1. HUMAS SEBAGAI GARDA TERDEPAN … HUMAS DALAM... · sampai saat ini belum ada tanda-tanda bahwa...
Transcript of 1. HUMAS SEBAGAI GARDA TERDEPAN … HUMAS DALAM... · sampai saat ini belum ada tanda-tanda bahwa...
Artikel Website BPLS| 1
1. HUMAS SEBAGAI GARDA TERDEPAN PENYEBARLUASAN INFORMASI
Semburan dan luapan lumpur panas di Kecamatan Porong, Kabupaten
Sidoarjo yang terjadi sejak 29 Mei 2006 hingga saat ini masih terus berlanjut, dan
sampai saat ini belum ada tanda-tanda bahwa fenomena alam ini akan berhenti
dalam waktu dekat.
Dalam rangka mengemban misi nasional untuk penyelamatan penduduk,
penanganan masalah sosial dan infrastruktur di sekitar bencana akibat luapan
lumpur di Sidoarjo, Badan Pelaksana Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo
(Bapel BPLS) yang dibentuk tanggal 8 April 2007 berdasarkan Peraturan Presiden RI
No. 14 Tahun 2007 telah meningkatkan upaya penanganan dengan
memperhitungkan resiko lingkungan yang terkecil.
Disini peran humas dalam sebuah organisasi sangatlah penting. Dalam riset
tentang kegiatan humas (public relations), ada dua peran besar yang secara
konsisten muncul dalam kegiatan humas yaitu peran sebagai eksekutor dan
manajemen.
Peran sebagai eksekutor mewakili seni dari humas seperti menulis, mengedit,
mengambil foto, menangani produksi komunikasi, membuat kegiatan-kegiatan
spesial, dan melakukan kontak telepon dengan media.
Peran sebagai manajer berfokus pada kegiatan yang membantu organisasi
dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah terkait humas. Manajer humas
melaksanakan tiga peran, pertama sebagai pemberi penjelasan, yaitu orang yang
bekerja sebagai konsultan untuk mendefinisikan masalah, menyarankan pilihan, dan
memantau implementasi kebijakan. Kedua sebagai fasilitator komunikasi, yaitu
orang yang berada pada batas antara organisasi dengan lingkungannya yang
menjaga agar komunikasi dua arah tetap berlangsung. Ketiga sebagai fasilitator
pemecahan masalah, yaitu orang yang bermitra dengan manajer senior untuk
mengidentifikasi dan memecahkan masalah (Lattimore,2010). Fungsi paling dasar
humas dalam pemerintahan adalah membantu menjabarkan dan mencapai tujuan
program pemerintahan, meningkatkan sikap responsif pemerintah, serta memberi
publik informasi yang cukup untuk dapat melakukan pengaturan diri sendiri
(Lattimore,2010).
Artikel Website BPLS| 2
Gambar 1.1. SosialisasiPenataanOjek Di Wilayah Tanggul Lumpur Sidoarjo
Gambar 1.2. KunjunganCitynet Media Center KabupatenSidoarjo
Gambar 1.3. Studi KelautanUniversitasBrawijaya Gambar. 1.4.StudiLapanganUniversity of South Australia
Artikel Website BPLS| 3
Artinya humas pemerintahan bertugas menjalankan kegiatan kebijakan dan
pelayanan publik dengan memberikan berbagai informasi tentang kebijakan
pemerintahan yang mengikat masyarakat. Citra mencerminkan apa yang dipikirkan,
emosi dan persepsi individu. Walaupun orang melihat hal yang sama, tapi
pandangan mereka bisa berbeda. Persepsi inilah yang membentuk citra dari sebuah
organisasi (Alifahmi, 2005). Esensi tujuan humas didunia pemerintahan adalah
membuat berbagai program pemerintah yang dapat membentuk, meningkatkan dan
memelihara citra positif dan reputasi baik agar dapat memperoleh opini publik yang
menguntungkan, serta dukungan dan simpati rakyat atau publik. Citra sengaja
diciptakan humas dalam dunia pemerintahan dalam bentuk events (kegiatan-
kegiatan), kampanye dan program-program (Ardianto, 2011).
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman tersebut yang menjadi
permasalahan adalah bagaimana peranan humas Badan Pelaksana – Badan
Penanggulangan Lumpur Sidoarjo dalam membangun citra instansi dan hubungan
dengan warga terdampak semburan lumpur.
Dalam hal ini humas berfungsi melayani masyarakat, karena masyarakat turut
mengawasi setiap kegiatan pemerintah, apabila tidak sesuai dengan aspirasi rakyat,
rakyat secara cepat akan mengeritiknya. Humas pemerintah menurut Sam Black
(Dalam Effendy, 1999:37) diklasifikasikan menjadi humas pemerintah pusat dan
humas Pemerintah daerah. Kedua-duanya menurutnya mempunyai tugas yang
sama, walaupun ruang lingkupnya berbeda. Tugas humas pemerintah disini;
pertama menyebarkan informasi secara teratur mengenai kebijaksanaan
perencanaan dan hasil yang telah dicapai, kedua menerangkan dan mendidik
mengenai perundang-undangan, peraturan-peraturan dan hal-hal yang berhubungan
dengan kehidupan rakyat sendiri. Melalui aparatur humasnya pemerintah dapat
menyampaikan informasi atau menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan
kebijaksanaan dan tindakan-tindakan tertentu serta aktivitas dalam melaksanakan
tugas-tugas dan kewajiban kepemerintahan.
Proses pencitraan tidak terlepas dari proses komunikasi, “komunikasi adalah
penyampaian isi pernyataan (pesan) dari komunikator kepada komunikannya melalui
saluran informasi (Hoeta Soehoet, 2003). Pesan yang disampaikan tidak serta merta
diterima oleh publik. Ada rangkaian proses, mulai dari diterimanya pesan oleh mata,
bila pesan visual, diolah dengan membandingkannya dengan opini penerima pesan
Artikel Website BPLS| 4
dan opini publik, baru kemudian dimaknai dan menjadi persepsi. Pesan dapat
disampaikan secara visual, verbal, dan prilaku (Fomburn, 1996, Dowling, 2002,
schifman & Kanuk, 2004). Pesan visual, pada organisasi, biasanya dikenalkan
melalui logo organisasi. Logo organisasi ini harus mampu secara mandiri
menyampaikan visi misi organisasi. Untuk memperkuat pesan, logo dapat diikuti
dengan pesan verbal yaitu dengan menambahkan slogan/credo. Perilaku,
merupakan unsur pembentuk persepsi yang paling efektif; dapat membangun
persepsi yang baik, maupun persepsi yang buruk. Unsur perilaku ini lebih sulit
dikelola karena menyangkut perilaku seluruh anggota organisasi, bukan hanya
pimpinan organisasi saja. Persepsi yang dibentuk dalam benak khalayak akan
menjadi gambaran/citra mengenai organisasi tersebut yang melekat pada benak
khalayak.
Proses Pengelolaan Citra harus dikelola dengan baik. Dikaitkan dengan
pembagian tugas dalam organisasi, humas merupakan komponen organisasi yang
melakukan pengelolaan citra secara sistematis. Namun, mengingat proses
pembentukan persepsi, khususnya pada komponen prilaku, setiap anggota
organisasi dapat memberikan pesan kepada publik melalui perilaku yang
ditampilkan, maka setiap anggota/ pegawai organisasi/lembaga adalah PR Officer
(PRO). Tugas PRO adalah melakukan upaya dalam menyampaikan isi pernyataan
kepada khalayak sasarannya, agar internal dan eksternal publik minimal tidak
merugikan dan maksimal member keuntungan secara terus-menerus kepada
organisasi (Hoeta Soehoet, 2003).
Pembahasan Instansi/Lembaga Pemerintahan yang paling dekat dan dinamis
dengan masyarakat adalah Lembaga Pemerintahan Bapel BPLS. Kerena Lembaga
Pemerintahan Bapel BPLS merupakan kepanjangan tangan (jembatan) dari
Pemerintah Pusat dengan warga korban Semburan Lumpur Sidoarjo menyalurkan
proses ganti rugi atas tanah dan bangunan warga korban semburan lumpur Sidoarjo
baik didalam PAT maupun diluar PAT dan mengembalikan infrastruktur akibat dari
semburan lumpur Sidoarjo.
Dalam konteks pelaksanaan tugas yang diberikan oleh Presiden Republik
Indonesia untuk menanggulangi dampak bencana akibat semburan lumpur di
Sidoarjo dengan mengadakan langkah-langkah penyelamatan penduduk,
penanganan masalah sosial dan infrastruktur dengan memperhitungkan resiko
Artikel Website BPLS| 5
lingkungan yang terkecil, Bapel BPLS telah, sedang dan akan terus melakukan
berbagai langkah kebijakan strategis agar misi yang dibebankan oleh Pemerintah
melalui Presiden tersebut dapat segera dituntaskan.
Namun pada kenyataannya, keberhasilan pembangunan pelaksanaan
kebijakan strategis yang telah dilakukan selama ini telah memberikan capaian dan
kemajuan yang ditandai dengan telah lancarnya pengaliran lumpur ke laut melalui
Kali Porong, pulihnya arus lalu lintas serta transportasi barang dan jasa melalui jalan
arteri Siring – Porong baru, telah selesainya proses perlindungan sosial, pemulihan
sosial dan pemberian bantuan sosial bagi sebagian besar warga terdampak yang
menjadi tanggung jawab sepenuhnya Pemerintah. Bapel BPLS masih dihadapkan
pada beberapa permasalahan yang harus diselesaikan untuk lebih berhasilnya
pelaksanaan tugas tersebut. Berbagai permasalahan tersebut antara lain adalah:
Indikasi peningkatan bahaya luapan lumpur
Walaupun secara tren tahunan aktivitas semburan menunjukkan penurunan, namun
perlu diwaspadai indikasi peningkatan bahaya luapan lumpur dan/atau air.
Gambar 1.5. Pusat Semburan Lumpur Panas Sidoarjo
Artikel Website BPLS| 6
Elevasi di daerah sekitar pusat semburan terus bertambahtinggi
Dengan semakin bertambahnya jumlah lumpur yang ada di dalam kolam dari tahun
ke tahun, maka hal tersebut telah mengurangitinggi jagaan (waking) lumpur terhadap
elevasi puncak tanggul, dan hal ini akhirnya akan dapat mempengaruhiturunnya
tingkat stabilitas/keamanan tanggul penahan luapan lumpur.
Gambar 1.6. Elevasi Tanggul Penahan Semburan Lumpur
Pengerukan lumpur dan pengalirannya belum dapat memenuhi target
Bertambahnya jumlah lumpur yang ada di dalam kolam akhirnya akan dapat
mempengaruhi turunnya tingkat stabilitas/keamanan tanggul penahan luapan
lumpur, karena menyebabkan terjadinya limpasan air dalam kolam terhadap tanggul
penahan lumpur.
Gambar 1.7. Kegiatan Pengerukuan Lumpur Panas 1.8. Pengecekan Kapal Keruk di Titik 43
Sidoarjo di Area Pusat Semburan Gambar
Artikel Website BPLS| 7
Jual beli wilayah 66 RT
Masih adanya warga di wilayah 66 RT yang belum bersedia melakukan proses jual
beli tanah dan bangunannya dengan Bapel BPLS meskipun mereka sudah diberi
sosialisasi dan pengertian bahwa wilayah mereka termasuk dalam wilayah
penanganan luapan lumpur Sidoarjo.
Gambar 1.9. Proses Jual Beli Tanah dan Bangunan Warga Korban Semburan Lumpur Sidoarjo
Penyelesaian tanah waqaf, tanah kas desa, dan fasum fasos
Masih belum selesainya proses penyelesaian tanah waqaf, tanah kas desa, serta
fasum fasos yang harus diganti oleh Pemerintah melalui Bapel BPLS.
Gambar 1.10. Aktivitas Pengukuran Fasum dan Fasos
Artikel Website BPLS| 8
Wilayah penanganan luapan lumpur yang semakin luas
Semakin luasnya wilayah yang dinyatakan tidak aman dan atau tidak layak huni (di
luar wilayah PAT 22 Maret 2007), yaitu seluas + 555,9 Ha (yang mencakup wilayah 3
desa, 9 RT, dan 66 RT) tentunya menuntut satu pengawasan yang lebih agar tanah
yang telah menjadi milik Pemerintah tersebut tidak akan diserobot atau dimanfaatkan
secara liar oleh masyarakat dan/atau masih dijadikan tempat hunian oleh pemilik
asal.
Gambar 1.11. Peta Wilayah Kerja Bapel BPLS
Artikel Website BPLS| 9
Gambar 1.12. Aktivitas Pemasangan Tanda Papan Larangan Pemanfaatan Tanah Milik Negara
Dimensi kewilayahan yang kompleks
Meskipun wilayah seluas 1.109,5 Ha tersebut telah dinyatakan sebagai wilayah yang
tidak aman dan atau tidak layak huni, namun mengingat di dalamnya masih terdapat
sarana dan prasarana umum (jalan kereta api, jalan arteri Siring-Porong lama, jalan
lingkungan, saluran irigasi) yang masih dimanfaatkan oleh masyarakat termasuk PT.
Kereta Api Indonesia, serta masih adanya wilayah kontrak kerjasama migas (KKS
Migas) Blok Brantas yang aktif, maka menjadikan wilayah terdampak semburan
lumpur tersebut mempunyai dimensi kewilayahan yang kompleks.
Gambar 1.13. Jalan arteri Siring dan rel kereta api Porong – Tanggulangin yang Masih Dimanfaatkan
Artikel Website BPLS| 10
Beberapa isu aktual terkait semburan masih belum terjawab
Keberadaan semburan lumpur Sidoarjo yang sampai saat ini masih menimbulkan
daya tarik bagi para ilmuwan dan ahli geologi, masih menyisakan beberapa isu dan
pertanyaan yang belum mampu dituntaskan dan jawabannya bisa diterima oleh para
pemangku kepentingan.
Gambar 1.14. Sumber Semburan Lumpur Panas Sidoarjo
Dari hasil monitoring media dan dari pengelolaah terhadap data yang sudah
dilakukan oleh humas Bapel BPLS sedikit dapat diambil kesimpulan bahwa humas
Bapel BPLS segera dapat mengambil tindakan untuk meningkatkan citra Lembaga
Bapel BPLS dengan cara melakukan press release, mencetak leaflet maupun
booklet untuk masyarakat maupun publik yang memerlukan informasi mengenai
seputar Semburan Lumpur Sidoarjo.
Kegiatan Press Release ini adalah kegiatan Media Relations, dimana
hubungan baik antara lembaga/instansi yang diwakili oleh bagian humas dalam
usaha melakukan kerja sama dengan media-media massa yang ada di daerahnya,
maupun diluar daerah lembaga/instansinya.Jadi press release sedikit banyak dapat
membantu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai program-program
kerja apa saja dan capaian kinerja yang tengah dilakukan oleh Bapel BPLS.
Sehingga apabila program tersebut dapat diterima dengan baik oleh masyarakat,
Artikel Website BPLS| 11
diharapkan masyarakat dapat memberi penilaian yang positif mengenai program-
program kerja tersebut.Dan bisa berdampak baik untuk membangun dan
meningkatkan citra Bapel BPLS.
Gambar 1.15. WawancaraDenganAgence France Presse
Leaflet adalah media berbentuk selembar kertas yang diberi gambar dan
tulisan (biasanya lebih banyak tulisan) pada kedua sisi kertas serta dilipat sehingga
berukuran kecil dan praktis dibawa, Banner adalah Salah satu media Promosi yang
dicetak dengan Print Digital yang umumnya berbentuk potrait atau vertikal, Banner
adalah bentuk penyederhanaan dari Baliho dan Baliho adalah suatu sarana atau
media Berpromosi yang mempunyai unsur memberikan informasi event atau
kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat luas, selain itu juga berguna untuk
mengiklankan suatu produk.
Artikel Website BPLS| 12
Gambar 1.16. Booklet Profil Lembaga Bapel BPLS
Peran humas Bapel BPLS dalam instansi pemerintah lebih kompleks, karena
humas pemerintahan tidak seperti humas pada perusahaan swasta.Humas
perintahan sudah mempunyai tupoksi dan alur kerja yang harus sesuai dengan
tupoksi. Dan tugas umum humas Bapel BPLS adalah melaksanakan pemberitaan,
mengumpulkan dan menganalisa informasi untuk bahan kebijakan
pimpinan,melakukan perekaman, penyajian data, dan mendampingi
kegiatanpimpinan seperti pengambilan gambar, serta melaksanakan tugas lain yang
diberikan oleh pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya. Humas Bapel BPLS juga
berperan sebagai mediator apabila terjadi sengketa antarwarga terdampak lumpur,
maupun pihak eksternal (PT.Lapindo Brantas) apabila diminta dan dianggap perlu
untuk turut campur.
Kegiatan monitoring media dan pengaruhnya terhadap citra kegiatan media
monitoring yang dilakukan oleh humas Bapel BPLS secara terus menerus dan
berkelanjutan dilaksanakan setiap harinya. Hal itu untuk mengetahui permasalahan
apa yang terjadi dalam masyarakat dan apa saja keluhan masyarakat terhadap
kegiatan-kegiatan yang dilakuakan oleh Bapel BPLS. Kegiatan monitoring media
Artikel Website BPLS| 13
sendiri adalah kegiatan untuk memilih berita dari surat kabar dan mengunting,
kemudian di jadikan sebuah klipingan berita. Dan dikumpulkan untuk di jadikan
bahan evaluasi selanjutnya dalam melaksanakan kegiatan.Dari kegiatan monitoring
media tersebut kita dapat mengetahui permasalahan sedang terjadi, sehingga bisa
cepat mencari solusinya. Apabila kegiatan monitoring media tidak dijalankan dengan
baik, dan keluahan-keluhan masyarakat tidak di tanggapi, tentunya hal ini akan
sangat berpengaruh terhadap citra Bapel BPLS akan menurun, dan pada akhirnya
akan menimbulkan citra negatif.
Seperti dikatakan oleh Katz (dalam Soemirat dan Ardianto:2004) mengatakan
bahwa citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah
perusahaan/instansi, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap
instansi/lembaga mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya.
Seperti itulah masyarakat akan memandang.
Bapel BPLS dinilai kurang berhasil dalam menjalankan tugasnya, maka
citranya akan buruk. Dan apabila telah berhasil melakukan tugasnya, maka citra
Bapel BPLS positif di mata masyarakat pada umumnya dan warga korban semburan
lumpur pada khususnya.Untuk membangun citra yang positip dari masyarakat,
diperlukannya pengenalan lebih jauh tentang Bapel BPLS kepada masyarakat, dan
memperkenalkan program-program Bapel BPLS itu sendiri agar masyarakat paham
dan bermanfaat dengan apa yang telah dikerjakan dan dihasilkan oleh Bapel BPLS,
untuk membuat pemerintahan yang transparan.
Jenis-jenis Citra menurut Ardianto (2011:63) adalah : a). Citra bayangan, citra
bayangan adalah citra yang melekat pada orang atau anggota-anggota organisasi,
dan citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap
organisasinya. Citra bayangan itu hampir selalu tidak tepat, atau tidak sesuai dengan
kenyataan yang sesungguhnya. Seperti halnya padangan yang dimiliki oleh Bapel
BPLS tentang citranya sendiri. Yaitu Bapel BPLS menilai citranya positif di mata
masyarakat. b). Citra yang berlaku, citra yang berlaku adalah kebalikan dari citra
bayangan atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu
organisasi. Seperti pandangan masyarakat yang memiliki kebanggan terhadap
daerahnya dengan banyaknya menerima penghargaan-penghargaan tetapi masih
kurang kesadaran untuk menjaga dan memelihara aset yang dibangun untuk
kenyaman bersama.Citra inilah yang terjadi di masyarakat. c). Citra yang diharapkan
Artikel Website BPLS| 14
Wish image adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga
tidak sama dengan citra yang sebenarnya. Biasanya, citra yang diharapkan itu lebih
baik atau lebih menyenangkan dari pada citra yang ada. Memiliki citra yang positif
adalah citra yang diinginkan oleh Bapel BPLS. d). Citra majemuk banyak jumlah
pegawai (individu), cabang atau perwakilan dari sebuah perusahaan/instansi atau
organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra
organisasi/lembaga atau perusahaan/instansi secara keseluruhan. Variasi citra
tersebut harus ditekan seminimal mungkin dan citra perusahaan harus ditegakkan
secara keseluruhan.Seperti halnya saat mewawancara warga korban semburan
lumpur Sidoarjo. Mereka memiliki pandangan yang berbeda mengenai citra Bapel
BPLS. Maka humas Bapel BPLS mengeluarkan press release untuk mengenalkan
program-program dan kegiatan-kegiatan Lembaga kepada masyarakat sehingga
masyarakat lebih paham dan mengerti. Press Release atau siaran pers menurut
Soemirat dan Ardianto (2004) adalah informasi dalam bentuk berita yang dibuat oleh
Public Relations (PR) suatu organisasi/perusahaan yang disampaikan kepada
pengelola pers/ redaksi media massa (tv, radio, media cetak, media online) untuk
dipublikasikan dalam media massa tersebut. Humas Bapel BPLS membuat press
release kemudian menyebarkannya kepada semua media massa, tidak hanya di
lingkup Kabupaten Sidoarjo, tapi semua media massa boleh mendapatkan press
release tersebut. Dengan cara-cara tersebut yang dilakukan humas Bapel BPLS,
cara ini sangat efektif untuk memberikan pengertian kepada masyarakat, sehingga
berdampak meningkatnya citra Bapel BPLS. Hal ini dapat di lihat dari berkurangnya
jumlah demo-demo yang dilakukan masyarakat terhadap Bapel BPLS.
Artikel Website BPLS| 15
Gambar1.17.Unjuk Rasa Warga PAT Sebelum Pembayaran Ganti Rugi
2. PENTINGNYA OPTIMALISASI KEHUMASAN
Hampir seluruh instansi pemerintah memiliki Bagian Hubungan Masyarakat
(Humas), yang notabene sebagai mediator antara pemerintah dengan masyarakat,
sekaligus patner bagi insan pers. Bukan sekedar tukang kliping koran. Untuk itu,
humas telah melakukan sejumlah publikasi internal, memberdayakan lembaga
kehumasan serta unit pelayanan yang bersifat teknis agar berperan sebagai corong
informasi. Ironisnya, namun masih banyak pendapat yang menganggap humas
pemerintah sebagai tempat buangan.
Melihat kondisi itu, aparatur humas harus mempersiapkan diri memasuki era
kompetisi atau era image war (perang citra) ditengah gelombang informasi
komunikasi global yang sudah tidak terbendung lagi, serba cepat diberbagai bidang.
Dengan demikian humas tidak bisa berdiam diri menyikapi tuntutan di era
tranparansi publik. Seperti yang sering disampaikan, humas harus memiliki wawasan
yang luas dan mampu menjaga “image building”.
Satu diantara terobosan yang digebrak untuk menjawab itu semua yakni
adanya optimalisasi kehumasan. Dengan revitalisasi kehumasan ini diharapkan
mampu membangun citra sekaligus reputasi instansi. Atau dengan kata lain,
revitalisasi humas langkah konkrit dalam rangka memberi citra positif yang konstruktif
bagi pemerintah, baik Pemerintah Pusat, warga korban semburan lumpur,
Kabupaten dan Instansi terkait.Jelas, ini merupakan tugas berat bagi aparat
kehumasan untuk memberikan pencitraan yang membentuk opini publik (public
opinion) yang konstruktif bagi pemerintah, sekarang maupun yang akan datang.
Artikel Website BPLS| 16
Gambar 1.18.Rapat Koordinasi DenganJajaran Humas & Keamanan
Revitalisasi Kehumasan mengacu pada Peraturan Menteri Negara
Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor: PER/12/M.PAN/08/Tahun 2007, Tentang
Pedoman Umum Humas Di Lingkungan Instansi Pemerintah. Dalam peraturan ini,
jelas menyiratkan pentingnya Lembaga Humas Pemerintah, termasuk Sumber Daya
Manusia-nya. Karena itu kedepan diharapkan, Aparat Kehumasan dapat
memberikan informasi pembangunan maupun kebijakan pemerintah sebagai upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dan ini tentunya sesuai asas umum Humas
Pemerintah yakni, keterbukaan, obyektif, jujur, tapat janji, etis, professional, dan
akuntabel (Pasal 2, PER/12/M.PAN/08/Tahun 2007).
Pada sisi lain, aparatur humas selain sebagai juru bicara pemerintah, harus
pula mengambil peran sebagai advisor (penasehat) serta konsultan bagi top
management. Ini mengingat tantangan pejabat humas saat ini cukup kompleks
diantaranya semakin kritisnya masyarakat, menjamurnya organisasi pers yang
muncul, perkembangan tekhnologi informasi yang signifikan. Oleh karenanya,
pejabat humas harus handal dan efektif dalam memilih dan memilah informasi yang
benar, cepat dan tepat untuk disampaikan kepada top management ataupun
dipublikasikan ke publik.
Revitalisasi kehumasan berupaya menyempurnakan proses kerja kehumasan
agar lebih hidup dan mampu menjawab tantangan era keterbukaan informasi. Sebaik
Artikel Website BPLS| 17
apapun kinerja yang dilakukan instansi pemerintah, jika citra positif belum terbangun,
maka pemerintah akan semakin ditinggalkan masyarakatnya
Gambar 1.19. RapatDenganKonsultanPengaliran Di Kantor Lapangan P.41
3. HUMAS BAPEL BPLS SEBAGAI PENYEBARLUASAN INFORMASI
BIODIVERSITY/ECOTURISM UNTUK MENDUKUNG LUMPUR SIDOARJO
SEBAGAI USULAN WISATA GEOPARK
Gagasan tentang Semburan lumpur Sidoarjo yang didengungkan oleh BPLS
beberapa tahun silam untuk agar menjadi Wisata Geopark kelas dunia, kini semakin
mendekati kenyataaan. Meskipun pada sebelumnya Lumpur Sidoarjo sudah menjadi
bahan penelitian/studi dari Universitas baik dalam negeri maupun luar negeri namun
pada permulaan tahun 2016 ini Bapel BPLS secara resmi memulai “kickoff” Wisata
Geopark Semburan Lumpur Sidoarjo.
Diawali dengan kunjungan-kunjungan dari wisatawan lokal : turis lokasl,
komunitas batik Sidoarjo dan Srikandi Pemadam Kebakaran Wonogiri dan Pemadam
Kebakaran Surabaya. Kemudian juga dari wisatawan mancanegara : Turis dari
negara China, Sudi turis Bangladesh, Turis Perancis dan masih banyak lagi turis
yang telah berkunjung ke Semburan Lumpur Sidoarjo.
Artikel Website BPLS| 18
Gambar 1.20. Kunjungan Komunitas Batik Sidoarjo
Gambar 1.21. Kunjungan Srikandi Pemadam Kebakaran
Artikel Website BPLS| 19
Gambar 1.22. Kunjungan Wisatasan dari Bangladesh
Gambar 1.23. Kunjungan Wisatasan Asing dari China
Disini peran Humas Bapel BPLS sebagai “ujung tombak” yang mewakili pemerintah
sangatlah penting. Disamping peran Humas sebagai penghubung antara pemerintah dengan
masyarakat, humas Bapel BPLS juga bertugas menyampaikan informasi tentang wacana
Semburan Lumpur Sidoarjo sebagai Wisata Geopark yang tiada duanya didunia.
Mengingat Semburan Lumpur Sidoarjo merupakan fenomena geologi yang
berpeluang dikembangkan menjadi wisata alternatif sejalan dengan kaidah wisata
geologi yang disebut geowisata atau lebih jauh lagi dikenal dengan istilah ‘geopark’
maka Bapel BPLS telah memperhatikan tiga unsur yaitu, geodiversity, biodiversity,
dan cultural diversity.
Artikel Website BPLS| 20
Geopark
Masyarakat sekitar Semburan Lumpur mungkin sudah tinggal di dalamnya
selama beberapa generasi, bekerja di kawasan itu sehingga sedikit banyak telah
menghasilkan nilai ekonomi sendiri. Melalui pengembangan Geopark nilai ekonomi
masyarakat setempat akan ditingkatkan, selaras dengan kegiatan konservasi
berkelanjutan dan pendidikan yang menjadi kegiatan di dalam kawasan.
Geopark menjadi bentuk apresiasi Bapel BPLS kepada nilai dan makna
keunikan, kelangkaan dan estetika dari keragaman dan warisan geologi yang
terdapat di kawasan Semburan Lumpur Sidoarjo.Ditopang oleh pilar pembangunan
berkelanjutan, pengembangan wilayah berciri khusus seperti itu ditujukan kepada
masyarakat setempat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan Geopark.
Gambar 1.24. Penyerahan Cinderamata Wisatawan Yang Berkunjung Ke Lumpur Sidoarjo
Dengan demikian masyarakat setempat akan merasakan manfaat yang
diperoleh, langsung atau tidak langsung, dari kegiatan pembangunan Geopark di
daerahnya. Oleh karenanya, sesuai dengan tujuan pembangunan Geopark, konsep
ini mempunyai hakekat merayakan dan membangun kembali hubungan antara alam
dengan manusia.Sebelum manusia ada, alam telah membentuk hubungan yang
harmoni dengan binatang dan tumbuhan.
Artikel Website BPLS| 21
Gambar 1.25. Geopark Semburan Lumpur Sidoarjo
Biodiversity/Ecoturism
Biodiversity (keragaman biologi atau keragaman hayati) mulai mengerucut sejak
tahun 1990-an, sebelum akhirnya menjadi paradigma dunia. Biodiversity merupakan
suatu istilah pembahasan yang mencakup segala bentuk kehidupan, yang secara
ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup
gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-
proses ekologi.
Gambar 1.26. Penanaman Bibit Di Green House
Artikel Website BPLS| 22
Secara singkat definisi biodiversity merupakan keanekaragaman makhluk
hidup dan hal-hal yang berhubungan dengan ekologinya, dimana makhluk hidup
tersebut terdapat. Keanekaragaman hayati mencakup tiga tingkatan yang meliputi
keanekaragaman genetik, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.
Gambar 1.26.Pulau Lumpur Sedimen Material Semburan Lumpur di Muara Kali Porong
Geodiversity
Geodiversity merupakan gambaran dari ragam komponen geologi yang
terdapat di suatu daerah; termasuk keberadaan, penyebaran, dan keadaannya
sehingga dapat mewakili evolusi geologi daerah tersebut.Batuan, mineral, fosil,
Artikel Website BPLS| 23
tanah dan bentangalam adalah bagian integral dari alam.Di dalam konteks
kehidupan, komponen-komponen dasar geologi dan bentangalam teridentifikasi
mempengaruhi binatang, tumbuhan, serta tatanan sosial masyarakat setempat yang
menghasilkan budaya.
Memahami proses yang terjadi di masa lalu seperti pembentukan tanah dan
erosi, penggurunan, gempabumi, evolusi, punahnya tumbuhan dan binatang tertentu
akan membantu manusia merunut kembali sejarah bumi. Manusiapun selanjutnya
dapat membuat prediksi akan terjadinya sebuah peristiwa geologi. Tetapi kapan
suatu peristiwa geologi yang menyebabkan bencana (seperti gempabumi, letusan
gunungapi) akan terjadi, manusia tetap tidak kuasa untuk menetapkannya
Artikel Website BPLS| 24
Gambar 1.27. Material Semburan Lumpur Sidoarjo
Gambar 1.28. Aliran sungai alami dari pusat semburan lumpur Sidoarjo
Cultural Diversity
Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keragaman budaya di
wilayah sekitar Semburan lumpur yang ada sebelum munculnya Semburan Lumpur
Panas. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan
kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan
daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan
kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut.
Artikel Website BPLS| 25
Gambar 1.29. Suasana Pusat Seburan LumpurBersama Para Srikandi
Gambar 1.30. Patung simbol warga korban lumpur PAT
Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Seiring semakin majunya teknologi informasi dan komunikasi yang beredar di
tengah masyarakat sebagai akibat dari tuntutan zaman, humas harus mampu
Artikel Website BPLS| 26
menggunakan perangkat teknologi tersebut, guna mendistribusikan inforrmasi
kepada publik secara cepat, tepat dan efektif.
Para praktisi humas mengungkapkan bahwa dunia kehumasan atau PR
(public relation) sedang memasuki masa kebangkitan dengan keberadaan teknologi
informasi dan komunikasi. Keberadaannya membuat para praktisi humas mampu
mencapai sasarannya kepada publik secara langsung tanpa intervensi pihak-pihak
yang dapat menghambat kegiatan komunikasinya.
Teknologi informasi dibutuhkan keberadaanya sebagai alat penunjang dan
media. Dalam melaksanakan relasi/hubungan yang baik, penggunaan teknologi
informasi dapat memberikan ruang bagi praktisi humas dalam merealisasikan tujuan
yang ingin dicapai. Contoh dari teknologi informasi yang digunakan dalam
praktek kehumasan adalah komputer dan internet. Para praktisi humas dapat
memperoleh informasi yang berkaitan dengan publik yang perlu mereka ketahui dan
gunakan dalam relasinya.
Gambar 1.31. Uji Coba Teknologi Terkini Pesawat Drone
Artikel Website BPLS| 27
Gambar 1.32. Website Bapel BPLS Sebagai Salah Satu Media Informasi via Internet
Selain itu, teknologi komunikasi yang dapat digunakan
dalam kehumasan adalah internet dan telepon. Internet bukan hanya sarana untuk
mencari informasi, melainkan sarana yang baik untuk berkomunikasi. Misal, dengan
e-mail, media social, website, semua kegiatan komunikasi dan hubungan dapat
berjalan dengan lancar. Jadi dengan teknologi komunikasi, kemampuan untuk
menyampaikan dan menerima pesan, jauh lebih mudah dan efektif.