1. Pengukuran Kinerja Sektor Publik Dengan Menggunakan Balanced Scorecard (Studi Kasus Kanwil DJP...

7
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP Hal - 67 Vol. 1 No. 2 Maret 2012 Pengukuran Kinerja Sektor Publik Dengan Menggunakan Balanced Scorecard (Studi Kasus Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel) Rizal Effendi Universitas Tridinanti Palembang [email protected] Abstract: Balanced scorecard view at organization from four perspective: financial perspective, customer perspective, internal business process perspective and learning and growth perspective. Balanced scorecard displayed a set of goals, over than financial performance. The leader of organization can measure how much their attempt can create value for customers or people in the current and the future, and how much to increased internal capability and investment in human resources, system and procedure which needed to increased performance in the future. Keywords: financial perspective, customer perspective, internal business process perspective, learning and growth perspective. 1 PENDAHULUAN Sebagaimana diketahui pinjaman luar negeri pernah memberi kontribusi besar terhadap pelaksanaan pembangunan, selain dari hasil minyak bumi dan gas alam (migas). Namun dengan terjadinya guncangan harga minyak bumi di pasar internasional pada awal dekade 1980-an, penerimaan negara dari migas menjadi tidak stabil. Sedangkan jika mengandalkan pinjaman luar negeri tentu kurang konstruktif jika dipandang dari nilai- nilai kejuangan suatu bangsa yang merdeka. Pinjaman luar negeri juga kurang konstruktif bagi perekonomian Indonesia. Disinilah arti penting dari pajak sebagai sumber penerimaan negara. Kedepannya diharapkan lebih meningkatnya peran pajak sehingga diharapkan mampu menambal penurunan kontribusi penerimaan dari migas sekaligus mengurangi pinjaman luar negeri. Pada Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel ditemui beberapa masalah diantaranya: kurangnya kedisiplinan karyawan dalam hal kehadiran, TPT (Tempat Pelayanan Terpadu) yang kurang berfungsi secara optimal sehingga mengganggu pelayanan kepada masyarakat, pekerjaan yang kurang memenuhi standar yang telah ditetapkan dan kurangnya koordinasi antar bagian dan bidang serta unit-unit satuan kerja dibawahnya. Hal ini mungkin terjadi karena tidak adanya pengukuran kinerja yang secara pasti diterapkan di instansi ini. Selama ini, kinerja instansi hanya dilihat dari tercapai atau tidaknya penerimaan negara yang dibebankan. Padahal ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi suatu instansi pemerintahan dalam mencapai target yang telah ditetapkan. Faktor-faktor penunjang ini seyogyanya mendapatkan perhatian yang sama besar dengan faktor finansialnya. Balanced scorecard memandang organisasi dari empat perspektif : 1. Perspektif keuangan (financial perspective) 2. Perspektif pelanggan (customer perspective) 3. Perspektif proses bisnis intenal (internal business process perspective) 4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective) Balanced scorecard menggambarkan seperangkat tujuan yang melampaui ukuran keuangan. Para pimpinan sebuah organisasi dapat mengukur seberapa besar berbagai usaha dapat menciptakan nilai bagi para pelanggan atau

description

akmen sp

Transcript of 1. Pengukuran Kinerja Sektor Publik Dengan Menggunakan Balanced Scorecard (Studi Kasus Kanwil DJP...

  • Forum Bisnis Dan Kewirausahaan

    Jurnal Ilmiah STIE MDP

    Hal - 67 Vol. 1 No. 2 Maret 2012

    Pengukuran Kinerja Sektor Publik Dengan Menggunakan Balanced

    Scorecard (Studi Kasus Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel)

    Rizal Effendi

    Universitas Tridinanti Palembang

    [email protected]

    Abstract: Balanced scorecard view at organization from four perspective: financial perspective, customer

    perspective, internal business process perspective and learning and growth perspective. Balanced scorecard

    displayed a set of goals, over than financial performance. The leader of organization can measure how much their

    attempt can create value for customers or people in the current and the future, and how much to increased internal

    capability and investment in human resources, system and procedure which needed to increased performance in the

    future.

    Keywords: financial perspective, customer perspective, internal business process perspective, learning and growth

    perspective.

    1 PENDAHULUAN

    Sebagaimana diketahui pinjaman luar

    negeri pernah memberi kontribusi besar terhadap

    pelaksanaan pembangunan, selain dari hasil

    minyak bumi dan gas alam (migas). Namun dengan

    terjadinya guncangan harga minyak bumi di pasar

    internasional pada awal dekade 1980-an,

    penerimaan negara dari migas menjadi tidak stabil.

    Sedangkan jika mengandalkan pinjaman luar negeri

    tentu kurang konstruktif jika dipandang dari nilai-

    nilai kejuangan suatu bangsa yang merdeka.

    Pinjaman luar negeri juga kurang konstruktif bagi

    perekonomian Indonesia.

    Disinilah arti penting dari pajak sebagai

    sumber penerimaan negara. Kedepannya

    diharapkan lebih meningkatnya peran pajak

    sehingga diharapkan mampu menambal penurunan

    kontribusi penerimaan dari migas sekaligus

    mengurangi pinjaman luar negeri.

    Pada Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel

    ditemui beberapa masalah diantaranya: kurangnya

    kedisiplinan karyawan dalam hal kehadiran, TPT

    (Tempat Pelayanan Terpadu) yang kurang

    berfungsi secara optimal sehingga mengganggu

    pelayanan kepada masyarakat, pekerjaan yang

    kurang memenuhi standar yang telah ditetapkan

    dan kurangnya koordinasi antar bagian dan bidang

    serta unit-unit satuan kerja dibawahnya.

    Hal ini mungkin terjadi karena tidak

    adanya pengukuran kinerja yang secara pasti

    diterapkan di instansi ini. Selama ini, kinerja

    instansi hanya dilihat dari tercapai atau tidaknya

    penerimaan negara yang dibebankan. Padahal ada

    banyak faktor yang dapat mempengaruhi suatu

    instansi pemerintahan dalam mencapai target yang

    telah ditetapkan. Faktor-faktor penunjang ini

    seyogyanya mendapatkan perhatian yang sama

    besar dengan faktor finansialnya.

    Balanced scorecard memandang organisasi

    dari empat perspektif :

    1. Perspektif keuangan (financial perspective) 2. Perspektif pelanggan (customer perspective) 3. Perspektif proses bisnis intenal (internal

    business process perspective)

    4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective)

    Balanced scorecard menggambarkan

    seperangkat tujuan yang melampaui ukuran

    keuangan. Para pimpinan sebuah organisasi dapat

    mengukur seberapa besar berbagai usaha dapat

    menciptakan nilai bagi para pelanggan atau

  • Forum Bisnis Dan Kewirausahaan

    Jurnal Ilmiah STIE MDP

    Hal - 68 Vol. 1 No. 2 Maret 2012

    masyarakat umum pada saat ini dan masa yang

    akan datang, dan seberapa banyak organisasi harus

    meningkatkan kapabilitas internal dan investasi di

    dalam sumber daya manusia, sistem dan prosedur

    yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja yang

    akan datang.

    Balanced scorecard mencakup berbagai

    aktivitas penciptaan nilai yang dihasilkan oleh

    partisipan organisasi yang memiliki kemampuan

    dan motivasi tinggi, dan tetap memperhatikan

    kinerja jangka pendek, yaitu melalui perspektif

    berbagai faktor yang menjadi pendorong

    tercapainya kinerja finansial dan persaingan untuk

    jangka waktu yang panjang.

    Organisasi sektor publik adalah organisasi

    yang mengelola misi dan tanggung jawab yang

    dibebankan oleh publik baik finansial maupun non

    finansial. Rangkaian yang saling berkaitan

    menuntut adanya infrastruktur sistem pertanggung

    jawaban kinerja yang memadai. Melalui scorecard

    organisasi pemerintah atau sektor publik akan mampu

    menjelaskan misinya kepada masyarakat dan dapat

    mengidentifikasi indikator kepuasan masyarakat

    secara lebih transparan, objektif dan terukur serta

    mampu mengidentifikasi proses kerja dan kualitas

    sumber daya manusia yang dibutuhkannya dalam

    mencapai misi dan strateginya.

    Sedangkan didalam proses

    implementasinya, kegiatan yang dilakukan oleh

    organisasi publik akan dapat menghadirkan suatu

    sistem manajemen strategik yang berorientasi pada

    masyarakat. Demikian strategisnya penerapan

    balanced scorecard pada organisasi sektor

    publik/pemerintah ini mendorong penulis

    mengambil judul :

    PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED

    SCORECARD (STUDI KASUS PADA KANTOR

    WILAYAH DJP SUMATERA SELATAN DAN

    KEPULAUAN BANGKA BELITUNG).

    2 PERUMUSAN MASALAH

    Perumusan masalah yang akan dibahas

    dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana penerapan balanced scorecard pada organisasi sektor publik khususnya pada

    Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel ?

    2. Bagaimana pengukuran kinerja Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel berdasarkan keempat

    perspektif pada balanced scorecard ?

    3 TUJUAN DAN MANFAAT

    3.1 Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah di atas,

    tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan balanced scorecard pada organisasi sektor

    publik khususnya pada Kanwil DJP Sumsel

    dan Kep. Babel.

    2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel jika dinilai dengan

    menggunakan empat perspektif pada balanced

    scorecard.

    3.2 Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan manfaat sebagai berikut :

    1. Manfaat akademis

    a. Penelitian ini diharapkan akan memberikan

    manfaat teoritis yaitu memperkaya ilmu

    akuntansi khususnya akuntansi manajemen dan

    sistem pengendalian manajemen.

    b. Sebagai masukan empiris untuk pengembangan ilmu akuntansi khususnya kajian sistem

    pengendalian manajemen yang berkaitan

    dengan aplikasi balanced scorecard pada

    organisasi sektor publik.

    2. Manfaat praktis

    a. Bagi manajemen, hasil penelitian ini

    diharapkan dapat memberikan sumbangan

    pemikiran dalam implementasi balanced

    scorecard sebagai alat pengukuran kinerja

    sektor publik.

  • Forum Bisnis Dan Kewirausahaan

    Jurnal Ilmiah STIE MDP

    Hal - 69 Vol. 1 No. 2 Maret 2012

    b. Bagi peneliti selanjutnya, semoga bisa berguna dalam menambah wawasan tentang pengukuran

    kinerja sektor publik dengan menggunakan

    balanced scorecard.

    4 TINJAUAN PUSTAKA

    4.1 Konsep Balanced Scorecard

    Menurut Suwardi Luis dkk (2008)

    mendefinisikan balanced scorecard adalah suatu

    alat manajemen kinerja (performance management

    tool) yang dapat membantu organisasi untuk

    menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi

    dengan memanfaatkan sekumpulan indikator

    finansial dan nonfinansial yang kesemuanya

    terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.

    Dalam Discussion Paper yang diterbitkan

    oleh 2GC (2001), sebuah perusahaan konsultan,

    disebutkan bahwa definisi Balanced Scorecard

    adalah The Balanced Scorecard is an approach to performance measurement that combines

    traditional financial measures with non-financial

    measures to provide managers with richer and

    more relevant information about activities they are

    managing.

    Sedangkan menurut Mulyadi (2001) balanced scorecard merupakan contemporary

    management tool yang digunakan untuk mendongkrak

    kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja

    keuangan.

    4.2 Empat Perspektif Pada Balanced Scorecard

    Mirhani, dalam sebuah artikel berjudul

    Balanced Scorecard (2001) menjelaskan keempat perspektif dalam balanced scorecard

    secara jelas sebagai berikut :

    a. Financial perspective

    Berdasarkan pengukuran kinerja keuangan

    ini dapat menunjukkan apakah implementasi strategi

    perusahaan dalam pelaksanaannya memberikan

    peningkatan atau perbaikan. Dari sudut pandang

    secara finansial ini berkaitan dengan masalah

    profitabilitas, pertumbuhan dan nilai pemegang

    saham yaitu untuk mempertahankan kelangsungan

    hidup perusahaan (to survive) yang diukur dengan

    arus kas (cash flow) dan memperoleh keberhasilan

    perusahaan (to succeed) yang diukur dengan

    pertumbuhan pendapatan operasi per divisi serta

    memperoleh kesejahteraan/kemakmuran perusahaan

    (to prosper) yang diukur dengan peningkatan market

    share per produk dan return on equity.

    Sasaran finansial ini, antara satu

    perusahaan dengan perusahaan lainnya akan

    berbeda tergantung pada masing-masing stage of a

    businesss life cycle. Stage tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap dalam

    life cycle perusahaan yaitu :

    1. Growth Perusahaan yang terletak pada growth stage,

    sasaran finansial secara keseluruhan adalah

    peningkatan pertumbuhan pendapatan dan

    pertumbuhan penjualan pada segmen pasar,

    customers dan area yang ditargetkan.

    2. Sustain Perusahaan yang terletak pada sustain stage,

    yang menjadi sasaran finansial adalah

    profitability. Operating income, gross margin,

    return on investment, return on capital

    employee adalah ukuran-ukuran yang sering

    dipakai perusahaan-perusahaan pada stage ini

    3. Harvest Sedangkan perusahaan-perusahaan pada harvest

    stage, sasaran finansialnya adalah cash flow dan

    pengurangan modal kerja yang diperlukan.

    Strategi dalam perspektif keuangan ini

    bertemakan antara lain ;

    1. Revenue Growth mengembangkan produk dan jasa untuk

    mencapai pasar dan pelanggan baru melalui

    penawaran value added yang tinggi dan harga

    baru.

    2. Cost reduction/productivity improvement merendahkan direct cost dan mengurangi

    indirect cost dan menggunakan resources

    bersama -sama dengan unit bisnis lain.

    3. Asset utilization/investment strategy mengurangi working capital untuk mendukung

    volume dan bisnis mix, menggunakan sumber

  • Forum Bisnis Dan Kewirausahaan

    Jurnal Ilmiah STIE MDP

    Hal - 70 Vol. 1 No. 2 Maret 2012

    daya yang langka dengan efisien, menciptakan

    bisnis baru untuk kapasitas yang tidak terpakai,

    menyempurnakan penggunaan assets.

    b. Customers perspective

    Saat ini banyak perusahaan yang

    mempunyai kebijakan corporate-nya dengan

    memfokuskan kepada customers. Untuk menjadi nomor satu, perusahaan harus memberikan nilai

    lebih bagi customers adalah salah satu misi manajemen dan telah menjadi prioritas utama

    perusahaan. Dalam balanced scorecard, untuk

    tujuan mengukur kepuasan customers manajemen

    diharapkan menerjemahkan misi umumnya ke

    dalam ukuran yang spesifik, misalnya; time,

    quality, performance and service, dan cost. Tolok

    ukur yang digunakan hendaknya yang

    mencerminkan key-factors, yaitu:

    1. Market Share

    Ukuran market share adalah kelompok

    customer yang menjadi target atau segmen pasar

    yang terspesifikasi. Kelompok industri, statistik

    pemerintah atau sumber publik lainnya sering

    menyediakan data mengenai total market size,

    selain mengukur segmen pasar, perusahaan

    diharapkan melakukan pengukuran second

    market sharenya, yaitu account share (customer

    wallet). Pengukuran yang dapat dilakukan

    meliputi segment by segment, yaitu berapa

    segmen pasar yang telah dicapai atas produk

    yang ditawarkan kepada customer, sedangkan

    share of wallet-nya, yaitu prosentase atas total transaksi keuangan yang dilakukan customers.

    2. Customer Retention Cara yang dapat ditempuh meningkatkan

    market share dimulai dengan mempertahankan

    customers yang ada, disamping itu perusahaan

    wajib melakukan pengukuran terhadap customer

    loyalty.

    3. Customer Acquisition Customer acquisition dapat diukur dengan

    berapa jumlah customer baru atau total sales

    dibanding dengan customers baru pada masing-

    masing segmen.

    4. Customer Satisfaction Customer satisfaction merupakan ukuran

    menilai seberapa jauh perusahaan telah

    memberikan pelayanan yang baik kepada

    customers-nya. Beberapa riset akhir-akhir ini

    memperlihatkan dengan score yang cukup pada

    customer satisfaction tidak cukup menjamin

    pencapaian yang tinggi terhadap loyalitas,

    retensi dan profitabilitas, dan hanya dengan

    tingkat kepuasan yang tinggi akan

    mempengaruhi perilaku customers untuk

    melakukan pembelian kembali. Oleh karena itu

    survei perlu dilakukan untuk mengetahui berapa

    besar tingkat kepuasan customers terhadap

    pelayanan yang telah diberikan.

    5. Customer Profitability Perusahaan perlu meningkatkan kepuasan

    customer-nya, sehingga customers tidak

    mempunyai pikiran untuk menyeberang ke

    perusahaan lain. Hal tersebut akan menciptakan

    profitable customers.

    c. Internal busines process perspective

    Dalam perspektif ini, para eksekutif, untuk

    tujuan pengembangan perusahaannnya harus

    mengidentifikasi proses internal yang kritikal,

    yaitu: proses yang mempengaruhi customers dan

    shareholders satisfaction. Ada dua perbedaan yang

    mendasar antara pengukuran tradisional dengan

    pendekatan balanced scorecard pada perspektif ini

    yaitu, pendekatan tradisional lebih menekankan

    pada controlling dan melakukan perbaikan

    terhadap proses yang ada dengan lebih

    memfokuskan pada variance reports, sebaliknya

    pada pendekatan balanced scorecard,

    penekanannya diletakkan pada penciptaan proses

    baru yang ditujukan pada customers and financial

    objectives. Penetapan sasaran dan ukuran dilakukan

    pada tiga tahapan proses bisnis perusahaan.

    5 METODE PENELITIAN

    5.1 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Kantor Wilayah

    Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

    Kepulauan Bangka Belitung yang beralamat di

    Jalan Kapten A. Rivai No.4 Palembang 30129.

    Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu

    lima bulan yaitu mulai bulan Mei 2010 sampai

    dengan September 2010.

  • Forum Bisnis Dan Kewirausahaan

    Jurnal Ilmiah STIE MDP

    Hal - 71 Vol. 1 No. 2 Maret 2012

    5.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah data primer dan data sekunder. Data primer

    diperoleh dari hasil kuisioner, observasi atau

    pengamatan langsung di lapangan, dan wawancara

    dengan pihak-pihak yang terkait.

    Sedangkan data sekunder yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Buku Profil Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

    Kepulauan Bangka Belitung

    2. Keputusan Menteri Keuangan dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak yang relevan

    dengan penelitian.

    3. Buku dan jurnal internal Direktorat Jenderal Pajak.

    Metode penelitian merupakan metode

    pengumpulan data primer yang diperoleh secara

    langsung dari sumber asli. Metode pengumpulan

    data dapat dibagi menjadi metode survei dan

    metode observasi.

    5.3 Populasi, Sampel dan Sampling

    Dalam penelitian ini, populasi penelitian

    adalah karyawan dan aktivitas pada Kantor

    Wilayah Direktorat Jenderal Pajak sejak mulai

    berdiri sampai dengan sekarang. Sampel yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah data-data

    pada tahun 2009 sampai dengan semester I

    tahun 2010.

    Secara terinci, sampel yang akan

    digunakan dalam penelitian ini adalah :

    1. Data pada Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel

    dari Bidang Duktekkon untuk mengetahui

    kinerja perspektif keuangan.

    2. Wajib Pajak dan non Wajib Pajak yang berhubungan dengan Kanwil DJP Sumsel dan

    Kep. Babel serta data dari Bidang P2 Humas

    untuk mengetahui kinerja perspektif pelanggan

    (customers).

    3. Pejabat dan karyawan pada seluruh Bagian Umum dan Bidang-bidang Kanwil DJP Sumsel

    dan Kep. Babel untuk mengetahui kinerja

    perspektif proses bisnis internal.

    4. Pejabat dan karyawan khususnya pada Bagian Umum Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel

    untuk mengetahui kinerja perspektif

    pembelajaran dan pertumbuhan.

    5.4 Sampling

    Pada penelitian ini peneliti menggunakan

    teknik purposive sampling, maksudnya pemilihan

    sampel secara tidak acak dan mempunyai target

    atau tujuan tertentu sehingga populasi yang dipilih

    untuk dijadikan sampel dapat dipilih sedemikian

    rupa menurut kriteria-kriteria yang telah ditentukan

    sehingga akan relevan dengan rancangan

    penelitian.

    5.5 Rancangan Penelitian

    Rancangan penelitian merupakan pedoman

    yang berisi langkah-langkah yang akan diikuti oleh

    peneliti dalam melakukan penelitiannya.

    Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah

    diuraikan dan tujuan penelitian yang diharapkan,

    dalam penelitian ini menggunakan metode studi

    deskriptif (descriptive study), yaitu penelitian

    terhadap fenomena atau populasi tertentu yang

    diperoleh dari penelitian subyek tertentu.

    5.6 Teknik Analisis Data

    Teknik analisis yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif

    dan kualitatif yaitu penulis melakukan

    pengumpulan data, mengolah data, menganalisis

    data, kemudian mengambil kesimpulan.

    6 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    6.1 Perspektif Keuangan

    Pada perspektif keuangan ini, Kanwil

    DJP Sumsel dan Kep. Babel akan diukur dari

    penerimaan pajak yang dapat dicapai dan

    perbandingannya dengan tahun sebelumnya.

    Daftar penerimaan pajak dapat dilihat pada tabel

    berikut ini :

  • Forum Bisnis Dan Kewirausahaan

    Jurnal Ilmiah STIE MDP

    Hal - 72 Vol. 1 No. 2 Maret 2012

    Tabel 1: Daftar Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2010

    Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel (dalam jutaan)

    No Jenis Pajak Rencana Realisasi Persentase

    1. PPh 2.006.495,44 1.948.115,79 97,09 %

    2. PPN dan PPnBM 1.099.290,09 1.249.489,81 113,66 %

    3. PBB dan BPHTB 1.452.108,00 1.644.090,80 113,22 %

    4. Pajak lainnya 55.922,49 58.811,11 105,17 %

    Jumlah 4.613.816,02 4.900.507,51 106,21 %

    Sumber : LPP Tahun 2010

    Berdasarkan tabel penerimaan di atas,

    dapat dilihat bahwa pada perspektif keuangan,

    Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel memiliki

    kinerja keuangan yang cukup baik karena pada

    tahun 2010 telah berhasil melampaui target

    penerimaan yang ditetapkan oleh Menteri

    Keuangan sebesar 106,21% dari target yang

    dibebankan. Penerimaan terutama didukung oleh

    hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

    (PBB) dan Bea Perolehan atas Hak Tanah dan

    Bangunan (BPHTB).

    6.2 Perspektif Pelanggan (Customer)

    Responden menyatakan kinerja pelayanan

    dimensi tangibles sangat baik, 55,56% responden

    menyatakan baik, 37,96% responden menyatakan

    cukup, dan tak seorang pun responden menyatakan

    buruk atau sangat buruk. Sehingga secara umum

    mayoritas responden menyatakan bahwa kinerja

    pelayanan yang dapat dilihat (tangibles) memiliki

    kinerja yang baik.

    6.3 Perspektif Proses Bisnis Internal

    Terdapat 9 (sembilan) jenis pekerjaan

    yang lewat batas standar waktu yang telah

    ditetapkan atau 13,43% dari 67 jenis pekerjaan

    yang diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa pada

    umumnya pekerjaan telah dikerjakan sesuai

    dengan SOP yang telah ditetapkan karena adanya

    sanksi jika dilaksanakan lewat waktu. Berdasarkan

    penelitian, pekerjaan yang lewat waktu lebih

    disebabkan karena berhubungan dengan pihak

    ketiga sehingga menyulitkan pihak Kanwil DJP

    Sumsel dan Kep. Babel untuk melakukan proses

    perkerjaan.

    6.4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

    Motivasi pegawai yang menunjukkan baik

    sebesar 42,61% memiliki selisih yang tipis dengan

    motivasi cukup sebesar 38,69%. Sementara yang

    menunjukkan sangat baik 11,30%, buruk 5,22%,

    sangat buruk 0,43% dan terdapat 1,74% pertanyaan

    dalam kuisioner yang tidak dijawab.

    Dengan demikian dapat disimpulkan

    bahwa pada pola kerja dan motivasi pegawai secara

    mayoritas menunjukkan kinerja yang baik.

    7 KESIMPULAN

    1. Perspektif Keuangan

    Pengukuran kinerja berdasarkan perspektif

    keuangan menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini

    ditunjukkan dengan selalu tercapainya penerimaan

    pajak yang dibebankan negara pada Kanwil DJP

    Sumsel dan Kep. Babel baik pada penerimaan

    pajak tahun 2007 maupun pada semester I tahun

    2008. Kinerja ini juga ditunjukkan pada

    pertumbuhan (growth) penerimaan pajak dari tahun

    2006 dan tahun 2007, sementara tahun 2008 juga

    menunjukkan kecenderungan untuk mengalami

    peningkatan.

    2. Perspektif Pelanggan (customers)

    a. Opini masyarakat

    Berdasarkan opini masyarakat yang

    berhubungan langsung dengan Kanwil DJP

    Sumsel dan Kep. Babel yang dinilai melalui

  • Forum Bisnis Dan Kewirausahaan

    Jurnal Ilmiah STIE MDP

    Hal - 73 Vol. 1 No. 2 Maret 2012

    kuesioner, pada kelima dimensi kualitas

    pelayanan yaitu tangibles, reliability,

    responsiveness, assurance dan empathy,

    kesemuanya menunjukkan kinerja yang baik.

    Hal ini merupakan hasil dari implementasi

    sistem pelayanan prima yang merupakan bagian

    dari sistem modernisasi perpajakan.

    b. Komplain dan keluhan masyarakat Berdasarkan hasil penelitian jumlah komplain

    dan keluhan masyarakat justru menunjukkan

    peningkatan. Namun ini justru menunjukkan

    keterbukaan sehingga kinerja pada dimensi ini

    pun dinilai baik.

    c. Fasilitas pelayanan Berdasarkan observasi secara langsung di

    lapangan menunjukkan bahwa fasilitas

    pelayanan yang terdapat di Kanwil DJP Sumsel

    dan Kep. Babel sudah cukup lengkap dan baik.

    3. Perspektif Proses Bisnis Internal

    a. Kedisiplinan kehadiran pegawai

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa

    kedisiplinan kehadiran baik masih bernilai cukup

    baik sehingga diperlukan peningkatan kesadaran

    bagi pegawai untuk lebih disiplin.

    b. Ketepatan penyampaian laporan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa

    kinerja berdasarkan dimensi ini bernilai cukup

    baik dan masih perlu peningkatan kinerja. Namun,

    menurut hasil wawancara keterlambatan lebih

    sering disebabkan keterlambatan unit kerja di

    bawahnya menyampaikan laporan sedangkan

    Kanwil hanya mengkompilasi.

    c. Ketaatan pada SOP Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar

    pekerjaan di Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel

    telah mematuhi standar waktu SOP DJP.

    d. Kinerja pelayanan internal Berdasarkan hasil kuisioner, sebagian besar

    responden menyatakan kinerja pelayanan internal

    Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel cukup baik

    sehingga masih diperlukan peningkatan.

    4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

    a. Pola kerja dan motivasi pegawai Dari hasil kuisioner menunjukkan bahwa

    sebagian besar pegawai di Kanwil DJP Sumsel

    dan Kep. Babel memiliki pola kerja dan

    motivasi yang baik.

    b. Pendidikan dan pelatihan pegawai Berdasarkan hasil observasi, jumlah pendidikan

    dan pelatihan yang diikuti oleh pegawai Kanwil

    DJP Sumsel dan Kep. Babel sudah cukup

    banyak sebagai sarana untuk mengembangkan

    diri dan pengetahuan.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Luis, Suwardi & Prima A. Biromo 2008, Step

    by Step in Cascading Balanced Scorecard to

    Functional Scorecards, Jakarta: PT.

    Gramedia.

    [2] Mulyadi 2001, Balanced Scorecard: Alat

    Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda

    Kinerja Keuangan Perusahaan, Jakarta:

    Salemba Empat.

    [3] Siti, Mirhani 2001, The Balanced Scorecard,

    Medan : USU Digital Library.

    [4] 2GC Discussion Paper 2001, Combining EVA with the Balanced Scorecard to Improve the

    Strategic Focus and Alignment, USA.