1. Pendahuluan Latar Belakang...

34
1 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalah Persaingan di segala bidang usaha pada era globalisasi semakin ketat. Menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut maka perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha harus selalu berorientasi pada pemasaran ( marketing oriented). Menurut falsafah marketing oriented ini, perusahaan harus menggunakan segala sumber daya yang dimiliki karena segala kegiatan pemasaran ditujukan untuk memuaskan pelanggan (Harjati, 2003). Selain memberi dampak pada tingkat persaingan, globalisasi juga memberikan peluang bagi perusahaan untuk melakukan pemasaran internasional. Keputusan untuk memasuki pasar internasional tentu didasari oleh sejumlah pertimbangan. Pertumbuhan pasar internasional lebih prospektif daripada pasar lokal, itu adalah alasan utama perusahaan-perusahaan mulai memasuki pasar internasional (Simamora, 2000). Selain itu menurut (Rismiati dan Suratno, 2001) banyak kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehinga perusahaan sulit berkembang, persaingan yang sangat kompetitif, lingkungan ekonomi yang merugikan karena tingginya pajak atau penurunan perekonomian menjadi alasan perusahaan untuk beralih ke pasar internasional.

Transcript of 1. Pendahuluan Latar Belakang...

Page 1: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

1

1. Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Persaingan di segala bidang usaha pada era globalisasi semakin ketat.

Menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut maka perusahaan dalam

menjalankan kegiatan usaha harus selalu berorientasi pada pemasaran (marketing

oriented). Menurut falsafah marketing oriented ini, perusahaan harus menggunakan

segala sumber daya yang dimiliki karena segala kegiatan pemasaran ditujukan untuk

memuaskan pelanggan (Harjati, 2003).

Selain memberi dampak pada tingkat persaingan, globalisasi juga

memberikan peluang bagi perusahaan untuk melakukan pemasaran internasional.

Keputusan untuk memasuki pasar internasional tentu didasari oleh sejumlah

pertimbangan. Pertumbuhan pasar internasional lebih prospektif daripada pasar lokal,

itu adalah alasan utama perusahaan-perusahaan mulai memasuki pasar internasional

(Simamora, 2000). Selain itu menurut (Rismiati dan Suratno, 2001) banyak

kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehinga perusahaan sulit berkembang, persaingan

yang sangat kompetitif, lingkungan ekonomi yang merugikan karena tingginya pajak

atau penurunan perekonomian menjadi alasan perusahaan untuk beralih ke pasar

internasional.

Page 2: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

2

Pada saat perusahaan sudah memutuskan untuk memasuki pasar internasional

maka harus diputuskan bagaimana cara memasuki pasar negara tersebut. Salah satu

alternatif yang dapat dipilih oleh perusahaan untuk memasuki pasar internasional

adalah melalui ekspor baik secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun

menjanjikan, pasar internasional bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Oleh karena

itu diperlukan kesiapan perusahaan agar mampu bersaing di pasar internasional

tersebut.

Menurut Porter (dalam Faidal, 2007) bahwa persaingan akan mengalami

perubahan pada masa perekonomian global dimana sektor bisnis harus dapat

menyesuaikan diri terhadap lingkungan bisnis tersebut daripada dirinya sendiri dan

kebijakan pemerintah. Maka dari itu dalam persaingan perusahaan harus dapat

membangun jaringan (network) dengan organisasi-organisasi lain yang tentunya

menunjang oprasional perusahaan, menurut Cravens (dalam Faidal, 2007).

Pentingnya membangun jaringan menurut Porter (dalam Faidal, 2007) adalah karena

peningkatan produktivitas dan sinergi kerja dapat meningkat dengan adanya jaringan

(network) tersebut. Hal ini seperti ditunjukkan pada temuan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Sato (dalam Faidal, 2007) pada industri kecil di Ceper Solo,

menunjukkan bahwa peningkatan volume penjualan meningkat ketika perusahaan

menjalin jaringan bisnis dan dengan menjalin jaringan tersebut maka perusahaan

lebih mudah mendapat informasi tentang pasar produk perusahaan, perkembangan

teknologi dan sumber-sumber pendanaan akan mudah diakses.

Page 3: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

3

Temuan Sato (2000) di atas bisa dijadikan contoh bahwa pentingnya

membangun sebuah jaringan bisnis bagi kemajuan perusahaan. Jika perusahaan-

perusahaan berskala kecil saja menganggap penting dan sekaligus merasakan manfaat

dari hasil membangun jaringan bisnis, maka tentunya perusahaan-perusahaan besar

sepatutnya juga mengembangan jaringan bisnis bagi kemajuan perusahaan tersebut.

Selain membangun jaringan bisnis, hal lain yang harus diperhatikan adalah

mengenai strategi memasarkan produk. Sebaik atau sebagus apapun suatu produk

dengan kualitas tinggi tentu akan sia-sia jika perusahaan tidak mampu

memasarkannya. Untuk itu tentu diperlukan suatu strategi yang tepat dalam

memasarkan produk yang telah dihasilkan oleh perusahaan. Menurut Kertajaya

(2000) bahwa strategi pemasaran bersifat sangat luas dan kompleks dan tidak terlepas

dari aspek lainnya seperti taktik dan nilai-nilai. Sementara itu menurut Lubis (2004)

bahwa strategi pemasaran yang diterapkan perusahaan pada produknya harus

berdasarkan dan dikembangkan mengikuti perkembangan pasar. Dengan demikian

perusahaan akan mendapatkan gambaran yang jelas dan bertujuan untuk apa yang

akan dilakukan perusahaan ke depan dalam memanfaatkan setiap kesempatan yang

ada sebaik-baiknya atau paduan pasar sasaran.

Penelitian ini dilakukan di PT. Tiga Manunggal Synthetic Industries Salatiga

atau sering disebut TIMATEX. Pertimbangan dipilih perusahaan ini mengingat

bahwa TIMATEX merupakan salah satu perusahaan tekstil yang tergolong besar

yang melakukan kegiatan pemasaran internasional. Keberadaan TIMATEX itu

Page 4: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

4

sendiri bukan tanpa pesaing, setidaknya perusahaan ini harus bersaing dengan

perusahaan tekstil lainnya baik yang ada di dalam negeri seperti perusahaan-

perusahaan tekstil di Bandung, maupun perusahaan dari luar negeri. Untuk itu maka

TIMATEX harus berupaya keras agar mampu bersaing dengan pesaing-pesaingnya.

TIMATEX sendiri juga membangun jaringan untuk kelancaran bisnisnya serta

memiliki strategi memasarkan produknya. Berdasarkan hal tersebut maka menarik

bagi penulis untuk melakukan kajian tentang jaringan bisnis dan strategi memasarkan

produk yang dilakukan oleh TIMATEX.

Persoalan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka adapun yang menjadi

persoalan penelitian yaitu:

1. Bagaimana proses pembentukan jaringan bisnis pada PT. Tiga Manunggal

Synthetic Industries Salatiga (TIMATEX)?

2. Bagaimana strategi memasarkan produk yang dilakukan oleh PT. Tiga

Manunggal Synthetic Industries Salatiga (TIMATEX)?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Page 5: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

5

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai proses

pembentukan jaringan bisnis dan strategi memasarkan produk yang dilakukan oleh

PT. Tiga Manunggal Synthetic Industries Salatiga (TIMATEX). Sedangkan manfaat

penelitian ini adalah: dapat memberikan masukan pemikiran terkait dengan upaya-

upaya yang dilakukan perusahaan dalam mengembangkan jaringan bisnis dan strategi

memasarkan produknya, serta memberikan pengetahuan terkait dengan model

pengembangan jaringan bisnis serta strategi memasarkan produk.

2. Telaah Teoritis

Jaringan Bisnis (Business Network)

Jaringan (network) diartikan sebagai pola hubungan individu dengan individu

lainya, dengan jumlah individu yang bervariasi, dapat bersifat antar kelompok, atau

antar organisasi yang dapat berupa jaringan keluarga dan etnis dimana anggotanya

adalah masih memiliki hubungan keluarga, jaringan komunitas, jaringan organisasi

atau jaringan pemasok dengan pembeli (Faidal, 2007). Jaringan (network) menurut

Dubini dan Aldrich (dalam Faidal, 2007) dapat berbentuk tunggal antara dua pihak

atau lebih dari dua pihak. Dapat berbentuk formal atau informal pada area lokal atau

interlokal maupun ikatan bisnis atau antara sektor yang berbeda. Jaringan digunakan

untuk menunjukkan pola hubungan antar individu, antar kelompok, dan antar

organisasi.

Page 6: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

6

Pengembangan jaringan bisnis baik di dalam negeri maupun di luar negeri terus

dikembangkan untuk bersaing di pasar global. Upaya pengembangan yang harus

dilakukan terutama bertujuan untuk meningkatkan cakupan ekonomi, efisiensi produksi,

pengelolaan bisnis yang efisien, dan memperluas pangsa pasar baik dalam maupun luar

negri. Dengan demikian perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain

baik perusahaan lokal atau perusahaan luar negri (Dipta, 2002).

Perusahaan akan mendapatkan pengalaman bisnis secara langsung dengan

adanya jaringan bisnis (business network) dengan berbagai institusi terkait seperti

pemasok, pedagang, pelanggan dan lainnya. Karena institusi- institusi tersebut

memberikan aliran informasi yang bermanfaat kepada perusahaan, sehingga dengan

adanya pengalaman itu pada akhirnya kinerja perusahaan dapat ditingkatkan (Faidal,

2007).

Ada tiga dasar pembentukan jaringan bisnis.1 Pertama, jaringan produksi.

Jaringan usaha ini terdiri dari tiga sampai sepuluh perusahaan kecil yang

memproduksi berbagai jenis produk yang berbeda, melakukan kegiatan pemasaran,

dan menjalin kerja sama untuk mendapat pasar baru. Di Indonesia biasanya jumlah

anggota dalam sebuah jaringan usaha cenderung sangat banyak. Jaringan tersebut

memiliki fokus kegiatan untuk mencari peluang pasar. Kedua, jaringan pemasaran.

Jaringan ini biasanya terdiri dari perusahaan kecil yang bergerak pada sektor industri

yang sama. Mereka bekerjasama untuk membentuk suatu usaha dalam memenangkan

1 http://kadinss.tripod.com

Page 7: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

7

persaingan. Perusahaan dalam persaingan ini biasannya perusahaan yang

komplementer. Ketiga, jaringan pelayanan. Pada jaringan ini perusahaan-perusahaan

kecil akan membentuk kelompok yang berkerja sama dalam hal pendanaan untuk

jasa-jasa tertentu, seperti pelatihan karyawan, informasi, informasi teknologi,

manajemen konsultasi, atau jasa konsultasi tenaga ahli. Sehingga akan lebih efisien.

Startegi Pemasaran

Dalam kegiatan memasarkan produknya, perusahaan berusaha

mengembangkan suatu strategi pemasaran tertentu untuk dapat mencapai tujuan

perusahaan, serta untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka

panjang. Menurut Tull dan Kahle (dalam Tjiptono, 2001), strategi pemasaran adalah

suatu rencana jangka panjang yang diterapkan perusahaan untuk mencapai tujuan

perusahaan pada pasar yang dimasuki dengan mengembangkan daya saing secara

terus menerus dan melayani pasar sasaran tersebut dengan program pemasaran yang

diterapkan.

Sangat penting bagi perusahaan dalam memformulasikan sebuah strategi

pemasaran yang efektif untuk menghadapi pasar global yang kompetitif. Strategi

pemasaran yang dirancang oleh suatu perusahaan menunjukkan tingkat respon

perusahaan terhadap kondisi pasar yang kompetitif (Lee dan David, 2004). Tingkat

pergerakan (turbulances) lingkungan, termasuk perkembangan teknologi yang sangat

Page 8: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

8

cepat juga mengharuskan perusahaan membangun kekuatan adaptabilitas dan

kemampuan aksesibilitasnya. Kekuatan adaptabilitas yang dimaksud adalah

kemampuan seluruh potensi perusahaan untuk sesegera mungkin menyesuaikan diri

dengan kebutuhan dan keinginan (needs and wants), baik konsumen, supplier,

maupun pihak lain yang mempunyai kekuatan pengaruh terhadap pasar.

Keegan (dalam Maulana, 1999) mengusulkan lima alternatif strategi global

dalam kaitannya dengan produk dan promosi. Alternatif pertama adalah strategi

yang dinamakan strategi perluasan langsung (straight extension strategy). Dalam

strategi ini perusahaan tidak merubah dan tidak melakukan sesuatu yang baru.

Perusahaan sama sekali tidak mengubah produk yang sudah dijualnya di pasar

domestik, dan mempromosikannya ke pasar asing dengan cara promosi yang juga

sudah diterapkannya di pasar domcstik. Alternatif kedua adalah strategi adaptasi

produk (product adaptation). Di sini perusahaan rnengubah produk domestiknya

agar sesuai dengan kondisi dan selera pasar asing yang dituju. Promosi tidak banyak

diubah atau bahkan tidak diubah sama sekali. Alternatif strategi yang ketiga adalah

strategi produk baru (product invention). Perusahaan yang menggunakan strategi ini

mempunyai dua pilihan yaitu backward invention dan forward invention. Yang

pertama adalah yang dinamakan backward invention. Dalam strategi ini sebenarnya

produk suatu perusahaan sudah lama dikenal di negara asalnya, kemudian perusahaan

memperkenalkan produk yang baru bagi pasar lokal yang dituju. Bentuk lain dari

strategi ini adalah apa yang dinamakan forward invention. Dalam strategi ini

Page 9: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

9

perusahaan membuat produk yang benar-benar baru untuk mernenuhi kebutuhan

pasar setempat. Altematif strategi keempat adalah strategi adaptasi komunikasi

(communication adaptation). Dalam hal ini perusahaan menyesuaikan promosinya

dengan kondisi seternpat. Akhimya, Alternatif strategi yang kelima adalah adaptasi

ganda, di mana perusahaan menyesuaikan baik produk maupun cara promosinya

dengan kondisi setempat.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2004) yang dimaksud dengan penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,

dan lainnya, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah. Sementara itu menurut Azwar (1998) bahwa penelitian kualitatif

lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta

pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan

menggunakan logika ilmiah.

Objek dalam penelitian ini adalah PT.TIMATEX dengan menunjuk informan

untuk diwawancarai yang dinilai layak memberikan informasi menyangkut penelitian

Page 10: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

10

ini. Sehingga atas dasar itu kepadanya bisa digali informasi tentang jaringan bisnis

dan strategi memasarkan produk yang dilakukan oleh PT. Tiga Manunggal Synthetic

Industries Salatiga (TIMATEX). Adapun yang menjadi key informan penelitian

adalah Bpk Kuspono selaku Kepala Departemen DPC (Planing Production Control).

Sedangkan untuk validasi data dilakukan trianggulasi dengan mewawancarai pegawai

dan pimpinan dari departemen lain serta melalui observasi lapangan.

Dalam penelitian ini digunakan data primer yaitu data yang didapat langsung

dari objek kemudian dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti (Supramono dan

Sugiarto, 1993). Data primer dalam penelitian ini dipergunakan untuk menjelaskan

jaringan bisnis dan strategi memasarkan produk yang dilakukan oleh PT. Tiga

Manunggal Synthetic Industries Salatiga (TIMATEX). Sumber data primer dalam

penelitian ini adalah Bpk Kuspono selaku Kepala Departemen DPC (Planing

Production Control) TIMATEX.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

cara wawancara mendalam (in-depth interviews), yaitu wawancara yang bebas di

mana peneliti tidak membatasi jawaban dengan menggunakan pedoman wawancara.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan

yang akan ditanyakan langsung oleh peneliti kepada subyek penelitian (Sugiono,

2005). Dalam pelaksanaan wawancara menggunakan alat bantu recorder untuk

menyimpan hasil wawancara sehingga dapat diputar kembali. Wawancara mendalam

Page 11: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

11

ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai obyek penelitian yang lebih

mendalam dari informan.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

kualitatif yang didasarkan pada pendekatan studi kasus dengan langkah-langkah

analisis seperti dikemukakan menurut Afriani (2009). Pertama, peneliti

mengorganisir informasi. Kemudian, membaca dan atau mendengarkan keseluruhan

informasi yang didapat dan memberi kode. Kemudian, membuat suatu uraian

terperinci mengenai kasus dan konteksnya. Lalu, peneliti menetapkan pola dan

mencari hubungan antara beberapa kategori. Selanjutnya peneliti melakukan

interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti

maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain. Dan pada ahirnya, peneliti

menyajikan secara naratif.

4. Profil PT Tiga Manunggal Synthetic Industries (TIMATEX) Salatiga

PT. Tiga Manunggal Synthetic Industries atau sering disebut TIMATEX

terletak di wilayah bagian Selatan kota Salatiga. Pemilik TIMATEX adalah The Ning

King, yang berusia 81 tahun. Beliau berasal dari China dan berdomisili di Jakarta.

Pembangunan TIMATEX dimulai pada tahun 1975 diatas tanah seluas 5,6 ha.

Tanggal 17 Januari 1976 perusahaan selesai dibangun dan diresmikan oleh Presiden

Soeharto dan Menteri Perindustrian yang dijabat oleh Bapak M. Yusuf pada 7

Page 12: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

12

Agustus 1976. TIMATEX didirikan berdasarkan Akta Notaris No. 42, Tambahan

Berita Negara Republik Indonesia No. 64, tanggal 17 Agustus 1975 dan didaftarkan

pada kantor Pengadilan Negri Jakarta dibawah No. 2240.

Sejak bulan diresmikannya, TIMATEX memulai kegiatan produksi untuk

pertama kali. Perusahaan ini berbentuk Perseroan Terbatas dan merupakan Group

Manunggal berstatus PMA (Penanam Modal Asing) yaitu antara perusahaan Jepang

dan Indonesia. Perusahaan tersebut adalah Mitsui Co. Ltd., (perusahaan terbesar di

Jepang saat itu), Ichimura Sangyo Co. Ltd., (perusahaan mesin industri yang dalam

keikutsertaannya menanamkan modal dengan mengirimkan mesin–mesin industri

tekstil kepada TIMATEX dan DAMATEX (Perusahaan Tekstil Indonesia). Adapun

pembagian modal dalam perusahaan tersebut adalah sebagai berikut : Mitsui Co. Ltd

sebesar 60%, Ichimura sangyo Co. Ltd sebesar 5% dan DAMATEX sebesar 35%.

Jenis–jenis kain yang dihasilkan TIMATEX adalah polyester cotton, fancy

yarn, blended yarn, sedangkan anyaman yang dihasilkan amunzen, satin, venetian,

hering, Twill, dobby. Setiap anyaman tersebut dihasilkan dari perpaduan benang

pakan dan benang lusi dengan tiga kriteria yaitu: benang lusi non twisting - benang

pakan twisting (palace); benang lusi twisting - benang pakan non twisting (palace)

dan benang lusi twisting - benang pakan twisting (georgette).

Sistem perencanaan produksi TIMATEX didasarkan pada order pesanan dari

konsumen. Pemasaran produk tekstil TIMATEX ditujukan pada pasar dalam negeri

(Jakarta dan Bandung) dan luar negeri (Timur Tengah, Jepang, Amerika, Australia,

Page 13: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

13

Cina, Hongkong, Singapura). Dalam hal penyaluran hasil produksinya, dari awal

produksi sampai tahun 2005 TIMATEX menggunakan saluran distribusi langsung

dan tidak langsung, karena melihat pasar yang dituju dalam negeri dan luar negeri.

Saluran distribusi langsung digunakan untuk pasar luar negeri yaitu dari kantor pusat

di Jakarta yang mencari order dan produksi di pabrik Salatiga, langsung mengirim

order ke konsumen (perusahaan garmen atau pedagang besar) dengan ketentuan yang

diatur dari kantor pusat di Jakarta. Sedangkan saluran d istribusi tidak langsung

digunakan untuk pasar dalam negeri, yaitu melalui PT SUTRATEX, namun karena

pada tahun 2005 PT SUTRATEX tutup, maka saluran distribusi TIMATEX Salatiga

seutuhnya menjadi saluran distribusi langsung yaitu dari kantor pusat di Jakarta.

PT Tiga Manunggal Synthetic Industries (TIMATEX) Salatiga hanya

merupakan salah satu bagian dari keseluruhan bagian yang ada pada TIMATEX yaitu

sebagai pabrik (lokasi yang memproses bahan baku ”benang” menjadi kain). Kantor

pusat berada di Jakarta, Segala keputusan baik jangka pendek maupun jangka panjang

terletak di kantor pusat.

5. Proses Pembentukan Jaringan Bisnis pada PT Tiga Manunggal Synthetic

Industries (TIMATEX) Salatiga

Menghadapi tantangan globalisasi, perusahaan harus diberdayakan agar

mampu bersaing dengan pelaku bisnis lainnya baik dari dalam maupun luar negeri.

Salah satu upaya penguatan daya saing perusahaan adalah melalui pembentukan

Page 14: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

14

jaringan bisnis (business networks). Di samping untuk penguatan daya saing, jaringan

bisnis juga bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan ekonomi, efisiensi,

pengelolaan bisnis yang efisien, dan memperluas pangsa pasar. Menyadari hal

tersebut maka TIMATEX juga membangun suatu jaringan bisnis (business networks).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan disebutkan bahwa ada

beberapa pihak yang terlibat dalam jaringan bisnis TIMATEX. Pihak pertama adalah

pemasok bahan baku, hal ini mengingat bahan baku utama TIMATEX adalah benang.

Dengan demikian, otomatis pemasok perusahaan adalah perusahaan yang

memproduksi benang diantaranya adalah TIFICO, SULINDAFIN, DAMATEX dan

perusahaan lainnya yang dapat memberikan penawaran harga benang yang bersaing.

Pihak kedua yang terlibat adalah dalam jaringan bisnis TIMATEX adalah pemasok

bahan pembantu proses. Pihak ini diperlukan mengingat di TIMATEX terdapat dua

proses yaitu size stuff dan dye stuff. Size stuff yaitu kegiatan melapisi benang

sehingga benang itu menjadi kuat saat proses penenunan sehingga tidak mudah putus,

tidak mudah pecah dan sebagainya. Pemasok bahan pembantu proses size stuff atau

penganjian ini tidak begitu banyak, hanya ada dua saja yaitu PT Matsumotoyushi

(yang memasok bahan-bahan seperti Efcol, Sizing Wax) dan PT Poly Union

Chemicals (yang memasok Polyvinyl Acrliric JP05). Berikutnya Dye stuff merupakan

chemical untuk proses finishing, yaitu proses persiapan zat warna yang akan

digunakan untuk pencelupan pada kain. Jika zat warna tersebut sesuai maka

selanjutnya digunakan untuk pewarnaan kain. Pemasok bahan pembantu proses dye

Page 15: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

15

stuff atau pewarna kain diantaranya adalah: PT Dwikarya (yang memasok

SCWAAT), PT Lasatri (yang memasok SUNMORL dan NEOCRYZTAL) serta PT

Diatron Heris (yang memasok zat pewarna seperti Diasperse Rubine SB). Pihak

ketiga yang terlibat adalah dalam jaringan bisnis TIMATEX adalah para agen sebagai

pembeli atau yang menjualkan produk TIMATEX. Agen-agen yang menjual produk

TIMATEX beberapa diantaranya adalah Teijin, Unico, Kewalram, KG, Allarakia.

Pihak keempat yang terlibat dalam jaringan bisnis TIMATEX adalah perusahaan jasa

pengiriman (transportasi). Pihak ini juga mempunyai peran penting bagi TIMATEX

karena merekalah yang nantinya akan mengirimkan produk TIMATEX ke tujuannya.

Adapun perusahaan jasa pengiriman (transportasi) yang digunakan oleh TIMATEX

diantaranya adalah COBRA, RPE, DHL (untuk domestik ke pelabuhan) dan EMKL

(Ekspedisi Muatan Kapal Laut) untuk pengiriman ke negara tujuan ekspor.

Pihak-pihak yang terlibat dalam jaringan bisnis TIMATEX sebagaimana

disebutkan di atas, ternyata beberapa diantaranya sama dengan jaringan bisnis yang

terbentuk pada bidang usaha berbeda. Sebagai contoh pada pene litian Faidal (2007)

disebutkan bahwa jaringan bisnis pada industri kecil batik di Kabupaten Bangkalan

Madura dibentuk melalui komunitas, pemasok, pelanggan, pesaing, kemitraan,

intensitas dan peluang pasar.

Sehubungan dengan proses pembentukan jaringan bisnis TIMATEX, untuk

membangun jaringan bisnis dengan pihak-pihak yang telah disebutkan di atas maka

yang pertama dilakukan adalah membangun jaringan bisnis dengan agennya terlebih

Page 16: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

16

dahulu. Untuk itu TIMATEX melakukan eksperimen produk yaitu membuat

beberapa contoh produk-produk baru dan selanjutnya produk baru tersebut

ditawarkan ke agen selaku pembeli atau yang menjualkan produk TIMATEX.

Apabila contoh produk itu diminati oleh agen tersebut atau mungkin juga oleh

customer lain, baru kemudian perusahaan akan mengkontak pemasok bahan baku dan

pemasok bahan pembantu untuk mendatangkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk

melakukan produksi dalam jumlah tertentu produk eksperimen yang telah disetujui

oleh agen atau customer lain. Setelah selesai diproduksi, kemudian produk-produk

tersebut akan dikirim ke agen atau customer dengan menggunakan jasa pengiriman

yang biasa dipergunakan perusahaan. Untuk pengiriman produk dari TIMATEX ke

pelabuhan domestik (seperti Tanjung Mas atau Tanjung Priuk) biasanya

menggunakan jasa pengiriman COBRA, RPE dan DHL. Namun terkadang jika

pengiriman ke pelabuhan domestik harus mendesak dan jumlahnya tidak banyak

maka TIMATEX mengirimkan produk dengan menggunakan jasa transportasi udara

(pesawat) untuk selanjutnya diantarkan ke pelabuhan domestik. Selanjutnya untuk

pengiriman produk dari pelabuhan domestik ke pelabuhan negara tujuan ekspor,

maka TIMATEX menggunakan jasa transportasi (forwarding agent) berupa EMKL

(Ekspedisi Muatan Kapal Laut). EMKL ini tidak saja bertugas mengirimkan produk

TIMATEX tersebut ke pelabuhan negara tujuan ekspor, melainkan mulai dari

pengepakan layak laut (seaworthy packing), pemberian merek sesuai permintaan

pembeli agar memudahkan pembeli dalam mencari produk-produk tersebut di

pelabuhan tujuan serta mencarikan gudang penyimpanan karena sebelum dikapalkan,

Page 17: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

17

produk-produk tersebut biasanya di simpan di dalam gudang pelabuhan atau di

terminal peti kemas. Sehubungan dengan pengiriman lewat laut, biasanya produk

tersebut setelah dikepak akan dimasukan dalam peti kemas atau container. EMKL

menyediakan dua pilihan kepada penggunanya apakah mau menggunakan FCL (Full

Container Load) atau LCL (Less than Container Load). FCL umumnya dipilih jika

produk yang dikirim dalam jumlah besar sehingga dalam satu container hanya

berisikan produk dari satu perusahaan, sementara jika ternyata produk yang dikirim

tidak dalam jumlah besar maka dapat memilih LCL dimana dalam satu container

berisikan produk dari beberapa perusahaan dengan tujuan pelabuhan ekspor yang

sama tentunya.

Secara ringkas, pihak-pihak yang terkait dengan proses pembentukan jaringan

bisnis TIMATEX dapat disajikan dalam Tabel 1 berikut ini.

Page 18: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

18

Tabel 1. Pihak terkait dengan Proses Pembentukan Jaringan Bisnis TIMATEX

Pihak Deskripsi

Pemasok bahan baku Pemasok bahan baku benang diantaranya adalah TIFICO, SULINDAFIN, DAMATEX dan perusahaan lainnya yang dapat memberikan

penawaran harga benang yang bersaing

Pemasok bahan pembantu proses

Pemasok bahan pembantu proses size stuff atau penganjian yaitu PT Matsumotoyushi (yang

memasok bahan-bahan seperti Efcol, Sizing Wax) dan PT Poly Union Chemicals (yang

memasok Polyvinyl Acrliric JP05) Pemasok bahan pembantu proses dye stuff atau pewarna kain diantaranya yaitu PT Dwikarya

(yang memasok SCWAAT), PT Lasatri (yang memasok SUNMORL dan NEOCRYZTAL)

serta PT Diatron Heris (yang memasok zat pewarna seperti Diasperse Rubine SB)

Agen Agen yang menjual produk TIMATEX diantaranya adalah Teijin, Unico, Kewalram,

KG, Allarakia

Perusahaan jasa pengiriman (transportasi)

Perusahaan jasa pengiriman (transportasi) yang digunakan adalah COBRA, RPE, DHL (untuk

domestik ke pelabuhan) dan EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) untuk pengiriman ke negara tujuan ekspor

Dalam membangun dan menjalin jaringan bisnis dengan pihak-pihak yang

telah disebutkan sebelumnya, tentunya tidak luput dari adanya berbagai kendala yang

dihadapi oleh TIMATEX. Kendala yang berhubungan dengan pihak pemasok bahan

baku diantaranya adalah: Ketersediaan bahan baku di pemasok yang kadang tidak

cukup atau tidak selalu ada saat dibutuhkan perusahaan, padahal ketergantungan

TIMATEX akan pasokan benang sangat tinggi mengingat besarnya skala produksi

TIMATEX; Keterlambatan pengiriman bahan baku benang. Keterlambatan bahan

Page 19: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

19

baku jelas akan menganggu proses produksi perusahaan. TIMATEX sangat

bergantung pada pasokan bahan baku karena perusahaan hanya memproduksi kain

bukan memproduksi benang sehingga ketersediaan bahan baku sangat penting.

Sebenarnya ada dua hal yang menyebabkan bahan baku itu bisa terlambat sampai ke

perusahaan. Pertama, ada masalah di pemasok, misalkan ada mesin mati, mesin

rusak atau overhool dan sebagainya. Kedua, masalah yang biasa terjadi di bisnis yaitu

kadang-kadang keterlambatan pembayaran yang berakibat pemasok menunda

pengiriman barangnya; Harga bahan baku yang tergolong tinggi sedangkan

perusahaan tentunya menghendaki harga bahan baku yang murah; Terkadang

pemasok tidak memiliki bahan baku yang perusahaan kehendaki sebagaimana yang

digunakan pada produk eksperimen. Sementara itu dengan pihak pemasok bahan

pembantu proses, tampak bahwa TIMATEX tidak menghadapi kendala yang berarti

dengan pihak pemasok bahan pembantu proses. Hal ini disebabkan karena bahan

pembantu sifatnya hampir umum, tidak spesifik seperti bahan baku. Dengan

demikian perusahaan-perusahaan yang menjadi pemasok biasanya selalu memiliki

stok bahan-bahan yang diperlukan perusahaan

Selain menghadapi kendala dengan pihak pemasok, terdapat juga kendala

dengan pihak agen. Beberapa kendala yang dihadapi TIMATEX dengan pihak agen

tersebut diantaranya adalah: kadang-kadang hasil eksperimen atau barang yang

ditawarkan perusahaan spesifikasinya tidak sesuai dengan keinginan pasar; berkaitan

dengan harga produk yang ditawarkan kepada agen yang tidak bisa diterima atau

Page 20: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

20

terlalu tinggi; berkaitan dengan waktu pengiriman dimana kadang-kadang agen

meminta waktu pengirmannya yang cepat.

Ada juga kendala yang dihadapi oleh TIMATEX dengan pihak jasa

transportasinya dalam hal ini dengan pihak EMKL. Biasanya EMKL akan

menginformasikan jadwal closing kapal (batas waktu barang masuk ke kapal) agar

supaya perusahaan tidak mengirimkan barang dalam waktu yang mepet dengan

closing kapal-nya. Hal ini mengingat bahwa EMKL masih harus mengepak dan

menata barang-barang tersebut dalam container, dan ini tentunya juga memerlukan

waktu yang cukup. Namun, umumnya kendala yang dihadapi adalah terkadang

TIMATEX tidak dapat mengirmkan produk sampai tepat waktu yang ditentukan oleh

pihak EMKL. Hal ini terjadi karena ada kendala di proses produksinya seperti

produk gagal, atau jumlah yang kurang sesuai dengan jumlah pesanan pembeli.

Sehingga butuh tambahan waktu di bagian proses produksinya yang tentu akan

berdampak pada terlambatnya pengiriman barang ke pelabuhan.

Kendala-kendala yang dihadapi TIMATEX dengan pihak-pihak yang terlibat

dalam jaringan bisnisnya, sesungguhnya dapat terjadi juga pada pelaku-pelaku bisnis

lainnya. Sebagai contoh, berdasarkan penelitian Sulistyawan (2012) diketahui bahwa

kendala-kendala yang dihadapi oleh perusahaan Dewangga Furniture Gatak

Sukoharjo diantaranya adalah: permasalahan dana/modal, kelangkaan bahan baku,

persaingan dan proteksi yang diterapkan di negara tujuan. Dalam penelitian ini

nampak bahwa kendala selalu muncul dalam setiap aktivitas yang dilakukan dalam

Page 21: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

21

jaringan bisnis, hanya saja bentuk kendalanya yang berbeda-beda. Untuk perusahaan

dengan skala usaha besar seperti TIMATEX, masalah ketersediaan pasokan adalah

hal yang terpenting untuk keberlangsungan proses produksi. Sehingga pemilihan

pemasok harus dipilih dengan berbagai pertimbangan matang.

Mencermati berbagai kendala yang ada tersebut maka TIMATEX telah

berupaya untuk mengatasinya. Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi

kendala dengan pihak pemasok antara lain: terkait dengan ketersediaan bahan baku,

maka TIMATEX akan mencari alternatif-alternatif atau bahan baku benang dari

pemasok lainnya; terkait dengan keterlambatan pengiriman, maka perwakilan

TIMATEX biasanya melakukan kunjungan ke pemasok tersebut. Selain untuk bisa

saling kenal dengan pekerja atau orang-orang yang mengurusi hal itu (pengiriman

barang), disamping itu TIMATEX juga akan melihat mengetahui kapasitas produksi

dari pemasok, TIMATEX juga bisa melihat produk-produk spesialis pemasok

sehingga dengan demikian TIMATEX akan bisa lebih tahu dan bisa mengira-ngira

jenis apa saja yang bisa dikembangkan atau diorderkan oleh TIMATEX, disamping

itu juga TIMATEX dapat memberi masukan-masukan mengenai benang yang sudah

dibeli; Berhubungan dengan persoalan pembayaran, TIMATEX berupaya agar

pembayaran dapat selalu sesuai dengan kesepakatan waktu yang telah ditentukan

sebelumnya. Untuk mengantisipasi keterlambatan, TIMATEX juga dalam

melakukan order pembelian bahan baku benang tidak saja untuk satu bulan tapi

meminta pengiriman bahan baku benang untuk tiga bulan, jadi misalkan TIMATEX

Page 22: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

22

melakukan order pada bulan Juni, order tersebut sudah termasuk order untuk bulan

Juli, Agustus, September, sehingga perusahaan pemasok juga bisa menyiapkannya

jauh-jauh hari sebelumnya sehingga tidak akan terlambat dikirim. Benang-benang

yang diorder dengan cara seperti itu adalah benang-benang yang rutin dipakai untuk

proses produksi atau yang kainnya banyak dibeli konsumen; Untuk masalah yang

terkait dengan tingginya harga bahan baku benang, maka TIMATEX mencari

pemasok lain yang bisa memberikan penawaran harga bahan baku benang yang lebih

murah; Sedangkan untuk masalah yang terkait dengan pemasok yang tidak memiliki

bahan baku yang dibutuhkan TIMATEX, maka solusinya adalah dengan mencari

material pengganti yang sifatnya hampir mirip atau similar dengan yang bahan yang

dipakai untuk produk yang dieksperimenkan.

Sementara itu, upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dengan

pihak agen antara lain: terkait dengan hasil eksperimen barang yang tidak sesuai

dengan keinginan pasar, maka solusi yang diambil adalah TIMATEX melakukan

eksperimen ulang atau tes ulang kemudian ditawarkan kembali kepada agen yang

memasarkan produk TIMATEX; terkait dengan harga produk, TIMATEX mencoba

melakukan eksperimen ulang dengan menurunkan beberapa cost produksi misalkan

harga benang dicari yang murah sehingga harga produk bisa lebih murah; terkait

dengan waktu pengiriman, maka TIMATEX mencoba untuk melakukan negosiasi,

misalkan jika agen meminta satu bulan padahal standart TIMATEX adalah 75 hari

maka TIMATEX akan memberikan penawaran misalnya diselesaikan dalam tempo

60 hari.

Page 23: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

23

Selanjutnya, terkait dengan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala

dengan pihak jasa transportasi dalam hal ini EMKL adalah menginformasikan

sesegera mungkin perihal keterlambatan pengiriman akibat kendala di proses

produksinya, dan agar supaya barang tetap bisa dikirim oleh EMKL dengan closing

kapal yang mepet tersebut maka TIMATEX akan memberikan fee atau istilah mereka

“tembak closing”. Dengan cara ini maka container yang berisi barang TIMATEX

bisa masuk kapal untuk selanjutnya dikirim ke pelabuhan negara tujuan.

Dalam menjalankan bisnisnya, TIMATEX mempunyai pesaing-pesaing, baik

itu pesaing yang berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Adapun pesaing

TIMATEX dari luar negeri berasal dari negara Korea, China, dan Jepang. Sementara

pesaing TIMATEX dari dalam negeri diantaranya: DEWA SUTRA, GISTEX,

PANASIA, dan DALIATEX yang mana semuanya berlokasi di Bandung. Khusus

pesaing yang berada di dalam negeri, memang hanya ada pesaing perusahaan yang

beroperasi di Bandung Jawa Barat. Hal ini disebabkan karena hanya perusahaan

tekstil di Bandung saja yang juga memproduksi kain synthetic seperti misalnya

jetblack, cordline, dan school uniform yang juga diproduksi oleh TIMATEX.

Sedangkan perusahaan-perusahaan tekstil yang ada di Jawa Tengah umumnya

memproduksi kain serat alam seperti cotton dan jeans. TIMATEX tidak menjalin

hubungan bisnis dengan para pesaing-pesaing tersebut baik itu yang berada di luar

negeri maupun yang ada di dalam negeri. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan

besar tidak membutuhkan kerjasama dengan perusahaan lain sejenis terutama untuk

pemenuhan produk karena mereka telah memiliki kapasitas produksi yang besar.

Page 24: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

24

Selain pihak-pihak terkait sebagaimana yang telah diuraikan di atas,

TIMATEX juga menjalin hubungan kerja dengan beberapa instansi pemerintahaan

seperti misalnya dengan Departemen Tenaga Kerja (Depnaker), Departemen

Lingkungan Hidup (DLH) dan Pemerintahan kota Salatiga (Pemkot Salatiga).

Hubungan antara TIMATEX dengan Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) adalah terkait

dengan hal-hal menyangkut karyawan seperti pendataan karyawan ke Disnaker,

pengurusan masalah upah tenaga kerja dan kesejahteraan karyawan hingga terkait

dengan pemutusan hubungan kerja. Dengan demikian pihak perusahaan akan selalu

berkoordinasi dengan Disnaker setiap ada penambahan karyawan baru untuk di data

dan atau jika ada pemutusan hubungan kerja.

Hubungan antara TIMATEX dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) adalah

terkait dengan hal-hal menyangkut surat ijin gangguan dan biasa juga disebut HO

(Hinderordonnantie) yaitu surat keterangan yang menyatakan tidak adanya keberatan

dan gangguan atas lokasi usaha yang dijalankan oleh suatu kegiatan usaha di suatu

tempat. Surat ijin gangguan wajib di miliki bagi pengusaha atau badan usaha yang

akan menjalankan usahanya di suatu daerah dan juga sebagai syarat untuk

mendapatkan surat ijin usaha lainnya. Biasanya untuk mendapatkan surat ijin

gangguan ini, perusahaan tidak mencemari lingkungan dan atau tidak ada dampak

negatif terhadap lingkungan dari usaha yang dilakukan. Untuk perusahaan seperti

TIMATEX, dampak terbesar bagi lingkungan adalah adanya limbah yang dihasilkan

dari proses produksi. Oleh karena itu TIMATEX perlu mendapatkan rekomendasi

limbah dari Badan Pengendalian Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPPLH) terkait

Page 25: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

25

penanganan dan pembuangan limbah yang harus memenuhi standart yang ditentukan.

Hal ini mengingat limbah yang dihasilkan dari proses produksi TIMATEX

mengandung zat-zat kimia yang jika penangannya tidak tepat dapat memberikan

dampak negatif bagi lingkungan sekitar perusahaan berada. Perijinan lainnya yang

terkait dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) adalah ijin pengeboran air, karena

TIMATEX memerlukan dukungan sumber air yang mencukupi untuk kegiatan

produksinya. Sedangkan hubungan antara TIMATEX dengan Pemerintahan kota

Salatiga (Pemkot Salatiga) adalah terkait dengan hal-hal menyangkut perijinan seperti

ijin mendirikan bangunan dan ijin usaha.

Dalam menjalin hubungan kerja dengan ketiga instansi pemerintah tersebut di

atas, TIMATEX tidak menghadapi kendala yang berarti. Hal ini disebabkan karena

hubungan dengan instansi- instansi tersebut sifatnya ketaatan dalam arti TIMATEX

mentaati atau mengikuti semua peraturan yang telah ditetapkan oleh instansi- instansi

terkait tersebut. Namun terkadang yang menjadi kendala adalah terkait dengan

manajemen pengelolaan limbah yang tentunya berhubungan dengan Dinas

Lingkungan Hidup. TIMATEX tentunya selalu berusaha agar limbah yang

dihasilkan dari proses produksi bisa dikelola dengan baik, namun ini tidak berarti

bahwa perusahaan tidak pernah mengalami “insiden” yang merugikan warga sekitar

perusahaan berada akibat limbah dari perusahaan. Dengan kata lain faktor limbah ini

memang naik turun jadi kadang-kadang perusahaan baik dalam pengelolaan

limbahnya namun terkadang juga bisa kurang baik dan semuanya ini harus

Page 26: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

26

dikomunikasikan ke Dinas Lingkungan Hidup. Namun pada prinsipnya TIMATEX

selalu berupaya untuk mengolah limbah itu menjadi lebih baik.

Pernah terjadi dimana limbah cair TIMATEX mengeluarkan bau tidak enak

akibat adanya kerusakan di proses pengolahan limbah cair. Akibat dari kejadian

tersebut membuat banyak warga sekitar TIMATEX melakukan protes. Menyikapi

hal itu maka bagian HRD dan UPL TIMATEX melakukan pendekatan dengan warga,

karena sifat bau itu sementara sehingga perusahaan hanya memberikan pewangi atau

pengharum ruangan saja kepada warga untuk mengurangi bau itu, serta melakukan

perbaikan pada bagian-bagian yang menimbulkan kerusakan di proses pengolahan

limbah cair tersebut.

Hubungan dengan pihak-pihak terkait dalam menjalankan usaha juga

dilakukan oleh TIMATEX dengan lembaga-lembaga keuangan dalam hal ini dengan

pihak bank dan pihak koperasi. Sehubungan dengan pihak bank, disini bank berperan

dalam hal mengelola pembayaran gaji karyawan. Pembayaran gaji karyawan

dilakukan melalui transfer antar rekening dimana bank yang ditunjuk adalah Bank

Mandiri. Sementara itu hubungan dengan pihak koperasi, yang dimaksud disini

adalah koperasi yang didirikan oleh karyawan TIMATEX itu sendiri. Koperasi yang

didirikan oleh para karyawan tersebut berupa koperasi yang menjual berbagai

kebutuhan hidup. Karyawan dapat melakukan pembelian dengan cara kredit. Karena

pembelian dilakukan dengan cara kredit maka tidak menutup kemungkinan ada

karyawan yang kesulitan dalam membayar atau melunasi kredit barang tersebut.

Page 27: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

27

Disinilah pihak perusahaan akan menjadi jembatan jika karyawan mempunyai

masalah dengan pihak koperasi seperti tunggakan atas pembelian barang secara kredit

dari koperasi. Bentuk hubungannya adalah perusahaan akan memotong gaji

karyawan untuk selanjutnya dialihkan ke koperasi guna menutupi tunggakan

karyawan yang bersangkutan.

Untuk menunjang kegiatan bisnis, TIMATEX juga memanfaatkan kemajuan

teknologi internet. Oleh karena itu maka TIMATEX memasang jaringan internet di

dalam lingkup perusahaan. Penggunaan internet ini lebih ditujukan untuk sarana

komunikasi dengan pihak-pihak terkait seperti dengan kantor pusat di Jakarta, para

agen dan pemasok bahan baku dan bahan pembantu. Komunikasi yang dilakukan

hanya melalui layanan email. Satu hal yang perlu dikemukakan disini adalah bahwa

penggunaan internet oleh TIMATEX tidak terkait untuk keperluan promosi, karena

promosi dilakukan secara langsung dengan pihak agen yang menjadi patner

perusahaan.

6. Strategi Memasarkan Produk pada PT Tiga Manunggal Synthetic Industries

(TIMATEX) Salatiga

Telah disebutkan sebelumnya bahwa pembeli produk TIMATEX adalah para

agen yang berada di luar negeri. Oleh karena itu dalam kegiatan memasarkan

produknya, TIMATEX melakukan apa yang disebut dengan business trip yaitu

perjalanan bisnis yang dilakukan oleh perwakilan dari perusahaan ke negara-negara

Page 28: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

28

yang biasanya menjadi pusat perdagangan tekstil dunia seperti misalnya di Timur

Tengah. Tujuan dilakukannya business trip adalah untuk mendapatkan pelanggan-

pelanggan baru.

Sebelum melakukan kegiatan business trip, maka di bagian marketing

TIMATEX akan diadakan rapat guna membahas segala hal yang berhubungan

dengan kegiatan ini, diantaranya mengenai negara (kota) tujuan, sampel dan katalog

(booklet) produk yang akan dibawa untuk diperlihatkan kepada calon pelanggan,

waktu pelaksanaan business trip, transportasi dan akomodasi untuk menunjang

kegiatan business trip, dan hal-hal lain penting lainnya.

Kegiatan business trip TIMATEX tersebut ada yang dilakukan secara rutin

tiap dua bulan sekali ataupun pada saat atau musim tertentu seperti misalnya pada

saat akhir tahun maupun sebelum hari raya haji di Timur Tengah. Kegiatan business

trip yang dilakukan pada saat akhir tahun, itu ditujukan untuk merespon tingginya

permintaan kain bagi keperluan seragam sekolah di tahun ajaran baru, sementara itu

kegiatan yang dilakukan sebelum hari raya haji ditujukan untuk merespon tingginya

permintaan kain pada saat hari raya haji.

Saat bertemu dengan calon pembeli (agen), perwakilan dari TIMATEX akan

mempersentasikan serta memperlihatkan sampel kain dan katalog (booklet) produk

yang mana di dalamnya berisikan potongan-potongan kain dengan model terbaru

yang dikembangkan oleh TIMATEX. Penggunaan katalog dan sampel kain ini saling

Page 29: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

29

melengkapi sebagai media dalam memasarkan produk kepada calon pembeli (agen).

Hal ini mengingat terkadang ada calon pembeli (agen) yang tidak akan sekedar

melihat tapi ia akan memegang sampel kain tersebut. Sehingga dengan ia memegang

sampel kain secara langsung maka ia bisa merasakan seperti apa keras lembutnya,

tebal tipisnya sampel kain tersebut disamping melihat motifnya.

Dalam pelaksanaannya, tidak setiap kali mengadakan business trip pasti

perusahaan mendapatkan pelanggan baru. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa

alasan diantaranya: calon pembeli (agen) kurang berminat dengan sampel bahan kain

serta motif yang ditawarkan TIMATEX, sampel bahan kain atau motif yang

ditawarkan ternyata ada yang sudah berada di pasaran, calon pembeli (agen) tertentu

tidak menghendaki jika baik kain atau motif atau kedua-duanya itu juga ditawarkan

kepada calon pembeli (agen) lainnya jika ia berniat membeli produk TIMATEX. Hal

ini karena ia ingin menjadi penjual tunggal produk TIMATEX untuk jenis kain atau

motif yang dipilihnya.

Meskipun tidak mendapatkan pelanggan baru, namun setidaknya dari kegiatan

business trip pasti akan memberikan banyak informasi yang diperlukan oleh

TIMATEX untuk mengembangkan produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan

pasar. Dalam kasus dimana calon pembeli (agen) yang kurang berminat dengan

sampel kain dan motif dari TIMATEX, maka perusahaan dapat sa ja meminta input

atau masukan tentang kain atau motif seperti apa yang dikehendaki calon pembeli

(agen) tersebut, dan nantinya ketika kembali pulang dari business trip maka

Page 30: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

30

TIMATEX dapat melakukan eksperimen ulang terhadap produknya berdasarkan

input atau masukan yang diperoleh dari calon pembeli (agen) untuk selanjutnya

ditawarkan ulang kepada calon pembeli (agen) tersebut.

Kegiatan business trip yang dilakukan oleh TIMATEX dalam memasarkan

produknya jika mengacu pada pilihan strategi global sebagaimana dikemukakan oleh

Keegan (dalam Maulana, 1999), maka bisa dikatakan termasuk dalam kategori

adaptasi ganda, di mana perusahaan menyesuaikan baik produk maupun

promosinya dengan kondisi setempat.

7. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa

kesimpulan. Ada dua hal yang dapat disimpulkan yaitu terkait dengan proses

pembentukan jaringan bisnis serta strategi pemasaran produk yang dilakukan oleh

PT. Tiga Manunggal Synthetic Industries Salatiga (TIMATEX).

Proses pembentukan jaringan bisnis TIMATEX dimulai dari membangun

jaringan bisnis dengan agennya seperti Teijin, UNICO, Kewalram, KG, dan Allarakia

untuk menmperoleh kesepakatan produk yang diminati agen. Contoh produk yang

diminati oleh agen selanjutnya diproduksi dalam jumlah tertentu. Untuk itu

diperlukan pihak pemasok bahan baku benang (TIFICO, SULINDAFIN,

DAMATEX) dan pemasok bahan pembantu proses (PT Matsumotoyushi, PT Poly

Page 31: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

31

Union Chemicals, PT Dwikarya dan PT Diatron Heris) untuk mendatangkan bahan-

bahan guna proses produksi. Produk yang selesai diproduksi, kemudian dikirim ke

agen dengan menggunakan jasa pengiriman meliputi COBRA, RPE, DHL (untuk

domestik ke pelabuhan) dan EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) untuk

pengiriman ke negara tujuan ekspor. Selain pihak-pihak terkait di atas, TIMATEX

juga menjalin hubungan kerja dengan beberapa instansi pemerintahaan seperti

misalnya dengan Departemen Tenaga Kerja (Depnaker), Departemen Lingkungan

Hidup (DLH) dan Pemerintahan kota Salatiga (Pemkot Salatiga).

Strategi pemasaran produk yang dilakukan oleh PT. Tiga Manunggal

Synthetic Industries Salatiga (TIMATEX) berupa strategi adaptasi ganda, di mana

perusahaan menyesuaikan baik produk maupun promosinya dengan kondisi

setempat.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu bahwa hasil penelitian ini tidak bisa

untuk digeneralisasikan karena menggunakan pendekatan studi kasus, dalam hal ini

kasus pada satu perusahaan saja.

Page 32: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

32

Usulan Penelitian Mendatang

Penelitian ini dapat dikembangkan lagi oleh calon peneliti berikutnya dengan

memperhatikan keterbatasan penelitian ini. Untuk itu maka ada beberapa usulan

penelitian mendatang. Pertama, melakukan kajian dengan tema yang sama namun

jumlah kasus diperbanyak, dan dalam satu industri yang sama misalnya dalam

industri tekstil. Dengan melakukan kajian pada beberapa perusahaan dalam satu

industri, nantinya bisa dibuat suatu simpulan secara umum tentang proses

pembentukan jaringan bisnis serta strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan

tekstil. Kedua, melakukan kajian dengan tema yang sama dengan mengambil kasus

perusahaan dari industri yang berbeda, sehingga nantina bisa diketahuai adanya

persamaan dan atau perbedaan proses pembentukan jaringan bisnis serta strategi

pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan dilihat dari tipe atau jenis industrinya.

Daftar Pustaka

Afriani, Iyan., 2009. Metode Penelitian Kualitatif. http://www.penalaran-unm.org.

Azwar, Saifuddin., 1998. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Cravens, David W., 1999. Pemasaran Strategis. Erlangga, Jakarta.

Page 33: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

33

Dipta, I Wayan., 2002. Membangun Jaringan Usaha Bagi Usaha Kecil Menengah.

http://www.smecda.com

Faidal, 2007. Kontribusi Jaringan Bisnis (Network) terhadap Kinerja Industri

Kecil Batik di Kabupaten Bangkalan Madura. Jurnal Studi Manajemen

Vol 1 No 2 Oktober.

Harjati, Lily., 2003. Tidak Cukup Hanya Kepuasan Pelanggan Diperlukan Nilai

Pelanggan untuk Survival, Jurnal Ekonomi Perusahaan STIE IBIE Jakarta Vol 10 No 1.

Kertajaya, Hermawan., 2000. Marketing Plus 2000 Siasat Memenangkan

Persaingan Global. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Lee, Chol dan David A. Griffith., 2004. The Marketing Strategy-Performance

Relationship in an Export-Driven Developing Economy. International Marketing Review.

Lubis, Arlina Nurbaity., 2004. Strategi Pemasaran dalam Persaingan Bisnis. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Maulana, Agus., 1999. Strategi Pemasaran Global. Agrimedia Vol 5 No 3 November.

Moleong, Lexy J., 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya,

Bandung

Porter, Michael., 1997. Keunggulan Bersaing. Binarupa Aksara, Jakarta.

Page 34: 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2603/2/T1_212007050_Full... · usiness network) dengan berbagai institusi terkait seperti pemasok, pedagang,

34

Rismiati dan Ig. Bondan Suratno, 2001. Pemasaran Barang dan Jasa, Kanisius,

Yogyakarta

Sato, Y., 2000. Linkage Formation By Small Firms: The Case of Rural Cluster in

Indonesia. Bulletin of Economics Studies Vol 36 No 1.

Simamora, Henry., 2000. Manajemen Pemasaran Internasional. Salemba Empat, Jakarta

Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Jakarta.

Sulistyawan, Arif., 2012. Strategi Pemasaran Usaha Industri Kerajinan Rotan

dalam Menembus Pasar Internasional (Studi Kasus pada Dewangga

Furniture Gatak Sukoharjo). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah, Surakarta (dipublikasikan)

Supramono dan Sugiarto., 1993. Statistika. Andi Offset, Yogyakarta.

Tjiptono, Fandy., 2001. Strategi Pemasaran. Andi Offset, Yogyakarta