09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

52
PEDOMAN TEKNIS REKLAMASI LAHAN TA. 2009 DIREKTORAT PENGELOLAAN LAHAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR DEPARTEMEN PERTANIAN JAKARTA, Januari 2009 PT.PLA.B.2.01.2009

Transcript of 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Page 1: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

PEDOMAN TEKNIS

REKLAMASI LAHAN

TA. 2009

DIREKTORAT PENGELOLAAN LAHAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR

DEPARTEMEN PERTANIAN

JAKARTA, Januari 2009

PT.PLA.B.2.01.2009

Page 2: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

i

KATA PENGANTAR

Maksud dan tujuan penerbitan pedoman teknis ini dalam rangka

memberikan acuan dan panduan bagi para petugas Dinas lingkup

Pertanian (Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, maupun

Peternakan) baik Propinsi, Kabupaten/Kota maupun petugas

lapangan untuk melaksanakan kegiatan Reklamasi Lahan yang

dananya bersumber baik dari dana APBN maupun APBD TA. 2009.

Para petugas terkait diharapkan dapat mempelajari dan

mencermati pedoman ini dengan seksama. Disamping itu dengan

memahami Pedoman Teknis ini diharapkan tidak akan terjadi

keragu-raguan dalam implementasi kegiatan di lapangan serta

kendala/hambatan yang ada akan dapat diatasi yang pada

akhirnya kinerja yang diperoleh dapat tercapai secara optimal.

Muatan Pedoman Teknis ini bersifat umum karena berlaku secara

nasional, oleh karenanya diharapkan pihak Dinas lingkup Pertanian

Propinsi dapat menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan dan Dinas

lingkup Pertanian Kabupaten/Kota dapat menerbitkan Petunjuk

Teknis yang akan menjabarkan secara lebih rinci Pedoman Teknis

ini sesuai dengan kondisi spesifik daerah masing-masing.

Untuk meningkatkan pemahaman petugas terhadap Pedoman

Teknis ini, sangat diharapkan dalam berbagai kesempatan yang

Page 3: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

ii

ada (misalnya acara Sosialisasi, Rapat koordinasi, Rapat Teknis,

Supervisi, dsbnya), pedoman teknis ini dapat didiskusikan bersama

secara intensif. Dengan demikian diharapkan semua pihak terkait

baik Pusat dan Daerah dapat memiliki kesamaan pandang, gerak

dan langkah dalam melaksanakan kegiatan ini.

Akhirnya, sangat diharapkan komitmen berbagai pihak untuk dapat

melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya dalam bingkai

waktu yang telah ditentukan, agar hasil pembangunan melalui

kegiatan ini benar-benar dapat dinikmati manfaatnya bagi sebesar-

besar kesejahteraan petani di Indonesia.

Jakarta, Januari 2009

Direktur,

Ir. Suhartanto, MM NIP. 080 048 854

Page 4: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

iii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ............................................................. v DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... vi I. PENDAHULUAN...................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................ 1

1.2. Tujuan.............................................................. 3

1.3. Sasaran .......................................................... 4

1.4. Pengertian ....................................................... 5

II. RUANG LINGKUP KEGIATAN ............................... 7

III. SPESIFIKASI TEKNIS............................................. 12 IV. PELAKSANAAN KEGIATAN .................................. 24

4.1. Cara Pelaksanaan .......................................... 24

4.2. Jadual Kegiatan............................................... 24

4.3. Tahapan Pelaksanaan..................................... 26

4.4. Pendanaan ...................................................... 32

Page 5: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

iv

V. PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI DAN

PELAPORAN .......................................................... 34 5.1. Tugas dan Tanggungjawab Dinas Lingkup

Pertanian Propinsi .......................................... 34

5.2. Tugas dan Tanggungjawab Dinas Lingkup

Pertanian Kabupaten/Kota ............................. 35

5.3. Jenis dan Format Laporan............................... 36

5.4. Alur Pelaporan dan Waktu Pengiriman ........... 37

VI. INDIKATOR KINERJA ............................................ 39

6.1. Keluaran (outputs) ........................................... 39

6.2. Hasil (outcomes) ............................................. 39

6.3. Manfaat (benefits) ........................................... 40

6.4. Dampak (impacts) .......................................... 40

VII. PENUTUP ................................................................ 42

Page 6: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

v

D A F T A R G A M B A R

Gambar 1 : Lahan sawah berkadar bahan

organik rendah ................................................. 15

Gambar 2 : Lahan kering yang diusahakan

untuk budidaya Aloe Vera ................................18

Gambar 3 : Reklamasi lahan rawa untuk usaha

tani nenas......................................................... 21

Gambar 4 : Lahan pertanian bekas penambangan ............. 23

Gambar 5 : Top soil pada lahan sawah

digunakan untuk industri batu bata .................. 23

Page 7: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

vi

D A F T A R L A M P I R A N Lampiran 1 : Daftar Rincian Alokasi Kegiatan Reklamasi

Lahan............................................................ 43

Lampiran 2 : Jadual Kegiatan Reklamasi Lahan .............. 47

Lampiran 3 : Contoh Format RUKK Reklamasi

di Lahan Sawah............................................ 48

Lampiran 4 : Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan ....... 49

Lampiran 5 : Contoh Outline Laporan Akhir Kegiatan

Reklamasi Lahan ......................................... 53

Lampiran 6 : Skoring / Pembobotan Kegiatan

Reklamasi Lahan.......................................... 54

Page 8: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagian besar lahan pertanian intensif (terutama lahan sawah)

di Indonesia telah mengalami degradasi kualitas kesuburannya.

Degradasi kualitas kesuburan lahan adalah suatu proses

kemunduran produktivitas lahan menjadi lebih rendah, baik

sementara maupun tetap, sehingga pada akhirnya lahan

tersebut dapat menuju ke tingkat kekritisan tertentu (Sitorus, S;

2008).

Degradasi lahan berdasarkan proses terjadinya dapat

dikelompokkan menjadi : (1) degradasi non erosif, yaitu

merupakan kerusakan tanah in situ yang dapat merupakan

proses degradasi kimia tanah atau fisika tanah (2) degradasi

erosif, yaitu berhubungan dengan pemindahan bahan atau

material tanah, seperti erosi oleh kekuatan air dan angin.

Degradasi lahan pertanian meliputi 3 (tiga) aspek, yaitu aspek

fisik. kimia dan biologi. Degradasi secara fisik terdiri dari

pemadatan, pengerakan, ketidak seimbangan air, terhalangnya

aerasi, aliran permukaan, dan erosi. Degradasi kimiawi terdiri

dari asidifikasi, pengurasan unsur hara, pencucian,

ketidakseimbangan unsur hara dan keracunan, salinisasi, dan

alkalinisasi. Sedangkan degradasi biologis meliputi penurunan

Page 9: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2

karbon organik tanah, penurunan keanekaragaman hayati

tanah, dan penurunan karbon biomas.

Degradasi yang terjadi pada lahan sawah adalah sebagai akibat

dari pengolahan lahan yang tidak benar selama bertahun-tahun,

yaitu perilaku petani yang hanya cenderung menggunakan input

kimiawi (pupuk dan obat-obatan) secara berlebihan tanpa

memperhatikan pemberian input bahan organik. Lahan sawah

miskin bahan organik tersebut, perlu diupayakan peningkatan

kesuburannya melalui pemberian input bahan organik/kompos.

Di sisi lain, banyak lahan sawah yang digunakan sebagai tempat

pembuatan bahan bangunan, yaitu genteng dan batu bata yang

menggunakan bahan baku berupa lapisan tanah atas (top soil).

Akibatnya permukaan lahan sawah menjadi cekungan-cekungan

yang tidak subur dan sangat rendah produktivitasnya. Lahan eks

industri tersebut dapat diupayakan kembali menjadi lahan subur

dengan menggunakan teknologi reklamasi.

Reklamasi lahan adalah suatu upaya pemanfaatan, perbaikan

dan peningkatan kualitas kesuburan lahan pertanian melalui

penerapan teknologi dan pemberdayaan masyarakat tani.

Kegiatan reklamasi lahan meliputi beberapa kegiatan antara lain

adalah reklamasi lahan sawah berkadar bahan organik rendah,

reklamasi lahan kering berkadar bahan organik rendah,

reklamasi lahan rawa, dan reklamasi lahan pertanian pasca

tambang dan industri.

Page 10: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 3

Dalam rangka meningkatkan kesuburan lahan-lahan pertanian

yang telah terdegradasi kesuburannya, maka pada TA. 2009

Direktorat Pengelolaan Lahan, Ditjen. PLA, Departemen

Pertanian mengalokasikan dana Tugas Pembantuan untuk

mereklamasi lahan pertanian seluas 1.415 ha pada 28 propinsi,

69 kabupaten. Kegiatan reklamasi lahan ini dilaksanakan pada

tipologi lahan sawah, lahan kering, lahan rawa dan lahan pasca

tambang dan industri.

1.2. Tujuan

Tujuan pedoman teknis reklamasi lahan adalah untuk

memberikan acuan dan masukan kepada Dinas Lingkup

Pertanian di Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan

kegiatan reklamasi lahan yang sesuai dengan keadaan wilayah,

sosial dan ekonomi masyarakat setempat dan ketersediaan

dana sehingga dapat memberikan manfaat bagi para petani di

lokasi tersebut.

Tujuan kegiatan reklamasi lahan dimaksudkan untuk

memperbaiki ekosistem lahan melalui perbaikan kesuburan

tanah dan penyediaan sarana produksi dalam rangka

peningkatan perluasan areal tanam dan peningkatan

produktivitas dan kualitas lahan.

1.3. Sasaran

Sasaran kegiatan reklamasi lahan adalah lahan-lahan pertanian

yang mengalami degradasi kesuburan tanahnya pada sub

Page 11: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 4

sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan

peternakan seluas 1.415 ha yang dialokasikan di 28 propinsi, 69

kabupaten. Rincian alokasi kegiatan pada Lampiran 1.

Sasaran tipologi lahan berdasarkan dukungan sub sektor adalah

sebagai berikut :

1. Reklamasi lahan untuk mendukung sub sektor tanaman

pangan dapat dilaksanakan pada lahan sawah berbahan

organik rendah, lahan kering berbahan organik rendah,

lahan rawa dan lahan pasca tambang dan industri.

2. Reklamasi lahan untuk mendukung sub sektor

hortikultura, perkebunan dan peternakan dapat

dilaksanakan pada lahan kering dan lahan rawa dan

lahan pasca tambang dan industri.

1.4. Pengertian

Beberapa pengertian umum yang terkait dengan kegiatan

reklamasi lahan, antara lain :

1. Reklamasi lahan adalah suatu upaya pemanfaatan,

perbaikan dan peningkatan kesuburan lahan pertanian

kurang produktif baik yang rusak secara alami maupun

pengaruh manusia melalui penerapan teknologi dan

pemberdayaan masyarakat.

2. Ameliorasi lahan adalah suatu upaya pemberian

masukan tertentu (misalnya kapur, zeolite, kompos) ke

Page 12: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 5

dalam tanah yang lebih difokuskan untuk perbaikan

fisika, kimiawi dan biologi tanah.

3. Sarana produksi adalah segala masukan yang

diberikan dalam usaha tani untuk menunjang kegiatan

reklamasi lahan.

4. Reklamasi lahan sawah berkadar bahan organik rendah adalah reklamasi lahan yang dilaksanakan pada

sawah beririgasi teknis, semi teknis dan sederhana

maupun tadah hujan yang mempunyai kadar bahan

organik kurang dari 2 %.

5. Reklamasi lahan kering berkadar bahan organik rendah adalah reklamasi yang dilaksanakan pada lahan

kering untuk usaha pertanian yang mempunyai kadar

bahan organik kurang dari 2 %.

6. Reklamasi lahan rawa adalah suatu upaya

pemanfaatan lahan rawa yang telah diusahakan untuk

usaha pertanian melalui perbaikan prasarana dan sarana

produksi di kawasan tersebut sehingga meningkatkan

luas areal tanam dan produktivitas lahan.

7. Reklamasi lahan pasca tambang adalah suatu upaya

pemanfaatan lahan bekas tambang milik petani melalui

perbaikan lahan dan masukan teknologi serta revegetasi.

8. Reklamasi lahan pasca industri adalah suatu upaya

pemanfaatan kembali lahan pertanian baik lahan sawah

Page 13: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 6

maupun lahan kering yang pernah diusahakan untuk

industri melalui masukan teknologi reklamasi.

Page 14: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 7

II. RUANG LINGKUP KEGIATAN

2.1. Reklamasi Lahan Sawah Berbahan Organik Rendah

2.1.1. Penyiapan Dan Perbaikan Kualitas Lahan

Kegiatan yang termasuk dalam penyiapan dan

perbaikan kualitas lahan antara lain :

1. Pengolahan tanah, yaitu menyiapkan lahan untuk

persiapan penanaman berikutnya, terdiri dari

membajak dan menggaru serta mencangkul dan

meratakan hamparan lahan sawah.

2. Pembuatan/perbaikan pematang sawah / galengan.

3. Pemberian kompos/pupuk kandang (pupuk

organik) / zeolit bersama saat pengolahan tanah.

2.1.2. Penyediaan Sarana produksi

Kegiatan yang termasuk dalam penyediaan sarana

produksi antara lain :

1. Pupuk anorganik (Urea, SP-36, KCl, dll).

2. Pupuk organik (kompos), pembenah tanah atau

zeolit.

3. Benih tanaman padi sawah.

4. Alat pengolah pupuk organik (APPO) /chopper

skala kecil

Page 15: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 8

5. Alat/mesin pengolah tanah, dapat berupa

handtractor sejauh dananya mencukupi dan

diperlukan oleh kelompok tani.

2.2. Reklamasi Lahan Kering Berbahan Organik Rendah

2.2.1 Penyiapan Dan Perbaikan Kualitas Lahan

Kegiatan yang termasuk dalam penyiapan dan

perbaikan kualitas lahan antara lain :

1. Pembersihan dan perataan tanah, dalam rangka

pengolahan tanah.

2. Pembuatan lubang tanaman tahunan/perkebunan/

hortikultura.

3. Pembuatan/ perbaikan surjan.

4. Pemberian kompos / pupuk kandang / bahan

ameliorasi lainnya untuk peningkatan kesuburan

tanah.

2.2.2 Penyediaan Sarana Produksi

Kegiatan yang termasuk dalam penyediaan sarana

produksi antara lain :

1. Penyediaan bibit / benih tanaman atau ternak

kambing / domba.

2. Pupuk anorganik.

3. Pupuk organik (kompos) dan atau pembenah

tanah.

Page 16: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 9

4. Alat pengolah pupuk organik (APPO) /chopper

skala kecil

2.3. Reklamasi Lahan Rawa

2.3.1 Penyiapan Dan Perbaikan Kualitas Lahan

Kegiatan yang termasuk dalam penyiapan dan perbaikan

kualitas lahan antara lain :

1. pembersihan lahan, terdiri dari penebasan semak

dan pengolahan tanah.

2. pembuatan pematang sawah atau galengan.

3. pembuatan/perbaikan surjan.

4. pemberian amelioran (kapur pertanian, zeolit, dll).

2.3.2 Penyediaan Sarana Produksi

Kegiatan yang termasuk dalam penyediaan sarana

produksi antara lain :

1. Pupuk anorganik

2. Bahan Amelioran (kapur pertanian, zeolit, dll)

3. Bibit / benih ( tanaman pangan, atau hortikultura,

atau perkebunan, atau tanaman HMT ).

4. Alat/mesin Pengolah Tanah

Page 17: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 10

2.4. Reklamasi Lahan Pasca Tambang Dan Industri

2.4.1. Penyiapan Dan Perbaikan Kualitas Lahan

Kegiatan yang termasuk dalam penyiapan dan perbaikan

kualitas lahan antara lain :

1. penimbunan/ pengembalian top soil atau tanah

mineral

2. pembuatan galengan/pematang/sistem pot

(pembuatan lubang untuk tanaman hortikultura dan

perkebunan)

3. pengolahan dan perataan tanah untuk tanaman

semusim

2.4.2. Penyediaan Sarana Produksi

1. Pupuk organik/kompos/pupuk kandang

2. Bahan Amelioran (kapur pertanian, zeolit, dll ) dan

tanah mineral (top soil)

3. Bibit/benih tanaman pangan, hortikultura,

perkebunan dan tanaman HMT

Page 18: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 11

III. SPESIFIKASI TEKNIS

3.1. Reklamasi Lahan Sawah Berkadar Bahan Organik Rendah

3.1.1. Norma

Kegiatan perbaikan lahan sawah berkadar bahan

organik rendah diarahkan pada lahan sawah yang

telah mengalami penurunan kualitas kesuburan fisika,

kimia dan biologi tanah, akibat intensifikasi dan

penggunaan input kimiawi yang berlebihan dan telah

berlangsung lama, yang diindikasikan oleh hasil

visualisasi kondisi tanaman di lapangan dan

kandungan C-Organik kurang dari 2%.

3.1.2. Standar teknis

1) Lokasi merupakan lahan sawah yang terletak pada

daerah produksi padi dengan pola pertanaman

minimal dua kali setahun pada luas lahan minimal

10 ha.

2) Jaringan irigasi mulai dari jaringan utama sampai

dengan tingkat usahatani telah dibangun dan

berfungsi.

3) Lahan sawah tersebut merupakan lahan yang telah

mengalami penurunan kualitas kesuburan dengan

kandungan bahan organik kurang dari 2 %. Untuk

Page 19: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 12

mendapatkan lokasi tersebut, agar berkoordinasi

dengan instansi BPTP setempat. Apabila telah ada

data peta lokasi bahan organik rendah, maka dapat

digunakan sebagai acuan, namun jika belum ada

maka perlu diambil contoh tanah untuk dilakukan

uji tanah di BPTP.

4). Petani setempat masih mempunyai kebiasaan

setiap panen, jerami dibawa keluar lahan atau

dibakar.

5). Petani dalam kelompok tani pelaksana kegiatan

berdomisili dalam satu wilayah desa yang sama.

6) Luas pemilikan/garapan lahan sawah petani

maksimal 1 ha di Jawa dan Bali, serta maksimal 2

ha di luar Jawa dan Bali.

7) Petani bersedia secara teknis untuk melaksanakan

kegiatan ini.

8) Alat Pengolah Pupuk Organik/Chopper berskala

kecil dengan ukuran kekuatan mesin penggerak

minimal 5 HP.

3.1.3. Kriteria

1) Lahan sawah milik / garapan petani mempunyai

infrastruktur memadai.

Page 20: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 13

2). Status pemilikan tanah jelas dan tidak dalam

sengketa.

3). Pada lokasi tersebut petani adalah anggota

kelompok tani binaan.

4). Petani bersedia mengikuti kegiatan dan

melakukan pemeliharaan.

5). Terdapat penyuluh pertanian atau petugas

lapangan yang membina para petani secara aktif.

6). Lahan merupakan lahan yang intensif dengan

perlakuan menggunakan input kimia secara

berlebihan dalam kurun waktu yang lama.

Gambar 1. Lahan sawah berkadar bahan organik rendah

Page 21: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 14

3.2. Reklamasi Lahan Kering Berkadar Bahan Organik Rendah

3.2.1. Norma

Kegiatan reklamasi lahan kering berkadar bahan

organik rendah diarahkan pada lahan kering yang telah

mengalami penurunan kualitas kesuburan tanah yang

diindikasikan dengan kandungan bahan organik kurang

dari 2 % pada sub sektor tanaman pangan, hortikutura,

perkebunan, atau peternakan.

3.2.2. Standar Teknis

1). Lokasi merupakan lahan kering yang terletak pada

kawasan tanaman pangan, hortikultura,

perkebunan atau tanaman hijauan makanan ternak,

dengan minimal luas hamparan 10 ha dalam satu

kelompok tani.

2). Tersedia sumber air yang mencukupi untuk

pertanaman.

3). Lahan kering tersebut merupakan lahan yang telah

mengalami penurunan kualitas kesuburan dengan

kandungan bahan organik kurang dari 2 %. Untuk

mendapatkan lokasi tersebut, agar berkoordinasi

dengan instansi BPTP setempat. Apabila telah ada

data peta lokasi bahan organik rendah, maka dapat

digunakan sebagai acuan, namun jika belum ada

Page 22: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 15

maka perlu diambil contoh tanah untuk dilakukan

uji tanah di BPTP.

4). Lahan tersebut merupakan lahan yang diperkirakan

telah mengalami penurunan kesuburannya.

5). Petani anggota kelompok tani berdomisili dalam

satu wilayah desa yang sama.

6). Luas pemilikan lahan petani maksimal 1 ha di

Jawa dan Bali, serta maksimal 2 ha di luar Jawa

dan Bali.

7). Petani mengusahakan sendiri lahan usahataninya.

8). Petani bersedia secara teknis untuk melaksanakan

kegiatan ini.

9) Alat Pengolah Pupuk Organik/Chopper berskala

kecil dengan ukuran kekuatan mesin penggerak

minimal 5 HP.

3.2.3. Kriteria

1). Lahan kering yang dimiliki oleh petani, dan

infrastruktur memadai.

2). Status pemilikan tanah jelas dan tidak dalam

sengketa.

3). Pada lokasi tersebut petani merupakan anggota

kelompok tani binaan.

Page 23: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 16

4). Petani bersedia mengikuti kegiatan dan melakukan

pemeliharaan.

5). Terdapat petugas lapangan yang membina para

petani secara berkelanjutan di lokasi tersebut.

6). Petani bersedia secara swadaya melanjutkan

kegiatan tersebut pada musim tanam berikutnya.

Gambar 2 : Lahan Kering Yang Diusahakan Untuk Budidaya Aloe Vera

3.3. Reklamasi Lahan Rawa

3.3.1 Norma

Kegiatan reklamasi lahan rawa diarahkan pada lahan

rawa pasang surut / lebak / gambut pada sub sektor

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, atau

peternakan, yang mempunyai tingkat kemasaman yang

tinggi atau tanah dengan salinitas yang tinggi.

Page 24: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 17

3.3.2 Standar Teknis

1) Lahan berupa rawa pasang surut atau lebak yang

terletak dalam satu hamparan minimal 10 ha.

2) Jaringan irigasi dan drainase mulai dari jaringan

utama sampai dengan tingkat usahatani telah

dibangun dan berfungsi.

3) Kawasan tersebut masih memerlukan reklamasi

dalam rangka pertambahan luas areal tanam dan

peningkatan produktivitas lahan.

4) Petani mengusahakan sendiri lahan usahataninya.

5) Petani bersedia secara teknis untuk melaksanakan

kegiatan ini

6) Alat Pengolah Pupuk Organik/Chopper berskala

kecil dengan ukuran kekuatan mesin penggerak

minimal 5 HP.

3.3.3 Kriteria

1) Lokasi merupakan kawasan lahan pertanian yang

dimiliki oleh petani, dimana infrastruktur pertanian

termasuk jaringan irigasi dan drainasi sampai

tingkat tersier sudah berfungsi.

2) Status pemilikan tanah jelas dan tidak dalam

sengketa.

Page 25: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 18

3) Pada lokasi tersebut terdapat petani dan yang telah

berusahatani secara kelompok.

4) Petani bersedia mengikuti kegiatan dan melakukan

pemeliharaan.

5) Terdapat petugas lapangan yang membina para

petani secara aktif.

6) Lahan merupakan lahan dengan daya dukung

rendah, yang diindikasikan dengan tingginya

derajat kemasaman tanah atau salin.

Gambar 3. Reklamasi lahan rawa untuk usaha tani nenas

Page 26: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 19

3.4. Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Dan Industri

3.4.1. Norma

Kegiatan reklamasi lahan pasca tambang dan industri

diarahkan pada lahan pertanian pasca penambangan

dan industri yang telah kehilangan lapisan olah tanah

(top soil). Lahan pertanian tersebut pernah diusahakan

oleh petani baik pada sub sektor tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, maupun peternakan.

3.4.2. Standar Teknis

1). Lahan pertanian pasca penambangan dan

industri yang akan direklamasi merupakan milik

petani dalam hamparan minimal 5 ha dan telah

mengalami kehilangan top soil.

2). Kawasan tersebut merupakan lahan pertanian

pasca penambangan dan industri tetapi masih

memerlukan reklamasi dalam rangka

memanfaatkan kembali menjadi lahan pertanian.

3). Luas pemilikan lahan per petani maksimal 1 ha di

Jawa dan Bali, serta maksimal 2 ha di luar Jawa

dan Bali..

4). Petani mengusahakan sendiri lahan

usahataninya.

Page 27: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 20

5). Petani bersedia secara teknis untuk

melaksanakan kegiatan ini.

3.4.3. Kriteria

1). Lokasi merupakan kawasan pertanian dengan

infrastruktur sudah memadai.

2). Status pemilikan tanah jelas dan tidak sengketa.

3). Lahan merupakan milik petani yang pernah

diusahakan dan petani telah tergabung dalam

kelompok tani.

4). Petani bersedia mengikuti kegiatan dan

melakukan pemeliharaan.

5). Secara teknis, lahan tersebut masih dapat

diusahakan untuk tanaman pertanian.

6). Terdapat petugas lapangan yang membina para

petani secara aktif.

Gambar 5 : Top Soil pada lahan sawah digunakan untuk industri batu bata

Gambar 4 : Lahan pertanian Bekas Penambangan

Page 28: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 21

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1. Cara Pelaksanaan

Mekanisme pelaksanaan kegiatan reklamasi lahan dilakukan

dengan sebesar-besarnya melibatkan partisipasi anggota

kelompok tani, dan pengadaan / pembelian chopper dan

peralatan lainnya, dilakukan secara langsung / swakelola oleh

kelompok tani (MAK Belanja Lembaga Sosial Lainnya).

Seluruh rencana pelaksanaan kegiatan agar dituangkan di

dalam RUKK (Rencana Usulan Kegiatan Kelompok).

4.2. Jadual Kegiatan

Jadual kegiatan disusun dengan mempertimbangkan urutan

kegiatan, ketersediaan sumberdaya, jadual tanam, iklim dan

lain-lain sebagaimana pada Lampiran 2.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

kegiatan antara lain :

a. Pembuatan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) oleh Propinsi

pada Bulan Januari minggu I dan II. Pembuatan Petunjuk

Teknis (Juknis) oleh Kabupaten pada Bulan Januari

minggu III dan IV

b. Koordinasi dengan instansi terkait pada Bulan Februari

minggu I

Page 29: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 22

c. Sosialisasi kegiatan oleh Dinas Kabupaten kepada

petani pada Bulan Februari minggu II

d. Inventarisasi CPCL pada Bulan Februari minggu III

e. Penetapan lokasi pada Bulan Februari minggu IV

f. Pembuatan desain sederhana pada Bulan Februari

minggu IV sampai Bulan Maret minggu I

g. Musyawarah kelompok tani pada Bulan Maret minggu I

h. Pembuatan rekening kelompok pada Bulan Maret

minggu I dan II

i. Penyusunan RUKK pada Bulan Maret minggu II

j. Pentransferan dana ke rekening kelompok tani pada

Bulan Maret minggu II dan III

k. Pelaksanaan konstruksi yang meliputi kegiatan :

Penyediaan chopper pada Bulan Maret minggu III

dan IV

Pelaksanaan fisik pada Bulan Maret minggu IV

sampai April minggu III

Penyediaan sarana produksi pada Bulan April

minggu I sampai minggu III

Penanaman pada Bulan April minggu IV

l. Monitoring kegiatan pada Bulan April minggu IV sampai

Desember minggu IV

Page 30: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 23

m. Evaluasi kegiatan yang dilaksanakan oleh :

Kabupaten dilaksanakan pada Bulan Maret minggu

III dan IV, Juni minggu IV sampai Juli minggu I,

September minggu IV sampai Oktober minggu I

Propinsi dilaksanakan pada Bulan Maret minggu I

dan II, Juni minggu II dan III, dan September minggu

II dan III

Pusat dilaksanakan pada Bulan Maret minggu II dan

III, Juni minggu III dan IV, dan September minggu III

dan IV

n. Pelaporan dilaksanakan tiap bulan pada minggu I sejak

bulan Februari sampai dengan Bulan Desember.

4.3. Tahapan Pelaksanaan

4.3.1. Penerbitan Juklak dan Juknis

Pedoman teknis ini dapat digunakan sebagai acuan

dalam penyusunan Juklak oleh Dinas Pertanian

Propinsi dan Juknis oleh Dinas Pertanian Kabupaten/

Kota, disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

4.3.2. Koordinasi

Koordinasi dapat dilaksanakan internal lingkup Dinas

Pertanian Kabupaten/Kota dan antar pihak terkait baik

vertikal maupun horisontal, aparat daerah dan

Page 31: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 24

masyarakat luas untuk memperoleh dukungan dan

kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan.

4.3.3. Inventarisasi calon lokasi dan calon petani (CLCP)

Inventarisasi calon lokasi dan calon petani dilakukan

secara terinci untuk menunjang keberhasilan kegiatan,

sesuai dengan kriteria dan standar teknisnya.

Inventarisasi CLCP dilakukan oleh tim teknis dan

petugas lapangan bersama aparat desa setempat,

hasilnya dilaporkan kepada Bupati / Kepala Dinas

untuk ditetapkan sebagai lokasi kegiatan.

4.3.4. Penetapan Calon Lokasi dan Calon Petani

Berdasarkan hasil inventarisasi calon lokasi dan calon

petani tersebut, Bupati/Kepala Dinas Pertanian

kabupaten menetapkan calon lokasi dan calon petani

definitif melalui surat keputusan, sehingga dokumen ini

dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan

fisik termasuk pengadaan sarana produksi sesuai

dengan RUKKnya.

4.3.5. Musyawarah Kelompok Tani

Pada lokasi dan petani yang telah ditetapkan dalam

kegiatan, perlu dilakukan pertemuan dengan kelompok

tani untuk mendapatkan masukan dan saran agar

seluruh kegiatan dapat dipahami dan direncanakan

dengan benar.

Page 32: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 25

Hasil dari pada musyawarah kelompok tani ini

dituangkan di dalam RUKK.

4.3.6. Desain Sederhana (DS)

Desain sederhana diperlukan sebagai acuan dan dasar

bagi petani untuk melaksanakan kegiatan fisik sesuai

dengan keadaan lapangan.

Desain sederhana meliputi informasi sederhana yang

diperoleh dari lahan calon lokasi kegiatan, yang

disajikan meliputi :

a. Peta situasi lahan calon lokasi kegiatan.

b. Peta batas petakan lahan kelompok tani beserta

daftar nama petani yang menjadi lokasi kegiatan.

c. Rencana anggaran biaya yang diperlukan.

4.3.7. Penyusunan RUKK

RUKK atau semacam TOR/proposal sederhana tetapi

lengkap, disusun berdasarkan musyawarah kelompok

tani, dimana seluruh komponen kegiatan, jadual

pelaksanaan, maupun perincian biayanya

direncanakan melalui musyawarah dan disepakati

bersama. Format RUKK mengacu kepada Pedoman

Pengelolaan Dana Bantuan Sosial yang diterbitkan

oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Pengelolaan

Page 33: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 26

Lahan Dan Air. Contoh format RUKK sebagaimana

pada Lampiran 3.

4.3.8. Pengadaan / Pembelian Chopper

Chopper yang diperlukan dalam kegiatan reklamasi

pada lahan sawah atau lahan kering sebanyak 1 (satu)

unit untuk setiap kelompok tani dengan luas hamparan

(lahan sawah atau lahan kering) minimal 10 ha.

Chopper dipilih yang memiliki mesin penggerak yang

kuat dan awet, pisau pencacah yang tajam dan tahan

lama, sesuai dengan standar teknis.

4.3.9. Penyediaan Sarana Produksi

Sarana produksi berupa pupuk anorganik yang akan

disediakan sesuai dengan rekomendasi anjuran di

lokasi tersebut. Penyediaan kompos diupayakan dari

daerah setempat. Pengadaan chopper dan peralatan

lainnya sesuai dengan standar teknis. Penyediaan

sarana produksi dapat dilaksanakan langsung oleh

kelompok tani sesuai dengan RUKK.

4.3.10. Pelaksanaan Fisik Kegiatan

Pelaksanaan fisik kegiatan di lapangan harus

memperhatikan fase pertanaman yang ada, teknik

reklamasi, peralatan yang digunakan dan waktu

pelaksanaan.

a. Penyiapan Lahan

Page 34: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 27

Kegiatan penyiapan lahan dilaksanakan pada areal

yang telah ditetapkan sebagai lokasi kegiatan

reklamasi. Pekerjaan dalam penyiapan lahan

antara lain pembersihan lahan, penyediaan media

penutup tanah, dll sesuai dengan keperluannya.

b. Konstruksi Fisik

Beberapa bentuk komponen kegiatan fisik

reklamasi lahan antara lain :

• Pengolahan tanah

• Pemberian kompos / pupuk organik

• Pembuatan lubang tanam (untuk subsektor

perkebunan dan hortikultura)

• Pemberian lapisan olah tanah / top soil (untuk

lahan pasca tambang dan industri)

c. Penanaman

Penanaman sesuai dengan komoditasnya,

dilakukan setelah pekerjaan penyiapan lahan dan

konstruksi fisik selesai.

Pelaksanaan fisik kegiatan reklamasi lahan dinyatakan

selesai apabila memperoleh persetujuan Tim Teknis

berdasarkan desain sederhana yang dibuat. Apabila

masih dipandang perlu, maka kelompok tani harus

memperbaiki pekerjaannya hingga sesuai dengan

desain sederhana.

Page 35: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 28

4.3.11. Pemeliharaan

Petani berkewajiban memelihara seluruh infrastruktur

di lokasi tersebut, dan selama pertanaman harus

memelihara tanaman untuk memberikan hasil yang

terbaik sesuai dengan teknis budidaya.

4.4. Pendanaan

Biaya pelaksanaan kegiatan reklamasi lahan dialokasikan

melalui Dana Tugas Pembantuan di Kabupaten/Kota per ha

sebesar Rp. 4.500.000,-/ha (MAK Lembaga Bantuan Sosial

Lainnya) terdiri dari :

a. Penyediaan sarana produksi / saprotan sesuai

kebutuhan lapangan (antara lain benih / bibit, pupuk,

pestisida, kompos, chopper, alat / mesin pengolah tanah)

b. Biaya perbaikan reklamasi lahan melalui pembayaran

upah / insentif tenaga kerja untuk pekerjaan fisik

Dana APBD Kabupaten/ Kota dapat digunakan antara lain

untuk membiayai kegiatan pertemuan koordinasi, CLCP, desain

sederhana, sosialisasi, pembinaan, monitoring, evaluasi dan

pelaporan serta biaya analisa contoh tanah.

Kontribusi petani penerima manfaat diwujudkan dengan

tanggung jawab petani terhadap pemeliharaan kegiatan fisik,

tanaman, dan keberlanjutan kegiatan usahatani.

Page 36: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 29

V. PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Dalam pelaksanaan kegiatan reklamasi lahan akan dilakukan

kegiatan pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan oleh

petugas di tingkat Propinsi dan Kabupaten / Kota sesuai dengan

tugas dan tanggungjawabnya.

5.1. Tugas dan Tanggungjawab Dinas Lingkup Pertanian Propinsi

Dinas Lingkup Pertanian Propinsi melaksanakan kegiatan

sebagai berikut :

5.1.1. Menyusun Petunjuk Pelaksanaan sebagai penjabaran

dari Pedoman Teknis yang disesuaikan dengan kondisi

di daerah.

5.1.2. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat

Propinsi.

5.1.3. Melakukan bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi.

5.1.4. Menyusun laporan rekapitulasi pelaksanaan kegiatan

yang dibuat oleh Dinas Lingkup Pertanian

Kabupaten/Kota, selanjutnya disampaikan ke Direktorat

Pengelolaan Lahan Ditjen PLA.

5.2. Tugas dan Tanggungjawab Dinas Lingkup Pertanian Kabupaten / Kota

Page 37: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 30

Dinas Lingkup Pertanian Kabupaten / Kota melaksanakan

kegiatan sebagai berikut :

5.2.1. Melakukan koordinasi vertikal dan horisontal dengan

instansi terkait.

5.2.2. Menyusun Petunjuk Teknis sebagai penjabaran lebih

rinci dari Petunjuk Pelaksanaan yang disusun oleh

Propinsi disesuaikan dengan kondisi di daerah.

5.2.3. Inventarisasi calon lokasi dan calon petani

5.2.4. Melaksanakan sosialisasi dan bimbingan teknis kepada

para petugas di lapangan dan kelompok tani pelaksana

kegiatan.

5.2.5. Membuat desain sederhana

5.2.6. Mengusahakan alokasi dana APBD Kabupaten / Kota

sebagai sinergitas kegiatan.

5.2.7. Menyusun laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan

bulanan, disampaikan ke Propinsi dan tembusan ke

Pusat (Direktorat Pengelolaan Lahan, Direktorat

Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air).

5.3. Jenis dan Format Laporan

Adapun jenis dan format laporan adalah sebagai berikut:

• Laporan Bulanan

Laporan Bulanan disusun oleh Dinas Lingkup Pertanian

Kabupaten / Kota sebagaimana format laporan bulanan

Page 38: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 31

yang mengacu pada Pedoman Umum Pengelolaan Dana

Bantuan Sosial yang dikeluarkan oleh Sekrtaris Direktorat

Jenderal Pengelolaan Lahan Dan Air sebagaimana pada

Lampiran 4 (Form PLA 01,02,03,04). Sedangkan Dinas

Lingkup Pertanian Propinsi menyusun rekapnya.

• Laporan Akhir

Laporan Akhir disusun oleh Dinas Lingkup Pertanian

Kabupaten / Kota dan Dinas Lingkup Pertanian Propinsi

menyusun rekapnya juga dalam bentuk Laporan Akhir

Propinsi.

Format laporan akhir mengikuti outline pada Lampiran 5.

Materi laporan akhir agar dilengkapi dengan :

Dokumentasi foto-foto kegiatan, minimal meliputi

kondisi / keadaan sebelum dilaksanakan kegiatan

(0%), pelaksanaan kegiatan (50%) dan akhir kegiatan

(100%).

Pembobotan / skoring perkembangan kegiatan

sebagaimana pada Lampiran 6.

5.4. Alur Pelaporan dan Waktu Pengiriman

Alur pelaporan dan waktu pengiriman disusun sebagai berikut :

5.4.1. Laporan Bulanan

a. Laporan bulanan yang dibuat oleh Dinas Lingkup

Pertanian Kabupaten/Kota dikirim ke Propinsi dan

Page 39: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 32

tembusan ke Pusat pada tanggal 5 setiap

bulannya.

b. Laporan bulanan yang dibuat oleh Dinas Lingkup

Pertanian Propinsi merupakan rekapitulasi laporan

bulanan dari Dinas Lingkup Pertanian Kabupaten

/Kota, selanjutnya dikirim ke Pusat pada tanggal 10

setiap bulannya.

5.4.2. Laporan Akhir

a. Laporan Dinas Lingkup Pertanian Akhir

Kabupaten/Kota dikirimkan ke Propinsi dengan

tembusan ke Pusat.

b. Laporan akhir Dinas Lingkup Pertanian Propinsi

merupakan rekapitulasi laporan akhir Dinas

Lingkup Pertanian Kabupaten/Kota, selanjutnya

dikirim ke Pusat dengan alamat : Direktorat

Pengelolaan Lahan, Ditjen PLA, Kantor Pusat

Departemen Pertanian Gedung D lantai 9 Jalan

Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta Selatan.

Page 40: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 33

VI. INDIKATOR KINERJA

4.1 Keluaran (Outputs)

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan reklamasi ini adalah :

a. Tereklamasinya lahan seluas 1.415 ha (terdiri dari

Tanaman Pangan 935 ha, Hortikultura 120 ha,

Perkebunan 240 ha, dan Peternakan 120 ha) di 28

propinsi, 69 kabupaten/kota sesuai dengan pedoman

teknis, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis dan

dokumen yang disepakati dengan pihak-pihak terkait.

b. Terserapnya tenaga kerja sebanyak 11.320 HOK di

daerah pelaksanaan kegiatan.

4.2 Hasil (Outcomes)

Hasil yang diharapkan dari kegiatan reklamasi lahan adalah:

a. Terlaksananya penerapan pemupukan berimbang

dengan aplikasi bahan organik seluas 1.415 ha.

b. Asumsi peningkatan produksi sebesar 0,3 ton/ha GKP

pada tanaman padi di lahan reklamasi sawah 935 ha,

maka diperoleh pertambahan produksi padi sebesar

424,5 ton GKP.

c. Di subsektor perkebunan dengan luas sekitar 240 ha

hasil yang diperoleh belum diketahui, masih terbatas

Page 41: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 34

kepada upaya perbaikan kesuburan tanah dan hasilnya

jangka panjang.

d. Perbaikan lahan seluas 120 ha di subsektor peternakan

diharapkan dapat menambah produksi HMT yang belum

dapat dihitung.

e. Perbaikan lahan seluas 120 ha di subsektor hortikultura

diharapkan dapat menambah produksi hortikultura yang

belum dapat dihitung.

4.3 Manfaat (Benefits)

Manfaat yang diperoleh dari kegiatan reklamasi lahan ini adalah

meningkatnya pendapatan petani dari upah tenaga kerja

perbaikan lahan dan peningkatan pendapatan dari usahataninya

dengan adanya peningkatan produksi.

4.4 Dampak (Impacts)

Petani dengan swadaya sendiri akan melakukan kegiatan

reklamasi pada tahun berikutnya.

Petani disekitarnya merasa tertarik setelah mengetahui

manfaatnya untuk selanjutnya melakukan sendiri kegiatan

reklamasi di lahan usahataninya.

Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan dana APBD untuk

kegiatan reklamasi lahan pada lokasi yang lain dalam rangka

peningkatan produksi dan produktivitas lahan pertanian

Page 42: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 35

VI. PENUTUP

Mengingat pentingnya upaya reklamasi dan perbaikan kesuburan lahan

pertanian pada lahan - lahan yang mengalami degradasi atau penurunan

kualitas dan demi kelestarian lingkungan hidup di kawasan pertanian,

maka perlu terus ditingkatkan penanganan lahan - lahan yang menurun

kualitasnya dengan berbagai masukan teknologi, sehingga dapat

menambah luas areal tanam dan meningkatkan produktivitas serta

pendapatan petani.

Page 43: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 36

Lampiran 1 : Rincian Alokasi Kegiatan Reklamasi Lahan TA. 2009

No. Propinsi/ Kabupaten

Sub Sektor

Vol. (Ha)

Biaya Satuan

(Rp)

Total Biaya (Rp)

I N A D 100 4.500.000 450.000.000 1 Bireun NAK 20 4.500.000 90.000.000 2 Aceh Besar NAK 20 4.500.000 90.000.000 3 Aceh Singkil BUN 20 4.500.000 90.000.000 4 Aceh Tamiang TP 20 4.500.000 90.000.000 HORTI 20 4.500.000 90.000.000

II SUMUT 120 4.500.000 540.000.000

5 Tanah Karo HORTI 20 4.500.000 90.000.000 6 Tapanuli Tengah HORTI 20 4.500.000 90.000.000 7 Simalungun HORTI 20 4.500.000 90.000.000 8 Tapanuli Utara TP 20 4.500.000 90.000.000 9 Humbang

Hasundutan TP 20 4.500.000 90.000.000

10 Kota Pematang Siantar TP 20 4.500.000 90.000.000

III RIAU 20 4.500.000 90.000.000

11 Kampar BUN 20 4.500.000 90.000.000

IV KEP. RIAU 20 4.500.000 90.000.000 12 Bintan TP 20 4.500.000 90.000.000

V JAMBI 80 4.500.000 360.000.000

13 Tanjab Barat TP 20 4.500.000 90.000.000 BUN 20 4.500.000 90.000.000 NAK 20 4.500.000 90.000.000

14 Bungo BUN 20 4.500.000 90.000.000

VI SUMSEL 45 4.500.000 202.500.000 15 Muara Enim TP 25 4.500.000 112.500.000 16 Musi Rawas TP 20 4.500.000 90.000.000

VII BENGKULU 40 4.500.000 180.000.000

Page 44: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 37

17 Rejang Lebong TP 20 4.500.000 90.000.000 18 Lebong TP 20 4.500.000 90.000.000

VIII BANGKA BELITUNG 20 4.500.000 90.000.000

19 Bangka Tengah HORTI 20 4.500.000 90.000.000

IX LAMPUNG 40 4.500.000 180.000.000 20 Lampung Timur TP 20 4.500.000 90.000.000 21 Lampung

Tengah TP 20 4.500.000 90.000.000

X BANTEN 20 4.500.000 90.000.000

22 Tangerang TP 20 4.500.000 90.000.000

XI JABAR 40 4.500.000 180.000.000 23 Bandung TP 20 4.500.000 90.000.000 24 Majalengka TP 20 4.500.000 90.000.000

XII JATENG 120 4.500.000 540.000.000

25 Rembang BUN 20 4.500.000 90.000.000 26 Blora TP 20 4.500.000 90.000.000 27 Banyumas TP 20 4.500.000 90.000.000 28 Kebumen TP 20 4.500.000 90.000.000 29 Klaten TP 20 4.500.000 90.000.000 30 Sragen TP 20 4.500.000 90.000.000

XIII D I Y 20 4.500.000 90.000.000

31 Bantul NAK 20 4.500.000 90.000.000

XIV JATIM 110 4.500.000 495.000.000 32 Mojokerto TP 10 4.500.000 45.000.000 33 Jombang TP 20 4.500.000 90.000.000 34 Bayuwangi TP 10 4.500.000 45.000.000 35 Probolinggo TP 10 4.500.000 45.000.000 36 Kediri TP 10 4.500.000 45.000.000 37 Nganjuk TP 20 4.500.000 90.000.000 38 Madiun TP 10 4.500.000 45.000.000 39 Magetan TP 10 4.500.000 45.000.000

Page 45: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 38

40 Pacitan TP 10 4.500.000 45.000.000

XV BALI 50 4.500.000 225.000.000 41 Gianyar TP 50 4.500.000 225.000.000

XVI N T B 80 4.500.000 360.000.000

42 Lombok Barat BUN 20 4.500.000 90.000.000 43 Lombok Tengah TP 20 4.500.000 90.000.000

BUN 20 4.500.000 90.000.000 44 Bima TP 20 4.500.000 90.000.000

XVII N T T 70 4.500.000 315.000.000

45 Timor Tengah Selatan BUN 20 4.500.000 90.000.000

46 Lembata BUN 50 4.500.000 225.000.000

XVIII KALBAR 90 4.500.000 405.000.000 47 Sekadau NAK 20 4.500.000 90.000.000 48 Melawi TP 10 4.500.000 45.000.000 49 Landak NAK 20 4.500.000 90.000.000 50 Bangkayang HORTI 20 4.500.000 90.000.000 51 Pontianak TP 20 4.500.000 90.000.000

XIX KALTENG 50 4.500.000 225.000.000

52 Kapuas TP 20 4.500.000 90.000.000 53 Barito Selatan TP 20 4.500.000 90.000.000 54 Kota

Palangkarya TP 10 4.500.000 45.000.000

XX KALSEL 30 4.500.000 135.000.000

55 Banjar TP 10 4.500.000 45.000.000 56 Kota Baru TP 20 4.500.000 90.000.000

XXI KALTIM 40 4.500.000 180.000.000

57 Nunukan TP 20 4.500.000 90.000.000 58 Malinau TP 20 4.500.000 90.000.000

XXII GORONTALO 40 4.500.000 180.000.000

59 Gorontalo TP 20 4.500.000 90.000.000

Page 46: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 39

60 Pohuwato TP 20 4.500.000 90.000.000

XXIII SULUT 50 4.500.000 225.000.000 61 Minahasa BUN 10 4.500.000 45.000.000 62 Minahasa

Tenggara TP 20 4.500.000 90.000.000

63 Kota Mobagu TP 20 4.500.000 90.000.000

XXIV SULTENG 20 4.500.000 90.000.000 64 Parigi Moutong TP 20 4.500.000 90.000.000

XXV SULTRA 40 4.500.000 180.000.000

65 Buton BUN 20 4.500.000 90.000.000 66 Konawe TP 20 4.500.000 90.000.000

XXVI SULBAR 20 4.500.000 90.000.000

67 Majene TP 20 4.500.000 90.000.000

XXVII MALUKU 20 4.500.000 90.000.000 68 Maluku Tengah TP 20 4.500.000 90.000.000

XXVIII PAPUA 20 4.500.000 90.000.000

69 Merauke TP 20 4.500.000 90.000.000 JUMLAH 1.415 4.500.000 6.367.500.000 TP 935 4.500.000 4.207.500.000 HORTI 120 4.500.000 540.000.000 BUN 240 4.500.000 1.080.000.000 NAK 120 4.500.000 540.000.000

Page 47: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 40

Lampiran 2

No. Nama Kegiatan

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IVA. Persiapan

1 Sosialisasi pedoman teknis2 Pembuatan Juklak oleh Propinsi3 Pembuatan Juknis oleh Kab/Kota4 Koordinasi dengan Instansi terkait5 Sosialisasi 6 Inventarisasi CPCL7 Penetapan Lokasi 8 Pembuatan rekening kelompok9 Musyawarah Kelompok Tani10 Pembuatan Desain Sederhana11 Penyusunan RUKK

B. Pelaksanaan1 Transfer dana2 Konstruksi

3 Monitoring4 Evaluasi 5 Pelaporan

Bulan

JADWAL KEGIATAN REKLAMASI LAHANTAHUN 2009

Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember DesemberMinggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke

Page 48: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 41

Lampiran 3 :

CONTOH FORMAT LAPORAN BULANAN REKLAMASI LAHAN

TA. 2009

Propinsi/Kabupaten/Kota : .............................

Kondisi s/d Bulan : .............................

Target Realisasi

No.

Lokasi

Kegiatan Kec/Desa/ Kel. tani

Jenis Kegiatan Volume Satuan

Dana (Rp) Volume Satuan % Dana

(Rp) %

Ket.

Perbaikan Lahan dan Penyiapan Lahan : • • •

Penyediaan Sarana Pertanian : • • • •

Page 49: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Lampiran 3.

Kab/ Kota Kecamatan Desa Kelompoktani

Jenis Pekerjaan Volume Satuan Harga Per Satuan Metode Pelaksanaan( Rp )

Dana Dana SwadayaTP APBD Petani

a. Pelaksanaan Fisik - Pengolahan tanah ,,,,, HOK ,,,,, v v - Pemberian kompos/pupuk organik ,,,,, HOK ,,,,, v v - Pembuatan lubang tanam ,,,,, HOK ,,,,, v v (untuk subsektor Perkebunan dan Hortikultura) - Pemberian lapisan olah tanah/top soil ,,,,, HOK ,,,,, v v (untuk lahan pasca tambang dan industri) - Lain-lain (sebutkan) ,,,,, HOK ,,,,, v v

b. Penyediaan Sarana Produksi / Saprotan - Benih Padi ,,,,, Kg ,,,,, v v - Pupuk Urea ,,,,, Kg ,,,,, v v - Pupuk SP-36 ,,,,, Kg ,,,,, v v - Pupuk KCl ,,,,, Kg ,,,,, v v - Pupuk ZA ,,,,, Kg ,,,,, v v - Pestisida ,,,,, Ltr/kg ,,,,, v v - Pupuk organik/kompos ,,,,, Ton ,,,,, v v - Pengadaan APPO/Chopper ,,,,, Unit ,,,,, v v - Alat/mesin pengolahan tanah (sebutkan) ,,,,, Unit ,,,,, v v - Lain-lain (sebutkan) ,,,,, HOK ,,,,, v v

c. Penanaman ,,,,, HOK ,,,,, v

d. Pemeliharaan & Operasional ,,,,, ,,,,, - Penyiangan ,,,,, HOK ,,,,, v - Aplikasi pemupukan anorganik ,,,,, HOK ,,,,, v - Lain-lain (sebutkan) ,,,,, HOK ,,,,, v v

e. Panen ,,,,, HOK ,,,,, v

TOTAL DANA

Keterangan : *) Sumber dana bersal dari : Tugas Pembantuan, APBD, Swadaya Petani

......, ...................... 2009 Mengetahui, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Tim Teknis/ Korlap Ketua Kelompok Tani

( ) ( ) ( )

Catatan :1. RUKK agar dilampirkan dokumen sbb : a) Daftar Petani anggota Kelompoktani Pelaksana Kegiatan b) Desain Sederhana c) Fotocopy rekening kelompoktani2. Untuk format RUKK reklamasi pada lahan kering, rawa maupun pasca tambang dan industri agar disesuaikan dengan kondisi di lapangan

CONTOH FORMAT

(Rp)Jumlah Biaya & Sumber Dana *)

RENCANA USULAN KEGIATAN KELOMPOK (RUKK)REKLAMASI di LAHAN SAWAH

Page 50: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Lampiran 4 : CONTOH OUTLINE LAPORAN AKHIR

KEGIATAN REKLAMASI LAHAN TA. 2009

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

1.2. Tujuan

1.3. Sasaran lokasi

II. RUANG LINGKUP KEGIATAN

2.1. Dukungan kegiatan komoditas

2.2. Komponen kegiatan

III. LOKASI KEGIATAN

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1. Tahapan kegiatan

4.2. Realiasi fisik dan keuangan

NB. termasuk jumlah serapan tenaga kerja

(HOK) dan produktivitas sebelum dan sesudah

kegiatan (ton/Ha)

V. PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH

5.1. Permasalahan yang dihadapi

5.2. Pemecahan masalah

VI. PEMANFAATAN

VII. PENUTUP

LAMPIRAN

Page 51: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Lampiran 5: Skoring Pembobotan Kegiatan Fisik Kegiatan TA 2009

A. PERSIAPAN 20 %

1. Penyusunan SK Tim Teknis 2 %

2. Penetapan CPCL 3 %

3. Rancangan Teknis 4 %

4. Penyusunan RUKK 4 %

5. Perjanjian Kerjasama 4 %

6. Transfer dana 3 %

B. KONSTRUKSI 80 %

1. Penyiapan Lahan 20 %

2. Penyediaan Sarana Produksi Pertanian 25 %

3. Penanaman 35 %

Page 52: 09 Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 2009

Lampiran 6. Skoring / Pembobotan Kegiatan Reklamasi Lahan TA 2009

C. PERSIAPAN 20%

1. Penyusunan SK Tim Teknis 2%

2. Penetapan CPCL 3 %

3. Desain Sederhana 4 %

4. Penyusunan RUKK 4 %

5. Perjanjian Kerjasama dan

Pembukaan Rekening Kelompok 4 %

6. Transfer dana 3 %

D. KONSTRUKSI 80 %

1. Penyiapan Lahan 40 %

2. Penyediaan Sarana Produksi 30 %

3. Penanaman 10 %