1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak...

45
T LAPORAN ANTARA BAB 2 METHODOLGI PELAKSANAAN 2.1 SURVAI INVENTARISASI 2.1.1 Inventarisasi Jalan ujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan data umum mengenai kondisi perkerasan yang ada dan kondisi geometri jalan yang bersangkutan. Pemeriksaan dilakukan dengan methoda yang disederhanakan, yaitu cukup mencatat kondisi rata-rata setiap 1 km yang dicatat selama berkendaraan. Data yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah : 1. Lebar perkerasan yang ada, dalam meter. 2. Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, HRS, Nacas, Lasbutag, Penetrasi Macadam, Kerikil, Tanah, Soil Cement, dsb. 3. Nilai kekerasan jalan (Road Condition Index), yang dapat diperoleh dari hasil survai Nassra Roughnes Meter atau ditentukan secara visual dengan ketentuan skala sebagai berikut : Kondisi Type permukaan tipikal Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota Semarang Tahun Anggaran 2014 BAB II - 1

Transcript of 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak...

Page 1: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

T

LAPORAN ANTARA

BAB 2METHODOLGI PELAKSANAAN

2.1 SURVAI INVENTARISASI

2.1.1 Inventarisasi Jalan

ujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan data umum mengenai kondisi perkerasan yang ada dan kondisi geometri jalan yang bersangkutan.

Pemeriksaan dilakukan dengan methoda yang disederhanakan, yaitu cukup mencatat kondisi rata-rata setiap 1 km yang dicatat selama berkendaraan.

Data yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :

1. Lebar perkerasan yang ada, dalam meter.2. Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, HRS, Nacas,

Lasbutag, Penetrasi Macadam, Kerikil, Tanah, Soil Cement, dsb.3. Nilai kekerasan jalan (Road Condition Index), yang dapat diperoleh

dari hasil survai Nassra Roughnes Meter atau ditentukan secara visual dengan ketentuan skala sebagai berikut :

R C I

Kondisi Visual

Type permukaan tipikal

8 - 10 Sangat rata dan halus

Hotmix (AC dan HRS) yang baru dibuat/ ditingkatkan dengan beberapa lapisan

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 1

Page 2: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

aspal.

R C I Kondisi Visual

Type permukaan tipikal

7 - 8 Sangat baik, rata

Hotmix setelah dipakai beberapa tahun atau lapisan tipis hotmix di atas penetrasi Macadam dipakai untuk pelaksanaan konstruksi di sekitar ruas jalan yang ditingkatkan.

6 - 7 Baik Hotmix lama, Nacas Lasbutaq baru

5 - 6 Cukup, sedikit/ tak ada lubang, permukaan

rata

Penetrasi Macadam, Nacas baru atau lasbutaq berumur beberapa tahun.

4 - 5 Jelek, Kadang-kadang

berlubang, tak rata

Penetrasi Macadam berumur 2-3 tahun, Nacas lama, jalan kerikil tak terawat.

3 - 4 Rusak,Bergelombang

banyak lubang

Penetrasi Macadam lama, Nacas lama, Jalan kerikil tak terawat

2 -3 Rusak berat Semua type perkerasan yang sudah lama terpelihara

1 -2 Tidak dapat dilalui kecuali

-

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 2

Page 3: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

oleh Jeep 4 WP

4. Kondisi daerah samping serta sarana utilitas yang ada seperti saluran samping gorong-gorong, bahu berm, kondisi drainase samping, jarak pagar/bangunan/tebing ke pinggir perkerasan.

5. Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan lokasi yang ditentukan untuk jenis pemeriksaan lainnya.

6. Data yang diperoleh disusun didalam formulir HR.3.1.7. Membuat foto dokumentasi inventarisasi geometrik jalan minimal

1 (satu) buah foto per kilometer.8. Foto ditempel pada formulir HR.3.2. dengan mencantumkan hal-hal

yang diperlukan seperti nomor dan nama ruas jalan, arah pengambilan foto, tanggal pengambilan foto dan tinggi petugas yang memegang papan informasi lokasi.

2.1.2 Inventarisasi Jembatan.

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan informasi awal mengenai kondisi jembatan maupun kondisi gorong-gorong yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau. Informasi yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah sebagai berikut:

a. Nama dan Lokasi Jembatan/Gorong-gorong.

b. Dimensi jembatan/gorong-gorong yang meliputi bentang, lebar, jenis lantai dan kondisi jembatan.

c. Perkiraan volume pekerjaan bila diperlukan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan.

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 3

Page 4: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

d. Data yang diperoleh dicatat dalam formulir HR.5.1.

e. Foto dokumentasi sebanyak 2 (dua) lembar untuk setiap jembatan yang diambil dari arah memanjang dan melintang, foto ditempel pada formulir HR.5.2.

2.2 SURVAI TOPOGRAFI

Pengukuran topografi dilakukan sepanjang lokasi as jalan dengan mengadakan tambahan pengukuran detail pada tempat yang memerlukannya atau pemindahan lokasi jalan sehingga memungkinkan didapat relinyement as jalan yang sesuai dengan standar yang dikehendaki. Jenis pengukuran ini meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

Pengukuran titik kontrol horizontal dan vertikal Pengukuran situasi Pengukuran penampang memanjang dan melintang Perhitungan dan penggambaran peta Pengukuran ditempat realinyemen jalan (bila ada)

1. Pengukuran Posisi HorisontalUntuk mendapatkan gambar alinyemen horisontal jalan yang merupakan gambar situasi jalan harus dilakukan pengukuran-pengukuran posisi horisontal sebagai berikut dibawah ini dengan menggunakan alat theodolit dengan ketelitian 1” dan 30” serta pita ukur baja/meetband 50 m/25 m. Metoda yang umum digunakan untuk daerah memanjang dengan keteletian yang cukup seperti pada survei penentuan route jalan adalah metode pengukuran poligon yang terdiri dari pekerjaan pengukuran jarak, pengukuran sudut horisontal, dan pengamatan azimuth matahari. a. Pengukuran Jarak

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 4

Page 5: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

Pengukuranjarak dengan menggunakan pita ukur baja/meetband 50 m/25 m

Antara dua buah patok beton LJ pengukuran jarak akan dilakukan pulang-pergi atau pembacaan dua kali dengan titik awal/titik nol ukuran yang berbeda untuk mengeliminir kesalahan baca.

Selisih jarak hasil kedua bacaan ini harus mempunyai ketelitian relatif seperti yang disyaratkan yaitu < 1/5.000.

Pengukuran akan dilakukan bertahap (beberapa slag ukuran jarak) tidak langsung 50 m/25 m apabila medan tidak memungkinkan, misalnya karena jalan berkelok atau naik/turun yang akan mengurangi ketelitian pengukuran jarak.

b. Pengukuran Sudut Horisontal

Pengukuran sudut horisontal dilakukan dengan menggunakan alat theodolite ketelitian 1” dengan sistem bacaan biasa dan luar biasa, dengan besarnya sudut merupakan rata-rata dari hasil kedua pengukuran tersebut. Ketelitian bacaan sudut yang dipersyaratkan adalah < 2”

Target bidikan pembacaan sudut adalah unting-unting yang dipasang pada kaki tiga diatas poigon yang berupa paku seng.

Salah penutup sudut antara dua buah patok beton LJ yang berurutan adalah 30” √N, dimana N secara umum adalah merupakan jumlah titik poligon tempat berdiri alat theodolite

c. Pengamatan Azimuth Matahari

Pengamatan matahari diperlukan pada penentuan posisi horisontal yang berguna untuk penentuan arah peta/gambar dan kontrol sudut-sudut ukuran.

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 5

Page 6: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

Alat yang digunakan adalah Theodolite ketelitian bacaan 1” yang dilengkapi prisma roelof untuk mencapai ketelitian yang dipersyaratkan.

Pengamatan dilakukan pada setiap patok beton LJ dengan arah bidikan ketitik poligon yang posisinya sebelum dan sesudah patok beton LJ tersebut. Target yang dipasang pada titik poligon berupa unting-unting yang dipasang pada kaki untuk menjamin ketelitian yang dipersyaratkan.

Waktu pengamatanm akan dilakukan pagi hari pukul 07.00 s/d 09.30 dan sore hari pukul 15.00 s/d 17.30 pada sudut miring matahari antara 5º sampai 30º agar hasilnya dapat dibandingkan untuk menhindari kesalahan yang mungkin terjadi.

2. Penentuan Posisi Vertikal/Penampang Memanjang

Pengukuran posisi vertikal sangat diperlukan untuk menentukan gambar alinyemen vertikal yang berupa gambaran ketinggian muka as jalan dan besarnya persentase gradien turunan/naik jalan, serta juga dapat digunakan elevasi taraf landasan dan taraf bangunan bawah jembatan.

Alat yang digunakan adalah alat ukur waterpass dengan ketelitian bacaan 5 mm dan dapat membaca rambu ukur sampai fraksi mm dengan taksiran.

Pengukuran antara dua buah patok beton LJ dilakukan secara pulang pergi atau double stand dengan posisi berdiri alat yang berpindah untuk menghindari kesalahan.

Persyaratan teknis untuk mencapai ketelitian yang dipersyaratkan akan dipenuhi misalnya dalam posisi alat ditengah kedua rambu pada setiap slag pengukuran, jumlah

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 6

Page 7: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

slag genap, jumlah jarak belakang sama dengan jumlah jarak muka, pengukuran tidak dilakukan pada tengah hari saat refraksi udara sanagt tinggi.

Selisih pembacaan beda tinggi antara dua titik dalam satu slag pengukuran I dan II (double stand) < 2 mm serta salah penutup dalam satu kring pengukuran (jarak antara dua patok beton LJ) adalah 20√D km, dimana D adalah jarak kring tersebut.

3. Pengukuran Situasi/Detail

Untuk dapat menggambar situasi/detail jalan harus dilakukan pengukuran situasi/detail metoda tachimetri dengan menggunakan Theodolite kompas dengan ketelitian 30”.

Alat Theodolite kompas ditempatkan pada titik-titik poigon yang dapat membidik dan mengukur objek/detail alam dan buatan manusia sekelilingnya (360º) sekitar daerah pengawasan jalan.

Adanya kemudahan pada metoda tachimetri ini adalah bacaan sudut yang diukur langsung merupakan azimuth objeck yang bersangkutan dengan jarak titik poligon ke objek didapat dari hasil pembacaan sudut miring dan pembacaan jarak optis. Koordinatobjek/detail merupakan koordinat polar yaitu azimuth dan jarak.

Pengukuran detail/situasi dengan metoda tachimetri sangat dapat diandalkan ketelitiannya, karena setiap objek diikat pada titik poligon yang telah terjamin ketelitiannya dan kesalahan yang mungkin terjadi dapat dilokalisir pada jarak 50 – 100 m sekitar titik poligon.

4. Penentuan Penampang Melintang / Cross Section

Pengukuran penampang melintang diambil setiap jarak 50 m pada bagian jalan lurus dan landai dan setiap jarak untuk

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 7

Page 8: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

daerah-daerah tikungan dan berbukit. Lebar pengukuran harus mengikuti daerah sejauh 50 m sebelah kiri kanan sumbu jalan pada bagian yang lurus dan 25 m kesisi luar dan 75 m kesisi dalam pada bagian jalan yang menikung.

Titik yang perlu diperhatikan adalah tepi perkerasan, dasar atau gorong-gorong tepi bahu jalan, dasar permukaan selokan, saluran irigasi, lantai kendaran jembatan dan tebing sungai.

Alat yang digunakan adalah alat waterpass yang diikatkan ketinggiannya pada titik poligon yang ditentukan ketinggiannya pada pengukuran posisi vertikal/penampang memanjang.

5. Patok-patok

Patok beton dengan ukuran 20x20x75 cm harus ditanam sedemikian rupa sehingga bagian patok yang ada diatas tanah adalah kurang lebih 20 cm. Patok poligon dan profil dibuat dari kayu dengan ukuran 5x7x60 cm. Patok beton dan kayu harus diberi tanda BM dan nomor urut.Untuk memperbanyak titik tinggi yang tetap, perlu ditempelkan titik tinggi referensi pada tempat lain yang permanen dan mudah diketemukan kembali. Baik patok poligon maupun patok profil diberi cat kuning dengan tulisan merah yang diletakkan disebelah kiri kearah jalannya pengukuran. Khusus untuk profil memanjang titik yang terletak di sumbu jalan diberi paku payung dengan dilingkari cat kuning sebagai tanda.

6. Perhitungan dan Penggambaran peta

Titik poligon utama harus dihitung koordinatnya berdasarkan titik ikat yang dipergunakan. Perhitungan harus berdasarkan pada metode kwadrat terkecil.

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 8

Page 9: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

Penggambaran titik poligon harus berdasarkan pada hasil perhitungan koordinat. Penggambaran titik poligon tersebut tidak diperkenankan secara grafis.Gambar ukur yang berupa gambar situasi harus digambar pada kertas standar dengan skala 1 : 500 dan garis tinggi dengan interval 0,50 m. Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur, begitu pula semua keterangan yang penting. Titik ikat atau titik mati serta titik ikat baru harus dimasukkan dalam gambar dengan diberi tanda khusus. Ketinggian titik tersebut perlu juga dicantumkan. Daftar koordinat beserta ketinggian titik poligon utama harus dilampirkan.

2.3 SURVAI PENYELIDIKAN TANAHSurvey ini sangat diperlukan guna mendapatkan gambaran nyata dilokasi pekerjaan sebelum dilakukan perencanaan dan atau pekerjaan konstruksi.Adapun jenis-jenis penyelidikan yang lazim dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Dynamic Cone Penetrometer (DCP).Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menilai California Bearing ratio (CBR) lapisan tanah dasar yang dilakukan pada ruas-ruas jalan belum beraspal seperti jalan kerikil atau jalan aspal yang telah rusak hingga tampak lapisan pondasinya atau untuk pelebaran jalan. Pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. Alat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan ukuran.

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 9

Page 10: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

b. Pemeriksaan dilakukan dengan interval pemeriksaan setiap 200 meter sepanjang ruas jalan yang ditetapkan.

c. Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan untuk permukaan jalan tanah/kerikil dan pada permukaan lapisan tanah dasar.

d. Harus dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan yang ada seperti lapisan sirtu, lapisan telford, lapisan pasir, dlsb.

e. Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90 cm dari permukaan lapisan dasar, kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras (lapisan batuan).

f. Selama pemeriksaan harus dicatat keadaan-keadaan khusus yang perlu diperhatikan seperti timbunan, kondisi drainase, cuaca, waktu, dlsb.

g. Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan harus dicatat dengan jelas.

h. Data yang diperoleh dari pemeriksaan ini dicatat dalam formulir HR 2.2.1.

2. Test Pit.

Test pit (lobang percobaan) dilakukan untuk mengetahui jenis dan tebal lapis perkerasan existing. Test pit dilakukan setiap interval 1.000 meter sepanjang ruas jalan.

3. Boring dan sampling dengan Alat sondir.

Boring dan Sondir dilaksanakan guna mendapatkan data tanah dilokasi tersebut berkaitan dengan perencanaan pondasi maupun sebagai data umum untuk perencanaan jalan juga.

Data lapangan yang telah diambil selanjutnya diperiksa dilaboratoriun untuk mendapatkan data sbb:

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 10

Page 11: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

1. Besaran Index.Dimaksud sebagai data penetapan klarifikasi, dan sensitivity tanah, data tersebut yang meliputi:- Specific gravity.- Bulk density.- Moisture content.- Atterberg limit.- Grain size analysis.

2. Besaran-besaran structural tanah.- Unconfined compressive strength.

Maksud dari test ini adalah untuk memperoleh besarnya kekuatan yang kohesif.

- Consolidation test.Dimaksudkan untuk mendapatkan besaran-besaran yang dapat dipergunakan untuk perhitungan penurunan (settlement) bangunan bawah jembatan.

Sedangkan pelaksanaannya dibatasi oleh ketentuan-ketentuan sbb:- Lubang bor harus diatur sedemikian sehingga dapat

memberikan informasi maksimal detail tanah dasar.- Alat sondir yang dipakai tidak perlu selalu type Gouda tetapi

boleh type lain dari Dutc Cone Penetrometer asalkan masih menggunakan metric system dan dalam ketelitian yang sama.

- Alat tersebut harus dilengkapi dengan frction jacket cone kapasitas minimum 2 ton (pembacaan tegangan konus maksimum 200 kg/cm2) .

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 11

Page 12: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

- Pembacaan harga tegangan konus dan geser dilakukan pada setiap interval kedalaman 20 cm.

- Jika kapasitas sondir hanya 2 ton maka sondir ini harus dikerjakan sampai mencapai lapisan tanah dengan nilai konus lebih besar 150 kg/cm2 atau dihentikan sampai kedalaman maksimum 25 meter.

2.4. SURVAI LALU LINTAS 1. Survai LapanganKondisi dan karakteristik jenis lalu lintas yang akan dibangkitkan menuju rencana Jalan haruslah dianalisa berdasarkan data aktual lalu lintas yang ada saat ini dan diprediksikan selama umur rencana jalan 10 tahun sejak selesainya masa pelaksanaan konstruksi.

Pengamatan lalu lintas dilaksanakan sebagai berikut :

a. Persimpangan :1. Waktu pengamatan :

Pagi : jam 06.00 - 08.00 Siang : jam 12.30 - 14.30 Sore : jam 16.00 - 18.00

2. Interval pengamatan tiap 15 menit.3. Posisi dan cara pengamatan :

Dua orang pengamat pada tiap cabang jalan menuju persimpangan berdiri menghadap persimpangan dengan lembar formulir yang sudah disiapkan untuk menghitung kendaraan-kendaraan yang bergerak lurus, belok kiri dan belok kanan.

b. Ruas jalan yang menerus1. Waktu pengamatan 2 x 24 jam dimulai jam 06.00.2. Interval pengamatan tiap 15 menit.

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 12

Page 13: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

3. Cara pengamatan :Dua orang pengamat akan berdiri dengan lembar formulir yang sudah disiapkan untuk mengamati dan menghitung kendaraan yang lewat pada ruas jalan ini untuk masing-masing jalur.

2. Analisa Klasifikasi Jalan

2.a. Satuan Mobil Penumpang (SMP)

Satuan Mobil Penumpang (SMP) yang merupakan nilai perbandingan

untuk berbagai jenis kendaraan pada kondisi jalan untuk daerah datar

adalah sebagai berikut :

- Sepeda motor : 0.5

- Kendaraan penumpang/kendaraan bermotor roda tiga : 1.0

- Truk kecil (berat < 5 ton) / Bus – mikro : 2.5

- Truk sedang (berat > 5 ton) : 2.5

- Bus : 3.0

- Truk besar (berat < 10 ton) : 3.0

- Truk berat (berat > 10 ton) : 5.0

Kendaraan tak bermotor seperti : sepeda, becak dan kendaraan yang

ditarik hewan tidak dapat diberikan koefisien seperti di atas karena

pengaruhnya terhadap lalu lintas sangat dipengaruhi oleh jumlah

volume kendaraan sesaat.

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 13

Page 14: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

2.b. Volume Rencana

Klasifikasi perencanaan jalan-jalan kota ditentukan terutama oleh

volume lalu lintas, disamping oleh fungsi lainnya. Volume lalu lintas

rencana (DTV) dinyatakan dalam SMP, yang menyatakan volume

harian lalu lintas kedua arah.

Beberapa elemen perencanaan tertentu sangat tergantung pada

volume lalu lintas pada jam puncak, yang dinyatakan dalam Volume

Perjam Perencanaan (DHV). Volume Perjam dihitung sebagai berikut :

Untuk jalan 2 jalur :

DHV = DTV * (K/100)

Keterangan :

DHV = Volume Per jam Perencanaan (SMP/2 arah/jam)

untuk jalan 2 jalur.

DTV = Volume lalu lintas rencana (SMP/2 arah/hari).

K = Koefisien puncak (%)

K adalah perbandingan volume lalu lintas pada jam ke-13 dibagi

dengan AADT (LHR tahunan) namun bila data tersebut tidak tersedia,

dapat dipergunakan nilai koefisien 10 %.

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 14

Page 15: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

2.c. Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas :

1. Jalan Arteri

2. Jalan Kolektor

3. Jalan Lokal

Jalan Arteri : Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri

perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan

masuk dibatasi secara efisien.

Jalan Kolektor : Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi

dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang

dan jumlah jalan masuk dibatasi.

Jalan Lokal : Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri

perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jalan masuk

tidak dibatasi

2.d. Klasifikasi menurut kelas jalan.

1. Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan

untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan

sumbu terberat (MST) dalam satuan ton.

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 15

Page 16: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

2. Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan klasifikasi

menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel 2.1 (Pasal 11, PP.No.43/1993).

Tabel 2.1. Klasifikasi menurut kelas jalanFungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat

MST (ton)Arteri I > 10

II 10III A 8

Kolektor III A 8      III BSumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

2.e. Klasifikasi menurut jenis prencanaanBeradasarkan jenis hambatannya jalan-jalan perkotaan dibagi dalam dua tipe, yaitu :- Tipe I : Pengaturan jalan masuk secara penuh.- Tipe II : Sebagian atau tanpa pengaturan jalan masuk.

2.f. Klasifikasi menurut kelas perencanaanJalan-jalan tipe I terbagi dalam dua kelas, dan jalan tipe II terbagi dalam 4 kelas sesuai klasifikasi fungsional dan perencanaan volume lalu lintas.

Tabel 2.2. Jalan Tipe I

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 16

Page 17: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

Fungsi Kelas

Primer Arteri 1

Kolektor 2

Sekunder Arteri 2 Sumber : Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan, 1992.

Tabel 2.3. Jalan Tipe IIFungsi DTV (dalam SMP) KelasPrimer Arteri - 1

Kolektor > 10.000 1< 10.000 2

Sekunder Arteri > 20.000 1< 20.000 2

Kolektor > 6.000 2< 6.000 3

Jalan Lokal > 500 3

< 500 4

Sumber : Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan, 1992

Dalam perhitungan perencanaan volume lalu lintas (DTV) untuk menentukan klasifikasi perencanaan jalan, kendaraan tak bermotor (termasuk sepeda/becak) tidak perlu ikut diperhitungkan.

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 17

Page 18: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

2.g. Klasifikasi menurut medan jalan

1) Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur.

2) Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat dalam

Tabel 2.2.

Tabel 2.4. Klasifikasi menurut medan jalan

No. Jenis Medan NotasiKemiringan

Medan( % )

1 Datar D < 32 Perbukitan B 3 - 253 Pegunungan G > 25

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

.2.i. Kecepatan rencana

Kecepatan rencana Vr pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.Kecepatan rencana yang akan dipakai adalah Vr = 60 - 80 km/jam (sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja/KAK).

3. Analisa Kebutuhan Lebar JalanDalam menentukan kebutuhan lebar jalan akan sangat tergantung pada kebutuhan jumlah lajur, faktor yang terpenting dalam penentuan jumlah lajur adalah besarnya volume lalu lintas yang akan lewat. Kinerja lalu lntas

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 18

Page 19: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

ditentukan oleh besarnya Degree of Saturation (DS) atau Derajat Kejenuhan.

DS = Q/C < 0.80Jumlah lajur = Q/ (0.8 C)

Keterangan :Q = DHV = Volume lalu lintas yang lewat (SMP/jam)C = kapasitas jalan (SMP/jam)Besarnya kapasitas (C) adalah : C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs

Keterangan :Co = Kapasitas dasar (SMP/jam)FCw = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintasFCsp = Faktor penyesuaian pemisahan arahFCsf = Faktor penyesuaian hambatan sampingFCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota

Tabel 2.5. Besarnya kapasitas dasar untuk jalan perkotaan

Tipe Jalan Kapasitas dasar Catatan(SMP/jam)

Empat lajur terbagi atau 1650 Per lajur  Jalan satu arah  

Empat lajur tak terbagi 1500 Per lajur  Dua lajur tak terbagi 2900 Total 2 arah  

Sumber : MKJI 1997

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 19

Page 20: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

Tabel 2.6 Faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalu lintas (FCw).

Lebar jalur laluTipe Jalan lintas efektif (Wc) FCw

(m)Empat lajur terbagi atau Per lajurJalan satu arah 3.00 0.92

3.25 0.963.50 1.003.75 1.044.00 1.08

Empat lajur tak terbagi Per lajur3.00 0.913.25 0.953.50 1.003.75 1.054.00 1.09

Dua lajur tak terbagi Total dua arah5.000 0.566.00 0.877.00 1.008.00 1.149.00 1.2510.00 1.2911.00 1.34

Sumber : MKJI 1997

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 20

Page 21: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

Tabel 2.7. Faktor penyesuaian kapasitas akibat pemisahan arah (FCsp).

Pemisahan arah SP % - % 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30FCsp Dua lajur 2/2 1.00 0.97 0.94 0.91 0.88

Empat lajur 4/2 1.00 0.985 0.97 0.955 0.94Sumber : MKJI 1997

Tabel 2.8. Faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping (FCsf), jalan perkotaan dengan kereb.

Kelas Faktor penyesuaian untuk hambatan

Tipehambata

n samping dan jarak kereb-penghalang FCsfJalan samping Jarak kereb penghlang Wk

< 0.5 1.0 1.5 >2.04/2 D VL 0.95 0.97 0.99 1.01

L 0.94 0.96 0.98 1.00M 0.91 0.93 0.95 0.98H 0.86 0.89 0.92 0.95

VH 0.81 0.85 0.88 0.924/2 UD VL 0.95 0.97 0.99 1.01

L 0.93 0.95 0.97 1.00M 0.90 0.92 0.95 0.97H 0.84 0.87 0.90 0.93

VH 0.77 0.81 0.85 0.902/2 UD VL 0.93 0.95 0.97 0.99atau L 0.90 0.92 0.95 0.97

Jalan satu M 0.86 0.88 0.91 0.94

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 21

Page 22: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

arah H 0.78 0.81 0.84 0.88VH 0.68 0.72 0.77 0.82

Sumber : MKJI 1997

Tabel 2.9. Faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota(FCcs).

Ukuran kota (Juta penduduk) Faktor penyesuaian untukukuran kota

< 0.1 0.860.1 - 0.5 0.900.5 - 1.0 0.941.0 - 3.0 1.00

> 3.0 1.04Sumber : MKJI 1997

2.5. Survai Hidrologi

1. Survai LapanganKeperluan drainase sangatlah terkait dengan debit banjir yang ada pada lokasi yang ditinjau. Dengan diketahuinya perkiraan debit banjir, maka akan dapat ditetapkan kebutuhan dimensi|(ukuran) drainase, baik drainase samping jalan maupun drainase melintang jalan (cross drain/gorong-gorong). Selain untuk menentukan dimensi drainase, maka perkiraan debit banjir ini akan digunakan untuk menetapkan tinggi elevasi badan jalan sehingga tidak terganggu oleh banjir yang ada.Untuk keperluan di atas, maka survai hidrologi dilakukan dengan metode :

1. Pengumpulan data curah hujan selama 10 tahun terakhir yang berpengaruh pada lokasi pekerjaan dari instansi terkait.

2. Pengamatan kondisi drainase dilokasi pekerjaan.

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 22

Page 23: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

3. Wawancara dengan masyarakat sekitar lokasi pekerjaan.

2. Data Dasar PerencanaanBeberapa data dasar yang diperlukan untuk melakukan analisa hidrologi khususnya untuk mempelajari dan menentukan debit banjir adalah sebagai berikut :

1. Data curah hujan harian maksimum yang berasal dari pengamatan stasiun pencatat hujan terdekat, bisa satu atau lebih tergantung hubungan areal pengaruh dari stasiun hujan dengan daerah tangkapan airnya.

2. Peta Topografi dengan skala 1 : 50 000 3. Posisi lokasi rencana trase jalan 4. Kondisi penutup lahan didaerah tangkapan air.

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan debit rancangan adalah curah hujan rata rata diseluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan tersebut merupakan hujan wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm dan diperkirakan dari beberapa titik pengamat curah hujan. Methode perhitungan curah hujan daerah dari pengamatan curah hujan dibeberapa titik adalah sebagai berikut :

1. Cara rata rata Aljabar

Cara ini adalah perhitungan rata rata secara aljabar curah hujan didalam dan dan disekitar daerah yang bersangkutan.

R = 1/n ( R1 + R2 + ….+ Rn )

Dengan :R = Curah hujan daerah (mm)

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 23

Page 24: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

n = Jumlah titik - titik ( pos - pos ) pengamatanR1,R2 ….Rn = Curah hujan ditiap titik pengamatan (mm)

Hasil yang diperoleh dengan cara ini tidak berbeda jauh dari hasil yang didapat dengan cara lain. Jika titik pengamatan itu banyak dan tersebar merata di seluruh DAS. Keuntungan cara ini karena cukup obyektif dan ini berbeda dengan cara isoheit dimana faktor subyektif turut menentukan.

2. Cara Thiessen

Jika titik titik pengamatan didalam daerah tidak tersebar merata, maka cara perhitungan curah hujan rata rata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh tiap titik pengamatan.

Curah hujan daerah itu dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

R = A1R1 + A2R2 + ……+ AnRn A1 + A2 +……..+An

= A1R1 + A2R2 + ……+ AnRn A

= W1R1 + W2R2 + ….. + W3R3

Keterangan :R = Curah hujan daerahR1,R2….Rn = Curah hujan ditiap titik pengamatan A1,A2…..An = Bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatann = adalah jumlah titik pengamatanW1,W2….Wn = A1/A, A2/A……..An/A

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 24

Page 25: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

Cara Thiessen ini memberikan hasil yang lebih teliti dari pada cara aljabar rata rata rata. Akan tetapi, penentuan titik pengamatan dan pemilihan ketinggian akan mempengaruhi ketelitian hasil yang didapat. Kerugian yang lain ialah umpamanya untuk penentuan kembali jaringan segitiga jika terdapat kekurangan pengamatan pada salah satu titik pengamatan.

Selanjutnya data curah hujan untuk 10 tahun terakhir tersebut disusun dalam satu bentuk tabel yang menunjukkan tinggi hujan harian dalam satuan mm.

3. Analisa Hujan Rencana

Hujan rencana merupakan kemungkinan tinggi hujan yang terjadi dalam kala ulang tertentu sebagai hasil dari suatu rangkaian analisa hidrologi yang biasa disebut analisa frekuensi curah hujan.

Analisa frekuensi sesungguhnya merupakan peramalan ( fore casting ) dalam artian probabilitas untuk rancangan yang berfungsi sebagai dasar perhitungan perencanaan hidrologi untuk antisipasi setiap kemungkinan yang akan terjadi. Analisa frekuensi ini dilakukan dengan menggunakan distribusi kemungkinan “ probability distribution “ teoritis, dan biasa digunakan adalah distribusi Normal, distribusi Log Normal, Distribusi Gumbel dan Distribusi Log Pearson Type III.

secara sistematis analisa hujan rencaca ini dilakukan secara berurutan sebagai berikut :

1. Penentuan Parameter Statistik2. Pemilihan Jenis Sebaran3. Uji Kebenaran Sebaran, dan4. Perhitungan Hujan Rancangan

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 25

Page 26: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

1. Penentuan Parameter Statistik

Parameter statistik yang akan digunakan dalam perhitungan analisa frekuensi meliputi parameter nilai rata rata (Xr) , simpangan baku (Sd), ,Koefisien variasi (Cv), Koefisien kemiringan (Cs), dan koefisien kurtosis (Ck).

Perhitungan parameter tersebut didasarkan pada data catatan tinggi hujan harian maksimumm selama 10 ( sepuluh ) tahun terakhir dan untuk memudahkan perhitungan maka proses analisanya dilakukan secara matriks dengan menggunakan tabel. Sementara untuk memperoleh harga parameter statistik dilakukan perhitungan dengan rumus dasar sebagai berikut ;

X r = X ratarata = X / n

X rata rata = tinggi hujan harian maksimum rata rata selama n tahun

X = Jumlah tinggi hujan harian maksimum selama n tahun

n = Jumlah tahun pencatatan data hujan Sd = Simpangan baku = e∑(X – Xr)2 ⁄ (n-1)Cv = Koefisien variasi = Sd / Xr

Cs = Koefisien kemiringan = n / ((n-1).(n-2)) x ∑(X – Xr)3 / Sd3

Ck = Koefisien kurtosis = n2 / ((n-1).(n-2).(n-3) x ∑(X – Xr)4 / Sd4

Lima parameter statistik di atas akan menentukan jenis sebaran/distribusi yang akan digunakan dalam analisa frekuensi.

2. Pemilihan Jenis Sebaran

Penentuan jenis sebaran yang akan digunakan untuk analisa frekuensi dilakukan dengan beberapa anggapan berikut :

Jenis sebaran Normal, apabila Cs = 0 dan Ck = 3 Jenis sebaran Log Normal, apabila Cs (lnx) = 0 dan Ck = (lnx) = 3

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 26

Page 27: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

Jenis sebaran Pearson III,apabila Cs(lnx)>0 dan Ck(lnx)=1,5 (Cs(lnx)2)2 +3

Jenis sebaran Gumbel I, apabila Cs = 1,14 dan Ck = 5,40

Dari parameter statistik yang ada, apabila tidak dapat memenuhi kondisi untuk kelima jenis Distribusi atau sebaran seperti tersebut diatas.maka selanjutnya dipilih yang paling mendekati.

3. Perhitungan Hujan Rancangan

Perhitungan hujan rancangan dilakukan dengan menggunakan cara

analisa frekuensi untuk distribusi atau jenis sebaran terpilih ( seperti

diuraikan pada no 2 diatas )

Analisa frekuensi dapat dilakukan secara matematika aljabar dan secara grafis. Penggunaan cara grafis dilakukan dengan ploting data hujan pada kertas grafik sesuai dengan distribusi yang digunakan , untuk distribusi Normal digunakan kertas grafik Normal, untuk distribusi Log Normal digunakan kertas grafik Log Normal , untuk distribusi Gumbel digunakan kertas grafik Gumbel serta untuk distribusi Log Pearson digunakan kertas grafik Log Pearson. Perhitungan dengan grafis ini memungkinkan terjadinya kesalahan yang cukup banyak. Sehingga untuk mengetahui tingkat pendekatan dari hasil penggambaran tersebut. Perlu dilakukan uji kecocokan data dengan cara dan langkah langkah pengujian seperti pada uraian no 3 di atas, sementara penggunaan cara matematik aljabar yang mampu memberikan hasil lebih teliti dapat dilakukan dengan langkah - langkah sebagai berikut:

Distribusi NormalKoefisien Skewness Cs = 0Koefisien Kurtosis Ck = 3

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 27

Page 28: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

Rumus Umum :

Rt = Xr + K

Dengan : Rt = Tinggi hujan untuk periode ulang T tahun (mm) K = Faktor frekuensi untuk Distribusi Normal ( tabel C-5 ) Xr = Harga rata rata data hujan ( mm)

Distribusi Log Normal

Distribusi Log Normal yang dimaksud adalah Distribusi Log Normal dengan dua parameter, yaitu n dan n2, dimana masing masing itu adalah harga tengah dan variasi untuk logaritma dari variabelnya. Fungsi kerapatan kemungkinannya ( “ probability Density Function “) adalah

P1 ( X) = (n / xn 2 ) exp ( -0,5 ( lnx - n2))

Dengann = ( 0,5 ln) x ( 4 / ( 2 + 2 )n2 = ln ((4 + 2)/ 2 )

Sedang besarnya asimetrik ( skewness) = V3 + 3 Vdengan (V = ( / ( = ( e n2 – 1)0,5dan kurtosisk = (V8 + 6 (V6 + 15 (V4 + 16 (V2 + 3

Dari persamaan di atas dapat didekati nilai asimetri ( ≈ 3(V dan selalu bertanda positif.

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 28

Page 29: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

Dengan cara penyelesaian grafis, pencacahan sebaran nya dapat dilakukan dengan penggambaran pada kertas kemungkinan logaritma dan dibandingkan dengan garis kemungkinannya dari persamaan ; ( Chow, 1964 )

Xt = X + K (

DimanaXt = besarnya variabel dengan jangka waktu ulang T tahunX = harga tengahan ( mean )K = Faktor frekuensi Distribusi Log Normal = Penyimpangan standart

Distribusi Gumbel

Distribusi ini merupakan Distribusi dari nilai nilai ekstrim ( maksimum atau minimum ). Fungsi distribusi Gumbel merupakan fungsi eksponensial ganda. Sifat khusus dari distribusi Gumbel adalah sebagai berikut ( Sriharto,1991):

Koefisien Kurtosis Cs = 1,1396

Ck = 5.4002

Rumus Umum :

Rt = X + ( Sx/Sn ) ( Yt – Yn )

Dengan :Rt = Tinggi hujan untuk periode ulang T tahun (mm)X = Harga rata rata data hujanYt = Harga Reduced Variate Yn = Harga rata rata Reduced Variate Sn = Reduced Standart Deviation Sx = Standart Deviasi

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 29

Page 30: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

4. Perhitungan Debit Banjir Rencana

Debit banjir Recana diperlukan untuk menentukan elevasi muka air banjir dan dimensi saluran drainase.

Debit banjir rencana dihitung berdasarkan besar hujan rencana pada masing masing DAS dan parameter DAS yang bersangkutan Bagan Alir Estimasi Debit Banjir rencana dapat dilihat pada gambar 2.2

Untuk DAS dengan luas 200 ha, estimasi debit dapat dilakukan dengan menggunakan metode rasional, sedangkan untuk DAS dengan luas > 200 ha digunakan metoda hidrograf satuan sintetik.

Kala Ulang debit rencana untuk saluran maupaun bangunan perlintasan yang ditetapkan sebagai berikut :

- Untuk DAS 200 ha digunakan kala ulang 20 tahun

- Untuk DAS > 200 ha digunakan kala ulang 50 tahun

Metoda yang digunakan dipilih metoda yang sederhana dan umum digunakan di Indonesia. Untuk metoda Hidrograf satuan sintetik digunakan metoda hidrtograf satuan Nakayasu dan Gama I. Kedua metoda tersebut membutuhkan data intensitas hujan ( mm/ jam ) atau tinggi hujan (mm) dengan durasi yang dianggap sebesar waktu konsentrasinya dan dengan kala ulang tertentu. Untuk keperluan analisis juga dibutuhkan peta topografi untuk penetuan luas DAS, panjang alur, beda ketinggian rata rata antara tempat yang ditinjau dan titik tertinggi dalam DAS.

A. Metoda Hidrograf Satuan Sintetik Gama I

Metode hidrograf satuan sinteik Gamma 1 ini dikembangkan untuk Pulau Jawa dengan luas DAS maksimum adalah 3250 km2.

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 30

Page 31: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

Hidrograf ini merupakan persamaan empirik yang diturunkan dengan berdasarkan pada parameter parameter DAS terhadap bentuk dan besaran hidrograf satuan.

Dalam penelitiannya ditemukan 6 (enam ) parameter DAS yaitu :o Faktor Sumber ( Source Faktor SF )

Perbandingan antar jumlah panjang sungai tingkat satu dengan jumlah panjang sungai semua tingkat

o Frekuensi Sumber ( Source Frequency , SN )Perbandingan antar jumlah pangsa ( segment ) sungai tingkat satu dengan jumlah pangsa sungai semua tingkat.

o Faktor Simetri ( Symmetry Factor, SIM )Merupakan hasil klai antara faktor lebar ( WF ) dengan luas relatif DAS sebelah hulu ( RUA ).

o Faktor Lebar ( Widthh factor, WF )Perbandingan antara lebar DAS yang diukur dari titik disungai yang berjarak ¾ L dan lebar DAS yang diukur dari titik disungai yang berjarak ¼ L dari tempat pengukuran.

o Luas relatif DAS sebelah hulu ( relative upper catchment area, RUA)Perbandingan antar aluas DAS sebelah hulu garis yang ditarik melalui titik disungai terdekat dengan titik berat DAS dan tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan titik tersebut dengan tempat pengukuran dengan luas DAS.

o Jumlah pertemuan sungai ( Nmber of Junction, JN )Besarnya sama dengan jumlah pangsa sungai tingkat satu dikurangi satu.

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 31

Page 32: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

Persamaan – persamaan yang dipakai untuk menetapkan hidrograf satuan yang selanjutnya digunakan untuk memperkirakan banjir rancangan dengan kala ulang tertentu adalah sebagai berikut :

1. Waktu naik, TRDinyatakan sebagai fungsi faktor sumber SF tiap satuan panjang sungai dan factor simetrik SIM.

TR = 0,43 (L/100 SF)3 + 1,0665 SIM + 1,2775

Dengan :TR = Waktu naik, jamL = Panjang sungai – induk, KmSF = Faktor Sumber , tidak berdimensiSIM = Faktor Simetri, ,tidak berdimensi

2. Debit Puncak , QpMerupakan fungsi luas DAS A, jumlah pertemuan sungai JN, dan waktu naik TR.

QP = 0,1836 A0,5886 JN0,2381 TR -0,4008

Dengan QP = Debit Puncak , m3/det JN = Jumlah pertemuan Sungai

3. Waktu dasar, TBMerupakan fungsi waktu naik TR, Landai sungai rata rata S, frekuensi sumber SN, dan luas relatif DAS sebelah hulu RUA.

TB = 27,4132 TR0,1457 SN-0,7344 RUA0,2574

Dengan : TB = Waktu dasar, jam TR = Waktu Naik, jam

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 32

Page 33: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

S = Landai sungai rata rata, tidak berdimensi SN = Frekuensi sumber, tidak berdimensi RUA = luas relatif DAS sebelah hulu, Km2

4. Koefisien tampungan, KDipengaruhi oleh luas DAS A, landai sungai ratarata S , factor sumber SF dan kerapatan jaringan kuras D.

K = 0,5617 A 0,1798 S -0,1446 SF -1,0897 D 0,0452

Dengan :K = Koefiien tampungan ,jamA = Luas DAS, km2S = Landai Sungai rata rata, tidak berdimensiSf = Faktor sumber, tidak berdimensiD = Kerapatan jaringan kuras, Km / Km2

5. Indeks Infiltrasi, IndexMeskipun tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh sifat sifat DAS, akan tetapi secara hidrolik dapat didekati dengan persamaan sebagai fungsi dari DAS A, dan frekuensi sumber SN.

= 10, 4903 – 3,859.10 -6 A2 + 1,6985.10 -13 ( A/SN ) 4

Dengan, = indeks , mm/jamA = luas DAS,Km2SN = frekuensi sumber, tidak berdimensi

6. Aliran dasar, QBMerupakan fumgsi luas DAS A dan kerapatan jaringan kuras D.

QB = 0,4751 A 0644 D 0,9430

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 33

Page 34: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

Dengan, QB = Aliran dasar, m3/det A = luas DAS, km2 D = kerapatan jaringan kuras.km /km2

Pada hidrograf satuan sintetik Gama I ini, sisi naik merupakan garis lurus, sedangkan sisi resesi merupakan garis eksponensial, dengan persamaan :

Qt = QP e-(t/K )

Dengan,Qt = debit pada waktu t, m3/dett = waktu dari saat terjadinya debit puncak, ,jamK = Koefisien tampungan, jam

B. Metoda Hidrograf Satuan Nakayasu

Bentuk Unit hidrograf umumnya ditentukan oleh curah hujan dalam waktu tertentu (Unit duration atau standard duration), maka perlu diperhatikan bagaimana curah hujan harian dapat dipecah pecahkan menjadi sejumlah komponen curah hujan yang sesuai dengan Unit duration atau satndart duration yang ditentukan dalam teori yang kita pakai.

Rumus : R = R24 / t

Rt = Ro ( 5 / T ) 2/3

Dengan Ro = hujan rata rata tiap jam, (mm / jam )

Rt = Intensitas hujan dalam T jam ( mm/jam )R24 = hujan harian efektif ( mm)T = Waktu dari mulai hujan ( jam )t = Waktu konsentrasi hujan ( jam )

Parameter parameter dari Unit Hidrograf

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 34

Page 35: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

Yang dimaksud dengan parameter – parameter unit hidrograf adalah angka angka tertentu yang menentukan bentuk hidrograf.

Prosedur perhitungan

1. Parameter Unit Hidrograf

Tp = Tg + 0,8 tr

Dengan, Tp = peak time ( jam ) Tg = time log ( jam ) ‘tr = satuan waktu curah hujan yang digunakan ( jam )

L = panjang sungai

2. Debit Puncak Banjir ( Qp )

Qp = ( 1 / 36 ) A. Ro. ( 1 / ( 0,3 Tp + T 0,3)

Dengan ,A = Luas daerah pengaliran ( km2)Ro = Curah hujan spesifik ( mm)T0,3 = Tg = Koefisien antara 1,5 – 3,5nilai dapat didekati dengan pendekatan = 1/Tg . 0,47 . (A.L) 0.25

3. Perhitungan Unit Hidrograf

Lengkung naik Qp( t / Tp) 2,4

Lengkung turun 1 Qp . 0,3^(( t –Tp)/T0,3))Lengkung turun 2 Qp . 0,3^(( t –Tp + 0,5 T0,3)/ 1,5T0,3)Lengkung turunn 3 Qp . 0,3^(( t –Tp + 1,5 T0,3)/ 2T0,3)

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 35

Page 36: 1 · Web viewKelas Faktor penyesuaian untuk hambatan Tipe hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCsf Jalan samping Jarak kereb penghlang Wk < 0.5 1.0 1.5 >2.0 4/2 D VL

LAPORAN ANTARA

4. Perhitungan Hidrolika Saluran Terbuka Dan Gorong-gorong (Culvert)

Kapasitas saluran dan gorong-gorong (culvert) dihitung dengan menggunakan rumus Manning.

Q = V.A

V = 1/n . R 2/3.S 1/2

R = A

P

Q = Debit banjir ( m3/det )V = Kecepatan aliran ( m/det )A = Luas tampang basah ( m3 )n = Koefisien Kekasaran manning R = Radius hidraulik ( m)S = Gradien rata – rataP = Keliling basah ( m )

Perencanaan Teknis Jalan Mangkang Arteri Utara Kota SemarangTahun Anggaran 2014 BAB II - 36