1. Bambang Hermanto, SP, MSi
-
Upload
cintia-whinda -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of 1. Bambang Hermanto, SP, MSi
-
7/22/2019 1. Bambang Hermanto, SP, MSi
1/15
Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010
ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI IKAN NILA
DENGAN SISTEM EMPANG PARIT (TAMBAK)
Bambang Hermanto, SP, MSi.1
Abstrak
Analisis pendapatan usaha tani ikan nila dengan sistem empang parit (tambak) .Tujuan
untuk mengetahui (a) Untuk mengetahui berapa besar pengaruh faktor luas lahan, tenaga kerja,bibit/benur, pakan, obat-obatan dan transportasi terhadap produksi ikan nila dengan sisitem
empang parit (tambak) (b) Untuk mengetahui bagaimanakah kelayakan usaha tani ikan nila dengan
sisitem empang parit (tambak). Berdasarkan Pertimbangan populasi dalam penelitian digunakan
metode Sample Random disetarakan (Stratified Random Sampling).Nilai R/C rata-rata keuntungan yang didapat usaha tani ikan nila adalah sebesar 5.59.
Berdasarkan hasil dari nilai R/C dapat diketahui bahwa usaha tani ikan nila lebih besar dari satu
( 5.59 > 1) dan usaha tani ikan nila masih layak di usahakan. Analisis pendapatan usaha tani ikan
nila dengan sistem empang (tambak) Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak KabupatenDeli Serdang Provinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan, tenaga kerja, bibit/benur,
pakan, obat-obatan dan transportasi berpengaruh signifikan terhadap keuntungan usaha tanitambak ikan nila pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Pendahuluan
Latar Belakang
Wilayah pesisir dan lautan berperan penting sebagai sumber penghidupan bagi penduduk
Indonesia. Diperkirakan kedua wilayah ini akan menjadi tumpuan bagi pembangunan bangsa
Indonesia di masa depan. Hal ini disebabkan sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah
pesisir dan laut yang memiliki berbagai sumberdaya alam serta jasa lingkungan yang beragam.
Ada beberapa sumberdaya alam pesisir yang dapat dikelola dan dikembangkan,
diantaranya sumberdaya perikanan yang mencakup sumberdaya perikanan tangkap dan perikanan
budidaya. Perikanan budidaya meliputi budidaya payau, pantai dan laut. Dengan semakin
menurunnya produksi yang dihasilkan oleh perikanan tangkap, maka usaha pemanfaatan lahan
tambak, khususnya budidaya air payau (tambak ikan nila) diharapkan mampu menopang target
produksi nasional perikanan.
Pengembangan pemanfaatan lahan tambak selain untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat pesisir, diharapkan juga oleh pemerintah mampu menjadi sektor pengumpul devisa
negara dalam jumlah besar karena ikan nila merupakan komoditas perikanan yang sangat diminati
oleh negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Jepang. Berdasarkan dokumen Protekan 2003,
1Dosen Yayasan UMN Al Washliyah
1
-
7/22/2019 1. Bambang Hermanto, SP, MSi
2/15
Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010
bahwa budidaya tambak ikan nila merupakan target utama dalam perolehan devisa dari ekspor
komoditas hasil budidaya (Kusumastanto T, 2002). Pada umumnya usaha budidaya ikan nila di
Indonesia masih dilakukan secara tradisional di kolam-kolam meskipun budidaya Kerambah Jaring
Apung (KJA) di waduk dan perairan umum sudah dilakukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dalam
usaha budidaya tradisional skala kecil, pada umumnya produksi ditujukan untuk konsumsi keluarga,
sedangkan pada skala usaha (bisnis) masih menghadapi berbagai kendala seperti penerapan teknik
budidaya dan manajemen yang belum baik, kurangnya benih yang berkualitas, belum adanya sistem
tata niaga yang efisien, dan harga masih ditentukan oleh perusahaan besar, dan kurangnya diversifikasi
produk (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah Deli
Serdang sebesar 248.614 Km2 dari 3.48 %. Kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi
dalam 3 kelompok wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi dan pantai timur. Pantai Timur
merupakan wilayah pesisir dan lautan yang dapat dikembangkan untuk kegiatan perikanan.
Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Utara, yang sebagian besar
wilayahnya merupakan kawasan pesisir. Dari 22 kecamatan yang ada 4 diantaranya adalah wilayah
pesisir. Kecamatan Hamparan Perak merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten
Deli Serdang, juga merupakan kawasan pesisir.
Salah satu kegiatan perikanan yang mulai berkembang dan dijadikan andalan di masa
depan oleh Kabupaten Deli Serdanga dalah kegiatan budidaya air payau, berupa pertambakan udang.
Pemanfaatan lahan tambak ikan nila ini dapat menggantikan peran perikanan tangkap yang
diperkirakan telah melampaui jumlah tangkapan yang diperbolehkan, di Pantai Timur Sumatera
khususnya di perairan pesisir Kabupaten Deli Serdang. Pengembangan pemanfaatan lahan tambak
dipusatkan di Kecamatan Hamparan Perak. Hal ini didukung dengan lingkungan perairan yang
spesifik, letaknya berada pada kawasan pesisir Kabupaten Deli Serdang. Dengan pengelolaan secara
optimal dan lestari, potensi lahan tambak di Kecamatan Hamparan Perak diharapkan memberikan
kontribusi produksi yang memadai sesuai dengan daya dukung kawasan tersebut. Luas areal Pesisir
Pantai mencapai 63.002 Ha ( 26,30 %). Dengan sumberdaya pantai yang cukup besar memberi
harapan bagi masyarakat pesisir untuk memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat pesisir
melalui pemanfaatan tambak ikan nila (BPPS, 2009). Pemanfaatan yang masih rendah dengan
sumberdaya pertambakan yang cukup besar memberi harapan bagi masyarakat pesisir untuk
memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat pesisir melalui usaha tambak ikan nila di kawasan
2
-
7/22/2019 1. Bambang Hermanto, SP, MSi
3/15
Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010
pesisir Kabupaten Deli Serdang. Pemilik lahan tentunya mengharapkan nilai pendapatan yang
maksimal dari setiap jenis kegiatan pemanfaatan lahan yang dilakukan. Upaya untuk mencapai
manfaat maksimum jangka panjang dapat dilakukan apabila pemanfaatan lahan tambak dapat
dialokasikan secara optimal. Olehkarena itu, perlu kiranya dilakukan suatu Analisis Pendapatan
Usaha Tani Ikan nila Dengan Sistem Empang Parit (Tambak) (Studi kasus Desa Paluh Manan
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli serdang).
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh faktor luas lahan, tenaga kerja, bibit, pakan, obat-
obatan, dan transportasi terhadap produksi ikan nila dengan sistem empang parit (tambak).
2. Untuk mengetahui bagaimanakah kelayakan usaha tani ikan nila dengan sistem empang parit
(tambak).
Tinjauan Pustaka
Pertambakan Ikan Nila di Kawasan Pesisir
Kawasan pesisir Indonesia memiliki ekosistem yang cocok bagi pengembangan kegiatan
budidaya ikan nila di tambak air payau. Pengoperasian tambak ikan nila biasanya dikembangkan di
daerah pasang surut. Di kawasan tersebut tersedia air setinggi 0,8-1,5 m selama periode rata-rata
pasang tinggi, yang dapat digunakan untuk budidaya ikan nila dan untuk pengeringan secara
sempurna pada saat diperlukan.
Di Indonesia, budidaya ikan nila di tambak dikategorikan pada tiga system produksi, yaitu
sistem ekstensif, semi intensif dan intensif. Pada tambak intensif padat penebarannya di atas 100.000
ekor per ha, menggunakan benur dari harchery dengan pergantian air 3-4 hari sekali. Padat
penebaran yang tinggi membutuhkan pakan dalam jumlah besar. Kegiatan budidaya ikan nila di
Kecamatan Hamparan Perak Desa Paluh Manan Kabupaten Deli Serdang menerapkan sistem
tradisonal dengan padat penebaran cukup tinggi, menggunakan kincir dan pakan buatan atau pellet.
Dalam kondisi demikian, beban bahan organik tambak menjadi tinggi. Bahan organik berasal dari
ekskresi udang, sisa pakan dan bangkai organisme yang mengendap di dasar tambak. Untuk
menanggulangi hal tersebut, pada tambak tradisonal dilakukan pengaerasian dan pergantian air yang
cukup, baik kuantitas maupun frekuensinya. Upaya tersebut dilakukan guna mempertahankan
kualitas air bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan optimum organisme target. Untuk
3
-
7/22/2019 1. Bambang Hermanto, SP, MSi
4/15
Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010
mempertahankan agar kualitas air tetap optimum bagi organisme budidaya, di tambak tradisional
seluas 1 ha dibutuhkan air sebanyak 20-29 liter per detik. Jumlah tersebut jauh lebih rendah
dibandingkan dengan tambak semi intensif dan ekstensif (Abbas SD,1995).
Sejarah Perkembangan Ikan NilaIkan ini pertama kali dibawa dari Taiwan ke Bogor yakni di Balai Penelitian Perikanan Air
Tawar pada tahun 1969. Setelah diteliti, ikan nila disebarkan ke berbagai daerah perikanan dan diberi
nama sesuai dengan nama latinnya yakniNilotica.Nama ini menunjukan daerah asal ikan ini yakni
sungai Nil di Benua Afrika. Awalnya, ikan ini mendiami hulu sungai Nil di Uganda. Selama
bertahun-tahun, habitatnya semakin berkembang dan bermigrasi kea rah selatan (ke hilir) sungai
melewati danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir. Dengan bantuan manusia, ikan nila sekarang
sudah tersebar sampai kelima benua meskipun habitatnya yang disukainya adalah daerah tropis dan
hangat (Rahmat Rukmana, 1997).
Prospek Agribisnis Ikan Nila
Perkembangan dan penyebaran ikan nilai yang amat pesat disebabkan oleh beberapa faktor
yang bersifat menguntungkan, yakni:
1. Sifat pertumbuhan ikan nila relative cepat.
2. Toleransi terhadap lingkungan perairan cukup tinggi. Ikan nila dapat hidup diperairan tawar,
payau, ataupun perairan laut.
3. Ukuran badan ikan nila relatif besar, dagingnya berwarna putih, rasanya enak, dan tidak
berduri.
4. Ikan nila mudah dikembang biakkan dan daya kelangsungan hidupnya tinggi.
5. Ikan nila rakus terhadap makanan sisa (limbah) sehingga pemeliharaannya mudah.
Ditemukannya ikan nila hibrida unggul, terutama nila, dapat diancang usaha budi daya secara
intensif dalam skala agribisnis dengan sasaran pasar ekspor. Dalam beberapa tahun terakhir,
permintaan pasar ikan nila cendrung meningkat, terutama pesanan Amerika Serikat,
Singapura dan Jepang (Bambang Cahyono, 2000)
Klasifikasi Ikan Nila
Klasifikasi Ikan Nila
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
4
-
7/22/2019 1. Bambang Hermanto, SP, MSi
5/15
Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Species: Oreochromis niloticus
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan pemeliharaan yang berukuran sedang dan
panjang total ( moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 cm. Sirip punggung (dorsal) dengan
16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak) dan sirif dubur (anal) dengan 3 duri dan 8-11 jari-
jari (Adi Sucipto, 2005)
Persyaratan Lahan Budi Daya Ikan Nila
Usaha budi daya ikan nila dapat dilakukan berbagai lingkungan perairan, seperti dikolam,
sawah, waduk, sungai, rawa, tambak, dan perairan laut. Lokasi atau lahan budi daya harus memenuhi
kelayakan, persyaratan teknis, biologis, higiensis, legalitas, sosial, dan ekonomi untuk menjamin
kelancaran proses agribisnis ikan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lahan
budi daya adalah sebagai berikut:
1. Ketinggian tempat (Elevasi)
2. Keadaan Air
3. Jenis Tanah.
4. Lingkungan Setempat (Khairuman, 2002)
Empang Parit
Pola empang parit merupakan model silvofishery yang umum dikembangkan dengan
membuat saluran air tempat membudidayakan/memelihara ikan ataupun udang. Saluran air ini
mengelilingi lahan yang digunakan untuk silvofishery, sedangkan tumbuhan mangrove dapat
ditanam di bagian tengah, sehingga terdapat perpaduan antara tumbuhan mangrove (wana/silvo) dan
budidaya ikan (mina/fishery). Kondisi ini dapat diterapkan pada areal bekas tambak yang akan
direhabilitasi dengan memanfaatkan pelataran tambak (bagian tengah) untuk ditanami mangrove,
sedang-kan bagian caren atau parit tetap dibiarkan seperti semula. Dengan menggunakan sistem
empang parit ini, maka lahan yang akan di reforestasi dapat mencapai sekitar 80% dari luasan
tambak. Penanaman mangrove dapat dilakukan dengan jarak tanam 1 x 1 meter antar individu
mangrove. Namun demikian, menurut Fitzgerald (1997), kepadatan mangrove yang ditanam dapat
5
-
7/22/2019 1. Bambang Hermanto, SP, MSi
6/15
Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010
bervariasi antara 0.17-2.5 pohon/m2. Kepadatan mangrove tersebut akan mempengaruhi sistem
budidaya perikanan, karena produktivitas tambak silvofishery sangat tergantung pada bahan-bahan
organik yang berasal dari serasah tumbuhan mangrove. Kepadatan vegetasi yang rendah diterapkan
untuk tambak ikan bandeng, sedangkan kepadatan vegetasi yang lebih tinggi sesuai untuk diterapkan
pada budidaya ikan nila dan kepiting bakau. Jenis mangrove yang ditanam umumnya adalah bakau
(Rhizophora sp) atau dapat juga menggunakan jenis api-api (Avicennia spp).
Kanal untuk memelihara ikan/ikan nila berukuran lebar 3-5 m dan kedalaman sekitar 40-80
cm dari muka pelataran. Dengan berbagai modifikasi disain dasar tersebut, maka luasan perairan
terbuka yang dapat digunakan untuk memelihara ikan/ikan nila dapat disesuaikan hingga mencapai
40-60%. Berbagai jenis ikan, seperti bandeng, kerapu lumpur, kakap putih, dan baronang, serta ikan
nila dan kepiting bakau, dapat dipelihara secara intensif di kanal tersebut (Fitzgerald, 1997).
Optimasi Pemanfaatan Lahan Tambak
Lahan atau tanah termasuk kedalam jenis sumberdaya yang dapat diperbaharui, namun
memiliki titik kritis yang berarti jika titik kritis kapasitas maksimum regenerasinya telah terlampaui,
sumberdaya ini dapat berubah menjadi sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Jika menurut
kegunaan akhirnya, sumberdaya lahan diklasifikasikan kedalam jenis sumberdaya material non-
metalik. Jika populasi manusia di suatu daerah memanfaatkan lahan dengan tidak bijaksana, maka
dampaknya akan berpengaruh kepada populasi manusia tersebut, tetapi pada saat populasi meningkat
secara cepat, maka yang akan menderita akibat pemanfaatan lahan yang tidak rasional adalah orang-
orang yang terkena dampak pada lokasi lahan tersebut dimanfaatkan, pada akhirnya setiap orang
harus membayar untuk perbaikkannya atau setiap orang sama sekali kehilangan manfaat dari nilai
ekonomi lahannya. Agar nilai lahan tetap bisa dipertahankan, maka diperlukan perencanaan
pemanfaatan lahan yang baik dan sesuai dengan nilai fungsional lahan (Bambang Cahyono, 2000).
Optimasi pemanfaatan lahan untuk budidaya tambak ikan nila merupakan usaha memperoleh
nilai hasil yang paling menguntungkan dengan adanya keterbatasan lahan tambak. Pada dasarnya
optimasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu fungsi beberapa variabel menjadimaksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Pada
umumnya pembatasan tersebut meliputi tenaga kerja (SDM), uang (modal), input (teknis), serta
waktu dan ruang. Untuk menghitung kombinasi yang optimum dari sumber-sumber yang terbatas
tersebut, maka digunakan teknik program linear (Surtiyah K, 2008).
6
-
7/22/2019 1. Bambang Hermanto, SP, MSi
7/15
Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010
Tenaga Kerja
Salah satu arena potensial tertinggi dalam peningkatan produktifitas adalah mengurangi jam
kerja yang tidak efektif. Lamanya karyawan bekerja dan beroprasi dan proporsi penempatan waktu
yang produktif sangat tergantung kepada cara pengukuran, latihan, pengaturan dan motivasinya. Ada
dua cara kelompok syarat bagi prduktifitas perorangan yang tinggi. Yang pertama sedikitnya
meliputi tingkat pendididkan dan keahlian, jenis teknologi dan hasil produksi, kondisi kerja,
kesehatan, kemampuan fisik dan mental. Sementara sikap ke dua mencakup sikap (terhadap tugas,
teman sejawat, dan pengawas) (Fadoli H, 1991).
Pembenihan (Bibit)
Usaha pembenihan ikan nila dapat dilakukan dikolam, sawah dan diperairan umum dalam
Kerambah Jaring Apung (KJA). Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk usaha pembenihan
tersebut meliputi: sarana pokok, sarana penunjang, peralatan, dan fasilitas yang memadai. Lahan atau
kolam untuk pembenihan ikan nila dibagi dalam dua kelompok, yaitu kolam pemijahan dan kolam
pendederan. Kolam-kolam sebaiknya dibuat dengan penmatang yang kuat, tidak poros (rembes),
ketinggian pematang aman (minimal 30 cm dari permukaan air). Induk ikan nila mempunyai bobot
rata-rata 300g/ekor. Perbandingan betina dan jantan untuk pemijahan adalah 3:1 dengan padat tebar 3
ekor/m2 (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
Pakan
Pada prinsipnya komponen pakan dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok besar, yaitu:
1) komponen makro, 2) komponen mikro, dan 3) komponen suplemen atau food additives.
Protein, karbohidrat, dan lemak termasuk dalam komponen makro; sedangkan yang termasuk
dalam komponen mikro adalah vitamin, mineral dan zat pengikat (binder). Berbagai senyawa
yang seiring dimasukkan ke dalam komponen food additives meliputi senyawa antioksidan,
antibiotik, atraktan, pewarna, enzim dan vitamin atau mineral tunggal yang dengan sengaja
ditambahkan ke dalam pakan untuk tujuan-tujuan tertentu (Abbas Siregar Djarijah, 1995).
Obat-Obatan
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat kimia
tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau
menyembuhkan penyakit. Obat ada yang bersifat tradisional seperti jamu, obat herbal dan ada yang
telah melalui proses kimiawi atau fisika tertentu serta telah di uji khasiatnya. Yang terakhir inilah
7
-
7/22/2019 1. Bambang Hermanto, SP, MSi
8/15
Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010
yang lazim dikenal sebagai obat.Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita
dapatkan. Dosis obat adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek
tertentu terhadap suatu penyakit atau gejala sakit.Jika dosis terlalu rendah (under dose) maka efek
terapi tidak tercapai. Sebaliknya jika berlebih (over dose) bisa menimbulkan efek toksik/keracunan
bahkan sampai kematian.
Reseptor Obat merupakan komponen makromolekul fungsional yang mencakup 2 konsep
penting. Pertama bahwa obat dapat mengubah kecepatan kegiatanfaal tubuh. Kedua bahwa obat tidak
menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada.Walaupun tidak
berlaku bagi terapi gen, secara umum konsep ini masih berlaku sampai sekarang. Setiap komponen
makromolekul fungsional dapat berperan sebagai reseptor obat, tetapi sekelompok reseptor obat
tertentu, juga berperan sebagai reseptor untuk ligand endogen (hormon, neurotransmitor). Substansi
yang efeknya menyerupai senyawa endogen disebut agonis. Sebaliknya, senyawa yang tidak
mempunyai aktivitas intrinsik tetapi menghambat secara kompetitif efek suatu agonis di tempat
ikatan agonis (aginist binding site) di sebut antagonis (Rahmat Rukmana, 1997).
Transportasi
Harga input angkutan adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang pengusaha untuk
memindahkan satu satuan berat barang sejauh satu satuan jarak. Harga yang ditentukan oleh
produsen didasarkan atas biaya produksi dan kondisi permintaan yang dihadapi pada berbagai
tempat. Kondisi permintaan mencakup elastisitas permintaan dan biaya angkutan untuk menyerahkan
barang yang akan dijual. Perbedaan biaya angkutan (transpor) dapat mengakibatkan perbedaan harga
yang cukup besar antara daerah yang satu dengan daerah yang lain (Djojodipuro M 1991).
Struktur biaya transportasi sangat berhubungan erat dengan jarak, dengan kata lain setiap
penambahan satu satuan unit jarak akan mengakibatkan tambahan biaya transportasi. Dalam
kenyataannya, biaya transportasi sangat jarang berhubungan dengan jarak. Bahkan seringkali
terdapat pengurangan biaya per unit barang seiring dengan bertambahnya jarak (Khairuman, 2002).
Segi lain yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa angkutan sebagai input diadakan dan
habis pada waktu dipergunakan. Angkutan tidak dapat disimpan, yang dapat disimpan adalah jasa
yang dapat dipergunakan sebagai angkutan. Seorang pekerja yang membantu orang lain untuk
mengangkut barang pada dasarnya merupakan himpunan jasa angkutan. Demikian halnya suatu truk,
truk juga merupakan himpunan jasa, yang apabila dikombinasikan dengan tenaga dan alam (jalan
dan bensin) dapat menghasilkan angkutan. Berdasarkan hal tersebut maka jasa angkutan dapat
8
-
7/22/2019 1. Bambang Hermanto, SP, MSi
9/15
Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010
dikategorikan sebagai input tidak langsung. Suatu proses produksi memerlukan tenaga ditempat
tertentu, barang modal ditempat tertentu, manajemen ditempat tertentu dan juga input angkutan untuk
membawa segalanya tersebut ke tempat tadi dan hasil akhirnya ke pasar. Angkutan dalam hal ini
mempunyai fungsi sama dengan input lainnya. Dengan memberi perhatian kepada input ini secara
wajar, akan makin disadari segi spasial proses produksi. Angkutan tidak perlu dipandang sebagai
faktor produksi, akan tetapi angkutan mempunyai peranan penting dalam produksi mau pun
konsumsi (Djojodipuro M 1991).
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran dan permasalahan diatas, maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh faktor luas lahan, tenaga kerja, bibit, pakan, obat-obatan, dan transformasi
terhadap produksi ikan nila di daerah penelitian.
2. Usahatani ikan nila dengan sistem empang parit apakah layak untuk diusahakan.
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh terlebih dahulu ditabulasikan, dianalisis dan diolah dengan uji statistik
dimana untuk identifikasi masalah dianalisis dengan tabulasi sederhana dengan metode deskriptif dan
metode deduktif berdasarkan data primer yang dijumpai di lapangan. Penjelasan kedua metode
tersebut adalah sebagai berikut :
Metode deskriptif adalah mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisi dan
menginprestasikan data, sehingga memberikan suatu gambaran mengenai masalah yang diteliti.
Metode deduktif adalah mengambil kesimpulan khusus mengenai masalah yang dihadapi dengan
berlandaskan teori-teori yang berlaku secara umum sebagai suatu kebenaran dengan membandingkan
antara teori dan kenyataan.
Adapun permasalahan yang digunakan terdiri dari :
1. Permasalahan pertama menggunakan metode Regresi Linier Berganda yaitu :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5 + b6X6+ e
Dimana : Y = Pendapatan (Hektar)
a = Intercep (Hektar)
X1 = Lahan (Hektar)
X2 = Tenaga Kerja (Rp)
9
-
7/22/2019 1. Bambang Hermanto, SP, MSi
10/15
Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010
X3 = Bibit (Rp/Kg)
X4 = Pakan (Rp/Kg)
X5 = Obat-Obatan (Rp/Liter)
X6 = Transportasi (Rp)
b1 b6 = Konstanta
e = error term
Untuk pengujian hipotesis secara simultan digunakan uji t, dengan kriteria :
t hitung > t tabel HO ditolak H1 diterima, maka ada pengaruh nyata terhadap pendapatan ( = 0.05). t hitung
< t tabel HO diterima H1 ditolak, maka tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan ( = 0.05)
(Usman Husaini, 2006).
2. Permasalahan kedua menggunakan Analisis Keuntungan yaitu :
= TR TC
Dimana : = keuntungan
TR = total revenue (penerimaan)
TC = total cost (biaya tenaga kerja, biaya pupuk, biaya panen)
(Soekartawi, 2003).
Rumus kelayakan :
R/C > 1 Layak untuk diusahakan atau dijalankan
R/C < 1
Tidak layak untuk diusahakan atau dijalankan
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
1. Hasil Analisis dan Perhitungan Hipotesis Terhadap Pendapatan Petani Ikan Nila
Tabel 1. Daftar Analisa Usaha Tani Tambak Ikan Nila
No Variabel Koefisien t hitung t tabel
1 Konstanta 0,782 1,578
2,09
2 Luas Lahan (X1) 1,503 4,549
3 Tenaga Kerja (X2) 0,672 2,449
4 Bibit (X3) 0,266 2,1895 Pakan (X4) 0,330 3,747
6 Obat-Obatan (X5) 0,274 3,296
7 Transportasi (X6) 0,888 8,562
8 R. Square 0,945
9 Adjusted R. Square 0,931
10 Standart Error 0,04605
2. Pengaruh Luas Lahan (X1) Terhadap Pendapatan Petani Ikan Nila
10
-
7/22/2019 1. Bambang Hermanto, SP, MSi
11/15
Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010
Berdasarkan hasil fungsi Cobb-Douglas yang dikonversikan kepada fungsi regresi linier
berganda dapat ditentukan bahwa variabel luas lahan (X1) mempunyai pengaruh yang positif
terhadap pendapatan petani ikan nila (Y), dimana koefisiennya menunjukkan sebesar 1,503, artinya
apabila variabel luas lahan bertambah 1 % ceteris paribus (faktor lain dianggap tetap) maka
pendapatan petani ikan nila akan bertambah sebesar 1,503 %.
Dengan menggunakan uji statistik t hitung > t tabel (4,549 > 2,09) Maka Ho ditolak H1diterima,
artinya bahwa variabel luas lahan (X1) berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani ikan nila pada
tingkat kepercayaan 95 %. Demikian hipotesis diterima, hal ini terjadi karena pendapatan petani ikan
nila dipengaruhi oleh faktor luas lahan.
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa penggunaan luas lahan didaerah penelitian memberikan
pengaruh yang nyata terhadap pendapatan petani, disebabkan karena semakin luasnya lahan yang
dpergunakan maka semakin besar produksi yang diperoleh.
3. Pengaruh Biaya Tenaga Kerja (X2) Terhadap Pendapatan Petani Ikan Nila
Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel tenaga kerja (X 2)
mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan petani ikan nila (Y), dimana koefisiennya
menunjukkan sebesar 0,672 artinya apabila tenaga kerja bertambah 1 % ceteris paribus (faktor lain
dianggap tetap), maka pendapatan petani ikan nila akan bertambah sebesar 0,672 %.
Dengan menggunakan uji statistik t hitung > t tabel (2,449 > 2,09) Maka Ho ditolak H1diterima,
artinya bahwa variabel tenaga kerja (X2) berpengaruh nyata secara signifikan terhadap pendapatan
petani ikan nila pada tingkat kepercayaan 95 %. Demikian hipotesis diterima, hal ini terjadi karena
pendapatan dipengaruhi oleh faktor tenaga kerja.
Dari hasil diatas menunjukan bahwa penggunaan tenaga kerja di daerah penelitian berpengaruh nyata
terhadap pendapatan petani ikan nila, disebabkan karena petani menggunakan tenaga kerja keluarga
yang dapat meminimumkan biaya.
4. Pengaruh Biaya Bibit (X3) Terhadap Pendapatan Petani Ikan Nila
Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel bibit (X3)
mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan petani ikan nila (Y), dimana koefisiennya
menunjukkan sebesar 0,266 artinya apabila bibit bertambah 1 % ceteris paribus (faktor lain dianggap
tetap) , maka pendapatan petani ikan nila akan bertambah sebesar 0,266 %.
11
-
7/22/2019 1. Bambang Hermanto, SP, MSi
12/15
Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010
Dengan menggunakan uji statistik t hitung > t tabel (2,189 > 2,09) Maka Ho ditolak H1diterima,
artinya bahwa variabel biaya bibit (X3) berpengaruh nyata secara signifikan terhadap pendapatan
petani ikan nila pada tingkat kepercayaan 95 %. Demikian hipotesis diterima, hal ini terjadi karena
pendapatan dipengaruhi oleh faktor bibit.
Dari hasil diatas menunjukan bahwa penggunaan bibit di daerah penelitian berpengaruh
nyata terhadap pendapatan petani ikan nila, disebabkan karena petani menggunakan bibit yang
berkualitas atau bibit unggul.
5. Pengaruh Biaya Pakan (X4) Terhadap Pendapatan Petani Ikan Nila
Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel pakan (X4)
mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan petani ikan nila (Y), dimana koefisiennya
menunjukkan sebesar 0,330 artinya apabila biaya pakan bertambah 1 % ceteris paribus (faktor lain
dianggap tetap) , maka pendapatan petani ikan nila akan bertambah sebesar 0,330 %.
Dengan menggunakan uji statistik t hitung > t tabel (3,747 > 2,09) Maka Ho ditolak H1diterima,
artinya bahwa variabel biaya pakan (X4) berpengaruh nyata secara signifikan terhadap pendapatan
petani ikan nila pada tingkat kepercayaan 95 %. Demikian hipotesis diterima, hal ini terjadi karena
pendapatan dipengaruhi oleh faktor pakan.
Dari hasil diatas menunjukan bahwa penggunaan pakan di daerah penelitian berpengaruh
nyata terhadap pendapatan petani ikan nila, disebabkan karena petani menggunakan pakan dengan
harga yang terjangkau dan pakan mudah diperoleh.
6. Pengaruh Biaya Obat-Obatan (X5) Terhadap Pendapatan Petani Ikan Nila
Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel obat-obatan (X5)
mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan petani ikan nila (Y), dimana koefisiennya
menunjukkan sebesar 0,274 artinya apabila biaya obat-obatan bertambah 1 % ceteris paribus (faktor
lain dianggap tetap), maka pendapatan petani ikan nila akan bertambah sebesar 0,274 %.
Dengan menggunakan uji statistik t hitung > t tabel (3,296 > 2,09) Maka Ho ditolak H1diterima,
artinya bahwa variabel biaya obat-obatan (X5) berpengaruh nyata secara signifikan terhadap
pendapatan petani ikan nila pada tingkat kepercayaan 95 %. Demikian hipotesis diterima, hal ini
terjadi karena pendapatan dipengaruhi oleh faktor bibit. Dari hasil diatas menunjukan bahwa
penggunaan obat-obatan di daerah penelitian berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani ikan
nila, disebabkan karena areal tambak yang bersih dan sanitasi air cukup baik sehingga penggunaan
12
-
7/22/2019 1. Bambang Hermanto, SP, MSi
13/15
Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010
obat-obatan tidak begitu banyak sesuai dengan dosis yang ada. Udang yang ada di daerah penelitian
sangat jarang sekali terkena penyakit.
7. Pengaruh Biaya Transportasi (X6) Terhadap Pendapatan Petani Ikan Nila
Hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel transportasi (X6)mempunyaipengaruh yang positif terhadap pendapatan petani ikan nila (Y), dimana koefisiennya menunjukkan
sebesar 0,888 artinya apabila biaya transportasi bertambah 1 % ceteris paribus (faktor lain dianggap
tetap), maka pendapatan petani ikan nila akan bertambah sebesar 0,888 %.
Dengan menggunakan uji statistik t hitung > t tabel (8,562> 2,09) Maka Ho ditolak H1diterima,
artinya bahwa variabel transportasi (X6) berpengaruh nyata secara signifikan terhadap pendapatan
petani ikan nila pada tingkat kepercayaan 95 %. Demikian hipotesis diterima, hal ini terjadi karena
pendapatan dipengaruhi oleh faktor transportasi.
Dari hasil diatas menunjukan bahwa penggunaan transportasi di daerah penelitian
berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani ikan nila, disebabkan karena jarak tempuh untuk
pengangkutan udang ke lokasi penampungan atau pabrik tidak terlalu jauh sehingga biaya untuk
transportasi bisa diminimumkan.
8. Keuntungan Dan Kelayakan Usaha Tani Ikan Nila
Untuk mengetahui hipotesis yang kedua yang dinyatakan dalam kalimat dan dimasukkan
kedalam rumus keuntungan (
) didapat setelah mengetahui total rata rata penerimaan (TR)dikurangi dengan total rata rata biaya produksi (TC). Untuk lebih jelasnya keuntungan rata rata
pendapatan petani ikan nila dengan luas areal rata rata seluas 1,80 ha adalah sebagai berikut:
= TR TC
Dimana, = Rp. 10.286.000 Rp.1.709.526
= Rp. 8.576.474,- / Sekali Panen
Dari rumus diatas diterangkan bahwa dengan luas areal rata rata 1,80ha total penerimaanpetani dalam satu kali panen Rp. 10.286.000 dikurangi total biaya produksi dalam satu tahun
Rp.1.709.526, sehingga keuntungan petani ikan nila yang didapat dalam satu kali panen sebesar Rp.
8.576.474,- / Sekali Panen selama 3 4 bulan.
Untuk mengetahui hipotesis yang ketiga yang dinyatakan dalam kalimat dan dimasukkan
kedalam rumus R/C rata-rata keuntungan yang didapat petani ikan nila sebesar 5.95. Berdasarkan
13
-
7/22/2019 1. Bambang Hermanto, SP, MSi
14/15
Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010
hasil dari nilai R/C dapat diketahui bahwa usaha petani ikan nila layak di usahakan karena nilai R/C
lebih besar dari satu ( 5.95 > 1).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulansebagai berikut:
1. Pengaruh faktor-faktor produksi terhadap pendapatan petani ikan nila berdasarkan analisis
fungsi Cobb-Douglas adalah:
a. Faktor luas lahan, tenaga kerja, bibit, pakan, obat-obatan, dan transportasi berpengaruh
nyata secara signifikan terhadap pendapatan petani ikan nila.
2. Setelah mengetahui jumlah total penerimaan rata rata berjumla Rp 10.286.000,- pertahun dan
dikurangi total biaya produksi rata rata Rp 1.709.526,- pertahun maka pendapatan petani
sampel rata rata sebesar Rp. 8.576.474,-.
Dari hasil usaha tani ikan nila dengan R/C ratio sebesar ( 5.95 > 1) maka layak untuk
diusahakan
Daftar Pustaka
Abbas Siregar Djarijah 1995. Pembenihan dan Pembesaran. Penerbit Kanisius, Jakarta Nila,Jakarta
Adi Sucipto dan R Eko Priharta, 2005. Pembesaran Nila Merah Bangkok. Penerbit PenebarSwadaya, Jakarta.
Bambang Cahyono, 2000.Budi Daya Ikan Air Tawar.Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
BPPS, 2009. Sumatera Utara Dalam Angka 2009, Medan.
Cornelis Rintuh, 1994.Metodologi Penelitian Ekonomi. Liberty, Yogyakarta.
Hernanto.F, 1991.Ilmu Usaha Tani. Penerbit Penebar swadaya, Jakarta.
Khairuman, 2002.Budi Daya Ikan di Sawah. Penebar swadaya, Jakarta.
Kusumastanto, T. 2002. Reposisi Ocean Policy dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia di era
Otonomi Daerah. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Kebijakan Ekonomi
Perikanan dan Kelautan. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut PertanianBogor. 134 hal.
Rahmat Rukmana, 1997. Ikan Nila Budi Daya dan Prospek Agribisnis. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
14
-
7/22/2019 1. Bambang Hermanto, SP, MSi
15/15
Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010
Soekartawi, 2003.Agribisnis Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers, Jakarta.
Suratiyah.K, 2008Ilmu usaha Tani. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Tim Karya Tani Mandiri, 2009.Pedoman Budidaya Betrnak Ikan Nila, Bandung.
Usman Husaini, 2006.Pengantar Statistika. Bumi Aksara, Jakarta.
15