1. Pengukuran Kinerja Sektor Publik Dengan Menggunakan Balanced Scorecard (Studi Kasus Kanwil DJP...
-
Upload
yahdi-furqon-busnia -
Category
Documents
-
view
86 -
download
8
description
Transcript of 1. Pengukuran Kinerja Sektor Publik Dengan Menggunakan Balanced Scorecard (Studi Kasus Kanwil DJP...
-
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan
Jurnal Ilmiah STIE MDP
Hal - 67 Vol. 1 No. 2 Maret 2012
Pengukuran Kinerja Sektor Publik Dengan Menggunakan Balanced
Scorecard (Studi Kasus Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel)
Rizal Effendi
Universitas Tridinanti Palembang
Abstract: Balanced scorecard view at organization from four perspective: financial perspective, customer
perspective, internal business process perspective and learning and growth perspective. Balanced scorecard
displayed a set of goals, over than financial performance. The leader of organization can measure how much their
attempt can create value for customers or people in the current and the future, and how much to increased internal
capability and investment in human resources, system and procedure which needed to increased performance in the
future.
Keywords: financial perspective, customer perspective, internal business process perspective, learning and growth
perspective.
1 PENDAHULUAN
Sebagaimana diketahui pinjaman luar
negeri pernah memberi kontribusi besar terhadap
pelaksanaan pembangunan, selain dari hasil
minyak bumi dan gas alam (migas). Namun dengan
terjadinya guncangan harga minyak bumi di pasar
internasional pada awal dekade 1980-an,
penerimaan negara dari migas menjadi tidak stabil.
Sedangkan jika mengandalkan pinjaman luar negeri
tentu kurang konstruktif jika dipandang dari nilai-
nilai kejuangan suatu bangsa yang merdeka.
Pinjaman luar negeri juga kurang konstruktif bagi
perekonomian Indonesia.
Disinilah arti penting dari pajak sebagai
sumber penerimaan negara. Kedepannya
diharapkan lebih meningkatnya peran pajak
sehingga diharapkan mampu menambal penurunan
kontribusi penerimaan dari migas sekaligus
mengurangi pinjaman luar negeri.
Pada Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel
ditemui beberapa masalah diantaranya: kurangnya
kedisiplinan karyawan dalam hal kehadiran, TPT
(Tempat Pelayanan Terpadu) yang kurang
berfungsi secara optimal sehingga mengganggu
pelayanan kepada masyarakat, pekerjaan yang
kurang memenuhi standar yang telah ditetapkan
dan kurangnya koordinasi antar bagian dan bidang
serta unit-unit satuan kerja dibawahnya.
Hal ini mungkin terjadi karena tidak
adanya pengukuran kinerja yang secara pasti
diterapkan di instansi ini. Selama ini, kinerja
instansi hanya dilihat dari tercapai atau tidaknya
penerimaan negara yang dibebankan. Padahal ada
banyak faktor yang dapat mempengaruhi suatu
instansi pemerintahan dalam mencapai target yang
telah ditetapkan. Faktor-faktor penunjang ini
seyogyanya mendapatkan perhatian yang sama
besar dengan faktor finansialnya.
Balanced scorecard memandang organisasi
dari empat perspektif :
1. Perspektif keuangan (financial perspective) 2. Perspektif pelanggan (customer perspective) 3. Perspektif proses bisnis intenal (internal
business process perspective)
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective)
Balanced scorecard menggambarkan
seperangkat tujuan yang melampaui ukuran
keuangan. Para pimpinan sebuah organisasi dapat
mengukur seberapa besar berbagai usaha dapat
menciptakan nilai bagi para pelanggan atau
-
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan
Jurnal Ilmiah STIE MDP
Hal - 68 Vol. 1 No. 2 Maret 2012
masyarakat umum pada saat ini dan masa yang
akan datang, dan seberapa banyak organisasi harus
meningkatkan kapabilitas internal dan investasi di
dalam sumber daya manusia, sistem dan prosedur
yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja yang
akan datang.
Balanced scorecard mencakup berbagai
aktivitas penciptaan nilai yang dihasilkan oleh
partisipan organisasi yang memiliki kemampuan
dan motivasi tinggi, dan tetap memperhatikan
kinerja jangka pendek, yaitu melalui perspektif
berbagai faktor yang menjadi pendorong
tercapainya kinerja finansial dan persaingan untuk
jangka waktu yang panjang.
Organisasi sektor publik adalah organisasi
yang mengelola misi dan tanggung jawab yang
dibebankan oleh publik baik finansial maupun non
finansial. Rangkaian yang saling berkaitan
menuntut adanya infrastruktur sistem pertanggung
jawaban kinerja yang memadai. Melalui scorecard
organisasi pemerintah atau sektor publik akan mampu
menjelaskan misinya kepada masyarakat dan dapat
mengidentifikasi indikator kepuasan masyarakat
secara lebih transparan, objektif dan terukur serta
mampu mengidentifikasi proses kerja dan kualitas
sumber daya manusia yang dibutuhkannya dalam
mencapai misi dan strateginya.
Sedangkan didalam proses
implementasinya, kegiatan yang dilakukan oleh
organisasi publik akan dapat menghadirkan suatu
sistem manajemen strategik yang berorientasi pada
masyarakat. Demikian strategisnya penerapan
balanced scorecard pada organisasi sektor
publik/pemerintah ini mendorong penulis
mengambil judul :
PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED
SCORECARD (STUDI KASUS PADA KANTOR
WILAYAH DJP SUMATERA SELATAN DAN
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG).
2 PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan balanced scorecard pada organisasi sektor publik khususnya pada
Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel ?
2. Bagaimana pengukuran kinerja Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel berdasarkan keempat
perspektif pada balanced scorecard ?
3 TUJUAN DAN MANFAAT
3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas,
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan balanced scorecard pada organisasi sektor
publik khususnya pada Kanwil DJP Sumsel
dan Kep. Babel.
2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel jika dinilai dengan
menggunakan empat perspektif pada balanced
scorecard.
3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat akademis
a. Penelitian ini diharapkan akan memberikan
manfaat teoritis yaitu memperkaya ilmu
akuntansi khususnya akuntansi manajemen dan
sistem pengendalian manajemen.
b. Sebagai masukan empiris untuk pengembangan ilmu akuntansi khususnya kajian sistem
pengendalian manajemen yang berkaitan
dengan aplikasi balanced scorecard pada
organisasi sektor publik.
2. Manfaat praktis
a. Bagi manajemen, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam implementasi balanced
scorecard sebagai alat pengukuran kinerja
sektor publik.
-
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan
Jurnal Ilmiah STIE MDP
Hal - 69 Vol. 1 No. 2 Maret 2012
b. Bagi peneliti selanjutnya, semoga bisa berguna dalam menambah wawasan tentang pengukuran
kinerja sektor publik dengan menggunakan
balanced scorecard.
4 TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Konsep Balanced Scorecard
Menurut Suwardi Luis dkk (2008)
mendefinisikan balanced scorecard adalah suatu
alat manajemen kinerja (performance management
tool) yang dapat membantu organisasi untuk
menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi
dengan memanfaatkan sekumpulan indikator
finansial dan nonfinansial yang kesemuanya
terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.
Dalam Discussion Paper yang diterbitkan
oleh 2GC (2001), sebuah perusahaan konsultan,
disebutkan bahwa definisi Balanced Scorecard
adalah The Balanced Scorecard is an approach to performance measurement that combines
traditional financial measures with non-financial
measures to provide managers with richer and
more relevant information about activities they are
managing.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001) balanced scorecard merupakan contemporary
management tool yang digunakan untuk mendongkrak
kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja
keuangan.
4.2 Empat Perspektif Pada Balanced Scorecard
Mirhani, dalam sebuah artikel berjudul
Balanced Scorecard (2001) menjelaskan keempat perspektif dalam balanced scorecard
secara jelas sebagai berikut :
a. Financial perspective
Berdasarkan pengukuran kinerja keuangan
ini dapat menunjukkan apakah implementasi strategi
perusahaan dalam pelaksanaannya memberikan
peningkatan atau perbaikan. Dari sudut pandang
secara finansial ini berkaitan dengan masalah
profitabilitas, pertumbuhan dan nilai pemegang
saham yaitu untuk mempertahankan kelangsungan
hidup perusahaan (to survive) yang diukur dengan
arus kas (cash flow) dan memperoleh keberhasilan
perusahaan (to succeed) yang diukur dengan
pertumbuhan pendapatan operasi per divisi serta
memperoleh kesejahteraan/kemakmuran perusahaan
(to prosper) yang diukur dengan peningkatan market
share per produk dan return on equity.
Sasaran finansial ini, antara satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya akan
berbeda tergantung pada masing-masing stage of a
businesss life cycle. Stage tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap dalam
life cycle perusahaan yaitu :
1. Growth Perusahaan yang terletak pada growth stage,
sasaran finansial secara keseluruhan adalah
peningkatan pertumbuhan pendapatan dan
pertumbuhan penjualan pada segmen pasar,
customers dan area yang ditargetkan.
2. Sustain Perusahaan yang terletak pada sustain stage,
yang menjadi sasaran finansial adalah
profitability. Operating income, gross margin,
return on investment, return on capital
employee adalah ukuran-ukuran yang sering
dipakai perusahaan-perusahaan pada stage ini
3. Harvest Sedangkan perusahaan-perusahaan pada harvest
stage, sasaran finansialnya adalah cash flow dan
pengurangan modal kerja yang diperlukan.
Strategi dalam perspektif keuangan ini
bertemakan antara lain ;
1. Revenue Growth mengembangkan produk dan jasa untuk
mencapai pasar dan pelanggan baru melalui
penawaran value added yang tinggi dan harga
baru.
2. Cost reduction/productivity improvement merendahkan direct cost dan mengurangi
indirect cost dan menggunakan resources
bersama -sama dengan unit bisnis lain.
3. Asset utilization/investment strategy mengurangi working capital untuk mendukung
volume dan bisnis mix, menggunakan sumber
-
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan
Jurnal Ilmiah STIE MDP
Hal - 70 Vol. 1 No. 2 Maret 2012
daya yang langka dengan efisien, menciptakan
bisnis baru untuk kapasitas yang tidak terpakai,
menyempurnakan penggunaan assets.
b. Customers perspective
Saat ini banyak perusahaan yang
mempunyai kebijakan corporate-nya dengan
memfokuskan kepada customers. Untuk menjadi nomor satu, perusahaan harus memberikan nilai
lebih bagi customers adalah salah satu misi manajemen dan telah menjadi prioritas utama
perusahaan. Dalam balanced scorecard, untuk
tujuan mengukur kepuasan customers manajemen
diharapkan menerjemahkan misi umumnya ke
dalam ukuran yang spesifik, misalnya; time,
quality, performance and service, dan cost. Tolok
ukur yang digunakan hendaknya yang
mencerminkan key-factors, yaitu:
1. Market Share
Ukuran market share adalah kelompok
customer yang menjadi target atau segmen pasar
yang terspesifikasi. Kelompok industri, statistik
pemerintah atau sumber publik lainnya sering
menyediakan data mengenai total market size,
selain mengukur segmen pasar, perusahaan
diharapkan melakukan pengukuran second
market sharenya, yaitu account share (customer
wallet). Pengukuran yang dapat dilakukan
meliputi segment by segment, yaitu berapa
segmen pasar yang telah dicapai atas produk
yang ditawarkan kepada customer, sedangkan
share of wallet-nya, yaitu prosentase atas total transaksi keuangan yang dilakukan customers.
2. Customer Retention Cara yang dapat ditempuh meningkatkan
market share dimulai dengan mempertahankan
customers yang ada, disamping itu perusahaan
wajib melakukan pengukuran terhadap customer
loyalty.
3. Customer Acquisition Customer acquisition dapat diukur dengan
berapa jumlah customer baru atau total sales
dibanding dengan customers baru pada masing-
masing segmen.
4. Customer Satisfaction Customer satisfaction merupakan ukuran
menilai seberapa jauh perusahaan telah
memberikan pelayanan yang baik kepada
customers-nya. Beberapa riset akhir-akhir ini
memperlihatkan dengan score yang cukup pada
customer satisfaction tidak cukup menjamin
pencapaian yang tinggi terhadap loyalitas,
retensi dan profitabilitas, dan hanya dengan
tingkat kepuasan yang tinggi akan
mempengaruhi perilaku customers untuk
melakukan pembelian kembali. Oleh karena itu
survei perlu dilakukan untuk mengetahui berapa
besar tingkat kepuasan customers terhadap
pelayanan yang telah diberikan.
5. Customer Profitability Perusahaan perlu meningkatkan kepuasan
customer-nya, sehingga customers tidak
mempunyai pikiran untuk menyeberang ke
perusahaan lain. Hal tersebut akan menciptakan
profitable customers.
c. Internal busines process perspective
Dalam perspektif ini, para eksekutif, untuk
tujuan pengembangan perusahaannnya harus
mengidentifikasi proses internal yang kritikal,
yaitu: proses yang mempengaruhi customers dan
shareholders satisfaction. Ada dua perbedaan yang
mendasar antara pengukuran tradisional dengan
pendekatan balanced scorecard pada perspektif ini
yaitu, pendekatan tradisional lebih menekankan
pada controlling dan melakukan perbaikan
terhadap proses yang ada dengan lebih
memfokuskan pada variance reports, sebaliknya
pada pendekatan balanced scorecard,
penekanannya diletakkan pada penciptaan proses
baru yang ditujukan pada customers and financial
objectives. Penetapan sasaran dan ukuran dilakukan
pada tiga tahapan proses bisnis perusahaan.
5 METODE PENELITIAN
5.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan
Kepulauan Bangka Belitung yang beralamat di
Jalan Kapten A. Rivai No.4 Palembang 30129.
Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu
lima bulan yaitu mulai bulan Mei 2010 sampai
dengan September 2010.
-
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan
Jurnal Ilmiah STIE MDP
Hal - 71 Vol. 1 No. 2 Maret 2012
5.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil kuisioner, observasi atau
pengamatan langsung di lapangan, dan wawancara
dengan pihak-pihak yang terkait.
Sedangkan data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Buku Profil Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan
Kepulauan Bangka Belitung
2. Keputusan Menteri Keuangan dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak yang relevan
dengan penelitian.
3. Buku dan jurnal internal Direktorat Jenderal Pajak.
Metode penelitian merupakan metode
pengumpulan data primer yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli. Metode pengumpulan
data dapat dibagi menjadi metode survei dan
metode observasi.
5.3 Populasi, Sampel dan Sampling
Dalam penelitian ini, populasi penelitian
adalah karyawan dan aktivitas pada Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak sejak mulai
berdiri sampai dengan sekarang. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data-data
pada tahun 2009 sampai dengan semester I
tahun 2010.
Secara terinci, sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data pada Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel
dari Bidang Duktekkon untuk mengetahui
kinerja perspektif keuangan.
2. Wajib Pajak dan non Wajib Pajak yang berhubungan dengan Kanwil DJP Sumsel dan
Kep. Babel serta data dari Bidang P2 Humas
untuk mengetahui kinerja perspektif pelanggan
(customers).
3. Pejabat dan karyawan pada seluruh Bagian Umum dan Bidang-bidang Kanwil DJP Sumsel
dan Kep. Babel untuk mengetahui kinerja
perspektif proses bisnis internal.
4. Pejabat dan karyawan khususnya pada Bagian Umum Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel
untuk mengetahui kinerja perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan.
5.4 Sampling
Pada penelitian ini peneliti menggunakan
teknik purposive sampling, maksudnya pemilihan
sampel secara tidak acak dan mempunyai target
atau tujuan tertentu sehingga populasi yang dipilih
untuk dijadikan sampel dapat dipilih sedemikian
rupa menurut kriteria-kriteria yang telah ditentukan
sehingga akan relevan dengan rancangan
penelitian.
5.5 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan pedoman
yang berisi langkah-langkah yang akan diikuti oleh
peneliti dalam melakukan penelitiannya.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah
diuraikan dan tujuan penelitian yang diharapkan,
dalam penelitian ini menggunakan metode studi
deskriptif (descriptive study), yaitu penelitian
terhadap fenomena atau populasi tertentu yang
diperoleh dari penelitian subyek tertentu.
5.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif
dan kualitatif yaitu penulis melakukan
pengumpulan data, mengolah data, menganalisis
data, kemudian mengambil kesimpulan.
6 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
6.1 Perspektif Keuangan
Pada perspektif keuangan ini, Kanwil
DJP Sumsel dan Kep. Babel akan diukur dari
penerimaan pajak yang dapat dicapai dan
perbandingannya dengan tahun sebelumnya.
Daftar penerimaan pajak dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
-
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan
Jurnal Ilmiah STIE MDP
Hal - 72 Vol. 1 No. 2 Maret 2012
Tabel 1: Daftar Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2010
Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel (dalam jutaan)
No Jenis Pajak Rencana Realisasi Persentase
1. PPh 2.006.495,44 1.948.115,79 97,09 %
2. PPN dan PPnBM 1.099.290,09 1.249.489,81 113,66 %
3. PBB dan BPHTB 1.452.108,00 1.644.090,80 113,22 %
4. Pajak lainnya 55.922,49 58.811,11 105,17 %
Jumlah 4.613.816,02 4.900.507,51 106,21 %
Sumber : LPP Tahun 2010
Berdasarkan tabel penerimaan di atas,
dapat dilihat bahwa pada perspektif keuangan,
Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel memiliki
kinerja keuangan yang cukup baik karena pada
tahun 2010 telah berhasil melampaui target
penerimaan yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan sebesar 106,21% dari target yang
dibebankan. Penerimaan terutama didukung oleh
hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) dan Bea Perolehan atas Hak Tanah dan
Bangunan (BPHTB).
6.2 Perspektif Pelanggan (Customer)
Responden menyatakan kinerja pelayanan
dimensi tangibles sangat baik, 55,56% responden
menyatakan baik, 37,96% responden menyatakan
cukup, dan tak seorang pun responden menyatakan
buruk atau sangat buruk. Sehingga secara umum
mayoritas responden menyatakan bahwa kinerja
pelayanan yang dapat dilihat (tangibles) memiliki
kinerja yang baik.
6.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Terdapat 9 (sembilan) jenis pekerjaan
yang lewat batas standar waktu yang telah
ditetapkan atau 13,43% dari 67 jenis pekerjaan
yang diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa pada
umumnya pekerjaan telah dikerjakan sesuai
dengan SOP yang telah ditetapkan karena adanya
sanksi jika dilaksanakan lewat waktu. Berdasarkan
penelitian, pekerjaan yang lewat waktu lebih
disebabkan karena berhubungan dengan pihak
ketiga sehingga menyulitkan pihak Kanwil DJP
Sumsel dan Kep. Babel untuk melakukan proses
perkerjaan.
6.4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Motivasi pegawai yang menunjukkan baik
sebesar 42,61% memiliki selisih yang tipis dengan
motivasi cukup sebesar 38,69%. Sementara yang
menunjukkan sangat baik 11,30%, buruk 5,22%,
sangat buruk 0,43% dan terdapat 1,74% pertanyaan
dalam kuisioner yang tidak dijawab.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pada pola kerja dan motivasi pegawai secara
mayoritas menunjukkan kinerja yang baik.
7 KESIMPULAN
1. Perspektif Keuangan
Pengukuran kinerja berdasarkan perspektif
keuangan menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini
ditunjukkan dengan selalu tercapainya penerimaan
pajak yang dibebankan negara pada Kanwil DJP
Sumsel dan Kep. Babel baik pada penerimaan
pajak tahun 2007 maupun pada semester I tahun
2008. Kinerja ini juga ditunjukkan pada
pertumbuhan (growth) penerimaan pajak dari tahun
2006 dan tahun 2007, sementara tahun 2008 juga
menunjukkan kecenderungan untuk mengalami
peningkatan.
2. Perspektif Pelanggan (customers)
a. Opini masyarakat
Berdasarkan opini masyarakat yang
berhubungan langsung dengan Kanwil DJP
Sumsel dan Kep. Babel yang dinilai melalui
-
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan
Jurnal Ilmiah STIE MDP
Hal - 73 Vol. 1 No. 2 Maret 2012
kuesioner, pada kelima dimensi kualitas
pelayanan yaitu tangibles, reliability,
responsiveness, assurance dan empathy,
kesemuanya menunjukkan kinerja yang baik.
Hal ini merupakan hasil dari implementasi
sistem pelayanan prima yang merupakan bagian
dari sistem modernisasi perpajakan.
b. Komplain dan keluhan masyarakat Berdasarkan hasil penelitian jumlah komplain
dan keluhan masyarakat justru menunjukkan
peningkatan. Namun ini justru menunjukkan
keterbukaan sehingga kinerja pada dimensi ini
pun dinilai baik.
c. Fasilitas pelayanan Berdasarkan observasi secara langsung di
lapangan menunjukkan bahwa fasilitas
pelayanan yang terdapat di Kanwil DJP Sumsel
dan Kep. Babel sudah cukup lengkap dan baik.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
a. Kedisiplinan kehadiran pegawai
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
kedisiplinan kehadiran baik masih bernilai cukup
baik sehingga diperlukan peningkatan kesadaran
bagi pegawai untuk lebih disiplin.
b. Ketepatan penyampaian laporan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
kinerja berdasarkan dimensi ini bernilai cukup
baik dan masih perlu peningkatan kinerja. Namun,
menurut hasil wawancara keterlambatan lebih
sering disebabkan keterlambatan unit kerja di
bawahnya menyampaikan laporan sedangkan
Kanwil hanya mengkompilasi.
c. Ketaatan pada SOP Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar
pekerjaan di Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel
telah mematuhi standar waktu SOP DJP.
d. Kinerja pelayanan internal Berdasarkan hasil kuisioner, sebagian besar
responden menyatakan kinerja pelayanan internal
Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel cukup baik
sehingga masih diperlukan peningkatan.
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
a. Pola kerja dan motivasi pegawai Dari hasil kuisioner menunjukkan bahwa
sebagian besar pegawai di Kanwil DJP Sumsel
dan Kep. Babel memiliki pola kerja dan
motivasi yang baik.
b. Pendidikan dan pelatihan pegawai Berdasarkan hasil observasi, jumlah pendidikan
dan pelatihan yang diikuti oleh pegawai Kanwil
DJP Sumsel dan Kep. Babel sudah cukup
banyak sebagai sarana untuk mengembangkan
diri dan pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Luis, Suwardi & Prima A. Biromo 2008, Step
by Step in Cascading Balanced Scorecard to
Functional Scorecards, Jakarta: PT.
Gramedia.
[2] Mulyadi 2001, Balanced Scorecard: Alat
Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda
Kinerja Keuangan Perusahaan, Jakarta:
Salemba Empat.
[3] Siti, Mirhani 2001, The Balanced Scorecard,
Medan : USU Digital Library.
[4] 2GC Discussion Paper 2001, Combining EVA with the Balanced Scorecard to Improve the
Strategic Focus and Alignment, USA.