08E00290

82
 LEMBARAN PERSETUJUAN Judul Penelitian : MULTI-DRUG RESISTANCE (MDR) PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DENGAN DIABETES MELITUS Nama : SIMION SEMBIRING Program Studi : PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I PARU Menyetujui Pembimbing: Dr.H.Hilalud din S,Sp.P,DTM&H NIP. 130 365 290 Koordinator penelitian Ketua program studi Ketua departemen Ilmu Dep.Ilmu Peny.Paru Dep. Ilmu Peny.Paru Penyakit paru Dr.H.Tamsil S,Sp.P(K) Dr.H.Hilaluddin S,Sp.P,DTM&H Prof.D r.H.Luhur  Soeroso,Sp.P(K) NIP .130 811 246 NIP. 130 365 290 NIP. 130 422 431 Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository © 2008.

description

by

Transcript of 08E00290

  • LEMBARAN PERSETUJUAN

    Judul Penelitian : MULTI-DRUG RESISTANCE (MDR) PADA PENDERITA

    TUBERKULOSIS PARU DENGAN DIABETES MELITUS

    Nama : SIMION SEMBIRING

    Program Studi : PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I PARU

    Menyetujui

    Pembimbing:

    Dr.H.Hilaluddin S,Sp.P,DTM&H NIP. 130 365 290

    Koordinator penelitian Ketua program studi Ketua departemen Ilmu Dep.Ilmu Peny.Paru Dep. Ilmu Peny.Paru Penyakit paru

    Dr.H.Tamsil S,Sp.P(K) Dr.H.Hilaluddin S,Sp.P,DTM&H Prof.Dr.H.Luhur Soeroso,Sp.P(K) NIP .130 811 246 NIP. 130 365 290 NIP. 130 422 431

    Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • TESIS

    PPDS ILMU PENYAKIT PARU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    RUMAH SAKIT UMUM HAJI ADAM MALIK MEDAN

    1. Judul Tesis : MULTI-DRUG RESISTANCE (MDR) PADA

    PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DENGAN

    DIABETES MELITUS

    2. Nama peneliti : dr. Simion Sembiring

    3. NIP : 140351059

    4. Pangkat / Golongan : Penata Muda / III a

    5. Fakultas : Kedokteran Universitas sumatera utara

    6. Jurusan : Ilmu Penyakit Paru

    7. Jangka waktu : 6 bulan

    8. Lokasi penelitian : SMF Paru RSUP.H.Adam Malik Medan,

    Puskesmas Kampung Lalang dan

    Laboratorium Mikrobiologi FK-USU.

    9. Pembimbing : Dr.H.Hilaluddin S,SpP,DTM&H

    Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • MULTI-DRUG RESISTANCE (MDR) PADA

    PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DENGAN DIABETES MELITUS

    TESIS

    Oleh

    SIMION SEMBIRING

    PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT PARU

    FK. USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

    2007

    Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • MULTI-DRUG RESISTANCE (MDR) PADA

    PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DENGAN DIABETES MELITUS

    TESIS

    Untuk Memperoleh Gelar Spesialis Paru Pada Program Pendidikan Dokter Spesialis I

    Departemen Ilmu Penyakit Paru FK-USU

    Oleh

    SIMION SEMBIRING

    PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT PARU

    FK. USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

    2007

    Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • PERNYATAAN

    MULTI-DRUG RESISTANCE (MDR) PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU

    DENGAN DIABETES MELITUS

    TESIS

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

    perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

    karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain,

    kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

    pustaka

    Medan, Juli 2007

    Simion Sembiring

    Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • ABSTRAK

    Tujuan : Untuk mengetahui adanya hubungan antara MDR dengan

    diabetes melitus pada penderita tuberkulosis paru yang disertai diabetes

    melitus

    Metode : Cross Sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling

    yaitu pemilihan subjek penelitian secara berurutan, semua subjek yang

    memenuhi kriteria pemilihan disertakan sebagai sampel. Sampel yang

    didapat dilakukan pemeriksaan uji resistensi di Laboratorium Mikrobiologi

    FK USU Medan

    Hasil : Hasil dari 50 subjek yang diteliti yang terdiri dari 25 orang (50%)

    penderita TB paru dengan DM dan 25 orang (50%) penderita TB paru

    tanpa DM didapatkan perbedaan bermakna diantara kedua kelompok.

    Pada penderita TB paru dengan DM dijumpai MDR-TB sebanyak 8 orang

    dan pada kelompok penderita TB paru tanpa DM dijumpai MDR-TB

    sebanyak 1 orang. (p=0,01). Resiko Relatif terjadinya MDR-TB pada

    penderita TB paru dengan DM adalah 11,3 kali.

    Kesimpulan : Dijumpai hubungan bermakna antara MDR-TB dengan DM

    pada penderita tuberkulosis paru yang disertai DM

    Kata Kunci : Multi-drug resistance,diabetes melitus,tuberkulosis paru

    iSimion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang

    Maha Pengasih, yang oleh karena kasih dan karuniaNya tulisan akhir

    dengan judul Multi-Drug Resistance (MDR) pada Penderita Tuberkulosis

    Paru dengan Diabetes Melitus ini dapat diselesaikan.

    Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan

    cenderung terjadi peningkatan jumlah penderita. Bersamaan dengan

    peningkatan kasus TB terjadi pula peningkatan kasus TB yang resisten

    terhadap beberapa obat anti TB. Penderita TB cenderung reaktivasi dan

    salah satu kondisi yang dapat menyebabkan keadaan itu adalah diabetes

    melitus. Untuk itu penulis melakukan penelitian ini karena ingin

    mengetahui apakah ada hubungan antara MDR dan diabetes melitus

    pada penderita tuberkulosis paru yang diisertai diabetes melitus.

    Tulisan ini merupakan tugas akhir yang merupakan syarat dalam

    penyelesaian pendidikan spesialisasi Ilmu Penyakit Paru di Departemen

    Ilmu Penyakit Paru FK-USU/SMF Paru RSUP.H. Adam Malik Medan.

    Penulis menyadari dalam pembuatan karya tulis ini terdapat kekurangan,

    namun penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat .

    Selama mengikuti pendidikan di Bagian Ilmu Penyakit Paru, penulis

    banyak mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak.

    Untuk kesemuanya itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

    dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

    iiSimion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • Prof.Dr. H. Luhur Soeroso, SpP(K) sebagai Ketua Departemen Ilmu

    Penyakit Paru FK-USU/SMF Paru RSUP.H. Adam Malik Medan, yang

    telah menyediakan waktu memberikan bimbingan, pengarahan dan Ilmu

    dan pengalaman klinis serta bronkoskopi, yang sangat besar nilainya

    kepada saya khususnya dan kami seluruh PPDS paru.

    Dr. Zainuddin Amir, Sp.P (K) sebagai Sekretaris Departemen Ilmu

    Penyakit Paru FK-USU/SMF paru RSUP. H. Adam Malik Medan, yang

    telah banyak memberikan bimbingan dan nasihat selama saya menjalani

    Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di FK-USU/SMF Paru RSUP. H.

    Adam Malik Medan.

    Dr. Hilaluddin Sembiring, DTM&H, Sp.P, sebagai Ketua Program Studi

    Ilmu Penyakit Paru sekaligus sebagai pembimbing saya di dalam tulisan

    akhir ini yang dengan penuh perhatian telah memberi bimbingan dan

    saran selama saya mengikuti pendidikan sampai penyelesaian tulisan

    akhir ini.

    Dr. Pantas Hasibuan, Sp.P, sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu

    Penyakit Paru yang banyak memberikan motivasi dan saran serta nasehat

    yang bermanfaat sehingga saya dapat menyelesaikan tulisan ini.

    Dr. Widirahardjo S., Sp.P, yang telah banyak memberikan ilmu dan

    pengalaman terutama dibidang pleura selama saya mengikuti pendidikan.

    Dr. Tamsil Syafiuddin, Sp.P(K), sebagai koordinator penelitian

    Departemen Ilmu Penyakit Paru yang telah banyak memberikan

    iiiSimion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • bimbingan terutama di bidang asma serta tata cara membuat tulisan ilmiah

    yang baik.

    Dr. Sumarli, Sp.P (K) , Dr. RS. Parhusip,Sp.P(K), Dr. H. Sugito,

    Sp.P(K) yang telah banyak memberikan bimbingan, nasihat, pengalaman

    klinis selama beliau mengabdi di bagian paru hingga pensiun.

    Dr. Usman, Sp.P, Dr. Fajrinur, Sp.P, Dr. P.S. Pandia, Sp.P,

    Dr. Parluhutan Siagian, Sp.P, Dr. Amira P.Tarigan,Sp.P, Dr. Bintang YM.

    Sinaga, Sp.P, Dr. Supiono, Sp.P, yang telah memberikan masukan dan

    bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan.

    Ucapan terima kasih kepada Dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, yang

    telah membimbing penulis dalam analisis statistik pada penelitian ini.

    Ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Dekan Fakultas

    Kedokteran USU Medan, Direktur RSUP.H. Adam Malik Medan, Direktur

    RSUD.Dr. Pirngadi Medan, Kepala BP4 Medan, Kepala RS. Tembakau

    Deli Medan, Direktur RSU Materna Medan yang telah memberikan

    kesempatan dan bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan

    spesialisasi paru.

    Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman sejawat

    peserta program pendidikan spesialisasi Ilmu Penyakit Paru FK-USU serta

    pegawai tata usaha serta paramedis poliklinik, ruang bronkoskopi dan

    ruang rawat inap paru RSUP.H. Adam Malik Medan atas kerjasama yang

    baik selama penulis menjalani pendidikan.

    ivSimion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • Rasa hormat dan terima kasih yang mendalam penulis ucapkan

    kepada bapak saya P Sembiring dan ibu saya L br Bukit yang telah

    membesarkan, mendidik, memberikan doa dan bantuan moril maupun

    materil sehingga saya menjadi dokter spesialis.

    Rasa hormat saya terhadap kedua mertua saya Drs. M Munthe / R. Br.

    Berutu, yang telah memberikan dukungan dan doa selama saya menjalani

    pendidikan spesialisasi.

    Kepada istriku tercinta Vera Ida Munthe SSi dan anakku tersayang

    Nanda dan Aldo saya ucapkan terima kasih atas pengertian, kesabaran

    dan pengorbanannya selama saya mengikuti pendidikan spesialisasi.

    Akhirnya penulis berharap tulisan akhir ini dapat bermanfaat untuk

    pendidikan dan mohon maaf jika ada kesalahan dan kesilapan yang

    penulis lakukan.

    Medan, Juni 2007

    Penulis,

    Simion Sembiring

    vSimion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • RIWAYAT HIDUP PENULIS

    IDENTITAS

    Nama : dr. Simion Sembiring

    Tempat/Tgl Lahir : Sampun, 31 Mei 1968

    Agama : Kristen Protestan

    Pekerjaan : PNS

    NIP : 140351059

    Alamat : Jl. Letjen Jamin Ginting No 757 Medan

    KELUARGA

    Istri : Vera Ida Munthe, SSi

    Anak : 1. Nicholas Prananda Sembiring

    2. Reynaldo Gilbert Sembiring

    PENDIDIKAN

    1. SD Negeri Sampun Kab. Karo : Ijazah 1981

    2. SMPN-8 Medan : Ijazah 1984

    3. SMAN-1 Medan : Ijazah 1987

    4. Fakultas Kedokteran USU : Ijazah 1995

    RIWAYAT PEKERJAAN

    1. Dokter PTT di Puskesmas Munte Kab. Karo

    2. PNS di RSUD Kupang - NTT

    3. Dokter peserta PPDS Ilmu Penyakit Paru FK USU Medan

    viSimion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • PERKUMPULAN PROFESI

    1. Anggota IDI

    2. Anggota Muda PDPI Cabang Sumatera Utara

    KARYA ILMIAH

    1. Menyajikan makalah pada Konas X PDPI Solo 2005

    LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI

    1. Workshop USG Pleura di Konas IX PDPI Medan 2002

    PARTISIPASI DALAM KEGIATAN ILMIAH

    1. Panitia Konas IX Medan 2002

    2. Temu Ilmiah PDPI Medan 2003

    3. Seminar TB Medan 2004

    4. Konker X PDPI Padang 2004

    5. Konas X PDPI Solo 2005

    6. TB Day FK USU-PDPI 2006

    7. Konker PDPI Batam 2006

    8. Konker PDPI Bali 2007

    viiSimion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ......................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ......................................................................... ii

    RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vi

    DAFTAR ISI ....................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL ............................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xi

    DAFTAR SINGKATAN ...................................................................... xii

    BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang........................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ................................................. 3 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................... 4 1.4. Hipotesis .................................................................... 4 1.5. Manfaat Penelitian ..................................................... 4

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 6

    2.1. Multi-Drug Resistance Tuberculosis .......................... 6 2.2. Epidemiologi .............................................................. 7 2.3. Resistensi Mikroba..................................................... 9 2.4. Penyebab MDR-TB.................................................... 17 2.5. Hubungan DM dan MDR-TB...................................... 19 2.6. Diagnosis MDR-TB .................................................... 21 2.7. Pengendalian MDR-TB .............................................. 22

    BAB III. BAHAN DAN METODE ..................................................... 25

    3.1. Rancangan Penelitian ............................................... 25 3.2. Tempat ...................................................................... 25 3.3. Populasi Penelitian .................................................... 25 3.4. Jumlah Sampel ......................................................... 25 3.5. Cara Pengambilan Sampel ....................................... 26 3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...................................... 26 3.7. Variabel Penelitian .................................................... 27 3.8. Kerangka Konsep ..................................................... 27

    viiiSimion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 3.9. Definisi Operasional .................................................. 28 3.10. Cara Kerja ................................................................. 29 3.11. Analisis Data ............................................................. 30

    BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . 31

    4.1. Hasil Penelitian ........................................................... 31 4.1.1. Hubungan antara penderita TB paru dengan

    MDR................................................................ 31 4.1.2. Distribusi penderita TB paru menurut umur ... 32 4.1.3. Distribusi penderita TB paru menurut jenis

    kelamin .......................................................... 33 4.1.4. Distribusi penderita TB paru menurut

    pendidikan ...................................................... 34 4.1.5. Distribusi penderita TB paru menurut

    penghasilan..................................................... 35 4.1.6. Hubungan Karakteristik Penderita TB Paru

    yang disertai DM dengan MDR ....................... 4.1.7. Distribusi penderita TB menurut resistensi

    OAT................................................................. 37 4.2. Pembahasan Penelitian .............................................. 39

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 42

    5.1. Kesimpulan ................................................................. 42 5.2. Saran .......................................................................... 42

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 43

    LAMPIRAN

    ixSimion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Resistensi obat primer secara global ................................ 7

    Tabel 2. Resistensi obat sekunder secara global............................ 8

    Tabel 3. Distribusi penderita TB paru menurut MDR ...................... 31

    Tabel 4. Distribusi penderita TB paru menurut umur ..................... 32

    Tabel 5. Distribusi penderita TB paru menurut jenis kelamin .......... 33

    Tabel 6. Distribusi penderita TB paru menurut pendidikan ............. 34

    Tabel 7. Distribusi penderita TB paru menurut penghasilan ........... 35

    Tabel 8. Hubungan Karakteristik Penderita TB Paru yang disertai

    DM dengan MDR .............................................................. 37

    Tabel 9. Distribusi penderita TB paru menurut resistensi OAT ....... 38

    xSimion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman Gambar 1. Mekanisme terjadinya MDR-TB 13

    Gambar 2. Kerangka Konsep......................................................... 27

    xiSimion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • DAFTAR SINGKATAN

    TB : Tuberkulosis

    WHO : Word Health Organization

    SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga

    BTA : Basil Tahan Asam

    OAT : Oral Anti Tuberkulosis

    MDR : Multi Drug Resistance

    DM : Diabetes Melitus

    IUTLD : International Union Against Tuberculosis and Lung Disease

    RS : Rumah Sakit

    RTF : Resistance Transfer Factor

    RNA : Ribonucleic Acid

    DNA : Deoxiribonucleic Acid

    LCR : ligase Chain Reaction

    PCR : Polymerase Chain Reaction

    RFLP : Restriction Fragment Length Polymorphism

    LIPA : Line Probe Assay

    MGIT : Micobacteria Growth Indicator Tube

    DOTS : Directly Observed Treatment Short Course

    xiiSimion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • MULTI-DRUG RESISTANCE (MDR) PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU

    DENGAN DIABETES MELITUS

    TESIS

    Oleh

    SIMION SEMBIRING

    PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I

    DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT PARU FK. USU / RSUP H. ADAM MALIK

    MEDAN 2007

    1Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • MULTI-DRUG RESISTANCE (MDR) PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU

    DENGAN DIABETES MELITUS

    TESIS

    Untuk Memperoleh Gelar Spesialis Paru Pada Program Pendidikan Dokter Spesialis I

    Departemen Ilmu Penyakit Paru FK-USU

    Oleh

    SIMION SEMBIRING

    PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT PARU

    FK. USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

    2007

    2Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • PERNYATAAN

    MULTI-DRUG RESISTANCE (MDR) PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU

    DENGAN DIABETES MELITUS

    TESIS

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

    perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya

    atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang

    secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

    Medan, Juli 2007

    Simion Sembiring

    3Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • LEMBARAN PERSETUJUAN

    Judul Penelitian : MULTI-DRUG RESISTANCE (MDR) PADA PENDERITA

    TUBERKULOSIS PARU DENGAN DIABETES MELITUS

    Nama : SIMION SEMBIRING

    Program Studi : PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I PARU

    Menyetujui

    Pembimbing:

    Dr.H.Hilaluddin S,Sp.P,DTM&H NIP. 130 365 290

    Koordinator penelitian Ketua program studi Ketua departemen Ilmu Dep.Ilmu Peny.Paru Dep. Ilmu Peny.Paru Penyakit paru

    Dr.H.Tamsil S,Sp.P(K) Dr.H.Hilaluddin S,Sp.P,DTM&H Prof.Dr.Luhur Soeroso,Sp.P(K) NIP .130 811 246 NIP. 130 365 290 NIP. 130 422 431

    4Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • TESIS

    PPDS ILMU PENYAKIT PARU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    RUMAH SAKIT UMUM HAJI ADAM MALIK MEDAN

    1. Judul Tesis : MULTI-DRUG RESISTANCE (MDR) PADA PENDERITA

    TUBERKULOSIS PARU DENGAN DIABETES MELITUS

    2. Nama peneliti : dr. Simion Sembiring

    3. NIP : 140351059

    4. Pangkat / Golongan : Penata Muda / III a

    5. Fakultas : Kedokteran Universitas sumatera utara

    6. Jurusan : Ilmu Penyakit Paru

    7. Jangka waktu : 6 bulan

    8. Lokasi penelitian : SMF Paru RSUP.H.Adam Malik Medan,

    Puskesmas Kampung Lalang dan Laboratorium

    Mikrobiologi FK-USU.

    9. Pembimbing : Dr.H.Hilaluddin S,SpP,DTM&H

    5Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • ABSTRAK

    Tujuan : Untuk mengetahui adanya hubungan antara MDR dengan diabetes

    melitus pada penderita tuberkulosis paru yang disertai diabetes melitus

    Metode : Cross Sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling yaitu

    pemilihan subjek penelitian secara berurutan, semua subjek yang memenuhi

    kriteria pemilihan disertakan sebagai sampel. Sampel yang didapat dilakukan

    pemeriksaan uji resistensi di Laboratorium Mikrobiologi FK USU Medan

    Hasil : Hasil dari 50 subjek yang diteliti yang terdiri dari 25 orang (50%)

    penderita TB paru dengan DM dan 25 orang (50%) penderita TB paru tanpa

    DM didapatkan perbedaan bermakna diantara kedua kelompok. Pada

    penderita TB paru dengan DM dijumpai MDR-TB sebanyak 8 orang dan

    pada kelompok penderita TB paru tanpa DM dijumpai MDR-TB sebanyak 1

    orang. (p=0,01). Resiko Relatif terjadinya MDR-TB pada penderita TB paru

    dengan DM adalah 11,3 kali.

    Kesimpulan : Dijumpai hubungan bermakna antara MDR-TB dengan DM

    pada penderita tuberkulosis paru yang disertai DM

    Kata Kunci : Multi-drug resistance,diabetes melitus,tuberkulosis paru

    6Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang

    Maha Pengasih, yang oleh karena kasih dan karuniaNya tulisan akhir dengan

    judul Multi-Drug Resistance (MDR) pada Penderita Tuberkulosis Paru

    dengan Diabetes Melitus ini dapat diselesaikan.

    Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan

    cenderung terjadi peningkatan jumlah penderita. Bersamaan dengan

    peningkatan kasus TB terjadi pula peningkatan kasus TB yang resisten

    terhadap beberapa obat anti TB. Penderita TB cenderung reaktivasi dan

    salah satu kondisi yang dapat menyebabkan keadaan itu adalah diabetes

    melitus. Untuk itu penulis melakukan penelitian ini karena ingin mengetahui

    apakah ada hubungan antara MDR dan diabetes melitus pada penderita

    tuberkulosis paru yang diisertai diabetes melitus.

    Tulisan ini merupakan tugas akhir yang merupakan syarat dalam

    penyelesaian pendidikan spesialisasi Ilmu Penyakit Paru di Departemen Ilmu

    Penyakit Paru FK-USU/SMF Paru RSUP.H. Adam Malik Medan. Penulis

    menyadari dalam pembuatan karya tulis ini terdapat kekurangan, namun

    penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat .

    Selama mengikuti pendidikan di Bagian Ilmu Penyakit Paru, penulis

    banyak mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk

    7Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • kesemuanya itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih dan

    penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

    Prof.Dr. H. Luhur Soeroso, SpP(K) sebagai Ketua Departemen Ilmu

    Penyakit Paru FK-USU/SMF Paru RSUP.H. Adam Malik Medan, yang telah

    menyediakan waktu memberikan bimbingan, pengarahan dan Ilmu dan

    pengalaman klinis serta bronkoskopi, yang sangat besar nilainya kepada

    saya khususnya dan kami seluruh PPDS paru.

    Dr. Zainuddin Amir, Sp.P (K) sebagai Sekretaris Departemen Ilmu

    Penyakit Paru FK-USU/SMF paru RSUP. H. Adam Malik Medan, yang telah

    banyak memberikan bimbingan dan nasihat selama saya menjalani

    Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di FK-USU/SMF Paru RSUP. H. Adam

    Malik Medan.

    Dr. Hilaluddin Sembiring, DTM&H, Sp.P, sebagai Ketua Program Studi

    Ilmu Penyakit Paru sekaligus sebagai pembimbing saya di dalam tulisan akhir

    ini yang dengan penuh perhatian telah memberi bimbingan dan saran selama

    saya mengikuti pendidikan sampai penyelesaian tulisan akhir ini.

    Dr. Pantas Hasibuan, Sp.P, sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu

    Penyakit Paru yang banyak memberikan motivasi dan saran serta nasehat

    yang bermanfaat sehingga saya dapat menyelesaikan tulisan ini.

    Dr. Widirahardjo S., Sp.P, yang telah banyak memberikan ilmu dan

    pengalaman terutama dibidang pleura selama saya mengikuti pendidikan.

    8Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • Dr. Tamsil Syafiuddin, Sp.P(K), sebagai koordinator penelitian

    Departemen Ilmu Penyakit Paru yang telah banyak memberikan bimbingan

    terutama di bidang asma serta tata cara membuat tulisan ilmiah yang baik.

    Dr. Sumarli, Sp.P (K) , Dr. RS. Parhusip,Sp.P(K), Dr. H. Sugito, Sp.P(K)

    yang telah banyak memberikan bimbingan, nasihat, pengalaman klinis

    selama beliau mengabdi di bagian paru hingga pensiun.

    Dr. Usman, Sp.P, Dr. Fajrinur, Sp.P, Dr. P.S. Pandia, Sp.P, Dr.

    Parluhutan Siagian, Sp.P, Dr. Amira P.Tarigan,Sp.P, Dr. Bintang YM. Sinaga,

    Sp.P, Dr. Supiono, Sp.P, yang telah memberikan masukan dan bimbingan

    selama penulis mengikuti pendidikan.

    Ucapan terima kasih kepada Dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, yang telah

    membimbing penulis dalam analisis statistik pada penelitian ini.

    Ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Dekan Fakultas

    Kedokteran USU Medan, Direktur RSUP.H. Adam Malik Medan, Direktur

    RSUD.Dr. Pirngadi Medan, Kepala BP4 Medan, Kepala RS. Tembakau Deli

    Medan, Direktur RSU Materna Medan yang telah memberikan kesempatan

    dan bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan spesialisasi

    paru.

    Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman sejawat peserta

    program pendidikan spesialisasi Ilmu Penyakit Paru FK-USU serta pegawai

    tata usaha serta paramedis poliklinik, ruang bronkoskopi dan ruang rawat

    9Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • inap paru RSUP.H. Adam Malik Medan atas kerjasama yang baik selama

    penulis menjalani pendidikan.

    Rasa hormat dan terima kasih yang mendalam penulis ucapkan kepada

    bapak saya P Sembiring dan ibu saya L br Bukit yang telah membesarkan,

    mendidik, memberikan doa dan bantuan moril maupun materil sehingga

    saya menjadi dokter spesialis.

    Rasa hormat saya terhadap kedua mertua saya Drs. M Munthe / R. Br.

    Berutu, yang telah memberikan dukungan dan doa selama saya menjalani

    pendidikan spesialisasi.

    Kepada istriku tercinta Vera Ida Munthe SSi dan anakku tersayang Nanda

    dan Aldo saya ucapkan terima kasih atas pengertian, kesabaran dan

    pengorbanannya selama saya mengikuti pendidikan spesialisasi.

    Akhirnya penulis berharap tulisan akhir ini dapat bermanfaat untuk

    pendidikan dan mohon maaf jika ada kesalahan dan kesilapan yang penulis

    lakukan.

    Medan, Juni 2007

    Penulis,

    Simion Sembiring

    10Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 11Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • RIWAYAT HIDUP PENULIS

    IDENTITAS

    Nama : dr. Simion Sembiring

    Tempat/Tgl Lahir : Sampun, 31 Mei 1968

    Agama : Kristen Protestan

    Pekerjaan : PNS

    NIP : 140351059

    Alamat : Jl. Letjen Jamin Ginting No 757 Medan

    KELUARGA

    Istri : Vera Ida Munthe, SSi

    Anak : 1. Nicholas Prananda Sembiring

    2. Reynaldo Gilbert Sembiring

    PENDIDIKAN

    1. SD Negeri Sampun Kab. Karo : Ijazah 1981

    2. SMPN-8 Medan : Ijazah 1984

    3. SMAN-1 Medan : Ijazah 1987

    4. Fakultas Kedokteran USU : Ijazah 1995

    RIWAYAT PEKERJAAN

    1. Dokter PTT di Puskesmas Munte Kab. Karo

    12Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 2. PNS di RSUD Kupang - NTT

    3. Dokter peserta PPDS Ilmu Penyakit Paru FK USU Medan

    PERKUMPULAN PROFESI

    1. Anggota IDI

    2. Anggota Muda PDPI Cabang Sumatera Utara

    KARYA ILMIAH

    1. Menyajikan makalah pada Konas X PDPI Solo 2005

    LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI

    1. Workshop USG Pleura di Konas IX PDPI Medan 2002

    PARTISIPASI DALAM KEGIATAN ILMIAH

    1. Panitia Konas IX Medan 2002

    2. Temu Ilmiah PDPI Medan 2003

    3. Seminar TB Medan 2004

    4. Konker X PDPI Padang 2004

    5. Konas X PDPI Solo 2005

    6. TB Day FK USU-PDPI 2006

    7. Konker PDPI Batam 2006

    8. Konker PDPI Bali 2007

    13Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 14Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ......................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ......................................................................... ii

    RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vi

    DAFTAR ISI ....................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL ............................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xi

    DAFTAR SINGKATAN ...................................................................... xii

    BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang........................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ................................................. 3 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................... 4 1.4. Hipotesis .................................................................... 4 1.5. Manfaat Penelitian ..................................................... 4

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 6

    2.1. Multi-Drug Resistance Tuberculosis .......................... 6 2.2. Epidemiologi .............................................................. 7 2.3. Resistensi Mikroba..................................................... 9 2.4. Penyebab MDR-TB.................................................... 17 2.5. Hubungan DM dan MDR-TB...................................... 19 2.6. Diagnosis MDR-TB .................................................... 21 2.7. Pengendalian MDR-TB .............................................. 22

    BAB III. BAHAN DAN METODE ..................................................... 25

    3.1. Rancangan Penelitian ............................................... 25 3.2. Tempat ...................................................................... 25 3.3. Populasi Penelitian .................................................... 25 3.4. Jumlah Sampel ......................................................... 25 3.5. Cara Pengambilan Sampel ....................................... 26

    15Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...................................... 26 3.7. Variabel Penelitian .................................................... 27 3.8. Kerangka Konsep ..................................................... 27 3.9. Definisi Operasional .................................................. 28 3.10. Cara Kerja ................................................................. 29 3.11. Analisis Data ............................................................. 30

    BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . 31

    4.1. Hasil Penelitian ........................................................... 31 4.1.1. Hubungan antara penderita TB paru dengan

    MDR................................................................ 31 4.1.2. Distribusi penderita TB paru menurut umur ... 32 4.1.3. Distribusi penderita TB paru menurut jenis

    kelamin .......................................................... 33 4.1.4. Distribusi penderita TB paru menurut pendidikan 34 4.1.5. Distribusi penderita TB paru menurut

    penghasilan..................................................... 35 4.1.6. Hubungan Karakteristik Penderita TB Paru yang

    disertai DM dengan MDR................................ 4.1.7. Distribusi penderita TB menurut resistensi OAT 37

    4.2. Pembahasan Penelitian .............................................. 39

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 42

    5.1. Kesimpulan ................................................................. 42 5.2. Saran .......................................................................... 42

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 43

    LAMPIRAN

    16Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Resistensi obat primer secara global ................................ 7

    Tabel 2. Resistensi obat sekunder secara global............................ 8

    Tabel 3. Distribusi penderita TB paru menurut MDR ...................... 31

    Tabel 4. Distribusi penderita TB paru menurut umur ..................... 32

    Tabel 5. Distribusi penderita TB paru menurut jenis kelamin .......... 33

    Tabel 6. Distribusi penderita TB paru menurut pendidikan ............. 34

    Tabel 7. Distribusi penderita TB paru menurut penghasilan ........... 35

    Tabel 8. Hubungan Karakteristik Penderita TB Paru yang disertai DM

    dengan MDR..................................................................... 37

    Tabel 9. Distribusi penderita TB paru menurut resistensi OAT ....... 38

    17Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman Gambar 1. Mekanisme terjadinya MDR-TB 13

    Gambar 2. Kerangka Konsep......................................................... 27

    18Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • DAFTAR SINGKATAN

    TB : Tuberkulosis

    WHO : Word Health Organization

    SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga

    BTA : Basil Tahan Asam

    OAT : Oral Anti Tuberkulosis

    MDR : Multi Drug Resistance

    DM : Diabetes Melitus

    IUTLD : International Union Against Tuberculosis and Lung Disease

    RS : Rumah Sakit

    RTF : Resistance Transfer Factor

    RNA : Ribonucleic Acid

    DNA : Deoxiribonucleic Acid

    LCR : ligase Chain Reaction

    PCR : Polymerase Chain Reaction

    RFLP : Restriction Fragment Length Polymorphism

    LIPA : Line Probe Assay

    MGIT : Micobacteria Growth Indicator Tube

    DOTS : Directly Observed Treatment Short Course

    19Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di

    dunia. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah

    mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency.1 WHO

    memperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman

    tuberkulosis. Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberkulosis di

    dunia ini, dan dalam dekade mendatang tidak kurang dari 300 juta orang

    akan terinfeksi oleh tuberkulosis. Pada tahun 1990 tercatat ada lebih dari 45

    juta kematian di dunia ini karena berbagai sebab, dimana 3 juta diantaranya

    (7%) terjadi karena tuberkulosis. Selain itu, 25% dari seluruh kematian yang

    sebenarnya dapat dicegah terjadi akibat tuberkulosis.2,3

    Penyakit tuberkulosis merupakan masalah utama kesehatan di

    Indonesia.4 Indonesia masih menempati urutan ketiga di dunia untuk kasus

    tuberkulosis setelah India dan Cina.1,5 Survei Kesehatan Rumah Tangga

    (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan

    penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit

    saluran pernapasan pada semua kelompok umur dan nomor satu dari

    golongan penyakit infeksi. WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000

    kasus baru TB dengan kematian karena TB sekitar 140.000. Secara kasar

    20Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru

    TB paru BTA positif.4 Menurut laporan terbaru WHO diperkirakan terdapat

    557 ribu kasus baru TB pada tahun 2002, namun data terakhir tahun 2003

    angka penderita TB di Indonesia terus meningkat.6 Bersamaan dengan

    meningkatnya kasus TB, terjadi pula peningkatan kasus TB yang resisten

    terhadap beberapa obat antituberkulosis (OAT) termasuk resistensi terhadap

    obat isoniazid (INH) dan rifampisin dengan atau tanpa resistensi obat lain.7

    Multi Drug Resistant (MDR) TB menjadi masalah besar di dalam

    pengobatan tuberkulosis sekarang ini. WHO memperkirakan bahwa terdapat

    50 juta orang di dunia telah terinfeksi oleh kuman yang resisten terhadap

    OAT dan dijumpai 273.000 (3,1 %) dari 8,7 juta kasus baru tuberkulosis pada

    tahun 2000 disebabkan oleh MDR-TB.8

    Laporan yang pertama tentang resistensi ganda ini datang dari Amerika

    Serikat, khususnya pada penderita TB dan AIDS, yang ternyata menimbulkan

    angka kematian yang amat tinggi, dalam waktu yang amat singkat.

    Diperkirakan hanya 4 sampai 16 minggu lamanya antara diagnosis sampai

    terjadinya kematian. Laporan kemudian berdatangan dari berbagai rumah

    sakit dan penjara, mula-mula dari daerah New York dan kemudian dari

    berbagai negara, dari Hongkong menyebutkan bahwa setidaknya sekitar 20

    % infeksi tuberkulosis terjadi dari kuman yang telah resisten. Laporan dari

    Turki menyebutkan bahwa dari 785 kasus tuberkulosis paru yang diteliti

    ditemukan 35 % adalah resistensi terhadap setidaknya satu jenis obat, yang

    21Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • resistensi terhadap sedikitnya dua macam obat adalah 11,6 %, tiga macam

    obat 3,9 % dan empat macam obat adalah 2,8 %. Di Pakistan resistensi

    terhadap rifampisin, INH dan etambutol dilaporkan masing-masing adalah

    17,7 %, 14,7 % dan 8,7 %.3

    Di India resistensi terhadap INH dan streptomisin adalah 13,9 % dan 7,4

    %, sementara terhadap dua obat atau lebih adalah 41%.3 Di Indonesia pola

    MDR-TB di Rumah Sakit Persahabatan tahun 1996 dan 1997 sebesar 5,8%

    menjadi 4,85% (resistensi primer) serta 24,45% menjadi 41,60% (resistensi

    sekunder).7 Penderita tuberkulosis cenderung terjadi reaktivasi dan salah

    satu kondisi yang dapat menyebabkan reaktivasi ini adalah diabetes melitus.

    Dari penelitian secara retrospektif (1987-1997) yang dilakukan oleh Bashar

    dkk. didapatkan angka MDR-TB pada penderita tuberkulosis dengan diabetes

    sebesar 36 %. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Suradi dkk. di

    Surakarta tahun 2002 didapat angka MDR-TB pada penderita tuberkulosis

    dengan diabetes sebesar 33,3 %.7,9

    Penelitian ini dilakukan untuk dapat memahami hubungan antara penyakit

    tuberkulosis dan diabetes mellitus terutama yang sudah mengalami resistensi

    obat ganda.

    1.2. PERUMUSAN MASALAH

    Apakah ada hubungan antara MDR dengan diabetes mellitus pada

    penderita tuberkulosis paru yang disertai DM

    22Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 1.3. TUJUAN PENELITIAN

    1.3.1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui adanya hubungan antara MDR dengan DM pada

    penderita TB paru yang disertai DM

    1.3.2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui adanya hubungan antara MDR-TB dengan DM pada

    penderita TB paru yang disertai DM

    b. Untuk mengetahui adanya hubungan antara umur dengan MDR-TB

    pada penderita TB paru yang disertai DM

    c. Untuk mengetahui adanya hubungan antara jenis kelamin dengan

    MDR-TB pada penderita TB paru yang disertai DM

    d. Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan

    MDR-TB pada penderita TB paru yang disertai DM

    1.4. HIPOTESIS

    Ada hubungan antara MDR dengan diabetes melitus pada penderita

    tuberkulosis paru yang disertai dengan diabetes melitus

    1.5. MANFAAT PENELITIAN

    a. Dengan penelitian ini diharapkan dokter yang merawat penderita

    tuberkulosis yang disertai dengan diabetes melitus waspada akan

    kemungkinan MDR-TB.

    23Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • b. Sebagai dasar dalam menentukan kebijaksanaan pemberantasan

    tuberkulosis, apakah semua penderita tuberkulosis dengan diabetes

    melitus harus memeriksakan uji resistensi sebelum mendapat

    pengobatan OAT.

    24Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS

    Multidrug Resistant Tuberculosis ( resistensi ganda terhadap obat TB)

    didefenisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis

    yang resisten paling sedikit terhadap obat rifampisin dan isoniazid dengan

    atau tanpa resisten terhadap obat lain.3,8,10,11,12,13,14 Faktor risiko terjadinya

    MDR TB yang diterima secara luas adalah akibat pemberian obat anti

    tuberkulosis sebelumnya, bertempat tinggal di daerah endemik penderita

    MDR TB dan berhubungan erat dengan penderita MDR TB.5

    MDR TB bukan hal yang baru tetapi merupakan fenomena alami serta

    penyakit iatrogenic yang timbul karena pengobatan yang tidak adekuat.15

    Secara klinis resistensi TB dibagi atas 2 jenis yaitu resistensi primer dan

    resistensi sekunder. Resistensi primer adalah dijumpai kuman M.

    Tuberculosis yang resisten pada pasien yang belum pernah mendapat OAT

    ataupun sudah pernah mendapat pengobatan OAT tapi kurang dari satu

    bulan. Resistensi sekunder adalah resistensi yang terjadi pada penderita

    yang pernah mendapat pengobatan OAT selama satu bulan atau lebih.8,16

    25Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 2.2. EPIDEMIOLOGI

    Kejadian MDR TB tidak merata di seluruh belahan dunia. Dari laporan

    survei yang dilakukan WHO tahun 1994 -1999 diperkirakan 70 % kasus baru

    MDR TB terjadi hanya pada 10 negara, sehingga kasus MDR TB ini lebih

    dianggap menjadi masalah lokal. Sedangkan laporan yang dibuat oleh

    International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD) yang

    melakukan survei pada tahun 1994 -1997 terhadap 35 negara, dijumpai

    bahwa resistensi obat anti tuberkulosis terdapat di seluruh negara yang

    disurvei. Hal ini mengarahkan bahwa kasus MDR-TB ini merupakan masalah

    global.22 Survei yang dilakukan pada 54 negara antara tahun 1996 -1999

    didapatkan bahwa angka resistensi tertinggi dijumpai di Estonia (36,9%),

    diikuti oleh propinsi Henan di Cina (35%), Ivanovo Oblast di Federasi Rusia

    (32,4%) dan Latvia (29,9%).8 Hasil survei yang dilakukan WHO mengenai

    prevalensi resistensi obat secara global dapat dilihat pada tabel berikut :18

    Tabel 1. Resistensi Obat Primer Secara Global 18

    Penelitian Banyak Obat H (%) S (%) R (%) E (%) H+R (%)

    Cohn dkk (19851994) - 0 16,9 0,1 23,5 0 3,0 0 - 4,2 0 10,8

    WHO-IUATLD ( 1994-1997)

    9,9 (2,0-40,6)

    7,3 (1,5-31,7)

    6,5 (0,3-32,4)

    1,8 (0-16,8)

    1,0 (0-9,9)

    1,4 (0-14,4)

    WHO-IUATLD (1996-1999)

    10,7 (1,7-36,9)

    6,2 (0-28,1)

    5,2 (0,3-32,4)

    1,2 (0-15,8)

    0,6 (0-11,1)

    1 (0,0-14,1)

    WHO-IUATLD (1999-2002)

    10,2 (0-57,1)

    5,7 (0-42,6)

    6,3 (0,51-5)

    1,4 (0-15,6)

    0,8 (0-24,8)

    1,1 (0-14,2)

    26Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • Tabel 2. Resistensi Obat Sekunder Secara Global 18

    Penelitian Banyak Obat H (%) S (%) R (%) E (%) H+R (%)

    Cohn dkk (19851994) - 4 53,7 0 19,4 0 14,5 0 - 13,7 0 48,0

    WHO-IUATLD ( 1994-1997)

    36,0 (5,3-100,0) _ _ _ _

    13,0 (0-54,4)

    WHO-IUATLD (1996-1999) 23,3 (0,0-93,8)

    19,6 (0,0-50,0)

    12,4 (0,0-53,4)

    12,0 (0,0-50,0)

    5,9 (0,0-32,1)

    9,9 (0,0-48,2)

    WHO-IUATLD (1999-2002)

    18,4 (0-82,1)

    14,4 (0-71,0)

    11,4 (0-77,1)

    8,7 (0-61,4)

    3,5 (0-54,2)

    7,0 (0-58,3)

    Tahun 2000 di negara Jerman dijumpai angka resistensi sebesar 8,7%.8

    Beberapa negara yang menjadi hot spot MDR-TB mempunyai angka

    prevalensi MDR-TB yang tinggi dan dapat mengancam keberhasilan program

    penanggulangan MDR-TB. Negara yang termasuk di dalamnya adalah

    Estonia, Latvia di Eropa; Argentina dan Repoblik Dominika di Amerika; serta

    Cote dIvoire di Afrika.22 Penelitian yang dilakukan oleh Tsao dkk. di Chang

    Gung Memorial Hospital Taiwan pada tahun1992-1996 didapatkan 28%-29%

    resisten terhadap paling sedikit dua jenis obat.24 Penelitian yang dilakukan

    oleh Alicia dkk. di Pilipina tahun 1999 didapatkan angka resistensi sebesar

    17,6%, termasuk 14,9% terhadap isoniazid, 4,3% terhadap rifampisin, 6,4%

    terhadap streptomisin dan 1,1% terhadap etambutol dan pirazinamid,

    sedangkan angka MDR-TB didapatkan 4,3%.25 Penelitian terbaru yang

    dilakukan di Gujarat India didapatkan angka MDR TB sebesar 35,2%.22 Di

    Indonesia MDR TB di RS Persahabatan tahun 1996 dan 1997 sebesar 5,8

    27Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • % menjadi 4,85% (resistensi primer) serta 24,45% menjadi 41,60%

    (resistensi sekunder), sedang di BP4 Surakarta selama 5 tahun (1996-2000)

    rata-rata resistensi primer 0,18% dan resistensi sekunder 15,51%.7 Penelitian

    yang dilakukan oleh Bashar dkk. di Bellevue Hospital Center New York

    dijumpai 36% kasus MDR pada penderita TB dengan DM dibandingkan

    dengan 10% kasus MDR pada penderita TB tanpa DM.9 Sedangkan

    penelitian yang dilakukan Suradi dkk. di Surakarta didapatkan 33% kasus

    MDR pada penderita TB dengan DM dibandingkan dengan 3,3% pada

    penderita TB tanpa DM.7

    2.3. RESISTENSI MIKROBA

    Resistensi sel mikroba merupakan suatu sifat tidak terganggunya

    kehidupan sel mikroba oleh antimikroba.21 Secara umum resistensi dapat

    diartikan suatu keadaan dimana organisme secara normal mempunyai

    kemampuan untuk menentang agen di sekitarnya yang dapat mempengaruhi

    pertumbuhan dan perkembangannya secara alamiah. Pada keadaan tertentu,

    apabila interaksi antara obat dengan mikroba kurang baik atau tidak terjadi

    sama sekali, maka dinyatakan bahwa antibiotika tersebut telah resisten

    terhadap mikroba tertentu.22

    28Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 2.3.1. Mekanisme Resistensi Mikroba

    a. Resistensi Alamiah

    Faktor yang menentukan sifat resistensi atau sensitivitas mikroba

    terhadap antimikroba terdapat pada elemen yang bersifat genetik.

    Didasarkan pada lokasi elemen untuk resistensi ini, dikenal resistensi

    kromosom dan resistensi ekstrakromosomal. Sifat genetik dapat

    menyebabkan suatu mikroba sejak awal resistensi terhadap suatu

    antimikroba. Resistensi ini disebut resistensi genetika atau resistensi bawaan

    atau resistensi alamiah.21,22,23

    b. Resistensi Didapat

    Mikroba yang semula peka terhadap suatu antimikroba dapat berubah

    sifat genetiknya menjadi kurang atau tidak peka. Perubahan sifat genetik

    terjadi karena kuman memperoleh elemen genetik yang membawa sifat

    resisten. Resistensi ini disebut dengan resistensi didapat (acquired resistant).

    Elemen resistensi ini dapat diperoleh dari luar dan disebut resistensi yang

    dipindahkan (transferred resistant), dapat juga terjadi akibat mutasi genetik

    spontan atau akibat rangsangan anti mikroba (induced resistant).21,22,23

    Kemampuan bakteri resistensi untuk tetap tumbuh dan multifikasi

    dengan kehadiran antimikroba menggambarkan adanya perbedaan genetika

    bakteri resisten dengan bakteri yang sensitif. Bagaimana terjadinya

    29Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • perubahan genetika dari bakteri yang sensitif menjadi bakteri yang resisten

    terhadap anti biotika belum dapat dijelaskan secara pasti.22

    Dengan mutasi spontan gen mikroba berubah, sehingga yang sensitif

    terhadap suatu antimikroba menjadi resisten. Dengan adanya antimikroba

    tersebut terjadi seleksi, strain yang masih sensitif terbasmi, sehingga berakhir

    dengan terbentuknya populasi resisten.23

    Mikroba dapat berubah resisten akibat memperoleh suatu elemen

    pembawa faktor resisten. Faktor ini mungkin didapat dengan cara

    transformasi, transduksi atau konyugasi. Dengan transformasi, mikroba

    menginkorporasi faktor-faktor langsung dari media disekitarnya

    (lingkungannya). Pada transduksi, faktor resistensi dipindahkan dari suatu

    mikroba resisten ke mikroba sensitif dengan perantara bakteriofag. Dalam hal

    ini yang dipindahkan adalah suatu komponen DNA dari kromosom yang

    mengandung faktor resisten tersebut. Dengan konyugasi terbentuk hubungan

    langsung antara isi sel bakteri khususnya komponen yang membawa faktor

    resistensi. Faktor resistensi yang dipindahkan terdapat dalam dua bentuk

    yaitu plasmid dan episom. Plasmid merupakan suatu elemen genetik (DNA-

    plasmid) yang terpisah dari DNA-kromosom, jadi merupakan suatu DNA non

    kromosom. Tidak semua plasmid dapat dipindahkan. Yang dapat

    dipindahkan adalah plasmid faktor R, disebut plasmid penular (infectious

    plasmids). Faktor R ini terdiri dari dua unit yaitu segmen RTF (resistance

    transfer factor) dan determinan-r (unit-r).Segmen RTF memungkinkan

    30Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • terjadinya perpindahan faktor R. Masing-masing unit-r membawa sifat

    resistensi terhadap satu unit mikroba. Dengan demikian berbagai unit-r pada

    1 plasmid faktor R membawa sifat resistensi terhadap berbagai anti mikroba

    sekaligus.21

    2.3.2. Mekanisme Resistensi Mycobacterium Tuberculosis

    Berbeda dengan resistensi pada kebanyakan bakteri terhadap antibiotika

    dimana resistensi yang didapat dengan cara transformasi, transduksi atau

    konyugasi gen, resistensi yang didapat basil Mycobacterium tuberculosis

    adalah pada mutasi kromosom utama.23 Basil tuberkulosis mempunyai

    kemampuan secara spontan melakukan mutasi kromosom yang

    mengakibatkan basil tersebut resisten terhadap obat antimikroba. Mutasi

    yang terjadi adalah unlinked, oleh karenanya resistensi obat yang terjadi

    biasanya tidak berkenaan dengan obat yang tidak berhubungan. Munculnya

    resistensi obat menggambarkan peninggalan dari mutasi sebelumya, bukan

    perubahan yang disebabkan karena terpapar dengan pengobatan. Mutasi

    yang bersifat unlinked ini menjadi dasar utama dalam prinsip pengobatan

    tuberkulosis modern.17,24

    Mutan basil yang resisten terhadap suatu obat timbul secara alamiah dan

    diseleksi oleh pengobatan yang tidak adekuat. Pengobatan yang tidak

    adekuat ini meliputi penggunaan satu macam obat saja (direct monotherapy)

    atau penggunaan terapi kombinasi tetapi strain kuman hanya sensitif

    31Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • terhadap satu macam obat saja, sebagai hasilnya timbul resistensi sekunder

    terhadap satu obat. Mutasi yang baru pada populasi basil yang berkembang

    ini akhirnya dapat menimbulkan MDR apabila pengobatan yang tidak adekuat

    dilanjutkan. Penderita tuberkulosis dengan resistensi sekunder bisa

    menularkan kuman yang sudah resisten tersebut kepada orang lain yang

    kemudian disebut resistensi primer. Resistensi primer, sama seperti

    resistensi sekunder dapat ditularkan kepada orang lain sehingga terjadi

    penyebaran penyakit resisten obat pada masyarakat.25

    Mutasi alam

    Mutan resisten

    Koloni M. Tuberculosis

    Seleksi strain resisten karena terapi inadekuat

    T

    Transmisi droplet

    MDR sekunder multipel

    Infeksi HIV Kontrol infeksi inadekuat Terlambat diagnostik MDR primer ( multipel )

    Lebih banyak MDR primer ( multipel)

    Gambar 1. Mekanisme Terjadinya MDR TB 25

    32Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 2.3.3. Resistensi Terhadap INH

    Isoniazid adalah derivat nikotinamid yang juga dikenal dengan isonikotinic

    acid hydrazide (INH) dengan rumus kimia 4-pyridinecarboxylic acid hidrazide.

    Target kerja isoniazid sebagai antituberkulosis sama dengan mekanisme

    terjadinya resistensi isoniazid. Sacchetiniand Blachard menunjukkan bahwa

    isoniazid bekerja menghambat enoyl-acyl carier protein reductase, yang

    diperlukan dalam biosintesa asam mikolat dinding sel kuman tuberkulosis.

    Isoniazid menghambat pembentukan dinding sel kuman dalam bentuk

    isoniazid aktif yaitu setelah mengalami oksidasi. Aktivasi isonizid memerlukan

    enzim catalase-periksidase (gen katG) dan hidrogen peroksida yang

    dihasilkan kuman TB. KatG adalah satu-satunya enzim yang dapat

    mengaktifkan isoniazid, dengan demikian mutasi gen katG strain kuman TB

    merupakan kuman yang resisten terhadap isoniazid. Demikian juga mutasi

    gen inhA yang diperlukan dalam pembentukan asam mikolat pada kuman TB

    akan menjadikan kuman resisten terhadap isoniazid.16,23,26,27,28

    2.3.4. Resistensi Terhadap Rifampisin

    Rifampisin menghambat proses transkripsi RNA kuman TB dengan

    berikatan pada sub unit beta (RpoB) RNA polimerase dan mencegah

    pembentukan RNA. Mutasi pada gen RpoB menyebabkan kuman TB resisten

    terhadap rifampisin. Resisten terhadap rifampisin dapat dianggap mewakili

    33Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • MDR TB sejak dijumpai paling banyak strain kuman TB yang resisten

    terhadap rifampisin juga resisten terhadap isoniazid.12,23,26

    2.3.5. Resistensi Terhadap Pirazinamid

    Pirazinamid dengan struktur kimia yang sama dengan nikotinamid, sejak

    tahun 1952 telah diketahui sebagai obat antituberkulosis, tetapi menjadi

    komponen yang penting OAT jangka pendek baru pada pertengahan tahun

    1980-an. Pirazinamid aktif menyerang semi dorman kuman TB yang mana

    efek tersebut tidak dimiliki oleh obat lain, disamping mempunyai daya kerja

    sinergis yang sangat kuat bersama isoniazid dan rifampisin sebagai

    kemoterapi dalam pengobatan TB, sehingga bisa mengurangi jangka waktu

    pengobatan dari 9 sampai 12 bulan menjadi 6 bulan. Pirazinamid sama

    seperti isoniazid juga menghambat sintesa dinding sel kuman TB, namun

    mekanisme kerjanya yang benar-benar pasti belum diketahui. Pirazinamid

    hanya efektif membunuh kuman TB apabila kuman tersebut menghasilkan

    nikotinamidase dan pirazinamidase, yaitu enzim yang diperlukan dalam

    mengubah pirazinamid menjadi asam pirazinoat. Scorpio dan Zhang

    mengisolasi gen pncA mikobakteria, kode untuk enzim amidase,

    menunjukkan mutasi gen pncA bertanggung jawab terhadap terjadinya

    resistensi kuman TB terhadap pirazinamid.16,29,30,31

    34Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 2.3.6. Resistensi Terhadap Etambutol

    Etambutol dengan rumus kimia dextro-2,2-(ethildimino)-di-1 onol adalah

    senyawa kimia sintetis yang mempunyai efek antimikroba. Sampai sekarang

    mekanisme kerja ethambutol serta dasar genetik resistensi belum diketahui

    secara jelas. Spesifik etambutol untuk spesies mikobakteria diindikasikan

    bahwa target yang dituju menyangkut pengrusakan dinding sel. Etambutol

    mencegah pembentukan dinding sel dengan menghambat

    arabinosyltransferase yang menyangkut dalam biosintesa arabinogalactan

    dan lipoarabinomannan. Resistensi terhadap etambutol ternyata

    berhubungan dengan perubahan pada gen embCAB arabinosyltransferase,

    dengan kode protein embA, embB dan embC. Protein ini berperan dalam

    produksi komponen dinding sel arabinogalactan dan lipoarabinomannan.

    Alcaide dkk. menunjukkan bahwa mutasi pada embB sangat berhubungan

    dengan resistensi kuman TB terhadap etambutol.16,32,35

    2.3.7. Resistensi Terhadap Streptomisin

    Streptomisin merupakan obat antituberkulosis yang telah lama ditemukan

    dan dikenal sangat aktif membunuh kuman TB dengan mengganggu

    pembacaan kode amicoacyl-tRNA, sehingga menghambat penterjemahan

    mRNA. Salah satu yang umum sebagai tambahan mekanisme resistensi

    kuman terhadap streptomisin adalah asetilasi obat oleh enzim modifikasi

    aminoglycoside, namun ini tidak dijumpai pada kuman TB. Resistensi kuman

    35Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • TB terhadap streptomisin dihubungkan dalam dua kelas mutasi yang

    berbeda, yaitu mutasi pada point S12 protein ribosom dengan kode gen rpsL

    dan mutasi pada 16S rRNA dengan kode gen rrs. Mutasi pada rpsL dan rrs

    dapat menyebabkan resistensi kuman TB terhadap streptomisin.32,33,35

    2.4. PENYEBAB MDR TB

    Ada berbagai faktor yang berpengaruh dalam menyebabkan timbulnya

    MDR TB yaitu :

    a. Faktor genetik

    Diperkirakan bahwa dijumpai fakta yang mengarahkan faktor genetik dari

    host merupakan predisposisi untuk terjadinya MDR TB walaupun itu tidak

    terlalu meyakinkan. Penelitian yang terbaru di India dimana pasien dengan

    HLA-DRB113 dan DRB114 mempunyai kemungkinan timbul MDR TB

    dua kali lebih besar. Park dkk. menemukan bahwa ada hubungan erat

    antara penderita MDR TB pada orang Korea dengan HLA-DRB108032-

    0601 haplotipe. Peran dari faktor-faktor ini secara terperinci belum

    diketahui. 22

    b. Faktor yang berhubungan dengan pemberian anti tuberkulosis

    sebelumnya1,3,8,17

    1) Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis yaitu

    pemberian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis akan

    membunuh sebagian besar kuman yang sensitif dan jumlah kuman

    36Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • dalam sputum akan menurun tajam. Namun sebagian kecil mutan yang

    resisten akan terus berkembang biak. Setelah dua minggu sampai

    beberapa bulan kuman yang resisten ini akan tumbuh melebihi kuman

    yang sensitif sehingga kuman kembali muncul pada sputum penderita.

    Hal ini dikenal sebagai fenomena timbul dan tenggelam (fall and rise

    phenomen) akibat pemberian obat tunggal.

    2) Penggunaan paduan obat yang tidak adekuat, yaitu jenis obatnya yang

    kurang atau di lingkungan tersebut telah terdapat resistensi yang tinggi

    terhadap obat yang digunakan, misalnya memberikan rifampisin dan

    INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua obat tersebut

    sudah cukup tinggi

    3) Pemberian obat yang tidak teratur, misalnya hanya dimakan dua atau

    tiga minggu lalu stop, setelah dua bulan berhenti kemudian berpindah

    dokter dan mendapat obat kembali selama dua atau tiga bulan lalu

    stop lagi, demikian seterusnya.

    4) Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan

    dengan baik, sehingga mengganggu bioavailabilitas obat.

    5) Fenomena addition syndrome adalah penambahan obat dalam suatu

    paduan obat yang tidak berhasil. Bila ketidak berhasilan itu terjadi

    karena kuman TB telah resisten pada paduan yang pertama, maka

    penambahan satu macam obat hanya akan menambah panjangnya

    daftar obat yang resisten.

    37Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 6) Penyediaan obat yang tidak teratur ke suatu daerah, kadang obat

    dikirim, kadang berhenti pengirimannya sampai berbulan-bulan

    7) Pemakaian obat anti tuberkulosis yang cukup lama sehingga

    menimbulkan Kejemuan

    8) Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit tuberkulosis

    c. Faktor lain

    Beberapa hal yang juga menjadi faktor risiko meningkatnya kasus MDR

    TB adalah : infeksi HIV, sosio ekonomi yang rendah, tingkat pendidikan

    yang rendah serta keadaan imunokompromais seperti penerima

    transplantasi, penderita yang mendapat terapi anti kanker dan penderita

    DM.18

    2.5. HUBUNGAN DM DAN MDR TB

    Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai

    dengan adanya hiperglikemi yang disebabkan oleh kelainan sekresi insulin,

    gangguan kerja insulin atau keduanya. 34,35 Diagnosis diabetes melitus dapat

    ditegakkan bila dijumpai kadar gula darah sewaktu 200 mg/dl yang disertai

    gejala klasik diabetes berupa poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan

    tanpa sebab yang jelas atau kadar gula darah puasa 126 mg/dl atau kadar

    gula darah 2 jam post prandial 200 mg/dl.36 Keadaan hiperglikemi yang

    kronik pada diabetes mellitus dapat menyebabkan terjadinya komplikasi

    kronik beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan

    38Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • pembuluh darah. Pasien diabetes tidak hanya rentan terhadap infeksi tetapi

    infeksi pada diabetes bisa lebih berat sebab diabetes merupakan pasien

    immunocompromised. Diabetes mellitus dan TB paru sering berhubungan

    dan telah banyak dibicarakan pada beberapa tahun yang lalu. TB paru sering

    didapati terutama pada penderita DM yang tidak terkontrol, yang lebih rentan

    terhadap TB paru dibandingkan dengan penderita non DM. Infeksi TB paru

    pada DM biasanya lebih sering disebabkan oleh reaktivasi fokus yang lama

    daripada melalui kontak langsung.34,35 Risiko relatif reaktivasi kuman

    tuberkulosis ini akan berkembang menjadi TB paru dengan bakteriologis

    positif dua sampai lima kali lebih tinggi.37,38 Penelitian secara autopsi pada

    tahun 1800-an mendapatkan bukti adanya tuberkulosis pada 38% sampai

    50% pasien dengan diabetes mellitus . Pada tahun tahun 1932, Root telah

    mencatat bahwa tuberkulosis paru berkembang 10 kali lebih sering pada

    pasien dengan diabetes.39 Proporsi penderita TB paru aktif jauh lebih tinggi

    diantara penderita DM dibandingkan dengan non DM.34

    DM merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya reaktivasi dari infeksi

    tuberkulosis. Pada keadaan reaktivasi, kuman tuberkulosis sangat besar

    kemungkinan untuk timbulnya MDR.35,37 Disamping itu keadaan gula darah

    yang tinggi mengganggu fungsi makrofag alveolus dan CD4+ sel sehingga

    penyakit tuberkulosis yang terjadi pada penderita DM lebih berat dan agresif

    serta kerusakan paru yang timbul lebih parah dan sering resistensi terhadap

    obat tuberkulosis. Penderita tuberkulosis dengan DM yang mendapat

    39Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • pengobatan, keadaan gula darah yang tinggi mengganggu absorbsi obat di

    saluran cerna dan kadar obat yang sampai ke jaringan tidak adekuat

    sehingga menimbulkan resistensi obat anti tuberkulosis.9,40

    2.6. DIAGNOSIS MDR TB

    2.6.1. Metode Konvensional

    Secara tradisional, kultur dengan Lowenstein-Jensen(LJ) dilakukan untuk

    menentukan uji sensitivitas obat menggunakan : a. metode konsentrasi

    absolut; b. metode resistensi rasio; c. metode proporsi. Dengan

    menggunakan metode konvensional ini hasil uji sensitivitas akan didapat

    setelah 6-8 minggu.17

    2.6.2. Metode Modern

    Metode radiometrik dibuat untuk mendapatkan hasil uji sensitivitas

    M.tuberculosis yang lebih cepat. Ada beberapa pemeriksaan yang telah

    dilakukan dalam metode ini yaitu : pemeriksaan BACTEC-460, mycobacteria

    growth indicator tube (MGIT), restriction fragment length polymorphism

    (RFLP), ligase chain reaction (LCR), FASTPlaque TB-RIF, polymerase chain

    reaction (PCR) dan line probe assay(LiPA) Dengan sistem BACTEC yang

    merupakan modifikasi dari metode proporsional (konvensional) hasil uji

    sensitivitas akan didapat dalam 10 hari. Pemeriksaan mycobacteria growth

    indicator tube (MGIT) merupakan pemeriksaan yang non radioaktif dan

    40Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • memberikan hasil yang cepat, sebanding dengan pemeriksaan BACTEC.

    Pemeriksaan restriction fragment length polymorphism (RFLP) digunakan

    untuk mengkategorikan kuman M.tuberculosis dan membandingkannya

    sehingga memudahkan dalam penjelasan molekul epidemiologi TB. Pada

    tehnik ini DNA diperas dari kultur bakteri. Pemeriksaan RFLP juga digunakan

    untuk mengikuti penyebaran kuman yang resisten. Pemeriksaan ligase chain

    reaction (LCR) membutuhkan penggunaan enzim DNA ligase yang berfungsi

    menyambung dua rantai DNA membentuk rantai ganda. Teknik ini dapat

    mengidentifikasi sensitivitas kuman dalam 48 jam. Pemeriksaan

    FASTPlaque TB-RIF merupakan pemeriksaan yang cepat dalam

    menentukan resistensi kuman M.tuberculosis terhadap obat rifampisin.

    Polymerase chain reaction (PCR) merupakan pemeriksaan yang sering

    dilakukan untuk mengetahui mekanisme resistensi obat pada mikobakterIa.

    Sedangkan pemeriksaan line probe assay(LiPA) dilakukan untuk menentukan

    dengan cepat resistensi terhadap rifampisin.17

    2.7. PENGENDALIAN MDR TB

    Tujuan utama pengendalian MDR TB adalah mencegah perkembangan

    kasus ini. Hal ini dapat dilakukan dengan program Directly Observed

    Treatment Short Course (DOTS), yang merupakan cara paling murah untuk

    pencegahan dan pengobatan MDR TB. Pada waktu yang sama ketika

    kasus MDR TB kurang respon terhadap pengobatan dengan DOTS,

    41Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • diperlukan alternatif lain untuk penanggulangannya. Karena pengadaan obat

    baru tidak mungkin dilakukan dalam waktu dekat maka yang harus dilakukan

    untuk keberhasilan pengobatan ini adalah penegakan diagnosis serta

    pengobatan yang cepat dan tepat. Disamping program penanggulangan

    tuberkulosis yang kuat diperlukan juga survei dari resistensi obat secara

    teratur dan berkelanjutan untuk mendapatkan informasi mengenai tipe obat

    yang digunakan untuk pengobatan dan juga memberikan informasi mengenai

    parameter evaluasi program pengobatan yang sedang berlangsung atau

    yang sudah lewat. Diperlukan perbaikan panduan program nasional

    berdasarkan tingkat resistensi, pelatihan orang yang ahli, memperkuat

    program penanggulangan TB nasional, pembatasan penggunaan rifampisin

    ( hanya untuk TB dan lepra ), jaminan ketersediaan obat secara nasional,

    pengawasan pengobatan dan edukasi. WHO pada tahun 1998 mengusulkan

    rencana kerja yang disebut dengan DOTS Plus dan untuk itu WHO

    membentuk komite Green Light. Tujuan utama dari komite ini adalah untuk

    menyetujui, melaksanakan dan mengawasi pilot project berdasarkan

    panduan yang ditetapkan pilot project DOTS Plus. Sedangkan DOTS Plus

    meliputi strategi penatalaksanaan pengendalian tuberkulosis dan MDR

    TB.18,41

    Infeksi yang disebabkan kuman MDR TB sangat berbahaya sehingga

    perlu diberikan perhatian khusus untuk mengurangi risiko kontak dengan

    pasien ini. Ada dua aspek pencegahan MDR -TB yang dikenal yaitu aspek

    42Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • mekanis dan chemoprophylaxis. Yang termasuk ke dalam aspek mekanis

    adalah ventilasi yang baik, penyinaran dengan UV, penggunaan masker, alat

    respirator dan filtrasi serta isolasi pasien. Aspek chemoprophylaxis adalah

    pengobatan penderita dengan pirazinamid dan ofloxacin/ciprofloxacin

    ataupun etambutol dan pirazinamid dengan ofloxacin/ciprofloxacin.18

    43Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • BAB III

    BAHAN DAN METODE

    3.1. RANCANGAN PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan menggunakan desain cross sectional

    3.2. TEMPAT PENELITIAN

    Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FK USU, Jalan

    Universitas No. 1 Medan

    3.3. POPULASI PENELITIAN

    Populasi penelitian ini adalah semua penderita TB paru dengan DM dan

    TB paru tanpa DM yang berobat jalan dan rawat inap di bagian Paru RSU

    Haji Adam Malik Medan dan Puskesmas Kampung Lalang Medan.

    3.4. JUMLAH SAMPEL

    Z : Tingkat Kepercayaan = 95%

    Z : Kekuatan Uji (power) = 80%

    n1 = n2 : 24,7 25

    44Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • Jumlah 50 orang, dibagi dua kelompok yaitu 25 orang penderita TB paru

    dengan DM dan 25 orang penderita TB paru tanpa DM

    3.5. CARA PENGAMBILAN SAMPEL

    Sampel diambil dengan cara consecutive sampling, yaitu pemilihan

    subjek penelitian sampel secara berurutan, semua subjek yang memenuhi

    kriteria pemilihan disertakan sebagai sampel pada penderita TB paru dengan

    DM dan TB paru tanpa DM yang berobat jalan maupun rawat inap di RSU

    Haji Adam Malik Medan dan Puskesmas Kampung Lalang Medan.

    3.6. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

    a. Kriteria Inklusi :

    1) Penderita TB paru dengan DM sputum BTA positif (apusan atau

    biakan) yang belum pernah mendapat pengobatan OAT atau yang

    sudah pernah mendapat OAT kurang dari 1 bulan.

    2) Umur 20-70 tahun.

    3) Bersedia ikut dalam penelitian.

    b. Kriteria Eksklusi :

    1) Penderita TB paru dengan penyakit keganasan.

    45Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 3.7. VARIABEL PENELITIAN

    3.7.1.Variabel Bebas : a. Penderita tuberkulosis dengan DM

    b. Umur

    c. Jenis kelamin

    d. Tingkat pendidikan

    e. Tingkat penghasilan

    3.7.2. Variabel Terikat : MDR-TB

    3.8. KERANGKA KONSEP

    MDR-TB dapat terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu penyakit

    penyerta DM, pendidikan dan pendapatan rendah,imunitas yang rendah serta

    lingkungan yang buruk.

    Pada penelitian ini faktor lingkungan ,infeksi HIV serta infeksi mikobakterium

    lain tidak diperhitungkan dalam menentukan parameter pemeriksaan.

    Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut :

    TB dengan DM

    MDR - TB

    Umur Jenis kelamin Tingkat pendidikan Tingkat penghasilan

    Lingkungan yang buruk Infeksi HIV Infeksi mikobakterium lain

    = Tidak diteliti

    46Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 3.9. DEFINISI OPERASIONAL

    a. Penderita TB paru adalah penderita penyakit paru yang disebabkan

    infeksi Mycobacterium tuberculosis.1

    b. Penderita diabetes melitus adalah penderita dengan kadar gula darah

    sewaktu 200 mg/dl yang disertai gejala klasik diabetes berupa

    poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas

    atau kadar gula darah puasa 126 mg/dl atau kadar gula darah 2 jam

    post prandial 200 mg/dl.36

    c. Resistensi ganda terhadap OAT adalah resisten terhadap ripamfisin

    dan INH dengan atau tanpa resisten terhadap obat lain.3,8,10,11,12,13,14

    d. Tingkat Pendidikan : pendidikan formal yang pernah diikuti .

    Rendah : tidak sekolah, tidak tamat SD atau tamat SD

    Menengah : tamat SLTP, tamat SMU

    Tinggi : tamat akademi/perguruan tinggi

    e. Tingkat Penghasilan.

    Rendah : Rp. 600.000,-

    Sedang : Rp. 600. 000 Rp. 1.000.000,-

    Tinggi : > Rp. 1.000.000,-

    47Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 3.10. CARA KERJA

    a. Penderita yang memenuhi kriteria inklusi diberi penjelasan tentang

    tujuan dan proses penelitian.

    b. Penderita disuruh mengeluarkan dahak sewaktu untuk dilakukan

    pemeriksaan apusan sputum pertama secara mikroskopis di

    laboratorium.

    c. Penderita diberikan dua pot lagi untuk tempat dahak pagi kedua dan

    ketiga, kalau hasilnya positif dilanjutkan pemeriksaan sputum untuk

    kultur dan tes resistensi .

    d. Selanjutnya sputum penderita dikirim ke Laboratorium Mikrobiologi FK

    USU untuk dilakukan pemeriksaan kultur dan tes resistensi dengan

    menggunakan media Ogawa serta obatobatan yang dipakai didalam

    tes resistensi adalah Streptomisin, Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid

    dan Etambutol. Sebagai kuman standar digunakan Mikobakterium

    Tuberkulosis H37RV yang sensitif terhadap kelima obat

    antituberkulosis.

    e. Hasil kultur dan tes resistensi diketahui selama 4-6 minggu kemudian

    48Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 3.11. ANALISIS DATA

    Untuk membuktikan hipotesis penelitian maka dilakukan analisis data

    dengan komputer yang menggunakan perangkat lunak SPSS, selanjutnya

    dilakukan analisis dasar melalui analisis univariat dan bivariat. Tehnik analisis

    yang dipergunakan adalah chi-square.

    49Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. HASIL PENELITIAN

    Jumlah keseluruhan subjek penelitian ini sebanyak 50 orang,

    diantaranya sebanyak 25 orang ( 50 % ) penderita TB dengan DM dan 25

    orang ( 50 % ) TB tanpa DM sebagai kontrol. Kedua kelompok dibandingkan

    sesuai karakteristik umur, jenis kelamin, sosial ekonomi dan pendidikan

    seperti pada tabel tabel di bawah ini.

    4.1.1. Hubungan antara penderita TB paru dengan MDR

    Distribusi penderita TB menurut MDR dijumpai lebih banyak penderita TB

    dengan DM yang mengalami MDR yaitu 8 orang (32 %) dibandingkan

    dengan penderita TB tanpa DM yaitu sebanyak 1 orang (4 %)

    Tabel 3. Distribusi Penderita TB Paru menurut MDR

    TB dengan DM TB tanpa DM

    Resistensi n % n %

    MDR 8 32 1 4

    Tidak MDR 17 68 24 96

    Jumlah 25 100 25 100

    P = 0,01

    50Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 4.1.2. Distribusi Penderita TB Paru menurut Umur

    Menurut distribusi umur, pada penelitian ini penderita TB lebih banyak

    didapatkan pada kelompok umur produktif (20 50 tahun) baik pada

    penderita TB dengan DM maupun kelompok kontrol (76 % dan 84 %).

    Jumlah penderita TB dengan DM yang berumur 51 60 tahun sebanyak 2

    orang (8 %), sedangkan pada penderita TB tanpa DM tidak dijumpai. Jumlah

    penderita dijumpai sebanyak 4 orang (16 %), baik pada penderita TB dengan

    DM maupun penderita TB tanpa DM.

    Tabel 4. Distribusi Penderita TB Paru menurut Umur

    TB dengan DM TB tanpa DM Umur (

    tahun) n % n %

    1-19 - - - -

    20-30 - - 13 52

    31-40 2 8 2 8

    41-50 16 64 6 24

    51-60 3 12 - -

    61-70 4 16 4 16

    jumlah 25 100 25 100

    P = 0,1

    51Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • Menurut distribusi umur, pada penelitian ini penderita TB lebih banyak

    didapatkan pada kelompok umur produktif (20 50 tahun) baik pada

    penderita TB dengan DM maupun kelompok kontrol (76 % dan 84 %).

    Jumlah penderita TB dengan DM yang berumur 51 60 tahun sebanyak 2

    orang (8 %), sedangkan pada penderita TB tanpa DM tidak dijumpai. Jumlah

    penderita dijumpai sebanyak 4 orang (16 %), baik pada penderita TB dengan

    DM maupun penderita TB tanpa DM.

    4.1.3. Distribusi Penderita TB Paru menurut Jenis Kelamin

    Berdasarkan distribusi jenis kelamin, pada penelitian ini jumlah lakilaki

    lebih banyak daripada perempuan baik pada penderita TB dengan DM

    maupun pada penderita TB tanpa DM. Jumlah lakilaki pada penderita TB

    dengan DM adalah 21 orang (84 %), sedangkan perempuan sebanyak 4

    orang (16 %). Jumlah lakilaki pada penderita tanpa DM adalah 20 orang,

    sedangkan perempuan sebanyak 5 orang (20 %).

    Tabel 5. Distribusi Penderita TB Paru menurut Jenis Kelamin

    TB dengan DM TB tanpa DM Jenis

    kelamin n % n %

    Laki-laki 21 84 20 80

    perempuan 4 16 5 20

    jumlah 25 100 25 100

    P = 0,4

    52Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 4.1.4. Distribusi Penderita TB Paru menurut Pendidikan

    Menurut distribusi pendidikan, pada penelitian ini penderita TB lebih

    banyak didapatkan pada yang berpendidikan menengah, baik pada penderita

    TB dengan DM maupun pada penderita TB tanpa DM. Penderita yang

    berpendidikan rendah dijumpai sebanyak 9 orang (36 %) pada penderita TB

    dengan DM dan 8 orang (32 %) pada penderita TB tanpa DM. Penderita yang

    berpendidikan menengah dijumpai sebanyak 16 orang (64 %) pada penderita

    TB dengan DM dan 15 orang (60 %) pada penderita TB tanpa DM. Penderita

    yang berpendidikan tinggi tidak dijumpai pada penderita TB dengan DM

    sedangkan pada penderita TB tanpa DM dijumpai sebanyak 2 orang (8 %).

    Tabel 6. Distribusi Penderita TB Paru menurut Pendidikan

    TB dengan DM TB tanpa DM pendidikan

    n % n %

    rendah 9 36 8 32

    menengah 16 64 15 60

    tinggi - - 2 8

    jumlah 25 100 25 100

    p = 0,3

    53Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • 4.1.5. Distribusi Penderita TB Paru menurut Penghasilan

    Berdasarkan distribusi penderita TB menurut penghasilan, paling banyak

    mempunyai penghasilan rendah, baik kelompok penderita TB dengan DM

    maupun penderita TB tanpa DM yaitu 21 orang (84%) pada penderita TB

    dengan DM dan 22 orang (88%) pada penderita TB tanpa DM. Sedangkan

    yang mempunyai penghasilan sedang terdapat 2 orang (8%) baik pada

    penderita TB dengan DM maupun pada penderita TB tanpa DM. Penderita

    yang mempunyai penghasilan tinggi dijumpai sebanyak 2 orang (8%) pada

    TB dengan DM dan 1 orang (4%) pada penderita TB tanpa DM.

    Tabel 7. Distribusi Penderita TB Paru menurut Penghasilan

    TB dengan DM TB tanpa DM

    Penghasilan n % n %

    Rendah 21 84 22 88

    Sedang 2 8 2 8

    Tinggi 2 8 1 4

    Jumlah 25 100 25 100

    P = 0,8

    4.1.6. Hubungan Karakteristik Penderita TB Paru yang disertai DM

    dengan MDR

    Penderita TB paru dengan DM yang mendapat MDR pada umur 31-40

    tahun sebanyak 1 orang, umur 41-50 tahun sebanyak 4 orang, umur 51-60

    54Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • tahun sebanyak 2 orang dan umur 61-70 tahun sebanyak 1 orang. Secara

    statistik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna (p > 0,05). Penderita

    TB paru dengan DM mendapat MDR yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak

    5 orang, sedangkan yang perempuan sebanyak 3 orang. Secara statistik

    tidak menunjukkan hubungan bermakna (p > 0,05). Penderita TB paru

    dengan DM mendapat MDR yang berpendidikan rendah sebanyak 3 orang

    sedangkan yang berpendidikan menengah sebanyak 5 orang. Secara

    statistik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna (p > 0,05). Penderita

    TB paru dengan DM mendapat MDR yang berpenghasilan rendah sebanyak

    5 orang, penghasilan sedang sebanyak 2 orang sedangkan yang

    berpenghasilan rendah sebanyak 1 orang. Secara statistik juga tidak

    menunjukkan hubungan yang bermakna (p > 0,05).

    55Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • Tabel 8. Hubungan Karakteristik Penderita TB Paru yang disertai DM dengan

    MDR

    MDR Tidak MDR Variabel

    n % n % p

    Umur :

    1-20 - - - -

    21-30 - - - -

    31-40 1 12,5 1 5,9 0,49

    41-50 4 50 12 70,6

    51-60 2 25 1 5,9

    61-70 1 12,5 3 17,6

    Jenis kelamin :

    Laki-laki 5 62,5 16 94,1 0,08

    Perempuan 3 37,5 1 5,9

    Pendidikan :

    Rendah 3 37,5 6 35,3

    Menengah 5 62,5 11 64,7 1,00

    Tinggi - - - -

    Penghasilan :

    Rendah 5 62,5 16 94,1

    Sedang 2 25 - - 0,07

    Tinggi 1 12,5 1 5,9

    4.1.7. Distribusi penderita TB Paru menurut resistensi OAT

    Jenis resistensi OAT yang paling banyak baik pada kelompok TB dengan

    DM maupun pada kelompok TB tanpa DM adalah resistensi terhadap

    56Simion Sembiring: Multi Drug Resistance (MDR) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Melitus USU e-Repository 2008.

  • streptomisin yaitu sebanyak 20 orang (80 %). Resistensi ter