1 Pelatihan Kepemimpinan Dan Keluarga
-
Upload
robby-chandra -
Category
Education
-
view
871 -
download
1
description
Transcript of 1 Pelatihan Kepemimpinan Dan Keluarga
PELATIHAN KEPEMIMPINAN MULAI DARI KELUARGA?
Mau bicara apa lagi tentang kepemimpinan? Anda mungkin
sudah maklum, seorang pemimpin adalah seorang yang
memiliki tiga daya. Pertama, ia memiliki daya untuk
merumuskan visi dan misi bersama. Kemudian, ia memiliki
daya untuk menggerakkan orang Akhirnya, ketiga, ia
memiliki daya untuk mengubah orang dan dirinya sehingga
visi tadi tercapai.
Kenapa koq bisa ia menggunakan dayanya seperti itu? Orang
banyak mau bergabung dengannya karena ia dapat dipercaya
dan terbukti telah menjalani hidup sebagai orang yang
mengabdi. Karena ia juga sudah bekerja keras menggali
visinya. Karena ia juga sudah mengenal dirinya dengan baik,
luka batinnya, biasanya, dan semua dorongan yang
tersembunyi di hatinya. Karena ia pernah menjalani hidup
dipimpin orang lain dan diubahkan.
Karena itu, biasanya, pemimpin yang tidak pernah memiliki
visi pribadi, atau tidak pernah punya pengalaman dimana ia
diubah orang lain dan mengalami bergerak bersama orang
lain, sulit mendapatkan kepercayaan tadi. Orang butuh
mengamati bahwa Walk the Talk (Apa yang dikatakannya
adalah apa yang dijalaninya) menjadi bagian hidupnya.
Akhir-akhir ini memang beberapa lembaga berkiprah di
bidang itu dan menarik perhatian. Dikenallah nama Haggai
Institut, Maxwell, dan YLI (Young Life Indonesia). Bahkan
baru-baru ini, Badan Kerja Sama antar Perguruan Tinggi
Kristen Indonesia membahas kepemimpinan sebagai topik
utama pertemuan mereka. Mereka berupaya menjawab
berbagai kebutuhan dalam urusan kepemimpinan. Mengapa
semuanya disambut?
Konon, memang kualitas kepemimpinan di berbagai bidang
terkesan buruk. Hal ini kentara baik di politik, pekerjaan
sehari-hari, dan komunitas agama. Manipulator, koruptor,
dan tiran spiritual merupakan hal yang lebih sering orang lihat
daripada sosok pemimpin yang melayani. Sekurang-
kurangnya, kita lebih melihat sosok manajer, birokrat dan
pengejar status bahkan di dalam organisasi agamawi pun.
Nah, bergunakah kehadiran pelatihan kepemimpinan untuk
menghasilkan sosok-sosok pemimpin yang lebih baik di masa
depan? Haggai Institut melatih pemimpin-pemimpin yang
sudah matang, memperkaya mereka dan menumbuhkan
komitmen penginjilan. Young Life melatih anak-anak SMU,
mahasiswa dan profesional muda. Mereka dikenal karena
menggunakan kombinasi kelas, alam bebas, pemulihan
gambar diri serta praktek dalam network yang solid. Dari
sudut peralatan, mereka memiliki camp ground, alat-alat
lintas alam, dan akses ke kapal-kapal di teluk Jakarta.
Organisasi di bawah bendera Maxwell juga tidak main-main
menentukan target 10 juta orang untuk dilatih secara
sistematik seperti MLM. Dukungan buku, pelatih dan
promosinya sangat profesional. Semua pelatihan tadi
memang baik, namun agaknya, ada suatu hal yang jelas tidak
dapat tergantikan oleh pelatihan-pelatihan tersebut. Justru
hal yang terakhir ini luput dilatih. Apa itu?
Pelatihan kepemimpinan dan rumah
Setujukah Anda bahwa kepemimpinan di pelajari dan dilatih di
keluarga? Banyak orang membanggakan kepemimpinan si
anu di pekerjaan, masyarakat atau di politik dan kalangan
agama. Mereka mengukur dirinya dengan keberhasilan
program atau jumlah pengikut dan Namun jarang orang ukur
bahwa di dalam hubungan keluarga, ia tampil bukan sebagai
pemimpin yang berhasil. Contohnya adalah Clinton. (Amit-
amit punya menantu seperti dia.. Tak mungkin kita rela putri
kita menikah dengannya). Tapi memang banyak pemimpin
serupa itu. Hubungannya dengan istri, suami, anak atau
mertua justru diabaikan. Lalu orang anggap bahwa bila di luar
rumah dia berhasil, mengurbankan keluarga serupa itu
merupakan suatu pengurbanan yang memadai. Harga yang
mesti dibayar.. hanya apakah memang itu yang Tuhan
kehendaki atau yang si pemimpin inginkan? Tidakkah
sebenarnya kepemimpinan sejati harus tercermin di dalam
kepemimpinan pribadi dan kepemimpinan di keluarga?
Tidakkah justru kepemimpinan dipelajari di konteks keluarga,
suatu unit terkecil dan inti dari masyarakat. Mengapa
demikian?
Pertama, rumah adalah pintu masuk yang seorang dapati
ketika ia memasuki kehidupan sebagai anak kecil.
Pengalaman di rumah akan menentukan pandangannya
tentang hidup, manusia lain, visinya dan sebagainya.
Kedua, rumah akan menentukan sebesar manakah zona
nyaman yang dimilikinya.
Ketiga, interaksi di keluarga berjalan intens dan terus
menerus. Walaupun di konteks lain ia dapat menggunakan
topeng, di keluarga ia terlihat sebagaimana ia ada, aslinya.
Keempat, pe
Memimpin diri, keluar dari zona nyaman
Setiap manusia cenderung berada dalam zona nyamannya.
Zona nyaman adalah pola pikir, pola sikap serta pola perilaku
dan paradigma spiritual yang seseorang biasa gunakan. Pola
tadi mungkin telah membawanya pada kesuksesan sampai
saat ini. Karena hal itu terasa nyaman dan maka hal itu
diulang-ulang serta dipertahankannya. Akhirnya, seringkali
tanpa disadari ia terpenjara dalam hal yang membuatnya
nyaman itu.
Tadi dikatakan bahwa tugas pemimpin antara lain membuat
orang bergerak. Bergerak berarti meninggalkan zona nyaman.
Untuk membuat orang bergerak, berarti sang pemimpin harus
tulus bergerak bersama mereka. Membuat diri bergerak ke
arah visi tertentu bersama pengikut, berarti sang pemimpin
harus berani memberi teladan bergerak keluar lebih dulu dari
zona nyamannya. Hal itu memang sulit. Tapi justru bila ia
menunjukkan teladan bagaimana hal yang sulit di atasi, ia
menjadi pemimpin yang inspiratif.
Adakah kaitan antara zona nyaman dengan visi? Orang yang
segan keluar dari zona nyaman, biasanya segan membuat visi
baru. Buat apa perubahan itu… tidakkah perubahan
membawa ketidakpastian? Kalaupun ia membuat visi baru, ia
malas mengubah pola-pola di atas. Kenapa musti diubah
bukan, kalau ia merasa bahwa hal tadi telah membawanya
kepada sukses. Jadi bila ingin jadi pemimpin sejati,
seseorang perlu terus belajar tentang zonanya.
Memimpin orang lain, keluar dari kesempitan
Bila Anda ingin mengenal siapa seseorang, lihatlah siapa
teman-temannya. Lebih dalam lagi, lihat siapa pasangan
hidup dan bagaimana anak-anaknya? Mereka semua
mencerminkan diri orang itu dan bagaimana ia sesungguhnya
memperlakukan orang lain… Jadi, bila ingin melihat jati diri
seorang pemimpin dan bagaimana kepemimpinan dibangun,
lihatlah keluarganya.
Pertama, berapa jauh di dalam kepemimpinannya ia
membangun kepemimpinan kolektif di keluarganya. Lihatlah
bagaimana ia berbagi informasi, perspektif dan visi dengan
pasangannya. Apakah ia membangun suatu kepemimpinan
yang kolektif dimana keputusan diambil bersama? Apakah ia
memberi cukup ruang untuk pasangannya mengekplorasi
hidup? Ataukah ia menjadi Kapten kapal di keluarganya?
Umumnya memang, hal serupa itu terlihat umum di Asia.
Suami menjadi pemimpin besar. Ia memiliki kata terakhir. Ia
adalah kapten kapal. Jadi dimana tempat istri dan anak? Yah,
jadi pengikut yang patuh dan berterimakasih. Umumnya,
orang menganggap bentuk pembagian tugas dan pola
kepemimpinan serupa itu wajar dan tradisional. Berarti, baik
dan stabil. Benar, memang stabil, yaitu bahwa istri dan anak
terus menerus memainkan peran manusia yang tidak mandiri.
Anehnya, justru sering peran penting sebagai pemimpin
spiritual tidak dimainkan oleh para kapten kapal serupa itu,
padahal peran itu adalah jangkar keluarga.
Sebaliknya ada pemimpin yang menyadari bahwa semakin
kompleks urusan yang dihadapi seseorang, semakin perlu ia
akan bantuan dan kerja sama dengan orang lain. Ia mulai
dengan melakukan hal itu di rumahnya. Ia ingin melihat anak
dan pasangannya mandiri. Untuk itu mereka boleh berbeda
pendapat bahkan berseberangan dengan dirinya.
Kedua, seringkali seorang pemimpin terjebak dalam gaya
kepemimpinan yang sama, padahal siklus organisasinya
sudah ada di titik yang berbeda. Hal itu mudah terjadi bila
juga tidak menyadari perubahan-perubahan yang terjadi di
keluarganya. Cobalah lihat cara ia menasehati anaknya yang
berusia 9 tahun dengan cara menasehatinya ketika ia berusia
4 tahun. Ia akan terkejut…
Jadi buat Anda yang serupa itu, perlakukanlah istri Anda
seperti ketika ia masih merupakan gadis imut berusia 18
tahun yang Anda pacari dulu, Anda akan gagal… Tapi
perlakukanlah mereka dengan cara yang tepat dengan
kondisi mereka dan siklus hidup mereka, Anda akan belajar
banyak hal. Atau, perlakukanlah suami Anda seakan ia
adalah bujangan ingusan yang sarat libido, padahal ia sudah
uzur, Anda akan kaget.
Masih banyak lagi contoh, kepemimpinan tercermin dan
dipraktekkan terus menerus di keluarga. Selanjutnya,
kepemimpinan juga dimulai dan dipelajari di sana. Anak yang
tumbuh dalam keluarga yang memiliki pimpinan tunggal akan
meniru cara itu. Ia mengira itulah pola yang ia kira terbaik
untuk hidup keluarga. Akibatnya, hal itu di transfernya juga
ke pekerjaan, komunitas agama, dan masyarakat dimana ia
hidup. Selama ia tidak diubah dan bergerak keluar dari ruang
nyaman, agaknya pelatihan kepemimpinan hanya baik untuk
nalar, tapi bukan sebagai gaya hidup. Seorang anak yang
memiliki ayah atau ibu yang tidak sensitive terhadap siklus
perubahan di dalam keluarga dan masyarakat akan yakin
bahwa tanpa kepekaan ia akan tetap dapat menjadi
pemimpin yang baik.
Nah, bagaimana? Salahkah bila kita membayangkan bahwa
kepemimpinan dan pendidikan tentang hal itu harus utuh
terjadi di dalam area diri pribadi dan keluarga selain di
pekerjaan, komunitas agama atau dimasyarakat luas?