1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... ·...

69

Transcript of 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... ·...

Page 1: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,
Page 2: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,
Page 3: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,
Page 4: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,
Page 5: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

v

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan ridho-Nya selama proses hingga saya dapat menyelesaikan Laporan

Penelitian berjudul “Hubungan Derajat Keasaman (pH) Saliva dengan

Tingkat Keparahan Merokok Berdasarkan Indeks Brinkman” ini dapat

terselesaikan tepat pada waktunya. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi panutan kehidupan.

Penulis menyadari Laporan penelitian ini tidak dapat tersusun sedemikian

rupa tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,oleh karena itu

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter yang telah membimbing saya selama menjalani pendidikan di Program

Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D dan dr.Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS

selaku Penanggung Jawab Riset Program Studi Pendidikan Dokter

4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku Pembimbing 1 yang telah

meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk membimbing penulis baik

dalam pengambilan data, penyusunan laporan, hingga laporan ini dapat

terselesaikan

5. dr. Fikri Mirza P, Sp.THT-KL selaku Pembimbing II yang terus memberikan

bimbingan, arahan, dan saran-saran yang sangat membangun dalam

pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan penelitian

6. Mbak Lilis, Mbak Ai, dan Mbak Suryani selaku Laboran di laboratorium riset,

biokimia dan biologi yang membantu dalam pengambilan data penelitian

7. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia menjadi sampel penelitian

sehingga penulis bisa mendapatkan ilmu yang baru dari hasil penelitian ini

Page 6: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

vi

vi

8. Ayah, dan Bundo, Balirman SE dan dr Nella Abdullah Mars SpAn serta adik

kandung penulis Nandia Rizkita yang memberikan dukungan terus menerus,

semangat yang tak pernah hangus, dan lantunan do’a yang tak pernah putus

untuk penulis dalam menyelesaikan penelitian ini

9. Arian Aditya, Aprilia Larasati, Arwinda Tanti, dan Ichtiarsyah Suminar,

teman-teman sekelompok dan seperjuangan dalam penelitian ini yang terus

berjalan bersama, menghabiskan waktu, tenaga, pikiran dan semangat bersama

dalam menyelesaikan penelitian ini.

10. Azir Adityo, Fathur Rahman Nasution, Iftina Amalia, , yang terus

mengingatkan, menemani dan memberikan semangatnya kepada penulis

untuk menyelesaikan penelitian ini

11. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik

langsung maupun tak langsung yang tentunya tidak dapat disebutkan satu

persatu

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

berbagai pihak dalam mewujudkan laporan penelitian yang jauh lebih baik. Hasil

laporan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak.

Semoga penelitian yang telah dilakukan ini mendapat barokah dan Ridlo dari

Allah SWT, Aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ciputat, 29 September 2016

Penulis

Page 7: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

vii

vii

ABSTRAK

Zata Yuda Amaniko. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Derajat

Keasaman (pH) Saliva dengan Keparahan Merokok Berdasarkan Indeks

Brinkman.

Tujuan:Untuk mengetahui efek rokok terhadap tingkat keasaman pH saliva.

Metode: penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional yang diikuti

oleh 78 laki-laki perokok dan 32 laki-laki non-perokok sebagai kontrol. Seluruh

subjek penelitian mengisi formulir riwayat merokok, dan dilakukan pemeriksaan

fisik gigi mulut oleh dokter gigi serta dilakukan pengambilan saliva tidak

terstimulasi. Pengukuran tingkat keasaman pH saliva menggunakan indikator pH.

Hasil: Parameter klinis dari kesehatan gigi dan mulut (OHIS, CI) lebih tinggi

pada kelompok perokok berat dibanding kelompok perokok ringan-sedang dan

non-perokok. Derajat keasaman (pH) secara signifikan (p<0.001) lebih rendah

pada saliva perokok berat dibanding perokok ringan sedang dan non-perokok.

Kesimpulan: Tingkat keparahan merokok dapat mempengaruhi kesehatan gigi

dan mulut dan menurunkan pH saliva

Kata Kunci: Rokok, laju aliran saliva, kesehatan mulut

ABSTRACT

Zata Yuda Amaniko. Medical Education Study Program. Relation between

Salivary pH Level and Smoking Severity based on Brinkman Index.

Obejective: to investigate the role of smoking on salivary pH level. Methods:

This cross sectional study was carried out among 78 male smokers and 32 male

non-smokers. All participants filled out form of smoking history and completed

physical examination of mouth and teeth by the dentist and performed

unstimulated saliva collection. The pH level of saliva was measured by using pH

indicator. Result: Oral and dental health parameter based on the value of OHIS

and CI was higher in high-level smokers than low-mid level smokers and non-

smokers. Salivary pH level on high-level smokers was significantly lower than

low-mid level smokers and non-smokers (p<0.001) Conclusion: Smoking

affected oral and dental health also lowering the pH level of saliva.

Key: Smoking, salivary pH, oral health

Page 8: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

viii

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................................. iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1.Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2.Rumusan Masalah ......................................................................................... 3

1.3.Hipotesis ........................................................................................................ 3

1.4.Tujuan .......................................................................................................... 3

1.5.Manfaat Penelitian ........................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5

2.1.Landasan Teori .............................................................................................. 5

2.1.1.Saliva ................................................................................................... 5

2.1.2.Anataomi Kelenjar Saliva ................................................................... 6

2.1.3.Sekresi Saliva ...................................................................................... 8

2.1.4.Pengaturan pH saliva .......................................................................... 9

2.1.5.Metode Pengambilan Saliva.............................................................. 11

2.1.6.Metode Pengukuran Saliva ............................................................... 12

2.1.7.Definisi Rokok .................................................................................. 12

2.1.8.Jenis Rokok ....................................................................................... 13

2.1.9.Kandungan Kimia Pada Rokok ......................................................... 15

2.1.10.Efek Merokok Tembakau terhadap Saliva ...................................... 17

2.1.11.Efek Merokok Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut ...................... 18

2.1.12.Indeks Merokok .............................................................................. 20

2.1.13.kopi..................................................................................................22

2.2.Kerangka Teori............................................................................................ 23

2.3.Kerangka Konsep ........................................................................................ 24

2.4.Definisi Operasional.................................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 28

3.1.Desain Penelitia ........................................................................................... 28

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 28

3.3.Populasi dan Sampel ................................................................................... 28

Page 9: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

ix

ix

3.3.1.Kriteria Inklusi Umum ...................................................................... 28

3.3.2.Kriteria Eksklusi Umum ................................................................... 28

3.3.3.Besar Sampel .................................................................................... 29

3.4.Alat dan Bahan ............................................................................................ 30

3.5.Cara kerja Penelitian

3.6.Identifikasi Variabel .................................................................................... 32

3.7.Managemen dan Analisis Data.................................................................... 32

3.8.Alur Penelitian ............................................................................................ 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 33

4.1.Hasil Penelitian ........................................................................................... 33

4.1.1.Karakteristik Subjek Penelitian ......................................................... 34

4.1.2.Karakteristik Perokok Subjek Penelitian .......................................... 34

4.1.3.Status Kesehatan Gigi dan Mulut...................................................... 35

4.1.4.Derajat Keasaman (pH) Saliva .......................................................... 36

4.1.5 Hubungan Indeks Brinkman dan konsumsi kopi dengan pH ............ 37

4.2.Pembahasan ................................................................................................. 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 42

5.1.Kesimpulan ................................................................................................. 42

5.2.Saran ............................................................................................................ 42

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 43

LAMPIRAN ..................................................................................................... 46

Page 10: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

x

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis ...................... 5

Gambar 2.2.Struktur kelenjar parotis ....................................................................

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.Kandungan saliva terstimulasi dan tidak terstimulasi ......................... 8

Tabel 2.2.Kandungan bahan kimia dalam tembakau ........................................ 18

Tabel 2.3.Kandungan Kopi ............................................................................... 22

Tabel 4.1.Karakteristik subjek penelitian ......................................................... 38

Tabel 4.2.Karakteristik Perokok ....................................................................... 39

Tabel 4.3.Status kesehatan gigi dan mulut ........................................................ 40

Page 11: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

xi

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar informed consent dan kuistioner responden ........................... 46

2. Riwayat penulis ..................................................................................... 58

Page 12: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

xii

xii

Page 13: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rokok memiliki campuran racun kimia yang berisikan lebih dari 7000

racun kimia di dalamnya, ketika bahan kimia ini masuk kedalam tubuh

manusia maka akan menimbulkan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat

dunia. Berdasarkan data World Healh Organization 2013, dalam satu tahun

terdapat 6 juta orang yang meninggal akibat rokok, dimana 5 juta lebih atau

sekitar 83% diantaranya merupakan perokok aktif, dan 600.000 merupakan

perokok pasif. Dan sekitar 80% dari perokok di dunia berasal dari negara

ekonomi rendah dan menengah termasuk Indonesia. 2

Kebiasaan merokok menjadi permasalahan kesehatan utama di Indonesia

dan menyebabkan lebih dari 200.000 kematian per tahunnya, Indonesia

termasuk salah satu dari sebagian kecil negara yang belum menandatangani

kerangka konvesi WHO mengenai pengendalian tembakau membuat jumlah

perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah

Tiongkok, Amerika Serikat dan Rusia. Jumlah batang rokok yang di konsumsi

di Indonesia cenderung meningkat dari 182 milyar batang pada tahun 2001

dan meningkat menjadi 260,8 milyar batang pada tahun 2009.19

Telah kita ketahui bahwa rokok berdampak negatif bagi kesehatan

manusia,banyak masalah kesehatan yang timbul akibat efek merokok, salah

satu nya rokok berdampak negatif pada rongga mulut yang merupakan organ

pertama yang terpapar oleh rokok.6,14, 10

Ada bukti-bukti klinis dan epidemilogi mengenai efek tembakau pada

kesehatan mulut, saliva merupakan cairan biologis pertama yang terkena oleh

paparan tembakau, yang dimana rokok mengandung 7000 racun didalam nya

yang akan bertanggung jawab untuk perubahan struktural maupun fungsional

daalam air liur. Saliva memiliki peran penting untuk kesehatan mulut,

Page 14: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

2

fungsi nya sebagai perlindungan mukosa mulut, remineralisasi gigi,

pencernaan, sensasi rasa, keseimbangan Potential of Hydrogen (pH) dan

artikulasi. Terkait dengan pH mulut, saliva memiliki peran penting dalam

menetralisasi pH mulut, karena kemampuannya dalam mengatur kapasitas

dapar, oleh sebab itu pH mulut selalu dijaga dalam kadar normal agar

keadaan mulut tetap stabil.21

Penelitian mengenai hubungan antara derajat keasaman (pH) saliva dengan

tingkat keparahan merokok berdasarkan Index Brinkman menarik untuk

dilakukan karena, perubahan derajat keasaman mulut (pH) dapat berpengaruh

terhadap pengaturan mineralisasi dan demeneralisasi gigi. Terganggunya

pengaturan tersebut dapat menyebabkan penurunan kesehatan gigi dan mulut.

Singh,dkk, dalam penelitian nya menyatakan ada nya pengaruh bermakna

antara pH saliva pada perokok dengan durasi merokok lama, namun pada

penelitian nya tidak mengkategorikan perokok berdasarkan indeks

brinkman.14

Berdasarkan hal tersebut maka dari itu pada penelitian ini bertujuan untuk

melihat apakah ada perbedaan bermakna pada derajat keasaaman (pH) saliva

perokok berdasarkan dengan tingkat keparahan merokok nya.

Page 15: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

3

1.2. Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara derajat keasaman (pH) saliva dengan tingkat

keparahan merokok berdasarkan indeks brinkman ?

1.3. Hipotesis

pH pada saliva pria perokok dengan tingkat keparahan berat berdasarkan

indeks brinkman lebih rendah dibandingkat dengan tingkat keparahan

sedang maupun ringan

Terdapat perbedaan bermakna antara pH saliva perokok berdasarkan

tingkat keparahan nya yang dilihat dari indeks brinkman

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

- Untuk mengetahui derajat keasaman (pH) pada saliva perokok.

1.4.2. Tujuan Khusus

- Membandingkan pH pada saliva perokok berdasarkan indeks

brinkman

- Mengetahui peningkatan atau penurunan pH pada saliva perokok

berdasarkan tingkat keparahannya yang dilihat dari indeks

brinkman

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk :

1.5.1. Bagi peneliti

- Merupakan syarat kelulusan preklinik Program Studi Pendidikan

Dokter.

- Menambah pengetahuan mengenai efek tingkat keparahan

merokok terhadap peningkatan atau penurunan pH saliva.

1.5.2. Bagi masyarakat

- Menambah pengetahuan mengenai efek tingkat keparahan

merokok terhadap peningkatan atau penurunan pH saliva.

Page 16: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

4

1.5.3. Bagi civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sumber pengetahuan dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya

yang akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

Page 17: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Saliva

Saliva merupakan cairan rongga mulut yang sekresikan oleh kelenjar

saliva, terdapat kelenjar mayor dan kelenjar minor. Kelenjar mayor terdiri dari

kelenjar parotis, kelenjar submandibula dan kelenjar sublingual yang

menyumbang 90% sekresi saliva ke dalam rongga mulut. Saliva mengandung

99,5% H2O, dan 0,5% elektrolit dan protein. Kandungan saliva terdapat beberapa

protein yang berperan penting yaitu amilase, mukus, dan lizosim. 9,10

Sekresi saliva normalnya antara 800 sampai 1500 mililiter perhari. Untuk

pH, saliva memiliki pH antara 6,0 sampai 7,0, yang merupakan pH yang baik

untuk mengaktifkan ptyalin (α-amilase). Pada saliva sendiri, pH yang di

keluarkan dapat dipengaruhi saat aktivitas kelenjar itu sendiri. Pada keadaan saat

kelenjar sedang istirahat, pH saliva sedikit lebih rendah dari 7,0, sedangkan saat

kelenjar sedang aktif melakukan sekresi, pH pada saliva dapat mencapai 8,0.9

Saliva yang di sekresi dalam kelenjar asinar bersifat isotonik, dengan

konsentrasi Na+,K+,

dan HCO3- yang mirip dengan plasma. Saliva mengandung

beberapa enzim dan glikoprotein. Enzim yang terkandung di dalam saliva

diantaranya, enzim lipase dan enzim lingual yang di keluarkan oleh kelenjar di

lidah, dan α-amilase saliva yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar saliva.

Selain itu saliva juga mengandung suatu glikoprotein yang bernama musin, yang

berguna untuk melumasi makanan, mengikat bakteri, dan melindungi mukosa

mulut.9

Secara umum saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1) Membentuk lapisan mukus pelindung pada membran mukosa yang berfungsi

sebagai lapisan pelindung terhadap iritan dan dapat mencegah kekeringan

pada mulut

2) Membantu membersihkan mulut dari makanan, debris sel, dan bakteri yang

pada akhirnya akan menghambat pembentukan plak

Page 18: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

6

3) Mengatur pH rongga mulut karena mengandung bikarbonat, fosfat, dan

protein amfoter

4) Membantu menjaga integritas gigi karena mengandung kalsium dan fosfat

5) Menyediakan komposisi mineral yang dibutuhkan email gigi

6) Bersifat antibacterial dan antivirus karena mengandung antibodi spesifik (IgA

secretory) dan juga mengandung lisozim, laktoferin, dan laktoperoksidase.7

2.1.2. Anatomi Kelenjar Saliva

Secara umum kelenjar saliva merupakan suatu kelenjar yang bertugas

untuk menyekresikan saliva ke dalam rongga mulut. Saliva di sekresikan oleh

kelenjar eksokrin. Terdapat kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor.

Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotid, kelenjar submandibular dan

kelenjar sublingual. Pada membran mukosa di mulut dan lidah memiliki banyak

kelenjar-kelenjar saliva kecil. Kelenjar-kelenjar tersebut secara langsung

berhubungan dengan rongga mulut ataupun secara tidak langsung dengan melalui

suatu duktus pendek ke rongga mulut. Namun kelenjar-kelenjar ini hanya

berperan kecil dalam menghasilkan saliva ke rongga mulut.6

Sebagian besar saliva di sekresikan oleh kelenjar saliva mayor yang terdiri

dari 3 kelenjar yaitu: 5,26

1. Kelenjar Parotis

Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva terbesar yang berada pada

setiap sisi berada di luar tepi-tepi cavum oris didalam sebuah parit dangkal

berbentuk segitiga,yang di bentuk oleh musculus sternocleidomastoideus

(di belakang),ramus mandibula (di depan) dan basis parit dibentuk oleh

meatus acusticus externus dan aspectus posterior arcus zygomaticus.

Kelenjar parotis kelenjar parotis terdiri dair dua bagian, yaitu pars

superfacial dan pars profunda. Terdapat beberapa hal yang melewati

kelenjar parotis, yaitu saraf facialis, vena retromandibular, arteri karotis

eksterna. Keluarnya saliva dari kelenjar ini melalui duktus parotis

(Stensen) yang berasal dari bagian anterior kelenjar parotis. 25

2. Kelenjar Submandibula

Page 19: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

7

Merupakan kelenjar saliva yang terletak di hampir seluruhnya di bawah

mylohyoid. Duktus yang mengalirkan saliva keluar dari kelenjar ini yaitu

kelenjar submandibula.25

3. Kelenjar Sublingual

Merupakan kelenjar saliva dengan tipe saliva yang disekresikannya yaitu

mukus. Kelenjar sublingual berada di bawah dari dasar mulut dan berada di

depan dari pars profunda kelenjar submandibular. Kelenjar ini memiliki

beberapa duktus drainase, yaitu duktus sublingual mayor sebagai yang

utama dan duktus sublingual minor yang terdiri dari sekitar 40 duktus

kecil. 6

Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Saliva

Sumber: Tortora, 2011

Tabel 2.1. Kelenjar saliva beserta jenis histologik, sekresi, dan persentase total

saliva

Kelenjar Jenis Histologik Sekresi Persentase total

saliva (1,5L/hr)

Parotis Serosa Cair 20

Submandibula Campuran Agak kental 70

Sublingual Mukosa Kental 5

Sumber: Ganong, 2008

Page 20: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

8

2.1.3. Sekresi Saliva

Kelenjar saliva manusia mensekresi 1-1,5 liter saliva setiap harinya. Sekresi

saliva menggunakan 2 fase dalaam mekanisme nya, yaitu sekresi cairan (saliva

primer) dan reabsorpsi NaCl diikuti sekresi kalium.Sekresi air oleh sel asinar

membutuhkan ion klorida. Saliva primer bersifat isotonik akan mengalami

modifikasi saat melintasi duktus striata kelenjar saliva. Terjadi sekresi kalium

dan bikarbonat serta reabsorpsi NaCl tanpa di ikuti reabsorpsi air. Hal ini

dikarenakan duktus kelenjar saliva yang tidak bersifat permeabel terhadap air.

Reabsorpsi NaCl yang melebihi sekresi kalium dan bikarbonat menyebabkan

hasil akhir saliva bersifat hipotonik. 12,13

Gambar 2.2 Sekresi Saliva

Sekresi saliva memiliki kontrol yang diperankan oleh rangsangan saraf,

dalam hal ini saraf kranial facial dan saraf kranial glossofaringeal menyuplai

serat parasimpatik dari dua nukleus salivasi, superior dan inferior, yang ada di

batang otak. Sedangkan persarafan simpatis berasal dari derivat rantai simpatis

servikal. 8

Sekresi saliva melibatkan sistem saraf simpatis maupun parasimpatis,

dalam hal ini walaupun kedua nya secara bergantian mensekresikan saliva tetapi

dalam keadaan yang berbeda. Selain keadaan yang berbeda menghasilkan

produksi saliva yang berbeda pula.Rangsangan saraf simpatis akan menghasilkan

saliva yang lebih sedikit dan kental, dalam hal ini perangsangan saraf simpatis

dengan karakter saliva yang lebih sedikit dan kental akan menyebabkan mulut

menjadi kering.9

Page 21: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

9

Sedangkan pada saat ada rangsangan parasimpatis seperti pada saat ada

makanan, maka saliva akan menjadi lebih banyak dan cair. Ketika ada bahan

kimia makanan merangsang taste bud kita yang ada di lidah, maka hal itu akan di

lanjutkan berupa impuls ke nukleus salivasi yang ada di batang otak. tidak hanya

bahan kimia makanan saja yang dapat merangsang parasimpatis dari proses

salivasi, tapi juga bau, suara, visual, dan juga ketika kita memikirkan suatu

makanan dapat menjadi stimulus dari sekresi saliva.6 10

2.1.4. Pengaturan pH Saliva

Saliva memiliki salah satu fungsi dalam pengaturan derajat keasaman di

rongga mulut yang berperan penting dalam menjaga kadar pH di mulut

seseorang. pH (potensial of hydrogen) merupakan suatu cara untuk mengukur

derajat asam maupun basa dari cairan tubuh.Keadaan asam maupun keadaan basa

dapat digambarkan dengan skala pH dari 0 sampai dengan 14 dengan

perbandingan terbalik makin rendah nilai pH makin asam keadaan cairan

tersebut.7

Pengaturan derajat keasaman saliva melibatkan beberapa hal yaitu sistem

protein, bikarbonat, dan fosfat. Konsentrasi bikarbonat di dalam saliva dan pH

saliva sangat dipengaruhi oleh kadar laju salivasi. Apabila kadar laju saliva

meningkat maka konsentrasi bikarbonat didalam saliva dan pH saliva akan

meningkat dan begitu juga sebaliknya. Hal tersebut terbukti padahasil penelitian

yang dilakukan oleh Kanwar dkk tahun 2013 yang menunjukkan bahwa ketika

kadar laju saliva menurun maka pH saliva akan menjadi lebih asam. 14

Kadar bikarbonat itu sendiri paling tinggi di saliva yang dihasilkan oleh

kelenjar parotid dan paling rendah pada saliva yang dihasilkan oleh kelenjar

saliva kecil. Dalam keadaan tidak terstimulasi, bikarbonat dan fosfat berperan

dalam pengaturan keasaaman saliva. Sedangkan dalam keadaan terstimulasi,

bikarbonat memiliki peran hampir 90% dalam pengaturan derajat keasamaan

saliva. Sedangkan dalam keadaan pH saliva yang sangat rendah atau dibawah 5,

peran utama dalam pengaturan keasamaan saliva yaitu protein dan derivatnya. 7

Bikarbonat, fosfat, dan histidine-rich peptide, memiliki peran ganda, selain

sebagai regulator pH juga sebagai agen antibakterial. Komponen saliva ini dapat

berdifusi ke dalam plak bakteri dan dapat secara langsung menetralisasi asam

Page 22: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

10

yang diproduksi oleh bakteri tersebut. Selain itu, urea dari saliva digunakan oleh

urease bakteri untuk membentuk ammonia, yang juga dapat menetralisasi asam.7

Jadi dalam menjaga pH saliva tetap normal dan mengatur proses

remineralisasi gigi, kapasitas dapar memiliki peran yang sangat penting dalam

hal tersebut. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pengaturan derajat

keasaman di saliva, diantaranya yaitu jenis kelamin, status merokok, dan

konsumsi alkohol. Dimana wanita memiliki pengaturan derajat keasaman yang

lebih rendah dibandingkan dengan pria. Sedangkan pH saliva berdasarkan status

merokok dan konsumsi alkohol masih diperdebatkan, hal tersebut dikarenakan

banyaknya variasi di kelompok tersebut. 26

2.1.5. Metode Pengambilan Saliva

Teknik pengukuran saliva secara umum dapat dilakukan dengan beberapa

cara, contoh nya seperti menggunakan sekresi saliva tanpa stimulasi, dengan

stimulasi dan pengumpulan saliva khusus nya glandula parotis dengan atau tanpa

stimulasi. Saliva yang di sekresikan tanpa stimulasi akan menggambarkan laju

aliran saliva basal yang berada 14 jam dalam sehari di dalam mulut. Untuk

metode pengambilan saliva dengan yang stimulasi disekresikan selama

mengkonsumsi makanan dan berada di dalam mulut kurang lebih selama 2 jam.

Untuk pemilihan metode biasa nya akan di bedakan berdasarkan apa yang ingin

diamati,apabila akan mengamati atau menilai status glandula saliva dan

komponen yang terkandung di dalam nya maka akan menggunakan teknik

pengumpulan tanpa stimulasi, sedangkan untuk menilai fungsi cadangan saliva

menggunakan teknis dengan stimulasi. 15,16

Lima metode yang biasa digunakan dalam penelitian untuk pengumpulan

saliva tanpa stimulasi,di antara nya sebagai berikut :

1. Metode Spitting

Saliva di kumpulkan dengan keadaan rongga mulut tertutup dalam hal

ini tidak boleh berbicara dan sebagainya yang dapat membuka mulut,

Lalu setiap satu menit saliva akan di keluarkan tanpa stimulasi dan

akan di tampung dalam satu wadah, pengumpulan dengan

Page 23: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

11

menggunakan metode ini dapat dilakukan selama lima hingga

limabelas menit.

2. Metode Arbsorbent

Saliva akan dikumpulkan dengan cara melakukan bahan penyerap

seperti swab,cotton atau sponge dalam mulut dengan durasi selama

satu sampai dengan lima menit. Metode arbsorbent dapat

mempengaruhi laju aliran saliva, sehingga untuk menghindari adanya

perubahan konsentrasi komponen akibat aliran saliva yang terlalu

tinggi dalam pelaksanaannya alat penyerap diletakkan selama dua

menit dalam mulut.

3. Suction

Metode pengumpulan saliva tanpa stimulasi dengan menggunakan

alat berupa syringe,micropipette,saliva ejector, dan atau dengan gentle

suction. Aspirasi atau suction dapat disesuaikan dengan kelenjar saliva

yang akan di teliti.

4. Passive Drool

Metode pengumpulan saliva ini dilakukan dengan pengumpulan

saliva dalam beberapa menit secara pasif dalam wadah tanpa ada ada

stimulasi mekanoreserptor.

5. Arbsorbent (swab)

Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi komponen-komponen saliva. Pada

pemeriksaan dengan menggunakan metode ini digunakan alat sentrifuse untuk

pemutaran sampel saliva yang sudah dikumpulkan dengan meletakan swab,cotton,

atau sponge gauze pada orificium kelenjar saliva.15,16

2.1.6. Metode Pengukuran pH Saliva

Metode pengukuran pH saliva dibagi menjadi dua cara, dengan menggunakan

metode semikuantitatif dan kuantitatif. Contoh pengukuran pH secara

semikuantitatif bisa menggunakan pengukuran pH saliva dengan menggunakan

kertas lakmus dan indikator pH. Dengan menggunakan metode semikuantitatif

ini akan menghasilkan perubahan warna pada indikator pH yang hasil nya akan

disesuaikan dengan papan indikator untuk mengetahui kadar pH. Sedangkan

metode kuantitatif menggunakan alat digital untuk pengukuran dengan tingkat

ketelitian lebih tinggi untuk mengetahui pH saliva.28

Page 24: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

12

2.1.7. Definisi Rokok

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rokok adalah gulungan tembakau

yang dibungkus oleh daun nipah atau kertas. Sedangkan berdasarkan peraturan

Menteri Kesehatan nomor 28 tahun 2013,definisi rokok adalah salah satu produk

tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dan/atau dihisap termasuk rokok

kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman

Nicotiana Tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintesis yang

asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan

tambahan.Sedangkan merokok merupakan suatu aktivitas menghisap atau

mengkonsumsi rokok.3

2.1.8. Jenis Rokok

Seiring perkembangan dan pertumbuhan industri rokok untuk saat ini

banyak jenis rokok dengan berbagai nama produksi yang ada di pasaran atau di

Indonesia. Untuk pembagian jenis rokok bisa di golongkan berdasarkan

pembungkus,berdasarkan bahan baku, dan berdasarkan cara pembuatan nya.18

Jenis rokok pun dibagi berdasarkan pembungkusnya terbagi menjadi 4

macam, yaitu seperti pada tabel 2.4 dibawah ini.

Tabel 2.2. Jenis rokok berdasarkan pembungkus

Jenis Rokok Bahan Pembungkus

Rokok Klobot Daun Jagung

Rokok Kawung Daun Aren

Rokok Sigaret Kertas

Rokok Cerutu Daun Tembakau

Selain itu juga terdapat jenis rokok yang dibagi berdasarkan bahan baku

dan isi rokok. Untuk klasifikasi ini jenis rokok dibagi menjadi 4 macam, yaitu:

a. Rokok putih

Page 25: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

13

Rokok putih dengan atau tanpa filter yang berisikan tembakau saja

tanpa campuran bahan lain. Untuk jenis tembakaunya bisa bermacam-

macam.

b. Rokok kretek

Rokok kretek mengandung bahan baku campuran tembakau dan

cengkeh. Rokok jenis memiliki ciri khas yaitu akan timbul bunyi

kretek-kretek ketika dihisap, untuk pembuatan nya bisa menggunakan

tangan maupun mesin.

c. Rokok klembak

Pada rokok ini mengandung bahan baku atau isi berupa campuran

tembakau, cengkeh dan juga kemenyan yang akan memberi aroma

khas.

d. Cerutu

Cerutu merupakan jenis rokok yang bagian luarnya adalah daun

tembakau dengan bentuk lembaran dan bagian dalam atau isinya

berupa campuran tembakau tanpa adanya tambahan bahan lain. 17,18

Sedangkan berdasarkan cara pembuatannya rokok dibagi menjadi 2

macam, yaitu:

a. Sigaret kretek tangan (SKT)

Merupakan jenis rokok yang cara pembuatannya menggunakan tangan

atau alat yang sederhana. Dalam proses pembuatannya dilakukan

dengan cara digiling atau dilinting.

b. Sigaret kretek mesin (SKM)

Jenis rokok ini adalah rokok yang dibuat dengan menggunakan mesin.

Jadi material rokok dimasukkan kedalam mesin, dan akan

keluar sebagai batang rokok.18

Page 26: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

14

2.1.9. Kandungan Kimia Pada Rokok

Rokok mengandung gabungan bahan kimia di dalam nya.satu batang yang

di bakar akan mengeluarkan 4000 bahan kimia. Ketika rokok dibakar akan

menghasilkan hasil pembakaran yang tidak sempurna sehingga dapat mengendap

dalam tubuh.

Rokok mengandung bahan kimia campuran antara produk spesifik dan

produk yang non-spesifik. Pada bahan yang tergolong non-spesifik mengandung

seperti asetaldehid dan formaldehid. Sedangkan pada golongan produk yang

spesifik mengandung bahan seperti tobacco-specific nitrosamines. Apabila

dibedakan berdasarkan jenis rokok kretek dan rokok putih memiliki perbedaan

komponen, di dalam rokok kretek terdapat lima komponen kimia yang tidak di

dapatkan pada rokok putih yaitu eugenol, acetyl eugenol, B-caryophyllene, x-

humulene, dan caryophyllene epoksida.21,22

Dari seluruh komponen kimia yang ada dalam rokok,beberapa komponen

yang berpotensi untuk menimbulkan masalah pada kesehatan yaitu sebagai

berikut :

1. Nikotin

Nikotin merupakan senyawa alkaloid, kandungan alkoloid ini

dapat menyebabkan membuat rasa ingin lagi atau ketagihan pada

perokok dan menimbulkan gangguan pada jantung dan

paru.Nikotin yang terkandung dalam suatu rokok mungkin dapat

berbeda-beda, tergantung dari jenis tembakau sebagai bahan utama

pembuat rokok. Namun sekitar 20,9mg nikotin terkandung dalam

suatu rokok, dan sekitar 2mg nikotin yang akan masuk kedalam

tubuh.

2. Tar/NFDPM (Nicotine Free Dry Particulate Matter)

Tar akan terbentuk ketika rokok dibakar. Konsedat asap yang

berisikan seribu komponen berbeda dikurangi dengan air dan

nikotin merupakan tar. Tar bersifat karsinogenik yang tersusun

atas senyawa organik dan anorganik. Ketika keadaan dingin,situasi

ini akan menghasilkan tar menjadi padat dan akan membentuk

endapan coklat pada permukaan gigi,saluran nafas dan paru-paru

Page 27: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

15

3. TSNA (Tobacco Spesific Nitrosamine)

Daun tembakau mengandung sedikit kandungan TSNA, walaupun

kandungan pada daun tembakau sedikit kandungan ini bisa

meningkat akibat dari proses pengovenan dan aktivitas mikroba

yang akan menghasilkan nitrit. Kandungan TSNA ini bersifat

sangat karsinogenik

4. PAH ( Polynuclear Aromatic Hydrocarbons )

PAH merupakan karsinogenik paling poten yang tidak ditemukan

langsung pada daun tembakau tetapi akan muncul melalui proses

pembakaran rokok yang mengalami pirolisis. PAH dibentuk

melalui pirolisis rantai panjang hidrokarbon,terpenes dan

phytostrerol (stigmaterol, parafin, gula,asam amino,selulosa)

5. Karbon Monoksida

Gas yang di hasilkan ketika rokok dibakar akan membentuk

senyawa ini sebagai salah satu komponen asap.Gas ini

berhubungan dengan risiko penyakit akibat rokok nya khusus nya

penyakit kardiovaskular karena akan terikat lebih kuat dengan

hemoglobin dibandingkan oksigen yang terikat dalam darah.

6. NTRM (Nontobacco Related-material)

Bahan lainya pada rokok seperti pembungkus kertas dan filter

yang mengandung selulosa sebagai bahan dasar pembentukan B-a-

P. Material ini juga dapat mempengaruhi kadar komponen kimia

yang terhisap.21

2.1.10. Efek Merokok Tembakau terhadap Saliva

Saat ini dengan tinggi nya angka perokok di Indonesia sudah banyak

penelitian dilakukan mengenai efek rokok, dan seperti yang kita ketahui rokok

dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan,Salah satu nya gangguan

kesehatan di rongga mulut. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan pun

bervariasi, seperti kebersihan mulut dan gigi yang buruk, terdapat lesi dan juga

terdapat peradangan. Bahan toksik yang terdapat pada rokok dapat menyebabkan

iritasi pada jaringan lunak di rongga mulut, infeksi mukosa, memperlambat

penyembuhan luka, memperlemah kemampuan fagositois, dan bahkan

Page 28: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

16

mengurangi asupan aliran darah ke ginggiva. Dan saliva merupakan cairan

biologis pertama dari tubuh kita yang terpapar oleh tembakau dari rokok yang

mengandung bahan-bahan bersifat toksik yang dapat mengubah saliva baik

secara struktural maupun fungsional. 17,27

Banyak penelitian yang sudah dilakukan untuk membuktikan efek

merokok jangka panjang dengan gangguan pada komponen saliva.Efek dari

paparan saat menghisap rokok dapat mengiritasi mukosa. Selain itu hasil

pembakaran rokok yang berupa bahan kimia akan merangsang pelepasan zat

kimia dari sel makrofag dan neutrophil aktif seperti IL-1,Prostaglandin yang

pada tubuh dan berpotensi merusak sel dan jaringan kelenjar saliva,hal ini

dipengaruhi oleh lama merokok dan jumlah batang perhari.14

Senyawa aldehid yang terkandung dalam rokok maupun hasil pembakaran

berupa asap dapat merusak sel seperti penjabaran di atas,dan hal ini dapat

mempengaruhi pH pada saliva.Komponen rokok yang bersifat asam dapat

merusak system buffer bikarbonat dan dapat menyebabkan kehilangan karbonat

yang banyak dan akan didapatkan keasaman cairan saliva yang meningkat. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Mala Singh mengenai efek merokok jangka

panjang terhadap salivary flow rate dan pH pada tahun 2015 menunjukan bahwa

terjadi penurunan pada kedua hal yang diteliti hal ini membuktikan efek rokok

yang menggangu komponen saliva pada rongga mulut.14

Reibel tahun 2001 mengatakan bahwa pH saliva akan meningkat saat

merokok namun setelah jangka waktu panjang pH saliva ada perokok mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan non perokok. Sedangkan pada penelitian

tahun 2013 yang dilakukan Kanwar dkk, menunjukkan bahwa kelompok perokok

memiliki pH yang lebih rendah dibandingkan kelompok non-perokok, akan

tetapi pH pada kedua kelompok tersebut masih dalam kategori normal.14, 27

2.1.11. Efek Merokok Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut

Rongga mulut adalah bagian yang utama yang terpapar oleh rokok, karena

merupakan tempat terjadinya penyerapan zat hasil pembakaran rokok.

Komponen beracun pada rokok dapat mengiritasi jaringan lunak pada rongga

mulut, dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada mukosa, memperlambat

penyembuhan luka, memperlemah kemampuan fagositosis, menekan proliferasi

Page 29: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

17

osteoblast, serta dapat mengurangi asupan aliran darah ke gingiva. Sedangkan

dari hasil penelitian Widijanto akibat panas yang di timbulkan langsung oleh

proses pembakaran rokok, terbukti dapat mengiritasi mukosa mulut secara

langsung, menyebabkan perubahan vaskularisasi dan sekresi saliva.Selain itu

hubungan antara merokok dengan peningkatan angka karies, hal ini diketahui

karena ada nya penurunan saliva yang bagaimana kita tau salah satu fungsi nya

sebagai proteksi rongga mulut.35,36

Kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut dapat dinilai dengan

menggunakan indeks yang hasilnya didapat dari pemeriksaan fisik gigi dan

mulut. Terdapat beberapa indeks yaitu Oral higiene index simplified (OHIS)

adalah indeks untuk menentukan status kebersihan mulut seseorang yang dinilai

dari Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI) yang menunjukkan adanya sisa

makanan/debris dan kalkulus (karang gigi) pada permukaan gigi. Plaque index

(PI) digunakan untuk mengukur ketebalan plak pada permukaan gigi. Gingival

index (GI) digunakan untuk menilai keadaan gusi seseorang dengan melihat

keparahan gingivitis berdasarkan warna gusi, konsistensi dan kecenderungan

untuk berdarah. Decayed, missing, and filled teeth (DMFT) digunakan untuk

melihat jumlah gigi yang berlubang, hilang dan jumlah gigi yang ditambal.23

OHIS adalah indeks yang dipakai untuk mengukur tingkat kebersihan gigi

dan mulut seseorang yang dinilai berdasarkan daerah permukaan gigi yang

tertutup oleh oral debris (sisa makanan) dan kalkulus (karang gigi). Jadi skor

OHIS merupakan penjumlahan dari DI (Debris Indeks) dan CI (Calculus Indeks).

Kriteria untuk OHIS dalam menentukan keadaan mulut seseorang yaitu:

Skor 0,0-1,2 : baik

Skor 1,3-3,0 : sedang

Skor 3,1-6,0 : buruk

Sedangkan pada pemeriksaan DI (Debris Indeks) digunakan untuk melihat

adanya sisa makanan/debris yang menempel pada gigi. Kriteria untuk DI sebagai

berikut:23

0 : tidak ada debris/sisa makanan yang menempel pada gigi.

1 : debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.

Page 30: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

18

2 : debris lunak menutupi lebih dari 1/3 permukaan, tetapi tidak lebih dari 2/3

permukaan gigi.

3 : debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.

Pada pemeriksaan CI (Calculus Index) kita melihat adanya kalkulus atau

karang gigi. Kriteria unutk CI yaitu:23

0 : tidak terdapat kalkulus.

1 : kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.

2 : kalkulus supragingival lebih dari 1/3 tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan

gigi.

3 : kalkulus supragingival menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.

Pada pemeriksaan GI (Gingival Index) dapat dinilai adanya inflamasi

gingival dengan melihat apakah ada perdarahan atau tidak pada gigi yang

diperiksa. Kriteria skor GI adalah:23

0 : gingiva normal.

1 : inflamasi ringan pada gingiva yang ditandai perubahan warna, sedikit

edema, palpasi tidak terjadi perdarahan.

2 : inflamasi gingiva sedang, warna merah, edema, berkilat, palpasi terjadi

perdarahan.

3 : inflamasi gingiva parah, warna merah menyolok, edema terjadi ulserasi,

gingiva cenderung berdarah spontan.

Metode penilaian kesehatan gigi dan mulut dapat juga di nilai selain debris

index, calculus index, gingival index, dan OHIS, bisa menggunakan metode skor

DMFT (decrease,missing,and filled teeth), metode ini menilai banyak nya gigi

yang berlubang, gigi yang hilang, dan gigi yang di tambal, dibandingkan dengan

metode ini metode penilaian OHIS lebih baik untuk mengetahui tingkat

kebersihan gigi dan mulut dan penilaian awal status kesehatan gigi dan mulut.

2.1.12 Indeks Merokok

Indeks merokok adalah metode perhitungan yang di gunakan untuk mengetahui

derajat keparahan merokok pada seorang perokok. Untuk menghitung Indeks

Page 31: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

19

merokok saat ini banyak metode yang berkembang, akan tetapi ada 2 metode

yang saat ini cukup sering digunakan, Metode yang dimaksud sebagai berikut :

Indeks Brinkman

Indeks Brinkman digunakan secara luas untuk menghitung derajat

beratnya merokok. Indeks ini menggunakan jumlah batang rokok yang dihisap

per hari dan lama merokok dalam tahun sebagai variabel. Sehingga rumusnya

akan ditampilkan sebagai berikut:

(Jumlah Batang Rokok yang Dikonsumsi per hari) X (Lama Merokok

dalam Tahun)

Penggolongan Brinkman Index sangatlah bervariasi. Namun yang kini

sering dipakai secara luas adalah sebagai berikut:

0-199 = perokok ringan

200-599 = perokok sedang

≥ 600 = perokok berat 24

a. Pack-Years of Smoking

Pack years Smoking merupakan metode lain untuk menghitung Indeks

merokok. Pada prinsip nya memiliki kemiripan dengan menghitung dengan

menggunakan metode Indeks Brinksman, apabila di bandingkan dengan indeks

brinkman yang mengalikan batang rokok yang dikonsumsi per hari dengan lama

merokok per tahun, maka metode pack-years of Smoking menghitung jumlah

bungkus rokok yang dikonsumsi per hari dan dikalikan dengan lama merokok

dalam tahun. Dengan metode ini, 1 bungkus rokok diasumsikan berisikan 20

batang rokok, seperti halnya yang lazim di negara-negara barat. Sehingga

perhitungannya adalah sebagai berikut:

(Jumlah batang rokok yang dikonsumsi per hari) / 20 X (Lama Merokok

dalamTahun)

Seperti Indeks Brinkman, Pack-Years Smoking juga tidak memiliki

klasifikasi yang spesifik. Namun pada beberapa penelitian yang melibatkan

Page 32: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

20

penghitungan waktu TMS dengan tes sakharin menggunakan pembagian sebagai

berikut:

0-20 = perokok ringan

20-30 = perokok sedang

>30 = perokok berat 24

2.1.13 Kopi

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan, secara umum ada dua

spesies dari tanaman kopi yaitu Arabika dan Robusta, konsumsi kopi paling

banyak di dunia ialah kopi Arabika (70%) dan Robusta (30%). Di Indonesia kopi

mulai dikenal pada tahun 1696 yang dikenalkan oleh VOC (Vereenigde

Oostindische Compagnie) dan di anggap menguntungkan sebagai komiditi

perdagangan makan VOC menyebarkan ke berbagai daerah di Indonesia.32

Tabel 2.3 Kandungan Kopi

Sumber : Farah 2012

Kopi memiliki derajat keasaman yang berasal dari dalam kandungan nya, yaitu

dari kelompok asam karboksilat pada biji kopi antara lain asam format, asam asetat,

Page 33: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

21

asam oksalat, asam sitrat, asam laktat, asam malat, dan asam quinat. Selain itu

konsumsi kopi dapat menurunkan derajat keasaman saliva, hal ini sesuai pula dengan

penelitian Andriany dkk yang menyatakan pengaruh konsumsi kopi Ulee Kareng

terhadap penurunan pH saliva yang signifikan. Hal tersebut disebabkan kopi

mengandung karbohidrat sederhana yang tinggi dan fermentasi di dalam mulut oleh

bakteri menghasilkan asam sehingga dapat menurunkan pH saliva sampai di bawah

5,5.31,33

Page 34: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

22

2.2.Kerangka Teori

Sekresi saliva

oleh sel epitel

sekretori

Na, K, ATPase,

influks Cl

↑Ca intrasel

Membuka kanal K

di membran

basolateral

Membuka kanal Cl

di membran

luminal

Cl ke lumen

kelenjar K ke interstisial

Menarik Na

melalui transpor

paraseluler

Menarik H2O ke

lumen kelenjar

Reabsorbsi NaCl,

sekresi K dan

HCO3

Saliva

Rokok

Tingkat

keparahan

merokok,

kandungan

rokok, asap

rokok,dan efek

panas

pembakaran

pH saliva

Kopi

Mengandung

karbohidrat

Karies gigi

Sisa makanan

pada gigi

berlubang

Fermentasi oleh

bakteri

Kesehatan gigi dan

mulut

Page 35: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

23

2.3.Kerangka Konsep

Variabel yang ditelitiVariabel

Variebal bebas

Variabel perancu

diet pada waktu 1

jam atau kurang

sebelum pemeriksaan

pH saliva dilakukan

karies gigi da

Penurunan Derajat

Keasaman (pH) Saliva

Kebiasaan

merokok

Saliva Terpapar

oleh kandungan

dan asap rokok

Perokok

Gangguan pada

keseimbangan

komposisi saliva

Kandungan beracun

pada rokok

Page 36: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

24

2.4. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara pengukuran Skala

pengukuran

1 pH saliva Derajat keasamaan

yang digunakan

untuk menyatakan

tingkat keasaman

atau kebasaan pada

suatu cairan

kompleks pada

rongga mulut yang

terdiri atas campuran

sekresi dari kelenjar

saliva mayor dan

minor

Indikator

pH

universal

Strip pH dicelupkan ke

dalam tabung ukur

selama 3 detik dan

perubahan warna

disesuaikan dengan

papan warna yang

tersedia dari pabrik.

Numerik

2 Perokok

aktif

(orang) yang suka

merokok; orang

yang melakukan

langsung aktivitas

merokok dalam arti

mengisap batang

rokok yang telah

dibakar

Kuisioner Wawancara dan

Mengisi Kuesioner

Kategorik

3 Tingkat

keparahan

merokok

Penentuan derajat

berat ringannya

merokok yang di

ukur berdasarkan

index

Brinksman,yaitu

jumlah rokok yang

dihisap dalam sehari

Kuisioner Wawancara dan

Mengisi kuesioner

Kategorik

Page 37: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

25

(satuan batang)

dikaitkan dengan

lama merokok

dalam tahun.

4. Jenis

rokok

Jenis rokok di

kelompokan

berdasarkan bahan

ramuan,yaitu rokok

kretek dan filter

Kuisioner Wawancara dan

Mengisi kuesioner

Kategorik

5 Konsumsi

kopi

Kebiasaan

mengkonsumsi

rokok dalam sehari

dengan jenis kopi

apapun

Kuisioner Wawancara dan

Mengisi kuesioner

Numerik

6 OHIS

(Oral

Hygiene

Index

Simplified)

Nilai yang

menunjukan status

kebersihan mulut

Indeks

OHIS

Pemeriksaan gigi dan

mulut

Numerik

7 DI

(Debrix

Index)

Nilai yang

menunjukan

kalkulus pada gigi

Indeks DI Pemeriksaan gigi dan

mulut

Numerik

8 CI

(Calculus

Index)

Nilai yang

menunjukan

kalkulus pada gigi

Indeks CI Pemeriksaan gigi dan

mulut

Numerik

9 GI

(Gingival

Index)

Nilai yang

menunjukan

gingiva,berupa

warna, konsistensi,

dan kecenderungan

perdarahan

Indeks GI Pemeriksaan gigi dan

mulut

Numerik

Page 38: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

26

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik bivariat

dengan desain penelitian potong lintang.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat

Penelitian ini dilakukan di daerah Kecamatan Ciputat Timur dan

sekitarnya.Pengukuran pH pada saliva akan dilakukan di tempat

pengambilan sampel dan Medical Research Laboratory, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2.2 Waktu

Penelitian dilakukan selama bulan Januari- Juni 2016

3.3 Kriteria dan Subjek Penelitian

3.3.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah:

1) Berstatus perokok aktif

2) Laki-laki

3) Berusia 20-55 tahun

4) Bersedia untuk turut serta dalam penelitian ini (informed consent)

3.3.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah:

1) Tidak kooperatif

2) Sedang berpuasa ketika sedang dilakukan pengambilan sampel

3) Memiliki penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi hasil

pengukuran kadar salivary calcium seperti Diabetes Melitus dan

penyakit yang berhubungan dengan rongga gigi dan mulut.

4) Mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan psikotropika

Page 39: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

27

5) Mengkonsumsi makanan atau minuman yang dapat mempengaruhi

hasil pengukuran kadar salivary calcium.

3.3 Besar Sampel Penelitian

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus

besar sampel penelitian analitik tidak berpasangan dengan variabel numerik

yakni sebagai berikut:2

Keterangan:

Zα = kesalahan tipe I sebesar 5% = 1,645

Zβ = kesalahan tipe II sebesar 5% = 1,645

(X1 – X2) = selisih minimal yang dianggap bermakna = 0,23

S = Sg = standar deviasi, diperoleh dengan rumus:

Sg = standar deviasi gabungan

S1 = standar deviasi kelompok 1 pada penelitian sebelumnya

n1 = besar sampel kelompok 1 pada penelitian sebelumnya

S2 = standar deviasi kelompok 2 pada penelitian sebelumnya

n2 = besar sampel kelompok 2 pada penelitian sebelumnya

Hasil perhitungan berdasarkan penelitian I Putu tahun 2014:

(Sg)2= [0,55

2 x (40-1) + 0,65

2 x (15-1)]

40+15-2

= 1,206576 + 1,2844

38

Sg = √0,333962264150943

Sg = 0,577894682577149

Page 40: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

28

Setelah dimasukkan ke dalam rumus:

N = 2 [(1,645 + 1,645) x 0,578]2

(0,23)2

N = 136,716 dibulatkan 137

3.3. Alat dan Bahan

3.3.1. Alat Penelitian

Tabung sampel 15 mL

Corong 40 mL

Indikator pH universal Merck

Rak tabung

Coolbox berisi es batu

3.3.2. Bahan Penelitian

Saliva perokok

3.4. Cara Kerja Penelitian

Menentukan subjek penelitian sesuai dengan kriteria inklusi

Mendapatkan informed consent dari subjek penelitian, pengisian kuisioner

serta memberikan penjelasan kepada subjek mengenai prosedur pengambilan

saliva

Subjek tidak diperbolehkan makan dan minum selama 1 jam sebelum

pengambilan saliva.

Pemeriksaan gigi dan mulut responden dilakukan oleh dokter gigi, untuk

mengetahui status GI (Gingival index), PI (Plaque index), DI (debri index), CI

(calculus index), dan Oral Higiene Index Score (OHIS)

Subjek diminta untuk membuang saliva pada tabung sampel 15 mL selama 5

menit melalui corong. Waktu pengambilan saliva antara pukul 09.00-11.00

pagi untuk mengurangi efek sirkadian.

Page 41: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

29

Pengukuran pH saliva dengan menggunakan indikator pH universal.Strip

dimasukan ke dalam tabung hingga terendam selama 3 detik dan dilakukan

pembacaan langsung dalam 30 detik setelah strip dicelupkam

Strip yang dipakai disesuaikan dengan papan indikator kadar pH universal

dan dicatat perubahan warna yang terjadi. G

3.5. Alur Penelitian

Pengolahan data

Pengambilan sampel saliva

Pemeriksaan pH saliva sampel

Pemilihan subjek penelitian

Inform consent kepada subjek

Pembuatan proposal penelitian

Ethical clearance dari komisi etik

Page 42: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

30

3.6. Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

Variabel bebas/independen yang terdapat dalam penelitian ini adalah tingkat

keparahan merokok yang ditetapkan berdasarkan index brinkman

Variabel terikat/dependen pada penelitian ini adalah kadar pH saliva

Variabel perancu di dalam penelitian ini adalah subjek penelitian yang sedang

diet atau mengkonsumsi makanan atau minuman pada saat pengambilan

sampel dilakukan

3.8 Manajemen dan Analisis Data

Data hasil pengisian kuesioner dan pengukuran pH saliva dari subjek

penelitian dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tabel data induk

menggunakan Microsoft© Excel 2010, kemudian dianalisis menggunakan

software analisis data IBM SPSS v23. Data di analisis secara deskriptif untuk

mengetahui rerata dan standar deviasi . Normalitas distribusi data di uji dengan

Kolmogorov Smirnov karena sampel lebih dari 50.

Uji hipotesis untuk membandingkan pH saliva perokok ringan sedang dan

perokok berat menggunakan uji unpaired t-test, namun jika distribusi data tidak

normal, uji Mann Whitney bisa digunakan untuk pengujian. Sedangkan uji

Jonckheere Tepstra Test digunakan untuk pengaruh variabel perokok ringan-

sedang, perokok berat, dan non perokok terhadap pH saliva. Dilihat dari p value,

jika nilai p<0.05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara pH

dari perokok ringan-sedang dan perokok berat.

Page 43: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

31

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan 110 sebagai subjek penelitian, yang terdiri

dari 20 orang perokok berat, 58 orang perokok ringan sedang, dan 32 sampel non

perokok. Karakteristik 110 sampel terdiri dari usia, latar belakang pendidikan,

dan kebiasaan konsumsi kopi dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian n = 110

Karakteristik

Perokok Ringan-

Sedang

Perokok Berat Non Perokok

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Usia

20-24 tahun

25-34 tahun

35-44 tahun

45-54 tahun

≥ 55 tahun

Rerata ± SD

1

13

21

22

1

1,7

22,4

36,2

37,9

1,7

0

0

7

11

2

0

0

35

55

10

3

8

10

11

0

9,4

25

31,3

34,4

0

40,60 ± 8,47 46,85 ± 5,80 37,88 ± 10,03

Tingkat

Pendidikan

Pendidikan

Rendah

Pendidikan

Tinggi

31

27

53,5

46,5

6

14

30

70

7

70

21,8

78,2

Konsumsi

Kopi

0-2 gelas

>2 gelas

40

18

69

31

6

14

30

70

29

3

90,6

9,4

Page 44: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

32

* = median (minimal-maksimal)

Dari tabel 4.1 didapatkan bahwa jumlah perokok ringan-sedang terbanyak

terdapat pada usia 45-54 tahun sebanyak 22 (37,9%) subjek, sedangkan jumlah

perokok berat terbanyak terdapat pada kelompok umur 45-54 tahun sebanyak 11

subjek perkelompok usia (55%).

4.1.2. Karakteristik Perokok

Didapatkan karakteristik dari data perokok sebanyak 84 sebagai berikut

Tabel 4.2 Karakteristik Perokok

Berdasarkan Indeks Brinkman, penelitian ini menunjukan jumlah non

perokok sebesar 29,09%, perokok kelompok ringan-sedang sebesar 47,27%,

dan perokok kelompok berat sebanyak 18,18%.Jenis rokok yang lebih banyak

yang di konsumsi pada sampel ialah jenis rokok non Kretek sebesar 60,3%.

Median 2 (0-5)* 3 (0-7)* 2 (0-7)*

Jumlah (n) Presentase(%)

Indeks Brinkman

Non perokok 32 29,09

Ringan-Sedang (200-599) 58 47,27

Berat (>599) 20 18,18

Jenis Rokok

Kretek 31 39,7

Non Kretek 47 60,3

Page 45: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

33

4.1.3. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Subyek Penelitian

Tabel 4. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Subjek Penelitian

Tabel 4.4 Oral Hygiene Index dan Skor OHIS

Berdasarkan status kesehatan gigi dan mulut, kelompok perokok berat memiliki

status kebersihan mulut (OHIS) yang buruk memiliki persentase lebih besar

(50%) dan yang sedang (50%) dibandingkan dengan perokok ringan sedang dan

non perokok (19,1%; 9,4%). Begitu pula dengan nilai ketebalan debris (DI),

adanya kalkulus di gigi (CI), dan kualitas gingiva (GI) subjek kelompok perokok

berat memiliki nilai rerata dan standar deviasi terbesar diikuti dengan kelompok

perokok ringan sedang, dan lebih kecil pada kelompok non perokok. Merokok

Karakteristik

Perokok Ringan-

Sedang Perokok Berat

Non Perokok

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Oral Hygiene

Index

Simplified

(OHIS)

Baik 0 0 0 0 4 12,5

Sedang 47 81 10 50 25 78,1

Buruk 11 19 10 50 3 9,4

Karakteristik Perokok Ringan-

Sedang

Perokok

Berat Non-Perokok p value

Debris Index

(DI) 1 (0,33-2)* 1,06 ± 0,39 0,8 (0,17-1,5)* p = 0,012**

Calculus Index

(CI) 1,66 (0,66-2,1)* 1,78 ± 0,51 1,66 (0,33-2,3)* p = 0,031**

Gingiva Index

(GI) 1,16 (0,33-2,1)* 1,27 ± 0,47 1,17 (0,17-2,1)* p = 0,51

OHIS Score 2,57 ± 0,55 2,85 ± 0,86 2,26 ± 0,80 p = 0,01**

Page 46: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

34

juga mempengaruhi DI dan CI dilihat perbedaan bermakna sexara berjenjang

mulai dari non perokok, perokok ringan sedang dan perokok berat.(p=0,012%,

p=0,031). Pengaruh DI dan CI akan mempengaruhi tingkat kesehatan gigi dan

mulut , yaitu OHIS secara bermakna tingkat keparahan merokok terhadap OHIS

p= 0,01.

4.1.4. Derajat Keasaman (pH) Saliva

Hasil pengukuran derajat keasaman (pH) saliva yang tidak distimulasi

pada subjek perokok dan non perokok dapat terlihat dari Gambar 4.1

berikut.

Gambar 4.1 Derajat keasaman pH saliva

Hasil penelitian ini di dapatkan derajat keasaman (pH) saliva pada

subjek perokok berat (6,00 (5,00-7,00)) lebih rendah dibandingkan subjek

perokok ringan-sedang (6.00 (5,00-8,00) maupun non perokok

(7.00(6.00-8.00).Dari grafik di atas menunjukan bahwa pada subjek

kelompok perokok berat di dapatkan rerata derajat keasamaan pH 6 dan

sebagian kecil ternilai 5 dan 7, hal ini memperlihatkan ada nya beberapa

responden yang berada di luar lingkup responden lain.

Page 47: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

35

Pada penelitian ini didapatkan secara bermakna nilai median derajat

keasaman (pH) saliva pada subjek perokok dengan kelompok perokok

berat (6,00(5,00-7,00) lebih rendah di banding kelompok perokok ringan-

sedang (6,00(5,00-8,00), maupun kelompok non perokok (7.00(6.00-

8.00) Jonckheere – Therpstra Test : <0.001

4.1.5. Hubungan Indeks Brinkman dan konsumsi kopi dengan Derajat

Keasaman (pH) Saliva

Tabel 4.4 Hubungan Indeks Brinkman, Jenis Rokok, dan Konsumsi Kopi dengan

pH Saliva

: Man Whitney

** : Jonckheere - Therpstra

Tabel 4.4 di atas menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat

keparahan merokok (Indeks Brinkman), dan konsumsi kopi dengan pH saliva.

(p <0,001; ;<0,001).

.

Jumlah (n) pH (median

minimum-

maksimum

P value

Indeks Brinkman Non Perokok

Ringan – Sedang

200-599

Berat

≥ 600

32

58

20

6 (5-8)

6 (5-7)

**<0.001

*0.019

Konsumsi Kopi > 2 gelas

≤ 2 gelas

35

75

6 (5-7)

6 (5-8)

*<0,001

Page 48: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

36

4.2 Pembahasan

Penelian dengan jumlah sampel total sebesar 110 dengan jumlah kelompok

sampel perokok ringan-sedang sebanyak 58 sampel, untuk kelompok berat

sebanyak 20 sampel, dan untuk kelompok non perokok sebanyak 32 sampel.

Karakteristik subjek penelitian dengan rerata usia 40,6 tahun pada kelompok

perokok ringan sedang dan rerata usia 46,85 tahun pada kelompok perokok berat.

Di dapatkan rerata usia perokok berat lebih tinggi dibandingkan dengan perokok

ringan sedang, hal ini bisa disebabkan karena pada perokok kriteria berat

berdasarkan indeks brinkman memiliki durasi merokok yang lebih lama dibanding

kategori ringan maupun sedang, Hasil tersebut berbeda apabila dibandingkan

dengan hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 yang menunjukan usia perokok

terbanyak pada usia 30-34 tahun.3

Berdasarkan pendidikan (Tabel 4.1), didapatkan bahwa kelompok perokok

ringan sedang sebagian besar berasal dari latar belakang tingkat pendidikan rendah

(tidak sekolah – SMP) (53,5%), sedangkan kelompok perokok berat dan non

perokok terbanyak berasal dari latar belakang tingkat pendidikan tinggi (SMA –

perguruan tinggi) (70%,78,2%), Hal ini tidak sejalan, dengan hasil riset kesehatan

dasar tahun 2013 yang dimana pada kelompok perokok berat (setiap hari) paling

besar dari latar belakang pendidikan rendah yaitu dari tidak sekolah sampai dengan

SMP, sedangkan pada kelompok perokok ringan-sedang (kadang-kadang) paling

banyak dari latar belakang pendidikan tinggi.3

Sebagian besar subjek penelitian mengkonsumsi kopi setiap harinya.Pada

kelompok perokok ringan-sedang terdapat 40 subjek mengkonsumsi kopi 0-2 gelas

perhari (69%), sedangkan pada kelompok perokok berat terdapat 14 subjek

mengkonsumsi kopi >2 gelas perhari (70%) (Tabel 4.1). Terdapat perbedaan

bermakna pada kedua kelompok tersebut, bahwa kelompok perokok berat

mengkonsumsi kopi lebih banyak dibandingkan kelompok perokok ringan-sedang.

Hal ini menyebabkan kemungkinan terjadi perubahan pH saliva yang di akibatkan

oleh kebiasaan minum kopi,seperti pada penelitian Nabila 2015 menjelaskan ada

nya perbedaan signifikan pengaruh konsumsi kopi dengan penurunan pH saliva, hal

ini sesuai pula dengan penelitian Andriany, dkk yang menyatakan pengaruh

konsumsi kopi Ulee Kareng terhadap penurunan pH saliva yang signifikan. Hal

Page 49: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

37

tersebut disebabkan kopi mengandung karbohidrat sederhana yang tinggi dan

fermentasi di dalam mulut oleh bakteri menghasilkan asam sehingga dapat

menurunkan pH saliva sampai di bawah 5,5.28,31

Penelitian ini utamanya melihat keadaan saliva, khusus nya pH pada saliva

dibandingkan berdasarkan tingkat keparahan merokok. Di dapatkan hasil yang

bermakna pada pH saliva antara kelompok perokok ringan-sedang dan kelompok

perokok berat. (p=0,019).Hal ini menunjukan bahwa pada kelompok perokok berat

memiliki pH saliva yang lebih rendah dibandingkan kelompok perokok ringan-

sedangdan dan non perokok.Selain itu secara bermakna ada nya perbedaan

berjenjang pada beberapa kelompok baik non perokok, perokok ringan-sedang, dan

perokok berat.

Peran rokok terhadap saliva pada penelitian ini dilihat dari kebiasaaan

merokok yang di hitung dari lama merokok dan jumlah konsumsi rokok perharinya

atau menggunakan indeks Brinkman. Hal ini memperlihatkan bahwa semakin lama

konsumsi rokok dan semakin banyak jumlah batang rokok yang di konsumsi setiap

hari nya berpengaruh terhadap pH saliva, hal ini sesuai dengan penelitian Sighn,

dkk, dalam penelitian nya di dapatkan hasil yang signifikan bahwa penggunakan

rokok jangka panjang menurunkan laju saliva dan pH saliva, namun pada penelitian

ini tidak membandingkan antara masing-masing kelompok perokok berdasarkan

tingkat keparahan merokok nya.14

Selain berdasarkan lama merokok dan jumlah konsumsi rokok perhari, jenis

rokok yang dikonsumsi juga diketahui berpengaruh pada penurunan pH saliva. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Aprilia Larasati 2016 untuk melihat perbedaan

dampak merokok berdasarkan jenis nya, penelitian tersebut membagi menjadi dua

yakni kretek dan non kretek. Dari hasil didapatkan perbedaan bermakna pH saliva

pada kelompok perokok kretek dan non kretek (p=0,004). Hasil ini menunjukan

bahwa sampel perokok kretek memiliki ke cenderungan nilai pH saliva yang lebih

rendah dibandingkan dengan kelompok perokok non kretek, hal ini bisa disebabkan

perbedaan kandungan antara kedua jenis rokok tersebut. Yang dimana rokok jenis

kretek mengandung tar lebih tinggi dan jenis rokok kretek pada umunya tidak

menggunakan filter sehingga komponen kimia pada kandungan rokok langsung

terpapar dengan ruang mulut dan menggangu ke asaman mulut (pH). 29

Page 50: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

38

Kebiasaan mengkonsumsi kopi sering dikaitkan dengan merokok. Pada

penelitian ini didapatkan ada nya hubungan signifikan antara kebiasaan minum kopi

dengan penurunan pH saliva (p=<0,001). Kopi diketahui mengandung karbohidrat

sederhana yang tinggi dan fermentasi di dalam mulut oleh bakteri menghasilkan

asam sehingga dapat menurunkan pH saliva sampai di bawah 5,5. Terbukti pada

analisis regresi logistik di dapatkan pada konsumsi >2 gelas perhari merupakan

salah satu resiko tinggi penyebab perubahan pH saliva.31

Pada penelitian ini untuk menilai besar nya efek tingkat keparahan merokok

dan konsumsi kopi terhadap derajat keasaman pH saliva maka dilakukan

perhitungan Effect Size, dari hasil perhitungan di dapatkan hasil (0,259) untuk

tingkat keparahan merokok yang berarti penilaian berdasarkan tingkat keparahan

merokok memiliki kekuatan perbedaan dengan tingkat kecil dan (0,453) untuk

konsumsi kopi yang memiliki kekuatan perbedaan tingkat sedang berdasarkan

klasifikasi Cohen. Hasil perhitungan Effect Size ini dapat digunakan sebagai acuan

untuk penilaian berikut nya, bahwa selanjutnya di harapkan dapat menambah

jumlah sampel untuk meningkatkan kekuatan dari analisis.33

Tingkat keparahan merokok juga dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut,

hal ini dilihat dari nilai OHIS yang tinggi terdapat pada kelompok perokok dan yang

paling tinggi pada kelompok perokok berat. Pada penelitian ini di dapatkan

perbedaan berkmana berdasarkan tingkat keparahan merokok, hal ini sesuai dengan

hasil penelitian Nabila, dkk yang meneliti OHIS pada perokok dan non perokok

menunjukkan perbedaan yang bermakna, hal ini sesusai dengan hasil penelitian

Arowojolu tahun 2013 bahwa terdapat perbedaan bermakna pada OHIS dan GI

antara perokok dengan non-perokok (p< 0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian

tersebut, bahwa rokok dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulutSelain itu,

kadar nikotin pada rokok berperan sebagai vasokonstriktor di jaringan gingiva,

sehingga menyebabkan risiko perdarahan pada gingiva. Nikotin juga berperan

sebagai inhibitor produksi antibodi sehingga meningkatkan risiko infeksi pada

gingiva.30

Kebiasaan mengkonsumsi rokok jangka panjang dengan jumlah batang rokok

yang banyak dapat mempengaruihi komponen saliva,salah satu nya menurunkan pH

saliva., Penurunan pH saliva dapat menyebabkan seseorang rentan terhadap

Page 51: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

39

penyakit mulut dan gigi hal ini dikarenakan dengan keadaan pH rendah menggangu

demineralisasi, sehingga karies gigi meningkat. Oleh karena merokok terbukti dapat

menurunkan pH dan kesehatan gigi dan mulut, maka saran yang bisa di berikan

adalah berhenti atau mengurangi jumlah konsumsi rokok.

Aspek Keislaman

Analisa pakar kesehatan telah menyebutkan berbagai macam dampak negatif

dari merokok. Dalam alqur’an maupun hadist tidak ditemukan adanya hukum yang

secara spesifik menjelaskan bahaya dari tembakau (rokok) dan juga hukum

pemakaiannya bagi umat muslim. Pertimbangan kebermanfaatan dan bahaya yang

dihasilkan oleh rokok, akhirnya melahirkan suatu ketetapan hukum merokok

khususnya bagi kaum muslim ditinjau dari hukum-hukum islam. Secara sederhana,

pandangan bahaya merokok dalam kacamata islam dilihat dari dampak negatif yang

ditimbulkan rokok bagi tubuh konsumennya dan juga bagi orang lain yang

menghirup asap rokok serta udara lingkungan yang ikut tercemar. Selain itu menurut

pandangan islam rokok merupakan suatu kegiatan menghambur-hamburkan harta

untuk kegiatan yang tidak bermanfaat.

Rokok dalam pemakaian jangka panjang dapat memberikan efek

membahayakan bagi tubuh manusia. Menurut surat An-Nisa ayat 29 disebutkan “Dan

janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.", disebutkan pula dalam surat al-A’raf ayat 157

“...menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka

segala yang buruk ...” Hal ini menjadi salah satu dasar beberapa golongan

menganggap mengkonsumsi rokok adalah hal yang makruh. Salah satu dasar MUI

menetapkan fatwa makruh bagi rokok ialah dengan menengok surat al-Isra 26-27

“...dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros (26).

Sesungguhnya pemborosan itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu

adalah sangat ingkar kepada tuhannya (27)”. Merunut kepada ayat ini, rokok

dianggap sebagai perilaku pemborosan dalam menghambur-hamburkan harta untuk

suatu kegiatan yang tidak bermanfaat. Selain ini dampak negatif yang akan

dirasakan perokok pasif juga menjadi salah satu alasan hukum makruh merokok bagi

umat islam. Menurut hadist Rasulullah SAW, "Segala sesuatu yang membahayakan

Page 52: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

40

diri sendiri atau membahayakan orang lain hukumnya dilarang"

(Shahih Al-Jami' 17393).

Page 53: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

41

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa derajat keasaman (pH) saliva pada

perokok berat lebih rendah dibandingkan perokok ringan-sedang.Penurunan pH

saliva yang terjadi pada perokok berat berhubungan dengan derajat keparahan

merokok yang dinilai dari lama merokok dalam tahun dan jumlah rokok yang dihisap

setiap harinya.

5.2 Saran

Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan:

1. Dibutuhkan penelitian lanjutan dengan penambahan jumlah sampel pada

kelompok perokok berat berdasarkan Indeks Brinkman

2. Diharapkan menggunakan alat dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi,

agar didapatkan nilai perbedaan yang akurat antara masing-masing kelompok

perokok.

Page 54: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

42

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. WHO Report on The Global Tobacco Epidemic, Enforcing bans on

tobacco advertising, promotion and sponsorsHip. Luxembourg: World Health

Organization.2013: p. 11-14.

2. WHO. 2013. Tobacco, Key Facts.

3. BPdPKK. Riset Dasar Kesehatan Tahun 2013. Jakarta: Kesehatan Kementerian

Republik Indonesia; 2013: Hlm. 137

4. WHO. Global Adult Tobacco Survey : Indonesia Report 2011. Jakarta : World

Health Organization, Regional Office for south-East Asia : 2012. Report No :

ISBN 978-92-9022: p. 14-24 Avaible from :

http://who.int%2Ftobacco%2Fsurveillance%2Fsurvey%2Fgats%2Findonesia_re

port.pdf (4)

5. Ellis H. Clinical Anatomy. 11th ed.USA : Blackwell ; 2006 : p.289-293

6. Tortora GJ, Derrickson B. The Digestive System. In: Roesch B, editor. Principles

of Anatomy and Physiology. 12th

ed. US: John Wiley & Sons, Inc; 2009.

7. Almeida PDVd, Gregio AMT, Machado MAN, Lima AASd, Azevedo LR.

Saliva Composition and Functions: A Comprehensive Review. J Contemp Dent

Pract. 2008 March; (9)3: p. 072-080.

8. Keshav S. The Gastrointestinal System at a Glace Australia : Blackwell Science

Asia; 2004 : p.14-15

9. Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

10. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

11. Feneis H, Dauber W. Pocket Atlas of Human Anatomy. 4th ed. Stuttgart:

Thieme; 2000:

12. Ekstrom J, Khosravani N, Castagnola M, Messana I. Saliva and The Control of

Its Secretion. Berlin: Springer; 2012. p. 20-30.

13. Catalan MA, Nakamoto T, Melvin JE. The Salivary Gland Fluid Secretion

Mechanism. The Journal of Medical Investigation. 2009 October; 56: 192-195.

14. Singh M, Ingle NA, Kaur N, Yadav P, Ingle E. Effect of Long Term Smoking on

Salivary Flow Rate and Salivary pH. JindianAssocPublicHealthDent. January-

March 2015; 13(1): 11-13

Page 55: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

43

15. Palomares CF, Munoz-Montagud JV, Sanchiz V, Herreros B, Hernandez V,

Minguez M, et.all. Unstimulated Salivary Flow Rate, pH and Buffer Capacity of

Saliva in Healthy Volunteers. Rev Esp Enferm Dig. 2004; 96(11): p. 773-783.

16. Greenberg, Glick, Ship. Burket’s Oral Medicine Ed 11. India: BC Decker Inc;

2008

17. Kusuma DA, Yuwono SS, Wulan SN. Studi Kadar Nikotin dan Tar Sembilan

Merk Rokok Kretek Filter yang Beredar di Wilayah Kabupatn Nganjuk.

J.Tek.Pert. 2012; 5(3): 151-155

18. Haris A, Ikhsan M, Rogayah R. Asap Rokok sebagai Bahan pencemar dalam

Ruangan 2012: p19-19

19. World Health Organization. Tobacco: deadly in any form or disguise [Internet].

Frace: World Health Organization; 2006 [cited 2016 Sept 5]. Available from:

http://who.int%2Ftobacco%2Fcommunications%2Fevents%2Fwntd%2F2006%2

FTfi_Rapport.pdf

20. Vinay Kumar. Paru dan Saluran Nafas Atas. In: Vinay Kumar, Ramzi S. Cotran,

Stanley L. Robbin, editors. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 7. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. hlmn. 515-518

21. Fawles J, Bates M. The chemical constituents in cigrattes Smoke. Luxembourg:

Institute for Health and Consumer Protection, Directorate-General Joint Research

Center;2007

22. Geiss O, Kotzias D. Tobacco, Cigarettes and Cigarette Smoke: An Overview

[Internet]. Italy: Joint Research Centre Institude for Health and Consumer

Protection; 2007 [cited 2016 June 21]. Available from: http://jrc.cec.eu.int

23. Muller HP. 2005. Periodontology : the essentials New York : Thieme

24. Indrayan A, Kumar R, Dwivedi S. A Simple Index of Smoking. COBRA. 2014

:40:1-20

25. Drake, Richard L. Dasar-dasar Anatomi.Jakarta. Elsevier. 2014

26. Shetty C, Hegde MN, Devadiga D. Correlation Between Dental Caries with

Salivary Flow, pH, and Buffering Capacity in Adult South Indian Population: An

In-vivo Study. Int. J. Res. Ayurveda Pharm. 2013.

27. Reibel, J. Tobacco and Oral Disease. Update on the Evidence, with

Recomendation. 2015.

Page 56: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

44

28. Syifa, Nabila. Peran Rokok Terhadap Derajat Keasaman (pH) Saliva 2. Program

Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas

Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015

29. Larasati, Aprilia. Perbedaam Derajat Derajat Keasaman (pH) Saliva pada

Perokok Kretek dan non Kretek . Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

Jakarta. 2015

30. Arowojolu MO, Fawole OI, Dosumu EB, Opeodu OI. A Comparative Study of

The Oral Hygiene Status of Smokers and Non-smokers in Ibadan, Oyo State.

NigerMedJ. 2013.

31. Andriany P, Hakim RF, Mahlianur. Pengaruh Konsumsi Kopi Ulee Kareng

(Arabika) Terhadap pH Saliva Pada Usia Dewasa Muda. Dentika Dental Jurnal.

2012.

32. Raharjo, Pudji. Panduan Budidaya dan Pengelolaan Kopi Arabika dan Robusta.

Penebar Swadaya. Jakarta. 2012.

33. Agung S. Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian di Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma. Jurnal Penelitian 2010;14(1): 1-17

34. Farah, Adriana. . Coffe Constituents. Coffe : Emerging Health Effects and

Disease Prevention. 2012

35. Widijanto S. Peranan Kebiasaan Merokok Terhadap Insidensi Karies. Jurnal

Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 2010;7: 388-94

36. George KS. The Effect of Saliva on Dental Caries. JADA 2008; 139(5): 11-17

Page 57: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

45

LAMPIRAN

Lampiran 1

Formulir Inform Consent dan Data Responden

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Judul Penelitian:

Perbandingan Kualitas Hidup Pada Perokok dan Non-Perokok

Peneliti Utama:

drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah, Jl. Kertamukti Pisangan

Ciputat, Jakarta 15419, Telepon: 021-74716718, 021-7401925

Anda diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi Anda bersifat sukarela,

dalam arti Anda bebas untuk turut serta atau menolaknya. Anda juga bebas berbicara

karena kerahasiaan Anda terjamin.

Sebelum membuat keputusan, Anda akan diberitahu detail penelitian ini berikut

kemungkinan manfaat dan risikonya, serta apa yang harus Anda kerjakan. Tim peneliti akan

menerangkan tujuan penelitian ini dan memberikan formulir persetujuan untuk dibaca.

Anda tidak harus memberikan keputusan saat ini juga, formulir persetujuan dapat Anda

bawa ke rumah untuk didiskusikan dengan keluarga, sahabat atau dokter Anda.

Jika Anda tidak memahami apa yang Anda baca, jangan menandatangani formulir

persetujuan ini. Mohon menanyakan kepada dokter atau staf peneliti mengenai apapun

yang tidak Anda pahami, termasuk istilah-istilah medis. Anda dapat meminta formulir ini

dibacakan oleh peneliti. Bila Anda bersedia untuk berpartisipasi, Anda diminta

menandatangani formulir ini dan salinannya akan diberikan kepada Anda.

Kode Partisipan

No. Rekam Medik

Tanggal

Page 58: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

46

Apa tujuan penelitian ini?

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan kualitas hidup perokok dan non

perokok.

(Lanjutan)

Mengapa saya diminta untuk berpartisipasi?

Anda diminta berpartisipasi karena Anda telah merokok rutin selama minimal 5 tahun dan

telah memenuhi kriteria penelitian ini atau sebagai kelompok kontrol yang tidak pernah

merokok sama sekali.

Berapa banyak orang yang mengikuti penelitian ini?

Lima puluh perokok dan lima puluh non-perokok akan mengikuti penelitian ini.

Di mana penelitian akan berlangsung?

Penelitian akan dilakukan di Medical Research Laboratory, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Apa yang harus saya lakukan?

Jika memenuhi kriteria, Anda akan diikutkan dalam penelitian. Jika Anda setuju untuk

mengikuti penelitian, maka Anda harus mengikuti seluruh prosedur penelitian termasuk

mengisi rekam medis, dan pengisian kuisioner.

Pengisian Rekam Medis untuk mengumpulkan informasi

Anda akan mengisi rekam medis dengan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui data

pribadi, mengenai kesehatan dan kesejahteraan, jumlah rokok yang dikonsumsi, kebiasaan

mengenai pola makan dan menjaga kebersihan rongga mulut serta, mengenai keluhan di

rongga mulut.

Pengisian Kuisioner SF-36

Anda akan diminta untuk mengisi kuisioner pengukuran skor kualitas hidup. Di dalam

kuisioner

Page 59: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

47

tersebut terdapat 36 poin pertanyaan. Silahkan diisi sesuai dengan keadaan yang sebenar-

benarnya, sesuai dengan keadaan yang dirasakan oleh Anda.

Berapa lama saya harus menjalani penelitian ini?

Penelitian ini akan memakan waktu maksimal 45 menit.

Siapa yang dapat saya hubungi bila mempunyai pertanyaan, keluhan, atau bertanya

tentang hak-hak saya sebagai subyek penelitian?

(Lanjutan)

Jika Anda memiliki pertanyaan maupun keluhan berkaitan dengan partisipasi Anda atau

hak- hak sebagai subyek penelitian, Anda dapat menghubungi Peneliti Utama pada nomor

telepon yang tercantum di halaman pertama formulir ini, jika anggota tim peneliti tidak

dapat dihubungi.

Ketika Anda menandatangani formulir ini, Anda setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini. Ini berarti Anda sudah membaca informed consent, pertanyaan Anda telah dijawab, dan

Anda memutuskan untuk berpartisipasi.

Nama Partisipan Tanda tangan Tanggal

Nama Pengumpul data Tanda tangan Tangg

(Lanjutan)

Jam Pemeriksaan: …………………

Page 60: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

48

DATA PRIBADI

Nama

TTL

:

:

……………………………………...

........................................

Jenis Kelamin : L / P

Alamat : ......................................................................................................................................

HP : ......................

Pekerjaan

Penghasilan/

bulan

1. <1.500.000

Pendidikan

:

:

:

........................

2. 1.500.000-2.500.000

SD/SMP/SMA/D3/S1/S2/S3/……

Status Pernikahan

Agama

3. 2.500.000-3.500.000

:

:

…………….

…………….

4. >3.500.000

PENYAKIT SISTEMIK : (jawab dengan ADA atau TIDAK ADA)

Hepatitis B/C :

HIV :

TBC :

Diabetes

Mellitus

:

Hipertensi :

(Lanjutan)

RIWAYAT GIGI DAN MULUT

Page 61: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

49

Kunjungan terakhir ke dokter gigi :

Jenis perawatan :

Frekuensi & waktu sikat gigi : ....... Kali/hari; pagi / siang / sore / malam

Penggunaan obat kumur : Ya / Tidak; ........ kali/hari; Merek.............

Keluhan mulut kering : Ya / Tidak; Sejak ............. hari/minggu/bulan/tahun

Asupan air putih/hari : ....... Gelas

Konsumsi kopi/hari : ....... Gelas

FREKUENSI MEROKOK

1. Apakah anda hampir setiap hari merokok:

1) Ya

2) Tidak, berapa hari dalam seminggu anda merokok …………..

2. Berapa rata-rata jumlah batang rokok yang anda habiskan dalam sehari: …………..

batang/hari

3. Jenis rokok yang biasa anda konsumsi:

1) Kretek

2) Filter

3) Membuat sendiri

4) Lainnya: …………..

4. Sudah berapa lama anda merokok: ………….. tahun yang lalu

5. Apakah alasan anda pertama kali merokok?

1) iseng

2) penasaran/coba-coba

3) diajak/dipaksa teman

4) mencontoh orang tua

5) terlihat dewasa/keren

6) terlihat seperti tokoh idola

(Lanjutan)

7) lainnya....

6. Siapa yang pertama kali memperngaruhi anda untuk merokok

1) tidak ada

Page 62: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

50

2) orang tua

3) saudara

4) teman

5) iklan

6) lainnya....

7. Dimana biasanya anda merokok (boleh pilih lebih dari satu)

1) di rumah

2) di tempat kerja

3) di tempat teman

4) di tempat umum

5) lainnya....

8. Biasanya anda mendapatkan rokok darimana

1) orang tua

2) teman

3) beli sendiri

4) lainnya

9. Keadaan apa yang membuat anda merokok

1) saat bosan

2) saat stress/kesal/marah

3) merasa gugup/hilangkan ketegangan

4) saat mulut merasa tidak enak

5) saat santai/iseng

6) saat melihat orang merokok

7) lainnya

KEINGINAN BERHENTI MEROKOK

Diadopsi dari WHO

1. Apakah anda pernah mencoba berhenti merokok

1) Ya

(Lanjutan)

2) Tidak (langsung ke pertanyaan No.7)

2. Kapan anda mencoba berhenti merokok: ………….. tahun yang lalu

3. Berapa kali anda berusaha berhenti merokok?.......... kali

4. Apakah anda sukses dalam berhenti merokok pada saat itu?

1) Ya

Page 63: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

51

2) Tidak

5. Berapa lama anda berhenti merokok pada saat itu?....... hari

6. Apa cara yang anda gunakan untuk berhenti merokok pada saat itu?

1) ke dokter

2) Permen

3) Obat

4) lainnya ....

7. Apakah anda mau berhenti merokok?

1) Ya, karena....

2) Tidak

8. Bagaimana tindakan keluarga saat anda merokok

1) ditegur

2) dibiarkan

3) lainnya....

9. Seberapa besar pengaruh iklan dalam mempengaruhi anda merokok

1) besar sekali

2) besar

3) biasa saja

4) tidak ada pengaruh

5) sangat tidak ada pengaruh

10. Keadaan apa yang anda peroleh dari setelah merokok

1) memberi kenikmatan

2) memberi rasa percaya diri

3) membantu melepaskan rasa tertekan oleh masalah

4) dapat memusatkan konsentrasi

11. Menurut Anda, apakah ada dampak merokok terhadap Anda?

1) Ya, ada. Contohnya .......... (Lanjutan)

2) Tidak

12. Menurut Anda, adakah dampak rokok terhadap lingkungan?

1) Ya, ada. Contohnya ..........

2) Tidak

KETERGANTUNGAN TERHADAP NIKOTIN

Diadopsi dari Fagerstrom Nicotine Dependence

Page 64: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

52

1. Seberapa cepat anda merokok yang pertama kali setelah anda bangun tidur?

1) Setelah 60 menit (0)

2) 31-60 menit (1)

3) 6-30 menit (2)

4) dalam 5 menit (3)

2. Apakah anda mengalami kesulitan untuk tidak merokok didaerah yang

terlarang/dilarang merokok

1) Tidak (0)

2) Ya (1)

3. Kapan paling sulit bagi anda untuk tidak merokok?

1) Merokok pertama kali pada pagi hari (1)

2) Waktu lainnya (0)

4. Berapa batang rokok anda habiskan dalam sehari?

1) 10 atau kurang dari itu (0)

2) 11-20 (1)

3) 21-30 (2)

4) 31 atau lebih (3)

5. Apakah anda lebih sering merokok pada jam-jam pertama bagun tidur

dibandingkan dengan waktu lainnya?

1) Tidak (0)

2) Ya (1)

6. Apakah anda merokok walaupun sedang sakit sampai hanya tiduran ditempat tidur

hampir sepanjang hari ?

1) Tidak (0)

2) Ya (1)

Kesimpulan (Lanjutan)

Jumlah Skor:………………… Intepretasi:…………………….

1-2: Ketergantungan rendah 5-7: Ketergantungan sedang

3-4: Ketergantungan rendah sampai sedang 8 + : Ketergantungan tinggi

SALIVA

Laju aliran saliva tanpa stimulasi : ml/menit

Page 65: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

53

pH saliva :

Kalsium :

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Debris index Debris index

Calculus index Calculus index

CPITN CPITN

CPITN CPITN

Calculus index Calculus index

Debris index Debris Index

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

(Lanjutan)

GI tidak dapat digantikan

6 1 4

4 1 6

DEBRIS INDEX (DI)

GI=

Page 66: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

54

CALCULUS INDEX (CI) pengganti : 21/41

GINGIVAL INDEX (GI) tidak dapat digantikan

0 : Tidak ada debris/stain

1 : Debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stain ekstrinsik tanpa

adanya debris pada permukaan gigi tersebut

2 : Debris lunak yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih dari 2/3 permukaan

gigi

3 : Debris lunak yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

0 : Tidak ada kalkulus

1 : Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

2 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih dari 2/3

permukaan gigi dan/atau terdapat sedikit/bercak kalkulus subgingiva di servikal gigi

3 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi dan/atau kalkulus subgingiva yang

menutupi atau melingkari permukaan servikal gigi

0 : Gingiva normal

1 : Inflamasi ringan, sedikit perubahan warna, sedikit edema, tidak ada perdarahan saat probing

2 : Inflamasi sedang, kemerahan, edema & licin mengkilat, perdarahan saat probing

3 : Inflamasi berat, kemerahan & edema yang jelas, ulserasi. Kecenderungan untuk perdarahan spontan

Page 67: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

55

Lampiran 2

Dokumentasi Penelitian

Persiapan Alat Alat dan Bahan Penelitian

Pengisian Inform Consent, Rekam Medis

dan Kuestioner

Pemeriksaan Gigi dan Mulut oleh Dokter

Gigi Pembimbing

Page 68: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

56

Pengumpulan Saliva Subjek Penelitian

Hasil pengukuran menggunakan Indikator

Universal

Pengukuran pH Saliva dengan Indikator

Universal

Page 69: 1 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34202/1/ZATA... · perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah Tiongkok,

57

Lampiran 3

Riwayat Penulis

Identitas :

Nama : Zata Yuda Amaniko

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Bukittinggi, 11 Januari 1994

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Jatijajar blok B6 no 5 cimanggis

Depok

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan:

2000-2006 : SDI PB Soedirman

2006-2009 : SBI Madania

2009-2011

2011-2012

: SMAN 6 Jakarta

: SMA Global Islamic School

2013-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta