1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa...
Transcript of 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa...
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian terhadap Penelitian yang Relevan Sebelumnya
Sepanjang hasil penelusuran dan pengetahuan penulis, kajian tentang
kemampuan menyusun karya ilmiah pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia belum pernah dilakukan sebelumnya.Meskipun demikian,
hasil penelitian yang relevan terkait penulisan karya ilmiah telah ada. Berikut
hasil-hasil penelitian dimaksud.
1) Rizka Nurella Mohtar. 2012. Judul penelitian Kemampuan Menulis Karya
Ilmiah Sederhana dengan Menggunakan Berbagai Sumber Siswa Kelas X-I
MAN 2 Tulungagung. Masalah yang dikaji kemampuan siswa dalam menulis
karya ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif,
dengan instrumen penelitian perintah dan petunjuk menulis karya ilmiah
sederhana dari berbagai sumber dan rubrik penilaian.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pada aspek merumuskan masalah karya ilmiah
sederhanasiswa kelas X-I MAN 2 Tulungagung belum mampu. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya siswa yang tidak mencantumkan rumusan masalah
dalam karya ilmiah sederhana.Rata-rata nilai siswa adalah 4 yang termasuk
kategori kurang. Selanjutnya, aspek merumuskan judul dalam karya ilmiah
bahwa siswa kelas X-I MAN 2 Tulungagung belum mampu. Pada aspek
mengembangkan gagasan dalam karya ilmiah sederhana, dapat diketahui
bahwa siswa kelas X-I MAN 2 Tulungagung belum mampu. Demikian juga
pada aspek menggunakan kebahasan dalam menulis karya ilmiah, dapat
8
diketahui bahwa siswa kelas X-I MAN 2 Tulungagung belum mampu. Pada
aspek menulis rujukan dalam karya ilmiah sederhana, dapat diketahui bahwa
siswa kelas X-I MAN 2 Tulungagung belum mampu menulis rujukan.
Simpulan atas penelitian ini ialah siswa kelas X-1 MAN 2 Tulungagung
belum mampu menulis karya ilmiah sesuai dengan indikator yang ditetapkan.
Persamaan hasil penelitian di atas dengan penelitian ini adalah tentang
kemampuan menulis karya ilmiah dengan melihat rumusan masalah, dan
judul, sedangkan perbedaannya terletak pada kajian dalam penelitian ini
terfokus pada proses awal sebelum menulis makalah yang mencakup
pemilihan tema, penentuan judul, identifikasi masalah, dan rumusan masalah.
2) Rika Pujianti. 2012. Judul penelitian Peningkatan Kemampuan Menulis
Laporan Ilmiah Sederhana dengan Menggunakan Strategi Pemodelan Pada
Siswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung,
Tulungagung Tahun Ajaran 2012-2013. Permasalahan yang dikaji adalah
tentang rendahnya kemampuan menulis laporan ilmiah pada siswa. Penelitian
ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian
menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan menulis laporan ilmiah
sederhana pada siswa tingkat unggul jurusan TKR SMKN 1 Bandung,
Tulungagung dengan menggunakan strategi pemodelan. Hal ini dilihat dari
hasil peningkatan sebesar 4,2% pada siklus I dibanding dengan pratindak.
Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 11,5% dibanding dengan
siklus I. Peningkatan ini berdasarkan ketercapaian nilai yang diperoleh siswa
terhadap nilai SKM sekolah (70).Peningkatan kemampuan menulis bagian
pendahuluan dengan menggunakan strategi pemodelan dilihat dari
meningkatnya skor rata-rata yang diperoleh siswa pada setiap siklus. Pada
bagian ini, peningkatan kemampuan menulis laporan ilmiah sederhana
terdapat pada aspek sistematika dan isi. Namun pada aspek bahasa belum
terjadi peningkatan. Pada bagian ini terjadi peningkatan sebesar 0,2% pada
siklus I dibanding pratindak, dan terjadi peningkatan 2,6% pada siklus II
dibanding siklus I. Peningkatan kemampuan menulis bagian kajian pustaka
dan bagian metode laporan ilmiah sederhana meningkat pada aspek
sistematika, isi, dan bahasa. Peningkatan ini terjadi karena pembelajaran
melibatkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa untuk menyusun bagian
kajian pustaka dan bagian metode laporan ilmiah sederhana. Pada bagian ini
terjadi peningkatan sebesar 5,8% pada siklus I dibanding dengan pratindak,
dan terjadi peningkatan 7,5% pada siklus II dibanding siklus I. Simpulan hasil
penelitian bahwa dalam pembelajaran menulis laporan ilmiah sederhana,
disarankan bagi guru untuk menerapkan strategi pemodelan dengan cara
menyediakan model bagian-bagian laporan ilmiah sederhana. Selain itu, juga
disarankan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran kontekstual agar siswa
merasakan langsung manfaat pembelajaran bahasa Indonesia dalam kehidupan
nyata.
Berdasarkan kedua hasil penelitian di atas, persamaan pokok terletak pada
kemampuan mengembangkan gagasan dan menulis daftar pustaka atau rujukan.
Mengembangkan gagasan dan menulis daftar rujukan merupakan sesuatu hal yang
harus dipenuhi dalam penulisan karya ilmiah, sehingga bisa menghasilkan sebuah
karya yang berstandar atau sistematis.Hasil-hasil penelitian di atas menunjukkan
bahwa belum terlihat adanya peningkatansecara siginifikan kemampuan siswa
dalam menulis karya ilmiahdengan menggunakan media dan strategi
pembelajaran.
Letak perbedaan hasil penelitian di atas dengan penelitian ini adalah
masalah-masalah yang dikaji. Peneliti mengkaji masalah kemampuan memilih
tema, memilih topik, mengindentifikasi masalah, menentukan masalah,
menentukan tujuan penelitian, dan melakukan pengutipan. Masalah-masalah ini
dikaji secara teknis dan operasional terkait karya ilmiah mahasiswa harus lebih
fokus dalam pencarian masalah, penyusunan materi, pengembangan konsep, dan
penulisan rujukan dengan benar.
2.2 Hakikat Karya Ilmiah
Menurut Susilo (1995:11) bahwa karangan ilmiah merupakan suatu
karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari
oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun
menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan
isisnya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya.
Tujuan dari pembuatan karangan ilmiah, antara lain: memberi penjelasan,
memberi komentar atau penilaian, memberi saran, menyampaikan sanggahan, dan
membuktikan hipotesis.Karya ilmiah adalah suatu karya dalam bidang ilmu
pengetahuan (science) dan teknologi yang berbentuk ilmiah. Suatu karya dapat
dikatakan ilmiah apabila proses perwujudannya lewat metode ilmiah.
Selain itu, Pateda (2003:108) memberikan penjelasan bahwa karya ilmiah
atau tulisan ilmiah merupakan hasil pemikiran ilmiah tentang disiplin ilmu
tertentu yang disusun secara sistematis, benar, logis, utuh, dan bertanggung-
jawab, yang menggunakan bahasa yang benar.
Bila fakta yang disajikan berupa fakta umum yang objektif dan dapat
dibuktikan benar tidaknya serta ditulis secara ilmiah, yaitu menurut prosedur
penulisan ilmiah, maka karya tulis tersebut dapat dikategorikan karya ilmiah,
sedangkan bilamana fakta yang disajikan berupa dakta pribadi yang subjektif dan
tidak dapat dibuktikan benar tidaknya serta tidak ditulis secara ilmiah, karya tulis
tersebut termasuk karya tulis nonilmiah.
Seperti dikemukakan oleh Chaer (2007:4-5) bahwa dalam memperoleh
pengetahuan yang benar, ada dua jenis kegiatan yang dilakukan: (1) kegiatan yang
bersifat ilmiah, dan (2) kegiatan yang bersifat nonilmiah. suatu kegiatan ilmiah
dilakukan melalui penelitian ilmiah dan dibangun di atas teori ilmiah tertentu.
Teori ini berkembang melalui penelitian yang sistematis dan terkontrol berdasar
atas data empiris, konsistensi teori, dan kemantapan internal bila melakukan
kajian yang sama. Kegiatan nonilmiah dilakukan tanpa adanya teori dan prosedur
tertentu, melainkan hanya berdasarkan akal sehat, prasangka, intuisi, penemuan
secara kebetulan atau coba-coba, dan pendapat otoritas ilmiah/pikiran kritis.
Karya ilmiah sebagai bentuk produktif dari kegiatan ilmiah, sudah tentu
memperhatikan konsep di atas, seperti berkembang dari acuan teori, memiliki
konsistensi, dan hasil karya ilmiah dapat ditelaah kembali oleh orang lain dengan
memperoleh hasil yang sama atau justru membatah hasil temuan pertama.
Menurut Brotowidjojo (1988:15-16) bahwa karya ilmiah sebaiknya:
1) menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum
alam pada situasi spesifik.
2) ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan. Dalam
pengertian jujur terkandung sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan
rujukan dan kutipan yang jelas.
3) disusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan secara terkendali,
konseptual, dan prosedural.
4) menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang
indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
5) mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan
suatu hipotesis.
6) hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing
pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh
memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajiannya
tidak boleh bersifat emotif.
7) pada dasarnya bersifat ekspositoris. Pembaca dibiarkan mengambil
kesimpulan sendiri berupa pembenaran dan keyakinan akan kebenaran karya
ilmiah tersebut.
Menurut Djunaedi (2002:13) bahwa ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat
dikaji dari minimal empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan substansi,
sikap penulis, serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat,
biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan),
dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan
inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri
dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok
pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua
karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka.
Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
Cholid, dkk (2001:9) bahwa sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif,
yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak
menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau
kedua.
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang
tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan
struktur yang baku. Menurut pemahaman penulis bahwa bahasa baku dan
keefektifan penulisan mencakup hal-hal berikut.
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal
(pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal
merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan
pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik.
Bagian penutup merupakan kesimpulan pokok pembahasan serta rekomendasi
penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua
karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka.
Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan
dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan
bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang
tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan
struktur yang baku. Hal ini seperti dikemukakan pula oleh Poewadaminta
(1997:38) bahwa struktur karya ilmiah meliputi: judul, nama penulis, abstrak,
pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, ucapan
terima kasih, dan daftar pustaka.
2.3 Jenis-Jenis Karya/Tulisan Ilmiah
Menurut Pateda (2003:109-114) bahwa tulisan ilmiah dapat dibagi atas:
(1) paper, (2) makalah, (3) modul, (4) diktat, (5) tulisan ilmiah untuk mencapai
gelar akademik seperti skripsi, tesis, dan disertasi, (6) laporan buku, (7)
timbangan buku, (8) laporan penelitian, dan (9) tulisan ilmiah popular.Penjenisan
atau peragaman karya ilmiah oleh para pakar lain seperti yang dikemukakan oleh
Tuloli (2011: 7) bahwa tulisan atau karya ilmiah yang biasa dipenuhi secara
akademik berupa: paper, makalah, laporan, skripsi, tesis, dan disertasi. Paper,
makalah, dan laporan biasanya merupakan jenis karya ilmiah yang dibuat oleh
mahasiswa terkait tugas-tugas perkuliahan yang diberikan, atau juga digunakan
sebagai bahan diskusi dalam forum-forum diskusi.
Berdasarkan kedua pandangan di atas, penulis mengelompokkan karya
limiah dalam beberapa kelompok berikut ini.
1) Karya Ilmiah Berbentuk Makalah
Makalah pada umumnya disusun untuk penulisan didalam publikasi
ilmiah, misalnya jurnal ilmu pengetahuan, proceeding untuk seminar bulletin, atau
majalah ilmu pengetahuan dan sebagainya. Maka ciri pokok makalah adalah
singkat, hanya pokok-pokok saja dan tanpa daftar isi. Terkait dengan masalah
penelitian, secara ilmiah penulisan makalah ini mengacu pada karakteristik khusus
atau struktur penulisan makalah.
2) Karya Ilmiah Berbentuk Report/Laporan Ilmiah yang Dibukukan
Karya ilmiah jenis ini biasanya ditulis untuk melaporkan hasil-hasil
penelitian, observasi, atau survei yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok
orang. Laporan ilmiah yang menjadi persyaratan akademis di perguruan tinggi
biasanya disebut skripsi, yang biasanya dijadikan persyaratan untuk karya ilmiah
pada jenjang S-1, tesis untuk jenjang S-2, dan disertasi untuk jenjang S-3.
3) Buku Ilmiah
Buku ilmiah adalah karya ilmiah yang tersusun dan tercetak dalam bentuk
buku oleh sebuah penerbit buku umum untuk dijual secara komersial di pasaran.
Buku ilmiah dapat berisi pelajaran khusus sampai ilmu pengetahuan umum yang
lain.
Pemahaman secara umum bahwa tulisan ilmiah diklasifikasi dalam wujud
atau bentuk-bentuk seperti dibawah ini.
1) Artikel Ilmiah Popular
Berbeda dengan artikel ilmiah, artikel ilmiah popular tidak terikat secara
ketat dengan aturan penulisan ilmiah. Sebab, ditulis lebih bersifat umum, untuk
konsumsi publik. Dinamakan ilmiah populer karena ditulis bukan untuk keperluan
akademik tetapi dalam menjangkau pembaca khalayak. Karena itu aturan-
aturanpenulisan ilmiah tidak begitu ketat. Artikel ilmiahpopular biasanya dimuat
di surat kabar atau majalah. Artikel dibuat berdasarkan berpikir deduktif atau
induktif, atau gabungan keduanya yang bisa ‘dibungkus’ dengan opini penulis.
2) Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah, bisa ditulis secara khusus, bisa pula ditulis berdasarkan
hasil penelitian semisal skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian lainnya dalam
bentuk lebih praktis. Artikel ilmiah dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan
artikel ilmiah adalah pada penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak
megurangi nilai keilmiahannya.Artikel ilmiah bukan sembarangan artikel, dan
karena itu, jurnal-jurnal ilmiah mensyaratkan aturan sangat ketat sebelum sebuah
artikel dapat dimuat. Pada setiap komponen artikel ilmiah ada pehitungan bobot.
Karena itu, jurnal ilmiah dikelola oleh ilmuwan terkemuka yang ahli dibidangnya.
Jurnal-jurnal ilmiah terakredetasi sangat menjaga pemuatan artikel. Akredetasi
jurnal mulai dari D, C, B, dan A, dan atau bertaraf internasional. Bagi ilmuwan,
apabila artikel ilmiahnya ditebitkan pada jurnal internasional, pertanda
keilmuawannya ‘diakui’.
3) Skripsi
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat
mendapatkan gelar sarjana (S1). Bobotnya 6 satuan kredit semster (SKS) dan
dalam pengerjakannya dibantu dosen pembimbing. Dosen pembimbing berperan
‘mengawal’ dari awal sampai akhir hingga mahasiswa mampu mengerjakan dan
mempertahankannya pada ujian skripsi.Skripsi ditulis berdasarkan pendapat
(teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif,
baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di
laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis
hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.
4) Tesis
Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan
tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana.
Mahasiswa melakukan penelitian mandiri, menguji satu atau lebih hipotesis dalam
mengungkapkan ‘pengetahuan baru’.Tesis atau Master Thesis ditulis bersandar
pada metodologi; metodologi penelitian dan metodologi penulisan. Standarnya
digantungkan pada institusi, terutama pembimbing. Dengan bantuan pembimbing,
mahasiswa merencanakan (masalah), melaksanakan; menggunakan instrumen,
mengumpulkan dan menjajikan data, menganalisis, sampai mengambil
kesimpulan dan rekomendasi.Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam
menggunakan istilah tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai
bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri, sekalipun dipandu dosen
pembimbingmenjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan
skripsi, tesis lebih dalam, tajam, dan dilakukan mandiri.
5) Disertasi
Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor. Gelar Doktor
(Ph.D) dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah mempertahankan disertasi
dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri dari profesor atau Doktor
dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan)
orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan
fakta valid dengan analisis terinci.Disertasi atau Ph.D Thesis ditulis berdasarkan
metodolologi penelitian yang mengandung filosofi keilmuan yang tinggi.
Mahahisiswa (S3) harus mampu (tanpa bimbingan) menentukan masalah,
berkemampuan berpikikir abstrak serta menyelesaikan masalah praktis. Disertasi
memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau
metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji
dalam taraf yang tinggi.
6) Kertas Kerja
Kertas kerja pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas kerja dibuat
dengan analisis lebih dalam dan tajam. Kertas kerja ditulis untuk dipresentasikan
pada seminar atau lokakarya, yang biasanya dihadiri oleh ilmuwan. Pada
‘perhelatan ilmiah’ tersebut kertas kerja dijadikan acuan untuk tujuan tertentu.
Bisa jadi, kertas kerja ‘dimentahkan’ karena lemah, baik dari susut analisis
rasional, empiris, ketepatan masalah, analisis, kesimpulan, atau kemanfaatannya.
7) Makalah
Lazimnya, makalah dibuat melalui kedua cara berpikir tersebut. Tetapi,
tidak menjadi soal manakala disajikan berbasis berpikir deduktif (saja) atau
induktif (saja). Yang penting, tidak berdasar opini belaka.Makalah, dalam tradisi
akademik, adalah karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling ‘soft’ dari
jenis karya ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau bahasan keilmuannya,
adakalanya lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan dibanding
skripsi mahasiswa.
Makalah mahasiswa lebih kepada memenuhi tugas-tugas pekuliahan.
Karena itu, aturannya tidak seketad makalah para ahli. Bisa jadi dibuat
berdasarkan hasil bacaan tanpa menandemnya dengan kenyataan lapangan.
Makalah lazim dibuat berdasarkan kenyatan dan kemudian ditandemkan dengan
tarikan teoritis; mengabungkan cara pikir deduktif-induktif atau
sebaliknya.Makalah adalah karya tulis (ilmiah) paling sederhana.
2.4 Tahap-Tahap Penulisan Karya Ilmiah
Penulisan karya ilmiah dilakukan menurut tahapan-tahapan tertentu.
Secara umum, dipahami urutan atau tahapan penulisan dimulai dari pencarian
masalah, perumusan judul, perumusan masalah, pengembangan materi tulisan
yang didukung oleh pendapat pakar atau teori-teori yang relevan.
Menurut McMahan (1981:12-26) bahwa proses atau tahapan penulisan
karya ilmiah meliputi: (1) merencanakan, (2) menetapkan masalah, (3) membatasi
masalah, (4)mengkaji tulisan yang relevan, (5) membuat kerangka, (6)
mengumpulkan bahan, (7) menyusun konsep, (8) menyeleksi kata dan kalimat
yang digunakan, (9) melaksanakan verifikasi, (10) menyusun konsep akhir, (11)
mengetik dan menggandakan, (12) menyiarkan dan menyampaikan dalam
pertemuan ilmiah.
Tahapan di atas secara teknis sering digunakan dalam penulisan karya
ilmiah yang dikhususkan untuk kepentingan publikasi atau kebutuhan penelitian
terhadap masalah tertentu. Urutan atau tahapan tersebut tidak sepenuhnya berlaku
untuk penulisan makalah yang dimaksudkan sebagai bahan diskusi matakuliah.
Umumnya dikenal tiga tahapan penting dalam penulisan makalah, yakni: (1)
mencari masalah, judul, rumusan masalah; (2) menyusun dan mengembangkan
materi; (3) mendiskusikan hasil tulisan.
Menurut Chaer (2007:18-19) bahwa langkah-langkah yang dilakukan
dalam kegiatan penelitian harus serasi dan saling melengkapi, dan mempunyai
bobot yang cukup memadai dan memberikan kesimpulan yang tidak meragukan.
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian mencakup: (1) pembahasan mengenai
masalah penelitian, (2) telaah pustaka, (3) penyusunan hipotesis (bila ada), (4)
identifikasi, (5) pemilihan dan pengembangan metodologi, (6) penyusunan
rancangan penelitian, (7) penentuan populasi dan sampel, (8) pengumpulan data,
(9) pengolahan dan analisis data, (10) interpretasi hasil analisis, (11) penyusunan
laporan.
Pencarian masalah merupakan tahap pertama yang dilakukan oleh seorang
peneliti atau penulis, dengan memahami gejala atau fenomena tertentu yang bisa
ditelaah secara ilmiah. Dengan menemukan masalah, judul dan rumusan masalah
dapat dipenuhi dengan baik. Setelah langkah ini dipenuhi, penyusunan dan
pengembangan materi menjadi bagian yang sangat penting. Kemahiran, wawasan,
dan tingkat analisis penulis sangat menentukan kualitas tulisan yang akan
dihasilkan. Penulis diharapkan mampu memilih kata yang tepat, merangkai
kalimat dengan pola pengembangan paragraf yang baik, dan keutuhan gagasan
secara keseluruhan dapat memberikan gambaran yang jelas kepada para pembaca.
Tahapan terakhir ialah mendiskusikan hasil tulisan. Pada tahapan ini, para
pembaca memiliki hak untuk mengkritisi, menambahkan, menanggapi, bertanya,
atau memberikan masukan kepada penulis atas hasil tulisan yang dipresentasikan.
Pada kegiatan ini, penulis mencatat hal-hal yang dianggap positif dalam
menyempurnakan hasil tulisannya.
2.5 Komponen Karya Ilmiah
Setiap karya ilmiah disusun mengacu pada standar komposisi atau
komponen tertentu.Oleh Alek dan Achmad (2011:166) bahwa karya ilmiah ialah
karya tulis yang memaparkan pendapat, gagasan, tanggapan, atau hasil penelitian
yang berhubungan dengan kegiatan keilmuan. Pendapat ini memberikan
pemahaman bahwa karya ilmiah pada dasarnya hasil proses pemikiran penulis
melalui pengamatan atau hasil studi ilmiah tertentu, melalui komponen-komponen
yang menyajikan tulisan secara ilmiah.
Seorang penulis termasuk mahasiswa yang senantiasa dituntut untuk
melahirkan gagasan-gagasan ilmiah melalui tulisan-tulisan ilmiah, yang nantinya
dapat dibaca oleh orang lain. Mahasiswa dapat menulis karya ilmiah dengan baik,
bila memahami komponen-komponen karya ilmiah sebagai kerangka
pengembangan gagasan atau idenya.
Menurut Chaer (2011:181) bahwa komponen karya ilmiah mencakup: (1)
masalah penelitian, (2) metode penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) landasan teori
penelitian, (5) objek penelitian, dan (6) hasil penelitian, serta daftar pustaka.
Berdasarkan komponen ini, peneliti memahami bahwa komponen karya ilmiah
sebaiknya dimulai dari pencarian masalah ilmiah yang aktual atau relevan untuk
dikaji/ditulis. Setelah itu, merumuskan atau menetapkan metode penelitian
sebagai rambu-rambu sekaligus alat untuk memperoleh data dan informasi yang
dibutuhkan. Melalui metode ini kemudian seorang mahasiswa yang hendak
menyusun makalah dapat merumuskan tujuan penelitian. Isi tulisan yang disusun
pun harus mencerminkan keilmiahan dengan melandaskan pandangan atau
analisis pada teori atau pendapat para pakar. Selanjutnya, menetapkan objek
penelitian sebagai sasaran pengumpulan data dan informasi. Komponen terakhir
ialah seorang mahasiswa sebaiknya menuangkan hasil penelitiannya dalam sebuah
laporan atau tulisan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.
Komponen yang dijelaskan di atas sangat erat kaitannya dengan
sistematika karya tulis ilmiah. Menurut Nurjamal, dkk (2013:73) bahwa karya
tulis ilmiah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni: bagian depan, bagian
tengah, dan bagian belakang. Penjelasan atas pendapat ini ialah bagian depan
berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah,
tujuan penulisan, dan manfaat penulisan. Bagian tengah biasanya merupakan
komponen yang berisi kajian teori pendukung dan metodologi. Bagian belakang
ialah komponen karya ilmiah berupa hasil penelitian dan pembahasan dari penulis
yang ditutup dengan simpulan serta saran. Sebagai bagian paling terakhir berisi
seluruh referensi atau literatur yang digunakan oleh seorang penulis.
2.6 Sikap Ilmiah
Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude” sedangkan istilah
attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni “aptus” yang berarti keadaan siap
secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Sikap mengandung tiga
komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah
laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek dan sikap terhadap objek ini
disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan
bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku
atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah
atau objek.
Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa sikap ilmiah pada
dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka
melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain
kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu
masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah.
Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Brotowidjoyo (1985:31-34)
bahwa yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan
metode ilmiah, antara lain:
Sikap ingin tahu: apabila menghadapi suatu masalah yang baru
dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan
tentang objek dan peristiea; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak
mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan
kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.
Sikap kritis : Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada
bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti-bukti pada waktu menarik
kesimpulan; Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain;
bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
Sikap objektif: Melihat sesuatu sebagaimana adanya objek itu,
menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata
lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya
sebagai subjek.
Sikap ingin menemukan: Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen
baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan
konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang
dilakukannya.
Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang
karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun
ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
Sikap tekun: Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi
eksprimen yang hasilnya meragukan’ tidak akan berhenti melakukan kegiatan-
kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia
berusaha bekerja dengan teliti.
Sikap terbuka: Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun
berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif
terhadap pendapatnya.
2.6 Kesalahan dalam Penulisan Karya Ilmiah
Rata-rata kesalahan penulisan karya ilmiah yang menghambat
penyelesaiannya dikarenakan ‘tidak konsisten’ dalam penulisan. Menurut Rivai
(2005:64) bentuk ketidakkonsistenan itu menyangkut banyak hal, dapat berupa
diksi, teknik mengutip, atau bahkan alur berpikir sendiri.Berbagai kendala yang
jumpai dalam proses penulisan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut.
1) salah mengerti audiens atau pembaca tulisannya,
2) salah dalam menyusun struktur pelaporan,
3) salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplak
(plagiat),
4) salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan,
5) penggunaan Bahasa Indonesia yang belum baik dan benar,
6) tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar dan
berkesan seenaknya sendiri),
7) tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang
berubah-ubah).
Dalam penulisan karya ilmiah mengacu pada berbagai uraian di atas,
penulis menyimpulkan terdapat tujuh sikap ilmiah yang merupakan sikap yang
harus ada. Sikap-sikap ilmiah tersebut adalah sebagai berikut.
1) Sikap ingin tahu; sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
2) Sikap kritis; sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi
sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-
banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya,
dan sebagainya.
3) Sikap objektif; sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa
adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
4) Sikap ingin menemukan; selalu memberikan saran-saran untuk eksperimen
baru. Kebiasaan menggunakan eksperimen-eksperimen dengan cara yang baik
dan konstruktif. Selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan
yang dilakukannya.
5) Sikap menghargai karya orang lain; sikap menghargai karya orang lain ini
terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan
atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau
pendapat orang lain.
6) Sikap tekun; tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi
eksperimen yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan
kegiatan-kegiatan apabila belum selesai. Terhadap hal-hal yang ingin
diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
7) Sikap terbuka; Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan
pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada
akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut
tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
2.7 Bahasa Indonesia dalam Karya Ilmiah
Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar, alat komunikasi,
dan bahasa ilmiah. Sebagai bahasa pengantar karena di dunia pendidikan bahasa
Indonesia digunakan untuk mentransformasi ilmu pengetahuan dan teknologi
kepada para siswa/mahasiswa. Digunakan sebagai alat komunikasi mencakup
peran bahasa Indonesia dalam menghadapi tantangan banyaknya bahasa daerah di
Nusantara. Dalam dunia akademik atau keilmuan, bahasa Indonesia digunakan
sebagai bahasa pengantar dan alat komunikasi dalam melakukan berbagai riset
atau publikasi ilmiah kepada masyarakat luas. Sebagaimana dinyatakan oleh
Pranowo (2009:25) bahwa bahasa Indonesia digunakan untuk mentrasformasi,
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan lain-lain secara lebih
baik.
Hal senada juga dikemukakan oleh Alek dan Achmad (2011:21) bahwa
dalam kedudukannya sebagai bahasa ilmu, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
bahasa pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk kepentingan
pembangunan nasional. Dengan cara ini, masyarakat Indonesia tidak perlu
ketergantungan terhadap ilmu pengetahuan berbahasa asing.
Pemakaian dalam dunia ilmiah, bahasa Indonesia digunakan dalam setiap
karangan (produk) ilmiah. Menurut Chaer (2011:3-4) bahwa bahassa ilmiah
sebagai salah satu ragam bahasa Indonesia memiliki ciri: lugas, berkaidah, efektif,
beristilah, struktural, tidak bermakna kias, bernalar, dan mematuhi kaidah
berbahasa.
Pemakaian bahasa ragam ilmiah dalam makalah oleh mahasiswa
sebaiknya memperhatikan konsep di atas. Terutama masalah kaidah berbahasa
sesuai tuntunan Ejaan yang Disempurnakan. Menurut Sugihastuti (2012:1-2)
bahwa rumpangnya bahasa dalam ragam berbahasa lebih banyak didominasi oleh
tidak dikuasainya EyD, pedoman umum pembentukan istilah, dan Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI).
Seorang mahasiswa yang benar-benar memahami dan menguasai ketiga
komponen di atas, dapat dipastikan bahwa bahasa Indonesia yang digunakan
dalam karya ilmiah (makalah) dapat bernilai ilmiah, berbobot, dan menarik untuk
dibaca atau dikaji lebih lanjut. Meskipun demikian, fakta yang sebenarnya sering
ditemui di kalangan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia justru
kurang mencerminkan kompetensi berbahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam setiap tulisannya. Oleh karena itu, sepantasnya masalah penggunaan bahasa
Indonesia dalam karya ilmiah perlu ditelaah dan ditindaklanjuti melalui
pembinaan-pembinaan berbahasa secara berkesinambungan.