KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F...

98
KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG GUNUNG LUMUT KABUPATEN PASIR KALIMANTAN TIMUR oleh: SONY SAMUELTA SURBAKTI E34101055 DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Transcript of KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F...

Page 1: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN

HUTAN LINDUNG GUNUNG LUMUT

KABUPATEN PASIR KALIMANTAN TIMUR

oleh:

SONY SAMUELTA SURBAKTI

E34101055

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 2: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN

HUTAN LINDUNG GUNUNG LUMUT

KABUPATEN PASIR KALIMANTAN TIMUR

Oleh:

SONY SAMUELTA SURBAKTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 3: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

RINGKASAN Sony Samuelta. E 34101055. Kajian Kebijakan Pengelolaan Hutan Lindung Gunung Lumut Kabupaten Pasir Kalimantan Timur Dengan pembimbing:

Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F

Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan

lindung yang ada di Kabupaten Pasir. Pemerintah Kabupaten Pasir mengeluarkan

kebijakan untuk mengatur pengelolaan HLGL, yaitu kebijakan yang mengatur

langsung kepada kegiatan pengelolaan dan kebijakan yang ditujukan kepada para

stakeholder HLGL. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kebijakan HLGL

dan untuk merumuskan rekomendasi kebijakan supaya fungsi dari HLGL tetap

dalam prinsip-prinsip kelestarian.

HLGL dikelola oleh 10 stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Stakeholder tersebut adalah Masyarakat

Desa Rantau Layung, Desa Pinang Jatus, dan Dusun Mului, Dinas Kehutanan

Pasir, Bappeda Pasir, UPTD Planologi Balikpapan, BKSDA Seksi Konservasi

Wilayah III Pasir Kalimantan Timur, Persatuan Masyarakat Adat Paser dan TBI

Indonesia selaku LSM dan PT. Rizky Kacida Reana sebagai pihak swasta yang

memiliki IUPHKK yang berada di sekitar kawasan HLGL.

Masyarakat Desa Rantau Layung, Pinang Jatus, dan Dusun Mului

melakukan kegiatan pengelolaan yang termasuk ke dalam pemanfaatan kawasan

dan khusus untuk Dusun Mului kegiatan pengelolaan mereka selain pemanfaatan

juga melakukan penggunaan kawasan yang merubah fungsi dari HLGL, hal ini

tidak sesuai dengan UU 41/1999 dan Keppres 32/1990.

Dinas Kehutanan melakukan kegiatan pengelolaan berupa perencanaan

yang terutang dalam Renstra Dinas Kehutanan tahun 2001-2005. Program-

program tersebut antara lain penyuluhan kepada masyarakat, rehabilitasi, penataan

batas, dan lain sebagainya. Tetapi program kerja tersebut belum ada yang dapat

terlaksana oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Pasir di kawasan HLGL, hanya

penataan batas yang sudah terlaksana, itu pun masih belum maksimal karena

implementasi yang dilakukan tidak sesuai dengan petunjuk teknis yang

dikeluarkan oleh Bupati Pasir.

Bappeda menyusun RTRWK Pasir 2001-2005 tidak melibatkan

masyarakat sekitar dan dalam kawasan HLGL. UPTD Planologi dalam

Page 4: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

melaksanakan orientasi batas tidak melibatkan ketua adat setempat sebagai bahan

masukan bagi penataan batas HLGL.

BKSDA dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan belum melakukan

secara maksimal dalam hal pengawasan peredaran satwaliar dan tumbuhan dari

dalam kawasan HLGL. PT. Rizky Kacida Reana melakukan kegiatan pengelolaan

berupa penggunaan kawasan yang berbentuk penggunaan jalan eks-logging yang

membelah HLGL. Aksesibilitas yang mudah ini harus menjadi perhatian khusus

oleh Dinas Kehutanan Pasir, karena seringnya terjadi pembalakan haram

menggunakan jalan ini.

Tidak adanya satu unit pengelolaan yang khusus mengelola kawasan

HLGL secara menyeluruh menjadi satu dari tiga akar masalah kebijakan yang ada.

Menurut PP 44/2004 suatu KPHL (Kesatuan Pengelola Hutan Lindung) menjadi

salah satu syarat pengelolaan suatu kawasan hutan lindung. Penataan batas yang

ada sekarang juga menjadi akar masalah dalam pengelolaan HLGL. Terjadinya

konflik antara masyarakat dan instansi pemerintah menunjukkan lemahnya peran

pemerintah dalam mengelola kawasan. Konflik yang dilihat melalui pendekatan

kebijakan adalah akar masalah yang terakhir. Masyarakat sebagai stakeholder

yang memiliki kepentingan dan pengaruh yang tinggi terhadap HLGL tidak

diikutsertakan dalam implementasi kebijakan telah dilakukan.

Penelitian ini merekomendasikan bahwa Pemerintah Kabupaten Pasir

harus segera membentuk suatu unit manajemen yang kuat dan solid dalam

mengelola secara keseluruhan kawasan HLGL. Pelibatan masyarakat dalam

penataan batas partispatif adalah rekomendasi kebijakan untuk memecahkan

masalah dalam penataan batas.

Page 5: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota hujan dan nyaman Bogor pada tanggal 23

Agustus1982 dari pasangan terkasih Drs. Sehati Surbakti dan Rinteta Tarigan.

Penulis merupakan anak bungsu dari empat bersaudara.

Penulis menempuh badai kehidupan pendidikan menengah atas di SMUN

1 Bogor dan akhirnya lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama, merupakan

rencana Tuhan, penulis lolos dalam seleksi Undangan Siswa Masuk IPB (USMI)

pada jurusan tercinta Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas “ter-asik”

Kehutanan.

Selama berjuang di bangku perkuliahan, penulis menjadi anggota

Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

(HIMAKOVA) pada Kelompok Pemerhati Burung “prenjak”, Kelompok

Pemerhati Reptil Amfibi “phyton”, dan Fotografi dan Multimedia Konservasi

Alam “FOKA”. Pada bulan Juni-Agustus 2005 penulis mengikuti Praktek

Pengenalan di BKPH Rawa Timur-KPH Banyumas Barat dan BKPH Gunung

Slamet-KPH Banyumas Timur serta Praktek Pengelolaan Hutan di Perum

Perhutani Unit I Jawa Tengah. Pada bulan Februari-Mei 2005, penulis

melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi Departemen Konservasi Sumberdaya

Hutan dan Ekowisata di Taman Nasional Meru Betiri-Jawa Timur. Selama

perkuliahan penulis aktif di Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB dalam

Komisi Kesenian (KOMKES) dari tahun 2001-2006. Pada tahun 2004, untuk

mengembangkan kreatifitas dan keahlian dalam bidang konservasi, penulis ikut

ambil bagian sebagai “angkatan pioneer” Uni Konservasi Fauna (UKF) IPB dalam

Divisi Primata Departemen Pengabdian Masyarakat.

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan, penulis

melakukan penelitian dan menyusun karya ilmiah (dalam keadaan jatuh bangun

baik fisik “plasmodium” maupun mental) dengan judul “Kajian Kebijakan

Pengelolaan Hutan Lindung Gunung Lumut Kabupaten Pasir Kalimantan Timur”

dengan pembimbing “para orang-orang pintar” Ir. Haryanto, MS dan Dr. Ir.

Rinekso Soekmadi, Msc. F.

Page 6: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

KATA PENGANTAR

Sedalam-dalamnya penulis menyadari hanya karena berkat Tuhan sajalah

karya penelitian ini dapat terwujud. Yang menjadi judul dari penelitian ini adalah

“Kajian Kebijakan Pengelolaan Hutan Lindung Gunung Lumut Kabupaten Pasir

Kalimantan Timur”.

Isi dari karya ini dibuat untuk mengkaji kebijakan pengelolaan hutan di

Indonesia yang telah ada dan mencoba merumuskan rekomendasi kebijakan yang

diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemecahan akar masalah

yang ada dalam pengelolaan hutan melalui pendekatan kebijakan.

Masukan dan kritik untuk penelitian ini sangat diharapkan bagi penulis

untuk kebaikan kita semua yang berada di dalam sektor kehutanan dan masyarakat

Indonesia pada umumnya.

Berharap penelitian ini bermanfaat bagi kita semua dan bagi para

pengambil keputusan dalam pengelolaan hutan lestari. Mari kita bangun kembali

kejayaan kehutanan Indonesia kita.

Bogor, 15 Juni 2006

Penulis

Page 7: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala kemuliaan hanya bagi Tuhanku Yesus Kristus yang telah menjadi

Tuhan dan Juruselamatku, yang karena oleh-Nya, dari-Nya, hanya untuk-Nya

penelitian dan hasil buah karya ini dapat selesai. Dengan perasaan rendah hati dan

hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dan Mamak tersayang, tercinta, dan terkasih atas segala doa,

pengorbanan, air mata, keringat, dan kekuatan yang dicurahkan kepada

penulis (terima kasih Tuhan atas mereka).

2. The Surbakti Family: Sari Peulisa Surbakti, S.Hut, Rehulina Surbakti, S.

Sos ….., dan Tawarta Sakty Surbakti, C.S. Sos (ini doa Bang!!) atas

makian, jeritan kesakitan, doa, dan harapan (aku tahu itu semua untuk

kebaikanku, mari kita lebih indahkan keluarga kita!!) Tuhan Yesus baik.

3. Ir. Haryanto, MS (Babeh) dan Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc. F (pembela

DKSHE), senang bergaul dengan orang-orang pintar.

4. Saudara-saudaraku di “rumah keduaku” KOMKES, khususnya angkatan

perusak mental lawan `38 (Darma ”Katro” Bonifacius Hutabarat, Tommy

“Tante” Sinambela, Ganda “Otto nai” Sinaga, Maria “Maryanto”, Vivin

“Tobing”, Berlian “Brutu”, Emma “diem aza sih”, Wisye “WC” So Wat,

Ara “Gokil” Gultom, Michael “Mekel” Hutahuruk), tolong jaga rumah kita

sepeninggalan Bapak kalian ini. Yesus berkati.

5. Saudara-saudaraku di KSH 38 (aku bangga bersaudara dengan kalian

semua), khusus Santun “Nope”, Edith “Buaya”, Irma “Unyil”, dan juga

para calon pengambil keputusan akhir pengelolaan kawasan “anak-anak

MKK”.

6. Saudara-saudaraku di PMK-E dan KEMAKI-E, khusus buat Monic “Aci”

(thanks konsumsinya, benar enak dan menguras kantongku).

7. Bapak dan Ibu di Departement of Forest Resource Conservation and

Ecotourism, khususnya Ir Dones Rinaldi, MSc. F selaku “pembimbing

ketiga” (thanks Pap atas saat-saat spiritual, keahlian, dan semprotannya!!),

Mr. Acu (selaku “pembimbing keempat”), Ibu Epan, Ibu Titin, dan Pak

Husein (kapan kita ngegosip lagi?), Tuti, Eti, Yatna, Opik (“gandeng”),

Page 8: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

Dudi (Pak RT), Dewi dan Oyip (Ibu-ibu MKK), Bambang (laboran MKK),

Dr. Lilik Budi Prasetyo (GIS specialist) atas pinjaman lab SDAF, serta

crew SDAF yang rela tempatnya dijajah.

8. Tropenbos Internasional Indonesia atas bantuan informasi dan fasilitas

selama kegiatan penelitian, khusus kepada Dr. Dicky Simorangkir “Abang

Forester Idol” (Terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk

penelitian ini. Saya sudah lulus nih, Bang. Saya siap diajak kerjasama),

Indra, S. Hut, Tunggul Butar Butar (atas sangsangnya), Pijar (kapan

kita……lagi?), Sariman “Crystal”, Alfred (saudaraku seiman di

Balikpapan), Sultan Lubis, Pak Djun, Yana, Alfa (kakakku), Esmeralda

(adikku), Devi, Elisabeth Wetik, dan Mba Alice (tercantik di kantor).

9. Kepada para stakeholder HLGL yaitu Dinas Kehutanan Pasir, Bappeda

Pasir, BKSDA Seksi Konservasi Wilayah III Pasir Kalimantan Timur,

Masyarakat Desa Rantau Layung, Desa Pinang Jatus, Dusun Mului, PeMA

(Persatuan Masyarakat Adat Paser), UPTD Planologi Balikpapan, dan PT.

RKR. Terima kasih banyak.

11. Pihak-pihak yang karena terlalu banyak dan tidak dapat disebutkan satu-

persatu yang mendorong terbentuknya karya ini.

10. Tuhan Yesus “Alpha and Omega” yang pertama dan yang terakhir (Pribadi

yang memegang masa depanku dan aku tidak takut lagi akan masa

depan!!!).

Page 9: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................... i

DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Tujuan Penelitian ................................................................................ 2

C. Manfaat Penelitian .............................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Stakeholder ....................................................................... 3

B. Analisisis Stakeholder ........................................................................ 4

C. Pengertian Kebijakan Publik .............................................................. 8

D. Pengelolaan Hutan Multi-stakeholder ................................................ 12

E. Desentralisasi dan Peran serta Masyarakat di dalam Pengelolaan

Hutan .................................................................................................. 15

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah dan Status Kawasan ............................................................. 17

B. Kondisi Fisik Kawasan ..................................................................... 17

1. Letak dan Luas.............................................................................. 17

2. Iklim.............................................................................................. 18

3. Hidrolgi......................................................................................... 18

4. Tanah dan Geologi........................................................................ 18

C. Kondisi Biologi ................................................................................. . 19

1. Keanekaragaman Flora ................................................................. 19

2. Keanekaragaman Fauna ................................................................ 19

D. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ................................................ 20

IV. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 22

B. Ruang Lingkup dan Peralatan ................................................................ 22

C. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 22

Page 10: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

D. Analisis dan Sintesis Data...................................................................... 28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Konsep Ideal Pengelolaan HLGL................................................ 29

B. Karakteristik Stakeholder Pengelolaan HLGL ............................ 30

B.1 Masyarakat Desa Rantau Layung ..................................... 31

B.2 Masyarakat Desa Pinang Jatus.......................................... 34

B.3 Masyarakat Dusun Mului.................................................. 35

B.4 Dinas Kehutanan Pasir ...................................................... 38

B.5 Bappeda Pasir ................................................................... 40

B.6 UPTD Planologi Kehutanan Balikpapan .......................... 42

B.7 Tropenbos Internasional Indonesia ................................... 43

B.8 Persatuan Masyarakat Adat Paser ..................................... 45

B.9 BKSDA Seksi Konservasi Wilayah III Pasir

Kalimantan Timur ............................................................ 47

B.10 PT. Rizky Kacida Reana .................................................. 47

C. Penggolongan Stakeholder HLGL.................................................... 49

D. Interaksi antar Stakeholder dalam pengelolaan HLGL .................... 52

E. Evaluasi Kebijakan ........................................................................... 56

E.1 Permasalahan Kebijakan Pengelolaan HLGL...................... 56

E.1.1 Kehadiran Unit Pengelola.................................................... 56

E.1.2 Pengukuhan Kawasan .......................................................... 57

E.1.3 Konflik Melalui Pendekatan Kebijakan............................... 59

E.1.3.1 Pemanfaatan Hasil Hutan Non Kayu ................................... 59

E.1.3.2 Penggunaan Kawasan .......................................................... 60

E.1.3.3 Konflik antar Stakeholder.................................................... 61

E.2 Kesenjangan (gaps) dalam Pengelolaan HLGL................... 65

F. Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan HLGL ................................... 65

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................... 72

B. Saran................................................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 73

LAMPIRAN ...................................................................................................... 75

Page 11: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Daftar Responden ............................................................................... 24

2. Observasi Lapang ............................................................................... 25

3. Penelusuran Dokumen dan Wawancara ............................................. 25

4. Interaksi masyarakat Desa Rantau Layung dengan HLGL ................ 33

5. Interaksi masyarakat Desa Pinang Jatus dengan HLGL .................... 35

6. Interaksi masyarakat Dusun Mului dengan HLGL ............................. 38

7. Program Penelitian yang diwadahi oleh TBI Indonesia............................... 44

8. Jenis Pengaruh,asal kewenangan, dan bentuk kepentingan

stakeholder HLGL………………………………………………………… 52

9. Pemanfaatan satwa yang dilakukan oleh masyarakat ......................... 60

10. Analisis isi dan implementasi peraturan perundangan dan kebijakan

yang dikeluarkan oleh stakeholder HLGL .......................................... 63

10. Bentuk pengelolaan yang dilakukan oleh stekholder HLGL .............. 69

11. Rekomendasi kebijakan stakeholder HLGL berdasarkan analisis

isi dari kebijakan yang dikeluarkan stakeholder..........................................

70

Page 12: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Stakeholder table................................................................................. 7

Gambar 2. Proses pembuatan kebijakan................................................................9

Gambar 3. Tiga elemen sistem kebijakan .............................................................10

Gambar 4. Gambaran pengelolaan hutan multi-level........................................... 14

Gambar 5. Skema tata praja konservasi sumberdaya hutan................................. 14

Gambar 6. Peta Lokasi Hutan Lindung Gunung Lumut...................................... 18

Gambar 7. Kerangka penelitian.......................................................................... 27

Gambar 8. Pohon madu (Koompasia malacensis[1] ) dan

burung kuau (Argusianus argus[2] )................................................. 32

Gambar 9. Sejarah perpindahan warga Dusun Mului…….........................….... 36

Gambar 10. Penggolongan stakeholder Hutan Lindung Gunung Lumut........... 49

Gambar 11. Interaksi stakeholder Hutan Lindung Gunung Lumut.................... 55

Page 13: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 12. Undang Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan ................... 75

Tabel 13. Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2002 tentang

Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan,

Pemanfaatan Hutan, dan Penggunaan Kawasan Hutan.................... 77

Tabel 14. Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan

Kawasan Lindung ............................................. ............................ 81

Tabel 15. UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang............................. 82

Tabel 16. PP No. 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional............................................................................. 83

Tabel 18. PP No. 44 tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan.................. 84

Page 14: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kabupaten Pasir adalah salah satu kabupaten di Propinsi Kalimantan

Timur yang sebagian wilayahnya terdiri dari kawasan hutan. Sesuai dengan

keputusan Menteri Kehutanan No. 79/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret 2001 tentang

penunjukan kawasan hutan dan perairan di wilayah Kalimantan Timur, Kabupaten

Pasir memiliki kawasan hutan seluas 628.730 Ha dan berdasarkan fungsinya

terdiri dari hutan lindung dengan luas 116.952 Ha, cagar alam dengan luas

109.302 Ha, hutan produksi terbatas dengan luas 145.350, hutan produksi dengan

luas 257.126 Ha, serta kawasan non budidaya kehutanan lainnya dengan luas 531.

664 Ha. Pemerintah Kabupaten Pasir, menurut PP No. 44 tahun 2004 tentang

perencanaan kehutanan, memiliki wewenang dari pemerintah pusat dalam

mengelola kawasan hutannya, termasuk Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL).

Kawasan HLGL menjadi sangat penting karena kawasan ini merupakan

hulu dari 2 Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Kendilo dan DAS Telake

yang menjadi sumber air bagi masyarakat Kabupaten Pasir dan sekitarnya. Selain

itu, kawasan ini juga menjadi sumber keanekaragaman hayati yang tinggi, baik

flora maupun fauna yang mewakili jenis-jenis yang endemik untuk Pulau

Kalimantan. Diantaranya seperti owa kalimantan (Hylobates muellerii), lutung

merah (Presbytis rubicunda), lutung dahi putih (Presbytis frontata), bekantan

(Nasalis larvatus), beruang madu (Helarctos malayanus), burung kuau/merak

kalimantan (Argusianus argus), rangkong badak (Buceros rhinoceros).

Keanekaragaman flora yang memiliki nilai endemisitas tinggi seperti kayu ulin

(Eusideroxylon zwagerii) dan meranti (Shorea spp). Upaya melakukan kegiatan

yang bertujuan untuk melestarikan kawasan HLGL menjadi sangat penting demi

menjaga kelestarian dari fungsi hutan lindung tersebut.

Mengingat pentingnya kawasan HLGL, maka Pemerintah Kabupaten Pasir

mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan HLGL diantaranya

Page 15: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

2

tentang penataan batas, uraian tugas Dinas Kehutanan Kabupaten Pasir, hubungan

atara para “stakeholder”1 HLGL, dan lain sebagainya.

Berdasarkan dari berbagai informasi yang ada, kinerja kebijakan yang

dikeluarkan oleh para stakeholder HLGL, implementasi kebijakan dirasakan

masih belum memenuhi harapan karena masih adanya masalah yang berkaitan

dengan konflik antara stakeholder HLGL, illegal logging, dan lain sebagainya.

Maka evaluasi kebijakan ini diharapkan mampu mengidentifikasi akar masalah

dan kesenjangan kebijakan yang terjadi akibat dari berbagai kebijakan yang

dikeluarkan oleh para stakeholder HLGL. Sehingga dapat dirumuskan

rekomendasi kebijakan pengelolaan HLGL yang tepat untuk menyelesaikan

berbagai masalah tersebut.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengevaluasi setiap kebijakan yang terkait dengan pengelolaan HLGL

2. Merumuskan rekomendasi kebijakan pengelolaan HLGL yang sejalan

dengan prinsip-prinip kelestarian

C. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan bagi

perbaikan kebijakan pengelolaan HLGL, khususnya bagi pihak pengelola.

1 Istilah stakeholder diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi para pihak, pemangku para

pihak, dan pihak terkait. Dalam penelitian ini digunakan istilah stakeholder untuk mempertahankan makna yang terkandung di dalamnya.

Page 16: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

3

II. Tinjauan Pustaka

A. Pengertian Stakeholder

Freeman (1984)2 mendefinisikan stakeholder sebagai suatu grup atau

individu yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh tujuan dari suatu

kegiatan. Dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam, Roling dan Wagemaker

(1998)2 mengemukakan definisi yang lebih mendalam yaitu orang yang

berkepentingan terhadap sumberdaya alam yang terdiri dari pengguna sumberdaya

alam ataupun para pengelola lainnya.

Stakeholder adalah orang-orang atau organisasi-organisasi yang

dipengaruhi oleh suatu kegiatan atau dapat mendukung berhasilnya suatu kegiatan

bahkan dapat menghambat tujuan dari suatu kegiatan (Social Development

Department of USA, 1995)3.

Menurut Project Management Institut (1996)4 stakeholder adalah individu

atau suatu organisasi yang secara aktif ikut serta dalam suatu kegiatan, atau

mempunyai kepentingan baik yang berdampak negatif maupun positif sebagai

bagian dari kegagalan ataupun kesuksesan dari suatu kegiatan.

Stakeholder adalah setiap orang atau kelompok yang terlibat oleh atau

dapat terpengaruh oleh suatu keputusan atau oleh suatu kegiatan (Dick, 1997)5.

Mengacu pada UNHABITAT and UNEP (2001)6, stakeholder adalah:

1. Mereka yang kepentingannya terpengaruh oleh suatu program atau mereka

yang kegiatannya secara kuat mempengaruhi suatu program

2. Mereka yang menyampaikan informasi, sumberdaya, dan keahliannya

dibutuhkan untuk perencanaan dan pengimplementasian suatu program

3. Mereka yang mengontrol implementasi dan alat

2 Melalui publikasi internet pada Http://www.idrc.ca. Diakses pada tanggal 9 Mei 2006. 3 Melalui publikasi internet pada Http://www.euforic.org. Diakses pada tanggal 5 Mei 2006 4 Melalui publikasi internet pada Http://www.stsc.hill.af. Diakses pada tanggal 5 Mei 2006 5 Melalui publikasi internet pada Http://www.scu.edu.au. Diakses pada tanggal 10 Mei 2006. 6 Melalui publikasi internet pada Http://www.unhabitat.org. Diakses pada tanggal 9 Mei 2006

Page 17: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

4

B. Analisis Stakeholder

Analisis stakeholder adalah suatu pendekatan untuk memahami suatu

sistem dengan cara mengidentifikasi pemeran utama atau stakeholder utama dari

suatu sistem dan menilai kepentingan mereka dalam sistem tersebut. Definisi ini

sangat berguna dalam mendefinisikan analisis stakeholder dengan pendekatan

pengelolaan sumberdaya alam dan menyatakan batasannya tetapi ini tidak dapat

diharapkan untuk memecahkan semua masalah atau gambaran yang ada di dalam

sebuah sistem (Grimble et al. 1995).

Menurut Allen dan Kilvington dalam Hermawan et al. (2005), analisis

stakeholder adalah suatu identifikasi pihak-pihak utama, analisis kepentingan, dan

bagaimana kepentingan tersebut berpengaruh terhadap suatu program. Pendapat

lain menyatakan bahwa analisis para pihak adalah suatu ringkasan yang mampu

menggambarkan para pihak yang mempengaruhi dan terkena dampak atau

dipengaruhi pada suatu sistem pengelolaan (Harding, 2002 dalam Hermawan et

al. 2005).

Identifikasi stakeholder dilakukan dengan cara mengelompokkan yang

menjadi kebutuhan dan harapan dari individu ataupun kelompok lalu mengolah

harapan tersebut untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan.

Menurut Social Developement of USA (2006) tujuan dari kegiatan

identifikasi stakeholder adalah untuk membantu mengidentifikasi:

a. Orang atau kelompok yang termasuk dalam anggota penunjang kegiatan

(walaupun anggotanya dibentuk pada saat perencanaan kegiatan atau pada

saat implementasi kegiatan)

b. Aturan-aturan dalam pelaksanaan suatu kegiatan

c. Siapa yang membangun ataupun yang memelihara hubungan antara

stakeholder

d. Siapa yang akan diinformasikan dan dimintai saran tentang kegiatan

tersebut

e. Akan sangat membantu dalam pengambilan keputusan

Page 18: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

5

Menurut Rolling dan Wagemaker (1998) kegunaan dari kegiatan

identifikasi stakeholder adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui secara tepat pola interaksi antara stakeholder yang ada

b. Secara analisis dapat memodifikasi campur tangan terhadap stakeholder

c. Sebagai alat mengelola pembuatan kebijakan

d. Sebagai alat untuk memperkirakan terjadinya konflik

Grimble dan Wellard (1996) menekankan pentingya kegunaan dari analisis

stakeholder dalam memahami kempleksitas dan perbandingan antara tujuan dari

sistem dengan stakeholder. Demikian juga Freeman dan Gilbert (1987)

mengemukakan konsep “pengelolaan stakeholder” sebagai batasan untuk

membantu pengelola mengetahui gangguan dan bisnis lingkungan yang kompleks.

Stakeholder analisis dimodifikasi dari metode partisipatif perencanaan

pengelolaan seperti Rapid Rural Appraisal (RRA) dan Participatory Rural

Appraisal (PRA), yang digunakan dengan menyatukan kepentingan dan

ketidaksamaan dari kelompok yang memiliki pengaruh yang rendah (Preety et al.

1995).

Menurut (Freeman dan Gilbert, 1987) analisis stakeholder digunakan

untuk melihat perbedaan dan mempelajari kriteria para stakeholder. Adapun

kriteria tersebut adalah:

a. Kekuasaan (power) dan kepentingan (interest) dari setiap stakeholder

(Freeman, 1984)

b. Kepentingan (kepentingan) dan pengaruh (influence) yang mereka punya

(Grimble dan Wellard, 1996)

c. Program maupun kebijakan yang dikeluarkan

d. Kerjasama dan koalisi yang dilakukan antara stakeholder

Grimble et al. (1995) menyatakan bahwa tahapan dalam stakeholder

analisis meliputi:

a. Mengidentifikasi tujuan utama dari analisis

b. Membangun pengertian tentang sistem dan pembuat keputusan dalam

sistem

c. Mewawancara kepentingan para stakeholder, karekteristiknya, dan

keadaannya

Page 19: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

6

d. Mengetahui pola interaksi antara stakeholder

e. Menjelaskan pilihan-pilihan dalam pengelolaan

Kilvington (2001) dalam Hermawan et al. (2005) analisis stakeholder

digunakan untuk:

a. Mengidentifikasi karakter para stakeholder

b. Mengetahui kepentingan para stakeholder dalam hubungannya dengan

permasalahan yang harus dicari jalan keluarnya

c. Mengidentifikasi konflik kepentingan antara stakeholder

d. Mengetahui hubungan antara stakeholder yang mungkin dapat dilibatkan

dalam kerjasama pengelolaan

e. Memperkirakan kapasistas para stakeholder

f. Membantu memperkirakan jenis partisipasi yang melibatkan para

stakeholder

Menurut Social Development Department of USA (1995) tahapan dalam

melakukan analisis stakeholder adalah:

a. Menggambarkan tabel stakeholder

b. Melakukan penilaian terhadap setiap kepentingan stakeholder yang

kaitannya dengan keberhasilan tujuan dan hubungan antar pengaruh

c. Mengidentifikasi resiko dan asumsi yang dapat mempengaruhi kegiatan

perencanaan dan keberhasilan pengelolaan

Pembuatan tabel stakeholder melihat aspek-aspek berikut:

a. Mengidentifikasi dan mencatat semua stakeholder potensial

b. Mengidentifikasi kepentingan mereka kaitannya dalam masalah yang ada

ditempatkan dalam tujuan dari kegiatan pengelolaan. Sebagai catatan satu

stakeholder dapat memililiki berbagai kepentingan

c. Menilai dampak dari kegiatan pengelolaan terhadap kepentingan tiap

stakeholder (positif, negatif, atau tidak diketahui)

Page 20: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

7

Gambar 1. Stakeholder table

Stakeholder yang memiliki pengaruh dan kepentingan yang tinggi adalah

individu atau organisasi yang berinteraksi baik langsung maupun tak langsung

yang sangat kuat terhadap sumberdaya, sehingga stakeholder tersebut melakukan

usaha tinggi dalam memuaskan keinginan dan perlu diawasi. Stakeholder yang

memiliki pengaruh dan kepentingan yang rendah, hanya perlu dimonitor dengan

usaha yang minimum. Untuk stakeholder yang berada diantaranya, perlu

dilakukan pemberian informasi dan pemuasan yang seimbang (UN-HABITAT &

UNEP, 2001).

Stakeholder dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Titik awal adalah

dengan membagi daftar stakeholder ke dalam primer maupun sekunder.

Stakeholder primer adalah orang ataupun kelompok yang secara langsung

terpengaruh oleh suatu kegiatan. Termasuk para pengguna umum ataupun yang

terpengaruh negatif . Dalam banyak kasus stakeholder primer akan dikategorikan

ke dalam penilaian sosial ekonomi (ODA, 1995).

Stakeholder sekunder adalah orang atau kelompok yang menjadi jembatan

atau penghubung dalam suatu kegiatan, termasuk pemerintah atau institusi

lainnya. Terkadang kelompok ini tidak merasa sebagai stakeholder dalam suatu

kegiatan karena mereka merasa mereka yang mempunyai seluruh kegiatan

(McLaren, 2006)7.

7 Melalui publikasi internet pada Http://www.landcareresearch.com. Diakses pada tanggal 9 Mei

2006.

Page 21: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

8

Stakeholder sekunder tidak mempunyai hubungan langsung dalam suatu

kegiatan tetapi mereka mempunyai pengaruh yang penting untuk suatu yang

sejalan dengan tujuan dari mereka sendiri. Yang termasuk ke dalam stakeholder

sekunder adalah pemerintah, pelanggan, investor, lembaga non-pemerintah, dan

lain-lain (Canadian Society of Association Executives, 2006)8.

Stakeholder kunci adalah orang atau kelompok yang mampu

mempengaruhi (influence) atau orang atau kelompok yang penting (important)

dari stakeholder untuk mencapai keberhasilan dari suatu kegiatan. Pengaruh

(influence) tersebut mengacu pada seberapa kuatnya pengaruh dari stakeholder.

Kepentingan (importance) mengacu pada para stakeholder yang masalah,

kebutuhan, dan kepentingannya menjadi prioritas dalam perencanaan kegiatan –

jika stakeholder yang penting tersebut tidak terbantu maka kegaitan tersebut tidak

dapat berhasil (Association of Social Anthropologist of UK and Commonwealth,

2006)9.

C. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-

pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk

tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah (Dunn, 2003).

Kebijakan publik merupakan upaya untuk memahami dan mengartikan (1)

apa yang dilakukan (atau tidak dilakukan) oleh pemerintah mengenai suatu

masalah, (2) dan apa yang menyebabkan dan mempengaruhinya, (3) apa pengaruh

dan dampak dari kebijakan publik tersebut (Kartasasmita, 1997).

Kebijakan kehutanan adalah pendirian atau sikap masyarakat, golongan,

atau pemerintah yang bertujuan sedemikian rupa sehingga manfaat-manfaat yang

senantiasa diharapkan dari sumberdaya hutan ini tetap dapat diperoleh masyarakat

dengan optimal dan lestari. (Basjarudin, 1976).

Kebijakan pengelolaan hutan berwawasan lingkungan merupakan arahan-

arahan pokok yang memuat cara, maupun tindakan-tindakan yang harus dilakukan

dalam mengelola hutan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dengan pertimbangan untuk tetap menjaga keberadaan sumberdaya 8 Melalui publikasi internet pada Http://www.csea.com. Diakses pada tanggal 9 Mei 2006. 9 Melalui publikasi internet pada Http://www.theasa.org. Diakses pada tanggal 9 Mei 2006

Page 22: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

9

hutan dan mutu lingkungan hidup, serta kelangsungan dan kesinambungan

pemanfaatan sumberdaya hutan dan kehutanan di masa mendatang baik dalam

aspek ekologi, ekonomi, teknologi, politik, maupun sosial budaya (Anonymus,

1986).

Tahap-tahap dalam proses pembuatan kebijakan meliputi perumusan

masalah peramalan, rekomendasi, pemantauan dan evaluasi (Dunn, 2003).

Gambar 2. Proses pembuatan kebijakan

Perumusan masalah adalah fase di dalam proses pengkajian dimana analis

yang dihadapkan pada informasi mengenai konsekuensi beberapa kebijakan,

mengalami suatu ”situasi yang menyulitkan, membingungkan, dimana kesulitan

memang tersebar ke seluruh situasi, yang kesemuanya membentuk keutuhan

kesatuan masalah”. Peramalan adalah fase dimana memungkinkan kita untuk

menghasilkan informasi tentang nilai atau kegunaan dari kebijakan yang lalu atau

yang akan datang. Rekomendasi adalah fase yang memungkinkan kita untuk

menghasilkan tentang kemungkinan bahwa serangkaian tindakan yang akan

datang akan mendatangkan akibat-akibat yang bernilai. Pemantauan adalah fase

yang memungkinakan kita menghasilkan informasi tentang sebab-sebab masa lalu

dan akibat dari kebijakan yang diterapkan. Evaluasi adalah fase yang mencakup

Evaluasi

Perumusan masalah

Pemantauan

Rekomendasi

Peramalan

Penyusunan Agenda

Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Implementasi Kebijakan

Penilaian Kebijakan

Page 23: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

10

informasi tentang nilai atau kegunaan dari kebijakan masa lalu atau kebijakan

yang akan datang.

Masalah kebijakan adalah nilai, kebutuhan, atau kesempatan yang belum

terpenuhi, yang dapat diidenitfikasi, untuk kemudian diperbaiki atau dicapai

melalui tindakan publik (Dunn, 2003).

Analis kebijakan, dengan demikian, adalah salah satu diantara sejumlah

banyak aktor lain di dalam sistem kebijakan. Suatu sistem kebijakan (policy

system), atau seluruh institusional dimana di dalamnya kebijakan dibuat,

mencakup hubungan timbal balik diantara tiga unsur, yaitu kebijakan publik,

pelaku kebijakan, dan lingkungan kebijakan. Kebijakan publik (public policy)

merupakan rangkaian pilihan yang saling berhubungan (termasuk keputusan untuk

tidak bertindak) yang dibuat oleh badan dan pejabat pemerintah, yang

diformulasikan di dalam berbagai bidang (issue) dari pertahanan, energi, dan

kesehatan hingga ke pendidikan, kesejahteraan, dan lain-lain.

Gambar 3. Tiga elemen sistem kebijakan (Dunn, 2003) Kriteria dalam penyusunan rekomendasi kebijakan publik dalam Dunn

(2003) adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas (effectiveness); kaitannya dengan apakah suatu alternatif

mencapai hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari

diadakannya tindakan

2. Efisiensi (efficiency); kaitannya dengan jumlah usaha yang diperlukan

untuk menghasilkan tingkat efisiensi tertentu.

3. Kecukupan (adequacy); berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat

efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang

menumbuhkan adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada

kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan.

Pelaku kebijakan

Lingkungan kebijakan Kebijakan publik

Page 24: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

11

4. Perataan/kesamaan (equity); erat berhubungan dengan rasionalitas legal

dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara

kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang

berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang akibatnya atau usahanya

yang secara adil didistribusikan

5. Responsivitas (responsiveness); berkenaan dengan seberapa jauh suatu

kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok

masyarakat tertentu. Kebijakan dapat memenuhi kriteria efektivitas,

efisiensi, dan perataan tetapi jika belum dapat menanggapi kebutuhan

aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya

perumusan suatu kebijakan.

6. Ketepatan (appropriateness); biasanya bersifat terbuka, karena definisi per

kriteria ini dimaksudkan untuk menjangkau keluar kriteria yang sudah ada.

Oleh karenanya tidak ada dan tidak dapat dibuat definisi baku mengenai

kriteria kelayakan.

D. Pengelolaan Hutan Lindung

Menurut Undang Undang No. 41 tahun 1999, yang dimaksud dengan

hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi pokok sebagai

perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah

banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan

tanah.

Adapun kriteria dari hutan lindung menurut PP No. 44 tahun 2004 pasal

24, dengan memenuhi salah satu:

1. Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan

intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka

penimbang mempunyai jumlah nilai (skore) 175 (seratus tujuh puluh

lima) atau lebih

2. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40 % (empat puluh per

seratus) atau lebih

3. Kawasan hutan yang berada pada ketinggian 2000 (dua ribu) meter atau

lebih di atas permukaan laut

Page 25: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

12

4. Kawasan hutan yang mempunyai tanah sangat peka terhadap erosi dengan

lereng lapangan lebih dari 15 % (lima belas per seratus)

5. Kawasan hutan yang merupakan daerah resapan air

6. Kawasan hutan yang merupakan daerah perlindungan pantai

Kegiatan yang dapat maupun dilarang dilakukan di dalam kawasan hutan

lindung menurut Keppres No. 32 tahun 1990 adalah: Kegiatan yang dilarang Kegiatan yang dapat dilakukan

Di dalam kawasan hutan lindung dilarang

melakukan kegiatan budidaya, kecuali yang

tidak mengganggu fungsi lindung (Pasal 37

ayat 1)

Di dalam kawasan lindung dapat dilakukan

kegiatan eksplorasi mineral dan air tanah serta

kegiatan lain yang berkaitan dengan pencegahan

bencana alam

Berdasarkan UU No. 41 tahun 1999, pengelolaan hutan meliputi kegiatan:

1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan.

2. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan

3. Rehabilitasi dan reklamasi hutan

4. Perlindungan dan konservasi hutan

Menurut PP No. 44 tahun 2004 ayat 1 kegiatan yang perencanaan hutan

meliputi:

a. Inventarisasi hutan

b. Pengukuhan kawasan hutan

c. Penatagunaan kawasan hutan

d. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

e. Penyusunan rencana kehutanan.

Setiap peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia tidak ada definisi

yang jelas tentang arti atau definisi yang pasti dan lengkap dari pengelolaan hutan.

E. Pengelolaan hutan multi-stakeholder

Menurut Johnson and Scholes (2005) stakeholder adalah sekumpulan

orang atau kelompok yang membentuk organisasi tertentu untuk mencapai tujuan

organisasi ataupun untuk memenuhi tujuan pribadi anggota organisasi tersebut.

Page 26: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

13

Yang termasuk dalam stakeholder pengelola hutan adalah komunitas lokal,

pemerintah, lemabaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, BUMN/D, koperasi

dan usaha swasta atau dapat lebih jelas terlihat pada gambar berikut:

Gambar 4. Gambaran pengelolaan hutan multi-level

Dari gambar di atas dapatlah dikatakan bahwa perlu adanya pembangunan

kelembagaan antar stakeholder dalam pengelolaan kawasan hutan tertentu. Sistem

pengelolaan hutan tidak saja multi-stkeholder, tetapi juga di berbagai tingkatan

(multi-level) dan lintas tingkatan (PT. Graha Manunggal Wirasembada, 2001).

Pada tingkat nasional, kelembagaan yang mengelola bidang kehutanan

berada di bawah Departemen Kehutanan, pada tingkat propinsi di bawah Dinas

Kehutanan Propinsi dan pada tingkat Kabupaten di bawah Dinas Kehutanan

Kabupaten. Dinas Kehutanan Propinsi bertanggung jawab pada Gubernur serta

kepada Menteri Kehutanan kaitannya dengan tugas pembantuan. Di tingkat

Kabupaten, Dinas Kehutanan bertanggung jawab pada Bupati (Kelompok Kerja

Program Kehutanan Daerah Kutai Barat, 2001).

Kebijakan harus didukung dengan mekanisme tata praja yang berorientasi

pada pada transparansi, efektifitas dan pertanggung-gugatan (akuntabilitas)

Desa

LSM

Perguruan Tinggi Pemda

koperasi Swasta

desa

kecamatan

daerah

nasional

BUMN

Page 27: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

14

Komunitas global

Lembaga Publik di tingkat pusat: Fungsi koordinasi

Lembaga independen: LSM,

universitas

Konvensi perjanjian internasional

Instrumen kebijakan pusat

Instrumen kebijakan daerah

Lembaga publik tingkat Kabupaten

Lembaga pemerintah di daerah

Lembaga swasta pro-konservasi

Proses publik untuk menjamin akuntabilitas

Program konservasi sumberdaya hutan: pengelolaan kawasan

lindung, pemanfaatan berkelanjutan

Masalah lapangan: Tata batas, konflik SDH,

pembagian biaya dan manfaat, dsb

Umpan balik

publik. Gambar berikut menyajikan data skema tata praja yang menjamin

pengurusan hutan yang bertanggung-gugat (Putro, 2004):

Gambar 5. Skema tata praja konservasi sumberdaya hutan Kesulitan yang dialami oleh pemerintah dalam pengelolaan hutan adalah:

1. Luasnya cakupan kawasan konservasi di Indonesia

2. Minimnya dana untuk konservasi

3. Terbatasnya sumberdaya manusia

4. Kuatnya ego departemen sektoral (seperti Departemen

Pertambangan atau Departemen Pertanian) untuk mengeksploitasi

kawasan konservasi, yang memuncukan konflik antar departemen,

disamping inter Departemen Kehutanan sendiri.

5. Lemahnya penegakan hukum (Anonymous, 2003).

Implikasi kebijakan pembangunan Negara Indonesia yang bersifat sektoral

dan sentralis dari pengelolaan sumberdaya alam telah membuat tiadanya ruang

bagi masyarakat untuk memberikan kontrol dan lemahnya penegakan hukum

dalam pengelolaan sumberdaya alam, khususnya hutan (Noorhalis, 2002).

Page 28: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

15

F. Desentralisasi dan peran serta masyarakat di dalam pengelolaan hutan

Desentralisasi adalah penyelengaraan pemerintahan yang memberikan

kekuasaan lebih besar kepada daerah, baik dalam penyerahan tugas, kewajiban,

kewenangan maupun maupun tanggung jawab tertentu. Desentralisasi

dimaksudkan untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri (Yusuf, 1996).

Sebenarnya, desentralisasi adalah alat atau cara untuk mencapai

pemerintahan yang sebaik-baiknya, dan bukanlah desentralisasi itu sendiri yang

menjadi tujuan. Pengelolaan sumberdaya alam maupun kawasan konservasi bisa

saja dilakukan oleh pemerintah pusat. Tetapi, hal tersebut sangat tergantung dari

kemapuan pemerintah pusat itu sendiri, adanya sistem pemerintahan yang baik

(good governance) serta tersedianya sumberdaya, baik sumberdaya manusia,

maupun sumberdaya lainnya dari segi kuantitas maupun kualitas. Disamping itu

juga terdapat berbagai prasyarat lainnya seperti pengelolaan yang adil, transparan,

akuntabilitas dan peran serta masyarakat (Anonymous, 2003).

Peran serta masyarakat menurut Arimbi dalam Anonymous (1993) adalah

proses komunikasi dua arah yang terus-menerus untuk meningkatkan pemahaman

masyarakat secara penuh atas proses pengelolaan kawasan konservasi. Peran serta

didefinisikan sebagai komunikasi dari pemerintah kepada masyarakat tentang

suatu kebijakan (feed-forward information) dan komunikasi dari masyarakat

kepada pemerintah tentang atas kebijakan tersebut (feedback information).

Peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan

sifatnya, yaitu yang pertama, peran serta masyrakat yang bersifat konsultatif,

dimana anggota masyarakat mempunyai hak untuk didengar pendapatnya dan

untuk diberitahu, akan tetapi keputusan akhir tetap berada di tangan pejabat yang

mengambil keputusan. Kedua, adalah peran serta masyarakat yang bersifat

kemitraan, dimana masyarakat dan dan pejabat pembuat keputusan berunding

untuk mendapatkan pemecahan masalah dan secara bersama pula membuat

keputusan (Arimbi dan Santosa, 1993).

Menurut Santosa dan Arimbi (1993) manfaat lain dari peran serta

masyarakat dalam pengelolaan hutan, yaitu:

Page 29: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

16

1. Sebagai proses pembuatan suatu kebijakan; karena masyarakat sebagai

kelompok yang berpotensi menanggung akibat dari suatu kebijakan,

memiliki hak untuk dikonsultasi (rights to consult)

2. Sebagai suatu strategi; dimana melalui peran serta masyarakat suatu

kebijakan pemerintah akan mendapatkan dukungan dari masyarakat,

sehingga keputusan tersebut memiliki kredibilitas (credible)

3. Peran serta masyarakat juga ditujukan sebagai alat komunikasi bagi

pemerintah – yang dirancang untuk melayani pemerintah – untuk

mendapatkan informasi dan dalam pengambilan keputusan, sehingga

mendapatkan keputusan yang responsif

4. Peran serta masyarakat dalam penyelesaian konflik atau masalah;

didayagunakan sebagai sutau cara untuk mengurangi atau meredakan

konflik melalui usaha pencapaian konsesus dari pendapat-pendapat

yang ada. Asumsi yang melandasi persepsi tersebut adalah, dengan

bertukar pikiran maupun pandangan dapat meningkatkan pengertian

dan toleransi serta mengurangi ketidakpercayaan (mistrust) dan

kerancuan (blases).

Pasal 36 Keppres No. 32 tahun 1990 menyinggung tentang pengelolaan

kawasan lindung tentang keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan

lindung sebagai berikut:

1. Pemerintah tingkat II mengupayakan kesadaran masyarakat akan

tanggung jawabnya terhadap kawasan lindung

2. Pemerintah tingkat I dan II mengumumkan kawasan-kawasan lindung

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 34 kepada masyarakat.

Menurut Anonymous (2003), peran serta masyarakat dalam pengelolaan

kawasan lindung dapat dilihat dari faktor-faktor berikut:

1. Kedekatan masyarakat dengan kawasan

2. Adanya faktor kepentingan, baik secara historis, sosial-religi, ekologi

maupun ekonomi masyarakat lokal / adat

3. Adanya kepedulian dan komitmen (seperti yang ditunjukkan oleh

lembaga swadaya pemerintah lingkungan maupun oleh kelompok

pecinta lingkungan hidup)

Page 30: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

17

III. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

A. Sejarah dan Status Kawasan

HLGL pada tahun 1970-an masih merupakan areal konsesi HPH PT.

Telaga Mas. Sejak tahun 1983, kawasan ini ditetapkan sebagai hutan lindung

berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.24/Kpts/Um/1983. Meskipun demikian,

sampai saat ini kegiatan-kegiatan logging masih terjadi dalam dan sekitar kawasan

HLGL, baik oleh beberapa konsesi yang memiliki HPH dan IUPHK maupun

kegiatan illegal logging yang semakin marak akhir-akhir ini.

Kegiatan tersebut telah memberikan tekanan dan gangguan bagi

keberadaan hutan lindung. Sejalan dengan itu, kesadaran sebagian masyarakat

dalam dan sekitar HLGL terhadap fungsinya masih kurang. Umumnya mereka

memanfaatkan hutan dengan mengambil rotan dan madu yang merupakan produk

hutan non-kayu. Namun sebagian masyarakat ada pula yang menebang kayu, baik

untuk kebutuhan sendiri maupun dijual (TBI Indonesia, 2004).

B. Kondisi Fisik

B. 1. Letak dan Luas

HLGL terletak pada koordinat geografis 116o 02’ 57’’- 116o 50’ 41’’

Bujur Timur dan 01o 13’ 08’’- 01o 45’ 33’’ Lintang Selatan. Hutan lindung ini

secara administratif berada di wilayah Kecamatan Batu Sopang, Muara Komam,

Long Ikis dan Long Kali, di bawah pengawasan Dinas Kehutanan kabupaten

Pasir, Kalimantan Timur.

HLGL memiliki luas sekitar +35.550 Ha10 dengan batas wilayah:

Sebelah Utara : Desa Kepala Telake

Sebelah timur : Desa Muara Lambakan, Desa Belimbing, Desa Tiwei,

Desa Rantau Layung, Desa Rantau Buta, dan Desa

Pinang Jatus

Sebelah Selatan : Desa Kasungai, Desa Busui, dan Desa Rantau Layung

Sebelah Barat : Desa Batu Butok, Desa Uko, Desa Muara Kuaro, Desa

Prayon, Desa Long Sayo, dan Desa Swanslutung

10 Berdasarkan data dari Laporan Hasil Orientasi Batas Kawasan Hutan di Kelompok Hutan

Lindung Gunung Lumut Dinas Kehutanan Kabupaten Pasir

Page 31: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

18

Gambar 6. Peta Lokasi HLGL

Sumber: Tropenbos Internasional Indonesia

B. 2. Iklim

Kawasan HLGL berdasarkan data iklim tahun 1994-1998, berdasarkan

sistem klasifikasi Scmidth dan Ferguson (1951) termasuk dalam tipe iklim A atau

sangat basah. Kawasan ini memiliki rata-rata curah hujan pada tahun 1982-1993

sebesar 165,83 mm/bulan dengan 8,92 hari hujan dan pada tahun 1994-1998 rata-

rata curah hujan sebesar 216,38 mm/bulan dengan 10,36 hari hujan.

B. 3. Hidrologi

HLGL merupakan merupakan bagian hulu dari sungai-sungai yang akan

mengalir ke daerah permukiman dan pertanian di daerah hilir sehingga berperan

sangat penting sebagai daerah tangkapan air dan melindungi sistem tata air di

kawasan tersebut. Hutan lindung tersebut merupakan daerah tangkapan air untuk

dua DAS besar yaitu DAS Kendilo dengan anak sungai Sungai Busui (20 km) dan

DAS Telake.

B. 4 Tanah dan Geologi

Jenis tanah yang ada di wilayah HLGL meliputi jenis tanah Ultisol dan

Inceptisol. Jenis Ultisol berasal dari lithologi batuan sedimen yang mengandung

Page 32: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

19

mineral felsic dan mineral campuran. Tekstur tanah bervariasi dari kasar, cukup

halus sampai halus dengan drainase menunjukkan kelas baik. Jenis tanah Ultisol

terdiri dari 2 kelompok besar tanah yaitu Tropudults dan Kandiudults. Sedangkan

formasi geologi yang membangun HLGL adalah tiga formasi batuan yaitu

Pemaluan Bed, Palaogene dan Pulau Balang Bed.

C. Kondisi Biologi

C. 1. Keanekaragaman Flora

Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Mulawarman (1999)

dalam Aipassa (2004), menyatakan bahwa vegetasi yang ada pada kawasan

HLGL terdiri dari hutan primer dan hutan sekunder dengan berbagai

keanekaragaman jenis flora. Jenis sungkai (Peronema canescens), mali-mali

(Leea indica) dan buta ketiap (Milletia sp) merupakan jenis-jenis tumbuhan

dominan pada komunitas hutan primer selain dijumpai pula asosiasi beberapa

jenis yang tergolong suku Dipterocarpaceae, seperti Shorea laevis (bangkirai) dan

jenis-jenis keruing (Dipterocarpus spp). Pada komunitas hutan sekunder jenis

mahang (Macaranga sp.) merupakan jenis dominan. Hasil hutan non kayu yang

ada antara lain adalah rotan, madu, damar, gaharu, tumbuhan obat, serta sarang

burung walet.

C. 2. Keanekaragaman Fauna

Kawasan HLGL memiliki keanekaragaman satwaliar yang cukup tinggi,

diantaranya dari kelompok mamalia adalah babi jenggot (Sus barbatus), kijang

kuning (Muntiacus atherodes), beruang madu (Helarctos malayanus), pelanduk

napu (Tragulus napu), rusa sambar (Cervus unicolor), tenggalung malaya

(Viverra tangalunga), landak raya (Hystrix brachyura), sero ambrang (Aonys

cinerea), tupai tanah (Tupaia tana), bajing kecil telinga hitam (Nannosciurus

melanotis), dan bajing tanah ekor-tegak (Rheithrosciurus macrotis). Untuk jenis

mamalia primata antara lain lutung dahi-putih (Presbytis frontata), lutung merah

(Presbytis rubicunda), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk

(Macaca nemestrina), kukang (Nycticebus coucang), bekantan (Nasalis larvatus)

dan owa kelawat (Hylobates muelleri). Owa kelawat ditemukan pada komunitas

Page 33: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

20

hutan primer dan merupakan jenis yang peka terhadap gangguan berupa

perubahan struktur dan komposisi hutan dan sekaligus merupakan indikator masih

utuhnya kawasan hutan di daerah tersebut (PPLH Universitas Mulawarman, 1999

dalam Aipassa, 2004). Dari semua jenis mamalia yang telah teridentifikasi,

terdapat dua jenis yang termasuk kategori lower risk (beresiko rendah) yaitu

babi jenggot (Sus barbatus) dan owa kelawat (Hylobates muelleri).

Untuk kelompok burung (aves), dalam kawasan HLGL keanekaragaman

jenisnya tergolong tinggi diantaranya jenis yang endemik di Pulau Kalimantan

adalah bondol kalimantan (Lonchura fuscans), tiong batu kalimantan (Pityriasis

gymnocephala), sikatan kalimantan (Cyornis superbus) dan pentis kalimantan

(Prionochilos xanthopyangius). Jenis-jenis enggang seperti julang emas (Aceros

undulatus), rangkong badak (Buceros rhinoceros), enggang jambul (Aceros

comatus), enggang klihingan (Anorrhinus galeritus), julang jambul hitam (Aceros

corrugatus) dan rangkong gading (Buceros vigil), kacembang gading (Irena

puella), luntur diard (Harpactes diardii), kucica hutan (Copsychus malabaricus),

tukik tikus (Sasia abnormis), sempur hujan sungai (Cymbirhynchus

macrorhynchos), paok delima (Pitta granatina), kuau raja (Argusianus argus),

elang ular (Spilornis cheela palidus), seriwang asia (Tersiphone paradisi) dan lain

sebagainya. Sedangkan dari kelompok reptilia dan amphibi jenis yang terdapat di

kawasan HLGL diantaranya Ular cincin emas (Boiga dendrophilia) dan katak

tanduk (Megophrys nasuta).

D. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Wilayah kawasan Hutan Gunung Lumut sebelum ditetapkan menjadi

kawasan hutan lindung, wilayah tersebut telah didiami oleh masyarakat adat

Dayak Paser secara turun temurun bahkan telah mencapai 13 generasi. Sehingga

secara tradisional sesungguhnya wilayah HLGL dan sekitarnya telah terbagi ke

dalam hak kelola tradisional (adat) oleh 13 wilayah adat desa-desa di sekitarnya

dan satu dusun berada dalam kawasan yang termasuk dalam empat kecamatan.

Dimana batas-batas desa tersebut dikenal dengan batas-batas alam yaitu daerah

aliran sungai, ataupun punggung bukit atau gunung. Seperti Sungai Pias, Sungai

Tiwei, Sungai Mului, Sungai Kesungai dan lain-lain (Saragih, 2004). Pada

Page 34: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

21

umumnya kepadatan populasi penduduk desa-desa tersebut sangatlah rendah,

kecuali desa-desa yang berada pada bagian selatan hutan lindung dan

bersinggungan langsung dengan jalan raya Kalimantan Timur-Kalimantan Selatan

(Wahyuni et al., 2004).

Bagi masyarakat sekitar kawasan, HLGL berperan secara ekologis sebagai

sumber protein hewani masyarakat serta mendukung kegiatan pertanian,

perikanan, perkebunan dan transportasi sungai bagi masyarakat. Kebutuhan

protein hewani yang bersumber dari binatang buruan atau ikan sungai, demikian

juga sebagai sumber air minum bagi rumah tangga, dan sebagai daerah tangkapan

air bagi sungai-sungai kecil dan besar di sekitar kawasan seperti Sungai Kendilo

dan Sungai Telake. Masyarakat asli yang bertempat tinggal di sekitar kawasan

HLGL memenuhi hampir semua kebutuhannya dari wilayah hutan baik itu dari

wilayah hutan lindung maupun dari hutan di sekitar hutan lindung. Seperti

kebutuhan akan kayu bakar, perumahan, pangan (air, sayuran, dan daging/ikan),

obat-obatan, dan upacara adat. Masyarakat yang berdiam di dan sekitar kawasan

HLGL memiliki ketergantungan terhadap ketersediaan berbagai macam jenis

pangan yang berasal dari hutan, secara langsung maupun tidak langsung.

Kebutuhan protein hewani dipenuhi secara berburu di dalam hutan dan bahkan

kegiatan tersebut merupakan kegiatan utama sebagai cara mendapatkan uang

tambahan bagi beberapa rumah tangga yang berdiam di kawasan tersebut.

Pada umumnya masyarakat desa-desa yang berada dalam dan di sekitar

HLGL bekerja di bidang pertanian dengan pengelolaan lahan pertanian yang

masih tradisional (Wahyuni et al., 2004). Jenis mata pencaharian lain masyarakat

adalah berdagang, pegawai negeri sipil, karyawan perusahaan serta bidang

lainnya. Dominasi pekerjaan masyarakat sebagai petani, terlihat dari luasan lahan

yang dijadikan areal pertanian dan perkebunan di daerah sekitar kawasan HLGL.

Upaya-upaya lain dari masyarakat untuk menambah pendapatannya adalah

dengan mendulang emas (bagi desa tertentu, kegiatan ini dilakukan hanya pada

saat gagal panen), menjadi tukang ojek motor, dan buruh.

Page 35: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

22

IV. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dalam kawasan HLGL yang berlokasi di desa

sekitar kawasan yaitu Desa Rantau Layung dan Desa Pinang Jatus, komunitas

dalam kawasan yaitu Dusun Mului, Kabupaten Pasir, dan Kota Balikpapan

Propinsi Kalimantan Timur. Penelitian ini dilaksanakan selama 54 hari efektif

yaitu pada bulan Oktober 2005 sampai dengan Februari 2006.

B. Ruang Lingkup dan Peralatan

Ruang Lingkup penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait

(stakeholder) dalam setiap pengelolaan HLGL, seperti masyarakat sekitar dan

dalam kawasan, Pemerintah Daerah, Dinas Kehutanan, Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah, Balai Konservasi Sumberdaya Alam Seksi Konservasi

Wilayah Paser, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), baik lokal (Persatuan

Masyarakat Adat Paser) maupun internasional (Tropenbos Internasional

Indonesia), pihak swasta yaitu HPH (PT. Rizky Kacida Reana), dan pihak-pihak

terkait lainnya.

Peralatan penelitian yang digunakan adalah peta kawasan HLGL, tape

recorder, kamera, handycam, panduan wawancara dan alat tulis.

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode:

1. Metode pengamatan (observation) langsung, dengan tujuan mengamati

secara langsung pihak-pihak terkait (stakeholder) dalam hal pengelolaan

kawasan HLGL, mengetahui masalah-masalah yang ada di lapangan.

2. Metode wawancara mendalam (in-depth interviewing), yaitu wawancara

responden setiap stakeholder secara mendalam untuk memahami setiap

jawaban dari pertanyaan yang diajukan secara fleksibel, terbuka, tidak baku,

informal, dan tepat sasaran.

Page 36: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

23

3. Studi pustaka dan literatur

Studi ini dilakukan untuk menunjang keabsahan dan pendalaman data untuk

menganalisis data yang akan dilakukan.

Adapun data-data yang diambil terdiri atas data pokok dan data penunjang,

yaitu:

a. Data Pokok, adalah data yang diambil melalui pengamatan langsung di

lapangan (observasi lapang) dan wawancara mendalam yang di dalamnya

meliputi:

• Masyarakat lokal: biodata, bentuk interaksi dengan kawasan HLGL,

kerarifan lokal masyarakat adat yang kaitannya dengan pengelolaan

hutan, harapan terhadap para pengelola kawasan HLGL (stakeholder)

yang lain, harapan terhadap HLGL, pola interaksi dengan para

stakehoder yang lain.

• HPH: biodata, bentuk interaksi yang mereka lakukan terhadap kawasan

HLGL, kontribusi yang diberikan terhadap pengelolaan HLGL,

kontribusi yang diberikan pada masyarakat sekitar HPH, harapan

terhadap para pengelola kawasan HLGL (stakeholder) yang lain, harapan

terhadap HLGL, interaksi dengan para stakehoder yang lain.

• Pemda: Sejarah kawasan, visi dan misi (terutama di sektor kehutanan),

bentuk interaksi dengan kawasan HLGL, potensi kawasan hutan di

Kabupaten Pasir, permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam

kawasan HLGL dan penyelesaiannya, program maupun rencana strategi

pembangunan kehutanan di Kabupaten Pasir, kebijakan yang

dikeluarkan kaitannya dengan pengelolaan kawasan HLGL, harapan

terhadap para pengelola kawasan HLGL (stakeholder) yang lain, harapan

terhadap HLGL, rencana tata ruang dan wilayah Kabupaten Pasir, pola

interaksi dengan para stakehoder yang lain.

• LSM: Sejarah kawasan, visi misi LSM, potensi kawasan HLGL,

kontribusi terhadap kawasan HLGL, harapan terhadap para pengelola

kawasan HLGL (stakeholder) yang lain, harapan terhadap HLGL, pola

interaksi dengan para stakehoder yang lain.

• Masalah-masalah pengelolaan hutan yang terjadi di lapangan.

Page 37: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

24

b. Data Penunjang

Adapun data sekunder yang akan diambil meliputi rencana strategis sektor

kehutanan Kabupaten Pasir tahun 2001-2005, potensi kehutanan Kabupaten Pasir,

potensi HLGL, undang-undang yang berkaitan dengan sektor kehutanan, rencana

tata ruang Kabupaten Pasir, kearifan lokal yang berkaitan dengan pengelolaan

kawasan HLGL serta semua kebijakan yang berkaitan dengan kawasan HLGL. Tabel 1. Daftar nama responden

No. Nama Posisi/Jabatan Institusi 1. Ir. Abdul Azis Maulana, MSi Kepala Dinas Dinas Kehutanan Pasir 2. Gatot Bintara, DS, S.Sos Kepala Seksi Inventarisasi

Pengkodean dan Perpetaan Dinas Kehutanan Pasir

3. Ir. Bambang Purwanto Kepala Seksi Pengelolaan Hutan Lindung

Dinas Kehutanan Pasir

4. A.S Fathur Rahman Kepala Bidang Program Pembangunan

Bappeda

5. Romif Erwinadi Kepala Sub Bidang Perhubungan

Bappeda

7. Samsuddin Staf Dinas Dinas Sosial 8 Dedi Armansyah Ketua Dewan Adat PeMA Paser 9. Ardiansyah Sekretaris PeMA Paser 10. Dr. Dicky Simorangkir Ketua Tim Program Tropenbos Internasional

Indonesia 11. Tunggul Butar Butar Forest Partnership Team Tropenbos Internasional

Indonesia 12. Jidan Wakil Ketua Adat Dusun Muluy 13. Jahan Anggota masyarakat Dusun Muluy 14. Jiham Anggota masyarakat Dusun Muluy 15. Semok Ketua Adat Desa Rantau Layung 16. Abdul Rifai Kepala Desa Desa Rantau Layung17. Marli Ketua RT Desa Rantau Layung18. Ali Wakil Ketua Adat Desa Rantau Layung 19. Abad Tetua masyarakat Desa Rantau Layung 20. Nasrul Anggota masyarakat Desa Rantau Layung 21. Madan Anggota masyarakat Desa Rantau Layung 22. Lawut Ketua adat Desa Pinang Jatus 23. Jeket Anggota masyarakat Desa Pinang Jatus 24. Sumadi Kepala Desa Desa Pinang Jatus 25. Graham Anggota masyarakat Desa Pinang Jatus 26. Doni Anggota masyarakat Desa Pinang Jatus

Page 38: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

25

Tabel 2. Observasi lapang Sumber data Jenis data Tujuan penelitian

Kawasan HLGL

• Keadaan implementasi kebijakan di kawasan HLGL

• Potensi kawasan HLGL

• Mengevaluasi setiap kebijakan pengelolaan HLGL yang dikeluarkan oleh setiap stakeholder HLGL

• Merumuskan rekomendasi kebijakan pengelolaan HLGL yang bertujuan untuk mencapai pengelolaan

hutan lindung lestari

Tabel 3. Penelusuran dokumen dan wawancara

Sumber data Jenis data Tujuan Masyarakat Rantau Layung, Desa Pinang Jatus, dan Dusun Mului

• Bentuk kepentingan dengan kawasan HLGL

• Kearifan lokal kaitannya dengan pengelolaan kawasan

• Mengevaluasi setiap kebijakan pengelolaan HLGL yang dikeluarkan oleh setiap

stakeholder HLGL

• Merumuskan rekomendasi kebijakan pengelolaan HLGL yang bertujuan untuk

mencapai pengelolaan hutan lindung lestari

Dinas Kehutanan Kabupaten Paser

• Visi dan misi • Renstra 2001-2005 • Peta kawasan • Tupoksi • Sejarah kawasan • Bentuk kerjasama dengan

stakeholder lain • Bentuk kepentingan dengan

kawasan HLGL

• Mengevaluasi setiap kebijakan pengelolaan HLGL yang dikeluarkan oleh setiap

stakeholder HLGL

• Merumuskan rekomendasi kebijakan pengelolaan HLGL yang bertujuan untuk

mencapai pengelolaan hutan lindung lestari

Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Paser

• RTRW Kabupaten Paser • Bentuk kerjasama dengan

stakeholder lain • Peta kondisi penutupan lahan

Kabupaten Paser • Tupoksi • Bentuk kepentingan dengan

kawasan HLGL

• Mengevaluasi setiap kebijakan pengelolaan HLGL yang dikeluarkan oleh setiap

stakeholder HLGL

• Merumuskan rekomendasi kebijakan pengelolaan HLGL yang bertujuan untuk

mencapai pengelolaan hutan lindung lestari

BKSDA Seksi Konservasi Wilayah Pasir

• Bentuk kerjasama dengan stakeholder lain

• Mengevaluasi setiap kebijakan pengelolaan HLGL yang dikeluarkan oleh setiap

Page 39: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

26

• Bentuk kepentingan dengan kawasan HLGL

stakeholder HLGL

• Merumuskan rekomendasi kebijakan pengelolaan HLGL yang bertujuan untuk

mencapai pengelolaan hutan lindung lestari

UPTD Planologi Kehutanan Balikpapan

• Kebijakan yang dikeluarkan berkaitan dengan pengelolaan kawasan

• Bentuk kepentingan dengan kawasan HLGL

• Mengevaluasi setiap kebijakan pengelolaan HLGL yang dikeluarkan oleh setiap

stakeholder HLGL

• Merumuskan rekomendasi kebijakan pengelolaan HLGL yang bertujuan untuk

mencapai pengelolaan hutan lindung lestari

Persatuan Masyarakat Adat Paser • Visi dan misi • Kerjasama dengan stakeholder lain • Bentuk kepentingan dengan

kawasan HLGL

• Mengevaluasi setiap kebijakan pengelolaan HLGL yang dikeluarkan oleh setiap

stakeholder HLGL

• Merumuskan rekomendasi kebijakan pengelolaan HLGL yang bertujuan untuk

mencapai pengelolaan hutan lindung lestari

Tropenbos Internasional Indonesia

• Visi dan misi • Program yang berkaitan dengan

pengelolaan kawasan • Bentuk kepentingan dengan

kawasan • Bentuk kerjasama dengan

stakeholder lain

• Mengevaluasi setiap kebijakan pengelolaan HLGL yang dikeluarkan oleh setiap

stakeholder HLGL

• Merumuskan rekomendasi kebijakan pengelolaan HLGL yang bertujuan untuk

mencapai pengelolaan hutan lindung lestari

PT. Rizky Kacida Reana • Bentuk kepentingan dengan kawasan

• Bentuk kerjasama dengan stakeholder lain

• Mengevaluasi setiap kebijakan pengelolaan HLGL yang dikeluarkan oleh setiap

stakeholder HLGL

• Merumuskan rekomendasi kebijakan pengelolaan HLGL yang bertujuan untuk

mencapai pengelolaan hutan lindung lestari

Page 40: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

27

BEHAVIOR SITUATION STRUCTURE PERFORMANCE

Karakteristik SDA dan SDM Hubungan antara SDM dan SDA Masalah di lapangan

Kebijakan tiap stakeholder

Hubungan antara stakeholder

Perturan informal Rekomenedasi Kebijakan

Pengelolaan HLGL Lestari (expected performance)

Kawasan yang khas Tata batas Illegal logging Pengelolaan kawasan dengan paradigma lama Stakeholder masih ego sektoral

Stakeholder HLGL Jenis kebijakan tiap stakeholder Interaksi antar stakeholder dalam konteks kelembagaan pengelolaan HLGL

Program dan aktivitas para stakeholder HLGL

Indikator-indikator kinerja yang dapat diamati di lapangan antara lain:

perburuan, illegal logging, perladangan bergulir dan lain

sebaginya (exisisting performance)

Gambar 7. Kerangka penelitian

Page 41: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

28

D. Analisis dan Sintesis Data

Analisis data yang digunakan dalam pengolahan data menggunakan analisis deskriptif

dan tabulasi (penyajian data dalam bentuk tabel).

Data-data yang telah diambil dan dikumpulkan, dianalisis dengan menggunakan

metode content analysis (analisis isi) yang mendeskripsikan setiap isi dari kebijakan

yang ada dalam pengelolaan HLGL.

Analisis hirarki digunakan untuk melihat antara keterkaitan perundang-undangan

yang berlaku dari undang-undang skala nasional, peraturan pemerintah daerah, Surat

Keputusan Bupati, kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak swasta, hingga kearifan

lokal masyarakat sekitar dan dalam hutan yang berkaitan dalam pengelolaan HLGL.

Data yang diperoleh diklasifikasi berdasarkan Situation, Structure, Behavior, dan

Performance (SSBP). Kemudian data disintesakan untuk memahami kondisi dari

Situation, Stucture, Behavior, dan Performance dari HLGL. Metode SSBP digunakan

untuk mengidentifikasi rekomendasi kebijakan yang diperlukan untuk mencapai

tujuan dari pengelolaan HLGL lestari.

Page 42: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

29

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Konsep Ideal Pengelolaan Hutan Lindung Gunung Lumut

Pengelolaan hutan lindung menurut PP No. 25 tahun 2000 tentang

Perencanaan Kehutanan menyatakan bahwa wewenang pengelolaan kawasan hutan

lindung ada di tangan di tangan Pemerintah Kabupaten. Untuk itulah Pemerintah

Kabupaten Pasir membentuk Dinas Kehutanan Pasir pada tahun 2001 sebagai instansi

yang berada langsung di bawah Bupati Pasir yang bertanggung jawab terhadap

pengelolaan setiap kawasan hutan kecuali cagar alam.

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, studi pustaka, dan wawancara

mendalam dapat diketahui sampai dengan sekarang kawasan HLGL masih berada

dalam tanggung jawab Dinas Kehutanan Pasir. Hal ini ini tidak sesuai dengan

peraturan perundangan yang ada. Mengacu pada PP No. 44 tahun 2004 tentang

Perencanaan Hutan, yang bertanggung jawab terhadap setiap pengelolaan kawasan

hutan lindung adalah sebuah unit pengelolaan yang khusus mengelola satu kawasan

hutan lindung atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) yang dibentuk oleh

Pemerintah Kabupaten Pasir.

Berdasarkan UU No. 41 tahun 1999, pengelolaan hutan meliputi kegiatan:

1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan.

2. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan

3. Rehabilitasi dan reklamasi hutan

4. Perlindungan dan konservasi hutan

Menurut PP No. 44 tahun 2004 ayat 1 kegiatan yang perencanaan hutan

meliputi:

1. Inventarisasi hutan

2. Pengukuhan kawasan hutan

3. Penatagunaan kawasan hutan

4. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

5. Penyusunan rencana kehutanan

Page 43: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

30

Kawasan HLGL memerlukan satu unit pengelola karena dari sekian

banyaknya stakeholder HLGL tidak ada satu pun yang melakukan kegiatan

pengelolaan secara menyeluruh. Stakeholder HLGL hanya melakukan hanya di salah

satu kegiatan pengelolaan hutan.

Kaitannya dalam pembentukan satu unit pengelola, Pemerintah Kabupaten

Pasir mengeluarkan Surat Keputusan Bupati Pasir No. 340 tahun 2005 tentang

pembentukan kelompok kerja pengelolaan hutan lindung gunung lumut dan Surat

Keputusan Bupati pasir No. 357 tahun 2005 tentang pembentukan tim forum sistem

informasi geografis pasir dalam kegiatan penyusunan basis data spasial Kabupaten

Pasir. Kebijakan di atas dapat digunakan sebagai langkah awal dari pelibatan seluruh

stakeholder Kabupaten Pasir dalam mengelola kawasan HLGL secara keseluruhan.

Melalui kebijakan tersebut Pemerintah Kabupaten Pasir diharapkan mampu

membentuk suatu unit pengelola khusus atau KPHL HLGL yang bertanggung jawab

langsung kepada Bupati Pasir.

B. Karakteristik Stakeholder Pengelolaan HLGL

B.1. Masyarakat Desa Rantau Layung

Desa Rantau Layung terletak di sekitar kawasan HLGL yang sebagian

wilayahnya adalah kawasan HLGL. Secara administratif Desa Rantau Layung berada

di Kecamatan Batu Sopang serta di utara berbatasan dengan Desa Pinang Jatus, Desa

Long Sayo, dan Tiwei, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Rantau Buta, sebelah

barat berbatasan dengan Desa Long Gelang, Kecamatan Kuaro, dan sebelah sebelah

barat berbatasan dengan Desa Long Sayo, Desa Prayon dan Desa Uko.

Menurut data statistik kecamatan Desa Rantau Layung memiliki luas 183,18

km2. Jumlah kepala keluarga Desa Rantau Layung adalah 58 kepala keluarga dengan

jumlah penduduk total 149 jumlah jiwa. Desa Rantau Layung mayoritas adalah suku

Paser Kendilo.11

Sebelum menempati daerah yang sekarang Desa Rantau Layung terletak di

rantau sungai Kesungai. Pada masa penjajahan Belanda Mereka hidup terpencar 11 Sumber: Tropenbos Internasional Indonesia

Page 44: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

31

antara satu dengan yang lainnya tetapi masih dalam satu daerah. Kemudian Belanda

menawarkan kepada warga Rantau Layung untuk pindah ke Long Ikis atau Batu

Kajang, karena di sana akses untuk keluar lebih mudah. Tetapi pada tahun 1945

warga Rantau Layung memilih untuk kembali ke daerahnya semula, tetapi hingga

sekarang masih ada warga Rantau Layung yang memutuskan untuk menetap di Long

Ikis dan Batu Kajang. Asal kata desa tersebut adalah karena adanya pohon layung,

sejenis duren, yang ada di daerah asal mereka dulu.

Warga Rantau Layung bermata pencaharian utama sebagai petani di ladang

mereka yang ditanami oleh padi ladang. Ladang mereka terletak di sekitar desa

mereka tetapi tidak berada di dalam kawasan HLGL. Lahan tempat mereka berladang

bervariasi luasnya yaitu sekitar ±1 ha setiap kepala keluarga tetapi dapat lebih luas

sesuai dengan kemampuan dari setiap kepala keluarga tersebut.

Desa Rantau Layung menerapkan kebijakan adat bahwa setiap kepala keluarga

berhak memiliki 1 ha kebun. Kebun tersebut oleh setiap kepala keluarga ditanami

rambutan, durian, pisang, singkong, ubi, rotan, dan juga pinang.

Warga Rantau Layung sangat tergantung pada HLGL karena tanpa HLGL

warga Rantau Layung tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup tambahan mereka.

Cara yang mereka lakukan adalah warga Rantau Layung sangat bergantung pada

HLGL. Hal ini dapat dilihat dari cara memenuhi kebutuhan biaya hidup

tambahannya, warga Rantau Layung melakukan kegiatan mengambil hasil hutan ke

dalam kawasan HLGL. Adapun hasil hutan yang mereka ambil berupa burung, rotan,

madu, gaharu, menjerat binatang seperti kancil, rusa, kijang, babi hutan, dan juga

ikan.

Madu yang dimanfaatkan oleh warga Rantau Layung diambil dari pohon madu

(Koompasia malacensis) yang berada tersebar di dalam maupun di sekitar kawasan

HLGL. Karena hal tersebut maka pohon madu dikeramatkan oleh warga Rantau

Layung dan akan dikenai denda yang sangat besar bila ada yang menebang pohon

tersebut karena itu sama saja dengan membunuh kehidupan dari suatu keluarga.

Page 45: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

32

Sumber (2): http://bird.incoming.jp/08/jpgl/1063.jpg

Gambar 8. Pohon madu (Koompasia malacensis[1] ) dan burung kuau (Argusianus argus[2] )

Setiap kepala keluarga atau orang yang telah dewasa akan memiliki satu atau

lebih pohon madu sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Khusus untuk orang

yang baru dewasa dapat mencari pohon madu yang ada di dalam kawasan yang belum

dimiliki oleh warga yang lain dan segera melaporkannya kepada ketua adat pohon

madu akan mulai dibersihkan pada waktu akhir musim hujan dan lebah akan mulai

menghinggapi pohon madu tersebut pada waktu awal musim kering dan madu akan

siap dipanen pada saat akhir musim kering atau awal musim hujan. Tetapi dalam satu

tahun belum tentu pohon madu akan menghasilkan sarang madu karena tergantung

dari banyak sedikitnya hujan yang turun di daerah tersebut. Semakin sedikit atau

tidak turun hujan maka kesempatan untuk mendapatkan madu akan lebih besar.

Dalam satu pohon madu dapat dijumpai 1 atau lebih sarang madu yang

memiliki hasil madu kira-kira 5 liter sampai dengan 20 liter dengan harga 1 liter

madu di dalam desa dijual dengan harga Rp. 50.000.

Rotan yang dimanfaatkan oleh warga Rantau Layung berasal dari luar kawasan

HLGL tetapi tidak jarang dari mereka juga mengambil rotan dari dalam kawasan.

Sebab rotan yang ada di dalam kawasan HLGL relatif masih besar dan panjang-

2 1

Page 46: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

33

panjang. Mereka mengambil rotan dengan tidak terjadwal, artinya mereka hanya

mengambil rotan pada saat mereka membutuhkan saja.

Warga Rantau Layung menangkap burung di dalam kawasan HLGL. Burung

yang mereka tangkap biasanya dijual kepada pengumpul yang berasal dari kota Pasir

yang datang khusus ke dusun mereka walau tidak pasti kapan. Biasanya warga

Rantau Layung menangkap burung pada musim kering, karena musim kering

memudahkan mereka untuk melihat burung yang akan mereka tangkap.

Burung merak kalimantan atau burung kuau (Argusianus argus) diburu khusus

untuk dijadikan bahan pangan mereka atau bulu dari burung tersebut dijadikan hiasan

di rumah-rumah. Untuk jenis burung yang dijual biasanya adalah murai batu, bubut

alang-alang selain itu burung-burung tersebut dijadikan binatang piaraan mereka

karena bunyi yang bagus menurut mereka.

Berburu hewan buruan seperti kijang kancil (Tragulus napu), rusa (Cervus

timorensis), babi hutan (Sus barbatus), dan juga kijang (Muntiacus muntjak)

dilakukan oleh warga Rantau Layung untuk memenuhi kebutuhan protein mereka dan

juga sebagai sumber penghasilan tambahan. Cara yang paling sering mereka lakukan

adalah dengan jerat. Hasil buruan dibawa mereka langsung ke pasar dan dijual. Tabel 4. Interaksi masyarakat Desa Rantau Layung dengan kawasan Hutan Lindung Gunung

Lumut

Keluarga Berladang Mengumpulkan

madu

Berburu Mencari

gaharu

Mencari

burung

Mencari

rotan

1 __

2 __ __ __

3 __ __ __

4 __ __ __

5 __ __

6 __ __ __

Page 47: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

34

B.2 Masyarakat Desa Pinang Jatus

Desa Pinang Jatus terletak di dalam wilayah administratif Kecamatan Long

Kali, yang berbatasan di utara dengan Desa Muara Lambakan, dan Perkuin, sebelah

selatan dengan Desa Tiwei dan Desa Rantau Layung, sebelah timur dengan Desa

Belimbing, dan sebelah barat dengan Desa Swanselutung.

Desa Pinang Jatus terdiri dari 60 kepala keluarga dengan jumlah total penduduk

283 jumlah jiwa. Mayoritas penduduk Desa Pinang Jatus adalah suku Paser Telake.

Dinamakan Desa Pinang Jatus karena pada jaman dahulu kala ada seseorang

yang melanggar perturan adat di desa tersebut sebanyak 100 real, tetapi karena tidak

mampu maka orang tersebut mengganti dengan 100 batang pohon pinang. Pada tahun

1960 agama Kristen masuk ke desa tersebut, maka sebagian warga Desa Pinang Jatus

memeluk agama Kristen. Banyak dari warga Desa Muara Lambakan yang tidak mau

memeluk agama Islam pindah ke Desa Pinang Jatus.

Berbeda dengan Dusun Mului yang berada di dalam kawasan dan Desa Rantau

Layung yang sebagian wilayahnya terdiri merupakan kawasan HLGL, maka Desa

Pinang Jatus adalah desa yang berbatasan langsung dengan kawasan HLGL dengan

jarak kurang lebih 20 km dari pusat desa.

Bertani padi ladang di sekitar desa adalah mata pencaharian utama mereka.

Dengan pembagian 1 ha atau lebih sesuai dengan kemampuan dari masing-masing

kepala keluarga.

Warga Desa Pinang Jatus tidak terlalu tergantung dengan kawasan HLGL

karena jarak yang jauh antara desa dengan kawasan. Hampir semua kebutuhan hidup

warga Desa Pinang Jatus dapat dicukupi dari daerah sekitar mereka. Akan tetapi

warga Pinang Jatus tetap mengandalkan hasil hutan yang berasal dari kawasan HLGL

sebagai sumber penghasilan tambahan mereka.

Page 48: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

35

Tabel 5. Interaksi masyarakat Desa Pinang Jatus dengan kawasan HLGL

Keluarga Berladang Mengumpulkan

madu

Berburu Mencari

gaharu

Mencari

burung

Mencari

rotan

1 __ __

2 __ __ __ __ __

3 __ __ __ __

4 __ __ __ __

5 __ __

B.3 Masyarakat Dusun Mului

Dusun Mului merupakan komunitas suku Paser yang berada di dalam kawasan

HLGL, yang secara administratif masuk ke dalam Desa Swanselutung, Kecamatan

Muara Komam, dengan luas wilayah 496,78 km2. Mempunyai batas wilayah utara

berbatasan dengan Desa Kepala Telake, selatan dengan Desa Muara Payang, timur

dengan Desa Long Sayo, dan barat dengan Desa Lusan12.

Dusun Mului terdiri dari 18 kepala keluarga dengan 118 jumlah jiwa yang

menempati 58 rumah yang berada di sepanjang jalan logging PT. Rizky Kacida

Reana kilometer 58. Dusun Mului termasuk RT 8 yang merupakan bagian dari Desa

Swanselutung.

Pada tahun 1970-an warga Mului hidup berpencar antara satu keluarga dengan

yang lainnya yaitu di daerah hulu Sungai Sowan dan Sungai Mului atau yang lebih

dikenal dengan daerah Mului Lama. Mereka beralih tempat pada tahun 2001 atas

bantuan dari Dinas Sosial Kabupaten Pasir warga Mului direlokasi dari tempatnya

yang lama ke tempat yang baru dalam bagian dari proyek masyarakat tertinggal.

Dinas Sosial berrtujuan menempatkan mereka ke daerah yang lebih baik. Hal ini

dikarenakan lingkungan daerah yang lama dirasakan tidak sehat lingkungan, hal ini

dapat dilihat dari jumlah penduduk yang relatif tidak bertambah dari tahun ke tahun

karena banyaknya balita masyarakat Dusun Mului yang menderita sakit penyakit dan

meninggal sebelum tumbuh remaja.

12 Sumber: Tropenbos Internasional Indonesia

Page 49: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

36

Gambar 9. Sejarah perpindahan warga Dusun Mului

Sumber: Tropenbos Internasional Indonesia

Masyarakat Dusun Mului hidup dari bercocok tanam padi ladang yang ditanam

secara bergulir dari satu daerah ke daerah yang lain, yang meraka namakan ladang

bergulir. Mereka menolak ungkapan ladang berpindah karena apa yang mereka

lakukan berbeda, yaitu dengan kembali ke tempat semula setelah berpindah beberapa

kali. Luas dari ladang mereka berbeda-beda antara satu keluarga dengan yang lainnya

tergantung kesanggupan masing keluarga.

Tanaman lain yang menjadi komoditi warga Mului berupa kopi, rotan, pisang,

durian, elai, dan tanaman buah-buahan lainnya. Tanaman tersebut mereka tanam di

sekitar dusun mereka tempati. Hasil dari tanaman buah tersebut dijual dan dapat

menjadi penghasilan tambahan bagi masyarakat. Selain bertani mereka juga berternak

ayam karena mudah dipelihara dan dapat mencari makanannya sendiri.

Warga Mului sangat bergantung pada HLGL. Hal ini dapat dilihat dari untuk

memenuhi kebutuhan biaya lainnya warga Mului mencukupi kebutuhannya dengan

cara mengambil hasil hutan ke dalam kawasan HLGL. Adapun yang mereka ambil

Page 50: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

37

seperti burung, rotan, madu, gaharu, menjerat binatang seperti kancil, rusa, kijang,

babi hutan, dan juga ikan.

Warga Mului memiliki kebijakan adat sendiri dalam mengatur pola

pemanfaatan hasil hutan yang bertujuan untuk mencegah terjadi kerusakan hutan dan

juga untuk kesejahteraan masyarakat Mului sendiri.

Madu yang dimanfaatkan oleh warga Mului diambil dari pohon madu

(Koompasia malacensis) yang berada tersebar di dalam kawasan HLGL. Karena hal

tersebut maka pohon madu dikeramatkan oleh warga Mului dan akan dikenai denda

yang sangat besar bila ada yang menebang pohon tersebut karena itu sama saja

dengan membunuh penghidupan dari suatu keluarga.

Setiap kepala keluarga atau orang yang telah dewasa akan memiliki satu atau

lebih pohon madu sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Khusus untuk orang

yang baru dewasa dapat mencari pohon madu yang ada di dalam kawasan yang belum

dimiliki oleh warga yang lain dan segera melaporkannya kepada ketua adat pohon

madu akan mulai dibersihkan pada waktu akhir musim hujan dan lebah akan mulai

menghinggapi pohon madu tersebut pada waktu awal musim kering dan madu akan

siap dipanen pada saat akhir musim kering atau awal musim hujan. Tetapi dalam satu

tahun belum tentu pohon madu akan menghasilkan sarang madu karena tergantung

dari banyak sedikitnya hujan yang turun di daerah tersebut. Semakin sedikit atau

tidak turun hujan maka kesempatan untuk mendapatkan madu akan lebih besar.

Dalam satu pohon madu dapat dijumpai 1 atau lebih sarang madu yang

memiliki hasil madu kira-kira 5 liter sampai dengan 20 liter dengan harga 1 liter

madu di dalam desa dijual dengan harga Rp. 50.000.

Rotan yang dimanfaatkan oleh warga Mului berasal dari luar kawasan HLGL

tetapi tidak jarang dari mereka juga mengambil rotan dari dalam kawasan. Sebab

rotan yang ada di dalam kawasan HLGL relatif masih besar dan panjang-panjang.

Mereka mengambil rotan dengan tidak terjadwal, artinya mereka hanya mengambil

rotan diwaktu senggang mereka saja.

Warga Mului menangkap burung di kawasan HLGL. Burung yang mereka

tangkap biasanya dijual kepada pengumpul yang berasal dari kota Pasir yang datang

Page 51: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

38

khusus ke dusun mereka walau tidak pasti kapan. Biasanya warga Mului menangkap

burung pada musim kering, karena musim kering memudahkan mereka untuk melihat

burung yang akan mereka tangkap.

Burung merak Kalimantan atau burung kuau diburu khusus untuk di jadikan

pangan mereka atau bulu dari burung tersebut dijadikan hiasan di rumah-rumah.

Untuk jenis burung yang dijual biasanya adalah murai batu, dan punai selain itu

burung-burung tersebut dijadikan binatang piaraan mereka karena bunyi yang

menurut mereka bagus.

Berburu hewan buruan seperti kijang kancil (Tragulus napu), rusa (Cervus

timorensis), babi hutan (Sus barbatus), dan juga kijang (Muntiacus muntjak)

dilakukan oleh warga Mului untuk memenuhi kebutuhan protein mereka dan juga

sebagai sumber penghasilan tambahan. Cara yang paling sering mereka lakukan

adalah dengan jerat. Hasil buruan dibawa mereka langsung ke pasar dan dijual. Tabel 6. Interaksi Masyarakat Dusun Mului dengan Kawasan HLGL Keluarga Berladang Mengumpulkan

madu Berburu Mencari

gaharu Mencari burung

Mencari rotan

1 2 __ __ __

3 __ __ __

4 __ 5 __ __

6 __ __ 7 __ __ 8 __

B.4 Dinas Kehutanan Kabupaten Pasir

Dinas Kehutanan Kabupaten Pasir adalah instansi pemerintah yang langsung

dibawahi oleh Bupati Kabupaten Pasir. Sesuai dengan surat keputusan Bupati Pasir

nomor 17 tahun 2001 tentang uraian tugas Dinas Kehutanan Pasir, bahwa Dinas

Kehutanan Pasir mempunyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah

kabupaten di bidang kehutanan sesuai dengan data inventarisasi kewenangan

Pemerintahan Kabupaten Kabupaten Pasir sebagai daerah otonom, yang ditetapkan

oleh Bupati merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan ini. Dinas ini

juga mempunyai fungsi sebagai perumus kebijaksanaan teknis sesuai dengan lingkup

Page 52: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

39

tugasnya, penerbitan rekomendasi teknis perijinan dan pelayangan umum serta

pembinaan terhadap unit pelaksanaan teknis dinas dan cabang dinas dalam lingkup

tugasnya.

Dinas Kehutanan Kabupaten Pasir dibagi menjadi lima sub dinas yang terdiri

dari:

1. Sub Dinas Pembinaan Hutan

2. Sub Dinas Penyuluhan

3. Sub Dinas Pengusahaan Hutan

4. Sub Dinas Penataan Hutan

5. Sub Dinas Perlindungan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan

Pengelolaan HLGL dalam Dinas Kehutanan Kabupaten Pasir secara langsung

ditangani oleh Sub Dinas Perlindungan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan

yang memiliki tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan sebagian tugas

bidang perlindungan dan pengendalian kebakaran hutan sesuai dengan kebijaksanaan

teknis yang telah ditetapkan. Adapun fungsi dari sub dinas ini adalah:

1. Pengumpulan dan pensistematisan, pengolahan, dan penyajian data

2. Pengaturan dan perumusan cara penjagaan, pengawasan guna mewujudakan

perlindungan hutan

3. Penghimpunan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan

masalah hutan dan kehutanan

4. Penyelesaian masalah yang berhubungan dengan sengketa hukum dan

perundang-undangan kehutanan

5. Pengkordinasian upaya pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan

6. Pengaturan dan perumusan bagi terwujudnya perlindungan flora dan fauna

7. Pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan bidang tugasnya

8. Pelaksanaan tugas yang diberikan oleh Kepala Dinas

9. Pemberian penilaian dan penandatanganan BP3 bawahannya

Sub Dinas Perlindungan Hutan dan pengendalian kebakaran hutan terdiri:

1. Seksi Pengamanan Hutan dan Monitiring

2. Seksi Pengeloaan Hutan Lindung

Page 53: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

40

3. Seksi Kebakaran Hutan

Seksi pengelolaan hutan lindung mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Membantu kepala sub dinas sesuai dengan bidang tugasnya

2. Mengumpulkan, mensistematiskan, mengolah, dan menyajikan data

3. Mengatur, merumuskan pengelolaan hutan lindung, dan mengatur serta

merumuskan bagi terwujudnya perlindungan flora dan fauna

4. Melaksanakan kegiatan yang yang sesuai dengan bidang tugasnya

5. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasannya maupun oleh kepala dinas

6. Memberikan penilaian dan menandatangani BP3 bawahannya

B.5 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pasir

Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) merupakan lembaga

pemerintah daerah yang bertugas mengumpulkan semua data dan program yang

direncanakan oleh semua instansi-instansi pemerintah di wilayah Kabupaten Pasir.

Bappeda merencanakan pembangunan wilayah Kabupaten Pasir dalam skala makro di

semua bidang kerja Kabupaten Pasir termasuk bidang kehutanan.

Hasil yang didapat oleh Bappeda dituangkan dalam bentuk Program

Perencanaan Daerah (Propeda) dan juga dalam bentuk Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kabupaten. Melalui Propeda dan RTRW, Bappeda menuangkan apa yang

menjadi keinginan dari masing-masing instansi pemerintah kabupaten dengan tujuan

untuk menciptakan kesinergisan dan supaya tidak terjadi tumpang tindih kepentingan

masing-masing instansi.

Wewenang Bappeda berdasar Tupoksi (tugas pokok dan fungsi) Bappeda No.

14 tahun 2002 tentang fungsi Bappeda kabupaten Pasir adalah sebagai lembaga

koordinatif dengan perencanaan daerah pada seluruh sektor (Nooryashini et. al.,

2004). Dalam pengelolaan HLGL, Bappeda mengambil peran dan posisi sebagai

perencana dan pembuat kebijakan tidak sebagai dinas teknis yang bekerja secara

operasional. Menurut Surat Keputusan Bupati Pasir No. 10 tahun 2000, tugas pokok

Bappeda adalah membantu Bupati Pasir (dalam menentukan kebijaksanaan di bidang

perencanaan pembangunan serta penilaian atas pelaksanaannya. Prinsipnya dalam

Page 54: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

41

suatu program kerja atau kegiatan, Bappeda berwenang dalam masalah makro

sedangkan teknisnya dinas terkait yang melaksanakan.

Dalam pengelolaan Kabupaten Pasir, Bappeda bekerjasama dengan instansi-

instansi lainnya seperti Dinas Perhubungan, Sub Dinas Pengairan, Kantor Pertanahan,

Dinas Perkebunan, Dinas Pertambangan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas

Perikanan dan Sumberdaya Kelautan Pasir, Dinas Bapedalda Pasir, Badan Seketariat

Daerah Pasir, dan Dinas Kehutanan Pasir. Dan untuk pengelolaan kawasan HLGL

Bappeda bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Pasir, Tropenbos Internasional

Indonesia, dan Badan Pengedalian Dampak Lingkungan Pasir dalam bentuk pelatihan

GIS (Geographic Information System).

Dalam bidang kerjanya Bappeda tidak mengeluarkan kebijakan yang

mengatur secara langsung pengelolaan HLGL, karena Bappeda hanya berbentuk

badan atau lembaga, bukan dinas terkait dengan bidang kehutanan. Bappeda

mengumpulkan setiap data yang ada dari Dinas Kehutanan yang dituangkan dalam

RTRW Kabupaten Pasir.

Sesuai dengan Surat Keputusan Bupati No. 357 tahun 2005 tentang

Pembentukan Tim Forum Sistem Informasi Geografis Pasir dalam Kegiatan

Penyusunan Basis Data Spasial Kabupten Pasir maka dapat dilihat adanya kerjasama

antara seluruh instansi pemerintah untuk menyusun database masing-masing

informasi yang hasil akhirnya adalah terciptanya RTRW Kabupaten Pasir tahun

2006-2011. Karena selama ini yang menjadi penyusun utama RTRW adalah

Bappeda. Dengan adanya forum ini, RTRW Kabupaten Pasir akan menjadi lebih

valid karena melibatkan semua instansi pemerintah daerah yang mewakili

kepentingannya masing-masing. Maka tumpang tindih kepentingan dan konflik lahan

dapat dihindari.

Menurut Undang Undang No. 24 tahun 1992 tentang penataan ruang pasal 36

menyebutkan bahwa adalah hak setiap orang untuk mengetahui rencana tata ruang

dan berperan serta dalam penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang, dan

pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam buku RTRW Kabupaten Pasir tahun 2001,

dapat dilihat bahwa pelibatan masyarakat tidak ada sama sekali. Hanya camat saja

Page 55: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

42

yang mewakili masyarakat, padahal apa yang diinginkan oleh masyarakat belum tentu

dapat terakomodir oleh camat.

Desa-desa di sekitar kawasan HLGL tidak mengetahui bahwa desa mereka

menjadi bagian dari kawasan lindung menurut RTRWK tahun 2001. Untuk pelibatan

masyarakat di desa-desa sekitar Kawasan HLGL, cukup ketua adat beserta wakilnya

saja yang mengetahui rencana penyusunan RTRW Kabupaten Pasir. Ini berguna

untuk menghindari ketidaktahuan masyarakat antara kawasan HLGL dengan lahan

yang diusahakan oleh masyarakat untuk berladang dan berkebun rotan.

A. 6 UPTD Planologi Kehutanan Balikpapan

Kegiatan yang dilakukan UPTD Planologi Kehutanan Balikpapan di

Kabupaten Pasir secara umum adalah mendukung dalam penyediaan peta dan

melakukan pengukuran terfokus pada pal batas, inventarisasi potensi kayu dalam

areal hutan produksi, pemantauan pemukiman di dalam kawasan hutan, membuat

perencanaan hutan serta pemantauan perkembangan kawasan hutan. Kegiatan yang

dilakukan di kawasan HLGL, diantaranya adalah melakukan pengukuran dan

pembuatan tata batas kawasan hutan dan pemukiman dalam kawasan yang kemudian

diikuti dengan rekonstruksi batas; kawasan HLGL sudah dilakukan 2x rekonstruksi

pal batas yaitu pada tahun 1990 dan tahun 2003. Dengan panjang batas yang ditata

batas berturut-turut adalah 20.600 Km dan 121.575 Km dengan ukuran pal batas yang

dibuat UPTD Planologi Kehutanan Balikpapan 15x15x30 cm terbuat dari kayu jenis

ulin (Eusideroxylon zwageri) atau kayu kelas awet setempat. Kondisi pal batas

kawasan HLGL terakhir yang dilakukan tim orientasi batas UPTD Planologi

Kehutanan Balikpapan tahun 2003 menghasilkan data sebanyak 1208 buah pal batas

dengan rincian sebanyak 223 buah pal batas rusak akibat lapuk dan sebanyak 979

buah hilang atau tidak ditemukan karena dirusak dan dicabut oleh masyarakat sekitar

kawasan serta masih terdapat 3 buah pal batas dalam kondisi baik (UPTD Planologi

Kehutanan Balikpapan, 2003).

Page 56: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

43

B.7 Tropenbos Internasonal Indonesia

Tropenbos Internasional Indonesia (TBI Indonesia) merupakan lembaga non

pemerintah yang bergerak di bidang kehutanan yang berdiri di tahun 1987. Inti dari

lembaga non pemerintah ini adalah penelitian di bidang kehutanan dan baru-baru ini

menambah kegiatan besarnya dalam forest partnership yang tujuan akhirnya adalah

untuk kegiatan penelitian.

TBI Indonesia memiliki visi yaitu mendukung usaha-usaha pengeloalaan

hutan secara lestari untuk kepentingan masyarakat, konservasi, dan pembangunan

yang berkelanjutan. Misi TBI Indonesia adalah mendukung usaha-usaha pemnfaaatan

dan pengelolaan hutan secara lebih baik bagi kepentingan lingkungan yang sehat,

pembangunan yang berkelanjutan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,

khususnya di Kalimantan Timur.

Karena merupakan lembaga non pemerintah, maka TBI Indonesia tidak

mengeluarkan kebijakan yang menunjang pengelolaan kawasan HLGL. Tetapi dalam

kegiatannya, TBI Indonesia mendukung pengelolaan HLGL dan juga berinteraksi

dengan lembaga pemerintahan untuk memberi masukan-masukan guna menyusun

kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan kawasan HLGL kepada Pemerintah

Kabupaten Pasir.

Kegiatan penelitian yang telah diwadahi oleh TBI Indonesia untuk kemajuan

pengelolaan HLGL dinyatakan dalam tabel di bawah ini.

Page 57: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

44

Tabel 7. Program penelitian yang diwadahi oleh TBI Indonesia

No. Program Penelitian Deskripsi Program Pihak-pihak yang Terlibat

1. Pertukaran nilai-nilai keanekaragam hayati dan eksploitasi hutan di area hutan tertentu wilayah Gunung Lumut, Untir-Beratus dan sekitarnya (Trade-off biodiversity values and forest exploitation in selected forest areas of the Gunung Lumut Untir-Beratus extention area)

Penelitian ini bertujuan mempelajari pertukaran antara pelestarian keaneakaragam hayati dan ekstraksi produk-produk hutan (kayu dan non kayu) untuk membantu Pemerintah Indonesia dan pemerintah daerah dalam melakukan peran mereka untuk menutupi biaya pelestarian yang kian meningkat.

Centre for Environmental Science (Netherlands), National Herbarium (Netherlands), The van Vollenhove Institute (Netherlands), Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman (Samarinda), Herbarium Loka Litbang Satwa Primata Wanariset (Samboja),

2. Desain dan pengembangan suatu sistem monitoring dan sertifikasi yang efektif untuk mendukung pengelolaan hutan produksi yang berkelanjutan di Indonesia (Design and development of an effective monitoring and certification system to support sustainable management of production forest in Indonesia)

Penelitian ini akan menyeleksi dan mengadaptasikan suatu model pengelolaan hutan berkelanjutan dengan memperhatikan proses desentralisasi yang sedang berlangsung saat ini dan mempertimbangkan hak-hak dan kemitraan dari semua pihak terkait yang relevan serta mengembangkan sistem informasi yang efektif dan layak untuk mendukung model pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan untuk memantau praktek di tingkat konsesi.

International Institute for Geo-Information Science and Earth Observation (Netherlands), Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS (Surakarta), CIFOR (Bogor), Fakultas Kehutanan IPB (Bogor), Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (Yogyakarta), Departemen Kehutanan, PT. Hutan Sanggam Labanan Lestari

3. Pengelolaan hutan hujan tropis yang berkelanjutan di Kalimantan: Pengembangan silvikultur dan konservasi genetik Ulin (Eusideroxylon zwageri) (Sustainable management of the tropical rainforest in Kalimantan: Silviculture development and genetic conservation of Ulin (Eusideroxylon zwageri)

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan strategi pengelolaan berkelanjutan dari sumber genetik ulin untuk tujuan pelestariandan ditujukan pada penanganan isu-isu silvikultur dan pelestarian sumber genetik dari ulin, pemberdayaan masyarakat lokal untuk melakukan kegiatan pelestarian genetik (secara in situ dan ex situ) dan menyediakan bibit tanaman generatif dan vegetatif untuk rehabilitasi tegakan alam yang rusak

Pusat Penelitian dan Pengembangan, Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman (Yogyakarta), Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kalimantan (Samarinda), Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman (Samarinda), Herbarium Loka Litbang Satwa Primata Wanariset (Samboja)

4. Analisis Kelembagaan dalam Era Kebijakan Desentralisasi Kehutanan– Kasus di Propinsi

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelembagaan kebijakan kehutanan era desentralisasi di Indonesia yang

Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kalimantan (Samarinda), Badan Penelitian dan

Page 58: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

45

Kalimantan Timur Indonesia (An Institutional Analysis of Forest Policy Decentralisation - The case of East Kalimantan Province, Indonesia)

dapat memberikan keuntungan untuk masyarakat lokal dan mendorong kelestarian pemanfaatan sumberdaya hutan sehingga memperoleh pemahaman tindakan yang lebih baik akan pemanfaatan sumberdayahutan dan untuk mengusulkan perubahan kebijakan yang mampu mendorong kelestarian pemanfaatan sumberdaya hutan

Pengembangan (Litbang) Kehutanan, Departemen Kehutanan

5. Penilaian Keanekaragaman hayati di kawasan HLGL

Kegiatan ini merupakan rencana kegiatan TBI Indonesia pada tahun 2005. TBI Indonesia bermaksud melaksanakan ekspedisi kehati atau Biodiversity Assessment untuk mengumpulkan data kenakaragaman hayati yang baru, yang dapat digunakan untuk mendukung implementasi rencana pengelolaan HLGL

Centre for Environmental Science (Netherlands), National Herbarium (Netherlands), Naturalis (Netherlands), Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman (Samarinda), Herbarium Loka Litbang Satwa Primata Wanariset (Samboja), Balitbang Kehutanan Kalimantan (Samarinda), LIPI

B.8 Persatuan Masyarakat Adat Paser

Persatuan Masyarakat Adat Paser (PeMA Paser) adalah sebuah lembaga

swadaya masyarakat lokal yang ada di Kecamatan Long Ikis, Kecamatan Long Ikis.

Lembaga ini berdiri di tahun 2000 yang dulunya bernama Aliansi Masyarakat Adat

Paser yang kemudian berubah nama menjadi Persatuan Masyarakat Adat Paser dalam

Kongres Aliansi Masyarakat Adat. Pada tahun 2002 resmi menjadi anggota AMAN

(Aliansi Masyarakat Adat Nusantara).

Adapun yang menjadi tujuan dididrikannya PeMA adalah sebagai berikut:

1. Menjadi wadah perjuangan bersama dalam menegakkan hak-hak dan hukum

adat masyarakat adat Paser

2. Mengembalikan kepercayaan diri, harkat, dan martabat masyarakat adat Paser

Page 59: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

46

3. Meningkatkan rasa percaya diri, harkat, dan mertabat perempuan masyarakat

adat Paser sehingga mereka mampu menikmati hak-haknya

4. Mengembalikan kedaulatan masyarakat adat Paser untuk mempertahankan

hak ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan, hukum adat dan

beragama

5. Mengembangkan kemampuan masyarakat adat Paser dalam mengelola

sumberdaya alam dan melestarikan lingkungan

Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh PeMA Paser selama ini adalah:

1. Menghadirkan berbagai pertemuan kerjasama dengan pemerintah daerah,

LSM lokal, nasional maupun internasional, berkaitan dengan pembahasan

kebijakan, antara lain mengenai kehutanan (hutan lindung) pengelolaan

sumberdaya alam, dan lain-lain

2. Melakukan sosialisasi kegiatan PeMA Paser

3. Memfasilitasi penyelesaian konflik di dalam masyarakat adat sendiri

4. Memfasilitasi pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan

5. Memfasilitasi pelatihan-pelatihan di dalam masyarakat adat untuk

menguatkan kapasitas kelembagaan dan komunitas

6. Mengikuti berbagai pelatihan guna meningkatkan kapasitas personil PeMA

Paser

7. Mempersiapkan oraganisasi untuk menjadi wadah pengelola bantuan secara

langsung

8. Melakukan sosialisasi kegiatan loket di beberapa desa yang termasuk ke

dalam DAS Adang dan berbagai persiapan lainnya yang berkaitan dengan

kegiatan ini

9. Melakukan kegiatan pembangunan ekonomi kerakyatan dengan membuat

kelompok usaha bersama yang dikelola oleh perempuan adat

10. Melakukan kegiatan pendokumentasian adat

Sesuai dengan tujuan utamanya, PeMA Paser dapat dikatakan salah satu

stakeholder dari pengelola kawasan HLGL. Hal ini dikarenakan PeMA sudah banyak

melakukan kegiatan dan berinteraksi dengan masyarakat di desa-desa dalam maupun

Page 60: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

47

sekitar kawasan HLGL. Yang menjadi kelebihan dari PeMA Paser dibandingkan

dengan stakeholder lainnya adalah bahwa PeMA Paser dapat diterima oleh

masyarakat adat di desa sekitar HLGL karena anggota dari PeMA Paser merupakan

orang asli dari suku Paser dan fasih berbahasa Paser.

B.9. Badan Konservasi Sumberdaya Alam Seksi Konservasi Pasir

Badan Konservasi Sumberdaya Alam Seksi Konservasi Pasir (BKSDA) Pasir

menjadi salah satu stakeholder dalam pengelolaan HLGL karena BKSDA

bertanggungjawab dalam peredaran satwa maupun tumbuhan di seluruh Kabupaten

Pasir. Dengan menggunakan SATS (Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa) yang

dikeluarkan oleh BKSDA, setiap orang dapat melakukan kegiatan pengangkutan

tumbuhan dan satwa dari dalam kawasan hutan di Kabupaten Pasir dan juga dapat

mengeluarkannya dari wilayah Kabupaten Pasir.

Hubungan BKSDA Pasir dengan instansi pemerintahan yang lain selama ini

dirasakan kurang baik karena perbedaan garis koordinasi. BKSDA langsung dibawah

garis koordinasi Pemerintah Pusat atau Departemen Kehutanan sedangkan instansi

lainnya di bawah garis koordinasi Kepala Pemerintah Daerah atau Bupati Pasir.

Tetapi akhir-akhir ini hubungan BKSDA dengan instansi pemerintah Kabupaten

Pasir, dalam hal ini Dinas Kehutanan, mulai terjalin kerjasama. Dapat dilihat dari

kegiatan inventarisasi anggrek hitam yang dilakukan oleh kedua instansi ini guna

menyelamatkan populasi dari anggrek hitam yang ada di kawasan hutan yang

berdekatan dengan pemukiman penduduk.

B.10. PT. Rizky Kacida Reana

Sejak Indonesia mengalami masa desentralisasi dan pengeluaran izin atas

usaha kayu diberikan oleh pemerintah kabupaten yaitu Dishut. PT. Rizky Kacida

Reana (PT. RKR) mendapatkan izin pemanfaatan kayu hasil hutan sejak tahun 1970-

an. PT. RKR merupakan salah satu perusahaan swasta yang beroperasi di bidang

pengusahaan kayu di Kabupaten Pasir yang memegang IUPHHK dari 15 IUPHHK

yang dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan Pasir tahun 2001.

Page 61: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

48

Saat ini sedang menunggu keputusan Menteri Kehutanan untuk mengubah

izin IUPHHK menjadi HPH PT. RKR baru memulai kegiatan pada bulan Januari

tahun 2003 dengan luas areal konsesi sebesar 30.000 ha di desa Lusan dan Binangon,

Kecamatan Muara Komam; areal konsesi berjarak 100 km dari kawasan HLGL

Produksi hasil tebangan PT. RKR setiap bulan adalah sekitar 4000 m3 dengan izin

tebangan seluas 1000 Ha/tahun (MoF-Tropenbos Kalimantan Programme, 2004).

Pelaksana teknis PT. RKR adalah PT. Tran Jaya Pratama dengan jumlah

karyawan sebanyak ± 60 orang. Lokasi karyawan (camp karyawan) berada di km 70

dari Simpang Pait, Kecamatan Long Ikis Kabupaten Pasir. Total jumlah karyawan

PT. RKR keseluruhan mencapai 125 orang dengan status kerja harian, borongan dan

bulanan (MoF-Tropenbos Kalimantan Programme, 2004). Mayoritas karyawan PT.

RKR merupakan pendatang dari Pulau Jawa. Lokasi kantor perwakilan berada di

Simpang Lombok.

Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sekitar kawasan HLGL diberi hak

dan kewajiban oleh Pemerintah Pusat (untuk pemegang HPH) dan Kabupaten Pasir

(untuk pemegang IUPHHK). Semua perusahaan tersebut mempunyai kewajiban

untuk merehablitasi lahan dan hutan dan membayar retribusi (Nooryashini et al.,

2004).

PT. RKR melakukan pembinaan desa dalam program pemberdayaan

masyarakat untuk dusun Mului, desa Muara Payang, Long Sayo, Swan Selutung, dan

Lusan. Jenis bantuan yang diberikan pada dusun Mului berupa bahan bakar solar

untuk gen set satu drum (1000 liter) setiap bulan serta dana insentif Rp

150.000/bulan. Selain itu PT. RKR juga mengontrak pekerja sebagai hawkman dari

Muluy dengan status harian, walaupun akhirnya banyak masyarakat Mului yang

mengundurkan diri dan tidak memperpanjang kontrak karena pekerjaan yang

dirasakan terlalu berat. PT. RKR juga membina pembangunan Dusun Mului dengan

memberikan papan kayu yang akan digunakan untuk membangun rumah-rumah

masyarakat.

Page 62: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

49

C. Penggolongan Stakeholder HLGL

HLGL dikelola oleh para stakeholder yang mengelola dengan cara dan

kegiatannya masing-masing menurut kepentingan dan tugasnya. Dilihat dari

identifikasi stakeholder di atas dapat terlihat bahwa ada 10 stakeholder yang

mengelola kawasan HLGL.

Mengacu pada Freeman dan Gilbert (1987), kriteria yang digunakan dalam

pengklasifikasian stakeholder terhadap suatu kegiatan adalah berdasarkan:

1. Kekuasaan (power) dan kepentingan (interest) dari setiap stakeholder

(Freeman, 1984)

2. Kepentingan (kepentingan) dan pengaruh (influence) yang mereka miliki

(Grimble dan Wellard, 1996)

3. Program maupun kebijakan yang dikeluarkan

4. Kerjasama dan koalisi yang dilakukan antara stakeholder

Berdasarkan kriteria di atas maka penggolongan stakeholder HLGL

digambarkan dalam tabel stakeholder (stakeholder mapping) berikut:

Gambar 10. Penggolongan stakeholder HLGL

Page 63: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

50

Melihat gambar tersebut dapat dilihat bahwa stakeholder HLGL memiliki

beragam posisi dalam hal kepentingan dan pengaruhnya terhadap kawasan HLGL.

Kepentingan stakeholder dilihat dari seberapa tinggi atau rendahnya kepentingan dari

stakeholder terhadap kawasan HLGL baik dari pemanfaatan hutan, penggunaan

kawasan, penataan hutan, rehabilitasi hutan, serta perlindungan dan konservasi hutan

(UU No. 41 tahun 1999). Kepentingan dari sebuah stakeholder dianalisis dari tingkat

ketergantungan dari stakeholder terhadap kawasan dan juga dilihat berdasarkan

stakeholder yang paling awal terkena dampak jika adanya perubahan yang terjadi

pada kawasan, baik yang positif maupun negatif. Sedangkan pengaruh dianalisis

berdasarkan seberapa kuatnya kekuasaan yang dimiliki oleh stakeholder dapat

mempengaruhi pengelolaan kawasan HLGL.

Masyarakat desa sekitar dan dalam hutan yang ada di HLGL, Desa Rantau

Layung, Desa Pinang Jatus, dan Dusun Mului merupakan stakeholder yang memiliki

pengaruh dan kepentingan tinggi. Memiliki kepentingan yang tergolong tinggi karena

masyarakat ketiga desa ini sangat bergantung kepada kawasan HLGL. Kebutuhan

masyarakat dicukupi dari kawasan HLGL yang meliputi kegiatan berburu satwa

sebagai sumber protein dan penghasilan, kegiatan pengumpulan madu hutan, rotan,

dan gaharu yang mencukupi kebutuhan mereka dalam penghasilan rumah tangga

tambahan. Khusus untuk masyarakat Dusun Mului, kawasan HLGL menjadi tempat

bagi kegiatan berladang mereka. Kegiatan berladang ini sudah ada sebelum penetapan

kawasan HLGL.

Ketiga stakeholder ini memiliki pengaruh yang tinggi karena jika ditelusuri

dengan seksama sejarah yang dimiliki oleh mereka erat kaitannya dengan kawasan

HLGL karena mereka sudah ada jauh sebelum adanya penetapan HLGL (1983),

bahkan jauh juga dari penetapan areal konsesi dari PT. Telaga Mas (1970). Maka

ketiga stakeholder ini memiliki pengaruh yang tinggi berdasarkan hak tenurial dari

leluhur mereka dan akan sangat sulit untuk mentraslokasi mereka ke tempat yang

baru.

Dinas Kehutanan Pasir, Bappeda Pasir, UPTD Planologi Kehutanan

Balikpapan, dan BKSDA Seksi Konservasi Wilayah Pasir berada digolongkan

Page 64: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

51

sebagai stakeholder yang memiliki pengaruh yang tinggi tetapi memiliki kepentingan

rendah. Dinas Kehutanan Pasir dan Bappeda Pasir berpengaruh tinggi karena kedua

institusi ini memiliki wewenang langsung dari pemerintah daerah dalam hal ini

Bupati Pasir. Dinas Kehutanan memiliki wewenang langsung dalam hal pengelolaan

seluruh kawasan Hutan yang berada dalam wilayah adminstratif Kabupaten Pasir (PP

No. 62 tahun 1998 dan Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990), kecuali kawasan

dengan status kawasan pelestarian alam, kawasan suaka margasatwa, dan taman buru

(UU No. 5 tahun 1990, UU No. 41 Tahun 1999 dan PP No. 68 tahun 1998). Bappeda

Pasir memiliki wewewang yang juga berasal Bupati Pasir dalam hal perencanaan

tingkat kabupaten Pasir (tugas pokok dan fungsi Bappeda No. 14 tahun 2002 tentang

fungsi Bappeda Kabupaten Pasir serta Perda Kabupaten Pasir No. 20 tahun 2000).

Kaitannya dengan pengelolaan HLGL adalah Bappeda Pasir bertugas untuk

menyusun RTRW Kabupaten Pasir yang salah satu isinya adalah perencanaan

kawasan lindung karena HLGL termasuk ke dalam kriteria kawasan lindung.

UPTD Planologi Kehutanan Balikpapan memiliki wewenang yang berasal

dari Gubernur Propinsi Kalimantan Timur (Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 50

tahun 2000 Pedoman Susunan Organisasi Perangkat Daerah), dimana hasil dari

segala kegiatan UPTD ini akan digunakan sebagai dasar penataan batas kawasan

HLGL. BKSDA Seksi Koservasi Wilayah Pasir memiliki pengaruh yang tinggi dalam

hal pengawasan peredaran tumbuhan dan satwa dari seluruh kawasan hutan yang ada

di Kabupaten Pasir tanpa terkecuali. Asal kewenangan dari BKSDA ini adalah

langsung dari pemerintah pusat atau Departemen Kehutanan, sesuai dengan UU No. 5

tahun 1990 dan UU No. 41 tahun 1999.

Page 65: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

52

Tabel 8. Jenis pengaruh, asal kewenangan, dan bentuk kepentingan stakeholder Hutan Lindung Gunung Lumut

Stakeholder Asal

kewenangan

Jenis

pengaruh

Bentuk kepentingan

Masyarakat Desa Rantau

Layung

Kerarifan lokal Hak tenurial Pemanfaatan hutan

Masyarakat Desa Pinang

Jatus

Kerarifan lokal Hak tenurial Pemanfaatan hutan

Masyarakat Dusun Mului Kerarifan lokal Hak tenurial Pemanfaatan hutan dan penggunaan

kawasan

Dinas Kehutanan Pemkab Pasir Hak mandat Penataan hutan

Perencanaan hutan

Rehabilitasi

Perlindungan dan konservasi hutan

Bappeda Pemkab Pasir Hak Mandat Penataan hutan

UPTD Planologi

Balikpapan

Pemprop

Kaltim

Hak Mandat Penataan hutan

BKSDA Pasir Pemerintah

Pusat

Hak Mandat Pelindungan dan konservasi hutan

TBI - - Perlindungan dan konservasi hutan

PeMA Paser - - Perlindungan hutan

PT. RKR - - Penggunaan kawasan

D. Interaksi antara Stakeholder dalam Pengelolaan HLGL

Dalam mengelola semua hutan lindung yang berada di Kabupaten Pasir,

Dinas Kehutanan Kabupaten Pasir memiliki sub dinas yang langsung mempunyai

tugas dalam mengelola HLGL yaitu sub dinas perlindungan hutan dan pengendalian

kebakaran hutan. Tetapi dalam pengelolaan HLGL Dinas Kehutanan Pasir belum

melakukan upaya yang maksimal karena berbagai macam kendala.

Masalah yang dihadapi oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Pasir adalah usia

yang masih tergolong muda, berdiri tahun 2001. Sehingga dalam pelaksanaan tugas

antara sub dinas dan juga peralatan yang menunjang pengelolaan hutan lindung

dirasakan menjadi faktor penghambat dalam pengelolaan HLGL. Dinas Kehutanan

Pasir dalam menjaga kawasan hutan lindung seluruh Kabupaten Pasir, dengan luas

Page 66: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

53

total 116.952 ha (Maulana, 2004) hanya memiliki 2 personil polisi kehutanan.

Walaupun dalam bulan Februari kemarin ada penambahan 2 personil polisi

kehutanan, tetap jumlah ini tidak sebanding dengan jumlah total kawasan hutan

lindung.

Pengaturan yang ditetapkan di Dinas Kehutanan, 2 orang personil Polisi

Kehutanan yang ada digilir 2 orang personil per kawasan per minggu. Tetapi pada

kenyataannya patroli ke dalam kawasan HLGL dapat mencapai enam bulan sekali

karena minimnya dana yang tersedia untuk kegiatan pengamanan kawasan.

Peralatan yang dimiliki Dinas Kehutanan dalam pengelolaan hutan lindung

khususnya dalam bidang pengamanan kawasan hutan sangat minim. Radio yang

harusnya menjadi alat komunikasi antara kawasan dengan Dinas Kehutanan Pasir

tidak ada sehingga alur komunikasi tidak terbentuk. Radio sangat penting dalam

pengelolaan khususnya pengamanan kawasan karena banyaknya illegal logging yang

terjadi di dalam kawasan karena adanya akses yang membelah HLGL. Mobil maupun

motor patroli yang dimiliki oleh Dinas Kehutanan tidak mencukupi dalam

pengelolaan kawasan hutan, mobil patroli hanya berjumlah satu buah dan motor

patroli hanya berjumlah 2 buah dan keadaannya tidak layak untuk dijadikan

kendaraan patroli ataupun untuk meninjau kawasan.

Kawasan HLGL sebelum adanya peta Tata Guna Hutan Kesepakatan adalah

merupakan areal HPH PT. Telaga Mas dan PT. Telaga Mas dilarang untuk

melakukan aktivitas di plot yang ditetapkan sebagai kawasan HLGL. Maka

aksesibilitas yang membelah HLGL dan juga yang mengitari kawasan ini bekas jalan

logging. Dengan memantau keadaan di lapangan, terlihat bahwa jalan tersebut

digunakan sebagai jalan keluar masuk yang bebas oleh pihak yang tidak bertanggung

jawab untuk melakukan kegiatan penebangan liar. Jalan yang ditemukan sering

digunakan dalam kegiatan penebangan liar ini terdapat di jalan menuju Desa Rantau

Layung dan Desa Pinang Jatus.

Selama ini masyarakat sekitar dan dalam kawasan belum dilibatkan dalam

pengamanan kawasan karena selama ini Dinas Kehutanan Pasir tidak membangun

usaha pendekatan persuasif dengan masyarakat desa sekitar dan dalam kawasan.

Page 67: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

54

Pelibatan masyarakat sangat penting untuk mengefisisensikan dana dan juga usaha.

Khusus untuk Dusun Mului Dinas Kehutanan perlu membangun jaringan komunikasi

karena dusun ini berada di dalam kawasan HLGL dan menurut laporan mereka sering

terjadi pencurian kayu di wilayah dusun mereka. Karena itu Dinas Kehutanan

bekerjasama dengan PT. RKR membentuk Himpunan Warga Mului yang bertujuan

khusus untuk kegiatan pengamanan kawasan. Desa Rantau Layung dan Desa Pinang

Jatus diharapkan diikutsertakan juga dalam pengamanan kawasan karena letak kedua

desa ini merupakan pintu masuk dari jalan yang sering digunakan dalam kegiatan

illegal logging.

Sebenarnya masyarakat desa-desa sekitar dan dalam kawasan HLGL sudah

mengetahui dan sering melihat langsung kegiatan penebangan liar tersebut. Tetapi

karena ketakutan dan keterbatasan dana yang dimiliki oleh masyarakat maka

masyarakat merasa tidak perlu melapor kepada Dinas Kehutanan Pasir. Untuk itu

perlunya radio yang menghubungkan antara masyarakat desa sekitar dan dalam

kawasan dengan Dinas Kehutanan Pasir untuk mencegah dan menanggulangi

kegiatan penebangan liar. Pos jaga Polisi Kehutanan juga sangat diperlukan dalam

kegiatan pengamanan kawasan karena jika dilihat secara langsung kawasan HLGL

mudah dijangkau oleh siapa pun. Juga Dinas Kehutanan Pasir tidak mengeluarkan

izin resmi untuk mengawasi dan mengontrol pihak-pihak yang memasuki kawasan

ini.

Pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat tiga desa (Desa Rantau Layung,

Dusun Mului, dan Desa Pinang Jatus) meliputi pengumpulan madu, berburu satwa,

berladang (khusus Dusun Mului), mencari rotan, mencari gaharu, dan mencari

burung. Jika dilihat secara langsung dapat jelas terlihat pelibatan masyarakat dalam

mengelola hutan dengan stakeholder lain sangat rendah. Padahal sebenarnya

masyarakat merupakan kunci dari pengelolaan HLGL karena faktanya masyarakat

ketiga desa ini sudah memanfaatkan HLGL jauh sebelum adanya SK Penunjukkan

yang dibuat oleh Menteri Kehutanan tahun 1982. Dusun Mului yang paling

tergantung dengan keberadaan HLGL karena mereka berada di dalam kawasan dan

Page 68: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

55

hampir sebagian kebutuhan hidup mereka dicukupi dari sumberdaya alam yang ada di

dalam Kawasan HLGL.

Dinas Kehutanan Pasir yang diharapkan sebagai ujung tombak dari

pengelolaan HLGL juga belum melakukan upaya yang berarti dalam membangun

kerjasama dengan masyarakat. Ini terbukti dari masih banyaknya masyarakat desa

yang belum mengetahui arti dan fungsi dari HLGL. Dengan bekerjasama dengan

UPTD Planologi Kehutanan Balikpapan dan Bappeda Pasir, Dinas Kehutanan Pasir

harusnya bekerja sama dalam sosialisasi untuk batas-batas kawasan HLGL dengan

hutan yang sudah dikelola oleh masyarakat.

Masyarakat Dusun Mului harus diberi pengertian lebih lanjut karena dusun ini

memanfaatkan HLGL dengan merubah fungsi kawasan yaitu dengan cara membabat

hutan yang ada dan menggantikannya dengan ladang untuk menanam padi. Hal ini

jika terus dibiarkan akan merusak dan mengesampingkan fungsi lindung dari HLGL

karena enclave yang ada sekarang pasti akan semakin meluas di hari kedepannya. Hal

ini juga dirasakan oleh PeMA, yang merupakan LSM lokal, memiliki usul untuk

memindahkan masyarakat Dusun Mului ke daerah yang lebih layak dan tidak

mengganggu fungsi dari HLGL yaitu ke daerah Tompok dan Long Sayung. Tetapi

karena tidak ada hubungan kerjasama yang jelas antara Dinas Kehutanan dan

Bappeda dengan PeMA maka usul ini belum sampai dilaksanakan sampai sekarang.

Gambar 11. Interaksi stakeholder HLGL

Page 69: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

56

E. Evaluasi Kebijakan Pengelolaan HLGL

Dalam kegiatannya selama ini, para stakeholder HLGL belum mengeluarkan

kebijakan tentang pengelolaan hutan lindung ini secara khusus. Kebijakan yang ada

masih berupa surat keputusan Bupati tentang suatu kegiatan ataupun program yang

dilakukan di dalam kawasan HLGL. Untuk itulah yang dilakukan adalah melihat

implementasi dari surat keputusan bupati, program yang telah direncanakan serta

implementasi di lapangan melalui Undang Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan

Presiden, serta Keputusan Menteri yang berlaku di Indonesia.

E. 1 Permasalahan kebijakan pengelolaan HLGL

E. 1.1 Kehadiran unit pengelola HLGL

HLGL dalam keberadaannya sekarang dikelola oleh stakeholder yang

mengeluarkan kebijakan yang sesuai dengan kegiatan yang dikategorikan ke dalam

pengelolaan HLGL. Tidak ada stakeholder yang mengelola kawasan HLGL yang

meliputi semua kegiatan pengelolaan yang disebutkan oleh UU No. 41 tahun 1999

dan PP No. 44 tahun 2004.

Masyarakat Desa Rantau Layung, Desa Pinang Jatus, dan Dusun Mului

melakukan kegiatan yang bersifat lebih ke arah pemanfaatan hasil hutan non kayu

yaitu perburuan satwa, menangkap burung, mengumpulkan madu, mengumpulkan

gaharu, dan mencari rotan.

Dinas Kehutanan Pasir melakukan kegiatan pengelolaan HLGL memfokuskan

kegiatan pengelolaan ke arah perencanaan. Menurut rencana strategis Dinas

Kehutanan Pasir tahun 2001-2005 kegiatan yang direncanakan oleh Dinas Kehutanan

Pasir yaitu penyuluhan kehutanan, penataan batas, pengawasan dan pengendalian

perusakan kawasan hutan, pembuatan papan himbauan, inventarisasi flora dan fauna,

pemeliharaan batas hutan lindung, dan penataan hutan. Dari semua kegiatan yang

direncanakan oleh Dinas Kehutanan Pasir, hanya dalam penyuluhan dan kegiatan

penataan batas saja yang dapat terlaksana.

Bappeda Pasir kaitannya dalam kegiatan pengelolaan hutan lindung hanya ke

arah penetapan HLGL ke dalam kawasan lindung yang ditetapkan ke dalam RTRW

Page 70: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

57

Kabupaten Pasir tahun 2001-2005. UPTD Planologi Balikpapan dalam pengelolaan

HLGL melakukan kegiatan tentang penataan batas berupa orientasi batas yang telah

dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Pasir.

Kegiatan pengelolaan yang dilakukan oleh Tropenbos Internasional Indonesia

semuanya adalah bersifat penelitian yang dapat digunakan sebagai bahan masukan

bagi para stakeholder lain dalam melakukan aktivitas pengelolaan HLGL, khususnya

bagi Pemerintah Kabupaten Pasir. Begitu pula dengan PeMA, tidak mengeluarkan

kebijakan yang berpengaruh secara langsung terhadap pengelolaan HLGL karena

kegiatan atau program yang telah dilakukan PeMA lebih mengarah kepada

masyarakat sekitar dan dalam HLGL.

BKSDA Seksi Konservasi Wilayah III Pasir Kalimantan Timur memiliki

kewenangan yang berasal dari pemerintah pusat. Dalam kegiatannya BKSDA hanya

mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan cagar alam yang pengelolaannya langsung

dipegang oleh pemerintah pusat. BKSDA hanya memiliki wewenang dalam

pengawasan peredaran tumbuhan dan satwa dari dalam seluruh kawasan hutan di

Kabupaten Pasir, termasuk HLGL, sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan SK

MenHut No. 62/Kpts-II/1998.

Sebagai stakeholder swasta, PT. RKR melakukan kegiatan pengelolaan

kawasan HLGL hanya ke dalam kegiatan penggunaan kawasan yaitu penggunaan

jalan bekas logging yang membelah kawasan HLGL.

Ketidakhadiran unit pengelola HLGL menunjukkan bahwa masih lemahnya

peran pemerintah Kabupaten Pasir dan juga belum jelasnya kebijakan yang

memberikan panduan tentang lahirnya sebuah unit pengelola hutan lindung.

E. 1.2 Pengukuhan kawasan HLGL

Di tahun 1986, kegiatan penataan batas HLGL pernah dilakukan oleh Sub

Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan Balikpapan sesuai dengan Berita Acara Tata

Batas No. 02/BATB/IV/Sub.1-1/1986. Dalam Buku Berita acara tersebut dijelaskan

bahwa telah dilakukan pembuatan pal batas walaupun hanya meliputi bagian kawasan

HLGL dengan panjang trayek 100.975 meter. Dalam kegiatan ini pembuatan pal

Page 71: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

58

batas belum mancakup keseluruhan kawasan HLGL (belum temu gelang) karena

keterbatasan dana.

Dalam perencanaan strategik (renstra) Dinas Kehutanan Pasir tahun 2001-

2005 dinyatakan bahwa akan diadakannya kegiatan yaitu kegiatan pemeliharaan batas

hutan lindung yang ditargetkan di tahun 2002, 2003, 2004, dan 2005. Kegiatan

tersebut diadakan oleh Dinas Kehutanan tetapi kegiatan tersebut tidak sesuai dengan

petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Bupati Pasir. Yang seharusnya dilakukan

adalah pemasangan pal batas berupa kayu atau beton, tetapi pada pelaksanaan hanya

menandai pohon sekitar dengan cat merah. Resiko hal tersebut dapat berupa

penghapusan ataupun pergeseran oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab atau

bisa pula luntur karena terhapus oleh aliran hujan pada batang pohon. Pelaksanaan

kegiatan penataaan batas dan juga pemeliharaan batas yang ditargetkan empat kali

dalam setahun tetapi hanya delaksanakan sekali dalam empat tahun.

Pada tahun 2001, Bupati Pasir mengeluarkan SK No. 746 tahun 2001 tentang

petunjuk teknis pelaksanaan rekonstruksi batas kawasan hutan produksi dan hutan

lindung dan kawasan konservasi lainnya. Dalam surat ini disebutkan bahwa adanya

pelibatan masyarakat yang diwakili oleh tokoh masyarakat adat ataupun tokoh

masyarakat setempat. Hal ini dimaksudkan agar hutan lindung tidak melintasi hutan

milik masyarakat yang digunakan untuk berkebun, menghindari konflik. Karena

dalam pemasangan batas akan dilakukan rintis batas sejauh 2 meter di sekitar pal

batas dan di sepanjang jalur rintis.

Menurut laporan hasil orientasi batas kawasan HLGL pada tahun 2003, UPTD

telah melakukan kegiatan orientasi batas di kawasan HLGL. Hasil laporan tersebut

menyatakan bahwa dari panjang batas 121,575 km terdapat total pal batas 1208 buah,

dengan rincian 223 buah rusak, 979 buah hilang, dan 3 buah dalam kondisi yang

masih baik. Ini dapat dapat dilihat bahwa dari total 1208 buah, pal batas yang tidak

jelas kondisinya ada 3 buah (tidak dinyatakan) dan dari jumlah pal batas yang hilang,

maka kawasan HLGL belum menghasilkan batas yang temu gelang.

Di Desa Rantau Layung pernah ditemukan konflik karena pelaksanaan surat

keputusan Bupati di atas yang tidak lengkap yaitu di tahun 2002/2003. Orang-orang

Page 72: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

59

yang melaksanakan kegiatan rekonstruksi batas tersebut tidak melibatkan pihak desa

dan juga masyarakat, hasilnya terjadinya pembabatan kebun rotan milik masyarakat

untuk pemasangan pal batas.

Menurut Undang Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan pada pasal 22

menyebutkan bahwa tata hutan meliputi pembagian kawasan hutan dalam blok-blok

berdasarkan ekosistem, tipe, fungsi dan rencana pemanfaatan hutan. Juga menurut PP

No. 34 tahun 2002 pasal 12 menyebutkan bahwa pembagian hutan ke dalam blok-

blok, terdiri dari blok perlindungan, blok pemanfaatan, dan blok lainnya. HLGL

pembagian kawasannya belum sampai pada tahap pembagian hutan berdasarkan blok-

blok pengelolaan. Maka Dinas Kehutanan sebagai stakeholder yang bertugas

merancang pengelolaan hutan lindung maka dirasakan perlu untuk memasukkan

kegiatan penataan kawasan HLGL ke dalam blok-blok yang bertujuan untuk

mempermudah kegiatan pengelolaan.

Kegiatan pengukuhan kawasan HLGL yang telah ada sekarang menunjukkan

juga bahwa masih lemahnya peran dan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Pasir.

Hal ini dapat dilihat dari beberapa kali penataan batas dilakukan hasil yang didapat

masih belum temu gelang.

E. 1.3 Konflik melalui pendekatan kebijakan

E. 1.3.1 Pemanfaatan Hasil Hutan Non Kayu

Dalam pemanfaatan Hutan Lindung menurut UU No. 41 tahun 1999 pasal 26

dan PP N.34 tahun 2002 pasal 18, pemanfaatan yang dapat dilakukan dalam hutan

lindung berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan

hasil hutan non kayu. Juga PP No. 34 tahun 2002 menambahkan bahwa pemanfaatan

yang dilakukan di dalam hutan lindung hanya dapat dilakukan dalam blok

pemanfaatan.

Selama ini kawasan hutan lindung hanya dimanfaatkan oleh masyarakat desa

sekitar dan dalam hutan yaitu Desa Rantau Layung, Desa Pinang Jatus, dan Desa

Mului. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat ketiga desa tersebut adalah berburu

satwa, mencari gaharu, mencari burung, berladang, mengumpulkan madu, dan

Page 73: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

60

mencari rotan. Karena belum adanya penataan batas yang dilakukan oleh Dinas

Kehutanan Pasir, ke dalam blok-blok maka masyarakat sampai sekarang dapat bebas

melakukan kegiatan di atas.

Masyarakat desa sekitar dan dalam kawasan berburu satwa diantaranya kancil,

rusa, landak, kijang, burung. Menurut PP No. 34 tahun 2002 pasal 21 kegiatan

perburuan satwa di dalam hutan lindung diperkenankan dengan syarat perburuan

dilakukan dengan cara tradisional dan satwa yang diburu bukan satwa yang

dilindungi. Tabel 9. Pemanfaatan satwa yang dilakukan oleh masyarakat

Jenis satwa

Status Digunakan untuk

Kuau (Argusianus argus) Dilindungi Daging dikonsumsi, bulu menjadi hiasan rumah

Murai batu Tidak dilindungi Dijual Madi hijau Tidak dilindungi Dijual Cucak kelabu Tidak dilindungi Dijual, dikonsumsi Kucica hutan Tidak dilindungi Dijual Kucica kampung Tidak dilindungi Dijual, dikonsumsi Merbah mata merah Tidak dilindungi Dijual, dikonsumsi Berinji kelabu Tidak dilindungi Dijual Punai Tidak dilindungi Dijual Delimukan jamrud Tidak dilindungi Dijual Kancil (Tragulus napu) Dilindungi Dikonsumsi Babi hutan (Sus barbatus) Tidak dilindungi Dijual, dikonsumsi Kijang (Muntiacus muntjak) Dilindungi Dijual, dikonsumsi Landak (Hystrix brachyura) Dilindungi Dikonsumsi Rusa (Cervus timorensis) Dilindungi Dijual, dikonsumsi Melihat tabel di atas dapat dilihat bahwa masyarakat desa sekitar dan dalam

hutan melakukan perburuan satwa jenis-jenis kebanyakan yang dilindungi. Dinas

Kehutanan bekerjasama dengan BKSDA Sekesi Konservasi Pasir perlu melakukan

penyuluhan khusus tentang jenis-jenis yang dilindungi tersebut. Serta BKSDA perlu

melakukan pengawasan secara ketat dalam peredaran satwa dari kawasan HLGL

dengan peninjauan ke kawasan HLGL dan melakukan penertiban terhadap para

pengumpul di pasar.

E. 1.3.2 Penggunaan kawasan

Warga Dusun Mului menggunakan kawasan HLGL untuk kegiatan sehari-hari

mereka dengan kegiatan bercocok tanam. Jika dilihat secara langsung kegiatan ini

Page 74: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

61

tidak dibenarkan karena sesuai dengan UU No. 41 tahun 1999 pasal 38 merubah

fungsi lindung dari hutan lindung dan berdampak sangat besar bagi Dusun Mului

sendiri dan Kabupaten Pasir pada umumnya.

Sesuai dengan Keppres No. 32 tahun 1990 menyatakan bahwa menjadi tugas

dari Pemerintah Daerah tingkat II untuk mengadakan penyuluhan masyarakat tentang

kawasan hutan. Dinas Kehutanan Pasir pada saat ini belum melakukan penyuluhan

dan pengertian pada masyarakat desa dalam dan sekitar HLGL tentang arti dan

manfaat HLGL.

E.1.3.3 Konflik antar stakeholder

Menurut SK Bupati Pasir No 746 tahun 2001 tentang petunjuk teknis

pelaksanaan rekonstruksi batas kawasan hutan produksi dan hutan lindung dan

kawasan konservasi lainnya menyebutkan bahwa pelaksanaan rekonstruksi batas

melibatkan tokoh masyarakat adat setempat tetapi dalam pelaksanaan tidak dilakukan

bahkan pemberitahuan kepada pihak desa setempat juga tidak dilakukan. Menurut PP

44 tahun 2004 pasal 20 ayat 4 menyebutkan bahwa panitia tata batas harus dapat

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hak-hak atas tanah di dalam kawasan

dan di sepanjang batas kawasan hutan. Tokoh masyarakat ada dilibatkan sebagai

bahan masukkan dan pertimbangan bagi penataan batas kawasan HLGL untuk dapat

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hak milik masyarakat secara turun

temurun (hak tenurial) dan hak milik berdasarkan adat (hutan adat).

SK Bupati Pasir No. 340 tahun 2005 tentang pembentukan kelompok kerja

pengelolaan Hutan Lindung Gunung Lumut tidak mengikutsertakan tokoh

masyarakat adat sekitar dan dalam HLGL dalam pengelolaan HLGL. Hal ini menjadi

sangat perlu, untuk menjaga agar kegiatan pengelolaan HLGL yang dilakukan oleh

anggota dari kelompok kerja ini tidak bertentangan dengan kearifan lokal yang ada di

desa sekitar dan dalam kawasan HLGL. Dan juga pelibatan pihak desa sekitar hutan

belum ada.

Rencana strategis Dinas Kehutanan Pasir 2001-2005 menyatakan program-

program yang berkaitan dengan pengelolaan HLGL yaitu penyuluhan kehutanan,

Page 75: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

62

penataan batas, pengawasan dan pengendalian perusakan kawasan hutan, pembuatan

papan himbauan, inventarisasi flora dan fauna, pemeliharaan batas hutan lindung, dan

penataan hutan. Tetapi dalam implementasi di lapangan belum ada. Program yang

baru dapat terpenuhi hanya dalam hal penataan batas walaupun tidak secara benar

dilakukan karena tidak sesuai dengan SK Bupati Pasir No 746 tahun 2001.

Kurangnya personil Polisi Kehutanan dan terlalu luasnya kawasan yang harus

dikelola menjadi hal yang harus diperhatikan.

Surat Keputusan Bupati pasir No. 357 tahun 2005 tentang pembentukan tim

forum sistem informasi geografis pasir dalam kegiatan penyusunan basis data spasial

Kabupaten Pasir masih juga belum melibatkan tokoh masyarakat adat setempat

sebagai bahan pertimbangan.

RTRW Kabupaten Pasir 2001-2005 yang telah ditetapkan oleh Bupati Pasir

juga masih memiliki kendala dalam hal pelibatan masyarakat sekitar dan dalam

kawasan. Hal ini dapat dilihat dari ketidaktahuan masyarakat sekitar dan dalam

kawasan bahwa kawasan HLGL termasuk dalam kawasan lindung dari Kabupaten

Pasir. Sesuai dengan UU No. 24 tahun 1992 tentang penataan ruang, hak setiap orang

dalam ikut serta menyusun RTRW.

Laporan Hasil orientasi batas kawasan HLGL tahun 2003 memperlihatkan

bahwa kerjasama antara Dinas Kehutanan dan UPTD Planologi Balikpapan masih

belum erat. Dalam panitia orientasi tata batas tidak adanya anggota yang berasal dari

Dinas Kehutanan Pasir. Menurut PP No.44 tahun 2004 yang bertanggung jawab

dalam hal penataan batas adalah Pemerintah Kabupaten dan yang membentuk tim

penataan batas adalah juga Pemerintah Kabupaten Pasir. Pemerintah Propinsi hanya

mengeluarkan pedoman penyelenggaran penataan batas saja.

Page 76: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

63

Tabel 10. Analisis isi dan implementasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh para stakeholder Jenis Kebijakan/Kearifan Instansi yang

mengeluarkan Isi Implementasi Evaluasi

Keputusan Bupati Pasir No. 746 tahun 2001 tentang petunjuk teknis pelaksanaan rekonstruksi batas kawasan hutan produksi dan hutan lindung dan kawasan konservasi lainnya

Pemerintah daerah

Adanya pelibatan tokoh masyarakat adat setempat

Pada saat pelaksanaan, terjadi konflik karena batas HLGL melewati batas kebun rotan milik warga Bentuk pal tidak sesuai dengan semestinya

Sosialisasi yang kurang kepada masyarakat dan pelibatan langsung tokoh masyarakat dalam penyusunan tata batas HLGL Pengawasan rekonstruksi oleh yang berwenang

Keputusan Bupati No. 340 tahun 2005 tentang pembentukan kelompok kerja pengelolaan HLGL

Pemerintah daerah

Pelibatan semua stakeholder dalam pengelolaan HLGL

Masih dalam proses Tidak adanya pelibatan masyarakat khususnya ketua adat setempat

Keputusan Bupati Pasir No. 357 tahun 2005 tentang Surat Keputusan Bupati pasir No. 357 tahun 2005 tentang pembentukan tim forum sistem informasi geografis pasir dalam kegiatan penyusunan basis data spasial kabupaten pasir

Pemerintah daerah

Para stakeholder HLGL ikut serta dalam forum tersebut

Tokoh masyarakat adat setempat tidak diikutsertakan dalam forum tersebut

Tidak adanya pelibatan tokoh masyarakat adat setempat tidak diikutsertakan dalam forum tersebut

Renstra Dinas Kehutanan Pasir 2001-2005

Dinas Kehutanan

• Program penyuluhan • Kegiatan penataan batas • Patroli tidak ada

• Program penyuluhan belum tercapai

• Pelaksanaan penataan batas yang tidak sesuai dengan Keputusan Bupati Pasir No. 746 tahun 2001

Implementasi secara penuh untuk setiap pelaksanaan kebijakan Kurangnya personil PolHut

RTRW Kabupaten Pasir 2001-2005 Bappeda Pasir Tidak adanya pelibatan masyarakat dalam menyusun RTRW Kabupaten

Dalam penyusunan batas HLGL, masyarakat desa sekitar dan dalam kawasan tidak diikutsertakan

Masyarakat tidak diikutsertakan, minimal ketua adat dan kepala desa

Page 77: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

64

SATS (SK MenHut No. 62 Kpts-II 1998)

BKSDA Pasir Semua jenis tumbuhan atau satwa yang berasal dari kawasan hutan yang berada di Kabupaten Pasir berada dalam pengawasan BKSDA Pasir

• Belum adanya pengawasan yang dilakukan oleh BKSDA Pasir dalam pelaksanaanya

• Masyarakat masih memanfaatkan jenis satwa yang dilindungi

• BKSDA harus segera melakukan pengawasan rutin terhadap pengumpul

• Penyuluhan terhadap masyarakat dalam dan sekitar kawasan akan status dari jenis-jenis yang dilindungi

• Kerjasama antara BKSDA Pasir dan Dinas Kehutanan Pasir

Laporan hasil orientasi batas kawasan HLGL tahun 2003

UPTD Planologi Balikpapan

Penataan batas kawasan HLGL

Belum temu gelang Rekonstruksi ulang untuk penataan batas Tidak adanya kerja sama dengan Dinas Kehutanan

Kearifan lokal Masyarakat Pelarangan tentang perburuan satwa induk dan jumlah yang dibatasi (tidak boleh lebih dari 1 ekor per jenis)

Masyarakat dalam dan sekitar kawasan tidak pernah melakukan perburuan dengan skala besar

Pengawasan di pasar, khususnya terhadap para pengumpul

Kearifan lokal Masyarakat Pelarangan penebangan pohon madu (Koompasia malacensis)

Masyarakat tidak pernah menebang pohon jenis ini karena menyangkut masa depan suatu keluarga

Page 78: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

65

E. 2 Kesenjangan (Gaps) dalam pelaksanaan pengelolaan HLGL

Kaitannya dengan pengelolaan HLGL yang telah ada, terlihat bahwa adanya

kesenjangan yang terjadi. Kegiatan pengelolaan HLGL yang selama ini terjadi belum

memenuhi harapan karena tidak adanya suatu unit menajemen yang khusus dalam

mengelola kawasan HLGL. Dalam PP No. 44, KPHL berfungsi dalam setiap aktivitas

pengelolaan hutan lindung, mulai dari perencanaan sampai dengan pengawasan

(monitoring) kegiatan yang dilakukan oleh setiap stakeholder. Masayarakat sebagai

stakeholder yang memiliki kepentingan tinggi dan stakeholder yang paling pertama

kali terkena dampak bila terjadinya kerusakan HLGL tidak diikutsertakan secara

aktif. Belum adanya saling kerjasama aktif antara Dinas Kehutanan dan UPTD

Planologi beserta masyarakat dalam kegiatan penataan batas. Dan juga yang menjadi

kesenjangan dalam pengelolaan HLGL adalah adanya tumpang tindih kewenangan

antara Pemerintah Kabupaten dan Propinsi dalam penataan batas.

F. Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan HLGL

Pengelolaan HLGL selama ini sudah mengadopsi semua kebijakan yang

dikeluarkan oleh 10 stakeholder utama HLGL yang sudah disebutkan sebelumnya

tetapi masih memiliki kecenderungan untuk sulit diterima oleh semua pihak. Adanya

perbedaan dalam nilai kepentingan dan pengaruh setiap stakeholder menjadi kendala

utama sulitnya mewujudkan kebijakan yang mampu untuk diterima oleh semua

pihak.

Mengacu pada Dunn (2003), yang menjadi kriteria dalam merumuskan

kebijakan publik adalah dengan melihat hal-hal berikut:

1. Efektivitas (effectiveness); kaitannya dengan apakah suatu alternatif mencapai

hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya

tindakan

2. Efesisensi (efficiency) ; kaitannya dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk

menghasilkan tingkat efisiensi tertentu.

3. Kecukupan (adequacy); berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat

efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan

Page 79: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

66

adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan

antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan.

4. Perataan / kesamaan (equity); erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan

sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-

kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada

perataan adalah kebijakan yang akibatnya atau usahanya yang secara adil

didistribusikan

5. Responsivitas (responsiveness); berkenaan dengan seberapa jauh suatu

kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok

masyarakat tertentu. Kebijakan dapat memenuhi kriteria efektivitas, efisiensi,

dan perataan tetapi jika belum dapat menanggapi kebutuhan aktual dari

kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya perumusan suatu

kebijakan.

6. Ketepatan (appropiateness); biasanya bersifat terbuka, karena definisi per

kriteria ini dimaksudkan untuk menjangkau keluar kriteria yang sudah ada.

Oleh karenanya tidak ada dan tidak dapat dibuat definisi baku mengenai

kriteria kelayakan.

Pemerintah Kabupaten Pasir dalam hal ini Bupati Pasir mengeluarkan

kebijakan yang berkaitan dengan penataan batas yaitu Surat Keputusan Bupati Pasir

No. 746 tahun 2001. Dalam Surat Keputusan ini terlihat bahwa sebenarnya ada

peranan masyarakat dalam penataan batas tetapi masih hanya bersifat penulisan di

atas kertas tidak sampai kepada perundingan dengan masyarakat dalam hal tumpang

tindih kepentingan lahan. Di satu sisi Pemerintah Kabupaten Pasir ingin

merekonstruksi batas HLGL tetapi di sisi lain masyarakat ingin supaya HLGL tetap

dengan syarat tidak mengganggu kepentingan dari mereka dalam hal penggunaan

kawasan dengan bentuk kebun rotan, ladang mereka, ataupun bentuk lain dari

penggunaan kawasan. Dalam pengikutsertaan masyarakat pihak desa harus

mengetahui isi dari surat keputusan ini, karena untuk menghindari anggapan

masyarakat bahwa adanya “orang asing” yang memasuki wilayah atau tempat

masyarakat berusaha.

Page 80: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

67

Keputusan Bupati Pasir No. 340 tahun 2005 tentang pembentukan kelompok

kerja pengelolaan HLGL dapat terlihat peranan masyarakat terabaikan karena pihak

yang terlibat dalam kelompok kerja HLGL ini hanya sampai kepada tingkat

kecamatan bukan tingkat desa. Juga perlu diperhatikan fungsi dari ketua adat sekitar

dan dalam kawasan. Hal ini dirasakan perlu karena pada dasarnya yang menjadi

stakeholder kunci dari pengelolaan HLGL adalah masyarakat sekitar dan dalam

kawasan, serta fungsi ketua adat adalah menghindari pengelolaan yang tidak sesuai

dengan adat istiadat suku Paser yang dapat menyebabkan dampak negatif bagi

masyarakat sekitar dan dalam hutan. Hak tenurial di sini harus diperhatikan karena

pada dasarnya masyarakat sudah ada sebelum hutan yang menjadi sandaran hidup

mereka ditetapkan menjadi hutan lindung.

Balai Konservasi Sumberdaya Hutan Seksi Konservasi Wilayah Pasir juga

perlu dilibatkan dalam kelompok kerja ini, setidaknya mereka ditempatkan dalam

posisi anggota tidak tetap karena BKSDA sebenarnya langsung bertanggung jawab

kepada Pemerintah Pusat (Departemen Kehutanan). Peran BKSDA adalah sebagai

pengawas dalam alur distribusi jenis tumbuhan dan satwa dari kawasan HLGL.

Laporan hasil orientasi batas kawasan hutan di kelompok HLGL Dinas

Kehutanan Kabupaten Pasir Kalimantan Timur yang dikeluarkan oleh UPTD

Planologi Kehutanan Balikpapan terlihat bahwa adanya pal batas yang hilang

sebanyak 979 atau dapat disimpulkan masih belum temu gelang. Karena pentingnya

status kawasan salah satunya adalah penataan batas maka UPTD Planolgi Balikpapan

harus segera melakukan kegiatan rekonstruksi batas kawasan HLGL bekerja sama

dengan Dinas Kehutanan Pasir dengan tujuan harus segera mendapatkan batas

kawasan yang temu gelang.

Laporan ini juga harus diklarifikasi tentang pelanggaran yang dimaksud. Hal

ini dapat dilihat dari butir 5 lampiran 5 yang menyebutkan pemukiman Mului sebagai

pelanggaran. Jika dilihat dari sejarahnya Dusun Mului menetap di sana atas dasar

program desa tertinggal yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Pasir. Maka UPTD

Planologi Kehutanan Balikpapan harus mencari klarifikasi kepada Dinas Sosial Pasir.

Page 81: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

68

Penataan kawasan yang meliputi pembagian kawasan ke dalam blok-blok

dapat menjadi salah satu solusi bagi masalah enclave Dusun Mului. Pemukiman dan

perladangan di dusun Mului dapat menjadi bagian dari blok penyangga dari HLGL.

Menurut UU No. 41 tahun 1999 dan PP No. 34 tahun 2002 yang dimaksud

dengan pengelolaan hutan adalah meliputi kegiatan:

1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan.

2. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan

3. Rehabilitasi dan reklamasi hutan

4. Perlindungan dan konservasi hutan

Stakeholder yang berada di Kabupaten Pasir selama ini melakukan kegiatan

pengelolaan HLGL hanya salah satu dari kegiatan pengelolaan hutan (UU No. 41

tahun 1999 dan PP No. 34 tahun 2002), belum adanya stakeholder HLGL melakukan

semua kegiatan pengelolaan secara meneluruh (tabel 10). Untuk mencapai tujuan dari

fungsi lindung dari kawasan HLGL maka Pemerintah Kabupaten Pasir perlu untuk

mengeluarkan kebijakan yang isinya menetapkan satu unit kegiatan pengelolaan yang

jelas, yang mengelola kawasan HLGL secara total baik dari sisi penataan hutan dan

penyusunan rencana pengelolaan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan

hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan dan perlindungan dan konservasi hutan sesuai

dengan PP No. 44 tahun 2004.

Page 82: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

69

Tabel 10. Bentuk pengelolaan stakeholder HLGL dengan kawasan HLGL

Stakeholder Bentuk interaksi dengan HLGL Jenis pengelolaan (UU No. 41 tahun 1999)

Rantau Layung

Berburu, mencari burung, mengumpulkan madu, mengumpulkan gaharu, mencari rotan

Pemanfaatan hutan

Pinang Jatus Berburu, mencari burung, mengumpulkan madu, mengumpulkan gaharu, mencari rotan

Pemanfaatan hutan

Mului Berburu, mencari burung, mengumpulkan madu, mengumpulkan gaharu, mencari rotan Berladang

Pemanfaatan hutan Penggunaan kawasan

Dinas Kehutanan

Penyusunan Renstra 2001-2005 Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan.

Bappeda Penyusunan RTRW Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan.

BKSDA Pengawasan peredaran jenis tumbuhan dan satwa dari kawasan

Perlindungan dan konservasi hutan

UPTD Planologi

Penataan batas kawasan Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan.

TBI Indonesia Penelitian Perlindungan dan konservasi hutan

PeMA Paser Memajukan masyarakat sekitar dan dalam kawasan

PT. RKR Penggunaan jalan dalam kawasan Penggunaan kawasan

Page 83: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

70

Tabel 11. Rekomendasi kebijakan stakeholder HLGL berdasarkan analisis isi dari kebijakan yang dikeluarkan stakeholder

Kebijakan Isi Rekomendasi Tujuan

Keputusan Bupati Pasir No. 746 tahun 2001 tentang petunjuk teknis pelaksanaan rekonstruksi batas kawasan hutan produksi dan hutan lindung dan kawasan konservasi lainnya

Petunjuk teknis pelaksanaan penataan batas kawasan hutan Pasir

Kerjasama antara DisHut dan masyarakat sekitar dan dalam kawasan Memasukkan peran serta masyarakat dalam penataan batas kawasan HLGL Pihak desa mendapat informasi yang jelas dan langsung dari Pemerintah Kabupaten Pasir

Masyarakat mengerti dan sadar akan arti dan fungsi HLGL Menghindari masalah teknis yang berhubungan dengan masyarakat

Keputusan Bupati No. 340 tahun 2005 tentang pembentukan kelompok kerja pengelolaan HLGL

Forum GIS Masyarakat perlu mengetahui penyusunan RTRWK

Menghindari konflik lahan

Keputusan Bupati Pasir No. 357 tahun 2005 tentang Surat Keputusan Bupati pasir No. 357 tahun 2005 tentang pembentukan tim forum sistem informasi geografis pasir dalam kegiatan penyusunan basis data spasial kabupaten pasir

Tentang pembentukan kelompok kerja pengelolaan HLGL

Pelibatan tokoh masyarakat adat sekitar dan dalam kawasan BKSDA Pasir juga ikut dalam kelompok kerja

Masyarakat ikut serta secara aktif menjaga kawasan HLGL Menghindari pengelolaan yang bersifat negatif bagi adat istiadat suku Paser

Renstra Dinas Kehutanan Pasir Program kerja DisHut tahun 2001-2005

Kerjasama antara DisHut dan Bappeda secara aktif Mempertimbangkan hasil-hasil penelitian dari TBI dalam pengelolaan HLGL Pengawasan secara intensif akses yang membelah HLGL

Tercapainya tujuan akhir pengelolaan HLGL yaitu terjaganya fungsi dari hutan lindung lestari Menghindari terjadinya tumpang tindih kepentingan lahan antar instansi Kabupaten Pasir

RTRW Kabupaten Pasir Tata ruang Kab. Pasir Kerjasama antara masyarakat dan Bappeda

Menghindari terjadinya konflik lahan

SATS (SK MenHut No. 62 Kpts-II 1998) Izin peredaran tumbuhan dan satwa

Perjanjian kerjasama antara BKSDA Pasir dengan DisHut Pasir dan sosialisasi yang berkesinambungan dengan masyarakat sekitar dan dalam hutan

Menghindari terjadinya extinction of endemic species

Laporan Hasil orientasi batas kawasan HLGL tahun 2003

Penataan batas Kerjasama antara UPTD Planologi dan DisHut Pasir Klarifikasi tentang pemukiman Mului dengan Dinas Sosial Pasir Pelibatan masyarakat bukan hanya

Menghindari terjadinya konflik lahan

Page 84: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

71

sebagai tenaga buruh tetapi sebagai bahan pertimbangan Pembagian kawasan HLGL ke dalam blok-blok

Page 85: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

72

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan:

1. Dari penelitian ini yang menjadi akar masalah dari kebijakan pengelolaan

HLGL adalah:

a. Keberadaan unit pengelola HLGL,

b. Pengukuhan kawasan, dan

c. Konflik antara stakeholder melalui pendekatan kebijakan.

2. Kesenjangan-kesenjangan kebijakan dapat dilihat dari masalah di lapangan

berupa:

a. Tidak adanya unit pengelola HLGL yang aktivitasnya mencakup seluruh

aktivitas pengelolaan hutan

b. Tidak adanya pelibatan masyarakat dalam kegiatan penataan batas

c. Tumpang tindih kewenangan antara Pemerintah Propinsi dan Pemerintah

Kabupaten dalam hal penataan batas

3. Untuk mengatasi kesenjangan kebijakan yang ada, maka penelitian ini

merekomendasikan:

a. Membentuk unit pengelolaan HLGL yang melibatkan secara optimal peran

stakeholder HLGL

b. Melakukan penataan batas partisipatif bersama masyarakat

c. Menetapkan kebijakan yang khusus mengelola HLGL

B. Saran:

1. Melakukan kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Pasir dengan

Pemerintah Pusat dalam pembentukan unit pengelolaan HLGL

2. Dinas Kehutanan perlu melibatkan masyarakat dalam hal penataan batas

partisipatif sebagai langkah pertama untuk menyelesaikan masalah kebijakan

yang ada

Page 86: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

73

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1986. Kebijaksanaan Pengelolaan Hutan dengan Pertimbangan

Lingkungan Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Kehutanan Berwawasan Lingkungan. Bogor: Laporan Proyek Penelitian Pengembangan Efisisensi Pengunaan Sumber-sumber Kehutanan.

Anonymous. 2001. Pekerjaan Kebijakan Makro Kehutanan. Jakarta: Laporan Pembaharuan Kebijakan dan Sistem Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi.

Anonymous, 2003. Kajian Hukum dan Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi di Indonesia Menuju Pengembangan Desentralisasi dan Peningkatan Peranserta Masyarakat. Jakarta:Techical Report ICEL.

Arimbi, H. P dan Mas Achmad Santosa. 1993. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan. Jakarta: WALHI dan Friends of the Earth – Indonesia.

Dunn, Wiliam. N. 2002. Analisis Kebijakan Publik. Muhajir Darwin, penerjemah. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.

Freeman, R.E. 1984. Strategic Management: A Stakeholder Approach. Pitman, Boston, MA, USA.

Freeman, R.; Gilbert, D., Jr 1987. Managing Stakeholder Relations. Lexington Books, Toronto, Canada.

Grimble, R.; Chan, M.K.; Aglionby, J.; Quan, J. 1995. Trees and Trade-Offs: A Stakeholder Approach to Natural Resource Management. International Institute for Environment and Development. Gatekeeper Series 52.London, United Kingdom.

Grimble, R.; Wellard, K. 1996. Stakeholder Methodologies in Natural Resource Management: A Review of Principles, Contexts, Experiences and Opportunities. London.

Kelompok Kerja Program Kehutanan Daerah Kutai Barat, 2001. Program Kehutanan Kabupaten Kutai Barat. Sendawar: Pemerintah Kabupaten Kutai Barat.

Manktelow, Rachel. 2005. Stakeholder Analysis & Stakeholder Management. USA. Noorhalis. 2002. Menggali Kearifan di Kaki Meratus. PT. Grafika Wangi

Kalimantan. Banjarmasin. ODA (Overseas Development Administration). 1995. Guidance Note 0n How to Do

Stakeholder Analysis of Aid Projects and Programmes. ODA, London, UK. Pretty, J.; Guijt, I.; Scoones, I.; Thompson, J. 1995. A Trainer’s Guide for

Participatory Learning And Action. International Institute for Environment and Development, London, United Kingdom.

Project Management Institute. 1996. Project Management Body of Knowledge. 130 South State Road, Upper Darby, PA 19082 USA.

Röling, N.; Jiggins, J. 1998. The Ecological Knowledge System, Facilitating Sustainable Agriculture: Participatory Learning and Adaptive Management in

Page 87: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

74

Times of Environmental Uncertainty. Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom.

Röling, N.; Wagemakers, M. 1998. Facilitating Sustainable Agriculture: Participatory Learning and Adaptive Management in Times of Environmental Uncertainty. Cambridge University Press, Cambridge, UK.

Widodo, J. 2001. Good Governance: Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Surabaya: Insan Cendekia.

Wiratno, Daru Indriyo, Ahmad Syarifudin dan Ani Kartikasari. 2004. Berkaca di Cermin Retak: Refleksi Konservasi dan Implikasi bagi Pengelolaan Taman Nasional. Jakarta: The Gibbon Foundation Indonesia, PILI-NGO Movement.

Yusuf, Asep Warlan. 1996. Sendi Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah dalam Kerangka Perwujudan Otonomi yang Nyata, Dinamis dan Bertanggung Jawab. Bandung: Citra Aditya.

Page 88: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

75

Content Analysis Peraturan Yang Berlaku Di Indonesia Tentang Hutan Lindung Disandingkan Dengan Keadaan Di Lapangan Tabel 12. Undang Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan

Kebijakan Keterangan Kenyataan di lapangan Yang harus dilakukan Peraturan Isi

UU 41/1999 Pasal 1

Definisi hutan lindung

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

Masyarakat Dusun Mului, Desa Rantau Layung, dan Desa Pinang Jatus tidak tahu tentang definisi dari hutan lindung

Perlu adanya sosialisasi yang berkelanjutan tentang definisi dari Hutan Lindung di desa-desa dalam atau sekitar kawasan yang dilkukan oleh Pemda.

UU 41/1999 Pasal 6

Pembagian hutan berdasarkan fungsi hutan

Pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok sebagai berikut: a. hutan konservasi, b. hutan lindung, dan c. hutan produksi.

Masyarakat Dusun Mului, Desa Rantau Layung, dan Desa Pinang Jatus tidak tahu tentang fungsi dari Hutan Lindung secara keseluruhan

Perlu sosialisasi dari pihak Pemda untuk mengadakan sosialisasi dengan warga Dusun Mului, Desa Rantau Layung, dan Desa Pinang Jatus

UU 41/1999 Pasal 15

Pengukuhan kawasan hutan

Pengukuhan kawasan hutan dilakukan melalui proses sebagai berikut : a. penunjukan kawasan hutan, b. penataan batas kawasan hutan, c. pemetaan kawasan hutan, dan d. penetapan kawasan hutan.

• Kawasan HLGL baru sebatas SK penunjukan

• Berdasarkan kenyataan di lapangan penataan batas tidak diseratai dengan pemasangan pal batas permanen

• Pemetaan sudah dilkukan oleh Pemda, dalam hal ini Bappeda dalam RTWK Pasir.

• Perlu dengan segera membuat SK Penetapan HLGL

• Perlu segera menata ulang kawasan HLGL yang disertai oleh pemasangan pal batas.

UU 41/1999 Pasal 22

Tata hutan dan rencana pegelolaan

Tata hutan meliputi pembagian kawasan hutan dalam blok-blok berdasarkan ekosistem, tipe, fungsi dan rencana pemanfaatan hutan.

• Belum adanya pembagian ekosisistem yang jelas

• Belum adanya blok-blok yang membagi kawasan HLGL

Perlu segera adanya pembagian kawasan berdasarkan blok karena ada pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat

UU Pemanfaatan Pemanfaatan hutan lindung dapat berupa • Adanya pemanfaatan yang dilakukan Perlu dilakukan pengawasan

Page 89: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

76

41/1999 Pasal 26

hutan lindung pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan bukan kayu.

oleh masyarakat berupa berladang • Pemanfaatan yang dilakukan oleh

Tropenbos bekerja sama dengan Wanariset dan Loka Satwa Primata, berupa kegiatan penelitian

terhadap kegiatan pemanfaatan

UU 41/1999 Pasal 38

Penggunaan kawasan

Penggunaan kawasan hutan dapat dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan.

• Adanya pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat berupa berladang

• Adanya akses yang membelah kasasan HLGL

Perlu dilakukan pengawasan yang ketat karena akses ini digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk kegiatan illegal logging

UU 41/1999

Pasal

Perlindungan hutan oleh polisi kehutanan

Pejabat yang diberi wewenang kepolisian khusus mengadakan patroli/perondaan di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya;

• Dinas Kehutanan Pasir hanya memiliki 2 personel Polisi Kehutanan

• Jarangnya personel Polisi Kehutanan untuk melakukan patroli di dalam kawasan HLGL

Perlu penambahan personel polisi kehutanan karena banyak terjadi pelanggaran illegal logging

Tabel 13. Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan, dan Penggunaan Kawasan Hutan

Kebijakan Keterangan Kenyataan di lapangan Yang harus dilakukan

Page 90: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

77

Peraturan Isi PP

34/2002 Pasal 12

Tata hutan pada hutan lindung

(1) Tata hutan pada hutan lindung dilaksanakan pada setiap unit pengelolaan, yang memuat kegiatan: a. penentuan batas-batas hutan yang ditata; b. inventarisasi, identifikasi, dan perisalahan kondisi kawasan hutan; c. pengumpulan data sosial, ekonomi dan budaya di hutan dan sekitarnya; d. pembagian hutan ke dalam blok-blok; e. registrasi; dan f. pengukuran dan pemetaan. (2) Pembagian hutan ke dalam blok-blok, terdiri dari: a. blok perlindungan; b. blok pemanfaatan; dan c. blok lainnya

• Belum adanya penataan batas yang jelas berupa pemasangan pal-pal batas

• Belum adanya pembagian kawasan HLGL ke dalam blok-blok

• Penataan batas kawasan • Pembagian kawasan ke dalam blok-blok

untuk pembagian khususnya dalam pemanfaatan kawasan

PP 34/2002 Pasal 18

Pemanfaatan hutan pada hutan lindung

(1) Pemanfaatan hutan pada hutan lindung dapat berupa: a. pemanfaatan kawasan; b. pemanfaatan jasa lingkungan; atau c. pemungutan hasil hutan bukan kayu. (2) Pemanfaatan hutan pada hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan pada blok pemanfaatan.

Masyarakat memanfaatkan sudah memanfaatkan kawasan berupa: mencari gaharu, perlebahan, buah-buahan.

Pengawasan tentang pemanfaatan hutan dan kawasan HLGL terhadap masyarakat desa sekitar dan dalam kawasan HLGL

PP 34/2002 Pasal 19

Pemanfaatan kawasan pada hutan lindung

(1) Pemanfaatan kawasan pada hutan lindung berupa segala bentuk usaha yang menggunakan kawasan dengan tidak mengurangi fungsi utama kawasan. (2) Pemanfaatan kawasan meliputi: a. usaha budidaya tanaman obat (herba); b. usaha budidaya tanaman hias; c. usaha budidaya jamur;

Warga Mului mengubah fungsi lahan dalam kegiatan berladang

Page 91: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

78

d. usaha budidaya perlebahan; e. usaha budidaya penangkaran satwa liar; atau f. usaha budidaya sarang burung walet. (3) Dalam pelaksanaan pemanfaatan kawasan pada hutan lindung tidak boleh: a. menggunakan peralatan mekanis dan alat berat; b. membangun sarana dan prasarana permanen; dan/atau c. mengganggu fungsi kawasan.

PP 34/2002 Pasal 21

Pemungutan hasil hutan non kayu pada hutan lindung

(1) Kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf c, dapat dilaksanakan dengan mengambil hasil hutan bukan kayu yang sudah ada secara alami dengan tidak merusak fungsi utama kawasan. (2) Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), antara lain berupa: a. mengambil rotan; b. mengambil madu; c. mengambil buah dan aneka hasil hutan lainnya; atau d. perburuan satwa liar yang tidak dilindungi dan dilaksanakan secara tradisional. (3) Masyarakat dilarang melakukan pemungutan hasil hutan yang dilindungi undang-undang.

Masih adanya masyarakat yang melakukan kegiatan perburuan terhadap jenis-jenis satwa yang dilindungi oleh undang-undang

Perlunya kontrol terhadap penyebaran tumbuhan dan satwa dari dalam kawasan HLGL yang dilakukan oleh BKSDA Seksi Konservasi Wilayah Pasir bekerjasama dengan Dinas Kehutanan

Page 92: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

79

PP 34/2002 Pasal 72

Penggunaan kawasan hutan

1) Penggunaan kawasan hutan bertujuan untuk mengatur penggunaan sebagian kawasan hutan secara selektif untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi. 2) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam: a. hutan lindung; atau b. hutan produksi 3) Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi penggunaan untuk: a. tujuan strategis; dan atau b. kepentingan umum terbatas. 4) Penggunaan kawasan hutan untuk tujuan strategis sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf a meliputi kegiatan; a. kepentingan religi; b. pertahanan dan keamanan; c. pertambangan; d.pembangunan ketenagalistrikan dan instalasi teknologi energi terbarukan; e. pembangunan jaringan telekomunikasi; atau f. pembangunan jaringan instalasi air. 5) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan umum terbatas sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf b antara lain meliputi kegiatan pembangunan; a. jalan umum dan jalan (rel) kereta api; b. saluran air bersih dan atau air limbah; c. pengairan; d. bak penampungan air; e. fasilitas umum; f. repeater telekomunikasi

Adanya akses yang membelah HLGL

Perlu pengawasan terhadap akses ini karena akses ini digunakan untuk jalan keluar masuk kegiatan illegal logging

Page 93: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

80

g. stasiun pemancar radio; atau h. stasiun relay televisi

Page 94: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

81

Tabel 14. Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

Kebijakan Keterangan Kenyataan di lapangan Yang harus dilakukan Peraturan Isi Keppres

32/90 Pasal 36

Penetapan kawasan lindung

(1) Pemerintah Daerah Tingkat II mengupayakan kesadaran masyarakat akan tanggung jawabnya dalam pengelolaan kawasan lindung. (2) Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II mengumumkan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 kepada masyarakat

Dinas Kehutanan Kabupaten Pasir belum maksimal dalm pemberitahuan tentang kawasan Hutan

Perlunya penyuluhan secara berkelanjutan tentang pentapan kawasan HLGL khususnya kepada masyarakat Desa/Dusun yang berada di dalam atau sekitar kawasan Huan LIndung Gunung Lumut

Keppres 32/90

Pasal 39

Pengendalian kawasan lindung

(1) Pemerintah Daerah Tingkat II wajib mengendalikan pemanfaatan ruang di kawasan lindung. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi kegiatan pemantauan, pengawasan dan penertiban.

Tidak adanya patroli yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan di dalam kawasan HLGL

Perlu adanya penmbahan personel Polisi Khusus Kehutanan

Page 95: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

82

Tabel 15. UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang

Kebijakan Keterangan Kenyataan di lapangan Yang harus dilakukan Peraturan Isi

UU 24/1992 Pasal 4

Hak dan kewajiban

1. Setiap orang berhak menikmati manfaat ruang termasuk pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang. 2. Setiap orang berhak untuk a. mengetahui rencana tata ruang; b. berperan serta dalam penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang; c. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.

Masyarakat tidak diikutsertakan dalam penetapan kawasan HLGL

Rekonstruksi ulang penataan batas serta manfaat dari penetapan kawasan HLGL yang melibatkan masyarakat

Page 96: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

83

Tabel 16. PP No. 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Kebijakan Keterangan Kenyataan di lapangan Yang harus dilakukan

Peraturan Isi PP No. 47 tahun 1997

Pasal 10

Jenis kawasan lindung

2. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi : a. kawasan hutan lindung; b. kawasan bergambut; c. kawasan resapan air.

Masyarakat desa sekitar kawasan belum mengetahui arti dan fungsi dari hutan lindung

Sosialisasi tentang arti dan fungsi hutan lindung

PP No. 47 tahun 1997

Pasal 33

Kriteria kawasan hutan lindung

(1) Kriteria kawasan lindung untuk kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf (a )adalah : a. kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai (skor) 175 atau lebih; b. kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih; dan/atau c. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2000 m atau lebih.

- -

Page 97: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

84

Tabel 18. PP No. 44 tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan

Kebijakan Keterangan Kenyataan di lapangan Yang harus dilakukan Peraturan Isi PP No. 44 tahun 2004

Pasal 3

Jenis kegiatan perencanaan hutan

(1) Perencanaan kehutanan meliputi kegiatan: a. Inventarisasi hutan; b. Pengukuan kawasan hutan; c. Penatagunaan kawasan hutan; d. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan; dan e. Penyusunan rencana kehutanan.

Belum adanya pengukuhan kawasan dengan SK Penetapan Tata batas belum temu gelang

Pemerintah Daerah Kabupaten Pasir harus segera mengusulkan kepada Menteri Kehutanan tentang Penetapan HLGL UPTD Planologi beserta Dinas Kehutanan bekerja sama dalam penataan batas dan harus temu gelang (syarat pengukuhan kawasan)

PP No. 44 tahun 2004

Pasal 4

Syarat perencanaan hutan

Perencanaan kehutanan dilaksanakan : a. secara transparan, partis ipatif dan bertanggung-gugat; b. secara terpadu dengan memperhatikan kepentingan nasional, sektor terkait dan masyarakat serta mempertimbangkan aspek ekonomi, ekologi, sosial budaya dan berwawasan global; c. dengan memperhatikan kekhasan dan aspirasi daerah termasuk kearifan tradisional.

Belum adanya pelibatan masyarakat Kearifan tradisonal masyarakat desa sekitar dan dalam hutan masih diabaikan

Seluruh stakeholder duduk bersama untuk mendapatkan bentuk pengelolaan HLGL yang terbaik

PP No. 44 tahun 2004

Pasal 28

Unit pengelolaan hutan (1) Unit Pengelolaan Hutan sebagaimana dimaksud pada Pasal 26 ayat (2) huruf c dibentuk berdasarkan kriteria dan standar yang ditetapkan oleh Menteri. (2) Unit Pengelolaan Hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi pada hutan

konservasi; b. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung pada hutan

lindung; c. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi pada hutan

produksi.

Belum adanya unit pengelolaan HLGL

Page 98: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG … · Ir. Haryanto, MS dan Dr. Rinekso Soekmadi, Msc. F Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) adalah salah satu dari empat hutan ... Sariman

85

PP No. 44 tahun 2004

Pasal 32

Bagian dari unit pengelola dan tanggung jawab intitusi pengelola

(1) Pada setiap unit Pengelolaan Hutan dibentuk institusi pengelola. (2) Institusi pengelola bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi: a. perencanaan pengelolaan; b. pengorganisasian; c. pelaksanaan pengelolaan; dan d. pengendalian dan pengawasan.

Belum adanya unit pengelola HLGL