1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI...

118
1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 99 ayat (4) jo ayat (5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Kebijakan Akuntansi pada Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Daerah Pusat Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Kendal; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2757); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang–undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 SALINAN

Transcript of 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI...

Page 1: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

1

jdih.kendalkab.go.id

PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN BUPATI KENDAL

NOMOR 114 TAHUN 2020

TENTANG

KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH PUSAT KESEHATAN

MASYARAKAT DI KABUPATEN KENDAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KENDAL,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 99 ayat (4) jo

ayat (5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun

2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Kebijakan Akuntansi

pada Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis

Daerah Pusat Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Kendal;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam

Lingkungan Propinsi Jawa Tengah sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Batang dengan

mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950

tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 52, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2757);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang–undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

SALINAN

Page 2: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

2

jdih.kendalkab.go.id

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019

Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 6398);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana

beberapa kali terakhir telah diubah dengan Undang–

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan mulai berlakunya Undang-Undang 1950

Nomor 12,13,14 dan 15 dari Hal Pembentukan Daerah-

daerah Kabupaten di Jawa Timur/Tengah/Barat dan

Daerah Istimewa Yogyakarta;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang

Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976

Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4079);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

48,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4502) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2010 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5340);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);

11. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 199);

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011

tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam

Page 3: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

3

jdih.kendalkab.go.id

Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan

Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1425);

14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014

tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676);

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015

tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun

2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor

157);

16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.05/2015 tentang Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

Berbasis Akrual Nomor 13 tentang Penyajian Laporan

Keuangan Badan Layanan Umum (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1818;

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017

tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor );

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018

tentang Badan Layanan Umum Daerah (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1213);

19. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 11 Tahun

2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabuapten Kendal (LembaranDaerah Kabupaten Kendal

Tahun 2007 Nomor 11 Seri A No.7, Tambahan Lembaran

Daerah Kabupatn Kendal Nomor 9) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Daerah Kendal Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah

Kabupaten Kendal Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pokok-

pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Kendal (Lembaran Daerah Kabupaten Kendal Nomor 3 Tahun

2008 Seri A No.2 Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Kendal Nomor 31);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 6 Tahun

2016 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal

(Lembaran Daerah Kabupaten Kendal Tahun 2016 Nomor

6 Seri E No. 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten

Kendal Nomor 157);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 8 Tahun

2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Kendal (Lembaran Daerah Kabupaten

Kendal Tahun 2016 Seri D No. 1, Tambahan Lembaran

Daerah Kabupaten Kendal Nomor 159) sebagaimana telah

Page 4: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

4

jdih.kendalkab.go.id

diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan

Daerah Kabupaten Kendal Nomor 8 Tahun 2016 tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Kendal (Lembaran Daerah Kabupaten Kendal

Tahun 2020 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Kendal Nomor 200);

22. Peraturan Bupati Kendal Nomor 72 Tahun 2018 tentang

Pola Tata Kelola Unit Pelaksana Teknis Daerah Pusat

Kesehatan Masyarakat yang menerapkan Badan Layanan Umum Daerah di Kabupaten Kendal (Berita Daerah

Kabupaten Kendal Tahun 2018 Nomor 72);

23. Peraturan Bupati Kendal Nomor 75 Tahun 2018 tentang

Penyusunan, Pengajuan, Penetapan, dan Perubahan

Rencana Bisnis dan Anggaran Unit Pelaksana Teknis Daerah Pusat Kesehatan Masyarakat yang menerapkan

Badan Layanan Umum Daerah di Kabupaten Kendal

(Berita Daerah Kabupaten Kendal Tahun 2018 Nomor

75);

24. Peraturan Bupati Kendal 69 Tahun 2018 tentang

Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal (Berita Daerah Kabupaten Kendal

Tahun 2018 Nomor 69) sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Bupati Kendal Nomor 44 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Kendal Nomor

69 Tahun 2018 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah

Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal (Berita Daerah

Kabupaten Kendal Tahun 2019 Nomor 44);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH UNIT PELAKSANA

TEKNIS DAERAH PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DI

KABUPATEN KENDAL.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Kendal ;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur

penyelenggaran Pemerintahan Daerah yang memimpin

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah otonom.

3. Bupati adalah Bupati Kendal.

4. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten

Kendal .

5. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya

disingkat BLUD adalah sistem yang diterapkan oleh unit

pelaksana teknis dinas/badan daerah dalam memberikan

Page 5: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

5

jdih.kendalkab.go.id

pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan sebagai

pengecualian dari ketentuan pengelolaan daerah pada

umumnya.

6. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang selanjutnya disingkat

UPTD adalah Organisasi yang melaksanakan kegiatan

teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang

tertentu pada Dinas.

7. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan

upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,

untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

8. Fleksibilitas adalah keleluasaan dalam pola pengelolaan

keuangan dengan menerapkan praktek bisnis yang sehat

untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat tanpa mencari keuntungan dalam rangka memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa.

9. Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi

organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu,

berkesinambungan dan berdaya saing.

10. Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan,

pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi

dan kejadian keuangan, penyajian laporan keuangan,

penginterpretasian atas hasilnya.

11. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah

konsep dasar penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan dan merupakan acuan bagi

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, penyusun

laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu

masalah yang belum diatur dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Pemerintahan.

12. Standar Akuntansi Pemerintahan selanjutnya disingkat

SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan

pemerintah.

13. SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui

pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam

pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui

pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang

ditetapkan dalam APBD.

14. Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar,

konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik

spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam

penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

15. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintah yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut

Page 6: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

6

jdih.kendalkab.go.id

ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa

laporan keuangan yang bertujuan umum.

16. Entitas Akuntansi adalah unit pada pemerintahan yang

mengelola anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang

menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan

keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakan.

17. Bagan Akun Standar, yang selanjutnya disingkat BAS,

adalah kode perkiraan buku besar akuntansi yang terdiri dari kumpulan akun nominal dan akun riil secara

lengkap yang digunakan di dalam pembuatan jurnal,

buku besar, neraca lajur, neraca percobaan, dan laporan

keuangan.

18. Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat

transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan

saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

19. Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui

pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas

atau setara kas diterima atau dibayar.

20. Pengakuan adalah proses penetapan terpenuhinya

kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang

melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-

LRA, belanja, pembiayaan, pendapatan-LO dan beban, sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan

entitas pelaporan yang bersangkutan.

21. Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk

mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan

keuangan.

22. Pengungkapan adalah laporan keuangan yang

menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan

oleh pengguna.

23. Laporan Realisasi Anggaran yang selanjutnya disingkat

LRA adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA,

pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan

anggaran, yang masing-masing diperbandingkan dengan

anggarannya dalam satu periode.

24. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang selanjutnya disingkat LPSAL adalah laporan yang

menyajikan informasi kenaikan dan penurunan SAL

tahun pelaporan yang terdiri dari SAL awal,

SiLPA/SiKPA, koreksi dan SAL akhir.

25. Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, utang

dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.

26. Laporan Operasional yang selanjutnya disingkat LO

adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai

seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan

yang tercermin dalam pendapatan-LO, beban dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan

yang penyajiannya disandingkan dengan periode

Page 7: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

7

jdih.kendalkab.go.id

sebelumnya.

27. Laporan Arus Kas yang selanjutnya disingkat LAK adalah

laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu

periode akuntansi, serta saldo kas dan setara kas pada

tanggal pelaporan.

28. Laporan Perubahan Ekuitas yang selanjutnya disingkat

LPE adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai

perubahan ekuitas yang terdiri dari ekuitas awal,

surplus/defisit-LO, koreksi dan ekuitas akhir.

29. Catatan atas Laporan Keuangan yang selanjutnya disingkat CaLK adalah laporan yang menyajikan

informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau

analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA, LPSAL, LO, LPE, Neraca dan LAK dalam rangka

pengungkapan yang memadai.

30. Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas

Umum Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih

dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah dan tidak perlu dibayar

kembali oleh pemerintah daerah.

31. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun

anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar

kembali.

32. Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas

Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak

akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah

daerah.

33. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi

jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau

timbulnya kewajiban.

34. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan

diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran

berikutnya.

35. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah daerah sebagai akibat

dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi

dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun

masyarakat serta dapat diukur dalam satuan uang,

termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan

sumber- sumber daya yang dipelihara karena alasan

sejarah dan budaya.

36. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa

lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar

sumber daya ekonomi pemerintah daerah.

37. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang

Page 8: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

8

jdih.kendalkab.go.id

merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah

daerah.

38. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada

pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna

barang.

39. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya

disingkat PPKD adalah Kepala Satuan Kerja Pengelola

Keuangan Daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara

umum daerah.

40. Koreksi adalah tindakan pembetulan secara akuntansi

agar akun/pos yang tersaji dalam laporan keuangan

entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya.

41. Penyesuaian adalah transaksi penyesuaian pada akhir

periode untuk mengakui pos-pos seperti persediaan, piutang, utang dan yang lain yang berkaitan dengan

adanya perbedaan waktu pencatatan dan yang belum

dicatat pada transaksi berjalan atau pada periode yang

berjalan.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Maksud penyusunan Peraturan Bupati ini adalah sebagai pedoman dalam penerapan SAP berbasis akrual pada BLUD

UPTD Puskesmas di Daerah.

Pasal 3

Tujuan penyusunan Peraturan Bupati ini adalah untuk

mewujudkan penyajian laporan keuangan yang relevan,

andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami pada BLUD

UPTD Puskesmas di Daerah.

BAB III

KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BLUD

UPTD PUSKESMAS

Pasal 4

(1) Kebijakan akuntansi pada BLUD UPTD Puskesmas

terdiri atas :

a. kerangka konseptual;

b. kebijakan akuntansi pelaporan keuangan; dan

c. kebijakan akuntansi akun.

(2) Kerangka konseptual sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a memuat kerangka konseptual kebijakan akuntansi pada BLUD UPTD Puskesmas yang mengacu

pada Kerangka Konseptual Standar Akuntasi

Pemerintahan.

(3) Kebijakan akuntansi pelaporan keuangan sebagaimana

Page 9: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

9

jdih.kendalkab.go.id

dimaksud pada ayat (1) huruf b memuat penjelasan atas unsur-unsur laporan keuangan yang berfungsi sebagai

panduan dalam penyajian pelaporan keuangan.

(4) Kebijakan akuntansi akun sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c mengatur definisi, pengakuan,

pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi

atau peristiwa sesuai dengan Pernyataan SAP atas :

a. pemilihan metode akuntansi atas kebijakan

akuntansi dalam SAP; dan

b. pengaturan yang lebih rinci atas kebijakan akuntansi

dalam SAP.

(5) Kebijakan akuntansi pada BLUD UPTD Puskesmas

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Bupati ini.

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 5

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Bupati ini dengan

penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kendal.

Ditetapkan di Kendal

Pada tanggal 30 Desember 2020

BUPATI KENDAL,

cap ttd

MIRNA ANNISA

Diundangkan di Kendal

Pada tanggal 30 Desember 2020

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN KENDAL,

cap ttd

MOH. TOHA

BERITA DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2020 NOMOR 114

Page 10: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

10

jdih.kendalkab.go.id

LAMPIRAN

PERATURAN BUPATI KENDAL

NOMOR 114 TAHUN 2020

TENTANG

KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA

BADAN LAYANAN UMUM DAERAH UNIT PELAKSANA

TEKNIS DAERAH PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DI

KABUPATEN KENDAL

KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH PUSAT KESEHATAN

MASYARAKAT DI KABUPATEN KENDAL

Komponen utama kebijakan akuntansi Badan Layanan Umum Daerah

terdiri atas:

1. Kerangka Konseptual.

Memuat prinsip akuntansi dasar dalam penyusunan dan penyajian

laporan keuangan serta berfungsi sebagai acuan dalam hal terdapat

masalah akuntansi yang belum dinyatakan baik dalam Standar

Akuntansi Pemerintahan maupun dalam Kebijakan Akuntansi terkait

akun laporan keuangan.

2. Kebijakan Akuntansi Pelaporan Keuangan.

Memuat penjelasan atas unsur-unsur laporan keuangan serta berfungsi

sebagai panduan dalam proses pelaporan keuangan.

3. Kebijakan Akuntansi Akun.

Mengatur definisi, pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan

transaksi atau peristiwa setiap akun sesuai dengan PSAP atas :

a. Pemilihan metode akuntansi atas kebijakan pengakuan dan/atau

pengukuran di SAP yang memberikan beberapa pilihan metode;

b. Pengaturan yang lebih rinci atas kebijakan pengakuan dan/atau

pengukuran yang ada di SAP;

c. Pengaturan hal-hal yang belum diatur SAP.

Page 11: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

11

jdih.kendalkab.go.id

BAB I

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

A. PENDAHULUAN.

1. TUJUAN.

a. Tujuan kerangka konseptual akuntansi adalah sebagai acuan bagi :

1) penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi

masalah akuntansi yang belum diatur dalam kebijakan

akuntansi;

2) pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah

laporan keuangan disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi;

dan

3) para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi

yang disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai

dengan kebijakan akuntansi.

b. Kerangka konseptual ini berfungsi sebagai acuan dalam hal

terdapat masalah akuntansi yang belum dinyatakan dalam

Kebijakan Akuntansi.

c. Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip akuntansi yang telah

dipilih berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan untuk

diterapkan dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan

BLUD UPTD Puskesmas.

d. Tujuan kebijakan akuntansi adalah mengatur penyusunan dan

penyajian laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas untuk tujuan

umum dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan

keuangan terhadap anggaran dan antar periode.

Dalam hal terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan

kebijakan akuntansi, maka ketentuan kebijakan akuntansi

diunggulkan relatif terhadap kerangka konseptual ini. Dalam jangka

panjang, konflik demikian diharapkan dapat diselesaikan sejalan

dengan pengembangan kebijakan akuntansi di masa depan.

2. RUANG LINGKUP.

a. Kerangka konseptual ini membahas :

1) Tujuan kerangka konseptual;

2) Asumsi dasar;

3) Karakteristik kualitatif laporan keuangan;

Page 12: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

12

jdih.kendalkab.go.id

4) Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan;

5) Kendala informasi akuntansi;

b. Kerangka Konseptual ini berlaku bagi pelaporan keuangan setiap

entitas akuntansi dan entitas pelaporan BLUD UPTD Puskesmas,

yang memperoleh anggaran berdasarkan APBD.

3. ASUMSI DASAR.

Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas

adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu

dibuktikan agar kebijakan akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri

atas:

a. Asumsi kemandirian entitas;

b. Asumsi kesinambungan entitas;

c. Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).

Asumsi Kemandirian Entitas.

Asumsi kemandirian entitas, yang berarti bahwa unit BLUD UPTD

Puskesmas sebagai entitas pelaporan dan entitas akuntansi dianggap

sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk

menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar

unit pemerintahan dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi

terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk

menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab

penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber

daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya,

termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya

dimaksud, utang piutang yang terjadi akibat pembuatan keputusan

entitas, serta terlaksana tidaknya program dan kegiatan yang telah

ditetapkan.

Entitas BLUD UPTD Puskesmas merupakan entitas Pelaporan dan

entitas Akuntansi.

BLU adalah entitas pelaporan karena merupakan satuan kerja

pelayanan yang walaupun bukan berbentuk badan

hukum yang mengelola kekayaan daerah yang dipisahkan, mempunyai

karakteristik antara lain mempunyai kewenangan dalam pengelolaan

keuangan yaitu penggunaan pendapatan, pengelolaan kas, investasi,

dan pinjaman sesuai dengan ketentuan.

Selaku penerima anggaran belanja pemerintah/APBD yang

Page 13: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

13

jdih.kendalkab.go.id

menyelenggarakan akuntansi, BLU adalah entitas akuntansi, yang

laporan keuangannya dikonsolidasikan pada entitas akuntansi/entitas

pelaporan yang secara organisatoris membawahinya.

Kesinambungan Entitas.

Laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas disusun dengan asumsi

bahwa BLUD UPTD Puskesmas akan berlanjut keberadaannya dan

tidak bermaksud untuk melakukan likuidasi.

Keterukuran Dalam Satuan Uang (Monetary Measurement).

Laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas harus menyajikan setiap

kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini

diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan

pengukuran dalam akuntansi.

B. KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN.

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran

normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga

dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini

merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan

BLUD UPTD Puskesmas dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki :

1. Relevan;

2. Andal;

3. Dapat dibandingkan;

4. Dapat dipahami.

1. RELEVAN.

Laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas dikatakan relevan apabila

informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan

pengguna laporan keuangan dengan membantunya dalam

mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan dan

menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna laporan di masa

lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan

adalah yang dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.

Informasi yang relevan harus :

a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), artinya bahwa

laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas harus memuat informasi

yang memungkinkan pengguna laporan untuk menegaskan atau

mengoreksi ekspektasinya di masa lalu;

Page 14: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

14

jdih.kendalkab.go.id

b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value), artinya bahwa laporan

keuangan harus memuat informasi yang dapat membantu pengguna

laporan untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan

hasil masa lalu dan kejadian masa kini;

c. Tepat waktu, artinya bahwa laporan keuangan BLUD UPTD

Puskesmas harus disajikan tepat waktu sehingga dapat

berpengaruh dan berguna untuk pembuatan keputusan pengguna

laporan keuangan; dan

d. Lengkap, artinya bahwa penyajian laporan keuangan BLUD UPTD

Puskesmas harus memuat informasi yang selengkap mungkin, yaitu

mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi

pembuatan keputusan pengguna laporan.

2. ANDAL.

Informasi dalam laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas harus

bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material,

menyajikan setiap kenyataan secara jujur, serta dapat diverifikasi.

Informasi akuntansi yang relevan, tetapi jika hakikat atau

penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi

tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal

harus memenuhi karakteristik :

a. Penyajiannya jujur, artinya bahwa laporan keuangan BLUD UPTD

Puskesmas harus memuat informasi yang menggambarkan dengan

jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan

atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan;

b. Dapat diverifikasi (verifiability), artinya bahwa laporan keuangan

BLUD UPTD Puskesmas harus memuat informasi yang dapat diuji,

dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang

berbeda, hasilnya harus tetap menunjukkan simpulan yang tidak

jauh berbeda;

c. Netralitas, artinya bahwa laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas

harus memuat informasi yang diarahkan untuk memenuhi

kebutuhan umum dan bias pada kebutuhan pihak tertentu. Tidak

boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan

pihak tertentu, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain.

3. DAPAT DIBANDINGKAN.

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan BLUD UPTD

Page 15: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

15

jdih.kendalkab.go.id

Puskesmas akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan

laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan BLUD

UPTD Puskesmas lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan

secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat

dilakukan bila BLUD UPTD Puskesmas menerapkan kebijakan

akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara

eksternal dapat dilakukan bila BLUD UPTD Puskesmas yang

diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.

Apabila BLUD UPTD Puskesmas akan menerapkan kebijakan

akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang

sekarang diterapkan, perubahan kebijakan akuntansi harus

diungkapkan pada periode terjadinya perubahan tersebut.

4. DAPAT DIPAHAMI.

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat

dipahami oleh pengguna laporan keuangan dan dinyatakan dalam

bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para

pengguna laporan. Untuk itu, pengguna laporan diasumsikan memiliki

pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi

BLUD UPTD Puskesmas, serta adanya kemauan pengguna laporan

untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

C. PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN.

Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai

ketentuan yang harus dipahami dan ditaati oleh penyelenggara

akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah daerah dalam

melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan dalam memahami

laporan keuangan yang disajikan. Berikut ini adalah delapan prinsip

yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan BLUD UPTD

Puskesmas:

1. Basis akuntansi;

2. Prinsip nilai historis;

3. Prinsip realisasi;

4. Prinsip substansi mengungguli formalitas;

5. Prinsip periodisitas;

6. Prinsip konsistensi;

7. Prinsip pengungkapan lengkap; dan

8. Prinsip penyajian wajar

Page 16: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

16

jdih.kendalkab.go.id

1. BASIS AKUNTANSI.

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan BLUD

UPTD Puskesmas adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan-

LO, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Dalam hal peraturan

perundangan mewajibkan disajikannya laporan keuangan dengan

basis kas, maka entitas wajib menyajikan laporan demikian.

Basis akrual untuk Laporan Operasional berarti bahwa pendapatan

diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi

walaupun kas belum diterima di Rekening Kas BLUD UPTD

Puskesmas dan beban diakui pada saat kewajiban yang

mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi

walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas BLUD UPTD

Puskesmas. Pendapatan seperti bantuan pihak luar/asing dalam

bentuk jasa disajikan pula pada Laporan Operasional.

Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas,

maka LRA disusun berdasarkan basis kas, berarti bahwa pendapatan-

LRA dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima di

Rekening Kas BLUD UPTD Puskesmas; serta belanja, transfer dan

pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari

Rekening Kas BLUD UPTD Puskesmas. Namun demikian, bilamana

anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka

LRA disusun berdasarkan basis akrual.

Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas

diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat

kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan BLUD

UPTD Puskesmas, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas

diterima atau dibayar.

2. PRINSIP NILAI HISTORIS.

Aset dicatat sebesar jumlah kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar

dari imbalan (consideration) untuk memperoleh Aset tersebut pada

saat perolehan. Utang dicatat sebesar jumlah kas yang diharapkan

akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan

datang dalam pelaksanaan kegiatan BLUD UPTD Puskesmas.

Penggunaan nilai historis lebih dapat diandalkan daripada nilai yang

lain, karena nilai perolehan lebih obyektif dan dapat diverifikasi.

Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai wajar

aset atau kewajiban terkait.

Page 17: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

17

jdih.kendalkab.go.id

3. PRINSIP REALISASI.

Bagi BLUD UPTD Puskesmas, pendapatan basis kas yang tersedia

yang telah diotorisasikan melalui anggaran BLUD UPTD Puskesmas

suatu periode akuntansi akan digunakan untuk membayar utang dan

belanja dalam periode tersebut. Mengingat LRA masih merupakan

laporan yang wajib disusun, maka pendapatan atau belanja basis kas

diakui setelah diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah atau

mengurangi kas.

Prinsip layak temu biaya-pendapatan (matching cost against revenue

principle) tidak ditekankan dalam akuntansi BLUD UPTD Puskesmas,

sebagaimana dipraktikkan dalam akuntansi sektor swasta.

4. PRINSIP SUBSTANSI MENGUNGGULI BENTUK FORMAL.

Informasi akuntansi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur

transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka

transaksi atau peristiwa lain tersebut harus dicatat dan disajikan

sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, bukan hanya

mengikuti aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau

peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya,

maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan

atas Laporan Keuangan.

5. PRINSIP PERIODISITAS.

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas

perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja BLUD

UPTD Puskesmas dapat diukur dan posisi sumber daya yang

dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah

tahunan. Namun, periode bulanan, triwulanan, dan semesteran juga

dianjurkan.

6. PRINSIP KONSISTENSI.

Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang

serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip

konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi

perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain.

Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa

metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang

lebih baik dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan

penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan

Page 18: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

18

jdih.kendalkab.go.id

Keuangan.

7. PRINSIP PENGUNGKAPAN LENGKAP.

Laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas menyajikan secara

lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang

dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada

lembar muka (on the face) laporan keuangan atau Catatan atas

Laporan Keuangan.

8. PRINSIP PENYAJIAN WAJAR.

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi

Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan

Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan

Catatan atas Laporan Keuangan.

Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat diperlukan

bagi penyusun laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas ketika

menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu.

Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat

serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam

penyusunan laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas. Pertimbangan

sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan

prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau

pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak

dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan

pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan

cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan aset atau pendapatan

yang terlampau rendah, atau sengaja mencatat kewajiban atau belanja

yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak

netral dan tidak andal.

D. KENDALA INFORMASI AKUNTANSI.

Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap

keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal

dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan BLUD

UPTD Puskesmas yang relevan dan andal akibat keterbatasan

(limitations) atau karena alasan-alasan kepraktisan. Tiga hal yang

menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan

BLUD UPTD Puskesmas, yaitu:

1. Materialitas;

Page 19: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

19

jdih.kendalkab.go.id

2. Pertimbangan biaya dan manfaat; dan

3. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif.

1. MATERIALITAS.

Laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas walaupun idealnya

memuat segala informasi, tetapi hanya diharuskan memuat informasi

yang memenuhi kriteria materialitas. Informasi dipandang material

apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam

mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan

pengguna laporan yang dibuat atas dasar informasi dalam laporan

keuangan BLUD UPTD Puskesmas.

2. PERTIMBANGAN BIAYA DAN MANFAAT.

Manfaat yang dihasilkan dari informasi yang dimuat dalam laporan

keuangan BLUD UPTD Puskesmas seharusnya melebihi dari biaya

yang diperlukan untuk penyusunan laporan tersebut. Oleh karena itu,

laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas tidak semestinya

menyajikan informasi yang manfaatnya lebih kecil dibandingkan biaya

penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat

merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya dimaksud

juga tidak harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati

manfaat.

3. KESEIMBANGAN ANTAR KARAKTERISTIK KUALITATIF.

Keseimbangan antar karakteristik kualit

atif diperlukan untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di

antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dipenuhi oleh

laporan keuangan BLUD UPTD Puskesmas. Kepentingan relatif antar

karakteristik dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi

dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua

karakteristik kualitatif tersebut merupakan masalah pertimbangan

profesional.

Page 20: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

20

jdih.kendalkab.go.id

BAB II

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

A. PENDAHULUAN.

1. TUJUAN.

a. Tujuan kebijakan akuntansi ini adalah mengatur penyajian laporan

keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial

statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan

keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar

entitas;

b. Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan akuntansi ini

menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan

keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan

minimum isi laporan keuangan;

c. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan

yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian

besar pengguna laporan. Pengakuan, pengukuran, dan

pengungkapan transaksi-transaksi spesifik dan peristiwa-peristiwa

yang lain, diatur dalam kebijakan akuntansi yang khusus.

2. RUANG LINGKUP.

a. Laporan keuangan untuk tujuan umum yang disusun dan disajikan

dengan basis akrual;

b. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang

dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Yang

dimaksud dengan pengguna adalah masyarakat, legislatif, lembaga

pemeriksa/pengawas, pihak yang memberi atau berperan dalam

proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah yang lebih

tinggi;

c. Laporan keuangan meliputi laporan keuangan yang disajikan

terpisah atau bagian dari laporan keuangan yang disajikan dalam

dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan;

d. Kebijakan ini berlaku untuk BLUD UPTD Puskesmas.

3. BASIS AKUNTANSI.

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan BLUD

UPTD Puskesmas yaitu basis akrual. Namun karena anggaran disusun

dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka Laporan Realisasi

Anggaran disusun berdasarkan basis kas.

Page 21: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

21

jdih.kendalkab.go.id

B. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN.

1. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi

mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih,

arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas

pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan

mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.

2. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah daerah

adalah untuk menyajikan informasi yang berguna dalam

pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas

entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya,

dengan:

a. menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,

kewajiban, dan ekuitas pemerintah;

b. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya

ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah;

c. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan

penggunaan sumber daya ekonomi;

d. menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap

anggarannya;

e. menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan

mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;

f. menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk

membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;

g. menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi

kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.

3. Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna

mengenai:

a. indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan

sesuai dengan anggaran; dan

b. indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai

dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan

oleh DPRD.

4. Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan menyediakan

informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal :

a. Aset;

b. Kewajiban;

c. Ekuitas;

Page 22: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

22

jdih.kendalkab.go.id

d. Pendapatan-LRA;

e. Belanja;

f. Pembiayaan;

g. Saldo Anggaran Lebih;

h. Pendapatan-LO;

i. Beban; dan

j. Arus Kas.

5. Informasi dalam laporan keuangan tersebut relevan untuk memenuhi

tujuan pelaporan keuangan, namun tidak dapat sepenuhnya

memenuhi tujuan tersebut. Informasi tambahan, termasuk laporan

non keuangan, dapat dilaporkan bersama-sama dengan laporan

keuangan untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif

mengenai aktivitas suatu entitas pelaporan selama satu periode.

6. BLUD UPTD Puskesmas menyajikan informasi tambahan untuk

membantu para pengguna dalam memperkirakan kinerja keuangan

entitas dan pengelolaan aset, seperti halnya dalam pembuatan dan

evaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya ekonomi.

Informasi tambahan ini termasuk rincian mengenai output entitas

dan outcomes dalam bentuk indikator kinerja keuangan, laporan

kinerja keuangan, tinjauan program dan laporan lain mengenai

pencapaian kinerja keuangan entitas selama periode pelaporan.

C. TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN.

Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan berada

pada pimpinan entitas.

D. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN.

1. Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan

terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan

laporan finansial, sehingga seluruh komponen menjadi sebagai

berikut:

a. Laporan Realisasi Anggaran;

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;

c. Neraca;

d. Laporan Operasional;

e. Laporan Arus Kas;

f. Laporan Perubahan Ekuitas;

g. Catatan atas Laporan Keuangan;

Page 23: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

23

jdih.kendalkab.go.id

2. Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh BLUD

UPTD Puskesmas selaku oleh entitas pelaporan.

E. STRUKTUR DAN ISI.

1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN.

a. Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan

BLUD UPTD Puskesmas yang menunjukkan ketaatan terhadap

APBD.

b. Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan

antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode

pelaporan dan menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur

sebagai berikut :

1) Pendapatan-LRA;

2) Belanja;

3) Surplus/Defisit-LRA;

4) Pembiayaan;

5) Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.

c. Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan

atas Laporan Keuangan. Penjelasan tersebut memuat hal-hal

yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan

fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang

material antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar

yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk

dijelaskan.

Contoh format Laporan Realisasi Anggaran terdapat pada format II.1.

2. LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH.

a. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan secara

komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut :

1) Saldo Anggaran Lebih awal;

2) Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;

3) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;

4) Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya;

5) Lain-lain;

6) Saldo Anggaran Lebih akhir.

b. Disamping itu, pemerintah daerah menyajikan rincian lebih lanjut

dari unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Saldo

Anggaran Lebih dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Page 24: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

24

jdih.kendalkab.go.id

Contoh format Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih terdapat

pada Format II.2.

3. NERACA.

a. Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah

mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.

b. Pemerintah Daerah mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar

dan non lancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi

kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca.

Sedangkan ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang

merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada

tanggal laporan.

c. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada

Laporan Perubahan Ekuitas.

d. Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut:

1) kas dan setara kas;

2) investasi jangka pendek;

3) piutang;

4) persediaan;

5) investasi jangka panjang;

6) aset tetap;

7) aset lainnya;

8) kewajiban jangka pendek;

9) kewajiban jangka panjang;

10) ekuitas.

Contoh format Neraca terdapat pada Format II.3.

4. LAPORAN OPERASIONAL.

a. Laporan operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO,

beban, surplus/defisit dari kegiatan operasional,

surplus/defisit dari kegiatan non operasional, surplus/defisit

sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO,

yang diperlukan untuk penyajian yang wajar secara komparatif.

b. Laporan operasional dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas

Laporan Keuangan yang memuat hal-hal yang berhubungan

dengan aktivitas keuangan selama satu tahun seperti kebijakan

fiskal dan moneter, serta daftar-daftar yang merinci lebih

lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.

Page 25: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

25

jdih.kendalkab.go.id

c. Dalam laporan operasional harus diidentifikasikan secara jelas,

dan, jika dianggap perlu, diulang pada setiap halaman

laporan, informasi berikut:

1) Nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;

2) Cakupan entitas pelaporan;

3) Periode yang dicakup;

4) mata uang pelaporan; dan

5) satuan angka yang digunakan.

d. Laporan operasional menyajikan pos-pos sebagai berikut:

1) Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;

2) Beban dari kegiatan operasional;

3) Surplus/defisit dari kegiatan operasional;

4) Kegiatan Non Operasional;

5) Surplus/defisit sebelum Pos Luar Biasa;

6) Pos luar biasa;

7) Surplus/defisit-LO.

e. Saldo Surplus/Defisit-LO pada akhir periode pelaporan

dipindahkan ke Laporan Perubahan Ekuitas.

Contoh format Laporan operasional terdapat pada Format II.3.

5. LAPORAN ARUS KAS.

a. Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber,

penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode

akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.

b. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan

aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.

Contoh format Laporan Arus Kas terdapat pada Format II.4.

Aktivitas Operasi.

a. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang

menunjukkan kemampuan operasi BLUD UPTD Puskesmas dalam

menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas

operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan

sumber pendanaan dari luar.

b. Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari

antara lain :

1) Pendapatan dari alokasi APBN/APBD;

2) Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat;

3) Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas

Page 26: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

26

jdih.kendalkab.go.id

akuntansi/pelaporan;

4) Pendapatan hasil kerja sama;

5) Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas; dan

6) Pendapatan BLUD lainnya.

c. Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan

untuk pengeluaran, antara lain :

1) Belanja Pegawai;

2) Belanja Barang dan Jasa;

3) Belanja Bunga;

4) Pembayaran Lain-lain / Kejadian Luar Biasa

Aktivitas Investasi.

a. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan

pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan

sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan

mendukung pelayanan BLUD UPTD Puskesmas kepada

masyarakat di masa yang akan datang.

b. Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:

1) Penjualan Aset Tetap;

2) Penjualan Aset Lainnya;

3) Penerimaan dari Divestasi; dan

4) Penjualan Investasi dalam bentuk sekuritas.

c. Arus keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari :

1) Perolehan Aset Tetap;

2) Perolehan Aset Lainnya;

3) Penyertaan Modal BLUD;

4) Pembelian Investasi dalam bentuk sekuritas;

5) Perolehan Investasi Jangka Panjang Lainnya.

Aktivitas Pendanaan.

a. Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan

pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan atau

pemberian pinjaman jangka panjang.

b. Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:

1) Penerimaan Pinjaman; dan

2) Penerimaan dana dari APBN/APBD untuk diinvestasikan

c. Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan antara lain :

1) Pembayaran Pokok Pinjaman; dan

2) Pembayaran investasi dana dari APBN/APBD ke BUN/BUD

Page 27: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

27

jdih.kendalkab.go.id

Aktivitas Transitoris.

a. Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran

kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan

pendanaan.

b. Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan

pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan,

beban, dan pendanaan BLUD.

c. Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan

PFK.

d. Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran

PFK.

6. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS.

a. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan pos-pos:

1) Ekuitas awal;

2) Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;

3) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi

ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang

disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi

kesalahan mendasar, misalnya:

a) koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi

pada periode-periode sebelumnya;

b) perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.

4) Ekuitas akhir.

Contoh format Laporan Perubahan Ekuitas terdapat pada Format II.5.

7. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN.

a. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan

membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya,

Catatan atas Laporan Keuangan disajikan dengan susunan

sebagai berikut :

1) Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas

Akuntansi;

2) Kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;

3) Ikhtisar pencapaian target keuangan berikut hambatan dan

kendalanya;

4) Kebijakan akuntansi yang penting:

a) Entitas akuntansi/pelaporan;

Page 28: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

28

jdih.kendalkab.go.id

b) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan

keuangan;

c) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan

laporan keuangan;

d) Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang

diterapkan dengan ketentuan-ketentuan Pernyataan

Standar Akuntansi Pemerintahan oleh suatu entitas

akuntansi/pelaporan;

e) Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan

untuk memahami laporan keuangan.

5) Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:

a) Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan

Keuangan;

b) Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Kebijakan

Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam

lembar muka Laporan Keuangan.

6) Informasi tambahan lainnya yang diperlukan seperti

gambaran umum daerah.

7) Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang

wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan

keuangan.

b. Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis.

Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan

Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,

Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas harus

mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam

Catatan atas Laporan Keuangan.

c. Di dalam bagian penjelasan akan kebijakan akuntansi, dijelaskan

hal-hal berikut ini:

1) dasar pengakuan dan pengukuran yang digunakan dalam

penyusunan laporan keuangan;

2) kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan

ketentuan-ketentuan masa transisi Standar Akuntansi

Pemerintahan diterapkan oleh suatu entitas pelaporan; dan

3) setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk

memahami laporan keuangan.

Page 29: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

29

jdih.kendalkab.go.id

d. Dalam menentukan apakah suatu kebijakan akuntansi perlu

diungkapkan, manajemen harus mempertimbangkan apakah

pengungkapan tersebut dapat membantu pengguna untuk

memahami setiap transaksi yang tercermin dalam laporan

keuangan.

e. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu dipertimbangkan

untuk disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan meliputi,

tetapi tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut:

1) Pengakuan pendapatan-LRA;

2) Pengakuan pendapatan-LO

3) Pengakuan belanja;

4) Pengakuan beban;

5) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;

6) Investasi;

7) Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan

tidak berwujud;

8) Kontrak-kontrak konstruksi;

9) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;

10) Kemitraan dengan fihak ketiga;

11) Biaya penelitian dan pengembangan;

12) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai

sendiri;

13) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.

Page 30: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

30

jdih.kendalkab.go.id

BAB III

KEBIJAKAN AKUNTANSI AKUN

1. Kebijakan akuntansi ini menjelaskan hal-hal terkait dengan definisi,

pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan akun-akun

yang ada pada lembaran muka Laporan Keuangan.

2. Kebijakan akuntansi yang disusun oleh pemerintah daerah terkait

dengan implementasi akuntansi berbasis akrual didasarkan pada PP

No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Oleh

sebab itu, jika terdapat hal-hal yang belum diatur di dalam kebijakan

akuntansi ini, maka Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

(PSAP) akan menjadi rujukan perlakuan akuntansi (accountancy

treatment) atas transaksi yang terjadi.

3. Sistematika penyajian dalam kebijakan akuntansi ini dapat diuraikan

sebagai berikut:

A. Kebijakan Akuntansi Aset

B. Kebijakan Akuntansi Kewajiban

C. Kebijakan Akuntansi Ekuitas

D. Kebijakan Akuntansi Pendapatan LRA

E. Kebijakan Akuntansi Belanja

F. Kebijakan Akuntansi Pembiayaan

G. Kebijakan Akuntansi Pendapatan LO

H. Kebijakan Akuntansi Beban

I. Kebijakan Akuntansi Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan

Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi Yang Tidak

Dilanjutkan

Page 31: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

31

jdih.kendalkab.go.id

BAB IV

KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET

A. UMUM.

1. Tujuan.

Tujuan kebijakan akuntansi aset adalah untuk mengatur

perlakuan akuntansi untuk aset dan pengungkapan informasi

penting lainnya yang harus disajikan dalam laporan keuangan.

2. Ruang Lingkup.

Kebijakan ini diterapkan dalam penyajian seluruh aset dalam

laporan keuangan untuk tujuan umum yang disusun dan

disajikan dengan basis akrual untuk pengakuan pos-pos aset,

kewajiban, dan ekuitas. Kebijakan ini diterapkan untuk entitas

akuntansi/entitas pelaporan BLUD UPTD Puskesmas.

3. Definisi.

Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam kebijakan

akuntansi aset ini dengan pengertian:

a) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau

dimiliki oleh BLUD UPTD Puskesmas sebagai akibat dari

peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi

dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh

oleh BLUD, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk

sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk

penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber

daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

b) Aset lancar adalah suatu aset yang diharapkan segera untuk

dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual

dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.

c) Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka

pendek, piutang, dan persediaan.

d) Aset non lancar adalah aset yang tidak dapat dimasukkan

dalam kriteria aset lancar yang mencakup aset yang bersifat

jangka panjang dan Aset Tidak Berwujud, yang digunakan

secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan

pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum.

e) Aset non lancar meliputi investasi jangka panjang, aset

tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.

Page 32: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

32

jdih.kendalkab.go.id

B. ASET LANCAR.

1. KAS DAN SETARA KAS.

a. Definisi Kas dan Setara Kas.

1) Kas dan setara kas adalah uang tunai dan saldo

simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan

untuk membiayai kegiatan BLUD UPTD Puskesmas atau

investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap

dicairkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan

nilai yang signifikan.

2) Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang

setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan

BLUD UPTD Puskesmas.

3) Kas terdiri dari:

(a) Kas di Bendahara Penerimaan;

(b) Kas di Bendahara Pengeluaran; dan

(c) Kas di BLUD.

4) Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat

likuid yang siap dijabarkan menjadi kas serta bebas dari

risiko perubahan nilai yang signifikan.

5) Setara kas terdiri dari :

(a) Simpanan di bank dalam bentuk deposito kurang dari

3 (tiga) bulan;

(b) Investasi jangka pendek lainnya yang sangat likuid

atau kurang dari 3 (tiga) bulan.

6) Klasifikasi kas dan setara kas secara terinci diuraikan

dalam Bagan Akun Standar (BAS).

b. Pengakuan Kas dan Setara Kas.

kas dan setara kas diakui pada saat kas dan setara kas

diterima oleh bendahara penerimaan dan/atau

dikeluarkan/dibayarkan oleh bendahara

pengeluaran/rekening BLUD.

c. Pengukuran Kas dan Setara Kas.

Kas dan setara kas diukur dan dicatat sebesar nilai nominal.

Nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiahnya.

Apabila terdapat kas dalam bentuk valuta asing, dikonversi

menjadi rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral pada

tanggal neraca.

d. Penyajian dan Pengungkapan Kas dan Setara Kas.

Hal-hal yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan

BLUD UPTD Puskesmas berkaitan dengan kas dan setara kas,

Page 33: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

33

jdih.kendalkab.go.id

antara lain:

1) rincian dan nilai kas yang disajikan dalam laporan

keuangan;

2) rincian dan nilai kas yang ada dalam rekening

bendahara/BLUD namun merupakan kas transitoris

yang belum disetorkan ke pihak yang berkepentingan.

2. INVESTASI JANGKA PENDEK

a. Definisi Investasi Jangka Pendek

1) Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk

memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, dividen dan

royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan

kemampuan BLUD UPTD Puskesmas dalam rangka

pelayanan kepada masyarakat.

2) Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat

segera diperjualbelikan/ dicairkan, ditujukan dalam

rangka manajemen kas yang artinya BLUD dapat menjual

investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas dan

beresiko rendah, serta dimiliki selama kurang dari 12 (dua

belas) bulan.

3) Klasifikasi investasi jangka pendek secara terinci

diuraikan dalam Bagan Akun Standar (BAS).

b. Pengakuan Investasi Jangka Pendek

1) Pengeluaran kas menjadi investasi jangka pendek dapat

diakui apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa

pontensial di masa yang akan datang atas suatu

investasi jangka pendek tersebut dapat diperoleh

BLUD. BLUD UPTD Puskesmas perlu mengkaji tingkat

kepastian mengalirnya manfaat ekonomi dan manfaat

sosial atau jasa potensial di masa depan berdasarkan

bukti-bukti yang tersedia pada saat pengakuan yang

pertama kali

b) Nilai nominal atau nilai wajar investasi jangka pendek

dapat diukur secara memadai (reliable) karena adanya

transaksi pembelian atau penempatan dana yang

didukung dengan bukti yang menyatakan

/mengidentifikasikan biaya perolehannya/ nilai dana

yang ditempatkan.

2) Penerimaan kas dapat diakui sebagai

pelepasan/pengurang investasi jangka pendek apabila

terjadi penjualan, pelepasan hak, atau pencairan dana

karena kebutuhan, jatuh tempo, maupun karena

peraturan pemerintah daerah.

3) Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka

Page 34: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

34

jdih.kendalkab.go.id

pendek, antara lain berupa bunga deposito, bunga

obligasi, dan deviden tunai (cash dividend) diakui pada

saat diperoleh sebagai pendapatan.

c. Pengukuran Investasi Jangka Pendek

1) Secara umum untuk investasi yang memiliki pasar aktif

yang dapat membentuk nilai pasarnya, maka nilai pasar

dapat dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar.

Dan untuk investasi yang yang tidak memiliki pasar aktif,

maka dapat dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat

atau nilai wajar lainnya.

2) Pengukuran investasi jangka pendek dapat diuraikan

sebagai berikut :

a) Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga:

(1) Apabila terdapat nilai biaya perolehannya, maka

investasi jangka pendek diukur dan dicatat

berdasarkan harga transaksi investasi ditambah

komisi perantara jual beli, jasa bank, dan biaya

lainnya yang timbul dalam rangka perolehan

tersebut.

(2) Apabila tidak terdapat nilai biaya perolehannya,

maka investasi jangka pendek diukur dan dicatat

berdasarkan nilai wajar investasi pada tanggal

perolehannya yaitu sebesar harga pasarnya. Dan

jika tidak terdapat nilai wajar, maka investasi

jangka pendek dicatat berdasarkan nilai wajar aset

lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi

tersebut.

b) Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham

diukur dan dicatat sebesar nilai nominalnya

d. Penyajian dan Pengungkapan Investasi Jangka Pendek

1) Investasi jangka pendek disajikan sebagai bagian dari Aset

Lancar

2) Pengungkapan investasi jangka pendek dalam Catatan

atas Laporan Keuangan sekurang-kurangnya

mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

a) Kebijakan akuntansi penentuan nilai investasi jangka

pendek yang dimiliki BLUD UPTD Puskesmas;

b) Jenis-jenis investasi jangka pendek yang

dimiliki oleh BLUD UPTD Puskesmas;

c) Perubahan nilai pasar investasi jangka pendek (jika ada);

d) Penurunan nilai investasi jangka pendek yang

signifikan dan penyebab penurunan tersebut;

Page 35: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

35

jdih.kendalkab.go.id

e) Perubahan pos investasi yang dapat berupa

reklasifikasi investasi permanen menjadi investasi

jangka pendek, aset tetap, aset lain-lain dan

sebaliknya (jika ada).

3. PIUTANG.

a. Definisi Piutang.

1) Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada

BLUD UPTD Puskesmas dan/atau hak BLUD UPTD

Puskesmas yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat

perjanjian/atau akibat lainnya berdasarkan peraturan

perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah.

2) Penyisihan piutang tak tertagih adalah taksiran nilai

piutang yang kemungkinan tidak dapat diterima

pembayarannya dimasa akan datang dari seseorang

dan/atau korporasi dan/atau entitas lain.

3) Penilaian kualitas piutang untuk penyisihan piutang tak

tertagih dihitung berdasarkan kualitas umur piutang,

jenis/karakteristik piutang, dan diterapkan dengan

melakukan modifikasi tertentu tergantung kondisi dari

debiturnya.

4) Klasifikasi piutang secara terinci diuraikan dalam Bagan

Akun Standar (BAS).

b. Pengakuan Piutang.

1) Piutang pendapatan yang sumbernya dari pelayanan

BLUD UPTD Puskesmas diakui ketika timbul klaim/hak

untuk menagih uang atau manfaat ekonomi lainnya

kepada entitas, yaitu pada saat:

a) Terima dokumen Umpan Balik Verifikasi Pengajuan

Klaim (Asuransi/BPJS); dan

b) Terdapat surat penagihan dan telah dilaksanakan

penagihan serta belum dilunasi.

2) Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan hak tagih, yaitu

peristiwa yang timbul dari pemberian pinjaman,

penjualan, kemitraan, dan pemberian fasilitas/jasa yang

diakui sebagai piutang dan dicatat sebagai aset di neraca,

apabila memenuhi kriteria:

a) harus didukung dengan naskah perjanjian/dokumen

lain yang menyatakan hak dan kewajiban secara jelas;

dan

b) jumlah piutang dapat diukur;

3) Peristiwa yang menimbulkan hak tagih berkaitan dengan

TP/TGR, harus didukung dengan bukti SK Pembebanan/

Page 36: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

36

jdih.kendalkab.go.id

SKTJM/Dokumen yang dipersamakan, yang menunjukkan

bahwa penyelesaian atas TP/TGR dilakukan dengan cara

damai (di luar pengadilan).SK

Pembebanan/SKTJM/Dokumen yang dipersamakan

merupakan surat keterangan tentang pengakuan bahwa

kerugian tersebut menjadi tanggung jawab seseorang dan

bersedia mengganti kerugian tersebut. Apabila

penyelesaian TP/TGR tersebut dilaksanakan melalui jalur

pengadilan, pengakuan piutang baru dilakukan setelah

terdapat surat ketetapan dan telah diterbitkan surat

penagihan.

c. Pengukuran Piutang.

1) Pengukuran piutang pendapatan BLUD UPTD Puskesmas,

adalah sebagai berikut:

a) disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi dari setiap

tagihan yang ditetapkan; atau

b) disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai

dengan tanggal pelaporan dari setiap tagihan yang

masih proses banding atas keberatan dan belum

ditetapkan oleh majelis tuntutan ganti rugi.

2) Pengukuran piutang yang berasal dari perikatan, adalah

sebagai berikut:

a) Penjualan

Piutang dari penjualan diakui sebesar nilai sesuai

naskah perjanjian penjualan yang terutang (belum

dibayar) pada akhir periode pelaporan. Apabila dalam

perjanjian dipersyaratkan adanya potongan

pembayaran, maka nilai piutang harus dicatat sebesar

nilai bersihnya.

b) Kemitraan

Piutang yang timbul diakui berdasarkan ketentuan-

ketentuan yang dipersyaratkan dalam naskah

perjanjian kemitraan.

3) Pengukuran piutang ganti rugi berdasarkan pengakuan

yang dikemukakan di atas, dilakukan sebagai berikut:

a) Disajikan sebagai aset lancar sebesar nilai yang jatuh

tempo dalam tahun berjalan dan yang akan ditagih

dalam 12 (dua belas) bulan ke depan berdasarkan

surat ketentuan penyelesaian yang telah ditetapkan;

b) Disajikan sebagai aset lainnya terhadap nilai yang

akan dilunasi di atas 12 bulan berikutnya.

4) Pengukuran Berikutnya (Subsequent Measurement)

Terhadap Pengakuan Awal Piutang disajikan berdasarkan

nilai nominal tagihan yang belum dilunasi tersebut

Page 37: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

37

jdih.kendalkab.go.id

dikurangi penyisihan kerugian piutang tidak tertagih.

Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penghapusan

piutang maka masing-masing jenis piutang disajikan

setelah dikurangi piutang yang dihapuskan.

5) Pemberhentian pengakuan piutang selain pelunasan juga

dikenal dengan dua cara yaitu: penghapustagihan (write-

off) dan penghapusbukuan (write down).

6) Piutang disajikan sebesar nilai bersih yang dapat

direalisasikan (net realizable value), yaitu selisih antara

nilai nominal piutang dengan penyisihan piutang.

7) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih, dibentuk sebesar

nilai piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih

berdasarkan daftar umur piutang sebagai berikut :

No

.

Umur Piutang

(Semua Jenis Piutang)

Besar

Penyisihan

Piutang

Tidak

Tertagih

1.

Piutang lancar

0 %

piutang yang termasuk masa pengembaliannya

s/d 1 (satu) tahun.

2. Piutang kurang lancar 10 %

piutang yang termasuk masa pengembaliannya

diatas 1 (satu) s/d 2 (dua) tahun

3. Piutang ragu-ragu 50 %

piutang yang masa pengembaliannya diatas 2

(dua) tahun s/d 3 (tiga) tahun

4. Piutang macet 100 %

piutang yang termasuk masa pengembalian diatas

3 (tiga) tahun

8) Pencatatan transaksi penyisihan Piutang dilakukan pada

akhir periode pelaporan, apabila masih terdapat saldo

piutang, maka dihitung nilai penyisihan piutang tidak

tertagih sesuai dengan kualitas piutangnya.

9) Apabila kualitas piutang masih sama pada tanggal

pelaporan, maka tidak perlu dilakukan jurnal

penyesuaian cukup diungkapkan di dalam CaLK, namun

bila kualitas piutang menurun, maka dilakukan

penambahan terhadap nilai penyisihan piutang tidak

tertagih sebesar selisih antara angka yang seharusnya

disajikan dalam neraca dengan saldo awal. Sebaliknya,

apabila kualitas piutang meningkat misalnya akibat

restrukturisasi, maka dilakukan pengurangan terhadap

Page 38: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

38

jdih.kendalkab.go.id

nilai penyisihan piutang tidak tertagih sebesar selisih

antara angka yang seharusnya disajikan dalam neraca

dengan saldo awal.

d. Pemberhentian Pengakuan.

1) Pemberhentian pengakuan atas piutang dilakukan

berdasarkan sifat dan bentuk yang ditempuh dalam

penyelesaian piutang dimaksud. Secara umum

penghentian pengakuan piutang dengan cara membayar

tunai (pelunasan) atau melaksanakan sesuatu sehingga

tagihan tersebut selesai/lunas.

2) Pemberhentian pengakuan piutang selain pelunasan juga

dikenal dengan dua cara yaitu penghapustagihan (write-

off) dan penghapusbukuan (write down).

3) Penghapusbukuan piutang adalah kebijakan intern

manajemen, merupakan proses dan keputusan akuntansi

yang berlaku agar nilai piutang dapat dipertahankan

sesuai dengan net realizable value-nya.

4) Penghapusbukuan piutang tidak secara otomatis

menghapus kegiatan penagihan piutang dan hanya

dimaksudkan untuk pengalihan pencatatan dari

intrakomptabel menjadi ekstrakomptabel.

5) Penghapusbukuan piutang merupakan konsekuensi

penghapustagihan piutang. Penghapusbukuan piutang

dibuat berdasarkan berita acara atau keputusan pejabat

yang berwenang untuk menghapustagih piutang.

Keputusan dan/atau Berita Acara merupakan dokumen

yang sah untuk bukti akuntansi penghapusbukuan

6) Kriteria penghapusbukuan piutang, adalah sebagai

berikut :

a) Penghapusbukuan harus memberi manfaat, yang lebih

besar daripada kerugian penghapusbukuan.

(1). Memberi gambaran obyektif tentang kemampuan

keuangan entitas akuntansi dan entitas pelaporan.

(2). Memberi gambaran ekuitas lebih obyektif, tentang

penurunan ekuitas.

(3). Mengurangi beban administrasi/akuntansi, untuk

mencatat hal-hal yang tak mungkin terealisasi

tagihannya.

b) Perlu kajian yang mendalam tentang dampak hukum

dari penghapusbukuan pada neraca BLUD UPTD

Puskesmas, sebelum difinalisasi dan diajukan kepada

pengambil keputusan penghapusbukuan (apabila

perlu).

7) Penghapusbukuan berdasarkan keputusan formal otoritas

Page 39: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

39

jdih.kendalkab.go.id

tertinggi yang berwenang menyatakan hapus tagih perdata

dan atau hapus buku (write off). Pengambil keputusan

penghapusbukuan melakukan keputusan reaktif (tidak

berinisiatif), berdasar suatu sistem nominasi untuk

dihapusbukukan atas usulan berjenjang yang bertugas

melakukan analisis dan usulan penghapusbukuan

tersebut.

8) Penghapustagihan suatu piutang harus berdasarkan

berbagai kriteria, prosedur dan kebijakan yang

menghasilkan keputusan hapus tagih yang defensif bagi

BLUD secara hukum dan ekonomik.

9) Penghapustagihan piutang dilaksanakan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

e. Pengungkapan Piutang.

1) Piutang disajikan dan diungkapkan secara memadai.

Informasi mengenai akun piutang diungkapkan secara

cukup dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Informasi

dimaksud dapat berupa:

(1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian,

pengakuan dan pengukuran piutang;

(2) rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk

mengetahui tingkat kolektibilitasnya;

(3) penjelasan atas penyelesaian piutang;

(4) jaminan atau sita jaminan jika ada.

2) Tuntutan ganti rugi/tuntutan perbendaharaan yang

masih dalam proses penyelesaian, baik melalui cara damai

maupun pengadilan juga harus diungkapkan.

3) Penghapusbukuan piutang harus diungkapkan secara

cukup dalam Catatan atas Laporan Keuangan agar lebih

informatif. Informasi yang perlu diungkapkan misalnya

jenis piutang, nama debitur, nilai piutang, nomor dan

tanggal keputusan penghapusan piutang, dasar

pertimbangan penghapusbukuan dan penjelasan lainnya

yang dianggap perlu.

4) Terhadap kejadian adanya piutang yang telah

dihapusbuku, ternyata di kemudian hari diterima

pembayaran/ pelunasannya maka penerimaan tersebut

dicatat sebagai penerimaan kas pada periode yang

bersangkutan dengan lawan perkiraan Pendapatan Lain-

Lain.

4. BEBAN DIBAYAR DIMUKA.

Page 40: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

40

jdih.kendalkab.go.id

a) Definisi Beban Dibayar Dimuka.

Beban dibayar dimuka adalah suatu transaksi pengeluaran

kas untuk membayar suatu beban yang belum menjadi

menjadi kewajiban sehingga menimbulkan hak tagih bagi

BLUD.

b) Pengakuan Beban Dibayar Dimuka.

Beban diabayar dimuka diakui pada saat kas dikeluarkan

namun belum menimbulkan kewajiban.

c) Pengukuran Beban Dibayar Dimuka.

Pengukuran beban diabayar dimuka dilakukan berdasarkan

jumlah kas yang dikeluaran/ dibayarkan.

d) Pengungkapan Beban Dibayar Dimuka.

Beban dibayar dimuka diungkapkan sebagai akun yang

terklasifikasi dalam aset lancar karena akun ini biasanya

segera menjadi kewajiban dalam satu periode akuntansi.

5. PERSEDIAAN.

a) Definisi Persediaan.

1) Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau

perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung

kegiatan operasional BLUD UPTD Puskesmas, dan barang-

barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau

diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

2) Persediaan merupakan aset yang berwujud yang berupa:

(a) Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan

dalam rangka kegiatan operasional BLUD UPTD

Puskesmas;

(b) Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan

dalam proses produksi;

(c) Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan

untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;

(d) Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan

kepada masyarakat dalam rangka kegiatan

pemerintahan.

3) Klasifikasi persediaan secara terinci diuraikan dalam

Bagan Akun Standar (BAS).

b) Pengakuan Persediaan.

1) Persediaan diakui:

(a) pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan

diperoleh BLUD dan mempunyai nilai atau biaya yang

dapat diukur dengan andal dan dengan menggunakan

metode pengakuan pendekatan beban ;

Page 41: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

41

jdih.kendalkab.go.id

(b) pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/ atau

kepenguasaannya berpindah.

2) Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat

berdasarkan hasil inventarisasi fisik (periodik).

c) Pengukuran Persediaan.

1) Metode pencatatan persediaan dilakukan secara periodik

dengan pendekatan harga pembelian terakhir.

2) Persediaan disajikan sebesar:

(a) Persediaan disajikan sebesar :

(1) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan

pembelian.

(2) Biaya standar apabila diperoleh dengan

memproduksi sendiri.

(3) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya

seperti donasi/rampasan.

3) Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian,

biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya

yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan

persediaan. Potongan harga, rabat dan lainnya yang

serupa mengurangi biaya perolehan.

d) Penyajian dan Pengungkapan Persediaan

1) Persediaan disajikan sebagai bagian dari Aset Lancar

2) Rincian jenis, jumlah dan nilai persediaan yang dimiliki

BLUD

3) Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak

dilaporkan dalam neraca tetapi diungkapkan dalam

catatan atas laporan keuangan

1. ASET UNTUK DIKONSOLIDASIKAN.

a) Definisi Aset Untuk Dikonsolidasikan.

Aset untuk Dikonsolidasikan adalah aset yang dicatat

karena adanya hubungan timbal balik antara entitas

akuntansi BLUD UPTD Puskesmas dan entitas akuntansi

Dinas Kesehatan. Aset ini akan dieliminasi saat dilakukan

konsolidasi antara BLUD UPTD Puskesmas dengan Dinas

Kesehatan. Aset untuk dikonsolidasikan terdiri dari R/K

BLUD UPTD Puskesmas dan R/K Dinas Kesehatan.

b) Pengakuan Aset Untuk Dikonsolidasikan.

Pengakuan aset untuk dikonsolidasikan pada saat terjadi

transaksi yang melibatkan transaksi antara BLUD UPTD

Puskesmas dengan Dinas Kesehatan

Page 42: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

42

jdih.kendalkab.go.id

c) Pengukuran Aset Untuk Dikonsolidasikan.

Pengukuran aset untuk dikonsolidasikan berdasarkan nilai

transaksi yang terjadi. Aset untuk dikonsolidasikan ini akan

mempunyai nilai yang sama dengan kewajiban untuk

dikonsolidasikan sehingga pada saat dilakukan penyusunan

laporan konsolidasi akun-akun ini akan saling mengeliminasi.

d) Pengungkapan Aset Untuk Dikonsolidasikan.

Aset untuk dikonsolidasikan diungkapkan pada Neraca dalam

klasifikasi aset lancar. Pada laporan konsolidasi akun ini akan

tereliminasi.

C. ASET NON LANCAR.

Aset non lancar terdiri dari aset tetap dan aset lainnya.

1. ASET TETAP.

a. Definisi.

1. Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa

manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan

dalam kegiatan operasional BLUD UPTD Puskesmas.

2. Jenis-jenis

Aset Tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat

atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi Aset

Tetap adalah sebagai berikut :

1) Tanah;

Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah

yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam

kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap

pakai.

2) Peralatan dan Mesin;

Mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat

elektronik dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan

lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya

lebih dai 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap

pakai.

3) Gedung dan Bangunan;

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan

bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai

dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi

Page 43: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

43

jdih.kendalkab.go.id

siap pakai.

4) Jalan, Irigasi dan Jaringan;

Jalan, irigasi dan jaringan mencakup jalan, irigasi dan

jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki

dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi

siap pakai. Jalan, irigasi dan jaringan tersebut, selain

digunakan dalam kegiatan pemerintah, juga dimanfaatkan

oleh masyarakat umum.

Jalan, irigasi dan jaringan yang tidak dimanfaatkan oleh

masyarakat umum diklasifikasikan sebagai aset yang

menambah nilai aset tetap tempat melekatnya jalan, irigasi

atau jaringan dimaksud.

5) Aset Tetap Lainnya.

mencakup Aset Tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke

dalam kelompok Aset Tetap di atas, yang diperoleh dan

dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan

dalam kondisi siap dipakai. Aset yang termasuk dalam

kategori Aset Tetap Lainnya antara lain koleksi

perpustakaan (buku dan non buku), barang bercorak

kesenian/ kebudayaan, hewan, ikan, dan tanaman.

6) Konstruksi Dalam Pengerjaan;

Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang

sedang dalam proses pembangunan namun pada tanggal

laporan keuangan belum selesai seluruhnya. Konstruksi

Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin,

gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset

tetap lainnya, yang proses perolehannya dan/atau

pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu

tertentu dan belum selesai.

b. Pengakuan Aset Tetap.

1. Aset Tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat

diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan andal.

2. Pengakuan Aset Tetap akan sangat andal bila Aset Tetap telah

diterimaataudiserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada

saat penguasaannya berpindah.

3. Kriteria untuk dapat diakui sebagai Aset Tetap adalah:

a) Berwujud;

Page 44: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

44

jdih.kendalkab.go.id

b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal

entitas, dan

e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Pengakuan atas Aset Tetap berdasarkan jenis transaksinya, terdiri

dari :

1) perolehan adalah suatu transaksi perolehan aset tetap sampai

dengan aset tersebut dalam kondisi siap digunakan;

2) pengembangan adalah suatu transaksi peningkatan nilai Aset

Tetap yang berakibat pada peningkatan masa manfaat,

peningkatan efisiensi, peningkatan kapasitas, mutu produksi

dan kinerja dan/atau penurunan biaya pengoperasian;

3) pengurangan adalah suatu transaksi penurunan nilai Aset Tetap

dikarenakan berkurangnya volume/nilai Aset Tetap tersebut

atau dikarenakan penyusutan; dan

4) penghentian dan pelepasan adalah suatu transaksi penghentian

dari penggunaan aktif atau penghentian permanen suatu aset

tetap.

Aset Tetap yang diperoleh dari hibah/donasi diakui pada saat Aset

Tetap tersebut diterima dan/atau hak kepemilikannya berpindah.

Kepemilikan atas Tanah ditunjukkan dengan adanya bukti bahwa

telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan

secara hukum seperti sertifikat tanah. Apabila perolehan tanah

belum didukung dengan bukti secara hukum, maka tanah tersebut

harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaannya telah

berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan/atau

penguasaan atas tanah sudah beralih dari pemilik sebelumnya

kepada entitas. Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke Aset

Tetap yang bersangkutan setelah pekerjaan

pembangunan/pengerjaan/konstruksi tersebut dinyatakan selesai

dan siap digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya.

Dalam beberapa kasus, suatu KDP dapat saja dihentikan

pembangunannya oleh karena ketidaktersediaan dana, kondisi

politik, ataupun kejadian-kejadian lainnya. Penghentian KDP dapat

berupa penghentian sementara dan penghentian permanen.

Apabila suatu KDP dihentikan pembangunannya untuk sementara

Page 45: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

45

jdih.kendalkab.go.id

waktu, maka KDP tersebut tetap dicantumkan ke dalam neraca dan

kejadian ini diungkapkan secara memadai di dalam Catatan atas

Laporan Keuangan. Namun, apabila pembangunan KDP diniatkan

untuk dihentikan pembangunannya secara permanen karena

diperkirakan tidak akan memberikan manfaat ekonomik di masa

depan, ataupun oleh sebab lain yang dapat dipertaggungjawabkan,

maka KDP tersebut harus dieliminasi dari neraca dan kejadian ini

diungkapkan secara memadai dalam CaLK.

Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang selaku

penanggungjawab aset menerbitkan Keputusan Penghapusan KDP

dari daftar inventaris barang Konstruksi Dalam Pengerjaan (KIB F),

yang digunakan sebagai dasar untuk menghapus KDP tersebut dari

neraca.

c. Pengukuran Aset Tetap.

1) Aset Tetap pada prinsipnya dinilai dengan biaya perolehan.

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang

dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk

memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi

sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang

siap untuk dipergunakan

2) Apabila biaya perolehan suatu aset adalah tanpa nilai atau

tidak dapat diidentifikasi, maka nilai Aset Tetap didasarkan

pada nilai wajar pada saat perolehan. Nilai wajar adalah nilai

tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang

memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi

wajar.Nilai wajar digunakan untuk mencatat aset tetap yang

bersumber dari donasi/hibah yang tidak diketahui nilai

perolehannya.

3) Penggunaan nilai wajar pada saat tidak ada nilai perolehan

atau tidak dapat diidentifikasi bukan merupakan suatu proses

penilaian kembali (revaluasi). Suatu aset dapat juga diperoleh

dari bonus pembelian, contohnya beli tiga gratis satu. Atas aset

hasil dari bonus tersebut biaya perolehan aset adalah nilai

wajar aset tersebut pada tanggal perolehannya.

4) Komponen Biaya Perolehan.

Biaya perolehan suatu Aset Tetap terdiri dari harga belinya atau

konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat

Page 46: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

46

jdih.kendalkab.go.id

diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke

kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk

penggunaan yang dimaksudkan.

Biaya perolehan aset terdiri dari :

a. Harga pembelian, termasuk bea impor dan pajak pembelian,

setelah dikurangi dengan diskon dan rabat; dan

b. Seluruh biaya yang secara langsung dapat

dihubungkan/diatribusikan dengan aset dan membawa aset

tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat

bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.

Demikian juga pengeluaran untuk belanja perjalanan dan jasa

yang terkait dengan perolehan Aset Tetap atau aset lainnya. Hal

ini meliputi biaya konsultan perencana, konsultan pengawas,

dan pengembangan perangkat lunak (software), dan harus

ditambahkan pada nilai perolehan. Meskipun demikian, tentu

saja harus diperhatikan nilai kewajaran dan kepatutan dari

biaya-biaya lain di luar harga beli Aset Tetap tersebut sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Ketika pembelian suatu aset dilakukan secara kredit dimana

jangka waktu kredit melebihi jangka waktu normal, biaya

perolehan yang diakui adalah setara dengan harga kas yang

tertera (harga perolehan kas). Perbedaan/selisih antara harga

kas dengan total pembayaran yang dikeluarkan diakui sebagai

beban bunga selama jangka waktu kredit kecuali selisih tersebut

dapat dikapitalisasi sesuai dengan peraturan perundangan yang

berlaku.

Biaya administrasi dan biaya overhead lainnya bukan

merupakan komponen dari biaya perolehan suatu aset kecuali

biaya tersebut dapat diatribusikan secara langsung pada biaya

perolehan aset atau membawa aset ke kondisi kerjanya (siap

pakai). Demikian pula biaya permulaan (start-up cost) dan biaya

lain sejenisnya bukan merupakan komponen dari biaya suatu

aset kecuali biaya tersebut diperlukan untuk membawa aset ke

kondisi kerjanya.

Biaya perolehan dari masing-masing Aset Tetap yang diperoleh

secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga

Page 47: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

47

jdih.kendalkab.go.id

gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar

masing-masing aset yang bersangkutan.

Biaya perolehan Aset Tetap yang dibangun dengan cara

swakelola meliputi :

a. biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku;

b. biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan

pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan;

dan

c. semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan

pembangunan Aset Tetap tersebut.

5) Kebijakan ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset :

a. Perolehan untuk tanah, dikapitalisasi dengan nilai

berapapun.

b. Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin adalah

yang lebih dari Rp 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah).

c. Perolehan untuk Gedung dan bangunan dikapitalisasi

dengan nilai berapapun.

d. Perolehan untuk Jalan, Irigasi dan Jaringan dikapitalisasi

dengan nilai berapapun.

e. Perolehan untuk aset tetap lainnya dengan nilai diatas Rp

300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah).

6) Penilaian Secara Gabungan

Biaya perolehan dari masing-masing aset yang diperoleh secara

gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan

tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing

aset yang bersangkutan.

7) Pertukaran

Suatu aset dapat diperoleh melalui pertukaran suatu aset atau

sebagian aset yang tidak serupa dan memiliki nilai wajar yang

tidak sama. Biaya perolehan aset tersebut diukur dengan nilai

wajar aset yang dilepas dan disesuaikan dengan jumlah kas

atau setara kas lainnya yang ditransfer/diserahkan.

Dalam hal aset yang diperoleh memiliki nilai wajar yang sama

dengan aset yang dilepas namun demikian terdapat indikasi dari

nilai wajar aset yang diterima bahwa aset tersebut masih harus

dilakukan perbaikan untuk membawa aset dalam kondisi

Page 48: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

48

jdih.kendalkab.go.id

bekerja seperti yang diharapkan, maka biaya perolehan yang

diakui adalah sebesar nilai aset yang dilepas dan disesuaikan

dengan jumlah kas yang harus dikeluarkan untuk perbaikan

aset tersebut.

Suatu Aset Tetap dapat juga diperoleh melalui pertukaran atas

suatu aset yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dan

memiliki nilai wajar yang sama. Dalam keadaan tersebut tidak

ada keuntungan dan kerugian yang diakui dalam transaksi ini.

Biaya aset yang baru diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat

(carrying amount) atas aset yang dilepas

8) Kontruksi Dalam Pengerjaan

a) Nilai konstruksi yang dikerjakan secara swakelola, meliputi :

- Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan

konstruksi;

- Biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada

umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi

tersebut; dan

- Biaya lain yang secara khusus dibebankan sehubungan

konstruksi yang bersangkutan.

b) Nilai konstruksi yang dikerjakan oleh kontraktor melalui

kontrak konstruksi meliputi :

- Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor

sehubungan dengan tingkat penyelesaian pekerjaan;

- Kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor

berhubungan dengan pekerjaan yang telah diterima tetapi

belum dibayar pada tanggal pelaporan; dan

- Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga

sehubungan dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.

c) Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman maka biaya pinjaman

yang timbul selama masa konstruksi dikapitalisasi dan

menambah biaya konstruksi, sepanjang biaya tersebut dapat

diidentifikasi dan ditetapkan secara andal.

9) Pengeluaran Setelah Tanggal Perolehan

Page 49: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

49

jdih.kendalkab.go.id

a) Pengeluaran setelah perolehan awal suatu Aset Tetap

ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan

(carrying amount)/dikapitalisasikan pada nilai aset jika:

- pengeluaran tersebut mengakibatkan bertambahnya masa

manfaat, kapasitas, kualitas, dan volume aset yang telah

dimiliki; dan

- pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimal nilai

kapitalisasi Aset Tetap/aset lainnya.

Terkait dengan kriteria pertama di atas, perlu diketahui

tentang pengertian berikut:

a. pertambahan masa manfaat adalah bertambahnya

umur ekonomis yang diharapkan dari Aset Tetap yang

sudah ada. Misalnya sebuah gedung semula

diperkirakan mempunyai umur ekonomis 10 tahun.

Pada tahun ke-7 pemerintah melakukan renovasi

dengan harapan gedung tersebut masih dapat

digunakan 8 tahun lagi. Dengan adanya renovasi

tersebut maka umur gedung berubah dari 10 tahun

menjadi 15 tahun;

b. peningkatan kapasitas adalah bertambahnya kapasitas

atau kemampuan Aset Tetap yang sudah ada. Misalnya,

sebuah generator listrik yang mempunyai output 200

KW dilakukan renovasi sehingga kapasitasnya

meningkat menjadi 300 KW;

c. peningkatan kualitas aset adalah bertambahnya

kualitas dari Aset Tetap yang sudah ada. Misalnya, jalan

yang masih berupa tanah ditingkatkan oleh pemerintah

menjadi jalan aspal; dan

d. pertambahan volume aset adalah bertambahnya jumlah

atau satuan ukuran aset yang sudah ada, misalnya

penambahan luas bangunan suatu gedung dari 400 m2

menjadi 500 m2.

b) Beban yang dikeluarkan untuk perbaikan atau pemeliharaan

Aset Tetap yang ditujukan untuk memulihkan atau

mempertahankan economic benefit atau potensi service atas

Page 50: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

50

jdih.kendalkab.go.id

aset dimaksud dari performa standar yang diharapkan

diperlakukan sebagai beban pada saat dikeluarkan/terjadi.

Batasan jumlah biaya kapitalisasi ditentukan sebagai berikut

:

No. Uraian Jumlah Harga per

unit

1 Peralatan Mesin, berupa Alat-alat Besar 50.000.000,00

2 Gedung dan Bangunan 25.000.000,00

3 Jalan, Irigasi dan Jaringan 20.000.000,00

10) Penyusutan

Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu Aset

Tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa

manfaat aset yang bersangkutan. Nilai penyusutan untuk

masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat

Aset Tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam LO.

Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh Aset

Tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset

tersebut.

Aset Tetap Lainnya berupa hewan, tanaman, buku

perpustakaan tidak dilakukan penyusutan secara periodik,

melainkan diterapkan penghapusan pada saat Aset Tetap

lainnya tersebut sudah tidak dapat digunakan atau mati.

Aset Tetap yang direklasifikasikan sebagai Aset Lainnya dalam

neraca berupa Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga dan Aset

Idle, serta aset lain-lain (aset tetap yang dimaksudkan untuk

dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah karena rusak

berat, usang, dan/atau aset tetap yang tidak digunakan karena

sedang menunggu proses pemindahtanganan) disusutkan

sebagaimana layaknya Aset Tetap.

Dalam hal terjadi perubahan nilai Aset Tetap sebagai akibat

koreksi nilai Aset Tetap yang disebabkan oleh kesalahan dalam

pencantuman nilai yang diketahui di kemudian hari, maka

penyusutan atas Aset Tetap tersebut perlu untuk disesuaikan.

Penyesuaian sebagaimana dimaksud meliputi penyesuaian atas

nilai yang dapat disusutkan dan nilai akumulasi penyusutan.

Page 51: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

51

jdih.kendalkab.go.id

Penentuan nilai yang dapat disusutkan dilakukan untuk setiap

unit Aset Tetap tanpa ada nilai residu. Nilai residu adalah nilai

buku suatu Aset Tetap pada akhir masa manfaatnya.

Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus

(straight line method). Metode garis lurus menetapkan tarif

penyusutan untuk masing-masing periode dengan jumlah yang

sama. Rumusan perhitungan penyusutan adalah :

Penyusutan per periode = Nilai yang dapat disusutkan

Masa manfaat

Nilai yang dapat disusutkan adalah seluruh nilai perolehan aset

dengan tidak memiliki nilai sisa (residu). Masa manfaat aset

untuk melakukan perhitungan penyusutan sebagaimana

tercantum dalam tabel berikut.

TABEL MASA MANFAAT

A

K U

N

K E

L

O M

P

O K

J E

N

I S

O B

Y

E K

RIN

CI

AN O

BY

EK

URAIAN

MASA MANFA

AT

(TAHUN)

1 3 ASET TETAP

1 3 2 PERALATAN DAN MESIN

1 3 2 01 ALAT BESAR

1 3 2 01 01 ALAT BESAR DARAT 10

1 3 2 01 02 ALAT BESAR APUNG 8

1 3 2 01 03 ALAT BANTU 7

1 3 2 02 ALAT ANGKUTAN

1 3 2 02 01 ALAT ANGKUTAN DARAT BERMOTOR 7

1 3 2 02 02 ALAT ANGKUTAN DARAT TAK BERMOTOR 2

1 3 2 02 03 ALAT ANGKUTAN APUNG BERMOTOR 10

1 3 2 02 04 ALAT ANGKUTAN APUNG TAK BERMOTOR 3

1 3 2 02 05 ALAT ANGKUTAN BERMOTOR UDARA 20

1 3 2 03 ALAT BENGKEL DAN ALAT UKUR

1 3 2 03 01 ALAT BENGKEL BERMESIN 10

1 3 2 03 02 ALAT BENGKEL TAK BERMESIN 5

1 3 2 03 03 ALAT UKUR 5

1 3 2 04 ALAT PERTANIAN

Page 52: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

52

jdih.kendalkab.go.id

1 3 2 04 01 ALAT PENGOLAHAN 4

1 3 2 05 ALAT KANTOR DAN RUMAH TANGGA

1 3 2 05 01 ALAT KANTOR 5

1 3 2 05 02 ALAT RUMAH TANGGA 5

1 3 2 05 03 MEJA DAN KURSI KERJA/RAPAT PEJABAT 5

1 3 2 06 ALAT STUDIO, KOMUNIKASI DAN PEMANCAR

1 3 2 06 01 ALAT STUDIO 5

1 3 2 06 02 ALAT KOMUNIKASI 5

1 3 2 06 03 PERALATAN PEMANCAR 10

1 3 2 06 04 PERALATAN KOMUNIKASI NAVIGASI 10

1 3 2 07 ALAT KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

1 3 2 07 01 ALAT KEDOKTERAN 5

1 3 2 07 02 ALAT KESEHATAN UMUM 5

1 3 2 08 ALAT LABORATORIUM

1 3 2 08 01 UNIT ALAT LABORATORIUM 8

1 3 2 08 02 UNIT ALAT LABORATORIUM KIMIA NUKLIR 15

1 3 2 08 03 ALAT PERAGA PRAKTEK SEKOLAH 8

1 3 2 08 04 ALAT LABORATORIUM FISIKA

NUKLIR/ELEKTRONIKA

15

1 3 2 08 05 ALAT PROTEKSI RADIASI/PROTEKSI LINGKUNGAN

10

1 3 2 08 06 RADIATION APPLICATION AND NON

DESTRUCTIVE TESTING LABORATORY LAINNYA

10

1 3 2 08 07 ALAT LABORATORIUM LINGKUNGAN HIDUP 7

1 3 2 08 08 PERALATAN LABORATORIUM

HYDRODINAMICA

15

1 3 2 08 09 ALAT LABORATORIUM STANDARISASI

KALIBRASI DAN INSTRUMENTASI

10

1 3 2 09 ALAT PERSENJATAAN

1 3 2 09 01 SENJATA API 10

1 3 2 09 02 PERSENJATAAN NON SENJATA API 3

1 3 2 09 03 SENJATA SINAR 5

1 3 2 09 04 ALAT KHUSUS KEPOLISIAN 4

1 3 2 10 KOMPUTER

1 3 2 10 01 KOMPUTER UNIT 5

1 3 2 10 02 PERALATAN KOMPUTER 5

1 3 2 11 ALAT EKSPLORASI

1 3 2 11 01 ALAT EKSPLORASI TOPOGRAFI 5

1 3 2 11 02 ALAT EKSPLORASI GEOFISIKA 10

1 3 2 12 ALAT PENGEBORAN

1 3 2 12 01 ALAT PENGEBORAN MESIN 10

1 3 2 12 02 ALAT PENGEBORAN NON MESIN 10

1 3 2 13

ALAT PRODUKSI, PENGOLAHAN DAN

PEMURNIAN

1 3 2 13 01 SUMUR 10

Page 53: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

53

jdih.kendalkab.go.id

1 3 2 13 02 PRODUKSI 10

1 3 2 13 03 PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN 15

1 3 2 14 ALAT BANTU EKSPLORASI

1 3 2 14 01 ALAT BANTU EKSPLORASI 10

1 3 2 14 02 ALAT BANTU PRODUKSI 10

1 3 2 15 ALAT KESELAMATAN KERJA

1 3 2 15 01 ALAT DETEKSI 5

1 3 2 15 02 ALAT PELINDUNG 5

1 3 2 15 03 ALAT SAR 2

1 3 2 15 04 ALAT KERJA PENERBANGAN 10

1 3 2 16 ALAT PERAGA

1 3 2 16 01 ALAT PERAGA PELATIHAN DAN

PERCONTOHAN

10

1 3 2 17 PERALATAN PROSES/PRODUKSI

1 3 2 17 01 UNIT PERALATAN PROSES/PRODUKSI 8

1 3 2 18 RAMBU - RAMBU

1 3 2 18 01 RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DARAT 7

1 3 2 18 02 RAMBU-RAMBU LALU LINTAS UDARA 5

1 3 2 18 03 RAMBU-RAMBU LALU LINTAS LAUT 15

1 3 2 19 PERALATAN OLAH RAGA

1 3 2 19 01 PERALATAN OLAH RAGA 3

1 3 3 GEDUNG DAN BANGUNAN

1 3 3 01 BANGUNAN GEDUNG

1 3 3 01 01 BANGUNAN GEDUNG TEMPAT KERJA 50

1 3 3 01 02 BANGUNAN GEDUNG TEMPAT TINGGAL 50

1 3 3 02 MONUMEN

1 3 3 02 01 CANDI/TUGU PERINGATAN/PRASASTI 50

1 3 3 03 BANGUNAN MENARA

1 3 3 03 01 BANGUNAN MENARA PERAMBUAN 40

1 3 3 04 TUGU TITIK KONTROL/PASTI

1 3 3 04 01 TUGU/TANDA BATAS 50

1 3 4 JALAN, JARINGAN DAN IRIGASI

1 3 4 01 JALAN DAN JEMBATAN

1 3 4 01 01 JALAN 10

1 3 4 01 02 JEMBATAN 50

1 3 4 02 BANGUNAN AIR

1 3 4 02 01 BANGUNAN AIR IRIGASI 50

1 3 4 02 02 BANGUNAN PENGAIRAN PASANG SURUT 50

1 3 4 02 03 BANGUNAN PENGEMBANGAN RAWA DAN POLDER

25

1 3 4 02 04 BANGUNAN PENGAMAN SUNGAI/PANTAI &

PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

10

1 3 4 02 05 BANGUNAN PENGEMBANGAN SUMBER AIR DAN AIR TANAH

30

1 3 4 02 06 BANGUNAN AIR BERSIH/AIR BAKU 40

Page 54: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

54

jdih.kendalkab.go.id

1 3 4 02 07 BANGUNAN AIR KOTOR 40

1 3 4 03 INSTALASI

1 3 4 03 01 INSTALASI AIR BERSIH / AIR BAKU 30

1 3 4 03 02 INSTALASI AIR KOTOR 30

1 3 4 03 03 INSTALASI PENGOLAHAN SAMPAH 10

1 3 4 03 04 INSTALASI PENGOLAHAN BAHAN BANGUNAN 10

1 3 4 03 05 INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK 40

1 3 4 03 06 INSTALASI GARDU LISTRIK 40

1 3 4 03 07 INSTALASI PERTAHANAN 30

1 3 4 03 08 INSTALASI GAS 30

1 3 4 03 09 INSTALASI PENGAMAN 20

1 3 4 03 10 INSTALASI LAIN 5

1 3 4 04 JARINGAN

1 3 4 04 01 JARINGAN AIR MINUM 30

1 3 4 04 02 JARINGAN LISTRIK 40

1 3 4 04 03 JARINGAN TELEPON 20

1 3 4 04 04 JARINGAN GAS 30

Perhitungan penyusutan aset tetap yang diperoleh tengah tahun

menggunakan pendekatan tahunan yaitu penyusutan dihitung

satu tahun penuh meskipun baru diperoleh satu atau dua bulan

atau bahkan dua hari.

Penambahan nilai aset yang disebabkan adanya kapitalisasi atas

pengeluaran setelah perolehan awal suatu Aset Tetap dapat

menambah umur aset sesuai dengan ketentuan sebagaimana

tercantum dalam tabel berikut ini.

TABEL PENAMBAHAN MASA MANFAAT

A

K U

N

K

E L

O

M P

O

K

J

E N

I

S

O

B Y

E

K

RI

NCI

AN

OBY

E

K

URAIAN

PERSENT

ASE

PERBAIKAN

TAMBAHAN

MASA

MANFAAT

(TAHUN)

1 3 ASET TETAP

1 3 2 PERALATAN DAN MESIN

1 3 2 01 ALAT BESAR

1 3 2 01 01 ALAT BESAR DARAT >0% s.d

30%

1

Page 55: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

55

jdih.kendalkab.go.id

>30% s.d 45 %

3

>45% s.d

65 %

5

1 3 2 01 02 ALAT BESAR APUNG >0% s.d 30%

1

>30% s.d

45 %

2

>45% s.d 65 %

4

1 3 2 01 03 ALAT BANTU >0% s.d

30%

1

>30% s.d

45 %

2

>45% s.d

65 %

4

1 3 2 02 ALAT ANGKUTAN

1 3 2 02 01 ALAT ANGKUTAN DARAT

BERMOTOR

>0% s.d

25%

1

>25% s.d 50 %

2

>50% s.d

75 %

3

>75% s.d 100 %

4

1 3 2 02 02 ALAT ANGKUTAN DARAT TAK

BERMOTOR

>0% s.d

25%

0

>25% s.d 100 %

1

1 3 2 02 03 ALAT ANGKUTAN APUNG

BERMOTOR

>0% s.d

25%

2

>25% s.d

50 %

3

>50% s.d

75 %

4

>75% s.d

100 %

6

1 3 2 02 04 ALAT ANGKUTAN APUNG TAK

BERMOTOR

>0% s.d

75 %

1

>75% s.d

100 %

2

1 3 2 02 05 ALAT ANGKUTAN BERMOTOR UDARA

>0% s.d 25%

3

>25% s.d

50 %

6

>50% s.d 75 %

9

>75% s.d

100 %

12

1 3 2 03 ALAT BENGKEL DAN ALAT UKUR

1 3 2 03 01 ALAT BENGKEL BERMESIN >0% s.d

25%

1

Page 56: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

56

jdih.kendalkab.go.id

>25% s.d 50 %

2

>50% s.d

75 %

3

>75% s.d 100 %

4

1 3 2 03 02 ALAT BENGKEL TAK BERMESIN >0% s.d 50%

0

>50% s.d

100 %

1

1 3 2 03 03 ALAT UKUR >0% s.d 25%

1

>25% s.d

50 %

2

>50% s.d 75 %

2

>75% s.d

100 %

3

1 3 2 04 ALAT PERTANIAN

1 3 2 04 01 ALAT PENGOLAHAN >0% s.d

20%

1

>21% s.d

40%

2

>51% s.d

75 %

5

1 3 2 05

ALAT KANTOR DAN RUMAH TANGGA

1 3 2 05 01 ALAT KANTOR >0% s.d

25%

0

>25% s.d 50 %

1

>50% s.d

75 %

2

>75% s.d 100 %

3

1 3 2 05 02 ALAT RUMAH TANGGA >0% s.d

25%

0

>25% s.d 50 %

1

>50% s.d

75 %

2

>75% s.d

100 %

3

1 3 2 05 03 MEJA DAN KURSI KERJA/RAPAT

PEJABAT

>0% s.d

25%

0

>25% s.d

50 %

1

>50% s.d

75 %

2

>75% s.d

100 %

3

Page 57: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

57

jdih.kendalkab.go.id

1 3 2 06

ALAT STUDIO, KOMUNIKASI DAN PEMANCAR

1 3 2 06 01 ALAT STUDIO >0% s.d

25%

1

>25% s.d 50 %

2

>50% s.d

75 %

2

>75% s.d 100 %

3

1 3 2 06 02 ALAT KOMUNIKASI >0% s.d

25%

1

>25% s.d

50 %

1

>50% s.d

75 %

2

>75% s.d

100 %

3

1 3 2 06 03 PERALATAN PEMANCAR >0% s.d

25%

2

>25% s.d

50 %

3

>50% s.d

75 %

4

>75% s.d

100 %

5

1 3 2 06 04 PERALATAN KOMUNIKASI NAVIGASI

>0% s.d 25%

2

>25% s.d

50 %

5

>50% s.d 75 %

7

>75% s.d

100 %

9

1 3 2 07

ALAT KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

1 3 2 07 01 ALAT KEDOKTERAN >0% s.d

25%

0

>25% s.d 50 %

1

>50% s.d

75 %

2

>75% s.d

100 %

3

1 3 2 07 02 ALAT KESEHATAN UMUM >0% s.d

25%

0

>25% s.d

50 %

1

>50% s.d

75 %

2

>75% s.d

100 %

3

Page 58: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

58

jdih.kendalkab.go.id

1 3 2 08 ALAT LABORATORIUM

1 3 2 08 01 UNIT ALAT LABORATORIUM >0% s.d

25%

2

>25% s.d

50 %

3

>50% s.d

100 %

4

1 3 2 08 02 UNIT ALAT LABORATORIUM KIMIA

NUKLIR

>0% s.d

25%

3

>25% s.d

50 %

5

>50% s.d

75 %

7

>75% s.d

100 %

8

1 3 2 08 03 ALAT PERAGA PRAKTEK SEKOLAH 0 0

0 0

0 0

0 0

1 3 2 08 04 ALAT LABORATORIUM FISIKA

NUKLIR/ELEKTRONIKA

>0% s.d

25%

3

>25% s.d

50 %

5

>50% s.d

75 %

7

>75% s.d

100 %

8

1 3 2 08 05 ALAT PROTEKSI RADIASI/PROTEKSI LINGKUNGAN

>0% s.d 25%

2

>25% s.d

50 %

4

>50% s.d 100 %

5

1 3 2 08 06 RADIATION APPLICATION AND NON

DESTRUCTIVE TESTING

LABORATORY

>0% s.d

25%

2

>25% s.d

50 %

4

>50% s.d 100 %

5

1 3 2 08 07 ALAT LABORATORIUM

LINGKUNGAN HIDUP

>0% s.d

25%

1

>25% s.d 50 %

2

>50% s.d

75 %

3

>75% s.d 100 %

4

1 3 2 08 08 PERALATAN LABORATORIUM

HYDRODINAMICA

>0% s.d

25%

3

>25% s.d 50 %

5

Page 59: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

59

jdih.kendalkab.go.id

>50% s.d 75 %

7

>75% s.d

100 %

8

1 3 2 08 09 ALAT LABORATORIUM STANDARISASI KALIBRASI DAN

INSTRUMENTASI

>0% s.d 25%

2

>25% s.d 50 %

4

>50% s.d

100 %

5

1 3 2 09 ALAT PERSENJATAAN

1 3 2 09 01 SENJATA API >0% s.d 25%

1

>25% s.d

50 %

2

>50% s.d

75 %

3

>75% s.d

100 %

4

1 3 2 09 02 PERSENJATAAN NON SENJATA API >0% s.d

50%

0

>50% s.d

100 %

1

1 3 2 09 03 SENJATA SINAR >0% s.d

75%

0

>75% s.d 100 %

2

1 3 2 09 04 ALAT KHUSUS KEPOLISIAN >0% s.d

50%

1

>50% s.d 100 %

2

1 3 2 10 KOMPUTER

1 3 2 10 01 KOMPUTER UNIT >0% s.d

50%

1

>50% s.d

100 %

2

1 3 2 10 02 PERALATAN KOMPUTER >0% s.d

50%

1

>50% s.d

100 %

2

1 3 2 11 ALAT EKSPLORASI

1 3 2 11 01 ALAT EKSPLORASI TOPOGRAFI >0% s.d 25%

1

>25% s.d

75%

2

>75% s.d 100 %

3

1 3 2 11 02 ALAT EKSPLORASI GEOFISIKA >0% s.d

25%

2

>25% s.d

50%

4

>50% s.d

100 %

5

Page 60: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

60

jdih.kendalkab.go.id

1 3 2 12 ALAT PENGEBORAN

1 3 2 12 01 ALAT PENGEBORAN MESIN >0% s.d

25%

2

>25% s.d

50 %

4

>50% s.d

75 %

6

>75% s.d

100 %

7

1 3 2 12 02 ALAT PENGEBORAN NON MESIN >0% s.d

25%

0

>25% s.d

75 %

1

>75% s.d

100 %

2

1 3 2 13

ALAT PRODUKSI, PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN

1 3 2 13 01 SUMUR >0% s.d

25%

0

>25% s.d 75 %

1

>75% s.d

100 %

2

1 3 2 13 02 PRODUKSI >0% s.d 25%

0

>25% s.d

75 %

1

>75% s.d 100 %

2

1 3 2 13 03 PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN >0% s.d

25%

3

>25% s.d

50 %

5

>50% s.d

75 %

7

>75% s.d

100 %

8

1 3 2 14 ALAT BANTU EKSPLORASI

1 3 2 14 01 ALAT BANTU EKSPLORASI >0% s.d 25%

2

>25% s.d

50 %

4

>50% s.d 75 %

6

>75% s.d

100 %

7

1 3 2 14 02 ALAT BANTU PRODUKSI >0% s.d 25%

2

>25% s.d

50 %

4

>50% s.d

75 %

6

>75% s.d

100 %

7

Page 61: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

61

jdih.kendalkab.go.id

1 3 2 15 ALAT KESELAMATAN KERJA

1 3 2 15 01 ALAT DETEKSI >0% s.d

25 %

1

>25% s.d

75 %

2

>75% s.d

100 %

3

1 3 2 15 02 ALAT PELINDUNG >0% s.d

50 %

0

>50% s.d

75 %

1

>75% s.d

100 %

2

1 3 2 15 03 ALAT SAR >0% s.d

25 %

0

>25% s.d 100 %

1

1 3 2 15 04 ALAT KERJA PENERBANGAN >0% s.d

25%

2

>25% s.d 50 %

3

>50% s.d

75 %

4

>75% s.d 100 %

6

1 3 2 16 ALAT PERAGA

1 3 2 16 01 ALAT PERAGA PELATIHAN DAN

PERCONTOHAN

>0% s.d

25 %

2

>25% s.d

50%

4

>50% s.d 100 %

5

1 3 2 17 PERALATAN PROSES/PRODUKSI

1 3 2 17 01 UNIT PERALATAN

PROSES/PRODUKSI

>0% s.d

25 %

2

>25% s.d 50%

3

>50% s.d

100 %

4

1 3 2 18 RAMBU - RAMBU

1 3 2 18 01 RAMBU-RAMBU LALU LINTAS

DARAT

>0% s.d

25%

1

>25% s.d 50 %

2

>50% s.d

75 %

3

>75% s.d 100 %

4

1 3 2 18 02 RAMBU-RAMBU LALU LINTAS

UDARA

>0% s.d

25%

1

>25% s.d 75 %

2

>75% s.d

100 %

4

Page 62: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

62

jdih.kendalkab.go.id

1 3 2 18 03 RAMBU-RAMBU LALU LINTAS LAUT

>0% s.d 25%

2

>25% s.d

50 %

5

>50% s.d 75 %

7

>75% s.d

100 %

9

1 3 2 19 PERALATAN OLAH RAGA

1 3 2 19 01 PERALATAN OLAH RAGA >0% s.d

50%

1

>50% s.d

100 %

2

1 3 3 GEDUNG DAN BANGUNAN

1 3 3 01 BANGUNAN GEDUNG

1 3 3 01 01 BANGUNAN GEDUNG TEMPAT

KERJA

>0% s.d

25%

5

>25% s.d

50 %

10

>50% s.d 75 %

15

>75% s.d

100 %

50

1 3 3 01 02 BANGUNAN GEDUNG TEMPAT TINGGAL

>0% s.d 30%

5

>30% s.d

45%

10

>45% s.d 65 %

15

>65% 20

1 3 3 02 MONUMEN

1 3 3 02 01 CANDI/TUGU PERINGATAN/PRASASTI

>0% s.d 30%

5

>30% s.d

45%

10

>45% s.d 65 %

15

>65% 20

1 3 3 03 BANGUNAN MENARA

1 3 3 03 01 BANGUNAN MENARA PERAMBUAN >0% s.d 30%

5

>30% s.d

45%

10

>45% s.d 65 %

15

>65% 20

1 3 3 04 TUGU TITIK KONTROL/PASTI

1 3 3 04 01 TUGU/TANDA BATAS >0% s.d 30%

5

>30% s.d

45%

10

Page 63: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

63

jdih.kendalkab.go.id

>45% s.d 65 %

15

>65% 20

1 3 4 JALAN, JARINGAN DAN IRIGASI

1 3 4 01 JALAN DAN JEMBATAN

1 3 4 01 01 JALAN >0% s.d 30%

2

>30% s.d

60%

5

>60% s.d

100 %

10

1 3 4 01 02 JEMBATAN >0% s.d

30%

5

>30% s.d

45%

10

>45% s.d

65%

15

>65% 20

1 3 4 02 BANGUNAN AIR

1 3 4 02 01 BANGUNAN AIR IRIGASI >0% s.d

5%

2

>5% s.d

10%

5

>10% s.d

20%

10

>20% 15

1 3 4 02 02 BANGUNAN PENGAIRAN PASANG

SURUT

>0% s.d

5%

2

>5% s.d 10%

5

>10% s.d

20%

10

>20% 15

1 3 4 02 03 BANGUNAN PENGEMBANGAN

RAWA DAN POLDER

>0% s.d

5%

1

>5% s.d 10%

3

>10% s.d

20%

5

>20% 7

1 3 4 02 04 BANGUNAN PENGAMAN

SUNGAI/PANTAI &

PENANGGULANGAN BENCANA

ALAM

>0% s.d

5%

1

>5% s.d

10%

2

>10% s.d 20%

3

>20% 4

1 3 4 02 05 BANGUNAN PENGEMBANGAN

SUMBER AIR DAN AIR TANAH

>0% s.d

5%

1

Page 64: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

64

jdih.kendalkab.go.id

>5% s.d 10%

2

>10% s.d

20%

3

>20% 4

1 3 4 02 06 BANGUNAN AIR BERSIH/AIR BAKU >0% s.d

30%

5

>30% s.d

45%

10

>45% s.d

65%

15

>65% 20

1 3 4 02 07 BANGUNAN AIR KOTOR >0% s.d 30%

5

>30% s.d

45%

10

>45% s.d 65%

15

>65% 20

1 3 4 03 INSTALASI

1 3 4 03 01 INSTALASI AIR BERSIH / AIR BAKU >0% s.d 30%

2

>30% s.d

45%

7

>45% s.d 65%

10

>65% 13

1 3 4 03 02 INSTALASI AIR KOTOR >0% s.d 30%

2

>30% s.d

45%

7

>45% s.d 65%

10

>65% 13

1 3 4 03 03 INSTALASI PENGOLAHAN SAMPAH >0% s.d

30%

1

>30% s.d

45%

3

>45% s.d

65%

5

>65% 7

1 3 4 03 04 INSTALASI PENGOLAHAN BAHAN

BANGUNAN

>0% s.d

30%

1

>30% s.d 45%

3

>45% s.d

65%

5

>65% 7

1 3 4 03 05 INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK >0% s.d

30%

5

>30% s.d

45%

10

Page 65: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

65

jdih.kendalkab.go.id

>45% s.d 65%

15

>65% 20

1 3 4 03 06 INSTALASI GARDU LISTRIK >0% s.d

30%

5

>30% s.d

45%

10

>45% s.d

65%

15

>65% 20

1 3 4 03 07 INSTALASI PERTAHANAN >0% s.d

30%

1

>30% s.d 45%

3

>45% s.d

65%

5

>65% 10

1 3 4 03 08 INSTALASI GAS >0% s.d

30%

5

>30% s.d 45%

10

>45% s.d

65%

15

>65% 20

1 3 4 03 09 INSTALASI PENGAMAN >0% s.d 30%

1

>30% s.d

45%

1

>45% s.d

65%

3

>65% 3

1 3 4 03 10 INSTALASI LAIN >0% s.d 30%

1

>30% s.d

45%

1

>45% s.d 65%

3

>65% 3

1 3 4 04 JARINGAN

1 3 4 04 01 JARINGAN AIR MINUM >0% s.d 30%

2

>30% s.d

45%

7

>45% s.d 65%

10

>65% 15

1 3 4 04 02 JARINGAN LISTRIK >0% s.d

30%

5

>30% s.d

45%

10

>45% s.d

65%

15

Page 66: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

66

jdih.kendalkab.go.id

>65% 20

1 3 4 04 03 JARINGAN TELEPON >0% s.d

30%

2

>30% s.d

45%

5

>45% s.d

65%

10

>65% 15

1 3 4 04 04 JARINGAN GAS >0% s.d 30%

2

>30% s.d

45%

7

>45% s.d 65%

10

>65% 15

d) Penghentian dan Pelepasan

Suatu Aset Tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau

bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak

ada manfaat ekonomi masa yang akan datang. Aset Tetap yang

secara permanen dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari

Neraca dan diungkapkan dalam CaLK. Aset Tetap yang dihentikan

dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi definisi Aset

Tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan

nilai tercatatnya.

Dalam hal penghentian Aset Tetap merupakan akibat dari

pemindahtanganan dengan cara dijual atau dipertukarkan

sehingga pada saat terjadinya transaksi belum seluruh nilai buku

Aset Tetap yang bersangkutan habis disusutkan, maka selisih

antara harga jual atau harga pertukarannya dengan nilai buku

Aset Tetap terkait diperlakukan sebagai penambah atau pengurang

ekuitas. Penerimaan kas akibat penjualan dibukukan sebagai

pendapatan dan dilaporkan pada LO dan LRA.

e) Penilaian Kembali.

Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak

diperkenankan karena Standar Akuntansi Pemerintahan menganut

penilaian aset berdasarkan hargga perolehan atau

pertukaran.Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan

berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional.

Page 67: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

67

jdih.kendalkab.go.id

f) Penyusunan Neraca Awal.

Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya

perolehan aset tetap yang digunakan adalah nilai wajar pada saat

neraca awal tersebut. Untuk periode selanjutnya setelah tanggal

neraca awal, atas perolehan aset tetap baru, suatu entitas

menggunakan biaya perolehan atau nilai wajar bila biaya

perolehan tidak ada.

g) Penyajian dan Pengungkapan

1) Suatu aset tetap dan akumulasi penyusutannya dieliminasi dari

neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan

(CaLK) ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen

dihentikan penggunaannya dan dianggap tidak memiliki

manfaat ekonomi/sosial signifikan dimasa yang akan datang

setelah ada Keputusan dari Kepala Daerah dan/atau dengan

persetujuan DPRD.

2) Aset Tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif operasional

BLUD tidak memenuhi definisi Aset Tetap dan harus

dipindahkan ke pos Aset Lainnya sesuai dengan nilai

tercatatnya.

2. ASET LAINNYA

a. Definisi

Aset lainnya adalah aset BLUD UPTD Puskesmas yang tidak dapat

diklasifikasikan sebagai aset lancar, investasi jangka panjang, aset

tetap, dan dana cadangan.

Aset Lainnya terdiri dari :

1) Tagihan Penjualan Angsuran;

2) Kemitraan dengan Pihak Ketiga;

3) Aset Tidak Berwujud; dan

4) Aset Lain-lain.

b. Ruang lingkup yang diatur pada bagian ini adalah Tagihan Penjualan

Angsuran, Tuntutan Ganti Rugi, kemitraan dengan pihak ketiga, aset

tak berwujud dan aset lain-lain yang berasal dari penghentian

penggunaan aktif aset tetap pemerintah.

1) Tagihan Penjualan Angsuran

a) Definisi

Tagihan penjualan angsuran menggambarkan jumlah yang

dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara

Page 68: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

68

jdih.kendalkab.go.id

angsuran kepada pegawai pemerintah. Contoh tagihan

penjualan angsuran antara lain adalah penjualan rumah

dinas dan penjualan kendaraan dinas.

Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nilai nominal

dari kontrak/berita acara penjualan aset yang

bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah

dibayarkan oleh pegawai ke kas negara/kas daerah atau

daftar saldo tagihan penjualan angsuran.

b) Pengakuan :

Saat terjadinya penjualan angsuran yang ditetapkan dalam

naskah/dokumen perjanjian penjualan.

c) Pengukuran :

(1) Sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan

aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan

angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas

daerah

(2) Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk

menentukan nilai tagihan penjualan angsuran adalah

daftar saldo tagihan penjualan angsuran.

d) Penyajian di Neraca :

(1) Tagihan Penjualan Angsuran yang jatuh tempo lebih dari

12 bulan setelah tanggal pelaporan dilaporkan sebagai

Aset Lainnya.

(2) Tagihan Penjualan Angsuran yang jatuh tempo kurang

dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan dilaporkan sebagai

bagian lancar Tagihan Penjualan Angsuran.

2) Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga

a) Jenis Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga

(1) Aset Kerjasama/Kemitraan adalah aset tetap yang

dibangun atau digunakan untuk menyelenggarakan

kegiatan kerjasama/kemitraan

(2) Bangun Guna Serah (BGS), adalah pemanfaatan barang

milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara

mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut

fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain

tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah

Page 69: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

69

jdih.kendalkab.go.id

disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah

beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya

setelah berakhirnya jangka waktu.

(3) Bangun Serah Guna (BSG), adalah pemanfaatan barang

milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara

mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut

fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya

diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut

dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.

(4) Kerjasama Pemanfaatan (KSP) adalah pendayagunaan

Barang Milik Daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu

tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan daerah.

(5) Sewa, adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak

lain dalam jangka waktu tertentu dengan menerima

imbalan uang tunai.

(6) Masa kerjasama/kemitraan adalah jangka waktu dimana

Pemerintah Daerah dan mitra kerjasama masih terikat

dengan perjanjian kerjasama/kemitraan.

b) Pengakuan

(1) Aset Kerjasama/Kemitraan diakui pada saat terjadi

perjanjian kerjasama/ kemitraan, yaitu dengan perubahan

klasifikasi aset dari aset tetap menjadi aset

kerjasama/kemitraan.

(2) Aset Kerjasama/Kemitraan berupa Gedung dan/atau

sarana berikut fasilitasnya, dalam rangka kerja sama BSG,

diakui pada saat pengadaan/pembangunan Gedung

dan/atau Sarana berikut fasilitasnya selesai dan siap

digunakan untuk digunakan/dioperasikan.

(3) Setelah masa perjanjian kerjasama berakhir, aset

kerjasama/kemitraan harus diaudit oleh aparat pengawas

fungsional sebelum diserahkan kepada Pengelola Barang.

(4) Penyerahan kembali objek kerjasama beserta fasilitasnya

kepada Pengelola Barang dilaksanakan setelah

berakhirnya perjanjian dituangkan dalam berita acara

serah terima barang.

(5) Setelah masa pemanfaatan berakhir, tanah serta

bangunan dan fasilitas hasil kerjasama/ kemitraan

Page 70: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

70

jdih.kendalkab.go.id

ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola Barang.

(6) Klasifikasi aset hasil kerjasama/kemitraan berubah dari

“Aset Lainnya” menjadi “Aset Tetap” sesuai jenisnya

setelah berakhirnya perjanjian dan telah ditetapkan status

penggunaannya oleh Kepala Daerah.

c) Pengukuran

(1) Aset yang diserahkan oleh Pemerintah Daerah untuk

diusahakan dalam perjanjian kerjasama/kemitraan harus

dicatat sebagai aset kerjasama/kemitraan sebesar nilai

bersih yang tercatat pada saat perjanjian atau nilai wajar

pada saat perjanjian, dipilih yang paling objektif atau

paling berdaya uji.

(2) Dana yang ditanamkan Pemerintah Daerah dalam

Kerjasama/kemitraan dicatat sebagai penyertaan

Kerjasama/Kemitraan. Di sisi lain, investor mencatat dana

yang diterima ini sebagai kewajiban.

(3) Aset hasil kerjasama yang telah diserahkan kepada

pemerintah setelah berakhirnya perjanjian dan telah

ditetapkan status penggunaannya, dicatat sebesar nilai

bersih yang tercatat atau sebesar nilai wajar pada saat

aset tersebut diserahkan, dipilih yang paling objektif atau

paling berdaya uji.

d) Penyajian dan Pengungkapan

Aset kerjasama/kemitraan disajikan dalam neraca sebagai

aset lainnya. Dalam hal sebagian dari luas aset kemitraan

(tanah dan atau gedung/bangunan), sesuai perjanjian,

digunakan untuk kegiatan operasional SKPD, harus

diungkapkan dalam CaLK. Aset kerjasama/kemitraan selain

tanah harus dilakukan penyusutan selama masa kerja sama.

Masa penyusutan aset kemitraan dalam rangka Bangun Guna

Serah (BGS) melanjutkan masa penyusutan aset sebelum

direklasifikasi menjadi aset kemitraan. Masa penyusutan aset

kemitraan dalam rangka Bangun Serah Guna (BSG) adalah

selama masa kerjasama.

Sehubungan dengan pengungkapan yang lazim untuk aset,

pengungkapan berikut harus dibuat untuk aset

Page 71: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

71

jdih.kendalkab.go.id

kerjasama/kemitraan :

(1) Klasifikasi aset yang membentuk aset kerjasama

(2) Penentuan biaya perolehan aset kerjasama/kemitraan

(3) Penentuan depresiasi/penyusutan aset kerjasama/

kemitraan.

Setelah aset diserahkan dan ditetapkan penggunaannya, aset

hasil kerjasama disajikan dalam neraca dalam klasifikasi aset

tetap.

3) Aset Tak Berwujud

a) Jenis Aset Tak Berwujud:

(1) Goodwill

Goodwill adalah kelebihan nilai yang diakui oleh suatu

entitas akibat adanya pembelian kepentingan/saham di

atas nilai buku. Goodwill dihitung berdasarkan selisih

antara nilai entitas berdasarkan pengakuan dari suatu

transaksi peralihan/penjualan kepentingan/saham

dengan nilai buku kekayaan bersih perusahaan.

(2) Hak Paten atau Hak Cipta

Hak-hak ini pada dasarnya diperoleh karena adanya

kepemilikan kekayaan intelektual atau atas suatu

pengetahuan teknis atau suatu karya yang dapat

menghasilkan manfaat bagi entitas. Di samping itu dengan

adanya hak ini dapat mengendalikan pemanfaatan aset

tersebut dan membatasi pihak lain yang tidak berhak

untuk memanfaatkannya.

(3) Royalti

Nilai manfaat ekonomi yang akan/dapat diterima atas

kepemilikan hak cipta/hak paten/hak lainnya pada saat

hak dimaksud akan dimanfaatkan oleh orang, instansi

atau perusahaan lain.

(4) Software

Software computer yang masuk dalam kategori Aset Tak

Berwujud adalah software yang bukan merupakan bagian

tak terpisahkan dari hardware komputer tertentu. Jadi

software ini adalah yang dapat digunakan di komputer

Page 72: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

72

jdih.kendalkab.go.id

lain.

(5) Lisensi

Adalah izin yang diberikan pemilik Hak Paten atau Hak

Cipta yang diberikan kepada pihak lain berdasarkan

perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat

ekonomi dari suatu Hak Kekayaan Intelektual yang diberi

perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.

(6) Hasil Kajian/Penelitian yang memberikan manfaat jangka

panjang

Hasil kajian/pengembangan yang memberikan manfaat

jangka panjang adalah suatu kajian atau pengembangan

yang memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial

dimasa yang akan datang yang dapat diidentifikasi sebagai

aset.

(7) Aset Tak Berwujud Lainnya

Aset Tak berwujud Lainnya merupakan jenis aset tak

berwujud yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam jenis

aset tak berwujud yang ada.

(8) Aset Tak Berwujud dalam Pengerjaan

Terdapat kemungkinan pengembangan suatu Aset Tak

Berwujud yang diperoleh secara internal yang jangka

waktu penyelesaiannya melebihi satu tahun anggaran

atau pelaksanaan pengembangannya melewati tanggal

pelaporan. Dalam hal terjadi seperti ini, maka atas

pengeluaran yang telah terjadi dalam rangka

pengembangan tersebut sampai dengan tanggal pelaporan

harus diakui sebagai Aset Tak Berwujud dalam Pengerjaan

(intangible asset–work in progress), dan setelah pekerjaan

selesai kemudian akan direklasifikasi menjadi Aset Tak

Berwujud yang bersangkutan.

b) Pengakuan

Untuk dapat diakui sebagai Aset Tak Berwujud harus dapat

dibuktikan bahwa aktivitas/kegiatan tersebut telah

memenuhi:

(1) Definisi dari Aset Tak Berwujud; dan

Page 73: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

73

jdih.kendalkab.go.id

(2) Kriteria pengakuan.

Aset Tak Berwujud harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

(1) Kemungkinan besar diperkirakan manfaat ekonomi di

masa datang yang diharapkan atau jasa potensial yang

diakibatkan dari Aset Tak Berwujud tersebut akan

mengalir kepada/dinikmati oleh entitas; dan

(2) Biaya perolehan atau nilai wajarnya dapat diukur dengan

andal.

c) Pengukuran

Aset Tak Berwujud diukur dengan harga perolehan, yaitu

harga yang harus dibayar entitas untuk memperoleh suatu

Aset Tak Berwujud hingga siap untuk digunakan dan Aset Tak

Berwujud tersebut mempunyai manfaat ekonomi yang

diharapkan di masa datang atau jasa potensial yang melekat

pada aset tersebut akan mengalir masuk kedalam entitas

tersebut.

Biaya untuk memperoleh Aset Tak Berwujud dengan

pembelian terdiri dari:

(1) Harga beli, termasuk biaya import dan pajak-pajak, setelah

dikurangi dengan potongan harga dan rabat; dan

(2) Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung

dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat

aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang

dimaksudkan.

Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung

adalah:

(a) Biaya staf yang timbul secara langsung agar aset tersebut

dapat digunakan;

(b) Biaya profesional yang timbul secara langsung agar aset

tersebut dapat digunakan; dan

(c) Biaya pengujian untuk menjamin aset tersebut dapat

berfungsi secara baik.

Pengukuran Aset Tak Berwujud yang diperoleh secara internal

adalah:

(1) Aset Tak Berwujud dari kegiatan pengembangan yang

memenuhi syarat pengakuan, diakui sebesar biaya

Page 74: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

74

jdih.kendalkab.go.id

perolehan yang meliputi biaya yang dikeluarkan sejak

memenuhi kriteria pengakuan;

(2) Pengeluaran atas unsur tidak berwujud yang awalnya

telah diakui oleh entitas sebagai beban tidak boleh diakui

sebagai bagian dari harga perolehan Aset Tak Berwujud di

kemudian hari; dan

(3) Aset Tak Berwujud yang dihasilkan dari pengembangan

software komputer, maka pengeluaran yang dapat

dikapitalisasi adalah pengeluaran tahap pengembangan

aplikasi.

Aset yang memenuhi definisi dan syarat pengakuan aset tak

berwujud, namun biaya perolehannya tidak dapat ditelusuri

dapat disajikan sebesar nilai wajar.

d) Penyajian dan Pengungkapan

ATB disajikan dalam neraca sebagai bagian dari “Aset

Lainnya”. Hal-hal yang diungkapkan dalam LaporanKeuangan

atas Aset Tak Berwujud antara lain sebagai berikut:

(1) Masa manfaat dan metode amortisasi;

(2) Nilai tercatat bruto, akumulasi amortisasi dan nilai sisa

Aset Tak Berwujud; dan

(3) Penambahan maupun penurunan nilai tercatat pada awal

dan akhir periode, termasuk penghentian dan pelepasan

Aset Tak Berwujud.

e) Amortisasi

(1) Amortisasi adalah alokasi harga perolehan Aktiva Tak

Berwujud secara sistematis dan rasional selama masa

manfaatnya;

(2) Terhadap Aset Tak Berwujud dilakukan amortisasi,

kecuali atas Aset Tak Berwujud yang memiliki masa

manfaat tak terbatas.

f) Pengakuan Amortisasi Aset Tak Berwujud

Pengakuan amortisasi Aset Tak Berwujud dilakukan setiap

akhir tahun saat akan dilakukan penyusunan Laporan

Keuangan.

g) Pengukuran Amortisasi Aset Tak Berwujud

Page 75: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

75

jdih.kendalkab.go.id

(1) Pengukuran jumlah amortisasi Aset Tak Berwujud dengan

menggunakan metode garis lurus. Metode garis lurus

dilakukan dengan mengalokasikan nilai yang dapat

diamortisasi secara merata setiap tahun selama Masa

Manfaat;

(2) Penghitungan amortisasi tak berwujud tanpa

memperhitungkan adanya nilai residu. Nilai residu

merupakan nilai buku Aset Tak Berwujud pada akhir

Masa Manfaat;

(3) Penghitungan dan pencatatan amortisasi Software

Komputer dilakukan dalam satuan mata uang Rupiah

dengan pembulatan hingga satuan Rupiah terkecil;

(4) Untuk Aset Tak Berwujud Software Komputer masa

manfaatnya dihitung selama 4 tahun. Penentuan Masa

Manfaat Software Komputer dilakukan dengan

memperhatikan faktor-faktor, antara lain :

(a) Ketentuan hukum atau perjanjian yang membatasi

masa manfaat maksimum.

(b) Pengaruh keusangan, permintaan, persaingan dan

faktor keekonomian lain dapat mengurangi masa

manfaat.

h) Penyajian dan Pengungkapan Aset Tak Berwujud

(1) Amortisasi Aset Tak Berwujud setiap tahun disajikan

sebagai akumulasi amortisasi di Neraca periode berjalan

berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis

Akrual;

(2) Amortisasi Aset Tidak Berwujud diakumulasikan setiap

tahun;

(3) Amortisasi Aset Tidak Berwujud disajikan dalam akun

Akumulasi Amortisasi;

(4) Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud merupakan

pengurang pos Aset Tidak Berwujud, selain itu Amortisasi

juga akan diungkapkan dalam Laporan Operasional

sebagai “Beban Amortisasi”.

i) Pengeluaran Setelah Perolehan Aset Tak Berwujud

(1) Pengeluaran setelah perolehan dapat dikapitalisasi ke

dalam nilai Aset Tak Berwujud apabila pengeluaran

tersebut dapat diatribusikan langsung terhadap Aset Tak

Berwujud dimaksud;

Page 76: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

76

jdih.kendalkab.go.id

(2) Kapitalisasi terhadap pengeluaran setelah perolehan

Aset Tak Berwujud harus memenuhi kriteria

meningkatkan fungsi atau meningkatkan efisiensi Aset

Tak Berwujud dimaksud. Apabila pengeluaran tidak

memenuhi salah satu kriteria tersebut, maka pengeluaran

harus dianggap sebagai beban pemeliharaan pada saat

terjadinya. Misalnya, pengeluaran untuk teknisi software

dalam rangka memperbaiki software agar dapat

dioperasikan kembali, pengeluaran ini sifatnya tidak

meningkatkan fungsi atau efisiensi software tersebut

tetapi hanya mengembalikan ke kondisi semula, sehingga

tidak perlu dikapitalisasi.

(3) Tidak terdapat batasan minimal kapitalisasi Aset Tak

Berwujud.

5) Aset Lain-Lain

a) Definisi

Aset Lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang

tidak dapat dikelompokkan dalam aset tak berwujud, tagihan

penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan, tuntutan

ganti rugi, dan kemitraan dengan pihak ketiga.

Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari

penggunaan aktif pemerintah direklasifikasi ke dalam Aset

Lain-lain. Hal ini dapat disebabkan karena rusak berat,

usang, dan/atau aset tetap yang tidak digunakan karena

sedang menunggu proses pemindahtanganan (proses

penjualan, sewa beli, penghibahan, penyertaan modal).

b) Pengakuan

Pengakuan aset lain-lain diakui pada saat dihentikan dari

penggunaan aktif pemerintah dan direklasifikasikan ke dalam

aset lain-lain.

c) Pengukuran

Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari

penggunaan aktif pemerintah direklasifikasi ke dalam

AsetLain-lain menurut nilai tercatatnya.Aset lain-lain yang

berasal dari reklasifikasi aset tetap disusutkan mengikuti

kebijakan penyusutan aset tetap. Proses penghapusan

Page 77: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

77

jdih.kendalkab.go.id

terhadap aset lain – lain dilakukan paling lama 12 bulan sejak

direklasifikasi kecuali ditentukan lain menurut ketentuan

perundang-undangan.

d) Penyajian dan Pengungkapan

Aset Lain-lain disajikan di dalam kelompok Aset Lainnya

dan diungkapkan secara memadai di dalam CaLK.

Hal-hal yang perlu diungkapkan antara lain adalah faktor-

faktor yang menyebabkan dilakukannya penghentian

penggunaan, jenis aset tetap yang dihentikan penggunaannya,

dan informasi lainnya yang relevan.

Page 78: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

78

jdih.kendalkab.go.id

BAB V

KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN

A. UMUM

1. Tujuan

Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan

akuntansi kewajiban meliputi saat pengakuan, penentuan nilai

tercatat dan biaya pinjaman yang dibebankan terhadap kewajiban

tersebut.

2. Ruang Lingkup

a) Kebijakan akuntansi ini diterapkan untuk seluruh entitas

BLUD UPTD Puskesmas yang menyajikan laporan keuangan

untuk tujuan umum dan mengatur tentang perlakuan

akuntansinya, termasuk pengakuan, pengukuran, penyajian,

dan pengungkapan yang diperlukan.

b) Kebijakan akuntansi ini mengatur:

1) Akuntansi Kewajiban BLUD termasuk kewajiban jangka

pendek dan kewajiban jangka panjang yang ditimbulkan

dari Utang Dalam Negeri dan Utang Luar Negeri.

Kewajiban jangka panjang mengikuti peraturan kepala

daerah.

2) Perlakuan akuntansi untuk biaya yang timbul dari utang

BLUD UPTD Puskesmas.

3. Definisi Kewajiban

a) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu

yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber

daya ekonomi pemerintah.

b) Kewajiban Jangka Pendek adalah suatu kewajiban yang

diharapkan dibayar (atau jatuh tempo) dalam waktu 12 bulan.

c) Kewajiban jangka panjang adalah semua kewajiban

pemerintah daerah yang waktu jatuh temponya lebih dari 12

bulan sejak tanggal pelaporan.

B. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

1. Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

a) Definisi Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

1) Utang Perhitungan Fihak Ketiga, selanjutnya disebut

Utang PFK merupakan utang BLUD kepada pihak lain

yang disebabkan kedudukan BLUD sebagai pemotong

pajak atau pungutan lainnya, seperti Pajak Penghasilan

(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), BPJS, Taspen, dan

Page 79: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

79

jdih.kendalkab.go.id

Taperum.

2) Potongan PFK tersebut seharusnya diserahkan kepada

pihak lain (Kas Negara cq. pendapatan pajak, PT Taspen,

PT Asabri, Bapertarum, dan BPJS) sejumlah yang sama

dengan jumlah yang dipungut/dipotong.

b) Pengakuan Utang Perhitungan Fihak Ketiga

(PFK)

Utang PFK diakui pada saat dilakukan pemotongan oleh

Bendahara Pengeluaran atas pengeluaran dari kas BLUD

untuk pembayaran tertentu seperti gaji dan tunjangan

pegawai serta pengadaan barang dan jasa termasuk barang

modal atau pada saat terbitnya SPM (Surat Perintah

Membayar).

c) Pengukuran Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah

sebesar kewajiban PFK yang sudah dipotong oleh Bendahara

Pengeluaran namun belum disetorkan kepada yang

berkepentingan.

d) Penyajian dan Pengungkapan Utang Perhitungan Fihak

Ketiga (PFK)

1) Utang PFK merupakan utang jangka pendek yang harus

segera dibayar. Oleh karena itu terhadap utang semacam

ini disajikan di neraca dengan klasifikasi/pos Kewajiban

Jangka Pendek.

2) Pada akhir periode pelaporan jika masih terdapat saldo

pungutan/potongan yang belum disetorkan kepada pihak

lain. Jumlah saldo pungutan/potongan tersebut harus

dicatat pada laporan keuangan sebesar jumlah yang masih

harus disetorkan.

2. Kewajiban untuk Dikonsolidasikan

a) Definisi Kewajiban untuk Dikonsolidasikan

1) Kewajiban untuk dikonsolidasikan adalah kewajiban

yang dicatat karena adanya hubungan timbal balik antara

Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) yang

dikelola oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD),

Perangkat Daerah (PD), dan BLUD.

2) Kewajiban ini tereliminasi saat dilakukan konsolidasi

antara PPKD dengan PD, dan BLUD. Kewajiban untuk

dikonsolidasikan hanya terdiri dari R/K PPKD, R/K SKPD,

dan R/K BLUD.

3) Akun ini menurut Permendagri dan otda Nomor 64 Tahun

2013 diakomodasi dalam akun Ekuitas untuk

Dikonsolidasikan.

4) Akun ini digunakan sebagai akun untuk transaksi timbal

Page 80: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

80

jdih.kendalkab.go.id

balik dengan akun Aset untuk Dikonsolidasikan sesuai

dengan metode pencatatan transaksi antar kantor. Sebagai

akun timbal balik maka akun ini akan tereliminasi dengan

akun Aset untuk dikonsolidasikan pada saat penyusunan

laporan keuangan.

b) Pengakuan Kewajiban untuk Dikonsolidasikan

Pengakuan aset untuk dikonsolidasikan pada saat terjadi

transaksi yang melibatkan transaksi BLUD.

c) Pengukuran Kewajiban untuk Dikonsolidasikan

1) Pengukuran kewajiban untuk dikonsolidasikan

berdasarkan nilai transaksi dari transaksi yang terjadi.

2) Kewajiban untuk dikonsolidasikan ini akan mempunyai

nilai yang sama dengan Aset untuk dikonsolidasikan

sehingga pada saat dilakukan penyusunan laporan

konsolidasi akun-akun ini akan saling mengeliminasi

d) Pengungkapan Kewajiban untuk Dikonsolidasikan

Kewajiban untuk dikonsolidasikan diungkapkan pada Neraca

dalam klasifikasi Kewajiban Jangka Pendek. Pada laporan

konsolidasi akun ini tereliminasi.

3. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

a) Definisi Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

Bagian Lancar Utang Jangka Panjangmerupakan bagian

utang jangka panjang baik pinjaman dari dalam negeri maupun luar negeri yang akan jatuh tempo dan diharapkan

akan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah

tanggal neraca.

b) Pengakuan Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

1) Akun ini diakui pada saat melakukan reklasifikasi

pinjaman jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam

waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca pada

setiap akhir periode akuntansi, kecuali bagian lancar

utang jangka panjang yang akan didanai kembali.

2) Termasuk dalam Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

adalah utang jangka panjang yang persyaratan

tertentunya telah dilanggar sehingga kewajiban tersebut

menjadi kewajiban jangka pendek (payable on demand).

c) Pengukuran Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

Nilai yang dicantumkan di neraca untuk bagian lancar utang

jangka panjang adalah sebesar jumlah yang akan jatuh tempo

dalam waktu 12 (duabelas) bulan setelah tanggal neraca.

Dalam kasus kewajiban jangka pendek yang terjadi karena

payable on demand, nilai yang dicantumkan di neraca adalah

sebesar saldo utang jangka panjang beserta denda dan

kewajiban lainnya yang harus ditanggung oleh peminjam

Page 81: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

81

jdih.kendalkab.go.id

sesuai perjanjian.

d) Penyajian dan Pengungkapan Bagian Lancar Utang Jangka

Panjang

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang disajikan dineraca

sebagai kewajiban jangka pendek. Rincian Bagian Lancar

Utang Jangka Panjang untuk masing-masing jenis

utang/pemberi pinjaman diungkapkan di CaLK.

4. Pendapatan Diterima Dimuka

a) Definisi Pendapatan Diterima Dimuka

Pendapatan Diterima Dimuka adalah kewajiban yang timbul

karena adanya kas yang telah diterima tetapi sampai dengan

tanggal neraca seluruh atau sebagian barang/jasa belum

diserahkan oleh BLUD kepada pihak lain.

b) Pengakuan Pendapatan Diterima Dimuka

Pendapatan Diterima Dimuka diakui pada saat

terdapat/timbul klaim pihak ketiga kepada BLUD terkait kas

yang telah diterima dari pihak ketiga tetapi belum ada

penyerahan barang/jasa dari BLUD.

c) Pengukuran Pendapatan Diterima Dimuka

Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah

sebesar bagian barang/jasa yang belum diserahkan oleh

BLUD kepada pihak ketiga sampai dengan tanggal neraca.

d) Penyajian dan Pengungkapan Pendapatan Diterima

Dimuka

Pendapatan Diterima Dimuka disajikan sebagai kewajiban

jangka pendek di neraca. Rincian Pendapatan Diterima

Dimuka diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan

(CaLK).

5. Beban yang Masih Harus Dibayar

a) Definisi Beban yang Masih Harus Dibayar

1) Beban yang Masih Harus Dibayar adalah kewajiban BLUD

yang timbul karena entitas mengikat kontrak pengadaan

barang atau jasa dari pihak ketiga yang pembayarannya

akan dilakukan di kemudian hari atau sampai tanggal

pelaporan belum dilakukan pembayaran.

2) Beban yang Masih Harus Dibayar ini pada umumnya

terjadi karena:

(a) Adanya beban yang seharusnya sudah dibayarkan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan tetapi

sampai dengan tanggal pelaporan belum dilakukan

pembayaran.

(b) Pihak ketiga memang melaksanakan praktik

menyediakan barang atau jasa dimuka dan melakukan

Page 82: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

82

jdih.kendalkab.go.id

penagihan di belakang. Sebagai contoh, penyediaan

barang berupa listrik, air PAM, telpon oleh masing-

masing perusahaan untuk suatu bulan baru ditagih

oleh yang bersangkutan kepada entitas selaku

pelanggannya pada bulan atau bulan-bulan

berikutnya.

e) Pengakuan Utang Beban

Utang Beban diakui pada saat :

Beban secara peraturan perundang-undangan sudah terjadi

tetapi sampai dengan tanggal pelaporan belum dibayar.

f) Pengukuran Utang Beban

Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah

sebesar beban yang belum dibayar oleh pemerintah daerah

sesuai perjanjian atau perikatan sampai dengan tanggal

neraca.

g) Penyajian dan pengungkapan Utang Beban

Utang Beban disajikan Neraca dalam klasifikasi kewajiban

jangka pendek dan rinciannya diungkapkan dalam Catatan

atas Laporan Keuangan (CaLK).

6. Utang Jangka Pendek Lainnya

a) Definisi Utang Jangka Pendek Lainnya

Utang Jangka Pendek Lainnyaadalah kewajiban jangka

pendek yang tidak dapat diklasifikasikan dalam kewajiban

jangka pendek seperti pada akun di atas.

b) Pengakuan Utang Jangka Pendek Lainnya

Utang Jangka Pendek Lainnya diakui pada saat terdapat/

timbul klaim kepada pemerintah daerah terkait kas yang telah

diterima tetapi belum ada pembayaran/pengakuan sampai dengan tanggal pelaporan dan atau saat tagihan diterima.

c) Pengukuran Utang Jangka Pendek Lainnya

Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah

sebesar kewajiban yang belum dibayar/diakui sampai dengan

tanggal neraca dan atau saat tagihan diterima.

d) Penyajiandan Pengungkapan Utang Jangka Pendek

Lainnya

Utang Jangka Pendek Lainnya disajikan sebagai kewajiban

jangka pendek di Neraca. Rinciannya diungkapkan dalam

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Page 83: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

83

jdih.kendalkab.go.id

C. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG.

1. Utang Dalam Negeri

a) Definisi Utang Dalam Negeri

1) Utang Dalam Negeri adalah semua kewajiban pemerintah

daerah yang waktu jatuh temponya lebih dari 12 bulan

dan diperoleh dari sumber-sumber dalam negeri.

2) Yang termasuk dalam utang dalam negeri diantaranya

adalah:

(a) Utang Dalam Negeri – sektor perbankan;

(b) Utang Dalam Negeri – sektor lembaga keuangan non

bank;

(c) Utang Dalam Negeri – obligasi;

(d) Utang pemerintah pusat;

(e) Utang pemerintah provinsi; dan

(f) Utang pemerintah kabupaten/kota.

b) Pengakuan Utang Dalam Negeri

1) Sepanjang tidak diatur secara khusus dalam perjanjian

pinjaman, utang dalam negeri diakui pada saat dana

diterima di Kas BLUD/saat terjadi transaksi penjualan

obligasi.

2) Sehubungan dengan transaksi penjualan utang obligasi,

bunga atas utang obligasi diakui sejak saat penerbitan

utang obligasi tersebut, atau sejak tanggal pembayaran

bunga terakhir, sampai saat terjadinya transaksi.

c) Pengukuran Utang Dalam Negeri

1) Jumlah utang yang tercantum dalam naskah perjanjian

merupakan komitmen maksimum jumlah pendanaan yang

disediakan oleh pemberi pinjaman. Penerima pinjaman

belum tentu menarik seluruh jumlah pendanaan tersebut,

sehingga jumlah yang dicantumkan dalam neraca untuk

utang dalam negeri adalah sebesar jumlah dana yang telah

ditarik oleh penerima pinjaman.

2) Dalam perkembangan selanjutnya, pembayaran pokok

pinjaman akan mengurangi jumla hutang sehingga jumlah

yang dicantumkan dalam neraca dalah sebesar total

penarikan dikurangi dengan pelunasan.

3) Terkait dengan Utang Obligasi dicatat sebesar nilai

nominal/par, ditambah premium atau dikurangi diskon

yang disajikan pada akun terpisah. Nilai nominal Utang

Obligasi tersebut mencerminkan nilai yang tertera pada

lembar surat utang pemerintah daerah dan merupakan

nilai yang akan dibayar pemerintah pada saat jatuh

tempo.

Page 84: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

84

jdih.kendalkab.go.id

d) Penyajian dan Pengungkapan Utang Dalam Negeri

Utang Dalam Negeri disajikan sebagai kewajiban jangka

panjang. Rincian utang diungkapkan di Catatan atas Laporan

Keuangan (CaLK) berdasarkan pemberi pinjaman.

Sesuai dengan PSAP 9 paragraf 21 disebutkan bahwa

kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau

pada saat kewajiban timbul.

2. Utang Jangka Panjang Lainnya

a) Definisi Utang Jangka Panjang Lainnya

1) Utang jangka panjang lainnya adalah utang jangka

panjang yang tidak termasuk pada kelompok Utang Dalam

dan Utang Luar Negeri, misalnya Utang Kemitraan

2) Utang Kemitraanmerupakan utang yang berkaitan

dengan adanya kemitraan pemerintah dengan pihak ketiga

dalam bentuk Bangun, Serah, Guna (BSG).

3) Penyerahan aset oleh pihak ketiga/investor kepada

pemerintah disertai dengan pembayaran kepada investor

sekaligus atau secara bagi hasil.

4) Utang Kemitraan dengan Pihak Ketiga timbul apabila

pembayaran kepada investor dilakukan secara angsuran

atau secara bagi hasil pada saat penyerahan aset

kemitraan.

5) Utang Kemitraan disajikan pada neraca sebesar dana yang

dikeluarkan investor untuk membangun aset tersebut.

Apabila pembayaran dilakukan dengan bagi hasil, utang

kemitraan disajikan sebesar dana yang dikeluarkan

investor setelah dikurangi dengan nilai bagi hasil yang

dibayarkan.

b) Pengakuan Utang Jangka Panjang Lainnya

1) Utang kemitraan diakui pada saat aset diserahkan oleh

pihak ketiga kepada pemerintah yang untuk selanjutnya

akan dibayar sesuai perjanjian, misalnya secara angsuran.

2) Pengakuan mengenai utang kemitraan dapat dilihat pada

kebijakan aset lainnya – kemitraan dengan pihak ketiga.

c) Pengukuran Utang Jangka Panjang Lainnya

1) Utang kemitraan diukur berdasarkan nilai yang disepakati

dalam perjanjian kemitraan BSG sebesar nilai yang belum

dibayar.

2) Pengukuran mengenai utang kemitraan dapat dilihat pada

kebijakan aset lainnya – kemitraan dengan pihak ketiga.

d) Penyajian dan Pengungkapan Utang Jangka Panjang

Lainnya

Page 85: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

85

jdih.kendalkab.go.id

1) Utang kemitraan disajikan dalam Neraca dengan

klasifikasi/pos Utang Jangka Panjang. Rincian Utang

kemitraan untuk masing- masing perjanjian kerjasama

diungkapkan dalam CaLK.

Pengungkapan mengenai utang kemitraan dapat dilihat

pada kebijakan aset lainnya – kemitraan dengan pihak

ketiga.

Page 86: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

86

jdih.kendalkab.go.id

BAB VI

KEBIJAKAN AKUNTANSI EKUITAS

A. UMUM.

1. Tujuan.

a) Tujuan kebijakan akuntansi ekuitas adalah untuk mengatur

perlakuan akuntansi atas ekuitas dan informasi lainnya

dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana

ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.

b) Perlakuan akuntansi ekuitas mencakup definisi, pengakuan,

dan pengungkapannya.

2. Ruang Lingkup.

Kebijakan ini diterapkan dalam akuntansi ekuitas yang disusun

dan disajikan dengan menggunakan akuntansi berbasis akrual.

Kebijakan ini diterapkan untuk entitas akuntansi/entitas

pelaporan BLUD.

3. Definisi Ekuitas.

a) Ekuitas adalah kekayaan bersih BLUD yang merupakan

selisih antara aset dan kewajiban BLUD pada tanggal laporan.

b) Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada

Laporan Perubahan Ekuitas (LPE).

c) Saldo Ekuitas berasal dari Ekuitas awal ditambah (dikurang)

oleh Surplus/Defisit LO dan perubahan lainnya seperti

koreksi nilai persediaan, selisih evaluasi Aset Tetap, dan lain-

lain yang tersaji dalam Laporan Perubahan Ekuitas (LPE).

d) Akun ekuitas menurut kebijakan ini tidak mengakomodasi

Ekuitas untuk Dikonsolidasikan dan Ekuitas SAL (Saldo

Anggaran Lebih) sesuai dalam Permendagri dan otda Nomor

64 Tahun 2013.

e) Dengan tidak diakomodasinya akun Ekuitas untuk

Dikonsolidasikan dan Ekuitas SAL maka Laporan Interim

untuk Neraca akan menyajikan nilai ekuitas yang sebenarnya.

4. Pengakuan Ekuitas.

Pengakuan ekuitas berdasarkan saat pengakuan aset dan

kewajiban.

5. Pengukuran Ekuitas.

Pengukuran atas ekuitas berdasarkan pengukuran atas aset dan

kewajiban.

6. Penyajian Dan Pengungkapan Ekuitas.

Ekuitas disajikan dalam Neraca dan dijelaskan rinciannya dalam

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Page 87: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

87

jdih.kendalkab.go.id

BAB VII

KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN – LRA

A. UMUM.

1. Tujuan.

Menetapkan dasar-dasar penyajian realisasi dan anggaran

pendapatan pada entitas pelaporan dalam rangka memenuhi

tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan

perundang-undangan.

Perbandingan antara anggaran dan realisasi pendapatan

menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah

disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan

perundang- undangan.

2. Ruang Lingkup.

a) Kebijakan ini diterapkan dalam akuntansi Pendapatan-LRA

dalam penyusunan laporan realisasi anggaran.

b) Pernyataan kebijakan ini berlaku untuk entitas

akuntansi/pelaporan BLUD, yang memperoleh anggaran

berdasarkan APBD.

3. Definisi Pendapatan LRA.

a) Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan BLUD yang

menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun

anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak BLUD dan

tidak perlu dibayar kembali oleh BLUD.

b) Rekening BLUD adalah rekening tempat penyimpanan uang

BLUD yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung

seluruh penerimaan BLUD dan membayar seluruh

pengeluaran BLUD pada bank yang ditetapkan.

c) Saldo Anggaran Lebih adalah akumulasi saldo yang berasal

dari akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-tahun anggaran

sebelumnya dan tahun berjalan serta penyesuaian lain yang

diperkenankan.

d) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)

adalah selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA

dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan

dalam APBD selama satu periode pelaporan.

e) Surplus/defisit-LRA adalah selisih lebih/kurang antara

pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan.

f) Pendapatan LRA terdiri dari:

1) Pendapatan Jasa Layanan dari Masyarakat;

2) Pendapatan Jasa Layanan dari Entitas

Akuntansi/Entitas Pelaporan;

Page 88: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

88

jdih.kendalkab.go.id

3) Pendapatan Hasil Kerja Sama;

4) Pendapatan Hibah; dan

5) Pendapatan Usaha Lainnya.

4. Pengakuan Pendapatan LRA.

Pendapatan LRA diakui menjadi pendapatan BLUD pada saat

pendapatan kas yang diterima BLU diakui sebagai

pendapatan oleh unit yang mempunyai fungsi

perbendaharaan umum.

5. Pengukuran Pendapatan LRA.

a) Pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu

dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat

jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan

pengeluaran).

b) Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA

bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud

dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan

proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.

c) Khusus untuk pendapatan dari Kerja Sama Operasi, diakui

berdasarkan asas neto dengan terlebih dahulu mengeluarkan

bagian pendapatan yang merupakan hak mitra Kerja Sama

Operasi.

6. Penyajian dan Pengungkapan Pendapatan LRA.

a) Pendapatan – LRA disajikan dalam Laporan Realisasi

Anggaran dengan basis kas dan disajikan dalam mata uang

rupiah. Rinciannya dijelaskan dalam Catatan atas Laporan

Keuangan (CaLK).

b) Hal-hal yang harus diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan

Keuangan (CaLK) terkait dengan pendapatan adalah:

1) Penerimaan pendapatan tahun berkenaan setelah

tanggal berakhirnya tahun anggaran.

2) Penjelasan mengenai pendapatan yang pada tahun

pelaporan yang bersangkutan terjadi hal-hal yang bersifat

khusus.

3) Penjelasan sebab-sebab tidak tercapainya target

penerimaan pendapatan daerah.

4) Informasi lainnya yang dianggap perlu.

Page 89: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

89

jdih.kendalkab.go.id

BAB VIII

KEBIJAKAN AKUNTANSI BELANJA

A. UMUM.

1. Tujuan.

Kebijakan akuntansi belanja mengatur perlakuan akuntansi atas

belanja yang meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian dan

pengungkapannya dalam penyusunan Laporan Keuangan BLUD.

2. Ruang Lingkup.

Kebijakan ini diterapkan dalam akuntansi belanja yang disusun

dan disajikan dengan menggunakan akuntansi berbasis kas.

B. DEFINISI BELANJA.

1. Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas BLUD dan

atau Bendahara Pengeluaran yang mengurangi Saldo Anggaran

Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak

akan diperoleh pembayarannya kembali oleh BLUD.

2. Belanja merupakan unsur/komponen penyusunan Laporan

Realisasi Anggaran (LRA).

3. Belanja terdiri dari belanja operasi dan belanja modal.

4. Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan

sehari- hari yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja

operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang dan

jasa, belanja bunga, dan belanja lain-lain.

5. Belanja pegawai merupakan kompensasi terhadap pegawai baik

dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada

pejabat negara, pegawai negeri sipil, dan pegawai yang

dipekerjakan oleh pemerintah daerah yang belum berstatus PNS

sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali

pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.

6. Belanja barang dan jasa adalah pengeluaran anggaran untuk

pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12

(dua belas) bulan dalam melaksanakan program dan kegiatan

BLUD.

7. Belanja Bunga merupakan pengeluaran anggaran untuk

pembayaran bunga (interest) yang dilakukan atas kewajiban

penggunaan pokok utang (principal outstanding) termasuk beban

pembayaran biaya-biaya yang terkait dengan pinjaman dan hibah

yang diterima pemerintah daerah seperti biaya commitment fee

dan biaya denda.

8. Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan

aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu

periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja

modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan,

Page 90: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

90

jdih.kendalkab.go.id

dan aset tak berwujud.

Nilai yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga

beli/bangunan aset ditambah seluruh belanja yang terkait

dengan pengadaan/ pembangunan aset sampai aset tersebut siap

digunakan.

9. Klasifikasi Belanja secara terinci diuraikan dalam Bagan Akun

Standar (BAS).

C. PENGAKUAN.

Belanja diakui pada saat:

Pengeluaran kas yang dilakukan oleh bendahara

pengeluaran/rekening BLUD disahkan oleh unit yang mempunyai

fungsi perbendaharaan umum.

D. PENGUKURAN.

1. Pengukuran belanja berdasarkan realisasi klasifikasi yang

ditetapkan dalam dokumen anggaran.

2. Pengukuran belanja dilaksanakan berdasarkan azas bruto dan

diukur berdasarkan nilai nominal yang dikeluarkan dan

tercantum dalam dokumen pengeluaran yang sah.

E. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN.

1. Belanja disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sesuai

dengan klasifikasi ekonomi, yaitu:

a) Belanja Operasi

b) Belanja Modal

dan dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

2. Belanja disajikan dalam mata uang rupiah. Apabila pengeluaran

kas atas belanja dalam mata uang asing, maka pengeluaran

tersebut dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

Penjabaran mata uang asing tersebut menggunakan kurs tengah

Bank Indonesia pada tanggal transaksi.

3. Perlu diungkapkan juga mengenai pengeluaran belanja tahun

berkenaan setelah tanggal berakhirnya tahun anggaran,

penjelasan sebab-sebab tidak terserapnya anggaran belanja

daerah, referensi silang antar akun belanja modal dengan

penambahan aset tetap, penjelasan kejadian luar biasa dan

informasi lainnya yang dianggap perlu.

Page 91: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

91

jdih.kendalkab.go.id

BAB IX

KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN

A. UMUM.

1. Tujuan.

a) Tujuan kebijakan akuntansi pembiayaan adalah untuk

mengatur perlakuan akuntansi atas transfer dan informasi

lainnya dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas

sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-

undangan.

b) Perlakuan akuntansi pembiayaan mencakup definisi,

pengakuan, dan pengungkapannya.

2. Ruang Lingkup.

Kebijakan ini diterapkan dalam akuntansi pembiayaan yang

disusun dan disajikan dengan menggunakan akuntansi berbasis

kas. Kebijakan ini diterapkan untuk entitas akuntansi/entitas

pelaporan BLUD.

3. Definisi.

a) Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu

dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima

kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun

tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran

BLUD terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau

memanfaatkan surplus anggaran.

b) Pembiayaan terdiri dari :

1) Penerimaan pembiayaan, dan

2) Pengeluaran pembiayaan.

B. PENERIMAAN PEMBIAYAAN.

1. Definisi Penerimaan Pembiayaan.

Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening

BLUD antara lain berasal dari penerimaan pinjaman,

pemanfaatan SILPA periode sebelumnya, dan divestasi.

2. Pengakuan Penerimaan Pembiayaan.

Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening

BLUD.

3. Pengukuran Penerimaan Pembiayaan.

Penerimaan Pembiayaan diukur berdasarkan nilai nominal dari

transaksi. Penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan

azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan

tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan

pengeluaran).

Page 92: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

92

jdih.kendalkab.go.id

4. Penyajian dan Pengungkapan Penerimaan Pembiayaan.

Pembiayaan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

dan rinciannya dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan

(CaLK).

C. PENGELUARAN PEMBIAYAAN.

1. Definisi Pengeluaran Pembiayaan.

Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran BLUD

antara lain investasi, pembayaran kembali pokok pinjaman

dalam periode tahun anggaran tertentu.

2. Pengakuan Pengeluaran Pembiayaan.

Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat terjadinya

pengeluaran kas dari Rekening BLUD.

3. Pengukuran Pengeluaran Pembiayaan.

Pengeluaran Pembiayaan diukur berdasarkan nilai nominal

transaksi. Pengeluaran pembiayaan dilaksanakan berdasarkan

azas bruto.

4. Penyajian dan Pengungkapan Pengeluaran Pembiayaan.

Pembiayaan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

dan rinciannya dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan

(CaLK).

Page 93: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

93

jdih.kendalkab.go.id

BAB X

KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN–LO

A. UMUM.

1. Tujuan.

Menetapkan dasar-dasar penyajian pendapatan dalam Laporan

Operasional untuk BLUD dalam rangka memenuhi tujuan

akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana

ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.

2. Ruang Lingkup.

Kebijakan ini diterapkan dalam akuntansi Pendapatan-LO yang

disusun dan disajikan dengan menggunakan akuntansi berbasis

akrual. Kebijakan ini diterapkan untuk entitas akuntansi/entitas

pelaporan BLUD.

Jenis-jenis Pendapatan-LO.

1) Pendapatan-LO dari kegiatan operasional, terdiri atas:

- Pendapatan dari alokasi APBD;

- Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat;

- Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas

akuntansi/entitas pelaporan;

- Pendapatan hasil kerja sama;

- Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk

kas/barang/jasa; dan

- Pendapatan BLU Lainnya.

2) Pendapatan Luar Biasa (Pos Luar Biasa).

B. DEFINISI.

1. Pendapatan-LO adalah hak BLUD yang diakui sebagai penambah

ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan

tidak perlu dibayar kembali.

2. Ekuitas adalah kekayaan bersih BLUD yang merupakan selisih

antara aset dan kewajiban BLUD.

C. PENGAKUAN.

1. Pendapatan-LO diakui pada saat:

a) Timbulnya hak atas pendapatan (earned) atau

b) Pendapatan direalisasi yaitu aliran masuk sumber

daya ekonomi (realized)

2. Pendapatan-LO pada BLUD yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu pelayanan yang telah selesai diberikan berdasarkan

peraturan perundang-undangan, diakui pada saat timbulnya hak

untuk menagih imbalan.

Page 94: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

94

jdih.kendalkab.go.id

3. Pendapatan-LO pada BLUD yang diakui pada saat direalisasi

adalah hak yang telah diterima oleh BLUD tanpa terlebih dahulu

adanya penagihan.

4. Pendapatan APBD diterima berdasarkan alokasi APBD sesuai

dengan penyerapan dari DPA BLUD.

5. Pendapatan layanan BPJS/Asuransi diakui pada saat dokumen

Umpan Balik Verifikasi Pengajuan Klaim (BPJS/Asuransi) kepada

BPJS diterbitkan.

6. Pendapatan lainnya diakui saat hak atas pendapatan sudah bisa

diakui dan dinilai berdasarkan dokumen pendukung terkait

seperti perjanjian kerja sama/Berita Acara Hibah dan dokumen

lainnya.

D. PENGUKURAN.

1. Pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu

dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat

jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

2. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto

(biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak

dapat diestimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum

selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.

3. Pendapatan dalam mata uang asing diukur dan dicatat pada

tanggal transaksi menggunakan kurs tengah Bank Indonesia.

E. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN.

1. Pendapatan-LO disajikan dalam Laporan Operasional (LO) sesuai

dengan klasifikasi dalam BAS. Rincian dari Pendapatan

dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) sesuai

dengan klasifikasi sumber pendapatan.

2. Hal-hal yang harus diungkapkan dalam CaLK terkait dengan

Pendapatan-LO adalah :

a) penerimaan Pendapatan-LO tahun berkenaan setelah

tanggal berakhirnya tahun anggaran;

b) penjelasan mengenai Pendapatan-LO yang pada tahun

pelaporan yang bersangkutan terjadi hal-hal yang bersifat

khusus;

c) Pendapatan Luar Biasa;

d) penjelasan sebab-sebab tidak tercapainya target

penerimaan pendapatan daerah; dan

informasi lainnya yang dianggap perlu.

Page 95: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

95

jdih.kendalkab.go.id

BAB XI

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN

A. UMUM.

1. Tujuan.

Kebijakan akuntansi beban mengatur perlakuan akuntansi atas

beban yang meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian dan

pengungkapannya dalam penyusunan Laporan Keuangan BLUD.

2. Ruang Lingkup.

Kebijakan ini diterapkan dalam akuntansi beban yang disusun

dan disajikan dengan menggunakan akuntansi berbasis akrual.

Kebijakan ini diterapkan untuk entitas akuntansi/entitas

pelaporan BLUD.

B. DEFINISI.

1. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa

dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat

berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya

kewajiban.

2. Beban merupakan unsur/komponen penyusunan Laporan

Opeasional (LO).

3. Beban Operasi adalah pengeluaran uang atau kewajiban untuk

mengeluarkan uang dari entitas dalam rangka kegiatan

operasional entitas agar entitas dapat melakukan fungsinya

dengan baik.

4. Beban Operasi terdiri dari Beban Pegawai, Beban Persediaan,

Beban Jasa, Beban Pemeliharaan, Beban Langganan Daya dan

Jasa, Beban Perjalanan Dinas, Beban Penyusutan Aset, dan

Beban Bunga.

5. Beban pegawai merupakan kompensasi terhadap pegawai baik

dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada

pejabat negara, pegawai negeri sipil, dan pegawai yang

dipekerjakan oleh BLUD yang belum berstatus PNS sebagai

imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali

pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.

6. Beban Barang dan jasa merupakan penurunan manfaat ekonomi

dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat

berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya

kewajiban akibat transaksi pengadaan barang dan jasa yang

habis pakai, perjalanan dinas, pemeliharaan termasuk

pembayaran honorarium kegiatan kepada non pegawai dan

pemberian hadiah atas kegiatan tertentu terkait dengan suatu

prestasi.

7. Beban Bunga merupakan alokasi pengeluaran BLUD untuk

pembayaran bunga (interest) yang dilakukan atas kewajiban

Page 96: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

96

jdih.kendalkab.go.id

penggunaan pokok utang (principal outstanding) termasuk beban

pembayaran biaya-biaya yang terkait dengan pinjaman dan hibah

yang diterima BLUD seperti biaya commitment fee dan biaya

denda.

8. Beban Penyusutan dan amortisasi adalah beban yang terjadi

akibat penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi

pada saat

9. Beban Penyisihan Piutang merupakan cadangan yang harus

dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutang terkait

ketertagihan piutang.

10. Beban Lain-lain adalah beban operasi yang tidak termasuk

dalam kategori tersebut di atas.

11. Beban Non Operasional adalah beban yang sifatnya tidak rutin

dan perlu dikelompokkan tersendiri dalam kegiatan non

operasional.

12. Beban Luar Biasa adalah beban yang terjadi karena kejadian

yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal tahun anggaran,

tidak diharapkan terjadi berulang-ulang, dan kejadian diluar

kendali entitas BLUD.

13. Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi, yaitu

mengelompokkan beban berdasarkan jenis beban dalam Bagan

Akun Standar.

C. PENGAKUAN.

1. Beban diakui pada:

a) Saat timbulnya kewajiban;

b) Saat terjadinya konsumsi aset; dan

c) Saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi

jasa.

2. Saat timbulnya kewajiban artinya beban diakui pada saat

terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke BLUD tanpa diikuti

keluarnya kas dari kas BLUD. Contohnya tagihan rekening

telepon dan rekening listrik yang sudah ada tagihannya belum

dibayar BLUD dapat diakui sebagai beban.

3. Saat terjadinya konsumsi aset artinya beban diakui pada saat

pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului

timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam

kegiatan operasional BLUD.

4. Saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa

artinya beban diakui pada saat penurunan nilai aset sehubungan

dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu.

Contoh penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa adalah

penyusutan atau amortisasi.

5. Bila dikaitkan dengan pengeluaran kas maka pengakuan beban

Page 97: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

97

jdih.kendalkab.go.id

dapat dilakukan dengan tiga kondisi, yaitu:

a) Beban diakui sebelum pengeluaran kas;

b) Beban diakui bersamaan dengan pengeluaran kas; dan

c) Beban diakui setelah pengeluaran kas.

6. Beban diakui sebelum pengeluaran kas dilakukan apabila dalam

hal proses transaksi BLUD terjadi perbedaan waktu antara

pengakuan beban dan pengeluaran kas, dimana pengakuan

beban BLUD dilakukan lebih dulu, maka kebijakan akuntansi

untuk pengakuan beban dapat dilakukan pada saat terbit

dokumen penetapan/pengakuan beban/kewajiban walaupun kas

belum dikeluarkan. Hal ini selaras dengan kriteria telah

timbulnya beban dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

konservatif bahwa jika beban sudah menjadi kewajiban harus

segera dilakukan pengakuan meskipun belum dilakukan

pengeluaran kas.

7. Beban diakui bersamaan dengan pengeluaran kas dilakukan

apabila perbedaan waktu antara saat pengakuan beban dan

pengeluaran kas daerah tidak signifikan, maka beban diakui

bersamaan dengan saat pengeluaran kas.

8. Beban diakui setelah pengeluaran kas dilakukan apabila dalam

hal proses transaksi BLUD terjadi perbedaan waktu antara

pengeluaran kas BLUD dan pengakuan beban, dimana

pengakuan beban dilakukan setelah pengeluaran kas, maka

pengakuan beban dapat dilakukan pada saat barang atau jasa

dimanfaatkan walaupun kas sudah dikeluarkan. Pada saat

pengeluaran kas mendahului dari saat barang atau jasa

dimanfaatkan, pengeluaran tersebut belum dapat diakui sebagai

Beban. Pengeluaran kas tersebut dapat diklasifikasikan sebagai

Beban Dibayar di Muka (akun neraca), Aset Tetap dan Aset

Lainnya.

9. Pengakuan beban pada periode berjalan dilakukan dengan dua

cara sebagai berikut:

a) Beban dengan mekanisme LS akan diakui berdasarkan

terbitnya dokumen SPM LS atau diakui bersamaan dengan

pengeluaran kas dan dilakukan penyesuaian pada akhir

periode akuntansi.

b) Beban dengan mekanisme UP/GU/TU akan diakui

berdasarkan bukti pengeluaran beban telah disahkan oleh

Kuasa Pengguna Anggaran/pada saat Pertanggungjawaban

(SPJ) atau diakui bersamaan dengan pengeluaran kas dari

bendahara pengeluaran dan dilakukan penyesuaian pada

akhir periode akuntansi.

10. Pada saat penyusunan laporan keuangan harus dilakukan

penyesuaian terhadap pengakuan beban, yaitu:

Page 98: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

98

jdih.kendalkab.go.id

a) Beban Pegawai, diakui timbulnya kewajiban beban pegawai

berdasarkan dokumen yang sah, misal daftar gaji.

b) Beban Barang dan Jasa, diakui pada saat timbulnya

kewajiban atau peralihan hak dari pihak ketiga yaitu ketika

bukti penerimaan barang/jasa atau Berita Acara Serah

Terima ditandatangani tetapi belum dibayar. Dalam hal pada

akhir tahun masih terdapat barang persediaan yang belum

terpakai, maka dicatat sebagai pengurang beban.

c) Beban Penyusutan dan amortisasi diakui saat penyusunan

laporan keuangan berdasarkan metode penyusutan dan

amortisasi yang sudah ditetapkan dengan mengacu pada

bukti memorial yang diterbitkan.

d) Beban Penyisihan Piutang diakui saat penyusunan laporan

keuangan berdasarkan persentase cadangan piutang yang

sudah ditetapkan dengan mengacu pada bukti memorial yang

diterbitkan.

e) Beban Bunga diakui saat bunga tersebut jatuh tempo untuk

dibayarkan. Untuk keperluan pelaporan keuangan, nilai

beban bunga diakui sampai dengan tanggal pelaporan

walaupun saat jatuh tempo melewati tanggal pelaporan.

D. PENGUKURAN.

Beban diukur sesuai dengan:

1. harga perolehan atas barang/jasa atau nilai nominal atas

kewajiban beban yang timbul, konsumsi aset, dan penurunan

manfaat ekonomi atau potensi jasa. Beban diukur dengan

menggunakan mata uang rupiah.

2. menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi

jika barang/jasa tersebut tidak diperoleh harga perolehannya.

E. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN.

1. Beban disajikan dalam Laporan Operasional (LO). Rincian dari

Beban dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

sesuai dengan klasifikasi ekonomi, yaitu:

a) Beban Operasi, yang terdiri dari: Beban Pegawai, Beban

Barang dan Jasa, Beban Bunga, Beban Penyusutan dan

Amortisasi, Beban Penyisihan Piutang, dan Beban lain-lain.

b) Beban Non Operasional.

c) Beban Luar Biasa.

2. Pos luar biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam

Laporan Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit dari

Kegiatan Non Operasional.

3. Hal-hal yang perlu diungkapkan sehubungan dengan beban,

antara lain:

a) Pengeluaran beban tahun berkenaan.

Page 99: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

99

jdih.kendalkab.go.id

b) Pengakuan beban tahun berkenaan setelah tanggal

berakhirnya periode akuntansi/tahun anggaran sebagai

penjelasan perbedaan antara pengakuan belanja.

c) informasi lainnya yang dianggap perlu.

4) Penjelasan sebab-sebab tidak terserapnya anggaran belanja

daerah harus diungkapkan dalam CaLK

Page 100: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

100

jdih.kendalkab.go.id

BAB XII

KEBIJAKAN AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN

OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

A. UMUM.

1. Tujuan.

Tujuan kebijakan ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas

koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, perubahan

estimasi akuntansi, dan operasi yang tidak dilanjutkan.

2. Ruang Lingkup.

a) Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu

entitas menerapkan kebijakan ini untuk melaporkan

pengaruh kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi,

perubahan estimasi akuntansi, dan operasi yang tidak

dilanjutkan.

b) Kebijakan ini diterapkan untuk entitas akuntansi/entitas

pelaporan BLUD.

3. Definisi

a) Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar,

konvensi- konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik

spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam

penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

b) Kesalahan adalah penyajian pos-pos yang secara signifikan

tidak sesuai dengan yang seharusnya yang mempengaruhi

laporan keuangan periode berjalan atau periode sebelumnya.

c) Koreksi adalah tindakan pembetulan akuntansi agar pos-pos

yang tersaji dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai

dengan yang seharusnya.

d) Operasi yang tidak dilanjutkan adalah penghentian suatu

misi atau tupoksi tertentu akibat pelepasan atau penghentian

suatu fungsi, program, atau kegiatan, sehingga aset,

kewajiban, dan operasi dapat dihentikan tanpa mengganggu

fungsi, program atau kegiatan yang lain.

e) Perubahan estimasi adalah revisi estimasi karena perubahan

kondisi yang mendasari estimasi tersebut, atau karena

terdapat informasi baru, pertambahan pengalaman dalam

mengestimasi, atau perkembangan lain.

f) Penyajian Kembali (restatement) adalah perlakuan

akuntansi yang dilakukan atas pos-pos di dalam neraca yang

perlu dilakukan penyajian kembali pada awal periode BLUD

untuk pertama kali akan mengimplementasikan kebijakan

akuntansi yang baru.

Page 101: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

101

jdih.kendalkab.go.id

g) Laporan keuangan dianggap sudah diterbitkan apabila sudah

dikonsolidasikan dengan laporan keuangan Dinas Kesehatan.

B. KOREKSI KESALAHAN.

1. Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau

beberapa periode sebelumnya mungkin baru ditemukan pada

periode berjalan. Kesalahan mungkin timbul dari adanya

keterlambatan penyampaian bukti transaksi anggaran oleh

pengguna anggaran, kesalahan perhitungan matematis,

kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan

interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian.

2. Dalam situasi tertentu, suatu kesalahan mempunyai pengaruh

signifikan bagi satu atau lebih laporan keuangan periode

sebelumnya sehingga laporan-laporan keuangan tersebut tidak

dapat diandalkan lagi.

3. Kesalahan ditinjau dari sifat kejadiannya dikelompokkan dalam 2

(dua) jenis:

a) Kesalahan yang tidak berulang;

b) Kesalahan yang berulang dan sistemik;

4. Kesalahan yang tidak berulang adalah kesalahan yang

diharapkan tidak akan terjadi kembali yang dikelompokkan

dalam 2 (dua) jenis:

a) Kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan;

b) Kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode

sebelumnya;

5. Kesalahan yang berulang dan sistemik adalah kesalahan yang

disebabkan oleh sifat alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi

tertentu yang diperkirakan akan terjadi berulang.

6. Kesalahan berulang dan sistemik tidak memerlukan koreksi,

melainkan dicatat pada saat terjadi pengeluaran kas untuk

mengembalikan kelebihan pendapatan dengan mengurangi

pendapatan-LRA maupun pendapatan-LO yang bersangkutan.

7. Terhadap setiap kesalahan dilakukan koreksi segera setelah

diketahui.

8. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode

berjalan, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun yang

tidak, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang

bersangkutan dalam periode berjalan.

9. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode

berjalan, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun yang

tidak, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang

bersangkutan dalam periode berjalan, baik pada akun

pendapatan-LRA atau akun belanja, maupun akun pendapatan-

LO atau akun beban.

Page 102: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

102

jdih.kendalkab.go.id

10. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-

periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas, apabila

laporan keuangan periode tersebut belum diterbitkan, dilakukan

dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan, baik pada

akun pendapatan- LRA atau akun belanja, maupun akun

pendapatan-LO atau akun beban.

11. Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga

mengakibatkan penerimaan kembali belanja) yang tidak berulang

yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah

posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah

diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun

pendapatan lain-lain–LRA. Dalam hal mengakibatkan

pengurangan kas dilakukan dengan pembetulan pada akun Saldo

Anggaran Lebih.

Contoh koreksi kesalahan belanja :

a) yang menambah saldo kas dan yang mengurangi saldo kas.

Contoh koreksi kesalahan belanja yang menambah saldo kas

yaitu pengembalian belanja pegawai karena salah

penghitungan jumlah gaji, dikoreksi menambah saldo kas dan

pendapatan lain-lain.

b) yang menambah saldo kas terkait belanja modal yang

menghasilkan aset, yaitu belanja modal yang di-mark-up dan

setelah dilakukan pemeriksaan kelebihan belanja tersebut

harus dikembalikan, dikoreksi dengan menambah saldo kas

dan menambah akun pendapatan lain-lain-LRA.

c) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi belanja

pegawai tahun lalu yang belum dilaporkan, dikoreksi dengan

mengurangi akun Saldo Anggaran Lebih dan mengurangi

saldo kas.

d) yang mengurangi saldo kas terkait belanja modal yang

menghasilkan aset, yaitu belanja modal tahun lalu yang

belum dicatat, dikoreksi dengan mengurangi akun Saldo

Anggaran Lebih dan mengurangi saldo kas.

12. Koreksi kesalahan atas perolehan aset selain kas yang tidak

berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan

menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan

keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan

pembetulan pada akun kas dan akun aset bersangkutan.

Contoh koreksi kesalahan untuk perolehan aset selain kas:

a) yang menambah saldo kas terkait perolehan aset selain kas

yaitu pengadaan aset tetap yang di-mark-up dan setelah

dilakukan pemeriksaan kelebihan nilai asset tersebut harus

dikembalikan, dikoreksi dengan menambah saldo kas dan

mengurangi akun terkait dalam pos aset tetap.

b) yang mengurangi saldo kas terkait perolehan aset selain kas

Page 103: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

103

jdih.kendalkab.go.id

yaitu pengadaan aset tetap tahun lalu belum dilaporkan,

dikoreksi dengan menambah akun terkait dalam pos aset

tetap dan mengurangi saldo kas.

13. Koreksi kesalahan atas beban yang tidak berulang, sehingga

mengakibatkan pengurangan beban, yang terjadi pada periode-

periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas dan tidak

mempengaruhi secara material posisi aset selain kas, apabila

laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan

dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain-LO. Dalam

hal mengakibatkan penambahan beban dilakukan dengan

pembetulan pada akun ekuitas.

Contoh koreksi kesalahan beban :

a) yang menambah saldo kas yaitu pengembalian beban pegawai

tahun lalu karena salah penghitungan jumlah gaji, dikoreksi

dengan menambah saldo kas dan menambah pendapatan

lain-lain-LO.

b) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi beban

pegawai tahun lalu yang belum dilaporkan, dikoreksi dengan

mengurangi akun beban lain-lain-LO dan mengurangi saldo

kas.

14. Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LRA yang tidak

berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan

menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan

keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan

pembetulan pada akun kas dan akun Saldo Anggaran Lebih.

15. Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LO yang tidak

berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan

menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan

keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan

pembetulan pada akun kas dan akun ekuitas.

16. Koreksi kesalahan atas penerimaan dan pengeluaran pembiayaan

yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode

sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas,

apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan,

dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun Saldo

Anggaran Lebih.

17. Koreksi kesalahan yang tidak berulang atas pencatatan

kewajiban yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan

menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan

keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan

pembetulan pada akun kas dan akun kewajiban bersangkutan

Contoh koreksi kesalahan terkait pencatatan kewajiban:

a) yang menambah saldo kas yaitu adanya penerimaan kas

karena dikembalikannya kelebihan pembayaran angsuran

suatu kewajiban dikoreksi dengan menambah saldo kas dan

Page 104: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

104

jdih.kendalkab.go.id

menambah akun kewajiban terkait.

b) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat pembayaran suatu

angsuran kewajiban yang seharusnya dibayarkan tahun lalu

dikoreksi dengan menambah akun kewajiban terkait dan

mengurangi saldo kas.

18. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada

periode-periode sebelumnya dan tidak mempengaruhi posisi kas,

baik sebelum maupun setelah laporan keuangan periode tersebut

diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pos-pos neraca terkait

pada periode ditemukannya kesalahan.

Contohnya adalah pengeluaran untuk pembelian peralatan dan

mesin (kelompok aset tetap) dilaporkan sebagai jalan, irigasi, dan

jaringan. Koreksi yang dilakukan hanyalah pada Neraca dengan

mengurangi akun jalan, irigasi, dan jaringan dan menambah

akun peralatan dan mesin.

Pada Laporan Realisasi Anggaran tidak perlu dilakukan koreksi

a) Koreksi kesalahan yang berhubungan dengan periode-periode

yang lalu terhadap posisi kas dilaporkan dalam Laporan Arus

Kas tahun berjalan pada aktivitas yang bersangkutan.

b) Koreksi kesalahan diungkapkan pada Catatan atas Laporan

Keuangan.

C. PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI.

1. Para pengguna perlu membandingkan laporan keuangan dari

suatu entitas pelaporan dari waktu ke waktu untuk mengetahui

trend posisi keuangan, kinerja, dan arus kas. Oleh karena itu,

kebijakan akuntansi yang digunakan diterapkan secara konsisten

pada setiap periode.

2. Perubahan di dalam perlakuan, pengakuan, atau pengukuran

akuntansi sebagai akibat dari perubahan atas basis akuntansi,

kriteria kapitalisasi, metode, dan estimasi, merupakan contoh

perubahan kebijakan akuntansi.

3. Suatu perubahan kebijakan akuntansi dilakukan hanya apabila

penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan

oleh peraturan perundangan atau kebijakan akuntansi

pemerintahan yang berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa

perubahan tersebut akan menghasilkan informasi mengenai

posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas yang lebih

relevan dan lebih andal dalam penyajian laporan keuangan

entitas.

4. Perubahan kebijakan akuntansi tidak mencakup hal-hal sebagai

berikut:

a) adopsi suatu kebijakan akuntansi pada peristiwa atau

kejadian yang secara substansi berbeda dari peristiwa atau

kejadian sebelumnya; dan

Page 105: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

105

jdih.kendalkab.go.id

b) adopsi suatu kebijakan akuntansi baru untuk kejadian atau

transaksi yang sebelumnya tidak ada atau yang tidak

material.

5. Timbulnya suatu kebijakan untuk merevaluasi aset merupakan

suatu perubahan kebijakan akuntansi. Namun demikian,

perubahan tersebut harus sesuai dengan standar akuntansi

terkait yang telah menerapkan persyaratan-persyaratan

sehubungan dengan revaluasi.

6. Perubahan kebijakan akuntansi harus disajikan pada Laporan

Perubahan Ekuitas dan diungkapkan dalam Catatan atas

Laporan Keuangan.

Dalam rangka implementasi pertama kali kebijakan akuntansi

yang baru dari semula basis Kas Menuju Akrual menjadi basis

Akrual penuh, dilakukan :

a) Penyajian Kembali (restatement) atas pos-pos dalam Neraca

yang perlu dilakukan penyajian kembali pada awal periode.

b) Agar Laporan Keuangan disajikan secara komparatif perlu

dilakukan penyesuaian penyajian LRA tahun sebelumnya

sesuai klasifikasi akun pada kebijakan akuntansi yang baru.

D. PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI.

1. Agar memperoleh Laporan Keuangan yang andal, maka estimasi

akuntansi perlu disesuaikan antara lain dengan pola

penggunaan, tujuan penggunaan aset dan kondisi lingkungan

entitas yang berubah.

2. Pengaruh atau dampak perubahan estimasi akuntansi disajikan

pada Laporan Operasional pada periode perubahan dan periode

selanjutnya sesuai sifat perubahan. Sebagai contoh, perubahan

estimasi masa manfaat aset tetap berpengaruh pada LO tahun

perubahan dan tahun-tahun selanjutnya selama masa manfaat

aset tetap tersebut.

3. Pengaruh perubahan terhadap LO periode berjalan dan yang

akan datang diungkapkan dalam Catatan atas Laporan

Keuangan. Apabila tidak memungkinkan, harus diungkapkan

alasan tidak mengungkapkan pengaruh perubahan itu.

E. OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN.

1. Apabila suatu misi atau tupoksi suatu entitas pemerintah

dihapuskan oleh peraturan, maka suatu operasi, kegiatan,

program, proyek, atau kantor terkait pada tugas pokok tersebut

dihentikan.

2. Informasi penting dalam operasi yang tidak dilanjutkan, misalnya

hakikat operasi, kegiatan, program, proyek yang dihentikan,

tanggal efektif penghentian, cara penghentian, pendapatan dan

beban tahun berjalan sampai tanggal penghentian apabila

dimungkinkan, dampak sosial atau dampak pelayanan,

Page 106: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

106

jdih.kendalkab.go.id

pengeluaran aset atau kewajiban terkait pada penghentian

apabila ada harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan

Keuangan.

3. Agar Laporan Keuangan disajikan secara komparatif, suatu

segmen yang dihentikan itu harus dilaporkan dalam Laporan

Keuangan walaupun berjumlah nol untuk tahun berjalan.

Dengan demikian, operasi yang dihentikan tampak pada Laporan

Keuangan.

4. Pendapatan dan beban operasi yang dihentikan pada suatu

tahun berjalan, di akuntansikan dan dilaporkan seperti biasa,

seolah-olah operasi itu berjalan sampai akhir tahun Laporan

Keuangan. Pada umumnya entitas membuat rencana

penghentian, meliputi jadwal penghentian bertahap atau

sekaligus, resolusi masalah legal, lelang, penjualan, hibah dan

lain-lain.

5. Bukan merupakan penghentian operasi apabila :

a) Penghentian suatu program, kegiatan, proyek, segmen

secara evolusioner/alamiah. Hal ini dapat diakibatkan oleh

demand (permintaan publik yang dilayani) yang terus

merosot, pergantian kebutuhan lain.

b) Fungsi tersebut tetap ada.

c) Beberapa jenis sub kegiatan dalam suatu fungsi pokok

dihapus, selebihnya berjalan seperti biasa. Relokasi suatu

program, proyek, kegiatan ke wilayah lain.

Menutup suatu fasilitas yang ber-utilisasi amat rendah,

menghemat biaya, menjual sarana operasi tanpa mengganggu

operasi tersebut.

F. PERISTIWA LUAR BIASA.

1. Peristiwa luar biasa menggambarkan suatu kejadian atau

transaksi yang secara jelas berbeda dari aktivitas biasa. Didalam

aktivitas biasa entitas BLUD termasuk penanggulangan bencana

alam atau sosial yang terjadi berulang. Dengan demikian, yang

termasuk dalam peristiwa luar biasa hanyalah peristiwa-peristiwa

yang belum pernah atau jarang terjadi sebelumnya.

2. Peristiwa yang berada di luar kendali atau pengaruh entitas

adalah kejadian yang sukar diantisipasi dan oleh karena itu tidak

dicerminkan di dalam anggaran. Suatu kejadian atau transaksi

yang berada di luar kendali atau pengaruh entitas merupakan

peristiwa luar biasa bagi suatu entitas BLUD, tetapi peristiwa

yang sama tidak tergolong luar biasa untuk entitas BLUD lain.

3. Dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran karena

peristiwa luar biasa terpenuhi apabila kejadian dimaksud secara

tunggal menyebabkan penyerapan sebagian besar anggaran

Page 107: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

107

jdih.kendalkab.go.id

belanja tak terduga atau dana darurat sehingga memerlukan

perubahan/pergeseran anggaran secara mendasar.

4. Anggaran belanja tak terduga atau anggaran belanja lain-lain

yang ditujukan untuk keperluan darurat biasanya ditetapkan

besarnya berdasarkan perkiraan dengan memanfaatkan

informasi kejadian yang bersifat darurat pada tahun-tahun lalu.

Apabila selama tahun anggaran berjalan terjadi peristiwa darurat,

bencana, dan sebagainya yang menyebabkan penyerapan dana

dari mata anggaran ini, peristiwa tersebut tidak dengan

sendirinya termasuk peristiwa luar biasa, terutama bila peristiwa

tersebut tidak sampai menyerap porsi yang signifikan dari

anggaran yang tersedia. Tetapi apabila peristiwa tersebut secara

tunggal menyerap 50% (lima puluh persen) atau lebih anggaran

tahunan, maka peristiwa tersebut layak digolongkan sebagai

peristiwa luar biasa. Sebagai petunjuk, akibat penyerapan dana

yang besar itu, entitas memerlukan perubahan atau penggeseran

anggaran guna membiayai peristiwa luar biasa dimaksud atau

peristiwa lain yang seharusnya dibiayai dengan mata anggaran

belanja tak terduga atau anggaran lain-lain untuk kebutuhan

darurat.

5. Dampak yang signifikan terhadap posisi aset/kewajiban karena

peristiwa luar biasa terpenuhi apabila kejadian atau transaksi

dimaksud menyebabkan perubahan yang mendasar dalam

keberadaan atau nilai aset/kewajiban entitas.

6. Peristiwa luar biasa memenuhi seluruh persyaratan berikut:

a) Tidak merupakan kegiatan normal dari entitas;

b) Tidak diharapkan terjadi dan tidak diharapkan terjadi

berulang;

c) Berada di luar kendali atau pengaruh entitas;

d) Memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran

atau posisi aset/kewajiban.

7. Hakikat, jumlah dan pengaruh yang diakibatkan oleh peristiwa

luar biasa diungkapkan secara terpisah dalam Catatan atas

Laporan Keuangan.

Page 108: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

108

jdih.kendalkab.go.id

Format II.1 : Contoh format Laporan Realisasi Anggaran

BADANLAYANANUMUMXXX

LAPORANREALISASIANGGARAN

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

NO. URAIAN Anggaran Realisasi (%) Realisasi

20X1 20X1 20X0

1 PENDAPATAN

2 Pendapatanjasalayanan dari

masyarakat

xxx Xxx xxx xxx

3

4

Pendapatanjasalayanan dari entitas akuntansi/entitas pelaporan

Pendapatanhasil kerjasama

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

5 Pendapatanhibah xxx Xxx xxx xxx

6 PendapatanUsahalainnya xxx Xxx xxx xxx

7 JumlahPendapatan (2 s.d.6) xxx Xxx xxx xxx

8

9 BELANJA

10 BELANJAOPERASI

11 Belanja Pegawai xxx Xxx xxx xxx

12 BelanjaBarang xxx Xxx xxx xxx

13 Bunga xxx Xxx xxx xxx

14 Belanjalain-lain xxx Xxx xxx xxx

15

16

Jumlah BelanjaOperasi (11 s.d.14)

xxx Xxx xxx xxx

17 BELANJA MODAL

18 Belanja Tanah xxx Xxx xxx xxx

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

Belanja PeralatandanMesin

Belanja Gedung dan Bangunan

BelanjaJalan,Irigasi dan Bangunan BelanjaAset Tetap Lainnya

BelanjaAset Lainnya

Jumlah BelanjaModal (18 s.d

23) Jumlah Belanja (15 + 24)

SURPLUS/DEFISIT

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx Xxx xxx xxx

PEMBIAYAAN

PENERIMAAN

PENERIMAANPEMBIAYAAN

DALAMNEGERI

Penerimaan Pinjaman

Penerimaan dariDivestasi

Penerimaan Kembali Pinjaman kepadaPihak Lain

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

Page 109: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

109

jdih.kendalkab.go.id

36

37

38

39

40

41

42

43

JumlahPenerimaan Pembiayaan dalam Negeri (31 s.d.33)

JUMLAHPENERIMAAN

PEMBIAYAAN PENGELUARAN

PENGELUARANPEMBIAYAAN

DALAMNEGERI Pembayaran Pokok Pinjaman

Pengeluaran Penyertaan Modal

Pemberian Pinjaman Kepada

Pihak Lain JumlahPengeluaran

Pembiayaan Dalam Negeri

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

44

45

46

JUMLAHPENGELUARAN PEMBIAYAAN PEMBIAYAAN NETTO

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

Page 110: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

110

jdih.kendalkab.go.id

Format II.2 : Contoh format Laporan Perubahan SAL

BADANLAYANANUMUMXXX

LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH

PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

NO URAIAN 20X1 20X0

1 Saldo Anggaran Lebih Awal XXX XXX 2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan

Tahun Berjalan (XXX) (XXX)

3 Subtotal (1 + 2) XXX XXX 4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran

(SiLPA/SiKPA) XXX XXX

5 Subtotal (3 + 4) XXX XXX 6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya XXX XXX 7 Lain-lain XXX XXX 8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5 + 6 + 7) XXX XXX

Page 111: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

111

jdih.kendalkab.go.id

Format II.3 : Contoh Format Neraca Badan Layanan Umum

BADAN LAYANAN UMUM XXX

NERACA

PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

NO. URAIAN 20X1 20X0

1. ASET

2.

3. ASETLANCAR xxx xxx

4. Kas di BendaharaPengeluaran xxx xxx

5. Kas padaBLU xxx xxx

6. Kas Lainnya SetaraKas xxx xxx

7. Investasi Jangka Pendek-Badan Layanan Umum xxx xxx

8. Piutang dari KegiatanOperasional Badan

Layanan Umum

xxx xxx

9. Piutang dari KegiatanNon Operasional Badan Layanan Umum

xxx xxx

10. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih (xxx) (xxx)

11. Belanjadibayardimuka xxx xxx

12. UangMukaBelanja xxx xxx

13. Persediaan Badan Layanan Umum xxx xxx

14. Jumlah AsetLancar (4 s.d.13) xxx xxx

15.

16. ASETTETAP

17. Tanah xxx xxx

18. Gedung dan Bangunan xxx xxx

19. Peralatan dan Mesin xxx xxx

20. Jalan,Irigasi,dan Jaringan xxx xxx

21. Aset Tetap Lainnya xxx xxx

22. Konstruksi DalamPengerjaan xxx xxx

23. Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)

24. Jumlah AsetTetap (17 s.d.23) xxx xxx

25.

26. PIUTANGJANGKAPANJANG

27. Tagihan PenjualanAngsuran xxx xxx

28. Tagihan Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx

29. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih (xxx) (xxx)

30. JumlahPiutangJangkaPanjang(27 s.d.29) xxx xxx

31.

32. ASETLAINNYA

33. Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx

34. DanaKelolaan xxx xxx

35. Asetyang dibatasi Penggunaannya xxx xxx

36. Aset Tak Berwujud xxx xxx

37. Aset Lain- lain xxx xxx

Page 112: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

112

jdih.kendalkab.go.id

38. Akumulasi amortisasi (xxx) (xxx)

39. Jumlah AsetLainnya (33 s.d.38) xxx xxx

40.

41. JUMLAHASET(14+24+30+39) xxx xxx

NO. URAIAN 20X1 20X0

42.

43. KEWAJIBAN

44.

45. KEWAJIBANJANGKAPENDEK

46. UtangUsaha xxx xxx

47. Utang Pihak Ketiga xxx xxx

48. Utang Pajak xxx Xxx

49. Utang kepadaKUN xxx xxx

50. Bagian LancarUtangJangkaPanjang xxx xxx

51. Belanjayang masih harus dibayar xxx xxx

52. PendapatanDiterimaDimuka xxx xxx

53. Utang Jangka PendekLainnya xxx xxx

54. JumlahKewajiban JangkaPendek(46s.d.53) xxx xxx

55.

56. KEWAJIBANJANGKAPANJANG xxx xxx

57. Utang JangkaPanjang xxx xxx

58. JumlahKewajiban JangkaPanjang (57) xxx xxx

59. JUMLAHKEWAJIBAN (54+58) xxx xxx

60.

61. EKUITAS

62. Ekuitas xxx xxx

63. JUMLAHEKUITAS (62) xxx xxx

64.

65. JUMLAHKEWAJIBAN DAN EKUITAS (59+63) xxx xxx

Page 113: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

113

jdih.kendalkab.go.id

NO. URAIAN 20X1 20X0 Kenaikan/

Penurunan

%

1. KEGIATANOPERASIONAL

PENDAPATAN

2.

3. Pendapatan JasaLayanan Dari xxx xxx xxx xxx

4.

Pendapatan JasaDariEntitas

xxx

xxx

xxx

xxx

5.

PendapatanHasil Kerjasama

xxx

xxx

xxx

xxx

6. PendapatanHibah xxx xxx xxx xxx

7. PendapatanUsahaLainnya xxx xxx xxx xxx

8. Pendapatan APBN/APBD xxx xxx xxx xxx

9.

10. JUMLAHPENDAPATAN xxx xxx xxx xxx

11.

12. BEBAN

13.

14. Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx

15. Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx

16. Beban Jasa xxx xxx xxx xxx

17. Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx

18. Beban Langganan Dayadan Jasa xxx xxx xxx xxx

19. Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx

20. Beban Penyusutan Aset xxx xxx xxx xxx

21. Beban Bunga xxx xxx xxx xxx

22. JUMLAHBEBAN (17s.d.24) xxx xxx xxx xxx

23.

24. SURPLUS/DEFISIT xxx xxx xxx xxx

OPERASIONAL (10-22)

25.

26. KEGIATAN NON OPERASIONAL

27. Surplus/Defisit Penjualan Aset Non

xxx xxx xxx xxx

28.

(Kerugian) PenurunanNilai Aset

xxx

xxx

xxx

xxx

29. Surplus/Defisit dari Kegiatan non

Operasional Lainnya

xxx xxx xxx xxx

Format II.4 : Contoh Format Laporan Operasional Badan Layanan Umum

BADAN LAYANAN UMUM XXX LAPORAN OPERASIONAL

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1

DAN 20X0

Masyarakat

Page 114: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

114

jdih.kendalkab.go.id

NO. URAIAN 20X1 20X0 Kenaikan/

Penurunan

%

30. JUMLAHSURPLUS/DEFISIT DARIKEGIATANNON OPERASIONAL (27 s.d. 29)

xxx xxx xxx xxx

31. SURPLUS/DEFISIT SEBELUM

POS LUAR BIASA (24+ 30)

xxx xxx xxx xxx

32.

33. POS LUAR BIASA

34. Pendapatan LuarBiasa xxx xxx xxx xxx

35. BebanLuar Biasa xxx xxx xxx xxx

36. JUMLAHPOS LUARBIASA (34

s.d.35)

xxx xxx xxx xxx

37. SURPLUS/DEFISIT-LO (31 + 36) xxx xxx xxx xxx

Page 115: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

115

jdih.kendalkab.go.id

Format II.5 : Contoh Format Laporan Arus Kas

BADAN LAYANAN UMUM XXX LAPORAN ARUS KAS

Untuk Tahun YangBerakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0

Metode Langsung

NO. URAIAN 20X1 20X0

1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Arus MasukKas

PendapatanAPBN

Pendapatan JasaLayanan Dari Masyarakat

Pendapatan JasaLayanan Dari Entitas Akuntansi/Entitas Pelaporan PendapatanHasil KerjaSama

2.

3. xxx xxx

4. xxx xxx

5.

6.

xxx

xxx

7. PendapatanHibah xxx xxx

8. PendapatanUsahaLainnya xxx xxx

9. Jumlah ArusMasukKas (3 s.d.8) xxx xxx

10.

11. Arus KeluarKas

12. Pembayaran Pegawai xxx xxx

13. Pembayaran Jasa xxx xxx

14. Pembayaran Pemeliharaan xxx xxx

15. Pembayaran Langganan Dayadan Jasa xxx xxx

16. Pembayaran Perjalanan Dinas xxx xxx

17. Pembayaran Bunga xxx xxx

18. Jumlah Arus KeluarKas (12 s.d.17) xxx xxx

19. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (9- 18) xxx xxx

20.

21. Arus Kas dari Aktivitas Investasi

22. Arus MasukKas

23. Penjualan atas Tanah xxx xxx

24. Penjualan atas Peralatan dan Mesin xxx xxx

25. Penjualan atas Gedung dan Bangunan xxx xxx

26. Penjualan atas Jalan,Irigasi dan Jaringan xxx xxx

27. PenjualanAsetTetapLainnya xxx xxx

28. Penjualan Aset Lainnya xxx xxx

29. PenerimaandariDivestasi xxx xxx

30. Penerimaan PenjualanInvestasi dalamBentuk Sekuritas

xxx xxx

Page 116: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

116

jdih.kendalkab.go.id

31. Jumlah ArusMasukKas (23 s.d. 30) xxx xxx

32.

33. Arus Keluar Kas

Page 117: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

117

jdih.kendalkab.go.id

NO. URAIAN 20X1 20X0

34. Perolehan Tanah xxx xxx

35. Perolehan Peralatan dan Mesin xxx xxx

36. PerolehanGedungdanBangunan xxx xxx

37. PerolehanJalan, Irigasi danJaringan xxx xxx

38. PerolehanAsetTetapLainnya xxx xxx

39. PerolehanAsetLainnya xxx xxx

40. Pengeluaran Penyertaan Modal xxx xxx

41. Pengeluaran Pembelian lnvestasi dalamBentuk

Sekuritas

xxx xxx

42. Jumlah Arus KeluarKas (34 s.d. 41) xxx xxx

43. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (31– 42) xxx xxx

44.

45. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan

46. Arus MasukKas

47. Penerimaan Pinjaman xxx xxx

48. Penerimaan Kembali Pinjaman kepadapihaklain xxx xxx

50. Jumlah ArusMasukKas (47 s.d. 48) Arus

KeluarKas

Pembayaran Pokok Pinjaman

Pemberian Pinjaman kepada pihak lain

Penyetoran keKas Negara

Jumlah Arus KeluarKas (48 s.d. 50)

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan(46– 51)

xxx xxx

51.

52. xxx xxx

53. xxx xxx

54. xxx xxx

55. xxx xxx

56.

xxx xxx

57.

xxx

xxx 58. Arus Kas dari Aktivitas Transitoris

59. Arus MasukKas xxx xxx

60. Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx

61. Jumlah ArusMasukKas (55)

62.

63. Arus KeluarKas

64. Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga(PFK) xxx xxx

65. Jumlah Arus KeluarKas (58) xxx xxx

66. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris(55– 58) xxx xxx

67. Kenaikan/PenurunanKas BLU (19 +41 +52 + 60) xxx xxx

68. Saldo AwalKasSetaraKas BLU xxx xxx

69. Saldo AkhirKas SetaraKas BLU (61+62) xxx xxx

Page 118: 1. KEBIJAKAN AKUNTANSI NAIK P BUPATI1 jdih.kendalkab.go.id PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 114 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM …

118

jdih.kendalkab.go.id

Format II.6 : Contoh Format Laporan Perubahan Ekuitas

BADAN LAYANAN UMUM XXX

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

Untuk Periode Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0

NO URAIAN 20X1 20X0

1. EKUITAS AWAL xxx xxx

2. SURPLUS/DEFISIT– LO xxx xxx

3. DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN

4.

KOREKSINILAIPERSEDIAAN

xxx

xxx

5. SELISIH REVALUASIASET TETAP xxx xxx

6. LAIN-LAIN xxx xxx

7. EKUITAS AKHIR xxx xxx

BUPATI KENDAL,

cap ttd

MIRNA ANNISA