1 Pelatihan Kepemimpinan Dan Keluarga

9
PELATIHAN KEPEMIMPINAN MULAI DARI KELUARGA? Mau bicara apa lagi tentang kepemimpinan? Anda mungkin sudah maklum, seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki tiga daya. Pertama, ia memiliki daya untuk merumuskan visi dan misi bersama. Kemudian, ia memiliki daya untuk menggerakkan orang Akhirnya, ketiga, ia memiliki daya untuk mengubah orang dan dirinya sehingga visi tadi tercapai. Kenapa koq bisa ia menggunakan dayanya seperti itu? Orang banyak mau bergabung dengannya karena ia dapat dipercaya dan terbukti telah menjalani hidup sebagai orang yang mengabdi. Karena ia juga sudah bekerja keras menggali visinya. Karena ia juga sudah mengenal dirinya dengan baik, luka batinnya, biasanya, dan semua dorongan yang tersembunyi di hatinya. Karena ia pernah menjalani hidup dipimpin orang lain dan diubahkan.

description

leadership

Transcript of 1 Pelatihan Kepemimpinan Dan Keluarga

Page 1: 1 Pelatihan Kepemimpinan Dan Keluarga

PELATIHAN KEPEMIMPINAN MULAI DARI KELUARGA?

Mau bicara apa lagi tentang kepemimpinan? Anda mungkin

sudah maklum, seorang pemimpin adalah seorang yang

memiliki tiga daya. Pertama, ia memiliki daya untuk

merumuskan visi dan misi bersama. Kemudian, ia memiliki

daya untuk menggerakkan orang Akhirnya, ketiga, ia

memiliki daya untuk mengubah orang dan dirinya sehingga

visi tadi tercapai.

Kenapa koq bisa ia menggunakan dayanya seperti itu? Orang

banyak mau bergabung dengannya karena ia dapat dipercaya

dan terbukti telah menjalani hidup sebagai orang yang

mengabdi. Karena ia juga sudah bekerja keras menggali

visinya. Karena ia juga sudah mengenal dirinya dengan baik,

luka batinnya, biasanya, dan semua dorongan yang

tersembunyi di hatinya. Karena ia pernah menjalani hidup

dipimpin orang lain dan diubahkan.

Karena itu, biasanya, pemimpin yang tidak pernah memiliki

visi pribadi, atau tidak pernah punya pengalaman dimana ia

diubah orang lain dan mengalami bergerak bersama orang

lain, sulit mendapatkan kepercayaan tadi. Orang butuh

mengamati bahwa Walk the Talk (Apa yang dikatakannya

adalah apa yang dijalaninya) menjadi bagian hidupnya.

Page 2: 1 Pelatihan Kepemimpinan Dan Keluarga

Akhir-akhir ini memang beberapa lembaga berkiprah di

bidang itu dan menarik perhatian. Dikenallah nama Haggai

Institut, Maxwell, dan YLI (Young Life Indonesia). Bahkan

baru-baru ini, Badan Kerja Sama antar Perguruan Tinggi

Kristen Indonesia membahas kepemimpinan sebagai topik

utama pertemuan mereka. Mereka berupaya menjawab

berbagai kebutuhan dalam urusan kepemimpinan. Mengapa

semuanya disambut?

Konon, memang kualitas kepemimpinan di berbagai bidang

terkesan buruk. Hal ini kentara baik di politik, pekerjaan

sehari-hari, dan komunitas agama. Manipulator, koruptor,

dan tiran spiritual merupakan hal yang lebih sering orang lihat

daripada sosok pemimpin yang melayani. Sekurang-

kurangnya, kita lebih melihat sosok manajer, birokrat dan

pengejar status bahkan di dalam organisasi agamawi pun.

Nah, bergunakah kehadiran pelatihan kepemimpinan untuk

menghasilkan sosok-sosok pemimpin yang lebih baik di masa

depan? Haggai Institut melatih pemimpin-pemimpin yang

sudah matang, memperkaya mereka dan menumbuhkan

komitmen penginjilan. Young Life melatih anak-anak SMU,

mahasiswa dan profesional muda. Mereka dikenal karena

menggunakan kombinasi kelas, alam bebas, pemulihan

gambar diri serta praktek dalam network yang solid. Dari

sudut peralatan, mereka memiliki camp ground, alat-alat

lintas alam, dan akses ke kapal-kapal di teluk Jakarta.

Organisasi di bawah bendera Maxwell juga tidak main-main

menentukan target 10 juta orang untuk dilatih secara

sistematik seperti MLM. Dukungan buku, pelatih dan

Page 3: 1 Pelatihan Kepemimpinan Dan Keluarga

promosinya sangat profesional. Semua pelatihan tadi

memang baik, namun agaknya, ada suatu hal yang jelas tidak

dapat tergantikan oleh pelatihan-pelatihan tersebut. Justru

hal yang terakhir ini luput dilatih. Apa itu?

Pelatihan kepemimpinan dan rumah

Setujukah Anda bahwa kepemimpinan di pelajari dan dilatih di

keluarga? Banyak orang membanggakan kepemimpinan si

anu di pekerjaan, masyarakat atau di politik dan kalangan

agama. Mereka mengukur dirinya dengan keberhasilan

program atau jumlah pengikut dan Namun jarang orang ukur

bahwa di dalam hubungan keluarga, ia tampil bukan sebagai

pemimpin yang berhasil. Contohnya adalah Clinton. (Amit-

amit punya menantu seperti dia.. Tak mungkin kita rela putri

kita menikah dengannya). Tapi memang banyak pemimpin

serupa itu. Hubungannya dengan istri, suami, anak atau

mertua justru diabaikan. Lalu orang anggap bahwa bila di luar

rumah dia berhasil, mengurbankan keluarga serupa itu

merupakan suatu pengurbanan yang memadai. Harga yang

mesti dibayar.. hanya apakah memang itu yang Tuhan

kehendaki atau yang si pemimpin inginkan? Tidakkah

sebenarnya kepemimpinan sejati harus tercermin di dalam

kepemimpinan pribadi dan kepemimpinan di keluarga?

Tidakkah justru kepemimpinan dipelajari di konteks keluarga,

suatu unit terkecil dan inti dari masyarakat. Mengapa

demikian?

Pertama, rumah adalah pintu masuk yang seorang dapati

ketika ia memasuki kehidupan sebagai anak kecil.

Page 4: 1 Pelatihan Kepemimpinan Dan Keluarga

Pengalaman di rumah akan menentukan pandangannya

tentang hidup, manusia lain, visinya dan sebagainya.

Kedua, rumah akan menentukan sebesar manakah zona

nyaman yang dimilikinya.

Ketiga, interaksi di keluarga berjalan intens dan terus

menerus. Walaupun di konteks lain ia dapat menggunakan

topeng, di keluarga ia terlihat sebagaimana ia ada, aslinya.

Keempat, pe

Memimpin diri, keluar dari zona nyaman

Setiap manusia cenderung berada dalam zona nyamannya.

Zona nyaman adalah pola pikir, pola sikap serta pola perilaku

dan paradigma spiritual yang seseorang biasa gunakan. Pola

tadi mungkin telah membawanya pada kesuksesan sampai

saat ini. Karena hal itu terasa nyaman dan maka hal itu

diulang-ulang serta dipertahankannya. Akhirnya, seringkali

tanpa disadari ia terpenjara dalam hal yang membuatnya

nyaman itu.

Tadi dikatakan bahwa tugas pemimpin antara lain membuat

orang bergerak. Bergerak berarti meninggalkan zona nyaman.

Untuk membuat orang bergerak, berarti sang pemimpin harus

tulus bergerak bersama mereka. Membuat diri bergerak ke

arah visi tertentu bersama pengikut, berarti sang pemimpin

harus berani memberi teladan bergerak keluar lebih dulu dari

zona nyamannya. Hal itu memang sulit. Tapi justru bila ia

menunjukkan teladan bagaimana hal yang sulit di atasi, ia

menjadi pemimpin yang inspiratif.

Page 5: 1 Pelatihan Kepemimpinan Dan Keluarga

Adakah kaitan antara zona nyaman dengan visi? Orang yang

segan keluar dari zona nyaman, biasanya segan membuat visi

baru. Buat apa perubahan itu… tidakkah perubahan

membawa ketidakpastian? Kalaupun ia membuat visi baru, ia

malas mengubah pola-pola di atas. Kenapa musti diubah

bukan, kalau ia merasa bahwa hal tadi telah membawanya

kepada sukses. Jadi bila ingin jadi pemimpin sejati,

seseorang perlu terus belajar tentang zonanya.

Memimpin orang lain, keluar dari kesempitan

Bila Anda ingin mengenal siapa seseorang, lihatlah siapa

teman-temannya. Lebih dalam lagi, lihat siapa pasangan

hidup dan bagaimana anak-anaknya? Mereka semua

mencerminkan diri orang itu dan bagaimana ia sesungguhnya

memperlakukan orang lain… Jadi, bila ingin melihat jati diri

seorang pemimpin dan bagaimana kepemimpinan dibangun,

lihatlah keluarganya.

Pertama, berapa jauh di dalam kepemimpinannya ia

membangun kepemimpinan kolektif di keluarganya. Lihatlah

bagaimana ia berbagi informasi, perspektif dan visi dengan

pasangannya. Apakah ia membangun suatu kepemimpinan

yang kolektif dimana keputusan diambil bersama? Apakah ia

memberi cukup ruang untuk pasangannya mengekplorasi

hidup? Ataukah ia menjadi Kapten kapal di keluarganya?

Umumnya memang, hal serupa itu terlihat umum di Asia.

Suami menjadi pemimpin besar. Ia memiliki kata terakhir. Ia

adalah kapten kapal. Jadi dimana tempat istri dan anak? Yah,

jadi pengikut yang patuh dan berterimakasih. Umumnya,

orang menganggap bentuk pembagian tugas dan pola

Page 6: 1 Pelatihan Kepemimpinan Dan Keluarga

kepemimpinan serupa itu wajar dan tradisional. Berarti, baik

dan stabil. Benar, memang stabil, yaitu bahwa istri dan anak

terus menerus memainkan peran manusia yang tidak mandiri.

Anehnya, justru sering peran penting sebagai pemimpin

spiritual tidak dimainkan oleh para kapten kapal serupa itu,

padahal peran itu adalah jangkar keluarga.

Sebaliknya ada pemimpin yang menyadari bahwa semakin

kompleks urusan yang dihadapi seseorang, semakin perlu ia

akan bantuan dan kerja sama dengan orang lain. Ia mulai

dengan melakukan hal itu di rumahnya. Ia ingin melihat anak

dan pasangannya mandiri. Untuk itu mereka boleh berbeda

pendapat bahkan berseberangan dengan dirinya.

Kedua, seringkali seorang pemimpin terjebak dalam gaya

kepemimpinan yang sama, padahal siklus organisasinya

sudah ada di titik yang berbeda. Hal itu mudah terjadi bila

juga tidak menyadari perubahan-perubahan yang terjadi di

keluarganya. Cobalah lihat cara ia menasehati anaknya yang

berusia 9 tahun dengan cara menasehatinya ketika ia berusia

4 tahun. Ia akan terkejut…

Jadi buat Anda yang serupa itu, perlakukanlah istri Anda

seperti ketika ia masih merupakan gadis imut berusia 18

tahun yang Anda pacari dulu, Anda akan gagal… Tapi

perlakukanlah mereka dengan cara yang tepat dengan

kondisi mereka dan siklus hidup mereka, Anda akan belajar

banyak hal. Atau, perlakukanlah suami Anda seakan ia

adalah bujangan ingusan yang sarat libido, padahal ia sudah

uzur, Anda akan kaget.

Page 7: 1 Pelatihan Kepemimpinan Dan Keluarga

Masih banyak lagi contoh, kepemimpinan tercermin dan

dipraktekkan terus menerus di keluarga. Selanjutnya,

kepemimpinan juga dimulai dan dipelajari di sana. Anak yang

tumbuh dalam keluarga yang memiliki pimpinan tunggal akan

meniru cara itu. Ia mengira itulah pola yang ia kira terbaik

untuk hidup keluarga. Akibatnya, hal itu di transfernya juga

ke pekerjaan, komunitas agama, dan masyarakat dimana ia

hidup. Selama ia tidak diubah dan bergerak keluar dari ruang

nyaman, agaknya pelatihan kepemimpinan hanya baik untuk

nalar, tapi bukan sebagai gaya hidup. Seorang anak yang

memiliki ayah atau ibu yang tidak sensitive terhadap siklus

perubahan di dalam keluarga dan masyarakat akan yakin

bahwa tanpa kepekaan ia akan tetap dapat menjadi

pemimpin yang baik.

Nah, bagaimana? Salahkah bila kita membayangkan bahwa

kepemimpinan dan pendidikan tentang hal itu harus utuh

terjadi di dalam area diri pribadi dan keluarga selain di

pekerjaan, komunitas agama atau dimasyarakat luas?