10. Bab 8 Rtrw Solok Selatan Ok
-
Upload
millow-ilow -
Category
Documents
-
view
76 -
download
6
Transcript of 10. Bab 8 Rtrw Solok Selatan Ok
VIII-1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
8.1 Hak dan Kewajiban Masyarakat
Di dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan
berbagai unsur seperti masyarakat, pihak swasta, dunia usaha, kelompok profesi, LSM
yang selanjutnya disebut dengan peranserta masyarakat. Peranserta masyarakat
merupakan hal yang sangat penting dalam penataan ruang, karena pada akhirnya
hasil dari penataan ruang adalah untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat serta
untuk tercapainya tujuan penataan ruang, yaitu terselenggarakannya pemanfaatan
ruang berwawasan lingkungan, terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang
kawasan lindung dan budidaya, serta tercapainya pemanfaatan ruang yang
berkualitas.
Peran serta masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana tersebut di atas,
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 69 Tahun 1996 tentang
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peranserta Masyarakat
Dalam Penataan Ruang, dimana didalamnya diatur mengenai :
� Pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat dalam proses penataan ruang ;
� Bentuk peranserta masyarakat dalam proses penataan ruang ;
� Tata cara peranserta masyarakat dalam proses penataan ruang, dan ;
� Pembinaan peranserta masyarakat dalam proses penataan ruang.
Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam
penataan ruang adalah keterlibatan dan mengambil peran secara aktif dalam proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Kegiatan sebagaimana tersebut di atas diperjelas lagi dalam Instruksi Menteri Dalam
Negeri Nomor 9 Tahun 1998.
VIII-2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN
Sejalan dengan sifat peran serta masyarakat di atas, pada intinya terdapat 6 (enam)
manfaat lain terhadap adanya peran serta masyarakat tersebut, antara lain adalah :
a. Sebagai proses pembuatan suatu kebijakan, karena masyarakat sebagai kelompok
yang berpotensi menanggung konsekuensi dari suatu kebijakan memiliki hak
untuk konsultasi (rights to consult).
b. Sebagai suatu strategi, dimana melalui peran serta masyarakat suatu kebijakan
pemerintah akan mendapatkan dukungan dari masyarakat sehingga keputusan
tersebut memiliki kredibilitas (credible).
c. Peran serta masyarakat juga ditujukan sebagai alat komunikasi bagi pemerintah
yang dirancang untuk melayani masyarakat untuk mendapatkan masukan dan
informasi dalam pengambilan keputusan, sehingga melahirkan keputusan yang
responsif.
d. Peran serta masyarakat dalam penyelesaian sengketa atau konflik, dimana perlu
didayagunakan sebagai suatu cara untuk mengurangi atau meredakan konflik
melalui usaha pencapaian konsensus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi
yang melandasi persepsi tersebut adalah dengan bertukar pikiran maupun
pandangan dapat meningkatkan pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa
ketidakpercayaan (mistrust) dan kerancuan.
e. Pengidentifikasi berbagai potensi dan masalah pembangunan termasuk bantuan
untuk memperjelas hak atas ruang di wilayah dan termasukpula pelaksanaan tata
ruang kawasan.
f. Pemberi informasi, saran, pertimbangan, atau pendapat dalam menyusun strategi
dan struktur pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Dari uraian mengenai bentuk dan sifat peran serta masyarakat di atas, akan
memberikan gambaran lebih jelas bagaimana kebijakan peran serta masyarakat di
dalam penataan ruang wilayah Kabupaten Solok Selatan, pemanfaatan ruang,
peninjauan kembali rencana tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
VIII-3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN
8.2 Ketentuan Hak dan Kewajiban Masyarakat Dalam Proses Penataan
Ruang
Hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang mencakup hak dan
kewajiban dalam proses perencanaan penataan ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam proses perencanaan tata ruang, hak dan
kewajiban masyarakat adalah :
1. Memperoleh informasi secara mudah
2. Memberikan bantuan pemikiran dan pertimbangan dalam perencanaan tata ruang
3. Memberikan bantuan teknik dalam perencanaan tata ruang
Dalam proses pemanfaatan ruang, hak dan kewajiban masyarakat dapat dilakukan
melalui pelaksanaan program dan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan
RTRW meliputi :
1. Pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara berdasarkan RTRW yang telah
ditetapkan
2. Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan
pemanfaatan ruang
3. Bantuan teknik dan pengelolaan dalam pemanfaatan ruang
4. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasrkan RTRW
5. Konsolidasi pemanfaatan lahan, air dan sumberdaya alam lainnya untuk
tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas
6. Perubahan dan pelestarian pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW
7. Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang dan kegiatan
menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Hak dan kewajiban masyarakat dalam proses pengendalian pemanfaatan ruang dapat
dilakukan melalui :
1. Pengawasan dalam bentuk pemanfaatan ruang dan pemberian informasi atau
laporan pelaksanaan pemanfatan ruang
2. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban
pemanfaatan ruang.
8.3 Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam penataan ruang ini merupakan bagian yang sangat
penting, bahkan pemerintah mengeluarkan peraturan khusus mengenai peran serta
masyarakat tersebut, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 Tentang
VIII-4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat
dalam Penataan Ruang (PP Peran Serta Masyarakat).
Definisi peran serta masyarakat menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun
1996 (PP Peran Serta Masyarakat) tersebut adalah berbagai kegiatan masyarakat yang
timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat untuk berminat dan
bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang.
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 (PP Peran Serta Masyarakat)
diatur mengenai hak masyarakat terhadap kegiatan penataan ruang, yaitu :
a. Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
b. Mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah, rencana tata ruang
kawasan, rencana rinci tata ruang kawasan.
c. Menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari
proses penataan ruang.
d. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialami sebagai akibat
pelaksanaan pemanfaatan atau pelaksanaan kegiatan pembangunan.
Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam kegiatan penataan ruang yang wajib untuk
dipatuhi, adalah sebagai berikut :
a. Berperan serta dalam memelihara kualitas ruang;
b. Berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Sedangkan bentuk peran serta masyarakat yang terdapat dalam penataan ruang
wilayah kabupaten adalah :
a. Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan wilayah kabupaten
yang ditetapkan.
b. Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan, termasuk
bantuan untuk memperjelas hak atas ruang wilayah kabupaten.
c. Pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyusunan
strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan wilayah kabupaten.
d. Pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang wilayah kabupaten.
e. Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan.
f. Bantuan tenaga ahli.
VIII-5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN
Bentuk peran serta masyarakat di atas berlaku sama terhadap peran serta
masyarakat di daerah kabupaten. Namun, perlu digarisbawahi bahwa bentuk-bentuk
peran serta yang ditawarkan di dalam PP tersebut tidak menyangkut sama sekali
peran serta masyarakat dalam pembuatan keputusan, sehingga sifatnya masih bersifat
konsultatif.
Sedangkan kewajiban pemerintah sehubungan dengan peran serta masyarakat
ini bahwa pemerintah menyelenggarakan pembinaan untuk menumbuhkan serta
mengembangkan kesadaran, memberdayakan dan meningkatkan tanggung jawab
masyarakat dalam penataan ruang melalui :
a. Memberikan dan menyelenggarakan penyuluhan, bimbingan, dorongan,
pengayoman, pelayanan, bantuan teknik, bantuan hukum, pendidikan dan atau
pelatihan;
b. Menyebarluaskan semua informasi mengenai proses penataan ruang kepada
masyarakat secara terbuka;
c. Mengumumkan dan menyebarluaskan rencana tata ruang kepada masyarakat;
d. Menghormati hak yang dimiliki oleh masyarakat;
e. Memberikan penggantian yang layak kepada masyarakat atas kondisi yang
dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai
dengan rencana tata ruang;
f. Melindungi hak masyarakat untuk berperan serta dalam proses perencanaan tata
ruang, menikmati pemanfaatan ruang yang berkualitas dan pertambahan nilai
ruang akibat rencana tata ruang yang ditetapkan serta dalam mentaati rencana
tata ruang;
g. Memperhatikan dan menindaklanjuti saran, usul, atau keberatan dari masyarakat
dalam rangka peningkatan mutu penataan ruang.
Meskipun dalam pembagian peran sebagaimana diuraikan di atas, ternyata
belum menempatkan masyarakat secara setara atau memiliki posisi tawar yang sama
antara masyarakat dan pemerintah.
Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam penataan ruang, selain
masyarakat mengetahui Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dari Lembaran
Daerah Kabupaten, pemerintah Kabupaten berkewajiban mengumumkan dan
menyebarluaskan rencana tata ruang yang telah ditetapkan tersebut melalui
penempelan/pemasangan peta rencana tata ruang yang bersangkutan pada tempat-
VIII-6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN
tempat umum yang mudah diakses masyarakat dan kantor-kantor yang secara
fungsional menangani rencana tata ruang tersebut.
Sedangkan tata cara peran serta masyarakat dalam proses penataan ruang atau
kawasan dilaksanakan dengan pemberian saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan,
keberadaan, masukan terhadap informasi tentang arah pengembangan, potensi, dan
masalah, serta rancangan rencana tata ruang, baik secara lisan maupun tertulis dan
ditujukan kepada bupati. Kesemuanya itu dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Tabel 8.1 : Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang
Wilayah Penataan Ruang
Provinsi (termasuk kawasan strategis)
Kabupaten
Perencanaan
1. Saran 2. Pertimbangan 3. Tanggapan 4. Keberatan 5. Masukan (semua dilakukan secara lisan atau tertulis kepada Gubernur)
1. Saran 2. Pertimbangan 3. Tanggapan 4. Keberatan 5. Masukan (semua dilakukan secara lisan atau tertulis kepada Bupati)
Pemanfaatan
Dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pelaksanaan diatur lebih lanjut oleh Gubernur)
Dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pelaksanaan dikordinasikan oleh Bupati)
Secara keseluruhan prinsip-prinsip pokok dan bentuk-bentuk peran serta
masyarakat di dalam setiap proses penataan ruang wilayah diatur didalam Peraturan
Pemerintah tentang hak warga negara dalam pemanfaatan ruang yang menjadi dasar
dalam perumusan-perumusan peran serta masyarakat dalam proses penyusunan
RTRW Kabupaten.
8.3.1 Prosedur Peran Serta Masyarakat
Prosedur kemitraan yang dianut dalam pengembangan Kabupaten Solok Selatan
ini adalah memposisikan pemerintah kabupaten, menjadi fasilitator dan administrator
VIII-7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN
pembangunan. Dengan demikian orientasi pembangunan dari top down berubah ke
bottom up dan partisipatif dan juga sekaligus menciptakan kepemerintahan yang baik
(good governance) dan demokratis. Berbagai program yang dapat dilakukan secara
kemitraan antara para stakeholder pembangunan, kemitraan dalam pembangunan
sangat penting untuk dilakukan mengingat dua hal :
a. Kemitraan merupakan wujud nyata dari partisipasi masyarakat dan swasta dalam
proses pembangunan;
b. Kemitraan merupakan cara yang tepat untuk mengefisienkan belanja pemerintah
(government expenditure) di sektor pembangunan;
c. Selain kepentingan praktis, kemitraan swasta juga didukung oleh instrumen hukum
yang mendukung terselenggaranya kerjasama pelaku pembangunan;
Pola kerjasama pemerintah dan swasta dalam kemitraan tersebut sangat membantu
dalam mewujudkan pembangunan daerah. Beberapa pertimbangan yang mendasari
kerjasama ini, yaitu:
a. Pihak Pemerintah Kabupaten Solok Selatan:
b. Di era otonomi daerah ini beban Pemerintah Kabupaten Solok Selatan semakin
tinggi khususnya dalam proses pemanfaatan sumberdaya keuangan, administrasi
dan manajemen;
1. Terbatasnya anggaran pembangunan untuk daerah;
2. Terbatasnya tenaga profesional untuk mengembangkan dan mengelola
potensi daerah.
c. Pihak Swasta:
1. Sektor swasta dapat memenuhi kebutuhan yang belum tertangani oleh
Pemerintah Daerah, tanpa mengambil alih peran Pemerintah Daerah;
2. Pelayanan swasta itu amat bervariasi, swasta juga dianggap luwes;
3. Dengan masuknya swasta, maka persaingan akan lebih tumbuh;
4. Efisiensi diperkirakan lebih baik.
Ada beberapa skema kerjasama yang dapat terbentuk melalui mekanisme kemitraan
pemerintah dan swasta/lembaga ekonomi masyarakat. Bentuk kerjasama yang sering
dilakukan dan dibenarkan secara hukum adalah:
a. Kontrak Pelayanan (service contract);
b. Kontrak Manajemen (management contract);
c. Kontrak Sewa (lease contract);
d. Konsesi (concession);
VIII-8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN
e. BOT (Built Operation Transfer).
8.4 Kelembagaan
Penataan Ruang memberikan dampak kepada seluruh penduduk, paling tidak
penduduk pada suatu wilayah perencanaan, sehingga penduduk atau masyarakat
menjadi faktor kunci bagi kegiatan penataan ruang, dan sasaran dari manfaat yang
akan dicapai. Selama ini upaya pengelolaan Penataan Ruang cenderung hanya dari
atas (top down), bukan dari bawah, dengan melibatkan masyarakat, hal ini
merupakan fakta, karena ketersediaan dana berada pada sistem anggaran
pemerintah, begitu pula halnya dengan mekanisme penyelenggaraannya. Kelibatan
masyarakat masih terbatas pada tahap “pemenuhan persyaratan” atau formalitas saja,
dan kalau kemudian akan muncul keseragaman produk, itu karena mengabaikan
keberagaman karakteristik wilayah maupun budaya masyarakat, sehingga produk
tersebut kurang bisa memberi manfaat yang jelas untuk dapat dipedomani.
Semestinya harus sudah dimulai bahwa proses penyelenggaraan penataan ruang
dipandang sebagai proses demokratisasi, karenanya penataan ruang harus sudah
dianggap dan merupakan hak seluruh warga masyarakat, karena langsung
bersentuhan dengan kehidupan masyarakat. Pada era otonomi dan desentralisasi,
memberikan ruang yang lebih leluasa kepada pemerintah daerah bersama masyarakat
untuk menyelenggarakannya.
8.4.1 Kebijakan Kelembagaan Penataan Ruang
Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,
menyebutkan bahwa Penataan Ruang bertujuan untuk terselenggaranya pemanfaatan
ruang berwawasan lingkungan yang berlandaskan wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional, terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan
budidaya , dan terciptanya pemanfaatan ruang yang berkualitas. Sedangkan secara
hirarki penataan ruang terbagi atas Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. Dimana
kelembagaan dalam penyelenggaraan kewenangan dan pembinaan penataan ruang di
Tingkat Nasional dilaksanakan oleh Menteri yang ditunjuk, di Tingkat Provinsi
dilaksanakan oleh Gubernur dan Tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh
Bupati/Walikota. Sedangkan untuk penataan ruang kawasan tertentu (kawasan
strategi dan diprioritaskan bagi kepentingan nasional) penyusunan rencana tata
VIII-9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN
ruangnya dikoordinasikan oleh Menteri yang ditunjuk, dengan arahan pengelolaannya
sebagai bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah/Provinsi dilaksanakan oleh
Gubernur, dan yang merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah
Kabupaten/Kota oleh Bupati/Walikota. Dalam menterpadukan penataan ruang pada
semua tingkatan, yang bertugas mengkoordinasikan penataan ruang, dapat dilihat
pada tabel 8.2. di bawah:
Tabel 8.2 Koordinatorisasi Penataan Ruang
Tingkatan Kelembagaan Pelaksanaan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Penataan Ruang Provinsi Kawasan Tertentu yang menjadi Bagian dari RTRW Provinsi Penataan Ruang Kabupaten/Kota Kawasan Tertentu yang menjadi Bagian dari RTRW Kab/Kota
� Penyelenggaraan � Kewenangan � Pembinaan � Penyelenggaraan � Kewenangan � Pembinaan � Perencanaan Tata
Ruang � Arahan � Pengelolaan � Penyelenggaraan � Kewenangan � Pembinaan � Perencanaan Tata
Ruang � Arahan � Pengelolaan
Menteri
Gubernur Gubernur Bupati/Walikota Bupati/Walikota Bupati/Walikota
Presiden Menteri Menteri Gubernur Menteri
Sumber : Undang-undang No. 26 Tahun 2007
Untuk memantapkan koordinasi dan pengelolaan kegiatan penataan ruang di
semua tingkatan, dikeluarkan Keppres No. 62 Tahun 2000 Tentang Koordinasi
Penataan Ruang Nasional (BKPRN) dan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) No.
19 Tahun 1996 Tentang Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
(BKPRD) Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
BKPRN mengkoordinasikan penyelenggaraan Penataan Ruang Nasional agar
sejalan dengan RTRWN, dengan terbentuknya BKPRD akan membantu Gubernur, dan
Bupati/Walikota dalam merumuskan kebijakan Penataan Ruang di wilayah masing-
masing. Dalam melaksanakan tugasnya BKPRD Provinsi bertanggung jawab kepada
VIII-10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN
Gubernur sedangkan BKPRD Kab/Kota bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota
dalam menyelenggarakan fungsi Penataan Ruang sebagaimana tersebut di atas
dengan melibatkan/peranserta masyarakat, sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 8 Tahun 1998 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 Tentang Tata Cara PSM Dalam
Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah, maupun Peraturan Pemerintah No. 69
Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara PSM
dalam Penataan Ruang.
8.4.2 Organisasi Kelembagaan Penataan Ruang
Sebagaimana terkandung dalam Keputusan Presiden No. 62 Tahun 2000 tentang
Koordinasi Penataan Ruang Nasional, dan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 19
Tahun 1996 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang di daerah.
Organisasi Kelembagaan Penataan Ruang sebagaimana tersebut di atas, khususnya
untuk tingkatan pemerintahan kabupaten adalah sebagai berikut :
Pembentukan BKPRD Kabupaten ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota
dengan susunan anggota sebagai berikut :
a. Penanggung Jawab : Bupati
b. Ketua : Kepala Bappeda Kabupaten
c. Wakil Ketua : Kepala Dinas Tata Ruang/Pekerjaan Umum
Kabupaten (disesuaikan dengan kondisi daerah)
d. Sekretaris : Kabid Fisik dan Prasarana Bappeda Kabupaten
e. Anggota : 1. Kepala Kantor Pertanahan
2. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan
3. Ka. Bagian Penyusunan Program
4. Kabag Hukum
5. Kabag Ekonomi
6. Kadinas Kehutanan
7. Kas Dam
8. Instansi terkait Kabupaten
VIII-11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas BKPRD Kabupaten, perlu dibutuhkan Tim
Teknis/Pokja Tata Ruang Daerah Kabupaten, dengan susunan anggota sebagai
berikut:
a. Ketua : Kabid Fisik & Prasarana Bappeda Kabupaten
b. Wakil Ketua : Kasi Dinas Tata Ruang, Dinas PU (sesuai dengan
kondisi di daerah)
c. Sekretaris : Kasi tata Ruang Bappeda Kabupaten
d. Anggota : 1. Unsur Bappeda Kabupaten
2. Unsur Dinas Tata Ruang/PU (sesuai dengan
kondisi daerah
3. Unsur Kantor Pertanahan
4. Unsur Dinas Kehutanan
5. Unsur Pakar
6. Unsur Organisasi Profesi
7. Unsur Dinas Terkait di Kabupaten
�����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������