1 Kajian Ukuran Keirasionalan pada Barisan Bilangan Real

6
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Abstrakβ€” Ukuran keirasionalan barisan dapat disederhanakan dengan menambahkan asumsi – asumsi tertentu sehingga diperoleh batas bawah ukuran keirasionalan dari barisan tersebut. Dalam penelitian ini diuraikan pembuktian dua kriteria batas bawah ukuran keirasionalan pada barisan bilangan real beserta akibat - akibatnya, termasuk akibat - akibat yang berkaitan dengan barisan Liouville, juga proposisi - proposisi yang berkaitan dengan akibat - akibat tersebut. Kata Kunciβ€”Barisan Liouville, Barisan Bilangan Real, Ukuran Keirasionalan. I. PENDAHULUAN ilangan secara umum dapat dibagi menjadi bilangan real dan imajiner. Pada bilangan real, dikenal dua golongan bilangan yaitu bilangan rasional dan irasional. Bilangan rasional masih dapat dibagi lagi ke dalam jenis bilangan bulat dan pecahan. Sementara bilangan irasional dapat dibagi ke dalam jenis bilangan aljabar dan bilangan transendental. Euler adalah orang pertama yang mendefinisikan bilangan transendental, mengikuti paper Leibniz pada tahun 1682 yang berisi pembuktian bahwa sin bukan merupakan fungsi aljabar dari . Bilangan transendental didefinisikan sebagai bilangan yang bukan merupakan akar persamaan polinomial tak konstan dengan koefisien rasional[8]. Definisi tersebut pada tahun 1844 dikembangkan oleh Joseph Liouville yang pada akhirnya berhasil membuktikan eksistensi bilangan transendental. Penelitian Liouville tidak berhenti hanya pada pembuktian tersebut. Pada tahun 1851, Liouville berhasil menentukan suatu konstanta penting yang dikenal dengan sebutan konstanta Liouville, yang kemudian dikembangkan menjadi definisi bilangan Liouville. Liouville menunjukkan bahwa setiap bilangan Liouville merupakan bilangan transendental[6]. Selain mendefinisikan bilangan dan konstanta Liouville, Joseph Liouville juga merumuskan teorema Liouville. Teorema Liouville pada akhirnya digunakan untuk menurunkan suatu rumus ukuran keirasionalan bilangan. Secara sederhana, ukuran keirasionalan, atau yang disebut juga sebagai approximation exponent atau konstanta Liouville - Roth, dari suatu bilangan real didefinisikan sebagai ukuran seberapa dekat dapat diperkirakan dalam bilangan rasional[7]. Hasil karya Liouville tersebut juga mengilhami beberapa matematikawan untuk menelaah lebih lanjut, sehingga pada akhirnya lahirlah beberapa kriteria keirasionalan bilangan yang diantaranya diperkenalkan oleh ErdΓΆs dan Strauss pada tahun 1974 yang membuktian keirasionalan dan rational independence dari beberapa tipe deret[5]. Kemudian dalam [2] dan [3], Borwein pada tahun 1991 dan 1992, melalui jurnalnya membuktikan beberapa deret yang irasional tetapi tidak Liouville. Demikian halnya dengan Sondow dalam [10] dan Duverney dalam [4] yang juga membahas mengenai keirasionalan bilangan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Jaroslav Hančl yang dituangkan dalam Nagoya Mathematics Journal tahun 2003 membahas secara khusus tentang barisan Liouville beserta dua kriteria baru yang didasarkan pada penelitian ErdΓΆs yang berjudul Some Problems and Results on the Irrationality of the Sum of Infinite Series[6]. Pada tahun 2005, Jaroslav Hančl bersama rekannya, FerdinΓ‘nd Filip, kembali mempublikasikan hasil penelitiannya yang berhasil merumuskan dua kriteria batas bawah ukuran keirasionalan barisan tertentu melalui Hiroshima Mathematics Journal[7]. Dengan berlatar belakang beberapa hasil penelitian tersebut, makalah ini disusun untuk mengkaji cara menentukan dua kriteria batas bawah ukuran keirasionalan pada barisan bilangan real beserta akibat - akibat dari kedua kriteria batas bawah tersebut, juga akibat - akibat yang berkaitan dengan barisan Liouville. II. METODE PENELITIAN Dalam penelitian makalah ini digunakan studi literatur dengan tahapan sebagai berikut: 1. Mengkaji definisi ukuran keirasionalan 2. Mengkaji dua kriteria batas bawah ukuran keirasionalan pada barisan bilangan real 3. Mengkaji akibat – akibat dua kriteria batas bawah ukuran keirasionalan pada barisan bilangan real 4. Mengkaji akibat – akibat dua kriteria batas bawah ukuran keirasionalan pada barisan bilangan real yang berkaitan dengan barisan Liouville 5. Pembahasan proposisi – proposisi 6. Penulisan laporan III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Ukuran Keirasionalan Bilangan Definisi dan teorema yang berkaitan dengan ukuran keirasionalan bilangan yang digunakan dalam pembahasan dua kriteria batas bawah ukuran keirasionalan pada barisan bilangan real adalah sebagai berikut: Definisi 2.1.1 [7] Jika adalah bilangan irasional, maka bilangan lim sup β†’ ∞, ∈ log οΏ½ min ∈ οΏ½ βˆ’ οΏ½οΏ½ βˆ’1 disebut ukuran keirasionalan dari bilangan . Teorema 2.1.2 [8] Setiap bilangan irasional memiliki ukuran keirasionalan lebih besar atau sama dengan 2. Definisi 2.1.3 [6] Ukuran keirasionalan dari bilangan Liouville adalah tak hingga. Kajian Ukuran Keirasionalan pada Barisan Bilangan Real Taurusita Kartika Imayanti dan Sunarsini Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected] B

Transcript of 1 Kajian Ukuran Keirasionalan pada Barisan Bilangan Real

Page 1: 1 Kajian Ukuran Keirasionalan pada Barisan Bilangan Real

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

1

Abstrakβ€” Ukuran keirasionalan barisan dapat disederhanakan dengan menambahkan asumsi – asumsi tertentu sehingga diperoleh batas bawah ukuran keirasionalan dari barisan tersebut. Dalam penelitian ini diuraikan pembuktian dua kriteria batas bawah ukuran keirasionalan pada barisan bilangan real beserta akibat - akibatnya, termasuk akibat - akibat yang berkaitan dengan barisan Liouville, juga proposisi - proposisi yang berkaitan dengan akibat - akibat tersebut.

Kata Kunciβ€”Barisan Liouville, Barisan Bilangan Real, Ukuran Keirasionalan.

I. PENDAHULUAN ilangan secara umum dapat dibagi menjadi bilangan real dan imajiner. Pada bilangan real, dikenal dua golongan bilangan yaitu bilangan rasional dan irasional.

Bilangan rasional masih dapat dibagi lagi ke dalam jenis bilangan bulat dan pecahan. Sementara bilangan irasional dapat dibagi ke dalam jenis bilangan aljabar dan bilangan transendental.

Euler adalah orang pertama yang mendefinisikan bilangan transendental, mengikuti paper Leibniz pada tahun 1682 yang berisi pembuktian bahwa sin π‘₯π‘₯ bukan merupakan fungsi aljabar dari π‘₯π‘₯. Bilangan transendental didefinisikan sebagai bilangan yang bukan merupakan akar persamaan polinomial tak konstan dengan koefisien rasional[8]. Definisi tersebut pada tahun 1844 dikembangkan oleh Joseph Liouville yang pada akhirnya berhasil membuktikan eksistensi bilangan transendental. Penelitian Liouville tidak berhenti hanya pada pembuktian tersebut. Pada tahun 1851, Liouville berhasil menentukan suatu konstanta penting yang dikenal dengan sebutan konstanta Liouville, yang kemudian dikembangkan menjadi definisi bilangan Liouville. Liouville menunjukkan bahwa setiap bilangan Liouville merupakan bilangan transendental[6].

Selain mendefinisikan bilangan dan konstanta Liouville, Joseph Liouville juga merumuskan teorema Liouville. Teorema Liouville pada akhirnya digunakan untuk menurunkan suatu rumus ukuran keirasionalan bilangan. Secara sederhana, ukuran keirasionalan, atau yang disebut juga sebagai approximation exponent atau konstanta Liouville - Roth, dari suatu bilangan real π‘₯π‘₯ didefinisikan sebagai ukuran seberapa dekat π‘₯π‘₯ dapat diperkirakan dalam bilangan rasional[7].

Hasil karya Liouville tersebut juga mengilhami beberapa matematikawan untuk menelaah lebih lanjut, sehingga pada akhirnya lahirlah beberapa kriteria keirasionalan bilangan yang diantaranya diperkenalkan oleh ErdΓΆs dan Strauss pada tahun 1974 yang membuktian keirasionalan dan rational independence dari beberapa tipe deret[5]. Kemudian dalam [2] dan [3], Borwein pada tahun 1991 dan 1992, melalui jurnalnya membuktikan beberapa deret yang irasional tetapi tidak Liouville. Demikian halnya dengan Sondow dalam [10] dan Duverney dalam [4] yang juga membahas mengenai keirasionalan bilangan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Jaroslav Hančl yang dituangkan dalam Nagoya Mathematics Journal tahun 2003 membahas secara khusus tentang barisan Liouville beserta dua kriteria baru yang didasarkan pada penelitian Erdâs yang berjudul Some Problems and Results on the Irrationality of the Sum of Infinite Series[6]. Pada tahun 2005, Jaroslav Hančl bersama rekannya, FerdinÑnd Filip, kembali mempublikasikan hasil penelitiannya yang berhasil merumuskan dua kriteria batas bawah ukuran keirasionalan barisan tertentu melalui Hiroshima Mathematics Journal[7].

Dengan berlatar belakang beberapa hasil penelitian tersebut, makalah ini disusun untuk mengkaji cara menentukan dua kriteria batas bawah ukuran keirasionalan pada barisan bilangan real beserta akibat - akibat dari kedua kriteria batas bawah tersebut, juga akibat - akibat yang berkaitan dengan barisan Liouville.

II. METODE PENELITIAN Dalam penelitian makalah ini digunakan studi literatur

dengan tahapan sebagai berikut: 1. Mengkaji definisi ukuran keirasionalan 2. Mengkaji dua kriteria batas bawah ukuran keirasionalan

pada barisan bilangan real 3. Mengkaji akibat – akibat dua kriteria batas bawah ukuran

keirasionalan pada barisan bilangan real 4. Mengkaji akibat – akibat dua kriteria batas bawah ukuran

keirasionalan pada barisan bilangan real yang berkaitan dengan barisan Liouville

5. Pembahasan proposisi – proposisi 6. Penulisan laporan

III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Ukuran Keirasionalan Bilangan Definisi dan teorema yang berkaitan dengan ukuran

keirasionalan bilangan yang digunakan dalam pembahasan dua kriteria batas bawah ukuran keirasionalan pada barisan bilangan real adalah sebagai berikut:

Definisi 2.1.1 [7] Jika πœ‰πœ‰ adalah bilangan irasional, maka bilangan

lim supπ‘žπ‘ž β†’ ∞,π‘žπ‘ž ∈ 𝑁𝑁 logπ‘žπ‘ž οΏ½

min𝑝𝑝 ∈ 𝑁𝑁 οΏ½πœ‰πœ‰ βˆ’

π‘π‘π‘žπ‘žοΏ½οΏ½βˆ’1

disebut ukuran keirasionalan dari bilangan πœ‰πœ‰.

Teorema 2.1.2 [8] Setiap bilangan irasional memiliki ukuran keirasionalan

lebih besar atau sama dengan 2.

Definisi 2.1.3 [6] Ukuran keirasionalan dari bilangan Liouville adalah tak

hingga.

Kajian Ukuran Keirasionalan pada Barisan Bilangan Real

Taurusita Kartika Imayanti dan Sunarsini Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected]

B

Page 2: 1 Kajian Ukuran Keirasionalan pada Barisan Bilangan Real

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

2

B. Kriteria Keirasionalan Barisan

Berikut ini adalah dua definisi untuk kriteria keirasionalan barisan yang telah didefinisikan oleh ErdΓΆs dan Strauss pada tahun 1974.

Definisi 2.2.1 [5] Diberikan {π‘₯π‘₯𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1

∞ adalah barisan bilangan real positif. Jika untuk setiap barisan bilangan bulat positif {𝑐𝑐𝑛𝑛}𝑛𝑛=1

∞ jumlahan dari deretnya adalah

οΏ½1

π‘₯π‘₯𝑛𝑛𝑐𝑐𝑛𝑛

∞

𝑛𝑛=1

merupakan bilangan irasional, maka barisan {π‘₯π‘₯𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1∞ adalah

irasional. Jika {π‘₯π‘₯𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1∞ bukan merupakan barisan irasional,

maka merupakan barisan rasional.

Definisi 2.2.2 [5] Misal {π‘₯π‘₯𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1

∞ adalah suatu barisan irasional dan Θ adalah himpunan dari semua barisan bilangan bulat positif, Θ = {{𝑐𝑐𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1

∞ , 𝑐𝑐𝑛𝑛 ∈ 𝑁𝑁}, maka bilangan inf

{𝑐𝑐𝑛𝑛}𝑛𝑛=1∞ ∈ 𝛩𝛩 lim sup

π‘žπ‘ž β†’ ∞,π‘žπ‘ž ∈ 𝑁𝑁logπ‘žπ‘ž οΏ½min𝑝𝑝 ∈ 𝑁𝑁 οΏ½οΏ½

1π‘₯π‘₯𝑛𝑛𝑐𝑐𝑛𝑛

βˆ’π‘π‘π‘žπ‘ž

∞

𝑛𝑛=1

οΏ½οΏ½βˆ’1

disebut ukuran keirasionalan dari barisan {π‘₯π‘₯𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1∞ .

C. Lemma yang Berkaitan dengan Kriteria Batas Bawah Ukuran Keirasionalan pada Barisan Bilangan Real

Lemma yang digunakan dalam pembahasan kriteria batas bawah ukuran keirasionalan pada barisan bilangan real dijelaskan sebagai berikut:

Lemma 2.3.1 [7] Diberikan πœ€πœ€1 adalah bilangan real positif dengan πœ€πœ€1 < 1.

Jika {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1∞ dan {𝑏𝑏𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1

∞ adalah dua barisan bilangan bulat positif dimana {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1

∞ tidak turun, sehingga memenuhi 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

πœ€πœ€1οΏ½ dan π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› > 2𝑛𝑛 untuk setiap 𝑛𝑛 yang cukup besar, maka untuk setiap πœ€πœ€2 dengan πœ€πœ€2 > πœ€πœ€1 dengan 𝑛𝑛 yang cukup besar berlaku

�𝑏𝑏𝑛𝑛+𝑗𝑗

π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›+𝑗𝑗≀

1π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1βˆ’πœ€πœ€2

∞

𝑗𝑗=0

Lemma 2.3.2 [7] Diberikan πœ€πœ€, πœ€πœ€1, dan 𝑆𝑆 adalah bilangan real positif dengan

πœ€πœ€1 < πœ€πœ€1+πœ€πœ€

dan 𝑆𝑆 > 11βˆ’πœ€πœ€1

. Jika {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1∞ dan {𝑏𝑏𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1

∞ adalah dua barisan bilangan bulat positif dimana {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1

∞ tidak turun, sehingga memenuhi lim sup

𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›1 (𝑆𝑆+1)𝑛𝑛⁄ > 1 dan 𝑏𝑏𝑛𝑛 =

π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1οΏ½, dan untuk setiap bilangan bulat positif 𝑛𝑛 yang

cukup besar berlaku π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› > 𝑛𝑛1+πœ€πœ€ , maka terdapat suatu bilangan real positif 𝛼𝛼 sehingga untuk setiap 𝑛𝑛 yang cukup besar berlaku

�𝑏𝑏𝑛𝑛+𝑗𝑗

π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›+𝑗𝑗≀

1π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π›Όπ›Ό

∞

𝑗𝑗=0

Lemma 2.3.3 [7] Jika {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1

∞ dan {𝑏𝑏𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1∞ adalah dua barisan bilangan

bulat positif dimana {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›}𝑛𝑛=1∞ tidak turun, serta memenuhi

lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 (𝑆𝑆+1)𝑛𝑛⁄ > 1 dan 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1οΏ½ dengan 𝑛𝑛 yang

cukup besar, maka οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞ merupakan barisan irasional.

D. Kriteria Batas Bawah Ukuran Keirasionalan pada Barisan Bilangan Real

Berikut ini adalah dua kriteria batas bawah ukuran keirasionalan pada barisan bilangan real:

Teorema 2.4.1 [7] Diberikan πœ€πœ€, πœ€πœ€1, dan 𝑆𝑆 adalah bilangan real positif dengan

πœ€πœ€1 < πœ€πœ€1+πœ€πœ€

dan 𝑆𝑆 > 11βˆ’πœ€πœ€1

. Jika {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1∞ dan {𝑏𝑏𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1

∞ adalah dua barisan bilangan bulat positif dimana {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1

∞ tidak turun, sehingga memenuhi

lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 (𝑆𝑆+1)𝑛𝑛⁄ > 1

dan 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1οΏ½, dan untuk setiap bilangan bulat positif 𝑛𝑛

yang cukup besar berlaku π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› > 𝑛𝑛1+πœ€πœ€ , maka οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞ adalah

barisan irasional yang mempunyai ukuran keirasionalan lebih besar atau sama dengan

maxοΏ½2, 𝑆𝑆(1 βˆ’ πœ€πœ€1)οΏ½.

Teorema 2.4.2 [7] Diberikan πœ€πœ€ dan 𝑆𝑆 adalah dua bilangan real positif dengan

𝑆𝑆 > 1. Jika {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›}𝑛𝑛=1∞ dan {𝑏𝑏𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1

∞ adalah dua barisan bulat positif dengan {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›}𝑛𝑛=1

∞ tidak turun dan memenuhi lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 (𝑆𝑆+1)𝑛𝑛⁄ > 1 dan untuk setiap bilangan bulat positif 𝑛𝑛 yang cukup besar berlaku π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› > 𝑛𝑛1+πœ€πœ€ , dan untuk setiap bilangan real positif 𝛽𝛽 berlaku 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘œπ‘œοΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

𝛽𝛽�, maka barisan οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞ merupakan

barisan irasional dengan ukuran keirasionalan lebih besar atau sama dengan

max(2, 𝑆𝑆). Bukti:

Untuk membuktikannya akan digunakan cara kontradiksi. Andaikan πœ‡πœ‡({π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›}𝑛𝑛=1

∞ ) < 𝑆𝑆, dimana πœ‡πœ‡({π‘₯π‘₯𝑛𝑛 }) menyatakan ukuran keirasionalan dari barisan {π‘₯π‘₯𝑛𝑛 }, maka haruslah

πœ‡πœ‡({π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›}𝑛𝑛=1∞ ) < 𝑆𝑆 βˆ’ 𝑆𝑆1; 𝑆𝑆1 ∈ ℝ, 𝑆𝑆1 β†’ 0,

yaitu artinya 𝑆𝑆1 < min �𝑆𝑆 βˆ’ 1,

πœ€πœ€1 + πœ€πœ€

οΏ½ ; βˆ€πœ€πœ€ ∈ ℝ.

Misalkan 𝑆𝑆1𝑆𝑆

= πœ€πœ€1, maka π‘†π‘†πœ€πœ€1 = 𝑆𝑆1.

Untuk 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘œπ‘œοΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π›½π›½οΏ½; 𝛽𝛽 ∈ ℝ+, ambil πœ€πœ€1 < πœ€πœ€

1+πœ€πœ€; πœ€πœ€, πœ€πœ€1 ∈ ℝ+,

maka πœ€πœ€1 βŠ‚ 𝛽𝛽. Sehingga berlaku 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘œπ‘œοΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

πœ€πœ€1οΏ½, πœ€πœ€1 <πœ€πœ€

1 + πœ€πœ€; πœ€πœ€, πœ€πœ€1 ∈ ℝ+.

Dari sifat notasi π‘œπ‘œ kecil (little o notation) diketahui bahwa π‘œπ‘œ(𝑓𝑓) βŠ‚ 𝑂𝑂(𝑓𝑓), maka

π‘œπ‘œοΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1οΏ½ βŠ‚ π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

πœ€πœ€1οΏ½, yang artinya untuk 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘œπ‘œοΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

πœ€πœ€1οΏ½ berlaku 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1οΏ½.

Sehingga syarat untuk Teorema 2.4.1 terpenuhi. Artinya οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞ merupakan barisan irasional dengan

πœ‡πœ‡({π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1∞ ) β‰₯ maxοΏ½2, 𝑆𝑆(1 βˆ’ πœ€πœ€1)οΏ½.

Karena 𝑆𝑆(1 βˆ’ πœ€πœ€1) = 𝑆𝑆 βˆ’ π‘†π‘†πœ€πœ€1 = 𝑆𝑆 βˆ’ 𝑆𝑆1,

maka terjadi kontradiksi. Sehingga haruslah πœ‡πœ‡({π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1

∞ ) β‰₯ 𝑆𝑆, dan diperoleh

πœ‡πœ‡({π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1∞ ) β‰₯ max(2, 𝑆𝑆),

sehingga Teorema 2.4.2 terbukti.

Page 3: 1 Kajian Ukuran Keirasionalan pada Barisan Bilangan Real

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

3

E. Akibat – Akibat Kriteria Batas Bawah Ukuran Keirasionalan pada Barisan Bilangan Real

Dari dua kriteria batas bawah ukuran keirasionalan pada barisan bilangan real, apabila ditambah dengan persyaratan baru akan menghasilkan dua akibat. Dua akibat tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Akibat 2.5.1 [7] Diberikan πœ€πœ€1 dan 𝑆𝑆 bilangan real positif dengan 𝑆𝑆(1 βˆ’

πœ€πœ€1) > 2. Jika {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1∞ dan {𝑏𝑏𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1

∞ adalah dua barisan bilangan bulat positif dimana {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1

∞ tidak turun, dengan lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 (𝑆𝑆+1)𝑛𝑛⁄ > 1

dan 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1οΏ½, maka barisan οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

𝑏𝑏𝑛𝑛�𝑛𝑛=1

∞ mempunyai ukuran

keirasionalan lebih besar atau sama dengan 𝑆𝑆(1 βˆ’ πœ€πœ€1). Bukti:

Cara membuktikannya adalah dengan membuktikan bahwa Akibat 2.5.1 bersesuaian dengan Teorema 2.4.1.

Karena {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›}𝑛𝑛=1∞ dan {𝑏𝑏𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1

∞ memenuhi sifat – sifat: {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1

∞ tidak turun, dan lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 (𝑆𝑆+1)𝑛𝑛⁄ > 1, serta

𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1οΏ½ yang sesuai dengan Teorema 2.4.1, maka

πœ‡πœ‡ οΏ½οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞� β‰₯ maxοΏ½2, 𝑆𝑆(1 βˆ’ πœ€πœ€1)οΏ½,

dimana πœ‡πœ‡({π‘₯π‘₯𝑛𝑛 }) menyatakan ukuran keirasionalan dari barisan {π‘₯π‘₯𝑛𝑛 }.

Karena 𝑆𝑆(1 βˆ’ πœ€πœ€1) > 2; πœ€πœ€1, 𝑆𝑆 ∈ ℝ+, maka

πœ‡πœ‡ οΏ½οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞� β‰₯ 𝑆𝑆(1 βˆ’ πœ€πœ€1),

sehingga Akibat 2.5.1 terbukti.

Akibat 2.5.2 [7] Diberikan 𝑆𝑆 adalah suatu bilangan real positif dengan

𝑆𝑆 > 2. Jika {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›}𝑛𝑛=1∞ dan {𝑏𝑏𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1

∞ adalah dua barisan bilangan bulat positif dimana {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1

∞ tidak turun, dengan lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 (𝑆𝑆+1)𝑛𝑛⁄ > 1

dan 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘œπ‘œοΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π›½π›½οΏ½ untuk setiap bilangan real positif 𝛽𝛽, maka

barisan οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞ mempunyai ukuran keirasionalan lebih

besar atau sama dengan 𝑆𝑆. Bukti:

Cara membuktikannya adalah dengan menunjukkan bahwa Akibat 2.5.2 bersesuaian dengan Teorema 2.4.2.

Karena {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›}𝑛𝑛=1∞ dan {𝑏𝑏𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1

∞ memenuhi sifat – sifat: {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1

∞ tidak turun, dan lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 (𝑆𝑆+1)𝑛𝑛⁄ > 1, serta

𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘œπ‘œοΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π›½π›½οΏ½ yang sesuai dengan Teorema 2.4.2, maka

πœ‡πœ‡ οΏ½οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞� β‰₯ max(2, 𝑆𝑆),

dimana πœ‡πœ‡({π‘₯π‘₯𝑛𝑛 }) menyatakan ukuran keirasionalan dari barisan {π‘₯π‘₯𝑛𝑛 }.

Karena 𝑆𝑆 > 2; 𝑆𝑆 ∈ ℝ+, maka

πœ‡πœ‡ οΏ½οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞� β‰₯ 𝑆𝑆,

sehingga Akibat 2.5.2 terbukti.

F. Akibat – Akibat Kriteria Batas Bawah Ukuran Keirasionalan pada Barisan Bilangan real yang Berkaitan dengan Barisan Liouville

Selain dua akibat yang telah diuraikan, terdapat dua akibat lain dari kriteria batas bawah ukuran keirasionalan pada

barisan bilangan real, yaitu yang berkaitan dengan barisan Liouville. Uraian mengenai dua akibat yang berkaitan dengan barisan Liouville tersebut adalah sebagai berikut:

Akibat 2.6.1 [7] Diberikan πœ€πœ€ dan πœ€πœ€1 adalah dua bilangan real positif

dengan πœ€πœ€1 < πœ€πœ€1+πœ€πœ€

. Juga diberikan dua barisan bilangan bulat positif {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1

∞ dan {𝑏𝑏𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1∞ dengan {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1

∞ tidak turun, dan berlaku 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

πœ€πœ€1οΏ½. Jika untuk setiap bilangan real positif 𝑆𝑆 berlaku

lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄ = ∞ dan untuk setiap bilangan bulat positif 𝑛𝑛 yang cukup besar berlaku π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› > 𝑛𝑛1+πœ€πœ€ , maka barisan οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

𝑏𝑏𝑛𝑛�𝑛𝑛=1

∞ adalah Liouville.

Bukti: Cara membuktikannya adalah dengan menunjukkan

bahwa untuk setiap barisan bilangan bulat positif {𝑐𝑐𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1∞

jumlahan deretnya

οΏ½π‘π‘π‘›π‘›π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›

∞

𝑛𝑛=1

adalah bilangan Liouville. Dari Teorema 2.4.1, terdapat πœ€πœ€, πœ€πœ€1, 𝑆𝑆 ∈ ℝ+ sehingga

πœ€πœ€1 < πœ€πœ€1+πœ€πœ€

dan 𝑆𝑆 > 11βˆ’πœ€πœ€1

. Juga terdapat {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1∞ dan {𝑏𝑏𝑛𝑛}𝑛𝑛=1

∞

dengan {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1∞ naik, dan berlaku 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

πœ€πœ€1οΏ½ serta lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 (𝑆𝑆+1)𝑛𝑛⁄ > 1, sehingga

πœ‡πœ‡ οΏ½οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞� β‰₯ maxοΏ½2, 𝑆𝑆(1 βˆ’ πœ€πœ€1)οΏ½,

dimana πœ‡πœ‡({π‘₯π‘₯𝑛𝑛 }) menyatakan ukuran keirasionalan dari barisan {π‘₯π‘₯𝑛𝑛 }.

Untuk setiap 𝑆𝑆 anggota bilangan real positif, jika lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄ = ∞, maka

lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 οΏ½(π‘†π‘†βˆ’1)+1�𝑛𝑛⁄ = ∞.

Ambil 𝑆𝑆 β†’ ∞, maka 𝑆𝑆 βˆ’ 1 β†’ ∞. Akibatnya lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 (𝑆𝑆+1)𝑛𝑛⁄ > 1, Yang artinya memenuhi Teorema 2.4.1 dan berlaku 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

πœ€πœ€1οΏ½, sehingga

πœ‡πœ‡ οΏ½οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞� β‰₯ maxοΏ½2, 𝑆𝑆(1 βˆ’ πœ€πœ€1)οΏ½.

Karena 𝑆𝑆 sebarang, maka untuk 𝑆𝑆 β†’ ∞ berlaku

πœ‡πœ‡ οΏ½οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞� β†’ ∞. Akibatnya

πœ‡πœ‡ οΏ½οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞� = ∞.

Dari Definisi 2.2.2, ukuran keirasionalan dari barisan οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞ didefinisikan sebagai

inf{𝑐𝑐𝑛𝑛}𝑛𝑛=1

∞ ∈ 𝛩𝛩 lim supπ‘žπ‘ž β†’ ∞,π‘žπ‘ž ∈ 𝑁𝑁logπ‘žπ‘ž οΏ½

min𝑝𝑝 ∈ 𝑁𝑁 οΏ½οΏ½

𝑏𝑏𝑛𝑛π‘₯π‘₯𝑛𝑛𝑐𝑐𝑛𝑛

βˆ’π‘π‘π‘žπ‘ž

∞

𝑛𝑛=1

οΏ½οΏ½βˆ’1

,

untuk setiap {𝑐𝑐𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1∞ barisan bilangan bulat positif.

Karena πœ‡πœ‡ οΏ½οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞� = ∞, maka artinya

inf{𝑐𝑐𝑛𝑛}𝑛𝑛=1

∞ ∈ 𝛩𝛩 lim supπ‘žπ‘ž β†’ ∞,π‘žπ‘ž ∈ 𝑁𝑁logπ‘žπ‘ž οΏ½

min𝑝𝑝 ∈ 𝑁𝑁 οΏ½οΏ½

𝑏𝑏𝑛𝑛π‘₯π‘₯𝑛𝑛𝑐𝑐𝑛𝑛

βˆ’π‘π‘π‘žπ‘ž

∞

𝑛𝑛=1

οΏ½οΏ½βˆ’1

= ∞,

Page 4: 1 Kajian Ukuran Keirasionalan pada Barisan Bilangan Real

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

4

untuk βˆ€π‘π‘π‘›π‘› ∈ β„•. Akibatnya lim sup

π‘žπ‘ž β†’ ∞,π‘žπ‘ž ∈ 𝑁𝑁logπ‘žπ‘ž οΏ½min𝑝𝑝 ∈ 𝑁𝑁 οΏ½οΏ½

𝑏𝑏𝑛𝑛π‘₯π‘₯𝑛𝑛𝑐𝑐𝑛𝑛

βˆ’π‘π‘π‘žπ‘ž

∞

𝑛𝑛=1

οΏ½οΏ½βˆ’1

= ∞,βˆ€π‘π‘π‘›π‘› ∈ β„•.

Sesuai dengan Definisi 2.1.3, maka persamaan tersebut menunjukkan bahwa

οΏ½π‘π‘π‘›π‘›π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›

∞

𝑛𝑛=1

merupakan bilangan Liouville. Sehingga οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞

merupakan barisan Liouville dan Akibat 2.6.1 terbukti.

Akibat 2.6.2 [7] Diberikan πœ€πœ€ adalah suatu bilangan real positif. Juga

diberikan dua barisan bilangan bulat positif {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1∞ dan

{𝑏𝑏𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1∞ dengan {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1

∞ tidak turun, dan untuk setiap bilangan real positif 𝛽𝛽 berlaku 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘œπ‘œοΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

𝛽𝛽�. Jika untuk setiap bialngan real positif 𝑆𝑆 berlaku

lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄ = ∞ dan untuk setiap bilangan bulat positif 𝑛𝑛 yang cukup besar berlaku π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› > 𝑛𝑛1+πœ€πœ€ , maka barisan οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

𝑏𝑏𝑛𝑛�𝑛𝑛=1

∞ adalah Liouville.

Bukti: Cara membuktikannya adalah dengan menunjukkan

bahwa Akibat 2.6.2 memenuhi semua syarat pada Akibat 2.6.1, sehingga οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

𝑏𝑏𝑛𝑛�𝑛𝑛=1

∞ merupakan barisan Liouville.

Karena telah memenuhi untuk lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄ = ∞; 𝑆𝑆 βˆˆβ„+ dan π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› > 𝑛𝑛1+πœ€πœ€ , maka akan dibuktikan memenuhi

𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1οΏ½, πœ€πœ€1 <

πœ€πœ€1 + πœ€πœ€

; πœ€πœ€, πœ€πœ€1 ∈ ℝ+.

Ambil πœ€πœ€1 < πœ€πœ€1+πœ€πœ€

; πœ€πœ€, πœ€πœ€1 ∈ ℝ+, maka πœ€πœ€1 βŠ‚ 𝛽𝛽. Sehingga berlaku

𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘œπ‘œοΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1οΏ½, πœ€πœ€1 <

πœ€πœ€1 + πœ€πœ€

; πœ€πœ€, πœ€πœ€1 ∈ ℝ+. Dari sifat notasi π‘œπ‘œ kecil (little o notation) diketahui

π‘œπ‘œ(𝑓𝑓) βŠ‚ 𝑂𝑂(𝑓𝑓), sehingga π‘œπ‘œοΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1οΏ½ βŠ‚ π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

πœ€πœ€1οΏ½. Artinya untuk 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘œπ‘œοΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

πœ€πœ€1οΏ½ berlaku 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1οΏ½.

Sehingga syarat untuk Akibat 2.6.1 terpenuhi, dan berakibat οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

𝑏𝑏𝑛𝑛�𝑛𝑛=1

∞ merupakan barisan Liouville. Artinya

Akibat 2.6.2 terbukti.

G. Proposisi – Proposisi yang Berkaitan dengan Akibat – Akibat Kriteria Batas Bawah Ukuran Keirasionalan pada Barisan Bilangan Real

Akibat dari dua kriteria batas bawah ukuran keirasionalan barisan bilangan real tersebut apabila diaplikasikan pada barisan tertentu dengan syarat khusus akan menghasilkan beberapa proposisi. Berikut disajikan beberapa proposisi yang berkaitan dengan akibat – akibat tersebut.

Proposisi 1

Diberikan K suatu bilangan bulat positif dengan 𝐾𝐾 οΏ½1 βˆ’1

log 2 𝑒𝑒� > 2. Jika lcm(π‘₯π‘₯1, π‘₯π‘₯2, … , π‘₯π‘₯𝑛𝑛) menyatakan least

common multiply atau kelipatan persekutuan terkecil dari bilangan π‘₯π‘₯1, π‘₯π‘₯2, … , π‘₯π‘₯𝑛𝑛 , maka barisan

οΏ½lcm(1,2, … , (𝐾𝐾 + 1)𝑛𝑛) + 𝑛𝑛

2(𝐾𝐾+1)𝑛𝑛 + 𝑛𝑛2 �𝑛𝑛=1

∞

mempunyai ukuran keirasionalan lebih besar atau sama dengan 𝐾𝐾 οΏ½1 βˆ’ 1

log 2 𝑒𝑒�.

Bukti: Dari barisan οΏ½lcm(1,2,…,(𝐾𝐾+1)𝑛𝑛 )+𝑛𝑛

2(𝐾𝐾+1)𝑛𝑛+𝑛𝑛2 �𝑛𝑛=1

∞ diketahui terdapat dua

barisan bilangan bulat positif {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1∞ dan {𝑏𝑏𝑛𝑛}𝑛𝑛=1

∞ dengan {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1

∞ tidak turun, yaitu π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›=lcm(1,2, … , (𝐾𝐾 + 1)𝑛𝑛) + 𝑛𝑛 dan 𝑏𝑏𝑛𝑛 = 2(𝐾𝐾+1)𝑛𝑛 + 𝑛𝑛2.

Kemudian ditunjukkan bahwa π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› da 𝑏𝑏𝑛𝑛 memenuhi: 1. lim sup

𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›1 (𝑆𝑆+1)𝑛𝑛⁄ > 1

2. 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1οΏ½.

Untuk syarat 1, lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ (lcm(1,2, … , (𝐾𝐾 + 1)𝑛𝑛) + 𝑛𝑛)1 (𝑆𝑆+1)𝑛𝑛⁄

= inf supπ‘˜π‘˜ β‰₯ 1 𝑛𝑛 β‰₯ π‘˜π‘˜ (lcm(1,2, … , (𝐾𝐾 + 1)𝑛𝑛) + 𝑛𝑛)1 (𝑆𝑆+1)𝑛𝑛⁄

= infπ‘˜π‘˜ β‰₯ 1(lcm(1,2, … , (𝐾𝐾 + 1)π‘˜π‘˜) + π‘˜π‘˜)1 (𝑆𝑆+1)π‘˜π‘˜β„

= (lcm(1,2, … , (𝐾𝐾 + 1)π‘˜π‘˜) + π‘˜π‘˜)1 (𝑆𝑆+1)π‘˜π‘˜β„ ; π‘˜π‘˜ β‰₯ 1 Karena kelipatan persekutuan terkecil dari bilangan bulat

positif adalah bilangan bulat positif, maka lcm(1,2, … , (𝐾𝐾 +1)π‘˜π‘˜) β‰₯ 1, sehingga lcm(1,2, … , (𝐾𝐾 + 1)π‘˜π‘˜) + π‘˜π‘˜ > 1, dan berakibat (lcm(1,2, … , (𝐾𝐾 + 1)π‘˜π‘˜) + π‘˜π‘˜)1 (𝑆𝑆+1)π‘˜π‘˜β„ > 1, sehingga syarat 1 terpenuhi.

Untuk syarat 2, 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1οΏ½ artinya terdapat suatu

bilangan real M sehingga |𝑏𝑏𝑛𝑛 | ≀ π‘€π‘€οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1 οΏ½. Karena untuk

π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›=lcm(1,2, … , (𝐾𝐾 + 1)𝑛𝑛) + 𝑛𝑛 dan 𝑏𝑏𝑛𝑛 = 2(𝐾𝐾+1)𝑛𝑛 + 𝑛𝑛2 terdapat suatu bilangan real M yang memenuhi οΏ½2(𝐾𝐾+1)𝑛𝑛 + 𝑛𝑛2οΏ½ ≀ 𝑀𝑀|(lcm(1,2, … , (𝐾𝐾 + 1)𝑛𝑛) + 𝑛𝑛)πœ€πœ€1 |

|𝑏𝑏𝑛𝑛 | ≀ π‘€π‘€οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1 οΏ½,

maka syarat 2 terpenuhi. Karena memenuhi kedua syarat, maka contoh tersebut

bersesuaian dengan Akibat 2.5.1, yaitu

𝐾𝐾 οΏ½1 βˆ’1

log2 𝑒𝑒� > 2 β‰… 𝑆𝑆(1 βˆ’ πœ€πœ€1) > 2,

yang artinya 𝑆𝑆 = 𝐾𝐾 dan πœ€πœ€1 = 1log 2 𝑒𝑒

. Sehingga sesuai dengan Akibat 2.5.1

πœ‡πœ‡ οΏ½οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞� β‰₯ 𝑆𝑆(1 βˆ’ πœ€πœ€1)

= 𝐾𝐾 οΏ½1 βˆ’ 1log 2 𝑒𝑒

οΏ½, dan proposisi tersebut terbukti.

Proposisi 2 Diberikan S suatu bilangan bulat positif dengan 𝑆𝑆 > 2.

Jika diasumsikan πœ‹πœ‹(π‘₯π‘₯) adalah bilangan prima yang lebih kecil atau sama dengan x, maka barisan

{πœ‹πœ‹((𝑆𝑆 + 1)𝑛𝑛)! + 1}𝑛𝑛=1∞

mempunyai ukuran keirasionalan lebih besar atau sama dengan S. Bukti:

Dari barisan {πœ‹πœ‹((𝑆𝑆 + 1)𝑛𝑛)! + 1}𝑛𝑛=1∞ diketahui terdapat

dua barisan bilangan bulat positif {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1∞ dan {𝑏𝑏𝑛𝑛}𝑛𝑛=1

∞ dengan {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1

∞ tidak turun, yaitu π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›=πœ‹πœ‹((𝑆𝑆 + 1)𝑛𝑛)! + 1 dan 𝑏𝑏𝑛𝑛 = 1.

Kemudian ditunjukkan bahwa π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› da 𝑏𝑏𝑛𝑛 memenuhi: 1. lim sup

𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›1 (𝑆𝑆+1)𝑛𝑛⁄ > 1

2. 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘œπ‘œοΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π›½π›½οΏ½.

Untuk syarat 1,

Page 5: 1 Kajian Ukuran Keirasionalan pada Barisan Bilangan Real

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

5

lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ (πœ‹πœ‹((𝑆𝑆 + 1)𝑛𝑛)! + 1)1 (𝑆𝑆+1)𝑛𝑛⁄

= inf supπ‘˜π‘˜ β‰₯ 1 𝑛𝑛 β‰₯ π‘˜π‘˜ (πœ‹πœ‹((𝑆𝑆 + 1)𝑛𝑛)! + 1)1 (𝑆𝑆+1)𝑛𝑛⁄

= infπ‘˜π‘˜ β‰₯ 1(πœ‹πœ‹((𝑆𝑆 + 1)π‘˜π‘˜)! + 1)1 (𝑆𝑆+1)π‘˜π‘˜β„

= (πœ‹πœ‹((𝑆𝑆 + 1)π‘˜π‘˜)! + 1)1 (𝑆𝑆+1)π‘˜π‘˜β„ ;π‘˜π‘˜ β‰₯ 1. Karena bilangan prima terkecil adalah 2, maka πœ‹πœ‹((𝑆𝑆 +

1)π‘˜π‘˜)! > 1, sehingga πœ‹πœ‹((𝑆𝑆 + 1)π‘˜π‘˜)! + 1 > 1, dan berakibat (πœ‹πœ‹((𝑆𝑆 + 1)π‘˜π‘˜)! + 1)1 (𝑆𝑆+1)π‘˜π‘˜β„ > 1, sehingga syarat 1 terpenuhi.

Untuk syarat 2, 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘œπ‘œοΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π›½π›½οΏ½ artinya βˆ€πœ€πœ€ > 0 βˆƒπ‘π‘ βˆ‹ |𝑏𝑏𝑛𝑛 | ≀

πœ€πœ€οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π›½π›½ οΏ½;βˆ€π‘›π‘› β‰₯ 𝑁𝑁, atau untuk π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› β‰  0 berlaku lim

𝑛𝑛 β†’ βˆžπ‘π‘π‘›π‘›π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π›½π›½ = 0.

Karena untuk π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›=πœ‹πœ‹((𝑆𝑆 + 1)𝑛𝑛)! + 1 dan 𝑏𝑏𝑛𝑛 = 1 berlaku π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π›½π›½ > 𝑏𝑏𝑛𝑛 , maka

lim𝑛𝑛 β†’ ∞

1(πœ‹πœ‹((𝑆𝑆+1)𝑛𝑛 )!+1)𝛽𝛽

= 0 lim

𝑛𝑛 β†’ βˆžπ‘π‘π‘›π‘›π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π›½π›½ = 0,

maka syarat 2 terpenuhi. Karena memenuhi kedua syarat, maka contoh tersebut

bersesuaian dengan Akibat 2.5.2, yaitu 𝑆𝑆 > 2 β‰… 𝑆𝑆 > 2.

Sehingga sesuai dengan Akibat 2.5.2

πœ‡πœ‡ οΏ½οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞� β‰₯ 𝑆𝑆,

dan proposisi tersebut terbukti.

Proposisi 3 Diberikan 𝐾𝐾 adalah suatu bilangan bulat positif dengan

𝐾𝐾 > 3. Juga diberikan [π‘₯π‘₯] adalah bilangan bulat terbesar yang lebih kecil atau sama dengan π‘₯π‘₯, maka barisan

οΏ½2𝑛𝑛+(𝐾𝐾+1)22[log 2 log 2 𝑛𝑛 ]

+ 𝑛𝑛2

21+(𝐾𝐾+1)22[log 2 log 2 𝑛𝑛 ]+ 𝑛𝑛

οΏ½

𝑛𝑛=1

∞

mempunyai ukuran keirasionalan lebih besar atau sama dengan 2𝐾𝐾

3.

Proposisi 4 Diberikan 𝐾𝐾 adalah suatu bilangan bulat positif dengan

𝐾𝐾 > 2, maka barisan

οΏ½2𝑛𝑛+(𝐾𝐾+1)22[log 2 log 2 𝑛𝑛 ]

+ 𝑛𝑛!

2πœ‹πœ‹οΏ½(𝐾𝐾+1)22[log 2 log 2 𝑛𝑛 ]

οΏ½+ 𝑛𝑛𝑛𝑛

οΏ½

𝑛𝑛=1

∞

mempunyai ukuran keirasionalan lebih besar atau sama dengan 𝐾𝐾.

Proposisi 5 Barisan

οΏ½2(2𝑛𝑛)! + 𝑛𝑛2𝑛𝑛 ! + 𝑛𝑛!

�𝑛𝑛=1

∞

adalah Liouville. Bukti:

Dari barisan οΏ½2(2𝑛𝑛 )!+𝑛𝑛2𝑛𝑛 !+𝑛𝑛 !

�𝑛𝑛=1

∞ diketahui terdapat dua barisan

bilangan bulat positif {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1∞ dan {𝑏𝑏𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1

∞ dengan {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1∞

tidak turun, yaitu π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›=2(2𝑛𝑛)! + 𝑛𝑛 dan 𝑏𝑏𝑛𝑛 = 2𝑛𝑛 ! + 𝑛𝑛!. Kemudian ditunjukkan bahwa π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› da 𝑏𝑏𝑛𝑛 memenuhi:

1. lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄ = ∞, 𝑆𝑆 ∈ ℝ+

2. 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1οΏ½.

Untuk syarat 1, lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄ = lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞�2(2𝑛𝑛)! + 𝑛𝑛�

1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄

= inf supπ‘˜π‘˜ β‰₯ 1 𝑛𝑛 β‰₯ π‘˜π‘˜οΏ½2(2𝑛𝑛)! + 𝑛𝑛�

1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄

Karena untuk 𝑛𝑛, π‘˜π‘˜ ∈ β„• berlaku 𝑛𝑛 β‰₯ π‘˜π‘˜, maka berakibat οΏ½2(2𝑛𝑛)! + 𝑛𝑛� β‰₯ οΏ½2(2π‘˜π‘˜)! + π‘˜π‘˜οΏ½,

dan berlaku

οΏ½2(2𝑛𝑛)! + 𝑛𝑛�1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄

β‰₯ οΏ½2(2π‘˜π‘˜)! + π‘˜π‘˜οΏ½1 π‘†π‘†π‘˜π‘˜β„

,

sehingga barisan οΏ½οΏ½2(2𝑛𝑛)! + 𝑛𝑛�1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄

�𝑛𝑛=1

∞ merupakan barisan

naik. Kemudian ambil sebarang 𝑀𝑀 ∈ ℝ,𝑀𝑀 > 0, maka terdapat 𝑛𝑛 ∈ β„• sedemikian hingga

οΏ½2(2𝑛𝑛)! + 𝑛𝑛�1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄

> 𝑀𝑀.

Akibatnya οΏ½οΏ½2(2𝑛𝑛)! + 𝑛𝑛�1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄

�𝑛𝑛=1

∞ tak terbatas. Karena

οΏ½οΏ½2(2𝑛𝑛)! + 𝑛𝑛�1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄

�𝑛𝑛=1

∞ merupakan barisan dalam ℝ⋇, maka

sup𝑛𝑛 β‰₯ π‘˜π‘˜οΏ½2(2𝑛𝑛)! + 𝑛𝑛�

1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄= ∞.

Sehingga lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄ = lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞�2(2𝑛𝑛)! + 𝑛𝑛�

1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄

= inf supπ‘˜π‘˜ β‰₯ 1 𝑛𝑛 β‰₯ π‘˜π‘˜οΏ½2(2𝑛𝑛)! + 𝑛𝑛�

1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄

= infπ‘˜π‘˜ β‰₯ 1∞

= ∞, sehingga syarat 1 terpenuhi.

Untuk syarat 2, 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘‚π‘‚οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1οΏ½ artinya terdapat suatu

bilangan real M sehingga |𝑏𝑏𝑛𝑛 | ≀ π‘€π‘€οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1 οΏ½. Karena untuk

π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›=2(2𝑛𝑛)! + 𝑛𝑛 dan 𝑏𝑏𝑛𝑛 = 2𝑛𝑛 ! + 𝑛𝑛! terdapat suatu bilangan real M yang memenuhi

|2𝑛𝑛 ! + 𝑛𝑛!| ≀ 𝑀𝑀��2(2𝑛𝑛)! + π‘›π‘›οΏ½πœ€πœ€1 οΏ½

|𝑏𝑏𝑛𝑛 | ≀ π‘€π‘€οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›πœ€πœ€1 οΏ½,

maka syarat 2 terpenuhi. Karena untuk setiap n m,endekati tak hingga berlaku

2(2𝑛𝑛)! + 𝑛𝑛 > 𝑛𝑛1+πœ€πœ€ , maka sesuai Akibat 2.6.1, οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

𝑏𝑏𝑛𝑛�𝑛𝑛=1

∞ adalah Liouville dan

proposisi terbukti.

Proposisi 6 Barisan

οΏ½2(3𝑛𝑛)𝑛𝑛 + 1

2𝑛𝑛𝑛𝑛 + 1�𝑛𝑛=1

∞

adalah Liouville.

Proposisi 7 Barisan

�𝑛𝑛𝑛𝑛 ! + 12𝑛𝑛 ! + 1

�𝑛𝑛=1

∞

adalah Liouville. Bukti:

Dari barisan �𝑛𝑛𝑛𝑛 !+1

2𝑛𝑛 !+1�𝑛𝑛=1

∞ diketahui terdapat dua barisan

bilangan bulat positif {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1∞ dan {𝑏𝑏𝑛𝑛 }𝑛𝑛=1

∞ dengan {π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› }𝑛𝑛=1∞

tidak turun, yaitu π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›=𝑛𝑛𝑛𝑛 ! + 1 dan 𝑏𝑏𝑛𝑛 = 2𝑛𝑛 ! + 1. Kemudian ditunjukkan bahwa π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› da 𝑏𝑏𝑛𝑛 memenuhi:

Page 6: 1 Kajian Ukuran Keirasionalan pada Barisan Bilangan Real

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

6

1. lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄ = ∞, 𝑆𝑆 ∈ ℝ+

2. 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘œπ‘œοΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π›½π›½οΏ½.

Untuk syarat 1, lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄ = lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞

(𝑛𝑛𝑛𝑛 ! + 1)1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄

= inf supπ‘˜π‘˜ β‰₯ 1 𝑛𝑛 β‰₯ π‘˜π‘˜

(𝑛𝑛𝑛𝑛 ! + 1)1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄ Karena untuk 𝑛𝑛, π‘˜π‘˜ ∈ β„• berlaku 𝑛𝑛 β‰₯ π‘˜π‘˜, maka berakibat

(𝑛𝑛𝑛𝑛 ! + 1) β‰₯ (π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜! + 1), dan berlaku

(𝑛𝑛𝑛𝑛 ! + 1)1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄ β‰₯ (π‘›π‘›π‘˜π‘˜ ! + 1)1 π‘†π‘†π‘˜π‘˜β„ , sehingga barisan οΏ½(𝑛𝑛𝑛𝑛 ! + 1)1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄ οΏ½

𝑛𝑛=1

∞ merupakan barisan

naik. Kemudian ambil sebarang 𝑀𝑀 ∈ ℝ,𝑀𝑀 > 0, maka terdapat 𝑛𝑛 ∈ β„• sedemikian hingga

(𝑛𝑛𝑛𝑛 ! + 1)1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄ > 𝑀𝑀. Akibatnya οΏ½(𝑛𝑛𝑛𝑛 ! + 1)1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄ οΏ½

𝑛𝑛=1

∞ tak terbatas. Karena οΏ½(𝑛𝑛𝑛𝑛 ! +

11𝑆𝑆𝑛𝑛𝑛𝑛=1∞ merupakan barisan dalam ℝ⋇, maka sup𝑛𝑛 β‰₯ π‘˜π‘˜(𝑛𝑛𝑛𝑛 ! + 1)1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄ = ∞.

Sehingga lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞ π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄ = lim sup𝑛𝑛 β†’ ∞

(𝑛𝑛𝑛𝑛 ! + 1)1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄

= inf supπ‘˜π‘˜ β‰₯ 1 𝑛𝑛 β‰₯ π‘˜π‘˜

(𝑛𝑛𝑛𝑛 ! + 1)1 𝑆𝑆𝑛𝑛⁄

= infπ‘˜π‘˜ β‰₯ 1∞

= ∞, sehingga syarat 1 terpenuhi.

Untuk syarat 2, 𝑏𝑏𝑛𝑛 = π‘œπ‘œοΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π›½π›½οΏ½ artinya βˆ€πœ€πœ€ > 0 βˆƒπ‘π‘ βˆ‹ |𝑏𝑏𝑛𝑛 | ≀

πœ€πœ€οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π›½π›½ οΏ½;βˆ€π‘›π‘› β‰₯ 𝑁𝑁. Karena untuk π‘Žπ‘Žπ‘›π‘› = 𝑛𝑛𝑛𝑛 ! + 1 dan 𝑏𝑏𝑛𝑛 = 2𝑛𝑛 ! +

1 terdapat suatu bilangan real N yang memenuhi |2𝑛𝑛 ! + 1| ≀ πœ€πœ€οΏ½(𝑛𝑛𝑛𝑛 ! + 1)𝛽𝛽 οΏ½

|𝑏𝑏𝑛𝑛 | ≀ πœ€πœ€οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π›½π›½ οΏ½,

Untuk setiap πœ€πœ€ > 0, maka syarat 2 terpenuhi. Karena untuk setiap n m,endekati tak hingga berlaku

𝑛𝑛𝑛𝑛 ! + 1 > 𝑛𝑛1+πœ€πœ€ , maka sesuai Akibat 2.6.2, οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

𝑏𝑏𝑛𝑛�𝑛𝑛=1

∞ adalah Liouville dan

proposisi terbukti.

Proposisi 8 Barisan

οΏ½2(𝑛𝑛+1)! + 1

2𝑛𝑛 ! + 1�𝑛𝑛=1

∞

adalah Liouville.

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan a. Dari definisi kriteria keirasionalan, barisan bilangan real,

dan ukuran keirasionalan dapat ditentukan dua kriteria batas bawah ukuran keirasionalan pada barisan bilangan real, yaitu: 1. Jika diberikan πœ€πœ€, πœ€πœ€1, dan 𝑆𝑆 adalah bilangan real positif

dengan πœ€πœ€1 < πœ€πœ€1+πœ€πœ€

dan 𝑆𝑆 > 11βˆ’πœ€πœ€1

, maka οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞

mempunyai ukuran keirasionalan lebih besar atau sama dengan max οΏ½2, 𝑆𝑆(1 βˆ’ πœ€πœ€1)οΏ½. [Teorema 3.4.1]

2. Jika diberikan πœ€πœ€ dan 𝑆𝑆 adalah bilangan real positif dengan 𝑆𝑆 > 1, maka οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

𝑏𝑏𝑛𝑛�𝑛𝑛=1

∞ mempunyai ukuran

keirasionalan lebih besar atau sama dengan max (2, 𝑆𝑆). [Teorema 3.4.2]

b. Dari dua kriteria batas bawah ukuran keirasionalan pada barisan bilangan real dapat ditentukan dua akibat sebagai berikut: 1. Jika diberikan πœ€πœ€1 dan 𝑆𝑆 adalah bilangan real positif

dengan 𝑆𝑆(1 βˆ’ πœ€πœ€1) > 2, maka οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞ mempunyai

ukuran keirasionalan lebih besar atau sama dengan 𝑆𝑆(1 βˆ’ πœ€πœ€1). [Akibat 3.5.1]

2. Jika diberikan 𝑆𝑆 adalah bilangan real positif dengan 𝑆𝑆 > 2, maka οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

𝑏𝑏𝑛𝑛�𝑛𝑛=1

∞ mempunyai ukuran

keirasionalan lebih besar atau sama dengan 𝑆𝑆. [Akibat 3.5.2]

c. Dari dua krirteria batas bawah ukuran keirasionalan pada barisan bilangan real dapat ditentukan dua akibat yang berkaitan dengan barisan Liouville sebagai berikut: 1. Jika diberikan πœ€πœ€ dan πœ€πœ€1 adalah bilangan real positif

dengan πœ€πœ€1 < πœ€πœ€1+πœ€πœ€

, maka οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›π‘π‘π‘›π‘›οΏ½π‘›π‘›=1

∞ adalah Liouville.

[Akibat 3.6.1] 2. Jika diberikan πœ€πœ€ adalah bilangan real, maka οΏ½π‘Žπ‘Žπ‘›π‘›

𝑏𝑏𝑛𝑛�𝑛𝑛=1

∞

adalah Liouville. [Akibat 3.6.2]

B. Saran Pada penelitian ini hanya dikaji dua kriteria batas bawah

ukuran keirasionalan pada barisan bilangan real, akibat – akibatnya, dan akibat – akibat yang berkaitan dengan barisan Liouville dengan beberapa asumsi. Oleh karena itu penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mengubah atau meminimalisir asumsi – asumsi yang ada.

DAFTAR PUSTAKA [1] Bartle, R. G., Sherbert, D. R. β€œIntroduction to Real Analysis”. John

Wiley & Sons. Inc, (1994). [2] Borwein, P. B. β€œOn the Irrationality of βˆ‘ 1/(π‘žπ‘žπ‘›π‘› + π‘Ÿπ‘Ÿ)”. J. Number

Theory Vol. 37, (1991) Hal. 253-259. [3] Borwein, P. B. β€œOn the Irrationality of Certain Series”. Math. Proc.

Camb. Phil. Soc. Vol. 122, (1992) Hal. 141-146. [4] Duverney, D. β€œNumber Theory An Elementary Introduction Through

Diophantine Problems”. World Scientific, (2010). [5] ErdΓΆs, P., Strauss, E.G. β€œOn the Irrationality of Certain

Series”.Pacific Journal of Mathematics Vol. 55, (1974) Hal 85-92. [6] Hančl, J. β€œLiouville Sequences”. Nagoya Math. J. Vol. 172, (2003)

Hal.173-187. [7] Hančl, J., Filip, F. β€œIrrationality Measure of Sequences”. Hiroshima

Math. J. Vol. 35, (2005) Hal. 183-195. [8] Hardy, G. H., Wright, E. M. β€œAn Introduction to the Theory of

Numbers, 4th ed”. Oxford: Clarendon Press, (1968). [9] Jain, P. K., dan Gupta, V.P. β€œLebesgue Measure and Integration”.

Wiley Eastern Limited, (1986). [10] Sondow, J. β€œIrrationality Measures, Irrationality Bases, and a

Theorem of Jarnik”. Journal du Theorie des Nombres Bordeaux, (2003).

[11] MIT. β€œBig O Notation”. web.mit.edu.