1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani...

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Lanjut Usia a. Definisi Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak bisa dihindarkan. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor bioligik yang terdiri dari tiga fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif (Depkes RI, 2007). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia apabila usianya 65 tahun keatas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009). b. Batasan-batasan lanjut usia Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan- batasan umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut: 12 Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Transcript of 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani...

Page 1: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Lanjut Usia

a. Definisi

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia. Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak bisa

dihindarkan. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor bioligik yang

terdiri dari tiga fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif

(Depkes RI, 2007).

Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia

apabila usianya 65 tahun keatas. Lansia bukan suatu penyakit, namun

merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.

Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.

Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup

serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).

b. Batasan-batasan lanjut usia

Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-

batasan umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:

12

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 2: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

13

1) Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1

ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai

usia 60 tahun ke atas”.

2) Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi

menjadi empat kriteria berikut :

a) usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun

b) lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun

c) lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun

d) usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.

3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :

a) Fase inventus ialah 25-40 tahun,

b) Fase virilities ialah 40-55 tahun,

c) Fase presenium ialah 55-65 tahun,

d) Fase senium ialah 65 hingga tutup usia.

4) Menurut Eliopolous batasan usia lanjut yaitu:

a) Setengah tua yaitu usia antara 60- 74 tahun.

b) Tua yaitu usia antara 75- 100 tahun.

c) Sangat tua yaitu usia > 100 tahun.

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 3: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

14

c. Proses Penuaan

Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses

biologis yang tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang.

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

(gradual) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti

serta mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan

terhadap cedera, termasuk adanya infeksi. Proses penuaan sudah mulai

berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan

terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain

sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan

yang tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan seseorang mulai menurun.

Setiap orang memiliki fungsi fisiologis alat tubuh yang sangat

berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi tersebut maupun saat

menurunnya. Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya

pada usia 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan

berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit

demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usia (Mubarak, 2009).

Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah,

baik secara biologis, mental, maupun ekonomi. Semakin lanjut usia

seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga

dapat mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya (Tamher,

2009). Oleh karena itu, perlu membantu lansia untuk menjaga harkat dan

otonomi maksimal meskipun dalam keadaan kehilangan fisik, sosial dan

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 4: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

15

psikologis (Smeltzer, 2009).

d. Teroti – teori penuaan

1) Teori biologis

Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow

theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.

a) Teori genetik dan mutasi. Menurut teori genetik dan mutasi,

semua terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu.

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang

diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya

akan mengalami mutasi.

b) Immunology slow theory. Menurut immunology slow theory,

sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan

masuknya virus kedalam tubuh yang dapat menyebabkan

kerusakan organ tubuh.

c) Teori stres. Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat

hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan

tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal,

kelebihan usaha, dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah

terpakai.

d) Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas,

tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan

oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 5: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

16

protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan

regenerasi.

2) Teori psikologi

Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan

keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya

penurunan dan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan

kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka

sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Persepsi merupakan

kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan

fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan

untuk menerima, memproses, dan merespons stimulus sehingga

terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang

ada.

3) Teori sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan,

yaitu teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan

diri (disengagement theory), teori aktivitas (activity theory), teori

kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan (development

theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification theory).

a) Teori interaksi sosial. Teori ini mencoba menjelaskan mengapa

lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal

yang dihargai masyarakat. Pada lansia, kekuasaan dan prestasinya

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 6: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

17

berkurang sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga

berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan

mereka untuk mengikuti perintah.

b) Teori penarikan diri. Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan

yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan

mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri

dari pergaulan di sekitarnya.

c) Teori aktivitas. Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses

bergantung bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam

melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih

penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.

d) Teori kesinambungan. Teori ini mengemukakan adanya

kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup

seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada

saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup,

perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun

ia telah menjadi lansia.

e) Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan

bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan

bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut

yang dapat bernilai positif ataupun negatif. Akan tetapi, teori ini

tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 7: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

18

atau yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.

f) Teori stratifikasi usia. Keunggulan teori stratifikasi usia adalah

bahwa pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik dan dapat

dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia secara kelompok dan

bersifat makro. Setiap kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang

demografi dan keterkaitannya dengan kelompok usia lainnya.

Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk

menilai lansia secara perorangan, mengingat bahwa stratifikasi

sangat kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas

dan kelompok etnik.

4) Teori spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian

hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu

tentang arti kehidupan.

e. Perubahan yang terjadi pada lansia

Seiring dengan pertambahan usia pada lansia, lansia banyak

mengalami perubahan. Perubahan yang di alami lansia meliputi

perubahan mental, fisik, dan kehidupan seksual. Perubahan mental

meliputi: 1) daya ingat menurun, terutama peristiwa yang baru saja

terjadi, 2) sering lupa/ pikun, sering sangat menggangu dalam pergaulan

dengan lupa nama orang, 3) emosi berubah, sering marah-marah, harga

diri tinggi, dan mudah tersinggung.

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 8: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

19

Sedangkan perubahan fisik meliputi: 1) kekuatan fisik secara

menyeluruh dirasakan berkurang, merasa cepat capek dan stamina

menurun, 2) sikap badan yang semula tegap jadi membongkok, otot-otot

mengecil, hipotrofis, 3) kulit mengerut dan menjadi keriput, garis-garis di

wajah dan sudut mata, 4) rambut memutih dan pertumbuhan berkurang,

5) gigi mulai rontok, 6) pendengaran, daya cium, dan perasa mulut

menurun, 7) perubahan pada mata, pandangan dekat berkurang, adaptasi

gelap melambat, lingkaran putih pada kornea dan lensa menjadi keruh,

dan 8) pengapuran pada tulang rawan.

Perubahan fisiologis pada lanjut usia yang berkaitan dengan kejadian

jatuh diantaranya adalah perubahan sistem muskuloskeletal, sistem

persyarafan dan sistem sensoris (Lueckenotte, 2006).

1) Perubahan Muskuloskeletal

Gangguan musculoskeletal pada usia lanjut merupakan salah satu

kasus yang lazim dijumpai pada praktik sehari-hari. Penurunan

progesif pada massa tulang total terjadi sesuai proses penuaan.

Beberapa kemungkinan penyebab dari penurunan ini meliputi ketidak

aktifan fisik, perubahan hormonal, dan pemecahan tulang (resorpsi

tulang). Perubahan muskuloskeletal antara lain pada jaringan

penghubung, kartilago, tulang, otot dan sendi.

a) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)

Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon,

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 9: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

20

tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan

menjadi tidak teratur dan penurunan hubungan pada jaringan

kolagen, merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas pada

jaringan tubuh. Sel kolagen mencapai puncak mekaniknya karena

penuaan, kekakuan dari kolagen mulai menurun. Kolagen dan

elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung

mengalami perubahan kualitas dan kuantitasnya. Perubahan pada

kolagen itu merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia

sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan

kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan

bergerak dari duduk keberdiri, jongkok dan berjalan dan hambatan

dalam melekukan aktivitas sehari-hari. upaya fisioterapi untuk

mengurangi dampak tersebut adalah memberikan latihan untuk

menjaga mobilitas.

b) Kartilago

Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami

granulasi akhirnya permukaan sendi menjadi rata. Selanjutnya

kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi

yang terjadi cenderung ke arah progesif. Proteoglikan yang

merupakan komponen dasar matrik kartilago berkurang atau

hilang secara bertahap. Sehingga jaringan fibril pada kolagen

kehilangan kekuatanya dan akhirnya kartilago cenderung

mengalami fibrilasi. Kartilago mengalami kalsifikasi di beberapa

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 10: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

21

tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

menjadi tidak efektif tidak hanya sebagai peredam kejut, tetapi

sebagai permukaan sendi yang berpelumas. Konsekuensinya

kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.

Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat

badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami peradangan,

kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya aktivitas

sehari-hari. Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dapat

diberikan teknik perlindungan sendi.

c) Tulang

Kekurangan kepadatan tulang, setelah diobservasi adalah bagian

dari penuaan fisiologis. Trabekula longitudinal menjadi tipis

trabekula tranversal terabsorbsi kembali, sehingga akibat

perubahan itu, jumlah tulang spongiosa berkurang dan tulang

kompakta menjadi tipis. Perubahan lain yang terjadi adalah

penurunan estrogen sehingga produksi osteoklas tidak terkendali,

penurunan penyerapan kalsium diusus, peningkatan haversi

sehingga tulang keropos. Berikutnya jaringan tulang secara

keseluruhan menyebabkan kekuatan dan kekakuan tulang

menurun. Dampak berkurangnya kepadatan akan mengakibatkan

osteoporosis. Osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri,

deformitas, fraktur. Latihan fisik dapat diberikan sebagai cara

untuk mencegah osteoporosis.

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 11: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

22

d) Otot

Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi.

Menurunnya jumlah dan ukuran serabut otot, meningkatnya

jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan

efek negatif. Perubahan otot pada penuaan antara lain menurunya

jumlah serabut otot, atrofi pada beberapa serabut otot dan fibril

menjadi tidak teratur dan hipertropi pada serabut otot yang lain,

penurunan 30% massa otot, meningkatnya jaringan lemak,

degenerasi miofibril. Dampak dari perubahan otot tersebut adalah

menurunya kekuatan, menurunnya fleksibilitas, meningkatnya

waktu reaksi dan menurunnya kemampuan fungsional otot. Untuk

mencegah perubahan lebih lanjut dapat diberikan latihan untuk

mempertahankan mobilitas.

e) Sendi

Pada lanjut usia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,

ligamen dan fasia mengalami penurunan elastis, ligamen,

kartilago dan jaringan periartikular mengalami penurunan daya

lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi, kalsifikasi pada

kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya

sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi, gangguan jalan dan

aktivitas keseharian lainnya. Upaya pencegahan kerusakan sendi

antara lain memberikan teknik perlindungan sendi dalam

beraktivitas.

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 12: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

23

2) Perubahan Sistem Persarafan

Sistem neurologis, terutama otak adalah suatu faktor utama dalam

penuaan. Neuron-neuron menjadi semakin komplek dan tumbuh,

tetapi neuron-neuron tersebut tidak dapat mengalami regenerasi.

Perubahan struktural yang paling terlihat terjadi pada otak itu sendiri.

Walaupun bagian lain dari sistem saraf pusat juga terpengaruh.

Perubahan ukuran otak yang dipengaruhi oleh atrofi girus dan dilatasi

sulkus dan ventrikel otak. Korteks serebral adalah daerah otak yang

paling besar dipengaruhi oleh kehilangan neuron. Penurunan aliran

darah serebral dan penggunaan oksigen dapat pula terjadi dengan

penuaan. Perubahan dalam sistem neurologis dapat termasuk

kehilangan dan penyusutan neuron, dengan potensial 105 kehilangan

yang diketahui pada usia 80 tahun. Secara fungsional terdapat suatu

perlambatan reflek tendon, terdapat kecenderungan ke arah tremor

dan langkah yang pendek-pendek atau gaya berjalan dengan langkah

kaki melebar disertai dengan berkurangnya gerakan yang sesuai.

Waktu reaksi menjadi lebih lambat, dengan penurunan atau hilangnya

hentakan pergelangan kaki dan pengurangan reflek lutut, bisep dan

trisep terutama karena pengurangan dendrit dan perubahan pada

sinaps, yang memperlambat konduksi (Stanley, 2006). Menurut

Pujiastuti (2009), lanjut usia mengalami penurunan koordinasi dan

kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penuaan

menyebabkan penurunan persepsi sensorik dan respon motorik pada

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 13: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

24

susunan susunan saraf pusat. Hal ini terjadi karena susunan saraf

pusat pada lanjut usia mengalami perubahan. Berat otak pada lansia

berkurang berkaitan dengan berkurangnya kandungan protein dan

lemah pada otak sehingga otak menjadi lebih ringan. Akson, dendrit

dan badan sel saraf banyak mengalami kematian, sedang yang hidup

banyak mengalami perubahan. Dendrit yang berfungsi untuk

komunikasi antar sel mengalami perubahan menjadi lebih tipis dan

kehilangan kontak antar sel. Daya hantar saraf mengalami penurunan

10% sehingga gerakan menjadi lamban. Akson dalam medula spinalis

menurun 37%. Perubahan tersebut mengakibatkan penurunan

kognitif, koordinasi, keseimbangan, kekuatan otot, reflek, perubahan

postur dan waktu reaksi. Hal itu dapat dicegah dengan latihan

koordinasi dan keseimbangan. Menurut Stanley (2006), manifestasi

klinis yang berhubungan dengan defisit neurologis pada klien lanjut

usia dapat dipandang dari berbagai perspektif: fisik, fungsional,

kognisi dan komunikasi.

a) Fisik

Dampak dari penuaan pada system saraf pusat sukar untuk

ditentukan, karena hubungan fungsi sistem ini dengan sistem

tubuh yang lain. Dengan gangguan perfusi dan gangguan aliran

darah serebral, lanjut usia berisiko lebih besar untuk mengalami

kerusakan serebral dan metabolisme yang sudah diketahui.

Dengan penurunan kecepatan konduksi saraf, reflek yang lebih

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 14: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

25

lambat, dan respon yang tertunda untuk berbagai stimulus yang

dialami maka terdapat pengurangan sensasi kinestetik.

b) Fungsi

Defisit fungsional pada gangguan neurologis berhubungan dengan

penurunan mobilitas pada lanjut usia, yang disebabkan oleh

penurunan kekuatan, rentang gerak dan kelenturan. Penurunan

pergerakan merupakan akibat dari kifosis, pembesaran sendi-

sendi, kesenjangan dan penurunan tonus otot. Atrofi dan

penurunan jumlah serabut otot dengan jaringan fibrosa secara

berangsur-angsur menggantikan jaringan otot. Dengan penurunan

massa otot, kekuatan dan pergerakan secara keseluruhan, lanjut

usia memperlihatkan kelemahan secara umum dihubungkan

dengan degenerasi system ekstrapiramidal. Kekejangan dapat

diakibatkan oleh cedera motor neuron di dalam susunan saraf

pusat. Kejang yang berat dapat mengakibatkan berkurangnya

fleksibilitas, postur tubuh dan mobilitas fungsional, juga nyeri

sendi, kontraktur dan masalah dengan pengaturan posisi. Tendon

dapat mengalami sklerosis dan penyusutan, yang menyebabkan

penurunan hentakan tendon. Defisit mobilitas fungsional dan

pergerakan membuat lanjut usia menjadi sangat rentan untuk

mengalami gangguan integritas kulit dan jatuh.

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 15: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

26

3) Perubahan Sensori

Banyak lanjut usia memiliki masalah sensoris yang berhubungan

dengan perubahan normal akibat penuaan. Defisit sensoris perubahan

penglihatan merupakan bagian dari penyesuaian berkesinambungan

yang datang dalam kehidupan usia lanjut. Perubahan penglihatan

mempengaruhi pemenuhan aktifitas kebutuhan sehari-hari. Perubahan

penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses

penuaan termasuk penurunan kemampuan untuk melakukan

akomodasi, konstriksi pupil akibat penuaan dan perubahan warna

serta kekeruhan lensa mata. Perubahan penglihatan pada awalnya

dimulai dengan terjadinya presbiopi, kehilangan kemampuan

akomodatif di mulai pada dekade keempat kehidupan, ketika

seseorang memiliki masalah dalam membaca huruf-huruf yang kecil.

Kerusakan akomodasi mata terjadi karena otot-otot siliaris menjadi

lemah dan lebih kendur, dan lensa mengalami sklerosis dengan

kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk memusatkan data

(penglihatan jarak dekat). Ukuran pupil menurun karena sfingter pupil

mengalami sklerosis. Miosis pupil dapat mempersempit lapang

pandang dan mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu.

Perubahan warna misalnya menguning dan meningkatnya kekeruhan

lensa kristal yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menimbulkan

katarak. Katarak menimbulkan tanda dan gejala penuaan yang

mengganggu penglihatan dan aktivitas setiap hari. Penglihatan yang

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 16: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

27

kabur dan seperti terdapat selaput di atas mata adalah gejala umum,

yang mengakibatkan kesukaran dalam mengfokuskan penglihatan

dan membaca. Selain itu lanjut usia harus didorong untuk

menggunakan lampu yang terang dan tidak menyilaukan. Sensitivitas

terhadap cahaya sering terjadi, menyebabkan lanjut usia sering

mengedipkan mata terhadap cahaya terang atau ketika berada di luar

pada siang hari yang cerah. Lanjut usia memerlukan penggunaan

cahaya pada malam hari di dalam rumah dan waktu tambahan untuk

melakukan penyesuaian penglihatan terhadap perubahan kekuatan

penerangan ketika meninggalkan suatu lingkungan yang memiliki

pencahayaan baik ke suatu lingkungan yang pencahayaan redup.

Lanjut usia harus diajarkan untuk menggunakan tangan mereka

sebagai pemandu pada pegangan tangga dan menggunakan cat yang

terang pada bagian tepi anak tangga (Stanley, 2006)

Kehilangan pendengaran pada lanjut usia disebut presbikusis.

Penyebab tidak diketahui tetapi berbagi faktor yang telah diteliti

adalah nutrisi, faktor genetika, suara gaduh, hipertensi, stress

emosional. Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural,

tetapi juga dapat berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan

presbikusis. Penurunan pendengaran sensorineural terjadi saat telinga

bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik (saraf

pendengaran, batang otak atau jalur kortikal pendengaran). Penyebab

dari perubahan konduksi tidak diketahui, tetapi masih berkaitan

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 17: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

28

dengan perubahan pada tulang di dalam telinga tengah, dalam bagian

koklear atau di dalam tulang mastoid. Dalam presbikusis, suara

konsonan derngan nada tinggi merupakan yang pertama kali

terpengaruh, dan perubahan dapat terjadi secara bertahap. Karena

perubahan berlangsung lambat, lanjut usia mungkin tidak segera

mencari bantuan yang dalam hal ini sangat penting sebab semakin

cepat kehilangan pendengaran dapat diidentifikasi dan alat bantu

diberikan, semakin besar kemungkinan untuk berhasil. Karena

kehilangan pendengaran pada umunya berlangsung secara bertahap.

Dua masalah fungsional pendengaran pada populasi lanjut usia adalah

ketidakmampuan untuk mendeteksi volume suara dan

ketidakmampuan untuk mendeteksi suara dengan nada frekuensi

tinggi seperti beberapa konsonan misalnya f, s, sk, sh dan Perubahan-

perubahan ini dapat terjadi pada salah satu atau kedua telinga.

4) Perubahan system respirasi

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,

menurunya aktifitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas,

kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas

pernafasaan maksimum menurun, kedalaman bernafas menurun,

alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang oksigen

pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO² pada arteri tidak

terganti, kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot

pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia (Maryam,

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 18: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

29

2008).

5) Perubahan system kulit(integumentary system)

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,

permukaan kulit menjadi kering (karena kehilangan proses kratinasi

serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis), menurunya

respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun yaitu

produksi serum menurun, gangauan pigmentasi kulit, kulit kepala dan

rambut menipis berwarna kelabu rambut dalam hidung dan telinga

menebal, berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan

vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kelenjar keringat

berkurang dari jumlah dan fungsinya, kuku menjadi memudar kurang

bercahaya (Maryam, 2008).

6) Perubahan mental

Perubahan mental lansia dapat berupa perubahan sikap yang semakin

egosentrik, mudah curiga dan bertambah pelit atau tamak bila

menginginkan sesuatu. Lansia tetap mengharapakan di beri peranan

dalam masyarakat. Sikap umum yang di temukan yaitu hampir semua

lansia mempunyai keinginan berumur panjang. Jika meninggalpun

mereka ingin meninggal dengan terhormat. Faktor yang

mempengaruhi meliputi perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat

pendidikan, keturuan dan lingkungan (Nugroho, 2008).

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 19: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

30

7) Perubahan psikososial

Nilai seseorang diukur melalui produktifitasnya dikaitkan dengan

peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun, seseorang akan

mengalami kehilangan, yaitu kehilangan finansial, kehilangan status,

kehilangan teman, dan kehilangan pekerjaan (Nugroho, 2008).

2. Jatuh

a. Pengertian jatuh

Jatuh adalah kejadian yang tidak disengaja yang mengakibatkan

lansia terbaring dilantai atau berada pada tingkat yang lebih rendah

(Kellogg International Work Group, 1987 dalam Newton, 2008). Jatuh

merupakan suatu kejadian yang dilaporkan oleh penderita atau saksi

mata yang melihat kejadian dan mengakibatkan seseorang mendadak

terbaring atau terduduk dilantai dengan atau tanpa kehilangan kesadaran

atau luka (Reuben, 1996 dalam Darmojo, 2008). Jatuh merupakan suatu

kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada di

permukaan tanah tanpa disengaja. Kejadian jatuh tersebut adalah dari

penyebab yang spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari

mereka yang dalam keadaan sadar mengalami jatuh (Stanley & Particia,

2009).

Jatuh akan menyebabkan cedera jaringan lunak, bahkan fraktur

pangkal paha atau pergelangan tanggan. Keadaan tersebut

menyebabkan nyeri dan imobilisasi dengan segala akibat (Tamher &

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 20: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

31

Noorkasiani, 2009). Berdasarkan beberapa pengertian jatuh di atas,

dapat disimpulkan bahwa jatuh adalah kejadian tiba-tiba dan tidak

disengaja yang mengakibatkan seseorang terbaring atau terduduk di

lantai.

Jatuh merupakan masalah fisik yang sering dialami oleh lansia

akibat proses penuaan (Pudjiastuti, 2009). Jatuh dapat mengakibatkan

trauma serius, seperti nyeri, kelumpuhan bahkan kematian. Hal ini

menimbulkan rasa takut dan hilangnya rasa percaya diri sehingga lansia

membatasi aktivitasnya sehari-hari yang menyebabkan menurunnya

kualitas hidup pada lansia yang mengalaminya (Stockslager &

Schaeffer, 2008). Untuk mengatasi masalah akibat jatuh inilah

diperlukan penanganan yang sesuai untuk mencegah kejadian jatuh

(Stanley dan Bare, 2006).

Jatuh dapat disebabkan oleh karena berkurangnya stabilitas tubuh

yang dibentuk oleh system sensorik yaitu penglihatan, pendengaran,

fungsi vesibuler dan proprioseptif, kemudian oleh system saraf pusat

yang akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input

sensorik, berperan juga fungsi kognitif dari lansia, bila mengalami

demensia atau kepikunan resiko jatuh akan lebih besar. Selanjutnya

system musculoskeletal juga merupakan faktor yang penting, karena

gangguan pada system musculoskeletal akan mengakibatkan gangguan

gaya berjalan (kelambanan dalam bergerak, langkah yang pendek,

penurunan irama dan pelebaran base support). Selain itu perlambatan

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 21: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

32

reaksi mengakibatkan seseorang lansia terlambat mengantisipasi bila

terpleset atau tersandung yang dapat mengakibatkan jatuh (Setianing,

2010).

b. Faktor penyebab terjadinya jatuh

Faktor penyebab jatuh pada lansia dibagi menjadi 2 bagaian yaitu

faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik:

1) Faktor intrinsik

a) System saraf pusat

Stroke dan TIA (Tarancient Ischemic Attack) yang

menyebabkan hemiparase sering mengakibatkan jatuh pada

lansia, Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat gerak,

maupun depresi yang menyebabkan lansia tidak terlalu

perhatian saat berjalan.

Gangguan kognitif (Demensia) ialah kondisi keruntuhan

kemampuan intelek yang progresif setelah mencapai

pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena

gangguan otak organik, diikuti keruntuhan perilaku dan

kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan fungsi

kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan

pikiran konseptual. Lansia dengan demensia menunjukan

persepsi yang salah terhadap bahaya lingkungan, tergangunya

keseimbangan tubuh dan apraxia menyebabkan kejadian jatuh

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 22: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

33

pada lansia meningkat. Demensia terdapat pada sekitar 3%

lansia yang berusia antara 65-74 tahun dan meningkat sampai

47% pada usia jompo (lebih dari 80 tahun) (Tamher &

Noorkasiani, 2009). Henize (2008) dalam penelitiannya dengan

hasil menunjukan bahwa lansia dengan demensia memiliki

faktor resiko untuk mengalami jatuh.

Gangguan penglihatan (gangguan sistem sensori) seperti

katarak, glukoma, degenerasi mokular, ganguan visus paska

stroke, dan reiopati diabetika meningkat sesuai dengan umur.

Adanya ganguan penglihatan pada lansia menyebabkan lansia

kesuliatan saat berjalan sehingga lansia sering menabrak objek

kemudian terjatuh. Kerr et. al. (2011) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa ganguan penglihatan memiliki resiko untuk

menyebabkan kejadian jatuh atau insiden lainya yang membuat

cedera.

b) Muskuloskeletal

Faktor musculoskeletal merupakan fakor yang benar-benar

murni milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya

kejadian jatuh pada lansia. Gangguan muskuloskeletal

menyebabkan gangguan gaya berjalan dan keseimbangan. Hal

ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis.

Perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah

yang pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan basal.

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 23: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

34

Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan cenderung mudah

goyah. Keterlambatan mengantisipasi bila terpeleset,

tersandung, dan kejadian tiba-tiba dikarenakan terjadi

perpanjangan waktu reaksi sehingga memudahkan jatuh

(Reuben, 1996; Kane, 1994; Tinetti, 1992; Campbell &

Brocklehurst, 1987 dalam Darmojo, 2008).

c) Gangguan gaya berjalan

Salah satu bentuk aplikasi fungsional dari gerak tubuh adalah

pola jalan. Keseimbangan, kekuatan dan fleksibilitas diperlukan

untuk mempertahankan postur tubuh yang baik. Gangguan gaya

berjalan dapat disebabkan oleh karena ganguan musculoskeletal

dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis. Ada

beberapa gangguan gaya berjalan yang sering ditemukan pada

lansia diantaranya :

(1) Gangguan gaya berjalan hemiplegik

Pada hemiplegik terdapat kelemahan dan spastisitas

ekstermitas uniteral dengan fleksi pada ekstermitas atas dan

ekstermitas bawah dalam keadaan ekstensi. Ekstermitas

bawah dalam keadaan ekstensi sehingga berakibat kaki

memanjang. Pasien harus mengayunkan sambil memutar

kakinya untuk melangkah kedepan. Jenis ganguan berjalan

ini ditemukan pada lesi tipe Upper Motor Neuron (UMN).

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 24: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

35

(2) Gangguan gaya berjalan diplegik

Jenis gangguan gaya berjalan ini biasanya ditemukan pada

lesi periventricular bilateral. Eksermitas bawah lebih lumpuh

dibandingkan dengan ekstermitas atas karena akson trakus

kortikospinalis yang mempersarafi ekstermitas bawah

letaknya lebih dekat dengan ventrikel otak.

(3) Gangguan gaya berjalan neurophaty

Gangguan gaya berjalan jenis ini biasanya ditemukan pada

penyakit perifer dimana ekstermitas bawah bagian distal

lebih sering diserang. Karena terjadi kelemahan dalam

dorsifleksi kaki maka pasien harus mengangkat kakiya lebih

tinggi untuk menghindari pergeseran ujung kaki dengan

lantai.

(4) Gangguan gaya berjalan miophaty

Adanya kelainan otot, otot-otot proksimal pelvic girdle

(tulang pelvis yang menyongkong pergerakan ekstermitas

bawah) menjadi lemah. Oleh karena itu, terjadi

ketidakseimbangan pelvis bila melangkah kedepan, sehingga

pelvis miring kekaki sebelahnya, akibatnya terjadi goyangan

dalam berjalan.

(5) Gangguan gaya berjalan parkinsonian

Terjadi regiditas dan bradiknesia dalam berjalan akibat

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 25: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

36

ganguan di ganglia basalis. Tubuh membungkuk kedepan,

langkah kaki memendek, lamban dan terserat disertai dengan

ekspresi wajah seperti topeng.

(6) Gangguan gaya berjalan ataxia

Langkah berjalan menjadi lebar, tidak stabil dan mendadak

akibatnya badan memutar kesamping dan jika berat badan

pasien akan jatuh. Jenis gangguan berjalan ini dijumpai pada

gangguan cerebellum.

(7) Gangguan gaya berjalan khoreoform

Merupakan ganguan gaya berjalan dengan hyperkinesia

akibat gangguan ganglia basalis tipe tertentu. Terdapat

pergerakan yang ireguler seperti ular dan involunter baik

pada ekstermitas bawah maupun atas.

Gangguan gaya berjalan yang terjadi akibat proses menua

tersebut antara lain disebabkan oleh:

(1) Kekakuan jaringan penghubung

(2) Berkurangnya massa otot

(3) Perlambatan konduksi saraf

(4) Penurunan visus/lapang pandang

(5) Kerusakan proprioseptif

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 26: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

37

Yang dapat menyebabkan:

(1) Penurunan range of motion (ROM) sendi

(2) Penurunan kekuatan otot, terutama menyebabkan

kelemahan ekstremitas bawah

(3) Perpanjangan waktu reaksi

(4) Kerusakan persepsi dalam

(5) Peningkatan postural sway (goyangan badan)

2) Faktor Ekstrinsik

a) Lingkungan

Faktor lingkungan terutama yang belum dikenal mempunyai

risiko terhadap jatuh sebesar 31 % (Shobha, 2007). Faktor

lingkungan terdiri dari penerangan yang kurang, benda-benda di

lantai (seperti tersandung karpet), peralatan rumah yang tidak

stabil, tangga tanpa pagar, tempat tidur atau tempat buang air

yang terlalu rendah, lantai yang tidak rata, licin atau menurun,

karpet yang tidak di lem dengan baik, keset yang tebal atau

menekuk pinggirnya, benda-benda alas lantai yang licin dan

mudah tergeser serta alat bantu jalan yang tidak tepat.

b) Aktifitas

Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan

aktifitas biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga dan

mengganti posisi. Hanya sedikit sekali jatuh terjadi pada saat

lansia melakukan aktifitas berbahaya seperti mendaki gunung

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 27: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

38

atau olahraga berat. Jatuh juga sering terjadi pada lansia dengan

banyak kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan oleh

kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak. Jatuh juga

sering terjadi pada lansia yang immobile (jarang bergerak ketika

tiba-tiba ingin pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa

pertolongan (Suyanto, 2008).

Penelitian selama setahun terhadap 4.862 penderita yang

dirawat di rumah sakit atau panti jompo, didapatkan

penderita dengan risiko jatuh paling tinggi adalah penderita

aktif, dengan sedikit gangguan keseimbangan (Probosuseno,

2009). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

Barnedh (2007) terhadap 300 lansia di Puskesmas Tebet

bahwa lansia dengan aktivitas rendah (tidak teratur berolahraga)

berisiko 7,63 kali menderita gangguan keseimbangan

dibandingkan lansia dengan aktivitas tinggi. Oleh karena itu,

prinsip dari manajemen pada lansia dengan keluhan instabilitas

dan jatuh antara lain melakukan terapi aktivitas berupa

penguatan otot dan pengulangan latihan gaya berjalan serta

alat-alat bantu untuk berjalan (Kane dkk, 2006).

c) Obat –obatan

Jumlah obat yang diminum merupakan faktor yang

bermakna terhadap penderita. Empat obat atau lebih

meningkatkan risiko jatuh. Jatuh akibat terapi obat dinamakan

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 28: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

39

jatuh iatrogenik. Obat-obatan yang meningkatkan risiko jatuh

diantaranya obat golongan sedatif dan hipnotik yang dapat

mengganggu stabilitas postur tubuh, yang mengakibatkan

efek samping menyerupai sindroma parkinson seperti diuretik/

anti hipertensi, antidepresan, antipsikotik, obat-obatan

hipoglikemik dan alkohol.

c. Pencegahan jatuh

Upaya pencegahan perlu dilakukan untuk meminimalisir kejadian

jatuh pada lansia. Terdapat tiga usaha pokok pencegahan yang

dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia,

mengidentifikasi faktor resiko dilakukan untuk mencari adanya

faktor intrinsik resiko jatuh, keadaan lingkungan rumah yang

berbahaya yang dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Adapun

upaya penilaian keseimbangan dan gaya berjalan dilakukan untuk

berpindah tempat dan pindah posisi, penilaian postural sangat di

perlukan untuk mengurangi faktor penyebab terjadinya jatuh. Serta

mengatur atau mengatasi fraktur situasional dapat dicegah dengan

melakukan pemeriksaaan rutin kesehatan lansia secara periodik

(Suyanto, 2008). Dibawah ini akan diuraikan beberapa metode

pencegahan jatuh pada lansia :

1) Latihan Fisik

Latihan fisik diharapkan dapat mengurangi resiko jatuh dengan

meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 29: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

40

keseimbangan, koordinasi dan meningkatkan, reaksi terhadap

bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan

obat-obat sedatife. Latihan fisik yang dianjurkan yang melaih

kekuaan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya seperti

berjalan kaki.

2) Modifikasi lingkungan

Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat

menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus

cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin,

bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat. Peralatan rumah

tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat bergeser sendiri)

sebaiknya diganti, peralatan rumah ini sebaiknya diletakkan

sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalan/tempat

aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin, sebaiknya diberi

pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC

sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.

3) Manajemen obat-obatan

Obat-obatan yang menyebabkan hipotensi postural, hipoglikemik

atau penurunan kewaspadaan harus diberikan sangat selektif dan

dengan penjelasan yang komprehensif pada lansia dan

keluargannya tentang risiko terjadinya jatuh akibat minum obat

tertentu. Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 30: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

41

selama pengobatan.

4) Memperbaiki kebiasaan lansia

Berdiri dari posisi duduk atau jongkok dengan cara tidak terlalu

cepat dan tidak dengan mengangkat barang sekaligus. Mengambil

barang dengan cara yang benar dari lantai dan hindari olahraga

berlebihan.

5) Alas kaki

Hindari sepatu berhak tinggi, tidak berjalan dengan kaos kaki

karena sulit untuk menjaga keseimbangan. Memakai alas kaki

antiselip.

6) Alat bantu jalan

Alat bantu berjalan yang dipakai lansia baik berupa tongkat,

tripod, kruk atau walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi

ringan, aman tidak mudah bergeser serta sesuai dengan ukuran

tinggi badan lansia.

7) Penilaian keseimbangandan gaya berjalan

Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya

dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Penilaian

postural sway sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh

pada lansia. Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat

berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi

medik. Penilaian gaya berjalan (gait) juga harus dilakukan dengan

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 31: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

42

cermat apakah penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat

berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup

untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi bila

terdapat kelainan/penurunan.

8) Mengatur atau mengatasi fraktur situasional

Faktor situasional yang bersifat serangan akut, penyakit yang

dideriata lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan

lansia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat

dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan seperti

tersebut diatas. Faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat

dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan penderita. Perlu

diberitahukan pada penderita aktifitas fisik seberapa jauh yang

aman bagi penderita, aktifitas tersebut tidak boleh melampaui

batasan yang diperbolehkan baginya sesuai hasil pemeriksaan

kondisi fisik. Bila lansia sehat dan tidak ada batasan aktifitas fisik,

maka dianjurkan lansia tidak melakukan aktifitas fisik sangat

melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh.

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 32: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

43

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori

Modifikasi Sumber : Lueckenotte (2006), Nugroho (2008), Efendi (2009)

Batasan-batasan lanjut usia:

a) usia pertengahan (middle age) ialah 45-

59 tahun

b) lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun

c) lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun

d) usia sangat tua (very old) ialah di atas

90 tahun.

Sumber : Efendi(2009)

Resiko jatuh pada lansia :

Perubahan pada lansia:

1. Musculoskeletal

2. System persarafan

3. Sensori

4. System respirasi

5. System integument

6. Mental

7. Psikososial

Sumber: Lueckenotte (2006)

Factor Penyebab Jatuh:

Factor Intrinsik:

1. System saraf pusat

2. Demensia (ganguan kognitif)

3. Ganguan system sensori

(penglihatan dan pendengaran)

4. Gangguan gaya berjalan

Factor Ekstrinsik:

1. Lingkungan

2. Aktifitas

3. Obat-obatan

Sumber : Nugroho (2008)

Jatuh / kecelakaan

Lansia

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 33: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

44

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori di atas dapat di susun kerangka konsep sebagai

berikut:

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian jatuh pada lansia

Bagan 2.2 Bagan Kerangka Konsep

1. Ganguan gaya berjalan

2. Ganguan penglihatan

3. Ganguan kognitif

4. Aktifitas

5. Lingkungan

Kejadian jatuh pada lansia

6. Ganguan system saraf

pusat

7. Obat-obatan

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 34: 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : a) Fase inventus ialah 25-40 tahun, b) Fase

45

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Ha = Ada hubungan faktor gangguan gaya berjalan terhadap kejadian jatuh

pada lansia di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.

Ho = Tidak ada hubungan faktor gangguan gaya berjalan terhadap

kejadian jatuh pada lansia di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari,

Kabupaten Pemalang

2. Ha = Ada hubungan faktor gangguan penglihatan terhadap kejadian jatuh

pada lansia di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.

Ho = Tidak ada hubungan faktor gangguan penglihatan terhadap kejadian

jatuh pada lansia di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten

Pemalang.

3. Ha = Ada hubungan faktor gangguan kognitif (demensia) terhadap

kejadian jatuh pada lansia di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari,

Kabupaten Pemalang.

Ho = Tidak ada hubungan faktor gangguan kognitif (demensia) terhadap

kejadian jatuh pada lansia di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari,

Kabupaten Pemalang.

4. Ha = Ada hubungan faktor lingkungan terhadap kejadian jatuh pada lansia

di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.

Ho = Tidak ada hubungan faktor lingkungan terhadap kejadian jatuh pada

lansia di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang

5. Ha = Ada hubungan faktor aktifitas terhadap kejadian jatuh pada lansia di

Desa Batursari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.

Ho = Tidak ada hubungan faktor aktifitas terhadap kejadian jatuh pada

lansia di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.

Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016