1. Laporan S. Tiphy
-
Upload
rida-triani -
Category
Documents
-
view
34 -
download
1
Transcript of 1. Laporan S. Tiphy
IDENTIFIKASI & ISOLASI
SALMONELLA TYPHI
1. PENDAHULUAN
Bakteri Salmonella sp. adalah bakteri bentuk batang, gram negatif,
hidup dalam saluran pencernaan manusia maupun hewan. Salmonella sp.
yang masuk bersama makanan dan minuman yang tercemar akan
menyebabkan demam enterik. Demam enterik dapat di kelompokan
menjadi dua yaitu demam tifoid atau tipus (typhus) yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi (S. typhi), sedangkan demam paratifoid
disebabkan oleh bakteri Salmonella paratyphi A, B, dan C (S. paratyphi A,
B, dan C) (Jawezt et al, 2005).
Gejala dan tanda klinis keduanya sama yang paling menonjol
adalah demam lebih dari tujuh hari. Demam ini juga ditandai gejala tidak
khas lainnya seperti diare, batuk, dan pusing, namun gejala demam
paratifoid lebih ringan dari pada demam tifoid. Demam tifoid merupakan
penyakit infeksi sistemik, bersifat endemis dan merupakan masalah
kesehatan di Indonesia. Terutama dari golongan masyarakat dengan
standar hidup dan kebersihannya rendah (Muliawan, 1999).
Kejadian penyakit demam tifoid di Indonesia cenderung
meningkat. Sub Direktorat Surveilans Departemen Kesehatan tahun 1990-
1994 melaporkan demam tifoid rata-rata 395 kasus per 10.000 penduduk
sedangkan dari Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan data penyakit demam
tifoid juga meningkat dari 92 kasus pada tahun 1994 menjadi 125 kasus
pada tahun 1996 per 100.000 penduduk. Angka kematian demam tifoid di
beberapa daerah adalah 2-5%. Untuk itu diagnosis dini demam tifoid perlu
segera ditegakkan (Muliawan, 1999).
Diagnosis pasti demam tifoid adalah isolasi dan identifikasi bakteri
S. typhi dari darah, urin, feses, atau cairan tubuh lainnya. Tetapi
pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosa demam tifoid yang sering
dipakai adalah pemeriksaan serologi widal, meskipun kurang dapat
dipercaya, karena mempunyai sensitivitas dan spesifisitas rendah
(Muliawan, 1999).
1
2. PRINSIP
a. Isolasi Bakteri
Koloni merupakan hasil pertumbuhan jutaan sel mikroorganisme yang
dapat terlihat secara makroskopis pada permukaan medium padat.
Masing-masing koloni merupakan hasil multiplikasi dari satu buah sel
mikroorganisme. Jika telah diperoleh koloni-koloni yang terpisah,
maka melalui transfer secara aseptis dapat diisolasi menjadi kultur atau
biakan murni.
b. Uji Biokimia
1) Uji Gula-gula
Hasil positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari ungu
menjadi kuning menandakan bahwa bakteri tersebut menghasilkan
asam serta adanya gelembung udara menandakan bahwa bakteri
tersebut menghasilkan gas.
2) Uji MR
Glukosa + H2O asam laktat CO2 + H2 (pH 4,4)
asam asetat
asam format
Perubahan warana dari kuning menjadi merah menandakan bakteri
tersebut memfermentasikan glukosa sehingga menghasilkan asam
lalu pH jadi turun dan mempengaruhi warna media.
3) Uji VP
Glukosa + O2 asam asetat 2,3 butanandiol asetil metil karbinol
CO2 + H2
40% KOH
asetil metil karbinol+alpha-naphthol Diasetil+Guanidine
Oxidation
Hasil positif ditandai dengan terbentuknya cincin dari merah
kecoklatan menjadi ungu.
4) Uji SIM
Medium cair yang kaya akan triftofan yaitu dalam bentuk tripton
1% sebagai sumber karbon. Indol yang terbentuk akan berwarna
2
merah dengan penambahan reagen kovach atau erlich yang
mengandung p-dimetilbenzaldehid.
5) Uji TSIA
Pembentukan H2S dari cystein asam amino dimana peptone
terdapat dalam media. Pembentukan H2S dari reaksi anorganik
bahan yang mengandung sulfur yaitu Na2S2O3.
6) Uji SC
a) Citric acid oxalacetle acid+acetic acid pyruvic acid+CO2
b) CO2+2Na++H2ONa2CO3alkaline pHperubahan warna
menjadi biru
7) Uji Urease
Dengan bantuan enzim urease, urea bereaksi dengan H2O sehingga
berubah menjadi ammonia.
3. TUJUAN
Isolasi dan identifikasi bakteri Salmonella typhi pada sampel darah.
4. TINJAUAN PUSTAKASalmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak
berspora, bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2-4 μm x 0.5-0,8 μm.
Salmonella sp. tumbuh cepat dalam media yang sederhana, hampir tidak
pernah memfermentasi laktosa dan sukrosa, membentuk asam dan kadang
gas dari glukosa dan manosa, biasanya memporoduksi hidrogen sulfide
atau H2S, pada biakan agar koloninya besar bergaris tengah 2-8milimeter,
bulat agak cembung, jernih, smooth, pada media BAP tidak menyebabkan
hemolisis, pada media Mac Concey koloni Salmonella sp. Tidak
memfermentasi laktosa (NLF), konsistensinya smooth (Jawet’z, dkk,
2005).
S. typhi merupakan bakteri batang gram negatif dan tidak
membentuk spora, serta memiliki kapsul. Bakteri ini juga bersifat
fakultatif, dan sering disebut sebagai facultative intra-cellular parasites.
Dinding selnya terdiri atas murein, lipoprotein, fosfolipid, protein, dan
lipopolisakarida (LPS) dan tersusun sebagai lapisan-lapisan (Dzen, 2003).
3
Ukuran panjangnya bervariasi, dan sebagian besar memiliki
peritrichous flagella sehingga bersifat motil. S. typhi membentuk asam
dan gas dari glukosa dan mannosa. Organisme ini juga menghasilkan gas
H2S, namun hanya sedikit. Bakteri ini tahan hidup dalam air yang
membeku untuk waktu yang lama (Brooks, 2005).
Penamaan yang umum digunakan, seperti Salmonella typhi
sebenarnya tidak benar. Taksonomi S. typhi adalah sebagai berikut.
Phylum : Eubacteria
Class : Prateobacteria
Ordo : Eubacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Species : Salmonella enterica
Subspesies : enteric (I)
Serotipe : typhi
Karena itu, penamaan yang benar adalah S. enterica subgrup enteric
serotip typhi, ataupun sering dipersingkat dengan S. enteric I ser. typhi.
Namun penamaan Salmonella typhi telah umum digunakan karena lebih
sederhana sehingga penamaan ini lebih sering digunakan dalam tulisan ini.
Salmonella yang terbawa melalui makanan ataupun benda lainnya
akan memasuki saluran cerna. Di lambung, bakteri ini akan dimusnahkan
oleh asam lambung, namun yang lolos akan masuk ke usus halus. Bakteri
ini akan melakukan penetrasi pada mukosa baik usus halus maupun usus
besar dan tinggal secara intraseluler dimana mereka akan berproliferasi.
Ketika bakteri ini mencapai epitel dan IgA tidak bisa menanganinya, maka
akan terjadi degenerasi brush border.
Kemudian, di dalam sel bakteri akan dikelilingi oleh inverted
cytoplasmic membrane mirip dengan vakuola fagositik. Setelah melewati
epitel, bakteri akan memasuki lamina propria. Bakteri dapat juga
melakukan penetrasi melalui intercellular junction. Dapat dimungkinkan
munculnya ulserasi pada folikel limfoid. S. typhi dapat menginvasi sel M
4
dan sel enterosit tanpa ada predileksi terhadap tipe sel tertentu (Dzen,
2003).
Evolusi dari S. typhi sangat mengagumkan. Pada awalnya S. typhi
berpfoliferasi di Payer’s patch dari usus halus, kemudian sel mengalami
destruksi sehingga bakteri akan dapat menyebar ke hati, limpa, dan sistem
retikuloendotelial. Dalam satu sampai tiga minggu bakteri akan menyebar
ke organ tersebut. Bakteri ini akan menginfeksi empedu, kemudian
jaringan limfoid dari usus halus, terutamanya ileum. Invasi bakteri ke
mukosa akan memicu sel epitel untuk menghasilkan berbagai sitokin
seperti IL-1, IL-6, IL-8, TNF-β, INF, GM-CSF (Jawezt et al, 2005).
Antigen Vi dari serotip S. typhi merupakan bentuk antigen K.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa Vi mempunyai sifat antiopsonik
dan antifagositik, mengurangi sekresi TNFα terhadap S enterica ser. thypi
oleh makrofag inang, meningkatkan resistensi bakteri terhadap oxidative
killing. Antigen Vi meningkat infektivitas dari S. thypi dan keparahan
penyakitnya (Jawezt et al, 2005).
Antigen O menurunkan kepekaan bakteri terhadap protein
komplemen, host cationic proteins, dan interaksi dengan makrofag.
Antigen O memberikan perlindungan dari serum normal karena adanya
complement-activating A dan LPS core polysaccharides. Selain itu,
antigen O juga mencegah aktivasi dan deposisi faktor komplemen (Dzen,
2003).
Plasmid virulensi untuk Salmonella hanya ditemukan pada
beberapa serotip dari subgrup I saja, salah satunya S. typhi. Plasmid
virulensi ini penting untuk multiplikasi bakteri di sistem retikuloendotelial.
Namun, beberapa mengatakan bahwa plasmid tidak menentukan
keparahan dari invasi bakteri karena perannya yang hanya bekerja di luar
sel-sel intestinal. Berdasarkan penelitian, plasmid ini hanya membantu
replikasi bakteri di makrofag (Jawezt et al, 2005).
S. typhi juga diduga memiliki adhesion yang berasal dari Outer
Membrane Protein (OMP) dengan berat molekul sekitar 36kDa, yang
kemudian dikenal sebagai Adh036. Adh036 ini bersifat imunogenik dan
5
mampu menginduksi respon imun mucosal dengan terbentuknya SIsA
protektif pada mencit (Dzen, 2003).
Seperti halnya semua bakteri basil enterik, S. typhi juga
menghasilkan endotoksin. Endotoksin merupakan senyawa
lipopolisakarida (LPS) yang dihasilkan dari lisisnya sel bakteri. Di
peradaran darah, endotoksin ini akan berikatan dengan protein tertentu
kemudian berinteraksi dengan reseptor yang ada pada makrofag dan
monosit serta sel-sel RES, maka akan dihasilkan IL-1, TNF, dan sitokin
lainnya. Selain itu, S. typhi juga menghasilkan sitotoksin, namun hanya
sedikit sekali (Dzen, 2003)
S. enterica memiliki region DNA yang berhubungan dengan
patogenitasnya dan dimiliki oleh semua serotipnya. Region ini disebut
sebagai Salmonella Patogenicity Island sering disingkat dengan SPI. SPI
berfungsi dalam menambah fungsi virulensi yang kompleks oleh bakteri
terhadap inang yang diinfeksinya. SPI-1 dan SPI-2 mengatur type III
secretion system (T3SS) yang membentuk organela berbentuk syringe.
Organela ini akan mempermudah bakteri untuk menginjeksi langsung
sitosol dari sel inang. SPI-1 dan SPI-2 mempunyai peran yang berbeda
sesuai dengan organ yang dipengaruhi. SPI-1 bekerja pada sel enterosit
dan menginisiasi inflamasi. SPI-2 bekerja dalam pertahanan dan
multiplikasi bakteri pada sel fagositik. SPI-7 merupakan genom terbesar
yang mencapai ukuran 134 kb dan pertama kali ditemukan pada S. typhi.
S. typhi juga memiliki SPI-8 dan SPI-10. Kemampuan patogen pada
manusia untuk mempengaruhi siklus Na+ memungkinkan adanya faktor
virulensi, salah satunya pada S. typhi. (Jawezt et al, 2005).
5. CARA KERJA
a. Hari pertama
Pengambilan sampel darah dan penanaman pada media boulion.
Inkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.
b. Hari Kedua
Menanam bahan pemeriksaaan pada media selektif Mac concey dan
agar SS:
6
1) Secara aseptis ambil 1 ose sampel
2) Tanamkan pada media plat dengan metode Four-way Streak Plate
3) Inkubasi pada 37ºC selama 24 jam.
c. Hari kedua
1) Pengamatan koloni pada media Mac concey dan agar SS
2) Memilih koloni yang sesuai dari media Mac concey dan agar SS,
lalu ditanam pada deret media : gula-gula (glukosa, sukrosa,
laktosa, & manitol), MR, VP, SIM, TSIA, SC, Urease.
d. Hari Ketiga
1) Membaca hasil dari deret media dengan mencocokkan pada tabel
identifikasi
2) Pemeriksaan indol dengan meneteskan reagen kovacks pada SIM,
jika positif akan terdapat cincin merah dipermukaan atas media
3) Pemeriksaan MR dengan meneteskan reagen methyl red, jika
positif maka media berubah warna menjadi merah
4) Pemeriksaan VP dengan meneteskan KOH dan alpha naphtol
kemudian dikocok kuat dan didiamkan, jika positif maka akan
terdapat cincin merah pada permukaan media
5) Menyimpulkan jenis spesies bakteri yang terdapat pada sampel.
6. HASIL & PEMBAHASAN
a. Hasil
Penanaman Pada Media
Mac Concey Salmonella shigella Ciri-ciri Koloni
1) Bentuk : Bulat
2) Ukuran : 2
mm
3) Warna : Putih
4) Elevasi :
Cembung
5) Pinggiran :
Rata
7
6) Ciri khas lain :
Non laktora
fermenter
Uji Biokimia
Nama Uji Pengamatan Hasil (+/-)
Gula-gula cair :
(Sukrosa, Laktosa, Glukosa, Manitol)
1) Sukrosa : Tetap berwarna ungu
2) Laktosa : Tetap berwarna ungu
3) Glukosa : Berwarna kuning, tanpa gas
4) Manitol : Berwarna kuning, tanpa gas
1) Sukrosa :(-), (-) gas
2) Laktosa :(-), (-) gas
3) Glukosa :(+), (-) gas
4) Manitol :(+), (-) gas
(VP & MR) 1) VP : Tidak terdapat cincin merah
2) MR : Berwarna pink
1) VP : (-)2) MR : (+)
( SIM) 1) Sulfur : H2S berwarna
2) Indol : Tidak terdapat cincin berwarna merah
3) Motiliti : Adanya pergerakan bakteri
1) Sulfur : (+)2) Indol : (-)3) Motiliti : (+)
(SC & Urease) 1) SC : Tetap berwarna hijau
2) Urease : Tetap berwarna orange
1) SC : (-)2) Urease : (-)
8
(TSIA) Lereng merah, dasar kuning, terdapat H2S berwarna hitam
TSIA : (+)
b. Pembahasan
Kultur merupakan metode pembiakan bakteri dalam suatu
media. Salmonella pada umumnya tumbuh dalam media peptone
ataupun kaldu ayam tanpa tambahan natrium klorida atau suplemen
yang lain. Media kultur yang sering digunakan dan sangat baik adalah
agar MacConkey (Brooks, 2005).
Media seperti EMB, MacConkey’s atau medium deoksikholat
dapat mendeteksi adanya lactose non-fermenter dengan cepat. Namun
lactose non-fermenter tidak hanya dihasilkan oleh Salmonella, tetapi
juga Shigella, Proteus, Serratia, Pseudomonas, dan beberapa bakteri
gram negatif lainnya.
Untuk lebih spesifik, isolasi dapat dilakukan pada medium
selektif, seperti agar Salmonella-shigella (agar SS) ataupun agar
enteric Hectoen yang baik untuk pertumbuhan Salmonella dan
Shigella. Untuk mendeteksi S. typhi dengan cepat dapat digunakan
medium bismuth sulfit (Wilson & Blair). S. typhi akan membentuk
koloni hitam (black jet) karena bakteri ini menghasilkan H2S (Dzen,
2003).
S. typhi sedikit mengurai glukosa, maltosa dan mannite, tidak
mengurai sukrosa dan laktosa. Tidak menghasilkan urease, oksidase,
maupun indol. Bakteri ini bersifar motil dan hanya menghasilkan
sedikit sitrat (Dzen, 2003).
TSI digunakan untuk melihat apakah bakteri gram negatif
mengurai glukosa dan laktosa atau memfermentasi sukrosa dan
9
membentuk hydrogen sulfit (H2S). Pada media ini S. typhi akan
menunjukkan hasil alkalin-asam (K/A) yang berarti hanya
memfermentasi glukosa. Bakteri ini juga menghasilkan bagian hitam
di dasar yang menunjukkan adanya penghasilan H2S (Dzen, 2003).
7. KESIMPULAN
Dari hasil isolasi dan identifikasi dengan penanaman pada media
selektif & diferensial serta uji biokimia yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa bakteri tersebut adalah Salmonella typhi.
8. DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Geo F., Butel, Janet S., Morse, Stephen A 2005, Mikrobiologi
Kedokteran, 1st ed, Jakarta, Salemba Medika, p 364-369.
Dzen, Sjoekoer M., et al 2003, Bakteriologi Medik, Ed. 1, Malang,
Bayumedia Publishing, p 187-197 & 223-234.
Jawetz, Melnick, Adelberg. 2005 : Mikrobiologi Kedokteran, Salemba
Medika Jakarta.
Muliawan Sylvia Y, Julius E.S.1999.Tinjauan Ulang Peranan Uji Widal
sebagai Alat Diagnostik Penyakit Dalam Tifoid di Rumah Sakit.
Jakarta : Cermin Dunia Kedokteran.
10