1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa...

22
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian terhadap Penelitian yang Relevan Sebelumnya Sepanjang hasil penelusuran dan pengetahuan penulis, kajian tentang kemampuan menyusun karya ilmiah pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia belum pernah dilakukan sebelumnya.Meskipun demikian, hasil penelitian yang relevan terkait penulisan karya ilmiah telah ada. Berikut hasil-hasil penelitian dimaksud. 1) Rizka Nurella Mohtar. 2012. Judul penelitian Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Sederhana dengan Menggunakan Berbagai Sumber Siswa Kelas X-I MAN 2 Tulungagung. Masalah yang dikaji kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan instrumen penelitian perintah dan petunjuk menulis karya ilmiah sederhana dari berbagai sumber dan rubrik penilaian.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada aspek merumuskan masalah karya ilmiah sederhanasiswa kelas X-I MAN 2 Tulungagung belum mampu. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang tidak mencantumkan rumusan masalah dalam karya ilmiah sederhana.Rata-rata nilai siswa adalah 4 yang termasuk kategori kurang. Selanjutnya, aspek merumuskan judul dalam karya ilmiah bahwa siswa kelas X-I MAN 2 Tulungagung belum mampu. Pada aspek mengembangkan gagasan dalam karya ilmiah sederhana, dapat diketahui bahwa siswa kelas X-I MAN 2 Tulungagung belum mampu. Demikian juga pada aspek menggunakan kebahasan dalam menulis karya ilmiah, dapat 8

Transcript of 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa...

Page 1: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian terhadap Penelitian yang Relevan Sebelumnya

Sepanjang hasil penelusuran dan pengetahuan penulis, kajian tentang

kemampuan menyusun karya ilmiah pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia belum pernah dilakukan sebelumnya.Meskipun demikian,

hasil penelitian yang relevan terkait penulisan karya ilmiah telah ada. Berikut

hasil-hasil penelitian dimaksud.

1) Rizka Nurella Mohtar. 2012. Judul penelitian Kemampuan Menulis Karya

Ilmiah Sederhana dengan Menggunakan Berbagai Sumber Siswa Kelas X-I

MAN 2 Tulungagung. Masalah yang dikaji kemampuan siswa dalam menulis

karya ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif,

dengan instrumen penelitian perintah dan petunjuk menulis karya ilmiah

sederhana dari berbagai sumber dan rubrik penilaian.Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pada aspek merumuskan masalah karya ilmiah

sederhanasiswa kelas X-I MAN 2 Tulungagung belum mampu. Hal ini dapat

dilihat dari banyaknya siswa yang tidak mencantumkan rumusan masalah

dalam karya ilmiah sederhana.Rata-rata nilai siswa adalah 4 yang termasuk

kategori kurang. Selanjutnya, aspek merumuskan judul dalam karya ilmiah

bahwa siswa kelas X-I MAN 2 Tulungagung belum mampu. Pada aspek

mengembangkan gagasan dalam karya ilmiah sederhana, dapat diketahui

bahwa siswa kelas X-I MAN 2 Tulungagung belum mampu. Demikian juga

pada aspek menggunakan kebahasan dalam menulis karya ilmiah, dapat

8

Page 2: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

diketahui bahwa siswa kelas X-I MAN 2 Tulungagung belum mampu. Pada

aspek menulis rujukan dalam karya ilmiah sederhana, dapat diketahui bahwa

siswa kelas X-I MAN 2 Tulungagung belum mampu menulis rujukan.

Simpulan atas penelitian ini ialah siswa kelas X-1 MAN 2 Tulungagung

belum mampu menulis karya ilmiah sesuai dengan indikator yang ditetapkan.

Persamaan hasil penelitian di atas dengan penelitian ini adalah tentang

kemampuan menulis karya ilmiah dengan melihat rumusan masalah, dan

judul, sedangkan perbedaannya terletak pada kajian dalam penelitian ini

terfokus pada proses awal sebelum menulis makalah yang mencakup

pemilihan tema, penentuan judul, identifikasi masalah, dan rumusan masalah.

2) Rika Pujianti. 2012. Judul penelitian Peningkatan Kemampuan Menulis

Laporan Ilmiah Sederhana dengan Menggunakan Strategi Pemodelan Pada

Siswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung,

Tulungagung Tahun Ajaran 2012-2013. Permasalahan yang dikaji adalah

tentang rendahnya kemampuan menulis laporan ilmiah pada siswa. Penelitian

ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian

menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan menulis laporan ilmiah

sederhana pada siswa tingkat unggul jurusan TKR SMKN 1 Bandung,

Tulungagung dengan menggunakan strategi pemodelan. Hal ini dilihat dari

hasil peningkatan sebesar 4,2% pada siklus I dibanding dengan pratindak.

Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 11,5% dibanding dengan

siklus I. Peningkatan ini berdasarkan ketercapaian nilai yang diperoleh siswa

terhadap nilai SKM sekolah (70).Peningkatan kemampuan menulis bagian

Page 3: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

pendahuluan dengan menggunakan strategi pemodelan dilihat dari

meningkatnya skor rata-rata yang diperoleh siswa pada setiap siklus. Pada

bagian ini, peningkatan kemampuan menulis laporan ilmiah sederhana

terdapat pada aspek sistematika dan isi. Namun pada aspek bahasa belum

terjadi peningkatan. Pada bagian ini terjadi peningkatan sebesar 0,2% pada

siklus I dibanding pratindak, dan terjadi peningkatan 2,6% pada siklus II

dibanding siklus I. Peningkatan kemampuan menulis bagian kajian pustaka

dan bagian metode laporan ilmiah sederhana meningkat pada aspek

sistematika, isi, dan bahasa. Peningkatan ini terjadi karena pembelajaran

melibatkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa untuk menyusun bagian

kajian pustaka dan bagian metode laporan ilmiah sederhana. Pada bagian ini

terjadi peningkatan sebesar 5,8% pada siklus I dibanding dengan pratindak,

dan terjadi peningkatan 7,5% pada siklus II dibanding siklus I. Simpulan hasil

penelitian bahwa dalam pembelajaran menulis laporan ilmiah sederhana,

disarankan bagi guru untuk menerapkan strategi pemodelan dengan cara

menyediakan model bagian-bagian laporan ilmiah sederhana. Selain itu, juga

disarankan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran kontekstual agar siswa

merasakan langsung manfaat pembelajaran bahasa Indonesia dalam kehidupan

nyata.

Berdasarkan kedua hasil penelitian di atas, persamaan pokok terletak pada

kemampuan mengembangkan gagasan dan menulis daftar pustaka atau rujukan.

Mengembangkan gagasan dan menulis daftar rujukan merupakan sesuatu hal yang

harus dipenuhi dalam penulisan karya ilmiah, sehingga bisa menghasilkan sebuah

Page 4: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

karya yang berstandar atau sistematis.Hasil-hasil penelitian di atas menunjukkan

bahwa belum terlihat adanya peningkatansecara siginifikan kemampuan siswa

dalam menulis karya ilmiahdengan menggunakan media dan strategi

pembelajaran.

Letak perbedaan hasil penelitian di atas dengan penelitian ini adalah

masalah-masalah yang dikaji. Peneliti mengkaji masalah kemampuan memilih

tema, memilih topik, mengindentifikasi masalah, menentukan masalah,

menentukan tujuan penelitian, dan melakukan pengutipan. Masalah-masalah ini

dikaji secara teknis dan operasional terkait karya ilmiah mahasiswa harus lebih

fokus dalam pencarian masalah, penyusunan materi, pengembangan konsep, dan

penulisan rujukan dengan benar.

2.2 Hakikat Karya Ilmiah

Menurut Susilo (1995:11) bahwa karangan ilmiah merupakan suatu

karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari

oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun

menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan

isisnya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya.

Tujuan dari pembuatan karangan ilmiah, antara lain: memberi penjelasan,

memberi komentar atau penilaian, memberi saran, menyampaikan sanggahan, dan

membuktikan hipotesis.Karya ilmiah adalah suatu karya dalam bidang ilmu

pengetahuan (science) dan teknologi yang berbentuk ilmiah. Suatu karya dapat

dikatakan ilmiah apabila proses perwujudannya lewat metode ilmiah.

Page 5: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

Selain itu, Pateda (2003:108) memberikan penjelasan bahwa karya ilmiah

atau tulisan ilmiah merupakan hasil pemikiran ilmiah tentang disiplin ilmu

tertentu yang disusun secara sistematis, benar, logis, utuh, dan bertanggung-

jawab, yang menggunakan bahasa yang benar.

Bila fakta yang disajikan berupa fakta umum yang objektif dan dapat

dibuktikan benar tidaknya serta ditulis secara ilmiah, yaitu menurut prosedur

penulisan ilmiah, maka karya tulis tersebut dapat dikategorikan karya ilmiah,

sedangkan bilamana fakta yang disajikan berupa dakta pribadi yang subjektif dan

tidak dapat dibuktikan benar tidaknya serta tidak ditulis secara ilmiah, karya tulis

tersebut termasuk karya tulis nonilmiah.

Seperti dikemukakan oleh Chaer (2007:4-5) bahwa dalam memperoleh

pengetahuan yang benar, ada dua jenis kegiatan yang dilakukan: (1) kegiatan yang

bersifat ilmiah, dan (2) kegiatan yang bersifat nonilmiah. suatu kegiatan ilmiah

dilakukan melalui penelitian ilmiah dan dibangun di atas teori ilmiah tertentu.

Teori ini berkembang melalui penelitian yang sistematis dan terkontrol berdasar

atas data empiris, konsistensi teori, dan kemantapan internal bila melakukan

kajian yang sama. Kegiatan nonilmiah dilakukan tanpa adanya teori dan prosedur

tertentu, melainkan hanya berdasarkan akal sehat, prasangka, intuisi, penemuan

secara kebetulan atau coba-coba, dan pendapat otoritas ilmiah/pikiran kritis.

Karya ilmiah sebagai bentuk produktif dari kegiatan ilmiah, sudah tentu

memperhatikan konsep di atas, seperti berkembang dari acuan teori, memiliki

konsistensi, dan hasil karya ilmiah dapat ditelaah kembali oleh orang lain dengan

memperoleh hasil yang sama atau justru membatah hasil temuan pertama.

Page 6: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

Menurut Brotowidjojo (1988:15-16) bahwa karya ilmiah sebaiknya:

1) menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum

alam pada situasi spesifik.

2) ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan. Dalam

pengertian jujur terkandung sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan

rujukan dan kutipan yang jelas.

3) disusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan secara terkendali,

konseptual, dan prosedural.

4) menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang

indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.

5) mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan

suatu hipotesis.

6) hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing

pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh

memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajiannya

tidak boleh bersifat emotif.

7) pada dasarnya bersifat ekspositoris. Pembaca dibiarkan mengambil

kesimpulan sendiri berupa pembenaran dan keyakinan akan kebenaran karya

ilmiah tersebut.

Menurut Djunaedi (2002:13) bahwa ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat

dikaji dari minimal empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan substansi,

sikap penulis, serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat,

biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan),

Page 7: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan

inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri

dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok

pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua

karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka.

Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

Cholid, dkk (2001:9) bahwa sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif,

yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak

menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau

kedua.

Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang

tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan

struktur yang baku. Menurut pemahaman penulis bahwa bahasa baku dan

keefektifan penulisan mencakup hal-hal berikut.

Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal

(pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal

merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan

pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik.

Bagian penutup merupakan kesimpulan pokok pembahasan serta rekomendasi

penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

Page 8: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua

karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka.

Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan

dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan

bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.

Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang

tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan

struktur yang baku. Hal ini seperti dikemukakan pula oleh Poewadaminta

(1997:38) bahwa struktur karya ilmiah meliputi: judul, nama penulis, abstrak,

pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, ucapan

terima kasih, dan daftar pustaka.

2.3 Jenis-Jenis Karya/Tulisan Ilmiah

Menurut Pateda (2003:109-114) bahwa tulisan ilmiah dapat dibagi atas:

(1) paper, (2) makalah, (3) modul, (4) diktat, (5) tulisan ilmiah untuk mencapai

gelar akademik seperti skripsi, tesis, dan disertasi, (6) laporan buku, (7)

timbangan buku, (8) laporan penelitian, dan (9) tulisan ilmiah popular.Penjenisan

atau peragaman karya ilmiah oleh para pakar lain seperti yang dikemukakan oleh

Tuloli (2011: 7) bahwa tulisan atau karya ilmiah yang biasa dipenuhi secara

akademik berupa: paper, makalah, laporan, skripsi, tesis, dan disertasi. Paper,

makalah, dan laporan biasanya merupakan jenis karya ilmiah yang dibuat oleh

mahasiswa terkait tugas-tugas perkuliahan yang diberikan, atau juga digunakan

sebagai bahan diskusi dalam forum-forum diskusi.

Page 9: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

Berdasarkan kedua pandangan di atas, penulis mengelompokkan karya

limiah dalam beberapa kelompok berikut ini.

1) Karya Ilmiah Berbentuk Makalah

Makalah pada umumnya disusun untuk penulisan didalam publikasi

ilmiah, misalnya jurnal ilmu pengetahuan, proceeding untuk seminar bulletin, atau

majalah ilmu pengetahuan dan sebagainya. Maka ciri pokok makalah adalah

singkat, hanya pokok-pokok saja dan tanpa daftar isi. Terkait dengan masalah

penelitian, secara ilmiah penulisan makalah ini mengacu pada karakteristik khusus

atau struktur penulisan makalah.

2) Karya Ilmiah Berbentuk Report/Laporan Ilmiah yang Dibukukan

Karya ilmiah jenis ini biasanya ditulis untuk melaporkan hasil-hasil

penelitian, observasi, atau survei yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok

orang. Laporan ilmiah yang menjadi persyaratan akademis di perguruan tinggi

biasanya disebut skripsi, yang biasanya dijadikan persyaratan untuk karya ilmiah

pada jenjang S-1, tesis untuk jenjang S-2, dan disertasi untuk jenjang S-3.

3) Buku Ilmiah

Buku ilmiah adalah karya ilmiah yang tersusun dan tercetak dalam bentuk

buku oleh sebuah penerbit buku umum untuk dijual secara komersial di pasaran.

Buku ilmiah dapat berisi pelajaran khusus sampai ilmu pengetahuan umum yang

lain.

Pemahaman secara umum bahwa tulisan ilmiah diklasifikasi dalam wujud

atau bentuk-bentuk seperti dibawah ini.

Page 10: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

1) Artikel Ilmiah Popular

Berbeda dengan artikel ilmiah, artikel ilmiah popular tidak terikat secara

ketat dengan aturan penulisan ilmiah. Sebab, ditulis lebih bersifat umum, untuk

konsumsi publik. Dinamakan ilmiah populer karena ditulis bukan untuk keperluan

akademik tetapi dalam menjangkau pembaca khalayak. Karena itu aturan-

aturanpenulisan ilmiah tidak begitu ketat. Artikel ilmiahpopular biasanya dimuat

di surat kabar atau majalah. Artikel dibuat berdasarkan berpikir deduktif atau

induktif, atau gabungan keduanya yang bisa ‘dibungkus’ dengan opini penulis.

2) Artikel Ilmiah

Artikel ilmiah, bisa ditulis secara khusus, bisa pula ditulis berdasarkan

hasil penelitian semisal skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian lainnya dalam

bentuk lebih praktis. Artikel ilmiah dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan

artikel ilmiah adalah pada penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak

megurangi nilai keilmiahannya.Artikel ilmiah bukan sembarangan artikel, dan

karena itu, jurnal-jurnal ilmiah mensyaratkan aturan sangat ketat sebelum sebuah

artikel dapat dimuat. Pada setiap komponen artikel ilmiah ada pehitungan bobot.

Karena itu, jurnal ilmiah dikelola oleh ilmuwan terkemuka yang ahli dibidangnya.

Jurnal-jurnal ilmiah terakredetasi sangat menjaga pemuatan artikel. Akredetasi

jurnal mulai dari D, C, B, dan A, dan atau bertaraf internasional. Bagi ilmuwan,

apabila artikel ilmiahnya ditebitkan pada jurnal internasional, pertanda

keilmuawannya ‘diakui’.

Page 11: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

3) Skripsi

Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat

mendapatkan gelar sarjana (S1). Bobotnya 6 satuan kredit semster (SKS) dan

dalam pengerjakannya dibantu dosen pembimbing. Dosen pembimbing berperan

‘mengawal’ dari awal sampai akhir hingga mahasiswa mampu mengerjakan dan

mempertahankannya pada ujian skripsi.Skripsi ditulis berdasarkan pendapat

(teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif,

baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di

laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis

hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.

4) Tesis

Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan

tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana.

Mahasiswa melakukan penelitian mandiri, menguji satu atau lebih hipotesis dalam

mengungkapkan ‘pengetahuan baru’.Tesis atau Master Thesis ditulis bersandar

pada metodologi; metodologi penelitian dan metodologi penulisan. Standarnya

digantungkan pada institusi, terutama pembimbing. Dengan bantuan pembimbing,

mahasiswa merencanakan (masalah), melaksanakan; menggunakan instrumen,

mengumpulkan dan menjajikan data, menganalisis, sampai mengambil

kesimpulan dan rekomendasi.Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam

menggunakan istilah tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai

bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri, sekalipun dipandu dosen

Page 12: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

pembimbingmenjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan

skripsi, tesis lebih dalam, tajam, dan dilakukan mandiri.

5) Disertasi

Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor. Gelar Doktor

(Ph.D) dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah mempertahankan disertasi

dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri dari profesor atau Doktor

dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan)

orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan

fakta valid dengan analisis terinci.Disertasi atau Ph.D Thesis ditulis berdasarkan

metodolologi penelitian yang mengandung filosofi keilmuan yang tinggi.

Mahahisiswa (S3) harus mampu (tanpa bimbingan) menentukan masalah,

berkemampuan berpikikir abstrak serta menyelesaikan masalah praktis. Disertasi

memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau

metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji

dalam taraf yang tinggi.

6) Kertas Kerja

Kertas kerja pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas kerja dibuat

dengan analisis lebih dalam dan tajam. Kertas kerja ditulis untuk dipresentasikan

pada seminar atau lokakarya, yang biasanya dihadiri oleh ilmuwan. Pada

‘perhelatan ilmiah’ tersebut kertas kerja dijadikan acuan untuk tujuan tertentu.

Bisa jadi, kertas kerja ‘dimentahkan’ karena lemah, baik dari susut analisis

rasional, empiris, ketepatan masalah, analisis, kesimpulan, atau kemanfaatannya.

Page 13: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

7) Makalah

Lazimnya, makalah dibuat melalui kedua cara berpikir tersebut. Tetapi,

tidak menjadi soal manakala disajikan berbasis berpikir deduktif (saja) atau

induktif (saja). Yang penting, tidak berdasar opini belaka.Makalah, dalam tradisi

akademik, adalah karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling ‘soft’ dari

jenis karya ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau bahasan keilmuannya,

adakalanya lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan dibanding

skripsi mahasiswa.

Makalah mahasiswa lebih kepada memenuhi tugas-tugas pekuliahan.

Karena itu, aturannya tidak seketad makalah para ahli. Bisa jadi dibuat

berdasarkan hasil bacaan tanpa menandemnya dengan kenyataan lapangan.

Makalah lazim dibuat berdasarkan kenyatan dan kemudian ditandemkan dengan

tarikan teoritis; mengabungkan cara pikir deduktif-induktif atau

sebaliknya.Makalah adalah karya tulis (ilmiah) paling sederhana.

2.4 Tahap-Tahap Penulisan Karya Ilmiah

Penulisan karya ilmiah dilakukan menurut tahapan-tahapan tertentu.

Secara umum, dipahami urutan atau tahapan penulisan dimulai dari pencarian

masalah, perumusan judul, perumusan masalah, pengembangan materi tulisan

yang didukung oleh pendapat pakar atau teori-teori yang relevan.

Menurut McMahan (1981:12-26) bahwa proses atau tahapan penulisan

karya ilmiah meliputi: (1) merencanakan, (2) menetapkan masalah, (3) membatasi

masalah, (4)mengkaji tulisan yang relevan, (5) membuat kerangka, (6)

mengumpulkan bahan, (7) menyusun konsep, (8) menyeleksi kata dan kalimat

Page 14: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

yang digunakan, (9) melaksanakan verifikasi, (10) menyusun konsep akhir, (11)

mengetik dan menggandakan, (12) menyiarkan dan menyampaikan dalam

pertemuan ilmiah.

Tahapan di atas secara teknis sering digunakan dalam penulisan karya

ilmiah yang dikhususkan untuk kepentingan publikasi atau kebutuhan penelitian

terhadap masalah tertentu. Urutan atau tahapan tersebut tidak sepenuhnya berlaku

untuk penulisan makalah yang dimaksudkan sebagai bahan diskusi matakuliah.

Umumnya dikenal tiga tahapan penting dalam penulisan makalah, yakni: (1)

mencari masalah, judul, rumusan masalah; (2) menyusun dan mengembangkan

materi; (3) mendiskusikan hasil tulisan.

Menurut Chaer (2007:18-19) bahwa langkah-langkah yang dilakukan

dalam kegiatan penelitian harus serasi dan saling melengkapi, dan mempunyai

bobot yang cukup memadai dan memberikan kesimpulan yang tidak meragukan.

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian mencakup: (1) pembahasan mengenai

masalah penelitian, (2) telaah pustaka, (3) penyusunan hipotesis (bila ada), (4)

identifikasi, (5) pemilihan dan pengembangan metodologi, (6) penyusunan

rancangan penelitian, (7) penentuan populasi dan sampel, (8) pengumpulan data,

(9) pengolahan dan analisis data, (10) interpretasi hasil analisis, (11) penyusunan

laporan.

Pencarian masalah merupakan tahap pertama yang dilakukan oleh seorang

peneliti atau penulis, dengan memahami gejala atau fenomena tertentu yang bisa

ditelaah secara ilmiah. Dengan menemukan masalah, judul dan rumusan masalah

dapat dipenuhi dengan baik. Setelah langkah ini dipenuhi, penyusunan dan

Page 15: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

pengembangan materi menjadi bagian yang sangat penting. Kemahiran, wawasan,

dan tingkat analisis penulis sangat menentukan kualitas tulisan yang akan

dihasilkan. Penulis diharapkan mampu memilih kata yang tepat, merangkai

kalimat dengan pola pengembangan paragraf yang baik, dan keutuhan gagasan

secara keseluruhan dapat memberikan gambaran yang jelas kepada para pembaca.

Tahapan terakhir ialah mendiskusikan hasil tulisan. Pada tahapan ini, para

pembaca memiliki hak untuk mengkritisi, menambahkan, menanggapi, bertanya,

atau memberikan masukan kepada penulis atas hasil tulisan yang dipresentasikan.

Pada kegiatan ini, penulis mencatat hal-hal yang dianggap positif dalam

menyempurnakan hasil tulisannya.

2.5 Komponen Karya Ilmiah

Setiap karya ilmiah disusun mengacu pada standar komposisi atau

komponen tertentu.Oleh Alek dan Achmad (2011:166) bahwa karya ilmiah ialah

karya tulis yang memaparkan pendapat, gagasan, tanggapan, atau hasil penelitian

yang berhubungan dengan kegiatan keilmuan. Pendapat ini memberikan

pemahaman bahwa karya ilmiah pada dasarnya hasil proses pemikiran penulis

melalui pengamatan atau hasil studi ilmiah tertentu, melalui komponen-komponen

yang menyajikan tulisan secara ilmiah.

Seorang penulis termasuk mahasiswa yang senantiasa dituntut untuk

melahirkan gagasan-gagasan ilmiah melalui tulisan-tulisan ilmiah, yang nantinya

dapat dibaca oleh orang lain. Mahasiswa dapat menulis karya ilmiah dengan baik,

bila memahami komponen-komponen karya ilmiah sebagai kerangka

pengembangan gagasan atau idenya.

Page 16: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

Menurut Chaer (2011:181) bahwa komponen karya ilmiah mencakup: (1)

masalah penelitian, (2) metode penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) landasan teori

penelitian, (5) objek penelitian, dan (6) hasil penelitian, serta daftar pustaka.

Berdasarkan komponen ini, peneliti memahami bahwa komponen karya ilmiah

sebaiknya dimulai dari pencarian masalah ilmiah yang aktual atau relevan untuk

dikaji/ditulis. Setelah itu, merumuskan atau menetapkan metode penelitian

sebagai rambu-rambu sekaligus alat untuk memperoleh data dan informasi yang

dibutuhkan. Melalui metode ini kemudian seorang mahasiswa yang hendak

menyusun makalah dapat merumuskan tujuan penelitian. Isi tulisan yang disusun

pun harus mencerminkan keilmiahan dengan melandaskan pandangan atau

analisis pada teori atau pendapat para pakar. Selanjutnya, menetapkan objek

penelitian sebagai sasaran pengumpulan data dan informasi. Komponen terakhir

ialah seorang mahasiswa sebaiknya menuangkan hasil penelitiannya dalam sebuah

laporan atau tulisan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.

Komponen yang dijelaskan di atas sangat erat kaitannya dengan

sistematika karya tulis ilmiah. Menurut Nurjamal, dkk (2013:73) bahwa karya

tulis ilmiah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni: bagian depan, bagian

tengah, dan bagian belakang. Penjelasan atas pendapat ini ialah bagian depan

berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah,

tujuan penulisan, dan manfaat penulisan. Bagian tengah biasanya merupakan

komponen yang berisi kajian teori pendukung dan metodologi. Bagian belakang

ialah komponen karya ilmiah berupa hasil penelitian dan pembahasan dari penulis

Page 17: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

yang ditutup dengan simpulan serta saran. Sebagai bagian paling terakhir berisi

seluruh referensi atau literatur yang digunakan oleh seorang penulis.

2.6 Sikap Ilmiah

Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude” sedangkan istilah

attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni “aptus” yang berarti keadaan siap

secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Sikap mengandung tiga

komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah

laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek dan sikap terhadap objek ini

disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan

bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku

atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah

atau objek.

Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa sikap ilmiah pada

dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka

melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain

kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu

masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah.

Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Brotowidjoyo (1985:31-34)

bahwa yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan

metode ilmiah, antara lain:

Sikap ingin tahu: apabila menghadapi suatu masalah yang baru

dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan

tentang objek dan peristiea; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak

Page 18: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan

kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.

Sikap kritis : Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada

bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti-bukti pada waktu menarik

kesimpulan; Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain;

bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.

Sikap objektif: Melihat sesuatu sebagaimana adanya objek itu,

menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata

lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya

sebagai subjek.

Sikap ingin menemukan: Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen

baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan

konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang

dilakukannya.

Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang

karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun

ditemukan oleh orang atau bangsa lain.

Sikap tekun: Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi

eksprimen yang hasilnya meragukan’ tidak akan berhenti melakukan kegiatan-

kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia

berusaha bekerja dengan teliti.

Page 19: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

Sikap terbuka: Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun

berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif

terhadap pendapatnya.

2.6 Kesalahan dalam Penulisan Karya Ilmiah

Rata-rata kesalahan penulisan karya ilmiah yang menghambat

penyelesaiannya dikarenakan ‘tidak konsisten’ dalam penulisan. Menurut Rivai

(2005:64) bentuk ketidakkonsistenan itu menyangkut banyak hal, dapat berupa

diksi, teknik mengutip, atau bahkan alur berpikir sendiri.Berbagai kendala yang

jumpai dalam proses penulisan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut.

1) salah mengerti audiens atau pembaca tulisannya,

2) salah dalam menyusun struktur pelaporan,

3) salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplak

(plagiat),

4) salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan,

5) penggunaan Bahasa Indonesia yang belum baik dan benar,

6) tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar dan

berkesan seenaknya sendiri),

7) tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang

berubah-ubah).

Dalam penulisan karya ilmiah mengacu pada berbagai uraian di atas,

penulis menyimpulkan terdapat tujuh sikap ilmiah yang merupakan sikap yang

harus ada. Sikap-sikap ilmiah tersebut adalah sebagai berikut.

Page 20: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

1) Sikap ingin tahu; sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang

berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.

2) Sikap kritis; sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi

sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-

banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya,

dan sebagainya.

3) Sikap objektif; sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa

adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.

4) Sikap ingin menemukan; selalu memberikan saran-saran untuk eksperimen

baru. Kebiasaan menggunakan eksperimen-eksperimen dengan cara yang baik

dan konstruktif. Selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan

yang dilakukannya.

5) Sikap menghargai karya orang lain; sikap menghargai karya orang lain ini

terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan

atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau

pendapat orang lain.

6) Sikap tekun; tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi

eksperimen yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan

kegiatan-kegiatan apabila belum selesai. Terhadap hal-hal yang ingin

diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.

7) Sikap terbuka; Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan

pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada

Page 21: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut

tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.

2.7 Bahasa Indonesia dalam Karya Ilmiah

Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar, alat komunikasi,

dan bahasa ilmiah. Sebagai bahasa pengantar karena di dunia pendidikan bahasa

Indonesia digunakan untuk mentransformasi ilmu pengetahuan dan teknologi

kepada para siswa/mahasiswa. Digunakan sebagai alat komunikasi mencakup

peran bahasa Indonesia dalam menghadapi tantangan banyaknya bahasa daerah di

Nusantara. Dalam dunia akademik atau keilmuan, bahasa Indonesia digunakan

sebagai bahasa pengantar dan alat komunikasi dalam melakukan berbagai riset

atau publikasi ilmiah kepada masyarakat luas. Sebagaimana dinyatakan oleh

Pranowo (2009:25) bahwa bahasa Indonesia digunakan untuk mentrasformasi,

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan lain-lain secara lebih

baik.

Hal senada juga dikemukakan oleh Alek dan Achmad (2011:21) bahwa

dalam kedudukannya sebagai bahasa ilmu, bahasa Indonesia berfungsi sebagai

bahasa pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk kepentingan

pembangunan nasional. Dengan cara ini, masyarakat Indonesia tidak perlu

ketergantungan terhadap ilmu pengetahuan berbahasa asing.

Pemakaian dalam dunia ilmiah, bahasa Indonesia digunakan dalam setiap

karangan (produk) ilmiah. Menurut Chaer (2011:3-4) bahwa bahassa ilmiah

sebagai salah satu ragam bahasa Indonesia memiliki ciri: lugas, berkaidah, efektif,

Page 22: 1) - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/79/3/2013-2-88201-311409006-bab2-10012014084023.pdfSiswa Tingkat Unggul Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Bandung, Tulungagung Tahun Ajaran

beristilah, struktural, tidak bermakna kias, bernalar, dan mematuhi kaidah

berbahasa.

Pemakaian bahasa ragam ilmiah dalam makalah oleh mahasiswa

sebaiknya memperhatikan konsep di atas. Terutama masalah kaidah berbahasa

sesuai tuntunan Ejaan yang Disempurnakan. Menurut Sugihastuti (2012:1-2)

bahwa rumpangnya bahasa dalam ragam berbahasa lebih banyak didominasi oleh

tidak dikuasainya EyD, pedoman umum pembentukan istilah, dan Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI).

Seorang mahasiswa yang benar-benar memahami dan menguasai ketiga

komponen di atas, dapat dipastikan bahwa bahasa Indonesia yang digunakan

dalam karya ilmiah (makalah) dapat bernilai ilmiah, berbobot, dan menarik untuk

dibaca atau dikaji lebih lanjut. Meskipun demikian, fakta yang sebenarnya sering

ditemui di kalangan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia justru

kurang mencerminkan kompetensi berbahasa Indonesia yang baik dan benar

dalam setiap tulisannya. Oleh karena itu, sepantasnya masalah penggunaan bahasa

Indonesia dalam karya ilmiah perlu ditelaah dan ditindaklanjuti melalui

pembinaan-pembinaan berbahasa secara berkesinambungan.