatkan intervensi observasi ketat baik bagi kondisi klien sendiri maupun bagi

kondisi janin yang dikandung. Hal ini menimbulkan kecemasan yang tinggi pada klien. Fokus dari

tindakan perawat saat ini adalah mengatasi kecemasan klien, dan membina hubungan saling percaya

pada situasi yang mengancam kehidupan (life-threatening) menjadi bagian yang sangat menonjol.

Apabila hal ini dapat diciptakan oleh perawat maka ia adalah seorang yang mampu masuk dalam

suatu proses interpersonal/hubungan antara perawat dan klien yang terapeutik. Peplau menyampaikan

bahwa hasil interaksi dengan perawat dapat sangat signifikan untuk menurunkan kecemasan,

ketegangan dan frustasi (Tomey, 1995). Kualitas asuhan keperawatan sangat dipenngaruhi oleh

kualitas hubungan perawat-klien.

Ibu hamil yang berharap kehamilannya sehat dan dapat melahirkan bayinya dengan sehat

pula, karena didiagnosa plasenta previa dan mengalami perdarahan berulang maka dirujuk ke rumah

sakit, dimana bagi klien lingkungan rumah sakit adalah lingkungan asing dan pendampingan keluarga

sangat minimal. Keintiman hubungan perawat-klien memfasilitasi pemenuhan kebutuhan manusia

dalam lingkungan asing, serta klien dapat meraasakan pengertian perawat dari sikapnya yang perduli,

empati dan penuh kasih sayang saat klien membutuhkan suatu hubungan untuk memenuhi

kebutuhannya (Meleis, 1997; Tomey,1995).

Page 6: 1053-2137-1-PB

6

Interpersonal relation Peplau yang menekankan perlunya perawat mengeksplorasi berbagai

aspek dan memberikan kesempatan klien untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya sehingga

dibutuhkan kemampuan komunikasi terapeutik perawat sejalan dengan model konseptual caring

Watson yang menekakan human caring yang dilakukan secara interpersonal dalam membantu

individu mencapai keserasian dalam tubuh, otak dan jiwa. Tujuan ini dicapai melalui proses caring

antara perawata dengan klien dimana didalamnya melibatkan ilmu pengetahuan, komitmen moral dan

nilai yang tergabung dalam kegiatan keperawatan.

Keberhasilan perawat memberikan asuhan keperawatan yang holistik pada ibu hamil dengan

komplikasi plasenta previa, dipengaruhi oleh sikap, keterampilan dan pengetahuan perawat terhadap

hubungan yang terapeutik dengan kliennya (Gartinah, 2002).

Di RS.PMI Bogor penerapan teori adaptasi Roy pada ibu hamil dengan komplikasi Plasenta

previa yang dilaksanakan, belum sepenuhnya dapat diterapkan karena belum adanya persamaan

persepsi dan pemahaman tentang kemampuan adaptasi yang ada pada setiap individu dalam setiap

perubahan yang terjadi pada dirinya, sejalan dengan kurangnya pemahaman terhadap kemampuan

adapatasi ibu hamil dengan komplikasi plasenta previa. Begitu pula penerapan teori need for help

Wiedenbach, interpersonal relation Peplau dan Caring Watson belum optimal dapat diterapkan

dikarenakan masih minimnya pemahaman perawat terhadap model-model konseptual keperawatan

tersebut dan masih lemahnya kemampuan komunikasi terapeutik tenaga kesehatan terutama perawat

dalam melakukan interaksi saat melakukan asuhan keperawatan.

Akan tetapi pada prinsipnya tatanan layanan rumah sakit memberikan peluang kepada penulis

untuk dapat menerapkan teori dan model konseptual baik adaptasi Roy, need for help Wiedenbach,

interpersonal relation Peplau maupun caring Watson.

Konsep keperawatan maternitas yang berpusat pada keluarga tepat dapat digunakan pada ibu

hamil dengan komplikasi plasenta previa. Hal ini dikarenakan adanya keterlibatan aktif keluarga

yang akan menjadi kekuatan bagi klien untuk beradaptasi dalam proses asuhan keperawatan, karena

ibu dan keluarga merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi, asuhan keperawatan yang

diberikan bersifat holistic, dan memfasilitasi adaptasi ibu hamil pada peran menjadi orangtua yang

akan segeera terwujud setelah bayi lahir.

Akan tetapi konsep ini memiliki kelemahan adanya pengaruh keluarga yang kuat pada klien,

dapat berpengaruh negative mempengaruhi perilaku klien terhadap kesehatannya. Oleh karena itu

harus diimbangi dengan mengantisipasi perilaku budaya yang dapat membawa pengaruh negative.

Juga diperlukan monitor yang ketat untuk menghindari infeksi nosokomial.

Model adaptasi Roy ini sangat berguna dan paling dominan bagi klien yang menerima asuhan

keperawatan seperti pada ibu hamil dengan komplikasi plasenta previa, dikarenakan klien mengalami

perubahan-perubahan yang sangat berarti, perubahan-perubahan yang drastis ini membutuhkan

kemampuan klien untuk beradaptasi agar tidak terjadi situasi krisis. Dengan pendekatan adaptasi Roy

yang memandang bahwa manusia sebagai makhluk holistic terdiri dari struktur bio-psiko-sosial,

Page 7: 1053-2137-1-PB

7

diharapkan klien dan keluarga dapat secara konsisten berinteraksi dengan perubahan lingkungan pada

setiap fase dan tahapan proses pengobatan dan perawatan pada kondisi klien dengan plasenta previa.

Kelemahan model adaptasi Roy, terutama pada optimalisasi kemampuan adaptasi, karena

membutuhkan tahapan yang berjenjang, dan merupakan pengalaman belajar. Pada ibu hamil dengan

komplikasi plasenta previa, perubahan yang terjadi secara cepat membutuhkan pengalaman

penggunaan koping mekanisme yang matang, tanpa tahapan belajar menggunakan koping mekanisme

yang baik klien dan keluarga beresiko lebih besar untuk terjadinya kegagalan beradaptasi, dan

keadaan ini dapat menyebabkan situasi krisis. Pendekatan teori adaptasi Roy kurang memperhatikan

kemampuan individu dalam pemenuhan kebutuhan dasar melalui tingkah laku belajar ini.

Kelebihan model konseptual need for help Wiedenbach diantaranya adalah bahwa seorang

perawat menurut Wiedenbach harus memiliki tiga aspek, yang utama ialah pengetahuan, keterampilan

dan kemampuan mengambil langkah. Mengembangkan cara kerja team work, penyusunan standar

atau pathway dari masing-masing area sehingga dalam keadaan emergensi tindakan untuk menolong

dapat dilakukan secara optimal dan berkesinambungan disertai dengan model pendokumentasiannya

yang sederhana. Akan tetapi memiliki kelemahan yaitu bagi kasus anak-anak atau pasien yang tidak

sadar, penerapan model konsep ini tidak dapat diaplikasikan karena setelah menemukan

kebutuhannya, membutuhkan validasi kepada klien.

Model konseptual Interpersonal Relation Peplau, memiliki kelebihan yaitu Perawat dengan

latar belakang pendidikan yang memadai, yang mempunyai pengertian tentang teori-teori

perkembangan dan konsep adaptasi dalam kehidupan dan respon terhadap konflik, dengan penerapan

model ini dapat menambah wawasan profesional perawat dalam proses interpersonal. Dalam

penerapan model ini perawat dan klien terus menerus berhubungan, mengerti peran masing-masing

dan faktor-faktor disekitar masalah meningkat sampai keduanya bersama-sama untuk mencari

pemecahan masalahnya. Pada kasus emergensi, perawat harus mempunyai kesadaran diri untuk

mengobservasi, memberikan perhatian, memahami respond an reaksi klien saat berinteraksi. Maka

pada kasus emergensi yang mempunyai skala kecemasan cukup tinggi, sangat tepat digunakan model

konseptual Peplau sebagai pendekatan komunikasi terapeutik sehingga klien merasa selalu ditemani

oleh perawat.

Kelemahan model konseptual Interpersonal Relation Peplau, pada peran “surrogate” atau

pengganti, apabila jumlah ketenagaan perawat kurang di ruang bersalin, maka peran ini sulit

dilakukan. Bagi perawat yang kurang dewasa, hubungan terapeutik mudah berubah menjadi hubungan

friendship.

Teori Caring Watson mempunyai kelebihan, bahwa teori ini memberikan dasar moral dan

filosofi bagi keperawatan. Dalam pemberian asuhan keperawatan merupakan manifestasi dari sepuluh

faktor caratif. Humanistik dan altruistik adalah nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai otonomi dan

kebebasan klien terhadap pilihan yang terbaik menurut klien, sehingga dalam berinteraksi kedudukan

perawat dan klien adalah sejajar. Perawat berusaha mendorong untuk meningkatkan potensi yang ada

Page 8: 1053-2137-1-PB

8

dalam diri klien untuk mengatasi masalahnya sehingga perkataan maupun sikap perawat selalu

mendukung dan berfikir positif.

Sedangkan kelemahan teori Caring Watson, bagi perawat yang belum mempunyai

kematangan secara biopsikososial spiritual dan pendidikan formal pemula, model caring sulit untuk

diaplikasikan. Dalam komunikasi terapeutik perawat-klien pada model caring, perawat berperan

memberikan informasi dan umpan balik, menjadi penengah, konsultan dan merujuk (Ramslen, 1995).

Pada kasus emergensi dimana persepsi klien maupun keluarga menyempit untuk menjelaskan keadaan

klien yang tiba-tiba kejang dan harus mendapatkan tindakan medis yang membutuhkan inform

concern merupakan suatu tantangan.

KESIMPULAN

1. Plasenta previa merupakan perdarahan di trimester ketiga dan jika tidak mendapat penanganan

yang cepat bisa mendatangkan syok dan kematian. Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan

komplikasi Plasenta previa dikategorikan pada asuhan keperawatan pada lingkup emergensi

obstetri. Maka untuk meminimalkan keterlambatan tahap III yaitu tidak adekuatnya penanganan

di fasilitas kesehatan diperlukan perawat yang sudah melalui pendidikan formal seperti perawat

spesialis keperawatan maternitas.

2. Penulis melakukan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan Plasenta previa dengan

menerapkan berbagai model konseptual dan teori keperawatan. Model konseptual dan teori

keperawatan tersebut antara lain 1) konsep family centered maternity care, 2) teori Adaptasi

Roy, 3) teori Need for help Wiedenbach, 4) Interpersonal Relation Peplau dan 5) teori Human

Caring Watson.

3. Konsep family centeref maternity care memberi landasan bahwa ibu hamil dengan plasenta

previa, merupakan klien dalam kondisi mengalami komplikasi yang memerlukan dukungan dan

motivasi dalam menjalani proses pengobatan dan perawatan. Hal ini bertujuan mempertahankan

kondisi optimal klien dan janinnya. Dengan adanya dukungan dan motivasi dari berbagai pihak

terutama keluarga, diharapkan dapat dicapai optimalisasi kondisi klien maupun janin, serta siap

menghadapi proses persalinan dan outcome persalinan sesuai dengan yang diharapkan.

4. Teori adaptasi Roy merupakan teori yang dominan mendasari pemberian asuhan keperawatan ibu

hamil dengan Plasenta previa, dimana asuhan keperawatan yang diberikan adalah memfasilitasi

kemampuan ibu untuk beradaptasi dengan menggunakan koping yang efektif yang lebih

diprioritaskan pada optimalisasi kondisi ibu yang berimplikasi pada pencegahan gawat janin.

5. Melalui monitoring dan observasi yang ketat sebegai aplikasi penerapan model konseptual need

for help Wiedenbach, dapat dicegah komplikasi ataupun keadaan yang memburuk bagi ibu

hamil dengan Plasenta previa.

Page 9: 1053-2137-1-PB

9

6. Teori Caring Watson mendasari tindakan keperawatan pada pendekatan perilaku caring yang

memberikan nilai kepedulian terhadap sesama dan rasa kecintaan manusia, pendekatan ini tepat

digunakan oleh perawat dalam memberikan asuhan lepada ibu hamil dengan Plasenta previa

karena permasalahan fisik klien sangat kompleks yang berdampak pada kondisi psikologisnya.

Dengan pendekatan teori caring diharapkan dapat terbina hubungan terapeutik antara perawat,

klien dan keluarga klien.

DAFTAR PUSTAKA

Chalik, T.M.A. (1998). Hemoragi utama obstetri & ginekologi. Jakarta : Widya Medika

Farrer, H. (1995). Maternity care. 2nd

ed. New York : Churchil Livingstone.

George, J.B. (1995). Nursing theorist ; the base for professional nursing practice. 4th ed. USA :

Appleton & Lange.

Greg, M.M.D, (2004). Plasenta previa. http://www.urac.com. Ditelusuri tanggal 16 November 2004.

Hanvey, L. (2000). Family centered maternity and newborn care ; national guidelines. A paper

describing the history, process of development, and overview of the content of 4th edition.

Canada : Canada Published.

Ladewig, P.W., London, M.L., & Olds, S.B. (2001). Maternal newborn nursing care. The nurse, the

family and the community (4th ed.). Monlo Park : Addison-Wesley.

Lowdermilk, D.L., & Perry, S.E. (2003). Maternity nursing. Sixth Edition. St.Louis : Mosby Year

Book inc.

May, A.K., & Mahlmeister, M. (1994) Maternal and newborn nursing. Philadelphia, J.B. Lippincott

Melson, K., Kenner, C., & Amlung, S. (1999). Maternal infant care planning. Third Edition. United

State of America : Springhouse Corporation.

Nguyen, T. (1999). Keselamatan ibu : keberhasilan dan tantangan. Out Look, http://www.path.org,

diperoleh tanggal 27 Pebruari 2005.

Nichols, F.H., & Humenick, S.S. (2000). Childbirth education (2nd

ed), Philadelphia : W.B Saunders

Company.

Old, S.B., London, M.L., & Ladewig, P.W. (2000). Maternal newborn nursing family and community

based approach. New Jersey : Prentice Hall Health.

Patrick. (2005). Plasenta Previa. http://www.emedicine.com. Diperoleh tanggal 12 Desember 2005.

Pearson, A., Vaughan, B., & Fitzgerald, M. (1996). Nursing models for practice. 2nd

ed. London :

Reed Educational & Proffesional Publishing.

Philips, C.E. (1996). Family centered maternity and newborn care. 4th ed. Philadelphia : Mosby.

Pillitteri, A. (1999). Maternal & child health nursing. (3rd

ed). Philadelphia : Lippincott.

Saifuddin, A.B. (2002). Buku panduan praktis pelayanan komplikasi perinatal dan neonatal. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.