101377 Shochibul Hujjah Fdk (1)

86
POLA KOMUNIKASI GURU AGAMA DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA SMK NEGERI 1 PASURUAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh: SHOCHIBUL HUJJAH NIM. 107051002100 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/2011 M

Transcript of 101377 Shochibul Hujjah Fdk (1)

  • POLA KOMUNIKASI GURU AGAMA DALAM PEMBINAAN AKHLAK

    SISWA SMK NEGERI 1 PASURUAN

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

    Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

    Oleh:

    SHOCHIBUL HUJJAH

    NIM. 107051002100

    JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1432H/2011 M

  • LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

    salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 (SI) Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah

    cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta

    3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat

    atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

    yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Jakarta, 29 Juli 2011

    Shochibul Hujjah

  • i

    ABSTRAK

    Nama : Shochibul Hujjah

    NIM : 107051002100

    Komunikasi merupakan salah satu bagian kehidupan yang sangat penting

    bagi manusia. Sebab sebagian besar kehidupan manusia dipenuhi dengan

    komunikasi. Karena dengan komunikasi manusia bisa saling tukar informasi, dan

    berinterksi dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi juga ikut berperan serta

    dalam terlaksananya proses belajar mengajar di suatu lembaga pendidikan. Tanpa

    komunikasi maka tidak akan tercapai secara maksimal dalam mendapatkan sebuah

    hasil yang diinginkan. Akan tetapi, untuk mencapai hal tersebut tidak boleh

    melakukan komunikasi secara asal-asalan, harus diperlukan adanya sebuah pola

    dan metode komunikasi yang tepat.

    Pola komunikasi langsung dan tidak langsung yang digunakan guru agama

    dalam pembinaan akhlak terhadap siswanya merupakan sebuah komunikasi yang

    sangat begitu penting dalam menyampaikan pesannya kepada para siswanya

    tersebut. Banyak sekali fenomena-fenomena yang terjadi di sekolah mengenai

    siswa dalam berfikir dan bersikap lain dengan yang diajarkan oleh gurunya.

    Bahwasanya tujuan pendidik dalam kegiatan belajar-mengajar adalah untuk dapat

    mencerdaskan dan meningkatkan kualitas siswa-siswi mereka. Maka hal itu

    dipermasalahkan dalam proses berkomunikasi yang disampaikan oleh guru

    kepada siswa didiknya.

    Oleh karena itu, maka timbullah beberapa masalah yang diangkat oleh

    penulis. Pertama, Bagaimana pola komunikasi yang digunakan guru agama dalam

    pembinaan akhlak siswa SMK Negeri 1 Pasuruan? Kedua, faktor pendukung,

    hambatan, dan solusinya?

    Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan

    adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara melalui pengamatan

    lapangan, wawancara, dan dokumentasi di SMK Negeri 1 Pasuruan secara

    langsung.

    Pola komunikasi yang digunakan dalam pembinaan akhlak di SMK Negeri

    1 Pasuruan sudah tercipta dengan sangat baik, hal ini terbukti dengan bagaimana

    siswa-siswinya yang sudah menerapkan akhlak dalam lingkungan sekolah

    tersebut.

  • i

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahilladzi Jaalani Minan Nasihin wa Afhamani Min Ulamaiir

    Rasyikhiin, puji syukur terucap kepada Allah Swt Tuhan semesta alam. Yang

    Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sebab hanya dengan karunia-Nyalah

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam

    semoga tetap tercurahkan keharibaan baginda tercinta Nabi Muhammad SAW,

    yang telah membawa umatnya dari zaman kedzaliman menuju zaman kebenaran

    yang sesungguhnya.

    Alhamdulillah, penulisan skripsi ini berjalan dengan baik dan lancar.

    Semua ini takkan tercapai tanpa adanya usaha, perjuangan, dorongan, dari semua

    pihak, dan tentunya doa serta tawakkal kepada Sang Pencipta. Merupakan sebuah

    kebahagiaan serta anugerah terindah yang dirasakan oleh penulis setelah pada

    akhirnya skripsi ini terselesaikan juga. Semua impian dan cita-cita penulis dapat

    terwujud karena adanya dukungan dari beberapa pihak yang telah senang hati

    memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi.

    Maka untuk itu, pada kesempatan ini, penulis sangat perlu untuk

    menghaturkan dan mengucapkan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada

    semua pihak terkait yang dengan begitu ikhlasnya telah membantu penulis dalam

    memperlancar skripsi ini. Rasa terima kasih yang sangat dalam penulis haturkan

    kepada:

    1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Arief

    Subhan, MA.

  • ii

    2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bapak. Drs. Jumroni, M.

    Si., yang selalu bersedia membantu penulis dan memberikan informasi

    serta waktunya kepada penulis untuk berkonsultasi mengenai kegiatan

    kuliah.

    3. Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Hj. Umi

    Musyarofah, MA., yang telah banyak membantu penulis dalam kelancaran

    kuliah dan penulisan skripsi ini.

    4. Dosen Pembimbing Bpk. Drs. S. Hamdani, MA., yang telah memberikan

    bimbingan dan arahannya kepada penulis, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

    5. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

    banyak mentransfer ilmunya kepada penulis. Semoga ilmu yang penulis

    dapat bisa bermanfaat di dunia dan akhirat.

    6. Seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu

    memperlancar penulis dalam mencari referensi buku.

    7. Drs. H. Supriyadi, M. M., selaku pimpinan SMK Negeri 1 Pasuruan, yang

    telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian

    skripsi di SMK Negeri 1 Pasuruan.

    8. Kedua orang tua penulis baik yang masih ada maupun yang sudah tiada,

    yaitu; KH. Madiyani Iskandar (Alm) dan Hj. Suaibah Shihab, S. Pd, yang

    tidak pernah putus mendoakan dan telah banyak memberikan motivasi

    untuk penulis agar senantiasa tak pernah henti dalam mencari ilmu.

  • iii

    9. Kakak-kakak penulis: Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, Lc, M. Hum.,

    Hilmiah Syarif, S. Hum., Arifin Budianto, SH. M.Hi., Ummu Arifin, S.

    Ag., Kholilur Rahman, S, Psi., Rina Yuliawati, S. Psi., serta adik penulis

    Fathirah Nadia Mecca, yang telah memberi doa dan keceriaan dalam hidup

    dan hari-hari penulis.

    10. Kekasih tercinta Lailiyul Mahmudah, S.E, yang selalu setia memberikan

    doa dan supportnya untuk penulis agar dapat segera menyelesaikan

    penulisan skripsi ini.

    Keluarga besar Ponpes Ihya Qalbun Salim Jakarta, khususnya;

    KH. Dr. Rusli Hasbi, Lc. MA., Ustadzah Rafiqoh Rusli, Ustd. Andi, Ustd.

    Aris, Ustd. Najihan. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada

    penulis, semoga ilmu yang pernah penulis peroleh selama berada di

    Mahad Ihya Qalbun Salim bisa menjadi ilmu yang bermanfaat dunia dan

    akhirat. Amin..

    Sahabat-sahabat tercinta dan seperjuangan penulis yang ada di

    Padepokan Jejak Sastra yaitu: Rizka Sukmawati, Fakhrun Nisa, Ayu

    Farahdisa, Fitria Ramdhani, Mustofa Bisri, Bang Samsul, yang selalu

    memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan

    skripsi ini.

    Teman-teman penulis di dunia entertainment: Bella, Kirana,

    Tommy, Mbak Rita, Mbak Mella, Kak Yuli, Ella, Melva, Joshua, Cornel,

    Ocha, Nova, Amel, dan Rara, yang sudah mensupport penulis agar selalu

    tetap semangat dalam meraih mimpi, dan juga memberikan banyak job

  • iv

    buat penulis, sehingga penulis bisa bertahan hidup di Jakarta sampai lulus

    kuliah.

    Teman-teman penulis di Persatuan Penulis Lintas Profesi (PPLP)

    yang sudah banyak mengajarkan saya dalam bidang kepenulisan, yaitu:

    Pak Taufik Ismail, Pak Teguh Esha, Pak Embi Chairil Noer, bang Damien,

    bang Sugoy, bang Alam, mbak Sinta, dsb. Tanpa motivasi dan dukungan

    mereka keinginan saya menjadi seorang penulis mungkin tak akan bisa

    terwujud seperti sekarang.

    Kawan-kawan seperjuangan di Bem-UIN (Kak Adi Jonathan, kak

    Baduy), Bem-j KPI (Bilqis Prisbian Ningrum). Apa pun bentuk

    pengabdian yang telah kita lakukan untuk kampus kita pada saat ini, pasti

    akan kita petik hasilnya pada saat kita terjun di masyarakat nanti, yang

    penting kita harus ikhlas, dan tulus dalam mengabdi.

    Keluarga besar mahasiswa KPI-D angkatan 2007 yang sudah

    kompak dan memiliki rasa kesetia kawanan dalam menjalani perkuliahan.

    Sedih rasanya bila sehari-hari tanpa canda tawa teman-teman, meski pun

    kadang ada juga di antara teman-teman yang selalu menyebalkan. Tapi

    yang jelas banyak kisah indah yang aku dapatkan bersama teman-teman.

    Ku berharap semoga silaturrahmi persabahatan kita akan selalu terjalin

    dengan baik sampai anak cucu kita nanti. Dan pesanku buat teman-teman

    jangan pernah berhenti dalam menuntut ilmu. Yuk, kita lanjutkan

    petualangan kita dalam menuntut ilmu ke S-2. Semangat!! Dan sukses

    selalu buat kita semua.

  • v

    Rekan-rekan seperjuangan penulis di PP. LP Maarif NU (Kak

    Alip Nuryanto), PP. LAZ PBNU (Kak Hera), PP. IPNU (Cak Huda), PW

    IPNU Jakarta (Mas Hery), PC IPNU Jakarta Pusat (Kang Syaid). Terima

    kasih sudah banyak memberikan pengalaman penulis dalam dunia

    organisasi dan birokrasi pemerintahan.

    Akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih atas

    segalanya, semoga semua amal dan doa yang diberikan kepada penulis

    dalam proses penyelesaian skripsi ini akan mendapatkan balasan dari

    Allah SWT.. Amiin.

    Ya Allah aku mohon ridha-Mu dan surga-Mu. Serta

    permudahkanlah segala urusanku dan jadikanlah diriku menjadi golongan

    hamba-Mu yang selalu istiqomah dalam kebaikan. Amin..

    Jakarta, 29 Juli 2011

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ......................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................... 5

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 5

    D. Tinjauan Pustaka .................................................................. 6

    E. Metodologi Penelitian .......................................................... 7

    F. Sistematika Penulisan ........................................................... 10

    BAB II TINJAUAN TEORITIS

    A. Pengertian Pola Komunikasi ................................................ 13

    B. Bentuk Pola Komunikasi dan Macam-macamnya ................ 23

    C. Pengertian Guru Agama ........................................................ 30

    D. Pengertian Pembinaan Akhlak ............................................... 31

    E. Pola Komunikasi Pembinaan Akhlak di Sekolah ................... 33

    BAB III GAMBARAN UMUM SMK NEGERI 1 PASURUAN

    A. Letak Geografis SMK Negeri 1 Pasuruan ............................. 40

  • ix

    B. Profil SMK Negeri 1 Pasuruan ............................................. 40

    C. Sejarah SMK Negeri 1 Pasuruan........................................... 42

    D. Visi & Misi SMK Negeri 1 Pasuruan .................................. 42

    E. Fasilitas SMK Negeri 1 Pasuruan ........................................ 43

    BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

    A. Pola Komunikasi yang Digunakan Guru Agama Dalam

    Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan ............. 45

    B. Faktor Pendukung, Hambatan, dan Solusinya ...................... 52

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................... 56

    B. Saran-saran ............................................................................ 58

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59

    LAMPIRAN

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Berkomunikasi merupakan kebutuhan setiap manusia dalam

    mempertahankan kelangsungan hidupnya, bahkan hampir tidak mungkin lagi

    jika ada seseorang yang dapat menjalani hidupnya tanpa berkomunikasi

    dengan orang lain. Sebab tanpa berkomunikasi manusia tidak akan bisa

    menjalankan fungsinya sebagai pembawa amanah dari Allah di muka bumi

    (khalifah).

    Komunikasi ialah hubungan kontak langsung maupun tidak langsung

    antar manusia, baik itu individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-

    hari disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri,

    karena manusia melakukan komunikasi dalam pergaulan dan kehidupannya.1

    Pada umumnya komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan

    berkomunikasi melakukan sesuatu hubungan, karena manusia adalah makhluk

    sosial tidak dapat hidup sendiri-sendiri melainkan satu sama lain saling

    membutuhkan. Hubungan individu yang satu dengan yang lainnya dapat

    dilakukan dengan berkomunikasi. Dengan komunikasi, manusia mencoba

    pula manusia melaksanakan kewajibannya.2

    1 H.A.W. Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : PT : Rineka Cipta,

    2000), cet. ke-2, h. 26. 2 Toto Tasmora, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaga Media Pratama, 1997). Cet ke-2,

    h. 6.

  • 2

    Dalam setiap peristiwa komunikasi tidak terlepas dari unsur-unsur

    komunikasi, A.W. Widjaya dalam bukunya Komunikasi dan Hubungan

    Masyarakat mengatakan bahwa unsur-unsur komunikasi terdiri atas sumber (orang, lembaga, buku, dokumen, dan lain sebagainya),

    komunikator (orang, kelompok, surat kabar, radio, TV, film dan lain-

    lain) pesan (bisa melalui lisan, tatap muka langsung), saluran media

    umum dan media massa (media umum seperti radio, OHP, dan lain-lain,

    sedangkan media massa seperti pers, radio, film, dan TV), komunikan

    (orang, kelompok atau negara), efek atau pengaruh (perbedaan antara

    apa yang dirasakan atau apa yang dipikirkan, dan dilakukan oleh

    penerima sebelum dan sesudah menerima pesan).3

    Efek atau pengaruh inilah yang merupakan tolak ukur berhasil atau

    tidaknya suatu proses komunikasi. Secara teoritis komunikasi antar pribadi

    diklasifikasikan menjadi dua jenis sifat. Pertama komunikasi diadik (dyadic

    communication) adalah komunikasi antar pribadi yang berlangsung antara dua

    orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan

    seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Kedua komunikasi triadik

    (triadic communication) adalah komunikasi antar pribadi yang pelakunya

    terdiri atas tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan.4

    Perlu disadari bahwa peran komunikasi sangat diperlukan dalam

    kehidupan bersosialisasi, bahkan pada proses belajar mengajar. Karena proses

    belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses

    penyampaian pesan dari sumber pesan (guru) melalui saluran atau media

    tertentu ke penerima pesan (siswa). Pesan yang akan dikomunikasikan adalah

    bahan atau materi pelajaran yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa

    3 A.W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997),

    cet., ke-3., h. 13. 4 Onong Uchjana Effendy., M.A. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung, 2009),

    cet, ke-3.

  • 3

    guru, siswa, dan lain sebagainya. Salurannya berupa media pendidikan, dan

    penerimanya adalah siswa.5

    Komunikasi dalam pendidikan dan pengajaran berfungsi sebagai

    pengalihan ilmu pengetahuan yang mendorong perkembangan intelektual,

    pembentukan akhlak dan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada

    semua bidang kehidupan.6

    Fungsi komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasi dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar

    data, fakta, dan ide. Agar komunikasi berlangsung efektif dan informasi

    yang disampaikan oleh seorang pendidik dapat diterima dan dipahami

    oleh peserta didik dengan baik, maka seorang pendidik perlu menerapkan

    pola kumunikasi yang baik pula.7

    Salah satu aspek fungsi komunikasi ialah untuk meningkatkan kualitas

    berfikir pada pelajaran sebagai komunikan dalam situasi instruksional yang

    terkondisi. Misalnya guru di samping sanggup mengajar untuk memberikan

    instruktur kepada pelajar, juga memiliki metode dalam penyampaian pesan

    atau materi kepada pelajar. Komunikasi instruksional ini lebih mengarah

    kepada pendidikan dan pengajaran, bagaimana seorang pengajar memiliki

    kerja sama dengan siswanya, sehingga pesan atau materi yang disampaikan

    dapat diterima dengan baik.

    Pada umumnya proses belajar mengajar merupakan suatu komunikasi

    tatap muka dengan kelompok yang relatif kecil, meskipun komunikasi antara

    guru dan siswa dalam kelas itu termasuk komunikasi kelompok, sang guru

    bisa mengubahnya menjadi komunikasi interpersonal dengan menggunakan

    5 H.M.Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta, 2005), cet. ke-1,

    h. 11. 6 H. A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara,

    1997), cet. ke-3, h. 11. 7 Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),

    h. 7.

  • 4

    metode komunikasi dua arah atau dialog dimana guru menjadi komunikator

    dan siswa menjadi komunikan. Terjadi komunikasi dua arah ini ialah apabila

    para pelajar bersifat responsive, mengetengahkan pendapat atau mengajukan

    pertanyaan diminta atau tidak diminta. Jika si siswa pasif saja, atau hanya

    mendengarkan tanpa adanya gairah untuk mengekpresikan suatu pernyataan

    atau pertanyaan, maka meskipun komunikasi itu bersifat tatap muka, tetaplah

    berlangsung satu arah dan tidak efektif.8

    SMK Negeri 1 Pasuruan merupakan salah satu lembaga yang mempunyai

    peran penting dan befungsi sebagai media dalam mengembangkan bakat-bakat

    anak-anak sekolah dalam proses belajar mengajar dan berbagai macam

    ekstrakulikuler. Dalam proses belajar mengajar terdapat banyak bidang

    pelajaran yang dikembangkan baik pelajaran umum maupun agama. Akan

    tetapi penulis hanya terfokus pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.

    Karena pada zaman sekarang ini perlu ditekankan untuk anak-anak khususnya

    remaja. Dan pendidikan agama itu juga termasuk peran dalam berdakwah.

    Dengan latar belakang tersebut penulis terdorong untuk menelusuri kembali

    Pola Komunikasi Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri

    1 Pasuruan.

    Melihat fenomena di atas cukup penting sekali pola komunikasi guru

    dalam suatu kegiatan belajar mengajar, karena itu menggugah penulis untuk

    menggangkat permasalahan tersebut dalam skripsi dengan judul: Pola

    Komunikasi Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri 1

    Pasuruan.

    8 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Pt. Remaja

    Rosdakarya, 2005), cet., ke-19 h.101-102.

  • 5

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    Skripsi ini terkait dengan pola komunikasi antara guru dan siswa mata

    pelajaran pendidikan agama Islam. Agar peneliti lebih fokus, peneliti

    membatasi permasalahan hanya pada pola komunikasi yang terjadi dalam

    pembinaan akhlak siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan pada kelas 1 dalam mata

    pelajaran pendidikan agama Islam.

    Untuk memperjelas permasalahan dan mempermudah mencari data, maka

    penulis merumuskan masalah skripsi ini, sebagai berikut:

    1. Bagaimana pola komunikasi yang digunakan guru agama dalam

    pembinaan akhlak siswa SMK Negeri 1 Pasuruan?

    2. Bagaimana faktor pendukung, hambatan, dan bagaimana solusinya?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan penelitian

    Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan

    penelitian yang hendak dicapai adalah:

    a. Untuk mengetahui pola komunikasi guru agama dalam pembinaan

    akhlak siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan.

    b. Untuk mengetahui faktor pendukung, serta hambatan-hambatan yang

    ditemui guru agama dalam pembinaan akhlak siswa di SMK Negeri 1

    Pasuruan, juga yang berkaitan dengan masalah pola komunikasi yang

    digunakannya. Dan solusinya.

  • 6

    2. Manfaat Penelitian

    Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

    a. Secara Akademis, dapat menambah khazanah kepustakaan tentang

    pola komunikasi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    b. Secara Praktis, dapat dijadikan acuan oleh para guru yang

    menyampaikan materi dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam.

    D. Tinjauan Pustaka

    Dalam penulisan proposal skripsi ini telah dilakukan tinjauan pustaka,

    dan peneliti terinspirasi pada skripsi yang berjudul Pola Komunikasi antara

    Guru Agama dan Murid di SMP An-Nurmaniyah Ciledug Tangerang oleh

    Laily Syahidah/ Nim. 105051001899. Akan tetapi peneliti belum menemukan

    judul yang sama seperti judul skripsi yang peneliti ambil.

    E. Metodologi Penelitian

    1. Metode Penelitian

    Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representatif dalam penelitian

    ini, maka penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis melalui

    pendekatan kualitatif. Di mana pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk

    mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan

    akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang

    diteliti.

  • 7

    2. Subjek dan Objek Penelitian

    Subjek peneliti adalah orang yang dapat memberikan informasi. Adapun

    yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini adalah beberapa

    orang yang berkaitan dengan program belajar di SMK Negeri 1 Pasuruan.

    Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah pola komunikasinya.

    3. Dasar Penetapan Lokasi

    Lokasi penelitian ini bertempat di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

    Negeri 1 Pasuruan, Jl. Veteran No. 11 kota Pasuruan Jawa- Timur.

    4. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2011 hingga Mei 2011, dari mulai

    pengurusan perizinan sampai tahap pengumpulan data yang dilakukan

    secara incidental (sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data).

    5. Teknik Penggumpulan Data

    a. Observasi

    Merupakan metode pertama yang digunakan dalam melakukan

    penelitian ini. Teknik observasi atau pengamatan yang peneliti

    gunakan adalah bersifat langsung dengan mengamati objek yang

    diteliti, yakni bagaiamana pola komunikasi guru agama dalam

    pembinaan akhlak siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan. Dan mengenai

    kegiatan belajar mengajar dalam pelajaran agama Islam.

    b. Wawancara

    Peneliti melakukan tanya jawab secara langsung dengan orang-orang

    yang terlibat sebagai guru agama di SMK Negeri 1 Pasuruan maupun

  • 8

    siswanya, dengan tujuan untuk mendapatkan keterangan secara jelas

    berupa pola komunikasi dalam proses pelaksanaan kegiatan belajar

    mengajar sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini. Tanya jawab ini

    tidak hanya dilibatkan kepada guru saja, tetapi kepada siswa guna

    sebagai cross check. Sedangkan teknik wawancara yang digunakan

    adalah wawancara semistruktur yakni campuran antara wawancara

    berstruktur dan tidak berstruktur. Hal ini bertujuan untuk memberikan

    kebebasan kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang

    diberikan namun tetap terarah pada masalah yang diangkat. Adapun

    yang sudah saya wawancarai berjumlah 3 orang, yaitu; Nurul Ulya, S.

    Ag, (Guru Agama), dan 2 siswa SMK Negeri 1 Pasuruan.

    c. Dokumentasi,

    Proses pengumpulan dan pengambilan data yang berdasarkan tulisan-

    tulisan berbentuk catatan, buku, dokumentasi ataupun arsip-arsip milik

    SMK Negeri 1 Pasuruan, ataupun tulisan-tulisan lain yang memiliki

    keterkaitan dengan bahasa penelitian ini.

    6. Pengelolahan Data

    Untuk mendapatkan data-data dan informasi yang sesuai dengan pokok

    permasalahan yang dirumuskan, peneliti menggunakan metode Deskriptif

    Kualitatif, yaitu peniliti manganalisis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan dari lapangan dan buku-buku dengan cara

    menggambarkan dan menjelaskan ke dalam bentuk kalimat yang disertai

    kutipan-kutipan data.9

    9 Lexy. J Moleong, Metodelogi Penelitian Kulitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2004),

    Cet. Ke-18, h.6

  • 9

    Alasan penulis memilih teknik analisis data secara kualitatif adalah

    demi memudahkan proses penelitian. Data-data yang bisa diperoleh dari

    pelaksanaan penelitian adalah data tulisan dan lisan (data verbal) bukan

    data nominal atau yang menunjukkan angka-angka.

    7. Analisis Data

    Pada fase ini merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk

    yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini,

    peneliti mengambil kesimpulan-kesimpulan yang benar melalui proses

    pengumpulan, penyusunan, penyajian dan penganalisisan data hasil

    peneliti yang berwujud kata-kata. Setelah itu peneliti berusaha untuk

    menganalisis data dengan menyususn kata-kata ke dalam tulisan yang

    lebih luas.

    8. Pedoman

    Penulisan Skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya

    Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA

    (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri

    (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    F. Sistematika Penulisan

    Pembahasan dan penelitian dibagi ke dalam V BAB. Dalam setiap babnya

    akan dibagi ke dalam sub bab, Adapun Sistematika Penulisannya adalah

    sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Penulis mulai dengan pendahuluan yang merupakan Bab I, yaitu terdiri

  • 10

    atas; Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan, Tujuan dan

    Manfaat Penellitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian,

    Sistematika Penulisan.

    BAB II TINJAUN TEORITIS

    Selanjutnya penulis menempatkan tinjauan teori pada bab berikut ini,

    yakni meliputi; Pengertian dan Konsep Pola Komunikasi, Bentuk Pola

    komunikasi dan Macam-macamnya, Pengertian Guru Agama,

    Pengertian Pembinaan Akhlak, Pola Komunikasi Pembinaan Akhlak di

    Sekolah.

    BAB III GAMBARAN UMUM SMK NEGERI 1 PASURUAN

    Pada bab ke-tiga, penulis menggambarkan tentang Letak Geografis

    SMK Negeri 1 Pasuruan, Profil SMK Negeri 1 Pasuruan, Sejarah SMK

    Negeri 1 Pasuruan, Visi dan Misi SMK Negeri 1 Pasuruan, Fasilitas

    SMK Negeri 1 Pasuruan.

    BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

    Pada bab ke-empat, ini mencakup Analisis Pola Komunikasi Yang

    Digunakan Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa di SMK

    Negeri 1 Pasuruan, Faktor pendukukung, hambatan, dan solusinya.

    BAB V PENUTUP

    Berisi kesimpulan dan saran-saran.

  • 11

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. Pengertian Pola Komunikasi

    Pola komunikasi merupakan serangkaian dua kata yang memiliki

    keterkaitan makna, di mana antara makna satu dengan makna yang lainnya

    saling mendukung satu sama lain.

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia1 dijelaskan bahwa pola

    memiliki arti bentuk atau sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap

    dimana pola itu sendiri bisa dikatakan sebagai contoh atau cetakan.

    Sedangkan kata pola yang terdapat dalam Kamus Ilmiah Populer memiliki

    arti model, contoh atau pedoman (rancangan).2

    Kata komunikasi itu sendiri, menurut Onong Uchjana Effendi

    berasal dari bahasa Inggris yaitu communication yang bersumber dari bahasa latin, communication atau communis yang berarti sama,

    atau kesamaan arti sama halnya dengan pengertian tersebut.3 Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia komunikasi secara

    etimologi memiliki arti sebagai pengiriman dan penerimaan pesan

    atau berita.4 Komunikasi berasal dari bahasa latin communicate yang

    berarti berbicara, menyampaikan pesan, informasi, pikiran, gagasan

    dan pendapat yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain

    dengan mengharapkan jawaban, tanggapan atau arus balik

    (feedback)5 menurut Onong komunikasi mempunyai arti

    pemberitahuan atau pertukaran pikiran.6

    1Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

    Balai Pustaka, 1996), h. 885. 2Puis A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer(Surabaya: Arkola,

    1994), h. 605. 3 Onong Uchjana Effendi, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar maju, 1992), cet.ke-1,

    h.4. 4 Dept. Pendidikan, op cit, h.454

    5 A. Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2001) h. 35

    6 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Remaja

    Rosdakarya, 2001) Cet. Ke-1, h. 4

  • 12

    Namun, secara terminologi pengertian komunikasi terdapat banyak

    pendapat dari para ahli komunikasi, diantaranya:

    a. James: Perbuatan peyampain suatu gagasan atau informasi dari

    seseorang kepada orang lain.7

    b. Wilbur Schramm: Definisi komunikasi yang berasal dari bahasa latin

    communis yang berarti bila kita mencoba untuk berbagi informasi, ide

    tau sikap sehingga menjadikan si pengirim guna menyampaikan isi

    pesan.8

    c. Onong Uchjana: mengatakan bahwa komunikasi berarti proses

    penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.9

    d. William Albig berpendapat bahwa komunikasi adalah kegiatan

    pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu-individu.10

    e. Menurut Onong: Komunikasi adalah proses penyampaian suatu

    pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan

    atau merubah sikap, pendapat dan perilaku, baik langsung secara lisan

    maupun tak langsung memalui media.11

    f. Menurut Arni Muhammad: Komunikasi adalah suatu proses dimana

    individu dalam hubunganya dengan individu lainnya, dalam kelompok,

    7 James G. Robbins,Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995) Cet ke-

    4, h.1 8 T . A. Lathief rosyidi, Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: 1985)

    h. 48 9 Onong Ujhana Effendy. Op. cit., h.9

    10 Anwar Arif, Ilmu Komunikasi (Sebagai Pengantar Ringkas), (Jakarta: PT Raja Grafindo

    Persada, 1995), Cet. Ke-3, h.25 11

    Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1992)

    Cet., ke-2., h.6

  • 13

    dalam organisasi, dan dalam masyarakat guna memberikan suatu

    informasi.12

    Sedangkan menurut Wilbur Schramm dalam uraiannya

    mengatakan bahwa definisi komunikasi berasal dari bahasa latin

    communis, comunon. Bilamana kita mengadakan komunikasi itu sama

    artinya kita mencoba untuk berbagai informasi, ide, atau suatu sikap.

    Jadi esensi dari komunikasi itu adalah menjadikan si pengirim dapat

    berhubungan bersama dengan si penerima guna menyampaikan isi

    pesan tersebut.13

    Dalam pengertian pragmatis, komunikasi mengandung tujuan

    tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui

    media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi, atau film.

    Melalui non media massa, misalnya seperti surat, telepon, papan

    pengumuman, poster, spanduk dan sebagainya. Sehingga dikatakan bahwa

    komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang

    kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat,

    atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui

    media.14

    Dari masing-masing definisi di atas, penulis dapat menarik

    kesimpulan sementara bahwa komunikasi pada intinya adalah proses

    pengiriman pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.

    Akan tetapi dari beberapa definisi tersebut maksudnya memiliki tujuan

    12

    Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), cet ke-4, h,. 3 13

    T.A. Latief Rosyidi, Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan informasi, (Medan: 1985),

    h.48. 14

    Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya,

    2000), cet ke-4, h,.4

  • 14

    yang sama. Yang terpenting dalam komunikasi adalah bagaimana

    mempunyai kesamaan pesan yang sistematis oleh seseorang dengan

    melibatkan orang lain.

    Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seseorang yang

    berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain ikut berpartisipasi

    atau bertindak sesuai dengan tujuan dan harapan dari isi pesan yang

    disampaikan. Jadi diantara yang terlibat dalam kegiatan komunikasi harus

    memiliki kesamaan arti dan harus sama-sama mengetahui hal yang

    dikomunikasikan, jika tidak demikian maka kegiatan komunikasi tersebut

    tidak berlangsung dengan baik dan tidak efektif.

    Berkaitan dengan pesan yang disampaikan dalam suatu komunikasi.

    Schramm merumuskan adanya kondisi yang harus diketahui jika kita

    menginginkan pesan yang disampaikan mendapat respon sesuai dengan

    yang dikehendaki. Kondisi ini disebut The Condition of Success in

    Communication, yang terdiri dari :

    a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga

    dapat menarik perhatian komunikasi.

    b. Pesan harus menggunakan lambing-lambang yang tertuju kepada

    pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga

    sama-sama mengerti.

    c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan

    menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

  • 15

    d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan

    tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada

    saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

    Menurut Stewart L. Tubbs dan Silvia Mass, sebagaimana dikutip

    oleh Jalaludin Rakhmat, dalam bukunya psikologi komunikasi ia

    menguraikan ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif paling tidak dapat

    menimbulkan 5 hal :

    1. Pengertian : komunikator dapat memahami mengenai pesan-pesan yang disampaikan kepada komunikan.

    2. Kesenangan : menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan.

    3. Mempengaruhi sikap : dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa

    terpaksa.

    4. Hubungan sosial yang baik, menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi.

    5. Tindakan : membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan pesan yang diiginkan.15

    Dari lima ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif di atas, dapat

    dipahami bahwa komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan hidup

    manusia. Melalui komunikasi akan ditemui jatidiri, dapat mengembangkan

    konsep diri, dan menetapkan hubungan dengan dunia sekitarnya. Untuk

    memahami pengertian komunikasi sehingga dapat ditransformasikan secara

    efektif, maka komunikasi mempunyai lima unsur: sumber atau

    komunikator (source), pesan (massage), saluran atau media (chanel),

    penerima atau komunikan (receiver), serta efek (effect).

    15

    Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000),

    cet. Ke-15, h.13-16

  • 16

    B. Unsur-Unsur Komunikasi

    Adapun yang merupakan bagian dari unsur-unsur komunikasi antara lain

    sebagai berikut:

    1. Komunikator (Source)

    Komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan.

    Komunikator memiliki fungsi sebagai encoding, yakni orang yang

    memformulasikan pesan atau informasi yang kemudian akan

    disampaikan kepada orang lain komunikator sebagai bagian yang

    paling menentukan dalam berkomunikasi dan untuk menjadi seorang

    komunikator itu harus mempunyai persyaratan dalam memberikan

    komunikasi untuk mencapai tujuannya. Sehingga dari persyaratan

    tersebut mempunyai daya tarik tersendiri komunikan terhadap

    komunikator.

    Komunikator sebagai unsur yang sangat menentukan proses

    komunikasi harus mempunyai persyaratan dan menguasai bentuk,

    model, dan strategi komunikasi untuk mencapai tujuannya. Faktor-

    faktor tersebut akan dapat menimbulkan kepercayaan dan daya tarik

    komunikan kepada komunikator. Komunikator berfungsi sebagai

    encoder, yakni orang yang memformulasikan pesan yang kemudian

    menyampaikan kepada orang lain. Orang yang menerima pesan ini

    adalah komunikan yang berfungsi sebagai decoder, yakni

  • 17

    menerjemahkan lambang-lambang pesan kedalam konteks pengertian

    sediri16

    .

    Syarat yang diperlukan komunikator, diantaranya :

    1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya

    2) Kemampuan berkomunikasi

    3) Mempuyai pengetahuan yang luas

    4) Sikap

    5) Memiliki daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan untuk

    melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri

    komunikan17

    .

    Dari beberapa syarat dan pengertian komunikator di atas,

    tentunya seorang komunikator harus dapat memposisikan dirinya sesuai

    dengan karakter yang dimilikinya. Dalam menghadapi komunikan,

    seorang komunikator harus bersikap empatik, artinya ketika ia sedang

    berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, bingung, marah,

    sedih, dan lain sebagainya, maka ia harus menunjukkan sikap

    empatiknya tersebut.

    2. Pesan (Massage)

    Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh

    komunikator. Pesan harus mempunyai inti pesan sebagai pengarah di

    dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.

    16

    Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : Al-Amin

    Press, 1996), cet. ke-1, h.59 17

    Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : Al-Amin

    Press, 1996), cet. ke-1, h.59

  • 18

    Pesan yaitu pernyataan yang disampaikan oleh komunikator

    yang didukung oleh lambang. Pada dasarnya pesan yang disampaikan

    oleh komunikator itu mengarah pada usaha mencoba mempengaruhi

    atau mengubah sikap dan tingkah laku komunikannya. Penyampaian

    pesan dapat dilakukan secara lisan atau melalui media.

    3. Penerima Pesan/Komunikan (Receiver)

    Komunikan adalah seseorang yang menerima pesan dari

    komunikator kemudian komunikan menganalisis dan menginterpretasi-

    kan isi pesan yang diterimanya18

    . Dalam hal ii perlu diperhatikan

    karena penerima pesan ini berbeda dalam banyak hal misalnya,

    pengalamannya, kebudayaannya, pengetahuannya dam usianya. Akan

    hal itu komunikator tidak bisa menggunakan cara yang sama dalam

    berkomunikasi kepada anak-anak dan berkomunikasi dengan orang

    dewasa. Jadi, dalam berkomunikasi siapa pendengarnya perlu

    dipertimbangkan. Dalam proses komunikasi, utamanya dalam tataran

    antar pribadi, peran komunikator dan komunikan bersifat dinamis,

    saling berganti dan menimbulkan komunikasi dua arah.

    4. Saluran Komunikasi (Media Komunikasi)

    Media yaitu sarana atau saluran yang digunakan oleh

    komunikator untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada

    komunikan. Atau sarana yang digunakan untuk memberikan feedback

    18

    Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), cet. ke-7 h.18

  • 19

    dari komunikan kepada komunikator. Media sendiri merupakan bentuk

    jamak dari medium, yang artinya perantara, penyampai dan penyalur.

    Media yang dimaksud di sini adalah alat komunikasi, seperti

    berbicara, gerak badan, kontak mata, sentuhan, radio, televisi, surat

    kabar, buku dan gambar. media komunikasi ini sengaja dipilih

    komunikator untuk menghantarkan pesannya agar sampai ke

    komunikan. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah tidak semua

    media cocok untuk maksud tertentu. Kadang-kadang suatu media lebih

    efesien digunakan untuk maksud tertentu tetapi untuk maksud yang lain

    tidak. Jadi, unsur utama dari media komunikasi adalah pemilihan dan

    penggunaan alat perantara yang dilakukan komunikator dengan sengaja.

    Artinya, hal ini mengacu kepada pemilihan dan penggunaan teknologi

    media komunikasi.

    5. Efek Komunikasi

    Efek yaitu dampak atau hasil sebagai pengaruh dari pesan.

    Komunikasi bisa dilakukan berhasil apabila sikap dan tingkahlaku

    komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pertanyaan mengenai

    efek komunikasi ini dapat menanyakan 2 hal yaitu apa yang ingin

    dicapai dengan hasil komunikasi tersebut dan kedua, apa yang

    dilakukan orang sebagai hasil dari komunikasi. Akan tetapi perlu

    diingat, bahwa kadang-kadang tingkah laku seseorang tidak hanya

    disebabkan oleh faktor hasil komunikasi tetapi juga dipengaruhi oleh

    faktor lain.

  • 20

    Hal yang terpenting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya

    agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan efek

    atau dampak tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat

    diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu :

    1) Dampak kognitif, adalah yang timbul pada komunikan yang

    menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya

    2) Dampak efektif, lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif.

    Tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu,

    tetapi bergerak hatinya, menimbulkan pesan tertentu, misalnya

    perasaan iba, terharuh, sedih, gembira, marah dan sebagainya

    3) Dampak behavioral, yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak

    yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku tindakan atau

    kegiatan.19

    C. Macam macam Pola Komunikasi

    Pada dasarnya ada beberapa pola komunikasi, yakni komunikasi

    intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri), komunikasi interpersonal

    (komunikasi antar pribadi), komunikasi kelompok, dan komunikasi massa.

    1. Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri).

    Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dalam diri sendiri, yaitu

    proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses

    19

    Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2000),

    cet. ke-4, h.7

  • 21

    pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem saraf.20

    Bahwa

    manusia apabila dihadapi dengan suatu pesan untuk mengambil

    keputusan menerima ataupun menolaknya akan mengadakan terlebih

    dahulu suatu komunikasi dengan dirinya (proses berpikir). Dalam

    proses berpikir ini seseorang menimbang untung rugi usul yang

    diajukan oleh komunikator.21

    Komunikasi akan berhasil apabila pikiran yang disampaikan dengan

    menggunakan perasaan yang di sadari, sebaliknya komunikasi akan

    gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, pikiran tidak terkontrol.

    2. Komunikasi Interpersonal (komunikasi antar pribadi)

    Komunikasi antar pribadi adalah proses paduan penyampaian

    pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar

    mengetahui, mengerti, dan melakukan kegiatan tertentu.22

    Secara umum komunikasi interpersonal dapat diartikan

    sebagai proses pertukaran informasi diantara komunikator dengan

    komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal

    mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya

    20

    Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998),

    h.39 21

    Phil, Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung : Mandar Maju,

    1992). Cet. ke-1, h.4 22

    Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya, 1990), cet.ke-5, h.126.

  • 22

    dialogis berupa percakapan. Komunikasi interpersonal dampaknya

    dapat dirasakan pada waktu itu juga oleh pihak yang terlibat23

    .

    Hubungan interpersonal adalah hubungan yang berlangsung,

    keuntungan dari padanya ialah bahwa reaksi atau arus balik dapat

    diperoleh segera. Dalam hubungan interpersonal, proses komunikasi

    semakin jelas dan dalam komunikasi interpersonal, komunikan dapat

    memberi arus balik secara langsung kepada komunikator.

    3. Komunikasi Kelompok

    Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang

    (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikasi) yang berkumpul

    bersama-sama dalam bentuk kelompok.24

    Komunikasi kelompok ini

    mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, proses komunikasi

    terhadap pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara

    kepada khalayak yang lebih besar dan tatap muka. Komunikasi

    berlangsung kontinue dan bisa dibedakan mana sumber dan mana

    penerima. Ketiga, pesan yang disampaikan terencana dan bukan

    spontanitas untuk segmen khalayak tertentu25

    . Komunikasi kelompok

    dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : komunikasi kelompok kecil.

    Menurut Robert F. Bales yang dikutip oleh Widjaja, kelompok

    kecil adalah sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain

    23

    Sr. Maria Assumpte Rumanti OSF, Dasar-dasar Public Relation Teori dan Praktis,

    (Jakarta : Grasindo, 2002), cet. ke-1, h.88 24

    Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung : Alumni, 1986), cet.

    ke-2, h.5 25

    Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), cet

    2 h.33

  • 23

    dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap peserta

    mendapat kesan atau penglihatan antar satu dengan yang lainnya yang

    cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun

    sesudah memberikan tanggapan kepada masing-masing individu

    komunikan.26

    Dalam komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukkan

    pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, contohnya, diskusi,

    seminar, rapat dan lain-lain. Komunikan dapat menanggapi uraian

    komunikator, bisa bertanya jika tidak mengerti.

    D. Tugas Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak

    1. Pengertian Guru Agama

    Guru agama atau pendidik ialah orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing. Guru tidak sama dengan pengajar, sebab

    pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada

    murid. Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang

    pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar memahami dan

    menguasai materi pelajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang

    pendidik bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi

    pengajaran kepada murid saja tetapi juga membentuk kepribadian

    seorang anak didik bernilai tinggi.27

    Dalam kemajuan zaman seperti sekarang ini, setiap sekolah

    memerlukan bebera guru, sehingga masing-masing anak didik mendapat

    pembinaan dari beberapa orang guru yang memiliki kepribadian yang

    26

    Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya, 1990), cet.ke-5, h.129.

    27

    R.A. Mayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1998), h.36.

  • 24

    baik. Sebab setiap guru pasti memiliki pengaruh kepada anak didiknya.

    Pengaruh tersebut ada yang melalui pendidikan dan pengajaran yang

    dilakukan dengan sengaja dan ada pula yang terjadi tidak disengaja,

    bahkan tidak disadari oleh para guru, melalui sikap, gaya dan macam-

    macam penampilan kepribadian guru.28

    Oleh karena itu setiap guru hendaklah mempunyai kepribadian yang

    dapat dicontoh dan diteladani oleh para muridnya baik yang disengaja

    maupun tidak disengaja. Maka sudah barang tentu profesi atau tugas

    sebagai guru agama tidak sama dengan pekerjaan apa pun.

    2. Tugas Guru Agama

    Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam,

    yang diterbitkan oleh Departement Agama RI, disebutkan bahwa tugas

    guru agama ada 6, antara lain sebagai berikut:

    1. Guru Agama Bertugas Mengajar dan Mendidik

    Guru agama di sekolah bertugas mengajar dan mendidik

    siswa-siswanya agar menjadi manusia yang beretika, di samping itu

    tugas guru agama harus menjadikan anak didiknya menjadi manusia

    yang memiliki kepribadian muslim.

    28

    Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Departemen

    Agama RI, 1986), H. 44.

  • 25

    2. Guru Agama Sebagai Seorang Dai

    Guru agama sebagai daI artinya guru agama harus dapat

    berfungsi memberikan pengertian-pengertian positif kepada guru-

    guru lainnya, sehingga pelaksanaan pendidikan agama tidak

    menghadapi hambatan.

    3. Guru Agama Sebagai Pembimbing dan Penyuluh

    Guru agama harus dapat berfungsi sebagai pembimbing dan

    penyuluh anak didiknya. Maka guru agama harus peka terhadap

    sikap dan tingkah laku anak didiknya. Guru agama berkewajiban

    membina jiwa agama anak didik baik di sekolah maupun di luar

    sekolah. Karena guru agama juga sebagai pembina mental dan

    spiritual. Maka guru agama harus aktif dalam bimbingan dan

    penyuluhan agama di sekolahnya.

    4. Guru Agama Sebagai Pemimpin Informal

    Guru agama adalah suatu jabatan yang tidak hanya berlaku

    ketika bertugas di depan kelas saja, akan tetapi suatu jabatan dan

    gelar yang dibawa dalam masyarakat, baik dalam lingkungan

    rumah tangganya dan masyarakat umum. Dan di dalam masyarakat

    umum tersebut guru agama selalu disebut dan tidak dapat

    dielakkan bahwa guru agama adalah ahli dalam bidang agama,

    sehingga ia akan dijadikan pemimpin agama dalam lingkungannya.

  • 26

    5. Guru Agama Harus Mendorong Tumbuhnya Iman

    Pendidikan agama yang diselenggarakan di sekolah

    diharapkan dapat menanamkan dan mengembangkan sikap cinta

    serta mengabdi kepada Allah SWT, dengan landasan taqwa. Oleh

    karena itu usaha utama dan terpenting adalah hubungan guru agama

    dengan siswa-siswanya.

    6. Guru Agama Harus Dapat Mendorong Siswanya Untuk Selalu

    Bersyukur Kepada Allah SWT

    Guru agama harus berusaha menanamkan, memupuk,

    mengembangkan pada dirinya sikap cinta dan taqwa kepada Allah SWT.

    Maka guru agama harus dapat mendorong syukur kepada Allah SWT

    dengan cara mengolah dan memanfaatkan alam sekitarnya dengan baik

    sebagai anugerah dari Allah SWT. Rasa syukur yang ditanamkan oleh

    guru agama kepada siswanya akan berhasil apabila guru agama itu sendiri

    sudah memberikan contoh yang kongkrit.29

    3. Pengertian Pembinaan Akhlak

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pembinaan

    adalah sebagai proses, perbuatan, atau cara membina.30

    Arti dapat

    ditelusuri dari kata dasar bina yang mendapat prefiks pen-an sufiks-an

    sehingga menjadi proses, perbuatan, atau cara. Sementara menurut

    29 Ibid. h. 50-54

    30

    Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

    (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 152.

  • 27

    Poerwadarminta, (1984: 141). pembinaan diartikan pembangnan dan

    pembawaan. Kedua pendapat ini pada hakikatnya tidak berbeda, hanya

    arti pembinaan itu sendiri yang bersifat luas, bergantung orientasi dan

    persepsi yang menafsirkannya. Dengan kata lain, pembinaan berarti

    proses, perbuatan, cara membina juga berarti atau berpadanan dengan

    pembangunan atau pembawaan.

    Pembinaan dapat juga berarti poses melakukan kegiatan membina

    atau membangun sesuatu, seperti membina bangsa. Dalam pembinaan ini

    tampak atau identik dalam perubahan, bergantung obyek yang bina, tentu

    saja perubahan yang mengacu kepada peningkatan.31

    Sedangkan akhlak itu sendiri adalah suatu daya yang telah bersemi dalam jiwa orang hingga dapat menimbulkan perbuatan-

    perbuatan dengan mudah tanpa berfikir dan direnungkan lagi. Bila

    timbul dari padanya itu perbuatan-perbuatan mulia dan baik dalam

    pandangan akal syara dinamakan akhlakul mahmudah (baik) terpuji, sebaliknya hal yang timbul itu perbuatan-perbuatan buruk

    menurut pandangan akal dan syara maka perbuatan itu dinamakan akhlakul madzmumah (buruk) tercela.32

    Dilihat dari sudut bahasa (etimologi) perkataan akhlak (bahasa Arab)

    adalah bentuk dari kata Khulk. Khulk di dalam Kamus Al-Munjib berarti budi

    pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.33

    . Sedangkan Ahmad Amin

    31 Abdur Rahim, Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak

    Siswa MTS Sunan Ampel Pasuruan, (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Shalahuddin Pasuruan, 2007), h. 67.

    32

    Ibid, hal 70

    33

    Luis Maluf, Kamus Al-Munjid,al-Maktabah al-Katulikiyah, Beirut, t.t., hal. 194.

  • 28

    mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak.34

    Ini berarti bahwa

    kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaan itu disebut akhlak.

    Contohnya, bila kehendak itu biasanya memberi, maka kebiasaan itu ialah

    akhlak dermawan.

    Pembinaan akhlak adalah proses perbuatan, tindakan, penanaman nilai-

    nilai perilaku budi pekerti, perangai, tingkah laku baik terhadap Allah swt,

    sesama manusia, diri sendiri dan alam sekitar yang dilakukan secara berdaya

    guna dan berhasil guna untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di

    akhirat.35

    Berdasarkan apa yang telah disebutkan di atas dapat penulis simpulkan

    bahwa pembinaan akhlak ialah sebuah proses, kegiatan, perbuatan, atau juga

    bisa dikatakan cara yang dilakukan oleh seseorang dengan harapan menjadi

    lebih baik terhadap akhlak. Dalam konteks pembinaan siswa bermakna usaha

    yang ditempuh oleh seorang guru untuk menjadikan siswanya lebih baik

    akhlaknya. Baik dalam bersikap terhadap diri sendiri, olang lain, lingkungan

    sekolah ataupun masyarakat di sekitarnya.

    E. Pola Komunikasi Pembinaan Akhlak di Sekolah

    Di dalam proses belajar, atau lebih luasnya proses pendidikan,

    terkandung unsur-unsur yang mendukungnya. Unsur-unsur tersebut antara lain

    adalah orang-orang yang belajar, pihak yang membantu menyebabkan

    34 Drs. Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, CV. Rajawali. Jakarta. 1992. hal. 1.

    35

    Zainal Maarif Pembinaan Akhlak Remaja, diakses pada tanggal 1 Mei 2011 dari http//www.binailmu.multiply.com/2011/0501/p02s06-mu.html.

  • 29

    belajar, dan faktor-faktor lain mempengaruhi kedua pihak tersebut dalam

    melaksanakan fungsi masing-masing, termasuk pula di dalamnya unsur

    komunikasi.36

    Disamping faktor-faktor dari unsur yang pertama, faktor komunikasi

    ini bahkan sanggup menyentuh semua aspek yang terjadi dalam proses tadi.

    Orang yang ingin belajar, tanpa berkomunikasi, tidak mungkin dapat

    melaksanakan keinginannya. Dan orang yang mempunyai prakarsa

    membelajarkan, juga tanpa berkomunikasi, tidak akan bisa mewujudkan

    prakarsanya. Semuanya membutuhkan komunikasi, bahkan proses belajar itu

    sendiri.37

    Bebicara tentang komunikasi dalam konteks personal artinya berbicara

    tentang bagaimana orang belajar, selanjutnya lagi, dengan atau tanpa media,

    proses belajar bisa terjadi, terutama apabila terjadi balikan atau umpan balik

    dari pihak sasaran (komunikan) kepada penyampai atau sumber pesan secara

    berlanjut38

    .

    Di dalam pelaksanaan pendidikan formal yaitu; pendidikan melalui

    sekolah, tampak dengan jelas adanya peran komunikasi yang sangat menonjol.

    Karena dalam proses belajar-mengajar sebagian besar terjadi karena adanya

    proses komunikasi, baik komunikasi berlangsung secara intrapersona maupun

    antarpersonal.

    36

    Syahidah, Laili. Pola Komunikasi Antara Guru Agama dan Murid di SMP An-Nurmaniyah Ciledug Tangerang. (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009). h. 25.

    37 Ibid. h. 25

    38

    Drs. Pawit M. Yusup, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional,

    (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990) h. 11

  • 30

    Yang pertama (intrapersonal) tampak pada kejadian berpikir,

    memersepsi, mengingat, dan mengindera. Hal demikian dijalani oleh setiap

    anggota sekolah, bahkan oleh semua orang. Sedangkan yang kedua

    (antarpesonal) ialah bentuk komunikasi yang berproses dari adanya ide atau

    gagasan informasi seseorang kepada orang lain. Guru memberikan mata

    pelajaran, berdialog, bersambung rasa, berdebat, dsb. Adalah sebagian dari

    contoh-contohnya.

    Tanpa, keterlibatan komunikasi tentu segalanya tidak bisa berjalan,

    bahkan berhenti sama sekali. Komunikasi di sini adalah terutama yang terjadi

    pada kegiatan instruksional seperti halnya mengajar dan belajar pada kegiatan

    tatap muka maupun pada kegiatan instruksional lainnya. Bahkan yang

    namanya instruksional dalam proses pendidikan secara luas, merupakan

    bagaian inti dari seluruh kegiatan.

    Kedua, komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, yaitu

    komunikator bisa berperan sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Demikian

    pula halnya komunikan, bisa berperan sebagai penerima aksi dan bisa pula

    sebagai pemberi aksi. Dalam proses pengajaran baik guru maupun siswa bisa

    berperan ganda sebagai pemberi dan penerima aksi atau komunikasi ini bisa

    dikatakan sebagai komunikasi interpersonal, yaitu proses pertukaran informasi

    antara komunikator dengan komunikan yang feedbecknya secara langsung

    dapat diketahui, serta komunikator dan komunikan memiliki dua fungsi

    sekaligus.

  • 31

    Ketiga, komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah,

    yaitu komunikasi tidak hanya terhajadi antara perorangan melainkan kepada

    banyak orang. Di sini komunikan dituntut lebih aktif dari pada komunikator.

    Situasi pengajaran atau proses belajar mengajar bisa terjadi dalam tiga pola

    atau bentuk komunikasi di atas. Akan tetapi, dalam komunikasi yang ketiga

    (komuniakasi sebagai transaksi atau banyak arah), pengajaran berlangsung

    dalam kondisi yang sesuai dengan hakekat belajar dan mengajar yang

    sebenarnya.39

    Akhlak adalah suatu daya yang telah bersemi dalam jiwa orang hingga

    dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa berfikir dan

    direnungkan lagi. Bila timbul dari padanya itu perbuatan-perbuatan mulia dan

    baik dalam pandangan akal syara dinamakan akhlakul mahmudah (baik)

    terpuji, sebaliknya hal yang timbul itu perbuatan-perbuatan buruk menurut

    pandangan akal dan syara maka perbuatan itu dinamakan akhlakul

    madzmumah (buruk) tercela.

    Pentingnya pembinaan akhlak atau budi pekerti dan penanamannya

    dalam jiwa sisa akan semakin tampak jelas, bila kita telaah Hadits-Hadits

    Rasulullah SAW yang menunjukan perhatian beliau yang amat besar terhadap

    penanaman budi pekerti dalam rangka pembinaan akhlak seorang anak.

    Tarmidzi meriwayatkan dari Jabir, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda;

    39

    Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 9-10

  • 32

    Seorang bapak yang mendidik anaknya, adalah lebih baik daripada

    bersedekah sebanyak satu shada.

    Pembinaan akhlak yang mulia merupakan inti ajaran Islam. Fazlur

    Rahman mengatakan, bahwa inti ajaran Islam sebagaimana terdapat dalam al-

    Quran adalah akhlak yang betumpu keimanan kepada Allah (hablum

    minallah) dan keadilan sosial (hablum minannas). Hal ini sejalan pula dengan

    jawaban istri Rasulullah saw, Siti Aisyah, ketika ia ditanya oleh sahabat

    tentang akhlak Rasulullah. Siti Aisyah mengatakan bahwa akhlak Rasulullah

    adalah al-Quran (Kaana khuluquhu Al-Quran). Oleh karena itu jika di dalam

    al-Quran terdapat ajaran keimanan, ibadah, sejarah dan sebagainya, maka

    yang dituju adalah agar dengan ajaran tersebut akan terbentuk akhlak yang

    mulia.40

    Berhasil tidaknya pola komunikasi pembinaan akhlak yang dilakukan

    oleh guru agama dan pihak sekolah, ditentukan oleh beberapa faktor yang

    saling mempengaruhi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut

    antara lain, sebagai berikut :

    1. Faktor Guru

    Tugas dari guru adalah sebagai media agar anak didik mencapai

    tujuan yang dirumuskan. Tanpa pendidik, tujuan pendidikan manapun

    yang dirumuskan tidak akan tercapai, oleh sebab itu sangat diperlukan

    guru yang profesional karena guru yang professional tentu akan lebih

    40

    Abdul Karim, Meneladani Akhlak Rasulullah. Artikel di akses pada tanggal 4 Mei 2011 dari http://paudgrobogan.wordpress.com//2011/0504/pO9s05-worne.html

  • 33

    mampu dan lebih menguasai teori pelajaran yang akan diberikan dan tentu

    lebih berhasil pula sebagai guru untuk membina dan mengembangkan

    kemampuan siswa. Oleh karena itu, guru bukan orang biasa, tetapi harus

    memiliki kemampuan serta keahlian khusus yang tidak bisa dilakukan oleh

    sembarang orang. Abu Ahmad mengemukakan, bahwa syarat yang harus

    dipenuhi oleh seorang guru adalah :

    - Ijazah

    - Umur

    - Kesehatan

    - Budi pekerti

    - Surat pengangkatan

    Disamping itu, pengalaman mengajar yang baik turut membantu

    terhadap kemampuan mengajar. Bagi seorang guru pengalaman

    merupakan suatu hal yang sangat berharga, sebab pengalaman yang

    ditemukan pada waktu mengajar lebih terkesan daripada hanya

    mempelajari teori. Dengan pengalaman tersebut, seorang guru dapat

    melihat hal yang terbaik sehingga pengalaman itu semakin meningkatkan

    kualitas peran dalam usaha membina anak didik.

    Hal lain yang perlu diperhatikan guru dalam meningkatkan kualitas

    pendidikan adalah kedisiplinan, karena tidak ada suatu usaha yang

    dilakukan secara sempurna dan memperoleh hasil yang memuaskan

    dengan apa yang diharapkan tanpa ada kedisiplinan.

  • 34

    2. Faktor Siswa

    Siswa adalah orang yang belajar dan menerima bimbingan dari guru

    dalam kegiatan pendidikan. Antara guru dan siswa merupakan dua faktor

    yang tidak bisa dipisahkan dan tidak bisa berdiri sendiri, dimana guru

    sebagai pemberi pelajaran dan siswa menerima pelajaran. Kedua tentunya

    aktif, bukan guru saja tetapi siswa dalam menerima pelajaran harus dengan

    perhatian dan minat yang besar. Oleh sebab itu, anak didik harus

    diperhatikan dalam kegiatan pendidikan karena anak didik merupakan

    objek pendidikan yang menjadi inti dari pendidikan.41

    41 Zainal Maarif Pembinaan Akhlak Remaja, diakses pada tanggal 1 Mei 2011

    dari http//www.binailmu.multiply.com/2011/0501/p02s06-mu.html.

  • 35

    BAB III

    GAMBARAN UMUM SMK NEGERI 1 PASURUAN

    A. LETAK GEOGRAFIS SMK NEGERI 1 PASURUAN

    SMK Negeri 1 Pasuruan terletak di wilayah Kota Pasuruan, tepatnya

    di Jl. Veteran No. 11, Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan. Dengan

    batasan:

    Sebelah Utara : Rumah pemukiman penduduk

    Sebelah Selatan : Jalan Raya Utama Jakarta-Bali.

    Sebelah Timur : Kantor bis PO. Djipto dan SD Negeri Bugul

    Sebelah Barat : Ruko

    Dengan kondisi sebagaimana tersebut di atas, secara langsung

    maupun tidak langsung sangat mendukung lembaga pendidikan ini, yaitu

    lembaga pendidikan di SMK Negeri 1 Pasuruan

    B. PROFIL SMK NEGERI 1 PASURUAN

    SMK Negeri 1 Pasuruan merupakan SMK besar berstndar Nasional

    dan internasional yang memiliki bidang keahlian teknologi informasi dan

    kominukasi, bidang kehlian kimia, serta bidang kehlian menajemen. SMK

  • 36

    Negeri 1 Pasuruan dibina oleh perguruan tinggi ternama, yaitu PENS ITS

    Surabaya, Poltek Negeri Malang, VEDC Malang, serta TEDC Bandung.1

    SMK Negeri 1 Pasuruan setiap tahun dikunjungi oleh 7-10

    perusahaan yang merekrut tenaga kerja lulusannya, sehingga 80% lulusan

    SMK Negeri 1 Pasuruan terserap di dunia kerja, 10% mandiri, dan 10%

    melanjutkan ke perguruan tinggi, dengan bea siswa dari direktorat pembinaan

    Sekolah Menengah Kejuruan.

    SMK Negeri 1 Pasuruan terletak cukup strategis di jantung kota

    Pasuruan, tercatat dalam lokasi Jl. Veteran No.11. Memudahkan untuk

    mengetahui lokasi sekolah bagi siapa saja yang melintas Jalan Raya Utama

    Pasuruan-Probolinggo, Surabaya-Banyuwangi, dan Jakarta-Bali. Karena

    sekolah ini berdiri tepat di samping Jalan Raya tersebut.

    Relationship alias hubungan kerjasama dengan wadah-wadah

    berbasis teknologi juga tidak bisa dibuat main, mereka cukup terkenal di

    kancah persaingan teknologi masa ini. ITS (Institute Teknologi Sepuluh

    Nopember) dan Indo.net adalah beberapa cakupan diantaranya.

    Kepercayaan Pemerintah Kota pun berhasil dirangkul SMK Negeri

    1 Pasuruan dengan diserahkannya operasional WAN (Wide Area

    Network) yang mencakup data sekolah di seluruh wilayah kota Pasuruan

    (School Map) sekaligus memberikan design WebPage-nya. Selain itu,

    1 Arsip Bagian Umum Tata Usaha SMK Negeri 1 Pasuruan rofil SMK Negeri 1

    Pasuruan.

  • 37

    telah dipercaya pula oleh pemerintah Dinas DIKMENJUR (Pendidikan

    Menengah Kejuruan) pusat pula untuk menyiarkan secara resmi TV

    Education (TV pendidikan).2

    C. SEJARAH SMK NEGERI 1 PASURUAN

    SMK Negeri 1 Pasuruan bermula dari Sekolah Menengah Ekonomi

    Pertama (SMEP) yang berdomisili di Jalan Veteran 11 Pasuruan, Telp. 0343-

    421380, dibangun diatas tanah seluas 8950 meter persegi berdasarkan

    sertifikat No. 886/ 1985.Pada tahun 1977 dengan SK No 0278/U/1976 dari

    SMEP diintegrasikan menjadi SMP yang disempurnakan. Pada Tahun

    pelajaran baru 1978 ditingkatkan menjadi SLTA Kejuruan (SMEA Negeri)

    Pasuruan dengan lampiran Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    tanggal 30 Juli 1980 No. 0209/0/1980. Pada Tahun 2000 SMEA Negeri

    Pasuruan diubah nama menjadi SMK Negeri 1Pasuruan Kelompok Bisnis

    dan Manajemen dan Kelompok Teknologi.3

    D. VISI & MISI SMK NEGERI 1 PASURUAN

    1. VISI

    Mewujudkan insan yang berakhlak mulia, kreatif, inovatif, mandiri,

    dan peduli lingkungan.

    2 Profil SMK Negeri 1 Pasuruan. Di akses pada tanggal 29 April 2011 dari http://smkn1-

    pasuruan.sch.id

    3 Profil SMK Negeri 1 Pasuruan. Di akses pada tanggal 29 April 2011 dari http://smkn1-

    pasuruan.sch.id

  • 38

    2. MISI

    Meningkatkan kualitas input dan output pendidikan sesuai dengan

    standar pendidikan nasioanal.

    Menumbuhkembangkan Jiwa Nasionalisme.

    Meningkatkan Prestasi dalam Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Seni

    Budaya dan Olahraga.

    Menumbuhkembangkan Nilai Kreatifitas, Inovatif dan

    Produktifitas dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.

    Menumbuhkembangkan Jiwa Wirausaha dan Kemandirian.4

    E. FASILITAS SMK NEGERI 1 PASURUAN

    Lab Teknik Komputer Jaringan ( 2 Lab )

    Lab Multimedia ( 2 Lab )

    Lab Rekayasa Perangkat Lunak ( 1 Lab )

    Lab Akutansi

    Lab Administrasi Perkantoran

    Lab Mengetik Manual

    Lab Penjualan

    4 Profil SMK Negeri 1 Pasuruan. Di akses pada tanggal 29 April 2011 dari http://smkn1-

    pasuruan.sch.id

  • 39

    Lab Analisis Kimia

    Lab Kimia Industri

    Lab Micro Biologi

    Lab Self Acces Room

    Lab Bahasa

    Lab Internet

    BMS (Bank Mini Sekolah)

    Studio TV Edukasi dan Skensa TV

    Studio Radio Skensa FM

    Perpustakaan

    UKS

    Bisnis Center (Skensa Mart).5

    5 Profil SMK Negeri 1 Pasuruan. Di akses pada tanggal 29 April 2011 dari http://smkn1-

    pasuruan.sch.id

  • 40

    BAB IV

    TEMUAN DAN ANALISA DATA

    A. Pola Komunikasi Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK

    Negeri 1 Pasuruan

    Pada penelitian ini, penulis menemukan beberapa macam pola

    komunikasi yang terjadi di SMK Negeri 1 Pasuruan, yaitu sebagai berikut:

    a. Pola Komunikasi satu arah, yaitu menempatkan komunikator

    sebagai pemberi aksi dan komunikan hanya sebagai penerima

    aksi saja. Komunikator aktif sedangkan komunikan pasif.

    Demikian halnya dalam proses pengajaran seorang guru lebih

    aktif dalam menyampaikan bahan pengajaran, sedangkan

    peserta didik (siswa) hanya bisa menerima apa yang

    disampaikan oleh guru tanpa berkomentar apa pun.

    b. Pola komunikasi dua arah, yaitu komunikator bisa berperan

    sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Demikian pula halnya

    komunikan, bisa berperan sebagai penerima aksi dan bisa pula

    sebagai pemberi aksi. Dalam proses pengajaran tersebut, baik

    guru agama di SMK Negeri 1 Pasuruan maupun siswa SMK

    Negeri 1 Pasuruan dapat berperan ganda sebagai pemberi dan

    penerima aksi atau komunikasi ini bisa dikatakan sebagai

    komunikasi interpersonal, yaitu proses pertukaran informasi

    antara komunikator dengan komunikan yang feedbecknya

  • 41

    secara langsung dapat diketahui, serta komunikator dan

    komunikan memiliki dua fungsi sekaligus.

    c. Pola komunikasi banyak arah, yaitu komunikasi tidak hanya

    terhajadi antara perorangan melainkan kepada banyak orang.

    Di sini komunikan dituntut lebih aktif dari pada komunikator.

    Proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar

    merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi kelompok kecil,

    indikasi ini terlihat ketika komunikator meyampaikan pesannya kepada

    komunikan yang berjumlah lebih dari tiga orang atau lebih.

    Meskipun komunikasi antara guru dan siswa dalam kelas tersebut

    termasuk komunikasi kelompok kecil, sang guru bisa mengubahnya

    menjadi komunikasi interpersonal (antarpribadi) dengan menggunakan

    metode komunikasi dua arah atau dialog, yakni guru menjadi

    komunikator dan siswa menjadi komunikan. Terjadi komunikasi dua arah

    ini ialah apabila para pelajar bersifat responsif, mengetengahkan pendapat

    atau mengajukan pertanyaan diminta atau tidak diminta. Jika si siswa

    pasif saja, atau hanya mendengarkan tanpa adanya gairah atau tanggapan

    untuk mengekpresikan suatu pernyataan atau pertanyaan, komunikasi itu

    tetap bersifat tatap muka, dan komunikasi itu berlangsung satu arah serta

    tidak efektif dalam proses belajar mengajar.1

    1Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan.

  • 42

    Selanjutnya jika melihat pola komunikasi yang berlangsung dalam

    kegiatan pembinaan akhak yang telah dilakukan oleh guru agama

    terhadap siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan ini, menurut pengamatan

    penulis sudah dilakukan pola komunikasi yang efektif dan sangat efesien

    untuk melangsungkan kegiatan tersebut.

    Proses pembinaan akhlak yang terjadi di SMK Negeri 1 Pasuruan

    merupakan suatu komunikasi tatap muka (face to face), dan komunikasi

    di SMK Negeri 1 Pasuruan mempunyai ciri-ciri komunikasi kelompok,

    jika dilihat dari segi sasaran dan situasi.

    Adapun Ciri-ciri tersebut adalah :

    Proses komunikasi yang disampaikan oleh seorang pembicara pada

    khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada tatap muka. Hal

    tersebut menunjukkan adanya seorang pembicara, dalam hal ini

    adalah seorang guru yang menjelaskan pada khalayak atau siswa-

    siswa dengan jumlah yang besar.

    Komunikasi berlangsung secara continue. Hal ini sesuai dengan

    program suatu kurikulum dalam sekolah yang mempunyai jadwal

    yang pasti dan berlangsung secara terus-menerus.

    Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan

    spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. Maksud dari ciri ini

    adalah seorang komunikator atau pembicara (dalam hal ini seorang

    guru) harus mempunyai program yang terencana atau sudah disiapkan

    sebelumnya. Bukan suatu spontanitas, karena hal tersebut harus

  • 43

    dipertanggung jawabkan oleh komunikator terhadap kurikulum yang

    dibebankan.

    Proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan pembinaan akhlak

    merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi kelompok kecil indikasi

    ini terlihat ketika komunikator meyampaikan pesannya kepada komunikan

    yang berjumlah lebih dari tiga orang atau lebih kemudian komunikator

    menunjukan pesannya berupa bentuk pikiran bukan perasaan komunikan.

    Dalam hal ini setelah komunikator menyampaikan pesannya kepada

    komunikan maka timbulah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh

    komunikan ketika mereka tidak paham mengenai hal-hal yang

    disampaikan komunikator dan ketika itu komunikator bisa merubah bentuk

    komunikasi tersebut dengan komunikasi interpersonal.

    Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada saat penelitian skripsi

    ini dilakukan, bahwasannya pembinaan akhlak yang dilakukan oleh guru

    agama terhadap siswa SMK Negeri 1 Pasuruan merupakan salah satu

    program unggulan yang ada di sekolah tersebut. Hal inilah yang menjadi

    pembeda antara SMK Negeri 1 Pasuruan dengan SMK lainnya yang

    berada di daerah kota Pasuruan.

    Dengan adanya program pembinaan akhlak yang ada di SMK

    Negeri 1 Pasuruan ini, sangat diharapkan oleh para dewan guru khususnya

    guru dalam bidang agama yang ingin mencetak siswa-siswi yang

    beakhlakul karimah. Sehingga citra buruk tentang SMK yang selama ini

  • 44

    banyak dibicarakan oleh masyarakat khususnya mengenai perilaku

    siswanya yang dianggap kurang bermoral akan senantiasa berkurang.2

    Program pembinaan akhlak mulai diterapkan sejak siswa akan

    daftar menjadi calon siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan, karena siswa yang

    memiliki akhlak kurang baik kemungkinan besar tidak akan bisa diterima

    di SMK Negeri 1 Pasuruan, meskipun nilai sekolah dia dulu bisa dikatakan

    baik tapi kalau seandainya akhlaknya tercela ketika hendak daftar menjadi

    calon siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan, maka dari pihak sekolah

    mempunyai wewenang untuk mengugurkan dia sebagai calon siswa di

    sekolah ini. Begitu pula dengan siswa yang sudah menjalani studi di

    sekolah ini, bila memang akhlaknya tidak baik maka dari pihak sekolah

    tidak akan segan-segan untuk memberinya sanksi bahkan bisa pula

    dikeluarkan dari SMK Negeri 1 Pasuruan walau pun ia pandai.3

    Dalam pembinaan akhlak siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan

    tersebut, Ibu Nurul Ulya, S. Ag, selaku guru agama sering kali

    menggunakan pendekatan komunikasi, salah satunya adalah sebagai

    berikut:

    Pendekatan Komunikasi Antar Pribadi

    Dalam tatanan komunikasi terdapat komunikasi antar pribadi yaitu

    proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau

    2Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan.

    3Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan.

  • 45

    diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan

    beberapa umpan balik seketika.

    Dalam komunikasi antara guru agama dan siswa dalam proses

    belajar mengajar yaitu menggunakan komunikasi antarpribadi. Pentingnya

    komunikasi antarpribadi karena prosesnya memungkinkan berlangsung

    secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih

    baik dari pada secara monologis. Monolog menunjukkan suatu bentuk

    komunikasi di mana seorang berbicara, yang lain mendengarkan jadi tidak

    dapat berinteraksi. Yang aktif hanya komunikator saja, sedangkan

    komunikan bersikap pasif. Situasi seperti ini terjadi misalnya ketika

    seorang guru agama memberikan nasihat kepada siswa didiknya yang

    tidak memenuhi tugasnya.

    Dialog adalah bentuk komunikasi antar pribadi yang menunjukkan

    terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini

    berfungsi ganda. Masing-masing menjadi pembicara dan mendengar

    secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis Nampak adanya

    upaya dari para perilaku komunikasi untuk terjadinya pengertian bersama.

    Dalam bentuk komunikasi antar pribadi sangat ampuh dibanding

    bentuk komunikasi lainnya. Alasannya komunikasi berlangsung secara

    tatap muka oleh karena komunikator dengan komunikan itu saling bertatap

    muka, maka terjadilah kontak pribadi. Misalnya pribadi guru agama

    menyentuh pribadi siswanya. Ketika guru agama menyampaikan pesan,

    umpan balik berlangsung seketika. Guru agama mengetahui pada saat itu

  • 46

    tanggapan siswa terhadap pesan yang telah disampaikan, ekspresi wajah,

    dan gaya bicara.

    Pendekatan komunikasi antar pribadi (komunikasi interpersonal)

    yang dilakukan oleh Ibu Nurul Ulya dengan para siswa secara tatap muka

    melalui lisan, komunikasi ini berlangsung dalam proses pengajaran agama

    di dalam kelas, siswa yang telah menguasai materi yang diajarkan,

    kemudian mendemonstrasikannya dihadapan beliau. Apabila siswa yang

    mempunyai kekurangan dalam penguasaan materi, maka siswa

    berkonsultasi langsung secara pribadi kepada beliau, siswa

    mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya kemudian beliau

    memberikan solusinya.

    Komunikasi antar pribadi ini terjadi di dalam maupun di luar

    proses pengajaran pendidikan agama. Dengan bentuk komunikasi ini,

    hubungan antara Ibu Nurul Ulya dengan siswa sangat baik, sehingga

    materi yang diajarkan cepat dikuasainya. Bentuk komunikasi antar pribadi

    yang dilakukan oleh guru agama tersebut, sangat membantu siswa yang

    mempunyai kesulitan dalam pelajaran dapat dihadapi.

    Pentingnya situasi komunikasi antar pribadi (interpersonal), bagi

    beliau adalah karena ia dapat mengetahui secara langsung diri siswa

    selengkap-lengkapnya, artinya untuk mengubah sikap, pendapat dan

    perilakunya. Dengan demikian guru agama dapat mengarahkannya kepada

  • 47

    siswa suatu tujuan sebagaimana yang ia inginkan, yaitu proses pengajaran

    yang efektif.4

    Dalam proses pembinaan akhlak yang ada di Sekolah Menengah

    Kejuruan Negeri 1 Pasuruan tersebut. Penulis menemukan beberapa unsur-

    unsur komunikasi, yakni guru agama yang merupakan sebagai

    komunikator dalam menyampaikan pesan (materi pelajaran/ pembinaan

    akhlak) kepada para siswanya. Adapun pesannya itu adalah berupa materi

    pelajaran/pembinaan akhlak yang dilakukan oleh guru agama kepada

    siswa didiknya. Dan siswanya sendiri sebagai komunikan atau penerima

    pesan yang telah disampaikan oleh guru agama tersebut. Sedangkan yang

    menjadi medianya adalah sekolah tempat terjadinya komunikasi antara

    guru dengan siswa khususnya dalam pembinaan akhlak di SMK Negeri 1

    Pasuruan. Maka dari situlah timbul efek komunikasi dimana seorang guru

    menjadi teladan yang baik bagi para siswanya dalam bersikap dan berucap,

    sehingga para siswa dapat mencontohnya dalam kehidupan sehari-hari

    mereka baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun

    lingkungan masyarakat.

    Berkaitan dengan penggunaan metode pengajaran, yaitu suatu cara

    penyampaian materi pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan

    maka fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan oleh seorang guru

    agama, karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil

    tidaknya proses belajar mengajar dan merupakan bagian terpenting dalam

    4Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan.

  • 48

    suatu sistem pengajaran, hal ini tentunya didukung oleh bentuk atau pola

    komunikasi yang baik.5

    Dalam mencetak para siswanya agar dapat menguasai materi

    agama yang disampaikan sesuai dengan ilmu-ilmu agama. Ibu Nurul Ulya

    menerapkan metode-metode pengajaran dalam menyampaikan materi atau

    pesan kepada siswa untuk mempermudah memahami materi atau pesan

    tersebut. Adapun metode-metode yang digunakannya, adalah sebagai

    berikut:

    1. Metode Tanya Jawab

    Metode tanya jawab adalah penyampaian pembelajaran

    dengan cara guru agama mengajukan pertanyaan dan siswa

    menjawabnya atau sebaliknya.

    Seorang guru agama manyampaikan materi pembelajaran

    agama kepada siswa secara langsung melalui tatap muka

    dengan lisan dan menggunakan komunikasi kelompok kecil,

    setelah siswa mendengarkan materi tersebut dengan baik, maka

    guru agama mempersilahkan kepada siswa yang hendak

    bertanya apabila materi yang dijelaskan belum dapat

    dimengerti dan dipahami. Maka guru agama akan menjawab

    pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa dengan baik.

    5Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan.

  • 49

    2. Metode Peraga

    Metode peraga merupakan bentuk penyampaian pesan atau

    materi dengan cara mempraktekkan atau memperagakan barang,

    kejadian, aturan dan urutan melakukan sesuatu kegiatan baik

    secara langsung maupun melalui penggunaan media komunikasi

    relevan dengan materi yang sedang disajikan.

    Metode ini sangat merangsang siswa untuk lebih aktif

    dalam mengikuti proses pembelajaran agama, dapat membantu

    siswa untuk mengingat lebih lama materi pelajaran yang telah

    disampaikan, karena siswa tidak hanya mendengar tetapi juga

    melihat bahkan memperagakannya secara langsung.

    Metode ini akan berjalan lebih efektif dan efisien, apabila

    materi yang diperagakan dan ditindaklanjuti oleh siswa dalam

    kehidupan sehari-hari maupun latihan secara continue sehingga

    siswa tidak lupa dengan materi tersebut. Dengan penggunaan

    metode ini, guru mudah mengukur dan menilai kemampuan

    siswa dalam proses pengajaran agama.6

    Sehingga dengan adanya metode dan materi yang sudah

    disebutkan di atas tersebut, dapat mempermudah guru agama dalam

    menyampaikan pesan (materi pelajaran agama/pembinaan akhlak) kepada

    siswa didiknya. Dan siswa pun dapat dengan mudah untuk memahaminya.

    6Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan.

  • 50

    Dengan demikian menurut penulis proses belajar-mengajar yang

    diterapkan oleh guru agama dalam menyampaikan sebuah materi atau

    pesannya, sudah bisa dikatakan cukup baik. Hal ini disebabkan materi

    yang akan disampaikan sudah terencana atau dirancang sedemikian rupa.

    Selanjutnya jika melihat pola komunikasi yang berlangsung dalam

    kegiatan belajar mengajar tersebut, antara guru dan siswa sudah

    melakukan pola komunikasi yang sangat efektif dan efesien untuk

    melangsungkan kegiatan tersebut, walaupun terdapat beberapa hambatan-

    hambatan yang sering terjadi pada diri siswa, misalnya hambatan dari

    lingkungan tempat tinggal siswa, dan psikologi yang dialami siswa.

    Dikatakan pola komunikasi tersebut berjalan dengan efektif,

    indikasi ini dilihat pada proses penyampaian (teori), dimana hal tersebut

    terjadi ketika seorang guru menyampaikan sebuah materi. Dan sebelum

    menyampaikan materi, guru agama terlebih dulu merencanakan pesan

    (materi pelajaran) yang akan disampaikan kepada siswa didiknya, dengan

    pesan-pesan yang terancana, sehingga menimbulkan suatu komunikasi

    yang baik dan mudah dimengerti oleh seorang siswa. Pada hal lain,

    dikatakan komunikasi yang baik jika seorang guru dan siswa mengadakan

    kesamaan makna atau arti.

    Dikatakan efesien, indikasi ini terjadi pada proses pembelajaran

    atau praktek, ketika terdapat beberapa siswa yang belum mengerti,

    disebabkan siswa tersebut kurang memahami dasar-dasar atau basic pada

    suatu materi yang berlangsung. Oleh sebab itu, seorang guru

  • 51

    memerintahkan kepada siswa yang sudah mengerti untuk memberitahu

    atau menerangkan kepada siswa yang tidak paham. Dengan begitu proses

    kegiatan belajar-mengajar menjadi sangat efesien.

    B. Faktor Pendukung, hambatan, dan Solusinya

    Ada dua faktor pendukung diterapkannya pembinaan akhlak di SMK

    Negeri 1 Pasuruan, diantaranya sebagai berikut:

    1) Faktor pendukung diterapkannya pembinaan akhlak di SMK

    Negeri 1 Pasurun ini