1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani...
Transcript of 1. a.repository.ump.ac.id/2066/2/SOIMATUL MUBAROKAH BAB II.pdf · 3) Menurut Dra. Jos Masdani...
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Lanjut Usia
a. Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak bisa
dihindarkan. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor bioligik yang
terdiri dari tiga fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif
(Depkes RI, 2007).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
apabila usianya 65 tahun keatas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup
serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).
b. Batasan-batasan lanjut usia
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-
batasan umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
12
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
13
1) Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1
ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai
usia 60 tahun ke atas”.
2) Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi
menjadi empat kriteria berikut :
a) usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun
b) lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun
c) lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun
d) usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :
a) Fase inventus ialah 25-40 tahun,
b) Fase virilities ialah 40-55 tahun,
c) Fase presenium ialah 55-65 tahun,
d) Fase senium ialah 65 hingga tutup usia.
4) Menurut Eliopolous batasan usia lanjut yaitu:
a) Setengah tua yaitu usia antara 60- 74 tahun.
b) Tua yaitu usia antara 75- 100 tahun.
c) Sangat tua yaitu usia > 100 tahun.
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
14
c. Proses Penuaan
Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses
biologis yang tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang.
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
(gradual) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
serta mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan
terhadap cedera, termasuk adanya infeksi. Proses penuaan sudah mulai
berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain
sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan
yang tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan seseorang mulai menurun.
Setiap orang memiliki fungsi fisiologis alat tubuh yang sangat
berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi tersebut maupun saat
menurunnya. Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya
pada usia 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan
berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit
demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usia (Mubarak, 2009).
Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah,
baik secara biologis, mental, maupun ekonomi. Semakin lanjut usia
seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga
dapat mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya (Tamher,
2009). Oleh karena itu, perlu membantu lansia untuk menjaga harkat dan
otonomi maksimal meskipun dalam keadaan kehilangan fisik, sosial dan
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
15
psikologis (Smeltzer, 2009).
d. Teroti – teori penuaan
1) Teori biologis
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow
theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
a) Teori genetik dan mutasi. Menurut teori genetik dan mutasi,
semua terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi.
b) Immunology slow theory. Menurut immunology slow theory,
sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh yang dapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh.
c) Teori stres. Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat
hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha, dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
d) Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas,
tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
16
protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan
regenerasi.
2) Teori psikologi
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya
penurunan dan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan
kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka
sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Persepsi merupakan
kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan
fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan
untuk menerima, memproses, dan merespons stimulus sehingga
terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang
ada.
3) Teori sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan,
yaitu teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan
diri (disengagement theory), teori aktivitas (activity theory), teori
kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan (development
theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification theory).
a) Teori interaksi sosial. Teori ini mencoba menjelaskan mengapa
lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal
yang dihargai masyarakat. Pada lansia, kekuasaan dan prestasinya
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
17
berkurang sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga
berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan
mereka untuk mengikuti perintah.
b) Teori penarikan diri. Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan
yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri
dari pergaulan di sekitarnya.
c) Teori aktivitas. Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses
bergantung bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam
melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih
penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.
d) Teori kesinambungan. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup
seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada
saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup,
perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun
ia telah menjadi lansia.
e) Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan
bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan
bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut
yang dapat bernilai positif ataupun negatif. Akan tetapi, teori ini
tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
18
atau yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.
f) Teori stratifikasi usia. Keunggulan teori stratifikasi usia adalah
bahwa pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik dan dapat
dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia secara kelompok dan
bersifat makro. Setiap kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang
demografi dan keterkaitannya dengan kelompok usia lainnya.
Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk
menilai lansia secara perorangan, mengingat bahwa stratifikasi
sangat kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas
dan kelompok etnik.
4) Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian
hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu
tentang arti kehidupan.
e. Perubahan yang terjadi pada lansia
Seiring dengan pertambahan usia pada lansia, lansia banyak
mengalami perubahan. Perubahan yang di alami lansia meliputi
perubahan mental, fisik, dan kehidupan seksual. Perubahan mental
meliputi: 1) daya ingat menurun, terutama peristiwa yang baru saja
terjadi, 2) sering lupa/ pikun, sering sangat menggangu dalam pergaulan
dengan lupa nama orang, 3) emosi berubah, sering marah-marah, harga
diri tinggi, dan mudah tersinggung.
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
19
Sedangkan perubahan fisik meliputi: 1) kekuatan fisik secara
menyeluruh dirasakan berkurang, merasa cepat capek dan stamina
menurun, 2) sikap badan yang semula tegap jadi membongkok, otot-otot
mengecil, hipotrofis, 3) kulit mengerut dan menjadi keriput, garis-garis di
wajah dan sudut mata, 4) rambut memutih dan pertumbuhan berkurang,
5) gigi mulai rontok, 6) pendengaran, daya cium, dan perasa mulut
menurun, 7) perubahan pada mata, pandangan dekat berkurang, adaptasi
gelap melambat, lingkaran putih pada kornea dan lensa menjadi keruh,
dan 8) pengapuran pada tulang rawan.
Perubahan fisiologis pada lanjut usia yang berkaitan dengan kejadian
jatuh diantaranya adalah perubahan sistem muskuloskeletal, sistem
persyarafan dan sistem sensoris (Lueckenotte, 2006).
1) Perubahan Muskuloskeletal
Gangguan musculoskeletal pada usia lanjut merupakan salah satu
kasus yang lazim dijumpai pada praktik sehari-hari. Penurunan
progesif pada massa tulang total terjadi sesuai proses penuaan.
Beberapa kemungkinan penyebab dari penurunan ini meliputi ketidak
aktifan fisik, perubahan hormonal, dan pemecahan tulang (resorpsi
tulang). Perubahan muskuloskeletal antara lain pada jaringan
penghubung, kartilago, tulang, otot dan sendi.
a) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)
Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon,
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
20
tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan
menjadi tidak teratur dan penurunan hubungan pada jaringan
kolagen, merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas pada
jaringan tubuh. Sel kolagen mencapai puncak mekaniknya karena
penuaan, kekakuan dari kolagen mulai menurun. Kolagen dan
elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung
mengalami perubahan kualitas dan kuantitasnya. Perubahan pada
kolagen itu merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia
sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan
kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan
bergerak dari duduk keberdiri, jongkok dan berjalan dan hambatan
dalam melekukan aktivitas sehari-hari. upaya fisioterapi untuk
mengurangi dampak tersebut adalah memberikan latihan untuk
menjaga mobilitas.
b) Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami
granulasi akhirnya permukaan sendi menjadi rata. Selanjutnya
kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi
yang terjadi cenderung ke arah progesif. Proteoglikan yang
merupakan komponen dasar matrik kartilago berkurang atau
hilang secara bertahap. Sehingga jaringan fibril pada kolagen
kehilangan kekuatanya dan akhirnya kartilago cenderung
mengalami fibrilasi. Kartilago mengalami kalsifikasi di beberapa
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
21
tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago
menjadi tidak efektif tidak hanya sebagai peredam kejut, tetapi
sebagai permukaan sendi yang berpelumas. Konsekuensinya
kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.
Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat
badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami peradangan,
kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya aktivitas
sehari-hari. Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dapat
diberikan teknik perlindungan sendi.
c) Tulang
Kekurangan kepadatan tulang, setelah diobservasi adalah bagian
dari penuaan fisiologis. Trabekula longitudinal menjadi tipis
trabekula tranversal terabsorbsi kembali, sehingga akibat
perubahan itu, jumlah tulang spongiosa berkurang dan tulang
kompakta menjadi tipis. Perubahan lain yang terjadi adalah
penurunan estrogen sehingga produksi osteoklas tidak terkendali,
penurunan penyerapan kalsium diusus, peningkatan haversi
sehingga tulang keropos. Berikutnya jaringan tulang secara
keseluruhan menyebabkan kekuatan dan kekakuan tulang
menurun. Dampak berkurangnya kepadatan akan mengakibatkan
osteoporosis. Osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri,
deformitas, fraktur. Latihan fisik dapat diberikan sebagai cara
untuk mencegah osteoporosis.
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
22
d) Otot
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi.
Menurunnya jumlah dan ukuran serabut otot, meningkatnya
jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan
efek negatif. Perubahan otot pada penuaan antara lain menurunya
jumlah serabut otot, atrofi pada beberapa serabut otot dan fibril
menjadi tidak teratur dan hipertropi pada serabut otot yang lain,
penurunan 30% massa otot, meningkatnya jaringan lemak,
degenerasi miofibril. Dampak dari perubahan otot tersebut adalah
menurunya kekuatan, menurunnya fleksibilitas, meningkatnya
waktu reaksi dan menurunnya kemampuan fungsional otot. Untuk
mencegah perubahan lebih lanjut dapat diberikan latihan untuk
mempertahankan mobilitas.
e) Sendi
Pada lanjut usia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligamen dan fasia mengalami penurunan elastis, ligamen,
kartilago dan jaringan periartikular mengalami penurunan daya
lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi, kalsifikasi pada
kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya
sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi, gangguan jalan dan
aktivitas keseharian lainnya. Upaya pencegahan kerusakan sendi
antara lain memberikan teknik perlindungan sendi dalam
beraktivitas.
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
23
2) Perubahan Sistem Persarafan
Sistem neurologis, terutama otak adalah suatu faktor utama dalam
penuaan. Neuron-neuron menjadi semakin komplek dan tumbuh,
tetapi neuron-neuron tersebut tidak dapat mengalami regenerasi.
Perubahan struktural yang paling terlihat terjadi pada otak itu sendiri.
Walaupun bagian lain dari sistem saraf pusat juga terpengaruh.
Perubahan ukuran otak yang dipengaruhi oleh atrofi girus dan dilatasi
sulkus dan ventrikel otak. Korteks serebral adalah daerah otak yang
paling besar dipengaruhi oleh kehilangan neuron. Penurunan aliran
darah serebral dan penggunaan oksigen dapat pula terjadi dengan
penuaan. Perubahan dalam sistem neurologis dapat termasuk
kehilangan dan penyusutan neuron, dengan potensial 105 kehilangan
yang diketahui pada usia 80 tahun. Secara fungsional terdapat suatu
perlambatan reflek tendon, terdapat kecenderungan ke arah tremor
dan langkah yang pendek-pendek atau gaya berjalan dengan langkah
kaki melebar disertai dengan berkurangnya gerakan yang sesuai.
Waktu reaksi menjadi lebih lambat, dengan penurunan atau hilangnya
hentakan pergelangan kaki dan pengurangan reflek lutut, bisep dan
trisep terutama karena pengurangan dendrit dan perubahan pada
sinaps, yang memperlambat konduksi (Stanley, 2006). Menurut
Pujiastuti (2009), lanjut usia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penuaan
menyebabkan penurunan persepsi sensorik dan respon motorik pada
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
24
susunan susunan saraf pusat. Hal ini terjadi karena susunan saraf
pusat pada lanjut usia mengalami perubahan. Berat otak pada lansia
berkurang berkaitan dengan berkurangnya kandungan protein dan
lemah pada otak sehingga otak menjadi lebih ringan. Akson, dendrit
dan badan sel saraf banyak mengalami kematian, sedang yang hidup
banyak mengalami perubahan. Dendrit yang berfungsi untuk
komunikasi antar sel mengalami perubahan menjadi lebih tipis dan
kehilangan kontak antar sel. Daya hantar saraf mengalami penurunan
10% sehingga gerakan menjadi lamban. Akson dalam medula spinalis
menurun 37%. Perubahan tersebut mengakibatkan penurunan
kognitif, koordinasi, keseimbangan, kekuatan otot, reflek, perubahan
postur dan waktu reaksi. Hal itu dapat dicegah dengan latihan
koordinasi dan keseimbangan. Menurut Stanley (2006), manifestasi
klinis yang berhubungan dengan defisit neurologis pada klien lanjut
usia dapat dipandang dari berbagai perspektif: fisik, fungsional,
kognisi dan komunikasi.
a) Fisik
Dampak dari penuaan pada system saraf pusat sukar untuk
ditentukan, karena hubungan fungsi sistem ini dengan sistem
tubuh yang lain. Dengan gangguan perfusi dan gangguan aliran
darah serebral, lanjut usia berisiko lebih besar untuk mengalami
kerusakan serebral dan metabolisme yang sudah diketahui.
Dengan penurunan kecepatan konduksi saraf, reflek yang lebih
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
25
lambat, dan respon yang tertunda untuk berbagai stimulus yang
dialami maka terdapat pengurangan sensasi kinestetik.
b) Fungsi
Defisit fungsional pada gangguan neurologis berhubungan dengan
penurunan mobilitas pada lanjut usia, yang disebabkan oleh
penurunan kekuatan, rentang gerak dan kelenturan. Penurunan
pergerakan merupakan akibat dari kifosis, pembesaran sendi-
sendi, kesenjangan dan penurunan tonus otot. Atrofi dan
penurunan jumlah serabut otot dengan jaringan fibrosa secara
berangsur-angsur menggantikan jaringan otot. Dengan penurunan
massa otot, kekuatan dan pergerakan secara keseluruhan, lanjut
usia memperlihatkan kelemahan secara umum dihubungkan
dengan degenerasi system ekstrapiramidal. Kekejangan dapat
diakibatkan oleh cedera motor neuron di dalam susunan saraf
pusat. Kejang yang berat dapat mengakibatkan berkurangnya
fleksibilitas, postur tubuh dan mobilitas fungsional, juga nyeri
sendi, kontraktur dan masalah dengan pengaturan posisi. Tendon
dapat mengalami sklerosis dan penyusutan, yang menyebabkan
penurunan hentakan tendon. Defisit mobilitas fungsional dan
pergerakan membuat lanjut usia menjadi sangat rentan untuk
mengalami gangguan integritas kulit dan jatuh.
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
26
3) Perubahan Sensori
Banyak lanjut usia memiliki masalah sensoris yang berhubungan
dengan perubahan normal akibat penuaan. Defisit sensoris perubahan
penglihatan merupakan bagian dari penyesuaian berkesinambungan
yang datang dalam kehidupan usia lanjut. Perubahan penglihatan
mempengaruhi pemenuhan aktifitas kebutuhan sehari-hari. Perubahan
penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses
penuaan termasuk penurunan kemampuan untuk melakukan
akomodasi, konstriksi pupil akibat penuaan dan perubahan warna
serta kekeruhan lensa mata. Perubahan penglihatan pada awalnya
dimulai dengan terjadinya presbiopi, kehilangan kemampuan
akomodatif di mulai pada dekade keempat kehidupan, ketika
seseorang memiliki masalah dalam membaca huruf-huruf yang kecil.
Kerusakan akomodasi mata terjadi karena otot-otot siliaris menjadi
lemah dan lebih kendur, dan lensa mengalami sklerosis dengan
kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk memusatkan data
(penglihatan jarak dekat). Ukuran pupil menurun karena sfingter pupil
mengalami sklerosis. Miosis pupil dapat mempersempit lapang
pandang dan mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu.
Perubahan warna misalnya menguning dan meningkatnya kekeruhan
lensa kristal yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menimbulkan
katarak. Katarak menimbulkan tanda dan gejala penuaan yang
mengganggu penglihatan dan aktivitas setiap hari. Penglihatan yang
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
27
kabur dan seperti terdapat selaput di atas mata adalah gejala umum,
yang mengakibatkan kesukaran dalam mengfokuskan penglihatan
dan membaca. Selain itu lanjut usia harus didorong untuk
menggunakan lampu yang terang dan tidak menyilaukan. Sensitivitas
terhadap cahaya sering terjadi, menyebabkan lanjut usia sering
mengedipkan mata terhadap cahaya terang atau ketika berada di luar
pada siang hari yang cerah. Lanjut usia memerlukan penggunaan
cahaya pada malam hari di dalam rumah dan waktu tambahan untuk
melakukan penyesuaian penglihatan terhadap perubahan kekuatan
penerangan ketika meninggalkan suatu lingkungan yang memiliki
pencahayaan baik ke suatu lingkungan yang pencahayaan redup.
Lanjut usia harus diajarkan untuk menggunakan tangan mereka
sebagai pemandu pada pegangan tangga dan menggunakan cat yang
terang pada bagian tepi anak tangga (Stanley, 2006)
Kehilangan pendengaran pada lanjut usia disebut presbikusis.
Penyebab tidak diketahui tetapi berbagi faktor yang telah diteliti
adalah nutrisi, faktor genetika, suara gaduh, hipertensi, stress
emosional. Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural,
tetapi juga dapat berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan
presbikusis. Penurunan pendengaran sensorineural terjadi saat telinga
bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik (saraf
pendengaran, batang otak atau jalur kortikal pendengaran). Penyebab
dari perubahan konduksi tidak diketahui, tetapi masih berkaitan
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
28
dengan perubahan pada tulang di dalam telinga tengah, dalam bagian
koklear atau di dalam tulang mastoid. Dalam presbikusis, suara
konsonan derngan nada tinggi merupakan yang pertama kali
terpengaruh, dan perubahan dapat terjadi secara bertahap. Karena
perubahan berlangsung lambat, lanjut usia mungkin tidak segera
mencari bantuan yang dalam hal ini sangat penting sebab semakin
cepat kehilangan pendengaran dapat diidentifikasi dan alat bantu
diberikan, semakin besar kemungkinan untuk berhasil. Karena
kehilangan pendengaran pada umunya berlangsung secara bertahap.
Dua masalah fungsional pendengaran pada populasi lanjut usia adalah
ketidakmampuan untuk mendeteksi volume suara dan
ketidakmampuan untuk mendeteksi suara dengan nada frekuensi
tinggi seperti beberapa konsonan misalnya f, s, sk, sh dan Perubahan-
perubahan ini dapat terjadi pada salah satu atau kedua telinga.
4) Perubahan system respirasi
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunya aktifitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas,
kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasaan maksimum menurun, kedalaman bernafas menurun,
alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang oksigen
pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO² pada arteri tidak
terganti, kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot
pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia (Maryam,
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
29
2008).
5) Perubahan system kulit(integumentary system)
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit menjadi kering (karena kehilangan proses kratinasi
serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis), menurunya
respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun yaitu
produksi serum menurun, gangauan pigmentasi kulit, kulit kepala dan
rambut menipis berwarna kelabu rambut dalam hidung dan telinga
menebal, berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan
vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kelenjar keringat
berkurang dari jumlah dan fungsinya, kuku menjadi memudar kurang
bercahaya (Maryam, 2008).
6) Perubahan mental
Perubahan mental lansia dapat berupa perubahan sikap yang semakin
egosentrik, mudah curiga dan bertambah pelit atau tamak bila
menginginkan sesuatu. Lansia tetap mengharapakan di beri peranan
dalam masyarakat. Sikap umum yang di temukan yaitu hampir semua
lansia mempunyai keinginan berumur panjang. Jika meninggalpun
mereka ingin meninggal dengan terhormat. Faktor yang
mempengaruhi meliputi perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat
pendidikan, keturuan dan lingkungan (Nugroho, 2008).
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
30
7) Perubahan psikososial
Nilai seseorang diukur melalui produktifitasnya dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun, seseorang akan
mengalami kehilangan, yaitu kehilangan finansial, kehilangan status,
kehilangan teman, dan kehilangan pekerjaan (Nugroho, 2008).
2. Jatuh
a. Pengertian jatuh
Jatuh adalah kejadian yang tidak disengaja yang mengakibatkan
lansia terbaring dilantai atau berada pada tingkat yang lebih rendah
(Kellogg International Work Group, 1987 dalam Newton, 2008). Jatuh
merupakan suatu kejadian yang dilaporkan oleh penderita atau saksi
mata yang melihat kejadian dan mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring atau terduduk dilantai dengan atau tanpa kehilangan kesadaran
atau luka (Reuben, 1996 dalam Darmojo, 2008). Jatuh merupakan suatu
kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada di
permukaan tanah tanpa disengaja. Kejadian jatuh tersebut adalah dari
penyebab yang spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari
mereka yang dalam keadaan sadar mengalami jatuh (Stanley & Particia,
2009).
Jatuh akan menyebabkan cedera jaringan lunak, bahkan fraktur
pangkal paha atau pergelangan tanggan. Keadaan tersebut
menyebabkan nyeri dan imobilisasi dengan segala akibat (Tamher &
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
31
Noorkasiani, 2009). Berdasarkan beberapa pengertian jatuh di atas,
dapat disimpulkan bahwa jatuh adalah kejadian tiba-tiba dan tidak
disengaja yang mengakibatkan seseorang terbaring atau terduduk di
lantai.
Jatuh merupakan masalah fisik yang sering dialami oleh lansia
akibat proses penuaan (Pudjiastuti, 2009). Jatuh dapat mengakibatkan
trauma serius, seperti nyeri, kelumpuhan bahkan kematian. Hal ini
menimbulkan rasa takut dan hilangnya rasa percaya diri sehingga lansia
membatasi aktivitasnya sehari-hari yang menyebabkan menurunnya
kualitas hidup pada lansia yang mengalaminya (Stockslager &
Schaeffer, 2008). Untuk mengatasi masalah akibat jatuh inilah
diperlukan penanganan yang sesuai untuk mencegah kejadian jatuh
(Stanley dan Bare, 2006).
Jatuh dapat disebabkan oleh karena berkurangnya stabilitas tubuh
yang dibentuk oleh system sensorik yaitu penglihatan, pendengaran,
fungsi vesibuler dan proprioseptif, kemudian oleh system saraf pusat
yang akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input
sensorik, berperan juga fungsi kognitif dari lansia, bila mengalami
demensia atau kepikunan resiko jatuh akan lebih besar. Selanjutnya
system musculoskeletal juga merupakan faktor yang penting, karena
gangguan pada system musculoskeletal akan mengakibatkan gangguan
gaya berjalan (kelambanan dalam bergerak, langkah yang pendek,
penurunan irama dan pelebaran base support). Selain itu perlambatan
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
32
reaksi mengakibatkan seseorang lansia terlambat mengantisipasi bila
terpleset atau tersandung yang dapat mengakibatkan jatuh (Setianing,
2010).
b. Faktor penyebab terjadinya jatuh
Faktor penyebab jatuh pada lansia dibagi menjadi 2 bagaian yaitu
faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik:
1) Faktor intrinsik
a) System saraf pusat
Stroke dan TIA (Tarancient Ischemic Attack) yang
menyebabkan hemiparase sering mengakibatkan jatuh pada
lansia, Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat gerak,
maupun depresi yang menyebabkan lansia tidak terlalu
perhatian saat berjalan.
Gangguan kognitif (Demensia) ialah kondisi keruntuhan
kemampuan intelek yang progresif setelah mencapai
pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena
gangguan otak organik, diikuti keruntuhan perilaku dan
kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan fungsi
kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan
pikiran konseptual. Lansia dengan demensia menunjukan
persepsi yang salah terhadap bahaya lingkungan, tergangunya
keseimbangan tubuh dan apraxia menyebabkan kejadian jatuh
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
33
pada lansia meningkat. Demensia terdapat pada sekitar 3%
lansia yang berusia antara 65-74 tahun dan meningkat sampai
47% pada usia jompo (lebih dari 80 tahun) (Tamher &
Noorkasiani, 2009). Henize (2008) dalam penelitiannya dengan
hasil menunjukan bahwa lansia dengan demensia memiliki
faktor resiko untuk mengalami jatuh.
Gangguan penglihatan (gangguan sistem sensori) seperti
katarak, glukoma, degenerasi mokular, ganguan visus paska
stroke, dan reiopati diabetika meningkat sesuai dengan umur.
Adanya ganguan penglihatan pada lansia menyebabkan lansia
kesuliatan saat berjalan sehingga lansia sering menabrak objek
kemudian terjatuh. Kerr et. al. (2011) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa ganguan penglihatan memiliki resiko untuk
menyebabkan kejadian jatuh atau insiden lainya yang membuat
cedera.
b) Muskuloskeletal
Faktor musculoskeletal merupakan fakor yang benar-benar
murni milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya
kejadian jatuh pada lansia. Gangguan muskuloskeletal
menyebabkan gangguan gaya berjalan dan keseimbangan. Hal
ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis.
Perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah
yang pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan basal.
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
34
Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan cenderung mudah
goyah. Keterlambatan mengantisipasi bila terpeleset,
tersandung, dan kejadian tiba-tiba dikarenakan terjadi
perpanjangan waktu reaksi sehingga memudahkan jatuh
(Reuben, 1996; Kane, 1994; Tinetti, 1992; Campbell &
Brocklehurst, 1987 dalam Darmojo, 2008).
c) Gangguan gaya berjalan
Salah satu bentuk aplikasi fungsional dari gerak tubuh adalah
pola jalan. Keseimbangan, kekuatan dan fleksibilitas diperlukan
untuk mempertahankan postur tubuh yang baik. Gangguan gaya
berjalan dapat disebabkan oleh karena ganguan musculoskeletal
dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis. Ada
beberapa gangguan gaya berjalan yang sering ditemukan pada
lansia diantaranya :
(1) Gangguan gaya berjalan hemiplegik
Pada hemiplegik terdapat kelemahan dan spastisitas
ekstermitas uniteral dengan fleksi pada ekstermitas atas dan
ekstermitas bawah dalam keadaan ekstensi. Ekstermitas
bawah dalam keadaan ekstensi sehingga berakibat kaki
memanjang. Pasien harus mengayunkan sambil memutar
kakinya untuk melangkah kedepan. Jenis ganguan berjalan
ini ditemukan pada lesi tipe Upper Motor Neuron (UMN).
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
35
(2) Gangguan gaya berjalan diplegik
Jenis gangguan gaya berjalan ini biasanya ditemukan pada
lesi periventricular bilateral. Eksermitas bawah lebih lumpuh
dibandingkan dengan ekstermitas atas karena akson trakus
kortikospinalis yang mempersarafi ekstermitas bawah
letaknya lebih dekat dengan ventrikel otak.
(3) Gangguan gaya berjalan neurophaty
Gangguan gaya berjalan jenis ini biasanya ditemukan pada
penyakit perifer dimana ekstermitas bawah bagian distal
lebih sering diserang. Karena terjadi kelemahan dalam
dorsifleksi kaki maka pasien harus mengangkat kakiya lebih
tinggi untuk menghindari pergeseran ujung kaki dengan
lantai.
(4) Gangguan gaya berjalan miophaty
Adanya kelainan otot, otot-otot proksimal pelvic girdle
(tulang pelvis yang menyongkong pergerakan ekstermitas
bawah) menjadi lemah. Oleh karena itu, terjadi
ketidakseimbangan pelvis bila melangkah kedepan, sehingga
pelvis miring kekaki sebelahnya, akibatnya terjadi goyangan
dalam berjalan.
(5) Gangguan gaya berjalan parkinsonian
Terjadi regiditas dan bradiknesia dalam berjalan akibat
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
36
ganguan di ganglia basalis. Tubuh membungkuk kedepan,
langkah kaki memendek, lamban dan terserat disertai dengan
ekspresi wajah seperti topeng.
(6) Gangguan gaya berjalan ataxia
Langkah berjalan menjadi lebar, tidak stabil dan mendadak
akibatnya badan memutar kesamping dan jika berat badan
pasien akan jatuh. Jenis gangguan berjalan ini dijumpai pada
gangguan cerebellum.
(7) Gangguan gaya berjalan khoreoform
Merupakan ganguan gaya berjalan dengan hyperkinesia
akibat gangguan ganglia basalis tipe tertentu. Terdapat
pergerakan yang ireguler seperti ular dan involunter baik
pada ekstermitas bawah maupun atas.
Gangguan gaya berjalan yang terjadi akibat proses menua
tersebut antara lain disebabkan oleh:
(1) Kekakuan jaringan penghubung
(2) Berkurangnya massa otot
(3) Perlambatan konduksi saraf
(4) Penurunan visus/lapang pandang
(5) Kerusakan proprioseptif
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
37
Yang dapat menyebabkan:
(1) Penurunan range of motion (ROM) sendi
(2) Penurunan kekuatan otot, terutama menyebabkan
kelemahan ekstremitas bawah
(3) Perpanjangan waktu reaksi
(4) Kerusakan persepsi dalam
(5) Peningkatan postural sway (goyangan badan)
2) Faktor Ekstrinsik
a) Lingkungan
Faktor lingkungan terutama yang belum dikenal mempunyai
risiko terhadap jatuh sebesar 31 % (Shobha, 2007). Faktor
lingkungan terdiri dari penerangan yang kurang, benda-benda di
lantai (seperti tersandung karpet), peralatan rumah yang tidak
stabil, tangga tanpa pagar, tempat tidur atau tempat buang air
yang terlalu rendah, lantai yang tidak rata, licin atau menurun,
karpet yang tidak di lem dengan baik, keset yang tebal atau
menekuk pinggirnya, benda-benda alas lantai yang licin dan
mudah tergeser serta alat bantu jalan yang tidak tepat.
b) Aktifitas
Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan
aktifitas biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga dan
mengganti posisi. Hanya sedikit sekali jatuh terjadi pada saat
lansia melakukan aktifitas berbahaya seperti mendaki gunung
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
38
atau olahraga berat. Jatuh juga sering terjadi pada lansia dengan
banyak kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan oleh
kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak. Jatuh juga
sering terjadi pada lansia yang immobile (jarang bergerak ketika
tiba-tiba ingin pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa
pertolongan (Suyanto, 2008).
Penelitian selama setahun terhadap 4.862 penderita yang
dirawat di rumah sakit atau panti jompo, didapatkan
penderita dengan risiko jatuh paling tinggi adalah penderita
aktif, dengan sedikit gangguan keseimbangan (Probosuseno,
2009). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Barnedh (2007) terhadap 300 lansia di Puskesmas Tebet
bahwa lansia dengan aktivitas rendah (tidak teratur berolahraga)
berisiko 7,63 kali menderita gangguan keseimbangan
dibandingkan lansia dengan aktivitas tinggi. Oleh karena itu,
prinsip dari manajemen pada lansia dengan keluhan instabilitas
dan jatuh antara lain melakukan terapi aktivitas berupa
penguatan otot dan pengulangan latihan gaya berjalan serta
alat-alat bantu untuk berjalan (Kane dkk, 2006).
c) Obat –obatan
Jumlah obat yang diminum merupakan faktor yang
bermakna terhadap penderita. Empat obat atau lebih
meningkatkan risiko jatuh. Jatuh akibat terapi obat dinamakan
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
39
jatuh iatrogenik. Obat-obatan yang meningkatkan risiko jatuh
diantaranya obat golongan sedatif dan hipnotik yang dapat
mengganggu stabilitas postur tubuh, yang mengakibatkan
efek samping menyerupai sindroma parkinson seperti diuretik/
anti hipertensi, antidepresan, antipsikotik, obat-obatan
hipoglikemik dan alkohol.
c. Pencegahan jatuh
Upaya pencegahan perlu dilakukan untuk meminimalisir kejadian
jatuh pada lansia. Terdapat tiga usaha pokok pencegahan yang
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia,
mengidentifikasi faktor resiko dilakukan untuk mencari adanya
faktor intrinsik resiko jatuh, keadaan lingkungan rumah yang
berbahaya yang dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Adapun
upaya penilaian keseimbangan dan gaya berjalan dilakukan untuk
berpindah tempat dan pindah posisi, penilaian postural sangat di
perlukan untuk mengurangi faktor penyebab terjadinya jatuh. Serta
mengatur atau mengatasi fraktur situasional dapat dicegah dengan
melakukan pemeriksaaan rutin kesehatan lansia secara periodik
(Suyanto, 2008). Dibawah ini akan diuraikan beberapa metode
pencegahan jatuh pada lansia :
1) Latihan Fisik
Latihan fisik diharapkan dapat mengurangi resiko jatuh dengan
meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
40
keseimbangan, koordinasi dan meningkatkan, reaksi terhadap
bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan
obat-obat sedatife. Latihan fisik yang dianjurkan yang melaih
kekuaan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya seperti
berjalan kaki.
2) Modifikasi lingkungan
Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat
menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus
cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin,
bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat. Peralatan rumah
tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat bergeser sendiri)
sebaiknya diganti, peralatan rumah ini sebaiknya diletakkan
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalan/tempat
aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin, sebaiknya diberi
pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC
sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.
3) Manajemen obat-obatan
Obat-obatan yang menyebabkan hipotensi postural, hipoglikemik
atau penurunan kewaspadaan harus diberikan sangat selektif dan
dengan penjelasan yang komprehensif pada lansia dan
keluargannya tentang risiko terjadinya jatuh akibat minum obat
tertentu. Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
41
selama pengobatan.
4) Memperbaiki kebiasaan lansia
Berdiri dari posisi duduk atau jongkok dengan cara tidak terlalu
cepat dan tidak dengan mengangkat barang sekaligus. Mengambil
barang dengan cara yang benar dari lantai dan hindari olahraga
berlebihan.
5) Alas kaki
Hindari sepatu berhak tinggi, tidak berjalan dengan kaos kaki
karena sulit untuk menjaga keseimbangan. Memakai alas kaki
antiselip.
6) Alat bantu jalan
Alat bantu berjalan yang dipakai lansia baik berupa tongkat,
tripod, kruk atau walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi
ringan, aman tidak mudah bergeser serta sesuai dengan ukuran
tinggi badan lansia.
7) Penilaian keseimbangandan gaya berjalan
Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya
dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Penilaian
postural sway sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh
pada lansia. Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat
berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi
medik. Penilaian gaya berjalan (gait) juga harus dilakukan dengan
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
42
cermat apakah penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat
berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup
untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi bila
terdapat kelainan/penurunan.
8) Mengatur atau mengatasi fraktur situasional
Faktor situasional yang bersifat serangan akut, penyakit yang
dideriata lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan
lansia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat
dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan seperti
tersebut diatas. Faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat
dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan penderita. Perlu
diberitahukan pada penderita aktifitas fisik seberapa jauh yang
aman bagi penderita, aktifitas tersebut tidak boleh melampaui
batasan yang diperbolehkan baginya sesuai hasil pemeriksaan
kondisi fisik. Bila lansia sehat dan tidak ada batasan aktifitas fisik,
maka dianjurkan lansia tidak melakukan aktifitas fisik sangat
melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh.
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
43
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori
Modifikasi Sumber : Lueckenotte (2006), Nugroho (2008), Efendi (2009)
Batasan-batasan lanjut usia:
a) usia pertengahan (middle age) ialah 45-
59 tahun
b) lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun
c) lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun
d) usia sangat tua (very old) ialah di atas
90 tahun.
Sumber : Efendi(2009)
Resiko jatuh pada lansia :
Perubahan pada lansia:
1. Musculoskeletal
2. System persarafan
3. Sensori
4. System respirasi
5. System integument
6. Mental
7. Psikososial
Sumber: Lueckenotte (2006)
Factor Penyebab Jatuh:
Factor Intrinsik:
1. System saraf pusat
2. Demensia (ganguan kognitif)
3. Ganguan system sensori
(penglihatan dan pendengaran)
4. Gangguan gaya berjalan
Factor Ekstrinsik:
1. Lingkungan
2. Aktifitas
3. Obat-obatan
Sumber : Nugroho (2008)
Jatuh / kecelakaan
Lansia
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
44
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori di atas dapat di susun kerangka konsep sebagai
berikut:
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian jatuh pada lansia
Bagan 2.2 Bagan Kerangka Konsep
1. Ganguan gaya berjalan
2. Ganguan penglihatan
3. Ganguan kognitif
4. Aktifitas
5. Lingkungan
Kejadian jatuh pada lansia
6. Ganguan system saraf
pusat
7. Obat-obatan
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
45
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Ha = Ada hubungan faktor gangguan gaya berjalan terhadap kejadian jatuh
pada lansia di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.
Ho = Tidak ada hubungan faktor gangguan gaya berjalan terhadap
kejadian jatuh pada lansia di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari,
Kabupaten Pemalang
2. Ha = Ada hubungan faktor gangguan penglihatan terhadap kejadian jatuh
pada lansia di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.
Ho = Tidak ada hubungan faktor gangguan penglihatan terhadap kejadian
jatuh pada lansia di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten
Pemalang.
3. Ha = Ada hubungan faktor gangguan kognitif (demensia) terhadap
kejadian jatuh pada lansia di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari,
Kabupaten Pemalang.
Ho = Tidak ada hubungan faktor gangguan kognitif (demensia) terhadap
kejadian jatuh pada lansia di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari,
Kabupaten Pemalang.
4. Ha = Ada hubungan faktor lingkungan terhadap kejadian jatuh pada lansia
di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.
Ho = Tidak ada hubungan faktor lingkungan terhadap kejadian jatuh pada
lansia di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang
5. Ha = Ada hubungan faktor aktifitas terhadap kejadian jatuh pada lansia di
Desa Batursari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.
Ho = Tidak ada hubungan faktor aktifitas terhadap kejadian jatuh pada
lansia di Desa Batursari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.
Faktor-Faktor Yang..., SOIMATUL MUBAROKAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016