7 Scenario 3

download 7 Scenario 3

of 21

Transcript of 7 Scenario 3

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    1/21

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    2/21

    TUJUAN PEMBELAJARAN

    1. Bagaimana struktur dan fungsi organela dari bakteri?

    2. Jelaskan klasifikasi bakteri!

    3. Bagaimana struktur dan fungsi organela dari jamur?

    4. Jelaskan klasifikasi jamur!

    5. Apa saja metode pewarnaan pada bakteri dan jamur? Jelaskan!

    I. STRUKTUR DAN FUNGSI ORGANELA DARI BAKTERI

    Bakteri adalah organisme prokariotik, dimana tidak mempunyai

    inti sejati. Bahan inti (DNA) tidak berada di dalam ruangan tersendiri,

    sehingga disebut nukleoid. Ukuran sel bakteri relatif lebih kecil

    dibandingkan sel eukariotik dan tidak mempunyai organela yang

    bermembran (Betsy, 2007).

    A. Bagian-Bagian Sel Prokariotik

    1. Glycocalyx

    Glycocalyx merupakan pembungkus yang tersusun daripolisakarida dan/atau polipeptida yang mengelilingi sel.

    Glycocalyx ditemukan dalam dua bentuk. Glycocalyx dapat

    melekat dengan kuat pada permukaan sel, disebut kapsul.

    Sedangkan jika terikat lemah dengan permukaan sel disebut

    slime layer. Slime layer bersifat larut air dan digunakan sel

    prokariotik untuk melekat pada lingkungannya.

    Glycocalyx berfungsi untuk melindungi sel dari sistem imuntubuh. Fungsi ini dapat diamati pada koloni Streptococcus

    mutans pada gigi. Kapsula yang dimiliki bakteri tersebut

    mencegah sistem imun untuk mengenalinya (Betsy, 2007).

    Material kapsula (misalnya dextrans) yang diproduksi secara

    berlebihan ketika bakteri memakan gula akan menjadi cadangan

    karbohidrat untuk metabolisme selanjutnya (Todar, 2009).

    2. Flagella

    Unit Pembelajaran III 2

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    3/21

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    4/21

    pendek daripada flagella dan lebih panjang dari fimbriae (Betsy,

    2007).

    B. Dinding Sel

    Dinding sel bakteri terletak di luar membran plasma. Dinding

    sel memberikan bentuk pada sel dan menopang struktur dalam sel.

    Dinding sel juga berfungsi sebagai perlindungan dari pengaruh

    lingkungan.

    Dinding sel bakteri pada umumnya tersusun dari peptidoglikan,

    yang menutupi seluruh permukaan sel. Peptidoglikan terbuat dari

    kombinasi ikatan peptida dan karbohidrat.

    Dinding bakteri diklasifikasikan menjadi dua (Betsy, 2007):

    Unit Pembelajaran III 4

    Gambar 1. Sketsa potongan bakteri yang memperlihatkan struktur komponen

    bakteri (Todar, 2009)

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    5/21

    - Gram-positif. Dinding sel bakteri Gram-positif (Gambar 2)

    mempunyai banyak lapisan peptidoglikan yang menahan

    pewarna crystal violet ketika sel diwarnai. Pewarnaan ini

    menunjukkan warna ungu ketika dilihat menggunakan

    mikroskop.

    - Gram-negatif. Dinding sel bakteri Gram-negatif (Gambar

    3) tipis. Bagian dalam terbuat dari peptidoglikan. Sedangkan

    bagian luar tersusun dari fosfolipid dan lipopolisakarida. Dinding

    selnya tidak menahan pewarna crystal violetketika pewarnaan.

    Selnya terlihat merah muda ketika dilihat dengan mikroskop.

    Unit Pembelajaran III 5

    Gambar 2. Dinding sel Gram-positif (Betsy, 2007).

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    6/21

    C. Membran Sitoplasma

    Bakteri mempunyai membran sel, disebut membran sitoplasma

    yang mem-bentuk struktur luar dari sel dan memisahkan isi sel

    dengan lingkungan luarnya. Membran sitoplasma menyediakan

    pembatas selektif yang membolehkan beberapa substansi kimia

    untuk keluar-masuk sel. Membran sitoplasma merupakan fosfolipid

    bilayer yang memiliki bagian polar dan nonpolar.

    D. Sitosol dan Sitoplasma

    Sitosol merupakan cairan intrasel dari sel prokariotik yang berisi

    protein, lipid, enzim, ion, zat sisa, dan molekul kecil terlarut lainnya.

    Sitosol juga memiliki daerah yang disebut nukleoid, yang

    merupakan tempat dimana DNA sel berada. Tidak seperti sel

    manusia, bakteri mempunyai kromosom tunggal yang tidak

    dibungkus oleh membran nukleus. Sitosol berada dalam sitoplasma

    sel. Sitoplasma juga berisi sitoskeleton, ribosom, dan inklusi.

    E. Ribosom

    Ribosom merupakan organela yang mensintesis polipeptida. Ada

    ribuan ribosom di dalam satu sel bakteri. Ribosom terdiri atas

    subunit protein dan rRNA (ribosomal RNA). Ribosom dan subunitnya

    Unit Pembelajaran III 6

    Gambar 3. Dinding sel Gram-negatif (Betsy, 2007)

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    7/21

    merupakan target antibiotik yang membunuh bakteri dengan

    menghambat sintesis protein bakteri.

    F. Inklusi

    Inklusi merupakan tempat penyimpanan lipid, nitrogen, fosfat,

    gula, dan sulfur di dalam sitoplasma. Ilmuwan menggunakan inklusi

    untuk identifikasi bakteri (Betsy, 2007).

    II. KLASIFIKASI BAKTERI

    Pada tahun 1990-an ilmuwan mempelajari rangkaian rRNA pada

    sel prokariotik (archaebacteria dan eubacteria) membuktikan bahwa

    organisme tersebut harus dipisahkan menjadi dua grup yang berbeda.

    Sekarang organisme dikelompokkan menjadi tiga kategori yang

    disebut domain yaitu bacteria, archaea, dan eukaryotes. Domain

    diletakkan di atas level kingdom (Betsy, 2007).

    A. Archaea

    Archaea dapat hidup pada lingkungan yang sangat panas atau

    sangat dingin, menjadikannya sebagai mikroorganisme yang dapat

    hidup di lingkungan yang dapat membunuh bakteri lain. Misalnya

    Unit Pembelajaran III 7

    Gambar 4. Taksonomi tiga domain (Betsy, 2007)

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    8/21

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    9/21

    pada traktus digestivus). Kemudian ada Helicobacter pylori yang

    menyebabkan infeksi lambung.

    2. Gram-Negative Aerobic Rods and Cocci

    Bakteri golongan ini banyak yang menyebabkan penyakit

    pada manusia dan penting dalam industri. Ada 11 bakteri dalam

    golongan ini:

    - Pseudomonads - Brucella

    - Pseudomonads aeruginosa - Bordetella pertusis

    - Legionella pneumophilia - Franeisella tularensis

    - Legionella micdadei - Agrobacterium

    tumefaciens

    - Moraxella lacunata - Acetobacter dan

    gluconobacter

    3. Facultatively Anaerobic Gram-Negative Rods

    Bakteri golongan ini bersifat Gram-negatif, berbentuk batang

    dan dapat hidup dengan atau tanpa oksigen. Terdapat tiga

    anggota utama dalam golongan ini:

    - Enterics. Enterobacteriaceae merupakan bakteri yang

    ditemukan dalam intestinum hewan dan manusia dan

    mempunyai flagella di seluruh permukaan (peritrik) untuk

    bergerak. Enteric melakukan fermentasi glukosa dan

    menghasilkan karbon dioksida dan gas lain. Contoh dari

    enteric adalah bakteri Escherichia coli, yang secara normal

    berkembang di intestinum, namun dapat patogen jika hidup di

    organ lain. Salmonella typhi juga termasuk golongan ini.

    - Vibrio. Hidup pada lingkungan akuatik dan beberapa hhidup

    dalam saluran pencernaan hewan dan manusia.

    Unit Pembelajaran III 9

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    10/21

    - Pasterurella-Haemophilus. Berukuran sangat kecil, berbentuk

    batang. Merupakan penyebab berbagai penyakit pada hewan

    dan manusia.

    4. Anaerobic Gram-Negative Cocci and Rods

    Bakteri golongan ini dapat hidup pada kondisi anaerob dan

    non-motil, tidak membentuk endospora. Golongan ini juga

    disebut Bacteroides, hidup dalam saluran pencernaan manusia,

    bersifat patogen.

    5. Rickettsias and Chlamydias

    Merupakan parasit intraseluler yang membutuhkan inang

    untuk reproduksi. Bakteri ini bersifat Gram-negatif dan tidak

    memiliki flagella. Bakteri ini pernah dianggap sebagai virus

    karena menyerang ke dalam sel, namun bakteri ini memiliki

    dinding sel dan berisi DNA dan RNA sehingga tidak digolongkan

    sebagai virus.

    6. Mycoplasma

    Merupakan bakteri anaerobik fakultatif yang sangat kecil,

    bentuknya bermacam-macam (pleomorphic), tidak memiliki

    flagella, dan pernah dianggap sebagai virus karena dinding

    selnya tipis. Mikoplasma juga mirip fungi karena beberpa

    mikoplasma memproduksi filamen yang umum ditemukan pada

    fungi.

    7. Gram-Positive Cocci

    Merupakan golongan bakteri Staphylococcus dan

    Streptococcus yang memiliki peran penting dalam bidang

    kesehatan.

    8. Endospore-Forming Gram-Positive Rods and Cocci

    Merupakan golongan bakteri yang terutama berbentuk

    batang, misalnya Bacillus dan Clostridium. Sedangkan yang bulat

    adalah genus Sporosarcina. Bakteri golongan ini bersifat saprofit.

    Unit Pembelajaran III 10

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    11/21

    Dapat hidup secara aerob, anaerob fakultatif, anaerob obligat,

    atau mikroaerofilik. Proses pembentukan endospora pada bakteri

    ini sangat penting dalam ilmu kedokteran dan industri makanan,

    karena endospora mampu bertahan pada suhu panas dan bahan

    kimia lainnya.

    9. Regular Nonsporing Gram-Positive Rods

    Bakteri golongan ini hidup dengan melakukan fermentasi zat

    yang diproduksi tumbuhan dan hewan. Misalnya bakteri

    Lactobacillus yang menghasilkan asam laktat dari karbohidrat.

    10. Irregular Nonsporing Gram-Positive Rods

    Bakteri ini memiliki bentuk yang bermacam-macam

    (pleomorfik), misalnya bakteri Corynebacteria diphtheriae yang

    berbentuk elips dan menyebabkan difteri.

    11. Mycobacteria

    Mycobacteria memerlukan oksigen (aerobik) dan merupakan

    bakteri yang mirip fungi. Bakteri ini tetap berwarna merah ketika

    diwarnai acid-fast, dimana bakteri lain berwarna biru.

    12. Nocardia Forms

    Nocardia merupakan golongan bakteri yang berbentuk

    silinder panjang seperti benang yang hidup di tanah dan

    membutuhkan oksigen untuk hidup. Bersifat Gram-positif dan

    non-motil (Betsy, 2007).

    III. STRUKTUR DAN FUNGSI ORGANELA DARI JAMUR

    A. Karakteristik Fungi

    - Eukaryotik

    - Memproduksi spora secara seksual dan aseksual

    - Tumbuh sebagai hifa atau yeast

    Unit Pembelajaran III 11

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    12/21

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    13/21

    Yeast adalah fungi uniseluler dan bereproduksi dengan

    pembelahan, namun ada juga yang membentuk filamen.

    Pembelahan terjadi ketika sel terpisah membentuk dua sel baru.

    Yeast memiliki bentuk bulat atau oval, dan umumnya tidak

    menghasilkan filamen. Yeast juga dapat melakukan reproduksi

    seksual (Betsy, 2007). Umumnya sel yeast lebih besar daripada

    bakteri, tetapi yeast terkecil tidak lebih besar dari bakteri yang

    terbesar. Yeast berukuran antara panjang 1-5 m dan lebar 5-30

    m. Bentuknya biasanya bulat, memanjang, atau bulat telur

    (Pelczar, 2007).

    D. Mold

    Ketika moldmembentuk spora aseksual, sporanya akan

    memisahkan diri dari induknya dan tumbuh menjadi moldbaru.

    Proses ini termasuk reproduksi karena adanya organisme baru yang

    tumbuh dari spora (Betsy, 2007).

    Unit Pembelajaran III 13

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    14/21

    IV. KLASIFIKASI JAMUR

    Klasifikasi kingdom Fungi dibagi menjadi lima divisi:

    Chytridiomycota, Glomeromycota, Zygomycota, Ascomycota, and

    Basidiomycota (Glazer & Nikaido, 2007). Lebih dari 70.000 spesies

    fungi telah ditemukan, tetapi diperkirakan terdapat total 1,5 juta

    spesies fungi di dunia. Analisis secara filogenetik berdasarkan 18S

    rDNA dan rangkaian protein mengindikasikan fungi lebih mirip hewan

    daripada tumbuhan ataupun alga.

    Berdasarkan analisis molekuler, fungi terbagi menjadi 5 divisi.

    Pertimbangan lain dalam pembagian fungi adalah berdasarkan

    morfologi reproduksinya, tahapan reproduksi, dan komposisi dinding

    sel yang secara umum mengandung 80% sampai 90% polimer

    polisakarida, sisanya protein dan lipid (Glazer & Nikaido, 2007).

    A. Chytridiomycota

    Dinding sel Chytrids berisi chitin (polimer asetilglukosamin),

    merupakan ciri khas polisakarida pada fungi. Sel reproduksinya

    (gamet) mempunyai flagelum sehingga mampu berenang. Fungi

    golongan lain tidak memiliki flagela. Chytrids dapat ditemukan pada

    lingkungan akuatik, yaitu air tawar dan air laut. Kebanyakan bersifat

    saprofitis. Contohnya Rhyzophlyctis rosea, yang sering ditemukan

    sebagai dekomposer selulosa di tanah. Yang lain hidup sebagai

    parasit pada tumbuhan, serangga, dan amphibi.

    B. Glomeromycota

    Merupakan divisi dari fungi arbuscular mycorrhizal (AM). Fungi

    AM hidup secara simbiosis obligat dan merupakan organisme

    aseksual. Kata mycorrhiza (mikoriza) bermakna sebagai hubungan

    fisik antara miselium fungi dengan akar tumbuhan. Tanaman

    dengan mikoriza lebih dapat bertahan hidup dalam tanah yang

    infertil (tidak subur). Perpanjangan miselium menyerap nutrisi

    anorganik, seperti fosfat, dan menyediakannya untuk tanaman,

    yang kemudian menghasilkan karbohidrat untuk dimanfaatkan

    fungi. Fungi AM sangat bermanfaat secara ekologis dan ekonomis.

    Unit Pembelajaran III 14

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    15/21

    Selain memberikan nutrisi bagi tanaman, fungi AM mampu

    mengontrol hama seperti nematoda dan jamur patogen lain.

    C. Zygomycota

    Anggota Zygomycota memproduksi spora aseksual yang

    nonmotil (zygospora) yang dibentuk di sporocarp. Talusnya

    bermiselium dan aseptat. Dinding sel terbentuk dari chitosan

    (polimer glukosamin, tanpa atau kekurangan asetil) dan chitin.

    Contoh organismenya ialah Mucor dan Rhizopus, yang merupakan

    saprofit pada tanah. Rhizopus nigricans telah lama dimanfaatkan

    untuk memproduksi asam sitrat. Entomophthora merupakan parasit

    penting pada serangga seperti lalat rumah dan aphid.

    D. Ascomycota

    Ascomycota merupakan divisi terbesar dari fungi,

    beranggotakan sekitar 15.000 spesies. Struktur vegetatifnya dapat

    berbentuk sel tunggal (pada yeast) atau filamen bersepta. Dinding

    sel tersusun dari chitin dan glucans. Reproduksi seksual

    menggunakan spora pada askus. Contoh organisme pada divisi ini

    adalah Neurospora (kapang roti) dan Saccharomyces (ragi kue dan

    ragi bir).

    E. Basidiomycota

    Basidiomycota membentuk spora seksual pada sel khusus yang

    disebut basidium. Seperti Ascomycota, struktur vegetatifnya dapat

    berupa uniseluler atau miselium bersepta. Dinding sel tersusun dari

    glucans dan chitin. Contoh anggota basidiomycota adalah Serpula

    lacrymans, jamur penyebab pembusukan kayu. Spesies Agaricus

    merupakan basidiomycota yang biasa dikonsumsi manusia.

    F. Deuteromycota

    Grup tambahan ini dibuat sebagai tempat fungi yang hanya

    diketahui tahap reproduksi aseksualnya. Karena tahap seksualnya

    tidak ada, tidak diketahui, atau hilang, dan hanya struktur

    aseksualnya (konidia) yang ada, maka fungi ini disebut juga sebagai

    Unit Pembelajaran III 15

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    16/21

    fungi imperfecti. Struktur vegetatifnya dapat berupa uniseluler

    (yeast) atau miselum bersepta seperti ascomycetes dan

    basidiomycetes. Polisakarida dinding selnya adalah glucans dan

    chitin. Anggota dari grup deuteromycota yang penting misalnya

    adalahAspergillus dan Penicillium (Glazer & Nikaido, 2007).

    V. METODE PEWARNAAN PADA BAKTERI DAN JAMUR

    A. Tipe Pewarnaan

    1. Pewarnaan Sederhana

    Pewarnaan sederhana menggunakan teknik pewarnaan

    basa yang digunakan untuk menunjukkan bentuk dari sel dan

    struktur di dalam sel. Methylene blue, safranin, carbolfuchsin

    dan crystal violetadalah pewarna yang umum digunakan pada

    laboratorium mikrobiologi.

    2. Pewarnaan Diferensial

    Pewarnaan diferensial terdiri atas dua atau lebih teknik

    pewarnaan dan digunakan untuk prosedur identifikasi bakteri.

    Dua dari banyak pewarnaan diferensial yang umum digunakan

    adalah pewarnaan Gram (Gram stain) danZiehl-Nielsen acid-fast

    stain (Betsy, 2007).

    B. Metode Pewarnaan Gram

    Pada tahun 1884 Hans Christian Gram, seorang ilmuan dari

    Denmark, mengembangkan pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram

    merupakan metode pewarnaan untuk mengklasifikasikan bakteri.

    Mikroorganisme Gram-positif tercat ungu, sedangkan

    mikroorganisme Gram-negatif tercat merah muda. Staphylococcus

    aureus, sejenis bakteri yang meracuni makanan, adalah gram-

    positif. Escherichia coli merupakan gram-negatif (Betsy, 2007).

    Langkah kerja pewarnaan gram (Betsy, 2007):

    1. Siapkan spesimen menggunakan heat fixation process:

    - Siapkan kaca objek yang bersih

    Unit Pembelajaran III 16

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    17/21

    - Ambil sampel biakan bakteri

    - Letakkan mikroorganisme hidup pada kaca objek

    - Keringkan sebentar di udara terbuka kemudian lewatkan

    melalui pembakar bunsen tiga kali

    - Panas menyebabkan mikroorganisme melekat pada kaca

    objek.

    2. Teteskan pewarna crystal violetpada spesimen

    3. Teteskan iodin pada spesimen menggunakan tetes mata, iodin

    membantu crystal violet untuk menempel pada spesimen. Iodinmerupakan bahan kimia yang melekatkan pewarna ke spesimen.

    4. Cuci spesimen dengan etanol/larutan alkohol-aseton, lalu bilas

    dengan air.

    5. Cuci spesimen untuk menghilangkan kelebihan iodin. Spesimen

    akan menunjukkan warna ungu.

    6. Cuci spesimen dengan etanol/alkohol-aseton untukmenghilangkan warna.

    7. Cuci spesimen dengan air.

    8. Teteskan safranin ke spesimen menggunakan tetes mata.

    9. Cuci spesimen.

    10. Gunakan tisu/kertas hisap untuk mengeringkan spesimen.

    11. Spesimen siap dilihat dibawah mikroskop. Gram-positif terlihat

    ungu, dan gram-negatif terlihat merah muda.

    C. Pewarnaan Jamur (Anonim, 2009)

    Unit Pembelajaran III 17

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    18/21

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    19/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, (2009). Detection of Fungi using Stains/Staining Reactions.Http://www. rapidmicrobiology.com/news/1054h28.php. Diaksestanggal 27 September 2010

    Betsy, T. (2007). Microbiology Demiystified, A Self Teaching Guide.New York: McGraw-Hill

    Glazer, A. N., & Nikaido, H. (2007). Microbial Biotechnology. New York:Cambridge University Press

    Pelczar, M. J. (2007). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: PenerbitUniversitas Indonesia

    Todar, K. (2009). Online Textbook of Bacteriology.Http://www.textbookof bacteriology.net : Diakses tanggal 27September 2010

    Unit Pembelajaran III 19

  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    20/21

    Perbedaan membran sel dengan dinding sel

    Kapsul berfungsi sbg cadangan makanan?DNA double helix pd bakteri?

    Peptidoglikan di dinding sel? Untuk staining?Bakteri patogen dan non-patogen?Gram indeterminant dan variable?Staining untuk jamur?Teknik identifikasi selain staining?

    Taxonomic characterization of bacteriaThere is considerable diversity even within a species. Thus comparisons of speciesinvolve comparisons of multiple strains for each species. Comparisons are primarilybased on chemical or molecular analysis.Chemical analysisSophisticated tools are available for studying the structural composition of bacteria

    (most commonly fatty acid, carbohydrate or ubiquinone profiling). Characterization ofsecreted metabolic products (e.g. volatile alcohols and short chain fatty acids) is alsohelpful.Molecular analysisIt would be ideal to compare sequences of entire bacterial chromosomal DNA, but thisis currently not feasible. Millions of nucleotides have to be sequenced for each strain.In the past several years, sequencing of the entire genomes of one representative (i.e.a strain) of a few bacterial species has been achieved. In each case, this has involvedmassive amounts of work by large research groups dedicated to the task ofsequencing. Alternatively, genomic similarity has been historically assessed by thecontent of guanine (G) plus cytosine (C), usually expressed as a percentage (% GC).

    This has been replaced by two alternatives - hybridization and sequencing (mostcommonly of the gene coding for 16S rRNA).DNA-DNA homology (or how well two strands of DNA from different bacteria bind[hybridize] together) is employed to compare the genetic relatedness of bacterialstrains/species. If the DNA from two bacterial strains display a high degree ofhomology (i.e. they bind well), the strains are considered to be members of the samespecies. DNA from different bacterial species (unless closely related) display nohomology.In the last few years, sequencing of 16S ribosomal RNA molecules (16S rRNA) hasbecome the "gold standard" in bacterial taxonomy. The molecule is approximatelysixteen hundred nucleotides in length. The sequence of 16S rRNA provides a measureof genomic similarity above the level of the species allowing comparisons ofrelatedness across the entire bacterial kingdom. Closely related bacterial species oftenhave identical rRNA sequences. The technique thus provides complementaryinformation to DNA-DNA hybridization. Determinations of the sequence of 16S rRNAgenes and other genetic regions are used in identification in the clinical microbiologylaboratory.Approaches to rapid diagnosis without prior cultureCertain human pathogens (including the causative agents of tuberculosis, Lymedisease and syphilis) either cannot be isolated in the laboratory or grow extremelypoorly. Successful isolation can be slow and in some instances impossible. Directdetection of bacteria without culture is possible in some cases.A simple approach to rapid diagnosis (as an example of antigen detection) is used inmany doctor's offices for the group A streptococcus. The patient's throat is swabbedand streptococcal antigen extracted directly from the swab (without priorbacteriological culture). The bacterial antigen is detected by aggregation(agglutination) of antibody coated latex beads.Bacterial DNA sequences can be amplified directly from human body fluids (thepolymerase chain reaction, PCR). In this fashion large amounts of specific genes orportions of genes can be generated and readily detected. For example, great success

    has been achieved in rapid diagnosis of tuberculosis.

    Unit Pembelajaran III 20

    http://www.mondofacto.com/facts/dictionary?query=ubiquinonehttp://www.mondofacto.com/facts/dictionary?query=ubiquinone
  • 7/23/2019 7 Scenario 3

    21/21

    Finally, direct microscopic observation of certain clinical samples for the presence ofbacteria can be helpful (e.g. detection ofM. tuberculosis in sputum).Serologic identification of an antibody response (in patient's serum) to the infectingagent can only be successful several weeks after an infection has occurred.

    U it P b l j III 21