1-6. Buku Petunjuk Praktikum

9
Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II 1 == Praktikum bertujuan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan teknis, analisa, pemahaman konsep, manajemen waktu, kerja sama, ketelitian, dan banyak manfaat lainnya ===== K K K I I I N N N E E E T T T I I I K K K A A A R R R E E E A A A K K K S S S I I I H H H I I I D D D R R R O O O L L L I I I S S S I I I S S S S S S U U U K K K R R R O O O S S S A A A Kompetensi yang akan dicapai: mahasiswa memahami konsep kinetika reaksi dan bisa menentukan konstanta laju reaksi kimia mahasiswa memahami konsep radiasi dan zat optif aktif guna menunjang pembelajaran kimia organik dan biokimia mahasiswa dapat menggunakan polarimeter untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari sudut putar (specific rotation) zat optis aktif. 2. Menentukan konstanta laju reaksi hidrolisis sukrosa dengan katalis asam. B. Dasar Teori 1. Kinetika reaksi sukrosa Sukrosa merupakan disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Reaksi hidrolisisnya menggunakan katalis asam dapat dilihat pada persamaan 1. + + + + + + H O H C O H C H O H O H C 6 12 6 6 12 6 2 11 22 12 ........................... (1) Laju pengurangan sukrosa sebagai fungsi t dapat dituliskan pada persamaan 2. [ ] [ ][ ] [ ] p n m H O H O H C k dt O H C d + = - 2 11 22 12 11 22 12 ........................... (2) Jika H 2 O yang digunakan sangat besar, maka laju pengurangannya akan sangat kecil dibandingkan laju pengurangan sukrosa, sehingga laju reaksi dapat dianggap hanya tergantung pada konsentrasi sukrosa. Persamaan 2 dapat disusun kembali menjadi persamaan 3. [ ] [ ] m O H C k dt O H C d 11 22 12 11 22 12 = - ........................... (3) Jika reaksi ini dianggap sebagai reaksi orde 1 (m=1), maka hasil integrasi persamaan 3 adalah persamaan 4. 0 ln ln C kt C t + - = ........................... (4) dimana C t adalah konsentrasi sukrosa pada t (waktu tertentu), dan C 0 adalah konsentrasi awal sukrosa. 2. Sukrosa sebagai senyawa optis aktif Sukrosa merupakan zat optis aktif yang dapat memutar bidang polarisasi suatu radiasi terpolarisasi. Besarnya sudut putar polarisasi tersebut sebanding dengan konsentrasi sukrosa dalam larutan, secara matematis dituliskan pada persamaan 5. AC α = ........................... (5) dimana α adalah sudut putar polarisasi larutan ( 0 ), C adalah konsentrasi larutan dan A adalah konstanta yang hanya dipengaruhi oleh konsentrasi. 2 Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II == Karena itu, manfaatkan kegiatan ini semaksimal mungkin. Meski hanya berbobot 1 sks, kegiatan ini memberi banyak ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat ===== Seperti halnya sukrosa, glukosa dan fruktosa sebagai hasil hidrolisisnya juga memutar bidang polarisasi, sehingga jika dalam larutan terdapat ketiga gula tersebut, maka besarnya sudut putar polarisasi larutan sesuai persamaan 6. glukosa glukosa fruktosa fruktosa sukrosa sukrosa C A C A C A + + = α ........................... (6) Apabila reaksi hidrolisis telah selesai, maka sukrosa tidak lagi terdapat dalam larutan, maka persamaan 6 diubah menjadi persamaan 7. + = glukosa glukosa fruktosa fruktosa C A C A α ........................... (7) Berdasarkan persamaan 1, Csukrosa 0 = Cfruktosa = Cglukosa , dimana Csukrosa 0 adalah konsentrasi sukrosa awal, sehingga persamaan 7 dapat dituliskan menjadi persamaan 8. ( 29 0 sukrosa glukosa fruktosa C A A + = α ........................... (8) Besarnya polarisasi sukrosa awal sesuai persamaan 9. 0 0 sukrosa sukrosa C A = α ........................... (9) Gabungan persamaan 8 dan 9 adalah persamaan 10. ( 29 0 0 sukrosa glukosa fruktosa sukrosa C A A A - - = - α α ........................... (10) Sudut putar polarisasi larutan selama t sesuai persamaan 11. glukosa glukosa fruktosa fruktosa sukrosa sukrosa C A C A C A + + = α ........................... (11) dimana Cglukosa = Cfruktosa = Csukrosa 0 – Csukrosa, sehingga persamaan 8 dan 11 dapat ditatata ulang menjadi persamaan 12. ( 29 sukrosa glukosa fruktosa sukrosa C A A A - - = - α α ........................... (12) Hasil eliminasi persamaan 10 dan 12 adalah persamann 13. 0 0 sukrosa sukrosa C C = - - α α α α ........................... (13) sehingga persamaan 4 dapat dituliskan menjadi persamaan 14. ( 29 ( 29 - + - = - α α kt α α 0 ln ln ........................... (14) C. Alat dan Bahan 1. Alat a. Polarimeter b. Labu ukur 50 mL c. Neraca analitik d. Gelas piala 150 mL e. Pipet volume 10 mL f. Stopwatch 2. Bahan a. Gula sukrosa b. Larutan HCl 4 M c. Akuades D. Cara Kerja 1. Kalibrasi alat a. Nyalakan lampu natrium beberapa menit sebelum digunakan untuk memperoleh intensitas cahaya maksimun, kira-kira 10 menit! b. Tambahkan 10 mL HCl 4 M ke dalam gelas piala yang berisi 10 mL akuades, lalu aduk dengan pengaduk kaca!

description

fgfdgfd

Transcript of 1-6. Buku Petunjuk Praktikum

Page 1: 1-6. Buku Petunjuk Praktikum

Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II 1

== Praktikum bertujuan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan teknis, analisa,

pemahaman konsep, manajemen waktu, kerja sama, ketelitian, dan banyak manfaat lainnya =====

KKKIIINNNEEETTTIIIKKKAAA RRREEEAAAKKKSSSIII

HHHIIIDDDRRROOOLLLIIISSSIIISSS SSSUUUKKKRRROOOSSSAAA

Kompetensi yang akan dicapai:

mahasiswa memahami konsep kinetika reaksi dan

bisa menentukan konstanta laju reaksi kimia

mahasiswa memahami konsep radiasi dan zat optif aktif guna

menunjang pembelajaran kimia organik dan biokimia

mahasiswa dapat menggunakan polarimeter

untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa

A. Tujuan Percobaan

1. Mempelajari sudut putar (specific rotation) zat optis aktif.

2. Menentukan konstanta laju reaksi hidrolisis sukrosa dengan katalis asam.

B. Dasar Teori

1. Kinetika reaksi sukrosa

Sukrosa merupakan disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan

fruktosa. Reaksi hidrolisisnya menggunakan katalis asam dapat dilihat pada

persamaan 1. ++ ++→++ HOHCOHCHOHOHC 612661262112212 ...........................

(1)

Laju pengurangan sukrosa sebagai fungsi t dapat dituliskan pada persamaan 2.

[ ] [ ] [ ] [ ]pnmHOHOHCk

dt

OHCd +=− 2112212

112212 ........................... (2)

Jika H2O yang digunakan sangat besar, maka laju pengurangannya akan sangat

kecil dibandingkan laju pengurangan sukrosa, sehingga laju reaksi dapat dianggap

hanya tergantung pada konsentrasi sukrosa. Persamaan 2 dapat disusun kembali

menjadi persamaan 3.

[ ] [ ]mOHCk

dt

OHCd112212

112212 =− ........................... (3)

Jika reaksi ini dianggap sebagai reaksi orde 1 (m=1), maka hasil integrasi

persamaan 3 adalah persamaan 4.

0lnln CktC t +−= ........................... (4)

dimana Ct adalah konsentrasi sukrosa pada t (waktu tertentu), dan C0 adalah

konsentrasi awal sukrosa.

2. Sukrosa sebagai senyawa optis aktif

Sukrosa merupakan zat optis aktif yang dapat memutar bidang polarisasi

suatu radiasi terpolarisasi. Besarnya sudut putar polarisasi tersebut sebanding

dengan konsentrasi sukrosa dalam larutan, secara matematis dituliskan pada

persamaan 5.

ACα = ........................... (5)

dimana α adalah sudut putar polarisasi larutan (0), C adalah konsentrasi larutan

dan A adalah konstanta yang hanya dipengaruhi oleh konsentrasi.

2 Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II

== Karena itu, manfaatkan kegiatan ini semaksimal mungkin. Meski hanya berbobot 1 sks, kegiatan ini memberi

banyak ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat =====

Seperti halnya sukrosa, glukosa dan fruktosa sebagai hasil hidrolisisnya juga

memutar bidang polarisasi, sehingga jika dalam larutan terdapat ketiga gula

tersebut, maka besarnya sudut putar polarisasi larutan sesuai persamaan 6.

glukosaglukosafruktosafruktosasukrosasukrosa CACACA ++=α ........................... (6)

Apabila reaksi hidrolisis telah selesai, maka sukrosa tidak lagi terdapat dalam

larutan, maka persamaan 6 diubah menjadi persamaan 7.

∞∞+=∞ glukosaglukosafruktosafruktosa CACA α

........................... (7)

Berdasarkan persamaan 1, Csukrosa0 = Cfruktosa∞ = Cglukosa∞, dimana Csukrosa0

adalah konsentrasi sukrosa awal, sehingga persamaan 7 dapat dituliskan menjadi

persamaan 8.

( )0sukrosaglukosafruktosa CAA +=∞α

........................... (8)

Besarnya polarisasi sukrosa awal sesuai persamaan 9.

00 sukrosasukrosaCA=α ........................... (9)

Gabungan persamaan 8 dan 9 adalah persamaan 10.

( )00 sukrosaglukosafruktosasukrosa CAAA −−=− ∞αα

........................... (10)

Sudut putar polarisasi larutan selama t sesuai persamaan 11.

glukosaglukosafruktosafruktosasukrosasukrosa CACACA ++=α ........................... (11)

dimana Cglukosa = Cfruktosa = Csukrosa0 – Csukrosa, sehingga persamaan 8 dan 11

dapat ditatata ulang menjadi persamaan 12.

( ) sukrosaglukosafruktosasukrosa CAAA −−=− ∞αα ........................... (12)

Hasil eliminasi persamaan 10 dan 12 adalah persamann 13.

00 sukrosa

sukrosa

C

C=

−−

αααα

........................... (13)

sehingga persamaan 4 dapat dituliskan menjadi persamaan 14.

( ) ( )∞∞ −+−=− ααktαα 0lnln ........................... (14)

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Polarimeter

b. Labu ukur 50 mL

c. Neraca analitik

d. Gelas piala 150 mL

e. Pipet volume 10 mL

f. Stopwatch

2. Bahan

a. Gula sukrosa

b. Larutan HCl 4 M

c. Akuades

D. Cara Kerja

1. Kalibrasi alat

a. Nyalakan lampu natrium beberapa menit sebelum digunakan untuk

memperoleh intensitas cahaya maksimun, kira-kira 10 menit!

b. Tambahkan 10 mL HCl 4 M ke dalam gelas piala yang berisi 10 mL akuades,

lalu aduk dengan pengaduk kaca!

Page 2: 1-6. Buku Petunjuk Praktikum

Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II 3

== Praktikum bertujuan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan teknis, analisa,

pemahaman konsep, manajemen waktu, kerja sama, ketelitian, dan banyak manfaat lainnya =====

c. Bilas tabung polarimeter dengan larutan tersebut, lalu isi hingga penuh tanpa

gelembung dan ditutup rapat!

d. Masukkan tabung ke dalam polarimeter, putar analisator hingga terbentuk

gelap total pada teropong!

e. Catat skala yang ditunjukkan untuk kalibrasi alat sebagai αblanko!

2. Penentuan sudut polarisasi larutan

a. Sebanyak 10 gram gula sukrosa dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 50

mL!

b. Tambahkan 10 mL larutan HCl 4 M ke dalam 10 mL larutan sukrosa dalam

gelas piala 150 mL, nyalakan stopwatch! Gunakan sedikit larutan ini untuk

membilas tabung polarimeter!

c. Setelah dibilas, masukkan larutan tersebut ke dalam tabung polarimeter

hingga penuh tanpa gelembung, lalu ditutup rapat!

d. Tempatkan tabung pada polarimeter, ukur sudut polarisasi larutan setelah 5

menit waktu stopwatch. Catat sebagai α setelah dikurangi αblanko!

e. Ulangi langkah terakhir setelah 10, 15, 20, 25, dan 30 menit! (Waktu boleh

menyesuaikan, sesuai petunjuk asisten).

f. Jika sudut polarisasi larutan mulai konstan, catat sebagai α∞!

g. Catat temperatur kerja!

E. Hasil Pengamatan

No t (menit) α (0) α-α∞ (

0) ln (α-α∞)

αblano = ... 0

α∞ = ... 0

T = ... 0C

Buatlah kurva ln (α-α∞) versus t dan tentukan konstanta laju reaksi (k)!

F. Referensi

Colby College. http://www.colby.edu/chemistry/PChemlab/InversionSucrose.

pdf, diakses tanggal 3 Januari 2010.

Fessenden, Fessenden. 1982. Kimia Organik I, terjemahan: A.H. Pudjaatmaka.

Penerbit Erlangga: Jakarta, hal. 140-142.

4 Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II

== Karena itu, manfaatkan kegiatan ini semaksimal mungkin. Meski hanya berbobot 1 sks, kegiatan ini memberi

banyak ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat =====

EEENNNEEERRRGGGIII AAAKKKTTTIIIVVVAAASSSIII RRREEEAAAKKKSSSIII

PPPEEERRROOOKKKSSSIIIDDDIIISSSUUULLLFFFAAATTT DDDAAANNN IIIOOONNN IIIOOODDD

Kompetensi yang akan dicapai:

mahasiswa memahami faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi

mahasiswa bisa menurunkan persamaan

laju reaksi dan waktu paro

mahasiswa dapat menggunakan aplikasi regresi

linear untuk perhitungan kimia

A. Tujuan

1. Mempelajari kebergantungan laju reaksi pada suhu.

2. Menentukan energi aktivasi (Ea) reaksi antara peroksidisulfat dan ion iod.

B. Dasar Teori

1. Energi aktivasi

Pada tahun 1889, Arrehenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang

menggambarkan kebergantungan konstanta laju reaksi pada suhu. Persamaan 1

adalah persamaan yang diusulkan Arrhenius untuk menggambarkan

kebergantungan tersebut.

RTEa

Aek-

= ........................... (1)

dimana k adalah konstanta laju reaksi, A adalah faktor frekuensi atau tetapan

Arrhenius, R adalah tetapan gas, T adalah temperatur Kelvin, dan Ea adalah energi

aktivasi. Hasil integrasi persamaan 1 menghasilkan persamaan 2.

RT

EaAk -lnln =

........................... (2)

2. Kinetika reaksi peroksidisulfat dan ion iod

Aplikasi persamaan Arrhenius dapat dipelajari pada mekanisme reaksi ion

peroksidisulfat dengan ion iodida. Reaksinya dapat dituliskan pada persamaan 3.

2

2

4

2

82 2 ISOIOS +→+ − --

........................... (3)

Jika konsentrasi ion iodida konstan selama reaksi, maka reaksi yang terjadi adalah

reaksi orde satu terhadap ion peroksidisulfat dan laju pengurangannya sesuai

persamaan 4.

[ ] [ ]2

82

2

82 --

- OSkdt

OSd=

........................... (4)

Jika konsentrasi peroksidisulfat awal adalah Co dan pada waktu t adalah C,

maka hasil integrasinya sesuai persamaan 5.

C

Ckt 0ln=

........................... (5)

Gabungan persamaan 2 dan 5 adalah persamaan 6

)ln( lnlnC

CA

RT

Eat o--=

........................... (6)

Page 3: 1-6. Buku Petunjuk Praktikum

Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II 5

== Praktikum bertujuan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan teknis, analisa,

pemahaman konsep, manajemen waktu, kerja sama, ketelitian, dan banyak manfaat lainnya =====

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Tabung reaksi

b. Gelas piala 500 mL

c. Gelas piala 150 mL

d. Gelas ukur 50 mL

e. Pembakar spritus

f. Termometer

g. Stopwatch

h. Neraca analitik

i. Pipet ukur 1 mL

j. Pipet ukur 5 mL

2. Bahan

a. Larutan KI 0.1 M

b. Larutan Na2S2O3 0.001 M

c. Larutan K2S2O8 0.04 M

d. Amilum

e. Akuades

f. Es batu

D. Cara Kerja

1. Membuat larutan amilum

a. Masukkan 0.5 gram amilum dalam gelas piala 150 mL!

b. Tambahkan 10 ml akuades, aduk hingga berbentuk pasta!

c. Panaskan 40 ml akuades dalam gelas piala hingga mendidih!

d. Tuang pasta amilum dalam air mendidih sambil diaduk selama 1 menit, lalu

dinginkan!

2. Menghitung waktu reaksi pada berbagai suhu

a. Masukkan 0.5 mL Na2S2O3 0.001 M dalam tabung reaksi 1, tambahkan 5 mL

KI 0.1 M dan 2 mL amilum!

b. Masukkan 3 mL K2S2O8 0.04 M dalam tabung reaksi 2, tambahkan 3 mL

akuades!

c. Masukkan kedua tabung reaksi dalam gelas piala 500 mL yang telah diisi es

pada suhu 5 oC, biarkan beberapa menit!

d. Tuang larutan pada tabung 2 ke tabung 1, lalu tuang kembali ke tabung 2

secepat mungkin!

e. Catat waktu yang dibutuhkan hingga larutan berubah warna menjadi ungu!

f. Ulangi percobaan pada suhu 10, 15, 20, 25, 30, dan 35 oC!

E. Hasil Pengamatan

No T (K) 1/T (K-1

) T (menit) ln t

Buatlah kurva ln t versus 1/T, kemudian hitung Ea, k, dan A reaksi

peroksidisulfat dan ion iod!

F. Referensi

Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisika Jilid 2, terjemahan: Irma I. Kartohadiprodjo.

Penerbit Erlangga: Jakarta. hal. 345.

Bird, Tony. 1987. Penuntun Praktikum Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta:

PT Gramedia. hal.

Chemical Education Division Groups Purdue University. http://chemed.

chem.purdue.edu/genchem/topicreview/bp/ch22/activate.html, di-

akses tanggal 14 Januari 2010.

6 Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II

== Karena itu, manfaatkan kegiatan ini semaksimal mungkin. Meski hanya berbobot 1 sks, kegiatan ini memberi

banyak ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat =====

VVVOOOLLLUUUMMMEEE MMMOOOLLLAAALLL PPPAAARRRSSSIIIAAALLL

LLLAAARRRUUUTTTAAANNN

Kompetensi yang akan dicapai:

mahasiswa memahami sifat-sifat parsial zat

terlarut dalam larutan

mahasiswa bisa menentukan volume molal parsial larutan

mahasiswa dapat menggunakan piknometer

untuk mengukur densitas zat

A. Tujuan Percobaan

1. Mempelajari sifat-sifat parsial larutan.

2. Menentukan volume molal parsial zat dalam larutan.

B. Dasar Teori

Sifat suatu larutan, sebagai contoh volume alkohol dan air dalam larutannya

berubah secara kontinu apabila komposisinnya berubah. Perubahan tersebut

sebanding dengan volume molal parsial, yaitu kontribusi volume molal komponen

pada volume total larutan.

G.N. Lewis mengembangkan metode diferensial untuk memperoleh kuantitas

volume molal parsial suatu zat terlarut. Metode tersebut menghasilkan

persamaan 1 sebagai definisi volume molal parsial zat A (VA).

',, nTpA

An

VV

∂∂= ........................... (1)

dimana V adalah volume total larutan, nA adalah jumlah mol zat A yang terlarut,

p, T, dan n’ menunjukkan bahwa tekanan, temperatur, dan jumlah semua zat lain

tetap.

Hasil integrasi persamaan 1 menghasilkan persamaan 2 jika komponen lain

konstan dan perubahan V sangat kecil.

AAVnV = ...........................

(2)

Jika jumlah zat terlarut dinyatakan sebagai molalitas (m), maka volume total

larutan dapat ditentukan berdasarkan persamaan 3.

tan

1000

laru

AMrnV

ρ+

= ........................... (3)

dimana ρ adalah densitas larutan (kg L-1

).

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Piknometer 10 mL

b. Neraca analitik

c. Labu ukur 25 mL

d. Pipet ukur 25 mL

e. Termometer

2. Bahan

a. Etanol

b. Akuades

Page 4: 1-6. Buku Petunjuk Praktikum

Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II 7

== Praktikum bertujuan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan teknis, analisa,

pemahaman konsep, manajemen waktu, kerja sama, ketelitian, dan banyak manfaat lainnya =====

D. Cara Kerja

1. Kalibrasi volume piknometer

a. Timbang piknometer kosong dalam keadaan kering dengan akurat!

b. Ukur temperatur akuades, lalu masukkan ke dalam piknometer hingga

penuh!

c. Keringkan bagian luar piknometer tersebut, lalu ditimbang dengan akurat!

d. Ukur temperatur kerja!

2. Menentukan densitas larutan alkohol

a. Buatlah larutan etanol 42, 44, 46, 48, dan 50 % menggunakan akuades!

b. Ukur densitas masing-masing larutan menggunakan piknometer yang telah

dikalibrasi!

c. Ukur temperatur kerja!

E. Hasil Pengamatan

Temperatur kerja = ... 0C

Densitas air (ρ0) pada T kerja = ... g mL

-1 (Lange’s Handbook of Chemistry)

Densitas etanol pada T kerja = ... g mL-1

(Lange’s Handbook of Chemistry)

Massa piknometer kosong = ... g

Massa piknometer + akuades = ... g

Massa air dalam piknometer = ... g

Volume piknometer kalibrasi = ... mL

Volume molal etanol dan air

Massa larutan

(gram) No Kadar etanol

(%) I II Rata-rata

ρ

(kg L-1

)

m

(mol kg-1

)

V

(L)

Buatlah grafik V versus m dan tentukan volume molal etanol pada rentang

konsentrasi tersebut!

F. Referensi

Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisika Jilid 1. Terjemahan: Irma I. Kartohadiprodjo.

Penerbit Erlangga: Jakarta. hal. 170.

Colby College. http://www.colby.edu/chemistry/PChemlab/PartMolalV.pdf,

diakses tanggal 10 Januari 2010.

Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Terjemahan: Umar Mansyur. Penerbit

Universitas Indonesia: Jakarta. hal. 580.

8 Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II

== Karena itu, manfaatkan kegiatan ini semaksimal mungkin. Meski hanya berbobot 1 sks, kegiatan ini memberi

banyak ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat =====

KKKOOONNNDDDUUUKKKTTTAAANNNSSSIII EEELLLEEEKKKTTTRRROOOLLLIIITTT

KKKUUUAAATTT DDDAAANNN LLLEEEMMMAAAHHH

Kompetensi yang akan dicapai:

mahasiswa memahami konsep kesetimbangan

kimia dan derajat disosiasi

mahasiswa memahami konsep elektrokimia dan

daya hantar listrik

mahasiswa dapat menggunakan konduktivitimeter untuk pengukuran reaksi kimia

A. Tujuan Percobaan

1. Menentukan konduktansi larutan elektrolit.

2. Menentukan derajat disosiasi asam asetat.

3. Menentukan konstanta kesetimbangan asam asetat.

B. Dasar Teori

1. Kesetimbangan disosiasi dan derajat disosiasi

Kontanta kesetimbangan disosiasi dan derajat disosiasi pada konsentrasi

tertentu saling berkaitan. Kontanta kesetimbangan disosiasi persamaan reaksi 1

dapat dituliskan pada persamaan 2. −+ + AHHA ........................... (1)

[ ] [ ][ ]HA

AxHK

−+

= ...........................

(2)

Jika konsentrasi total HA adalah C, maka besarnya C dapat ditulis sesuai

persaman 3.

[ ] [ ]++= HHAC atau [ ] [ ]−+= AHAC ........................... (3)

Besarnya derajat disosiasi HA berdasarkan persamaan 1, 2, dan 3 dirumuskan

pada persamaan 4.

[ ]C

A

C

−+

== ...........................

(4)

Persamaan 5 adalah gabungan persamaan 2, 3 dan 4.

α

αCK

−=

1

2

........................... (5)

2. Konduktansi larutan elektrolit

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan derajat disosiasi

larutan elektrolit adalah metode konduktivitas. Metode ini berkaitan dengan

fakta bahwa arus listrik dibawa oleh ion-ion yang terdapat dalam larutan. Jumlah

ion ini yang berkaitan dengan derajat disosiasinya menentukan konduktivitas

larutan.

Konduktivitas pada larutan elektrolit dinyatakan sebagai konduktivitas molar

(Λ), yaitu konduktivitas larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut antara dua

elektroda berjarak 1 cm. Secara matematis dituliskan pada persamaan 6.

C

κVκ ==Λ

........................... (6)

Page 5: 1-6. Buku Petunjuk Praktikum

Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II 9

== Praktikum bertujuan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan teknis, analisa,

pemahaman konsep, manajemen waktu, kerja sama, ketelitian, dan banyak manfaat lainnya =====

dimana κ adalah konduktivitas larutan (Ω-1

cm-1

), V adalah volume larutan (cm3)

dan C adalah konsentrasi larutan (mol cm-3

).

Kohlrausch menyatakan bahwa konduktivitas molar larutan elektrolit

bertambah bila diencerkan dan mencapai maksimun pada larutan yang sangat

encer. Kenaikan tersebut sesuai dengan teori Arrhenius, akibat kenaikan derajat

disosiasi. Nilai batas tersebut tercapai pada disosiasi sempurna. Jika nilai batas

konduktivitas molar dinyatakan sebagai Λ∞ dan konduktivitas molar pada

konsentasi tertentu dinyatakan sebagai Λc, maka derajat disosiasi larutan sesuai

dengan persamaan 7.

∞ΛΛ

= cα ...........................

(7)

Nilai Λ∞ elektrolit kuat dapat dengan mudah ditentukan dengan grafik Λ

versus √C hingga c sampai dengan nol, karena hubungannya keduanya linear.

Kohlrausch telah menghitung hubungan keduanya berdasarkan persamaan 8.

∞Λ+−=Λ CkC ........................... (8)

Akan tetapi, nilai Λ∞ elektrolit lemah tidak dapat ditentukan secara eksprimen

karena tidak memotong sumbu y saat C mendekati nol.

Nilai Λ∞ elektrolit lemah dapat dihitung berdasarkan hukum migrasi

independen ion-ionnya. Kohlrausch menemukan bahwa konduktivitas molar

elektrolit merupakan jumlah dari konduktivitas masing-masing ionnya, sesuai

persamaan 9. −∞

+∞ +=∞Λ λλ

........................... (9)

dimana −∞

+∞ λλ dan adalah konduktivitas molar batas atau mobilitas batas masing-

masing ion. Berdasarkan persamaan 9, Kohlrausch merumuskan Λ∞ untuk

elektrolit lemah, misalnya asam asetat sesuai persamaan 10.

NaClCOO3NaCHHClCOOH3CH ∞Λ−∞Λ+∞Λ=∞Λ ...........................

(10)

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Konduktivitimeter

b. Gelas piala 25 mL

c. Termometer

2. Bahan

a. Larutan HCl 0.1 M

b. Larutan NaCl 0.1 M

c. Larutan NaCH3COO 0.1 M

d. Larutan C3COOH sampel

e. Akuades

D. Cara Kerja

1. Konduktivitimeter telah dikalibrasi sebelum digunakan!

2. Buatlah larutan HCl, NaCl, dan NaCH3COO masing-masing 0.05, 0.025, 0.01,

dan 0.005 M!

3. Masukkan 15 mL atau secukupnya larutan NaCH3COO 0.005 M ke dalam gelas

piala 25 mL, ukur konduktivitasnya! Catat sebagai κ!

4. Ulangi cara tersebut untuk masing-masing larutan elektrolit kuat, mulai dari

konsentrasi terkecil!

10 Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II

== Karena itu, manfaatkan kegiatan ini semaksimal mungkin. Meski hanya berbobot 1 sks, kegiatan ini memberi

banyak ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat =====

5. Lakukan cara yang sama untuk sampel CH3COOH, ukur konduktivitasnya!

Catat sebagai κ!

6. Catat temperatur kerja!

E. Hasil Pengamatan

NaCH3COO NaCl HCl

No C

(mol cm-3

)

√√√√C

(√√√√mol cm-3

) κ

(Ω-1

cm-1

)

ΛΛΛΛc

(Ω-1

cm2mol

-1)

κ

(Ω-1

cm-1

)

ΛΛΛΛc

(Ω-1

cm2mol

-1)

κ

(Ω-1

cm-1

)

ΛΛΛΛc

(Ω-1

cm2mol

-1)

T = .... 0C

κ sampel CH3COOH = .... Ω-1

cm-1

Λc sampel CH3COOH = .... Ω-1

cm2

mol-1

Buatlah grafik Λc versus √C dan tentukan Λ∞ masing-masing larutan elektrolit!

Hitung Λ∞, α, dan K sampel CH3COOH berdasarkan data-data di atas!

F. Referensi

Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisika Jilid 2. Terjemahan: Irma I. Kartohadiprodjo.

Penerbit Erlangga: Jakarta. hal. 303-306.

New Jersey Institute of Technology. http://www-ec.njit.edu~growconducti

vity.htm, diakses tanggal 16 Januari 2010.

University of Delaware. http://www.udel.edu/pchemC446/Experimentsexp4.

pdf, diakses tanggal 16 Januari 2010.

Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.

Terjemahan: L. Setiono. PT Kalman Media Pusaka: Jakarta. hal.

13-30.

Page 6: 1-6. Buku Petunjuk Praktikum

Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II 11

== Praktikum bertujuan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan teknis, analisa,

pemahaman konsep, manajemen waktu, kerja sama, ketelitian, dan banyak manfaat lainnya =====

KKKEEESSSEEETTTIIIMMMBBBAAANNNGGGAAANNN

LLLAAARRRUUUTTTAAANNN IIIOOODDDIIINNN

Kompetensi yang akan dicapai:

mahasiswa memahami konsep kesetimbangan

kimia

mahasiswa dapat menentukan konstanta kesetimbangan distribusi dan konstanta kesetimbangan konsentrasi

mahasiswa memahami sifat

kelarutan zat

A. Tujuan Percobaan

1. Menentukan konstanta kesetimbangan distribusi iodin diantara dua pelarut.

2. Menentukan konstanta kesetimbangan konsentrasi iodin, ion iodida, dan ion

triiodida.

B. Dasar Teori

1. Konstanta kesetimbangan distribusi (Kd)

Iodin (I2) merupakan senyawa nonpolar yang sukar larut dalam air akibat

perbedaan kepolarannya. Akan tetapi, senyawa ini sangat mudah larut dalam

pelarut nonpolar seperti karbontetraklorida atau kloroform. Jika I2 dilarutkan

dalam 2 pelarut yang tidak saling campur, misal dalam air dan kloroform, maka

jumlah I2 dalam kloroform akan lebih banyak daripada dalam air.

Secara matematis, besarnya perbandingan I2 diantara dua pelarut tersebut

dapat ditulis sesuai persamaan 1.

[ ][ ]

air

kloroform

I

IKd

2

2= ........................... (1)

dimana Kd adalah konstanta kesetimbangan distribusi zat terlarut.

2. Konstanta kesetimbangan konsentrasi (Kc)

Iodin dapat larut dalam larutan kalium iodida (KI) disebabkan terbentuknya

ion triiodida. Persamaan reaksinya dapat dilihat pada persamaan reaksi 2. -

32 I −+ II ........................... (2)

Konstanta kesetimbangan konsentrasi (Kc) persamaan reaksi 2 dituliskan pada

persamaan 3.

[ ][ ][ ]−

=II

IKc

2

3 ........................... (3)

Jika besarnya [ ]−3I pada persamaan 2 diketahui, maka persamaan 3 dapat

ditata ulang menjadi persamaan 4.

[ ][ ] [ ] [ ] [ ]−−−

−−=

30302

3

IIXII

IKc ........................... (4)

dimana [ ]02I dan [ ]0

−I adalah konsentrasi I2 awal dan konsentrasi I

- awal.

12 Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II

== Karena itu, manfaatkan kegiatan ini semaksimal mungkin. Meski hanya berbobot 1 sks, kegiatan ini memberi

banyak ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat =====

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Erlenmeyer 250 mL

b. Neraca analitik

c. Corong pisah 250 mL

d. Buret 50 mL

2. Bahan

a. Kristal I2

b. Larutan KI 0.1 M

c. Larutan Na2S2O3 0.1 M

d. Kloroform

e. Indikator amilum

f. Akuades

D. Cara Kerja

1. Penentuan konstanta kesetimbangan distribusi (Kd) iodin

a. Masukkan kloroform 25 mL masing-masing ke dalam 3 erlenmeyer 250

mL!

b. Masukkan masing-masing ke dalam erlenmeyer tersebut 0.5, 1.0, dan 1.5

gram kristal I2!

c. Aduk larutan tersebut menggunakan magnet hingga homogen, lalu

pindahkan ke dalam corong pisah 250 mL!

d. Tambahkan 25 mL akudes ke dalam corong pisah, kocok, lalu diamkan

beberapa menit hingga tampak dua lapisan terpisah!

e. Pisahkan kedua lapisan tersebut!

f. Tambahkan indikator amilum ke dalam masing-masing larutan, lalu titrasi

dengan titrasi dengan Na2S2O3 0.1 M!

2. Penentuan konstanta kesetimbangan konsentasri (Kc) larutan iodin

a. Larutkan 2 gram kristal I2 dalam larutan KI 0.1 M menggunakan labu ukur

50 mL!

b. Pindahkan larutan tersebut ke dalam corong pisah 250 mL, kocok, lalu

diamkan beberapa menit hingga tampak dua lapisan terpisah!

c. Pisahkan kedua lapisan tersebut!

d. Tambahkan indikator amilum ke dalam lapisan kloroform, lalu titrasi

dengan titrasi dengan Na2S2O3 0.1 M!

e. Tentukan jumlah I2 dalam lapisan air menggunkan harga Kd pada

percobaan pertama!

f. Ulangi kembali percobaan di atas untuk data kedua!

E. Hasil Pengamatan

1. Konstanta kesetimbangan distribusi (Kd) iodin

Lapisan kloroform Lapisan air

No Volume

Na2S2O3 0.1 M [I2]kloroform (mol)

Volume

Na2S2O3 0.1 M

[I2]air

(mol)

Buatlah grafik [I2]kloroform vs [I2]air, lalu tentukan Kd iodin dalam kloroform dan

air!

Page 7: 1-6. Buku Petunjuk Praktikum

Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II 13

== Praktikum bertujuan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan teknis, analisa,

pemahaman konsep, manajemen waktu, kerja sama, ketelitian, dan banyak manfaat lainnya =====

2. Konstanta kesetimbangan konsentasri (Kc) larutan iodin

Lapisan kloroform

No Volume

Na2S2O3 0.1 M

[I2]kloroform

(mol)

[I2]air (mol) [I2] total

(mol)

Tentukan [ ]−3I dan [ ]−

I , lalu tentukan Kc larutan iodin!

F. Referensi

Department of Chemistry at Michigan Tech. http://www.chemistry.mtu.edu/~

kmsmith/PChem/ Experiments/3511/Keq/Keq2.pdf, diakses tanggal

14 Januari 2010.

Journal of The American Chemical Society. http://pubs.acs.org/doi/pdf/10.

1021/ja01627a010, diakses tanggal 20 Januari 2010.

Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro,

terjemahan: L. Setiono. PT. Kalman Media Pusaka: Jakarta. hal. 21.

14 Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II

== Karena itu, manfaatkan kegiatan ini semaksimal mungkin. Meski hanya berbobot 1 sks, kegiatan ini memberi

banyak ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat =====

TTTIIITTTIIIKKK DDDIIIDDDIIIHHH

LLLAAARRRUUUTTTAAANNN BBBIIINNNEEERRR

Kompetensi yang akan dicapai:

mahasiswa memahami sifat koligatif larutan dan faktor-

faktor yang mempengaruhinya

mahasiswa memahami pengaruh zat terlarut terhadap

titik didih larutan dan menentukan besarnya pengaruh

tersebut

mahasiswa dapat menggunakan alat

ukur titik didih

A. Tujuan Percobaan

1. Mempelajari pengaruh zat terlarut pada titik didih.

2. Menentukan konstanta ebulioskopi.

B. Dasar Teori

Temperatur titik didih air murni pada tekanan atmosfer 101,325 kPa adalah

100 0C. Temperatur titik didih ini akan meningkat jika suatu zat terlarut dilarutkan

ke dalam air. Zat tersebut menurunkan tekanan uap air, kurang dari 101,325 kPa

pada temperatur 100 0C. Hal ini disebabkan ikatan antar molekul dalam larutan

semakin kuat, sehingga hanya sedikit molekul yang dapat menguap pada

temperatur 100 0C.

Untuk memisahkan ikatan tersebut menjadi uap dibutuhkan energi tambahan.

Energi tambahan yang dimaksud adalah panas yang menyebabkan larutan tidak

mendidih pada temperatur 100 0C, tapi pada tempeatur yang lebih tinggi.

Jika air mendidih pada temperatur T0 dan larutan pada Tℓ, maka besarnya

perubahan temperatur titik didih larutan sesuai dengan persamaan 1.

0Δ TTT −=l

........................... (1)

Besarnya ∆T pada larutan yang encer sebanding dengan banyaknya zat yang

dilarutkan dalam pelarut. Jika besarnya zat terlarut dinyatakan sebagai molalitas

(m), maka hubungan antara ∆T dan m dinyatakan sebagai persamaan 2.

mKT b=Δ ...........................

(2)

dimana Kb adalah konstanta ebullioskopik larutan.

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Boiling point elevation

b. Gelas piala

c. Neraca analitik

2. Bahan

a. Pelet NaCl 700 mg

b. Akuades

D. Cara Kerja

1. Siapkan 40 mL akuades yang telah dipanaskan (60-70 0C). Timbang dan catat

beratnya, lalu masukkan air tersebut ke dalam inner vessel!

2. Masukkan 200 mL akuades ke dalam labu alas bulat! Nyalakan alat, lalu

perhatikan kenaikan temperaturnya!

Page 8: 1-6. Buku Petunjuk Praktikum

Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II 15

== Praktikum bertujuan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan teknis, analisa,

pemahaman konsep, manajemen waktu, kerja sama, ketelitian, dan banyak manfaat lainnya =====

3. Catat temperatur ketika air di dalam inner vissel mendidih pada temperatur

yang tetap sebagai T0!

4. Tambahkan pelet pertama, amati perubahan temperatur, catat temperatur

ketika larutan mulai mendidih pada temperatur konstan sebagai Tℓ1!

5. Ulangi langkah 4, hingga diperoleh Tℓ2, Tℓ3, Tℓ4, dan Tℓ5!

E. Hasil Pengamatan

No massa NaCl

(g)

m NaCl

(mol kg-1

) Tℓ (

0C) ∆T (

0C)

masaa 40 mL akuades = .... gram

T0 = ..... 0C

Buatlah grafik ∆T versus m dan tentukan Kb larutan NaCl dalam air!

F. Referensi

Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisika Jilid 1. Terjemahan: Irma I. Kartohadiprodjo.

Penerbit Erlangga: Jakarta. hal. 183.

Phywe. http://www.phywe.com/index.php/fuseaction/download/lrnfile/versu

chsanleitungen/P2340300/e/P2340300.pdf, diakses tanggal 16

Januari 2010.

16 Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II

== Karena itu, manfaatkan kegiatan ini semaksimal mungkin. Meski hanya berbobot 1 sks, kegiatan ini memberi

banyak ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat =====

REGRESI LINEAR

MENGGUNAKAN EXCEL 2007

1. Masukkan data anda pada worksheet, data-X di kolom A dan data- Y di

kolom B. Jangan masukkan satuan atau data yang tidak diketahui.

2. Blok data yang telah anda ketik, klik Insert pada menu Ribbon lalu pilih

Scatter pada Charts kategori. Klik Scatter with only Markers

Page 9: 1-6. Buku Petunjuk Praktikum

Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II 17

== Praktikum bertujuan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan teknis, analisa,

pemahaman konsep, manajemen waktu, kerja sama, ketelitian, dan banyak manfaat lainnya =====

3. Gunakan menu Layout untuk memberi judul dan label grafik atau menu

Design untuk merubah tampilan grafik anda.

4. Untuk memberi garis linear (regresi linear), klik Trendline pada menu Layout,

lalu pilih More Trendline options

18 Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II

== Karena itu, manfaatkan kegiatan ini semaksimal mungkin. Meski hanya berbobot 1 sks, kegiatan ini memberi

banyak ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat =====

5. Pada jendela Format Trendline, pilih Linear pada Trend/Regression Type dan

centang “Display Equation on chart” dan “Display R-squared value on chart”

jika dibutuhkan

6. Akhirnya, anda akan memperoleh grafik linear.

7. Untuk Excel 2003, caranya mirip dan relatif lebih mudah.