1 MTAK_analisis Pembiayaan Pembangunan
-
Upload
yusa-fahri -
Category
Documents
-
view
11 -
download
3
description
Transcript of 1 MTAK_analisis Pembiayaan Pembangunan
Metode Teknik Analisis Kota
ANALISIS PEMBIAYAAN KOTA
1Materi oleh Ayutia Nurwita, SE, MT
Penetapan Wiiayah
Perencanaan
Pengumpulan Data
kedudukan dan
peran kota dalam
wilayah yang lebih
luas (regional)
Sosial
KependudukanEkonomi
Fisik
Kota/Sumber
daya alam
Pembiaya
an
analisis daya
tampung kota
analisis pusat-
pusat
pelayanan
analisis daya dukung
wilayah kota serta optimasi
pemanfaatan ruang
analisis
pembiayaan
pembangunan
analisis
kebutuhan
ruang
Sumberdaya
buatan
Identifikasi Karakteristik Kawasan Kota
Tujuan, Kebijakan dan
Strategi Penataan
Ruang Wilayah Kota
Analisis Potensi Dan Masalah
Rencana
Struktur Ruang
Wilayah Kota
Rencana Pola
Ruang
Wilayah Kota
Penetapan
Kawasan Strategis
Wilayah Kota
Arahan
Pemanfaatan Ruang
Wilayah Kota
Ketentuan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Wilayah Kota
Rencana Tata Ruang Kota
TAHAPAN PENYUSUNAN
RENCANA TATA RUANG
KOTA
2. Private Investment
1. Public Investment
Investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah
(pusat dan daerah)
APBN
APBD
Investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh swasta yang
tujuannya untuk mendapatkan keuntungan
PMA dan PMDN
Kredit Investasi
3. Public Private Partnership
SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN KOTA
3
PUBLIC INVESTMENT untuk Kabupaten/Kota
Sumber Dana:1. APBD Kota/Kabupaten – pendapatan dan belanja daerah
2. APBN – Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
Dana dekonsentrasi
Dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur
sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak
termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di
daerah
Dana Tugas Pembantuan (TP)
Dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan
desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam
rangka pelaksanaan tugas pembantuan.
4
Pendapatan
Asli Daerah
Dana
Perimbangan
Lain-Lain
Pendapatan yg sah
BELANJA DAERAH
pertumbuhan ekonomi
pemerataan pendapatan
pembangunan di berbagai sektor
5
Struktur APBD Kota/Kabupaten
6
Struktur Pendapatan Daerah
Pendapatan
Asli Daerah
Dana
Perimbangan
Pendapatan Daerah
Lain-Lain
Pendapatan yg sah
• Pajak Daerah
• Retribusi Daerah
• hasil pengelolaankekayaan daerahyang dipisahkan
• Lain-lain PAD yang sah
Dana Bagi Hasil
Dana AlokasiUmum
Dana AlokasiKhusus
Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dariProvinsi & PemerintahDaerah Lainnya
Dana Penyesuaian & Dana Otsus
Bantuan Keuangan Dari Provinsi dan Pemda Lainnya
Permendagri 13/2006
7
8
PENDAPATAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (dlm milyar Rp)
No Pendapatan 2007 2008 2009 2010
1PAD 114,10 132,43 161,47 179,42
2Dana Perimbangan 439,16 504,74 517,37 484,63
3Lain2 pendapatan yg sah 62,39 83,08 71,15 151,44
Pendapatan Daerah 615,65 720,25 749,99 815,50
114,10 132,43 161,47 179,42
439,16504,74
517,37 484,63
62,39
83,0871,15
151,44
0,00
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
600,00
700,00
800,00
900,00
2007 2008 2009 2010
pendapata
n D
aera
h (
Mily
ar)
PAD Dana Perimbangan Lain2 pendapatan yg sah
9
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah
untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi
daerah sebagai perwujudan desentralisasi
Sumber PAD
1. pajak daerah;
2. retribusi daerah;
3. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
4. Lain-lain ain-lain PAD yang sah.
Lain-lain PAD yang sah
1. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
2. jasa giro;
3. pendapatan bunga;
4. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan
5. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah
10
Uraian
Struktur (%) Pertumbuhan (%)
2007 2008 2009 20102007-
2008
2008-
2009
2009-
2010
2007-
2010
1. Pajak 48,01 47,16 44,50 43,61 14,00 15,05 8,91 12,62
2. Retribusi 25,59 26,38 14,55 17,95 19,67 -32,75 37,10 3,33
3. Hasil perusahaan
daerah
7,70 6,38 6,33 6,15 -3,74 20,86 7,95 7,89
4. Lain lain PAD 18,70 20,07 34,62 32,28 24,60 110,30 3,61 39,51
Pendapatan Asli Daerah 100,00 100,00 100,00 100,00 16,07 21,93 11,12 16,29
STRUKTUR DAN PERTUMBUHAN PAD KOTA YOGYAKARTA
11
Uraian
2007 2008
Anggaran Realisasi Capaian
(%)
Anggaran Realisasi Capaia
n (%)
1. Pajak 49.274.000.000 54.783.202.892 111,18 59.343.591.000 62.452.770.490 105,24
2. Retribusi 29.092.692.000 29.197.466.013 100,75 32.885.227.754 34.940.602.210 106,25
3. Hasil perusahaan
daerah
8.799.505.000 8.783.239.360 99,82 8.454.823.854 8.454.823.854 100,00
4. Lain lain PAD 16.996.685.000 21.334.442.678 125,52 16.211.593.443 26.583.374.960 163,98
PAD 104.162.882.000 114.098.350.942 109,54 116.895.236.051 132.431.571.515 113,29
Uraian
2009 2010
Anggaran Realisasi Capaian
(%)
Anggaran Realisasi Capaian
(%)
1. Pajak 66.969.000.000 71.852.539.011 107,29 75.200.000.000 78.254.579.242 104,06
2. Retribusi 22.158.537.725 23.497.748.962 106,04 29.492.761.000 32.214.650.779 109,23
3. Hasil perusahaan
daerah
10.159.369.381 10.218.454.601 100,58 11.031.304.700 11.031.304.700 100,00
4. Lain lain PAD 46.159.491.000 55.905.095.636 121,11 60.147.942.593 57.923.105.336 96,30
PAD 145.446.398.106 161.473.838.210 111,02 175.872.008.293 179.423.640.058 102,02
Capaian PAD Kota Yogyakarta
Rumus Pertumbuhan
1. Metode Sederhana
2. Metode End to End
IKt = Indikator Tahun tertentu
IK t-1 = Indikator Satu Tahun Sebelumnya
tn = tahun akhir observasi
t0 = tahun awal observasi
n = jumlah obervasi
R (t0,tn) =n-1 IKtn
IKt0
-1 x 100
Rumus Struktur/ Distribusi
Sin =IKin
∑ IKin
Keterangan:
Sin adalah pangsa indikator i Kota n
IKin adalah nilai/jumlah indikator i Kota n
IK adalah indikator yang digunakan
Rumus Capaian
Capaian =Target
X 100%Realisasi
UU No 28 Tahun 2009
JENIS-JENIS PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH
14
1. Pajak Hotel;
2. Pajak Restoran;
3. Pajak Hiburan;
4. Pajak Reklame;
5. Pajak Penerangan Jalan;
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
7. Pajak Parkir;
Pajak Daerah Adalah
kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Uraian
2007 2008 2009 2010
Realisasi Capaian % Realisasi Capaian
%
Realisasi Capaian
%
Realisasi Capaian
%
Pajak Hotel 20.529.610.846 121 26.543.726.858 111 30.788.901.395 101 32.515.281.932 103
Pajak Restoran 9.638.978.880 104 10.615.751.146 101 12.002.777.974 114 13.313.057.154 107
Pajak Hiburan 1.741.017.733 114 2.037.439.504 123 3.727.950.479 162 4.646.317.241 108
Pajak Reklame 3.619.969.265 117 4.962.578.175 90 5.030.452.373 101 4.639.213.808 91
Pajak
Penerangan
Jalan
18.885.554.284 105 17.864.484.847 103 19.736.631.310 107 22.461.182.048 106
Pajak Parkir 368.071.884 107 428.789.960 107 565.825.480 135 679.527.059 113
Pajak Daerah 54.783.202.892 111 62.452.770.490 105 71.852.539.011 107 78.254.579.242 104
Pajak Hotel; 37,47
Pajak Restoran;
17,59
Pajak Hiburan; 3,18
Pajak Reklame; 6,61
Pajak Penerangan Jalan; 34,47
Pajak Parkir; 0,67
Struktur Pajak 2007
Pajak Hotel; 41,55
Pajak Restoran;
17,01
Pajak Hiburan; 5,94
Pajak Reklame;
5,93
Pajak Penerangan Jalan; 28,70
Pajak Parkir; 0,87
Struktur Pajak 2010
Pajak Daerah Kota Yogyakarta
16
Retribusi Daerah
1 Retribusi Jasa Umum
2 Retribusi Jasa Usaha
3 Retribusi Perizinan Tertentu
Rerbusi daerah adaah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau Badan
Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan
perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi,
termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu
17
Jenis Retribusi Jasa Umum
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan;
2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk
dan Akta Catatan Sipil;
4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
6. Retribusi Pelayanan Pasar;
7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
10.Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
Jasa Umum adalah
jasa yang disediakan
atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah
untuk tujuan
kepentingan dan
kemanfaatan umum
serta dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau
Badan
18
Uraian2007 2008
Rupiah % Rupiah %
1. Pelayanan Kesehatan 3.201.350.521 13,82 3.854.788.239 13,72
2.Pelayanan Kebersihan 1.335.632.450 5,77 1.496.070.000 5,32
3.Penggantian Biaya KTP 532.404.000 2,30 1.320.059.500 4,70
4. Penggantian Biaya Cetak Akte
Catatan Sipil
125.185.100 0,54 298.399.000 1,06
5. Pemakaman Umum 33.986.000 0,15 30.837.000 0,11
6. Parkir tepi jalan umum 1.293.708.500 5,59 1.534.988.750 5,46
7. Retribusi Pasar 5.209.508.842 22,50 5.740.737.026 20,43
8. Pengujian Kendaraan Bermotor 482.565.614 2,08 486.336.059 1,73
9. Pelayanan RSUD 10.942.142.526 47,25 13.340.402.601 47,47
23.156.483.553 100,00 28.102.618.175 100,00
Jenis Retribusi Jasa Umum Kota Yogyakarta
19
1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
2. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
3. Retribusi Tempat Pelelangan;
4. Retribusi Terminal;
5. Retribusi Tempat Khusus Parkir;
6. Retribusi Tempat
Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
7. Retribusi Rumah Potong Hewan;
8. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;
9. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
10.Retribusi Penyeberangan di Air; dan
11.Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Jenis Retribusi Jasa Usaha
Jasa Usaha
adalah
jasa yang disediakan
oleh Pemerintah
Daerah dengan
menganut prinsip-
prinsip komersial
karena pada dasarnya
dapat pula disediakan
oleh sektor swasta.
20
Uraian
2007 2008 2009 2010
Rupiah % Rupiah % Rupiah % Rupiah %
1. Pemakaian Kekayaan Daerah 43.555.900 1,30 40.417.500 1,25 44.373.900 1,38 31.682.800 0,89
2. Terminal 2.166.484.190 64,82 2.029.118.050 62,50 1.944.505.200 60,57 1.984.107.050 55,68
3. Tempat Khusus Parkir 713.361.500 21,34 752.149.000 23,17 791.911.000 24,67 925.684.500 25,98
4. Rumah Potong Hewan 260.470.300 7,79 261.093.250 8,04 261.065.900 8,13 168.091.000 4,72
5. Pengolahan air Limbah 106.001.500 3,17 106.269.500 3,27 95.760.000 2,98 367.362.900 10,31
6.Penjualan Produksi Usaha
Daerah
52.246.500 1,56 57.302.250 1,77 72.872.500 2,27 86.536.500 2,43
Retribusi Jasa Usaha
3.342.119.890 100 3.246.349.550 100 3.210.488.500 100 3.563.464.750 100
Jenis Retribusi Jasa Usaha Kota Yogyakarta
21
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu
1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
2. Retribusi Izin Tempat Penjualan
Minuman Beralkohol;
3. Retribusi Izin Gangguan;
4. Retribusi Izin Trayek; dan
5. Retribusi Izin Usaha Perikanan
Perizinan Tertentu adalah
kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada
orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan
22
Uraian
2007 2008 2009 2010
Rupiah % Rupiah % Rupiah % Rupiah %
1. Retribusi IMB 2.106.689.060 78,06 2.928.435.511 81,53 2.857.659.63382,95 4.157.401.737 87,63
2. Ijin Gangguan 437.938.510 16,23 514.534.974 14,33 473.059.63713,73 561.255.761 11,83
3. Ijin Trayek 127.860.000 4,74 109.835.000 3,06 92.070.000 2,67 0,00
4. Perijinan Usaha di
Bidang Pariwisata
26.375.000 0,98 38.829.000 1,08 22.259.500 0,65 25.362.500 0,53
Retribusi Perizinan
Tertentu2.698.862.570 100 3.591.634.485 100 3.445.048.770 100 4.744.019.998 100
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu Kota Yogyakarta
Belanja Daerah
DASAR HUKUM: Permendagri 13/2006 yang disempurnakan
dengan Permendagri 29/2007 tentang pengelolaan keuangan
daerah
Mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib,
urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam
bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama
antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah
daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan
Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi
dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam
upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan,
fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta
mengembangkan sistem jaminan sosial.23
Klasifikasi Belanja Daerah Menurut kelompok belanja
Belanja Tidak langsung
belanja yang dianggarkan tidak
terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan
kegiatan
1. belanja pegawai;
2. bunga;
3. subsidi;
4. hibah;
5. bantuan sosial;
6. belanja bagi basil;
7. bantuan keuangan;
8. belanja tidak terduga
Belanja langsung
komponen
belanja yang dianggarkan terkait
secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan
komponen
1. Belanja pegawai;
2. Belanja barang dan jasa; dan
3. Belanja modal.
24
25
Uraian2007 2008 2009 2010
Rupiah % Rupiah % Rupiah % Rupiah %
1. Belanja Tidak
Langsung324.993.963.074 57,10 415.300.348.549 59,45 474.846.213.226 60,58 535.464.145.542 63,76
- Pegawai 263.728.387.186 46,34 342.891.947.474 49,09 380.394.869.904 48,53 467.904.710.054 55,71
- Bunga 707.120.554 0,12 579.027.616 0,08 459.221.795 0,06 379.637.470 0,05
- Subsidi 306.876.000 0,05 0,00 0,00 0,00
- Hibah 0,00 22.180.860.900 3,18 49.915.246.350 6,37 30.530.575.535 3,64
- Bantuan sosial 57.742.224.630 10,15 49.587.684.559 7,10 42.312.581.054 5,40 35.339.698.475 4,21
- belanja tidak terduga 2.554.951.274 0,45 60.828.000 0,01 1.764.294.123 0,23 1.309.524.008 0,16
2. Belanja langsung 244.126.409.488 42,90 283.266.315.572 40,55 309.005.479.534 39,42 304.402.335.119 36,24
- Pegawai 68.476.752.847 12,03 85.279.523.296 12,21 80.794.926.619 10,31 91.242.263.994 10,86
- Barang & jasa 85.667.260.473 15,05 90.700.730.390 12,98 141.474.807 0,02 159.119.638.920 18,95
- Modal 89.982.396.168 15,81 107.286.061.886 15,36 86.735.746.636 11,07 54.040.432.205 6,43
BELANJA 569.120.372.562 100,00 698.566.664.121 100,00 783.851.692.760 100,00 839.866.480.661 100,00
Belanja Daerah Menurut Kelompok Belanja
Kota Yogyakarta
Struktur Pembiayaan
26
27
No Uraian 2007 2008 2009 2010
1 Pendapatan 615.648.852.480,31 720.252.933.347,72 749.989.016.366,95 815.495.924.651,51
Dikurangi
2 Belanja 569.120.372.561,96 698.566.664.120,78 783.851.692.759,66 839.866.480.661,43
3
Pengeluaran
pembiayaan daerah
2.370.824.221,52 12.982.962.288,20 11.693.328.451,86 761.652.154,88
Suplus (defisit) riil 44.157.655.696,83 8.703.306.938,74 (45.556.004.844,57) (25.132.208.164,80)
ANALISIS PEMBIAYAAN Kota Yogyakarta
2007-2008 SURPLUS
2009-2010 DEFISIT
28
Sumber Data Investasi Pemerintah
1. Kota/Kabupaten Dalam Angka
2. Bagian Keuangan Setda Kota/Kabupaten
3. Laporan Pertanggungjawaban Bupati (LKPJ) –
Tata Pemerintahan Setda Kota/kabupaten dan
Bappeda
4. Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
(LPPD)
5. Statistik Keuangan Daerah Kabupaten/Kota
Seluruh Indonesia (BPS)
6. www.djpk.depkeu.go.id
Dunia usaha Masyarakat Investasi dalam negeri
(penanaman modal dalam
negeri/PMDN)
Investasi Asing (Penanaman
Modal Asing/PMA)
Dana masyarakat yangtersimpan di Bank danlembaga keuangan nonbank
Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki
oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis
Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara
asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang
sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing
Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia,
perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan
hukum atau tidak berbadan hukum
PRIVATE INVESTMENT
29
Sumber data
Data-data PMA dan PMDN
1. Unit Usaha
2. Jumlah Tenaga Kerja (TKI dan TKA)
3. Nilai Investasi
4. Bidang Usaha
5. Lokasi
1. Kantor Penanaman Modal
2. Badan Koordinasi Penanaman Modal
3. Bagian Perekonomian Setda Kabupaten/Kota
4. Bidang Ekonomi Bappeda Kabupaten/Kota
5. Kota/kabupaten Dalam Angka
30
PMA PMDN
Prov Jawa Barat
Menurut Lokasi
31
PMA PMDN
Prov Jawa Barat
Menurut Sektor
32
PMA PMDN
Prov Jawa Barat
Menurut Sektor
33
Kerjasama Pemerintah Swasta(Public Private Partnership)
Dasar Hukum
Perpres 67/2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
Tujuan kerjasama:
1. mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam
Penyediaan Infrastruktur melalui pengerahan dana swasta
2. Meningkatkan kuantitas, kualitas dan efisiensi pelayanan melalui
persaingan sehat
3. Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan dalam
Penyediaan Infrastruktur
4. Mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar
pelayanan yang diterima, atau dalam hal-hal tertentu
mempertimbangkan kemampuan membayar pengguna34
Prinsip Keikutsertaan
usaha
• adil
• Terbuka
• Transparan
• Bersaing
• Bertanggung gugat
• Saling
menguntungkan
Jenis
Infrastruktur
transportasi(pelabuhan laut, sungai
atau danau, bandar
udara, jaringan rel dan
stasiun kereta api)
jalan
pengairan
Air minum
Telekomunikasi
Ketenagalistrikan
Minyak & Gas
bumi
Pelaksanaan
kerjasama
perjanjian
kerjasama
Izin
pengusahaan
Tanpa KPS Dengan KPS
Sumber: Bappenas, 2005
Dana Pemerintah
atau
Proyek APengolahan
limbah
Proyek BPuskesmas
Dana
Pemerintah
Developer
SwastaKPS
Proyek APengolahan
limbah
Proyek BPuskesmas
dan
Alasan untuk KPS Infrastruktur
Pengalihan biaya
Dengan melibatkan pihak swasta dalam proyek infrastruktur, dana pemerintah
dapat dipakai untuk pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan)
Additionality / penambahan
Lanjutan….
Manfaat ekonomis ekonomis untuk kesejahteraan konsumen dalam menikmati
layanan infrastruktur lebih cepat berkat KPS daripada menunggu dana dari
pemerintah.
Layanan tanpa KPSHarga
Jumlah
Layanan dengan KPS
Tambahan
kesejahteraan
konsumen
Sumber: Bappenas, 2005
Perbaikan Efisiensi dan Pelayanan
Pelayanan meningkat dengan harga berkurang
Meningkatkan peranserta masyarakat dalam penjaminan kualitas pelayanan umum
Transfer teknologi
Sumber: Bappenas, 2005
Akses terhadap teknologi dan manajemen baru tidak selalu mudah/bisa via
monopoli – publik pemerintah
Lanjutan….
Bentuk Kerjasama Pemerintah Swasta
Sumber: Bappenas, 2005
Service contract
Management contract
Lease Contract
BOT
consesion
Tingkat Kewenangan & Kepemilikan swasta
Tingkat Keterlibatan & Resiko swasta
Investasi (Rp)
Jangka Waktu perjanjian (Tahun)
Keterkaitan antara Besarnya Investasi, Jangka
Waktu Kerjasama dan Lain-Lain
Sumber: Bappenas, 2005 40
ANALISIS UNTUK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
KOTA YANG BERSUMBER DARI APBD
ANALISIS PENDAPATAN
1. Sumber- Sumber Pendapatan Daerah
a. Komposisi Pendapatan Daerah
Persentase PAD Terhadap Total Pendapatan
Persentase Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan
RASIO KEMANDIRIAN DAERAH/KOTA
Persentase masing-masing komponen pendapatan daerah terhadap
Total Pendapatan
41
b. Komposisi Pendapatan Asli Daerah
Persentase masing-masing komponen PAD terhadap Total PAD
2. Tax Rasio
Jumlah pendapatan potensial yang dapat dikenai pajak
PDRB yang menggambarkan kegiatan ekonomi masyarakat, Jika PDRB
berkembang dengan baik merupakan potensi yang baik bagi pengenaan pajak di
wilayah tersebut.
Pajak Daerah
Tax Rasio =
PDRB
X 100%
3. Tax Per Kapita
Perbandingan antara jumlah penerimaan pajak yang dihasilkan suatu daerah
dengan jumlah penduduknya
Tax perkapita menunjukkan kontribusi setiap penduduk pada Pendapatan suatu
daerah (PAD)
Pajak Daerah
Tax Rasio =
Penduduk42
4. Elastisitas PAD Terhadap Ekonomi
Mengukur kepekaan PAD terhadap perubahan ekonomi daerah/kota
Perubahan ekonomi diukur dari perubahan PDRB Per kapita
Koefisien Elastisitas Kriteria
E > 1 Elastis
E = 1 Elastis Uniter
E < 1 Inelastis
Jika elastisitas > 1 berarti perubahan PDRB sebesar 1% akan
mengakibatkan rata-rata perubahan PAD lebih dari 1%.
Jika elastisitas < 1 berarti perubahan PDRB sebesar 1% akan
mengakibatkan rata-rata perubahan PAD kurang dari 1%
43
ANALISIS BELANJA
1. Rasio Belanja Pegawai terhadap Total Belanja Daerah
Semakin tinggi angka rasionya maka semakin besar proporsi APBD
yang dialokasikan untuk belanja pegawai
Semakin kecil angka rasio belanja pegawai maka semakin kecil pula
proporsi APBD yang dialokasikan untuk belanja pegawai APBD
Keterangan
Belanja Pegawai adalah belanja pegawai pada Belanja langsung dan
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Total Belanja daerah
X 100%
44
2. Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah
Rasio belanja modal terhadap total belanja daerah mencerminkan porsi
belanja daerah yang dibelanjakan untuk belanja modal
Belanja Modal sendiri ditambah belanja barang dan jasa, merupakan
belanja pemerintah yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu daerah selain dari sektor swasta, rumah
tangga, dan luar negeri
Semakin tinggi angka rasio, semakin baik pengaruhnya terhadap
pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, semakin rendah angkanya, semakin
buruk pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi.
Belanja Modal
Total Belanja daerah
X 100%
45
3. Rasio Belanja Langsung Terhadap Jumlah Penduduk
Rasio belanja langsung terhadap jumlah penduduk (belanja daerah
perkapita) menunjukkan seberapa besar belanja yang digunakan untuk
menyejahterakan per penduduk di suatu daerah
Semakin besar nilainya, semakin besar besar belanja yang dikeluarkan
untuk menyejahterakan satu orang penduduk wilayah tersebut sehingga
semakin besar kemungkinan tercapainya.
Semakin kecil angka rasionya, semakin kecil dana yang disediakan
pemda untuk menyejahterakan penduduknya
Belanja Langsung
Penduduk
46
3. Rasio Belanja Modal terhadap Jumlah Penduduk
Rasio belanja modal perkapita menunjukkan seberapa besar belanja
yang dialokasikan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur daerah
per penduduk.
Rasio belanja modal perkapita memiliki hubungan yang erat dengan
pertumbuhan ekonomi karena belanja modal merupakan salah satu jenis
belanja pemerintah yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.
Rasio ini bermanfaat untuk menunjukkan perhatian pemerintah dalam
peningkatkan perekonomian penduduknya dari pembangunan
infrastruktur yang dikeluarkan
Belanja Modal
Penduduk
47
ANALISIS DEFISIT DAN PEMBIAYAAN
Surplus/Defisit APBD adalah selisih Lebih/kurang antara pendapatan daerah dan
belanja daerah dalam tahun anggaran yang sama
1. Surplus/Defisit
Besaran defisit menunjukkan tingkat belanja yang tidak dapat dipenuhi oleh
pendapatan daerah, atau dengan kata lain belanja lebih besar dari pendapatan
SURPLUS/DEFISIT= PENDAPATAN DAERAH – BELANJA DAERAH
2. Rasio Defisit Terhadap Pendapatan
Semakin besar rasio tersebut berarti semakin besar pula dana diluar
pendapatan daerah (Pembiayaan) yang diperlukan guna mendanai belanja
Defisit
Pendapatan daerah
X 100%
48