48532814 Review Faktor Pembatas Ekologi Populasi Liar Jalak Bali Di Taman Nasional Bali Barat
Ekologi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
-
Upload
adrian-hartanto-lokaria -
Category
Environment
-
view
643 -
download
10
Transcript of Ekologi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
TAMAN HUTA RAYAWHAT?
Taman hutan raya atau biasa disingkat Tahura merupakan kawasan hutan
yang ekosistemnya dilindungi, termasuk tumbuhan dan satwa yang
ada di dalamnya. Tahura biasanya berlokasi tak jauh dari perkotaan atau permukiman yang gampang diakses,
tidak terletak di tengah hutan belantara.
Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan
asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
KRITERIA TAMAN HUTAN RAYA:Memiliki ciri khas dari sisi
ekosistem, satwa atau tumbuhannya. Bisa asli ataupun buatan, baik ekosistemnya masih utuh maupun sudah berubah.
Kawasan tersebut memiliki keindahan alam atau gejala alam tertentu yang unik.
Mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk perkembangan tumbuhan dan satwa yang ada di dalamnya.
MANFAAT TAMAN HUTAN RAYA:Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi.Koleksi kekayaan keanekaragaman hayati.Penyimpanan karbon, pemanfaatan air serta energi air, panas, dan angin serta wisata alam.Pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar dalam rangka menunjang budidaya dalam bentuk penyediaan plasma nuftah.Pembinaan populasi melalui penangkaran dalam rangka pengembangbiakan satwa atau perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam lingkungan yang semi alami.Pemanfaatan tradisional oleh masayarakat setempat, dapat berupa kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya tradisional, serta perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang tidak dilindungi.
TAHURA IR. H. DJUANDA
LUAS TAHURA: 526,98 hektare
(membentang dari kawasan Dago Pakar sampai
Maribaya). sampai sekarang.
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
merupakan kawasan
konservasi yang terpadu antara alam sekunder dengan hutan tanaman yang terletak di Kota Bandung, Jawa
Barat, Indonesia.
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sebagai Taman Hutan Raya pertama di Indonesia.
SEJARAH & LATAR BELAKA
NG
Taman Hutan Raya Ir H. Djuanda dulunya merupakan sebagian areal dari Kelompok Hutan Lindung Gunung Pulosari dan dirubah fungsinya menjadi Taman Wisata Curug Dago dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 575/ Kpts/Um/8/1980. Pada kurun waktu tahun 1980 hingga tahun 1984 atas dasar prakasa dan Sesepuh Jawa Barat diantaranya Bapak Mashudi serta hasil kajian teknis pakar lingkungan dan ITB dan UNPAD dan dukungan pemerintah pada waktu itu mengusulkan agar fungsi kawasan hutan TWA Curug Dago ditingkatkan sebagai Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dalam upaya untuk menghargai dan mengabadikan Pahlawan Nasional dan Tatar Sunda yang diharapkan jiwa dan semangat nasionalismenya akan menjadi suritauladan untuk generasi yang akan datang. Maka berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1985 dan peresmiannya dilakukan pada tanggal 14 Januari 1985 bertepatan dengan kelahiran Bapak Ir. H. Djuanda, maka kawasan hutan TWA Curug Dago secara resmi dirubah fungsinya menjadi Taman Hutan Raya lr. H. Djuanda.
VISI & MISI TAHURA IR. H. DJUANDAVisi pengembangan Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah :“Terciptanya pengembangan pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang berwawasan lingkungan untuk mewujudkan kelestarian hutan sebagai sistem penyangga kehidupan bagi kesejahteraan rakyat ”. Misi Pengembangan Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah :•Meningkatkan kontribusi pemanfaatan kawasan hutan melalui pariwisata alam untuk kepentingan konservasi, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.•Mengoptimalkan distribusi manfaat pariwisata alam bagi para pihak.•Meningkatkan kesadaran dan pemahaman pentingnya manfaat sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bagi kehidupan umat manusia.•Meningkatkan pengembangan produksi aneka pariwisata alam.•Menciptakan mekanisme keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan, pengelolaan dan kemitraan dengan para penyelenggara pariwisata alam.
FUNGSI TAHURA IR. H. DJUANDA
Taman Hutan Raya diharapkan mempunyai fungsi: -Perlindungan sistem penyangga kehidupan, -pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa asli atau bukan asli -keunikan panorama alam asrinya dapat dimanfaatkan secara lestari untuk konservasi, koleksi, edukasi, rekreasi dan secara tidak langsung-meningkatkan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya dan PAD Propinsi Jawa Barat.
Secara harfiah tertuang dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai fungsi sebagai koleksi tumbuhan dan satwa, baik jenis asli maupun bukan asli untuk dimanfaatkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan, budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi
Ekosistem alami ( Darat )•Hutan hujan tropisKawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan hutan alam sekunder dan hutan tanaman yang mempunyai potensi flora cukup variatif, terdiri dari tumbuhan tinggi dan tumbuhan rendah. Untuk tumbuhan tinggi didominasi oleh jenis pinus sedangkan untuk tumbuhan rendah didominasi oleh lumut dan pakis sehingga berfungsi sebagai laboratorium alam (arboretum). Taman hutan raya ir. H djuanda memiliki suhu yang sejuk dan cukup dingin, kelembapannya tinggi, curah hujannya tinggi, terdiri dari berbagai tanaman greencover sampai tanaman kanopi dan memiliki keanekaragaman hayati.
BENTUK- BENTUK EKOSISTEM
EKOSISTEMEkosistem Alami ( perairan )• Curug DagoCurug Dago merupakan sebuah objek wisata Air terjun di bandung yang memiliki ketinggian air sekitar 12 m saja dan berada pada ketinggian sekitar 800 meter diatas permukaan laut. Terbentuknya curug ini berasal dari aliran sungai Cikapundung yang mengalir dari Maribaya dan memasuki kota Bwisata Curug Dago menyimpan jejak sejarah dari Kerajaan Thailand. Tidak jauh dari air terjun, terdapat dua buah prasasti batu tulis bekas peninggalan sejarah pada tahun 1818 M. Menurut penafsiran dari para ahli sejarah, dua prasasti tersebut merupakan peninggalan dari Raja Rama V atau Raja Chulalonkorn dan Raja Rama VII atau Pradjathipok Pharaminthara yang berasal dari dinasti Chakri dan pernah berkunjung ke Curug Dago.andung.
• Curug OmasCurug Omas lokasinya terletak di dalam Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda di kawasan wisata Maribaya. Curug ini mempunyai ketinggian air terjun kurang lebihnya sekitar 30 meter dengan kedalaman air sekitar 10 m yang berada pada aliran sungai Cikawari. Di atas air terjun ini terdapat sebuah jembatan yang bisa digunakan untuk melintas serta melihat air terjun dari atas.
BENTUK-BENTUK
CURUG DAGO CURUG OMAS
EKOSISTEMEkosistem Buatan• Goa Jepangsetelah Jepang masuk ke Indonesia, tentara Jepang kemudian mengambil alih tempat ini dan membangun gua lainnya sebagai basis pertahanan mereka tidak jauh dari gua Belanda. Jepang menggunakan tenaga kerja paksa sehingga konon tidak sedikit korban yang berjatuhan selama pembuatan gua ini. Saat Jepang menyerah terhadap tentara sekutu, tempat ini adalah pertahanan terakhir bagi tentara Jepang yang ada di Bandung. Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, gua inipun terlantar, tertutup oleh semak belukar dan hutan. Sampai kemudian ditemukan kembali pada sekitar tahun 1965, konon pada waktu itu masih banyak ditemukan sisa-sisa peninggalan tentara Jepang seperti senjata dan amunisi di dalamnya.
• Goa BelandaBelanda membuat terowongan ini untuk keperluan saluran air bagi pembangkit listrik tenaga air pertama di Indonesia yaitu PLTA Bengkok. Namun pada perkembangannya, air untuk pembangkit listrik kemudian disalurkan menggunakan pipa-pipa besar, sedangkan terowongan yang membelah bukit tersebut digunakan untuk kepentingan militer khususnya sebagai pusat telekomunikasi. selanjutnya terowongan-terowongan tersebut ditambah sehingga di dalamnya terdapat ruangan-ruangan lain termasuk penjara dan tempat interogasi.
GOA BELANDA GOA JEPANG
Komponen Hutan•Lapisan teratas (emegergent layer) terdiri dari pohon-pohon yang tingginya mencapai lebih dari 80 m, tumbuh menjulang tinggi dan tidak saling bersentuhan.•Lapisan Kanopi (canopy layer) terdiri dari pohon-pohon dengan ketinggian 30-40 m dengan tajuk beraturan, rapat dan saling bersentuhan sehingga menaungi tanaman yang ada di bawahnya.
•Lapisan bagian bawah kanopi (subcanopy layer) terdiri dari pohon yang memiliki tinggi 18-40 m dan biasanya pohon pada lapisan ini memiliki sifat tahan terhadap naungan.•Lapisan semak (shrub layer) terdiri atas pohon yang lebih rendah dengan cabang banyak dan sangat rapat.•Lapisan herbs (herb layer) tumbuh dekat tanah seperti bunga, rumput, dan lain-lain.•Lapisan lantai hutan (floor layer) yang terdiri dari tumbuh¬-tumbuhan penutup tanah dengan tinggi 0-1 m.
KOMPONEN HUTAN
Hutan di kawasan ini merupakan vegetasi campuran yang terdiri dari 40 famili, 112 species diantaranya berasal dari luar negeri seperti pohon sosis (kegelia aethiopica)
dari afrika, Mahoni Uganda (khaya anthoteca) dari Afrika barat, Pinus Meksiko (pinus montecumae) berasal dari Meksiko, cengal pasir (hopea odorata) dari
Burma, Cedar Hondura (cedrela maxicum m roem) dari Afrika Tengah dan lain sebagainya, sedangkan yang berasal dari dalam negeri diantaranya : Pinus (pinus
merkusi jung), Bayur Sulawesi (pterospermum celebicum) dari Sulawesi, Kayu manis (cinnamonum burmanii) dari daerah Jawa Barat, Damar (agathis damara)
dari Maluku, Cemara Sumatera (casuarina sumatrana) dari Sumatra, dan lain-lain.
Selain itu terdapat berbagai jenis binatang yang tinggal di dalamnya antara lain Musang (Paradoxurus herma paproditus), Tupai (Callosciurus notatus), Kera (Macaca insularis) serta berbagai jenis burung seperti Kepondang (Oriolus chinensis), Kutilang (Pycnontus caferaurigaster), Ayam hutan (Gallus gallus
bankiva), babi hutan, monyet, keleawar ( dalam goa jepang dan belanda) dan beberapa spesies lainnya.
BIOTIK
ABIOTIKTANAH TAHURAUnsur tanah yang
terkandung di areal Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
didominasi andosol, sebagian kecil gramasol
yang peka terhadap erosi.
SINAR MATAHARITidak terlalu banyak
sinar matahari karena banyaknya tanamana kanopi yang menutupi
masuknya cahaya matahari langsung di
tahura.
AIRSumber air yang berada di Taman Hutan Raya Ir.
H. Djuanda adalah sungai Cikapundung yang membentang
sepanjang 15 km dan lebar rata-rata 8 meter dengan debit air sekitar
3.000 m³/detik.
TOPOLOGI TAHURASebagian besar kawasan
merupakan ekosistem pinggir sungai (Riparian
ecosystem), pada umumnya kondisi
lapangan miring, dengan kelerengan (slope) agak curam sampai dengan
terjal, dengan ketinggian ± 770 dpl sampai
dengan ± 1350 m di atas permukaan laut.
SUHU suhu berkisar antara 22° C – 24° C (di lembah) dan berkisar 18° C – 22° C (di
puncak). Curah hujan rata-rata pertahun 2.500
– 4.500 mm/tahun.
Interaksi dalam Ekosistem Netral
Netral adalah hubungan tidak salingmengganggu antarorganisme dalam habitatyang sama yang bersifat tidak menguntungkandan tidak merugikan kedua belah pihak,disebut netral. Contohnya : di tahura sepertiburung dengan kelelawar.
ParasitismeMerupakan hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya. Contoh : jamur yang menempel pada batang pohon di tahura.
Ket: jamur menumpang hidup dan mengambil nutrisi dari pohon sedangkan pohon batangnya
rusak oleh jamur.
MutualismeMuatualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, interaksi antara kupu – kupu dan bunga yang ada di tahura.
KomensalismeMerupakan hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya, semut yang membuat sarang dibatang pohon.
Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat.Interaksi dalam Ekosistem
Interaksi Antar Komunitas
SIKLUS HIDROLOGI
EVAPORASI (PENGUAPAN)Penguapan terjadi ketika keadaan fisik air berubah dari keadaan cair
menjadi gas.
KONDENSASIKondensasi adalah proses dimana uap air mengalami perubahan
keadaan fisik paling sering dari uap, menjadi cairan. Uap air mengembun ke partikel udara kecil untuk membentuk embun, kabut,
atau awan.
TRANSPIRASITranspirasi, yaitu proses pelepasan uap air dari tumbuh-
tumbuhan melalui mulut daun dan batangnya.
Evapotranspirasi,yaitu proses evaporasi dan transpirasi secara bersama-sama.
PRESIPITASIPresipitasi, yaitu segala bentuk curahan dari atmosfer ke bumi
yang meliputi hujan, hujan es, dan hujan salju.
RUN OFFRun off, yaitu pergerakan aliran air di permukaan tanah melalui aliran selokan, kanal, sungai, dan anak sungainya.
INFILTRASIInfiltrasi, yaitu perembesan dan pergerakan
air ke dalam tanah.
Zona penyangga (buffer zone) merupakan area yang mengelilingi zona inti. Zona ini bisa dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak mengeksploitasi sumber daya alam, seperti pendidikan, rekreasi, ekowisata dan penelitian. Contohnya seperti hutan yang ada di sekitarnya, curug Dago dan curug Omas.
Zona inti (core area) merupakan kawasan yang dilindungi untuk konservasi. Di zona ini hanya diperbolehkan kegiatan penelitian yang tidak merusak dan kegiatan lain yang berdampak rendah, seperti pendidikan. Sepeti goa Jepang dan goa Belanda mnejadi tempat edukasi.
Zona transisi ( transition area) merupakan area yang mengelilingi zona penyangga. Di dalam zona ini diperbolehkan kegiatan pertanian, pemukiman dan pemanfaatan lain. Untuk mengelola zona transisi harus ada kerjasama berbagai pemangku kepentingan seperti masyarakat, ilmuwan, lembaga swadaya masyarakat, pemerhati ekonomi dan pemangku kepentingan lainnya. Contohnya adanya pedagang-pedagang kaki lima, atau tempat makan sperti restoran di sekitar tahura.
ZONASI TAHURA
PERMASALAH EKONOMI• Permasalahan ekonomi yang ada di tahura adalah mengenai masalah
biaya masuk yang sudah dibayar tetapi ketika sudah di dalam terkena biaya lagi dari masyarakat sekitar seperti parkir, masalah inflasi harga yang cukup signifikan seperti harga makanan, minuman, dan penyewaan seperti senter yang terlampau sangat jauh dari harga normal.
PERMASALAHAN EKONOMI• Masalah yang tidak kalah penting adalah masalah transportasi
seperti ojek yang harganya selalu berubah tergantung dari turis yang datang ke tahura misalnya seperti turis domestik yang asli bandung, turis domestik dari luar bandung, dan turis asing semuanya pasti harganya akan berubah. Seharusnya pengelola harus bekerja sama dengan masyarakat untuk membuat suatu sistem ekonomi yang tepat.
PERMASALAHAN SOSIAL BUDAYA• Permasalahan sosial budaya di tahura adalah pekerjanya
adalah masyarakat itu sendiri yang kurang memadai seperti tour leader, petugas, dan masyarakat sekitar yang membuka warung perorangan disekitar area tahura yang membuat tidak adanya peraturan yang jelas untuk membuka usaha di tahura, dan tindakan vandalisme yang dilakukan oleh pengunjung yang tidak bertanggung jawab.
PERMASALAHAN SOSIAL BUDAYA• sehingga ada beberapa bangunan
warung yang terbengkalai bahkan sudah tidak layak, dan menjadi merusak keindahan di tahura. Seharusnya pengelola tahura juga harus ikut masuk untuk mengelola ukm di tahura dan merapkan standar kualitas yang baik
• Dan sudah ada beberapa masyarakat yang membuka usaha dengan baik dan mengikuti standar yang sudah di tetapkan oleh pemiliknya
PERMASALAHAN LINGKUNGAN• Permasalahan lingkungan di tahura adalah masalah
pembukaan lahan di hutan untuk membuka perkebunan, pembangunan wilayah wisata, dan juga beberapa untuk membangun perumahan di daerah dago. Bahkan beberapa masyarakat juga ada yang jual beli lahan tanpa sepengetahuan dari pemda bandung.
PERMASALAHAN LINGKUNGAN• Akibat dari pembukaan lahan itu tejadi
longsor dan erosi di beberapa titik di tahura karena kurangnya daerah resapan air, kurangnya daerah resapan air juga berdampak kepada seluruh di daerah bandung sehinnga di beberapa daerah bandung terjadi banjir. Dari pembukaan lahan tersebut juga menyebabkan global warming, dan juga kurangnya perhatian masyarakat dalam menjaga lingkungan.
• Walaupun masyarakat sudah diberikan binaan oleh PERHUTANI dengan baik dalam skema pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM). Tetapi tetap masih ada masyarakat yang melanggar.
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF KEGIATAN WISATA BAGI LINGKUNGAN
• Dampak PositifSejak berkembangnya isu pemanasan global mulai ramai disemarakan, maka mulailah diperkenalkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan mudah di daur ulang, penggunaan bahan daur ulang ini dibuat kerajinan tangan. Setelah itu masih ada dampak yang semakin meluas yaitu semakin luasnya pada pemeliharaan lingkungan, selain membuka lapangan pekerjaan baru dimasyarakat , dan menjadi salah satu tindakan nyata dalam upaya pembelajaran menjaga lingkungan di TAHURA.
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF KEGIATAN WISATA BAGI LINGKUNGAN
• Dampak NegatifPembukaan lahan rekreasi wisata alam, dan wisata minat khusus, perkebunan, dan pembangunan lainnya memberikan gangguan besar terhadap kehidupan flora dan fauna liar. Selain itu adanya alih fungsi lahan sebagai sarana pendukung perkembangan pariwisata mengakibatkan banyak lahan produktif yang hilang dan tergantikan oleh bangunan beton, alih fungsi lahan tersebut juga mengakibatkan terganggunya proses penyerapan air yang bisa mengakibatkan banjir.
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF KEGIATAN WISATA BAGI LINGKUNGAN
• Dampak NegatifMasalah pencemaran lingkungan juga menjadi masalah yang sangat besar yaitu, pencemaran udara yang berada di kota kota besar dampaknya terasa langsung di daerah wisata seperti TAHURA yang dimana gas yag dapat merusak lapisan ozon dan menghasilkan bahan kimia di udara yang dapat menyebabkan hujan asam yang bebahaya bagi kehidupan di TAHURA. Pencemaran air juga semakin meningkat akibat pestisida, pupuk, dan bahan kimia lainnya yang digunakan dalam upaya meningkatkan keindahan fasilitas kepariwisataan.
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF LINGKUNGAN DTW BAGI KEGIATAN WISATA
• Dampak PositifDampak positif lingkungan DTW terhadap kegiatan wisata adalah dimana para turis akan lebih memahami dan mempelajari arti dari sebuah PARIWISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN. Baik turis maupun petugas yang ada di TAHURA akan lebih menjaga dari kelestarian lingkungan bahwa kawasan TAHURA itu sangat penting bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup. Dengan bantuan dari pemerintah dengan melakukan pembinaan tentang PARIWISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN.
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF LINGKUNGAN DTW BAGI KEGIATAN WISATA
• Dampak NegatifDampak negatif lingkungan bagi kegiatan wisata adalah petugas dan UKM tidak mementingkan pelestarian lingkungan karena mereka hanya mementingkan ekonominya saja tanpa memikirkan turis dan keadaan sekitar, dan membiarkan turis melakukan tindakan apapun yang dapat merusak lingkungan. Petugasnyapun sama tidak mementingkan keadaan lingkungannya. Seharusnya pengelola dan pemerintah melakukan perekrutan dengan cara pelatihan agar memiliki SDM yang mempuni, dan harus meningkatkan pengawasan di daerah sekitar TAHURA untuk mencegah tindakan pengrusakan lingkungan.
ANALISIS SWOTSTRENGTH
• Dukungan dari pemerintah melalui eksistensi kementerian Kehutanan
• Perangkat peraturan perundang-undangan serta kebijakan Pemerintah Indonesia yang terkait dengan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya serta lingkungan hidup.
• Potensi kawasan tahura yang merupakan ekosistem unik serta keanekaragaman hayati yang ada didalamnya
• Memiliki daya tarik wisata yang lengkap, hutan, danau, sungai, dan goa
• Aksesibilitas yang mudah dari kota Bandung
ANALISIS SWOTWEAKNESS
• Lemahnya peran serta dan kelembagaan masyrakat, terutama masyarakat sekitar kawasan.
• Masih lemahnya dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi• Kekurangan sumberdaya manusia, dalam menerapkan konservasi
dan perlindungan terhadap kawasan.
ANALISIS SWOTOPPORTUNITIES
• Dukungan lembaga-lembaga kemasyarakatan di tingkat lokal terhadap pelestarian sumber daya alam dan lingkungan
• Potensi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya yang unik, langka, dan bernilai ekonomi tinggi serta tingginya minat masyarakat lokal dan manca negara.
• Peluang investasi ke kawasan konservasi dalam rangka pengembangan wisata alam.
• Tingginya minat wisatawan terhadap kegiatan wisata outbound
ANALISIS SWOTTHREATS
• Masih tingginya tingkat kerawanan kawasan, baik dari aktifitas penebangan liar dan perdagangan kayu illegal, perambahan kawasan, kebakaran hutan dan kegiatan pertambangan tanpa izin.
• Kondisi perekonomian masyarakat yang masih sangat bergantung pada ketersediaan sumber daya alam di dalam kawasan.
• Daya dukung lingkungan yang terbatas untuk akumulasi kegiatan wisata yang lebih besar, yang akan berdampak pada penurunan kualitas fisik lingkungan alam dan daya tarik obyek wisata itu sendiri.
• Keberadaan habitat satwa dari ancaman kepunahan