07t

9
At-Tatswib Dalam Adzan subuh tidak berdasar Posted on November 10, 2011 by muttaqi89 Standar PENGERTIAN AT TATSWIB At Tatswib dalam bahasa Arab berasal dari kata ( اب ث) yang berarti kembali. Ada juga yang menyatakan dari kata ( وب ث) , jika memberi isyarat dengan pakaiannya setelah selesai memberitahu orang lain.[1] Sehingga secara etimologi bahasa Arab, kata At Tatswib bermakna mengulangi pengumuman setelah pengumuman, dan digunakan untuk menyebut ucapan muadzin ash shalatu khairun minan naum ( وم ن ل ا ن م ر ي خ لاة ص لا) pada adzan shalat Subuh setelah ucapan hayya ‘ala al falaah dua kali. Namun dalam penggunaan kata At Tatswib ini terdapat pada tiga perkara: 1). Ucapan muadzin pada shalat Subuh, yaitu ash shalatu khirum minan naum ( وم ن ل ا ن م ر ي خ لاة ص لا), isebagaimana yang difahami oleh banyak orang. Demikianlah disampaikan Imam Al Khathaabi, bahwa orang umum tidak mengenal At Tatswib, kecuali ucapan muadzin وم ن ل ا ن م ر ي خ لاة ص لا. 2). Iqamat, berdasarkan hadits Rasulullah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam اَ ذ َ فَ ن ي ذ$ % َ ت ل اَ عَ م$ سَ يَ ى لاَ تَ حٌ اطَ رُ ضُ هَ لَ وُ نَ ط$ يَ ش ل اَ رَ ب$ ذَ % ا ةَ لاَ ص ل لَ ي وذُ ث اَ ذ اَ ل َ فَ مَ لَ سَ و ه$ يَ لَ عُ له ى الَ لَ ص له الَ ولُ سَ رَ نَ % اُ ولُ قَ ي ه س$ فَ يَ و ء$ رَ م$ ل اَ نْ X يَ بَ ر ط$ خَ ي ىَ تَ حَ لَ ب$ قَ % اَ ب ي و$ نَ لت ىاَ ضَ ق اَ ذ ىاَ تَ حَ رَ ب$ ذَ % ا ةَ لاَ ص ل ا ثَ ب وُ ث اَ ذ ىاَ تَ حَ لَ ب$ قَ % اَ اءَ د ت ل ىاَ ضَ ق ىَ لَ ص$ مَ ك ي رْ دَ ثَ لاُ لُ جَ ر ل اَ لَ m طَ ي ىَ تَ حُ رُ ك$ o دَ ث$ نُ كَ ث$ مَ ل َ م ل اَ دَ ك$ رُ ك$ ا اذَ دَ ك$ رُ ك$ اذ“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Jika dikumandangkan adzan untuk shalat, maka setan lari dan ia memiliki suara kentut sampai ia tidak mendengar adzan. Jika selesai adzan, maka ia datang kembali, sampai jika diiqamatkan untuk shalat, maka ia akan lari lagi

Transcript of 07t

At-Tatswib Dalam Adzan subuh tidak berdasar

At-Tatswib Dalam Adzan subuh tidak berdasar

Posted on muttaqi89November 10, 2011

by StandarPENGERTIAN AT TATSWIBAt Tatswib dalam bahasa Arab berasal dari kata ( ) yang berarti kembali. Ada juga yang menyatakan dari kata () , jika memberi isyarat dengan pakaiannya setelah selesai memberitahu orang lain.[1]

Sehingga secara etimologi bahasa Arab, kata At Tatswib bermakna mengulangi pengumuman setelah pengumuman, dan digunakan untuk menyebut ucapan muadzin ash shalatu khairun minan naum ( ) pada adzan shalat Subuh setelah ucapan hayya ala al falaah dua kali.

Namun dalam penggunaan kata At Tatswib ini terdapat pada tiga perkara:1). Ucapan muadzin pada shalat Subuh, yaitu ash shalatu khirum minan naum ( ), isebagaimana yang difahami oleh banyak orang. Demikianlah disampaikan Imam Al Khathaabi, bahwa orang umum tidak mengenal At Tatswib, kecuali ucapan muadzin .

2). Iqamat, berdasarkan hadits Rasulullah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Jika dikumandangkan adzan untuk shalat, maka setan lari dan ia memiliki suara kentut sampai ia tidak mendengar adzan. Jika selesai adzan, maka ia datang kembali, sampai jika diiqamatkan untuk shalat, maka ia akan lari lagi sehingga selesai At Tatswib (iqamat), maka ia datang kembali sehingga membisikkan (mengganggu) antara seseorang dengan hatinya; setan berkata,Ingatlah ini dan itu, untuk sesuatu yang belum pernah ia ingat sebelumnya, sehingga seseorang itu berada dalam keadan tidak tahu jumlah rakaat shalatnya.[2]

Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan, mayoritas ulama menyatakan bahwa yang dimaksud dengan At Tatswib dalam hadits ini adalah iqamat. Demikian ini yang ditegaskan oleh Abu Awanah dalam Shahih-nya, al Khathabi dan al Baihaqi. Imam al Qurthubi menyatakan, kalimat ( ) bermakna jika diiqamatkan, dan asalnya ia mengulang sesuatu yang menyerupai adzan. Dan setiap orang yang mengulang-ulang suaranya, (dalam bahasa Arab) dinamakan mutsawwib[3]

3). Ucapan muadzin antara adzan dan iqamat :

Ini merupakan istilah khusus dalam madzhab Abu Hanifah, dan amalan ini tidak ada dasarnya. Bahkan Ibnu Umar menganggapnya sebagai perbuatan bidah, sebagaimana diriwayatkan at Tirmidzi dalam Sunan-nya.

Imam at Tirmidzi menyatakan, para ulama berselisih pendapat tentang tafsir At Tatswib. Sebagian mereka menyatakan, At Tatswib adalah ucapan dalam adzan Subuh ( ). Demikian ini pendapat Ibnu al Mubarak dan Imam Ahmad. Sedangkan Imam Ishaaq berpendapat lain, beliau menyatakan, At Tatswib yang dilarang adalah yang diada-adakan orang setelah masa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, yaitu jika muadzin telah selesai beradzan, maka ia diam sebentar menunggu orang-orang dengan membacakan antara dan iqamat:

.

Imam at Tirmidzi berkata: Apa yang disampaikan Imam Ishaaq tersebut adalah, At Tatswib yang dilarang para ulama dan diada-adakan orang setelah masa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Adapun tafsir Ibnu al Mubarak dan Ahmad menyebutkan, bahwa At Tatswib adalah ucapan muadzin dalam shalat Subuh adalah pendapat yang benar, dan dinamakan juga At Tatswib. Inilah yang dirajihkan (dikuatkan) para ulama [4]

Dalam pembahasan kali ini, kami akan mengangkat masalah At Tatswib makna yang pertama, yaitu ucapan muadzin ash shalatu khairun minan naum ( ) pada adzan shalat Subuh setelah ucapan hayya ala al falaah dua kali

HUKUM DAN SYARIATNYAAt Tatswib disyariatkan berdasarkan hadits Abul Mahdzurah yang berbunyi:

Jika shalat Subuh, aku mengucapkan [HR Abu Dawud, no. 501; An Nasa-i, 2/7-8 dan Ahmad 3/408; dan dishahihkan al Albani di dalam Takhrij al Misykah, no. 645]

Berdasarkan hadits ini, mayoritas ulama menghukumi At Tatswib sebagai sunnah pada adzan Subuh.[5]

Penulis kitab Shahih Fiqh as Sunnah menyatakan: At Tatswib dalam adzan fajar telah diriwayatkan dari hadits Bilal, Saad al Qartz, Abu Hurairah, Ibnu Umar, Naim an Nahaam, Aisyah, Abu al Muahdzurah. Namun dalam sanad-sanadnya terdapat kelemahan. Yang terbaik dari semuanya adalah tiga riwayat terakhir, dan ia dengan keseluruhannya telah menunjukkan pensyariatan At Tatswib dalam adzan fajar.[6]

BAGAIMANA MENJAWAB AT TATSWIBBila seseorang mendengar At Tatswib, maka disyariatkan membalas dengan mengucapkan kalimat

, ini berdasarkan keumuman hadits Abu Said al Khudri yang berbunyi:

Sesungguhnya Rasulullah n bersabda: Jika kalian mendengar adzan, maka jawablah seperti yang disampaikan muadzin. [Muttafaqun alaihi] [7]

AT TATSWIB DI LUAR ADZAN SUBUHTelah dipaparkan di atas pensyariatan dan hukum At Tatswib dalam adzan Subuh. Namun dalam masalah ini ada sebagian ulama madzhab Hanafiyah dan Syafiiyah yang membolehkan At Tatswib di waktu Isya. Dalih yang dikemukakan, karena waktu Isya adalah waktu lalai dan tidur seperti Subuh. Sebagian ulama madzhab Syafiiyah bahkan memperbolehkannya dalam semua waktu shalat. Pendapat seperti ini merupakan perbuatan bidah yang menyelisihi sunnah. Ibnu Umar telah mengingkarinya sebagaimana tersebut dalam riwayat Mujahid, beliau berkata:

Aku dahulu bersama Ibnu Umar, lalu ada seorang mengucap at tatswib pada shalat Dhuhur atau Ashar, maka beliau berkata: Mari kita keluar, karena ini merupakan perbuatan bidah. [HR Abu Dawud dan dihasankan Syaikh al Albani dalam al Irwa, no. 236][8]

At Tirmidzi juga membawakan riwayat dari Imam Mujahid, ia berkata :

Aku bersama Abdulah bin Umar masuk satu masjid yang telah dikumandangkan adzan padanya dan kami ingin shalat disana, lalu muadzin melakukan At Tatswib. Kemudian Ibnu Umar keluar dari masjid dan berkata marilah kita keluar dari mubtadi ini, dan tidak shalat di masjid tersebut. Imam at Tirmidzi mengomentari riwayat ini: Abdullah bin Umar melarang At Tatswib yang diada-adakan orang setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam .[9]

WAKTU DIUCAPKAN AT TATSWIBDalam masalah waktu diucapkan At Tatswib, terdapat dua pendapat di kalangan ulama. Pertama, diucapkan pada adzan awal sebelum waktu Subuh. Kedua, dilakukan pada waktu adzan Subuh?

Pendapat pertama menyatakan bahwa At Tatswib dilakukan pada adzan pertama sebelum adzan masuk waktu Subuh, dengan mendasarkan hadits Ibnu Umar yang berbunyi:

Ibnu Umar dahulu berkata pada adzan awal setelah al falaah (ucapan) : dua kali.

Lafadz hadits Abu al Mahdzurah yang berbunyi:

Dan jika kamu beradzan di awal dari Subuh, maka ucapkanlah [11]: .

Dalam lafadz lainnya disebutkan:

Pada yang pertama dari Subuh.[12]

Pendapat inilah yang dirajihkan Syaikh al Albani. Beliau rahimahullah menyatakan, At Tatswib disyariatkan hanya di adzan awal Subuh yang dikumandangkan sebelum masuk waktu sekitar seperempat jam, dengan dasar hadits Ibnu Umar yang berbunyi :

Dahulu berkata pada adzan awal setelah al falaah : dua kali. [Diriwayatkan al Baihaqi, 1/423 dan demikian juga ath Thahawi dalam Syarhu al Maani, 1/82 dan sanadnya hasan, sebagaimana disampaikan al Hafizh]

Sedangkan hadits Abu al Mahdzurah mutlak mencakup dua adzan, namun adzan yang kedua bukan yang dimaksudkan, karena ada yang mengikatnya dalam riwayat lainnya dengan lafadz :

Dan jika kamu beradzan di awal dari Subuh, maka ucapkanlah : .Diriwayatkan oleh Abu Dawud, An Nasa-i, Ath Thahawi dan lainnya, dan hadits ini tercantum dalam Shahih Abu Dawud, no. 510-516, sehingga haditsnya ini mendukung hadits Ibnu Umar. Oleh karena itu, setelah menyampaikan lafadz an Nasaa-i, ash Shanani berkata di dalam kitab Subulus Salaam 1/167-168: Dalam hadits ini ada taqyid (unsur yang membatasi) terhadap riwayat yang mutlak.

Ibnu Ruslaan berkata: Ibnu Khuzaimah menshahihkan riwayat ini. Ia berkata, pensyariatan At Tatswib hanyalah di adzan pertama fajar, karena untuk membangunkan orang yang tidur. Sedangkan adzan kedua, untuk pemberitahuan masuk waktu dan mengajak shalat.

Saya (Syaikh al Albani) berkata : Berdasarkan hal ini, maka kata tidak termasuk lafadz adzan yang disyariatkan untuk mengajak orang shalat dan memberitahu masuknya waktu shalat. Akan tetapi, ia termasuk lafadz yang disyariatkan untuk membangunkan orang tidur.[13]

Syaikh al Albani juga berkata: Setelah menyampaikan hadits Abu al Mahdzurah dan Ibnu Umar di atas, Imam ath Thahawi berkata secara tegas yang menunjukkan bahwa At Tatswib ada pada adzan pertama. Demikian ini pendapat Abu Hanifah, Abu Yusuf dan Muhammad rahimahullah .[14]

Adapun pendapat kedua, yang menyatakan At Tatswib dilakukan pada adzan Subuh, yaitu adzan kedua, berdalil dengan hadits-hadits yang tidak memberikan batasan pada adzan awal dan membawa hadits-hadits yang ada penentuan di adzan pertama kepada makna adzan pertama untuk menentukan masuknya waktu subuh, karena Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyatakan:

Antara dua adzan ada shalat sunnah. Inilah yang dirajihkan Lajnah Daimah lil Buhuts Islamiyah wa al Ifta (Saudi Arabia)[15] dan Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin.

Syaikh Ibnu Utsaimin berkata: Sebagian orang pada zaman sekarang telah salah dalam memahami, bahwa yang diinginkan dengan adzan yang ada pelafadzan dua kalimat ini ialah adzan sebelum fajar. Syubhat mereka dalam hal ini, yaitu adanya sebagian lafadz hadits yang berbunyi: (dan jika kamu beradzan di awal dari Subuh, maka katakanlah ). Mereka menganggap bahwa At Tatswib hanyalah ada pada adzan yang dikumandangkan di akhir malam; dan menyatakan bahwa At Tatswib dalam adzan pada waktu masuk Subuh adalah bidah.

Maka kami (Syaikh Ibnu Utsaimin) menjawab, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyatakan:

Beliau menyatakan , dan sudah dimaklumi bahwa adzan yang ada di akhir malam bukan untuk shalat Subuh, namun sebagaimana dikatakan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, (maksudnya ialah):

Untuk membangunkan orang yang tidur dan mengembalikan orang yang bangun (untuk istirahat mempersiapkan diri).

Sedangkan shalat Subuh tidak diadzankan, kecuali setelah terbit fajar Subuh. Kalau diadzankan sebelum terbit fajar Subuh, maka adzannya tidak sah, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:

Jika (waktu) shalat sudah datang, maka hendaklah salah seorang kalian beradzan untuk kalian.

Sudah jelas, bahwa shalat tidak datang kecuali setelah masuk waktu. Tinggal permasalahan pada lafadz hadits:

Maka kami (Syaikh Ibnu Utsaimin) jawab: Hal ini tidak masalah. Karena adzan dalam bahasa Arab bermakna pemberitahuan. Demikian juga iqamah adalah pemberitahuan. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata: (Antara dua adzan ada shalat sunnah). Yang dimaksud dengan dua adzan ini adalah adzan dan iqamat. Dalam Shahih al Bukhari ada disebutkan Dan Utsman menambah adzan ketiga dalam shalat Jumat, padahal sudah sangat jelas, bahwa Jumat hanya ada dua adzan dan satu iqamah, dan ia menamakannya adzan ketiga. Dengan demikian, hilangkan permasalahannya, sehingga At Tatswib dilakukan pada adzan shalat Subuh.[16]

BAGAIMANAKAH PENDAPAT YANG RAJIH?Penulis kitab Shahih Fiqhu as Sunnah menyatakan: Hadits-hadits yang telah disampaikan terdahulu, di antaranya ada yang menyebutkan At Tatswib tanpa penentuan waktunya, apakah di adzan pertama atau kedua; dan di antaranya ada yang menjelaskan bahwa ia di adzan pertama. Namun tidak ada satupun hadits yang menegaskan jika dilakukan di adzan kedua. Hal ini menunjukkan pensyariatan At Tatswib ada di adzan pertama, karena untuk membangunkan orang yang tidur. Sedangkan adzan kedua untuk memberitahu masuknya waktu dan mengajak shalat. Juga sudah dimaklumi, bahwa Nabi n memiliki dua muadzin untuk shalat fajar. Salah satunya ialah Bilal -dan At Tatswib juga ada riwayat darinya- dan kedua ialah Ibnu Ummi Maktum. Bilallah yang mengumandangkan adzan awal, dan tidak ada satu riwayat yang menyatakan Ibnu Ummi Maktum melakukan At Tatswib. [17]

Demikian, mudah-mudahan bermanfaat. Wallahu alam

________Footnote[1]. Fathul Bari (2/85), Ibnu Hajar, al Maktabah as Salafiyah, tanpa cetakan dan tahun.[2]. HR al Bukhari, kitab al Adzan, Bab Fadhlu al Tadzin.Lihat Fathul Bari, op.cit. (2/84-85).[3]. Fathul Bari, op.cit. (2/85).[4]. Sunan at Tirmidzi , tahqiq Ahmad Syakir (1/380-381).[5]. Lihat al Majmu (3/92) dan al Mughni (1/407).[6]. Shahih Fiqh as Sunnah (1/283),Abu Maalik Kamaal bin as Sayyid Saalim, al Maktabah at Taufiqiyyah, Mesir, tanpa cetakan dan tahun.[7]. Lihat asy Syarhu al Mumti (2/84) dan Shahih Fiqhu as Sunnah (1/286).[8]. Lihat Irwa al Ghalil (1/254), Syaikh al Albani, al Maktab al Islami.[9]. Sunan at Tirmidzi, tahqiq Ahmad Syakir (1/381).[10]. Hadits mauquf diriwayatkan al Baihaqi dan dihasankan al Albani dalam Tamamul Minnah (1/146).[11]. HR Ahmad (3/408-409); Abu Dawud, Bab Kaifa ad Adzan, no. 501; an Nasa-i, Bab al Adzan fis Safar (2/7); Abdurrazaaq dalam al Mushannaf, no.1821; Ibnu Abi Syaibah (1/204); Ibnu Khuzaimah, no. 385; Ibnu Hibban dalam Shahih-nya, no. 1673; ad Daraquthni (1/234) dan al Baihaqi (1/422) diringkas dari takhrij pentahqiq kitab asy Syarhu al Mumti, lihat 2/56.[12]. Lihat Shahih al Fiqhu as Sunnah, op.cit. (1/ 283).[13]. Dinukil dari Tamamul Minnah, 146-147.[14]. Ibid, 148.[15]. Lihat Fatawa Lajnah ad Daimah (1/59-61) soal no. 1396 dan 2678.[16]. Syarhu al Mumti (2/ 56-57).

[17] [Shahih Fiqhi As Sunnah, 1/284]