1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI...
Transcript of 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI...
1
jdih.kendalkab.go.id
PROVINSI JAWA TENGAH
PERATURAN BUPATI KENDAL
NOMOR 114 TAHUN 2020
TENTANG
KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH PUSAT KESEHATAN
MASYARAKAT DI KABUPATEN KENDAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KENDAL,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 99 ayat (4) jo
ayat (5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun
2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Kebijakan Akuntansi
pada Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis
Daerah Pusat Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Kendal;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Batang dengan
mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 52, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2757);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang–undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
SALINAN
2
jdih.kendalkab.go.id
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6398);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
beberapa kali terakhir telah diubah dengan Undang–
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan mulai berlakunya Undang-Undang 1950
Nomor 12,13,14 dan 15 dari Hal Pembentukan Daerah-
daerah Kabupaten di Jawa Timur/Tengah/Barat dan
Daerah Istimewa Yogyakarta;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang
Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4079);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
48,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4502) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5340);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
11. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 199);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam
3
jdih.kendalkab.go.id
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1425);
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676);
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun
2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
157);
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.05/2015 tentang Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual Nomor 13 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Badan Layanan Umum (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1818;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017
tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor );
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018
tentang Badan Layanan Umum Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1213);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 11 Tahun
2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabuapten Kendal (LembaranDaerah Kabupaten Kendal
Tahun 2007 Nomor 11 Seri A No.7, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupatn Kendal Nomor 9) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Kendal Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Kabupaten Kendal Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pokok-
pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Kendal (Lembaran Daerah Kabupaten Kendal Nomor 3 Tahun
2008 Seri A No.2 Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Kendal Nomor 31);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 6 Tahun
2016 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal
(Lembaran Daerah Kabupaten Kendal Tahun 2016 Nomor
6 Seri E No. 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Kendal Nomor 157);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 8 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Kendal (Lembaran Daerah Kabupaten
Kendal Tahun 2016 Seri D No. 1, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Kendal Nomor 159) sebagaimana telah
4
jdih.kendalkab.go.id
diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Kabupaten Kendal Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Kendal (Lembaran Daerah Kabupaten Kendal
Tahun 2020 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Kendal Nomor 200);
22. Peraturan Bupati Kendal Nomor 72 Tahun 2018 tentang
Pola Tata Kelola Unit Pelaksana Teknis Daerah Pusat
Kesehatan Masyarakat yang menerapkan Badan Layanan Umum Daerah di Kabupaten Kendal (Berita Daerah
Kabupaten Kendal Tahun 2018 Nomor 72);
23. Peraturan Bupati Kendal Nomor 75 Tahun 2018 tentang
Penyusunan, Pengajuan, Penetapan, dan Perubahan
Rencana Bisnis dan Anggaran Unit Pelaksana Teknis Daerah Pusat Kesehatan Masyarakat yang menerapkan
Badan Layanan Umum Daerah di Kabupaten Kendal
(Berita Daerah Kabupaten Kendal Tahun 2018 Nomor
75);
24. Peraturan Bupati Kendal 69 Tahun 2018 tentang
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal (Berita Daerah Kabupaten Kendal
Tahun 2018 Nomor 69) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Bupati Kendal Nomor 44 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Kendal Nomor
69 Tahun 2018 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal (Berita Daerah
Kabupaten Kendal Tahun 2019 Nomor 44);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI
PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH UNIT PELAKSANA
TEKNIS DAERAH PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DI
KABUPATEN KENDAL.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Kendal ;
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur
penyelenggaran Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Kendal.
4. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten
Kendal .
5. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya
disingkat BLUD adalah sistem yang diterapkan oleh unit
pelaksana teknis dinas/badan daerah dalam memberikan
5
jdih.kendalkab.go.id
pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan sebagai
pengecualian dari ketentuan pengelolaan daerah pada
umumnya.
6. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang selanjutnya disingkat
UPTD adalah Organisasi yang melaksanakan kegiatan
teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang
tertentu pada Dinas.
7. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
8. Fleksibilitas adalah keleluasaan dalam pola pengelolaan
keuangan dengan menerapkan praktek bisnis yang sehat
untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat tanpa mencari keuntungan dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
9. Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi
organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu,
berkesinambungan dan berdaya saing.
10. Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan,
pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi
dan kejadian keuangan, penyajian laporan keuangan,
penginterpretasian atas hasilnya.
11. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah
konsep dasar penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan dan merupakan acuan bagi
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, penyusun
laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu
masalah yang belum diatur dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
12. Standar Akuntansi Pemerintahan selanjutnya disingkat
SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah.
13. SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui
pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam
pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui
pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang
ditetapkan dalam APBD.
14. Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar,
konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik
spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
15. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintah yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut
6
jdih.kendalkab.go.id
ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan yang bertujuan umum.
16. Entitas Akuntansi adalah unit pada pemerintahan yang
mengelola anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang
menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan
keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakan.
17. Bagan Akun Standar, yang selanjutnya disingkat BAS,
adalah kode perkiraan buku besar akuntansi yang terdiri dari kumpulan akun nominal dan akun riil secara
lengkap yang digunakan di dalam pembuatan jurnal,
buku besar, neraca lajur, neraca percobaan, dan laporan
keuangan.
18. Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat
transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan
saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
19. Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui
pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar.
20. Pengakuan adalah proses penetapan terpenuhinya
kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang
melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-
LRA, belanja, pembiayaan, pendapatan-LO dan beban, sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan
entitas pelaporan yang bersangkutan.
21. Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk
mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan
keuangan.
22. Pengungkapan adalah laporan keuangan yang
menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan
oleh pengguna.
23. Laporan Realisasi Anggaran yang selanjutnya disingkat
LRA adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA,
pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan
anggaran, yang masing-masing diperbandingkan dengan
anggarannya dalam satu periode.
24. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang selanjutnya disingkat LPSAL adalah laporan yang
menyajikan informasi kenaikan dan penurunan SAL
tahun pelaporan yang terdiri dari SAL awal,
SiLPA/SiKPA, koreksi dan SAL akhir.
25. Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, utang
dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
26. Laporan Operasional yang selanjutnya disingkat LO
adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai
seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan
yang tercermin dalam pendapatan-LO, beban dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan
yang penyajiannya disandingkan dengan periode
7
jdih.kendalkab.go.id
sebelumnya.
27. Laporan Arus Kas yang selanjutnya disingkat LAK adalah
laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu
periode akuntansi, serta saldo kas dan setara kas pada
tanggal pelaporan.
28. Laporan Perubahan Ekuitas yang selanjutnya disingkat
LPE adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai
perubahan ekuitas yang terdiri dari ekuitas awal,
surplus/defisit-LO, koreksi dan ekuitas akhir.
29. Catatan atas Laporan Keuangan yang selanjutnya disingkat CaLK adalah laporan yang menyajikan
informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA, LPSAL, LO, LPE, Neraca dan LAK dalam rangka
pengungkapan yang memadai.
30. Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas
Umum Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah dan tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah daerah.
31. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali.
32. Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah
daerah.
33. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban.
34. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya.
35. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah daerah sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun
masyarakat serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber- sumber daya yang dipelihara karena alasan
sejarah dan budaya.
36. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa
lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar
sumber daya ekonomi pemerintah daerah.
37. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang
8
jdih.kendalkab.go.id
merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah
daerah.
38. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada
pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna
barang.
39. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya
disingkat PPKD adalah Kepala Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara
umum daerah.
40. Koreksi adalah tindakan pembetulan secara akuntansi
agar akun/pos yang tersaji dalam laporan keuangan
entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya.
41. Penyesuaian adalah transaksi penyesuaian pada akhir
periode untuk mengakui pos-pos seperti persediaan, piutang, utang dan yang lain yang berkaitan dengan
adanya perbedaan waktu pencatatan dan yang belum
dicatat pada transaksi berjalan atau pada periode yang
berjalan.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud penyusunan Peraturan Bupati ini adalah sebagai pedoman dalam penerapan SAP berbasis akrual pada BLUD
UPTD Puskesmas di Daerah.
Pasal 3
Tujuan penyusunan Peraturan Bupati ini adalah untuk
mewujudkan penyajian laporan keuangan yang relevan,
andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami pada BLUD
UPTD Puskesmas di Daerah.
BAB III
KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BLUD
UPTD PUSKESMAS
Pasal 4
(1) Kebijakan akuntansi pada BLUD UPTD Puskesmas
terdiri atas :
a. kerangka konseptual;
b. kebijakan akuntansi pelaporan keuangan; dan
c. kebijakan akuntansi akun.
(2) Kerangka konseptual sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a memuat kerangka konseptual kebijakan akuntansi pada BLUD UPTD Puskesmas yang mengacu
pada Kerangka Konseptual Standar Akuntasi
Pemerintahan.
(3) Kebijakan akuntansi pelaporan keuangan sebagaimana
9
jdih.kendalkab.go.id
dimaksud pada ayat (1) huruf b memuat penjelasan atas unsur-unsur laporan keuangan yang berfungsi sebagai
panduan dalam penyajian pelaporan keuangan.
(4) Kebijakan akuntansi akun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c mengatur definisi, pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
atau peristiwa sesuai dengan Pernyataan SAP atas :
a. pemilihan metode akuntansi atas kebijakan
akuntansi dalam SAP; dan
b. pengaturan yang lebih rinci atas kebijakan akuntansi
dalam SAP.
(5) Kebijakan akuntansi pada BLUD UPTD Puskesmas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 5
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kendal.
Ditetapkan di Kendal
Pada tanggal 30 Desember 2020
BUPATI KENDAL,
cap ttd
MIRNA ANNISA
Diundangkan di Kendal
Pada tanggal 30 Desember 2020
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KENDAL,
cap ttd
MOH. TOHA
BERITA DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2020 NOMOR 114
10
jdih.kendalkab.go.id
LAMPIRAN
PERATURAN BUPATI KENDAL
NOMOR 114 TAHUN 2020
TENTANG
KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH UNIT PELAKSANA
TEKNIS DAERAH PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DI
KABUPATEN KENDAL
KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH PUSAT KESEHATAN
MASYARAKAT DI KABUPATEN KENDAL
Komponen utama kebijakan akuntansi Badan Layanan Umum Daerah
terdiri atas:
1. Kerangka Konseptual.
Memuat prinsip akuntansi dasar dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan serta berfungsi sebagai acuan dalam hal terdapat
masalah akuntansi yang belum dinyatakan baik dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan maupun dalam Kebijakan Akuntansi terkait
akun laporan keuangan.
2. Kebijakan Akuntansi Pelaporan Keuangan.
Memuat penjelasan atas unsur-unsur laporan keuangan serta berfungsi
sebagai panduan dalam proses pelaporan keuangan.
3. Kebijakan Akuntansi Akun.
Mengatur definisi, pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
transaksi atau peristiwa setiap akun sesuai dengan PSAP atas :
a. Pemilihan metode akuntansi atas kebijakan pengakuan dan/atau
pengukuran di SAP yang memberikan beberapa pilihan metode;
b. Pengaturan yang lebih rinci atas kebijakan pengakuan dan/atau
pengukuran yang ada di SAP;
c. Pengaturan hal-hal yang belum diatur SAP.
11
jdih.kendalkab.go.id
BAB I
KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN
A. PENDAHULUAN.
1. TUJUAN.
a. Tujuan kerangka konseptual akuntansi adalah sebagai acuan bagi :
1) penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi
masalah akuntansi yang belum diatur dalam kebijakan
akuntansi;
2) pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah
laporan keuangan disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi;
dan
3) para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi
yang disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan kebijakan akuntansi.
b. Kerangka konseptual ini berfungsi sebagai acuan dalam hal
terdapat masalah akuntansi yang belum dinyatakan dalam
Kebijakan Akuntansi.
c. Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip akuntansi yang telah
dipilih berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan untuk
diterapkan dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan
BLUD UPTD Puskesmas.
d. Tujuan kebijakan akuntansi adalah mengatur penyusunan dan
penyajian laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas untuk tujuan
umum dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan
keuangan terhadap anggaran dan antar periode.
Dalam hal terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan
kebijakan akuntansi, maka ketentuan kebijakan akuntansi
diunggulkan relatif terhadap kerangka konseptual ini. Dalam jangka
panjang, konflik demikian diharapkan dapat diselesaikan sejalan
dengan pengembangan kebijakan akuntansi di masa depan.
2. RUANG LINGKUP.
a. Kerangka konseptual ini membahas :
1) Tujuan kerangka konseptual;
2) Asumsi dasar;
3) Karakteristik kualitatif laporan keuangan;
12
jdih.kendalkab.go.id
4) Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan;
5) Kendala informasi akuntansi;
b. Kerangka Konseptual ini berlaku bagi pelaporan keuangan setiap
entitas akuntansi dan entitas pelaporan BLUD UPTD Puskesmas,
yang memperoleh anggaran berdasarkan APBD.
3. ASUMSI DASAR.
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas
adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu
dibuktikan agar kebijakan akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri
atas:
a. Asumsi kemandirian entitas;
b. Asumsi kesinambungan entitas;
c. Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).
Asumsi Kemandirian Entitas.
Asumsi kemandirian entitas, yang berarti bahwa unit BLUD UPTD
Puskesmas sebagai entitas pelaporan dan entitas akuntansi dianggap
sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk
menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar
unit pemerintahan dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi
terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk
menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab
penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber
daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya,
termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya
dimaksud, utang piutang yang terjadi akibat pembuatan keputusan
entitas, serta terlaksana tidaknya program dan kegiatan yang telah
ditetapkan.
Entitas BLUD UPTD Puskesmas merupakan entitas Pelaporan dan
entitas Akuntansi.
BLU adalah entitas pelaporan karena merupakan satuan kerja
pelayanan yang walaupun bukan berbentuk badan
hukum yang mengelola kekayaan daerah yang dipisahkan, mempunyai
karakteristik antara lain mempunyai kewenangan dalam pengelolaan
keuangan yaitu penggunaan pendapatan, pengelolaan kas, investasi,
dan pinjaman sesuai dengan ketentuan.
Selaku penerima anggaran belanja pemerintah/APBD yang
13
jdih.kendalkab.go.id
menyelenggarakan akuntansi, BLU adalah entitas akuntansi, yang
laporan keuangannya dikonsolidasikan pada entitas akuntansi/entitas
pelaporan yang secara organisatoris membawahinya.
Kesinambungan Entitas.
Laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas disusun dengan asumsi
bahwa BLUD UPTD Puskesmas akan berlanjut keberadaannya dan
tidak bermaksud untuk melakukan likuidasi.
Keterukuran Dalam Satuan Uang (Monetary Measurement).
Laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas harus menyajikan setiap
kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini
diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan
pengukuran dalam akuntansi.
B. KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN.
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran
normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga
dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini
merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan
BLUD UPTD Puskesmas dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki :
1. Relevan;
2. Andal;
3. Dapat dibandingkan;
4. Dapat dipahami.
1. RELEVAN.
Laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas dikatakan relevan apabila
informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan
pengguna laporan keuangan dengan membantunya dalam
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan dan
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna laporan di masa
lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan
adalah yang dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.
Informasi yang relevan harus :
a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), artinya bahwa
laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas harus memuat informasi
yang memungkinkan pengguna laporan untuk menegaskan atau
mengoreksi ekspektasinya di masa lalu;
14
jdih.kendalkab.go.id
b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value), artinya bahwa laporan
keuangan harus memuat informasi yang dapat membantu pengguna
laporan untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan
hasil masa lalu dan kejadian masa kini;
c. Tepat waktu, artinya bahwa laporan keuangan BLUD UPTD
Puskesmas harus disajikan tepat waktu sehingga dapat
berpengaruh dan berguna untuk pembuatan keputusan pengguna
laporan keuangan; dan
d. Lengkap, artinya bahwa penyajian laporan keuangan BLUD UPTD
Puskesmas harus memuat informasi yang selengkap mungkin, yaitu
mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pembuatan keputusan pengguna laporan.
2. ANDAL.
Informasi dalam laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas harus
bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material,
menyajikan setiap kenyataan secara jujur, serta dapat diverifikasi.
Informasi akuntansi yang relevan, tetapi jika hakikat atau
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi
tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal
harus memenuhi karakteristik :
a. Penyajiannya jujur, artinya bahwa laporan keuangan BLUD UPTD
Puskesmas harus memuat informasi yang menggambarkan dengan
jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan
atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan;
b. Dapat diverifikasi (verifiability), artinya bahwa laporan keuangan
BLUD UPTD Puskesmas harus memuat informasi yang dapat diuji,
dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang
berbeda, hasilnya harus tetap menunjukkan simpulan yang tidak
jauh berbeda;
c. Netralitas, artinya bahwa laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas
harus memuat informasi yang diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan umum dan bias pada kebutuhan pihak tertentu. Tidak
boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan
pihak tertentu, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain.
3. DAPAT DIBANDINGKAN.
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan BLUD UPTD
15
jdih.kendalkab.go.id
Puskesmas akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan
laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan BLUD
UPTD Puskesmas lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan
secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat
dilakukan bila BLUD UPTD Puskesmas menerapkan kebijakan
akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara
eksternal dapat dilakukan bila BLUD UPTD Puskesmas yang
diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.
Apabila BLUD UPTD Puskesmas akan menerapkan kebijakan
akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang
sekarang diterapkan, perubahan kebijakan akuntansi harus
diungkapkan pada periode terjadinya perubahan tersebut.
4. DAPAT DIPAHAMI.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat
dipahami oleh pengguna laporan keuangan dan dinyatakan dalam
bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para
pengguna laporan. Untuk itu, pengguna laporan diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi
BLUD UPTD Puskesmas, serta adanya kemauan pengguna laporan
untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
C. PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN.
Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai
ketentuan yang harus dipahami dan ditaati oleh penyelenggara
akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah daerah dalam
melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan dalam memahami
laporan keuangan yang disajikan. Berikut ini adalah delapan prinsip
yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan BLUD UPTD
Puskesmas:
1. Basis akuntansi;
2. Prinsip nilai historis;
3. Prinsip realisasi;
4. Prinsip substansi mengungguli formalitas;
5. Prinsip periodisitas;
6. Prinsip konsistensi;
7. Prinsip pengungkapan lengkap; dan
8. Prinsip penyajian wajar
16
jdih.kendalkab.go.id
1. BASIS AKUNTANSI.
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan BLUD
UPTD Puskesmas adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan-
LO, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Dalam hal peraturan
perundangan mewajibkan disajikannya laporan keuangan dengan
basis kas, maka entitas wajib menyajikan laporan demikian.
Basis akrual untuk Laporan Operasional berarti bahwa pendapatan
diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi
walaupun kas belum diterima di Rekening Kas BLUD UPTD
Puskesmas dan beban diakui pada saat kewajiban yang
mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi
walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas BLUD UPTD
Puskesmas. Pendapatan seperti bantuan pihak luar/asing dalam
bentuk jasa disajikan pula pada Laporan Operasional.
Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas,
maka LRA disusun berdasarkan basis kas, berarti bahwa pendapatan-
LRA dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima di
Rekening Kas BLUD UPTD Puskesmas; serta belanja, transfer dan
pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari
Rekening Kas BLUD UPTD Puskesmas. Namun demikian, bilamana
anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka
LRA disusun berdasarkan basis akrual.
Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas
diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat
kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan BLUD
UPTD Puskesmas, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar.
2. PRINSIP NILAI HISTORIS.
Aset dicatat sebesar jumlah kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar
dari imbalan (consideration) untuk memperoleh Aset tersebut pada
saat perolehan. Utang dicatat sebesar jumlah kas yang diharapkan
akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan
datang dalam pelaksanaan kegiatan BLUD UPTD Puskesmas.
Penggunaan nilai historis lebih dapat diandalkan daripada nilai yang
lain, karena nilai perolehan lebih obyektif dan dapat diverifikasi.
Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai wajar
aset atau kewajiban terkait.
17
jdih.kendalkab.go.id
3. PRINSIP REALISASI.
Bagi BLUD UPTD Puskesmas, pendapatan basis kas yang tersedia
yang telah diotorisasikan melalui anggaran BLUD UPTD Puskesmas
suatu periode akuntansi akan digunakan untuk membayar utang dan
belanja dalam periode tersebut. Mengingat LRA masih merupakan
laporan yang wajib disusun, maka pendapatan atau belanja basis kas
diakui setelah diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah atau
mengurangi kas.
Prinsip layak temu biaya-pendapatan (matching cost against revenue
principle) tidak ditekankan dalam akuntansi BLUD UPTD Puskesmas,
sebagaimana dipraktikkan dalam akuntansi sektor swasta.
4. PRINSIP SUBSTANSI MENGUNGGULI BENTUK FORMAL.
Informasi akuntansi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka
transaksi atau peristiwa lain tersebut harus dicatat dan disajikan
sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, bukan hanya
mengikuti aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau
peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya,
maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.
5. PRINSIP PERIODISITAS.
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas
perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja BLUD
UPTD Puskesmas dapat diukur dan posisi sumber daya yang
dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah
tahunan. Namun, periode bulanan, triwulanan, dan semesteran juga
dianjurkan.
6. PRINSIP KONSISTENSI.
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang
serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip
konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi
perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain.
Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa
metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang
lebih baik dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan
penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
18
jdih.kendalkab.go.id
Keuangan.
7. PRINSIP PENGUNGKAPAN LENGKAP.
Laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas menyajikan secara
lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada
lembar muka (on the face) laporan keuangan atau Catatan atas
Laporan Keuangan.
8. PRINSIP PENYAJIAN WAJAR.
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan
Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan.
Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat diperlukan
bagi penyusun laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas ketika
menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu.
Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat
serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam
penyusunan laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas. Pertimbangan
sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau
pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak
dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan
pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan
cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan aset atau pendapatan
yang terlampau rendah, atau sengaja mencatat kewajiban atau belanja
yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak
netral dan tidak andal.
D. KENDALA INFORMASI AKUNTANSI.
Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap
keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal
dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan BLUD
UPTD Puskesmas yang relevan dan andal akibat keterbatasan
(limitations) atau karena alasan-alasan kepraktisan. Tiga hal yang
menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan
BLUD UPTD Puskesmas, yaitu:
1. Materialitas;
19
jdih.kendalkab.go.id
2. Pertimbangan biaya dan manfaat; dan
3. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif.
1. MATERIALITAS.
Laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas walaupun idealnya
memuat segala informasi, tetapi hanya diharuskan memuat informasi
yang memenuhi kriteria materialitas. Informasi dipandang material
apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan
pengguna laporan yang dibuat atas dasar informasi dalam laporan
keuangan BLUD UPTD Puskesmas.
2. PERTIMBANGAN BIAYA DAN MANFAAT.
Manfaat yang dihasilkan dari informasi yang dimuat dalam laporan
keuangan BLUD UPTD Puskesmas seharusnya melebihi dari biaya
yang diperlukan untuk penyusunan laporan tersebut. Oleh karena itu,
laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas tidak semestinya
menyajikan informasi yang manfaatnya lebih kecil dibandingkan biaya
penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat
merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya dimaksud
juga tidak harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati
manfaat.
3. KESEIMBANGAN ANTAR KARAKTERISTIK KUALITATIF.
Keseimbangan antar karakteristik kualit
atif diperlukan untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di
antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dipenuhi oleh
laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas. Kepentingan relatif antar
karakteristik dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi
dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua
karakteristik kualitatif tersebut merupakan masalah pertimbangan
profesional.
20
jdih.kendalkab.go.id
BAB II
KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN
A. PENDAHULUAN.
1. TUJUAN.
a. Tujuan kebijakan akuntansi ini adalah mengatur penyajian laporan
keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan
keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar
entitas;
b. Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan akuntansi ini
menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan
keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan
minimum isi laporan keuangan;
c. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pengguna laporan. Pengakuan, pengukuran, dan
pengungkapan transaksi-transaksi spesifik dan peristiwa-peristiwa
yang lain, diatur dalam kebijakan akuntansi yang khusus.
2. RUANG LINGKUP.
a. Laporan keuangan untuk tujuan umum yang disusun dan disajikan
dengan basis akrual;
b. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Yang
dimaksud dengan pengguna adalah masyarakat, legislatif, lembaga
pemeriksa/pengawas, pihak yang memberi atau berperan dalam
proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah yang lebih
tinggi;
c. Laporan keuangan meliputi laporan keuangan yang disajikan
terpisah atau bagian dari laporan keuangan yang disajikan dalam
dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan;
d. Kebijakan ini berlaku untuk BLUD UPTD Puskesmas.
3. BASIS AKUNTANSI.
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan BLUD
UPTD Puskesmas yaitu basis akrual. Namun karena anggaran disusun
dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka Laporan Realisasi
Anggaran disusun berdasarkan basis kas.
21
jdih.kendalkab.go.id
B. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN.
1. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi
mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih,
arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas
pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
2. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah daerah
adalah untuk menyajikan informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas
entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya,
dengan:
a. menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas pemerintah;
b. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya
ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah;
c. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan
penggunaan sumber daya ekonomi;
d. menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap
anggarannya;
e. menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan
mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;
f. menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk
membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
g. menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi
kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
3. Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna
mengenai:
a. indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan
sesuai dengan anggaran; dan
b. indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai
dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan
oleh DPRD.
4. Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal :
a. Aset;
b. Kewajiban;
c. Ekuitas;
22
jdih.kendalkab.go.id
d. Pendapatan-LRA;
e. Belanja;
f. Pembiayaan;
g. Saldo Anggaran Lebih;
h. Pendapatan-LO;
i. Beban; dan
j. Arus Kas.
5. Informasi dalam laporan keuangan tersebut relevan untuk memenuhi
tujuan pelaporan keuangan, namun tidak dapat sepenuhnya
memenuhi tujuan tersebut. Informasi tambahan, termasuk laporan
non keuangan, dapat dilaporkan bersama-sama dengan laporan
keuangan untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif
mengenai aktivitas suatu entitas pelaporan selama satu periode.
6. BLUD UPTD Puskesmas menyajikan informasi tambahan untuk
membantu para pengguna dalam memperkirakan kinerja keuangan
entitas dan pengelolaan aset, seperti halnya dalam pembuatan dan
evaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya ekonomi.
Informasi tambahan ini termasuk rincian mengenai output entitas
dan outcomes dalam bentuk indikator kinerja keuangan, laporan
kinerja keuangan, tinjauan program dan laporan lain mengenai
pencapaian kinerja keuangan entitas selama periode pelaporan.
C. TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN.
Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan berada
pada pimpinan entitas.
D. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN.
1. Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan
terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan
laporan finansial, sehingga seluruh komponen menjadi sebagai
berikut:
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;
c. Neraca;
d. Laporan Operasional;
e. Laporan Arus Kas;
f. Laporan Perubahan Ekuitas;
g. Catatan atas Laporan Keuangan;
23
jdih.kendalkab.go.id
2. Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh BLUD
UPTD Puskesmas selaku oleh entitas pelaporan.
E. STRUKTUR DAN ISI.
1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN.
a. Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan
BLUD UPTD Puskesmas yang menunjukkan ketaatan terhadap
APBD.
b. Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan
antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode
pelaporan dan menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur
sebagai berikut :
1) Pendapatan-LRA;
2) Belanja;
3) Surplus/Defisit-LRA;
4) Pembiayaan;
5) Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.
c. Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan
atas Laporan Keuangan. Penjelasan tersebut memuat hal-hal
yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan
fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang
material antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar
yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk
dijelaskan.
Contoh format Laporan Realisasi Anggaran terdapat pada format II.1.
2. LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH.
a. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan secara
komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut :
1) Saldo Anggaran Lebih awal;
2) Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
3) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
4) Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya;
5) Lain-lain;
6) Saldo Anggaran Lebih akhir.
b. Disamping itu, pemerintah daerah menyajikan rincian lebih lanjut
dari unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
24
jdih.kendalkab.go.id
Contoh format Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih terdapat
pada Format II.2.
3. NERACA.
a. Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
b. Pemerintah Daerah mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar
dan non lancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi
kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca.
Sedangkan ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada
tanggal laporan.
c. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada
Laporan Perubahan Ekuitas.
d. Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut:
1) kas dan setara kas;
2) investasi jangka pendek;
3) piutang;
4) persediaan;
5) investasi jangka panjang;
6) aset tetap;
7) aset lainnya;
8) kewajiban jangka pendek;
9) kewajiban jangka panjang;
10) ekuitas.
Contoh format Neraca terdapat pada Format II.3.
4. LAPORAN OPERASIONAL.
a. Laporan operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO,
beban, surplus/defisit dari kegiatan operasional,
surplus/defisit dari kegiatan non operasional, surplus/defisit
sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO,
yang diperlukan untuk penyajian yang wajar secara komparatif.
b. Laporan operasional dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas
Laporan Keuangan yang memuat hal-hal yang berhubungan
dengan aktivitas keuangan selama satu tahun seperti kebijakan
fiskal dan moneter, serta daftar-daftar yang merinci lebih
lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.
25
jdih.kendalkab.go.id
c. Dalam laporan operasional harus diidentifikasikan secara jelas,
dan, jika dianggap perlu, diulang pada setiap halaman
laporan, informasi berikut:
1) Nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;
2) Cakupan entitas pelaporan;
3) Periode yang dicakup;
4) mata uang pelaporan; dan
5) satuan angka yang digunakan.
d. Laporan operasional menyajikan pos-pos sebagai berikut:
1) Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
2) Beban dari kegiatan operasional;
3) Surplus/defisit dari kegiatan operasional;
4) Kegiatan Non Operasional;
5) Surplus/defisit sebelum Pos Luar Biasa;
6) Pos luar biasa;
7) Surplus/defisit-LO.
e. Saldo Surplus/Defisit-LO pada akhir periode pelaporan
dipindahkan ke Laporan Perubahan Ekuitas.
Contoh format Laporan operasional terdapat pada Format II.3.
5. LAPORAN ARUS KAS.
a. Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode
akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
b. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
Contoh format Laporan Arus Kas terdapat pada Format II.4.
Aktivitas Operasi.
a. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang
menunjukkan kemampuan operasi BLUD UPTD Puskesmas dalam
menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas
operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan
sumber pendanaan dari luar.
b. Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari
antara lain :
1) Pendapatan dari alokasi APBN/APBD;
2) Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat;
3) Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas
26
jdih.kendalkab.go.id
akuntansi/pelaporan;
4) Pendapatan hasil kerja sama;
5) Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas; dan
6) Pendapatan BLUD lainnya.
c. Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan
untuk pengeluaran, antara lain :
1) Belanja Pegawai;
2) Belanja Barang dan Jasa;
3) Belanja Bunga;
4) Pembayaran Lain-lain / Kejadian Luar Biasa
Aktivitas Investasi.
a. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan
sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mendukung pelayanan BLUD UPTD Puskesmas kepada
masyarakat di masa yang akan datang.
b. Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
1) Penjualan Aset Tetap;
2) Penjualan Aset Lainnya;
3) Penerimaan dari Divestasi; dan
4) Penjualan Investasi dalam bentuk sekuritas.
c. Arus keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari :
1) Perolehan Aset Tetap;
2) Perolehan Aset Lainnya;
3) Penyertaan Modal BLUD;
4) Pembelian Investasi dalam bentuk sekuritas;
5) Perolehan Investasi Jangka Panjang Lainnya.
Aktivitas Pendanaan.
a. Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan atau
pemberian pinjaman jangka panjang.
b. Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
1) Penerimaan Pinjaman; dan
2) Penerimaan dana dari APBN/APBD untuk diinvestasikan
c. Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan antara lain :
1) Pembayaran Pokok Pinjaman; dan
2) Pembayaran investasi dana dari APBN/APBD ke BUN/BUD
27
jdih.kendalkab.go.id
Aktivitas Transitoris.
a. Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran
kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan.
b. Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan,
beban, dan pendanaan BLUD.
c. Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan
PFK.
d. Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran
PFK.
6. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS.
a. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan pos-pos:
1) Ekuitas awal;
2) Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
3) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi
ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang
disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi
kesalahan mendasar, misalnya:
a) koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi
pada periode-periode sebelumnya;
b) perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
4) Ekuitas akhir.
Contoh format Laporan Perubahan Ekuitas terdapat pada Format II.5.
7. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN.
a. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya,
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan dengan susunan
sebagai berikut :
1) Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas
Akuntansi;
2) Kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
3) Ikhtisar pencapaian target keuangan berikut hambatan dan
kendalanya;
4) Kebijakan akuntansi yang penting:
a) Entitas akuntansi/pelaporan;
28
jdih.kendalkab.go.id
b) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan
keuangan;
c) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan;
d) Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang
diterapkan dengan ketentuan-ketentuan Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan oleh suatu entitas
akuntansi/pelaporan;
e) Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan
untuk memahami laporan keuangan.
5) Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:
a) Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan
Keuangan;
b) Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Kebijakan
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam
lembar muka Laporan Keuangan.
6) Informasi tambahan lainnya yang diperlukan seperti
gambaran umum daerah.
7) Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan.
b. Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis.
Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas harus
mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
c. Di dalam bagian penjelasan akan kebijakan akuntansi, dijelaskan
hal-hal berikut ini:
1) dasar pengakuan dan pengukuran yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan;
2) kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan
ketentuan-ketentuan masa transisi Standar Akuntansi
Pemerintahan diterapkan oleh suatu entitas pelaporan; dan
3) setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk
memahami laporan keuangan.
29
jdih.kendalkab.go.id
d. Dalam menentukan apakah suatu kebijakan akuntansi perlu
diungkapkan, manajemen harus mempertimbangkan apakah
pengungkapan tersebut dapat membantu pengguna untuk
memahami setiap transaksi yang tercermin dalam laporan
keuangan.
e. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu dipertimbangkan
untuk disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan meliputi,
tetapi tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut:
1) Pengakuan pendapatan-LRA;
2) Pengakuan pendapatan-LO
3) Pengakuan belanja;
4) Pengakuan beban;
5) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
6) Investasi;
7) Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan
tidak berwujud;
8) Kontrak-kontrak konstruksi;
9) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
10) Kemitraan dengan fihak ketiga;
11) Biaya penelitian dan pengembangan;
12) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai
sendiri;
13) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.
30
jdih.kendalkab.go.id
BAB III
KEBIJAKAN AKUNTANSI AKUN
1. Kebijakan akuntansi ini menjelaskan hal-hal terkait dengan definisi,
pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan akun-akun
yang ada pada lembaran muka Laporan Keuangan.
2. Kebijakan akuntansi yang disusun oleh pemerintah daerah terkait
dengan implementasi akuntansi berbasis akrual didasarkan pada PP
No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Oleh
sebab itu, jika terdapat hal-hal yang belum diatur di dalam kebijakan
akuntansi ini, maka Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(PSAP) akan menjadi rujukan perlakuan akuntansi (accountancy
treatment) atas transaksi yang terjadi.
3. Sistematika penyajian dalam kebijakan akuntansi ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
A. Kebijakan Akuntansi Aset
B. Kebijakan Akuntansi Kewajiban
C. Kebijakan Akuntansi Ekuitas
D. Kebijakan Akuntansi Pendapatan LRA
E. Kebijakan Akuntansi Belanja
F. Kebijakan Akuntansi Pembiayaan
G. Kebijakan Akuntansi Pendapatan LO
H. Kebijakan Akuntansi Beban
I. Kebijakan Akuntansi Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi Yang Tidak
Dilanjutkan
31
jdih.kendalkab.go.id
BAB IV
KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET
A. UMUM.
1. Tujuan.
Tujuan kebijakan akuntansi aset adalah untuk mengatur
perlakuan akuntansi untuk aset dan pengungkapan informasi
penting lainnya yang harus disajikan dalam laporan keuangan.
2. Ruang Lingkup.
Kebijakan ini diterapkan dalam penyajian seluruh aset dalam
laporan keuangan untuk tujuan umum yang disusun dan
disajikan dengan basis akrual untuk pengakuan pos-pos aset,
kewajiban, dan ekuitas. Kebijakan ini diterapkan untuk entitas
akuntansi/entitas pelaporan BLUD UPTD Puskesmas.
3. Definisi.
Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam kebijakan
akuntansi aset ini dengan pengertian:
a) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh BLUD UPTD Puskesmas sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh
oleh BLUD, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber
daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
b) Aset lancar adalah suatu aset yang diharapkan segera untuk
dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual
dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
c) Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka
pendek, piutang, dan persediaan.
d) Aset non lancar adalah aset yang tidak dapat dimasukkan
dalam kriteria aset lancar yang mencakup aset yang bersifat
jangka panjang dan Aset Tidak Berwujud, yang digunakan
secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan
pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum.
e) Aset non lancar meliputi investasi jangka panjang, aset
tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.
32
jdih.kendalkab.go.id
B. ASET LANCAR.
1. KAS DAN SETARA KAS.
a. Definisi Kas dan Setara Kas.
1) Kas dan setara kas adalah uang tunai dan saldo
simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan
untuk membiayai kegiatan BLUD UPTD Puskesmas atau
investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap
dicairkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan
nilai yang signifikan.
2) Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang
setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan
BLUD UPTD Puskesmas.
3) Kas terdiri dari:
(a) Kas di Bendahara Penerimaan;
(b) Kas di Bendahara Pengeluaran; dan
(c) Kas di BLUD.
4) Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat
likuid yang siap dijabarkan menjadi kas serta bebas dari
risiko perubahan nilai yang signifikan.
5) Setara kas terdiri dari :
(a) Simpanan di bank dalam bentuk deposito kurang dari
3 (tiga) bulan;
(b) Investasi jangka pendek lainnya yang sangat likuid
atau kurang dari 3 (tiga) bulan.
6) Klasifikasi kas dan setara kas secara terinci diuraikan
dalam Bagan Akun Standar (BAS).
b. Pengakuan Kas dan Setara Kas.
kas dan setara kas diakui pada saat kas dan setara kas
diterima oleh bendahara penerimaan dan/atau
dikeluarkan/dibayarkan oleh bendahara
pengeluaran/rekening BLUD.
c. Pengukuran Kas dan Setara Kas.
Kas dan setara kas diukur dan dicatat sebesar nilai nominal.
Nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiahnya.
Apabila terdapat kas dalam bentuk valuta asing, dikonversi
menjadi rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral pada
tanggal neraca.
d. Penyajian dan Pengungkapan Kas dan Setara Kas.
Hal-hal yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan
BLUD UPTD Puskesmas berkaitan dengan kas dan setara kas,
33
jdih.kendalkab.go.id
antara lain:
1) rincian dan nilai kas yang disajikan dalam laporan
keuangan;
2) rincian dan nilai kas yang ada dalam rekening
bendahara/BLUD namun merupakan kas transitoris
yang belum disetorkan ke pihak yang berkepentingan.
2. INVESTASI JANGKA PENDEK
a. Definisi Investasi Jangka Pendek
1) Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk
memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, dividen dan
royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan BLUD UPTD Puskesmas dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.
2) Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat
segera diperjualbelikan/ dicairkan, ditujukan dalam
rangka manajemen kas yang artinya BLUD dapat menjual
investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas dan
beresiko rendah, serta dimiliki selama kurang dari 12 (dua
belas) bulan.
3) Klasifikasi investasi jangka pendek secara terinci
diuraikan dalam Bagan Akun Standar (BAS).
b. Pengakuan Investasi Jangka Pendek
1) Pengeluaran kas menjadi investasi jangka pendek dapat
diakui apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa
pontensial di masa yang akan datang atas suatu
investasi jangka pendek tersebut dapat diperoleh
BLUD. BLUD UPTD Puskesmas perlu mengkaji tingkat
kepastian mengalirnya manfaat ekonomi dan manfaat
sosial atau jasa potensial di masa depan berdasarkan
bukti-bukti yang tersedia pada saat pengakuan yang
pertama kali
b) Nilai nominal atau nilai wajar investasi jangka pendek
dapat diukur secara memadai (reliable) karena adanya
transaksi pembelian atau penempatan dana yang
didukung dengan bukti yang menyatakan
/mengidentifikasikan biaya perolehannya/ nilai dana
yang ditempatkan.
2) Penerimaan kas dapat diakui sebagai
pelepasan/pengurang investasi jangka pendek apabila
terjadi penjualan, pelepasan hak, atau pencairan dana
karena kebutuhan, jatuh tempo, maupun karena
peraturan pemerintah daerah.
3) Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka
34
jdih.kendalkab.go.id
pendek, antara lain berupa bunga deposito, bunga
obligasi, dan deviden tunai (cash dividend) diakui pada
saat diperoleh sebagai pendapatan.
c. Pengukuran Investasi Jangka Pendek
1) Secara umum untuk investasi yang memiliki pasar aktif
yang dapat membentuk nilai pasarnya, maka nilai pasar
dapat dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar.
Dan untuk investasi yang yang tidak memiliki pasar aktif,
maka dapat dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat
atau nilai wajar lainnya.
2) Pengukuran investasi jangka pendek dapat diuraikan
sebagai berikut :
a) Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga:
(1) Apabila terdapat nilai biaya perolehannya, maka
investasi jangka pendek diukur dan dicatat
berdasarkan harga transaksi investasi ditambah
komisi perantara jual beli, jasa bank, dan biaya
lainnya yang timbul dalam rangka perolehan
tersebut.
(2) Apabila tidak terdapat nilai biaya perolehannya,
maka investasi jangka pendek diukur dan dicatat
berdasarkan nilai wajar investasi pada tanggal
perolehannya yaitu sebesar harga pasarnya. Dan
jika tidak terdapat nilai wajar, maka investasi
jangka pendek dicatat berdasarkan nilai wajar aset
lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi
tersebut.
b) Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham
diukur dan dicatat sebesar nilai nominalnya
d. Penyajian dan Pengungkapan Investasi Jangka Pendek
1) Investasi jangka pendek disajikan sebagai bagian dari Aset
Lancar
2) Pengungkapan investasi jangka pendek dalam Catatan
atas Laporan Keuangan sekurang-kurangnya
mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a) Kebijakan akuntansi penentuan nilai investasi jangka
pendek yang dimiliki BLUD UPTD Puskesmas;
b) Jenis-jenis investasi jangka pendek yang
dimiliki oleh BLUD UPTD Puskesmas;
c) Perubahan nilai pasar investasi jangka pendek (jika ada);
d) Penurunan nilai investasi jangka pendek yang
signifikan dan penyebab penurunan tersebut;
35
jdih.kendalkab.go.id
e) Perubahan pos investasi yang dapat berupa
reklasifikasi investasi permanen menjadi investasi
jangka pendek, aset tetap, aset lain-lain dan
sebaliknya (jika ada).
3. PIUTANG.
a. Definisi Piutang.
1) Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada
BLUD UPTD Puskesmas dan/atau hak BLUD UPTD
Puskesmas yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat
perjanjian/atau akibat lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah.
2) Penyisihan piutang tak tertagih adalah taksiran nilai
piutang yang kemungkinan tidak dapat diterima
pembayarannya dimasa akan datang dari seseorang
dan/atau korporasi dan/atau entitas lain.
3) Penilaian kualitas piutang untuk penyisihan piutang tak
tertagih dihitung berdasarkan kualitas umur piutang,
jenis/karakteristik piutang, dan diterapkan dengan
melakukan modifikasi tertentu tergantung kondisi dari
debiturnya.
4) Klasifikasi piutang secara terinci diuraikan dalam Bagan
Akun Standar (BAS).
b. Pengakuan Piutang.
1) Piutang pendapatan yang sumbernya dari pelayanan
BLUD UPTD Puskesmas diakui ketika timbul klaim/hak
untuk menagih uang atau manfaat ekonomi lainnya
kepada entitas, yaitu pada saat:
a) Terima dokumen Umpan Balik Verifikasi Pengajuan
Klaim (Asuransi/BPJS); dan
b) Terdapat surat penagihan dan telah dilaksanakan
penagihan serta belum dilunasi.
2) Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan hak tagih, yaitu
peristiwa yang timbul dari pemberian pinjaman,
penjualan, kemitraan, dan pemberian fasilitas/jasa yang
diakui sebagai piutang dan dicatat sebagai aset di neraca,
apabila memenuhi kriteria:
a) harus didukung dengan naskah perjanjian/dokumen
lain yang menyatakan hak dan kewajiban secara jelas;
dan
b) jumlah piutang dapat diukur;
3) Peristiwa yang menimbulkan hak tagih berkaitan dengan
TP/TGR, harus didukung dengan bukti SK Pembebanan/
36
jdih.kendalkab.go.id
SKTJM/Dokumen yang dipersamakan, yang menunjukkan
bahwa penyelesaian atas TP/TGR dilakukan dengan cara
damai (di luar pengadilan).SK
Pembebanan/SKTJM/Dokumen yang dipersamakan
merupakan surat keterangan tentang pengakuan bahwa
kerugian tersebut menjadi tanggung jawab seseorang dan
bersedia mengganti kerugian tersebut. Apabila
penyelesaian TP/TGR tersebut dilaksanakan melalui jalur
pengadilan, pengakuan piutang baru dilakukan setelah
terdapat surat ketetapan dan telah diterbitkan surat
penagihan.
c. Pengukuran Piutang.
1) Pengukuran piutang pendapatan BLUD UPTD Puskesmas,
adalah sebagai berikut:
a) disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi dari setiap
tagihan yang ditetapkan; atau
b) disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai
dengan tanggal pelaporan dari setiap tagihan yang
masih proses banding atas keberatan dan belum
ditetapkan oleh majelis tuntutan ganti rugi.
2) Pengukuran piutang yang berasal dari perikatan, adalah
sebagai berikut:
a) Penjualan
Piutang dari penjualan diakui sebesar nilai sesuai
naskah perjanjian penjualan yang terutang (belum
dibayar) pada akhir periode pelaporan. Apabila dalam
perjanjian dipersyaratkan adanya potongan
pembayaran, maka nilai piutang harus dicatat sebesar
nilai bersihnya.
b) Kemitraan
Piutang yang timbul diakui berdasarkan ketentuan-
ketentuan yang dipersyaratkan dalam naskah
perjanjian kemitraan.
3) Pengukuran piutang ganti rugi berdasarkan pengakuan
yang dikemukakan di atas, dilakukan sebagai berikut:
a) Disajikan sebagai aset lancar sebesar nilai yang jatuh
tempo dalam tahun berjalan dan yang akan ditagih
dalam 12 (dua belas) bulan ke depan berdasarkan
surat ketentuan penyelesaian yang telah ditetapkan;
b) Disajikan sebagai aset lainnya terhadap nilai yang
akan dilunasi di atas 12 bulan berikutnya.
4) Pengukuran Berikutnya (Subsequent Measurement)
Terhadap Pengakuan Awal Piutang disajikan berdasarkan
nilai nominal tagihan yang belum dilunasi tersebut
37
jdih.kendalkab.go.id
dikurangi penyisihan kerugian piutang tidak tertagih.
Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penghapusan
piutang maka masing-masing jenis piutang disajikan
setelah dikurangi piutang yang dihapuskan.
5) Pemberhentian pengakuan piutang selain pelunasan juga
dikenal dengan dua cara yaitu: penghapustagihan (write-
off) dan penghapusbukuan (write down).
6) Piutang disajikan sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan (net realizable value), yaitu selisih antara
nilai nominal piutang dengan penyisihan piutang.
7) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih, dibentuk sebesar
nilai piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih
berdasarkan daftar umur piutang sebagai berikut :
No
.
Umur Piutang
(Semua Jenis Piutang)
Besar
Penyisihan
Piutang
Tidak
Tertagih
1.
Piutang lancar
0 %
piutang yang termasuk masa pengembaliannya
s/d 1 (satu) tahun.
2. Piutang kurang lancar 10 %
piutang yang termasuk masa pengembaliannya
diatas 1 (satu) s/d 2 (dua) tahun
3. Piutang ragu-ragu 50 %
piutang yang masa pengembaliannya diatas 2
(dua) tahun s/d 3 (tiga) tahun
4. Piutang macet 100 %
piutang yang termasuk masa pengembalian diatas
3 (tiga) tahun
8) Pencatatan transaksi penyisihan Piutang dilakukan pada
akhir periode pelaporan, apabila masih terdapat saldo
piutang, maka dihitung nilai penyisihan piutang tidak
tertagih sesuai dengan kualitas piutangnya.
9) Apabila kualitas piutang masih sama pada tanggal
pelaporan, maka tidak perlu dilakukan jurnal
penyesuaian cukup diungkapkan di dalam CaLK, namun
bila kualitas piutang menurun, maka dilakukan
penambahan terhadap nilai penyisihan piutang tidak
tertagih sebesar selisih antara angka yang seharusnya
disajikan dalam neraca dengan saldo awal. Sebaliknya,
apabila kualitas piutang meningkat misalnya akibat
restrukturisasi, maka dilakukan pengurangan terhadap
38
jdih.kendalkab.go.id
nilai penyisihan piutang tidak tertagih sebesar selisih
antara angka yang seharusnya disajikan dalam neraca
dengan saldo awal.
d. Pemberhentian Pengakuan.
1) Pemberhentian pengakuan atas piutang dilakukan
berdasarkan sifat dan bentuk yang ditempuh dalam
penyelesaian piutang dimaksud. Secara umum
penghentian pengakuan piutang dengan cara membayar
tunai (pelunasan) atau melaksanakan sesuatu sehingga
tagihan tersebut selesai/lunas.
2) Pemberhentian pengakuan piutang selain pelunasan juga
dikenal dengan dua cara yaitu penghapustagihan (write-
off) dan penghapusbukuan (write down).
3) Penghapusbukuan piutang adalah kebijakan intern
manajemen, merupakan proses dan keputusan akuntansi
yang berlaku agar nilai piutang dapat dipertahankan
sesuai dengan net realizable value-nya.
4) Penghapusbukuan piutang tidak secara otomatis
menghapus kegiatan penagihan piutang dan hanya
dimaksudkan untuk pengalihan pencatatan dari
intrakomptabel menjadi ekstrakomptabel.
5) Penghapusbukuan piutang merupakan konsekuensi
penghapustagihan piutang. Penghapusbukuan piutang
dibuat berdasarkan berita acara atau keputusan pejabat
yang berwenang untuk menghapustagih piutang.
Keputusan dan/atau Berita Acara merupakan dokumen
yang sah untuk bukti akuntansi penghapusbukuan
6) Kriteria penghapusbukuan piutang, adalah sebagai
berikut :
a) Penghapusbukuan harus memberi manfaat, yang lebih
besar daripada kerugian penghapusbukuan.
(1). Memberi gambaran obyektif tentang kemampuan
keuangan entitas akuntansi dan entitas pelaporan.
(2). Memberi gambaran ekuitas lebih obyektif, tentang
penurunan ekuitas.
(3). Mengurangi beban administrasi/akuntansi, untuk
mencatat hal-hal yang tak mungkin terealisasi
tagihannya.
b) Perlu kajian yang mendalam tentang dampak hukum
dari penghapusbukuan pada neraca BLUD UPTD
Puskesmas, sebelum difinalisasi dan diajukan kepada
pengambil keputusan penghapusbukuan (apabila
perlu).
7) Penghapusbukuan berdasarkan keputusan formal otoritas
39
jdih.kendalkab.go.id
tertinggi yang berwenang menyatakan hapus tagih perdata
dan atau hapus buku (write off). Pengambil keputusan
penghapusbukuan melakukan keputusan reaktif (tidak
berinisiatif), berdasar suatu sistem nominasi untuk
dihapusbukukan atas usulan berjenjang yang bertugas
melakukan analisis dan usulan penghapusbukuan
tersebut.
8) Penghapustagihan suatu piutang harus berdasarkan
berbagai kriteria, prosedur dan kebijakan yang
menghasilkan keputusan hapus tagih yang defensif bagi
BLUD secara hukum dan ekonomik.
9) Penghapustagihan piutang dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
e. Pengungkapan Piutang.
1) Piutang disajikan dan diungkapkan secara memadai.
Informasi mengenai akun piutang diungkapkan secara
cukup dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Informasi
dimaksud dapat berupa:
(1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian,
pengakuan dan pengukuran piutang;
(2) rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk
mengetahui tingkat kolektibilitasnya;
(3) penjelasan atas penyelesaian piutang;
(4) jaminan atau sita jaminan jika ada.
2) Tuntutan ganti rugi/tuntutan perbendaharaan yang
masih dalam proses penyelesaian, baik melalui cara damai
maupun pengadilan juga harus diungkapkan.
3) Penghapusbukuan piutang harus diungkapkan secara
cukup dalam Catatan atas Laporan Keuangan agar lebih
informatif. Informasi yang perlu diungkapkan misalnya
jenis piutang, nama debitur, nilai piutang, nomor dan
tanggal keputusan penghapusan piutang, dasar
pertimbangan penghapusbukuan dan penjelasan lainnya
yang dianggap perlu.
4) Terhadap kejadian adanya piutang yang telah
dihapusbuku, ternyata di kemudian hari diterima
pembayaran/ pelunasannya maka penerimaan tersebut
dicatat sebagai penerimaan kas pada periode yang
bersangkutan dengan lawan perkiraan Pendapatan Lain-
Lain.
4. BEBAN DIBAYAR DIMUKA.
40
jdih.kendalkab.go.id
a) Definisi Beban Dibayar Dimuka.
Beban dibayar dimuka adalah suatu transaksi pengeluaran
kas untuk membayar suatu beban yang belum menjadi
menjadi kewajiban sehingga menimbulkan hak tagih bagi
BLUD.
b) Pengakuan Beban Dibayar Dimuka.
Beban diabayar dimuka diakui pada saat kas dikeluarkan
namun belum menimbulkan kewajiban.
c) Pengukuran Beban Dibayar Dimuka.
Pengukuran beban diabayar dimuka dilakukan berdasarkan
jumlah kas yang dikeluaran/ dibayarkan.
d) Pengungkapan Beban Dibayar Dimuka.
Beban dibayar dimuka diungkapkan sebagai akun yang
terklasifikasi dalam aset lancar karena akun ini biasanya
segera menjadi kewajiban dalam satu periode akuntansi.
5. PERSEDIAAN.
a) Definisi Persediaan.
1) Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau
perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung
kegiatan operasional BLUD UPTD Puskesmas, dan barang-
barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau
diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
2) Persediaan merupakan aset yang berwujud yang berupa:
(a) Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan
dalam rangka kegiatan operasional BLUD UPTD
Puskesmas;
(b) Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan
dalam proses produksi;
(c) Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan
untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
(d) Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat dalam rangka kegiatan
pemerintahan.
3) Klasifikasi persediaan secara terinci diuraikan dalam
Bagan Akun Standar (BAS).
b) Pengakuan Persediaan.
1) Persediaan diakui:
(a) pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
diperoleh BLUD dan mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur dengan andal dan dengan menggunakan
metode pengakuan pendekatan beban ;
41
jdih.kendalkab.go.id
(b) pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/ atau
kepenguasaannya berpindah.
2) Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat
berdasarkan hasil inventarisasi fisik (periodik).
c) Pengukuran Persediaan.
1) Metode pencatatan persediaan dilakukan secara periodik
dengan pendekatan harga pembelian terakhir.
2) Persediaan disajikan sebesar:
(a) Persediaan disajikan sebesar :
(1) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan
pembelian.
(2) Biaya standar apabila diperoleh dengan
memproduksi sendiri.
(3) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya
seperti donasi/rampasan.
3) Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian,
biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya
yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan
persediaan. Potongan harga, rabat dan lainnya yang
serupa mengurangi biaya perolehan.
d) Penyajian dan Pengungkapan Persediaan
1) Persediaan disajikan sebagai bagian dari Aset Lancar
2) Rincian jenis, jumlah dan nilai persediaan yang dimiliki
BLUD
3) Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak
dilaporkan dalam neraca tetapi diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan
1. ASET UNTUK DIKONSOLIDASIKAN.
a) Definisi Aset Untuk Dikonsolidasikan.
Aset untuk Dikonsolidasikan adalah aset yang dicatat
karena adanya hubungan timbal balik antara entitas
akuntansi BLUD UPTD Puskesmas dan entitas akuntansi
Dinas Kesehatan. Aset ini akan dieliminasi saat dilakukan
konsolidasi antara BLUD UPTD Puskesmas dengan Dinas
Kesehatan. Aset untuk dikonsolidasikan terdiri dari R/K
BLUD UPTD Puskesmas dan R/K Dinas Kesehatan.
b) Pengakuan Aset Untuk Dikonsolidasikan.
Pengakuan aset untuk dikonsolidasikan pada saat terjadi
transaksi yang melibatkan transaksi antara BLUD UPTD
Puskesmas dengan Dinas Kesehatan
42
jdih.kendalkab.go.id
c) Pengukuran Aset Untuk Dikonsolidasikan.
Pengukuran aset untuk dikonsolidasikan berdasarkan nilai
transaksi yang terjadi. Aset untuk dikonsolidasikan ini akan
mempunyai nilai yang sama dengan kewajiban untuk
dikonsolidasikan sehingga pada saat dilakukan penyusunan
laporan konsolidasi akun-akun ini akan saling mengeliminasi.
d) Pengungkapan Aset Untuk Dikonsolidasikan.
Aset untuk dikonsolidasikan diungkapkan pada Neraca dalam
klasifikasi aset lancar. Pada laporan konsolidasi akun ini akan
tereliminasi.
C. ASET NON LANCAR.
Aset non lancar terdiri dari aset tetap dan aset lainnya.
1. ASET TETAP.
a. Definisi.
1. Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan
dalam kegiatan operasional BLUD UPTD Puskesmas.
2. Jenis-jenis
Aset Tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat
atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi Aset
Tetap adalah sebagai berikut :
1) Tanah;
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah
yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam
kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap
pakai.
2) Peralatan dan Mesin;
Mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat
elektronik dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan
lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya
lebih dai 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap
pakai.
3) Gedung dan Bangunan;
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan
bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai
dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi
43
jdih.kendalkab.go.id
siap pakai.
4) Jalan, Irigasi dan Jaringan;
Jalan, irigasi dan jaringan mencakup jalan, irigasi dan
jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki
dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi
siap pakai. Jalan, irigasi dan jaringan tersebut, selain
digunakan dalam kegiatan pemerintah, juga dimanfaatkan
oleh masyarakat umum.
Jalan, irigasi dan jaringan yang tidak dimanfaatkan oleh
masyarakat umum diklasifikasikan sebagai aset yang
menambah nilai aset tetap tempat melekatnya jalan, irigasi
atau jaringan dimaksud.
5) Aset Tetap Lainnya.
mencakup Aset Tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok Aset Tetap di atas, yang diperoleh dan
dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan
dalam kondisi siap dipakai. Aset yang termasuk dalam
kategori Aset Tetap Lainnya antara lain koleksi
perpustakaan (buku dan non buku), barang bercorak
kesenian/ kebudayaan, hewan, ikan, dan tanaman.
6) Konstruksi Dalam Pengerjaan;
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang
sedang dalam proses pembangunan namun pada tanggal
laporan keuangan belum selesai seluruhnya. Konstruksi
Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset
tetap lainnya, yang proses perolehannya dan/atau
pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu
tertentu dan belum selesai.
b. Pengakuan Aset Tetap.
1. Aset Tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat
diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan andal.
2. Pengakuan Aset Tetap akan sangat andal bila Aset Tetap telah
diterimaataudiserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada
saat penguasaannya berpindah.
3. Kriteria untuk dapat diakui sebagai Aset Tetap adalah:
a) Berwujud;
44
jdih.kendalkab.go.id
b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal
entitas, dan
e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Pengakuan atas Aset Tetap berdasarkan jenis transaksinya, terdiri
dari :
1) perolehan adalah suatu transaksi perolehan aset tetap sampai
dengan aset tersebut dalam kondisi siap digunakan;
2) pengembangan adalah suatu transaksi peningkatan nilai Aset
Tetap yang berakibat pada peningkatan masa manfaat,
peningkatan efisiensi, peningkatan kapasitas, mutu produksi
dan kinerja dan/atau penurunan biaya pengoperasian;
3) pengurangan adalah suatu transaksi penurunan nilai Aset Tetap
dikarenakan berkurangnya volume/nilai Aset Tetap tersebut
atau dikarenakan penyusutan; dan
4) penghentian dan pelepasan adalah suatu transaksi penghentian
dari penggunaan aktif atau penghentian permanen suatu aset
tetap.
Aset Tetap yang diperoleh dari hibah/donasi diakui pada saat Aset
Tetap tersebut diterima dan/atau hak kepemilikannya berpindah.
Kepemilikan atas Tanah ditunjukkan dengan adanya bukti bahwa
telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan
secara hukum seperti sertifikat tanah. Apabila perolehan tanah
belum didukung dengan bukti secara hukum, maka tanah tersebut
harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaannya telah
berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan/atau
penguasaan atas tanah sudah beralih dari pemilik sebelumnya
kepada entitas. Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke Aset
Tetap yang bersangkutan setelah pekerjaan
pembangunan/pengerjaan/konstruksi tersebut dinyatakan selesai
dan siap digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya.
Dalam beberapa kasus, suatu KDP dapat saja dihentikan
pembangunannya oleh karena ketidaktersediaan dana, kondisi
politik, ataupun kejadian-kejadian lainnya. Penghentian KDP dapat
berupa penghentian sementara dan penghentian permanen.
Apabila suatu KDP dihentikan pembangunannya untuk sementara
45
jdih.kendalkab.go.id
waktu, maka KDP tersebut tetap dicantumkan ke dalam neraca dan
kejadian ini diungkapkan secara memadai di dalam Catatan atas
Laporan Keuangan. Namun, apabila pembangunan KDP diniatkan
untuk dihentikan pembangunannya secara permanen karena
diperkirakan tidak akan memberikan manfaat ekonomik di masa
depan, ataupun oleh sebab lain yang dapat dipertaggungjawabkan,
maka KDP tersebut harus dieliminasi dari neraca dan kejadian ini
diungkapkan secara memadai dalam CaLK.
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang selaku
penanggungjawab aset menerbitkan Keputusan Penghapusan KDP
dari daftar inventaris barang Konstruksi Dalam Pengerjaan (KIB F),
yang digunakan sebagai dasar untuk menghapus KDP tersebut dari
neraca.
c. Pengukuran Aset Tetap.
1) Aset Tetap pada prinsipnya dinilai dengan biaya perolehan.
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk
memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi
sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang
siap untuk dipergunakan
2) Apabila biaya perolehan suatu aset adalah tanpa nilai atau
tidak dapat diidentifikasi, maka nilai Aset Tetap didasarkan
pada nilai wajar pada saat perolehan. Nilai wajar adalah nilai
tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang
memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi
wajar.Nilai wajar digunakan untuk mencatat aset tetap yang
bersumber dari donasi/hibah yang tidak diketahui nilai
perolehannya.
3) Penggunaan nilai wajar pada saat tidak ada nilai perolehan
atau tidak dapat diidentifikasi bukan merupakan suatu proses
penilaian kembali (revaluasi). Suatu aset dapat juga diperoleh
dari bonus pembelian, contohnya beli tiga gratis satu. Atas aset
hasil dari bonus tersebut biaya perolehan aset adalah nilai
wajar aset tersebut pada tanggal perolehannya.
4) Komponen Biaya Perolehan.
Biaya perolehan suatu Aset Tetap terdiri dari harga belinya atau
konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat
46
jdih.kendalkab.go.id
diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke
kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk
penggunaan yang dimaksudkan.
Biaya perolehan aset terdiri dari :
a. Harga pembelian, termasuk bea impor dan pajak pembelian,
setelah dikurangi dengan diskon dan rabat; dan
b. Seluruh biaya yang secara langsung dapat
dihubungkan/diatribusikan dengan aset dan membawa aset
tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat
bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.
Demikian juga pengeluaran untuk belanja perjalanan dan jasa
yang terkait dengan perolehan Aset Tetap atau aset lainnya. Hal
ini meliputi biaya konsultan perencana, konsultan pengawas,
dan pengembangan perangkat lunak (software), dan harus
ditambahkan pada nilai perolehan. Meskipun demikian, tentu
saja harus diperhatikan nilai kewajaran dan kepatutan dari
biaya-biaya lain di luar harga beli Aset Tetap tersebut sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Ketika pembelian suatu aset dilakukan secara kredit dimana
jangka waktu kredit melebihi jangka waktu normal, biaya
perolehan yang diakui adalah setara dengan harga kas yang
tertera (harga perolehan kas). Perbedaan/selisih antara harga
kas dengan total pembayaran yang dikeluarkan diakui sebagai
beban bunga selama jangka waktu kredit kecuali selisih tersebut
dapat dikapitalisasi sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
Biaya administrasi dan biaya overhead lainnya bukan
merupakan komponen dari biaya perolehan suatu aset kecuali
biaya tersebut dapat diatribusikan secara langsung pada biaya
perolehan aset atau membawa aset ke kondisi kerjanya (siap
pakai). Demikian pula biaya permulaan (start-up cost) dan biaya
lain sejenisnya bukan merupakan komponen dari biaya suatu
aset kecuali biaya tersebut diperlukan untuk membawa aset ke
kondisi kerjanya.
Biaya perolehan dari masing-masing Aset Tetap yang diperoleh
secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga
47
jdih.kendalkab.go.id
gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar
masing-masing aset yang bersangkutan.
Biaya perolehan Aset Tetap yang dibangun dengan cara
swakelola meliputi :
a. biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku;
b. biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan
pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan;
dan
c. semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan
pembangunan Aset Tetap tersebut.
5) Kebijakan ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset :
a. Perolehan untuk tanah, dikapitalisasi dengan nilai
berapapun.
b. Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin adalah
yang lebih dari Rp 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah).
c. Perolehan untuk Gedung dan bangunan dikapitalisasi
dengan nilai berapapun.
d. Perolehan untuk Jalan, Irigasi dan Jaringan dikapitalisasi
dengan nilai berapapun.
e. Perolehan untuk aset tetap lainnya dengan nilai diatas Rp
300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah).
6) Penilaian Secara Gabungan
Biaya perolehan dari masing-masing aset yang diperoleh secara
gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan
tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing
aset yang bersangkutan.
7) Pertukaran
Suatu aset dapat diperoleh melalui pertukaran suatu aset atau
sebagian aset yang tidak serupa dan memiliki nilai wajar yang
tidak sama. Biaya perolehan aset tersebut diukur dengan nilai
wajar aset yang dilepas dan disesuaikan dengan jumlah kas
atau setara kas lainnya yang ditransfer/diserahkan.
Dalam hal aset yang diperoleh memiliki nilai wajar yang sama
dengan aset yang dilepas namun demikian terdapat indikasi dari
nilai wajar aset yang diterima bahwa aset tersebut masih harus
dilakukan perbaikan untuk membawa aset dalam kondisi
48
jdih.kendalkab.go.id
bekerja seperti yang diharapkan, maka biaya perolehan yang
diakui adalah sebesar nilai aset yang dilepas dan disesuaikan
dengan jumlah kas yang harus dikeluarkan untuk perbaikan
aset tersebut.
Suatu Aset Tetap dapat juga diperoleh melalui pertukaran atas
suatu aset yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dan
memiliki nilai wajar yang sama. Dalam keadaan tersebut tidak
ada keuntungan dan kerugian yang diakui dalam transaksi ini.
Biaya aset yang baru diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat
(carrying amount) atas aset yang dilepas
8) Kontruksi Dalam Pengerjaan
a) Nilai konstruksi yang dikerjakan secara swakelola, meliputi :
- Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan
konstruksi;
- Biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada
umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi
tersebut; dan
- Biaya lain yang secara khusus dibebankan sehubungan
konstruksi yang bersangkutan.
b) Nilai konstruksi yang dikerjakan oleh kontraktor melalui
kontrak konstruksi meliputi :
- Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor
sehubungan dengan tingkat penyelesaian pekerjaan;
- Kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor
berhubungan dengan pekerjaan yang telah diterima tetapi
belum dibayar pada tanggal pelaporan; dan
- Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga
sehubungan dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.
c) Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman maka biaya pinjaman
yang timbul selama masa konstruksi dikapitalisasi dan
menambah biaya konstruksi, sepanjang biaya tersebut dapat
diidentifikasi dan ditetapkan secara andal.
9) Pengeluaran Setelah Tanggal Perolehan
49
jdih.kendalkab.go.id
a) Pengeluaran setelah perolehan awal suatu Aset Tetap
ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan
(carrying amount)/dikapitalisasikan pada nilai aset jika:
- pengeluaran tersebut mengakibatkan bertambahnya masa
manfaat, kapasitas, kualitas, dan volume aset yang telah
dimiliki; dan
- pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimal nilai
kapitalisasi Aset Tetap/aset lainnya.
Terkait dengan kriteria pertama di atas, perlu diketahui
tentang pengertian berikut:
a. pertambahan masa manfaat adalah bertambahnya
umur ekonomis yang diharapkan dari Aset Tetap yang
sudah ada. Misalnya sebuah gedung semula
diperkirakan mempunyai umur ekonomis 10 tahun.
Pada tahun ke-7 pemerintah melakukan renovasi
dengan harapan gedung tersebut masih dapat
digunakan 8 tahun lagi. Dengan adanya renovasi
tersebut maka umur gedung berubah dari 10 tahun
menjadi 15 tahun;
b. peningkatan kapasitas adalah bertambahnya kapasitas
atau kemampuan Aset Tetap yang sudah ada. Misalnya,
sebuah generator listrik yang mempunyai output 200
KW dilakukan renovasi sehingga kapasitasnya
meningkat menjadi 300 KW;
c. peningkatan kualitas aset adalah bertambahnya
kualitas dari Aset Tetap yang sudah ada. Misalnya, jalan
yang masih berupa tanah ditingkatkan oleh pemerintah
menjadi jalan aspal; dan
d. pertambahan volume aset adalah bertambahnya jumlah
atau satuan ukuran aset yang sudah ada, misalnya
penambahan luas bangunan suatu gedung dari 400 m2
menjadi 500 m2.
b) Beban yang dikeluarkan untuk perbaikan atau pemeliharaan
Aset Tetap yang ditujukan untuk memulihkan atau
mempertahankan economic benefit atau potensi service atas
50
jdih.kendalkab.go.id
aset dimaksud dari performa standar yang diharapkan
diperlakukan sebagai beban pada saat dikeluarkan/terjadi.
Batasan jumlah biaya kapitalisasi ditentukan sebagai berikut
:
No. Uraian Jumlah Harga per
unit
1 Peralatan Mesin, berupa Alat-alat Besar 50.000.000,00
2 Gedung dan Bangunan 25.000.000,00
3 Jalan, Irigasi dan Jaringan 20.000.000,00
10) Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu Aset
Tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa
manfaat aset yang bersangkutan. Nilai penyusutan untuk
masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat
Aset Tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam LO.
Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh Aset
Tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset
tersebut.
Aset Tetap Lainnya berupa hewan, tanaman, buku
perpustakaan tidak dilakukan penyusutan secara periodik,
melainkan diterapkan penghapusan pada saat Aset Tetap
lainnya tersebut sudah tidak dapat digunakan atau mati.
Aset Tetap yang direklasifikasikan sebagai Aset Lainnya dalam
neraca berupa Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga dan Aset
Idle, serta aset lain-lain (aset tetap yang dimaksudkan untuk
dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah karena rusak
berat, usang, dan/atau aset tetap yang tidak digunakan karena
sedang menunggu proses pemindahtanganan) disusutkan
sebagaimana layaknya Aset Tetap.
Dalam hal terjadi perubahan nilai Aset Tetap sebagai akibat
koreksi nilai Aset Tetap yang disebabkan oleh kesalahan dalam
pencantuman nilai yang diketahui di kemudian hari, maka
penyusutan atas Aset Tetap tersebut perlu untuk disesuaikan.
Penyesuaian sebagaimana dimaksud meliputi penyesuaian atas
nilai yang dapat disusutkan dan nilai akumulasi penyusutan.
51
jdih.kendalkab.go.id
Penentuan nilai yang dapat disusutkan dilakukan untuk setiap
unit Aset Tetap tanpa ada nilai residu. Nilai residu adalah nilai
buku suatu Aset Tetap pada akhir masa manfaatnya.
Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus
(straight line method). Metode garis lurus menetapkan tarif
penyusutan untuk masing-masing periode dengan jumlah yang
sama. Rumusan perhitungan penyusutan adalah :
Penyusutan per periode = Nilai yang dapat disusutkan
Masa manfaat
Nilai yang dapat disusutkan adalah seluruh nilai perolehan aset
dengan tidak memiliki nilai sisa (residu). Masa manfaat aset
untuk melakukan perhitungan penyusutan sebagaimana
tercantum dalam tabel berikut.
TABEL MASA MANFAAT
A
K U
N
K E
L
O M
P
O K
J E
N
I S
O B
Y
E K
RIN
CI
AN O
BY
EK
URAIAN
MASA MANFA
AT
(TAHUN)
1 3 ASET TETAP
1 3 2 PERALATAN DAN MESIN
1 3 2 01 ALAT BESAR
1 3 2 01 01 ALAT BESAR DARAT 10
1 3 2 01 02 ALAT BESAR APUNG 8
1 3 2 01 03 ALAT BANTU 7
1 3 2 02 ALAT ANGKUTAN
1 3 2 02 01 ALAT ANGKUTAN DARAT BERMOTOR 7
1 3 2 02 02 ALAT ANGKUTAN DARAT TAK BERMOTOR 2
1 3 2 02 03 ALAT ANGKUTAN APUNG BERMOTOR 10
1 3 2 02 04 ALAT ANGKUTAN APUNG TAK BERMOTOR 3
1 3 2 02 05 ALAT ANGKUTAN BERMOTOR UDARA 20
1 3 2 03 ALAT BENGKEL DAN ALAT UKUR
1 3 2 03 01 ALAT BENGKEL BERMESIN 10
1 3 2 03 02 ALAT BENGKEL TAK BERMESIN 5
1 3 2 03 03 ALAT UKUR 5
1 3 2 04 ALAT PERTANIAN
52
jdih.kendalkab.go.id
1 3 2 04 01 ALAT PENGOLAHAN 4
1 3 2 05 ALAT KANTOR DAN RUMAH TANGGA
1 3 2 05 01 ALAT KANTOR 5
1 3 2 05 02 ALAT RUMAH TANGGA 5
1 3 2 05 03 MEJA DAN KURSI KERJA/RAPAT PEJABAT 5
1 3 2 06 ALAT STUDIO, KOMUNIKASI DAN PEMANCAR
1 3 2 06 01 ALAT STUDIO 5
1 3 2 06 02 ALAT KOMUNIKASI 5
1 3 2 06 03 PERALATAN PEMANCAR 10
1 3 2 06 04 PERALATAN KOMUNIKASI NAVIGASI 10
1 3 2 07 ALAT KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
1 3 2 07 01 ALAT KEDOKTERAN 5
1 3 2 07 02 ALAT KESEHATAN UMUM 5
1 3 2 08 ALAT LABORATORIUM
1 3 2 08 01 UNIT ALAT LABORATORIUM 8
1 3 2 08 02 UNIT ALAT LABORATORIUM KIMIA NUKLIR 15
1 3 2 08 03 ALAT PERAGA PRAKTEK SEKOLAH 8
1 3 2 08 04 ALAT LABORATORIUM FISIKA
NUKLIR/ELEKTRONIKA
15
1 3 2 08 05 ALAT PROTEKSI RADIASI/PROTEKSI LINGKUNGAN
10
1 3 2 08 06 RADIATION APPLICATION AND NON
DESTRUCTIVE TESTING LABORATORY LAINNYA
10
1 3 2 08 07 ALAT LABORATORIUM LINGKUNGAN HIDUP 7
1 3 2 08 08 PERALATAN LABORATORIUM
HYDRODINAMICA
15
1 3 2 08 09 ALAT LABORATORIUM STANDARISASI
KALIBRASI DAN INSTRUMENTASI
10
1 3 2 09 ALAT PERSENJATAAN
1 3 2 09 01 SENJATA API 10
1 3 2 09 02 PERSENJATAAN NON SENJATA API 3
1 3 2 09 03 SENJATA SINAR 5
1 3 2 09 04 ALAT KHUSUS KEPOLISIAN 4
1 3 2 10 KOMPUTER
1 3 2 10 01 KOMPUTER UNIT 5
1 3 2 10 02 PERALATAN KOMPUTER 5
1 3 2 11 ALAT EKSPLORASI
1 3 2 11 01 ALAT EKSPLORASI TOPOGRAFI 5
1 3 2 11 02 ALAT EKSPLORASI GEOFISIKA 10
1 3 2 12 ALAT PENGEBORAN
1 3 2 12 01 ALAT PENGEBORAN MESIN 10
1 3 2 12 02 ALAT PENGEBORAN NON MESIN 10
1 3 2 13
ALAT PRODUKSI, PENGOLAHAN DAN
PEMURNIAN
1 3 2 13 01 SUMUR 10
53
jdih.kendalkab.go.id
1 3 2 13 02 PRODUKSI 10
1 3 2 13 03 PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN 15
1 3 2 14 ALAT BANTU EKSPLORASI
1 3 2 14 01 ALAT BANTU EKSPLORASI 10
1 3 2 14 02 ALAT BANTU PRODUKSI 10
1 3 2 15 ALAT KESELAMATAN KERJA
1 3 2 15 01 ALAT DETEKSI 5
1 3 2 15 02 ALAT PELINDUNG 5
1 3 2 15 03 ALAT SAR 2
1 3 2 15 04 ALAT KERJA PENERBANGAN 10
1 3 2 16 ALAT PERAGA
1 3 2 16 01 ALAT PERAGA PELATIHAN DAN
PERCONTOHAN
10
1 3 2 17 PERALATAN PROSES/PRODUKSI
1 3 2 17 01 UNIT PERALATAN PROSES/PRODUKSI 8
1 3 2 18 RAMBU - RAMBU
1 3 2 18 01 RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DARAT 7
1 3 2 18 02 RAMBU-RAMBU LALU LINTAS UDARA 5
1 3 2 18 03 RAMBU-RAMBU LALU LINTAS LAUT 15
1 3 2 19 PERALATAN OLAH RAGA
1 3 2 19 01 PERALATAN OLAH RAGA 3
1 3 3 GEDUNG DAN BANGUNAN
1 3 3 01 BANGUNAN GEDUNG
1 3 3 01 01 BANGUNAN GEDUNG TEMPAT KERJA 50
1 3 3 01 02 BANGUNAN GEDUNG TEMPAT TINGGAL 50
1 3 3 02 MONUMEN
1 3 3 02 01 CANDI/TUGU PERINGATAN/PRASASTI 50
1 3 3 03 BANGUNAN MENARA
1 3 3 03 01 BANGUNAN MENARA PERAMBUAN 40
1 3 3 04 TUGU TITIK KONTROL/PASTI
1 3 3 04 01 TUGU/TANDA BATAS 50
1 3 4 JALAN, JARINGAN DAN IRIGASI
1 3 4 01 JALAN DAN JEMBATAN
1 3 4 01 01 JALAN 10
1 3 4 01 02 JEMBATAN 50
1 3 4 02 BANGUNAN AIR
1 3 4 02 01 BANGUNAN AIR IRIGASI 50
1 3 4 02 02 BANGUNAN PENGAIRAN PASANG SURUT 50
1 3 4 02 03 BANGUNAN PENGEMBANGAN RAWA DAN POLDER
25
1 3 4 02 04 BANGUNAN PENGAMAN SUNGAI/PANTAI &
PENANGGULANGAN BENCANA ALAM
10
1 3 4 02 05 BANGUNAN PENGEMBANGAN SUMBER AIR DAN AIR TANAH
30
1 3 4 02 06 BANGUNAN AIR BERSIH/AIR BAKU 40
54
jdih.kendalkab.go.id
1 3 4 02 07 BANGUNAN AIR KOTOR 40
1 3 4 03 INSTALASI
1 3 4 03 01 INSTALASI AIR BERSIH / AIR BAKU 30
1 3 4 03 02 INSTALASI AIR KOTOR 30
1 3 4 03 03 INSTALASI PENGOLAHAN SAMPAH 10
1 3 4 03 04 INSTALASI PENGOLAHAN BAHAN BANGUNAN 10
1 3 4 03 05 INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK 40
1 3 4 03 06 INSTALASI GARDU LISTRIK 40
1 3 4 03 07 INSTALASI PERTAHANAN 30
1 3 4 03 08 INSTALASI GAS 30
1 3 4 03 09 INSTALASI PENGAMAN 20
1 3 4 03 10 INSTALASI LAIN 5
1 3 4 04 JARINGAN
1 3 4 04 01 JARINGAN AIR MINUM 30
1 3 4 04 02 JARINGAN LISTRIK 40
1 3 4 04 03 JARINGAN TELEPON 20
1 3 4 04 04 JARINGAN GAS 30
Perhitungan penyusutan aset tetap yang diperoleh tengah tahun
menggunakan pendekatan tahunan yaitu penyusutan dihitung
satu tahun penuh meskipun baru diperoleh satu atau dua bulan
atau bahkan dua hari.
Penambahan nilai aset yang disebabkan adanya kapitalisasi atas
pengeluaran setelah perolehan awal suatu Aset Tetap dapat
menambah umur aset sesuai dengan ketentuan sebagaimana
tercantum dalam tabel berikut ini.
TABEL PENAMBAHAN MASA MANFAAT
A
K U
N
K
E L
O
M P
O
K
J
E N
I
S
O
B Y
E
K
RI
NCI
AN
OBY
E
K
URAIAN
PERSENT
ASE
PERBAIKAN
TAMBAHAN
MASA
MANFAAT
(TAHUN)
1 3 ASET TETAP
1 3 2 PERALATAN DAN MESIN
1 3 2 01 ALAT BESAR
1 3 2 01 01 ALAT BESAR DARAT >0% s.d
30%
1
55
jdih.kendalkab.go.id
>30% s.d 45 %
3
>45% s.d
65 %
5
1 3 2 01 02 ALAT BESAR APUNG >0% s.d 30%
1
>30% s.d
45 %
2
>45% s.d 65 %
4
1 3 2 01 03 ALAT BANTU >0% s.d
30%
1
>30% s.d
45 %
2
>45% s.d
65 %
4
1 3 2 02 ALAT ANGKUTAN
1 3 2 02 01 ALAT ANGKUTAN DARAT
BERMOTOR
>0% s.d
25%
1
>25% s.d 50 %
2
>50% s.d
75 %
3
>75% s.d 100 %
4
1 3 2 02 02 ALAT ANGKUTAN DARAT TAK
BERMOTOR
>0% s.d
25%
0
>25% s.d 100 %
1
1 3 2 02 03 ALAT ANGKUTAN APUNG
BERMOTOR
>0% s.d
25%
2
>25% s.d
50 %
3
>50% s.d
75 %
4
>75% s.d
100 %
6
1 3 2 02 04 ALAT ANGKUTAN APUNG TAK
BERMOTOR
>0% s.d
75 %
1
>75% s.d
100 %
2
1 3 2 02 05 ALAT ANGKUTAN BERMOTOR UDARA
>0% s.d 25%
3
>25% s.d
50 %
6
>50% s.d 75 %
9
>75% s.d
100 %
12
1 3 2 03 ALAT BENGKEL DAN ALAT UKUR
1 3 2 03 01 ALAT BENGKEL BERMESIN >0% s.d
25%
1
56
jdih.kendalkab.go.id
>25% s.d 50 %
2
>50% s.d
75 %
3
>75% s.d 100 %
4
1 3 2 03 02 ALAT BENGKEL TAK BERMESIN >0% s.d 50%
0
>50% s.d
100 %
1
1 3 2 03 03 ALAT UKUR >0% s.d 25%
1
>25% s.d
50 %
2
>50% s.d 75 %
2
>75% s.d
100 %
3
1 3 2 04 ALAT PERTANIAN
1 3 2 04 01 ALAT PENGOLAHAN >0% s.d
20%
1
>21% s.d
40%
2
>51% s.d
75 %
5
1 3 2 05
ALAT KANTOR DAN RUMAH TANGGA
1 3 2 05 01 ALAT KANTOR >0% s.d
25%
0
>25% s.d 50 %
1
>50% s.d
75 %
2
>75% s.d 100 %
3
1 3 2 05 02 ALAT RUMAH TANGGA >0% s.d
25%
0
>25% s.d 50 %
1
>50% s.d
75 %
2
>75% s.d
100 %
3
1 3 2 05 03 MEJA DAN KURSI KERJA/RAPAT
PEJABAT
>0% s.d
25%
0
>25% s.d
50 %
1
>50% s.d
75 %
2
>75% s.d
100 %
3
57
jdih.kendalkab.go.id
1 3 2 06
ALAT STUDIO, KOMUNIKASI DAN PEMANCAR
1 3 2 06 01 ALAT STUDIO >0% s.d
25%
1
>25% s.d 50 %
2
>50% s.d
75 %
2
>75% s.d 100 %
3
1 3 2 06 02 ALAT KOMUNIKASI >0% s.d
25%
1
>25% s.d
50 %
1
>50% s.d
75 %
2
>75% s.d
100 %
3
1 3 2 06 03 PERALATAN PEMANCAR >0% s.d
25%
2
>25% s.d
50 %
3
>50% s.d
75 %
4
>75% s.d
100 %
5
1 3 2 06 04 PERALATAN KOMUNIKASI NAVIGASI
>0% s.d 25%
2
>25% s.d
50 %
5
>50% s.d 75 %
7
>75% s.d
100 %
9
1 3 2 07
ALAT KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
1 3 2 07 01 ALAT KEDOKTERAN >0% s.d
25%
0
>25% s.d 50 %
1
>50% s.d
75 %
2
>75% s.d
100 %
3
1 3 2 07 02 ALAT KESEHATAN UMUM >0% s.d
25%
0
>25% s.d
50 %
1
>50% s.d
75 %
2
>75% s.d
100 %
3
58
jdih.kendalkab.go.id
1 3 2 08 ALAT LABORATORIUM
1 3 2 08 01 UNIT ALAT LABORATORIUM >0% s.d
25%
2
>25% s.d
50 %
3
>50% s.d
100 %
4
1 3 2 08 02 UNIT ALAT LABORATORIUM KIMIA
NUKLIR
>0% s.d
25%
3
>25% s.d
50 %
5
>50% s.d
75 %
7
>75% s.d
100 %
8
1 3 2 08 03 ALAT PERAGA PRAKTEK SEKOLAH 0 0
0 0
0 0
0 0
1 3 2 08 04 ALAT LABORATORIUM FISIKA
NUKLIR/ELEKTRONIKA
>0% s.d
25%
3
>25% s.d
50 %
5
>50% s.d
75 %
7
>75% s.d
100 %
8
1 3 2 08 05 ALAT PROTEKSI RADIASI/PROTEKSI LINGKUNGAN
>0% s.d 25%
2
>25% s.d
50 %
4
>50% s.d 100 %
5
1 3 2 08 06 RADIATION APPLICATION AND NON
DESTRUCTIVE TESTING
LABORATORY
>0% s.d
25%
2
>25% s.d
50 %
4
>50% s.d 100 %
5
1 3 2 08 07 ALAT LABORATORIUM
LINGKUNGAN HIDUP
>0% s.d
25%
1
>25% s.d 50 %
2
>50% s.d
75 %
3
>75% s.d 100 %
4
1 3 2 08 08 PERALATAN LABORATORIUM
HYDRODINAMICA
>0% s.d
25%
3
>25% s.d 50 %
5
59
jdih.kendalkab.go.id
>50% s.d 75 %
7
>75% s.d
100 %
8
1 3 2 08 09 ALAT LABORATORIUM STANDARISASI KALIBRASI DAN
INSTRUMENTASI
>0% s.d 25%
2
>25% s.d 50 %
4
>50% s.d
100 %
5
1 3 2 09 ALAT PERSENJATAAN
1 3 2 09 01 SENJATA API >0% s.d 25%
1
>25% s.d
50 %
2
>50% s.d
75 %
3
>75% s.d
100 %
4
1 3 2 09 02 PERSENJATAAN NON SENJATA API >0% s.d
50%
0
>50% s.d
100 %
1
1 3 2 09 03 SENJATA SINAR >0% s.d
75%
0
>75% s.d 100 %
2
1 3 2 09 04 ALAT KHUSUS KEPOLISIAN >0% s.d
50%
1
>50% s.d 100 %
2
1 3 2 10 KOMPUTER
1 3 2 10 01 KOMPUTER UNIT >0% s.d
50%
1
>50% s.d
100 %
2
1 3 2 10 02 PERALATAN KOMPUTER >0% s.d
50%
1
>50% s.d
100 %
2
1 3 2 11 ALAT EKSPLORASI
1 3 2 11 01 ALAT EKSPLORASI TOPOGRAFI >0% s.d 25%
1
>25% s.d
75%
2
>75% s.d 100 %
3
1 3 2 11 02 ALAT EKSPLORASI GEOFISIKA >0% s.d
25%
2
>25% s.d
50%
4
>50% s.d
100 %
5
60
jdih.kendalkab.go.id
1 3 2 12 ALAT PENGEBORAN
1 3 2 12 01 ALAT PENGEBORAN MESIN >0% s.d
25%
2
>25% s.d
50 %
4
>50% s.d
75 %
6
>75% s.d
100 %
7
1 3 2 12 02 ALAT PENGEBORAN NON MESIN >0% s.d
25%
0
>25% s.d
75 %
1
>75% s.d
100 %
2
1 3 2 13
ALAT PRODUKSI, PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN
1 3 2 13 01 SUMUR >0% s.d
25%
0
>25% s.d 75 %
1
>75% s.d
100 %
2
1 3 2 13 02 PRODUKSI >0% s.d 25%
0
>25% s.d
75 %
1
>75% s.d 100 %
2
1 3 2 13 03 PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN >0% s.d
25%
3
>25% s.d
50 %
5
>50% s.d
75 %
7
>75% s.d
100 %
8
1 3 2 14 ALAT BANTU EKSPLORASI
1 3 2 14 01 ALAT BANTU EKSPLORASI >0% s.d 25%
2
>25% s.d
50 %
4
>50% s.d 75 %
6
>75% s.d
100 %
7
1 3 2 14 02 ALAT BANTU PRODUKSI >0% s.d 25%
2
>25% s.d
50 %
4
>50% s.d
75 %
6
>75% s.d
100 %
7
61
jdih.kendalkab.go.id
1 3 2 15 ALAT KESELAMATAN KERJA
1 3 2 15 01 ALAT DETEKSI >0% s.d
25 %
1
>25% s.d
75 %
2
>75% s.d
100 %
3
1 3 2 15 02 ALAT PELINDUNG >0% s.d
50 %
0
>50% s.d
75 %
1
>75% s.d
100 %
2
1 3 2 15 03 ALAT SAR >0% s.d
25 %
0
>25% s.d 100 %
1
1 3 2 15 04 ALAT KERJA PENERBANGAN >0% s.d
25%
2
>25% s.d 50 %
3
>50% s.d
75 %
4
>75% s.d 100 %
6
1 3 2 16 ALAT PERAGA
1 3 2 16 01 ALAT PERAGA PELATIHAN DAN
PERCONTOHAN
>0% s.d
25 %
2
>25% s.d
50%
4
>50% s.d 100 %
5
1 3 2 17 PERALATAN PROSES/PRODUKSI
1 3 2 17 01 UNIT PERALATAN
PROSES/PRODUKSI
>0% s.d
25 %
2
>25% s.d 50%
3
>50% s.d
100 %
4
1 3 2 18 RAMBU - RAMBU
1 3 2 18 01 RAMBU-RAMBU LALU LINTAS
DARAT
>0% s.d
25%
1
>25% s.d 50 %
2
>50% s.d
75 %
3
>75% s.d 100 %
4
1 3 2 18 02 RAMBU-RAMBU LALU LINTAS
UDARA
>0% s.d
25%
1
>25% s.d 75 %
2
>75% s.d
100 %
4
62
jdih.kendalkab.go.id
1 3 2 18 03 RAMBU-RAMBU LALU LINTAS LAUT
>0% s.d 25%
2
>25% s.d
50 %
5
>50% s.d 75 %
7
>75% s.d
100 %
9
1 3 2 19 PERALATAN OLAH RAGA
1 3 2 19 01 PERALATAN OLAH RAGA >0% s.d
50%
1
>50% s.d
100 %
2
1 3 3 GEDUNG DAN BANGUNAN
1 3 3 01 BANGUNAN GEDUNG
1 3 3 01 01 BANGUNAN GEDUNG TEMPAT
KERJA
>0% s.d
25%
5
>25% s.d
50 %
10
>50% s.d 75 %
15
>75% s.d
100 %
50
1 3 3 01 02 BANGUNAN GEDUNG TEMPAT TINGGAL
>0% s.d 30%
5
>30% s.d
45%
10
>45% s.d 65 %
15
>65% 20
1 3 3 02 MONUMEN
1 3 3 02 01 CANDI/TUGU PERINGATAN/PRASASTI
>0% s.d 30%
5
>30% s.d
45%
10
>45% s.d 65 %
15
>65% 20
1 3 3 03 BANGUNAN MENARA
1 3 3 03 01 BANGUNAN MENARA PERAMBUAN >0% s.d 30%
5
>30% s.d
45%
10
>45% s.d 65 %
15
>65% 20
1 3 3 04 TUGU TITIK KONTROL/PASTI
1 3 3 04 01 TUGU/TANDA BATAS >0% s.d 30%
5
>30% s.d
45%
10
63
jdih.kendalkab.go.id
>45% s.d 65 %
15
>65% 20
1 3 4 JALAN, JARINGAN DAN IRIGASI
1 3 4 01 JALAN DAN JEMBATAN
1 3 4 01 01 JALAN >0% s.d 30%
2
>30% s.d
60%
5
>60% s.d
100 %
10
1 3 4 01 02 JEMBATAN >0% s.d
30%
5
>30% s.d
45%
10
>45% s.d
65%
15
>65% 20
1 3 4 02 BANGUNAN AIR
1 3 4 02 01 BANGUNAN AIR IRIGASI >0% s.d
5%
2
>5% s.d
10%
5
>10% s.d
20%
10
>20% 15
1 3 4 02 02 BANGUNAN PENGAIRAN PASANG
SURUT
>0% s.d
5%
2
>5% s.d 10%
5
>10% s.d
20%
10
>20% 15
1 3 4 02 03 BANGUNAN PENGEMBANGAN
RAWA DAN POLDER
>0% s.d
5%
1
>5% s.d 10%
3
>10% s.d
20%
5
>20% 7
1 3 4 02 04 BANGUNAN PENGAMAN
SUNGAI/PANTAI &
PENANGGULANGAN BENCANA
ALAM
>0% s.d
5%
1
>5% s.d
10%
2
>10% s.d 20%
3
>20% 4
1 3 4 02 05 BANGUNAN PENGEMBANGAN
SUMBER AIR DAN AIR TANAH
>0% s.d
5%
1
64
jdih.kendalkab.go.id
>5% s.d 10%
2
>10% s.d
20%
3
>20% 4
1 3 4 02 06 BANGUNAN AIR BERSIH/AIR BAKU >0% s.d
30%
5
>30% s.d
45%
10
>45% s.d
65%
15
>65% 20
1 3 4 02 07 BANGUNAN AIR KOTOR >0% s.d 30%
5
>30% s.d
45%
10
>45% s.d 65%
15
>65% 20
1 3 4 03 INSTALASI
1 3 4 03 01 INSTALASI AIR BERSIH / AIR BAKU >0% s.d 30%
2
>30% s.d
45%
7
>45% s.d 65%
10
>65% 13
1 3 4 03 02 INSTALASI AIR KOTOR >0% s.d 30%
2
>30% s.d
45%
7
>45% s.d 65%
10
>65% 13
1 3 4 03 03 INSTALASI PENGOLAHAN SAMPAH >0% s.d
30%
1
>30% s.d
45%
3
>45% s.d
65%
5
>65% 7
1 3 4 03 04 INSTALASI PENGOLAHAN BAHAN
BANGUNAN
>0% s.d
30%
1
>30% s.d 45%
3
>45% s.d
65%
5
>65% 7
1 3 4 03 05 INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK >0% s.d
30%
5
>30% s.d
45%
10
65
jdih.kendalkab.go.id
>45% s.d 65%
15
>65% 20
1 3 4 03 06 INSTALASI GARDU LISTRIK >0% s.d
30%
5
>30% s.d
45%
10
>45% s.d
65%
15
>65% 20
1 3 4 03 07 INSTALASI PERTAHANAN >0% s.d
30%
1
>30% s.d 45%
3
>45% s.d
65%
5
>65% 10
1 3 4 03 08 INSTALASI GAS >0% s.d
30%
5
>30% s.d 45%
10
>45% s.d
65%
15
>65% 20
1 3 4 03 09 INSTALASI PENGAMAN >0% s.d 30%
1
>30% s.d
45%
1
>45% s.d
65%
3
>65% 3
1 3 4 03 10 INSTALASI LAIN >0% s.d 30%
1
>30% s.d
45%
1
>45% s.d 65%
3
>65% 3
1 3 4 04 JARINGAN
1 3 4 04 01 JARINGAN AIR MINUM >0% s.d 30%
2
>30% s.d
45%
7
>45% s.d 65%
10
>65% 15
1 3 4 04 02 JARINGAN LISTRIK >0% s.d
30%
5
>30% s.d
45%
10
>45% s.d
65%
15
66
jdih.kendalkab.go.id
>65% 20
1 3 4 04 03 JARINGAN TELEPON >0% s.d
30%
2
>30% s.d
45%
5
>45% s.d
65%
10
>65% 15
1 3 4 04 04 JARINGAN GAS >0% s.d 30%
2
>30% s.d
45%
7
>45% s.d 65%
10
>65% 15
d) Penghentian dan Pelepasan
Suatu Aset Tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau
bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak
ada manfaat ekonomi masa yang akan datang. Aset Tetap yang
secara permanen dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari
Neraca dan diungkapkan dalam CaLK. Aset Tetap yang dihentikan
dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi definisi Aset
Tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan
nilai tercatatnya.
Dalam hal penghentian Aset Tetap merupakan akibat dari
pemindahtanganan dengan cara dijual atau dipertukarkan
sehingga pada saat terjadinya transaksi belum seluruh nilai buku
Aset Tetap yang bersangkutan habis disusutkan, maka selisih
antara harga jual atau harga pertukarannya dengan nilai buku
Aset Tetap terkait diperlakukan sebagai penambah atau pengurang
ekuitas. Penerimaan kas akibat penjualan dibukukan sebagai
pendapatan dan dilaporkan pada LO dan LRA.
e) Penilaian Kembali.
Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak
diperkenankan karena Standar Akuntansi Pemerintahan menganut
penilaian aset berdasarkan hargga perolehan atau
pertukaran.Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan
berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional.
67
jdih.kendalkab.go.id
f) Penyusunan Neraca Awal.
Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya
perolehan aset tetap yang digunakan adalah nilai wajar pada saat
neraca awal tersebut. Untuk periode selanjutnya setelah tanggal
neraca awal, atas perolehan aset tetap baru, suatu entitas
menggunakan biaya perolehan atau nilai wajar bila biaya
perolehan tidak ada.
g) Penyajian dan Pengungkapan
1) Suatu aset tetap dan akumulasi penyusutannya dieliminasi dari
neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK) ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen
dihentikan penggunaannya dan dianggap tidak memiliki
manfaat ekonomi/sosial signifikan dimasa yang akan datang
setelah ada Keputusan dari Kepala Daerah dan/atau dengan
persetujuan DPRD.
2) Aset Tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif operasional
BLUD tidak memenuhi definisi Aset Tetap dan harus
dipindahkan ke pos Aset Lainnya sesuai dengan nilai
tercatatnya.
2. ASET LAINNYA
a. Definisi
Aset lainnya adalah aset BLUD UPTD Puskesmas yang tidak dapat
diklasifikasikan sebagai aset lancar, investasi jangka panjang, aset
tetap, dan dana cadangan.
Aset Lainnya terdiri dari :
1) Tagihan Penjualan Angsuran;
2) Kemitraan dengan Pihak Ketiga;
3) Aset Tidak Berwujud; dan
4) Aset Lain-lain.
b. Ruang lingkup yang diatur pada bagian ini adalah Tagihan Penjualan
Angsuran, Tuntutan Ganti Rugi, kemitraan dengan pihak ketiga, aset
tak berwujud dan aset lain-lain yang berasal dari penghentian
penggunaan aktif aset tetap pemerintah.
1) Tagihan Penjualan Angsuran
a) Definisi
Tagihan penjualan angsuran menggambarkan jumlah yang
dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara
68
jdih.kendalkab.go.id
angsuran kepada pegawai pemerintah. Contoh tagihan
penjualan angsuran antara lain adalah penjualan rumah
dinas dan penjualan kendaraan dinas.
Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nilai nominal
dari kontrak/berita acara penjualan aset yang
bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah
dibayarkan oleh pegawai ke kas negara/kas daerah atau
daftar saldo tagihan penjualan angsuran.
b) Pengakuan :
Saat terjadinya penjualan angsuran yang ditetapkan dalam
naskah/dokumen perjanjian penjualan.
c) Pengukuran :
(1) Sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan
aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan
angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas
daerah
(2) Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk
menentukan nilai tagihan penjualan angsuran adalah
daftar saldo tagihan penjualan angsuran.
d) Penyajian di Neraca :
(1) Tagihan Penjualan Angsuran yang jatuh tempo lebih dari
12 bulan setelah tanggal pelaporan dilaporkan sebagai
Aset Lainnya.
(2) Tagihan Penjualan Angsuran yang jatuh tempo kurang
dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan dilaporkan sebagai
bagian lancar Tagihan Penjualan Angsuran.
2) Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga
a) Jenis Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga
(1) Aset Kerjasama/Kemitraan adalah aset tetap yang
dibangun atau digunakan untuk menyelenggarakan
kegiatan kerjasama/kemitraan
(2) Bangun Guna Serah (BGS), adalah pemanfaatan barang
milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara
mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain
tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah
69
jdih.kendalkab.go.id
disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah
beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya
setelah berakhirnya jangka waktu.
(3) Bangun Serah Guna (BSG), adalah pemanfaatan barang
milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara
mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya
diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut
dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.
(4) Kerjasama Pemanfaatan (KSP) adalah pendayagunaan
Barang Milik Daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu
tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan daerah.
(5) Sewa, adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak
lain dalam jangka waktu tertentu dengan menerima
imbalan uang tunai.
(6) Masa kerjasama/kemitraan adalah jangka waktu dimana
Pemerintah Daerah dan mitra kerjasama masih terikat
dengan perjanjian kerjasama/kemitraan.
b) Pengakuan
(1) Aset Kerjasama/Kemitraan diakui pada saat terjadi
perjanjian kerjasama/ kemitraan, yaitu dengan perubahan
klasifikasi aset dari aset tetap menjadi aset
kerjasama/kemitraan.
(2) Aset Kerjasama/Kemitraan berupa Gedung dan/atau
sarana berikut fasilitasnya, dalam rangka kerja sama BSG,
diakui pada saat pengadaan/pembangunan Gedung
dan/atau Sarana berikut fasilitasnya selesai dan siap
digunakan untuk digunakan/dioperasikan.
(3) Setelah masa perjanjian kerjasama berakhir, aset
kerjasama/kemitraan harus diaudit oleh aparat pengawas
fungsional sebelum diserahkan kepada Pengelola Barang.
(4) Penyerahan kembali objek kerjasama beserta fasilitasnya
kepada Pengelola Barang dilaksanakan setelah
berakhirnya perjanjian dituangkan dalam berita acara
serah terima barang.
(5) Setelah masa pemanfaatan berakhir, tanah serta
bangunan dan fasilitas hasil kerjasama/ kemitraan
70
jdih.kendalkab.go.id
ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola Barang.
(6) Klasifikasi aset hasil kerjasama/kemitraan berubah dari
“Aset Lainnya” menjadi “Aset Tetap” sesuai jenisnya
setelah berakhirnya perjanjian dan telah ditetapkan status
penggunaannya oleh Kepala Daerah.
c) Pengukuran
(1) Aset yang diserahkan oleh Pemerintah Daerah untuk
diusahakan dalam perjanjian kerjasama/kemitraan harus
dicatat sebagai aset kerjasama/kemitraan sebesar nilai
bersih yang tercatat pada saat perjanjian atau nilai wajar
pada saat perjanjian, dipilih yang paling objektif atau
paling berdaya uji.
(2) Dana yang ditanamkan Pemerintah Daerah dalam
Kerjasama/kemitraan dicatat sebagai penyertaan
Kerjasama/Kemitraan. Di sisi lain, investor mencatat dana
yang diterima ini sebagai kewajiban.
(3) Aset hasil kerjasama yang telah diserahkan kepada
pemerintah setelah berakhirnya perjanjian dan telah
ditetapkan status penggunaannya, dicatat sebesar nilai
bersih yang tercatat atau sebesar nilai wajar pada saat
aset tersebut diserahkan, dipilih yang paling objektif atau
paling berdaya uji.
d) Penyajian dan Pengungkapan
Aset kerjasama/kemitraan disajikan dalam neraca sebagai
aset lainnya. Dalam hal sebagian dari luas aset kemitraan
(tanah dan atau gedung/bangunan), sesuai perjanjian,
digunakan untuk kegiatan operasional SKPD, harus
diungkapkan dalam CaLK. Aset kerjasama/kemitraan selain
tanah harus dilakukan penyusutan selama masa kerja sama.
Masa penyusutan aset kemitraan dalam rangka Bangun Guna
Serah (BGS) melanjutkan masa penyusutan aset sebelum
direklasifikasi menjadi aset kemitraan. Masa penyusutan aset
kemitraan dalam rangka Bangun Serah Guna (BSG) adalah
selama masa kerjasama.
Sehubungan dengan pengungkapan yang lazim untuk aset,
pengungkapan berikut harus dibuat untuk aset
71
jdih.kendalkab.go.id
kerjasama/kemitraan :
(1) Klasifikasi aset yang membentuk aset kerjasama
(2) Penentuan biaya perolehan aset kerjasama/kemitraan
(3) Penentuan depresiasi/penyusutan aset kerjasama/
kemitraan.
Setelah aset diserahkan dan ditetapkan penggunaannya, aset
hasil kerjasama disajikan dalam neraca dalam klasifikasi aset
tetap.
3) Aset Tak Berwujud
a) Jenis Aset Tak Berwujud:
(1) Goodwill
Goodwill adalah kelebihan nilai yang diakui oleh suatu
entitas akibat adanya pembelian kepentingan/saham di
atas nilai buku. Goodwill dihitung berdasarkan selisih
antara nilai entitas berdasarkan pengakuan dari suatu
transaksi peralihan/penjualan kepentingan/saham
dengan nilai buku kekayaan bersih perusahaan.
(2) Hak Paten atau Hak Cipta
Hak-hak ini pada dasarnya diperoleh karena adanya
kepemilikan kekayaan intelektual atau atas suatu
pengetahuan teknis atau suatu karya yang dapat
menghasilkan manfaat bagi entitas. Di samping itu dengan
adanya hak ini dapat mengendalikan pemanfaatan aset
tersebut dan membatasi pihak lain yang tidak berhak
untuk memanfaatkannya.
(3) Royalti
Nilai manfaat ekonomi yang akan/dapat diterima atas
kepemilikan hak cipta/hak paten/hak lainnya pada saat
hak dimaksud akan dimanfaatkan oleh orang, instansi
atau perusahaan lain.
(4) Software
Software computer yang masuk dalam kategori Aset Tak
Berwujud adalah software yang bukan merupakan bagian
tak terpisahkan dari hardware komputer tertentu. Jadi
software ini adalah yang dapat digunakan di komputer
72
jdih.kendalkab.go.id
lain.
(5) Lisensi
Adalah izin yang diberikan pemilik Hak Paten atau Hak
Cipta yang diberikan kepada pihak lain berdasarkan
perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat
ekonomi dari suatu Hak Kekayaan Intelektual yang diberi
perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.
(6) Hasil Kajian/Penelitian yang memberikan manfaat jangka
panjang
Hasil kajian/pengembangan yang memberikan manfaat
jangka panjang adalah suatu kajian atau pengembangan
yang memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial
dimasa yang akan datang yang dapat diidentifikasi sebagai
aset.
(7) Aset Tak Berwujud Lainnya
Aset Tak berwujud Lainnya merupakan jenis aset tak
berwujud yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam jenis
aset tak berwujud yang ada.
(8) Aset Tak Berwujud dalam Pengerjaan
Terdapat kemungkinan pengembangan suatu Aset Tak
Berwujud yang diperoleh secara internal yang jangka
waktu penyelesaiannya melebihi satu tahun anggaran
atau pelaksanaan pengembangannya melewati tanggal
pelaporan. Dalam hal terjadi seperti ini, maka atas
pengeluaran yang telah terjadi dalam rangka
pengembangan tersebut sampai dengan tanggal pelaporan
harus diakui sebagai Aset Tak Berwujud dalam Pengerjaan
(intangible asset–work in progress), dan setelah pekerjaan
selesai kemudian akan direklasifikasi menjadi Aset Tak
Berwujud yang bersangkutan.
b) Pengakuan
Untuk dapat diakui sebagai Aset Tak Berwujud harus dapat
dibuktikan bahwa aktivitas/kegiatan tersebut telah
memenuhi:
(1) Definisi dari Aset Tak Berwujud; dan
73
jdih.kendalkab.go.id
(2) Kriteria pengakuan.
Aset Tak Berwujud harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
(1) Kemungkinan besar diperkirakan manfaat ekonomi di
masa datang yang diharapkan atau jasa potensial yang
diakibatkan dari Aset Tak Berwujud tersebut akan
mengalir kepada/dinikmati oleh entitas; dan
(2) Biaya perolehan atau nilai wajarnya dapat diukur dengan
andal.
c) Pengukuran
Aset Tak Berwujud diukur dengan harga perolehan, yaitu
harga yang harus dibayar entitas untuk memperoleh suatu
Aset Tak Berwujud hingga siap untuk digunakan dan Aset Tak
Berwujud tersebut mempunyai manfaat ekonomi yang
diharapkan di masa datang atau jasa potensial yang melekat
pada aset tersebut akan mengalir masuk kedalam entitas
tersebut.
Biaya untuk memperoleh Aset Tak Berwujud dengan
pembelian terdiri dari:
(1) Harga beli, termasuk biaya import dan pajak-pajak, setelah
dikurangi dengan potongan harga dan rabat; dan
(2) Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat
aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang
dimaksudkan.
Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
adalah:
(a) Biaya staf yang timbul secara langsung agar aset tersebut
dapat digunakan;
(b) Biaya profesional yang timbul secara langsung agar aset
tersebut dapat digunakan; dan
(c) Biaya pengujian untuk menjamin aset tersebut dapat
berfungsi secara baik.
Pengukuran Aset Tak Berwujud yang diperoleh secara internal
adalah:
(1) Aset Tak Berwujud dari kegiatan pengembangan yang
memenuhi syarat pengakuan, diakui sebesar biaya
74
jdih.kendalkab.go.id
perolehan yang meliputi biaya yang dikeluarkan sejak
memenuhi kriteria pengakuan;
(2) Pengeluaran atas unsur tidak berwujud yang awalnya
telah diakui oleh entitas sebagai beban tidak boleh diakui
sebagai bagian dari harga perolehan Aset Tak Berwujud di
kemudian hari; dan
(3) Aset Tak Berwujud yang dihasilkan dari pengembangan
software komputer, maka pengeluaran yang dapat
dikapitalisasi adalah pengeluaran tahap pengembangan
aplikasi.
Aset yang memenuhi definisi dan syarat pengakuan aset tak
berwujud, namun biaya perolehannya tidak dapat ditelusuri
dapat disajikan sebesar nilai wajar.
d) Penyajian dan Pengungkapan
ATB disajikan dalam neraca sebagai bagian dari “Aset
Lainnya”. Hal-hal yang diungkapkan dalam LaporanKeuangan
atas Aset Tak Berwujud antara lain sebagai berikut:
(1) Masa manfaat dan metode amortisasi;
(2) Nilai tercatat bruto, akumulasi amortisasi dan nilai sisa
Aset Tak Berwujud; dan
(3) Penambahan maupun penurunan nilai tercatat pada awal
dan akhir periode, termasuk penghentian dan pelepasan
Aset Tak Berwujud.
e) Amortisasi
(1) Amortisasi adalah alokasi harga perolehan Aktiva Tak
Berwujud secara sistematis dan rasional selama masa
manfaatnya;
(2) Terhadap Aset Tak Berwujud dilakukan amortisasi,
kecuali atas Aset Tak Berwujud yang memiliki masa
manfaat tak terbatas.
f) Pengakuan Amortisasi Aset Tak Berwujud
Pengakuan amortisasi Aset Tak Berwujud dilakukan setiap
akhir tahun saat akan dilakukan penyusunan Laporan
Keuangan.
g) Pengukuran Amortisasi Aset Tak Berwujud
75
jdih.kendalkab.go.id
(1) Pengukuran jumlah amortisasi Aset Tak Berwujud dengan
menggunakan metode garis lurus. Metode garis lurus
dilakukan dengan mengalokasikan nilai yang dapat
diamortisasi secara merata setiap tahun selama Masa
Manfaat;
(2) Penghitungan amortisasi tak berwujud tanpa
memperhitungkan adanya nilai residu. Nilai residu
merupakan nilai buku Aset Tak Berwujud pada akhir
Masa Manfaat;
(3) Penghitungan dan pencatatan amortisasi Software
Komputer dilakukan dalam satuan mata uang Rupiah
dengan pembulatan hingga satuan Rupiah terkecil;
(4) Untuk Aset Tak Berwujud Software Komputer masa
manfaatnya dihitung selama 4 tahun. Penentuan Masa
Manfaat Software Komputer dilakukan dengan
memperhatikan faktor-faktor, antara lain :
(a) Ketentuan hukum atau perjanjian yang membatasi
masa manfaat maksimum.
(b) Pengaruh keusangan, permintaan, persaingan dan
faktor keekonomian lain dapat mengurangi masa
manfaat.
h) Penyajian dan Pengungkapan Aset Tak Berwujud
(1) Amortisasi Aset Tak Berwujud setiap tahun disajikan
sebagai akumulasi amortisasi di Neraca periode berjalan
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual;
(2) Amortisasi Aset Tidak Berwujud diakumulasikan setiap
tahun;
(3) Amortisasi Aset Tidak Berwujud disajikan dalam akun
Akumulasi Amortisasi;
(4) Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud merupakan
pengurang pos Aset Tidak Berwujud, selain itu Amortisasi
juga akan diungkapkan dalam Laporan Operasional
sebagai “Beban Amortisasi”.
i) Pengeluaran Setelah Perolehan Aset Tak Berwujud
(1) Pengeluaran setelah perolehan dapat dikapitalisasi ke
dalam nilai Aset Tak Berwujud apabila pengeluaran
tersebut dapat diatribusikan langsung terhadap Aset Tak
Berwujud dimaksud;
76
jdih.kendalkab.go.id
(2) Kapitalisasi terhadap pengeluaran setelah perolehan
Aset Tak Berwujud harus memenuhi kriteria
meningkatkan fungsi atau meningkatkan efisiensi Aset
Tak Berwujud dimaksud. Apabila pengeluaran tidak
memenuhi salah satu kriteria tersebut, maka pengeluaran
harus dianggap sebagai beban pemeliharaan pada saat
terjadinya. Misalnya, pengeluaran untuk teknisi software
dalam rangka memperbaiki software agar dapat
dioperasikan kembali, pengeluaran ini sifatnya tidak
meningkatkan fungsi atau efisiensi software tersebut
tetapi hanya mengembalikan ke kondisi semula, sehingga
tidak perlu dikapitalisasi.
(3) Tidak terdapat batasan minimal kapitalisasi Aset Tak
Berwujud.
5) Aset Lain-Lain
a) Definisi
Aset Lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang
tidak dapat dikelompokkan dalam aset tak berwujud, tagihan
penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan, tuntutan
ganti rugi, dan kemitraan dengan pihak ketiga.
Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari
penggunaan aktif pemerintah direklasifikasi ke dalam Aset
Lain-lain. Hal ini dapat disebabkan karena rusak berat,
usang, dan/atau aset tetap yang tidak digunakan karena
sedang menunggu proses pemindahtanganan (proses
penjualan, sewa beli, penghibahan, penyertaan modal).
b) Pengakuan
Pengakuan aset lain-lain diakui pada saat dihentikan dari
penggunaan aktif pemerintah dan direklasifikasikan ke dalam
aset lain-lain.
c) Pengukuran
Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari
penggunaan aktif pemerintah direklasifikasi ke dalam
AsetLain-lain menurut nilai tercatatnya.Aset lain-lain yang
berasal dari reklasifikasi aset tetap disusutkan mengikuti
kebijakan penyusutan aset tetap. Proses penghapusan
77
jdih.kendalkab.go.id
terhadap aset lain – lain dilakukan paling lama 12 bulan sejak
direklasifikasi kecuali ditentukan lain menurut ketentuan
perundang-undangan.
d) Penyajian dan Pengungkapan
Aset Lain-lain disajikan di dalam kelompok Aset Lainnya
dan diungkapkan secara memadai di dalam CaLK.
Hal-hal yang perlu diungkapkan antara lain adalah faktor-
faktor yang menyebabkan dilakukannya penghentian
penggunaan, jenis aset tetap yang dihentikan penggunaannya,
dan informasi lainnya yang relevan.
78
jdih.kendalkab.go.id
BAB V
KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN
A. UMUM
1. Tujuan
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan
akuntansi kewajiban meliputi saat pengakuan, penentuan nilai
tercatat dan biaya pinjaman yang dibebankan terhadap kewajiban
tersebut.
2. Ruang Lingkup
a) Kebijakan akuntansi ini diterapkan untuk seluruh entitas
BLUD UPTD Puskesmas yang menyajikan laporan keuangan
untuk tujuan umum dan mengatur tentang perlakuan
akuntansinya, termasuk pengakuan, pengukuran, penyajian,
dan pengungkapan yang diperlukan.
b) Kebijakan akuntansi ini mengatur:
1) Akuntansi Kewajiban BLUD termasuk kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang yang ditimbulkan
dari Utang Dalam Negeri dan Utang Luar Negeri.
Kewajiban jangka panjang mengikuti peraturan kepala
daerah.
2) Perlakuan akuntansi untuk biaya yang timbul dari utang
BLUD UPTD Puskesmas.
3. Definisi Kewajiban
a) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber
daya ekonomi pemerintah.
b) Kewajiban Jangka Pendek adalah suatu kewajiban yang
diharapkan dibayar (atau jatuh tempo) dalam waktu 12 bulan.
c) Kewajiban jangka panjang adalah semua kewajiban
pemerintah daerah yang waktu jatuh temponya lebih dari 12
bulan sejak tanggal pelaporan.
B. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
1. Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
a) Definisi Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
1) Utang Perhitungan Fihak Ketiga, selanjutnya disebut
Utang PFK merupakan utang BLUD kepada pihak lain
yang disebabkan kedudukan BLUD sebagai pemotong
pajak atau pungutan lainnya, seperti Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), BPJS, Taspen, dan
79
jdih.kendalkab.go.id
Taperum.
2) Potongan PFK tersebut seharusnya diserahkan kepada
pihak lain (Kas Negara cq. pendapatan pajak, PT Taspen,
PT Asabri, Bapertarum, dan BPJS) sejumlah yang sama
dengan jumlah yang dipungut/dipotong.
b) Pengakuan Utang Perhitungan Fihak Ketiga
(PFK)
Utang PFK diakui pada saat dilakukan pemotongan oleh
Bendahara Pengeluaran atas pengeluaran dari kas BLUD
untuk pembayaran tertentu seperti gaji dan tunjangan
pegawai serta pengadaan barang dan jasa termasuk barang
modal atau pada saat terbitnya SPM (Surat Perintah
Membayar).
c) Pengukuran Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah
sebesar kewajiban PFK yang sudah dipotong oleh Bendahara
Pengeluaran namun belum disetorkan kepada yang
berkepentingan.
d) Penyajian dan Pengungkapan Utang Perhitungan Fihak
Ketiga (PFK)
1) Utang PFK merupakan utang jangka pendek yang harus
segera dibayar. Oleh karena itu terhadap utang semacam
ini disajikan di neraca dengan klasifikasi/pos Kewajiban
Jangka Pendek.
2) Pada akhir periode pelaporan jika masih terdapat saldo
pungutan/potongan yang belum disetorkan kepada pihak
lain. Jumlah saldo pungutan/potongan tersebut harus
dicatat pada laporan keuangan sebesar jumlah yang masih
harus disetorkan.
2. Kewajiban untuk Dikonsolidasikan
a) Definisi Kewajiban untuk Dikonsolidasikan
1) Kewajiban untuk dikonsolidasikan adalah kewajiban
yang dicatat karena adanya hubungan timbal balik antara
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) yang
dikelola oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD),
Perangkat Daerah (PD), dan BLUD.
2) Kewajiban ini tereliminasi saat dilakukan konsolidasi
antara PPKD dengan PD, dan BLUD. Kewajiban untuk
dikonsolidasikan hanya terdiri dari R/K PPKD, R/K SKPD,
dan R/K BLUD.
3) Akun ini menurut Permendagri dan otda Nomor 64 Tahun
2013 diakomodasi dalam akun Ekuitas untuk
Dikonsolidasikan.
4) Akun ini digunakan sebagai akun untuk transaksi timbal
80
jdih.kendalkab.go.id
balik dengan akun Aset untuk Dikonsolidasikan sesuai
dengan metode pencatatan transaksi antar kantor. Sebagai
akun timbal balik maka akun ini akan tereliminasi dengan
akun Aset untuk dikonsolidasikan pada saat penyusunan
laporan keuangan.
b) Pengakuan Kewajiban untuk Dikonsolidasikan
Pengakuan aset untuk dikonsolidasikan pada saat terjadi
transaksi yang melibatkan transaksi BLUD.
c) Pengukuran Kewajiban untuk Dikonsolidasikan
1) Pengukuran kewajiban untuk dikonsolidasikan
berdasarkan nilai transaksi dari transaksi yang terjadi.
2) Kewajiban untuk dikonsolidasikan ini akan mempunyai
nilai yang sama dengan Aset untuk dikonsolidasikan
sehingga pada saat dilakukan penyusunan laporan
konsolidasi akun-akun ini akan saling mengeliminasi
d) Pengungkapan Kewajiban untuk Dikonsolidasikan
Kewajiban untuk dikonsolidasikan diungkapkan pada Neraca
dalam klasifikasi Kewajiban Jangka Pendek. Pada laporan
konsolidasi akun ini tereliminasi.
3. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
a) Definisi Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Bagian Lancar Utang Jangka Panjangmerupakan bagian
utang jangka panjang baik pinjaman dari dalam negeri maupun luar negeri yang akan jatuh tempo dan diharapkan
akan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal neraca.
b) Pengakuan Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
1) Akun ini diakui pada saat melakukan reklasifikasi
pinjaman jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca pada
setiap akhir periode akuntansi, kecuali bagian lancar
utang jangka panjang yang akan didanai kembali.
2) Termasuk dalam Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
adalah utang jangka panjang yang persyaratan
tertentunya telah dilanggar sehingga kewajiban tersebut
menjadi kewajiban jangka pendek (payable on demand).
c) Pengukuran Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Nilai yang dicantumkan di neraca untuk bagian lancar utang
jangka panjang adalah sebesar jumlah yang akan jatuh tempo
dalam waktu 12 (duabelas) bulan setelah tanggal neraca.
Dalam kasus kewajiban jangka pendek yang terjadi karena
payable on demand, nilai yang dicantumkan di neraca adalah
sebesar saldo utang jangka panjang beserta denda dan
kewajiban lainnya yang harus ditanggung oleh peminjam
81
jdih.kendalkab.go.id
sesuai perjanjian.
d) Penyajian dan Pengungkapan Bagian Lancar Utang Jangka
Panjang
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang disajikan dineraca
sebagai kewajiban jangka pendek. Rincian Bagian Lancar
Utang Jangka Panjang untuk masing-masing jenis
utang/pemberi pinjaman diungkapkan di CaLK.
4. Pendapatan Diterima Dimuka
a) Definisi Pendapatan Diterima Dimuka
Pendapatan Diterima Dimuka adalah kewajiban yang timbul
karena adanya kas yang telah diterima tetapi sampai dengan
tanggal neraca seluruh atau sebagian barang/jasa belum
diserahkan oleh BLUD kepada pihak lain.
b) Pengakuan Pendapatan Diterima Dimuka
Pendapatan Diterima Dimuka diakui pada saat
terdapat/timbul klaim pihak ketiga kepada BLUD terkait kas
yang telah diterima dari pihak ketiga tetapi belum ada
penyerahan barang/jasa dari BLUD.
c) Pengukuran Pendapatan Diterima Dimuka
Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah
sebesar bagian barang/jasa yang belum diserahkan oleh
BLUD kepada pihak ketiga sampai dengan tanggal neraca.
d) Penyajian dan Pengungkapan Pendapatan Diterima
Dimuka
Pendapatan Diterima Dimuka disajikan sebagai kewajiban
jangka pendek di neraca. Rincian Pendapatan Diterima
Dimuka diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
5. Beban yang Masih Harus Dibayar
a) Definisi Beban yang Masih Harus Dibayar
1) Beban yang Masih Harus Dibayar adalah kewajiban BLUD
yang timbul karena entitas mengikat kontrak pengadaan
barang atau jasa dari pihak ketiga yang pembayarannya
akan dilakukan di kemudian hari atau sampai tanggal
pelaporan belum dilakukan pembayaran.
2) Beban yang Masih Harus Dibayar ini pada umumnya
terjadi karena:
(a) Adanya beban yang seharusnya sudah dibayarkan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan tetapi
sampai dengan tanggal pelaporan belum dilakukan
pembayaran.
(b) Pihak ketiga memang melaksanakan praktik
menyediakan barang atau jasa dimuka dan melakukan
82
jdih.kendalkab.go.id
penagihan di belakang. Sebagai contoh, penyediaan
barang berupa listrik, air PAM, telpon oleh masing-
masing perusahaan untuk suatu bulan baru ditagih
oleh yang bersangkutan kepada entitas selaku
pelanggannya pada bulan atau bulan-bulan
berikutnya.
e) Pengakuan Utang Beban
Utang Beban diakui pada saat :
Beban secara peraturan perundang-undangan sudah terjadi
tetapi sampai dengan tanggal pelaporan belum dibayar.
f) Pengukuran Utang Beban
Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah
sebesar beban yang belum dibayar oleh pemerintah daerah
sesuai perjanjian atau perikatan sampai dengan tanggal
neraca.
g) Penyajian dan pengungkapan Utang Beban
Utang Beban disajikan Neraca dalam klasifikasi kewajiban
jangka pendek dan rinciannya diungkapkan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK).
6. Utang Jangka Pendek Lainnya
a) Definisi Utang Jangka Pendek Lainnya
Utang Jangka Pendek Lainnyaadalah kewajiban jangka
pendek yang tidak dapat diklasifikasikan dalam kewajiban
jangka pendek seperti pada akun di atas.
b) Pengakuan Utang Jangka Pendek Lainnya
Utang Jangka Pendek Lainnya diakui pada saat terdapat/
timbul klaim kepada pemerintah daerah terkait kas yang telah
diterima tetapi belum ada pembayaran/pengakuan sampai dengan tanggal pelaporan dan atau saat tagihan diterima.
c) Pengukuran Utang Jangka Pendek Lainnya
Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah
sebesar kewajiban yang belum dibayar/diakui sampai dengan
tanggal neraca dan atau saat tagihan diterima.
d) Penyajiandan Pengungkapan Utang Jangka Pendek
Lainnya
Utang Jangka Pendek Lainnya disajikan sebagai kewajiban
jangka pendek di Neraca. Rinciannya diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
83
jdih.kendalkab.go.id
C. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG.
1. Utang Dalam Negeri
a) Definisi Utang Dalam Negeri
1) Utang Dalam Negeri adalah semua kewajiban pemerintah
daerah yang waktu jatuh temponya lebih dari 12 bulan
dan diperoleh dari sumber-sumber dalam negeri.
2) Yang termasuk dalam utang dalam negeri diantaranya
adalah:
(a) Utang Dalam Negeri – sektor perbankan;
(b) Utang Dalam Negeri – sektor lembaga keuangan non
bank;
(c) Utang Dalam Negeri – obligasi;
(d) Utang pemerintah pusat;
(e) Utang pemerintah provinsi; dan
(f) Utang pemerintah kabupaten/kota.
b) Pengakuan Utang Dalam Negeri
1) Sepanjang tidak diatur secara khusus dalam perjanjian
pinjaman, utang dalam negeri diakui pada saat dana
diterima di Kas BLUD/saat terjadi transaksi penjualan
obligasi.
2) Sehubungan dengan transaksi penjualan utang obligasi,
bunga atas utang obligasi diakui sejak saat penerbitan
utang obligasi tersebut, atau sejak tanggal pembayaran
bunga terakhir, sampai saat terjadinya transaksi.
c) Pengukuran Utang Dalam Negeri
1) Jumlah utang yang tercantum dalam naskah perjanjian
merupakan komitmen maksimum jumlah pendanaan yang
disediakan oleh pemberi pinjaman. Penerima pinjaman
belum tentu menarik seluruh jumlah pendanaan tersebut,
sehingga jumlah yang dicantumkan dalam neraca untuk
utang dalam negeri adalah sebesar jumlah dana yang telah
ditarik oleh penerima pinjaman.
2) Dalam perkembangan selanjutnya, pembayaran pokok
pinjaman akan mengurangi jumla hutang sehingga jumlah
yang dicantumkan dalam neraca dalah sebesar total
penarikan dikurangi dengan pelunasan.
3) Terkait dengan Utang Obligasi dicatat sebesar nilai
nominal/par, ditambah premium atau dikurangi diskon
yang disajikan pada akun terpisah. Nilai nominal Utang
Obligasi tersebut mencerminkan nilai yang tertera pada
lembar surat utang pemerintah daerah dan merupakan
nilai yang akan dibayar pemerintah pada saat jatuh
tempo.
84
jdih.kendalkab.go.id
d) Penyajian dan Pengungkapan Utang Dalam Negeri
Utang Dalam Negeri disajikan sebagai kewajiban jangka
panjang. Rincian utang diungkapkan di Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK) berdasarkan pemberi pinjaman.
Sesuai dengan PSAP 9 paragraf 21 disebutkan bahwa
kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau
pada saat kewajiban timbul.
2. Utang Jangka Panjang Lainnya
a) Definisi Utang Jangka Panjang Lainnya
1) Utang jangka panjang lainnya adalah utang jangka
panjang yang tidak termasuk pada kelompok Utang Dalam
dan Utang Luar Negeri, misalnya Utang Kemitraan
2) Utang Kemitraanmerupakan utang yang berkaitan
dengan adanya kemitraan pemerintah dengan pihak ketiga
dalam bentuk Bangun, Serah, Guna (BSG).
3) Penyerahan aset oleh pihak ketiga/investor kepada
pemerintah disertai dengan pembayaran kepada investor
sekaligus atau secara bagi hasil.
4) Utang Kemitraan dengan Pihak Ketiga timbul apabila
pembayaran kepada investor dilakukan secara angsuran
atau secara bagi hasil pada saat penyerahan aset
kemitraan.
5) Utang Kemitraan disajikan pada neraca sebesar dana yang
dikeluarkan investor untuk membangun aset tersebut.
Apabila pembayaran dilakukan dengan bagi hasil, utang
kemitraan disajikan sebesar dana yang dikeluarkan
investor setelah dikurangi dengan nilai bagi hasil yang
dibayarkan.
b) Pengakuan Utang Jangka Panjang Lainnya
1) Utang kemitraan diakui pada saat aset diserahkan oleh
pihak ketiga kepada pemerintah yang untuk selanjutnya
akan dibayar sesuai perjanjian, misalnya secara angsuran.
2) Pengakuan mengenai utang kemitraan dapat dilihat pada
kebijakan aset lainnya – kemitraan dengan pihak ketiga.
c) Pengukuran Utang Jangka Panjang Lainnya
1) Utang kemitraan diukur berdasarkan nilai yang disepakati
dalam perjanjian kemitraan BSG sebesar nilai yang belum
dibayar.
2) Pengukuran mengenai utang kemitraan dapat dilihat pada
kebijakan aset lainnya – kemitraan dengan pihak ketiga.
d) Penyajian dan Pengungkapan Utang Jangka Panjang
Lainnya
85
jdih.kendalkab.go.id
1) Utang kemitraan disajikan dalam Neraca dengan
klasifikasi/pos Utang Jangka Panjang. Rincian Utang
kemitraan untuk masing- masing perjanjian kerjasama
diungkapkan dalam CaLK.
Pengungkapan mengenai utang kemitraan dapat dilihat
pada kebijakan aset lainnya – kemitraan dengan pihak
ketiga.
86
jdih.kendalkab.go.id
BAB VI
KEBIJAKAN AKUNTANSI EKUITAS
A. UMUM.
1. Tujuan.
a) Tujuan kebijakan akuntansi ekuitas adalah untuk mengatur
perlakuan akuntansi atas ekuitas dan informasi lainnya
dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana
ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
b) Perlakuan akuntansi ekuitas mencakup definisi, pengakuan,
dan pengungkapannya.
2. Ruang Lingkup.
Kebijakan ini diterapkan dalam akuntansi ekuitas yang disusun
dan disajikan dengan menggunakan akuntansi berbasis akrual.
Kebijakan ini diterapkan untuk entitas akuntansi/entitas
pelaporan BLUD.
3. Definisi Ekuitas.
a) Ekuitas adalah kekayaan bersih BLUD yang merupakan
selisih antara aset dan kewajiban BLUD pada tanggal laporan.
b) Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE).
c) Saldo Ekuitas berasal dari Ekuitas awal ditambah (dikurang)
oleh Surplus/Defisit LO dan perubahan lainnya seperti
koreksi nilai persediaan, selisih evaluasi Aset Tetap, dan lain-
lain yang tersaji dalam Laporan Perubahan Ekuitas (LPE).
d) Akun ekuitas menurut kebijakan ini tidak mengakomodasi
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan dan Ekuitas SAL (Saldo
Anggaran Lebih) sesuai dalam Permendagri dan otda Nomor
64 Tahun 2013.
e) Dengan tidak diakomodasinya akun Ekuitas untuk
Dikonsolidasikan dan Ekuitas SAL maka Laporan Interim
untuk Neraca akan menyajikan nilai ekuitas yang sebenarnya.
4. Pengakuan Ekuitas.
Pengakuan ekuitas berdasarkan saat pengakuan aset dan
kewajiban.
5. Pengukuran Ekuitas.
Pengukuran atas ekuitas berdasarkan pengukuran atas aset dan
kewajiban.
6. Penyajian Dan Pengungkapan Ekuitas.
Ekuitas disajikan dalam Neraca dan dijelaskan rinciannya dalam
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
87
jdih.kendalkab.go.id
BAB VII
KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN – LRA
A. UMUM.
1. Tujuan.
Menetapkan dasar-dasar penyajian realisasi dan anggaran
pendapatan pada entitas pelaporan dalam rangka memenuhi
tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan.
Perbandingan antara anggaran dan realisasi pendapatan
menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah
disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.
2. Ruang Lingkup.
a) Kebijakan ini diterapkan dalam akuntansi Pendapatan-LRA
dalam penyusunan laporan realisasi anggaran.
b) Pernyataan kebijakan ini berlaku untuk entitas
akuntansi/pelaporan BLUD, yang memperoleh anggaran
berdasarkan APBD.
3. Definisi Pendapatan LRA.
a) Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan BLUD yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak BLUD dan
tidak perlu dibayar kembali oleh BLUD.
b) Rekening BLUD adalah rekening tempat penyimpanan uang
BLUD yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung
seluruh penerimaan BLUD dan membayar seluruh
pengeluaran BLUD pada bank yang ditetapkan.
c) Saldo Anggaran Lebih adalah akumulasi saldo yang berasal
dari akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-tahun anggaran
sebelumnya dan tahun berjalan serta penyesuaian lain yang
diperkenankan.
d) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
adalah selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA
dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
dalam APBD selama satu periode pelaporan.
e) Surplus/defisit-LRA adalah selisih lebih/kurang antara
pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan.
f) Pendapatan LRA terdiri dari:
1) Pendapatan Jasa Layanan dari Masyarakat;
2) Pendapatan Jasa Layanan dari Entitas
Akuntansi/Entitas Pelaporan;
88
jdih.kendalkab.go.id
3) Pendapatan Hasil Kerja Sama;
4) Pendapatan Hibah; dan
5) Pendapatan Usaha Lainnya.
4. Pengakuan Pendapatan LRA.
Pendapatan LRA diakui menjadi pendapatan BLUD pada saat
pendapatan kas yang diterima BLU diakui sebagai
pendapatan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum.
5. Pengukuran Pendapatan LRA.
a) Pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat
jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran).
b) Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA
bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud
dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan
proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
c) Khusus untuk pendapatan dari Kerja Sama Operasi, diakui
berdasarkan asas neto dengan terlebih dahulu mengeluarkan
bagian pendapatan yang merupakan hak mitra Kerja Sama
Operasi.
6. Penyajian dan Pengungkapan Pendapatan LRA.
a) Pendapatan – LRA disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran dengan basis kas dan disajikan dalam mata uang
rupiah. Rinciannya dijelaskan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK).
b) Hal-hal yang harus diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan
Keuangan (CaLK) terkait dengan pendapatan adalah:
1) Penerimaan pendapatan tahun berkenaan setelah
tanggal berakhirnya tahun anggaran.
2) Penjelasan mengenai pendapatan yang pada tahun
pelaporan yang bersangkutan terjadi hal-hal yang bersifat
khusus.
3) Penjelasan sebab-sebab tidak tercapainya target
penerimaan pendapatan daerah.
4) Informasi lainnya yang dianggap perlu.
89
jdih.kendalkab.go.id
BAB VIII
KEBIJAKAN AKUNTANSI BELANJA
A. UMUM.
1. Tujuan.
Kebijakan akuntansi belanja mengatur perlakuan akuntansi atas
belanja yang meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapannya dalam penyusunan Laporan Keuangan BLUD.
2. Ruang Lingkup.
Kebijakan ini diterapkan dalam akuntansi belanja yang disusun
dan disajikan dengan menggunakan akuntansi berbasis kas.
B. DEFINISI BELANJA.
1. Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas BLUD dan
atau Bendahara Pengeluaran yang mengurangi Saldo Anggaran
Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh BLUD.
2. Belanja merupakan unsur/komponen penyusunan Laporan
Realisasi Anggaran (LRA).
3. Belanja terdiri dari belanja operasi dan belanja modal.
4. Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
sehari- hari yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja
operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang dan
jasa, belanja bunga, dan belanja lain-lain.
5. Belanja pegawai merupakan kompensasi terhadap pegawai baik
dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada
pejabat negara, pegawai negeri sipil, dan pegawai yang
dipekerjakan oleh pemerintah daerah yang belum berstatus PNS
sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali
pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.
6. Belanja barang dan jasa adalah pengeluaran anggaran untuk
pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12
(dua belas) bulan dalam melaksanakan program dan kegiatan
BLUD.
7. Belanja Bunga merupakan pengeluaran anggaran untuk
pembayaran bunga (interest) yang dilakukan atas kewajiban
penggunaan pokok utang (principal outstanding) termasuk beban
pembayaran biaya-biaya yang terkait dengan pinjaman dan hibah
yang diterima pemerintah daerah seperti biaya commitment fee
dan biaya denda.
8. Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan
aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja
modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan,
90
jdih.kendalkab.go.id
dan aset tak berwujud.
Nilai yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga
beli/bangunan aset ditambah seluruh belanja yang terkait
dengan pengadaan/ pembangunan aset sampai aset tersebut siap
digunakan.
9. Klasifikasi Belanja secara terinci diuraikan dalam Bagan Akun
Standar (BAS).
C. PENGAKUAN.
Belanja diakui pada saat:
Pengeluaran kas yang dilakukan oleh bendahara
pengeluaran/rekening BLUD disahkan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan umum.
D. PENGUKURAN.
1. Pengukuran belanja berdasarkan realisasi klasifikasi yang
ditetapkan dalam dokumen anggaran.
2. Pengukuran belanja dilaksanakan berdasarkan azas bruto dan
diukur berdasarkan nilai nominal yang dikeluarkan dan
tercantum dalam dokumen pengeluaran yang sah.
E. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN.
1. Belanja disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sesuai
dengan klasifikasi ekonomi, yaitu:
a) Belanja Operasi
b) Belanja Modal
dan dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
2. Belanja disajikan dalam mata uang rupiah. Apabila pengeluaran
kas atas belanja dalam mata uang asing, maka pengeluaran
tersebut dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Penjabaran mata uang asing tersebut menggunakan kurs tengah
Bank Indonesia pada tanggal transaksi.
3. Perlu diungkapkan juga mengenai pengeluaran belanja tahun
berkenaan setelah tanggal berakhirnya tahun anggaran,
penjelasan sebab-sebab tidak terserapnya anggaran belanja
daerah, referensi silang antar akun belanja modal dengan
penambahan aset tetap, penjelasan kejadian luar biasa dan
informasi lainnya yang dianggap perlu.
91
jdih.kendalkab.go.id
BAB IX
KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN
A. UMUM.
1. Tujuan.
a) Tujuan kebijakan akuntansi pembiayaan adalah untuk
mengatur perlakuan akuntansi atas transfer dan informasi
lainnya dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas
sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan.
b) Perlakuan akuntansi pembiayaan mencakup definisi,
pengakuan, dan pengungkapannya.
2. Ruang Lingkup.
Kebijakan ini diterapkan dalam akuntansi pembiayaan yang
disusun dan disajikan dengan menggunakan akuntansi berbasis
kas. Kebijakan ini diterapkan untuk entitas akuntansi/entitas
pelaporan BLUD.
3. Definisi.
a) Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun
tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran
BLUD terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran.
b) Pembiayaan terdiri dari :
1) Penerimaan pembiayaan, dan
2) Pengeluaran pembiayaan.
B. PENERIMAAN PEMBIAYAAN.
1. Definisi Penerimaan Pembiayaan.
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening
BLUD antara lain berasal dari penerimaan pinjaman,
pemanfaatan SILPA periode sebelumnya, dan divestasi.
2. Pengakuan Penerimaan Pembiayaan.
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening
BLUD.
3. Pengukuran Penerimaan Pembiayaan.
Penerimaan Pembiayaan diukur berdasarkan nilai nominal dari
transaksi. Penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan
azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan
tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran).
92
jdih.kendalkab.go.id
4. Penyajian dan Pengungkapan Penerimaan Pembiayaan.
Pembiayaan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
dan rinciannya dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
C. PENGELUARAN PEMBIAYAAN.
1. Definisi Pengeluaran Pembiayaan.
Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran BLUD
antara lain investasi, pembayaran kembali pokok pinjaman
dalam periode tahun anggaran tertentu.
2. Pengakuan Pengeluaran Pembiayaan.
Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat terjadinya
pengeluaran kas dari Rekening BLUD.
3. Pengukuran Pengeluaran Pembiayaan.
Pengeluaran Pembiayaan diukur berdasarkan nilai nominal
transaksi. Pengeluaran pembiayaan dilaksanakan berdasarkan
azas bruto.
4. Penyajian dan Pengungkapan Pengeluaran Pembiayaan.
Pembiayaan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
dan rinciannya dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
93
jdih.kendalkab.go.id
BAB X
KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN–LO
A. UMUM.
1. Tujuan.
Menetapkan dasar-dasar penyajian pendapatan dalam Laporan
Operasional untuk BLUD dalam rangka memenuhi tujuan
akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana
ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
2. Ruang Lingkup.
Kebijakan ini diterapkan dalam akuntansi Pendapatan-LO yang
disusun dan disajikan dengan menggunakan akuntansi berbasis
akrual. Kebijakan ini diterapkan untuk entitas akuntansi/entitas
pelaporan BLUD.
Jenis-jenis Pendapatan-LO.
1) Pendapatan-LO dari kegiatan operasional, terdiri atas:
- Pendapatan dari alokasi APBD;
- Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat;
- Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas
akuntansi/entitas pelaporan;
- Pendapatan hasil kerja sama;
- Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk
kas/barang/jasa; dan
- Pendapatan BLU Lainnya.
2) Pendapatan Luar Biasa (Pos Luar Biasa).
B. DEFINISI.
1. Pendapatan-LO adalah hak BLUD yang diakui sebagai penambah
ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan
tidak perlu dibayar kembali.
2. Ekuitas adalah kekayaan bersih BLUD yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban BLUD.
C. PENGAKUAN.
1. Pendapatan-LO diakui pada saat:
a) Timbulnya hak atas pendapatan (earned) atau
b) Pendapatan direalisasi yaitu aliran masuk sumber
daya ekonomi (realized)
2. Pendapatan-LO pada BLUD yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu pelayanan yang telah selesai diberikan berdasarkan
peraturan perundang-undangan, diakui pada saat timbulnya hak
untuk menagih imbalan.
94
jdih.kendalkab.go.id
3. Pendapatan-LO pada BLUD yang diakui pada saat direalisasi
adalah hak yang telah diterima oleh BLUD tanpa terlebih dahulu
adanya penagihan.
4. Pendapatan APBD diterima berdasarkan alokasi APBD sesuai
dengan penyerapan dari DPA BLUD.
5. Pendapatan layanan BPJS/Asuransi diakui pada saat dokumen
Umpan Balik Verifikasi Pengajuan Klaim (BPJS/Asuransi) kepada
BPJS diterbitkan.
6. Pendapatan lainnya diakui saat hak atas pendapatan sudah bisa
diakui dan dinilai berdasarkan dokumen pendukung terkait
seperti perjanjian kerja sama/Berita Acara Hibah dan dokumen
lainnya.
D. PENGUKURAN.
1. Pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat
jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
2. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto
(biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak
dapat diestimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum
selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
3. Pendapatan dalam mata uang asing diukur dan dicatat pada
tanggal transaksi menggunakan kurs tengah Bank Indonesia.
E. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN.
1. Pendapatan-LO disajikan dalam Laporan Operasional (LO) sesuai
dengan klasifikasi dalam BAS. Rincian dari Pendapatan
dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) sesuai
dengan klasifikasi sumber pendapatan.
2. Hal-hal yang harus diungkapkan dalam CaLK terkait dengan
Pendapatan-LO adalah :
a) penerimaan Pendapatan-LO tahun berkenaan setelah
tanggal berakhirnya tahun anggaran;
b) penjelasan mengenai Pendapatan-LO yang pada tahun
pelaporan yang bersangkutan terjadi hal-hal yang bersifat
khusus;
c) Pendapatan Luar Biasa;
d) penjelasan sebab-sebab tidak tercapainya target
penerimaan pendapatan daerah; dan
informasi lainnya yang dianggap perlu.
95
jdih.kendalkab.go.id
BAB XI
KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN
A. UMUM.
1. Tujuan.
Kebijakan akuntansi beban mengatur perlakuan akuntansi atas
beban yang meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapannya dalam penyusunan Laporan Keuangan BLUD.
2. Ruang Lingkup.
Kebijakan ini diterapkan dalam akuntansi beban yang disusun
dan disajikan dengan menggunakan akuntansi berbasis akrual.
Kebijakan ini diterapkan untuk entitas akuntansi/entitas
pelaporan BLUD.
B. DEFINISI.
1. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat
berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya
kewajiban.
2. Beban merupakan unsur/komponen penyusunan Laporan
Opeasional (LO).
3. Beban Operasi adalah pengeluaran uang atau kewajiban untuk
mengeluarkan uang dari entitas dalam rangka kegiatan
operasional entitas agar entitas dapat melakukan fungsinya
dengan baik.
4. Beban Operasi terdiri dari Beban Pegawai, Beban Persediaan,
Beban Jasa, Beban Pemeliharaan, Beban Langganan Daya dan
Jasa, Beban Perjalanan Dinas, Beban Penyusutan Aset, dan
Beban Bunga.
5. Beban pegawai merupakan kompensasi terhadap pegawai baik
dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada
pejabat negara, pegawai negeri sipil, dan pegawai yang
dipekerjakan oleh BLUD yang belum berstatus PNS sebagai
imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali
pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.
6. Beban Barang dan jasa merupakan penurunan manfaat ekonomi
dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat
berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya
kewajiban akibat transaksi pengadaan barang dan jasa yang
habis pakai, perjalanan dinas, pemeliharaan termasuk
pembayaran honorarium kegiatan kepada non pegawai dan
pemberian hadiah atas kegiatan tertentu terkait dengan suatu
prestasi.
7. Beban Bunga merupakan alokasi pengeluaran BLUD untuk
pembayaran bunga (interest) yang dilakukan atas kewajiban
96
jdih.kendalkab.go.id
penggunaan pokok utang (principal outstanding) termasuk beban
pembayaran biaya-biaya yang terkait dengan pinjaman dan hibah
yang diterima BLUD seperti biaya commitment fee dan biaya
denda.
8. Beban Penyusutan dan amortisasi adalah beban yang terjadi
akibat penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi
pada saat
9. Beban Penyisihan Piutang merupakan cadangan yang harus
dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutang terkait
ketertagihan piutang.
10. Beban Lain-lain adalah beban operasi yang tidak termasuk
dalam kategori tersebut di atas.
11. Beban Non Operasional adalah beban yang sifatnya tidak rutin
dan perlu dikelompokkan tersendiri dalam kegiatan non
operasional.
12. Beban Luar Biasa adalah beban yang terjadi karena kejadian
yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal tahun anggaran,
tidak diharapkan terjadi berulang-ulang, dan kejadian diluar
kendali entitas BLUD.
13. Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi, yaitu
mengelompokkan beban berdasarkan jenis beban dalam Bagan
Akun Standar.
C. PENGAKUAN.
1. Beban diakui pada:
a) Saat timbulnya kewajiban;
b) Saat terjadinya konsumsi aset; dan
c) Saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa.
2. Saat timbulnya kewajiban artinya beban diakui pada saat
terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke BLUD tanpa diikuti
keluarnya kas dari kas BLUD. Contohnya tagihan rekening
telepon dan rekening listrik yang sudah ada tagihannya belum
dibayar BLUD dapat diakui sebagai beban.
3. Saat terjadinya konsumsi aset artinya beban diakui pada saat
pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului
timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam
kegiatan operasional BLUD.
4. Saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
artinya beban diakui pada saat penurunan nilai aset sehubungan
dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu.
Contoh penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa adalah
penyusutan atau amortisasi.
5. Bila dikaitkan dengan pengeluaran kas maka pengakuan beban
97
jdih.kendalkab.go.id
dapat dilakukan dengan tiga kondisi, yaitu:
a) Beban diakui sebelum pengeluaran kas;
b) Beban diakui bersamaan dengan pengeluaran kas; dan
c) Beban diakui setelah pengeluaran kas.
6. Beban diakui sebelum pengeluaran kas dilakukan apabila dalam
hal proses transaksi BLUD terjadi perbedaan waktu antara
pengakuan beban dan pengeluaran kas, dimana pengakuan
beban BLUD dilakukan lebih dulu, maka kebijakan akuntansi
untuk pengakuan beban dapat dilakukan pada saat terbit
dokumen penetapan/pengakuan beban/kewajiban walaupun kas
belum dikeluarkan. Hal ini selaras dengan kriteria telah
timbulnya beban dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
konservatif bahwa jika beban sudah menjadi kewajiban harus
segera dilakukan pengakuan meskipun belum dilakukan
pengeluaran kas.
7. Beban diakui bersamaan dengan pengeluaran kas dilakukan
apabila perbedaan waktu antara saat pengakuan beban dan
pengeluaran kas daerah tidak signifikan, maka beban diakui
bersamaan dengan saat pengeluaran kas.
8. Beban diakui setelah pengeluaran kas dilakukan apabila dalam
hal proses transaksi BLUD terjadi perbedaan waktu antara
pengeluaran kas BLUD dan pengakuan beban, dimana
pengakuan beban dilakukan setelah pengeluaran kas, maka
pengakuan beban dapat dilakukan pada saat barang atau jasa
dimanfaatkan walaupun kas sudah dikeluarkan. Pada saat
pengeluaran kas mendahului dari saat barang atau jasa
dimanfaatkan, pengeluaran tersebut belum dapat diakui sebagai
Beban. Pengeluaran kas tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
Beban Dibayar di Muka (akun neraca), Aset Tetap dan Aset
Lainnya.
9. Pengakuan beban pada periode berjalan dilakukan dengan dua
cara sebagai berikut:
a) Beban dengan mekanisme LS akan diakui berdasarkan
terbitnya dokumen SPM LS atau diakui bersamaan dengan
pengeluaran kas dan dilakukan penyesuaian pada akhir
periode akuntansi.
b) Beban dengan mekanisme UP/GU/TU akan diakui
berdasarkan bukti pengeluaran beban telah disahkan oleh
Kuasa Pengguna Anggaran/pada saat Pertanggungjawaban
(SPJ) atau diakui bersamaan dengan pengeluaran kas dari
bendahara pengeluaran dan dilakukan penyesuaian pada
akhir periode akuntansi.
10. Pada saat penyusunan laporan keuangan harus dilakukan
penyesuaian terhadap pengakuan beban, yaitu:
98
jdih.kendalkab.go.id
a) Beban Pegawai, diakui timbulnya kewajiban beban pegawai
berdasarkan dokumen yang sah, misal daftar gaji.
b) Beban Barang dan Jasa, diakui pada saat timbulnya
kewajiban atau peralihan hak dari pihak ketiga yaitu ketika
bukti penerimaan barang/jasa atau Berita Acara Serah
Terima ditandatangani tetapi belum dibayar. Dalam hal pada
akhir tahun masih terdapat barang persediaan yang belum
terpakai, maka dicatat sebagai pengurang beban.
c) Beban Penyusutan dan amortisasi diakui saat penyusunan
laporan keuangan berdasarkan metode penyusutan dan
amortisasi yang sudah ditetapkan dengan mengacu pada
bukti memorial yang diterbitkan.
d) Beban Penyisihan Piutang diakui saat penyusunan laporan
keuangan berdasarkan persentase cadangan piutang yang
sudah ditetapkan dengan mengacu pada bukti memorial yang
diterbitkan.
e) Beban Bunga diakui saat bunga tersebut jatuh tempo untuk
dibayarkan. Untuk keperluan pelaporan keuangan, nilai
beban bunga diakui sampai dengan tanggal pelaporan
walaupun saat jatuh tempo melewati tanggal pelaporan.
D. PENGUKURAN.
Beban diukur sesuai dengan:
1. harga perolehan atas barang/jasa atau nilai nominal atas
kewajiban beban yang timbul, konsumsi aset, dan penurunan
manfaat ekonomi atau potensi jasa. Beban diukur dengan
menggunakan mata uang rupiah.
2. menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi
jika barang/jasa tersebut tidak diperoleh harga perolehannya.
E. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN.
1. Beban disajikan dalam Laporan Operasional (LO). Rincian dari
Beban dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
sesuai dengan klasifikasi ekonomi, yaitu:
a) Beban Operasi, yang terdiri dari: Beban Pegawai, Beban
Barang dan Jasa, Beban Bunga, Beban Penyusutan dan
Amortisasi, Beban Penyisihan Piutang, dan Beban lain-lain.
b) Beban Non Operasional.
c) Beban Luar Biasa.
2. Pos luar biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam
Laporan Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit dari
Kegiatan Non Operasional.
3. Hal-hal yang perlu diungkapkan sehubungan dengan beban,
antara lain:
a) Pengeluaran beban tahun berkenaan.
99
jdih.kendalkab.go.id
b) Pengakuan beban tahun berkenaan setelah tanggal
berakhirnya periode akuntansi/tahun anggaran sebagai
penjelasan perbedaan antara pengakuan belanja.
c) informasi lainnya yang dianggap perlu.
4) Penjelasan sebab-sebab tidak terserapnya anggaran belanja
daerah harus diungkapkan dalam CaLK
100
jdih.kendalkab.go.id
BAB XII
KEBIJAKAN AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN
KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN
OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN
A. UMUM.
1. Tujuan.
Tujuan kebijakan ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas
koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, perubahan
estimasi akuntansi, dan operasi yang tidak dilanjutkan.
2. Ruang Lingkup.
a) Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu
entitas menerapkan kebijakan ini untuk melaporkan
pengaruh kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi,
perubahan estimasi akuntansi, dan operasi yang tidak
dilanjutkan.
b) Kebijakan ini diterapkan untuk entitas akuntansi/entitas
pelaporan BLUD.
3. Definisi
a) Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar,
konvensi- konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik
spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
b) Kesalahan adalah penyajian pos-pos yang secara signifikan
tidak sesuai dengan yang seharusnya yang mempengaruhi
laporan keuangan periode berjalan atau periode sebelumnya.
c) Koreksi adalah tindakan pembetulan akuntansi agar pos-pos
yang tersaji dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai
dengan yang seharusnya.
d) Operasi yang tidak dilanjutkan adalah penghentian suatu
misi atau tupoksi tertentu akibat pelepasan atau penghentian
suatu fungsi, program, atau kegiatan, sehingga aset,
kewajiban, dan operasi dapat dihentikan tanpa mengganggu
fungsi, program atau kegiatan yang lain.
e) Perubahan estimasi adalah revisi estimasi karena perubahan
kondisi yang mendasari estimasi tersebut, atau karena
terdapat informasi baru, pertambahan pengalaman dalam
mengestimasi, atau perkembangan lain.
f) Penyajian Kembali (restatement) adalah perlakuan
akuntansi yang dilakukan atas pos-pos di dalam neraca yang
perlu dilakukan penyajian kembali pada awal periode BLUD
untuk pertama kali akan mengimplementasikan kebijakan
akuntansi yang baru.
101
jdih.kendalkab.go.id
g) Laporan keuangan dianggap sudah diterbitkan apabila sudah
dikonsolidasikan dengan laporan keuangan Dinas Kesehatan.
B. KOREKSI KESALAHAN.
1. Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau
beberapa periode sebelumnya mungkin baru ditemukan pada
periode berjalan. Kesalahan mungkin timbul dari adanya
keterlambatan penyampaian bukti transaksi anggaran oleh
pengguna anggaran, kesalahan perhitungan matematis,
kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan
interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian.
2. Dalam situasi tertentu, suatu kesalahan mempunyai pengaruh
signifikan bagi satu atau lebih laporan keuangan periode
sebelumnya sehingga laporan-laporan keuangan tersebut tidak
dapat diandalkan lagi.
3. Kesalahan ditinjau dari sifat kejadiannya dikelompokkan dalam 2
(dua) jenis:
a) Kesalahan yang tidak berulang;
b) Kesalahan yang berulang dan sistemik;
4. Kesalahan yang tidak berulang adalah kesalahan yang
diharapkan tidak akan terjadi kembali yang dikelompokkan
dalam 2 (dua) jenis:
a) Kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan;
b) Kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode
sebelumnya;
5. Kesalahan yang berulang dan sistemik adalah kesalahan yang
disebabkan oleh sifat alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi
tertentu yang diperkirakan akan terjadi berulang.
6. Kesalahan berulang dan sistemik tidak memerlukan koreksi,
melainkan dicatat pada saat terjadi pengeluaran kas untuk
mengembalikan kelebihan pendapatan dengan mengurangi
pendapatan-LRA maupun pendapatan-LO yang bersangkutan.
7. Terhadap setiap kesalahan dilakukan koreksi segera setelah
diketahui.
8. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode
berjalan, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun yang
tidak, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang
bersangkutan dalam periode berjalan.
9. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode
berjalan, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun yang
tidak, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang
bersangkutan dalam periode berjalan, baik pada akun
pendapatan-LRA atau akun belanja, maupun akun pendapatan-
LO atau akun beban.
102
jdih.kendalkab.go.id
10. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-
periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas, apabila
laporan keuangan periode tersebut belum diterbitkan, dilakukan
dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan, baik pada
akun pendapatan- LRA atau akun belanja, maupun akun
pendapatan-LO atau akun beban.
11. Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga
mengakibatkan penerimaan kembali belanja) yang tidak berulang
yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah
posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun
pendapatan lain-lain–LRA. Dalam hal mengakibatkan
pengurangan kas dilakukan dengan pembetulan pada akun Saldo
Anggaran Lebih.
Contoh koreksi kesalahan belanja :
a) yang menambah saldo kas dan yang mengurangi saldo kas.
Contoh koreksi kesalahan belanja yang menambah saldo kas
yaitu pengembalian belanja pegawai karena salah
penghitungan jumlah gaji, dikoreksi menambah saldo kas dan
pendapatan lain-lain.
b) yang menambah saldo kas terkait belanja modal yang
menghasilkan aset, yaitu belanja modal yang di-mark-up dan
setelah dilakukan pemeriksaan kelebihan belanja tersebut
harus dikembalikan, dikoreksi dengan menambah saldo kas
dan menambah akun pendapatan lain-lain-LRA.
c) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi belanja
pegawai tahun lalu yang belum dilaporkan, dikoreksi dengan
mengurangi akun Saldo Anggaran Lebih dan mengurangi
saldo kas.
d) yang mengurangi saldo kas terkait belanja modal yang
menghasilkan aset, yaitu belanja modal tahun lalu yang
belum dicatat, dikoreksi dengan mengurangi akun Saldo
Anggaran Lebih dan mengurangi saldo kas.
12. Koreksi kesalahan atas perolehan aset selain kas yang tidak
berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan
keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun aset bersangkutan.
Contoh koreksi kesalahan untuk perolehan aset selain kas:
a) yang menambah saldo kas terkait perolehan aset selain kas
yaitu pengadaan aset tetap yang di-mark-up dan setelah
dilakukan pemeriksaan kelebihan nilai asset tersebut harus
dikembalikan, dikoreksi dengan menambah saldo kas dan
mengurangi akun terkait dalam pos aset tetap.
b) yang mengurangi saldo kas terkait perolehan aset selain kas
103
jdih.kendalkab.go.id
yaitu pengadaan aset tetap tahun lalu belum dilaporkan,
dikoreksi dengan menambah akun terkait dalam pos aset
tetap dan mengurangi saldo kas.
13. Koreksi kesalahan atas beban yang tidak berulang, sehingga
mengakibatkan pengurangan beban, yang terjadi pada periode-
periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas dan tidak
mempengaruhi secara material posisi aset selain kas, apabila
laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan
dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain-LO. Dalam
hal mengakibatkan penambahan beban dilakukan dengan
pembetulan pada akun ekuitas.
Contoh koreksi kesalahan beban :
a) yang menambah saldo kas yaitu pengembalian beban pegawai
tahun lalu karena salah penghitungan jumlah gaji, dikoreksi
dengan menambah saldo kas dan menambah pendapatan
lain-lain-LO.
b) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi beban
pegawai tahun lalu yang belum dilaporkan, dikoreksi dengan
mengurangi akun beban lain-lain-LO dan mengurangi saldo
kas.
14. Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LRA yang tidak
berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan
keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun Saldo Anggaran Lebih.
15. Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LO yang tidak
berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan
keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun ekuitas.
16. Koreksi kesalahan atas penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas,
apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan,
dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun Saldo
Anggaran Lebih.
17. Koreksi kesalahan yang tidak berulang atas pencatatan
kewajiban yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan
keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun kewajiban bersangkutan
Contoh koreksi kesalahan terkait pencatatan kewajiban:
a) yang menambah saldo kas yaitu adanya penerimaan kas
karena dikembalikannya kelebihan pembayaran angsuran
suatu kewajiban dikoreksi dengan menambah saldo kas dan
104
jdih.kendalkab.go.id
menambah akun kewajiban terkait.
b) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat pembayaran suatu
angsuran kewajiban yang seharusnya dibayarkan tahun lalu
dikoreksi dengan menambah akun kewajiban terkait dan
mengurangi saldo kas.
18. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya dan tidak mempengaruhi posisi kas,
baik sebelum maupun setelah laporan keuangan periode tersebut
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pos-pos neraca terkait
pada periode ditemukannya kesalahan.
Contohnya adalah pengeluaran untuk pembelian peralatan dan
mesin (kelompok aset tetap) dilaporkan sebagai jalan, irigasi, dan
jaringan. Koreksi yang dilakukan hanyalah pada Neraca dengan
mengurangi akun jalan, irigasi, dan jaringan dan menambah
akun peralatan dan mesin.
Pada Laporan Realisasi Anggaran tidak perlu dilakukan koreksi
a) Koreksi kesalahan yang berhubungan dengan periode-periode
yang lalu terhadap posisi kas dilaporkan dalam Laporan Arus
Kas tahun berjalan pada aktivitas yang bersangkutan.
b) Koreksi kesalahan diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan.
C. PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI.
1. Para pengguna perlu membandingkan laporan keuangan dari
suatu entitas pelaporan dari waktu ke waktu untuk mengetahui
trend posisi keuangan, kinerja, dan arus kas. Oleh karena itu,
kebijakan akuntansi yang digunakan diterapkan secara konsisten
pada setiap periode.
2. Perubahan di dalam perlakuan, pengakuan, atau pengukuran
akuntansi sebagai akibat dari perubahan atas basis akuntansi,
kriteria kapitalisasi, metode, dan estimasi, merupakan contoh
perubahan kebijakan akuntansi.
3. Suatu perubahan kebijakan akuntansi dilakukan hanya apabila
penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan
oleh peraturan perundangan atau kebijakan akuntansi
pemerintahan yang berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa
perubahan tersebut akan menghasilkan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas yang lebih
relevan dan lebih andal dalam penyajian laporan keuangan
entitas.
4. Perubahan kebijakan akuntansi tidak mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a) adopsi suatu kebijakan akuntansi pada peristiwa atau
kejadian yang secara substansi berbeda dari peristiwa atau
kejadian sebelumnya; dan
105
jdih.kendalkab.go.id
b) adopsi suatu kebijakan akuntansi baru untuk kejadian atau
transaksi yang sebelumnya tidak ada atau yang tidak
material.
5. Timbulnya suatu kebijakan untuk merevaluasi aset merupakan
suatu perubahan kebijakan akuntansi. Namun demikian,
perubahan tersebut harus sesuai dengan standar akuntansi
terkait yang telah menerapkan persyaratan-persyaratan
sehubungan dengan revaluasi.
6. Perubahan kebijakan akuntansi harus disajikan pada Laporan
Perubahan Ekuitas dan diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
Dalam rangka implementasi pertama kali kebijakan akuntansi
yang baru dari semula basis Kas Menuju Akrual menjadi basis
Akrual penuh, dilakukan :
a) Penyajian Kembali (restatement) atas pos-pos dalam Neraca
yang perlu dilakukan penyajian kembali pada awal periode.
b) Agar Laporan Keuangan disajikan secara komparatif perlu
dilakukan penyesuaian penyajian LRA tahun sebelumnya
sesuai klasifikasi akun pada kebijakan akuntansi yang baru.
D. PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI.
1. Agar memperoleh Laporan Keuangan yang andal, maka estimasi
akuntansi perlu disesuaikan antara lain dengan pola
penggunaan, tujuan penggunaan aset dan kondisi lingkungan
entitas yang berubah.
2. Pengaruh atau dampak perubahan estimasi akuntansi disajikan
pada Laporan Operasional pada periode perubahan dan periode
selanjutnya sesuai sifat perubahan. Sebagai contoh, perubahan
estimasi masa manfaat aset tetap berpengaruh pada LO tahun
perubahan dan tahun-tahun selanjutnya selama masa manfaat
aset tetap tersebut.
3. Pengaruh perubahan terhadap LO periode berjalan dan yang
akan datang diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Apabila tidak memungkinkan, harus diungkapkan
alasan tidak mengungkapkan pengaruh perubahan itu.
E. OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN.
1. Apabila suatu misi atau tupoksi suatu entitas pemerintah
dihapuskan oleh peraturan, maka suatu operasi, kegiatan,
program, proyek, atau kantor terkait pada tugas pokok tersebut
dihentikan.
2. Informasi penting dalam operasi yang tidak dilanjutkan, misalnya
hakikat operasi, kegiatan, program, proyek yang dihentikan,
tanggal efektif penghentian, cara penghentian, pendapatan dan
beban tahun berjalan sampai tanggal penghentian apabila
dimungkinkan, dampak sosial atau dampak pelayanan,
106
jdih.kendalkab.go.id
pengeluaran aset atau kewajiban terkait pada penghentian
apabila ada harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan.
3. Agar Laporan Keuangan disajikan secara komparatif, suatu
segmen yang dihentikan itu harus dilaporkan dalam Laporan
Keuangan walaupun berjumlah nol untuk tahun berjalan.
Dengan demikian, operasi yang dihentikan tampak pada Laporan
Keuangan.
4. Pendapatan dan beban operasi yang dihentikan pada suatu
tahun berjalan, di akuntansikan dan dilaporkan seperti biasa,
seolah-olah operasi itu berjalan sampai akhir tahun Laporan
Keuangan. Pada umumnya entitas membuat rencana
penghentian, meliputi jadwal penghentian bertahap atau
sekaligus, resolusi masalah legal, lelang, penjualan, hibah dan
lain-lain.
5. Bukan merupakan penghentian operasi apabila :
a) Penghentian suatu program, kegiatan, proyek, segmen
secara evolusioner/alamiah. Hal ini dapat diakibatkan oleh
demand (permintaan publik yang dilayani) yang terus
merosot, pergantian kebutuhan lain.
b) Fungsi tersebut tetap ada.
c) Beberapa jenis sub kegiatan dalam suatu fungsi pokok
dihapus, selebihnya berjalan seperti biasa. Relokasi suatu
program, proyek, kegiatan ke wilayah lain.
Menutup suatu fasilitas yang ber-utilisasi amat rendah,
menghemat biaya, menjual sarana operasi tanpa mengganggu
operasi tersebut.
F. PERISTIWA LUAR BIASA.
1. Peristiwa luar biasa menggambarkan suatu kejadian atau
transaksi yang secara jelas berbeda dari aktivitas biasa. Didalam
aktivitas biasa entitas BLUD termasuk penanggulangan bencana
alam atau sosial yang terjadi berulang. Dengan demikian, yang
termasuk dalam peristiwa luar biasa hanyalah peristiwa-peristiwa
yang belum pernah atau jarang terjadi sebelumnya.
2. Peristiwa yang berada di luar kendali atau pengaruh entitas
adalah kejadian yang sukar diantisipasi dan oleh karena itu tidak
dicerminkan di dalam anggaran. Suatu kejadian atau transaksi
yang berada di luar kendali atau pengaruh entitas merupakan
peristiwa luar biasa bagi suatu entitas BLUD, tetapi peristiwa
yang sama tidak tergolong luar biasa untuk entitas BLUD lain.
3. Dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran karena
peristiwa luar biasa terpenuhi apabila kejadian dimaksud secara
tunggal menyebabkan penyerapan sebagian besar anggaran
107
jdih.kendalkab.go.id
belanja tak terduga atau dana darurat sehingga memerlukan
perubahan/pergeseran anggaran secara mendasar.
4. Anggaran belanja tak terduga atau anggaran belanja lain-lain
yang ditujukan untuk keperluan darurat biasanya ditetapkan
besarnya berdasarkan perkiraan dengan memanfaatkan
informasi kejadian yang bersifat darurat pada tahun-tahun lalu.
Apabila selama tahun anggaran berjalan terjadi peristiwa darurat,
bencana, dan sebagainya yang menyebabkan penyerapan dana
dari mata anggaran ini, peristiwa tersebut tidak dengan
sendirinya termasuk peristiwa luar biasa, terutama bila peristiwa
tersebut tidak sampai menyerap porsi yang signifikan dari
anggaran yang tersedia. Tetapi apabila peristiwa tersebut secara
tunggal menyerap 50% (lima puluh persen) atau lebih anggaran
tahunan, maka peristiwa tersebut layak digolongkan sebagai
peristiwa luar biasa. Sebagai petunjuk, akibat penyerapan dana
yang besar itu, entitas memerlukan perubahan atau penggeseran
anggaran guna membiayai peristiwa luar biasa dimaksud atau
peristiwa lain yang seharusnya dibiayai dengan mata anggaran
belanja tak terduga atau anggaran lain-lain untuk kebutuhan
darurat.
5. Dampak yang signifikan terhadap posisi aset/kewajiban karena
peristiwa luar biasa terpenuhi apabila kejadian atau transaksi
dimaksud menyebabkan perubahan yang mendasar dalam
keberadaan atau nilai aset/kewajiban entitas.
6. Peristiwa luar biasa memenuhi seluruh persyaratan berikut:
a) Tidak merupakan kegiatan normal dari entitas;
b) Tidak diharapkan terjadi dan tidak diharapkan terjadi
berulang;
c) Berada di luar kendali atau pengaruh entitas;
d) Memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran
atau posisi aset/kewajiban.
7. Hakikat, jumlah dan pengaruh yang diakibatkan oleh peristiwa
luar biasa diungkapkan secara terpisah dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
108
jdih.kendalkab.go.id
Format II.1 : Contoh format Laporan Realisasi Anggaran
BADANLAYANANUMUMXXX
LAPORANREALISASIANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
NO. URAIAN Anggaran Realisasi (%) Realisasi
20X1 20X1 20X0
1 PENDAPATAN
2 Pendapatanjasalayanan dari
masyarakat
xxx Xxx xxx xxx
3
4
Pendapatanjasalayanan dari entitas akuntansi/entitas pelaporan
Pendapatanhasil kerjasama
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
5 Pendapatanhibah xxx Xxx xxx xxx
6 PendapatanUsahalainnya xxx Xxx xxx xxx
7 JumlahPendapatan (2 s.d.6) xxx Xxx xxx xxx
8
9 BELANJA
10 BELANJAOPERASI
11 Belanja Pegawai xxx Xxx xxx xxx
12 BelanjaBarang xxx Xxx xxx xxx
13 Bunga xxx Xxx xxx xxx
14 Belanjalain-lain xxx Xxx xxx xxx
15
16
Jumlah BelanjaOperasi (11 s.d.14)
xxx Xxx xxx xxx
17 BELANJA MODAL
18 Belanja Tanah xxx Xxx xxx xxx
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Belanja PeralatandanMesin
Belanja Gedung dan Bangunan
BelanjaJalan,Irigasi dan Bangunan BelanjaAset Tetap Lainnya
BelanjaAset Lainnya
Jumlah BelanjaModal (18 s.d
23) Jumlah Belanja (15 + 24)
SURPLUS/DEFISIT
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx Xxx xxx xxx
PEMBIAYAAN
PENERIMAAN
PENERIMAANPEMBIAYAAN
DALAMNEGERI
Penerimaan Pinjaman
Penerimaan dariDivestasi
Penerimaan Kembali Pinjaman kepadaPihak Lain
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
109
jdih.kendalkab.go.id
36
37
38
39
40
41
42
43
JumlahPenerimaan Pembiayaan dalam Negeri (31 s.d.33)
JUMLAHPENERIMAAN
PEMBIAYAAN PENGELUARAN
PENGELUARANPEMBIAYAAN
DALAMNEGERI Pembayaran Pokok Pinjaman
Pengeluaran Penyertaan Modal
Pemberian Pinjaman Kepada
Pihak Lain JumlahPengeluaran
Pembiayaan Dalam Negeri
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
44
45
46
JUMLAHPENGELUARAN PEMBIAYAAN PEMBIAYAAN NETTO
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
110
jdih.kendalkab.go.id
Format II.2 : Contoh format Laporan Perubahan SAL
BADANLAYANANUMUMXXX
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
NO URAIAN 20X1 20X0
1 Saldo Anggaran Lebih Awal XXX XXX 2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan
Tahun Berjalan (XXX) (XXX)
3 Subtotal (1 + 2) XXX XXX 4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
(SiLPA/SiKPA) XXX XXX
5 Subtotal (3 + 4) XXX XXX 6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya XXX XXX 7 Lain-lain XXX XXX 8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5 + 6 + 7) XXX XXX
111
jdih.kendalkab.go.id
Format II.3 : Contoh Format Neraca Badan Layanan Umum
BADAN LAYANAN UMUM XXX
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
NO. URAIAN 20X1 20X0
1. ASET
2.
3. ASETLANCAR xxx xxx
4. Kas di BendaharaPengeluaran xxx xxx
5. Kas padaBLU xxx xxx
6. Kas Lainnya SetaraKas xxx xxx
7. Investasi Jangka Pendek-Badan Layanan Umum xxx xxx
8. Piutang dari KegiatanOperasional Badan
Layanan Umum
xxx xxx
9. Piutang dari KegiatanNon Operasional Badan Layanan Umum
xxx xxx
10. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih (xxx) (xxx)
11. Belanjadibayardimuka xxx xxx
12. UangMukaBelanja xxx xxx
13. Persediaan Badan Layanan Umum xxx xxx
14. Jumlah AsetLancar (4 s.d.13) xxx xxx
15.
16. ASETTETAP
17. Tanah xxx xxx
18. Gedung dan Bangunan xxx xxx
19. Peralatan dan Mesin xxx xxx
20. Jalan,Irigasi,dan Jaringan xxx xxx
21. Aset Tetap Lainnya xxx xxx
22. Konstruksi DalamPengerjaan xxx xxx
23. Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)
24. Jumlah AsetTetap (17 s.d.23) xxx xxx
25.
26. PIUTANGJANGKAPANJANG
27. Tagihan PenjualanAngsuran xxx xxx
28. Tagihan Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
29. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih (xxx) (xxx)
30. JumlahPiutangJangkaPanjang(27 s.d.29) xxx xxx
31.
32. ASETLAINNYA
33. Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx
34. DanaKelolaan xxx xxx
35. Asetyang dibatasi Penggunaannya xxx xxx
36. Aset Tak Berwujud xxx xxx
37. Aset Lain- lain xxx xxx
112
jdih.kendalkab.go.id
38. Akumulasi amortisasi (xxx) (xxx)
39. Jumlah AsetLainnya (33 s.d.38) xxx xxx
40.
41. JUMLAHASET(14+24+30+39) xxx xxx
NO. URAIAN 20X1 20X0
42.
43. KEWAJIBAN
44.
45. KEWAJIBANJANGKAPENDEK
46. UtangUsaha xxx xxx
47. Utang Pihak Ketiga xxx xxx
48. Utang Pajak xxx Xxx
49. Utang kepadaKUN xxx xxx
50. Bagian LancarUtangJangkaPanjang xxx xxx
51. Belanjayang masih harus dibayar xxx xxx
52. PendapatanDiterimaDimuka xxx xxx
53. Utang Jangka PendekLainnya xxx xxx
54. JumlahKewajiban JangkaPendek(46s.d.53) xxx xxx
55.
56. KEWAJIBANJANGKAPANJANG xxx xxx
57. Utang JangkaPanjang xxx xxx
58. JumlahKewajiban JangkaPanjang (57) xxx xxx
59. JUMLAHKEWAJIBAN (54+58) xxx xxx
60.
61. EKUITAS
62. Ekuitas xxx xxx
63. JUMLAHEKUITAS (62) xxx xxx
64.
65. JUMLAHKEWAJIBAN DAN EKUITAS (59+63) xxx xxx
113
jdih.kendalkab.go.id
NO. URAIAN 20X1 20X0 Kenaikan/
Penurunan
%
1. KEGIATANOPERASIONAL
PENDAPATAN
2.
3. Pendapatan JasaLayanan Dari xxx xxx xxx xxx
4.
Pendapatan JasaDariEntitas
xxx
xxx
xxx
xxx
5.
PendapatanHasil Kerjasama
xxx
xxx
xxx
xxx
6. PendapatanHibah xxx xxx xxx xxx
7. PendapatanUsahaLainnya xxx xxx xxx xxx
8. Pendapatan APBN/APBD xxx xxx xxx xxx
9.
10. JUMLAHPENDAPATAN xxx xxx xxx xxx
11.
12. BEBAN
13.
14. Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx
15. Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx
16. Beban Jasa xxx xxx xxx xxx
17. Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx
18. Beban Langganan Dayadan Jasa xxx xxx xxx xxx
19. Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx
20. Beban Penyusutan Aset xxx xxx xxx xxx
21. Beban Bunga xxx xxx xxx xxx
22. JUMLAHBEBAN (17s.d.24) xxx xxx xxx xxx
23.
24. SURPLUS/DEFISIT xxx xxx xxx xxx
OPERASIONAL (10-22)
25.
26. KEGIATAN NON OPERASIONAL
27. Surplus/Defisit Penjualan Aset Non
xxx xxx xxx xxx
28.
(Kerugian) PenurunanNilai Aset
xxx
xxx
xxx
xxx
29. Surplus/Defisit dari Kegiatan non
Operasional Lainnya
xxx xxx xxx xxx
Format II.4 : Contoh Format Laporan Operasional Badan Layanan Umum
BADAN LAYANAN UMUM XXX LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1
DAN 20X0
Masyarakat
114
jdih.kendalkab.go.id
NO. URAIAN 20X1 20X0 Kenaikan/
Penurunan
%
30. JUMLAHSURPLUS/DEFISIT DARIKEGIATANNON OPERASIONAL (27 s.d. 29)
xxx xxx xxx xxx
31. SURPLUS/DEFISIT SEBELUM
POS LUAR BIASA (24+ 30)
xxx xxx xxx xxx
32.
33. POS LUAR BIASA
34. Pendapatan LuarBiasa xxx xxx xxx xxx
35. BebanLuar Biasa xxx xxx xxx xxx
36. JUMLAHPOS LUARBIASA (34
s.d.35)
xxx xxx xxx xxx
37. SURPLUS/DEFISIT-LO (31 + 36) xxx xxx xxx xxx
115
jdih.kendalkab.go.id
Format II.5 : Contoh Format Laporan Arus Kas
BADAN LAYANAN UMUM XXX LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun YangBerakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
NO. URAIAN 20X1 20X0
1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus MasukKas
PendapatanAPBN
Pendapatan JasaLayanan Dari Masyarakat
Pendapatan JasaLayanan Dari Entitas Akuntansi/Entitas Pelaporan PendapatanHasil KerjaSama
2.
3. xxx xxx
4. xxx xxx
5.
6.
xxx
xxx
7. PendapatanHibah xxx xxx
8. PendapatanUsahaLainnya xxx xxx
9. Jumlah ArusMasukKas (3 s.d.8) xxx xxx
10.
11. Arus KeluarKas
12. Pembayaran Pegawai xxx xxx
13. Pembayaran Jasa xxx xxx
14. Pembayaran Pemeliharaan xxx xxx
15. Pembayaran Langganan Dayadan Jasa xxx xxx
16. Pembayaran Perjalanan Dinas xxx xxx
17. Pembayaran Bunga xxx xxx
18. Jumlah Arus KeluarKas (12 s.d.17) xxx xxx
19. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (9- 18) xxx xxx
20.
21. Arus Kas dari Aktivitas Investasi
22. Arus MasukKas
23. Penjualan atas Tanah xxx xxx
24. Penjualan atas Peralatan dan Mesin xxx xxx
25. Penjualan atas Gedung dan Bangunan xxx xxx
26. Penjualan atas Jalan,Irigasi dan Jaringan xxx xxx
27. PenjualanAsetTetapLainnya xxx xxx
28. Penjualan Aset Lainnya xxx xxx
29. PenerimaandariDivestasi xxx xxx
30. Penerimaan PenjualanInvestasi dalamBentuk Sekuritas
xxx xxx
116
jdih.kendalkab.go.id
31. Jumlah ArusMasukKas (23 s.d. 30) xxx xxx
32.
33. Arus Keluar Kas
117
jdih.kendalkab.go.id
NO. URAIAN 20X1 20X0
34. Perolehan Tanah xxx xxx
35. Perolehan Peralatan dan Mesin xxx xxx
36. PerolehanGedungdanBangunan xxx xxx
37. PerolehanJalan, Irigasi danJaringan xxx xxx
38. PerolehanAsetTetapLainnya xxx xxx
39. PerolehanAsetLainnya xxx xxx
40. Pengeluaran Penyertaan Modal xxx xxx
41. Pengeluaran Pembelian lnvestasi dalamBentuk
Sekuritas
xxx xxx
42. Jumlah Arus KeluarKas (34 s.d. 41) xxx xxx
43. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (31– 42) xxx xxx
44.
45. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
46. Arus MasukKas
47. Penerimaan Pinjaman xxx xxx
48. Penerimaan Kembali Pinjaman kepadapihaklain xxx xxx
50. Jumlah ArusMasukKas (47 s.d. 48) Arus
KeluarKas
Pembayaran Pokok Pinjaman
Pemberian Pinjaman kepada pihak lain
Penyetoran keKas Negara
Jumlah Arus KeluarKas (48 s.d. 50)
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan(46– 51)
xxx xxx
51.
52. xxx xxx
53. xxx xxx
54. xxx xxx
55. xxx xxx
56.
xxx xxx
57.
xxx
xxx 58. Arus Kas dari Aktivitas Transitoris
59. Arus MasukKas xxx xxx
60. Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
61. Jumlah ArusMasukKas (55)
62.
63. Arus KeluarKas
64. Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga(PFK) xxx xxx
65. Jumlah Arus KeluarKas (58) xxx xxx
66. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris(55– 58) xxx xxx
67. Kenaikan/PenurunanKas BLU (19 +41 +52 + 60) xxx xxx
68. Saldo AwalKasSetaraKas BLU xxx xxx
69. Saldo AkhirKas SetaraKas BLU (61+62) xxx xxx
118
jdih.kendalkab.go.id
Format II.6 : Contoh Format Laporan Perubahan Ekuitas
BADAN LAYANAN UMUM XXX
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Untuk Periode Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
NO URAIAN 20X1 20X0
1. EKUITAS AWAL xxx xxx
2. SURPLUS/DEFISIT– LO xxx xxx
3. DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN
4.
KOREKSINILAIPERSEDIAAN
xxx
xxx
5. SELISIH REVALUASIASET TETAP xxx xxx
6. LAIN-LAIN xxx xxx
7. EKUITAS AKHIR xxx xxx
BUPATI KENDAL,
cap ttd
MIRNA ANNISA