1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang -...

32
2 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pemerintahan pada suatu Negara, sangat dibutuhkan adanya suatu pengawasan. Pengawasan itu sendiri diterapkan pada seluruh elemen pemerintahan dengan tujuan untuk mendukung terwujudnya good governance dan clean government. Selain itu, terwujudnya good governance dan clean government juga dapat digunakan untuk menjawab tuntutan dari masyarakat yang menginginkan adanya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, dan transparan. Seluruh elemen Pemerintahan yang dimaksudkan yaitu tidak hanya pada Pemerintahan pusat, tetapi juga pada Pemerintahan daerah. Apalagi kita ketahui saat ini, di Indonesia telah diberlakukan adanya otonomi daerah yang merupakan sistem yang menjadi penghubung antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Sistem ini lebih dikenal dengan sistem desentralisasi, yang artinya berupa penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada daerah. Dengan kata lain, pemerintah daerah berhak untuk mengatur kegiatan rumah tangganya sendiri. Untuk itu diperlukan adanya sebuah pengawasan yang bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kesalahan yang dapat mengganggu dan menghambat pencapaian tujuan organisasi itu sendiri. Seperti yang telah tercantum dalam Kep. Mendagri No.35 Tahun 2006 tentang Kebijakan Penyelenggaraan Pengawasan Pemerintah Daerah Tahun 2007, adalah sebagai berikut: 1. Pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota. 2. Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat yang disampaikan langsung oleh masyarakat dan yang diterima dari instansi maupun pelimpahan penanganan kasus dari instansi lain. 3. Pemeriksaan dalam rangka berakhirnya masa jabatan Kepala DaerahDaerah. 4. Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu maupun pemeriksaan terpadu terpadu. 5. Pemeriksaan pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan 6. Pemeriksaan khusus untuk halltertentu

Transcript of 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang -...

Page 1: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

2

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Dalam penyelenggaraan pemerintahan pada suatu Negara, sangat dibutuhkan adanya suatu

pengawasan. Pengawasan itu sendiri diterapkan pada seluruh elemen pemerintahan dengan

tujuan untuk mendukung terwujudnya good governance dan clean government. Selain itu,

terwujudnya good governance dan clean government juga dapat digunakan untuk menjawab

tuntutan dari masyarakat yang menginginkan adanya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih,

adil, dan transparan. Seluruh elemen Pemerintahan yang dimaksudkan yaitu tidak hanya pada

Pemerintahan pusat, tetapi juga pada Pemerintahan daerah.

Apalagi kita ketahui saat ini, di Indonesia telah diberlakukan adanya otonomi daerah yang

merupakan sistem yang menjadi penghubung antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

Sistem ini lebih dikenal dengan sistem desentralisasi, yang artinya berupa penyerahan

kewenangan dari pemerintah pusat kepada daerah. Dengan kata lain, pemerintah daerah berhak

untuk mengatur kegiatan rumah tangganya sendiri. Untuk itu diperlukan adanya sebuah

pengawasan yang bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kesalahan

yang dapat mengganggu dan menghambat pencapaian tujuan organisasi itu sendiri.

Seperti yang telah tercantum dalam Kep. Mendagri No.35 Tahun 2006 tentang Kebijakan

Penyelenggaraan Pengawasan Pemerintah Daerah Tahun 2007, adalah sebagai berikut:

1. Pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota.

2. Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat yang disampaikan langsung oleh

masyarakat dan yang diterima dari instansi maupun pelimpahan penanganan kasus dari

instansi lain.

3. Pemeriksaan dalam rangka berakhirnya masa jabatan Kepala DaerahDaerah.

4. Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu maupun pemeriksaan terpadu terpadu.

5. Pemeriksaan pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan

6. Pemeriksaan khusus untuk halltertentu

Page 2: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

3

Dari Kep. Mendagri No.35 Tahun 2006 tentang Kebijakan Penyelenggaraan Pengawasan

Pemerintah Daerah Tahun 2007, dapat dilihat bahwa pengawasan dan pemeriksaan merupakan

hal yang wajib dilakukan guna mewujudkan Pemerintahan Daerah yang baik. Untuk pengawasan

pada pemerintahan Daerah sendiri, kegiatan tersebut dilakukan oleh Inspektorat daerah.

Inspektorat daerah merupakan Badan Pengawas yang mempunyai tugas menyelenggarakan

kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan oleh kepala

daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal (Falah, 2006).

Inspektorat juga bertugas mengawasi setiap kegiatan instansi-instansi, dinas-dinas ataupun

SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dalam menjalankan sistem administrasinya, misalnya

pelaksanaan pertanggung jawaban anggaran dalam proses pelaksanaan keuangan, serta prosedur

pengelolaan keuangan yang harus dilaporkan sesuai batasan waktu tertib administrasi.

Pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat ditujukan untuk memonitor mekanisme

pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian tujuan, sehingga dapat tepat sasaran untuk mencapai

hasil yang efektif, efisien dan ekonomis. Inspektorat akan memberikan penilaian yang objektif

dan tidak memihak (independent), serta bekerja secara profesional dalam melakukan kegiatan

pengawasan di suatu Daerah Kota/ kabupaten. Dalam melakukan pengawasannya, Inspektorat

menggunakan SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) sebagai acuan kerjanya. Seperti

yang telah diterapkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 tahun 2008 tentang

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang menyatakan bahwa SPIP bertujuan untuk

memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya tujuan penyelenggaraan pemerintah

negara, kendala pelaporan keuangan, pengamatan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan.

Berikut merupakan item-item SPIP yang telah dipraktikkan di lingkungan Pemerintahan di

berbagai negara, meliputi:

1. Lingkungan pengendalian.

Pimpinan Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara

lingkungan dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan

mendukung terhadap pengendalian intern dan manajemen yang sehat.

Page 3: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

4

2. Penilaian risiko.

Pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi

baik dari luar maupun dari dalam.

3. Kegiatan pengendalian.

Kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa arahan pimpinan Instansi Pemerintah

dilaksanakan. Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan

organisasi.

4. Informasi dan komunikasi.

Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan Instansi Pemerintah dan pihak lain

yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat

waktu sehingga memungkinkan pimpinan Instansi Pemerintah melaksanakan pengendalian

dan tanggung jawabnya.

5. Pemantauan.

Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa

rekomendasi hasil audit dan review lainnya dapat segera ditindak lanjuti.

Dari lima item dalam SPIP tersebut, peneliti hanya menggunakan item pertama yaitu

tentang Lingkungan Pengendalian. Lingkungan pengendalian yang dilihat adalah Lingkungan

pengendalian yang ada pada SKPD Kabupaten Semarang. Dalam konteks otonomi daerah di

Indonesia, yang dimaksud dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah Kecamatan

Kabupaten atau Kota yang mempunyai wilayah kerja tertentu yang dipimpin oleh

seorang Camat. Sedangkan seorang Camat sendiri berkedudukan di bawah dan bertanggung

jawab kepada bupati/ wali kota melalui sekretaris daerah. Organisasi kecamatan dipimpin oleh 1

(satu) camat, 1 (satu) sekretaris, paling banyak 5 (lima) seksi yang masing-masing dipimpin oleh

1 (satu) kepala seksi, dan sekretariat membawahi paling banyak 3 (tiga) sub bagian yang masing-

masing dikepalai oleh 1 (satu) kepala sub bagian.

Page 4: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

5

Namun terkadang masih terdapat kendala yang dihadapi oleh Inspektorat, kendala tersebut

menimbulkan berbagai masalah yang dapat menghambat tercapainya tujuan yang diharapkan. Di

Indonesia sendiri, tujuan yang ingin dicapai untuk bisa mewujudkan pemerintahan yang baik dan

benar belum sepenuhnya berjalan sesuai harapan. Masih terdapat kendala atau masalah yang

terjadi seperti kecurangan, korupsi atau belum maksimalnya para staf Inspektorat dalam

melakukan pengawasan yang bisa menimbulkan kerugian material yang besar.

Seperti pada kasus Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang kembali memanggil

pejabat di lingkungan pemerintah kota Semarang. KPK memanggil Kepala Inspektorat Kota

Semarang Cahyo Bintarum untuk diperiksa dalam kasus dugaan suap terkait pembahasan APBD

dengan tersangka Walikota Semarang Soemarmo HS. Selain Cahyo, KPK juga memanggil

Asisten IV Pemkot Semarang Masdiana Safitri. Dua Pegawai Negeri Sipil Kota Semarang I

Gusti Made Agung dan Agus Riyanto juga dipanggil. Semua itu dinilai sebagai bentuk lemahnya

pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat (Suara Merdeka Jawa Tengah. Semarang. 16 April

2012).

Selain dari contoh kasus tersebut, Penelitian ini juga memiliki acuan atau referensi pada

penelitian sebelumnya tentang Audit internal pada sektor publik di Malaysia. penelitian tersebut

meneliti tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh audit internal di Malaysia

(Ahmad, et al.,2009). Perkembangan pesat dalam infrastruktur dan industri diposisikan Malaysia

di dalam globalisasi dan pasar dunia. Ini memperbesar peran penting audit internal untuk

memastikan transparansi, integritas, kualitas dan perbaikan layanan yang bertujuan positif tetap

menjadi titik akhir dari setiap area proses. Penelitian ini mengeksplorasi pentingnya audit

internal di sektor publik Malaysia. Data dikumpulkan dari responden yaitu kepada kepala auditor

internal, auditor internal dan staf lain dari departemen audit internal dari kategori departemen

dan badan-badan sektor publik di Malaysia. Studi ini menyimpulkan bahwa fungsi audit internal

dalam sektor publik di Malaysia dibatasi oleh kekurangan pegawai, terhambat oleh dukungan

memadai dari manajemen puncak, auditor jarang memperpanjang kerjasama penuh mereka. Para

auditor kurang pengetahuan dan pelatihan yang tepat tentang pendekatan audit yang efektif.

Dari contoh kasus yang terjadi di lingkungan Inspektorat Kota Semarang dan juga referensi

tentang Audit internal pada sektor publik di Malaysia, dapat disimpulkan bahwa permasalahan

yang terjadi adalah tentang staf pengawas pada Inspektorat ataupun pada sektor publik yang

Page 5: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

6

bertindak selaku auditor internal tersebut belum melakukan tugasnya sesuai dengan aturan yang

berlaku sebagaimana mestinya. Dari masalah tersebut, Penelitian ini dilakukan untuk bisa

melihat persepsi persepsi pejabat pengawas Inspektorat terhadap lingkungan pengendalian di

SKPD Kabupaten Semarang dan juga untuk mengetahui faktor apa yang dapat mempengaruhi

efektivitas fungsi pengawasan dari para staf pengawas Inspektorat.

Kabupaten Semarang dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan Kabupaten Semarang

merupakan domisili dari Peneliti, sehingga mudah untuk dijangkau serta dapat menghemat waktu

dan dana yang digunakan peneliti untuk melakukan Penelitian ini. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui persepsi pengawas Inspektorat terhadap lingkungan pengendalian di SKPD di

Kabupaten Semarang dan dapat juga memberikan wawasan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas fungsi pengawasan yang dilakukan oleh pengawas Inspektorat

terhadap SKPD di Kabupaten Semarang.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana persepsi pejabat pengawas Inspektorat terhadap lingkungan pengendalian di

SKPD Kabupaten Semarang ?

2. Bagaimana persepsi pejabat pengawas Inspektorat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

efektivitas fungsi pengawasan ?

2. Telaah Teoritis

2.1. Audit Internal

Audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi, guna

menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan guna memberikan saran-

saran kepada manajemen (Bambang,1999). Sedangkan untuk Auditor Internal menurut Mulyadi

(2002:29), adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun

perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur

yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya

penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan

organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian

organisasi.

Page 6: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

7

Peran auditor internal adalah:

1. Auditor internal bertanggung jawab kepada manajemen dan dewan, dalam menyediakan

informasi tentang kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal dan kualitas

kinerja.

2. Auditor internal memastikan kepatuhan terhadap semua keuangan, personalia, pemberian

pinjaman, pengolahan data, kebijakan dan prosedur administratif lainnya, serta ekonomi,

efisiensi dan efektivitas tentang sumber daya yang digunakan.

3. Audit internal merupakan alat control manajemen utama untuk memberikan keyakinan

kepada manajamen bahwa informasi keuangan diserahkan kepada manajemen untuk

membantu dalam pengambilan keputusan yang handal, akurat dan berdasarkan catatan yang

handal dan dinyatakan untuk memberikan informasi tentang kekurangan dalam organisasi

ataupun sistem pengendalian internal, serta menyoroti pratek manajemen yang memerlukan

tindakan korektif.

Fungsi audit internal menurut Boynton (2003: 8), adalah melaksanakan fungsi pemeriksaan

internal yang merupakan suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk

menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilakukan. Audit internal juga dapat

berfungsi sebagai alat bantu bagi manajemen untuk menilai efisien dan keefektifan pelaksanaan

struktur pengendalian intern perusahaan, kemudian memberikan hasil berupa saran atau

rekomendasi dan memberi nilai tambah bagi manajemen yang akan dijadikan landasan

mengambil keputusan atau tindak selanjutnya. Dengan demikian, auditor internal pemerintah

daerah memegang peranan yang sangat penting dalam proses terciptanya akuntabilitas dan

transparansi pengelolaan keuangan di daerah.

Kemudian untuk tujuan adanya audit internal menurut Sukrisno Agoes (2004:222), adalah

membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya

dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang

diperiksanya. Tujuan pemeriksaan mencakup pula usaha mengembangkan pengendalian yang

efektif dengan biaya yang wajar. Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus

melakukan kegiatan-kegiatan berikut:

Page 7: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

8

a. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari system pengendalian

manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional lainnya serta

mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

b. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang telah

ditetapkan oleh manajemen.

c. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari

kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan.

d. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya.

e. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh

manajemen.

f. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan

efektifitas.

Dalam pelaksanaannya, auditor internal memiliki tanggungjawab seperti memberikan

informasi dan saran-saran kepada manajemen atas kelemahan-kelemahan yang ditemukannya

serta mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas yang ada dalam perusahaan untuk mencapai tujuan

audit dan tujuan organisasi atau perusahaan. Dalam melaksanakan tanggungjawab yang

dibebankan, auditor internal mendapatkan kewenangan dengan diberikannya keleluasan untuk

melakukan audit terhadap catatan-catatan, harta milik, operasi/aktivitas yang sedang berjalan dan

termasuk juga para pegawai badan usaha tersebut.

2.2. Audit Internal Pada Pemerintahan

Pemeriksaan yang dilakukan Inspektorat selaku auditor internal, baik terhadap laporan

keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen

puncak yang telah ditentukan dan juga ketaatan terhadap peraturan pemerintah yang berlaku.

Inspektorat akan melakukan kegiatan audit secara terus menerus untuk meninjau atau melakukan

tindak lanjut guna memastikan bahwa temuan-temuan hasil pemeriksaan yang dilaporkan telah

dilakukan tindakan penanganan yang tepat. Auditor internal juga harus memastikan apakah suatu

tindakan korektif telah dilakukan dan memberikan berbagai hasil seperti yang diharapkan,

ataukah manajemen senior atau dewan telah menerima risiko akibat tidak melakukan tindakan

korektif terhadap berbagai temuan yang telah dilaporkan oleh auditor internal. Sedangkan

Inspektorat sendiri adalah perangkat yang di tunjuk oleh kepala daerah untuk menjamin agar

Page 8: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

9

Pemerintahan Kota atau Kabupaten dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana serta

aturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.

Menurut johnson (1996), tugas-tugas umum auditor internal pada sektor publik meliputi :

a. Memberikan salinan atas rekening yang telah diaudit berupa laporan.

b. Para auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah memberikan pandangan yang

benar dan wajar terhadap urusan operasi manjemen.

c. Auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah memberikan semua informasi di

bawah perundang-undangan yang telah ditetapkan.

d. Auditor internal harus melaporkan jika terdapat ketidakpuasan atas laporan keuangan.

Peran dan fungsi inspektorat secara umum diatur dalam pasal 4 Peraturan Menteri Dalam

Negeri No 64 tahun 2007. Dalam pasal tersebut, dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas

pengawasan urusan pemerintahan, inspektorat mempunyai fungsi dan perannya sendiri.

Inspektorat mempunyai fungsi menyusun perencanaan program pengawasan; melakukan

perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan; melaksanakan pemeriksaan, pengusutan,

pengujian dan penilaian tugas pengawasan; dan menyelenggarakan tugas lain yang diberikan

sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. Sedangkan untuk peran Inspektorat sendiri di suatu

daerah adalah untuk membantu pemerintah daerah dalam menanggulangi permasalahan dan

mengawasi setiap kegiatan instansi di dinas SKPD-SKPD dalam menjalankan tugas sesuai

dengan ketentuan yang berlaku, mengawasi segala kegiatan aparatur pemerintahan dalam segala

kegiatan, serta memonitoring mekanisme dalam pelaksanaan kegiatan dalam pencapai tujuannya.

Pada item-item SPIP menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 tahun

2008, hanya digunakan item lingkungan pengendalian untuk mengetahui persepsi dari para staf

pengawas Inspektorat. Hal ini dikarenakan pada item-item lingkungan pengendalian menjelaskan

tentang hal yang paling mendasar dalam melakukan pengawasan. Item lingkungan pengendalian

menjelaskan, bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan

memelihara lingkungan dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan

mendukung terhadap pengendalian intern dan manajemen yang sehat. Dengan kata lain, apabila

lingkungan dalam sebuah organisasi telah dapat menimbulkan perilaku positif bagi para staf

pengawas, maka para staf pengawas tersebut akan dapat melakukan kegiatan pengawasan dengan

baik dan juga tetap independent dalam melakukan penilaian terhadap permasalahan yang

Page 9: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

10

dihadapi pihak yang diawasi. Selain itu, pada lingkungan pengendalian juga mencakup tentang

penyusunan dan penerapan aturan perilaku, hubungan baik antara pengawas dan pihak yang

diawasi, menilai sikap mental pengawas, dan menilai kinerja dari pihak pengawas.

Hasil kerja para staf pengawas pada Inspektorat dapat dikatakan baik apabila telah dapat

menjalankan tugas mereka guna mengawasi berjalannya kegiatan pada SKPD supaya dapat

sesuai dengan aturan yang berlaku sebagaimana mestinya. Selain itu, terdapat juga faktor-faktor

yang mempengaruhi efektivitas kinerja auditor internal sehingga menghasilkan pengawasan yang

efektif. Seperti pada The Effectiveness of Internal Audit in Malaysian Public Sector, Hung dan

HAN (1998) menyatakan terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit internal di

instansi pemerintahan, diantaranya sikap positif dari kontroler untuk pekerjaan audit internal,

pendidikan yang dirancang dengan baik dan pelatihan auditor internal yang berguna untuk

meningkatkan kinerja staf pengawas. Temuan pada penelitian sebelumnya tersebut juga

menunjukkan bahwa rata-rata, evaluasi kinerja secara berkala dari auditor internal, sikap positif

dari kontroler untuk pekerjaan audit internal, dan tingkat pendidikan yang memadai dan

pelatihan auditor internal yang berguna untuk meningkatkan kinerja manajemen. Berbeda

dengan Hung dan Han (1998), annual et. al, 2001 menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi

efektivitas internal audit adalah ketrampilan interpersonal, komitmen auditor internal dan

dukungan dari komite audit dan BOD, kinerja dan integritas auditor, kompetensi audit,

pengetahuan auditor internal terhadap operasi bisnis perusahaan dan industrinya, dan sikap

independen auditor.

Adapula beberapa alasan yang dapat memicu ketidakefektifan audit internal dalam

mengawasi manajemen sektor publik adalah sebagai berikut:

a. Lack of audit manual

Tidak adanya panduan standar audit internal dan rencana audit kerja secara terperinci akan

mempengaruhi kualitas pekerjaan audit terutama untuk audit internal baik non-akuntan ataupun

akuntan yang non-qualified.

Page 10: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

11

b. Non-Career Auditors and lack of growth prospect

Karir auditor yang memenuhi syarat professional akuntan memiliki level atau status

dibawah dengan yang dimiliki oleh rekan-rekan professional mereka di departemen keuangan

sebagai auditee. Hal ini memberikan auditee keuntungan dan perasaan superioritas kepada

auditor internal maka mereka dapat menahan akses auditor untuk mendapatkan informasi dengan

ketidakseimbangan proses arus informasi sehingga informasi yang didapatkan auditor adalah

informasi yang mereka ingin sediakan untuk dilihat oleh auditor.

c. Reporting structure and professional independence

Pada masa lalu auditor internal merupakan sebuah unit dari accounts department, tetapi

untuk menjamin independensi auditor, auditor internal harus melaporkan langsung kepada kepala

eksekutif. Perubahan ini berdampak negatif karena kebanyakan kepala eksekutif merupakan

pemegang jabatan politik, yang tidak memiliki kepentingan permanen dan mengarah ke non-

komitmen untuk laporan audit internal.

d. Scope of work

tidak adanya definisi yang tepat dari tugas, hak, keistimewaan dan keterbatasan auditor

internal sehingga dapat menghambat auditor untuk melakukan tugasnya dengan hasil yang

memuaskan.

e. Privileges of office

kurangnya upah yang memadai dan pra-syarat kantor telah membuat beberapa auditor

internal ikut andil dalam melakukan kecurangan.

f. Hazards of office

faktor lain yang menghambat efisiensi audit internal adalah resiko yang dihadapi oleh

auditor internal yang jujur dan berprinsip. Auditor mungkin akan dihadapkan pada masalah-

masalah yang dapat mengganggu kehidupan dan sifat dari auditor internal.

Page 11: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

12

3. Metode Penelitian

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer, yang didapatkan dari survei

melalui kuisioner dan wawancara. Kuisioner dan wawancara ini ditujukan kepada seluruh staf

pengawas Inspektorat Kabupaten Semarang. Kuesioner yang digunakan terdiri dari dua bagian.

Bagian pertama berisi tentang persepsi pejabat pengawas Inspektorat terhadap lingkungan

pengendalian dan bagian kedua berisi tentang faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi

pengawasan para staf pengawas. Kemudian untuk wawancara, terdiri dalam 3 kategori

pertanyaan mengenai kondisi kualitas para staf pengawas di Inspektorat Kabupaten Semarang

dalam melakukan pengawasannya. Wawancara tersebut yang meliputi tentang kompetensi yang

dimiliki oleh para staf pengawas, objektivitas staf pengawas, dan juga kualitas kinerja yang ada

pada Inspektorat Kabupaten Semarang.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi data yang diteliti adalah seluruh staf pengawas Inspektorat Kabupaten Semarang.

Sedangkan untuk sampelnya sendiri, didapatkan dari seluruh staf pengawas Inspektorat

Kabupaten Semarang yang mengetahui tentang lingkungan pengendalian yang ada pada SKPD

di kabupaten Semarang. Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel

yaitu dengan menggunakan non probability sampling. Dari teknik sampling tersebut, dipilih

purposive sampling karena sampel didapatkan dengan memilih responden yang dinilai benar-

benar memiliki informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Sehingga dari seluruh staf pengawas

Inspektorat Kabupaten Semarang yang berjumlah 38 orang, hanya 20 orang yang dipilih karena

dinilai mengetahui dan berhubungan langsung dalam hal pengawasan terhadap 50 SKPD yang

ada di Kabupaten Semarang. Sedangkan untuk wawancara dilakukan langsung terhadap 6 orang

yang mengerti tentang pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat yang telah ditentukan

sebelumnya. Respondennya terdiri dari Sekertaris, Inspektorat Kabupaten Semarang, Inspektur

Wilayah Bagian I, Inspektur Wilayah Bagian II, Inspektur Wilayah Bagian III, Seksi Pengawas

Pemerintah Bidang Pembangunan dan Kemasyarakatan, Seksi Pengawas Pemerintah Bidang

Pemerintahan.

Page 12: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

13

3.3. Metode Pengumpulan Data

1. Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyusun kuesioner dengan

pertanyaan yang diperoleh dari item lingkungan pengendalian SPIP pada bagian pertama

dan untuk bagian kedua didasarkan pada Ahmad, et al., 2009

2. Penentuan respoden dilakukan dengan cara bertanya kepada sekretariat Inspektorat

mengenai jumlah staf yang mengetahui tentang lingkungan pengendalian yang ada pada

SKPD di Kabupaten Semarang

3. Kemudian memberikan langsung kuesioner kepada responden agar tidak terjadi adanya

salah sasaran sekaligus memberikan penjelasan tentang tujuan dan isi dari kuesioner

kepada responden yang melakukan pengisian

4. Menunggu responden pada saat melakukan pengisian serta membimbing dan membantu

responden pada saat responden mengalami kesulitan atau kurang mengerti dengan maksud

dari pertanyaan yang terdapat pada kuesioner

5. Pada bagian pertama kuesioner, peneliti meminta persepsi dari responden mengenai baik

atau buruknya lingkungan pengendalian menurut staf pengawas Inspektorat. Informasi

yang digunakan di dalam penelitian ini adalah informasi dari internal audit Ahmad, et al.,

2009. (skala 1 : sangat buruk; skala 5 : sangat baik)

6. Pada bagian kedua kuesioner, peneliti meminta persepsi responden mengenai setuju atau

tidaknya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi staf pengawas.

Informasi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah informasi dari internal audit

Ahmad, et al., 2009. (skala 1 : sangat tidak setuju; skala 5 : sangat setuju)

7. Dari hasil yang diperoleh pada point 5 dan 6, tiap item informasi dihitung rata-ratanya.

8. Untuk melihat tingkat persepsi responden, maka digunakan rumus interval sebagai berikut:

Dimana

I = Interval

K = Kategori jawaban

Max = Nilai tertinggi

Min = Nilai terendah

Page 13: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

14

Range Kriteria

1,00 ­ 1,80

1,81 - 2,60

2,61 - 3,40

3,41- 4,20

4,21-5,00

Sangat Tidak Setuju/Sangat buruk

Tidak Setuju/buruk

Netral/Cukup

Setuju/Baik

Sangat Setuju/Sangat baik

9. Dalam kuesioner ini juga diberikan ruang kosong untuk menampung informasi yang

dianggap penting oleh responden tentang faktor-faktor lain apa yang mempengaruhi

efektivitas dari fungsi pengawasan.

10. Setelah didapat data-data dari persepsi responden, kemudian dilakukan analisis data dengan

menggunakan metode statistik deskriptif, untuk dapat memaknai data yang telah didapat

dari hasil penelitian.

11. Untuk mendapat informasi yang lebih mendalam, selain menggunakan kuesioner, data

didapat dengan melakukan wawancara mendalam terhadap beberapa responden pada

Inspektorat yang berkompeten mengenai tema yang diangkat dalam Penelitian ini.

3.4. Analisis Data

Setelah didapat data dari hasil penyebaran kuesioner di Inspektorat Kabupaten Semarang,

langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah melakukan analisis data dengan

menggunakan metode statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan

untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

Page 14: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

15

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau

generalisasi (Sugiyono, 2008).

Langkah pertama yang dilakukan dalam menganalisis data adalah memasukan data dari

hasil kuesioner kemudian dipisahkan menurut bagian yang terdapat pada kuesioner. Langkah

kedua menjumlahkan skor dari setiap item-item kuesioner. Langkah ketiga mencari rata-rata

pada setiap item-item tersebut. Dari hasil rata-rata tersebut dapat dikelompokan kriteria sesuai

dengan interval yang telah ditetapkan pada metode pengumpulan data sehingga setiap item

kuesioner dapat disimpulkan hasilnya.

4. Temuan dan Pembahasan

4.1. Tugas Pokok dan Fungsi Inspektorat

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 19 tahun 2008 tentang

organisasi dan tata kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat, lembaga teknis

daerah dan kantor pelayanan perijinan terpadu Kabupaten Semarang, tugas pokok dan fungsi

inspektorat Kabupaten Semarang dijabarkan sebagai berikut:

1. Inspektur

Inspektur Kabupaten Semarang mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dan pelaksanaan

pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintah daerah. Sedangkan fungsinya adalah:

a. Perencanaan Program pengawasan.

b. Perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan.

c. Pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan.

d. Pembinaan dan pelaksanaan pengawasan daerah meliputi Wilayah I, Wilayah II, Wilayah

III dan Wilayah IV.

e. Pelaksanaan pelayanan ke Sekertariatan Inspektorat.

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretariat

Sekrertariat mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan koordinasi pengawasan dan

memberikan pelayanan teknis administrasi, meliputi urusan keuangan, umum dan kepegawaian,

Page 15: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

16

perencanaan dan evaluasi, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas inspektorat. Untuk

menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Sekertariat mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana kegiatan keSekertariatan.

b. Penyiapan bahan koordinasi dan pengendalian rencana dan program kerja pengawasan.

c. Penghimpunan, pengelolaan, penilaian dan penyimpanan laporan hasil pengawasan.

d. Penyusunan bahan data dalam rangka pembinaan teknis fungsional.

e. Penyusunan, penginventarisasian dan pengolahan data dalam rangka penatausahaan

proses penanganan pengaduan.

f. Penyiapan bahan pembinaan teknis pengawasan.

g. Pengkoordinasian penyiapan bahan penyusunan laporan penyelenggaraan tugas

inspektorat.

h. Pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian, dan umum.

i. Pengendalian, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas Sekertariat.

j. Pembinaan dan pengarahan kepada bawahan.

k. Penilaian pelaksanaan tugas bawahan

l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang tugasnya.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut di atas sekertariat terdiri dari:

a. Sub bagian Perencanaan dan evaluasi mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan

penyusunan, penghimpun, mengolah, menilai dan menyimpan laporan hasil pengawasan

aparat pengawasan fungsional dan melakukan administrasi pengaduan masyarakat, serta

menyusun laporan kegiatan pengawasan.

b. Sub bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok melakukan urusan

kepegawaian, ketatausahaan, rumah tangga, perlengkapan, surat menyurat, perpustakaan,

kehumasan dan protocol.

c. Sub bagian Keuangan mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan rencana kegiatan dan

melaksanakan pengendalian, pembiayaan, pengelolaan administrasi keuangan serta

menyajikan data sebagai bahan evaluasi.

3. Inspektur Pembantu Wilayah

Inspektur Pembantu Wilayah mempunyai tugas pokok membantu inspektur dalam

melaksanakan pengawasan terhadap pengawasan terhadap penyelenggarakan urusan perintahan

Page 16: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

17

daerah dan kasus pengaduan di perangkatan daerah sesuai wilayah kerjanya. Untuk melakukan

tugas pokok tersebut, Inspektur pembantu wilayah menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional pengawasan bidang

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan pada wilayah kerjanya.

b. Penyiapan bahan penyusunan rencana kerja pengawasan pada wilayah kerjanya.

c. Pengkoordinasian pelaksanaan pengawasan.

d. Pelaksanaan pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas-tugas pengawsan di

wilayah kerjanya.

e. Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan urusan pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan di wilayah kerjanya.

f. Pengendalian, evaluasi dan pelaporan atas pelaksanaan tugas di wilayah kerjanya.

g. Pembinaan dan pengarahan tugas bawahan.

h. Penilaian pelaksanaan tugas bawahan.

i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana tersebut di atas, Inspektur

Wilayah Pembantu terdiri dari:

a. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan mempunyai tugas pokok membantu

Inspektur pembantu dalam melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan

pemerintahan bidang pembanguan, meliputi pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan

penilaian tugas pengawsan dan kasus atas pengaduan serta pelaporan.

b. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan mempunyai tugas pokok membantu

Inspektur pembantu dalam melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan

pemerintahan, meliputi pemeriksaan, pengusutan, penguian dan penilaian tugas

pengawasan dan kasus atas pengaduan serta pelaporan.

c. Seksi pengawasan Pemerintah Bidang Kemasyarakatan mempunyai tugas pokok

membantu Inspektur Pembantu dalam melakukan pengawasaan terhadap peyelenggaraan

urusan pemerintahan bidang kemasyarakat, meliputi pemeriksaan, pengusutan, pengujian

dan penilaian tugas pengawasan dan kasus atas pengaduan serta pelaporan.

4. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan yang menunjang

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Inspektorat sesuai dengan keahlian bidang masing-masing.

Page 17: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

18

4.2. Gambaran secara umum responden penelitian

Secara umum responden pada penelitian ini dibagi menurut jenis kelamin, usia, pendidikan

terakhir, dan lama bekerja. Dari total 20 orang yang berhubungan langsung dengan pengawasan

tersebut, yang bersedia dan tidak berhalangan untuk mengikuti penelitian ini adalah sebanyak 19

orang (95%). Menurut jenis kelamin, penelitian ini didominasi oleh responden laki-laki yaitu

laki-laki berjumlah 11 orang dan perempuan berjumlah 8 orang. Menurut usia, penelitian ini

memiliki lebih banyak responden yang berusia kurang dari sama dengan 50 tahun. Menurut

pendidikan terakhir responden dalam penelitian ini yang berkisar antara D3, S1, dan S2,

didominasi oleh responden yang berpendidikan terakhir S1. Sedangkan untuk masa jabatan

responden dibagi menjadi tiga, yaitu antara 1 sampai 10 tahun, 11 sampai 20 tahun, dan 20 tahun

ke atas, temuan pada penelitian ini menunjukan bahwa penelitian ini didominasi oleh responden

yang memiliki masa jabatan 20 tahun ke atas (lihat lampiran 1, hal. 34).

4.3. Persepsi responden terhadap item-item di dalam kuesioner

4.3.1. Persepsi pejabat pengawas Inspektorat terhadap lingkungan pengendalian di SKPD

Kabupaten Semarang

Pada bagian ini diuraikan tentang persepsi pejabat pengawas Inspektorat terhadap

lingkungan pengendalian di SKPD Kabupaten Semarang seperti yang ditunjukan pada tabel

4.3.1.

Tabel 4.3.1.

Persepsi pejabat pengawas Inspektorat terhadap lingkungan pengendalian di SKPD

Kabupaten Semarang

No Item informasi Total

Skor

Rata-

rata Persepsi

Integritas dan nilai etis

1 Penyusunan dan Penerapan aturan perilaku

pada SKPD 73 3.84 Baik

Page 18: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

19

No Item informasi Total

Skor

Rata-

rata Persepsi

2 Pemberian keteladanan pelaksanaan aturan

perilaku pada setiap pimpinan SKPD 69 3.63 Baik

3

Penegakan kedisiplin yang tepat atas

penyimpangan terhadap kebijakan dan

prosedur pada lingkungan pengendalian

SKPD

59 3.11 Cukup

4

Penjelasan serta pertanggungjawaban

terhadap adanya intervensi atau pengabaian

pengendalian intern pada SKPD

59 3.11 Cukup

5

Penghapusan kebijakan dan penugasan

yang dapat mendorong perilaku tidak etis di

lingkungan pengendalian SKPD

64 3.37 Cukup

Komitmen terhadap kompetensi

1

Pengidentifikasi serta penetapan kegiatan

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

tugas dan fungsi pada masing-masing posisi

72 3.79 Baik

Page 19: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

20

No Item informasi Total

Skor

Rata-

rata Persepsi

2

Penyusunan standar kompetensi untuk

setiap tugas dan fungsi pada masing-masing

posisi

66 3.47 Baik

3

Penyelenggarakan pelatihan dan

pembimbingan untuk membantu pegawai

mempertahankan dan meningkatkan

kompetensi pekerjaannya

57 3.00 Cukup

4

Pemilihan pimpinan SKPD yang memiliki

kemampuan manajerial dan pengalaman

teknis yang luas dalam pengelolaannya

63 3.32 Cukup

Kepemimpinan yang kondusif

1 Pertimbangan resiko dalam pengambilan

keputusan 62 3.26 Cukup

2

Pemberian peringatan dini dan peningkatan

efektivitas manajemen risiko dalam

penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi

Pemerintah

61 3.21 Cukup

Page 20: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

21

No Item informasi Total

Skor

Rata-

rata Persepsi

3

Pemeliharaan dan peningkatan kualitas tata

kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi

Instansi Pemerintah

61 3.21 Cukup

4

Penerapan manajemen berbasis kinerja,

mendukung fungsi tertentu dalam

penerapan SPIP pada lingkungan SKPD

66 3.47 Baik

5

Perlindungan atas aset dan informasi dari

akses dan penggunaan yang tidak sah di

lingkungan SKPD

69 3.63 Baik

6

Interaksi secara intensif dengan pejabat

pada masing-masing instansi atau

organisasi pada tingkatan yang lebih rendah

66 3.47 Baik

7

Respon secara positif terhadap pelaporan

yang berkaitan dengan keuangan,

penganggaran, program dan kegiatan pada

SKPD

60 3.16 Cukup

Struktur organisasi

1 Penyediaan dan pemanfaatan berbagai

bentuk dan sarana komunikasi pada SKPD 61 3.21 Cukup

Page 21: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

22

No Item informasi Total

Skor

Rata-

rata Persepsi

2

Pengelolaan, pengembangan dan

pembaharuan sistem informasi secara terus

menerus

60 3.16 Cukup

3 Pemberian kejelasan dan wewenang serta

tanggung jawab di lingkungan SKPD 67 3.53 Baik

4 Pemberian kejelasan hubungan dan jenjang

pelaporan intern dalam SKPD 68 3.58 Baik

Kebijakan praktek SDM

1

Pelaksanaan evaluasi dan penyesuaian

periodik terhadap struktur organisasi pada

SKPD yang sehubungan dengan perubahan

lingkungan strategis

68 3.58 Baik

2 Penelusuran latar belakang calon pegawai

dalam proses rekrutmen pada SKPD 58 3.05 Cukup

3 Supervise periodik yang memadai terhadap

pegawai pada SKPD 60 3.16 Cukup

Page 22: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

23

No Item informasi Total

Skor

Rata-

rata Persepsi

4 Penyesuaian dengan ukuran dan sifat

kegiatan di SKPD 62 3.26 Cukup

5 Penetapan jumlah pegawai yang sesuai,

terutama untuk posisi pimpinan di SKPD 57 3.00 Cukup

Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan hasil temuan di atas, dapat dilihat secara rata-rata bahwa setiap item-item

lingkungan pengendalian pada SPIP telah diterapkan dengan cukup baik oleh para staf

pengawas. Responden dalam hal ini adalah para staf inspektorat Kabupaten Semarang, secara

rata-rata menilai setiap item-item lingkungan pengendalian SPIP dengan skor 3. Sehingga jika

dilihat secara keseluruhan, dapat disimpulkan dari hasil pengisian kuesioner oleh responden

tentang persepsi para staf pengawas inspektorat terhadap lingkungan pengendalian di SKPD

Kabupaten Semarang adalah cukup baik. Terdapat 2 persepsi di setiap item lingkungan

pengendalian yang tertera pada bagian pertama untuk hasil kuesioner ini, sebagian dari para

Responden memberikan persepsi baik untuk item lingkungan pengendalian yang ditanyakan dan

sebagian menjawab cukup baik. Untuk 25 pertanyaan yang diperoleh dari item lingkungan

pengendalian yang ditanyakan pada kuesioner bagian pertama ini, terdapat 10 item lingkungan

pengendalian di SKPD Kabupaten Semarang yang telah dianggap dilakukan baik dan sebanyak

15 lainnya dianggap masih cukup baik dalam penerapannya. Jadi dengan kata lebih banyak item

pertanyaan yang mendapat jawaban cukup baik dibandingkan dengan jawaban baik.

Dari jawaban para responden mengenai persepsi mereka tentang lingkungan pengendalian

di SKPD Kabupaten Semarang, diduga bahwa para responden menginginkan agar item

pertanyaan dengan persepsi cukup baik supaya bisa diperbaiki atau mungkin bisa ditingkatkan

lagi agar bisa menjadi baik. Responden berpendapat bahwa tidak terjadi masalah besar yang

dialami Inspektorat jika dilihat dari penerapan lingkungan pengendalian pada SKPD di

Page 23: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

24

Kabupaten Semarang. Pendapat tersebut dapat disimpulkan jika dilihat dari persepsi pejabat

pengawas Inspektorat dalam kuesioner bagian pertama yang tidak terdapat jawaban buruk atau

sangat buruk. Hal ini didasarkan pada tujuan item lingkungan pengendalian, yang

mengungkapkan bahwa lingkungan pengendalian merupakan hal yang paling mendasar yang

harus diterapkan.

Item lingkungan pengendalian yang mendapat jawaban cukup baik dari pejabat pengawas

Inspektorat harus bisa segera ditingkatkan menjadi baik ataupun lebih baik lagi. Semua itu

dikarenakan keseluruhan dari item lingkungan pengendalian merupakan hal yang penting yang

harus bisa diterapkan dengan baik. Untuk tiap bagian pada item lingkungan pengendalian yang

meliputi integritas dan nilai etis, komitmen terhadap kompetensi, kepemimpinan yang kondusif,

struktur organisasi, dan pada kebijakan praktek Sumber Daya Manusia di SKPD Kabupaten

Semarang masih terdapat jawaban cukup baik dalam penerapannya menurut persepsi para

pengawas. Seperti halnya pada tindak lanjut terhadap temuan hasil pemeriksaan yang dilaporkan

serta tindakan penanganannya belum dilakukan dengan baik oleh SKPD di Kabupaten Semarang.

Kemudian tentang penyelenggaraan pelatihan dan pembimbingan, serta pemilihan terhadap

pimpinan SKPD juga dinilai belum baik karena pimpinan SKPD dinilai kurang memiliki

kemampuan manajerial serta pengalaman teknis yang luas.

Berdasarkan penerapan item lingkungan pengendalian di SKPD Kabupaten Semarang,

responden beranggapan bahwa memang tidak terdapat masalah yang timbul akibat penerapan

lingkungan pengendalian di SKPD Kabupaten Semarang tersebut. Namun menurut responden,

penerapan item lingkungan pengendalian di SKPD Kabupaten Semarang harus segera diperbaiki

karena belum seluruhnya item tersebut diterapkan dengan baik oleh SKPD di Kabupaten

Semarang.

4.3.2. Persepsi Responden Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas

Fungsi Para Staf Pengawas

Pada bagian ini diuraikan tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi

Para Staf Pengawas seperti yang ditunjukan pada tabel 4.3.2.

Page 24: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

25

Tabel 4.3.2.

Persepsi Responden Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi

Para Staf Pengawas

No Item informasi Total Skor Rata-rata Persepsi

1 Kualitas Pengawas yang mengawasi

SKPD 72 3.79 Setuju

2 Dukungan dari Pimpinan SKPD 76 4.00 Setuju

3 Kecukupan sumber daya manusia

dan dana operasional yang memadai 73 3.84 Setuju

4 Kerjasama diantara staf pengawas 74 3.89 Setuju

Sumber: Data Primer, 2012

Dari data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa secara rata-rata responden menilai item-

item yang diajukan dalam kuesioner merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

efektivitas dalam fungsi pengawasan. Para responden berpendapat bahwa kualitas pengawas

yang mengawasi SKPD berpengaruh terhadap efektivitas fungsi staf pengawas, dikarenakan

pengawas harus memiliki keterampilan dan pengalaman yang memadai agar dapat menjalankan

tugasnya dengan baik. Pelatihan teknis pengawas juga berpengaruh terhadap kualitas pengawas

untuk menjalankan peran, fungsi, dan tanggung jawab sebagai auditor internal. Seperti pada

penelitian sebelumnya The Effectiveness of Internal Audit in Malaysian Public Sector, Hung dan

HAN (1998) menyatakan terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit internal di

instansi pemerintahan, diantaranya sikap positif dari kontroler untuk pekerjaan audit internal,

pendidikan yang dirancang dengan baik dan pelatihan auditor internal yang berguna untuk

meningkatkan kinerja staf pengawas.

Page 25: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

26

Kemudian untuk dukungan dari pimpinan SKPD, responden menyatakan setuju bahwa

ini juga termasuk faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas dari fungsi pengawasan.

Inspektorat dalam melakukan pengawasan di SKPD harus mendapat dukungan dari pimpinan

SKPD untuk melakukan pertimbangan atas temuan audit. Dengan tidak adanya dukungan dari

pimpinan SKPD maka sulit bagi auditor internal untuk menerapkan fungsi dari audit internal.

Hal ini juga dijelaskan dalam Ahmad, et al. (2009) tentang kurangnya kerjasama dari auditee

dapat menghambat upaya auditor untuk mencapai pekerjaan yang efektif, dimana auditor akan

kesulitan mendapatkan akses penuh untuk melakukan kegiatan pengawasan.

Responden juga setuju mengenai kecukupan sumber daya manusia dan dana operasional

yang memadai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi staf pengawas.

Kecukupan jumlah staf pengawas yang memadai dan fasilitas yang baik serta anggaran yang

memadai harus diberikan kepada pengawas untuk dapat melakukan pengawasan dengan baik dan

bertanggung jawab. Seperti yang dijelaskan dalam bahasan sebelumnya bahwa jumlah staf

merupakan faktor yang penting dalam pengawasan dan juga harus diimbangi dengan anggaran

yang memadai. Selanjutnya kualitas pengawas adalah faktor yang penting dalam melakukan

pengawasan yang efektif. Jika sumber daya manusia yang berkualitas tentu akan menghasilkan

pekerjaan yang berkualitas juga.

Kerjasama diantara staf pengawas menurut responden termasuk faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi fungsi staf pengawas. Dalam melakukan pengawasan, pengawas harus

melakukan kerjasama agar dapat mendapatkan akses penuh di setiap kegiatan dan pencatatan,

sehingga pengawas dapat mengetahui di area-area mana yang memerlukan perbaikan agar SKPD

berjalan sesuai dengan visi, misi,tujuan dan target-target yang telah ditetapkan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kerjasama diantara staf merupakan faktor yang penting dalam mencapai

efektivitas pengawasan. Menurut Ahmad, et al (2009) jika auditor memahami peran dan

tanggung jawabnya masing-masing dan dapat bekerja sama dengan baik maka pihak luar dari

fungsi audi internal dapat menghargai kontribusi mereka terhadap pencapaian tujuan organisasi.

4.4. Faktor-Faktor Lain Yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Pengawasan

Sebagian besar responden dari penelitian ini telah menganggap bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas fungsi pengawasan yang disebutkan dalam kuisioner bagian kedua

Page 26: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

27

telah mewakili pemikiran mereka. Namun, terdapat beberapa dari responden yang memberikan

pendapat mereka tentang adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi efektivitas fungsi

pengawas selain yang tercantum dalam kuisioner bagian kedua. Terdapat 3 responden yang

memberikan pendapat mereka, diantaranya :

Tabel 4.4.

Faktor-Faktor Lain Yang Mempengaruhi Efektivitas Pengawasan

No

Responden Faktor-Faktor lain yang mempengaruhi fungsi Pengawasan

5 Kepentingan politis berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

5 Menghilangkan budaya ewuh pakewuh (sungkan).

8 Sarana dan prasarana pendukung.

19 Pemanfaatan teknologi untuk mengetahui update peraturan terbaru.

Sumber: Data Primer,2012

4.5. Hasil Wawancara Mendalam

Dalam penelitian ini juga digunakan teknik wawancara yang lebih mendalam guna

mendapatkan informasi yang lebih detail, informasi yang ingin didapatkan adalah informasi yang

tidak dapat terangkum dalam kuesioner (bagian 1-3) yang telah dibagikan. Wawancara ini

dilakukan pada:

Tanggal = 20 – 24 febuari 2012

Waktu = 09.00 – 11.00 WIB

Tempat = Inspektorat Kabupaten Semarang, JL. Letjen Soeprapto 7A Ungaran.

Wawancara mendalam ini sendiri ditujukan kepada :

1. Sekertaris Inspektorat Kabupaten Semarang

2. Inspektur Wilayah Bagian I

3. Inspektur Wilayah Bagian II

4. Inspektur Wilayah Bagian III

5. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan dan Kemasyarakatan

6. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan

Pada wawancara ini, peneliti menanyakan tentang kondisi kualitas pengawasan yang ada

pada Inspektorat Kabupaten Semarang yang meliputi dari segi:

Page 27: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

28

1. Kompetensi staf pengawas

2. Objektivitas staf pengawas

3. Kualitas Kerja staf pengawas

Dari segi kompetensi yang dimiliki oleh para staf pengawas Inspektorat Kabupaten

Semarang, dapat dipengaruhi oleh 2 hal. Item yang pertama adalah tentang kualifikasi keahlian

yang dimiliki oleh pengawas. Menurut responden, kualifikasi keahlian dibutuhkan untuk

menunjang kompetensi staf pengawas dalam pengawasan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD). Pelaksana kualifikasi keahlian staf pengawas diperoleh dari Badan Pemeriksa

Keuangan Pembangunan (BPKP) dan Badan Perencana Pembangunan (BPP). Kualifikasi

keahlian yang dimiliki oleh para pengawas adalah berupa sertifikasi yang didapatkan dari

pelatihan dan diklat. Kualifikasi keahlian idealnya dimiliki oleh para pengawas sebelum mereka

menjabat menjadi seorang pengawas, tetapi ada juga yang mendapatkan kualifikasi keahlian

setelah mereka menjabat menjadi pengawas.

Kemudian item kedua dalam pertanyaan adalah mengenai hal lain yang dapat menunjang

kompetensi dari staf pengawas tentang pelatihan dan pengembangan tenaga pengawas. Menurut

para responden, adanya pelatihan dan pengembangan tenaga pengawas sangat dibutuhkan karena

bisa menambah wawasan tentang teknik-tenik pengawasan. Dalam hal ini, Inspektur dan Badan

Pemeriksa Keuangan Pembangunan (BPKP) bertanggung jawab dalam memberikan pelatihan

dan pengembangan tenaga pengawas. Untuk pelatihan dan pengembangan tenaga pengawas yang

diberikan oleh Inspektorat Kabupaten Semarang selama ini berupa Diklat. Diklat yang dilakukan

terdiri dari pemberian materi dan juga tes yang dilakukan sebanyak 4 kali. Dengan adanya Diklat

yang dilakukan Inspektorat Kabupaten Semarang dalam rangka pelatihan dan pengembangan

terhadap tenaga pengawasnya, dapat dirasakan dampaknya secara signifikan pada kualitas

pengawasan yang dilakukan oleh para pengawas. Sehingga menurut para responden, kualifikasi

keahlian serta pelatihan pengembangan staf pengawas diharapkan dapat membantu

meningkatkan kompentensi dalam kualitas pengawasan di SKPD serta menunjang kinerja staf

pengawas menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.

Kemudian menurut responden, apabila dilihat dari segi obyektivitas staf pengawasnya

dapat dinilai dari beberapa hal diantaranya melalui jalur pelaporan pengawasan di SKPD.

Responden menyatakan bahwa selama ini jalur pelaporan pengawasan di SKPD sudah berjalan

baik, jalur pelaporan pengawasan yang diterapkan, melalui proses sebagai berikut: inspektorat

Page 28: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

29

pembantu wilayah I, II, III, dan IV memberikan laporan hasil pemeriksaan kepada sekretaris

inspektorat, kemudian sekretaris melakukan koreksi terhadap hasil pemeriksaan tersebut apabila

dinilai sudah layak (tidak terdapat kesalahan) maka sekretaris akan melanjutkan hasil

pemeriksaan tersebut kepada Inspektur atau Kepala Inspektorat Kabupaten Semarang.

Pelaporan pengawasan yang telah disetujui oleh Inspektur dan telah sesuai dengan Standart

Operasional Pemeriksaan (SOP), akan dikembalikan berupa Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)

pada SKPD yang bersangkutan dengan disertai tembusan dari BPK dan Inspektorat provinsi

Jawa Tengah. Dalam hal ini, Inspektur bertanggung jawab kepada Bupati dan Sekretaris Daerah.

Dengan adanya jalur pelaporan yang sudah terkonsep di inspektorat, hal ini dapat menunjukkan

bahwa penilaian yang di lakukan pengawas sudah dapat dikatakan obyektif. Kemudian hal lain

yang dapat mempengaruhi obyektivitas yaitu pada pelaksanaan tugas sebagai pengawas dan

ruang gerak pengawas di SKPD. Perlu diketahui bahwa para staf pengawas telah melakukan

tugasnya secara independen, karena adanya kebebasan yang diberikan kepada para staf pengawas

dalam melaksanakan tugasnya. Menurut para staf pengawas pada Inspektorat Kabupaten

Semarang, sudah tidak ada batasan terhadap ruang gerak mereka dalam melakukan pengawasan

pada SKPD yang ada. Kemudian juga menurut responden, tidak terdapat masalah atau konflik

kepentingan antar rekan kerja dalam mengawasi SKPD. Maka objektivitas para staf pengawas

sangat dibutuhkan dalam menunjang kondisi kualitas pengawasan yang ada.

Kemudian untuk kondisi kualitas pengawasan yang terakhir adalah tentang kualitas kinerja

para staf pengawas yang ada pada Inspektorat Kabupaten Semarang. Menurut responden, apabila

dilihat dari segi kualitas kinerja pengawas yang terbagi atas perencanaan pengawasan dan ruang

lingkup pengawas di SKPD, hal tersebut penting untuk menunjang kualitas kerja pengawas

untuk menjadi lebih baik. Perencanaan pengawasan di SKPD sudah dilakukan dengan baik,

dapat dilihat dari pemaparan responden dalam proses perencanaannya, dimulai dari pembuatan

DMP (Daftar Materi Pertanyaan) dari Inspektorat Pembantu Wilyah I, II, III dan IV kemudian

setelah DMP selesai, dilanjutkan dengan program perencanaan pengawas yang telah

dipersiapkan pengawas daerah dengan Gubernur Jawa Tengah agar tidak terjadi tumpang tindih

dalam melakukan pengawasan, perencanaan pengawasan dilakukan 7 hari sebelum pelaksanaan.

Kualitas kerja juga dapat dilihat dari ruang lingkup pengawasan, menurut reponden tidak

terdapat kendala dalam menentukan ruang lingkup pengawasan. Karena perlu diketahui bahwa

Page 29: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

30

staf pengawas sebelum melakukan pemeriksaan di SKPD sudah dikoordinasikan dalam

menentukan ruang lingkup pengawasannya, agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaanya.

5. Kesimpulan dan Keterbatasan

Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara yang didapatkan dari penelitian yang telah

dilakukan pada Inspektorat Kabupaten Semarang, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut

penilaian pengawas Inspektorat Kabupaten Semarang terhadap penerapan pengawasan di SKPD

Kabupaten Semarang telah dilakukan dengan cukup baik. Tindak lanjut yang sebaiknya

dilakukan adalah mempertahankan atau mungkin lebih meningkatkan pada kegiatan pengawasan

inspektorat Kabupaten di SKPD Kabupaten Semarang. Apabila hal tersebut dapat dilakukan

dengan baik, maka akan berdampak baik pula terhadap kualitas pengawasan dalam membantu

pemerintah Kabupaten Semarang.

Kemudian dari aspek-aspek SPIP terutama dilihat dari Lingkungan pengendaliannya telah

dinilai baik oleh para staf pengawas Inspektorat. Hal tersebut didasarkan pada aspek filosofi

manajemen dan gaya operasi, struktur organisasi, kebijakan dan praktik SDM yang tertuang

dalam SPIP No. 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang menjadi

acuan dalam Pengendalian Intern seluruh instansi di Pemerintahan Kota atau Kabupaten.

Selanjutnya berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, beberapa narasumber menganggap

bahwa pelaksanaan praktik pengawasan di SKPD sudah dilaksanakan dengan baik serta tidak

terdapat permasalahan ataupun kendala yang dihadapi oleh pengawas selama ini. Hal ini

ditunjukan dengan adanya kompetensi staf pengawas yang memadai, obyektivitas staf pengawas

dalam pelaksanaan praktik pengawasan, serta kualitas para staf pengawas yang telah sesuai

dengan harapan.

Mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas fungsi staf pengawas,

responden berpendapat bahwa kerjasama diantara pengawas merupakan faktor yang paling

mempengaruhi efektivitas fungsi staf pengawasan. Dengan melakukan kerjasama dalam

melakukan pengawasan, maka mempermudah staf pengawas Inspektorat untuk melakukan akses

keseluruh bagian dan mempermudah dalam melakukan pencatatan, sehingga pengawasan dapat

berjalan dengan efektif. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil dari kuesioner pada item

kerjasama diantara pengawas secara rata-rata memiliki nilai paling besar diantara item-item

Page 30: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

31

lainnya. Dukungan dari pimpinan SKPD, kecukupan sumber daya manusia dan dana operasional

yang memadai, serta kualitas pengawas yang mengawasi SKPD menurut responden merupakan

faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi efektivitas fiungsi staf pengawas. Beberapa

responden juga menambahkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi efektivitas fungsi staf

pengawas, seperti menghilangkan budaya ewuh pakewuh atau sungkan dan juga tentang sarana

prasarana pendukung kegiatan pengawasan untuk lebih diperhatikan.

Setiap penelitian tentu memiliki keterbatasan, demikian halnya dengan penelitian ini.

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah: Pertama, dalam pengisian kuisoner terdapat

beberapa responden dari pengawas inspektorat yang berhalangan hadir dalam penelitian ini.

Kedua, terdapat keterbatasan waktu dalam proses wawancara dengan staf pengawas di

karenakan kepentingan Dinas. Ketiga, penelitian ini masih berada dalam taraf deskriptif

kualitatif, belum terdapat kajian statistik yang mendalam.

Page 31: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

32

Daftar Pustaka

Adenijii (2004), Tracey (1994), Johnson (1996), Owler dan Brown (1990), Azubike (2002),

Boynton (2003:8), Guy (2002:410), Sukrisno agoes (2004:222) Effectiveness of Internal

Audit as Instrument of Improving Audit internal

Angus Okechukwu Unegbu, Mohammed Isa Kida, 2011. Effectiveness of Internal Audit as

Instrument of Improving Public Sector Management.

Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta.

Erika, A.R Yulisman. 2011. “Fungsi Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) dalam Pelaksanaan

Pemerintah Daerah di Kabupaten Pesisir Selatan”. 15 September 2011

Halimah, Nasibah Ahmad, Radiah Othman, Rohana Othma, Kamaruzaman Jusoff, 2009. NAD

(2007), Hung dan HAN (1998). The Effectiveness Internal Audit of Malaysian Sector

Public.

Hartadi, Bambang, 1999. Sistem Pengendalian Intern dalam Hubungannya dengan Manajemen

Audit. BPFE Yogyakarta.

Ihalauw, John J.O.I, (2003). Bangun Teori Edisi Milenium. Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 1998. Standar Profesi Akuntan Publik. Salemba Empat, Jakarta.

Suara Merdeka Jawa Tengah. Semarang. 16 April 2012

Supramono dan Intiyas Utami. 2003. Desain Proposal Penelitian, Cetakan 1. Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga

Page 32: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2955/2/T1_232007157_Full... · Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat ... berakhirnya

33

Perundang-undangan

Republik Indonesia, Keputusan Mendagri No.35 Tahun 2006 tentang Kebijakan

Penyelenggaraan Pengawasan Pemerintah Daerah;

________________, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 tahun 2008 tentang

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;

________________, Peraturan Daerah Kabupaten Semarang nomor 19 tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat,

Lembaga Teknis Daerah dan Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Semarang;