1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

download 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

of 27

Transcript of 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    1/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Fisika Zat Padat adalah bagian dari ilmu fisika yang mempelajari struktur dan

     berbagai sifat fisika dari suatu bahan (zat) dalam fasa padat. Fasa padat adalah suatu fasa

    dimana atom-atomnya menempati posisi yang tetap. Kebanyakan elemen kimia pada suhu

    ruang adalah bahan dengan fase padat. Secara umum, terdapat dua jenis zat padat yaitu

    kristal dan amorf. Kristal adalah satu jenis zat padat yang memiliki struktur kimia dengan

    tingkat keteraturan dan kesetangkupan yang tinggi (long range order ) pada seluruh

    volumenya. Sedangkan amorf adalah jenis zat padat dimana strukturnya tidak memilikiketeraturan dan kesetangkupan yang tinggi pada seluruh volumenya. Pada buku ajar ini,

    akan dibahas zat padat berjenis kristal dengan tingkat keteraturan dan kesetangkupan yang

    tinggi. Sifat-sifat fisis yang akan dibahas meliputi berbagai struktur kristal, gaya ikat dan

    ikatan atom di dalam kristal serta kisi kristal. Dibahas pula konsep panas jenis sebagai

    fungsi dari suhu menurut Einstein dan Debye, konsep elektron bebas dalam kristal, teori

     pita energi dan penerapan teori pita energi ini pada bahan semikonduktor serta

    menghubungkan teori pita energi dengan dinamika elektron dalam logam. Pada akhir

     bagian buku ini, dibahas sekilas tentang konsep kemagnetan serta berbagai contoh bahan

    magnet serta aplikasinya.

    Kompetensi yang ingin dicapai setelah mempelajari buku ajar ini adalah memiliki

    kemampuan untuk menganalisis struktur, sifat dan perilaku elektron dalam suatu zat padat.

    Untuk mencapai kompetensi di atas, pembaca diharapkan dapat:

      Menjelaskan konsep struktur kristal.

      Menjelaskan konsep gaya ikat dan ikatan atom dalam kristal.

      Menjelaskan konsep panas jenis sebagai fungsi dari suhu menurut Einstein dan

    Debye.

      Menjelaskan konsep elektron bebas dalam kristal.

      Menunjukkan teori pita energi dan berbagai model yang mendasarinya.

    Menerapkan teori pita energi pada bahan semikonduktor.

      Menerapkan dan menghubungkan teori pita energi dengan dinamika elektron dalam

    logam.

      Menunjukkan konsep kemagnetan dan aplikasinya.

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    2/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    2

    Organisasi dari materi pengantar fisika zat padat, diperlihatkan dalam Gambar 1.1.

    TPU : Setelah menyelesaikan mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat, mahasiswa akan

    dapat menganalisis struktur, sifat dan perilaku elektron dalam suatu zat padat dengan

    benar ( C-4, P-4, A-4 ).

    Menunjukkan teori pita energi dan

    berbagai model yang mendasarinya

    Menunjukkan konsep kemagnetan

    dan aplikasinya (C-3, P-3, A-3)

    Menerapkan dan menghubungkan

    teori pita energi dinamika elektron

    dalam lo am C-4 P-3 A-4

    Menerapkan teori pita energi

    pada bahan semikonduktor

    Fisika Modern

    Menjelaskan konsep elektron

    bebas dalam kristal (C-2, P-3, A-3)

    Menjelaskan konsep panas jenis

    sebagai fungsi dari suhu menurut

    Einstein dan Debye (C-2, P-3, A-2)

    Menjelaskan konsep struktur

    krista menjelaskan konsep

    Menjelaskan konsep gaya ikat

    dan ikatan atom dalam kristal

    Gambar 1.1: Organisasi materi Pengantar Fisika Zat Padat

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    3/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    3

    BAB 2

    STRUKTUR KRISTAL

    2. 1 Kisi Kristal

    Zat padat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kristal dan amorf. Kristal adalah zat

     padat yang memiliki struktur yang terdiri dari atom dan gugus-gugusnya dengan tingkat

    keteraturan dan kesetangkupan yang tinggi. Sedangkan zat padat yang atom-atomnya

    tidak memiliki tingkat keteraturan disebut amorf.

    Kristal yang ideal adalah kristal yang memiliki struktur kristal dengan tingkat

    kesetangkupan unit atom yang tak berhingga dalam seluruh volume kristalnya serta tidak

    memiliki cacat geometrik. Unit atom yang dimaksud dapat berupa atom tunggal atau

    kumpulan dari beberapa atom yang disebut basis. Basis tersebut melekat pada posisi-posisi

    tertentu dengan titik-titik posisi yang disebut kisi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

    struktur dari sebuah Kristal merupakan penjumlahan antara kisi dengan basisnya (Struktur

    Kristal = Kisi + Basis). Contoh sederhana penjumlahan kisi dengan basis yang

    menghasilkan struktur kristal digambarkan pada Gambar 2.1. 

    Gambar 2.1: Contoh terbentuknya struktur kristal yang berasal dari penjumlahan kisi dan basis.

    Kumpulan kisi khusus yang semua kisinya memiliki pola geometri yang sama disiebut kisi

    Bravais. Pola susunan kisi pada kisi Bravais ini dapat dibedakan menjadi tiga sesuai

    dengan tingkat dimensinya yaitu kisi satu dimensi, kisi dua dimensi dan kisi tiga dimensi.

    Kisi satu dimensi yaitu pola pengulanagn kisi yang berada pada satu garis lurus satu

    dimensi baik pada arah sumbu x, y atau z.

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    4/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    4

    Kisi dua dimensi yaitu pola pengulangan kisi pada dua dimensi. Pada umumnya

    terdapat 5 jenis pola pengulangan pada kisi dua dimensi ini yaitu kisi genjang, kisi bujur

    sangkar, kisi heksagonal, kisi segi panjang dan kisi segi panjang berpusat.

    Kisi tiga dimensi yaitu pola pengulangan kisi dalam ruang tiga dimensi ( space lattice).

    Terdapat 7 sistem kristal dalam ruang tiga dimensi yaitu triklinik, monoclinik,

    orthorhombik, tetragonal, kubik, trigonal dan heksagonal.

    Tabel 1 memperlihatkan 7 sistem kristal dalam ruang tiga dimensi beserta geometri

    selnya. Panjang, lebar dan tinggi dari sistem kristal ini dituliskan dengan simbol a, b dan c.

    Sedangkan sudut-sudutnya dituliskan dengan simbol  ,    dan  .

    Tabel 1: Tujuh sistem kristal dalam ruang tiga dimensi beserta geometri selnya.

    Sistem kristal Unit sel Sudut

    Triklinik a  b  c           

    Monoklinik a  b  c    =   = 90o     

    Orthorhombik a  b  c    =   =   = 90o 

    Tetragonal a = b  c    =   =   = 90o 

    Kubik a = b = c    =   =   = 90o 

    Trigonal a = b = c    =    =   < 120o,  90o 

    Heksagonal a = b  c    =    = 90o,   = 120o 

    Di dalam ruang tiga dimensi, terdapat 5 tipe dasar pengulangan kisi yaitu kisi

     primitive  (P), kisi body-centered   (I), kisi base-centered   (C), kisi  face-centered   (F), kisi

    rhombohedral primitive (R).

    Berikut adalah penjelasan dari ke-5 tipe dasar kisi tersebut.

    1. Kisi Primitive (P)

    Kisi Primitive (P) adalah tipe kisi dimana titik-titik kisi hanya terdapat pada titik-titik

    sudut kristal. Tipe kisi  primitive  terdapat pada hampir semua sistem krisal yaitu sistem

    kristal triklinik, monoklinik, orthorhombik, tetragonal, kubik, heksagonal.

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    5/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    5

    2. Kisi Body-centered (I)

    Kisi  Body-centered  (I) adalah tipe kisi dimana titik-titik kisi terletak pada setiap

    sudut kristal ditambah titik pada pusat sel. Tipe kisi ini terdapat pada sistem kristal

    monoklinik, orthorombik, tetragonal dan kubik.

    3. Kisi Base-centered (C)

    Kisi  Base-centered (C) adalah tipe kisi dimana titik-titik kisi terletak pada setiap

    sudut kristal ditambah dua titik pada permukaan atas dan bawah setiap sel. Tipe kisi ini

    hanya terdapat pada sisitem kristal orthorombik.

    4. Kisi Face-centered  (F)

    Kisi Face-centered  (F) adalah tipe kisi dimana titik-titik kisi terletak pada setiap sudut

    kristal ditambah dengan titik-titik pada semua pusat bidang permukaan kristal. Tipe kisi ini

    terdapat pada sistem kristal orthorombik dan kubik.

    5. Kisi Rhombohedral pr imi tive (R)

    Kisi Rhombohedral primitive (R) adalah tipe kisi dimana titik-titik kisi terletak pada

    setiap sudut kristal yang khusus berbentuk rhombohedral. Tipe kisi ini hanya terdapat pada

    sisitem kristal trigonal.

    Jika kita hitung dari variasi sistem kristal dan tipe kisi, jumlah kisi Bravais pada

    sistem tiga dimensi adalah 14 jenis. Tabel 2 memperlihatkan 14 jenis kisi Bravais lengkap

    dengan gambar berdasarkan pembagian sistem kristal dan tipe kisinya. Sistem kristal

    Triklinik dan Heksagonal hanya memiliki tipe kisi P. Sistem kristal Monoklinik dan

    Tetragonal memiliki dua tipe kisi yaitu tipe P dan I. Sistem kristal Orthorombik memiliki

    kemungkinan 4 tipe kristal yaitu P, I, C dan F. Sistem kristal Kubik memiliki 3 tipe kristal

    yaitu P, I dan F, sedangkan sistem kristal Trigonal memiliki satu tipe kristal yaitu tipe R.

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    6/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    6

    Tabel 2: 14 jenis gambar kisi Bravais beserta kelompok sistem kristal dan tipe kisinya.

    Sistem Kristal Primitive (P) Body-centered (I)  Base-centered

    (C)

    Face-centered  (F)  Rhombohedral

    primitive (R)

    Triklinik

    Monoklinik

    Orthorhombik

    Tetragonal

    Kubik

    Trigonal

    Heksagonal

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    7/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    7

    2.2 Geometri Kisi Kristal dan Kisi Resiprok

    Arah orientasi bidang yang dibentuk dari titik-titik kisi Bravais sangat menetukan

    sifat dari suatu kristal. Oleh sebab itu diperlukan sistem penomoran yang dapat

    merepresentasikan setiap bidang yang ada pada suatu kristal. Seorang ilmuwan Inggris

    yaitu W. H. Miller memperkenalkan sistem pengkodean bidang kristal yang kemudian

    diberi nama indeks Miller. Indeks Miller merupakan suatu pengkodean, pendefinisian atau

     penamaan untuk melihat orientasi dari suatu permukaan. Indeks Miller mendefinisikan set

     permukaan yang paralel antara satu dengan yang lainnya. Indeks Miller tidak

    mendefinisikan bidang berdasarkan koordinat, tapi melihat keseluruhan orientasi bidang.

    Hal ini menyebabkan bidang yang memiliki arah orientasi yang sama akan tergabung

    dalam satu kelompok yang sama. Misalnya arah suatu titik dari titik asal (0, 0, 0) adalah (a,

    b, c). Jika kita memiliki bidang lain yang jarak dari titik asalnya 2 kali dari (a, b, c) maka

    dapat ditulis (2a, 2b,  2c). Arah bidang ini akan sama dengan arah bidang (a, b,  c).

    Sehingga arah bidang (1, 0, 0) akan memiliki implikasi yang sama dengan arah bidang (2,

    0, 0) atau (3, 0, 0).

    Indeks miller ditulis dalam kurung tanpa menggunakan symbol koma. Setiap arah orientasi

     bidang dikodekan dengan tiga jenis integer yaitu (h k l ). Proses penggkodean

    menggunakan aturan indeks Miller ini dilakukan dengan proses pembalikkan domain

     posisi menjadi domain orientasi. Proses pembalikkan domain ini menghasilkan suatu nilai

    kisi yang disebut kisi resiprok (kisi balik). Kisi resiprok inilah yang kemudian

    menggambarkan arah orientasi dari setiap bidang pada kristal.

    Cara menentukan indeks Miller adalah sebagai berikut:

    1.  Menenentukan titik potong antara bidang yang bersangkutan dengan sumbu-sumbu ( x, y, z )

    atau sumbu-sumbu primitif dalam satuan konstanta kisi (a, b, c) 2.  Menentukan kebalikan (resiprok) dari titik potong antara bidang dengan sumbu-sumbu

    tersebut. 

    3.  Menentukan tiga bilangan bulat (terkecil) yang mempunyai perbandingan yang sama 

    4.  Indeks Miller diperoleh dari proses bagian 3 diatas dengan indeks (h k l ) 

    5.  Bila terdapat nilai h, k, atau l yang negatif, maka indeks tersebut dituliskan dengan garis

    di atasnya ℎ̅  , artinya h bernilai negatif.Contoh penentuan indeks Miller untuk bidang pada Gambar 2.2 adalah sebagai berikut

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    8/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    8

    Gambar 2.2: Bidang yang memotong sumbu x, y, z masing-masing pada skala 2, 2 dan 3.

    1. Menentukan titik potong antara bidang dengan sumbu  x, y, z.  Bidang ABC memotong

    sumbu-sumbu: 2 di titik A untuk sumbu x,  2 di titik B sumbu y,  3 di titik C sumbu z. 

    Maka titik potong antara bidang dengan sumbu x, y, z  (intercept) dapat dituliskan sebagai:

    (2, 2, 3).

    2. Menentukan resiprok dari intercept di atas adalah , , .3. Menentukan tiga bilangan bulat terkecil dari bilangan resiprok diatas. Misal masing-

    masing dikali dengan bilangan bulat 6, maka resiprok diatas menjadi (3, 3, 2). Maka Indeks

    Miller untuk bidang pada Gambar 2.2 adalah (3 3 2).

    Contoh lain untuk bidang kubus sederhana seperti diperlihatkan pada Gambar 2.3 adalah

    sebagai berikut:

    Gambar 2.2: Bidang BCGF yang memotong sumbu y.

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    9/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    9

    1. Perpotongan bidang BCGF dengan sumbu x, y, z  adalah ∝ di sumbu x, 1 di sumbu  y, ∝ di sumbu z  

    2. Resiproknya:∝ ,

    ,

    ∝  0, 1, 0

     

    3. Tiga bilangan bulat terkecil dari bilangan resiprok 0, 1, 0 adalah (0, 1, 0)

    4. Indeks Millernya: (0 1 0)

    Tanda {0 1 0} menyatakan kumpulan bidang-bidang yang sejajar dengan bidang (0 1 0).

    Sama halnya dengan Bidang ADHE yang sejajar dengan bidang BCGF, maka indeks

     bidang ADHE adalah {0 1 0} begitu juga dengan bidang ABCD sejajar dengan bidang

    EFGH, maka bidang ABCD adalah {0 0 1}, dan seterusnya. Jadi, apabila bidangnya

    menempel di sumbu, indeksnya akan sama dengan indeks bidang yang sejajar dengannya.

    Menentukan dhkl 

    dhkl adalah jarak antar bidang pada suatu kristal. Resiprok untuk dhkl ini disimbolkan oleh

    . Persamaan resiprok ruang untuk dhk  dalam arah ̂ adalah sebagai berikut:  2̂  

    Persamaan dhkl untuk kristal dengan sistem orthogonal dapat dijabarkan sebagai persamaan

     berikut ini:

    1  ℎ

     

      

     Sedangkan persamaan dhkl untuk kristal dengan sisitem kubik adalah:

    1  ℎ     

    Contoh soal:Suatu unit cell berbentuk kubik memiliki nilai indeks Miller (1 1 0) dan panjang a=5,2 A

    (0,52 nm). Tentukan nilai dhkl nya!

    Jawab:

    1  ℎ     

       0,521  1  0

     

      0,368 × 10−.

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    10/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    10

    2.3 Difraksi Sinar –  X 

    Difraksi sinar-X (X-ray difractions/XRD) merupakan metode karakterisasi yang

    memanfaatkan sifat dari sinar-X yang memiliki panjang gelombang 0.01-10 nm untuk

    mengidentifikasi arah bidang kisi pada suatu kristal dengan cara mengamati interferensi

    konstruktif yang dihasilkan pada sudut tertentu. Sinar-X merupakan radiasi

    elektromagnetik yang memiliki energi tinggi sekitar 200 eV sampai 1 MeV. Difraksi sinar-

    X juga dapat digunakan untuk menentukan ukuran partikel. Difraksi sinar-X terjadi ketika

    suatu basis dalam suatu kristal teradiasi secara koheren, menghasilkan interferensi

    konstruktif pada sudut tertentu. Dasar dari penggunaan difraksi sinar-X untuk mempelajari

    arah bidang kisi kristal adalah berdasarkan persamaan Bragg :

    n λ = 2 d sin θ  ; n = 1,2,… 

     λ  adalah panjang gelombang sinar-X yang digunakan, d   adalah jarak antara dua bidang

    kisi, θ  adalah sudut antara sinar datang dengan bidang normal, dan n  adalah bilangan bulat

    yang disebut sebagai orde interferensi.

    Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X dijatuhkan pada suatu bahan

    kristal, maka bidang kristal itu akan mendifraksikan sinar-X kristal tersebut. Sinar yang

    didifraksikan akan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah

     puncak difraksi pada sudut θ   tertentu. Makin banyak bidang kristal yang terdapat dalam

    sampel, makin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul

     pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu

    tiga dimensi. Puncak-puncak yang telah didapatkan dari data pengukuran kemudian

    dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X untuk hampir semua jenis material. Standar ini

    dikenal sebagai JCPDS ( Joint Committee on Powder Difraction Standards). Gambar 2.4

    meperlihatkan proses hamburan pada Kristal berdasarkan hokum Bragg.

    Gambar 2.4: Proses hamburan pada kristal berdasarkan hukum Bragg

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    11/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    11

    XRD difraktometer memiliki 3 buah komponen utama, yaitu pembangkit sinar-X,

    tempat bahan ( sample holder ) dan detektor. Prinsip kerja difraktometer sinar-X dimulai

    ketika pembangkit sinar-X menghasilkan radiasi ektromagnetik, yang kemudian

    ditembakkan ke bahan yang akan diuji. Sinar-X yang dihamburkan bahan akan ditangkap

    oleh detektor yang kemudian dioleh menjadi beberapa informasi yang dapat

    diintrepertasikan dan dihitung untuk mendapatkan informasi struktur kristal dari bahan

    tersebut. Dari proses pengukuran yang dilakukan, dapat diperoleh beberapa informasi

    antara lain sebagai berikut:

    1.  Posisi puncak difraksi pada sudut θ  tertentu, jarak antar bidang (d hkl ), struktur

    kristal dan orientasi dari sel satuan (d hkl ) struktur kristal dan orientasi dari sel

    satuan.

    2.  Intensitas relatif puncak difraksi, memberikan gambaran tentang posisi atom

    dalam sel satuan.

    3.  Bentuk puncak difraksi

    4.  Jarak antar bidang (d hkl )

    Contoh data hasil XRD untuk bahan superkonduktor dipelihatkan pada Gambar 2.5.

    Gambar 2.5: Contoh data XRD untuk bahan superkonduktor

    10 20 30 40 50 60 70

    2

    In

    tensity

    (arb.units)

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    12/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    12

    Contoh soal perhitungan sudut Bragg pada suatu sistem kristal pada suatu percobaan.

    Hitunglah sudut bragg pada kristal kubik dengan unit cell a = 6 A, untuk bidang (2 2 1)

    dengan panjang gelombang 1,54 A.

    Jawab:

    1  ℎ     

        62  2  1   2  2    2 Untuk n=1

     1 × 1,542 × 2   0,385 

    22,64°  

    Untuk n=2

     2 × 1,542 × 2   0,77  50,35°  Jadi sudut Bragg untuk Kristal ini adalah   22,64°  dan   50,35°  

    Daftar Bacaan:

    Birkholz, M., 2006, Thin Film Analysis by X-Ray Scattering . WILEY-VCH Verlag GmbH

    & Co. KGaA, Weinheim.

    Kittel, C., 2005, Introduction to Solid State Physics, John Wiley and Sons, Inc, 8th edition.

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    13/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    13

    BAB 3

    GAYA IKAT

    3.1 Gaya ikat

    Pada umumnya zat padat merupakan zat yang memiliki struktur yang stabil.

    Kestabilan struktur zat padat ini disebabkan oleh susunan atom-atom dalam kristal berada

     pada kedudukan dengan enrgi potensial sistem minimum. Pada banyak atom, nilai energi

     potensial minimum dapat dengan cepat terpenuhi dengan cara barikatan dengan atom lain.

    Sebagai contoh kristal Natrium Clorida (NaCl) memiliki struktur yang lebih stabil

    dibandingkan dengan sekumpulan atom-atom bebas dari Na dan Cl. Hal ini menunjukkan

     bahwa energi atom-atom bebas penyusun kristal lebih besar daripada energi kristalnya.

    Ikatan antar atom sangat berhubungan erat dengan jarak antar atom dan besarnya

    energi yang diperlukan untuk mengikat atom-atom tersebut. Energi yang diperlukan untuk

    mengikat dua atau lebih atom dinamakan energi ikat. Energi ikat ini sebenarnya adalah

     pendekatan untuk menggambarkan gaya ikat antar atom. Seperti halnya dalam bahasan

    fisika klasik, dua atom akan saling mengikat jika gaya tarik menarik antar dua atom tesebut.

    Selain itu adanya gaya tolak antar atom karena jenis muatan dan adanya larangan pauli,

     berkontribusi pada energi potensial yang terbentuk dalam kristal pada saat terjadi ikatan

    atom.

    Besarnya energi potensial yang berasal dari gaya tarik dan gaya tolak antar atom

    dituliskan dengan persamaan

    V    ar  br Vr  = energi potensial total

    a = konstanta tarik menarik

     b = konstanta tolak-menolak

    r = jarak antar atom

    m, n = konstanta karakteristik jenis ikatan dan tipe struktur. Nilai m adalah 1 untuk jenis

    ion dan m = 6 untuk jenis molekul. Konstanta n tergantung dari konfigurasi elektron.

    Konstanta ini disebut juga eksponen Born. Misal untuk unsur He yang konfigurasi

    elektronnya 1 s2, nilaki konstanta n adalah 5. Sedangkan Ne dengan konfigurasi 2 s2 2 p6,

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    14/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    14

    nilai konstanta n adalah 7. Nilai konstanta n unsur lain dapat diperoleh dari berbagai

    referensi.

    V   

     disebut juga Vtarik yaitu energi potensial yang terkait dengan gaya tarik antar

    atom.

    V   disebut juga Vtolak  yaitu energi potensial yang terkait dengan gaya tolak antaratom.

    Gambar 3.1: Kurva perubahan energi potensial (V) terhadap jarak antar antar atom (r).

    Gambar 3.1 memperlihatkan kurva perubahan energi potensial terhadap jarak antar atom.

    Ikatan yang paling stabil antar atom terjadi pada saat energi potensial minimum yaitu pada

     posisi r o. Pada saat r lebih besar dari r o, kedua atom saling tarik. Sedangkan pada saat r

    lebih kecil dari r o, kedua atom akan saling menolak. Jarak r o dikenal pula dengan istilah

     jarak interatomik setimbang. Gaya tarik dan gaya tolak akan saling menghilangkan pada

    kedudukan r o yang merupakan keadaan setimbang.

    3.2 Ikatan Atom dalam Kristal

    Ikatan kristal merupakan ikatan hasil interaksi antara atom, khususnya elektron terluar dari

    atom-atom bersangkutan. Seperti telah disebutkan pada bagian 3.1, terbentuknya ikatan

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    15/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    15

    atam antar dua atau lebih atom ditentukan oleh keadaan yang dapat menghasilkan nilai

    energi potensial yang minimum. Beberapa cara untuk mendapatkan nilai energi potensial

    minimum adalah sebagai berikut :

    1)  Penyesuaian jenis muatan total yang dimiliki masing-masing atom

    2)  Penyesuaian konfigurasi elektron paling luar dari masing-masing atom

    3)  Penempatan atom-atom pembentuk kristal menurut susunan orbital atom yang

    memiliki keberkalaan dan kesatangkupan dalam ruang tiga dimensi yang berukuran

    tidak berhingga.

    Ikatan kristal terbagi dua kategori yaitu katagori ikatan utama atau primer dan katagori

    ikatan sekunder. Kategori ikatan utama adalah jenis ikatan yang sangat kuat. Ikatan utama

    ini terdiri dari tiga macam ikatan yaitu ikatan ionik, ikatan kovalen, dan ikatan logam.

    Katagori ikatan sekunder yaitu ikatan hydrogen dan ikatan van der waals. Konfigurasi

    yang stabil dari gas mulia menjadi konfigurasi yang cenderung untuk dicapai oleh unsur-

    unsur lain dalam membentuk ikatan atom.

    3.2.1 Katagori Ikatan Utama

    3.2.1.1 Ikatan Ionik

    Ikatan ionik terbentuk dari hasil interaksi elektrostatik antara atom/ion yang

    memiliki muatan yang berbeda yaitu ion positif dan negatif. Contoh ikatan ionik yaitu

    kristal NaCl yang terbentuk dari interaksi elektrostatik antara ion Na+ dengan Cl-. Kation

    (Na+) bereaksi dengan anion (Cl-) membentuk Natrium Klorida (NaCl) yang bermuatan

    netral. NaCl memiliki kofigurasi elektron yang lebih stabil dibandingkan dengan kedua ion

     pembentuknya. Persamaan sederhana reaksi kimianya adalah sebagai berikut:

     Na+ + Cl- → NaCl 

    Ikatan ionik biasanya terjadi antara atom-atom yang mudah melepaskan elektron

    (logam-logam golongan utama) dengan atom-atom yang mudah menerima elektron

    (terutama golongan VIA den VIIA). Contoh lain ikatan ionik adalah CaCl2, MgBr2, BaO

    dan FeS.

    3.2.1.2 Ikatan Kovalen

    Ikatan kovalen atau disebut juga ikatan homopolar adalah ikatan yang terbentuk

    karena adanya pemakaian bersama pasangan elektron. Terbentuknya ikatan kovalen karenaadanya kecenderungan dari berbagai atom untuk mencari keadaan stabil dimana energi

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    16/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    16

     potensialnya paling minimum. Konfigurasi yang paling stabil itu adalah konfigurasi

    elektron gas mulia. Oleh sebab itu beberapa atom saling berikatan untuk membentuk

    konfigurasi elektron gas mulia.

    Contoh paling sederhana adalah ikatan antara dua atom H. Atom H memiliki

    konfigurasi elektron 1 s1. Satu elektron dari masing-masing atom H saling berbagi untuk

    mendapatkan konfigurasi paling stabil 1 s2 seperti diperlihatkan pada Gambar 3.2.

    Gambar 3.2: Contoh ikatan kovalen pada molekul hidrogen (H2).

    Konfigurasi elektron yang dihasilkan setelah terbentuknya ikatan menyebabkan

    ikatan kovalen pada suatu molekul atau kristal sangat kuat. Contoh kristal yang terbentuk

    dari ikatan kovalen adalah ZnS, GaSh, InAs dan SiC.

    3.2.1.3 Ikatan logam

    Ikatan logam hampir mirip dengan ikatan valensi. Ikatan logam terbentuk akibat

    adanya elektron valensi yang merupakan elektron bebas yang dapat bergerak di seluruh

    kristal. Elektron bebas ini dapat bertindak sebagai pengikat antar kation yang berada

     berdekatan pada suatu kristal. Namun demikian, ikatan logam ini bukanlah ikatan yang

     berarah seperti halanya ikatan kovalen. Ikatan logam merupakan ikatan yang tidak berarah.

    Hal ini disebabkan elektron bebas yang bergerak dapat menempati posisi dimanapun pada

    kristal. Unsur-unsur pada table periodik pada umumnya adalah logam yang dapat menjadimolekul yang besar berupa padatan. Bila dua atom logam saling mendekat, maka akan

    terjadi tumpah tindih antara orbital-orbitalnya sehingga membentuk suatu orbital molekul.

    Semakin banyak atom logam yang saling berinteraksi, maka semakin banyak tumpang

    tindih orbital yang akan terjadi.

    3.2.2 Katagori Ikatan Sekunder

    3.2.2.1 Ikatan Hidrogen

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    17/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    17

    Ikatan hidrogen terjadi ketika sebuah atom hidrogen yang memiliki satu buah

    elektron berikatan dengan atom lain seperti atom N, O, atau F yang mempunyai pasangan

    elektron bebas. Hidrogen dan atom N atau O atau F akan berinteraksi membentuk suatu

    ikatan hidrogen dengan besar energi ikatan sekitar 0,1 eV. Kekuatan ikatan hidrogen ini

    dipengaruhi oleh perbedaan elektronegativitas antara atom-atom dalam molekul tersebut.

    Semakin besar perbedaannya, semakin besar ikatan hidrogen yang terbentuk. Pada air

    (H2O), terjadi dua ikatan hidrogen pada tiap molekulnya. Akibatnya jumlah total ikatan

    hidrogennya lebih besar daripada asam florida (HF).

    3.2.2.2 Ikatan Van Der Waals

    Atom-atom gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe) dapat membentuk suatu ikatan kristal

    lemah. Ikatan kristal tersebut terjadi akibat adanya interaksi elektrostatis anatara dipole-

    dipole listrik yang muncul karena adanya distorsi yang sangat kecil pada distribusi

    elektronnya. Interaksi antar dipole inilah yang menghasilkan gaya tarik-menarik antar atom

    gas mulia yang disebut gaya Van der waals. Gaya ini sangat lemah, namun demikian,

    keberadaan gaya ini menyebabkan munculnya ikatan atom yang disebut ikatan Van der

    waals. Selain pada gas mulia, ikatan ini juga ditemukan pada beberapa ikatan molekul

    organic.

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    18/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    18

    BAB 4

    KAPASITAS PANAS

    4.1 Getaran Termal Kristal dan Kuantitas Energinya

    Pada Bab 2, telah dibahas bahwa kristal tersusun oleh basis atom-atom yang “diam”

     pada posisinya di titik kisi. Sesungguhnya, diatas suhu mutlak 0 K, atom-atom dan kisi

    tersebut tidaklah diam, tetapi bergetar pada posisi kesetimbangannya. Getaran atom-atom

    dan kisi diatas suhu mutlak tersebut adalah sebagai akibat dari energi termal yang dimiliki

    atom-atom terkait dengan gejala termal. Sifat termal kristal tersebut di dekati secara teori

    melalui studi tentang kapasitas panas zat padat pada volume tetap (C V). Nilai CV  sebagai

    fungsi dari suhu dianalisis dan dijelaskan dengan berbagai eksperimen, teori dan model.

    Kapasitas panas suatu zat padat dapat dirumuskan sebagai perubahan energi terhadap

    suhu yang dapat dituliskan dengan persamaan :

    C  ∆∆ Analisis nilai Cv berdasarkan kuantitas dari energinya pertama kali dikemukan oleh

    Dulong dan Petit tahun 1819. Dulong dan Petit meninjau getaran atom-atom dan kisi zat

     padat sebagai osilator harmonik. Satu getaran atom dan kisi identik dengan sebuah osilator

    harmonik. Osilator harmonik merupakan suatu konsep dalam mekanika klasik yang

    menggambarkan sebuah massa m yang terkait pada sebuah pegas dengan tetapan pegas k.

    Untuk osilator harmonik satu-dimensi, energinya dapat dirumuskan :

    E E  E E 12 mv  12 kx 

    Energi rata-rata untuk setiap energi pada kaidah klasik dirumuskan sebagai kT sehingaenergi total rata-ratanya menjadi

    E   kT kT= kT dengan k B adalah tetapan Boltzmann dan T adalah suhu osilator. Selanjutnya, karena atom-

    atom dalam kristal membentuk susunan tiga-dimensi, maka setiap kilomol kristal mamiliki

     NA  atom yang berosilasi dalam tiga-dimensi, sehingga energi dalamnya adalah sebagai

     berikut

    E N12 mv  12 kx  12 mv  12 ky  12 mv  12 kz 

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    19/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    19

    E N12 kT 12 kT 12 kT 12 kT 12 kT 12 kT E 3NkT 3RT 

    R adalah konstanta gas yang berasal dari Nk . Dengan demikian kapasitas panasnyaadalah :C  dEdT  3R 

    Hasil ini menunjukkan bahwa kapasitas panas zat padat tidak bergantung pada suhu dan

     berharga 3R. Jika hasil ini dibandingkan dengan hasil percobaan, dapat diketahui bahwa

    nilai 3R untuk kapasitas panas zat padat, hanya berlaku untuk suhu tinggi. Sedangkan

    untuk suhu rendah, hasi percobaan menunjukkan adanya kebergantungan nilai kapasitas

     panas terhadap suhu. Beberapa teori dan model kemudian muncul untuk menjelaskan

    kebergantungan nilai Cv terhadap suhu padaa suhu rendah.

    4.2 Kapasitas Panas Menurut Einstein 

    Einstein pada tahun 1907 mengemukakan teori tentang kapasitas panas dengan

    menganggap getaran atom-atom dan kisi dalam kristal sebagai osilator-osilator bebas yang

     bergetar tanpa saling mempengaruhi. Energi masing-masing osilator dirumuskan sebagai

    energi diskrit E  n   ω  nℏω. En  adalah energi osilator, n adalah bilangan bulat 0,1, 2, 3 dan seterusnya, h adalah tetapan planck dan ω adalah frekuensi sudut dari setiaposilator. Pada tingkat dasar n = 0, energi osilator E0 = 0. Tingkat berikutnya n = 1, 2 dan

    seterusnya. Sesuai dengan persamaan energi diskrit diatas, perbedaan energi antar tingkat

    adalah hω. Einstein merumuskan bahwa sebaran energi osilator mengikuti rumusan

    distribusi Boltzman. Sebaran energi osilator untuk harga energi yang diperkenankan

    dirumuskan sebagai berikut :

    fE ∝ exp   EkT Persamaan diatas menyatakan kebolehjadian keadaan dimana energinya dapat ditempati.

    Pada keseimbangan termal, energi rata-rata osilator dengan menggunakan sebaran

    distribusi Boltzman dinyatakan oleh :

    E

     

     ∑   nℏω exp nℏωkT =

    ∑   exp nℏωkT = 

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    20/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    20

    E    ℏωexp ℏωkT 1 

    Selanjutnya, untuk satu mol osilator tiga-dimensi memiliki energi dalam :

    E 3NE    3Nℏωexp ℏωkT 1 

    Dengan menggunakan persamaan untuk kapasitas panas Sehingga kapasitas panasnya :

    C  dEdT Sehingga

    C d   3Nℏωexp ℏωkT 1

    dT  

    C  3R ℏωkT   exp

    ℏωkT{exp ℏωkT 1 }

     

    Dalam model Einstein, didefinisikan suhu karakteristik Einstein (

     Θ) yang

    dirumuskan sebagai Θ ≡  ℏ , sehingga persamaan C dapat dituliskan kembali menjadiC  3R ΘT 

      expΘT 

    exp ΘT  1 

     NilaiC menurut persamaan ini dirumuskan sebagai fungsi dari suhu. Hal ini akanmenghasilkan kurva yang secara kualitatif mendekati kurva eksperimen dalam Gambar 4.1.

    Untuk suhu yang sangat tinggi,   ≪ 1

     atau  → 0,

    maka

    C ≈ 3R. Hasil pada suhu

    tinggi sesuai dengan rumusan klasik Dulong-Petit dan sesuai pula dengan hasil percobaan.

    Untuk T → 0 maka C → 0. Hasil percobaan untuk suhu mendekati 0, menghasilkan nilaikapasitas panas yang mendekati 0 pula.

    Untuk T yang rendah,   ≫ 1, maka

    C ≈ 3R ΘT    exp

    ΘT 

    expΘT 

     ≈ 3RΘT  exp ΘT 

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    21/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    21

    Perhitungan nilai C  untuk suhu rendah ini tidak menghasilkan data yang sama denganhasil percobaan. Hal ini menunjukkan model perumusan C menurut Einstein masih perlu

     perbaikan konsep.

    Gambar 3.1 Kapasitas panas berdasarkan model Einstein (garis putus-putus). Titik-titik

     bulat merupakan data percobaan nilai kapasitas panas untuk intan (diamond) [A. Einstein,

    Ann. Physik 22, 180 (1907)]

    4.3 Kapasitas Panas Menurut Debye

    Dalam model Einstein, atom-atom dianggap bergetar secara independen dari atom di

    sekitarnya. Debye kemudian merumuskan bahwa gerakan atom sebenarnya tidaklah

    independen melainkan saling berinteraksi satu atom dengan atom lainnya. Interaksi antar

    atom tersebut diibaratkan sebagai gelombang mekanik yang menjalar dalam medium zat

     padat sehingga dengan anggapan tersebut, atom-atom akan bergerak secara kolektif.

    Frekuensi getaran atom dianggap bervariasi dari ω = 0 sampai dengan batas tertentu yaitu

    ω= ωD. Batas frekuensi ωD  disebut frekuensi potong Debye. Anggapan ini mengubah

     persamaan dasar Cv menjadi mode osilasi yang kapasitas panas bergantung pada frekuensi

    yang tersebar antara ω = 0 sampai ω= ωD. 

    Energi total getaran atom pada kisi menurut model Debye ini diberikan oleh ungkapan :

    E Eωgω

    dω 

    Eωadalah energi rata-rata osilator yang merupakan fungsi dari frekuensi dalamselang antara ω = 0 dan ω = ωD, g(ω) adalah kerapatan moda getar (density of state) yang

    memenuhi persamaan

    ∫   gω

      dω 3N 

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    22/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    22

    Jika kerapatan moda getar berupa gelombang yang merambat dalam dua arah, maka

    rapat moda getar per satuan volume bahan untuk setiap selang frekuensi adalah

    gω  ω

    2πvφ  v  merupakan kecepatan fasa dari gelombang yang dapat dijabarkan dengan

    kecepatan logitudinal (vL) dan kecepatan transversal (vT), sehingga rapat moda getar per

    satuan volume bahan untuk setiap selang frequensi adalah

    gω  3ω2π  1vL   2v 

    Sehingga

    ∫   gω

      dω 3N  ∫ 

     [

      

    ]

      dω 

    3N  36π  1vL    2vJika kedua ruas dikali dengan 3

     , maka

    3N3 ω  

     36π  1vL  2v 3

    ω  

    9Nω

      3ω

    2π 1vL 

      2v gω Jadi bentuk baru dari gω adalah

    gω  9N  ,sehingga gωdω dapat pula dituliskan

    gωdω  9N ω dω, 

    dengan mendefinisikan energi rata-rata osilator adalah

    Eω    ℏe ℏ  1 

    Energi total menjadi

    E Eωgω

    dω 

    E 9N   ℏ    ω

    e ℏ  1

    dω 

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    23/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    23

    Kapasitas panas dengan rumusan Debye ini dituliskan

    C  dEdT 

    C  9N   ℏ k T−   ωe ℏ

    e ℏ  1

    dω 

    Dengan memisalkan x ≡   ℏ dan  ≡  ℏ  yang disebut juga suhu Debye, maka

    C  9N   ℏ k T−

    kTℏ     xee  1

    dx 

    C  9R T

      xee  1

    dx 

    Pada suhu tinggi yaitu T≫  , e ≅ 1 x, sehingga

      xee  1

    dx x

    dx  13 T 

     

    C  9R   ∫   −   dx=9R      3R 

    Dengan penyederhanaan persamaan tersebut maka nilai kapasitas panas adalah C 3R yang sesuai dengan model klasik Dulong-Petit maupun Einstein pada suhu tinggi.

    Pada suhu rendah (T ≪   ),     akan mendekati tak hingga  → ∞  sehinggaC ∝ T. Hasil ini sangat cocok dengan hasil percobaan baik untuk Cu, Ag, Pb, C maupunmaterial lain yang diujicobakan.

    4.4 Perambatan Gelombang dalam Kristal dan Konsep Fonon

    Seperti telah dijelaskan pada Bagian 4.3 bahwa model dan teori yang dikemukakan

    oleh Debye tentang kapasitas panas suatu zat padat menghasilkan nilai yang sesuai dengan

    hasil percobaan. Model yang dikembangkan oleh Debye terutama menyangkut pada

    getaran termal atom-atom dalam kristal merupakan getaran kolektif yang saling

     berhubungan satu dengan yang lainnya. Sebaran energi yang digunakan untuk

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    24/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    24

    menganalisis getaran kolektif tersebut dihitung dengan menggunakan distribusi Bose-

    Einstein. Konsep kapasitas panas pada suatu zat padat atau kristal yang dikemukakan pada

    Bagian 4.1 sampai 4.3 ini lebih menonjolkan pada konsep getaran atau energi yang

     bersumber dari kalor atau panas (suhu) yang tersimpan dalam kristal. Konsep getaran kisi

     pada kristal dapat pula disebabkan oleh hal lain seperti gelombang elektromagnetik

    ataupun gelombang suara. Namun demikian konsep getaran kisi pada kristal baik yang

    disebabkan panas (getaran termal) ataupun sebab lain adalah sama. Konsep-konsep getaran

    ini dapat menyebabkan terjadinya perambatan getaran yang digambarkan sebagai

     perambatan gelombang dalam kristal. Getaran kisi dan perambatannya dalam kristal

    memunculkan suatu istilah baru yaitu fonon.

    Fonon adalah suatu paket energi yang menggambarkan pergerakan dari getaran

    (perambatan gelombang) dari suatu kisi yang bergetar dengan frekuensi yang sama yang

    ditinjau dari sudut pandang mekanika kuantum. Seperti telah diketahui, pada mekanika

    klasik, perambatan getaran dengan frekuensi yang sama hanya dipandang sebagai peristiwa

     perambatan gelombang biasa. Namun pada tinjauan mekanika kuantum, perambatan

    getaran biasa dipandang memiliki dualisme sifat yaitu gelombang (wave-like) dan partikel

    ( particle-like).  particle-like  inilah yang merupakan inti darikonsep fonon. Bila

    dihubungkan dengan model Debye, energi fonon ini terkuantisasi dalam bentuk E nℏω Dalam hal ini dapat dibayangkan bahwa rambatan gelombang mekanik atau

    gelombang suara identik sengan adanya aliran arus fonon yang membawa energi dan

    momentum dalam jumlah tertentu.

    Jika membahas masalah perambatan fonon, akan sangat mudah membayangkan

    fonon sebagai suatu gas pada suatu ruang tertentu. Pada setiap daerah dalam ruang selalu

    terdapat fonon yang bergerak acak ke segala arah. Penggunaan model gas inimemungkinkan munculnya lintasan bebas rata-rata fonon dan tumbukkan antar fonon.

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    25/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    25

    BAB 5

    ELEKTRON BEBAS

    Seperti telah dijelaskan pada Bab 2, sebuah kristal tersusun dari kisi dan basis yang

    merupakan atom baik berupa atom tunggal ataupun molekul. Secara umum setiap jenis

    atom mengandung elektron-elektron yang mengelilingi sebuah inti seperti yang dijelaskan

    dalam model atom Bohr. Elektron-elektron tersebut dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu

    elektron yang terikat erat pada ikatan atom-atom dan elektron bebas yang lebih dikenal

    dengan nama elektron valensi. Elektron bebas ini dapat bergerak secara bebas di seluruh

    kristal. Elektron yang bebas bergerak tersebut dinamakan elektron bebas. Sedangkan

    elektron yang tidak dapat bergerak bebas, yaitu elektron yang terikat dalam atom maupun

    ikatan antar atom disebut elektron terikat atau elektron domestik.

    Keberadaan elektron bebas pada sebuah kristal menjadi salah satu faktor yang harus

    dipertimbangkan pada perhitungan kapasitas panas suatu zat padat. Teori-teori kapasitas

     panas yang dibahas pada Bab 4 sesungguhnya membahas kapasitas panas zat padat yang

    tergolong non logam dimana elektron-elektron yang menyusun atom-atomnya secara

    umum tergolong ke dalam elektron domestik. Untuk golongan zat padat yang digolongkansebagai logam dimana elektron bebas sangat dominan sebagai penyusun kristal tersebut,

    teori perhitungan kapasitas panasnya harus dirumuskan ulang dengan mempertimbangkan

    keberadaan elektron bebas tersebut.

    Seperti halnya pada pembahasan kapasitas panas pada Bab 4, keberadaan elektron

     bebas yang mempengaruhi berbagai sifat suatu kristal akan ditinjau berdasarkan teori

    klasik yang disebut elektron bebas klasik dan teori kuantum yang disebut elektron bebas

    terkuantisasi.

    5.1 Elektron Bebas Klasik

    Besarnya kapasitas panas pada suhu tinggi atau suhu ruang yagn diungkapkan baik oleh

    Dulong-Petit, Einstein maupun oleh Debye adalah Cv = 3R. Asumsi yang digunakan untuk

    mendapatkan persamaan tersebut adalah bahwa getaran kisi dalam suatu krisal memiliki

    energi termal tertentu. Paket energi dari getaran kisi yang terkuantisasi dikenal dengan

    nama fonon. Nilai Cv  yang dijabarkan oleh Dulong-Petit, Einstein dan Debye tersebut

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    26/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    26

    sebenarnya belum memasukkan nilai energi termal yang tersimpan dalam gerak termal

    elektron bebas. Atau dengan kata lain Cv  tersebut hanya memperhitungkan kehadiran

    fonon sehingga kapasitas panas logam dengan memperhitungkan kehadiran elektron dan

    fonon dapat ditulis sebagai berikut : C  C_  C_ Cv  yang berasal dari kontribusi fonon pada suhu tinggi adalah C_  3R .

    Sedangkan Cv yang berasal dari kontribusi elektron dapat dijabarkan dari energi rata-rata

    elektron pada suhu T dengan jumlah elektron valensi yang disumbangkan oleh satu atom

     pada kristal dilambangkan oleh Z  dituliskan dengan persamaan sebagai berikut: E Z 32 NkT  32 ZRT 

    C_ dapat dirumuskan sebagai berikut C_       ZR.Sehingga Cv yang berasal dari kontribusi fonon dan elektron adalah

    C  C_  C_  3R 32 RZ  3 32 Z  R Nilai Cv tersebut menunjukkan bahwa kapasitas panas suatu kristal yang memiliki elektron

     bebas (yang dapat dikatagorikan sebagai logam) 50 % lebih tinggi dari kristal yang tidak

    memiliki elektron bebas (yang dapat dikatagorikan sebagai isolator). Pada kenyataanya,

     pada suhu tinggi atau suhu ruang, kapasitas panas suatu logam tidaklah berharga satu

    setengah kali dari harga kapasitas panas bahan isolator melainkan hampir sama berharga

    3R. Hal ini menunjukkan bahwa kajian kapasitas panas klasik tersebut belum tepat

    menggambarkan kontribusi dari elektron bebas terhadap kapasitas panas suatu logam.

    5.2 Elektron Terkuantisasi

    Untuk menjelaskan fenomena fisika khususnya konsep kapasitas panas yang

    dihubungkan dengan keberadaan elektron bebas dalam kristal, konsep fisika kuantum

    sangat diperlukan dijabarkan secara jelas dan terperinci. Dua konsep kuantum yang sangat

     penting dalam pembahasan elektron bebas dalam suatu kristal atau zat padat adalah konsep

    kuantisasi energi elektron bebas dan konsep larangan pauli yang dapat membedakan satu

     jenis elektron dengan elektron lainnya berdasarkan bilangan kuantum yang melekat pada

    setiap elektron tersebut.

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    27/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    27

    Elektron bebas yang secara kuantum dipandang memiliki sifat dualistic sebagai benda

    dan gelombang dapat bebas bergerak dalam seluruh volume kristal sebagai gelombang

    deBroglie. Syarat batas Born-von Karmann yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:

    eL  eL  eL  1 L adalah rusuk kristal dan k x, k y, k z adalah vektor propagasi gelombang pada arah x, y

    dan z. Masing-masing vektor propagasi tersebut dapat dijabarkan sebagai:

    k  n L , k  n L , k  n L , dengan n, n, n  adalah bilangan 0, ±1,±2,… 

    Energi elektron dalam ruang k dapat dituliskan sebagai:

    E    ℏ2m k  k  k m adalah massa elektron bebas.

    Jumlah keadaan elektron persatuan volume dengan energi antara E dan (E + E) adalah

    gE∆E   12π 2mℏ    E

     ∆E

     

    Jadi rapat keadaan elektron adalah

    gE    12π 2mℏ    E 

    Konsep rapat elektron ini adalah salah satu konsep penting ketika akan merumuskan

    kapasitas panas yang berasal dari kontribusi elektron bebas.

    Larangan Pauli

    Larangan Pauli menyatakan bahwa tidak ada dua atau lebih elektron dalam satu sistem

    memiliki energi dan bilangan kuantum yang tepat sama. Larangan Pauli dapat dijabarkan

    dengan tepat oleh statistic Fermi Dirac yaitu

    fE   1

    1expE E

    kT  

     

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    28/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    28

    Statistik Fermi Dirac ini memunculkan konsep energi Fermi yang merupakan jumlah

    energi yang dimiliki suatu kristal pada keadaan 0 K.

    Pada T = 0 K, f (E) = 1. Sedangkan pada T selain 0, nilai dapat ditutunkan dari persamaandi atas.

    Jumlah elektron per satuan volume pada T = 0 dituliskan sebagai

    n   13π 2mEℏ    

    Energi total yang dimiliki elektron pada T = 0 dapat dituliskan sebagai

    E gEfE

    dE 

    Karena

    gEdE   12π 2mℏ    E dE, 

    Maka

    E   12π 2mℏ    E dE

      15π 2mℏ  

     E  

    Dengan mensubstitusikan nilai n   ℏ    maka akan diperoleh E   nE Dari persamaan tersebut dapat terlihat bahan elektron dengan harga energi sekitar EF dapat

     berperan pada analisis

    C_. Dalam analisis selanjutnya perlu tinjauan lebih detail

    tentang fungsi Fermi-Dirac tentang energi. Hal ini disebabkan dalam bahasan energi

    kinetik elektron bebas fungsi Fermi Dirac terdapat dalam persamaan energi kinetik yang

    dituliskan dengan persamaan sebagai berikut:

    E  1 f  EgEE  EdE f EgEE  EdE

     

     

    C_  dEdT   dFdTgEE  EdE  dFdT gEE  EdE

     

     

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    29/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    29

    C_  dFdTgEE EdE

     

    Pada suhu rendah   ≪    

    dFdT  E EkT  e−

    1 e−  

    Dengan memisalkan x  −   maka persamaan kapasitas panas hasil kontribusi elektron bebas dapat disederhanakan menjadiC_  gEk T ∫   + dx−      gEk T=  T Sehingga C  C_  C_  BT  AT,dengan A dan B adalah konstanta yang diperoleh dari perumusan C_ dan C_ 5.3 Perilaku Elektron Bebas dalam Logam

    Walaupun model elektron bebas klasik tidak dapat merumuskan dengan benar konsep

    kapasitas panas, namun model ini berhasil menjelaskan pengaruh keberadaan elektron

     bebas tersebut terhadap sifat listrik seperti nilai tahanan jenis listrik (konduktivias termal)

    dari bahan yang memiliki elektron bebas di dalam kristal pembentuknya.

    Elektron bebas yang bergerak sepanjang sebuah bahan yang memiliki panjang L dan

    luas penampang A akan memunculkan konsep arus listrik (I). Dalam bahan yang mengalir

    alru listrik akan timbul medan listrik E. Arus listik yang mengalir dalam suatu penampang

    tersebut memunculkan nilai kerapatan yang dituliskan sebagai J I Hukum Ohm yang menyatakan memperlihatkan hubungan antara kerapatan arus listrik

    dengan medan listrik yang timbul dituliskan dalam bentuk persamaan:

    J σ. E 

    σ adalah besaran yang menunjukkan konduktivitas dari bahan. Besarnya konduktivitas

    adalah berbanding terbalik dengan nilai hambatan (resistivitas) : σ .

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    30/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    30

     Nilai hambatan suatu bahan sangat ditentukan geometri dari bahan itu sendiri.

    Resistivitas merupakan besaran pembanding antara nilai resistansi dengan faktor geometri

    dari suatu bahan.

    R ρL 

    Resistivitas Listrik

    Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa resistivitas listrik

     berbanding terbalik dengan nilai konduktivitasnya. Hambatan yang memunculkan nilai

    resistivitas dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu pertama adanya vibrasi kisi yang

    menyebabkan tumbukan antara elekton bebas dengan fonon, kedua adanya ketidakmurnian

    (impuritas). Jadi nilai resistivitas dapat dituliskan sebagai penjumlahan antara kedua

    komponen tersebut.    =    f  +   i 

    Pada suhu rendah (T

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    31/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    31

    BAB 6

    TEORI PITA ENERGI

    Model elektron bebas yang dijelaskan pada Bab 5, dapat memberikan penjelasan

    yang baik terhadap kapasitas panas dan hambatan listrik bahan logam. Namun demikian,

    seiring dengan perkembangan teknologi dan penemuan berbagai bahan yang memiliki sifat

    listrik yang berbeda-beda, model ini tidak memberikan penjelasan yang jelas terhadap

     berbagai hasil percobaan seperti perbedaan besar konduktivitas atau resistivitas pada logam

    (konduktor), semikonduktor dan isolator. Nilai konduktivitas bahan berada pada rentang

    108  -1m-1  untuk jenis konduktor sampai dengan 10-16  -1m-1  untuk bahan isolator.

    Rentang yang cukup lebar dari nilai resisivitas ini perlu dikaji lebih detail dan tidak bisa

    diterangkan hanya dengan model elektron bebas seperti pada Bab 5. Pada bab ini akan

    dibahas beberapa keadaan elektron dalam kristal yang dapat menjelaskan berbagai keadaan

    zat padat. Model atau teori yang paling cocok untuk menjelaskan rentang yang cukup lebar

    dari nilai resistivitas bahan disebut teori pita energi.

    6.1 KONSEP PITA ENERGI

    Hal yang paling sederhana yang menyebabkan model elektron bebas tidak dapat

    menjelaskan rentang yang lebar dari nilai resistivitas bahan adalah dikarenakan

     penyederhanaan tentang keadaan atom/kristal beserta perilaku elektron valensi. Menurut

    model elektron bebas, atom/kristal tidak memiliki energi potensial yang dapat menghalangi

     pergerakan elektron valensi sehingga elektron valensi ini bebas bergerak dalam kristal dan

    hanya dibatasi oleh permukaan kristal itu sendiri. Tetapi pada kenyaataannya, energi

     potensial pada suatu atom/kristal merupakan fungsi posisi elektron yang dapat bernilai 0

    sampai dengan tak hingga tergantung dari jenis bahannya. Artinya, nilai energi potensial

    ini bergantung pada posisi elektron tersebut di dalam kristal diukur relatif terhadap inti

    atom. Di samping itu, energi potensial itu juga mungkin timbul akibat adanya elektron-

    elektron konduksi lainnya di dalam kristal itu. Jadi keadaan energi potensial yang

    sebenarnya di dalam kristal adalah sangat komplek. Oleh karena itu, beberapa pendekatan

    dilakukan untuk menjelaskan perilaku dan keadaan elektron bebas dalam kristal.

    Salah satu pendekatan untuk menjelaskan perilaku dan keadaan elektron bebas

    dalam kristal itu adalah bahwa energi potensial dari atom-atom dalam kristal merupakan

    fungsi yang periodik dengan perioda sebesar konstanta tertentu. Asumsi ini juga

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    32/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    32

    menganggap bahwa energi potensial akibat elektron-elektron lainnya dalam kristal selain

    elektron valensi adalah konstan. Energi potensial yang periodik itu merupakan landasan

    dari teori pita energi dalam zat padat. Selanjutnya, perilaku elektron di dalam potensial ini

    dijelaskan menjabarkan fungsi gelombang elektron dengan menggunakan pendekatan satu

    elektron. Fungsi gelombang ini mengambarkan kemungkinan gerak elektron di dalam

    energi potensial listrik periodik tertentu yang kemudian dapat secara langsung diketahui

    daerah-daerah yang dapat diduduki oleh elektron dan yang dilarang untuk diduduki oleh

    elektron ini. Daerah-daerah tersebut kemudian digambarkan sebagai pita-pita energi dan

    celah energi yang masing-masing menggambarkan daerah yang dapat diduduki dan tidak

    dapat diduduki oleh elektron.

    Untuk memahami teori dan konsep pita energi, perlu dipelajari teorema dan fungsi

    Bloch, model Kronig-Penney dan model elektron hampir bebas.

    6.2 TEOREMA DAN FUNGSI BLOCH

    Salah satu bagian penting dari teori pita energi yang dapat menyempurnakan bahasan

     perilaku elektron dalam kristal adalah munculnya besaran energi potensial yang dapat

    membatasi pergerakan dari elektron. Felix Bloch adalah ilmuwan swiss yang mencetuskan

    gagasan adanya potensial periodik dan memodifikasi fungsi gelombang elektron bebas

    dengan fungsi potensial periodik tersebut. Bloch menyelesaikan persamaan gelombang

    Schrodinger dengan memasukkan syarat bagi fungsi potensial U (⃗ yang memiliki sifat periodik seperti yang terdapat dalam kristal.

    Persamaan Schrodinger untuk elektron yang bergerak dalam energi potensial yang

    nilainya tetap (U0) dan satu dimensi dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut:

    dxdx  

    2m2

    E U

    x  0 

    Sedangkan jika terdapat potensial periodik U (⃗ seperti yang digagas Bloch, maka bentuk persamaan Schrodinger untuk satu elektron yang berada dalam potensial periodik tersebut

     pada arah ⃗ adalah sebagai berikut:d⃗dr   2m2 E⃗ ⃗  0 

    2

    2m

     d

    dr ⃗

    ⃗  E

    ⃗ 

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    33/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    33

    Bloch menunjukkan bahwa solusi persamaan Schrodinger adalah fungsi gelombang yang

    memiliki periodisitas kisi ⃗ yang dituliskan sebagai berikut:⃗  ⃗e ⃗ 

    fungsi gelombang tersebut dinamakan fungsi Bloch.  Fungsi tersebut harus memenuhi

    syarat batas periodik yaitu:

    ⃗ a   ⃗  dan

    ⃗ a    ⃗  Dengan a adalah vektor translasi kisi. Ini berarti fungsi gelombang   harus sama pada

    titik-titik yang secara fisis adalah ekivalen dalam kisi kristal. Faktor e⃗  dalam fungsiBloch adalah merupakan bentuk persamaan gelombang datar, dengan k   adalah vektor

    gelombang. 

    6.3 MODEL KRONIG - PENEY

    Kronig- Penney memperkenalkan model sumur potensial kotak yang merupakan potensial

     periodik yang dapat menyelesaikan persamaan Schrodinger dalam satu dimensi berikut:

    Gambar6.1 Model sumur potensial kotak yang digagas oleh Kronig-Penney [C. Kittle, Introduction to Solid

    State Physics, pp 168]

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    34/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    34

    Sumur potensial persegi dengan Uo  = 0 memiliki lebar a, dipisahkan oleh penghalang

    energi yang lebarnya b dan tinggi Uo. Luas penghalang b Uo, berubah dari tak berhngga

    sampai nol. Sebagian dari fungsi gelombang bergetar dalam kolam dan meluruh secara

    eksponensial dalam penghalang.

    Persamaan Schrodinger umum dapat dibagi menjadi dua bagian:

    dxdx   2m2 E Ux  0 

    Untuk daerah 0 < x < a

    dxdx   2m2 Ex  0 Untuk daerah -b < x< 0

    dxdx   2m2 E Ux  0 Kedua persamaan di dua daerah tersebut berulang secara periodik diseluruh x. Untuk

    memudahkan penulisan, dua buah besaran rill yang memiliki dimensi vektor gelombang di

    lambangkan oleh  dan  sebagai berikut:

      2m2

      2m

    2

    U  E 

    Sehingga persamaan Schrodinger untuk dua daerah pada sumur potensial tersebut adalahsebagai berikut:

    Untuk daerah 0 < x < a

    dxdx   x  0 Untuk daerah -b < x< 0

    d

    xdx   x  0 

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    35/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    35

    Bentuk penyelesaian dari persamaan ini adalah sebagai berikut:

    Untuk daerah 0 < x < a

      e  e− Untuk daerah -b < x< 0

      e  e− Selanjutnya, dengan membuat asumsi penyederhanaan U → ∞ dan b→ 0  sehingga hasilkali dari Uo b menjadi tertentu dan dapat disesuaikan dan periodisitas kisi menjadi a.

    Dengan menggunakan syarat batas berikut :

    b < x < 0   a < x < a b Maka diperoleh

    A B  

    i

    A B  

    C D 

    Pada x = a, maka dapat dirumuskan persamaan pada batas sumur potensial a dan  –  b

    sebagai berikut:

     e  e−  (e−  e)e+ e  e−  (e−  e)e+ 

    Sehingga dapat dutuliskan kembali

        2sinhbsina coshb cosa cos ka b 

    Dengan penyederhanaan kasus U → ∞ , b→ 0   dan   >> ,  b

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    36/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    36

    Dengan k ±  dapat digambarkan bentuk grafik untuk menggambarkan persamaantersebut sebagai berikut:

    Gambar 6.2 Grafik fungsi persamaan sina cosa coska dari model sumur potensial kotak

    yang digagas oleh Kronig-Penney [C. Kittle, Introduction to Solid State Physics, pp 170]

     Nilai dari cos ka yang dapat diselesaikan adalah cos ka ±1, sehingga persamaaan untukgrafik yang memiliki niai lebih dari 1 atau kurang dari -1, maka grafik tersebut tidak akan

    memiliki bentuk penyelesaian. Dengan kata lain daerah pada Gambar 6.2 yang beradadiatas 1 atau di bawah -1 adalah daerah terlarang yang kemudian disebut sebagai band gap.

    Sedangkan daerah diantara 1 dan -1 adalah daerah yang diperbolehkan terdapat elektron

    didalamnya.

    6.4 MODEL ELEKTRON HAMPIR BEBAS

    Pa sina cosa 

    a

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    37/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    37

    BAB 7

    BAHAN SEMIKONDUKTOR  

    Semikonduktor merupakan material zat padat yang memiliki harga resistivitas

    antara 10-2  –  109 Ω.cm. Terdapat dua jenis tipe semikonduktor yaitu semikonduktor

    intrinsik dan semikonduktor ekstrinsik. Semikonduktor intrinsik merupakan

    semikonduktor murni tanpa atom  pengotor,sedangkan semikonduktor ekstrinsik

    merupakan semikonduktor yang telah diberi atom pengotor. Pemberian atom pengotor

     pada semikonduktor dapat menyebabkan munculnya dominasi muatan  pembawa.Bila

    konsentrasi elektron lebih banyak dari konsentrasi hole maka akan terbentuk

    semikonduktor tipe-n demikian pula sebaliknya bila hole lebih banyak dari elektron

    maka akan terbentuk semikonduktor tipe-p. 

    Material Semikonduktor 

    Bila ditinjau dari sifat listriknya, suatu bahan zat padat dapat dikelompokan

    menjadi beberapa bagian:

    1.  Bahan isolator yang memiliki harga resistivitas antara 1014  –  1022 Ω.cm 

    2.  Bahan semikonduktor yang memiliki harga resistivitas antara 10-2  –  109 Ω.cm 

    3.  Bahan konduktor yang memiliki harga resistivitas 10-5

    Ω.cm

    Salah satu cara untuk menunjukkan perbedaan antara konduktor, semikonduktor,

    dan isolator yaitu dengan penggambaran tingkat-tingkat energi dalam bentuk pita energi

    untuk elektron-elektron dalam bahan. Penggambaran pita energi untuk masing-masing

    material tersebut ditunjukkan pada gambar 1 berikut.

    Gambar 1 Pita energi dari (a) isolator, (b) semikonduktor, dan (c) Konduktor

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    38/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    38

    Ketiga jenis bahan tersebut banyak dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan

    komponen- komponen elektronik, misalnya bahan isolator banyak digunakan sebagai

    lapisan dielektrik pada kapasitor metal-oksida-semikonduktor, bahan semikonduktor

    digunakan sebagai lapisan aktif pada komponen-komponen elektronik maupun

    komponen optoelektronik sedangkan konduktor sering digunakan untuk pembuatan

    kontak pada komponen elektronik.

    Setiap bahan semikonduktor memiliki karakteristik fisis tertentu sehingga dalam

    aplikasinya harus merujuk pada karakteristik fisisnya tersebut sebagai contoh untuk

    aplikasi sensor sinar ultraviolet yang tingkat sensitifitasnya tinggi tentu kita harus

    memilih bahan yang memiliki energi gap yang cukup lebar seperti semikonduktor

    galium nitrida dengan energi gap sekitar 3,4 eV. Kita bisa juga menggunakan bahan

    silikon untuk aplikasi sensor ultraviolet namun divais ini kurang sensitif dibandingkan

     bahan galium nitrida.

    Pada awal perkembangannya bahan semikonduktor yang pertama kali

    dieksplorasi adalah Germanium, namun sampai saat ini bahan semikonduktor yang

     banyak diteliti untuk bahan baku pembuatan divais elektronik maupun optoelektronik

    adalah Silikon dengan pertimbangan bahan silikon cukup melimpah di alam ini dan

    harganya relatif murah. Selain silikon material lain yang banyak dipelajari dan diteliti

    adalah material paduan dari golongan II-VI atau III-V dalam tabel periodik (gambar 1)

     baik binary (paduan 2 unsur) maupun ternary (paduan 3 unsur) seperti ZnO, GaN,

    AlN, InN, GaAs, GaSb, AlGaN, AlGaSb, GaNAs dan sebagainya dimana material-

    material paduan tersebut masing-masing memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri baik

    dari sifat listrik maupun sifat optiknya yang aplikasinya dapat disesuaikan dengan

    karakteristik fisisnya masing-masing.

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    39/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    39

    Gambar 2 Unsur-unsur yang banyak digunakan sebagai bahan semikonduktor

    Model Ikatan atom pada bahan Semikonduktor 

    Kristal semikonduktor tersusun dari atom-atom yang letaknya saling berdekatan

    dan saling berikatan satu sama lain membentuk suatu ikatan kristal yang disebut ikatan

    kovalen. Sebagai ilustrasi dari model ikatan kristal tersebut, di bawah ini digambarkan

    terbentuknya ikatan kristal pada bahan Silikon. Gambar 3a menunjukan ilustrasi ikatan

    kovalen dari atom Silikon pada kondisi temperature nol Kelvin, untuk kasus ini

    setiap atom Silikon menyumbangkan satu elektron untuk tiap pasangan ikatan

    kovalen. Apabila kristal semikonduktor tersebut diberi energi termal dengan kata lain

    temperaturnya dinaikan, maka penambahan energi termal tersebut dapat menyebabkan

     putusnya ikatan kovalen, hal ini dapat membangkitkan pasangan elektron-hole

    dimana elektron tersebut dapat bebas dari keadaan valensi ke keadaan konduksi

    sedangkan kekosongan yang ditinggalkan elektron akan menjadi hole seperti nampak pada

    gambar 3b.

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    40/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    40

    (a)

    (b)

    Gambar 3 Gambaran ikatan kovalen atom silikon pada kondisi (a)

    temperatur nol Kelvin, (b) pada temperatur di atas nol Kelvin

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    41/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    41

    Model Pita Energi Semikonduktor 

    Setiap atom penyusun kristal semikonduktor memiliki sejumlah elektron valensi

     pada kulit terluarnya yang menempati keadaan valensi (gambar 4b), keadaan elektron

    valensi ini memiliki tingkat energi yang besarnya EV. Elektron valensi ini

     berkontribusi pada pembentukan ikatan kovalen antara atom-atom penyusun kristal

    semikonduktor. Sedangkan keadaan dimana elektron sudah terbebas dari ikatan

    kovalen disebut keadaan konduksi dengan tingkat Energi EC (gambar 4a). Apabila

    kristal semikonduktor tersebut temperaturnya dinaikan maka akan ada penambahan

    energi termal yang menyebabkan terputusnya ikatan kovalen yang terbentuk.

    Pemutusan ikatan kovalen ini akan menghasilkan elektron bebas yang sudah dalam

    keadaan konduksi dengan tingkat energi EC. Pada gambar 4c diilustrasikan keadaan

    elektron konduksi dimana setelah terjadinya pemutusan ikatan kovalen, elektron

    valensi pada tingkat energi EV akan berpindah kekeadaan konduksi dengan tingkat

    Energi EC. Selisih antara tingkat energi konduksi dengan tingkat energi valensi ini

    dinamakan energi celah pita (energi gap) dimana energi gap tersebut merupakan

    energi minimal yang

    dibutuhkan untuk memutuskan ikatan kovalen pada kristal semikonduktor.

    (a) (b) (c) Gambar 4.

     Model pita energi bahan semikonduktor  

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    42/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    42

    Tabel 1 Energi gap bahan semikonduktor

    Tipe Semikonduktor 

    Berdasarkan pergerakan pembawa muatan dalam semikonduktor ada tiga cara

    yaitu:

    1.  Eksitasi elektron (semikonduktor instrinsik),2.   Impurity (Semikonuktor ekstrinsik), dan

    3.  Semikonduktor nonstoikiometri.

    1.Eksitasi Elektron (semikonduktor intrinsik). 

    Dalam semikonduktor besar celah pita terlarang (band gap) sedemikian rupa

    sehingga elektron dapat melompati band gap dari pita valensi ke pita konduksi

    dengan energi minimum yang dibutuhkan sama dengan energi gap.

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    43/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    43

    Gambar 5. Energi gap dalam golongan IV (skematik) 

    Pada Gambar 5 terlihat energi gap untuk C (intan), Si, Ge, dan Sn. Jumlah

     pembawa muatan dalam bahan tersebut dalam satu golongan semakinnkebawah akan

    semakin meningkat, akibatnya konduktivitas pun akan meningkat seperti yang

    ditunjukan pada Tabel 2. konduktivitas ini merupakan sifat dari bahan dan tidak

    ditimbulkan oleh ketidakmurnian (impurity). Oleh karena itu disebut semikonduktor

    intrinsic.

    Tabel 2. Energi gap dalam semikonduktor elementer. 

    Elemen Enegi gap (eV) T=20oC Konduktivitas

    C (intan) 

    Si 

    Ge 

    1.1 

    0.7 

    < 10-16

     

    5 x 10-4

     

    Ketiga unsur dalam golongan IV tersebut (Si, Ge, dan Sn) merupakan satu- satunya

    unsur yang bersifat semikonduktor dan memiliki struktur Kristal yang sama. Selain itu

    ada pula senyawa campuran golongan III ( B, Al, GA, In) dengan golongan V (N, P, As,

    Sb) memiliki sifat sebagai semikonduktor dan memiliki srtruktur yang sama misalnya

    SiC,AlSb, GaN,InAs, Zns dan contoh senyawa lainnya (van Vlack, 1994).

    Pada material semikonduktor khususnya semikonduktor intrinsik, eksitasi elek tron 

    ter  jadi melewati bandgap dari pita valensi ke pita konduksi. Contohnya pada

     pem bentuk an  ik atan  atom Si (silikon). Senyawa silikon memiliki band gap sebesar 1,12

    eV . Jika senyawa silikon tersebut diberi energi termal atau diberi energi cahaya yang

    lebih besar atau sama dengan 1,12 eV, maka elektron dari tingkat valensi akan tereksitasi

    ke tingkat konduksi.

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    44/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    44

    Gambar 6. Diagram pita energi pada silikon

    2.  Impurity (semikonduktor ekstrinsik). 

    Ketidakmurnian dalam semikonduktor akan mempengruhi jumlah

     pembawa muatan dalam semikonduktor  sehingga akan mengubah

    konduktivitasnya. Pemberian pengotor (dopant ) dapat menyebabkan munculnya

    tingkat energi baru dalam energi  gap. Perubahan tingkat energi ini dapat digolongkan

    menjadi dua bagian tingkat energi yaitu tingkat akseptor dan tingkat donor. Tingkat

    akseptor merupakan tingkat energi yang muncul di ujung atas tingkat valensi, karena

    dapat menerima elektron yang meninggalkan pita valensi. Sedangkan tingkat donor

    merupakan tingkat energi yang muncul di ujung bawah pita konduksi, karena tingkat ini

    dapat memberikan elektron ke tingkat konduksi.

    Gambar 7. Pemberian dopant pada struktur band gap semikonduktor

    memunculkan tingkat energi baru yaitu tingkat donor dan tingkat akseptor

    Adanya pengotor (dopan) dapat mengubah nilai konduktivitas dan resistivitasnya.

      T ip e N

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    45/69

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    46/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    46

    elektron bebas karena generation akibat agitasi termal. Hole menjadi pembawa muatan

    mayoritas dan elektron bebas sebagai pembawa muatan minoritas.

    Untuk semikonduktor ekstriksik baik tipe-n maupun tipe-p konduktivitas

    ekstrinsik tidak akan naik terus menerus dengan kenaikan temperatur dan akan

    dijumpai pada suatu keadaan dimana nilai konduktivitanya konstan. Hal itu

    diakibatkan karena proses pengurasan donor dan penjenuhan akseptor.

    3.  SemikonduktorNonstokiometri . 

    Pada keadaan ini hampir mirip dengan semikonduktor ekstrinsik, hanya saja

    disebabkan oleh ketidakmurnian hal yang lainnya yaitu pengaruh dari cacat sebagai

    hasil dari stoikiomeri. Elektron dan hole semikonduktor nonstoikiometri tereksitasi

    dalam pita konduksi dan valensi sebagai hasil reduksi dan oksidasi.

    Pada cacat yang diakibatkan oleh stoikiomerti kristal akan menimbulkan celah

     pita terlarang antara pita valensi dan konduksi. Celah pita terlarang tersebut akan

     bertidak sebagai perangkap elektron atau hole. Elektron dan hole yang berada pada

    celah pita terlarang  dapat  loncat ke pita konduksi jika mendapat energi tambahan

    walaupun energinya lebih kecil dari energi gap (Reka Rio, 1999)

    Tipe arus listrik pada Semikonduktor

    Keberadaan elektron dan hole pada semikonduktor akan mempengaruhi

    karakteristik listrik pada bahan tersebut. Ada dua jenis arus listrik yang terjadi pada

    semikonduktor yaitu arus hanyut (drift) dan arus difusi.

    1.  Arus Hanyut (Drift)

    Ketika semikonduktor diberi medan listrik E, maka partikel-partikel bermuatan dalam semikonduktor tersebut akan bergerak (hanyut) dengan laju yang

     berbanding lurus dengan medan listriknya.

    2.  Arus Difusi

    Arus difusi terjadi akibat adanya perbedaan konsentrasi muatan pembawa. Arus

    difusi akan mengalir dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke daerah yang memiliki

    konsentrasi rendah

     Band gap

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    47/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    47

    Pergerakan pembawa muatan intrinsik  

    Proses transport dalam bahan semikonduktor

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    48/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    48

    BAB 8

    DINAMIKA ELEKTRON DALAM LOGAM 

    Dalam bab ini kita akan mencurahkan perhatian kita pada elektron dan kebebasangeraknya diantara atom-atom.Logam dengan ikatannya yang lemah dengan elektron

    valensi, merupakan konduktor listrik dan penghantar panas yang baik. Konduktivitas ini

    terjadi karena hanya diperlukan energi sedikit saja untuk mengaktifkan elektron yang

    terdelokalisir kelevel konduksi. Sebaliknya, elektron memerlukan energi yang cukup besar

    untuk mengatasi sela energi yang besar dalam isolator. Semikonduktor mempunyai sela

    energi yang lebih besar dari pada isolator, sehingga terdapat sejumlah elektron untuk

    konduksi

    1.1. Pembawa muatan

    Berbagai bahan yang dapat digunakan oleh ahli tehnik dan ilmuwan mempunyai

    konduktivitas (tahanan, karena   = 1/) dengan nilai yang berbeda-beda. Pada gambar

    5.1 kita lihat bahwa umumnya bahan dibagi dalam tiga golongan : Konduktor,

    semikonduktor dan isolator. Logam masuk golongan pertama, karena memiliki elektron

    yang terdelokalisir yang bebas bergerak melalui seluruh struktur. Keramik dan bahan

    polimer yang memiliki elektron yang terikat dengan kuat dan ion-ion yang tidak berdifusi

    termasuk kelompok isolator. Fungsinya ialah mengisolir konduktor yang berdekatan.

    Belum lama berselang hanya kedua ujung spektrum dianggap berguna. Namun sekarang

    bagian tengah, kelompok semikonduktor menjadi sangat penting, bahkan merupakan

    pokok bahasan dalam bab ini

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    49/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    49

    Gambar 1.1. Spektrum konduktivitas (dan tahanan), Semikonduktor komersil terletak

    antara 10+4 dan 10-4 ohm-1m-1.

    Orbital molekul LCAO 

    Fungsi gelombang elektron dalam suatu atom disebut orbital atom. Karena

    kebolehjadian menemukan elektron dalam orbital molekul sebanding dengan kuadrat

    fungsi gelombang, peta elektron nampak seperti fungsi gelombang. Suatu fungsi

    gelombang mempunyai daerah beramplitudo positif dan negatif yang disebut cuping

    (lobes). Tumpang tindih cuping positif dengan positif atau negatif dengan negatif dalam

    molekul akan memperkuat satu sama lain membentuk ikatan, tetapi cuping positif dengan

    negatif akan meniadakan satu sama lain tidak

    membentuk ikatan. Besarnya efek interferensi ini mempengaruhi besarnya integral

    tumpang tindih dalam kimia kuantum.

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    50/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    50

    Dalam pembentukan molekul, orbital atom bertumpang tindih menghasilkan

    orbital molekul yakni fungsi gelombang elektron dalam molekul. Jumlah orbital molekul

    adalah jumlah atom dan orbital molekul ini diklasifikasikan menjadi orbital molekul

    ikatan, non-ikatan, atau antiikatan sesuai dengan besarnya partisipasi orbital itu dalam

    ikatan antar atom. Kondisi pembentukan orbital molekul ikatan adalah sebagai berikut

    [Syarat pembentukan orbital molekul ikatan]

    (1) Cuping orbital atom penyusunnya cocok untuk tumpang tindih.

    (2) Tanda positif atau negatif cuping yang bertumpang tindih sama.

    (3) Tingkat energi orbital-orbital atomnya dekat.

    Kasus paling sederhana adalah orbital molekul yang dibentuk dari orbital atom A

    dan B dan akan dijelaskan di sini. Orbital molekul ikatan dibentuk antara A dan B bila

    syarat-syarat di atas dipenuhi, tetapi bila tanda salah satu orbital atom dibalik, syarat ke-2

    tidak dipenuhi dan orbital molekul anti ikatan yang memiliki cuping yang bertumpang

    tindih dengan tanda berlawanan yang akan dihasilkan ( Gambar 2.15). Tingkat energi

    orbital molekul ikatan lebih rendah, sementara tingkat energi orbital molekul anti ikatan

    lebih tinggi dari tingkat energi orbital atom penyusunnya.

    Semakin besar selisih energi orbital ikatan dan anti ikatan, semakin kuat ikatan.

    Bila tidak ada interaksi ikatan dan anti ikatan antara A dan B, orbital molekul yang

    dihasilkan adalah orbital non ikatan. Elektron menempati orbital molekul dari energi

    terendah ke energi yang tertinggi. Orbital molekul terisi dan berenergi tertinggi disebut

    HOMO (highest occupied molecular orbital ) dan orbital molekul kosong berenergi

    terendah disebut LUMO (lowest unoccupied molecular orbital ). Ken'ichi Fukui

    (pemenang Nobel 1981) menamakan orbital-orbital ini orbital-orbital terdepan ( frontier ).

    Bila dua fungsi gelombang dari dua atom dinyatakan dengan φA dan φB, orbital

    molekul adalah kombinasi linear orbital atom (linear combination of the atomic orbitals(LCAO)) diungkapkan sebagai

    ψ = CAφA + CBφB 

    hanya orbital-orbital atom kulit elektron valensi yang digunakan dalam metoda orbital

    molekul sederhana. Pembentukan orbital molekul diilustrasikan di bawah ini untuk kasus

    sederhana molekul dua atom. Semua tingkat di bawah HOMO terisi dan semua tingkat di

    atas LUMO kosong.

    Dalam molekul hidrogen, H2, tumpang tindih orbital 1s masing-masing atom

    hydrogen membentuk orbital ikatan σg bila cupingnya mempunyai tanda yang sama dan

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    51/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    51

    antiikatan σu bila  bertanda berlawanan, dan dua elektron mengisi orbital ikatan σg

    (Gambar 2.18).

    Dalam molekul dua atom periode dua, dari litium Li2 sampai flourin F2, bila

    sumbu z adalah sumbu ikatan, 1σg dan 1σu dibentuk oleh tumpang tindih orbital 2s dan

    2σg dan 2σu dari orbital 2pz dan 1πu dan 1πg dari 2px, dan 2py. Tingkat energi orbital

    molekul dari Li2 sampai N2 tersusun dalam urutan 1σg < 1σu < 1πu < 2σg < 1πg < 2σu

    dan elektron menempati tingkat-tingkat ini berturut-turut dari dasar. Contoh untuk molekul

     N2 dengan 10 elektron valensi ditunjukkan di Gambar 2.19.

    Karena urutan orbital agak berbeda di O2 dan F2, yakni orbital 2σg lebih rendah

    dari 1πu, orbital molekul untuk O2, diilustrasikan di Gambar 2.20. Elektron ke-11 dan 12

    akan mengisi orbital 1πg  yang terdegenerasi dalam keadaan dasar dan spinnya paralel

    sesuai aturan Hund dan oleh karena itu oksigen memiliki dua elektron tidak berpasangan.

    Orbital molekul dua atom yang berbeda dibentuk dengan tumpang tindih orbital

    atom yang tingkat energinya berbeda. Tingkat energi atom yang lebih elektronegatif

    umumnya lebih rendah, dan orbital molekul lebih dekat sifatnya pada orbital atom yang

    tingkat energinya lebih dekat. Oleh karena itu, orbital ikatan mempunyai karakter atom

    dengan ke-elektronegativan lebih besar, dan orbital anti ikatan mempunyai karakter atom

    dengan ke-elektronegativan lebih kecil.

    Misalnya, lima orbital molekul dalam hidrogen fluorida, HF, dibentuk dari orbital

    1s hidrogen dan orbital 2s dan 2p fluor, sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 2.21.

    Orbital ikatan 1σ mempunyai karakter fluorin, dan orbital 3σ anti ikatan memiliki karakter

    1s hidrogen. Karena hidrogen hanya memiliki satu orbital 1s, tumpang tindih dengan

    orbital 2p fluor dengan karakter π  tidak efektif, dan orbital 2p fluor menjadi orbital

    nonikatan. Karena HF memiliki delapan elektron valensi, orbital nonikatan ini menjadi

    HOMO.Dalam karbon monoksida, CO, karbon dan oksigen memiliki orbital 2s dan 2p yang

    menghasilkan baik ikatan sigma dan pi, dan ikatan rangkap tiga dibentuk antar atomnya.

    Walaupun 8 orbital molekulnya dalam kasus ini secara kualitatif sama dengan yang

    dimiliki molekul yang isoelektronik yakni N2 dan 10 elektron menempati orbital sampai

    3σ, tingkat energi setiap orbital berbeda dari  tingkat energi molekul nitrogen. Orbital

    ikatan 1σ memiliki karakter 2s oksigen sebab oksigen memiliki ke-elektronegativan lebih

     besar. Orbital antiikatan 2π dan 4σ memiliki karakter 2p karbon ( Gambar 2.22).

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    52/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    52

    Metoda VB dikembangkan lebih lanjut oleh ilmuwan Amerika termasuk John

    Clarke Slater (1900-1978) dan Linus Carl Pauling (1901-1994). Namun, kini metoda

    orbital molekul (molecular orbital, MO) jauh lebih populer. Konsep dasar metoda MO

    dapat dijelaskan dengan mudah dengan mempelajari molekul tersederhana, ion molekul

    H2+

    Gambar 3.7 Ion molekul hidrogen. Spesi ini adalah molekul terkecil, terdiri atas dua proton dan satu

    elektron.

    Fungdi gelombang sistem ini didaptkan dengan mensubstitusi potensialnya

    kedalam persamaan 2.21. Bila elektronnya di sekitar inti 1, pengaruh inti 2 dapat diabaikan,

    dan orbitalnya dapat didekati dengan fungsi gelombang 1s hidrogen di sekitar inti 1.

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    53/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    53

    Demikian pula, bila elektronnya di sekitar inti 2, pengaruh inti 1 dapat diabaikan, dan

    orbitalnya dapat didekati dengan fungsi gelombang 1s hidrogen di sekitar inti 2.

    Kemudian kombinasi linear dua fungsi gelombang 1s dikenalkan sebagai orbital

    molekul pendekatan bagi orbital molekul H2. Untuk setiap elektron 1 dan 2, orbital berikut

    didapatkan.

    φ+(1) = a[1s1(1) + 1s2(1)] 

    φ+(2) = a[1s1(2) + 1s2(2)] (3.4) 

    Orbital untuk molekul hidrogen haruslah merupakan hasilkali kedua orbital atom ini.

    Jadi,

    Ψ+(1, 2) = φ+(1)・φ+(2) = a[1s1(1) + 1s2(1)] x a[1s1(2) + 1s2(2)] 

    = a2[1s1(1) 1s1(2) + 1s1(1) 1s2(2) + 1s1(2)1s2(1) + 1s2(1) 1s2(2)] (3.5)

    Orbital ini melingkupi seluruh molekul, dan disebut dengan fungsi orbital molekul,

    atau secara singkat orbital molekul. Seperti juga, orbital satu elektron untuk atom disebut

    dengan fungsi orbital atom atau secara singkat orbital atom. Metoda untuk memberikan

     pendekatan orbital molekul dengan melakukan kombinasi linear orbital atom disebut

    dengan kombinasi linear orbital atom (linear combination of atomic orbital, LCAO).

    Elektron-elektron dalam kristal logam 

    Kalau kita membayangkan atom-atom dikumpulkan dan ditata membentuk struktur

    kristal, maka ketika jarak antara atom-atom terdekat mendekati jarak antar atom yang khas

     pada logam, elektron-elektron terluar tidak lagi mengacu ke atomnya masing-masing.Begitu elektron-elektron terluar tidak lagi terikat ke atomnya masing-masing melainkan

     bergerak bebas di seluruh logam, maka menurut Prinsip Kekecualian Pauli, elektron-

    elektron tadi tidak dapat memprtahankan perangkat bilangan kuantum yang sama seperti

    masih merupakan bagian dari atom-atom.

    Akibatnya, elektron-elektron bebas tidak lagi bisa memiliki lebih dari dua elektron

    dengan spin berlawanan untuk suatu energi tertentu. Energi-energi elektron bebas itu

    didistribusikan ke suatu rentang yang terus meningkat sejalan proses pembentukan logam

    oleh atom-atom. Jika atom-atom dimaksudkan untuk membentuk struktur logam yang

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    54/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    54

    mantap, energi purata (mean energi) elektron-elektron bebas harus lebih rendah disbanding

    energi tingkat elektron ketika atom-atom masih bebas. Gambar 2.4 memperlihatkan

     pelebaran tingkat atomatik sejak atom-atom masih mulai berhimpun dengan yang lain,

    serta penurunan energi elektron-elektron sebagai akibatnya.

    Besar penurunan energi purata elektron-elektron terluar inilah yang menentuka

    kemantapan logam. Dalam hal ini, yang disebut jarak keseimbangan (equilibrium spacing)

    antara atom-atom dalam suatu logam adalah jarak yang apabila dikurangi lagi akan

    menyebabkan bertambahnya gaya tolak-menolak ion-ion positif yang saling didekatkan itu,

    sehingga gaya tolak-menolak tadi akan lebih besar dibanding penurunan energi elektron

     purata yang disebabkannya.

    Kecepatan berkelompok dan Massa Efektif.

    Sesungguhnya baik massa elektron maupun massa hole dalam persamaan-

     persamaan di atas adalah merupakan massa efektif untuk masing-masing partikel. Apakah

    massa efektif itu ? Untuk menjawabnya marilah kita ikuti uraian di bawah ini. Kecepatan

    kelompok (group velocity) biasa didefinisikan sebagai berikut:

    vg = dw/dk, (1)

    dimana w adalah frekuensi sudut, dan k adalah vektor gelombang. Kita mengetahui bahwa

    frekuensi sudut yang dikaitkan dengan energi adalah sebagai berikut:

    w = E/h (2)

    dimana E merupakan fungsi k, sehingga kecepatan kelompok menjadi :

    vg = (1/h) dE/dk (3)

    Jika kita diferensialkan persamaan (3) terhadap waktu (t), kita akan memperoleh :

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    55/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    55

    Kita dapat mengaitkan dk/dt dengan gaya listrik yang bekerja pada sebuah elektron bebas

    sebagai berikut. Usaha yang dilakukan pada sebuah elektron oleh medan listrik dalam

    selang

    waktu dt adalah:

    dE = F. ds (6)

    dimana dE adalah usaha, F = vektor gaya listrik yang berkerja pada elektron, dan ds adalah

    vektor perpindahan dalam selang waktu dt. Gaya listrik F biasa ditulis sebagai berikut:

    F = -e.e, (7)

    dimana e adalah muatan listrik elektron, dan e adalah medan listrik, sehingga persamaan

    (6)

    menjadi :

    dE = -e. e . ds. (8)

    Tetapi ds adalah sama dengan hasil kali antara kecepatan kelompok vg dengan selang

    waktu dt.

    Jadi usaha yang dilakukan pada elektron tersebut adalah:

    dE = -e. e. vg. dt. (9)

    Kita tahu bahwa

    dE = (dE/dk) dk (10)

    dan dari persamaan (3) kita tahu bahwa dE/dk = h vg, sehingga persamaan (10) menjadi:

    dE = h . vg . dk (11)

    Karena persamaan (9) sama dengan persamaan (11), maka Anda dapat memahami bahwa:

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    56/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    56

    Sekarang cobalah substitusikan persamaan (13) ke dalam persamaan (5). Anda akan

    memperoleh

    hasil sebagai berikut:

    Cobalah Anda amati persamaan (15)! Anda lihat bahwa karena F = gaya, dan (d/dt)vg

    sama

    dengan percepatan, maka sisanya dari persamaan (43) haruslah sama dengan massa,

    supaya

    memenuhi persamaan kedua Newton, yaitu F = m . a. Jadi, dari persamaan (43) kita dapat

    mendefinisikan massa lain yang biasa disebut sebagai massa efektif sebagai berikut:

    Ingat bahwa tidak boleh diganti menjadi dk2/d2E.

    Permukaan Fermi

    Dalam struktur metalik, elektron-elektron bebas dengan demikian harus dianggap

    menempati serangkaian tingkat energi distrik (unik) dengan selang yang sangat rapat. Tiap

    tingkat energi atomik yang mengurai menjadi sebuah pita memiliki banyak tingkat energi

    yang sama dengan banyaknya N atom dalam sepotong logam. Seperti yang dinyatakan

    sebelum ini, suatu tingkat energi tidak boleh ditempati oleh lebih dari dua elektron dengan

    spin berlawanan.

  • 8/19/2019 1-DIKTAT Pengantar Fisika Zat Padat 23-4-2014

    57/69

    Pengantar Fisika Zat Padat

    57

    Oleh sebab itu, setiap pita paling banyak hanya dapat memiliki 2N elektron.

     jelaslah, dalam keadaan energi paling rendah suatu logam, semua tingkat energi rendah

    telah terisi. Sela energi antara tingkat-tingkat yang berturuttan tidak tetap melainkan

    mengecil sejalan dengan naiknya tingkat energi. Dari segi kerapatan keadaan elektron N

    (E) ini biasanya dinyatakan sebagai fungsi energi E. Besaran N(E)dE menginformasikan

     banyaknya tingkat energi dalam suatu ionterval energi dE yang sangat kecil, dan untuk