0804405055-3-7. BAB II

download 0804405055-3-7. BAB II

of 25

Transcript of 0804405055-3-7. BAB II

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    1/25

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1StateofTheAr tReview

    Hanif M., M.Ramzam, dan M. Rahman dalam tulisannya yang berjudul

    Studying Power Output of PV Solar Panels at Different Temperatures and Tilt

    Angles di Pakistan. Percobaan dilakukan terhadap panel surya untuk mencapai

    maksimum output daya, kekuatan output panel surya PV diperiksa dengankemiringan yang berbeda, sudut (0, 20, 35, 50 dan 90) dan temperatur yang

    berbeda (15C hingga 45C) dari panel surya PV. Panel surya PV menunjukkan

    output daya yang maksimum pada sudut kemiringan 35 dan pada suhu 15C.

    Output daya PV surya panel akan menurun ketika sudut kemiringan meningkat

    dari 35 sampai 90 atau ketika sudut kemiringan menurun dari 35 sampai 0.

    Disimpulkan bahwa panel surya harus dipasang di sudut kemiringan 35 (sama

    dengan lintang Jamrud, Khyber Agency, Pakistan) untuk mendapatkan hasil

    output daya yang maksimal. Panel surya juga harus di pasang di tempat-tempat

    yang memiliki ruang udara agar proses pendinginan solar panel terjadi melalui

    konveksi alami (Hanif, 2012).

    Muchammad, Eflita Yohana, dan Budi Heriyanto dalam tulisannya tentang

    Pengaruh Suhu Permukaan Photovoltaic Module 50 Watt Peak Terhadap Daya

    Keluaran Yang Dihasilkan Menggunakan Reflektor Dengan Variasi Sudut

    Reflektor 0, 50, 60, 70, 80. Energi matahari dapat dimanfaatkan sebagaisumber energi alternatif yang potensial karena energinya yang sangat besar serta

    ramah lingkungan. Alat yang dapat dapat digunakan untuk mengkonversi secara

    langsung cahaya matahari menjadi listrik disebut photovoltaic. Pada penelitian ini

    diujikan Photovoltaic module tanpa reflektor pada posisi yang tetap/horizontal

    terhadap bumi, dan pengukuran terhadap Photovoltaic module yang diberi

    reflector dengan variasi sudut 50, 60, 70, 80. Hasil pengujian menunjukkan

    bahwa kenaikan suhu diikuti dengan kenaikan daya dan efisiensi. Daya maksimal

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    2/25

    6

    yang dicapai yaitu pada pengujian menggunakan reflektor sudut 70 derajat sebesar

    53,67 Watt dengan Efisiensi 15,66% pada pukul 11:45 WIB (Muchammad, 2010).

    J Zorrilla Casanova, M. Piliougin, dkk dalam tulisannya mengenai

    Akumulasi debu pada permukaan modul fotovoltaik mengurangi radiasi mencapai

    sel surya dan menghasilkan kerugian daya di Universitas of Malaga. Dengan

    mengukur kerugian yang disebapkan oleh akumulasi debu pada permukaan

    fotovoltaik. Debu tidak hanya mengurangi radiasi pada sel surya, tetapi juga

    perubahan ketergantungan pada sudut datang radiasi tersebut. Hasil dari

    penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kehilangan energi harian sepanjang tahun

    yang disebabkan oleh debu diendapkan pada permukaan modul PV sekitar 4,4 %.

    Dalam waktu yang lama tanpa hujan, kehilangan energi harian bisa lebih tinggi

    dari 20%. Selain itu, kerugian radiasi tidak konstan sepanjang hari dan sangat

    tergantung pada sudut sinar matahari insiden dan rasio antara difus dan radiasi

    langsung. Ketika dipelajari sebagai fungsi waktu surya, kerugian radiasi yang

    simetris terhadap siang, di mana mereka mencapai nilai minimum. Kami juga

    mengusulkan sebuah model teoritis sederhana yang, dengan mempertimbangkanpersentase permukaan kotor dan diffuse / rasio radiasi langsung, menyumbang

    perilaku kualitatif dari kerugian radiasi siang hari (Casanova, 2011).

    Md. Mizanur Rahman dkk dalam tulisannya dengan judul Effects of

    Natural Dust on the Performance of PV Panels in Bangladesh. Melakukan

    percobaan dengan menggunakan dua modul surya 1 Wp di Banglades. Percobaan

    tersebut dilakukan dengan cara membandingkan dua modul. Modul pertama

    dibiarkan terkena debu alami dan modul kedua dibersihkan secara berkala. setelah

    hasil pengukuran dari kedua modul tersebut didapat, data tersebut ditampilkan

    berupa grafik dibuat dalam Matlab. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan Isc

    dari modul surya bersih lebih besar dari pada Isc modul surya kotor. Pada pukul

    08.00 09.00 penurunan ISC pada modul surya kotor sebesar 35%, dan pada

    siang hari penurunan Isc pada modul surya kotor sebesar 20% (Rahman, 2012).

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    3/25

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    4/25

    8

    2.2Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia

    Indonesia merupakan negara tropis mempunyai potensi energi surya yang

    tinggi. Dari data penyinaran matahari di Indonesia dapat diklasikfikasikan berturut

    turut sebagai berikut: untuk kawasan barat dan timur Indonesia dengan

    distribusi penyinaran di Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m2/hari

    dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m2/hari. Dengan

    demikian, potensi matahari rata rata Indonesia yaitu sebesar 4,8 kWh/m2/hari.

    Berarti prospek penggunaan fotovoltaik di masa mendatang cukup cerah. Dengan

    berlimpahnya energi surya tersebut maka pengembangan listrik tenaga surya yang

    berbasis kepada efek fotovoltaik dari piranti sel surya sebagai salah satu sumber

    tenaga listrik yang bebas polusi dan alami menjadi suatu pilihan yang tepat untuk

    diterapkan di Indonesia. Adapun alasan yang mendukung hal tersebut yakni:

    1. Kondisi iklim di Indonesia yang sangat mendukung karena intensitas

    radiasi matahari di Indonesia relatif tinggi serta stabil, sehingga modul

    surya mendapat daya yang optimal sepanjang tahun.

    2. Instalasi yang lebih sederhana dari pada pemasangan sumber energi

    terbarukan lainnya, sehingga memungkinkan pemanfaatan energi ini untuk

    kebutuhan listrik baik dalam skala kecil sampai skala besar.

    3.

    Indonesia merupakan Negara kepulauan terdiri dari 13 ribu pulau sehingga

    membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyediakan jaringan

    pembangkit listrik pada setiap daerahnya hingga sampai ke tiap pelosok.

    4. Dapat terjangkau seluruh pelosok Indonesia dengan ketersediaan radiasi

    surya yang merata sepanjang tahun. Energi matahari sistem dapat diinstal

    di lokasi terpencil sehingga lebih praktis dan hemat biaya.

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    5/25

    9

    Tabel 2.1 Potensi Sumber Daya Energi Surya di Beberapa Kota di Indonesia

    Sumber: Rahardjo, 20082.3 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

    PLTS adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan sinar matahari

    melalui sel surya (fotovoltaik) untuk mengkoversikan radiasi sinar foton matahari

    menjadi energi listrik. Sel surya merupakan lapisan-lapisan tipis dari bahan semi

    konduktor lainnya. PLTS memanfaatkan cahaya matahari untuk menghasilkan

    listrik DC, yang dapat diubah menjadi listrik AC apabila diperlukan. Oleh karena

    itu meskipun cuaca mendung, selama masih terdapat cahaya, maka PLTS tetap

    dapat menghasilkan listrik. PLTS pada dasarnya adalah pencatu daya, dan dapat

    dirancang untuk mencatu kebutuhan listrik yang kecil sampai dengan besar, baik

    secara mandiri, maupun hibird (dikombinsikan dengan sumber energy lain), baik

    dengan metode desetralisasi (satu rumah satu pembangkit) maupun dengan

    metode sentralisasi (listrik didistribusikan dengan jaringan kabel). Berikut

    merupakan gambar dari PLTS:

    No. Provinsi LokasiIntensitasRadiasi

    (Wh/m2)

    1. NAD Pidie 4.097

    2. SumSel Ogan Komering Ulu 4.951

    3. Lampung Kab. Lampung Selatan 5.234

    4. DKI JakartaJakarta Utara 4.187

    Tanggerang 4.324

    5. Jawa BaratBogor 2.558

    Bandung 4.149

    6. Jawa Tengah Semarang 5.488

    7. DI. Yogyakarta Yogyakarta 4.500

    8. Jawa Timur Pacitan 4.300

    9. KalBar Pontianak 4.552

    10. KalTim Kabupaten Berau 4.172

    11. KalSel Kota Baru 4.573

    12. Gorontalo Gorontalo 4.911

    13. SulTeng Donggala 5.512

    14. Papua Jaya Pura 5.720

    15. Bali Denpasar 5.263

    16. NTB Kabupaten Sumbawa 5.747

    17. NTT Ngada 5.117

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    6/25

    10

    Gambar 2.1Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Kayubihi

    PLTS pada dasarnya adalah pencatu daya, dan dapat dirancang untuk

    mencatu kebutuhan listrik yang kecil sampai dengan besar, baik secara mandiri,

    maupun hibird (dikombinsikan dengan sumber energy lain), baik dengan metode

    desetralisasi (satu rumah satu pembangkit) maupun dengan metode sentralisasi

    (listrik didistribusikan dengan jaringan kabel).

    PLTS merupakan bagian dari sumber energi terbarukan, dimana sinarmatahari sebagai sumber energi tidak ada habisnya, selain itu PLTS merupakan

    pembangkit listrik yang ramah lingkungan tanpa ada bagian yang berputar, tidak

    menimbulkan kebisingan, dan tanpa mengeluarkan gas buang /limbah. PLTS

    merupakan suatu kesatuan sistem yang terdiri dari komponen-komponen, baik

    komponen pendukung, diantaranya adalah:

    2.3.1 Modul Surya

    Komponen utama sistem surya photovoltaic adalah modul yang

    merupakan unit rakitan beberapa sel surya photovoltaic. Untuk membuat modul

    photovoltaic secara pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film.

    Modul photovoltaic dapat dibuat dengan teknologi yang relative sederhana.

    Sedangkan untuk membuat sel photovoltaic diperlukan teknologi tinggi. Modul

    photovoltaictersusun dari beberapa sel photovoltaicmempunyai ukuran 10 cm x

    10 cm yang dihubungkan secara seri atau pararel. Biaya yang dikeluarkan untuk

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    7/25

    11

    membuat modul sel surya sekitar 60% dari biaya total. Jadi, bila modul sel surya

    bisa dibuat didalam negeri berarti akan bisa menghemat biaya. Untuk itulah,

    modul pembuatan sel surya di Indonesia tahap pertama adalah membuat bingkai

    (frame), kemudian membuat laminasi dengan sel-sel yang masih di inport. Berikut

    merupakan gambar hubungan sel surya, modul surya dan array

    Gambar 2.2 Hubungan Sel Surya, Modul Surya danArray

    (Sumber: Patel, 2006)

    Sedangkan kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan energi

    surya fotovoltaik adalah investasi awal yang besar. Untuk mendapatkan kapasitas

    yang lebih besar maka beberapa modul digabung akan membentuk array.

    2.3.1.1Sel Surya

    Sel surya (solar cell) mengubah intensitas sinar matahari menjadi energi

    listrik. Sel surya tersusun dari dua lapisan semikonduktor dengan muatan yang

    berbeda. Lapisan atas sel surya bermuatan negatif sedangkan lapisan bawahnya

    bermuatan positif. Silicon adalah bahan semikonduktor yang paling umum

    digunakan untuk sel surya. Apabila permukaan sel surya dikenai cahaya maka

    dihasilkan pasangan elektron dan hole. Elektron akan meninggalkan sel surya dan

    akan mengalir pada rangkaian luar sehingga timbul arus listrik. Arus listrik yang

    dihasilkan oleh sel surya dapat dimanfaatkan langsung atau disimpan dulu dalam

    baterai untuk digunakan kemudian. Besarnya pasangan elektron dan hole yang

    dihasilkan, atau besarnya arus yang dihasilkan tergantung pada intensitas cahaya

    maupun panjang gelombang cahaya yang jatuh pada sel surya. Intensitas cahaya

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    8/25

    12

    menentukan jumlah foton, makin besar intensitas cahaya yang mengenai

    permukaan sel surya makin besar pula foton yang dimiliki sehingga makin banyak

    pasangan elektron dan hole yang dihasilkan yang akan mengakibatkan besarnya

    arus yang mengalir. Makin pendek panjang gelombang cahaya maka makin tinggi

    energi fotonnya sehingga makin besar energi elektron yang dihasilkan, dan juga

    berimplikasi pada makin besarnya arus yang mengalir. Sel surya menghasilkan

    arus yang digunakan untuk mengisi baterai. Sel surya terdiri dari fotovoltaik, yang

    menghasilkan listrik dari intensitas cahaya, saat intensitas cahaya berkurang

    (berawan, hujan, mendung) arus listrik yang dihasilkan juga akan berkurang.

    Dengan menambah modul surya (memperluas) berarti menambah konversi tenaga

    surya. Umumnya modul surya dengan ukuran tertentu memberikan hasil tertentu

    pula. Contohnya ukuran a cm x b cm menghasilkan listrik DC (Direct Current)

    sebesar x Watt per hour/ jam.

    Berdasarkan jenis dan bentuk susunan atom-atom penyusunnya, solar cell

    dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu (Patel, 2006):

    1. Monokristal (Mono-crystalline)

    Merupakan modul yang paling efisien yang dihasilkan dengan teknologi

    terkini dan menghasilkan daya listrik persatuan luas yang paling tinggi.

    Monokristal dirancang untuk penggunaan yang memerlukan konsumsi listrik

    besar pada tempat-tempat yang beriklim ekstrim dan dengan kondisi alam

    yang sangat ganas. Memiliki efisiensi sampai dengan 14 - 18%. Kelemahan

    dari modul jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat yang cahaya

    mataharinya kurang (teduh), sehingga efisiensinya akan turun drastis dalam

    cuaca berawan. Berikut merupakan gambar dari modul surya monokristal:

    Gambar 2.3 ModulMonocrystalline Silicon Sel

    (Sumber: ABB QT10, 2010)

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    9/25

    13

    2.

    Polikristal (Poly-crystalline)

    Merupakan modul surya yang memiliki susunan kristal acak karena

    dipabrikasi dengan proses pengecoran. Tipe ini memerlukan luas permukaan

    yang lebih besar dibandingkan dengan jenis monokristal untuk menghasilkan

    daya listrik yang sama. Modul surya jenis ini memiliki efisiensi lebih rendah

    (12%-14%) dibandingkan tipe monokristal, sehingga memiliki harga yang

    cenderung lebih rendah. Saat ini pasar didominasi oleh kristal silikon

    teknologi, yang mewakili sekitar 90%. Teknologi yang sudah matang baik dari

    segi efisiensi telah diperoleh dan biaya produksi akan terus mendominasi

    pasar dalam jangka pendek dan menengah. Hanya beberapa perbaikan sedikit

    diharapkan dalam hal efisiensi (produk industri baru menyatakan 18%, dengan

    catatan laboratorium 24,7%, yang dianggap praktis dapat diatasi) dan

    pengurangan kemungkinan biaya terkait baik pengenalan dalam industry

    proses pembuatan yang lebih besar dan lebih tipis serta ke skala ekonomi.

    Selain itu, industri PV berdasarkan teknologi tersebut menggunakan surplus

    silikon ditujukan untuk industri elektronik tetapi karena pembangunan yang

    terakhir dan pertumbuhan eksponensial dari PV produksi pada tingkat rata-rata

    40% dalam enam tahun terakhir, ketersediaan di pasar bahan baku yang akan

    digunakan di sektor fotovoltaik menjadi lebih terbatas. Berikut merupakan

    modul suryaPolycrysttaline :

    Gambar 2.4ModulPolycrystalline Silicon Sel

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    10/25

    14

    3. Amorphous

    "Amorf" mengacu pada objek memiliki bentuk yang pasti dan tidak ada

    didefinisikan sebagai bahan non-kristal. Tidak seperti silikon kristal, di mana

    susunan atom yang teratur. Sehingga, aktivitas timbal balik antara foton dan

    atom silikon lebih sering terjadi pada silikon amorf dibandingkan kristal

    silikon, memungkinkan lebih banyak cahaya yang dapat diserap. Dengan

    demikian, sebuah film silikon amorf yang sangat tipis yang kurang dari 1m

    dapat diproduksi dan digunakan untuk pembangkit listrik. Selain itu, dengan

    memanfaatkan logam atau plastik untuk substrat, sel surya fleksibel juga dapat

    diproduksi. Solar celljenis amorphousadalahsolar cellyang dibentuk dengan

    mendoping material silikon di belakang lempeng kaca. Dinamakan amorphous

    atau tanpa bentuk karena material silikon yang membentuknya tidak

    terstruktur atau tidak mengkristal. Solar celljenis ini biasanya berwarna coklat

    tua pada sisi yang menghadap matahari dan keperakan pada sisi konduktifnya.

    Tipe yang paling maju saat ini adalah Amorphous Silicon dengan

    Heterojuctiondenganstackatau tandem sel. Efisiensi SelAmorphous Silicon

    berkisar 6% sampai dengan 9%. Berikut merupakan modul surya

    amorphous:

    Gambar 2.5Amorphous Silicon Sel

    (Sumber: ABB QT10, 2010)

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    11/25

    15

    Besarnya pasangan elektron dan hole yang dihasilkan, atau besarnya arus

    yang dihasilkan tergantung pada intensitas cahaya maupun panjang gelombang

    cahaya yang jatuh pada sel surya. Intensitas cahaya menentukan jumlah foton,

    makin besar intensitas cahaya yang mengenai permukaan sel surya makin besar

    pula foton yang dimiliki sehingga makin banyak pasangan elektron dan hole yang

    dihasilkan yang akan mengakibatkan besarnya arus yang mengalir. Makin pendek

    panjang gelombang cahaya maka makin tinggi energi fotonnya sehingga makin

    besar energi elektron yang dihasilkan, dan juga berimplikasi pada makin besarnya

    arus yang mengalir.

    2.3.2 Charge Controller

    Baterai charger regulator atau charge controller mempunyai tiga fungsi

    utama. Fungsi utama sebagai titik pusat sambungan ke beban, modul sel surya dan

    baterai. Fungsi ke dua adalah selain juga sebagai pengatur sistem agar

    penggunaan listriknya aman dan efektif, sehingga semua komponen-komponen

    aman dari bahaya perubahan level tegangan. Fungsi ke tiga adalah sebagai

    inverter untuk merubah tegangan DC dari baterai menjadi AC yang disambungkanke beban. Sistem PLTS menggunakan charge regulator, maka waktu pengisian ke

    baterai penyimpanan akan berlangsung lebih cepat dan arus serta tegangan yang

    dihasilkan PV Arrayakan distabilkan terlebih dahulu sebelum memasuki baterai

    penyimpanan. Dari kelebihan yang dimiliki system charge ini, maka umumnya

    PLTS dengan charge regulator yang dapat ditempatkan pada kotak modul

    kontrolnya. Charge Controlleradalah perangkat elektronik yang digunakan untuk

    mengatur pengisian arus searah dari modul surya ke baterai dan mengatur

    penyaluran arus dari baterai ke peralatan listrik (beban). Charge controller

    mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kapasitas baterai. Bila baterai sudah

    penuh terisi maka secara otomatis pengisian dari modul surya berhenti.

    Solar charge controlleradalah komponen penting dalam Pembangkit Listrik

    Tenaga Surya. Solar charge controller berfungsi untuk charging mode ialah

    mengisi baterai (kapan baterai diisi, menjaga pengisian kalau baterai penuh).

    Operation mode ialah penggunaan baterai ke beban (pelayanan baterai ke beban

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    12/25

    16

    diputus kalau baterai sudah mulai kosong). Berikut merupakan cara kerja charge

    controller:

    1.

    Charging Mode Solar Charge Controller

    Dalam charging mode, umumnya baterai diisi dengan metode three stage

    charging: Fase bulk: baterai akan di-charge sesuai dengan tegangan setup (bulk

    antara 14.4 14.6 Volt) dan arus diambil secara maksimum dari modul surya.

    Pada saat baterai sudah pada tegangan setup (bulk) dimulailah fase absortion. Fase

    absortion: pada fase ini, tegangan baterai akan dijaga sesuai dengan tegangan

    bulk, sampai solar charge controller timer (umumnya satu jam) tercapai, arus

    yang dialirkan menurun sampai tercapai kapasitas dari baterai. Fase float: baterai

    akan dijaga pada tegangan float setting (umumnya 13.4 13.7 Volt). Beban yang

    terhubung ke baterai dapat menggunakan arus maksimum dari modul surya pada

    stage ini.

    2. Sensor Temperatur Baterai Charge Controller

    Untuk solar charge controlleryang dilengkapi dengan sensor temperatur

    baterai. Tegangan charging disesuaikan dengan temperatur dari baterai. Dengan

    sensor ini didapatkan optimum dari charging dan juga optimum dari usia baterai.

    Apabila solar charge controller tidak memiliki sensor temperatur baterai, maka

    tegangan charging perlu diatur, disesuaikan dengan temperatur lingkungan dan

    jenis baterai.

    3. Mode Operation Solar Charge Controller

    Pada metode ini, baterai akan melayani beban. Apabila ada over-discharge

    atau over-load, maka baterai akan dilepaskan dari beban. Hal ini berguna untuk

    mencegah kerusakan dari baterai. Bila baterai sudah penuh terisi maka secara

    otomatis pengisian arus dari modul surya berhenti. Cara deteksi adalah melalui

    monitor level tegangan baterai. Charge controller akan mengisi baterai sampai

    level tegangan tertentu, kemudian apabila level tegangan telah mencapai level

    terendah, maka baterai akan diisi kembali. Charge controller adalah indicator

    yang akan memberikan informasi mengenai kondisi baterai sehingga pengguna

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    13/25

    17

    PLTS dapat mengendalikan konsumsi energi menurut ketersedian listrik yang

    terdapat dalam baterai.

    2.3.3 Baterai

    Baterai adalah komponen PLTS yang berfungsi menyimpan energy listrik

    yang dihasilkan oleh modul surya pada siang hari, untuk kemudian dipergunakan

    pada malam hari dan pada saat cuaca mendung. Baterai yang dipergunakan pada

    PLTS mengalami proses siklus mengisi (charging) dan mengosongkan

    (discharging), tergantung pada ada atau tidaknya matahari. Selama ada sinar

    matahari, modul surya akan menghasilkan energy listrik. Apabila energi listrik

    yang dihasilkan tersebut melebihi kebutuhan bebannya, maka energy listrik

    tersebut akan segera dipergunakan untuk mengisi baterai. Proses pengisian dan

    pengosongan disebut satu siklus baterai.

    Ada dua jenis baterai isi ulang yang dapat dipergunakan untuk system

    PLTS, yaitu baterai Asam Timbal (Lead Acid) dan bateraiNickel-Cadmium. Akan

    tetapi karena memiliki effisiensi yang rendah dan biaya yang lebih tinggi,

    membuat baterai nickel-cadmium relative lebih sedikit dipergunakan dalam

    system PLTS. Sebaliknya baterai Asam Timbal adalah baterai dengan effisiensi

    tinggi dengan biaya yang lebih ekonomis. Hal ini membuat baterai Asam Timbal

    menjadi perangkat penyimpan yang penting untuk beberapa tahun ke depan,

    terutama untuk system PLTS ukuran menengah dan besar. Kapasitas baterai

    umumnya dinyatakan dalam Ampere hour (Ah). Nilai Ah pada baterai

    menunjukan nilai arus yang dapat dilepaskan, dikalikan dengan nilai waktu untuk

    pelepasan tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka secara teoritis, baterai 12 V,

    200Ah harus dapat memberikan baik 200A selama satu jam, 50 A selama 4 jam, 4

    A untuk 50 jam atau 1 A untuk 200 jam. Baik lead-acidbaterai maupun nickel-

    cadmium baterai secara umum mempunyai 4 bagian penting. Keempat bagian

    tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda yang menunjang proses

    penyimpanan energi maupun pengeluaran energi. Empat bagian penting tersebut

    terdiri dari :

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    14/25

    18

    1.

    Elektroda

    2. Pemisah atau separator

    3. Elektrolit

    4.

    Wadah sel atau baterai

    2.3.4 Inverter

    Inverter berfungsi untuk merubah arus dan tegangan listrik DC (direct

    current) yang dihasilkan array PV menjadi arus dan tegangan listrik AC

    (alternating current) dengan frekuensi 50Hz/60Hz. Pemilihan inverter yang tepat

    untuk aplikasi tertentu, tergantung pada kebutuhan beban dan tergantung pada

    apakah unverter akan menjadi bagian dari system yang terhubung ke jaringan

    listrik atau system yang berdiri sendiri. Berdasarkan bentuk gelombang yang

    dihasilkan, inverter di kelompokan menjadi tiga (ABB, 2010) yaitu:

    a. Square wave(gelombang kotak)

    Pada beban-beban listrik yang menggunakan kumparan / motor squarewave

    invertertidak dapat bekerja sama sekali.

    b.

    Modified sine wave

    Inverter Modified sine wave (gelombang sinus modifikasi), menghasilkan

    daya listrik yang cukup memadai untuk sebagian peralatan elektronik tetapi

    memiliki kelemahan karena kekuatan daya listrik yang dihasilkan tidak sama

    persis dengan daya listrik dari PLN.

    c.

    True sine wave

    Inverter true sine wave (gelombang sinus murni) menghasilkan gelombang

    listrik yang sama dengan listrik PLN. Bahkan lebih baik dari segi kestabilandaya listrik dibandingkan daya listrik dari PLN. True sine wave inverter

    diperlukan terutama untuk beban-beban yang masih menggunakan motor agar

    bekerja lebih mudah, lancer dan tidak cepat panas.

    Modified sine wave inverter ataupunsquare wave inverterbila dipaksakan

    untuk beban-beban induktif maka effisiensinya akan jauh berkurang dibandingkan

    dengan True sine wave inverter. Inverter yang terbaik adalah yang mampu

    menghasilkan gelombang sinosuidal murni atau true sine wave yaitu bentuk

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    15/25

    19

    gelombang yang sama dengan bentuk gelombang dari jaringan listrik (grid

    utility).

    2.4Faktor yang Mempengaruhi Kinerja PLTS

    Untuk mendapatkan output maksimal dari PLTS, ada beberapa faktor

    sangat mempengaruhi yaitu :

    2.4.1 Iradiasi Matahari

    Iradiasi matahari yang diterima bumi terdistribusi pada beberapa range

    panjang gelombang, mulai dari 300 nm sampai dengan 4 mikron. Sebagian radiasi

    mengalami refleksi di atmosfer (diffuse radiation) dan sisanya dapat sampai ke

    permukaan bumi (direct radiation). Kedua radiasi ini yang dipakai untuk

    mengukur besaran radiasi yang diterima sel surya. Besaran-besaran penting untuk

    mengukurnya adalah (Diputra. 2008) :

    Spectral irradiance I Daya yang diterima oleh satu unit area dalam

    bentuk differensial panjang gelombang d, satuan : W/m2m.

    Irradiance Integral dari spectral irradianceuntuk keseluruhan panjang

    gelombang, satuan : W/m2

    Radiansi Integral waktu dari irradiance untuk jangka waktu tertentu.

    Oleh sebab itu, satuannya sama dengan satuan energi, yaitu J/m2 hari,

    J/m2bulan atau J/m2tahun.

    Diantara ketiga besaran tersebut, yang akan digunakan dalam analisa

    adalah W/m2 karena satuan ini yang biasa dipakai dalam data sheet, sedangkan

    besaran radiasi biasanya digunakan untuk menghitung estimasi daya keluaran

    pada instalasi system. Irradiance merupakan sumber energi bagi sel surya,

    sehingga keluarannya sangat bergantung oleh perubahan irradiance. Gambar 2.7

    memberikan contoh perubahan irradianceterhadap kurva daya modul surya.

    Dilihat dari Gambar 2.6, keluaran daya berbanding lurus dengan

    irradiance. Isc lebih terpengaruh oleh perubahan irradiancedari pada Voc. Hal

    ini sesuai dengan penjelasan cahaya sebagai paket-paket foton. Pada saat

    irradiancetinggi, yaitu pada saat jumlah foton banyak, arus yang dihasilkan juga

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    16/25

    20

    besar. Demikian pula sebaliknya, sehingga arus yang dihasilkan berbanding lurus

    terhadap jumlah foton. Berikut merupakan gambar karakteristik kurva I-V

    Terhadap perubahan irradiance:

    Gambar 2.6 Karakteristik Kurva I-V Terhadap PerubahanIrradiance

    (Sumber: ABB QT10, 2010)

    Pengujian modul surya pada data sheet umumnya dilakukan padastandard

    test condition (STC), yaitu Air Mass (AM) 1,5 ; irradiance 1000 W/m2 dan

    temperature 250 C. dalam kondisi nyata, nilai irradiance tidak mencapai nilai

    tersebut, bergantung dari posisi lintang, posisi matahari dan kondisi cuaca. Nilai

    irradiancepada lokasi tertentu juga bervariasi dari bulan ke bulan.

    Radiasi matahari merupakan pancaran energi yang berasal dari proses

    thermonuklir yang terjadi di matahari, atau dapat dikatakan sumber utama untuk

    proses-proses fisika atmosfer yang menentukan keadaan cuaca dan iklim di

    atmosfer bumi. Radiasi surya memegang peranan penting dari berbagai sumber

    energi lain yang dimanfaatkan manusia. Cahaya bisa dikatakan sebagai suatu

    bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Untuk mendukung teknik

    pencahayaan buatan yang benar, tentu saja perlu diketahui seberapa besar

    intensitas cahaya yang dibutuhkan pada suatu tempat. Maka, untuk mengetahui

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    17/25

    21

    seberapa besar intensitas cahaya tersebut dibuthkan suatu alat ukur cahaya yang

    dapat digunakan untuk mengukur besarnya cahaya dalam satuan lux.

    Untuk mengukur intensitas cahaya digunakan sebuah alat yang bernama

    lux meter. Lux meter adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur

    intensitas cahaya atau tingkat pencahayaan. Biasanya digunakan dalam ruangan.

    Kebutuhan pencahayaan setiap ruangan terkadang berbeda. Semuanya tergantung

    dan disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan. Untuk mengukur tingkat

    pencahayaan di butuhkan sebuah alat yang bisa bekerja secara otomatis mampu

    mengukur intensitas cahaya dan menyesuaikannya dengan cahaya yangdibutuhkan. .

    Pengukuran intensitas cahaya menggunakan luxmeter yang menghasilkan

    nilai intensitas cahaya dengan satuan lux. Tidak ada konversi langsung antara lux

    dan W/m2 itu tergantung pada panjang gelombang atau warna cahaya. Sehingga

    untuk mendapatkan konversi antara lux dan W/m2 perlu dilakukan percobaan.

    Namun, ada perkiraan konversi 0,0079 W/m2per Lux (Hossain. 2011). Jadi dapat

    dirumuskan sebagai berikut:

    1lux = 0.0079 W/m2 (2.1)

    Penggunaan konversi antara lux dan W/m2 diatas juga telah digunakan oleh M. A.

    Hossain dkkpada penelitiannya yang berjudul Performance evaluation of 1.68

    kWp DC operated Solar pump With Auto Tracker Using Microcontroller Based

    Data Acquisition System, Steven Chua dengan judul Light VS. DISTANCE dan

    Anies Marufatin pada penelitiannya yang berjudul Respon pertumbuhan

    Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Atlantis dan Super Jhon

    Dalam Sistem Aeroponik Terhadap periode Pencahayaan. Mereka semua

    menggunakan konversi 0,0079 W/m2per Lux.

    2.4.2 Temperatur Modul Surya

    Intensitas cahaya bukanlah satu-satunya parameter eksternal yang memiliki

    pengaruh penting pada kurva I-V, ada juga pengaruh suhu. Suhu memiliki peranan

    http://adf.ly/1870812/http:/kamusq.blogspot.com/2012/04/lux-meter-alat-ukur-intensitas-cahaya.htmlhttp://adf.ly/1870812/http:/kamusq.blogspot.com/2012/04/lux-meter-alat-ukur-intensitas-cahaya.htmlhttp://adf.ly/1870812/http:/kamusq.blogspot.com/2012/04/lux-meter-alat-ukur-intensitas-cahaya.html
  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    18/25

    22

    penting untuk memprediksi karakteristik I-V. Komponen semikonduktor seperti

    diode sensitif terhadap perubahan suhu, begitu pula dengan sel surya. Secara

    umum, sebuah modul surya dapat beroperasi secara maksimum jika temperatur

    yang diterimanya tetap normal pada temperatur 25oC. Kecepatan tiupan angin

    disekitar lokasi sel surya akan sangat membantu terhadap pendinginan temperatur

    permukaan sel surya sehingga temperatur dapat terjaga dikisaran 25oC. Kenaikan

    temperatur lebih tinggi dari temperatur normal pada modul surya akan

    melemahkan tegangan (Voc) yang dihasilkan. Setiap kenaikan temperatur modul

    surya 1oC (dari 25oC) akan mengakibatkan berkurang sekitar 0,5% pada total

    tenaga (daya) yang dihasilkan. Untuk menghitung besarnya daya yang berkurang

    pada saat temperatur di sekitar modul surya mengalami kenaikan oC dari

    temperatur standarnya, dipergunakan rumus sebagai berikut (Solarex, 1998):

    Pengaruh suhu terhadap output sel surya dapat dilihat dalam rumus

    dibawah ini (Solarex, 1998) :

    Psaat t naikoC= 0,5% / oC x PMPPx kenaikan temperatur (

    oC) (2.2)

    Dimana :

    Psaat t naikoC = Daya pada saat temperatur naik oC dari

    temperatur standarnya.

    PMPP = Daya keluaran maksimum modul surya.

    Daya keluaran modul surya pada saat temperaturnya naik menjadi toC dari

    temperatur standarnya diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut :

    PMPP saat naik menjadi toC= PMPPPsaat t naik

    oC (2.3)

    Dimana :

    PMPP saat naik menjadioC adalah daya keluaran modul surya pada saat

    temperatur disekitar modul surya naik menjadi toC dari

    temperatur standarnya.

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    19/25

    23

    Berikut merupakan gambar pengaruh temperatur modul terhadap energi

    modul surya:

    Gambar 2.7 Pengaruh temperature modul terhadap energi modul surya

    (Sumber: ABB QT10, 2010)

    2.4.3 Orientasi Modul Surya

    Efisiensi maksimum modul surya akan meningkat jika sudutnya saat

    terjadi sinar matahari selalu berada pada 90. Namun kenyataannya peristiwa dari

    radiasi matahari bervariasi berdasarkan pada keduanya yaitu garis lintang

    (latitude), dan seperti halnya deklenasi matahari selama setahun. Faktanya poros

    rotasi bumi adalah dengan kemiringan 23,45 terhadap bidang dari orbit bumi

    oleh matahari, pada garis lintang tertentu tinggi dari matahari pada langit

    bervariasi setiap harinya. Untuk mengetahui ketinggian maksimum (dalam

    derajat) ketika matahari mencapai langit (), secara mudah dengan menggunakan

    rumus berikut:

    = 90 - lat + (N hemisphere); 90 + lat (S hemisphere) (2.4)

    Sedangkan sudut yang harus dibentuk olehmodul surya terhadap permukaan

    bumi (), dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    20/25

    24

    =90 (2.5)

    Dimana:

    lat adalah garis lintang (latitude) lokasi intalasi panel surya terpasang

    (dalam satuan derajat)

    adalah sudut dari deklinasi matahari [23,34]

    Apabila sudut dari ketinggian maksimum matahari () diketahui, maka

    sudut kemiringan dari panel surya () juga dapat diketahui. Namun tidak cukup

    hanya mengetahui saja untuk menentukan orientasi yang optimal dari panel

    surya. Orientasi dari pael surya dapat diindikasikan dengan sudut asimut (azimuthangle) dalam notasi , pada devasi terhadap arah optimum dari selatan (untuk

    lokasi di belahan bumi utara), atau dari utara (untuk lokasi di belahan bumi

    selatan). Nilai positif dari sudut asimut menunjukan orientasi ke barat, sebaliknya

    nilai negatif menunjukan orientasi ke timur. Gambar inklinasi dan orientasi

    ditunjukan pada gambar 2.8.

    Gambar 2.8 Kombinasi inklinasi dan orientasi menentukan eksposisi panel

    (Sumber: ABBQT10,2010)

    Berdasarkan dengan orientasi dan inklinasi dari panel surya, potensi dari

    radiasi radiasi matahari dapat diketahui pada suatu tempat. Dari perbandingan

    inklinasi dan orientasi dapat diketahui nilai koefisien (c) dari potensi energi yang

    akan diterima oleh panel surya pada suatu tempat, nilai c ini biasanya didapat dari

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    21/25

    25

    tabel yang dikeluarkan oleh negara berdasarkan data pengamatan inklinasi dan

    orientasi panel surya pada suatu tempat (latitude). Berikut ditampilkan contoh

    tabel nilai c pada negara italia :

    Tabel 2.2 Italia bagian utara 44NLatitude

    Inklinasi 0

    (Selatan)

    15 30 45 90

    (Timur; Barat)

    0 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

    10 1,07 1,06 1,06 1,04 0,99

    15 1,09 1,09 1,07 1,06 0,98

    20 1,11 1,10 1,09 1,07 0,96

    30 1,13 1,12 1,10 1,07 0,93

    40 1,12 1,11 1,09 1,05 0,8950 1,09 1,08 1,05 1,02 0,83

    60 1,03 0,99 0,96 0,93 0,77

    70 0,95 0,95 0,93 0,89 0,71

    90 0,74 0,74 0,73 0,72 0,57

    Berdasarkan data nilai c dari tabel, maka prediksi kapasitas produksi energi

    rata-rata per tahun (E) adalah:

    E = Ep c [kWh] (2.6)

    2.4.4 Sudut Kemiringan Modul Surya

    Sudut kemiringan memiliki dampak yang besar terhadap radiasi matahari

    dipermukaan modul surya. Untuk sudut kemiringan tetap. Daya maksimum

    selama satu tahun akan diperoleh ketika sudut kemiringan modul surya sama

    dengan lintang lokasi. Sistem pengaturan berfungsi memberikan pengaturan dan

    pengamanan dalam suatu PLTS sedemikian rupa sehingga sistem pembangkit

    tersebut dapat bekerja secara efisien dan handal. Peralatan pengaturan di dalam

    sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya ini dapat dibuat secara manual, yaitu

    dengan cara selalu menempatkan kearah matahari, atau dapat juga dibuat secara

    otomatis, mengingat sistem ini banyak dipergunakan untuk daerah terpencil.

    Gerakan Modul secara otomatis dapat dilakukan dengan menggunakan rangkaian

    elektronik. Namun dalam segi kepraktisan dan memudahkan perawatan

    pemasangan modul surya yang mudah dan murah adalah dengan memasang

    modul surya dengan posisi tetap dengan sudut kemiringan tertentu. Untuk

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    22/25

    26

    menentukan arah sudut kemiringan modul surya harus disesuaikan dengan letak

    geografis lokasi pemasangan modul tersebut. Penentuan sudut pemasangan modul

    surya ini berguna untuk membenarkan penghadapan modul surya ke arah garis

    khatulistiwa. Pemasangan modul surya ke arah khatulistiwa dimaksudkan agar

    modul surya mendapatkan penyinaran yang optimal. Modul surya yang terpasang

    di khatulistiwa (lintang = 0o) yang diletakan mendatar (tilt angle = 0o), akan

    menghasilkan energy maksimum (Hanif, 2012).

    Gambar 2.9Pemasangan Modul Surya Dengan Sudut Kemiringan

    (Sumber: Hanif M, 2012)

    2.5Kebersihan Modul Surya

    Menurut penelitian yang telah dilakukan Serbot Swiss Innovation.

    Kebersihan modul surya sangat mempengaruhi daya output maksimum modul

    surya. Pembersihan secara berkala modul surya sangat penting untuk

    menghasilkan dan memberikan jumlah maksimum iradisasi matahari yang

    diterima oleh permukaan modul surya. Pengaruh kotoran dan debu pada kinerja

    modul surya tergatung pada berbagai faktor dan selalu perlu diperkirakan. Dari

    penelitian yang telah dilakukan Serbot Swiss Innovation di Eropa dan Amerika

    dapat diasumsikan pengurangan daya output modul surya beriksar 10% - 20%.

    Jika instalasi dilakukan di tempat yang kering dan daerah yang berdebu, efek nya

    dapat menigkat sampai 40%. (http://www.serbot.ch/index.php/en/solar-panel-

    cleaning,2014).

    Perusahaan White Glove menggunakan air ultra-murni untuk

    membersihkan permukaan modul surya tanpa meninggalkan residu kimia atau

    http://www.serbot.ch/index.php/en/solar-panel-cleaninghttp://www.serbot.ch/index.php/en/solar-panel-cleaninghttp://www.serbot.ch/index.php/en/solar-panel-cleaninghttp://www.serbot.ch/index.php/en/solar-panel-cleaninghttp://www.serbot.ch/index.php/en/solar-panel-cleaninghttp://www.serbot.ch/index.php/en/solar-panel-cleaning
  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    23/25

    27

    senyawa anorganik lain meningkatkan kinerja puncak. Selain debu, daun yang

    jatuh, kotoran binatang, Cuaca yang berkabut juga dapat menyebabkan permukaan

    modul surya menjadi kotor, hal ini telah terbukti mengurangi daya output yang

    dibangkitakan oleh modul surya. Semua perusahaan modul surya

    merekomendasikan pembersihan secara berkala terhadap permukaan modul surya.

    Tingkat kebersihan permukaan modul surya mempengaruhi efisiensi dari modul

    surya. Dengan membersihkan permukaan modul surya secara berkala dapat

    mengoptimlakan produksi energi yang diabangkitkan.

    Menurut Solar Electric Power Association (SEPA), output listrik modul

    surya akan menurun sekitar 10% karena tingkat kotoran, debu, dan residu

    lainnya. Penelitian yang dikutip oleh SEPA menunjukkan bahwa daya yang

    dibangkitkan oleh modul surya akan menurun 15-20% di daerah perkotaan atau

    debu dari kegiatan pembangunan, kotoran burung dan juga serangga.

    (http://whiteglovewindowcleaning.com/services/other-services,2012).

    Google melakukan percobaan inovatif pada PLTS 1,6 MW mereka di

    Mountain View, California. Mereka menemukan bahwa membersihkan surya

    adalah "nomor satu cara untuk memaksimalkan energi yang modul surya

    hasilkan." Membersihkan modul surya yang telah beroperasi selama 15 bulan,

    menghasilkan dua kali lipat output dari modul surya yang dibiarkan.

    Penelitian yang sama juga menemukan bahwa hujan bukanlah suatu cara

    untuk membersihkan modul surya. Solar panel yang dibersihkan secara

    profesional memiliki output 12% lebih tinggi dibandingkan dibersihkan oleh

    hujan.

    Di wilayah barat daya AS, di mana curah hujan terbatas selama beberapa

    bulan, maka jumlah kotoran yang menupuk pada permukaan modul surya jauh

    lebih besar. Modul surya yang dipasang di dekat sumber polusi seperti jalan raya,

    pabrik-pabrik dan bandara perlu dibersihkan lebih sering. Kasus lain yang perlu

    dipertimbangkan termasuk musim gugur dan musim dingin, di mana pembersihan

    daun dan salju penting untuk kinerja yang optimal.

    Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa air hujan mudah

    membersihkan panel surya yang miring. Membersihkan panel surya tidak benar-

    http://whiteglovewindowcleaning.com/services/other-serviceshttp://whiteglovewindowcleaning.com/services/other-serviceshttp://whiteglovewindowcleaning.com/services/other-serviceshttp://whiteglovewindowcleaning.com/services/other-services
  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    24/25

    28

    benar jauh berbeda dari membersihkan jendela khas. Hal ini tidak terlalu

    memakan waktu yang begitu banyak (Maehlum, 2014)

    Menurut Academy Wolrd of Science, Enginering & Technology yang di

    kutip oleh Perusahaan pembersih modul surya Araya Clean menyatakan bahwa

    salah satu faktor yang berperan dalam peurunan efisiensi dalam modul surya

    adalah penumpukan debu pada permukaan modul surya. Dalam prakteknya, debu

    harus di hilangkan dari permukaan modul surya untuk memastikan kinerja optimal

    dari modul surya. Berikut merupakan pengaruh yang dapat menyebabkan

    kotornya modul surya:

    Arah/ Orientasi : Sebagian besar panel surya berada di atap dan dipasang

    pada sudut horizontal, modul surya memiliki array sel surya yang

    terindungi oleh penutup kaca . Tergantung pada arah angin, panel dapat

    ditutupi oleh debu, kotoran, serbuk sari, daun jatuh, dan kotoran burung.

    Seiring dengan berjalannya waktu kotoran tersebut dapat mengeras pada

    perukaan modul surya. Hal ini dapat menyebabkan penurunan yang besar

    dalam paparan sinar matahari ke sel surya. Pemilik Modul Surya yang

    tidak pernah membersihkan modul suryanya melaporkan kerugian output

    pada modul surya bervariasi dari 20% menjadi 50% dari waktu ke waktu.

    Air hujan tidak cukup untuk membersihkan modul surya : Sebuah asumsi

    bahwa debu, serbuk sari, daun jatuh yang menumpuk pada modul surya

    pada musim panas akan di bersihkan oleh air hujan pada musim hujan. Itu

    benar berpengaruh pada tumpukan debu yang tidak mengeras. Akan tetapi

    tidak efektif pada kotoran burung dan tumpukan kotoran yang mengeras

    pada permukaan modul surya. Terkadang air hujan juga membawa lumpur

    serta tanah yang mengeras pada permukaan modul surya dalam hitungan

    minggu.

    Lokasi pemasangan modul surya : Pemasangan modul surya pada lokasi

    dekat dengan jalan raya, pusat industri, dan pepohonan. Dapat

    menyebabkan semakin cepatnya penumpukan kotoran pada modul surya.

  • 7/26/2019 0804405055-3-7. BAB II

    25/25

    29

    Suatu organisasi seperti Solar Energy Power Association dan The

    National Renewable Energy Laboratory menyatakan bahwa kerugian efisiensi

    bervariasi dari 20% sampai 25% untuk modul surya kotor dibandingkan dengan

    modul surya yang dibersihkan.

    (http://www.arayaclean.com/agencies/ca/san-

    mateo/ca02/blog/posts/2014/6/15/clean-your-solar-panels-regularly-for-

    maximum-efficiency/#.VCwJvfl_vEg,2014).

    Menurut Solar Facts and Advice. Polusi, debu, daun dan bahkan kotoran

    burung yang mengendap dipermukaan modul surya mencegah dapat sinar

    matahari dapat mencapai sel surya pada panel surya. Semakin banyak jumlah

    kotoran yang menumpuk maka akan mengurangi listrik yang dihasilkan modul

    surya. Dari beberapa faktor terbesar yang dapat mempengaruhi modul surya,

    faktor kotoranlah yang paling mudah untuk diatasi. Para ahli sepakat bahwa

    modul surya kotor tidak menghasilkan energi sebanyak modul surya bersih. Pada

    penelitian laboratorium National Renewable Energy didapatkan kerugian output

    modul surya sebesar 25% pada beberapa daerah. Produsen modul surya sendiri

    telah melaporkan kerugian setinggi 30% untuk beberapa pelanggan yang tidak

    pernah membersihkan panel mereka. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk

    melihat apakah modul surya perlu dibersihkan:

    1. Pemeriksaan Fisik: Periksa panel surya secara berkala untuk menghilangkan

    kotoran. Khusus di daerah berdebu pemeriksaan dan pembersihan dilakukan

    lebih sering.

    2. Gunakan Layanan Monitoring: Cara lain untuk mengetahui potensi solar

    maksimal dari sistem modul surya adalah melalui sistem pemantauan dan

    layanan.

    (http://www.solar-facts-and-advice.com/solar-pa nel-cleaning.html,2014).

    http://www.arayaclean.com/agencies/ca/san-mateo/ca02/blog/posts/2014/6/15/clean-your-solar-panels-regularly-for-maximum-efficiency/#.VCwJvfl_vEghttp://www.arayaclean.com/agencies/ca/san-mateo/ca02/blog/posts/2014/6/15/clean-your-solar-panels-regularly-for-maximum-efficiency/#.VCwJvfl_vEghttp://www.arayaclean.com/agencies/ca/san-mateo/ca02/blog/posts/2014/6/15/clean-your-solar-panels-regularly-for-maximum-efficiency/#.VCwJvfl_vEghttp://www.arayaclean.com/agencies/ca/san-mateo/ca02/blog/posts/2014/6/15/clean-your-solar-panels-regularly-for-maximum-efficiency/#.VCwJvfl_vEghttp://www.arayaclean.com/agencies/ca/san-mateo/ca02/blog/posts/2014/6/15/clean-your-solar-panels-regularly-for-maximum-efficiency/#.VCwJvfl_vEghttp://www.solar-facts-and-advice.com/solar-pa%20nel-cleaning.htmlhttp://www.solar-facts-and-advice.com/solar-pa%20nel-cleaning.htmlhttp://www.solar-facts-and-advice.com/solar-pa%20nel-cleaning.htmlhttp://www.solar-facts-and-advice.com/solar-pa%20nel-cleaning.htmlhttp://www.arayaclean.com/agencies/ca/san-mateo/ca02/blog/posts/2014/6/15/clean-your-solar-panels-regularly-for-maximum-efficiency/#.VCwJvfl_vEghttp://www.arayaclean.com/agencies/ca/san-mateo/ca02/blog/posts/2014/6/15/clean-your-solar-panels-regularly-for-maximum-efficiency/#.VCwJvfl_vEghttp://www.arayaclean.com/agencies/ca/san-mateo/ca02/blog/posts/2014/6/15/clean-your-solar-panels-regularly-for-maximum-efficiency/#.VCwJvfl_vEg