105116118-ABSES-SUBMANDIBULA

download 105116118-ABSES-SUBMANDIBULA

of 28

description

105116118-ABSES-SUBMANDIBULA

Transcript of 105116118-ABSES-SUBMANDIBULA

  • Abses Submandibula 1

    ABSES SUBMANDIBULA

    Pendahuluan

    Abses submandibula merupakan salah satu bentuk abses leher dalam. Nyeri tenggorok dan

    demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher, harus dicurigai

    kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang

    potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber,

    seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah, dan leher. Gejala dan tanda klinik

    biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat. Kebanyakan

    kuman penyebab adalah golongan Streptococcus, Staphylococcus, kuman anaerob Bacteriodes

    atau kuman campuran. Abses leher dalam dapat berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abses

    submandibulla, dan ludovici (Ludwigs Angina).(1)

    Abses submandibula adalah abses yang berlokasi pada ruang submandibula.

    Gambar 1. Abscess of the submandibular neck space are common in children.

  • Abses Submandibula 2

    ANATOMI

    Pengetahuan tentang ruang-ruang dileher dan hubunganya dengan fasia penting untuk

    mendiagnosis dan mengobati infeksi pada leher. Ruang yang dibentuk oleh berbagai fasia pada

    leher ini adalah merupakan area yang berpotensi untuk terjadinya infeksi. Invasi dari bakteri

    akan menghasilkan selulitis atau abses, dan menyebar melalui berbagai jalan termasuk melalui

    saluran limfe.(2)

    Pembagian ruang ruang di leher berdasarkan Hollinshead (1954). (3)

    1. Di bawah hyoid:

    Carotid Sheath

    Ruang Pretrakeal

    Ruang Retroviseral

    Ruang Viseral

    Ruang prevertebral.

    2. Di atas hyoid:

    Ruang submandibula

    Ruang submaxilla

    Ruang masticator

    Ruang parotid

    3. Area perifaring:

    Ruang retrofaring

    Ruang parafaring (lateral Pharyngeal)

    Ruang submandibula

    4. Area intrafaring:

    Ruang paratonsil

    Abses paling sering mengenai ruang retrofaring, ruang parafaring (lateral pharyngeal),

    dan ruang submandibula.(3)

  • Abses Submandibula 3

    Otot milohioid yang memisahkan ruang sublingual dan submental.

    Gambar 2. Potongan vertical ruang submandibula.

    Ruang submndibula terletak diantara mukosa dasar mulut (sebagai batas superior) dan lapisan

    superficial pada fasia servikalis bagian dalam ( sebagai batas inferior). Di bagian inferiornya

    dibentuk oleh otot digastrikus. Batas lateralnya berupa kulit, otot platysma, dan korpus

  • Abses Submandibula 4

    mandibula. Sedangkan dibagian medialnya berbatasan dengan hyoglosus dan milohioid. Di

    bagian anteriornya, ruang ini berbatasan dengan otot digastrikus anterior dan milohioid. Bagian

    posteriornya berbatasan dengan ligamentum submandibula dan otot digastrikus posteriornya.

    (2,3,4,5,6,7)

    Ruang submandibula merupakan ruang di atas hyoid yang terdiri dari ruang sublingual dan ruang

    submaksila. Ruang sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot milohioid. Ruang

    submaksila selanjutnya dibagi atas ruang submental dan ruang submaksila (lateral) oleh otot

    digastrikus anterior tetapi kedua ruang ini berhubungan secara bebas. Namun ada pembagian lain

    yang tidak menyertakan ruang sublingual kedalam ruang submandibula, dan membagi ruang

    submandibula atas ruang submental dan ruang submaksila saja.(1,4,6)

    Gambar 3. Submandibular space

    Ruang sublingual mengandung kelenjar sublingual, duktus Wharton, dan saraf hipoglosal. Ruang

    ini terletak dia atas otot milohioid tetapi masih dianterior lidah, dan dilateral otot intrinsic lidah

  • Abses Submandibula 5

    (genioglosus dan geniohioid) dan superior dan medial dengan otot milohioid. Dibagian

    anteriornya, berbatasan dengan sepanjang genu mandibula dan bagian posteriornya berhubungan

    bebas dengan ruang submaksila.(4,6,8)

    Ruang submaksila berada di bawah otot milohioid, dan mengandung kelenjar submandibula dan

    kelenjar getah bening. Ruang submksila ini berhubungan bebas dengan ruang sublingual

    sepanjang tepi posterior otot milohioid. Kelenjar submandibula terletak diantara kedua ruang

    tersebut.(2,4)

    Ruang submental merupakan ruang yang terbentuk segitiga yang terletak di garis tengah dibawah

    mandibula dimana batas superior dan lateralnya dibatasi bagian anterior otot digastricus. Dasar

    pada ruangan ini adalah otot milohyoid sedangkan atapnya adalah kulit, facia superficial, otot

    platysma. Ruang submental mengandung beberapa nodus limfe dan jaringan lemak fibrous.(2)

    ETIOLOGI

    Kebanyakan abses disebabkan oleh banyak mikroba, sebagai contoh mereka mengandung

    flora campuran, dan dalam studi didapatkan ada lebih dari 5 spesies yang dapat di isolasi dari

    satu kasus. (6)

    Pada ruang submandibula, infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, tonsil,

    sinus, dan kelenjar liur atau kelenjar limfe submandibula. Mungkin juga sebagian kelanjutan

    infeksi ruang leher dalam lainnya. Kuman penyebab biasanya campuran kuman aerob dan

    anaerob. (1,5)

    Proliferasi bakteri dan invasi bakteri melalui organ enamel menyebabkan nekrosis tulang

    di sekeliling akar gigi. Biasanya ini terjadi pasien yang sedang menjalani pengobatan gigi dan

    drainase abses akar gigi. Jika absen akar gigi tidak di drainase dan tidak diperiksa, infeksi dapat

    menyebar dengan abses ke bagian leher dan mediastinum. Infeksi kebanyakan menyebar dari

    gigi mandibula. Dan di beberapa kasus dari luka mukosa mulut. Abses dapat juga disebabkan

    oleh trauma,tonsilitis lidah atau penyakit kelenjar ludah. Infeksi dapat menyebar keruang leher

    dalam, ke ruang submandibula, ruang parafaring dan ruang retrofaring. Ruang prevertebral dapat

    juga terlibat. Infeksi ruang leher dalam dapat menyebabkan komplikasi berbeda yang dapat

    menganca nyawa seperti obstruksi saluran nafas atas dan mediastinitis. Dan ketika ketiga ruang

  • Abses Submandibula 6

    submandibula (bilateral submandibula dan ruang sublingual) terinfeksi maka disebut dengan

    Ludwigs angina. (9)

    PATOGENESA

    Berawal dari etiologi diatas seperti infesi gigi. Nekrosis pulpa karena karies dalam yang

    tidak terawat dan periodontal pocket dalam merupakan jalan bakteri untuk mencapai jaringan

    periapikal. Karena jumlah bakteri yang banyak, maka infeksi yang terjadi akan menyebar ke

    tulang spongiosa sampai tulang cortical. Jika tulang ini tipis, maka infeksi akan menembus dan

    masuk ke jaringan lunak. Penyebaran infeksi ini tergantung dari daya tahan jaringan dan tubuh.

    Keterangan :

    a. Abses submukosa.

    b. Abses bukal

    c. Abses submandibula

    d. Abses perimandibula

    e. Abses subkutan

    f. Sinusitis maksilaris.

    Infeksi odontogen dapat menyebar melalui jaringan ikat (perikontinuitatum), pembuluh

    darah (hematogenous), dan pembuluh limfe (limfogenous). Yang paling sering terjadi adalah

    penjalaran secara perkontinuitatum karena adanya celah/ruang di antara jaringan berpotensi

    sebagai tempat berkumpulnya pus. Penjalaran infeksi pada rahang atas dapat membentuk abses

    palatal, abses submukosa, abses gingiva, cavernous sinus thrombosis, abses labial, dan abses

    facial. Penjalaran infeksi pada rahang bawah dapat membentuk abses subingual, abses

    submental, abses submandibular, abses submaseter, dan angina ludwig. Ujung akar molar kedua

    dan ketiga terletak dibelakang bawah linea mylohyoidea (tempat melekatnya m. Mylohyoideus)

    yang terletak di aspek daam mandibula, sehingga jika molar kedua dan ketiga terinfeksi dan

    membentuk abses, pus nya dapat menyebar ke ruang submandibula dan dapat meluas ke ruang

    parafaringeal. Abses pada akar gigi menyebar ke ruang submandibula akan menyebabkan sedikit

    ketidaknyamanan pada gigi, dan pembengkakan sekitar wajah di daerah bawah. Setelah 3 hari

    pembengkakan akan terisi pus. Jika tidak diberikan penanganan, maka pus akan keluar,

    menyebabkan terbentuknya fistel pada kulit. Pus tersebut juga dapat menyebar ke jaringan lain

  • Abses Submandibula 7

    sekitar tenggorokan, dan ini dapat menyebabkan problem pernafasan. Jadi abses submandibular

    merupakan kondisi yang serius. (2,10,11)

    GEJALA KLINIS

    Secara umum, gejala abses adalah :

    Nyeri

    Bengkak

    Eritema pada jaringan

    Trismus

    Demam

    Pembengkakan pada abses biasanya :

    Terasa nyeri

    Panas

    Kurang dari 2 minggu

    Berkembang sangat cepat

    Disertai sakit gigi atau terlihat karies gigi (9)

    Gejala klinis abses submandibula meliputi demam tinggi, nyeri leher disertai pembengkakan di

    bawah mandibula dan atau di bawah lidah, mungkin berfluktuasi. Dapat juga terjadi sakit pada

    dasr mulut, trismus, indurasi submandibula dan kulit di bawah dagu eritema dan oedem. (1,9)

    DIAGNOSIS

    Diagnosis di tegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang .

    a. Anamnesis

    Sesuai etiologi yang paling sering mengakibatkan abses submandibula, dari anamnesis di

    dapatkan adanya riwayat sakit gigi, mengorek atau mencabut gigi atau adanya riwayat

    higiene gigi yang buruk. Dari anamnesis juga didapatkan gejala berupa sakit pada dasar

    mulut dan sukar membuka mulut. (1,5,9)

  • Abses Submandibula 8

    b. Pemeriksaan fisik

    Pada pemeriksaan tanda vital biasa ditemukan demam. Selain itu juga ditemukan adanya

    pembengkakan di bawah dagu. Bila di palpasi, akan terasa kenyal dan terdapat pus. (1,9,10)

    c. Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa CT scan. CT scan merupakan

    pencitraan pilihan yang dipakai untuk infeksi leher dalam karena dapat mengetahui

    lokalisasi kumpulan abses yang tidak dapat diperiksa. CT scan menunjukkan lokasi,

    batas-batas, dan hubungan infeksi ke struktur neurovascular sekitarnya. Pada CT scan

    abses terlihat sebagai lesi densitas rendah, ataupun gambaran air fluid level. Selain itu

    foto panoramik rahang juga dapat membantu untuk menentukan tempat fokal infeksinya.

    (4,12)

  • Abses Submandibula 9

    Dapat juga dilakukan kultur darah bila terjadi sepsis dan kultur abses untuk pengobatan

    yang tepat terhadap kuman penyebab. (4)

    PENATALAKSANAAN

    Penatalaksanaan abses submandibula meliputi:

    - Penatalaksanaan terhadap abses

    - Penatalaksanaan terhadap penyebab(1,2)

    Antibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan secara

    parenteral. Abses submandibula sering disebabkan oleh infeksi gigi dan paling sering

  • Abses Submandibula 10

    menyebabkan trismus. Maka sesegera mungkin setelah trismus hilang, sebaiknya pengobatan

    terhadap penyebab segera dilakukan.

    Pola Kepekaan kuman anerob terhadap antibiotik

  • Abses Submandibula 11

    Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal untuk abses yang dangkal dan

    terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas.

    Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hyoid, tergantung letak

    dan luas abses.

    Insisi dan drinase abses

    Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.

    KOMPLIKASI

    Komplikasi yang sering terjadi adalah Ludwigs angina. Ludwigs angina adalah infeksi

    berat yang melibatkan dasar mulut, ruang submental, dan ruang submandibula. Penyebab dari

    Ludwigs angina ini pun bisa karena infeksi lokal dari mulut, karies gigi, terutama gigi molar dan

    premolar, tonsilitis, dan karena trauma ekstraksi gigi. Dapat juga disebabkan oleh kuman aerob

    maupun anaerob.(5,13)

  • Abses Submandibula 12

    Ludwigs angina merupakan peradangan selulitis atau flegmon dari bagian superior ruang

    suprahioid. Ruang potensial ini berada antara otot-otot yang melekatkan lidah pada tulang hioid

    dan otot milohioideus. Peradangan ruang ini menyebabkan kekerasan yang berlebihan pada

    jaringan dasar mulut dan mendorong lidah ke atas dan ke belakang. Dengan demikian dapat

    menyebabkan obstruksi jalan nafas secara potensial.(14)

    Gejalanya sangat cepat. Dapat menyebabkan trismus, disfagia, leher membengkak secara

    bilateral berwarna kecoklatan. Dan pada perabaan akan terasa keras. Yang paling berakibat fatal

    adalah Ludwigs angina tersebut dapat menyebabkan lidah terdorong ke atas dan belakang

    sehingga menimbulkan sesak nafas dan asfiksia karena sumbatan jalan nafas yang kemudian

    dapat menyebabkan kematian.(2,4,5,13,14)

    PENCEGAHAN

    Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan gigi ke dokter secara rutin dan teratur,

    penanganan infeksi gigi dan mulut yang tepat dapat mencegah kondisi yang akan meningkatkan

    terjadinya Ludwigs angina.(2)

  • Abses Submandibula 13

    PROGNOSIS

    Pasien dengan infeksi leher dalam yang diobati dapat sembuh sempurna bila infeksi

    ditangani dengan baik dan tepat waktu. Pasien yang mendapat pengobatan yang terlambat dapat

    mengakibatkan terjadinya komplikasi dan penyembuhan yang lama. Sekali infeksi leher dalam

    ditangani secara sempurna, maka tidak ada kecenderungan untuk kambuh lagi.(4)

  • Abses Submandibula 14

    KESIMPULAN

    Abses submandibula adalah abses yang berlokasi pada ruang submandibula. Biasanya

    disebabkan oleh infeksi yang dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, tonsil, sinus, dan

    kelenjar liur atau kelenjar limfa submandibula. Mungkin juga sebagian kelanjutan infeksi ruang

    leher dalam lainnya. Kuman penyebab biasanya campuran kuman aerob dan anaerob. Gejala

    klinis abses submandibula meliputi demam tinggi, nyeri leher disertai pembengkakan di bawah

    mandibula dan atau di bawah lidah, mungkin berfluktuasi. Dapat juga terjadi sakit pada dasar

    mulut, trismus, indurasi submandibula dan kulit di bawah dagu eritema dan oedem. Pada

    pengobatan dapat diberikan antibiotik dosis tinggi dan dapat juga dilakukan insisi dan drainase

    abses sesegera mungkin agar tidak terjadi komplikasi. Prognosis umumnya baik bila ditangani

    secara tepat dan cepat.

  • Abses Submandibula 15

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Fachruddin, D. Abses Leher Dalam. In: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J eds.

    Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi ke-6.

    Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. Hal 229

    2. Ludwigs Angina. Available in: http:/dilamhealth.blogspot.com/2010/03/angina-

    ludwig.html

    3. Hibbert J. Laryngology and Head and Neck Surgery. Oxford: Butterworth-Heinemann.

    1997. Page 5,16,17

    4. Murray AD, Marcincuk MC. Deep Neck Infection. Available in:

    http:/emedicine.medscape.com./article/837048-overview

    5. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head and Neck Surgery. New York: McGraw-Hill.

    2003. Page 422-432

    6. Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 4th ed.

    Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2006. Page 668-680

    7. Ruckenstein MJ. Comprehensive Review of Otolaryngology. Philadelphia: Saunders.

    2004. Page 178-179

    8. Cummings CW, Robbins KT. Otolaryngology Head and Neck Surgery. 4th Ed.

    Pennsylvania: Elsevier Mosby. 2005. Page 64-67

    9. Anniko M, Sprekelsen Mb, Bonkowsky V, dkk. Otorhinology Head and Neck Surgery.

    New York: Springer. Page 414-415. Available in:

    http://books.google.co.id/books?id=13fPEPZQqoQC&pg=PA414&dq=submandibular+s

    pace+abcess,+otorhinolaryngology&hl=id&ei=I1ttTJ7FGou4vgOqvJC3DQ&sa=X&oi=b

    ook_result&ctbook-

    thumbnail&resnumb=1nfed=0CCjQ6wEwAA#v=onepage&q=submandibular%20space

    %20abscess%2c%20otorhinolaryngology&f=false

    10. Mansjoer A, Trianti K, Savitri R, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3. Jakarta: Penerbit

    Media Aesculapius. 2001. Page 149-150

    11. Dental Health International Netherland. Available in: http.//www.dhin.nl/boh_part4.htm

    12. Treatment. Available in:

    http.//www.ebmedicine.net/topics.thp?pactionshowtopicseg&topics_id=32&seg_id=577

  • Abses Submandibula 16

    13. Ballenger JJ. Disease of Nose, Throat and Ear. 12th Ed. Philadelphia: Lea & Febiger;

    1980. Page 280-290

    14. Adams JL, Boies LR, Higler PA. Boeis Buku Ajar Penyakit THT. Ed 6. Jakarta: EGC;

    2007. Page 345-346

  • Abses Submandibula 17

    STATUS ORANG SAKIT

    SMF ILMU PENYAKIT TELINGA,HIDUNG,TENGGOROK BEDAH KEPALA

    LEHER

    RSU DR.PIRNGADI

    I. ANAMNESA PRIBADI

    Nama : Sherty ardina

    Umur : 25 tahun

    Jenis kelamin : Perempuan

    Pekerjaan : Mahasiswi

    Suku : Minang

    Agama : Islam

    Alamat : Jln. Kapten muslim solo tengah 190 Medan

    II.ANAMNESA PENYAKIT

    A. Keluhan Utama : Bengkak dibawah dagu sejak 3 hari yang lalu

    B. Telaah :

    Hal ini telah dialami pasien sejak 11 hari yang lalu. Awalnya os menderita

    sakit gigi kemudian tiba-tiba bengkak pada daerah dibawah dagu kemudian

    bengkak tersebut di rasakan semakin membesar, bengkak dan nyeri. Kemudian

    mengoleskan daerah yang bengkak dengan Gentian Violet.

    Nyeri tenggorokan (+), sakit menelan (+) dialami OS sejak 11 hari yang lalu.

    Demam(+) dialami OS sejak 11 hari yang lalu.

    Sukar membuka mulut dialami OS sejak 10 hari yang lalu.

    Riwayat sakit gigi (+) dialami sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.

    Batuk (-), Pilek (-)

  • Abses Submandibula 18

    RPT : tidak ada

    RPO : tidak ada

    PEMERIKSAAN FISIK

    A. HIDUNG Kanan Kiri

    Cairan

    Encer : (-) (-)

    Kental : (-) (-)

    Darah : (-) (-)

    Nanah : (-) (-)

    Berbau : (-) (-)

    Tumpat : (-) (-)

    Penciuman : baik baik

    Sakit : (-) (-)

    Gatal : (-) (-)

    Bersin-bersin : (-) (-)

    B. TELINGA Kanan Kiri

    Cairan :

    Encer (-) (-)

    Kental (-) (-)

    Darah (-) (-)

    Nanah (-) (-)

    Gatal : (-) (-)

    Dikorek : (-) (-)

    Sakit : (-) (-)

    Bengkak : (-) (-)

  • Abses Submandibula 19

    Pendengaran : Normal Normal

    Tinnitus : (-) (-)

    Mengunyah sakit : (-) (-)

    C. KERONGKONGAN Kanan Kiri

    Sakit leher : (+) (-)

    Sakit menelan : (+) (-)

    Seperti ada dahak : (-) (-)

    Terasa sakit : (-) (-)

    Gatal : (-) (-)

    Lendir : (-) (-)

    Berbunyi : (-) (-)

    ANAMNESA PENYAKIT : Asma : (-), Alergi hidung : (-), Kulit gatal : (-), Migren: (-)

    ANAMNESA UMUM : Demam : (+), Batuk : (-), Pilek : (-), Sering minum obat : (-)

    III. PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK

    a) Status Present

    Sensorium : Compos mentis

    KU/KP/ KG : Sedang / Sedang / sedang Anemia : (-)

    TD : 130/80 mmHg Sianosis : (-)

    Pernafasan : 30 x/i Dyspnoe : (-)

    Nadi : 80 x/i Edem : (-)

    Suhu : 38 C Ikterus : (-)

    b) PEMERIKSAAN UMUM

    Kepala

  • Abses Submandibula 20

    Mata : RC +/+, pupil isokor, Conj.palp.inf anemis (-).Sclera ikterik(-)

    Telinga : Dalam batas normal

    Hidung : Dalam batas normal

    Mulut : Lihat status lokalisata

    Leher : Bengkak (+), tertutup perban karena sudah di insisi

    Abdomen : Dalam batas normal

    Genitalia : Perempuan, Tidak di lakukan pemeriksaan

    Ekstremitas : Tidak dilakukan pemeriksaan

    c) STATUS LOKALISATA

    1.TELINGA Kanan Kiri

    Daun telinga

    Bentuk : normal normal

    Bisul : (-) (-)

    Luka : (-) (-)

    Cairan : (-) (-)

    Fistel congenital: (-) (-)

    Tumor/Kista : (-) (-)

    Pemeriksaan Aurikuler

    Benjolan : (-) (-)

    Fistel : (-) (-)

    Luka : (-) (-)

    Nanah : (-) (-)

    Darah : (-) (-)

    Granulasi : (-) (-)

    Nyeri Tekan : (-) (-)

    Liang telinga

  • Abses Submandibula 21

    Luas : Normal Normal

    Benjolan : (-) (-)

    Cairan : (-) (-)

    Encer : (-) (-)

    Nanah : (-) (-)

    Darah : (-) (-)

    Serumen : (-) (-)

    Granulasi : (-) (-)

    Polip : (-) (-)

    Fistel : (-) (-)

    Tumor : (-) (-)

    Nyeri Tekan : (-) (-)

    Hiperemis : (-) (-)

    Membran Tympani

    Bentuk : Normal Normal

    Warna : Putih mutiara Putih mutiara

    Reflek cahaya : (+) (+)

    Atrofi : (-) (-)

    Pengapuran : (-) (-)

    Perforasi : (-) (-)

    Retraksi : (-) (-)

    Granulasi : (-) (-)

    Polip : (-) (-)

    Tes Pendengaran

    Penala 64 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Penala 128 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Penala 256 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Penala 512 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Penala 1024 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Penala 2048 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Penala 4096 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Tes berbisik : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Tes Rinne : (+)

    Tes Weber :Tidak ada lateralisasi

    Tes Schwabach :Sama dengan pemeriksa

  • Abses Submandibula 22

    2. HIDUNG

    Bentuk : Normal

    Luka : (-)

    Cairan : (-)

    Krusta : (-)

    Bisul : (-)

    Fraktur : (-)

    Rhinoskopi anterior Kanan Kiri

    Kavum nasi Secret : (-) (-)

    Selaput lendir Warna : biasa biasa

    Permukaan : Licin Licin

    Konka inferior : Normal Normal

    Konka media : SDN SDN

    Konka superior : SDN SDN

    Septum Nasi Deviasi : (-) (-)

    Abses : (-) (-)

    Krusta : (-) (-)

    Cairan

    Darah : (-) (-)

    Nanah : (-) (-)

    Polip : (-) (-)

    Krusta : (-) (-)

    Tumor : (-) (-)

    Korpus alienum : (-) (-)

    Rhinoskopi Posterior

    Kavum nasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Khoana : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Konka media : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Meatus nasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Septum nasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Polip nasal drip : Tidak dilakukan pemeriksaan

  • Abses Submandibula 23

    Tuba eustachius : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Fosa roascrunuller : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Adenoid : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Tumor : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Sinus Paranasal

    Sinus maksilaris sinus ethmoidalis

    Nyeri tekan : (-) (-)

    Transluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Ro-foto (-) (-)

    Sinus sphenoidalis sinus frontalis

    Nyeri tekan : (-) (-)

    Transluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Ro-foto (-) (-)

    MULUT

    Bibir

    Bentuk :Normal

    Luka : (-)

    Gigi

    Caries : (+)

    Lidah

    Bentuk : Normal

    Selaput : (-)

    Luka : (-)

    Pallatum molle

    Bentuk : SDN

    Warna : SDN

    Uvula : SDN

    Gerakan : SDN

    Faring

  • Abses Submandibula 24

    Selaput lendir : SDN

    Luka : SDN

    Selaput : SDN

    Tonjolan : SDN

    Tonsil

    Permukaan : SDN

    Besar : SDN

    Selaput : SDN

    Sikatrik : SDN

    Plika anterior : SDN

    Perlengketan : SDN

    Kripta : SDN

    Lakuna : SDN

    Laringoskopi Indirek :Tidak dilakukan Pemeriksaan

    Pangkal lidah : Tidak dilakukan Pemeriksaan

    Tonsil lidah : Tidak dilakukan Pemeriksaan

    Vallekula : Tidak dilakukan Pemeriksaan

    Epiglotis Bentuk : Tidak dilakukan Pemeriksaan Warna : Tidak dilakukan Pemeriksaan Luka : Tidak dilakukan Pemeriksaan Beslag : Tidak dilakukan Pemeriksaan

    Aritenoid : Tidak dilakukan Pemeriksaan

    Plika ventrikuli Warna : Tidak dilakukan Pemeriksaan Luka : Tidak dilakukan Pemeriksaan Benjolan : Tidak dilakukan Pemeriksaan Corpus alienum: Tidak dilakukan Pemeriksaan

    Plika vokalis Bentuk : Tidak dilakukan Pemeriksaan Warna : Tidak dilakukan Pemeriksaan Luka : Tidak dilakukan Pemeriksaan Beslag : Tidak dilakukan Pemeriksaan Gerakan : Tidak dilakukan Pemeriksaan Tumor : Tidak dilakukan Pemeriksaan Corpus alienum: Tidak dilakukan Pemeriksaan

    Sinus piriformis : Tidak dilakukan Pemeriksaan

    Trakea : Tidak dilakukan Pemeriksaan

    IV. LABORATORIUM :

  • Abses Submandibula 25

    DARAH RUTIN

    HB : 14,11 g/dl Leukosit : 14110/mm3 Ht : 42,7% Trombosit : 412.000/mm3 LED : 68 mm/jam

    KGD Ad Random : 126 mg/dl

    LFT

    SGOT : 17 U/I SGPT : 21 U/I

    RFT

    Ureum : 48 mg/dl Creatinin : 0,36 mg/dl

    Elektolit

    Natrium : 132 mmol/dl Kalium : 4,3 mmol/dl Chlorida : 110 mmol/dl

    V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pada tanggal 27 agustus 2012 dilakukan Foto Colli, dengan hasil sebagai berikut :

    Trakea letak medial,tulang-tulang intake.

    Saran : USG colli atau jaringan lunak leher.

    Pada tanggal 27 agustus 2012 dilakukan foto thoraks, dengan hasil sebagai berikut :

    Cor dan paru dalam batas normal.

    VI. KESIMPULAN

    Telah datang seorang pasien Perempuan, 25 tahun dengan keluhan

    utama Bengkak dibawah dagu sejak 3 hari yang lalu. Hal ini telah dialami

    pasien sejak 11 hari yang lalu. Awalnya os menderita sakit gigi kemudian tiba-

    tiba bengkak pada daerah dibawah dagu kemudian bengkak tersebut di rasakan

    semakin membesar, bengkak dan nyeri. Kemudian mengoleskan daerah yang

    bengkak dengan Gentian Violet. Nyeri tenggorokan (+), sakit menelan (+)

    dialami OS sejak 11 hari yang lalu.Demam(+) dialami OS sejak 11 hari yang

    lalu. Sukar membuka mulut dialami OS sejak 10 hari yang lalu.Riwayat sakit gigi

    (+) dialami sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.Batuk (-), Pilek (-).

  • Abses Submandibula 26

    Karena nyeri semakin memberat maka OS memutuskan untuk berobat ke

    RSUPM

    VII.DIAGNOSA BANDING

    1. Post insisi abses Submandibula

    2. Abses parafaring

    VIII.DIAGNOSA SEMENTARA

    Post insisi abses submandibula

    IX. TERAPI

    IVFD RL 20 gtt/i

    Inj. Meroponem 1 gr/ 12 jam

    Inj Ketorolac 1 amp/8 jam

    Inj Dexamethasone 1 amp/ 12 jam

    Inj Ranitidine 1 amp/ 8 jam

    Metronidazole drip 500mg / 8 jam

  • Abses Submandibula 27

    FOLLOW UP

    Hari Rawatan XII

    (01 September 2012)

    S : Nyeri berkurang

    O : Sens : Composmentis

    TD : 120/80 mmHg

    Pols : 80 x/i

    RR : 22 x/i

    T : 37 C

    A : Post Insisi abses Sebmandibula

    P:

    IVFD RL 20 gtt/i

    Inj. Meroponem 1 gr/ 12 jam (H.9)

    Inj Ketorolac 1 amp/8 jam (kp)

    Inj Dexamethasone 1 amp/ 12 jam

    Inj Ranitidine 1 amp/ 8 jam

    Metronidazole drip 500mg / 8 jam

    Hari Rawatan XIII

    (02 september 2012)

    S : Nyeri berkurang

    O : Sens : Composmentis

    TD : 120/70 mmHg

    Pols : 86 x/i

    RR : 24 x/i

    T : 37,1 C

    A : Post Insisi abses Submandibula

    P :

    IVFD RL 20 gtt/i

    Inj. Meroponem 1 gr/ 12 jam (H.10)

    Inj Ketorolac 1 amp/8 jam (kp)

    Inj Dexamethasone 1 amp/ 12 jam

    Inj Ranitidine 1 amp/ 8 jam

    Metronidazole drip 500mg / 8 jam

    Tanggal 03 September 2012 Pasien PBJ

  • Abses Submandibula 28