100201534-laporan-P1-bioanal

9
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOANALISIS P1 PENETAPAN KADAR KREATININ DALAM DARAH DAN URIN Disusun oleh: Rika Triyanapuri G1F009009 Rizky Ramdhania G1F009010 Harisa Nida K. G1F009011 Resti Mahlifati A. G1F009012 Hari/Tanggal : Senin, 11 Juni 2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI PURWOKERTO 2012

Transcript of 100201534-laporan-P1-bioanal

Page 1: 100201534-laporan-P1-bioanal

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOANALISIS

P1

PENETAPAN KADAR KREATININ DALAM DARAH DAN URIN

Disusun oleh:

Rika Triyanapuri G1F009009

Rizky Ramdhania G1F009010

Harisa Nida K. G1F009011

Resti Mahlifati A. G1F009012

Hari/Tanggal : Senin, 11 Juni 2012

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2012

Page 2: 100201534-laporan-P1-bioanal

I. TUJUAN

Mampu melakukan penetapan kadar kreatinin dalam plasma darah dan urin

menggunakan metode Jaffe tanpa deproteinisasi

II. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan adalah pipet volume 1 ml, pipet volume 2 ml, tabung reaksi,

eppendorf, spektrofotometri, tabung sentrifugasi, pipa kapiler, alat sentrifugasi.

Bahan yang digunakan adalah plasma darah, Reagen 1, reagen 2, standar kreatinin

dan aquadest.

III. DATA PENGAMATAN

Blonko : 100 µL aquades

Standar : 100 µL standar kreatinin

Konsentrasi standar = 2mg/dL

Absorbansi standar = A1 =0,395 dan A2 = 0,488

λ max standar = 492 nm

Kelompok Absorbansi I Absorbansi II Kadar mg/Dl

1 0,514 0,516 0,04

2 0,407 0,498 1,96

3 0,511 0,576 0,104

4 0,479 0,523 0,95

IV. PERHITUNGAN

Kadar = ( ) ( )

( ) ( )

Sampel I =

= 0,04 mg/dL

Sampel 2 =

= 1,96 mg/dL

Sampel 3 =

= 0,104 mg/dL

Sampel 4 =

= 0,95 mg/dL

X ̅ Ix- ̅I Ix- ̅I2

0,04 0,72 0,5184

1,96 0,76 1,2 1,44

0,104 0,656 0,43

0,95 0,19 0,0361

Page 3: 100201534-laporan-P1-bioanal

Σ = 2,766 = 2,4245

SD √Σ ̅

= 0,89

CV =

X 100 %

=

X 100 % = 117,1 %

Kadar kreatinin dalam serum 0,76 0,89 mg/mL.

V. PEMBAHASAN

Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan

terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat

(creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine

triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin

dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian

energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi

oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin (Baradero, 2005).

Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa

otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga

menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera

fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot

(Baradero, 2005).

Pemeriksaan urin dan darah untuk mengetahui kadar kreatinin biasanya menggunakan

metode Jaffe Kinetik. Metode ini ditemukan pertamna kali oleh Jaffe tahun 1886. Reaksi

Jaffe berdasar pada reaksi antara kreatinin dan pikrat pada suasanan basah yang akan

membentuk warna merah orannye dan terjadi perubahan absorbsi pada panjang gelombang

antara 505 nm dan 520 nm. Penentuan kadar kreatinin ini sangat penting untuk dilakukan

untuk menunjukan keadaan fungsi ginjal. Prinsip dasar dari reaksi Jaffe adalah reaksi antara

kreatinin dengan pikrat dalam suasana alkali tanpa deproteinasi, membentuk kompleks

kreatinin pikrat berwarna jingga dan diukur menggunakan spektrofotometer visibel pada

panjang gelombang 492 nm (Siangproh et al., 2009).

Metode Jaffe adalah yang paling umum digunakan cara penentuan kreatinin endogen

karena diproduksi dalam tubuh manusia dan penetapan dapat dilakukan dengan murah, stabil

dan Photometer reagen. Metode ini mempunyai kelebihan yaitu sederhana, murah, mudah,

praktis, cepat, dan dapat dibaca pada panjang gelombang yang tinggi tanpa intervensi.

Page 4: 100201534-laporan-P1-bioanal

Sedangkan kekurangannya adalah metode ini kurang spesifik, sehingga kadar yang terukur

tidak hanya kreatinin saja, tetapi juga kromogen-kromogen lain, seperti asam askorbat,

glukosa, aseton, asam-asam keton (misal : asetoasetat dan piruvat), dan obat-obatan (misal :

guanidin dan cephalosporin). Untuk meminimalisir pengaruh senyawa-senyawa tersebut,

maka dilakukan beberapa modifikasi, antara lain :

1. Presipitasi/ Pengendapan, untuk meminimalisir pengaruh protein.

2. Reaksi pembentukan kompleks dengan borat, untuk meminimalisir pengaruh glukosa dan

asam askorbat.

3. On exchange.

(Siangproh et al., 2009).

A. Monografi Bahan

1. Aquades

Rumus molekul :H2O

Berat molekul : 18,02 g/mol

Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi, perlakuan

menggunakan penukar ion, osmosis balik atau proses lain yang sesuai. Dibuat dari air yang

memenuhi persyaratan air minum dan tidak mengandung zat tambahan lain. Densitas 0,998

g/cm³ dalam fase cairan dan 0,92 g/cm³ dalam fase padatan. Titik leburnya 0 °C (273,15 K)

(32 ºF) dan titik didihnya 100 °C (373.15 K) (212 ºF).

Pemeriaan : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dengan pH antara 5,0 -

7,0.

Wadah dan penyimpanannya : dalam wadah tertutup rapat ( Anonim, 1995).

Page 5: 100201534-laporan-P1-bioanal

2. Asam Pikrat

Asam pikrat atau 2,4,6-trinitrophenol (TNP) ialah senyawa trinitroaromatik yang

bersifat eksplosif dan mudah terbakar dalam keadaan kering. Dengan logam membentuk

logam pikrat. Asam pikrat berwujud kristal kuning pucat tak berbau, sedikit larut dalam air

dan sensitif terhadap air dan goncangan. Ketika dibasahi dengan 30% air, asam pikrat

berubah warna menjadi padatan kristal orange. Ketika dilarutkan dalam pelarut organik

membentuk larutan berwarna kuning cerah. Asam pikrat mudah terbakar bila dibasahi dengan

30% air dan sangat mudah meledak bila kehilangan kelembapan sebesar 30%. Asam pikrat

bersifat toksik dan merupakan iritan bagi kulit. Rumus molekulnya C6H3N3O7, kelarutan

dalam air 12.7 g·L−1

dan massa molarnya 229.10 g·mol−1

(Anonim, 1995).

3. EDTA

EDTA adalah kependekan dari ethylene diamin tetra acetic. EDTA berupa senyawa

kompleks khelat dengan rumus molekul (HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2. Merupakan

suatu senyawa asam amino yang secara luas dipergunakan untuk mengikat ion logam logam

bervalensi dua dan tiga. EDTA mengikat logam melalui empat karboksilat dan dua gugus

amina. EDTA membentuk kompleks kuat terutama dengan Mn (II), Cu (II), Fe (III), dan Co

(III) (Anonim, 1995).

EDTA adalah reagensia yang sangat selektif karena ia kompleks dengan banyak sekali

kation di-, tri- dan tetra-valen. Bila suatu larutan yang mengandung dua kation yang

berkompleks dengan EDTA, dititrasi tanpa penambahan indikator pembentuk kompleks, dan

jika diperoleh titrasi sebesar 0,1%, maka angka banding antara tetapan-tetapan kestabilan dari

Page 6: 100201534-laporan-P1-bioanal

kompleks-kompleks EDTA dari dua logam M dan N harus sedemikian, sehingga Km/Kn >

106. Jika dikehendaki tidak mengganggu. Etilendiamintetrasetat atau yang dikenal dengan

EDTA, merupakan senyawa yang mudah larut dalam air, serta dapat diperoleh dalam keadaan

murni. Tetapi dalam penggunaannya, karena adanya sejumlah tidak tertentu dalam air,

sebaiknya distandardisasi terlebih dahulu. Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut

mengandung baik donor elektron dari atom oksigen maupun donor dari atom nitrogen

sehingga dapat menghasilkan khelat bercincin sampai dengan enam secara serempak

(Khopkar, 1990).

4. Natrium Hidroksida (NaOH)

Rumus molekul : NaOH

Berat molekul : 40,0 g/mol.

NaOH mengandung : tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 100,5% alkali jumlah,

dihitung sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak lebih dari 3,0%.). NaOH dapat merusak

jaringan dengan cepat.

Pemerian : putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan

atau batang atau bentuk lain, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di

udara akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembap. NaOH mudah larut dalam air dan

dalam etanol.

Kelarutan : mudah larut dalm air dan dalam etanol

Wadah dan penyimpanannya : dalam wadah tertutup rapat (Anonim, 1995).

5. Kreatinin

Kreatinin adalah produk katabolisme dari keratin fosfat yang ada di dalam otot. Hasil

katabolisme tersebut memiliki nilai yang konstan dalam tiap individu setiap harinya.

Kreatinin sangat bergantung dari massa otot. Secara kimiawi, kreatinin merupakan derivat

dari kreatin. Biosintesis kreatin sendiri juga berasal dari glisin, arginin, danmetionin.

Page 7: 100201534-laporan-P1-bioanal

Pemindahan gugus guanidino dari arginin kepada glisin, yang membentuk senyawa

guanidoasetat (glikosiamina), berlangsung di dalam ginjal dan tidak terjadi di hati atau otot

jantung. Sintesis kreatin diselesaikan lewat reaksi metilasi guanidoasetat oleh senyawa S-

adenosilmetionin di hati.

B. Cara Kerja

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan mencit sebagai hewan uji. Mencit

tersebut diambil sampel darahnya. Pengambilan sampel darah pada mencit dilakukan dengan

cara menyayat ekor mencit (pada bagian yang terlihat pembuluh darah). Jika dari ekor sulit

didapatkan, sampel darah dapat diambil melalui mata mencit menggunakan pipa kapiler.

Sampel darah yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam efendorf yang

sebelumnya telah ditetesi dengan 1 mg EDTA. EDTA digunakan sebagai antikoagulan agar

sampel darah tidak membeku agar darah mudah untuk disentrifugasi. Kemudian sampel darah

disentrifugasi selama 10 menit. Sentrifugasi dilakukan untuk mengendapkan protein dalam

darah agar didapat plasma darah yang akan digunakan pada pengukuran kadar kreatinin.

Plasma darah yang digunakan untuk pengukuran kadar kreatinin yaitu sebanyak 100 µl.

Kemudian ditambah dengan 2000 µl reagen 1 (sodium hidroksida) dan didiamkan selama 5

menit. Penambahan sodium hidroksida digunakan sebagai buffer untuk menciptakan pH

alkali atau basa. Pendiaman selama 5 menit dimaksudkan agar proses reaksi pengalkalian

berjalan sempurna. Kemudian ditambah dengan 500 µl reagen 2 (asam pikrat) dan didiamkan

selama 1 menit. Pendiaman dimaksudkan agar reaksi berjalan sempurna sehingga terbentuk

kompleks berwarna oranye kemerahan antara kreatinin dengan larutan alkali pikrat. Reaksi

yang terjadi antara kreatinin dalam suasana alkali dengan asam pikrat adalah :

(Nanda, dkk, 2010).

Setelah itu dilakukan pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometer dengan

panjang gelombang 492 nm. Kemudian didiamkan lagi selama 120 detik dan diukur kembali

Page 8: 100201534-laporan-P1-bioanal

absorbansinya menggunakan spektrofotometer. Metode yang digunakan ini adalah metode

Jaffe. Reaksi Jaffe merupakan reaksi secara kolorimetri yang sederhana dan mudah. Metode

ini didasarkan pada pembentukan senyawa berwarna merah–oranye yang terjadi antara asam

pikrat dengan kreatinin dalam suasana basa (Siangproh et al., 2009).

Standar dan blanko. Masing-masing sebanyak 100 µl ditambah dengan 2000 µl reagen

1 (sodium hidroksida) dan didiamkan selama 5 menit. Penambahan sodium hidroksida

digunakan sebagai buffer untuk menciptakan pH alkali atau basa. Pendiaman selama 5 menit

dimaksudkan agar proses reaksi pengalkalian berjalan sempurna. Kemudian ditambah dengan

500 µl reagen 2 (asam pikrat) dan didiamkan selama 1 menit. Pendiaman dimaksudkan agar

reaksi berjalan sempurna sehingga terbentuk kompleks berwarna oranye kemerahan antara

kreatinin dengan larutan alkali pikrat. Setelah itu dilakukan pengukuran absorbansi

menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 492 nm. Kemudian didiamkan

lagi selama 120 detik dan diukur kembali absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada

panjang gelombang 492 nm. Kadar kreatinin yang didapat adalah sebesar 0,76 0,89

mg/mL. Malole dan Pramono (1989), menyatakan bahwa kadar normal kreatinin plasma

darah pada tikus adalah 0,2-0,8 mg/dL. Sehingga kadar kreatinin tikus percobaan masih

dalam rentang normal.

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

1. Metode Jaffe tanpa deproteinisasi dapat digunakan untuk mengukur kadar kreatinin dalam

plasma darah.

2. Prinsip dasar dari reaksi Jaffe adalah reaksi antara kreatinin dengan pikrat dalam suasana

alkali tanpa deproteinasi, membentuk kompleks kreatinin pikrat berwarna jingga dan

diukur menggunakan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 492 nm.

3. Kadar kreatinin yang didapat adalah sebesar 0,76 0,89 mg/mL, kadar ini masih dalam

rentang normal.

Page 9: 100201534-laporan-P1-bioanal

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Ed. IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Baradero, Mary, et al. 2005. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.

Malole, M.B.M., dan Pramono, C.S.U. 1989. Pengantar Hewan-hewan Percobaan di

Laboratorium. Bogor: Pusat Antara Universitas Bioteknologi IPB.

Nanda, dkk. 2010. Laporan Resmi Praktikum Analisis Klinik Penetapan Kadar Kreatinin.

http://analisisklinikfarmasiugm.files.wordpress.com/2010/03/anklin-laporan-p1-gol-1-

2-maret-2010.pdf. diakses tanggal 10 Juni 2012

Riswanto. 2010. Kreatinin dara (Serum).http://labkesehatan.blogspot.com/2010/03/kreatinin-

darah-serum.html. diakses tanggal 10 Juni 2012

Siangproh,W., N. Teshima, T. Sakai, S. Katoh, O. Chailapakul, 2009, Alternative Method for

Measurement of Albumin/Creatinine Ratio Using Spectrophotometric Sequential

Injection Analysis,Talanta, 79:1111-1117