101333694-Paper-Revisi
-
Upload
icha-hidayah -
Category
Documents
-
view
27 -
download
0
Transcript of 101333694-Paper-Revisi
7/16/2019 101333694-Paper-Revisi
http://slidepdf.com/reader/full/101333694-paper-revisi 1/13
SISFO-Jurnal Sistem Informasi
1
MENILAI DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI RFID
TERHADAP KEGIATAN PENJUALAN BISNIS RETAIL
PT CALADI LIMA SEMBILAN DENGAN PENDEKATAN SISTEM
DINAMIK
Lukman Junaedi.1), Erma Suryani. 2) 1PT CALADI LIMA SEMBILAN
2Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya1Telp : (031) 5922949, Fax : (031) 5964965
E-mail : [email protected] 1)
Abstract
The increasing number of customers for the product C59 in retail sales, then the PT Caladi Five
Nine to utilize information technology to support its business operations in an increase in sales to
supplement the company's revenue and operating time savings. One is to implement RFID technology inretail operations in developing their business. Application of RFID in the supply chain, especially in the
retail operations in selling products to consumers, can create potential cost savings and provide great
benefits of revenue growth. But the economic assessment of the impact of RFID to optimize retail
operations, including the utilization of labor and an increase in sales is still not fully explored. In this
study proposes to use in a dynamic system simulation approach to modeling strutural mengintregasikan
influence the implementation of RFID as a structural change in the scenario and the model parameters,
and then to evaluate the investment. This study focused on the development of operational models C59
clothing retail, by performing simulations to analyze the implementation of RFID that can contribute to
gains in retail sales increase, and then from the simulation results are used for input in the measurement
of RFID feasibility studies of investment through the calculation of the payback period, net present value
(NPV), internal rate of return (IRR).
From the results of simulation scenarios and scenario structure model parameters produced anaverage sales during the simulation period. For accumulation by using assisted sales factor, but without
the use of RFID item worth 2,454 per month, for an average sale of using assisted sales factor and the
application of RFID item worth 2,540 per month, while the average sales value of the initial conditions of
2,011 items per month. Assisted sales factor combination with application of RFID technology directly
affects the sales volume increased by 19.2%. In the scenario of assisted sales model of the factors that
determined its value is equal to 0, due to the backroom staff are advised not help sales and just keep
running in the back room operations, the application of RFID technology does not contribute directly to
growth in sales, but only provides an opportunity to save time, effort work for back room operations
shorter.
Analysis of the benefits and costs, have been obtained for the investment payback period of
RFID technology in this study was 9 months 7 days as the length of the return on investment. Net present
value amounting to Rp 15,792,865, - per month, or equal to 189,514, 386, - per year, - where the value is
greater than 0 means that investment deserves. As for the value of internal rate of return of 4.21% per month or equal to 50.52% per year, and its value is greater than the discount rate, the amount of 15%, so
the investment is received.
Abstrak
Semakin meningkatnya jumlah pelanggan terhadap produk C59 pada penjualan retail, maka
PT Caladi Lima Sembilan ingin memanfaatkan teknologi informasi untuk menunjang operasional
bisnisnya dalam peningkatan penjualan untuk menambah jumlah pendapatan perusahaan dan
penghematan waktu operasional. Salah satunya adalah menerapkan teknologi RFID pada kegiatan
operasional retailnya dalam mengembangkan usahanya. Penerapan RFID dalam rantai pasok
khususnya pada kegiatan operasional di retail dalam menjual produk ke konsumen, dapat menciptakan
penghematan biaya dan memberikan potensi keuntungan besar dari pertumbuhan pendapatan. Tapi
penilaian secara ekonomi dari dampak penerapan RFID yang mengoptimalkan kegiatan operasional
retail, diantaranya pemanfaatan tenaga kerja dan peningkatan penjualan masih belum sepenuhnyadieksplorasi. Pada penelitian ini mengusulkan untuk menggunakan pendekatan simulasi sistem dinamik
7/16/2019 101333694-Paper-Revisi
http://slidepdf.com/reader/full/101333694-paper-revisi 2/13
SISFO-Jurnal Sistem Informasi
2
dalam pemodelan strutural untuk mengintregasikan pengaruh penerapan RFID sebagai perubahan
skenario structural dan parameter model, kemudian melakukan evaluasi investasi. Penelitian ini
difokuskan pada pengembangan model kegiatan operasional retail pakaian C59, dengan melakukan
simulasi untuk menganalisa implementasi RFID yang dapat memberikan kontribusi keuntungan dalam
meningkatkan penjualan retail tersebut, kemudian dari hasil simulasi digunakan untuk masukan dalam
pengukuran studi kelayakan investasi RFID melalui perhitungan payback period, net present value
(NPV), internal rate of return (IRR). Dari hasil simulasi skenario struktur dan skenario parameter model dihasilkan rata-rata
penjualan selama periode simulasi. Untuk akumulasi dengan menggunakan assisted sales factor, tapi
tanpa menggunakan RFID nilainya 2.454 item per bulan, untuk rata-rata penjualan dengan
menggunakan assisted sales factor dan penerapan RFID nilainya 2.540 item per bulan, sedangkan rata-
rata penjualan kondisi awal nilainya 2.011 item per bulan. Kombinasi assisted sales factor dengan
penerapan teknologi RFID secara langsung berdampak pada peningkatan volume penjualan sebesar
19,2%. Dalam skenario model dari assisted sales factor yang ditentukan nilainya sama dengan 0,
dikarenakan tidak disarankan staf backroom membantu penjualan dan hanya tetap menjalankan kegiatan
operasional di ruang belakang, maka penerapan teknologi RFID tidak berkontribusi langsung ke
pertumbuhan penjualan, tetapi hanya memberikan kesempatan untuk menghemat waktu tenaga kerja
untuk kegiatan operasional ruang belakang yang lebih pendek.
Analisa manfaat dan biaya, telah diperoleh untuk hasil payback period investasi teknologi RFID pada penelitian ini adalah 9 bulan 7 hari sebagai lamanya pengembalian investasi. Net present value
sebesar sebesar Rp 15.792.865,- perbulan, atau sama dengan 189.514.386,- pertahun,- dimana nilai
tersebut lebih besar dari 0 berati investasi tersebut layak diterima. Sedangkan untuk nilai internal rate of
return sebesar 4,21% perbulan atau sama dengan 50,52% pertahun , dan nilainya lebih besar dari
tingkat suku bunga diskonto yang besarnya 15%, sehingga investasi diterima.
Kata Kunci: Strategic Radio Frequency Identification (RFID), Cash Flow Analysis, Return on
Investment, Simulasi Sistem Dinamik, Retail.
1. PENDAHULUAN
Teknologi RFID merupakan salah satu
sistem teknologi yang memungkinkan suatudata berjalan dari satu media ke media yang lain
melalui perantara gelombang radio. Penggunaan
teknologi RFID dapat digunakan di berbagai
bidang, termasuk di bidang operasional retail
dalam meningkatkan aktivitasnya.
Sehingga diusulkan pada PT CaladiLima sembilan selaku pemilik retail garmen
dengan merk C59 untuk menerapkan teknologi
RFID pada kegiatan operasional retail dalam
mengembangkan usahanya. Menurut Gaukler
(2007) penerapan RFID juga memberikan
manfaat kepada retail dalam kemampuannyameningkatkan kinerja bisnis terutama
meningkatkan penjualan. Namun penelitian
yang sudah ada secara khusus mengevaluasi
dampak ekonomi dari tingkat RFID suatu item
yang difungsikan dalam kegiatan operasionalretail pada penjualan dan kinerja pendapatan
sangat sedikit.
Maka pada penelitian ini adalah
melakukan penilaian terhadap dampak
penerapan teknologi RFID pada kegiatan
penjualan retail dengan pendekatan sistemdinamik sebagai metode pemodelan dan
simulasi untuk menganalisa masalah yangdinamik (Forrester, 1961) dan (Sterman, 2000).
Secara khusus sistem dinamik digunakan untuk
memahami sejauh mana penerapan teknologi
RFID dapat berdampak terhadap kinerja
penjualan. Kemudian hasil simulasi digunakanuntuk menganalisa alur kas perusahaan serta
menghitung return on investment (ROI) sebagai
model evaluasi dalam investasi teknologi RFID
untuk memberikan informasi pengembalian
investasi.
Marco (2012), pernah mengukur dampak penerapan teknologi RFID pada
operasional retail pakaian Miroglio yang ada di
Italia dengan menggunakan simulasi sistem
dinamik. Namun pengembangan model dasar
yang dibuat pada penyusunan diagram stock and
flow tidak menggunakan backlog sebagai
variabel level (stock) pada sub sistem
pemesanan (order). Ini disesuaikan dengan
kondisi sistem yang ada pada retail Miroglio,
apabila melakukan order itu melalui distribusi
pusat pakaian dan tidak melakukan order di produsennya langsung. Karena jumlah stok
persediaan distribusi pusat selalu dapat
memenuhi order barang yang dipesan oleh retail
Miroglio, baik jenis maupun volumenya,
sehingga tidak ada backlog.
Dari identifikasi kondisi sistem retailyang diamati, menggunakan backlog sebagai
variabel level dalam membuat diagram stock
and flow untuk analisa simulasi sistem dinamik,yang mengakumulasi perbedaan antara tingkat
persediaan pabrik (firm inventory rate) dengan
7/16/2019 101333694-Paper-Revisi
http://slidepdf.com/reader/full/101333694-paper-revisi 3/13
SISFO-Jurnal Sistem Informasi
3
laju pengiriman susulan (continuation shipment
rate) apabila tingkat order lebih besar jumlahnyadaripada tingkat persediaan pabrik. Untuk
menentukan berapa lama pengembalian nilai
investasi penerapan RFID pada retail, telah
menggunakan perhitungan payback period
tanpa mempertimbangkan tingkat diskonto,karena investasi tersebut menggunakan modal
perusahaan sendiri. Uji kelayakan investasi
dihitung dengan net present value (NPV) dan
internal rate of return (IRR).
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sistem Dinamik
Metode sistem dinamik berhubungan
erat dengan pertanyaan-pertanyaan tentang
trend atau pola perilaku dinamik (sejalan
dengan bertambahnya waktu) dari sebuah
system yang kompleks. Penggunaan sistemdinamik diarahkan kepada bagaimana denganmemahami perilaku sistem tersebut orang dapat
meningkatkan efektivitas dalam merencanakan
suatu kebijakan dan pemecahan masalah yang
timbul (Muhammadi et.al, 2001).
Pembuatan model dan simulasi model
sebagai bagian dari metode sistem dinamik
dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
pembuatan konsep, pembuatan model, simulasi
model, validasi model, analisa kebijakan.
Bentuk model Sistem Dinamik yang
merepresentasikan struktur diagram umpan
balik adalah diagram sebab-akibat atau yang biasa dikenal dengan Causal Loop Diagram.
Diagram ini menunjukkan arah aliran perubahan
variabel dan polaritasnya. Polaritas aliran
sebagaimana diungkapkan di atas dibagi
menjadi positif dan negatif. Bentuk diagram lainyang juga menggambarkan struktur model
sistem dinamik adalah Diagram Aliran atau
Flow Diagram. Diagram aliran
merepresentasikan hubungan antar variabel
yang telah dibuat dalam diagram sebab akibatdengan lebih jelas, dengan menggunakan
berbagai simbol tertentu untuk berbagai variabel
yang terlibatSterman (2000) menjelaskan empat
representasi setara atau ekuivalen dengan
struktur stock dan flow: Hidraulic Metaphor,
Stock-flow Diagram, Integral equation, dan
Differential equation, dapat dilihat pada
gambar 1. Dalam Hydraulic Metaphor , stcok
diwakili melalui air di bak mandi setiap saat.
Jumlah air di bak mandi baik meningkat (air
yang mengalir melalui keran) atau menurun (air
yang mengalir keluar melalui saluran
pembuangan), tidak termasuk faktor-faktor luar
seperti penguapan. Untuk stock and flow
diagram telah memiliki makna matematikatidak ambigu sebagai stock terakumulasi flow
nya. Stok meningkatkan arus masuk melalui
bahan dan penurunan arus keluar melalui
materi. Untuk Integral equation
menggambarkan prinsip saham-aliran yang
sama, sebagai Stock baru (t) didefinisikan
melalui Stock awal (t0) ditambah semua Inflow
(s) dikurangi semua Outflow (s) antara t0 waktudan waktu t . Dan untuk, Differential equation
menggambarkan perubahan tingkat bersih dari
suatu stock sebagai Inflow (t) dikurangi dengan
Outflow (t).
Gambar 1. Empat representasi struktur stock
and flow (Sterman, 2000)
2.2 Uji Kelayakan Investasi
Pelaksanaan analisis finansial dari
suatu proyek dapat menggunakan metode-
metode atau kriteria-kriteria penilaian investasi.
Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang
dikeluarkan dari suatu proyek. Melalui metode-
metode ini dapat diketahui apakah suatu proyek layak untuk dilaksanakan dilihat dari aspek
profitabilitas komersialnya. Beberapa kriteria
dalam menilai kelayakan suatu proyek yang
paling umum digunakan adalah Net Present
Value (NPV), dan Internal Rate of Return
(IRR). Net Present Value (NPV) merupakan
manfaat bersih yang diterima selama umur
proyek pada tingkat diskonto tertentu. NPVdapat dirumuskan sebagai berikut:
(2.1)
Ukuran ini bertujuan untuk
mengurutkan alternatif yang dipilih karena
adanya kendala biaya modal, dimana proyek ini
memberikan NPV biaya yang sama atau NPV
penerimaan yang kurang lebih sama setiap
tahun. Proyek dinyatakan layak atau bermanfaat jika NPV lebih besar dari 0. Jika NPV samadengan 0, berarti biaya dapat dikembalikan
7/16/2019 101333694-Paper-Revisi
http://slidepdf.com/reader/full/101333694-paper-revisi 4/13
SISFO-Jurnal Sistem Informasi
4
persis sama besar oleh proyek. Pada kondisi ini
proyek tidak untung dan tidak rugi. NPV lebihkecil dari nol, proyek tidak dapat menghasilkan
senilai biaya yang dipergunakan dan ini berarti
bahwa proyek tersebut tidak layak dilakukan
(Gray et.al, 1992).
Internal Rate of Return (IRR)menunjukkan rata-rata keuntungan internaltahunan perusahaan yang melaksanakan
investasi dan dinyatakan dalam persen. IRR
adalah tingkat suku bunga yang membuat nilai
NPV proyek sama dengan nol. IRR secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
(2.2)
Dimana:
i1 = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV
positif i2 = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV
negative
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negative
3. METODA PENELITIAN
Urutan metodologi penelitian ini dapat
dijelaskan pada gambar 2.
Latar Belakang Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kajian Pustaka Pengumpulan Data
Pemodelan Sistem
Pengolahan Data
• Pembuatan diagram stock
dan flow model awal
• Menentukan persamaan
• Simulasi model awal
Anali sa dan pem bahasan h asil
simulasi
Analisa alur kas (cash flow)
• Menghitung NPV, IRR dan ROI sebagai uji
kelayakan investasi penerapan RFID
Kesimpulan dan Saran
Validasi
Perlakuan model dengan
skenario dan simulasi model
baru
ya
tidak
Gambar 2. Metode Penelitian
3.1 Pemodelan Sistem
Pada pemodelan sistem dilakukan
dengan menggunakan pendekatan sistemdinamik. Karena pada metode sistem dinamik
dapat meningkatkan pembelajaran pada sistem
yang komplek (Sterman, 2000). Pemodelan
sistem dimulai dari konseptualisasi sistem yangdilakukan melalui pembuatan model konseptual
yang digambarkan melalui diagram kausal
(causal loop diagram). Konseptualisasi sistem
digunakan untuk menggambarkan secara umum
mengenai simulasi sistem dinamik yang akandilakukan dari komponen atau variabel-variabel,
baik variabel yang signifikan maupun variabel
pembantu yang saling mempengaruhi perilaku
sistem.
3.2 Pengolahan Data
Pada tahap ini menjadikan modelkonseptual yang dilakukan sebelumnya dengan
diagram kausal, akan diterjemahkan menjadi
model sistem dinamik yang digambarkan
melalui diagram stock dan flow yang terbentuk
melalui empat komponen, yaitu: sistem, umpan
balik, level dan rate. Kemudian menentukan persamaan dari tiap-tiap variabel sebagai
formulasi pada model dilakukan dengan cara
memahami dan menguji konsistensi model
apakah sudah sesuai dengan tujuan dan batasan
sistem yang dibuat. Setelah model dibuat
selanjutnya dilakukan tahap verifikasi. Pada
tahap verifikasi dilakukan pengecekan terhadap
model yang dibuat, apakah model sudah sesuai
yang diinginkan, masuk akal, dan persamaan
maupun satuan sudah konsisten. Selanjutnya
model sistem awal disimulasikan denganmenggunakan aplikasi Vensim DSS Versi 5.2 a.
3.3 Validasi
Setelah itu hasil simulasi akan
divalidasi untuk memastikan bahwa model
yang dibuat benar-benar dapat
merepresentasikan kondisi riil sistem. Validasi
model dilakukan dengan dua cara pengujian,
yaitu validasi model dengan statistik uji
perbandingan rata-rata (mean comparison) dan
validasi model dengan uji perbandingan variasiamplitudo ( % error variance) (Barlas Y, 1989).
Uji perbandingan rata-rata (Mean
Comparison)
(3.1)
Dimana model dianggap valid bila E1 ≤ 5 %
Uji perbandingan variasi amplitudo
( % error variance)
(3.2)
Dimana model dianggap valid bila E2 ≤ 30%
A
AS E
−
=1
datarataratanilai A
simulasihasilrataratanilaiS
_ _
_ _ _
−=
−=
Sa
SaSs E
−
=2
7/16/2019 101333694-Paper-Revisi
http://slidepdf.com/reader/full/101333694-paper-revisi 5/13
SISFO-Jurnal Sistem Informasi
5
3.4 Perlakuan Model
Sesuai dengan tujuan dari penelitian
ini, maka model yang telah dibuat diberi
beberapa perlakuan model dengan membuat
skenario struktur model dengan penerapan
RFID dengan kombinasi perubahan beberapa parameter dari variabel pengembangan modelawal sistem, misalnya perubahan parameter
pada variabel assisted sales factor . Penelitian
ini bertujuan untuk mempresentasikan
pengenalan teknologi RFID ke retail C59,
dengan fokus pada penilaian keuntungan yang
diperoleh operasional ritel yang efisien, dankhususnya pada peningkatan penjualan akibat
penerapan RFID.
3.5 Analisa dan Pembahasan Hasil Simulasi
Membuat analisa hasil simulasi dari pengembangan model awal sistem yang telahdibuat, kemudian menganalisa hasil simulasi
model baru yang dibuat dengan skenario
penerapan teknologi RFID dan kombinasi
perubahan parameter variabel sebagai model
baru.
3.6 Analisa Alur Kas (Cash Flow)
Dari hasil simulasi model baru dengan
skenario penerapan teknologi RFID dan
kombinasi perubahan parameter variabel dapat
digunakan sebagai data masukan untuk menganalisa alur kas dengan menghitung NPV
dan IRR sebagai kriteria dalam menilai
kelayakan suatu investasi penerapan teknologi
RFID. Kemudian untuk menentukan return on
investment (ROI), dengan menghitung payback
period sebagai metode yang mengukur seberapa
cepat investasi bisa kembali.
4. STUDI SISTEM
PT Caladi Lima Sembilan adalah
perusahaan yang awalnya bergerak dalam
bidang industri garmen, khususnya pembuatan
t-shirt (kaos) sablon dengan merk C59.Beriringnya waktu ternyata usaha yang
dijalankan perusahaan ini terus mengalami
kemajuan pesat dilihat dari semakin
meningkatnya jumlah pesanan tiap bulannya
dan jumlah alat produksi yang dimiliki semakin
bertambah, maka pada tahun 1989 PT Caladi
Lima Sembilan mulai menjual produk eceran
dengan mendirikan beberapa retail. Pada
pengendalian operasional toko di retail C59 saat
ini semuanya yang mengatur adalah kepalaretail, mulai dari pengendalian persediaan
berdasarkan perencanaan kebutuhan permintaan
terhadap barang (item) melalui peramalaan penjualan bulan-bulan sebelumnya,
pengendalian pengisian jumlah barang yang
dipajang di rak-rak toko. Kepala retail juga
menentukan titik awal pemesanan kembali
(reorder point) untuk segera melakukan order,
mengatur dalam mendisplay barang dengan
tema baru, menempatkan urutan pengisian
barang di rak berdasarkan pengalaman pribaditerhadap barang mana yang sering terjual pada
bulan-bulan sebelumya, dimana semua itu yang
berhubungan dengan lantai toko dibantu oleh
staf penjualan pada saat tidak ada pembeli atau
konsumen. Sedangkan pengendalian toko yang
terjadi ruang belakang toko dikerjakan oleh staf
backroom.
4.1 RFID Untuk Operasional Retail
Dalam peneltian ini bertujuan untuk
menilai dampak ekonomis penerapan teknologi
RFID terhadap pertumbuhan penjualan apabila
diterapkan di retail PT Caladi Lima Sembilankarena dapat meningkatkan efisensi waktu
operasional khususnya aktivitas di ruang
belakang (backroom) took, sehingga dapat
membantu melayani konsumen pada penjualan
di lantai toko. Maka dibutuhkan data sistemRFID yang diperlukan maupun harga setiap
komponen RFID tersebut untuk diterapkan di
retail, sebagai data masukan investasi yang
dikeluarkan retail dalam perhitungan ROI dan
untuk menganalisa alur kas.
Ada lima komponen utama yang
dibutuhkan dalam pemasangan sistem RFID
untuk retailer, diantaranya: label (tag), reader,
printer RFID, antenna, dan aplikasi RFID.
5. PEMODELAN DAN SIMULASI
5.1 Identifikasi Variabel Signifikan
Sebelum mengembangkan model,
langkah pertama perlu dilakukan identifikasi
variabel-variabel signifikan yang saling
mempengaruhi dalam model yang membentuk
sistem. Identifikasi tersebut bertujuan agar pengembangan model dapat lebih terstruktur
sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian. Variabel-variabel tersebut memiliki
hubungan yang interdependent satu sama lain
yang menyebabkan model menjadi komplek dan
sulit diselesaikan melalui pendekatan analitis,
sehingga perlu dilakukan pemodelan dengan
simulasi sistem dinamik.
5.2 Penyusunan Causal Loop Diagram
Langkah awal adalah penyusunan
diagram kausatik atau causal loop diagram (CLD) dimana hubungan sebab akibat antar
sepasang variabel-variabel signifikan yang
saling mempengaruhi perlu diperhatikan. CLDtersebut menunjukkan hubungan antar variabel
7/16/2019 101333694-Paper-Revisi
http://slidepdf.com/reader/full/101333694-paper-revisi 6/13
SISFO-Jurnal Sistem Informasi
6
utama secara garis, yang nantinya variabel
utama tersebut menjadi variabel keputusan danakan menjadi dasar dalam penyusunan skenario
koordinasi. Pada CLD yang dibuat ini
menjelaskan hubungan sebab akibat antar
variabel utama pada sistem operasional retail
C59 kondisi saat ini diantaranya penjualan(sales), pemesanan (order), dan persediaan retail(store inventory), dan dapat dilihat pada
gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Causal Loop Diagram Sistem
Operasional Retail C59
Secara umum causal loop diagram
yang dibuat terdiri dari tiga loop utama, yaitu:
- Loop pertama menggambarkan dampak keseimbangan pada persediaan retail (store
inventory), bahwa jumlah barang dengan
tema baru (new theme items) yang dikirimke retail dengan sistem konsinyasi untuk
dipasarkan, mempengaruhi jumlah
persediaan retail. Semakin banyak barang
dengan tema baru tidak terjual maka akan
meningkatkan pengembalian barang dengan
tema baru (returnable new items) ke pabrik
manufaktur C59 sehingga meningkatkan
pula laju barang yang keluar (outgoing itemsrate) selain karena penjualan.
- Loop kedua menggambarkan efek umpan
balik dari laju barang yang keluar pada
persediaan retail juga dipengaruhi oleh
penjualan. Setelah itu staf kepala retailmelakukan peramalan penjualan (salesforecast) untuk bulan berikutnya sebagai
dasar untuk pemesanan sesuai laju
pemesanan (order rate) setelah ditentukan
titik awal pemesanan kembali (reorder poin).
Apabila pemesanan sudah diterima pihak
pabrik C59, maka akan dilakukan pemenuhan order (order fulfillment) dengan
mengambil persediaan barang di gudang
pabrik. Baru setelah itu terjadi pengiriman
aktual (actual shipment) sesuai dengan
jumlah pemesanan yang diharapkan retail
sehingga mempengaruhi laju barang yangmasuk (incoming items rate) dan menambah
jumlah persediaan retail.
- Loop ketiga, menggambarkan keseimbangan
laju pemesanan dengan pemenuhan pemesanan. Apabila jumlah pemesanan
retail C59 yang diterima pihak pabrik lebih
besar dari jumlah persediaan pabrik yang
tersedia, maka akan terjadi backlog dan
segera dilakukan proses produksi untuk segera dilakukan pengiriman susulan(continuation shipment rate) supaya bisa
memenuhi pengiriman aktual yang
mempengaruhi laju barang yang masuk di
ruang belakang retail dan diharapkan jumlah
persediaan retail sudah seperti yang
diharapkan.
5.3 Penyusunan Diagram Stock and Flow
Berdasarkan dari causal loop diagram
yang dibuat, maka perlu dilakukan
pengembangan untuk menyusun Diagram stock
and flow dari model sistem disertai penyusunanformulasi berupa persamaan matematis, aliran
informasi, fisik, parameter, dan input data baik
data aktual, maupun data asumsi yang
didasarkan pada persepsi pihak retail yang
diperoleh dari pengumpulan data. Pada
gambar 4, menampilkan diagram stock and flow
yang dibagi menjadi tiga sub model yaitu :
store inventory, order , dan backlog. Untuk data
aliran barang yang digunakan untuk aktivitas
operasional yaitu pemesanan dan penjualan
merupakan semua jenis barang yang dijual retail
C59 baik berupa kaos, jaket, baju yang
direduksi menjadi satu jenis barang atau item.
5.3.1 Sub model store inventory
Store inventory atau persediaan retail
merupakan variabel level untuk mengakumulasi
perbedaan antara incoming items rate yang
diterima retail serta new theme items rate yang
dikirim di retail dua bulan sekali ditentukan
sebesar 300 item dengan outgoing items rate,
kemudian ditambah dengan persediaan awalretail pada awal bulan Desember 2009 sebagai
data bulan pertama pengamatan sebesar 2800
item. Untuk incoming items rate jumlahnyasama dengan actual shipment per bulan.
Sedangkan outgoing items rate merupakan
akumulasi dari sales dengan returnable new
theme items ke pabrik dua bulan setelah
penitipan barang karena tidak laku terjual.
Outgoing items merupakan variabel level untuk
akumulasi dari tingkat barang yang keluar per
bulannya.
Sales datanya berasal dari data aktual penjualan retail bulan Desember 2009 s/d
Januari 2012 kemudian dalam penulisan
persamaannya digunakan fungsi random
uniform atau berdistribusi uniform karena poladata penjualan memiliki nilai kontinyu dengan
store inventory
outgoing item rate
salessales forecast
+
reorder point+
orders
order fulfillment
actual shipment incoming items rate+
+
order rate+
+
backlog
+
+
+
continuation
shipment rate
++
new themes items
+returnable new
theme items
loop2
loop1
+
+
+
+
loop 1
loop 2
loop 3
7/16/2019 101333694-Paper-Revisi
http://slidepdf.com/reader/full/101333694-paper-revisi 7/13
SISFO-Jurnal Sistem Informasi
7
sales
sales forecast
month
lead time
reorder point
sales average per
day
store inventory
incoming items rateoutgoing item
outgoing items rate
orders
order rate order fullfillment
rate
<month>
actual shipment
<month>
new theme items
rate
backlogcontinuation
shipment r ate
returnable new
theme items
firm inventory rate
firm inventory
new theme items
kemungkinan kemunculan nilainya hampir sama
dan konstan tiap bulannya. Returnable new
theme items ditentukan dari asumsi kepala retail
yang mengatakan bahwa pengembalian barang
tema baru yang tidak terjual nilainya berkisar
antara 100-150 item, karena pengembaliannya
selang dua bulan sekali maka nilai persamaannya digunakan fungsi randomuniform untuk pengembalian barang dan fungsi
pulse train karena ada selang waktu. Actual
shipment rate nilai persamaannya didapat dari
jumlah order fulfillment rate dengan
continuation shipment rate akibat backlog.
Parameter dt mewakili interval waktu simulasi,
dalam pengamatan ini, diatur interval waktu
sama dengan satu bulan dan horison waktu
sama dengan dua puluh enam bulan, mulai
bulan Desember 2009 s/d Januari 2012 untuk
model dasar selama periode pengamatan.
Gambar 4. Stock and flow diagram sistem
operasional retail C59.
5.3.2 Sub model order
Orders didefinisikan sebagai variabel
level yang mengakumulasi perbedaan antara
order rate dengan order fulfillment rate. Order
rate nilainya didapatkan dari hasil sales forecast
dilakukan ketika sudah mencapai reorder point
dimana nilainya dibawah dari rata-rata
persediaan yang sudah ditentukan perbulannya
sebesar 400. Reorder point ditentukan dari
sales average per day dalam lead time, yaitu
waktu yang dibutuhkan saat order sampai
pengiriman order yang membutuhkan waktu
dua hari. Kemudian sales forecast merupakan
peramalan penjualan dengan menggunakan
metode simple exponential smoothing selama
periode pengamatan, yaitu 26 bulan. Order fulfillment rate besarnya ditentukan sesuai
dengan order apabila persediaan pabrik pada
saat itu bisa memenuhi jumlah order .
5.3.3 Sub model backlog
Untuk backlog merupakan variabel
level yang mengakumulasi perbedaan antara
firm inventory rate dengan continuation
shipment rate apabila tingkat order lebih besar
jumlahnya daripada tingkat persediaan pabrik.
Dimana firm inventory selama pengamatan besarnya antara 5000-10000 barang, sehinggauntuk menentukan probabilitas jumlah tiap
bulannya digunakan random uniform.
Sedangkan continuation shipment rate nilainya
sama dengan backlog.
5.4 Hasil simulasi model dasar
Pada gambar 5, menampilkan kondisi
sales dan order rate selama bulan ke-1
(Desember 2009) sampai dengan bulan ke-26
(Januari 2012), tingkat pemesanan diperoleh
dari hasil peramalan penjualan pada saat kondisi persediaan retail minimal mencapai reorder point. Pada bulan ke-23 (Oktober 2012) s/d
bulan ke-26 (Januari 2012), laju pemesanan
dengan penjualan memiliki nilai pola yang
sama cenderung naik sekitar 7% dengan nilai
laju pemesanan mencapai 1949 item pada bulanJanuari 2012.
Gambar 5. Grafik penjualan dan tingkat
pemesanan
Gambar 6. Grafik penjualan dan persediaan
Retail
Pada gambar 6, menerangkan kondisi
sales dengan store inventory. Persediaan retaildiperoleh dari jumlah pemesanan barang yang
dikirim tiap bulan berdasarkan pemesanan
Graph for sales and order rate
4,000 item/Month
2,000 item/Month
2,500 item/Month
1,900 item/Month
1,000 item/Month
1,800 item/Month
2
22
2
2
2
2
2
2
22
2
2
1
1
1
1
1
11
11
1
1
11
1 6 11 16 21 26
Time (Month)
sales : Current item/Month1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
order rate : Current item/Month2 2 2 2 2 2 2 2 2
Graph for sales and store inventory
4,000 item/Month
4,000 item
2,500 item/Month
2,000 item
1,000 item/Month
0 item
2
2 2
2
2
2
2
2
2
2
22
2
1
1
1
1
1
11
11
1
1
11
1 6 11 16 21 26
Time (Month)
sales : Current item/Month1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
store inventory : Current item2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
7/16/2019 101333694-Paper-Revisi
http://slidepdf.com/reader/full/101333694-paper-revisi 8/13
SISFO-Jurnal Sistem Informasi
8
dengan jumlah barang tema baru yang dikirim
pabrik untuk dititpkan ke retail untuk promositiap dua bulan sebesar 300 item yang dikurangi
penjualan tiap bulannya dengan pengembalian
barang tema baru yang terjual. Dilihat pada
grafik ada beberapa bulan antara
penjualan dengan persediaan retail polanyatidak linier misalnya mulai bulan ke-23
(Oktober 2012) sampai dengan bulan ke-26
(Januari 2012),
Tabel 1. Rata-rata nilai hasil simulasi dan data aktual
Variabel Data Rata-Rata Simulasi Data Rata-Rata Aktual
Penjualan 2011 2104
Pemesanan 1898 1890
Gambar 7. Perbandingan antara penjualan simulasi dengan penjualan data aktual
Gambar 8. Perbandingan antara pemesanan simulasi dengan pemesanan data actual
untuk penjualan naik sekitar 7% sedangkan
persediaan retail turun -52%.
5.5 Validasi model
Untuk hasil penjualan rata-rata
simulasi dengan penjualan rata-rata data aktual,
serta hasil pemesanan rata-rata hasil simulasi
dengan pemesanan rata-rata data aktual dapat
dilihat pada tabel 1 di atas. Perbandingan antara
penjualan simulasi dengan penjualan data aktual
dapat dilihat pada gambar 7. Sedangkan perbandingan antara pemesanan simulasi
dengan pemesanan data aktual dapat dilihat pada gambar 8.
Validasi model dengan statistik uji
perbandingan rata-rata antara rata-rata penjualan
simulasi dengan rata-rata penjualan aktual
adalah sebagai berikut:
E1 penjualan=│2011-2104│ / 2104 = 0,04
Validasi model dengan statistik uji
perbandingan rata-rata antara rata-rata
pemesanan simulasi dengan rata-rata
pemesanan aktual adalah sebagai berikut:E1 pemesanan = │1898-1890│ / 1890 = 0,004
7/16/2019 101333694-Paper-Revisi
http://slidepdf.com/reader/full/101333694-paper-revisi 9/13
SISFO-Jurnal Sistem Informasi
9
Berdasarkan hasil di atas, semua
tingkat kesalahan lebih kecil dari 5%, yang berarti bahwa model simulasi valid
Untuk standar deviasi penjualan
simulasi nilainya 292, sedangkan standar
deviasi penjualan aktual nilainya 317, maka
validasi model dengan uji perbandingan variasiamplitudo ( % error variance) penjualan adalahsebagai berikut:
E2 penjualan = │292-317│ / 317 = 0,08
Untuk standar deviasi pemesanan
simulasi nilainya 23, sedangkan standar deviasi
pemesanan aktual nilainya 28, maka validasi
model dengan uji perbandingan variasi
amplitudo (%error variance) pemesanan adalah
sebagai berikut:
E2 pemesanan =│23-28│ / 28 = 0,18
Berdasarkan hasil di atas, semua
tingkat kesalahan lebih kecil dari 30%, yang
berarti bahwa model simulasi valid.
5.6 Pengembangan Skenario
Sebelum melakukan pengembangan
skenario, Menurut Marco (2012) dijelaskan satu
asumsi penting dari persepsi mengenaihubungan antara waktu yang tersedia untuk
melayani pelanggan dalam penjualan suatu
retail. Bahwa semakin banyak waktu yang
dihabiskan oleh tenaga penjualan untuk
melayani pelanggan dalam membantu mencari
produk yang diinginkan, sangat penting untuk mendorong peningkatan penjualan. Asumsi ini
menunjukkan kepada peneliti bahwa itu akan
menjadi bernilai saat menjelajahi hubungan
melalui pengembangan skenario pada penelitian
ini.
Sebuah survei dilakukan di antara 850toko Italia mengungkapkan bahwa ada persepsi
di benak manajer toko bahwa semakin banyak
waktu yang dihabiskan oleh tenaga penjualan
untuk membantu pelanggan dalam membeli
suatu barang adalah penting untuk mendorong
peningkatan penjualan. Ini mungkin disebabkan
oleh kenyataan bahwa staff assisted sales
merupakan staf operasional dari bagian lain
selain staf penjualan yang diperbantukan untuk
aktivitas penjualan, adalah komponen yang
relevan dari salah satu strategi penjualan.Sehingga dari asumsi tersebut dapat
membantu dalam pengembangan skenario yang
dibuat, yaitu penerapan teknologi RFID pada
retail yang bisa menekan atau mengurangi
waktu yang digunakan oleh staf backroom
untuk kegiatan operasional yang ada di backroom, sehingga efisiensi waktu tersebut
bisa digunakan untuk membantu kegiatan
penjualan sebagai staff assisted sales untuk
melayani pelangggan dalam meningkatkan penjualan, serta menyarankan ke kepala retail
untuk menggunakan salah satu strategi
penjualan tersebut, yaitu menambah staff
assisted sales time oleh waktu staf lain,
khususnya untuk retail staf backroom
membantu tenaga penjualan yang sudah ada
setelah menyelesaikan pekerjaannnya dalam
aktivitas operasional retail, misalnya menerima
dan mengecek barang yang dikirim, pelabelanharga dll, yang dapat dipersingkat waktunya
dengan penggunaan teknologi RFID tersebut.
Skenario Model
Model Valid
Struktur Model
Penerapan RFID di sistem
operasional retail
Parameter Model
Tanpa RFID dan menggunakan
assisted sales factor Gambar 9. Diagram blok scenario
Pengembangan skenario dibuat apabila
model dasar yang dibuat sebelumnya sudah
valid, pada bagian ini ditunjukkan bagaimana
struktur sistem dari model dasar tadi dapat
diubah dengan menambahkan beberapa
feedback loops dengan menambahkan parameter
baru dan mengubah struktur tersebut atau
disebut skenario struktur. Serta bagaimana
parameter model dapat diubah untuk melihat
dampak variabel yang lain dari sistem atau biasa
disebut skenario parameter. Pengembanganskenario adalah suatu metode prognosis atau
ramalan dimana hasil dari pengembangan
skenario tersebut digunakan untuk
mengembangkan berbagai kemungkinan
alternatif dimasa yang akan datang. Untuk melihat diagram blok skenario yang dibuat
dapat dilihat pada gambar 9 di atas.
5.6.1 Skenario struktur model dengan
penerapan RFID di sistem operasional retail
Pada gambar 10, menampilkan
diagram stock and flow dengan variabel RFIDsebagai penerapan teknologi RFID pada sistem
operasional retail. Pada skenario ini mengukur
potensial RFID yang memungkinkan untuk
mengurangi banyaknya waktu yangdipergunakan staf backroom untuk kegiatan
operasional di ruang belakang retail dan sisa
waktu tersebut bisa digunakan untuk membantu
waktu penjualan guna meningkatkan volume
penjualan.
Waktu tersebut adalah incoming items
treatment time, new theme items treatment time,
price tagging time, inventory taking time, dan
returnable new theme items.
7/16/2019 101333694-Paper-Revisi
http://slidepdf.com/reader/full/101333694-paper-revisi 10/13
SISFO-Jurnal Sistem Informasi
10
sales
sales forecast
month
lead time
reorder point
sales average per
day
store inventory
incoming items ra teoutgoing item
ougoing items rate
orders
order rate order fullfillment
rate
<month>
actual shipment
<month>
new theme
items rate
backlogcontinuation
shipment rate
returnable newtheme items
price
tagging
time
returnable new theme
items process time
price tagging rate returnable new theme
items process rate
salespersons
utilization
staff assisted
sales time
staff backroom
time
hours per day
RFID
incoming itemstreatment time
incoming items
treatment rate
<hours per day>
<price tagging
time>
<incoming items
treatment time>
assisted sales
assisted sales
factor
inventory taking
time
inventory taking
rate
new theme items
treatment rate
new theme items
treatment time
<inventory taking
time>
<new theme items
treatment time>
sales scn
<RFID>
firm inventory rate
firm inventory
new theme items
<salespersons
utilization>
Gambar 10. Diagram stock and flow penerapan RFID di operasional retail.
Gambar 11. Grafik perbandingan sales skenario
dengan RFID dengan sales awal
Gambar 13. Perbandingan new theme items
treatment dengan dan tanpa RFID
Gambar 12 Perbandingan incoming items
treatment time dengan dan tanpa
RFID
Untuk gambar 13, merupakan
perbandingan waktu perlakuan barang tema
baru dengan dan tanpa RFID. Sedangkan pada
gambar 14, menunjukkan perbandingan waktu
yang dibutuhkan inventarisasi dengan dan tanpaRFID dalam tiap bulannya.
Graph for sales scn with RFID
4,000
3,000
2,000
1,000
0
22
2
2
22
22
2
2
2
22
2 2
11
11
1
1
11
1
1
1
11
1
1
1 6 11 16 21 26
Time (Month)
sales scn with RFID item/Month1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
current sales item/Month2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Graph for new theme items treatment time
0.6
0.45
0.3
0.15
02 2
22
2
2 2 2
2 22
2 2 2
2
1
1 1 1
1 1 1
1 1
1 1 1
1 1 1
1
1 6 11 16 21 26
Time (day)
new theme items treatment time : with RFID day1 1 1 1 1 1
new theme items treatment time : without RFID day2 2 2 2 2 2
Graph for incoming items treatment time
4
3
2
1
0
2
2 22
22
2 22 2 2
22 2 2
2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 6 11 16 21 26
Time (day)
incoming items treatment time : with RFID day1 1 1 1 1 1 1
incoming items treatment time : without RFID day2 2 2 2 2 2 2
7/16/2019 101333694-Paper-Revisi
http://slidepdf.com/reader/full/101333694-paper-revisi 11/13
SISFO-Jurnal Sistem Informasi
11
Gambar 14 Perbandingan inventory taking time
dengan dan tanpa RFID
5.6.2 Skenario parameter model tanpa
menggunakan RFID dan menggunakan
assisted sales factor
Dalam skenario ini ditentukan dalam
kegiatan penjualan retail, menggunakan asissted sales factor , yang diperoleh dari sisa waktu staf
backroom setelah melakukan semua kegitan
operasional di ruang belakang untuk membantu penjualan tiap bulannya tanpa penerepan
teknologi RFID. Karena untuk kondisi saat ini
waktu aktif penjualan hanya dilakukan oleh
staf penjualan tanpa ada bantuan staf lain.
Untuk nilai assisted sales factor ditentukan 0,5
yang artinya setengah dari waktu sisa staf backroom digunakan untuk penjualan, dan
setengahnya lagi bisa dipakai untuk
menyelesaikan kegiatan operasional tambahan
yang lain.
Gambar 15. Perbandingan penjualan denganassisted sales factor tanpa dan
dengan teknologi RFID dan
penjualan kondisi awal.
Pada gambar 15 menampilkan perbandingan penjualan dengan assisted sales
factor tanpa dan dengan teknologi RFID dan
penjualan kondisi awal. Dari gambar tersebut
dapat dilihat rata-rata penjualan selama periode
simulasi. Untuk akumulasi dengan
menggunakan assisted sales factor tapi tanpamenggunakan RFID nilainya 2.454 item per
bulan, untuk rata-rata penjualan dengan
menggunakan assisted sales factor dan
menggunakan teknologi RFID nilainya 2.540
item per bulan, sedangkan rata-rata penjualankondisi awal nilainya 2.011 item per bulan.
5.7 Analisa Hasil Simulasi
Berdasarkan hasil simulasi,
menunjukkan bahwa pengenalan teknologiRFID di retailer C59 dengan assisted sles
factor diasumsikan sama dengan 0,5, waktu
staff yang tersedia untuk melayani konsumen
(staff assisted sales time) meningkat sampai
19,2 % sebagai hasil pengurangan waktu yang
digunakan oleh staf backroom retail untuk
menangani kegiatan operasional di ruang belakang. seperti waktu tambahan dapat
digunakan untuk memfasilitasi penjualan. Hal
ini menunjukkan kontribusi keuntungan
kompetitif berdasarkan waktu selama periode
simulasi seperti yang ditampilkan pada tabel 2
dibawah ini.
Tabel 2. perbandingan waktu yang digunakan
kegiatan operasional retail antara kondisi awal
tanpa RFID dengan penggunaan teknologi
RFIDOperasional Tanpa
RFID
(jam)
Dengan
RFID
(jam)
Variasi
(%)
Waktu perlakuan
barang yang datang
554,03 82,06 -85,18
Waktu perlakuan
barang tema baru
45,51 6,74 -85,18
Waktu inventarisasi 43,25 10,59 -75,12
Waktu pelabelanharga
404,11 54,42 -86,53
Waktu proses
pengembalian barang
9,73 2,39 -75,43
Ketersediaan waktu
staf backroom
membantu penjualan
156,23 186,25 19,2
Gambar 16. Pertumbuhan penjualan kumulatif
dengan assisted sales factor tanpa dan dengan
RFID
Di sisi lain, dalam skenario model dariassisted sales factor yang ditentukan nilainya
sama dengan 0 dikarenakan tidak disarankan
Graph for inventory taking time
1
0.75
0.5
0.25
0
2
2
2
2 2 2 2
2
2
2
2
2
2 2 2
1
1
1
1
1
1 1 1 1 1 1
1
1
1
1 1
1 6 11 16 21 26
Time (day)
inventory taking time : with RFID day1 1 1 1 1 1 1 1
inventory taking time : without RFID day2 2 2 2 2 2 2 2
Graph for sales scn 1, scn 2 and current sales
4,000
3,250
2,500
1,750
1,000
3
3
3
3
33
3
33
3
3
3
33 3
22
2
2
22
22
2
2
2
2
2
22
11
1
1
1
1
1
1
11
1
1
1
11
1 6 11 16 21 26
Time (Month)
sa le s s cn without RFID but with a ssisted sa les facto r it em/Month1 1 1 1
sales scn with RFID item/Month2 2 2 2 2 2 2 2 2
current sales item/Month3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
7/16/2019 101333694-Paper-Revisi
http://slidepdf.com/reader/full/101333694-paper-revisi 12/13
SISFO-Jurnal Sistem Informasi
12
staf backroom membantu penjualan dan hanya
tetap menjalankan kegiatan operasional di ruang belakang, maka penerapan teknologi RFID
tidak berkontribusi langsung ke pertumbuhan
penjualan, tetapi hanya memberikan kesempatan
untuk menghemat waktu tenaga kerja untuk
kegiatan operasional ruang belakang yang lebih pendek.
6. ANALISA ALUR KAS
6.1 Identifikasi Biaya
Biaya disini merupakan seluruh biaya
yang dikeluarkan retail untuk melaksanakan
kegiatan operasional penjualan dan biaya
terhadap investasi teknologi RFID yang
diharapkan bisa mendatangkan penghasilan
(return) tambah pada masa yang akan datang.
Biaya tersebut diklasifikasikan atas biaya
investasi dan biaya operasional, dimana biayaoperasional dibagi menjadi dua yaitu biaya tetapdan biaya variabel.
6.2 Identifikasi Keuntungan
Apabila penerapan teknologi RFID
pada kegiatan operasional retail diasumsikandilakukan mulai bulan Desember 2011 sebagai
bulan awal investasi. Maka dari hasil simulasi
model skenario, dapat ditentukan jumlah
keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan
yang meningkat selama satu tahun pertama
diperolehnya laba kotor yang diterima retailC59 setelah penerapan RFID dengan kombinasi
assisted sales factor yang ditentukan dengan
nilai = 0.5, yaitu mulai bulan Januari 2012
sampai dengan Desember 2012.
Untuk assisted sales factor nilainya 0.5
maksudnya adalah penjualan yang diperoleh
retail merupakan hasil dari pelayanan penjualan
oleh waktu staf penjualan dibantu dengan
separuh dari ketersediaan waktu staf backroom
yang meningkat akibat pengaruh RFID.
Harga pokok penjualan dari tiap barangadalah Rp 70.000, dimana semua jenis barang
diasumsikan sama harganya. Sedangkan untuk
harga jual retail dari tiap barang adalah Rp
99.000. Maka laba kotor yang diterima retail
tiap barangnya adalah sebesar Rp. 29.000.Keuntungan tambahan merupakan
selisih dari alur kas retail yang sudah
menerapkan RFID dengan alur kas retail tanpa
penerapan RFID tiap bulannya. Dari tabel 3,
telah diketahui total keuntungan tambahan retail
selama setahun mulai bulan Januari 2012
sampai dengan Desember 2012 sebesar
Rp 23.834.050,- pada retail yang menerapkan
RFID.
Tabel 3. Keuntungan tambahan retail setelah
penerapan RFIDBulan Alur kas
dengan
RFID
Alur kas
tanpa RFID
Keuntungan
(Rp) (Rp) (Rp)
Dec-11 - - - 73.664.000
Jan-12 65.410.100 66.411.000 -1.000.900Feb-12 67.254.600 59.538.000 7.716.600
Mar-12 43.486.900 33.235.000 10.251.900
Apr-12 49.521.050 40.021.000 9.500.050
May-12 46.912.400 37.208.000 9.704.400
Jun-12 55.924.100 47.184.000 8.740.100
Jul-12 57.610.500 49.011.000 8.599.500
Aug-12 44.593.600 34.685.000 9.908.600
Sep-12 60.482.650 52.288.000 8.194.650
Oct-12 59.033.400 50.577.000 8.456.400
Nov-12 46.490.800 36.715.000 9.775.800
Dec-12 64.753.950 57.103.000 7.650.950
Total keuntungan 23.834.050
6.3. Analisa Biaya dan Manfaat
Setelah komponen biaya dan manfaat
diketahui, maka analisa manfaat dan biaya bisadilakukan untuk menentukan apakah investasi
penerapan RFID layak atau tidak. Dalam analisa
suatu investasi, terdapat dua aliran kas, aliran
kas keluar (cash outflow) yang terjadi karena
pengeluaran-pengeluaran untuk biaya investasi,dan aliran kas masuk (cash inflow) yang terjadi
akibat keuntungan yang dihasilkan oleh setelah
investasi. metode-metode yang digunakan
dalam analisa manfaat dan biaya diantaranya
adalah perhitungan payback period , perhitungan
NPV, dan perhitungan IRR.Dari hasil perhitungan, diketahui sisa
investasi bulan ke-10 sebesar Rp. 2.049.100,-
tertutup oleh sebagian keuntungan bulan ke-10
sebesar Rp. 8..456.200,- sehingga untuk
menghitung jumlah hari pada bulan ke-10
adalah hasil pembagian dari Rp. 2.049.100,-dengan Rp. 8.456.200,- dan diperoleh hasil
0.24, berarti bahwa payback period investasi
teknologi RFID pada retail adalah 9 bulan 7
hari, sebagai waktu pengembalian investasi
RFID.
Untuk perhitungan NPV, diperoleh
nilai NPV sebesar Rp 15.792.865,- perbulan,atau sama dengan 189.514.386,- pertahun,
berarti nilai NPV > 0 sehingga untuk investasi
RFID pada retail diterima atau layak untuk
diterapkanKemudian dari hasil perhitungan IRR,
menunjukkan nilai IRR sebesar 4,21% perbulan
atau sama dengan 50,52% pertahun. Nilai IRR
lebih besar dari tingkat bunga diskonto yang
nilainya 15% atau dengan kata lain bahwa usaha
ini akan memberikan pendapatan rata-rata setiaptahun dari modal yang telah diinvestasikan
sebesar 50,52%. Artinya dengan biaya
opportunity of capital sebesar 15%, usaha inisangat layak dilaksanakan karena memberikan
7/16/2019 101333694-Paper-Revisi
http://slidepdf.com/reader/full/101333694-paper-revisi 13/13
SISFO-Jurnal Sistem Informasi
13
pendapatan rata-rata sebesar 50,52% per tahun
dari modal yang ditanamkan.
7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengolahan dataserta analisa dan pembahasan yang dilakukan
maka dapat diambil kesimpulan antara lain
sebagai berikut:
1. Teknologi RFID memungkinkan untuk
mengotomatisasi dan mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan berbagai
kegiatan operasi ruang belakang yang
dilakukan oleh staf backroom, sehingga,
dapat menambah ketersediaan waktu staf
backroom untuk membatu staf penjualan
secara efektif dalam melayani pelanggan yang
merupakan sumber potensi penjualan dan
peningkatan pendapatan.2. Apabila assisted sales factor yang ditentukan
nilainya sama dengan 0, yang berarti tidak
digunakannya staf backroom membantu
penjualan dan hanya tetap menjalankan
kegiatan operasional di ruang belakang,
maka penerapan teknologi RFID tidak
berkontribusi langsung ke pertumbuhan
penjualan, tetapi hanya memberikan
kesempatan untuk menghemat waktu tenaga
kerja untuk kegiatan operasional ruang
belakang yang lebih pendek saja.
3. Analisa kelayakan terhadap suatu investasi
dengan menggunakan perhitungan beberapaanalisa finansial biaya dan keuntungan seperti
payback period, net present value, dan
internal rate of return, memang dapat
dimanfaatkan dalam membantu mengambil
keputusan dalam menetapkan kelayakansecara ekonomis dari suatu investasi terutama
investasi RFID. Dari analisa tersebut,
diperoleh untuk hasil payback period
investasi teknologi RFID pada penelitian ini
adalah 9 bulan 7 hari sebagai lamanya pengembalian investasi. Nilai net present
value sebesar Rp 15.792.865,- perbulan, atau
sama dengan 189.514.386,- pertahun,-dimana nilai tersebut lebih besar dari 0 berati
investasi tersebut layak diterima. Sedangkan
untuk nilai internal rate of return sebesar
4,21% perbulan atau sama dengan 50,52%
pertahun, dan nilainya lebih besar dari
tingkat suku bunga diskonto yang besarnya
15%, sehingga investasi diterima.
7.2 Saran
1. Model simulasi sistem dinamik yang
digunakan pada penelitian ini untuk menilai
dampak RFID pada penjualan di retail, dapat juga dikembangkan dengan memperhatikan
pengaruh RFID yang lain, selain untuk
peningkatan volume penjualan tetapi juga
untuk meminimalkan jumlah stok persediaan
di gudang, pengendalian persediaan secara
real time, kemampuan cerdas dalam
menangkap selera pelanggan terhadap
permintaan suatu barang yang diinginkan,
serta untuk mengoptimalkan pengisian barangdi rak.
2. Analisa manfaat dan biaya terhadap suatu
investasi yang dilakukan khususnya untuk
investasi RFID, juga dapat dikembangkan
dengan melakukan analisa sensitivitas
terhadap tingkat suku bunga pinjaman jika
perusahaan yang melakukan investasi tersebutmodalnya menggunakan pinjaman dari Bank,
serta mempertimbangkan kondisi makro
ekonomi misalnya pada kondisi
perekonomian yang cenderung stagnan atau
meningkat.
8. DAFTAR PUSTAKA
Barlas, Y., Multiple tests for validation of
system dynamics type of simulation models,
European Journal of Operational Research
1989;42:59-87
Forrester, J.W.,1961.Industrial Dynamics.MIT
Press,Cambridge,MA.
Forrester, J..W., (1968). Principles of Systems.
Pegasus Communication, Inc. New York.
Gaukler et al., 2007 G.M. Gaukler, R.W.
Seifert, W.H. Hausman, Item-level RFID in the
retail supply chain Production and Operations
Management, 16 (1) (2007), pp. 65–76
Gray, C., Payaman, S., Lien K, P.F.L.
Maspaitella, R.C.G., Varley. 1992. Pengantar
Evaluasi Proyek. Edisi Kedua. Penerbit
Gramedia, Jakarta.
Marco A.D., Cagliano A. C., Nervo M., Rafele
C., 2012. Using system dynamics to assess the
impact of RFID technology on retail operation.
International Journal of Production Economics
135, 333-344.
Muhammadi, Erman Aminullah, Budhi Soesilo,
(2001). Analisis Sistem Dinamik : Lingkungan
Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen. UMJ
Press. Jakarta.
Sterman, John D., (2000). Bussines Dynamics.
Massachussets Institute of Technologies. USA
Sushil, (1993). System Dynamics : A Practical
Approach for Managerial Problems. WileyEastern Limited.