1. Dr. Ir. Kirsfianti L. Ginoga 2. Ir. Achmad Pribadi, M.Sc ... · persen dari seluruh emisi GRK...

25

Transcript of 1. Dr. Ir. Kirsfianti L. Ginoga 2. Ir. Achmad Pribadi, M.Sc ... · persen dari seluruh emisi GRK...

Forestry Research and Development Agency (FORDA)Ministry of ForestryIn cooperation with:

Forest Carbon Partnership Facility

REDD+ READINESS PREPARATIONThe Forest Carbon Partnership Facility (FCPF)

Kementerian KehutananBadan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Bogor, Oktober 2013

SampelPermanen

PlotMonitoring Pelaporan&

di Propinsi Sulawesi Utara

Strategi

Prosiding Workshop

FORESTCARBONPARTNERSHIPF A C I L I T Y

ii

Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan PSP di Provinsi Sulawesi Utara

Editor:1. Dr. Ir. Kirsfianti L. Ginoga 2. Ir. Achmad Pribadi, M.Sc 3. M. Zahrul Muttaqin, M.Sc.For 4. Virni Budi Arifanti, S.Hut, M.Sc 5. Mega Lugina, S.Hut, M.Sc.For

ISBN: 978-602-7672-45-1

© 2013 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Hak Cipta dilindungi Undang-UndangDilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, baik dalam bentuk fotocopy, cetak, mikrofilm, elektronik maupun bentuk lainnya, kecuali untuk keperluan pendidikan atau non-komersial lainnya dengan mencantumkan sumbernya sebagai berikut:Ginoga, K.L., Pribadi, A., Muttaqin, M.Z., Arifanti, V.B., dan Lugina, M. (eds). 2013. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan PSP di Provinsi Sulawesi Utara. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor, Indonesia.

Diterbitkan oleh:Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan – Kementerian KehutananJl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16118, IndonesiaTelp/Fax: +62-251 8633944/+62-251 8634924Email: [email protected]; website: http://www.puspijak.org

iiiProsiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen

di Provinsi Sulawesi Utara

Kata Pengantar

Pujisyukurkehadirat Allah SWT atas tersusunnya Prosiding “Workshop Monitoring dan Pelaporan PSP di Provinsi Sulawesi Utara”. Prosiding ini merupakan hasil dari Workshop dengan judul Strategi Monitoring PSP di Tingkat Provinsi yang dilaksanakan di Manado pada tanggal 20-21 Agustus 2013.

Kegiatan workshop ini merupakan kelanjutan kegiatan kerjasama FCPF sebagaimana telah disampaikan dalam Surat Perintah Kerja Swakelola No. 325/SPK/VIII/P3PIK-DIPA/2012 tentang pelaksanaan kegiatan kerjasama FCPF REDD+ Readiness Preparation “Pembangunan Plot Sampel Permanen (PSP) sebagai Upaya Penyediaan Data dan Monitoring Stok Karbon serta Perubahan Stok Karbon di Sulawesi Utara” yang merupakan upaya penyediaan data dan monitoring stok karbon serta perubahan stok karbon di Provinsi Sulawesi Utara. Tujuan khusus dari workshop ini adalah mendukung strategi dan kebijakan daerah dalam implementasi pencapaian RAD dan SRAP Provinsi Sulawesi Utara.

Akhir kata, penghargaan dan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berperan secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan prosiding ini dan dicatat sebagai amal ibadah oleh Allah SWT. Semoga prosiding ini memberikan manfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Bogor, Oktober 2013

Puslitbang Perubahan Iklim dan KebijakanKepala,

Dr. Ir. Kirsfianti L. Ginoga, M.ScNIP. 19640118 199003 2 001

Kepala,

D I Ki fi i L Gi

vProsiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen

di Provinsi Sulawesi Utara

Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................iiiDaftar Isi .......................................................................................vRumusan Workshop ....................................................................vii

1. Pendahuluan .............................................................................11.1 Latar Belakang ................................................................................................. 31.2 Tujuan Workshop ............................................................................................ 41.3 Hasil yang diharapkan .................................................................................... 41.4 Pembicara dan Tema ........................................................................................ 41.5 Penyelenggaraan Workshop ........................................................................... 51.6 Sambutan-sambutan ........................................................................................ 6

2. Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi ........................................................................172.1 Program dan Kegiatan Daerah untuk Mencapai Target Penurunan

Emisi: Pengalaman Pembangunan Permanent Sampling Plot (PSP) dan Rencana Pengelolaan PSP Pasca 2014 di Provinsi Sulawesi Utara .... 19

2.2 Strategi dan Kebijakan Provinsi Sulawesi Utara untuk Mencapai Target Penurunan Emisi : Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) ..................................................................................... 23

2.3 Konsep dan Metode Sistem MRV dalam REDD+ ................................... 282.4 Overview dan Lessons Learned dari Pembangunan PSP untuk Monitoring

Karbon Hutan pada Kegiatan FCPF Tahun 2012 ..................................... 343. Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi

dan Partisipatif di Provinsi .....................................................393.1 Integrasi National Forest Inventory (NFI) ke dalam Sistem Monitoring

Karbon Hutan yang Akan Dibangun di Daerah ........................................ 413.2 Potensi Penyelarasan INCAS Dan NFMS Serta Perannya Terhadap

Sistem Monitoring Pelaporan Emisi Di Tingkat Provinsi ......................... 453.3 Strategi Monitoring PSP dan Peluang Pengintegrasian Kegiatan

dengan PSP Lain di Provinsi Sulawesi Utara .............................................. 493.4 Peran dan Tanggung Jawab Para Pihak pada Tingkat Provinsi untuk

Pelaksanaan Sistem Monitoring Karbon Hutan ........................................ 544. Kesimpulan dan Rekomendasi ................................................57

4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 594.2 Rekomendasi ................................................................................................. 59

Lampiran .................................................................................... 61

viiProsiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen

di Provinsi Sulawesi Utara

Rumusan Workshop

1. Tingkat EmisiReferensi (Reference Emission Level, REL), Sulawesi Utara berada pada urutan ke-26 dari 33 provinsi di Indonesia

2. Sulawesi Utara dapat berkontribusi dalam penurunan emisi sebesar 0,46% atau 18.892.216 Ton CO2e dari total target penurunan emisi Indonesia sampai tahun 2020 melalui skenario Business As Usual atau tanpa ada rencana aksi.

3. Dari pengukuran di lokasi PSP didapat rata-rata total biomassa per ekosistem di hutan pantai sebesar 222,10 ton/ha, hutan dataran rendah sebesar 301,95 ton/ha, hutan dataran tinggi sebesar 240,32 ton/ha dan hutan lumut sebesar 229,97 ton/ha.

4. Peran pemerintah dalam penyusunan RAN maupun RAD GRK adalah berkoordinasi antara pusat dan daerah. Pemerintahan daerah merupakan sub system pemerintahan secara nasional serta memiliki peran yang signifikan dalam mewujudkan pencapaian target nasional melalui Perumusandan pelaksanaan kebijakan dalam kewenangannya masing-masing.

5. Indonesia sebagai Negara yang termasuk dalam non-annex I harus melakukan Aksi mitigasi termasuk laporan inventori GRK yang harus dikomunikasikan melalui laporan nasional (national communication), setiap 2 tahun sekali berdasarkan keputusan COP

6. Aksi pengurangan emisi suatu Negara atau Indonesia dalam hal ini harus measurable (dapat diukur), reportable (dilaporkan secara transparan) dan verifiable (dapat diverifikasi) sesuai Arahan presiden Indonesia yang menyatakan bahwa Negara kita harus siap dengan MRV sesuai standar internasional.

7. Monitoring PSP atau pengukuran ulang di tahun 2013 akan dilaksanakan dengan sumber pendanaan dari DIPA Puspijak tahun 2013. Untuk tahun-tahun berikutnya monitoring PSP diharapkan dapat dilaksanakan oleh pihak terkait dengan pengukuran karbon hutan (Balai Penelitian Kehutanan, Dinas Kehutanan, BPKH, dll.). Monitoring dan pelaporan PSP pasca FCPF (2015) dilakukan setiap 3 tahun sekali. Laporan hasil monitoring PSP diserahkan kepada para pihak terkait dan Puspijak.

8. Tantangan kedepan untuk PSP ini adalah Strategi pengelolaan danpembiayaan monitoring PSP FCPF pasca 2014 yang memerlukan komitmen pihak terkait untuk mengalokasikan anggaran, Rancangan system pemantauan karbon hutan FCPF dan Harmonisasi system pemantauan karbonhutan FCPF dengan tools-tools lain terkait dengan carbon accounting.

viii Rumusan Workshop

9. Jumlah TSP dan TSP di Kawasan Indonesia yang berada dibawah pengawasan BPKH Wilayah I sampai dengan Wilayah XVII pada tahun 2011 sebanyak 277 plot, pada tahun 2012 sebanyak 625 plot dan pada tahun 2013 sebanyak 619 plot. Pada tahun 2014 jangkauan akan diperluas hingga BPKH Wilayah XXII dengan jumlah 599 plot TSP/PSP.

10. Untuk wilayah Sulawesi Utara berada dalam pengawasan BPKH wilayah VI Manado yang jumlahnya pada tahun 2011 sebanyak 23 plot, pada tahun 2012 sebanyak 59 plot, pada tahun 2013 sebanyak 26 plot dan pada tahun 2014 direncanakan sebanyak 25 plot.

11. Neraca Sumberdaya Hutan merupakan gabungan antara manajemen hutan yang baik dengan regulasi dan pemikiran pro lestari yang akan membentuk Manajemen Hutan Lestari.

12. INCAS (Indonesian National Carbon Accounting System) mengembangkan perhitungan karbon nasional dengan memonitor perubahan luas hutan dan perubahan stok karbon hutan (dari perubahan penggunaan lahan dan aktifitas manajemen).

13. Pengintegrasian PSP antara yang dimiliki Ditjen Planologi dengan Litbang dapat dilakukan mulai tahap persiapan, pelaksanaan dan pengolahan data.

14. Sulawesi Utara memiliki jumlah klaster sebanyak 39 klaster TSP/PSP yang terdiri dari 9 klaster lama dan 30 kluster baru.

15. Karakteristik bentangan Sulawesi Utara dapat dijadikan sebagai Laboratorium untuk Studi Global. Sulawesi Utara memiliki keanekaragaman hayati dengan tingkat keunikan yang tinggi, variasi ekosistem yang kompleks, keunikan geologis dengan tanah dalam pengaruh vulkanik, tingkat alterasi lahan tinggi dan potensi restorasi alami tinggi.

BAB 1

Pendahuluan

3Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen

di Provinsi Sulawesi Utara

1.1 Latar Belakang

Deforestasi dan degradasi hutan belakangan ini sangat erat dikaitkan dengan isu lingkungan, khususnya isu pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim. Perubahan iklim terjadi dengan proses yang panjang akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) terutama karbondioksida (CO2) di atmosfer. Sekitar 20 persen dari seluruh emisi GRK berasal dari deforestasi dan degradasi hutan.

Hutan mengabsorpsi CO2 selama proses fotosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Banyaknya materi organik yang tersimpan dalam biomassa hutan per unit luas dan per unit waktu merupakan pokok dari produktivitas hutan. Produktivitas hutan merupakan gambaran kemampuan hutan dalam mengurangi emisi CO2 di atmosfir melalui aktivitas physiologi nya. Pengukuran produktivitas hutan relevan dengan pengukuran biomassa. Biomassa hutan menyediakan informasi penting dalam menduga besarnya potensi penyerapan CO2 dan biomassa dalam umur tertentu yang dapat dipergunakan untuk mengestimasi produktivitas hutan (Heriansyah,2005).

Pengukuran stok karbon dapat dilakukan melalui pengukuran langsung di lapangan dan/atau memanfaatkan teknologi penginderaan jauh. Untuk memperoleh data stok karbon dan perubahannya dengan pengukuran langsung di lapangan, maka perlu dibangun Petak Ukur Permanen/Permanent Sampling Plot (PSP) yang dapat merepresentasikan dinamika pertumbuhan biomasa dari berbagai penggunaan lahan khususnya hutan.

Informasi mengenai karbon hutan menjadi penting dalam kegiatan REDD+. Hal tersebut terkait dengan salahsatupersyaratandalam mekanisme perdagangan karbon dalam REDD+ untuk menghitungpotensikarbonsecaraMeasureable, ReportabledanVerifiable (MRV) yang comparable, koheren, lengkapdan akurat. Untuk menanggapi hal tersebut maka diperlukan suatu sistem atau mekanisme pengelolaan karbon hutan secara berkelanjutan.

Pada tahun 2012, Indonesia melalui Kementerian Kehutanan bekerjasama dengan Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) telah membangun sejumlah PSP di 5 (lima) lokasi kegiatan FCPF, yaitu di Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara dan Maluku. Pengukuran biomasa dan karbon hutan yang mencakup 5 pool karbon telah dilaksanakan di kelima lokasi tersebut. Tantangan berikutnya adalah bagaimana pengelolaan PSP yang telah menjadi aset daerah tersebut dapat dilakukan secara berkelanjutan di masa depan, dengan atau tanpa dana bantuan dari FCPF. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana menyelaraskan semua data hasil pengukuran biomasa dan karbon hutan di tingkat Provinsi dalam suatu sistem yang terkomputerisasi agar dapat dimonitor dan di-update secara berkala.

4 Pendahuluan

Untuk itu diperlukan suatu workshop yang mellibatkan stakeholder di daerah untuk membahas strategi monitoring PSP secara berkelanjutan serta untuk merancang blue print usulan sistem dan mekanisme monitoring PSP dan karbon hutan di tingkat Provinsi.

1.2 Tujuan Workshop

Tujuan workshop ini adalah untuk (1) merumuskan strategi pengelolaan PSP secara berkelanjutan, (2) merancang blue print sistem monitoring karbon hutan, (3) merumuskan pengintegrasian data Sistem Pemantauan Hutan Nasional (NFMS) dengan Sistem Monitoring Karbon Hutan tingkat Provinsi yang akan dibangun, (4) menyamakan persepsi tentang peran dan tanggungjawab para pihak di tingkat Provinsi dalam pemantauan karbon hutan dan (5) memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan terkait pengelolaan PSP dan pemantauan karbon hutan tingkat Provinsi.

1.3 Hasil yang diharapkan

Tersusunnya strategi pengelolaan PSP berkelanjutan, terancangnya blue print sistem monitoring karbon hutan, terintegrasinya data Sistem Pemantauan Hutan Nasional (NFMS) dengan Sistem Monitoring Karbon Hutan tingkat Provinsi yang akan dibangun, terciptanya persamaan persepsi tentang peran dan tanggungjawab para pihak di tingkat Provinsi dalam pemantauan karbon hutan dan adanya masukan untuk pengembangan kebijakan terkait pengelolaan PSP dan pemantauan karbon hutan tingkat Provinsi.

1.4 Pembicara dan Tema

1.4.1 Sesi Pertama

Pada sesi pertama disampaikan makalah tentang Strategi Monitoring PSP untuk mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi1. Strategi Dan Kebijakan Provinsi Sulawesi Utara Untuk Mencapai Target

Penurunan Emisi: Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) oleh Ir. Royke O. Roring, M.Si

2. Lesson Learned dari Pembangunan PSP Untuk Monitoring Karbon Hutan Pada Kegiatan FCPF Tahun 2012 oleh Mega Lugina, S.Hut, M.For.Sc

5Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen

di Provinsi Sulawesi Utara

3. Program dan Kegiatan Daerah Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman Pembangunan PSP dan Rencana Pengelolaan PSP Pasca 2014 di Provinsi Sulawesi Utara oleh Dr. Mahfudz

4. Konsep dan Metode Sistem MRV dalam REDD+ oleh Dr. I Wayan Susi Dharmawan

1.4.2 Sesi Kedua

Pada sesi pertama disampaikan makalah tentang Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi1. Integrasi NFI Ke Dalam Sistem Monitoring Karbon HutanYang Akan

Dibangun di Provinsi Nusa Tenggara Barat oleh Dr. Ernawati2. Potensi Penyelarasan INCAS dan NFMS serta Perannya Terhadap Sistem

Monitoring Pelaporan Emisi di tingkat Provinsi oleh Dr. Haruni Krisnawati3. Strategi monitoring PSP dan peluang pengintegrasian kegiatan dengan PSP lain

di Provinsi Sulawesi Utara oleh Ir. Sipayung4. Peran dan tanggungjawab para pihak pada tingkat provinsi untuk pelaksanaan

sistem monitoring karbon hutan oleh Dr. John Tasirin

1.5 Penyelenggaraan Workshop

Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan PSP di Provinsi Sulawesi Utara ini di ikuti oleh peserta yang berasal dari unsur pemerintah, swasta, LSM dan perguruan tinggi. Pada acara ini narasumber-narasumber yang mempresentasikan makalahnya adalah sebagai berikut: Ir. Royke O. Roring, M.Si (BAPPEDA Provinsi Sulawesi Utara), Mega Lugina, S.Hut, M.For.Sc (Peneliti Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan, Badan Litbang Kementerian Kehutanan), Dr. Mahfudz (Balai Penelitian Kehutanan Manado), Dr. I Wayan S. Dharmawan (Peneliti Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Litbang Kementerian Kehutanan), Dr. Ernawati (Ditjen IPSDH, Dirjen Planologi Kementerian Kehutanan), Dr. Haruni Krisnawati (Forda/IAFCP), Ir. Sipayung (BPKH Wil VIII Denpasar, Dr. Markum (Transform). Moderator sesi pertama pada workshop ini yaitu Dr. John Tasirin sedangkan pada sesi kedua yaitu Ir. Achmad Pribadi, M.Sc. Fasilitator pada FGD Kelompok 1 oleh Dr. Martina Langi dan Kelompok 2 oleh Dr. I Wayan S. Dharmawan.

6 Pendahuluan

1.6 Sambutan-sambutan

1.6.1 Sambutan Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Utara

Salam Sejahtera Bagi Kita Sekalian,Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

YTH.: Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Pengembangan SDM Dan Reformasi Birokrasi, bersama JajaranKepala Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan; Para Pejabat Terkait di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara;Para Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota Se-Sulawesi Utara;Dekan Fakultas Pertanian Universitasi Sam Ratulangi Manado;Para Akademisi;Bapak/Ibu, Peserta Lokakarya dan Hadirin yang saya hormati.

Marilah kita mempersembahkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena ditengah-tengah upaya untuk memantapkan sinergitas pemerintah pusat dan daerah dalam pembangunan kehutanan, saat ini kita dapat dipertemukan dalam acara Lokakarya Strategi Monitoring PSP di tingkat Provinsi dalam rangka Forest Carbon Partnership Facility (FCPF).

Saya menyambut gembira dan memberikan apresiasi atas pelaksanaan kegiatan ini, sambil berharap kiranya agar melalui forum yang lestari bagi kesejahteraan rakyat dan demi masa depan generasi yang akan datang.

Bapak/ibu, hadirin yang saya hormati, kita ketahui bersama hutan adalah anugerah Tuhan, yang dapat memberikan manfaat serbaguna, sekaligus berfungsi sebagai penyanggah kehidupan umat manusia, sehingga keberadaan hutan harus dimanfaatkan secara optimal, tapi harus dijaga kelestariannya untuk memakmurkan rakyat, baik untuk generasi masa kini, maupun anak cucu kita sebagai generasi penerus bangsa dan daerah ke depan.

Hutan merupakan sumberdaya yang memiliki banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Hutan bukan saja memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial budaya, tetapi juga manfaat ekologi ini telah menjadikan hutan bukan saja sebagai aset bangsa, tetapi juga menjadi aset dunia.

Pada pertemuan G-20 di Petteburgh tahun 2009 silam, Indonesia menyatakan komitmennya untuk menurunkan tingkat emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebanyak 26% pada tahun 2020 melalui skenario Business As Usual, atau sebanyak 41% dengan dukungan internasianal pada sektor energi dan penggunaan lahan, termasuk kehutanan.

7Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen

di Provinsi Sulawesi Utara

Walaupun memiliki peran sebagai penyerap GRK, namun keberadaan hutan kita masih berhadapan dengan isu emisi akibat deforestasi dan degradasi hutan. Emisi netto Indonesia diperkirakan akan terus bertambah dari sebelumnya 1,38 Giga ton CO2e pada tahun 2000, menjadi 2,95 giga ton CO2e pada tahun 2020.

Menyikapi hal tersebut, maka pemerintah secara terintegrasi dari pusat hingga daerah, telah melaksanakan berbagai upaya untuk mencegah munculnya dampak negatif sebagai bawaan dari menurunnya kualitas hutan, diantaranya melalui kegiatan penyuluhan dan sosialisasi, serta aksi penanaman seribu pohon dan program rehabilitasi hutan yang dilaksanakan serentak di penjuru tahan air. Berbagai kegiatan tersebut diharapkan dapat menggugah kepedulian masyarakat untuk bersama-sama dengan pemerintah dan komponen lainnya untuk mengembalikan fungsi hutan sebagai penyerap gas rumah kaca dari berbagai sumber emisi yang terus meningkat akibat konversi hutan atau deforestasi.

Hadirin yang saya hormati, dalam kajian yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan RI pada tahun 2010 tentang penentuan tingkat emisi referensi (Reference Emission Level ,REL) diketahui bahwa Sulawesi Utara berada pada urutan ke-26 dari 33 Provinsi di Indonesia yang ikut berkontribusi dalam penurunan emisi sebesar 0.46% atau 18.892.216 ton CO2e dari total target penurunan emisi Indonesia sampai tahun 2020, melalui skenario business as usual atau tanpa ada rencana aksi. Nilai ini kecil karena di Sulawesi Utara tidak terdapat lahan gambut yang merupakan penyerap emisi terbesar dari sektor berbasi lahan jika terjadi konversi.

Perlu diketahui, bahwa luas kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Utara kurang lebih sebesar 788.602,99 ha (49,54%) dan area penggunaan lain seluas 803.093,00 ha ( 50,46%). Berdasarkan yang dilakukan pada kawasan hutan negara dan pada hutan hak diupayakan usaha mengendalikan deforestasi dan konversi agar candangan karbon yang tersimpan dalam hutan tidak lepas ke atmosfer. Kegiatan konservasi karbon dapat berupa pencegahan deforestasi dan degradasi hutan, penetapan kawasan konservasi dan lindung, pembangunan hutan tanaman, serta penerapan teknik selvikultur intensif. Sedangkan pada hutan hak dapat dilaksanakan melalui kegiatan agroforestri hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan sebagimana yang telah digalakkan saat ini di Provinsi Sulawesi Utara.

Selain itu peluang mitigasi juga dapat dilaksanakan pada lahan-lahan kritis yang dilakukan secara kolaboratif antara pemerintah dengan masyarakat terutama pada lahan kritis diluar kawasan hutan negara. Untuk hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan dapat digalakkan dengan pengembangan jenis kayu pertukangan yang memiliki riap yang tinggi.

8 Pendahuluan

Oleh karena itu, saya berharap kegiatan ini dapat menjadi media solutif untuk menghasilkan berbagai terobosan strategis dalam pembangunann kehutanan, serta semakin memantapkan koordinasi dan sinergitas antara pemerintah pusat dan daerah dalam pembangunaan kehutanan, termasuk semakin memantapkan komitmen untuk membangun hutan yang lestari, demi masa depan generasi mendatang.

Bapak/Ibu, Hadirin yang saya hormati, demikian beberapa hal yang dapat saya sampaikan untuk menjadi perhatian kita semua saat ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa memberikan kemampuan kepada kita dalam kerja dan karya untuk memberikan yang terbaik bagi daerah dan bangsa. Terima kasih – Pakatuan Wo Pakalawiren

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh,

Syaloom.

Wakil Gubenur Sulawesi Utara

DR. DJOUHARI KANSIL,M.Pd

1.6.2 Keynote Speech

Dr. Sunaryo (Staf Ahli Menteri Bidang SDM dan Reformasi Birokrasi)Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,Yang saya hormati Bapak Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi UtaraYang saya hormati Kepala Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan; Yang saya hormati Para Pejabat Terkait di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Sulawesi Utara;Yang saya hormati Bapak/Ibu, Peserta Lokakarya dan Hadirin yang saya hormati.

Bapak ibu sekalian perlu kita ketahui bahwa hutan adalah salah satu sumber emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan memberikan kontribusi terhadap 20% GRK. Tutupan hutan Indonesia sangat luas dan memiliki kandungan karbon yang tinggi. Indonesia dianggap sebagai emiter terbesar pada saat kebakaran hutan dan gambut 2005. Saat ini dunia khawatir dengan potensi emisi dari negara-negara pemilik hutan tropis yang mnyebabkan tekanan terhadap negara-negara pemilik hutan tropis untuk mengurangi emisi dari hutan. Atas upaya-upaya mengurangi emisi tersebut, negara pemilik hutan tropis menuntut konpensasi untuk pengurangan emisi dari hutan tropis yang

9Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen

di Provinsi Sulawesi Utara

kemudian disepakati dengan Mekanisme Reducing Emission From Deforestation and Forest Degradation (REDD+).

Mari kita uraikan pengertian dari REDD. 1. Pengurangan emisi :

a. Deforestasi (penghilangan hutan untuk berbagai macam kegiatan) yang perlu ditekan

b. Degradasi hutan (penurunan kualitas hutan/kepadatan pohon) perlu dikontrol

2. Konservasi karbon stok :a. Konservasi hutan (hutan yang tidak ditebang pohonnya)

b. Pengelolaan hutan berkelanjutan/SFM (tebang pilih/tebang butuh)3. Peningkatan karbon stock :

a. Konservasi hutan.

b. Pengelolaan hutan berkelanjutan/SFM (tebang pilih/tebang butuh dengan pengayaan)

c. Rehabilitasi, restorasi, reklamasi dengan pohon.

Komitmen Indonesia terhadap penurunan emisi terikat dengan Konvensi Perubahan Iklim, yaitu “menstabilkan konsentrasi GRK di atmosfer pada tingkat tertentu”. Komitmen Indonesia yang disampaikan presiden di Pittsburgh pada bulan September tahun 2009, bahwa Indonesia akan melakukan penurunan emisi sebesar 26% pada 2020 dan sampai 41% dengan dukungan negara lain. Indonesia berkewajiban menyampaikan laporan emisi/serapan GRK ke Sekretariat UNFCCC (National communications). Untuk mendukung penurunan emisi diperlukan Monitoring, Reporting, Verification (MRV)/ serapan GRK. MRV memerlukan pengukuran untuk mengetahui aliran karbon (stok, emisi, serapan). PSP merupakan salah satu cara pengukuran untuk mengetahui aliran karbon (Tier 3) dan merupakan salah satu cara pengukuran hutan. Setiap Provinsi harus memiliki REL bidang kehutanan sebagai prasyarat pelaksanaan REDD+. PSP harus dikembangkan agar 6 (enam) tipe penggunaan lahan seperti dalam klasifikasi IPCC dapat terwakili untuk setiap daerah.

Tujuan Workshop Monitoring PSP ini adalah 1. Merumuskan Strategi Pengelolaan PSP2. Merancang Blue Print Monitoring Karbon Hutan

10 Pendahuluan

3. Merumuskan Pengintegrasian data Sistem Pemantauan Hutan Nasional (NFMS) dengan Sistem Monitoring Karbon Hutan Tingkat Provinsi yang akan dibangun

4. Menyamakan Persepsi tentang Peran dan Tanggung Jawab Para Pihak di tingkat Provinsi dalam Pemantauan Karbon Hutan

5. Masukan untuk kebijakan terkait pengelolaan PSP dan Pemantauan Karbon Hutan.

Dengan kata lain, tujuan workshop ini adalah merumuskan Methodology/Mekanisme/Tata Cara/ Pembagian Tugas MRV.

Dalam melaksanakan MRV diperlukan pengintegrasian dalam pengumpulan data. Jenis data dan pemangku atas data tersebut diantaranya:1. Wilayah Administrasi Pemerintahan dapat diperoleh dari Pemda2. Status Kawasan Hutan dapat diperolehdari Ditjen Planologi, Litbang dan

BPKH3. Penggunaan Lahan dapat diperoleh dari Ditjen Planologi, Litbang dan LAPAN4. Tipe Vegetasi/Ekosistem dapat diperoleh dari Litbang dan LIPI5. Potensi SDH dapat diperoleh Ditjen Planologi6. Pertumbuhan pohon dapat diperoleh Ditjen Planologi7. Cadangan Biomasa (5 CPs) dapat diperoleh Litbang8. Cadangan Karbon (5 CPs) dapat diperoleh Litbang9. Deforestasi & Degradasi dapat diperoleh Ditjen Planologi dan Litbang10. Reforestasi/Revegetasi dapat diperoleh Ditjen Planologi dan BPDAS11. Kebakaran Hutan/Titik panas dapat diperoleh dari PHKA12. Perambahan kawasan/Ladang berpindah dapat diperoleh dari PHKA13. Penebangan Liar dapat diperoleh dari PHKAMRV di sektor kehutanan dilakukan pada skala nasional, sub nasional, unit KPH dan unit project, yang mengacu pada UNFCCC, karena MRV harus memenuhi syarat dan ketentuan internasional dengan mengedepankan karakteristik di masing-masing negara. Pembagian tugas dalam aktivitas monitoring dan reporting, pada skala UNFCCC dilakukan sekretariat UN, skala Nasional oleh DJ Planologi, skala Sub Nasional oleh Dishut Provinsi, skala unit KPH oleh KPH dan Unit Project oleh pengelola. Sedangkan untuk verifikasi skala nasional oleh lembaga independen internasional, skala Sub Nasional oleh lembaga independen nasional, skala unit KPH oleh lembaga independen sub nasional dan Unit Project oleh lembaga independen sub nasional.

11Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen

di Provinsi Sulawesi Utara

Langkah segera yang perlu dilakukan dalam mendukung MRV diantaranya:1. Penetapan wilayah Unit Manajemen/KPH untuk seluruh wilayah Indonesia.2. Pemetaan Land Use (6 tipe land use)3. Penetapan REL/RL untuk Sub Nasional/Nasional, kalau perlu untuk semua

Unit Manajemen/KPH.4. Monitoring dan reporting secara berjenjang (perlu kesepakatan pelaksana,

methodolog y, mekanisme dan tata cara).5. PSP/TSP dikelola oleh Unit Manajemen/KPHDiharapkan dari workshop ini dapat menghasilkan masukan kebijakan yang bermanfaat bagi pengambil keputusan berkaitan dengan perubahan iklim nasional dan khususnya Provinsi Sulawesi Utara. Monitoring PSP harus terintegrasi dan terpadu antara satu pelaksana dengan pelaksana yang lain agar berjalan secara ekonomis, efektif dan efisien. Data yang dihasilkan bisa dan boleh dipakai dan diakses siapa saja yang membutuhkan.

Sekian yang dapat sampaikan.

Terimakasih dan Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Staf Ahli Menteri

Bidang SDM dan Reformasi Birokrasi

Dr. Sunaryo

1.6.3 Laporan Penyelenggaran Workshop; “Strategi Monitoring dan Pelaporan PSP di Tingkat Provinsi”; Manado, 20 Agustus 2013

Yang Terhormat Bapak Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Utara,Yang Terhormat Bapak Staf Ahli Menteri bidang SDM dan Reformasi Birokrasi,Yang Terhormat Bapak Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara,Yang Terhormat Bapak Kepala BAPPEDA Provinsi Sulawesi Utara,Yang Terhormat Bapak Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi,Yang saya hormati para nara sumber, pejabat struktural dan pejabat fungsional, akademisi, teman-teman LSM, serta Bapak/Ibu, Hadirin yang berbahagia,

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,

Salam sejahtera bagi kita sekalian.Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT Yang

Maha Pengasih dan Penyayang, karena atas ijin dan karunia-Nya kita dapat berkumpul

12 Pendahuluan

bersama ditempat ini untuk mengikuti Workshop “Monitoring dan Pelaporan PSP di tingkat Provinsi”, semoga kita semua selalu diberikan kesehatan, kekuatan dan ilmu yang bermanfaat untuk mencari RidhoNya.Bapak/Ibu, Hadirin yang Berbahagia,

Workshop ini merupakan salah satu dari serangkaian workshop yang diselenggarakan di 5 Provinsi. Sebagaimana diketahui pada tahun 2012 yang lalu telah dibangun PSP di Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, dan Maluku. Penyelenggaraan workshop ini merupakan kelanjutan dari kegiatan tersebut yang dimaksudkan untuk sharing informasi dan tukar pendapat untuk mengetahui hasil-hasil kegiatan lapangan dalam aplikasi konsep MRV kehutanan, serta mengetahui bagaimana PSP yang sudah dibangun dapat dimanfaatkan untuk mendukung kebijakan dan program RAD serta SRAP Provinsi Sulawesi Utara.Bapak/Ibu, Hadirin yang saya hormati,

Pemanasan global merupakan permasalahan kita bersama dengan tanggung jawab berbeda sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Riset dilakukan untuk menyiapkan teknologi dalam rangka menjawab pokok persoalan pengelolaan hutan lestari, diantaranya:1. Produktivitas lahan yang harus ditingkatkan2. Produktivitas tenaga kerja perlu ditingkatkan3. Kepemilikan lahan harus diperjelas4. Proses Perijinan yang tidak sulit5. Kesejahteraan masyarakat sekitar hutan harus diperhatikanSalah satu tujuan pembuatan teknologi mitigasi adalah untuk meningkatkan kapasitas hutan dalam penyerapan dan penyimpanan carbon.

Bapak/Ibu, Hadirin yang berbahagia, Pengurangan sumber emisi dapat dilakukan dengan pencegahan kebakaran

lahan/hutan , Illegal logging, Perambahan dan Degradasi lahan/hutan. Upaya-upaya dalam peningkatan stok karbon dapat dilakukan dengan pembangunan Hutan Rakyat, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa. Kegiatan konservasi untuk mengurangi emisi diantaranya dengan bagaimana kita bisa mempertahankan hutan konservasi dan hutan lindung agar tetap lestari.

13Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen

di Provinsi Sulawesi Utara

Bapak/Ibu, Hadirin yang saya hormati, REDD+ merupakan stimulus pembangunan hutan lestari masyarakat sejahtera

berkelanjutan, sebagaimana dituangkan dalam 6 Kebijakan Prioritas (2011-2014/ Permenhut 10/2010).

Tabel 1. Kebijakan Prioritas Permenhut

6 Kebijakan Prioritas (2011-2014) (Permenhut 10/2010) REDD+

Pemantapan Kawasan Hutan Pemantauan dan Manajemen Resiko

Rehabilitasi Hutan dan Lahan dan Konservasi Hutan Serapan dan Simpanan karbon

Perlindungan Hutan dan Pencegahan Kebakaran Hutan Pengurangan emisi

Konservasi Biodiversity Simpanan karbon, flora, fauna, jasa

Revitalisasi Pemanfaatan Hutan dan Industri Kehutanan Ekonomi, Demand Kayu Perijinan

Pemberdayaan Masyarakat Produktivitas Lahan/Tenaga Kerja

Indonesia telah memiliki Kebijakan Nasional REDD+ yang tergambar dalam Arsitektur REDD+.

KE MENT ER IA N KE HU T ANAN

CO2STRANASS REL/RL NFMS-MR VNR SIS FinansialF

1 2 3 4 5

Kebijakan Nasional REDD+

Histori/model emisi kedepan

Perubahan Tutupan Lahan dan stok karbon

Sistem Informasi Safeguard

1. Pemahaman, Peningkatan kapacitas , Akses data and teknologi, komunikasi, Pelibatan stakeholder

KeputusanCOP 16

Paragraph 72 :Paragraph 71

Pengatasan Deforestasi dan degrdasai hutanMengatasi tenurial, tata kelola, gender, safeguard, pelibatan para pihak, masyarakat adat dan lokal2. Pengamanan (tata kelola,

sosial dan environmental )

Kesepakatan COP 16, COP-17, COP 18

Gambar 1. Arsitektur REDD+

14 Pendahuluan

KEMENTER IA N KEHUTA NA NPeta Kebijakan Kehutanan dan Non Kehutanan

Permenhut No. 68 ttg DA

Permenhut No. 30/2009

(REDD+)dan36/2009 (panrap

karbon)

Perpres61/2011 NAP

Fase 1

Permenhut No. 14/2004 ttg AR

CDM

karbon)karbon)karbon)

Fase 1

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

DNPI:Inpres 46/2008 Perpres

71/2011 Inventarisasi

Inpres10/2011

Kepres 19,Kepres 25/2011 Kepres 5/2013 Satgas REDD+

Fase 2

Permenhut No. 10/2010 dan51/2010 ttgKebijakan Prioritasdan Renstra Kmnhut

Perpres32/2011

MP3EI

Fase 3

Permenhut No. 20/2012 ttg

PenyelenggaraanKarbon Hutan

Gambar 2. Peta Kebijakan Kehutanan dan Non Kehutanan

Bapak/Ibu, Hadirin yang saya hormati, Masih banyak dukungan (kebijakan/teknologi/kapasitas) yang diperlukan untuk

Implementasi REDD+ termasuk Kesiapan MRV yang kita bahas dalam workshop ini. Semoga Workshop ini dapat berperan dalam menjawab pertanyaan: 1. Bagaimana metode monitoring dan pelaporan perubahan emisi dan serapan

sehingga dapat menjawab implementasi pelaksanaan RAD dan SRAP2. Siapa yang bertanggung jawab, perlu pemahaman dan peran para pihak,3. Apa peran monitoring emisi/serapan karbon dalam mendukung RAD dan SRAP. Bapak/Ibu, Hadirin yang saya hormati,

Dalam kesempatan ini, kami atas nama penyelenggara mengucapkan terima kasih kepada teman-teman panitia di Puspijak dan Balai Penelitian Kehutanan Manado yang telah bekerja sehingga kegiatan ini terlaksana dengan baik.

Demikian laporan penyelenggaraan ini saya sampaikan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan lindungan kepada kita semua.

15Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen

di Provinsi Sulawesi Utara

Bunga mawar sungguh Indah Tumbuh di Tomohon harum menawan Perubahan iklim masih masalahKitorang selesaikan deng lestarikan hutanWassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kepala Pusat, Dr. Ir. Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc

1.6.4 Sambutan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara

Yang saya hormati:Wakil Gubenur Provinsi Sulawesi Utara Staf Ahli MenteriKehutanan Bidang Pengembangan SDM dan Reformasi Birokrasi, DR. SunaryoDekan Fakultas Pertanian Universitas Sam RaturangiKepala Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan, DR. Kirsfianti L. GinogaKepala Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Sulawesi Utara Kepala Bappeda Provinsi Sulawesi Utara Kepala Biro Sumberdaya Alam Provinsi Sulawesi UtaraKepala BadanLingkunganHidup Provinsi Sulawesi UtaraKetua Program Studi Ilmu Kehutanan, Fakulta Pertanian Universitas Sam RaturangiKepada Dinas Kehutanan Kota dan KabupatenKepada UPT Kehutanan Se-Provinsi Sulawesi UtaraPeserta Lokakarya yang saya kasihi.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi WabarakatuhSalam Sejahtera bagi kita sekalian,

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan anugerah-Nya, kita dapat berkumpul dan mengadiri acara Lokakarya Strategi Monitoring PSP di Tingkat Provinsi Sulawesi Utara.

Saya menyambut gembira dan terimakasih atas terselenggaranya acara ini.Tentu ini adalah bagian dari wujud kebersamaan kita untuk melaksanakan amanah dalam menjaga hutan dan lingkungan khususnya di Provinsi Sulawesi Utara.

16 Pendahuluan

Hadirin yang saya hormati,Pembangunan dan Monitoring PSP merupakan bagian penting dalam memantau

besaran serapan emisi oleh hutan khususnya di Provinsi Sulawesi Utara. Sudah kita ketahui bersama bahwa hutan memegang peranan penting dalam siklus karbon global.

Hutan merupakan sumber cadangan karbon sehingga dikenal dalam mengatur perubahan iklim global. Apabila pengurusan hutan bener,maka hutan mampu menyerap dan menyimpan karbon kurang lebih 2 kali besarnya karbon di atmosfir. Sebaliknya apabila pengurusan hutan salah, misalnya terjadi degadrasi dan deforestasi, maka hutan akan melepaskan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang besarnya mencapai 17-20 persen total emisi gas rumah kaca dunia, atau lebih besar dari pada emisi sektor transportasi global.Hadirin yang saya hormati,

Luas kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Utara kurang lebih seluas 788.602,99 Ha atau 49,54% dari luas daratan Provinsi Sulawesi Utara. Dinas Kehutanan dan Unit PelaksanaTeknis (UPT) Kehutanan harus mendorong kelestarian dari Hutan.Pemantapan kawasan konservasi dan lindung yang cukup luas di Sulawesi Utara secara bertahap terus dilakukan. Sedangkan skema pembangunaan hutan tanaman rakyat, hutan rakyat maupun kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan terus ditingkatkan.

Beberapa usaha lain yang dilakukan adalah dengan menekan laju perusahaan hutan dan pengurangan eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan, pembangunan ekowisata dan jasa lingkungan(ecotourism and environmental services), memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya hutan bagi kelangsungan hidup manusia dan dampak yang buruk yang dapat terjadi bila hutan hilang atau rusak.Hadirin yang saya hormati,

Demikianlah sambutan saya, semoga acara ini dapat berjalan dan memberikan harapan-harapan baru dalam pembangunan kehutanan di Provinsi Sulawesi Utara.Terimakasih, Pekatunan Wopakalawiren

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh

ShaloomKepada Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi UtaraIr. Herry Rotinsulu