07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

88
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan kertas dari hari kehari terus meningkat, dengan demikian industri kertas akan berupaya meningkatkan produksinya. Hasil produksi dari industri kertas tersebuttelah dipasarkan secara Nasional (local) dan International (export). Tahun 2010 produksi kertas Indonesia mencapai 9,951 ton , dan tahun 2011 produksi kertas Indonesiamencapai angka 11,5 juta ton. Apabila di Korea Selatan dan di Swedia tidak terjadi penambahan produksi kertas secara signifikan, Indonesia menggeser peringkat kedua negara tersebut, sehingga dari peringkat ke-11 produsen kertas terbesar dunia naik peringkat Ke-9 sebagai produsen kertas terbesar didunia 1 . Semua kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak yang bersifat positip maupun negatip. Salah satu dampak negatipnya adalah pencemaran terhadap air permukaan/Daerah Aliran Sungai (DAS). Sejak tahun 2005 telah tercatat lebih dari 62 DAS sudah dalam keadaan kritis 2 . Satu diantaranya adalah sungai Citarum yang semakin kritis, dimana pabrik kertas PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills melimpahkan / menyalurkan air buangan 1 Sumber : Balai Besar Pulp dan Kertas , Kementrian Perdagangan , Bandung 2 Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum ( PU ) , Jakarta

Transcript of 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Page 1: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan akan kertas dari hari kehari terus meningkat, dengan

demikian industri kertas akan berupaya meningkatkan produksinya. Hasil

produksi dari industri kertas tersebuttelah dipasarkan secara Nasional (local)

dan International (export).

Tahun 2010 produksi kertas Indonesia mencapai 9,951 ton , dan

tahun 2011 produksi kertas Indonesiamencapai angka 11,5 juta ton. Apabila

di Korea Selatan dan di Swedia tidak terjadi penambahan produksi kertas

secara signifikan, Indonesia menggeser peringkat kedua negara tersebut,

sehingga dari peringkat ke-11 produsen kertas terbesar dunia naik peringkat

Ke-9 sebagai produsen kertas terbesar didunia1.

Semua kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak yang bersifat

positip maupun negatip. Salah satu dampak negatipnya adalah pencemaran

terhadap air permukaan/Daerah Aliran Sungai (DAS). Sejak tahun 2005

telah tercatat lebih dari 62 DAS sudah dalam keadaan kritis2. Satu

diantaranya adalah sungai Citarum yang semakin kritis, dimana pabrik kertas

PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills melimpahkan / menyalurkan air buangan

1Sumber : Balai Besar Pulp dan Kertas , Kementrian Perdagangan , Bandung 2Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum ( PU ) , Jakarta

Page 2: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 2 

yang mengandung limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari proses

pembuatan kertas, sehinggadiperlukan strategi yang tepat dalam

mengoptimalkan penurunan kadar pencemarannya agar tidak melampaui

daya dukung pemulihan DAS Citarum .

Pada Sungai Citarum telah dibangun 3 (tiga) waduk besar yaitu:

Waduk Saguling dibangun tahun 1986 dengan kapasitas 982 juta m³, Waduk

Cirata dibangun tahun1988 dengan kapasitas 2.165 juta m³, dan Waduk

Jatiluhur dibangun tahun 1963 dengan kapasitas 3.000 m³. Waduk Jatiluhur

merupakan waduk serba guna dan tertua diantara ketiga waduk yang ada di

Sungai Citarum tersebut. Fungsinya meliputi berbagai pemanfaatan yaitu

sebagai pasok air baku bagi PDAM di Jakarta (17,5 m³/s), air baku untuk

industri (110 m³/s), irigasi yang disalurkan melalui saluran Tarum Barat dan

Tarum Timur (600 m³/s dengan areal irigasi 242.000 ha), perikanan (40.000

unit jala apung dan sekitar 12,3 m³/s untuk kolam biasa dan air deras), PLTA

(1.387,5 MW), penggelontoran, pengendali banjir dan sarana rekreasi. Luas

DAS Citarum kira-kira 7.400 km², yang secara fisik ekologis terbagi menjadi

tiga bagian,yaitu ;

1. Bagian hulu memiliki luas 1.771 km², dengan batas antaraMajalaya

sampai dengan inlet Waduk Saguling.

2. .Bagian tengah denganluas 4.242 km², yaitu dari inlet Waduk Saguling

sampai dengan outlet Waduk Jatiluhur.

Page 3: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 3 

3. Bagian hilir yaitu dari outlet Waduk Jatiluhur sampai dengan muara

Gembong ke Laut Jawa dengan luas 1.387 km².

Secara hidrologis, DAS Citarum memiliki curah hujan rata-rata 2.300

mm/tahun, atau debit alirannya mencapai 5,7 milyar m³/tahun.

Debit sungai Citarum sangat berfluktuasi yaitu antara musim hujan dan

musim kemarau sangat jauh berbeda. Berdasarkan pengukuran debit di

lokasi Nanjung lokasi sebelum masuk Waduk Saguling debit rata rata sungai

Citarum adalah sekitar 70,67 m³/s.

DAS Citarum memiliki sangat banyak mata air, Citarum Hulu saja

mempunyai sekitar 400 buah mata air yang mempunyai potensi debit lebih

dari 15 m³/s.

Berbagai sumber air permukaan baik mata air atau juga badan sungai

serta air tanah dangkal banyak dimanfaatkan untuk keperluan domestik,

pertanian, perikanan atau juga industri.

Status mutu air adalah kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi

cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan

membandingkan terhadap baku mutu air3 yang ditetapkan oleh pemerintah.

Untuk melakukan penilaian status mutu air pada suatu sumber air,

yaitu diantaranya yang disajikan dalam hal-hal yang bersifat umum

menggunakan kelas air yang mengacu pada PP No. 82 Tahun 2001.

3Sumber: SLHI-2004, KLH yang telah di-update untuk S.Citarum, S.Ciliwung, dan S.Cisadane

Page 4: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 4 

Adapun hasil kajian yang telah dilakukan pada tahun 2004, yaitu Pusat

Litbang SDA sebagai salah satu nara sumber dalam penyusunan Status

Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) pada waktu itu, menghasilkan status

mutu air untuk berbagai sungai-sungai penting di Indonesia seperti terlihat

pada Tabel-1. 1

Tabel 1.1 Status Mutu Air Sungai di Indonesia

No Provinsi Sungai

Status Mutu Air dengan Metoda Indeks Pencemaran,

terhadap baku Mutu Air Klas II dari PP 82/2001

Hulu Hilir

1 Nangro Aceh Darussalam

Krueng Tamiang MB

2 Sumatera Utara Deli CR CR 3 Riau Kampar CR CR 4 Sumatera Barat Batang Agan CR CS 5 Jambi Batang Hari CR CS 6 Bengkulu Air Bengkulu CR CS 7 Sumatera Selatan Musi CR CR 8 Lampung W. Seakampung CR CR 9 Bangka Belitung Rangkui CS CR 10 Banten Kali Angke CR CS 11 Banten-Jawa Barat Cisadane CB CS 12 DKI Ciliwung CB CB 13 Jawa Barat Citarum CB CB Keterangan: MB-Memenuhi baku mutu air yang ditetapkan, CR-tercemar ringan, CS-tercemar sedang, CB-tercemar berat Sumber: SLHI-2004, KLH yang telah di Update untuk S.Citarum, S.Ciliwing, dan S. Cisadane

Page 5: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 5 

Disamping cara Storet tersebut di atas untuk menetapkan status mutu

air, dapat digunakan pula cara yang lainnya yaitu Indeks Fisika-Kimia yang

telah dicoba pada DAS Citarum oleh peneliti Balai Lingkungan Keairan, Pusat

Litbang SDA. Klasifikasi ini diharapkan dapat menyajikan kondisi yang lebih

realistis sesuai dengan kondisi lapangannya yaitu dengan membagi tujuh

kelas yaitu sangat baik, baik, agak baik, sedang, agak tercemar, tercemar

dan sangat tercemar. Indeks kimia fisika merupakan salah satu cara untuk

menilai kualitas air sungai atau suatu sumber air. Nilai indeks kimia fisika

dihitung berdasarkan 8 parameter kualitas air yaitu: persen kejenuhan

Oksigen, BOD, pH, Daya Hantar Listrik, Temperatur, Amonium, dan Nitrat

Tiap-tiap parameter tersebut mempunyai nilai sub-indeks dan faktor tersendiri

tergantung dari peranan parameter tersebut dalam mempengaruhi kualitas

air. Nilai indeks kimia fisika air sungai bervariasi antara 100 (seratus) untuk

air yang kualitasnya baik dan 0 (nol) untuk air yang kualitasnya buruk.

Secara keseluruhan status mutu air S.Citarum dengan indeks Fisika-

Kimia. Dari hasil kajian status mutu air menunjukkan bahwa sumber-sumber

air pada umumnya untuk sungai orde-1 telah tercemar berat (CB) hampir

disepanjang ruas sungainya. Hal ini disebabkan karena terlampauinya daya

tampung beban pencemaran. Tetapi untuk anak-anak sungai yang berada

pada orde-2 dan seterusnya., pada umumnya masih bersatus tercemar

ringan sampai dengan memenuhi baku mutunya. Namun khusus untuk ruas-

ruas sungai yang merupakan badan air penampungan untuk kegiatan

Page 6: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 6 

penduduk, pertanian ataupun industri pada umumnya telah tercemar sedang

sampai berat, dan bahkan sangat berat.

Berbagai strategi baik penegakan hukum ataupun program yang

bersifat khusus yaitu seperti Prokasih, SuperKasih dan Proper, namun status

mutu air masih tetap tidak membaik. Berdasarkan strategi pengelolaan

kualitas air dan pengendalian pencemaran air untuk kondisi seperti ini perlu

dilakukan program mutu air sasaran yang perlu diprogramkan secara

seksama agar setiap tahapan prosesnya untuk memperbaiki satu tingkat

kelas air diatasnya dapat tercapai. Hal ini perlu dikaji menggunakan konsep-

konsep pengelolaan kualitas air dan Status Mutu Air Sungai.

Pengendalian pencemaran air secara terpadu yang dilakukan dengan

cara optimasi pemanfaatan airnya dengan sistem yang terkoordinasi secara

baik dalam melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang mempunyai

komitmen tinggi untuk melaksanakan programnya serta pelaksanaan kontrol

yang tegas untuk mencapai tujuan akhir status mutu air sesuai ;

PP. No.82 Tahun 2001 seperti terlihat pada Tabel 1. 2.

Page 7: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 7 

Tabel 1.2 Perkiraan beban pencemaran BOD dan COD dari industri dan Pemukiman di DAS Citarum

No DAS Beban Pencemaran (ton/hari)

Industri Permukiman Jumlah BOD COD BOD COD BOD COD

1. Sub DAS Hulu 291,9 437,9 47,02 107,21 338,92 545,11

2. Sub Das Hilir 40,0 60,4 40,05 91,30 80,05 151,70

DAS Citarum 331,9 498,5 87,07 198,51 418,97 696,81

Sumber: Pusat Litbang SDA Balai Lingkungan Keairan, Kemeneterian Pekerjaan Umum jakarta, 2004

Mengingat masalah tersebut dan memperhatikan kegiatan aktifitas

pabrik kertas PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills , di Karawang yang

menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), maka perlu

diteliti apakah pabrik-pabrik kertas tersebut akan menambah kerusakan

sungai Citarum yang kita cintai ini. Sungai Citarum bagian hilir yang menjadi

pilihan untuk di teliti , membentang dari Waduk Jatiluhur hingga Muara

Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Dari tahun ke tahun kualitas dan kuantitas air sungai Citarum terus

menurun. Sehingga diperlukan kerja keras berbagai pihak terkait pemangku

kepentingan (stake holder) ; komitmen dalam “pelestarian lingkungan hidup”

bagi Daerah Aliran Sungai (DAS).

Satu industri kertas saja dengan target 1.000.000 ton per tahun sudah

selayaknya membangun dengan konsep pembangunan berkelanjutan

(sustainable development). Setiap pabrik perlu mencermati dampak negatip

Page 8: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 8 

yang ditimbulkan terhadap resiko pencemaran yang harus di minimalkan

(minimize) walaupun berpeluang akan menambah pertumbuhan

pembangunan daerah dibidang ekonomi dan pemberdayaan masyarakat

setempat (transfer teknologi).

Dampak negatip yang akan ditimbulkan tersebut seharusnya

diwujudkan dalam bentuk rencana yang matang dan selaras dengan upaya

pelestarian lingkungan. Industri Kertas dengan target 1.000.000 ton per

tahun termasuk industri besar, membutuhkan air bersih sebagai bahan baku

sekitar 10-30 m³ per ton kertas yang diproduksi, berarti volume air baku yang

dipasok melalui saluran Irigasi Tarum Barat dan saluran Irigasi Tarum Timur;

1.000.000 x 20 m³ : 330 hari = 60.606 m³ per hari dengan beban

pencemaran BOD sekitar 60.606.000 lt x 100 mg/lt = 6.060,6 kg/hari atau

6,06 ton/hari dan COD = 12,12 ton/hari serta TSS = 6,06 ton/hari, sehingga

air limbah tersebut berpotensial mencemari sungai Citarum. Terlihat pada

gambar berikut ini

Gambar 1. 1 : Lumpur (sludge) pada bak penampung sementara

Page 9: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 9 

Gambar 1. 2 : Lumpur (sludge ) setelah keluar dari “ Belt Press”

Dengan demikian maka setiap industri kertas wajib4 melaksanakan

pengelolaan air limbahnya melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

dengan serius memakai teknologi tepat , efisien melalui Sumber Daya

Manusia yang handal serta peduli terhadap lingkungan, agar produk yang

dihasilkan dapat bersaing baik didalam negeri maupun luar negeri (export),

sedangkan air buangannya setelah diolah melalui Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL) tersebut kadar pencemaran harus sudah memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah sesuai baku mutu air

buangan, sehingga dapat ditampung oleh badan penerima air permukaan

yaitu sungai dengan kadar pencemaran sudah tidak melampaui Daya

Dukung Lingkungan Hidup Daerah Aliran Sungai (DAS) .

4Kep-51/MENLH/10/1995, Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri

Page 10: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 10 

B. FokusPenelitian

1. Mencari titik pertemuan antara Teori dan Praktek di lapang dalam bidang

pengolahan air limbah pabrik kertas, berdasarkan kebijakan dan

kepedulian pemrakarsa terhadap pencemaran Daerah Aliran Sungai

(DAS) yang selama ini kurang dipentingkan.

2. Memberikan peluang lapangan kerja kepada saya dan teman-teman

untuk mengajarkan kepada pabrik kertas tidak menambah kritis DAS

serta bermanfaat bagi masyarakat disekitarnya dan mencarikan bentuk

IPAL yang lebih effisien .

C. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan aktifitas kegiatan pabrik kertas yang

menghasilkan limbah B3 dan merupakan ancaman kerusakan lingkungan

Daerah Aliran Sungai (DAS) maka, rumusan masalahnya adalah sebagai

berikut : Bagaimanakah strategi pabrik kertas PT. Pindo Deli melakukan

penurunan kadar limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), untuk

mencapai ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah yaitu tidak

melampaui Daya Dukung Lingkungan Hidup DAS Citarum , Kep-

51/MENLH/10/1995 dan PP. no. 82/2001.

Page 11: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 11 

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai :

1. Sebagai bahan masukkan yang perlu dipertimbangkan kepada top

manajemen pabrik-pabrik kertas lain, yang ingin berubah dengan

membangun dan mengoperasikan IPAL secara praktis dan mampu

memecahkan masalah-masalah yang timbul, merubah perilaku kearah

perbaikan peduli terhadap lingkungan. Pengalaman merupakan faktor

penting dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan sangat berguna.

2. Meningkatkan kemampuan SDM , manajer IPAL dan tenaga operator

dalam mengelola IPAL yang peka dan beretika lingkungan , mencintai alam

berarti ikut menyelamatkan generasi mendatang dari malapetaka akibat ulah

manusia yang tidak mempedulikan daya dukung lingkungan DAS.

3. Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku , sumber energi

tenaga listrik dan SDA yang tersedia disekitar pabrik (tanaman air seperti

eceng gondok dan bunga teratai) sehingga mahluk hidup lainnya yang

terdapat disungai tetap terpelihara sebagai satu ekosistem yang lestari.

4. Masyarakat disekitar pabrik masih tetap dapat menikmati kelestarian

DAS Citarum seperti panen ikan, air bersih dari sumur dangkal untuk

keperluan domestic serta pertambahan pendapatan/peningkatan ekonomi

yang lebih baik , dengan bertambahnya kegiatan masyarakat dengan jasa

transportasi, warung nasi , rumah kost .

Page 12: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Konsep Evaluasi Kebijakan

Menurut H. Igor Ansoff , 2002 , Manajemen strategi adalah

analisis yang logis tentang bagaimana perusahaan dapat beradaptasi

terhadap lingkungan baik yang berupa ancaman maupun kesempatan

dalam berbagai aktivitasnya.

Sedangkan menurut Fred R. David, 2001 ,Manajemen strategi adalah

seni dan ilmu untuk memformulasi, menginplementasi, dan mengevaluasi

keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai

tujuan.

Manajemen strategi yang diterapkan oleh PT. Pindo Deli Pulp and

Paper Mills adalah ; Management by Olympic System (MBOS) atau dikenal

dengan Manajemen Olimpiade Sistem, yang digunakan oleh seluruh

korporasi ASIA PULP & PAPER (bidang usaha pulp dan kertas perusahaan

Sinar Mas), perusahaan ini tersebar di beberapa negara di dunia, hingga hari

ini mereka menerapkan pola manajemen MBOS tersebut. Para kalangan

praktisi maupun pakar bisnis mengakuinya bahwa MBOS adalah rahasia

spesial yang dimiliki APP, Sinar Mas dalam menempa daya tahan untuk

bertahannya memenangkan persaingan bisnis. Berbagai krisis moneter

Page 13: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 13 

sanggup diatasinya, tidak ada kelumpuhan yang berarti bagi perusahaan

bubur kertas dan kertas 'digdaya' pemanfaat sumber hutan itu.

Kandungan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa

suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung Bahan Berbahaya dan

Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau

komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik

secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau

merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,

kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain5.

Tentang prinsip manajemen MBOS, tidak cukup hanya dengan satu

tulisan singkat membahasnya, ada training bertahap yang perlu didikuti oleh

karyawan ASIA PULP & PAPER (APP), namun secara sederhana MBOS

mengajarkan sistem pengelolaan yang didasarkan pada target-target secara

Olimpiade dengan adanya sistem kompetisi dalam melakukan setiap

kegiatan untuk kepentingan perusahaan diyakini mampu meningkatkan

kapasitas dan kapabilitas perusahaan dalam mengarungi persaingan bisnis di

tataran internasional6.

5 Alvi Syahrin, Pasal 1 angka (20) Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) 6Sinar Mas , Management Development Center, Jakarta

Page 14: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 14 

Secara konseptual untuk membangun secara berkesinambungan perlu

kebijakan yang mengatur agar kelestarian lingkungan hidup suatu daerah

dipertahankan.

Mengingat Kualitas dan Kuantitas Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum

yang semakin menurun, maka pihak manjemen PT. Pindo Deli Pulp & Paper

Mills menetapkan : Kebijakan Mutu & Lingkungan, dengan tujuan agar

seluruh karyawan turut berpartisipasi , tetap konsisten , terus menerus

melakukan perbaikan / improvement pada semua bagian , unit terhadap

sistem manajemen Mutu dan Lingkungan Hidup,7 melalui penerapan sarana

dan prasarana dengan menggunakan teknologi tepat guna melalui

monitoring, pengawasan dan strategi pengendalian (control) yang tepat

sasaran8 melibatkan semua pihak-pihak terkait sebagai pemangku

kepentingan (stake holder). Terbagi atas tiga pengendalian yang menjadi

kunci keberhasilan yaitu ;

1. Pengendalian Personal (people control)

Personal sebagai pelaku utama timbulnya limbah B3, bagian/unit

produksi, logistik penyediaan bahan baku, listrik dan operator

pengendali pembuatan kertas dikendalikan secara sadar akan

meminalkan dampak/resiko pencemaran lingkungan.

7 Visi & Misi PT. Pindo Deli, pada penerapan prinsip lingkungan hidup yang lestari. 8. Dr. Haryadi, Msc, the art of controlling people, Dekan Fakultas Ekonomi , Universitas Jendral Sudirman

Page 15: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 15 

2. Pengendalian Tindakan (action control)

Setiap tindakan yang lengah sedikit saja akan rusak “susu sebelanga”

demikian kata pepatah , mengingat kecepatan perputaran mesin

pembuatkertas (speed) sedemikian cepat nya (1.000 m/s). Dapat

dimengerti akan terjadi tumpahan bahan baku yang menjadi beban

berat bagi IPAL.

3. Pengendalian Hasil (result control)

Pencapaian target produksi kertas dan hasil olahan air limbah yang di

buang/ disalurkan ke sungai terkendali dengan baik. Sehingga apabila

terjadi satu hal yang tidak normal (un normaly) secara cepat dan tepat

melakukan tindakan perbaikan (soft problem).

B. Konsep Kebijakan yang Dievaluasi

Manajemen Strategi merupakan upaya untuk menumbuh kembangkan

kekuatan (strengths) dengan mengeksploitasi peluang (opportunities) guna

mencapai tujuan perusahaan (company’s goals) yang sesuai dengan visi dan

misi yang telah ditentukan. Menurut Wheelen dan Hunger (1995) strategic

management “is the set of managerial decisions and actions that determines

the long-run performance of a corporation“, artinya bahwa manajemen

strategi merupakan suatu himpunan keputusan dan tindakan manajerial yang

menentukan kinerja jangka panjang suatu perusahaan.

Page 16: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 16 

Strategi yang di laksanakan oleh PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills

mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan

kekuatan dan kelemahan internal, mengingat timbulan sludge yang di

hasilkan oleh setiap pabrik kertas terus betambah namun pemecahan

masalah belum signifikan karena penempatannya belum tertata dengan

baik dan benar.

Masalah/malapetaka yang pernah terjadi di Amerika dan Bandung

(timbulan sampah) janganlah terjadi pula di Karawang akibat tumpukan

limbah padat/sludge dari PT.Pindo Deli .

Mengingatkan kita pada peristiwa fatal seperti di Love Canal, Niagara

Falls (AS), bisa terulang. Daerah bekas land fill dekat Love Canal dijadikan

tempat pembuangan limbah sebuah pabrik (1940-1950). Setelah pabrik itu

pindah lokasi, land fill itu dijadikan permukiman bagi 500 keluarga. Beberapa

waktu kemudian zat-zat beracun keluar dari tanah land fill dan mengancam

nyawa warga di sekitarnya.

Untuk menghindari jatuhnya korban, daerah itu dikosongkan.

Pemerintah menghukum perusahaan kimia tersebut dengan denda dan ganti

rugi bagi warga yang jumlahnya ratusan juta dollar AS. Peristiwa land fill di

Love Canal itu mendorong Kongres AS menerbitkan undang-undang super

fund (1970- an) untuk melindungi penduduk dari limbah industri.

Industri kertas umumnya menghasilkan limbah padat berupa sludge

tergolong limbah B3 yang terdiri dari serat kayu, mengandung micro

Page 17: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 17 

organisme yang membusuk berupa air lindi (leached) harus di kelola atau di

upayakan agar dapat bermanfaat bagi tanaman atau sebagai bahan baku

daur ulang , kertas yang berkualitas rendah (B Grade).

Berdasarkan uraian diatas maka resiko / dampak pencemaran akibat

limbah cair industri kertas dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1; Dampak sludge bila di Land fill Air Tanah dan Sungai9

Setelah memperhatikan hal- hal tersebut diatas, maka perlu diteliti

strategi apa yang diterapkan oleh PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills, di

Kabupaten Karawang. Sebagai penghasil limbah B3 dan seberapa besar

dampaknya terhadap Pelestarian Lingkungan Hidup Pada Daerah Aliran

Sungai (DAS) Citarum, sehubungan dengan kegiatan aktifitas pembuatan

kertas tersebut apakah ikut menambah parah / kritis kondisi Daerah Aliran

Sungai (DAS) Citarum.

9 Materi kuliah “risk management “ oleh Prof.Dr Setyo

Page 18: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 18 

Dengan mengikuti pendidikan dan latihan ketrampilan yang teratur

maka akan memberikan peningkatan kemampuan manager IPAL yang di

tugas kan untuk megelola IPAL tersebut beserta para operator nya. Bekerja

sama dengan para manajer bagian lain (terutama bagian produksi) agar

selalu berpola pikir efisien dalam pembuatan kertas dari sudut biaya, arti nya

ikut berupaya melestarikan lingkungan hidup, peduli/peka terhadap daya

dukung lingkungan, menghindari, memperkecil resiko dari efek negatip yang

akan timbul serta di tuntut pula pemecahan masalahnya / solusi nya.

Maka untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan penelitian lebih

lanjut “how to manage” Waste Water Treatment Plant10 dengan mencermati

dan memperhitungkan secara seksama melalui akal yang sehat pikiran dan

hati yang bersih11: biaya – waktu – sumber daya manusia – sumber daya

alam yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal.

C. Model Evaluasi Kebijakan yang dipilih

Strategi kebijakan yang relevan sesuai dengan karakteristik pabrik

kertas adalah Management By Olympic System (MBOS)12. Pada pertandingan

Olimpiade, untuk mencapai tujuan yaitu menjadi Juara-1, maka dibutuhkan

tidak hanya kemampuan manajerial atau mengatur strategi, tapi juga

10Metcalf & Eddy : Waste water Engineering , Treatment-Disposal-Reuse 11Seminar isu-isu kritis lingkungan, Prof.Dr. Surna T Djajadiningrat, UNJ , 2012 12Sinar Mas , Management Development Program Center , Jakarta

Page 19: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 19 

perencanaan dari tahap awal sebelum bertanding, selama bertanding,

sampai selesai bertanding untuk menjadi referensi pertandingan selanjutnya

pada waktu yang akan datang. Yang lebih menarik adalah, dengan sistem ini,

target yang dicanangkan adalah target yang menantang dan berusaha

melakukan terobosan (break through). Dengan mengikut sertakan/

menjadikan IPAL sebagai salah satu “cabang olah raga” yang akan

dipertandingkan pada Olympiade, dengan demikian seorang manajer IPAL

pengetahuan/penguasaan akan Manajemen Lingkungan / Environment

Management sangat menentukan sehingga dapat berperan aktif sebagai

“atlit” dalam pengelolaan IPAL pada setiap pabrik kertas yang menghasilkan

kertas berkualitas tinggi untuk di jual export, demikian pula air limbahnya

harus di olah melalui satu proses pengelolaan yang baik dan benar secara

Environmental Friendly , seperti yang dikatakan oleh para ahli manajemen

yaitu ; suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan

pengendalian upaya anggota organisasi dengan menggunakan semua

sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan/sasaran yang telah

ditetapkan13. Perlu di cermati bahwa untuk membangunan satu unit IPAL

dibutuhkan biaya +/- 2,5% dari budget / biaya pembangunan satu Paper

Machine14. Pabrik kertas dengan kapasitas produksi 500 ton kertas per hari,

Untuk Investasi 1 (satu) Paper Machine saja membutuhkan biaya sekitar

13 James AF Stoner & Freeman , 1996 14 Penyusun budget paper machine mills II, 1997

Page 20: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 20 

Rp.600.000.000.000,- (enam ratus milyar rupiah), dengan satu unit IPAL

membutuhkan biaya sekitar Rp.15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah)

jelas sudah apabila dana yang seharusnya di sediakan untuk membuat IPAL

yang dapat berfungsi baik tidak mencukupi, maka terjadilah kemacetan

dalam pengoperasian IPAL maka terjadilah pencemaran yang tak mungkin

dapat di hindari .

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Sludge sangat berpengaruh

kepada Pelestarian Lingkungan Hidup, jangan salah komunikasi, sebab

volume nya begitu besar sehingga resikonya dapat mencemari lingkungan

(bau, air tanah). Sehingga dapat mengganggu kesehatan orang sekitar pabrik

termasuk pekerja di pabrik tersebut. Sejak awal Tenaga Operator sudah

diajak mempelajari, memperhatikan alur-alur proses pengolahan air limbah

dan mendapat training yang teratur, pengertian yang mendalam tentang

resiko bahaya akan dampak negatip akibat dari Bahan Berbahaya dan

Beracun (B3) yang dapat menggangu keselamatan dan kesehatan banyak

orang seperti yang telah terjadi pada kasus Minamata. Perlu melakukan

study banding dengan industri kertas sejenis yang telah mengoperasikan

IPAL nya dengan baik.

Dari sudut pandang Strategi Hidup Manusia15 pada umum nya setiap

manusia mempunyai 2 (dua) strategi yang dipandang sebagai bentuk–

15 Moh.Soerjani dkk, 1987, Prinsip-Prinsip Ekologi, Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya , halaman 65.

Page 21: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 21 

bentuk selektif dan bebas dari tingkat intelegensi nya sebagai perilaku

manusia dalam mencari kebenaran dan keselamatan dirinya, yaitu :

1. Mengabaikan terlampauinya daya dukung lingkungan.

2. Berupaya tidak melampauinya daya dukung lingkungan.

Manajer IPAL yang telah berpengalaman dan berwawasan cukup luas

terhadap dampak limbah B3 dari pabrik kertas, akan lebih mudah

membimbing serta mengarahkan anak buah nya dengan baik sampai

berhasil mencapai penurunan kadar pencemaran yang ditetapkan oleh

Pemerintah.

Bila salah satu mata rantai saja yang macet maka keseluruhan

kegiatan aktifitas akan terganggu berdampak tidak baik. Singkat nya satu

saja tenaga operator yang lalai dapat mengakibatkan rusak seluruh sistem

yang telah dirancang dengan baik.

Ketika pabrik beroperasi menjalankan proses pembuatan kertas, air

limbah yang mengandung bahan B3 tersebut, tak mingkin di hindari, proses

pengolahan IPAL sudah harus dipersiapkan dengan baik dan dioperasikan

benar agar air buangan nya yang disalurkan ke sungai dapat mencapai

dibawah Baku Mutu sesuai peraturan Pemerintah. Kenyataan di lapangan

belum tentu seperti itu, perlu di periksa lebih lanjut terhadap Daya Dukung.

Sludge, merupakanimbah padat yang menumpuk perlu dicermati,

mengingat bau yang akan timbul dan air lindi (leached) mencemari

lingkungan, janganlah diglontorkan saat banjir/hujan tiba. Mengatasi hal

Page 22: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 22 

negatip tersebut, harus secepatnya di carikan solusi nya..Antara

lain;Pembuatan kertas dengan kualitas yang rendah (low grade), kompos,

bahan bangunan seperti batu bata, paving blok. “Banyak jalan menuju

Roma”, “Berat sama dipikul ringan sama di jinjing”Manusia punya akal,

berbagai teori, petunjuk jalan kebaikan pasti ada solusi nya. Menjaga

Lingkungan agar alam tetap tersenyum ber-sama seluruh personal, dari

tingkat paling tinggi sampai paling rendah sepakat peduli terhadap

lingkungan, sehingga sludge dalam bentuk padatan dengan volume yang

besar sebagai Limbah B3 bila terus menerus setiap hari bertambah seiring

dengan meningkatnya produksi akan berpotensial sekali merusak DAS

Citarum. Perhitungan 1 ton produksi kertas setara dengan 0,01 ton

(BonDryTon) = 10 Kg limbah padat (sludge). Sedangkan Output dari IPAL

antara 3% – 5 % dari volume limbah cair dengan kandungan air 60% -75 %

(moisture )16.

Produksi PT. Pindo Deli rata-rata 500 ton per hari, maka setiap hari akan

menghasilkan minimal 15 m³ sludge dengan kandungan air 70% sehinga

ruang untuk penumpukan sudah sangat terbatas, nyaris tak tersedia. Oleh

sebab itu penumpukan yang tidak segera di “handel” ikut menentukan

pencemaran / perusakan Daya Dukung DAS Citarum. .

16 Hasil perhitungan rata-rata dilapangan

Page 23: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 23 

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Sejak tahap awal perencanaan, masa konstruksi, operasional dan

pasca beroperasi sebuah pabrik kertas dengan berlandaskan teori dan studi

banding IPAL dari industri kertas yang sudah berjalan baik (running well)

sebagai contoh, sehingga air buangan pada setiap tahapan sudah dapat

dipradiksi sejak awal resiko nya seminimal mungkin, target pencapaian setiap

tahapan dikontrol secara teratur dan terkendali , sudah seberapa besar

penurunan pencemaran pada setiap tahapan (%Removal) apabila telah

mencapai akhir proses pengolahan air buangan tersebut benar-benar sudah

“aman“ tidak melampaui daya dukung atau dengan kata lain badan air

penerima sudah dapat memulihkan kembali kualitas air sungai sesuai

peruntukan nya (pertanian/kelas mutu air III), yaitu sungai Citarum. Demikian

pula dengan komponen sludgeseharusnya dapat dikelola dengan metode

“3R“, Reduce-Reuse-Recyle.

Penelitian yang relevan; antara lain dijadikan bahan yang berguna bagi

pertanian (composting) diteliti oleh :

- Noor,Elisa, 2003. Pembuatan Kompos dan Media Tanam Menggunakan

Limbah Padat ( Sludge ) Pabrik Kertas.

- Hendra, Johannes , 2004. Pemanfaatan Limbah Padat (sludge) Pabrik

Kertas sebagai Kompos untuk Menunjang Program Pengembangan

Masyarakat Sekitar Pabrik di Bidang Pertanian.

Page 24: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 24 

- Hermawan dan Tri Endah Utami, Geoaplka, 2007 Penentuan dan

Pemilihan Rencana Sludge Landfill di Kediri dari aspek Geoteknik. dan

- Rina dan Endang , Balai Besar Pulp & Kertas , 2008Efektivitas Proses

Pengomposan Limbah Sludge IPAL Industri Kertas dengan Jamur.

Semuanya masih dalam sekala uji coba. Hingga kini belum ditemukan

pemanfaatan sludge tersebut secara signifikan, sehingga dampak negatip

yang akan ditimbulkan yaitu; menurunkan kualitas lingkungan berupa bau,

kerusakan struktur tanah dan air lindi (leaced) berpotensi mencemari air

tanahdisekitar pabrik, bila tidak di kelola dengan baik. Diharapkan pula dapat

memberikan kesempatan bekerja kepada banyak orang pada umumnya,

khususnya bagi masyarakat setempat, pemberdayaan “local people”

dibidang pengolahan air limbah yang bersekala besar.

Sebenarnya secara alamiah air limbah yang dihasilkan akan kembali

menjadi jernih apabila dibiarkan saja mengalir secara alami (self purification)

tetapi memerlukan waktu yang sangat lama tergantung kepada tingkat/kadar

pencemaran air limbah tersebut untuk kembali pulih dan dapat dipergunakan

kembali sesuai peruntukan kegiatan berikutnya oleh manusia dan mahluk

hidup lain nya17.

Alternatif lain dalam penurunan kadar pencemaran dapat

mempergunakan bak yang ber fungsi sebagai penyaring ; drying bed atau

trickling filter, disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia dan 17 Sugiarto, Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah , Universitas Indonesia , Jakarta

Page 25: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 25 

karakteristik air limbah yang akan di salurkan ke badan penerima air buangan

atau sungai setempat. Kedua bagan tersebut merupakan alat penyaringan.

Media yang dipergunakan adalah :

- Drying bed , mempergunakan pasir , krikil batu belah / split seperti

terlihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2. 2 ; Drying Bed

-Trickling filter, mempergunakan batu koral dengan penyangga sehingga

pada batu koral / krikil akan tumbuh-tumbuhan berbentuk lumut yang akan

berfungsi menangkap mikroba dan sisa-sisa polutan yang mengalir dari atas

menara ke bawah (bak penampung) dan siap disalurkan ke sungai sebagai

badan penerima air buangan dengan aman.

Page 26: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 26 

Gambar 2. 3; Trickling Filter

Tabel 2. 1 ; Klasifikasi Trickling Filter

DesainKarakteristik

Klasifikasi Tricking filter Pengaliran Lambat

Pengaliran menengah

Pengaliran Cepat (stone media)

Pengaliran Super Cepat (plastic media)

Pengaliran seadanya

Beban Hidrolik, m3/m2.hari

1 to 4 4 to 10 10 to 40 15 to 90 60 to 180

Beban BOD, kg/m3.hari

0.08 to 0.32 0.24 to 0.48

0.32 to 1.0 0.32 to 1.0 above 1.0

Re-sirkulasi ratio

0 0 to 1 1 to 3 0 to 1 1 to 4

Jumlah Mikroba kg/m3.media

Many Varies Few Few few

Sloughing Intermittent Varies Comtinuous Comtinuous Comtinuous

Dalam, m 1.5 to 3 1.5 to 2.5 1 to 2 Up to 12 1 to 6 Efisiensi pengolahan %

80 to 85 50 to 70 65 to 80 65 to 85 40 to 65

Kualitas effluent Well nitrified Nitrification Nitrites Limited nitrification

No nitrifucation

Sumber: Japan Sewage Work Assosiation , 1984

Melalui tabel 2. 1 diatas dengan sistem pengaliran lambat akan menghasilkan

efisiensi pengolahan yang paling banyak menangkap mikroba .

Page 27: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 27 

Selanjutnya sebagai akhir dari proses pemulihan air limbah dapat dibuatkan

kolam dengan tanaman air eceng gondok (euchornia crassipes) memiliki

bunga yang indah. Namun perlu dicemati percepatan tanaman ini termasuk

dalam kelompok gulma perairan yang memiliki berkembang biak secara

vegetatif yang sangat tinggi, terutama didaerah tropis dan subtropis.

Untuk pemurnian air buangan yang akan disalurkan kesungai seperti

yang telah dilaksanakan pada IPAL PT. PUSRI , di Palembang , menurunkan

biaya pembangunanya sekitar 37 % serta akan menurunkan biaya operasi

nya karena denganperkembangan teknologi maka sistem pengolahan air

limbah yang baru pertama di Indonesia ini, diyakini dapat membantu

meredam dan menurunkan beban limbah cair; seperti kandungan amoniak

(NH3), Total Keydal Number (TKN), Chemical Oxygen Demand (COD), Total

Suspend Solid (TSS) serta minyak18.

E. Kriteria Evaluasi

Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Kertas (batasan air buangan).

Proses Pembuatan Kertas menggunakan bahan kimia yang kuat, oleh

sebab itu untuk mengolah air limbah nya harus mematuhi peraturan

pemerintah yang tertuang pada; Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup . Nomor : Kep-51/MENLH/10/1995 , Tanggal : 23 Oktober 1995

1.Parameter ; BOD < 100 mg/lt, COD < 200 mg/lt, TSS < 100 mg/lt 18 Imam Prasetyo,Dosen Fakultas Teknik Kimia , Universitas Gajah Mada , Yogyakarta.

Page 28: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 28 

pH 6,0 – 9,0 dan Debit air limbah < 50m³/ton produk kertas kering.

2.Beban Pencemaran:BOD < 5 kg/ton kertas hasil produksi

COD < 10 kg/ton kertas hasil produksi

TSS< 5 kg/ton kertas hasil produksi

Keterangan tentang BOD,COD, TSS, pH dan proses pengolahan air

limbah perlu di uraikan secara singkat sebagai berikut:19

Kebutuhan Oksigen oleh Mikroba di sebut Biochemical Oxygen

Demand (BOD)

BOD adalah banyaknya oxygen yang dibutuhkan oleh microorganisme

untuk menguraikan zat-zat organic yang komplekmenjadi sederhana secara

aerobic. Banyaknya kandungan BOD (nilai = mg/lt) didalam air limbah

merupakan ukuran kualitas dari air limbah tersebut sebagai derajat pencemar

bersifat biodegradable (mengurai secara biologis). Pemeriksaan terhadap

BOD dilakukan dilaboratorium pada hari ke-5 dengan temperatur 20°C,

disebut BOD520 .

Kebutuhan Oksigen melalui bahan Kimia di sebut Chemical Oxygen

Demand ( COD )

COD adalah banyaknya oxygen yang dibutuhkan untuk menguraikan zat-

zat organic secara kimia. Banyaknya kandungan COD (nilai = mg/lt) didalam

air limbah tersebut sebagai derajat pencemar bersifat biodegradable dan non

biodegradable. Pemeriksaan terhadap COD dilakukan dilaboratorium dengan 19 Metcalf & Eddy , Wastewater Engineering , Treatment-Disposal-Reuse

Page 29: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 29 

mengunakan oksidator kuat selama +/- 2 jam (waktu lebih cepat dari test

BOD) Untuk mengetahui secara cepat dan menghemat biaya, maka Test

COD sudah dapat diperkirakan kadar pencemar dalam air limbah tersebut.

Padatan yang Terendapkan di sebut Total Suspended Solid (TSS)

TSS merupakan parameter untuk mengontrol kualitas air limbah.

Semua komponen / partikel tercakup didalam nya (mg/lt) antara lain: Fe,

Zn,CO2, CaCO3, Pb, NH3, dan lain sebagainya. Partikel-partikel tersebut ber

ukuran > 1 mikrometer sedangkan partikel yang berukuran < 1 mikrometer

disebut Koloid dan bila berukuran < 1 nanometer disebut bahan terlarut

(dissolved solid), sedangkan pH adalah terminologi yang dipergunakan untuk

menyatakan derajat/keadaan suatu air dalam keadaan basa atau asam

dengan mengukur konsentrasi ion hydrogen atau lebih tepat aktivitas ion

hydrogen. Nilai pH adalah logaritma perbandingan terbalik konsentrasi

ionhydrogen dalam air pH = - log [H +]. Nilai pH adalah antara 0 (nol) sampai

14 (empat belas) , dimana pH = 7 menyatakan kondisi larutan adalah netral .

Nilai pH ini sangat berpengaruh terhadap proses pengolahan air limbah

karena apabila pH rendah/kecil air bersifat asam dan dapat menimbulkan

korosif pada semua peralatan yang dilaluinya demikian pula apabila pH

tinggi. Adapun kadar yang sangat baik adalah kadar netral = 7, dimana

peralatan (pompa, pipa) tidak tergerus masih memungkinkan adanya

kehidupan biota dapat membantu/memperlancar berlangsung nya proses

secara biologis.

Page 30: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 30 

Oksigen yang Terlarut disebut Disolved Oxygen (D O)

Kelarutan oxygen dalam air sangat diperlukan untuk menghasilkan

tenaga/energy pertumbuhan dan berkembang biak melalui proses

metabolisme.

Pada air murni dengan tekanan 1 atmosfir , suhu 0ºC dapat mencapai

14,6 mg/lt, sedangkan pada suhu 35ºC kelarutan oxygen hanya dapat

mencapai 7 mg/lt.Kelarutan oxygen sangat tergantung pada temperature dan

tekanan, maka ketinggian suatu tempat ikut menentukan kelarutan oxygen

dalam air limbah.Pada sistim pengolahan air limbah secara biology dimana

proses dekomposisi bahan-bahan organic (aerobic– anaerobic), kelarutan

oxygen merupakan suatu factor penting yang dapat menurunkan kadar

pencemaran secara signifikan.Dengan mengacu kepada peraturan

pemerintah yang berlaku maka pihak pabrik/Industri kertas wajib memenuhi

nya, oleh sebab itu pemilihan alat dan bagaimana mengelola Instalasi

Pengolahan Air Limbah tersebut dengan seksama, peka akan resiko

pencemaran yang akan ditimbulkan dapat di cegah sehingga pabrik kertas

tersebut dapat beroperasi dengan nyaman , lancar dan tetap memenuhi

norma-norma yang “ramah lingkungan” .

Proses Pengelolaan Limbah Cair

Limbah yang dihasilkan dari proses produksi kertas dapat dibedakan

menjadi tiga jenis: yaitu limbah cair, limbah padat, dan emisi udara. Limbah

cair yang dihasilkan dari proses produksi diolah dengan menggunakan

Page 31: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 31 

Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Sistem pengelolaan limbah cair

berdasarkan unit operasinya dibedakan pula menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Pengolahan secara Fisika

Pada unit operasi ini, salah satu hal yang ditangani ialah proses screening

(penyaringan). Screening merupakan cara yang efisien dan murah untuk

menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Screening dilakukan

pada sisa-sisa kemasan Pulp dan sebagai nya berupa potongan tali, kayu,

plastic yang berukuran besar. Setelah dilakukan penyaringan, limbah padat

tersebut di angkut ke tempat pembuangan sampah (TPA).Proses Ekualisasi ,

merupakan tempat penampungan dengan ukuran yang sesuai perhitungan

waktu tinggal ,agar air limbah yang datang dari berbagai unit produksi

menjadi “rata” (ekual) kadar pencemaran nya.Proses pengendapan awal

tanpa bantuan bahan kimia,bahan tersuspensi yang mudah mengendap

dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Bak

pengendap yang hanya berfungsi atas dasar gaya berat, memerlukan waktu

tinggal sampai 24 jam. Parameter desain yang utama untuk proses

pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi

hidrolis di dalam bak pengendap. Bak penjernih bulat yang dirancang dengan

baik dapat menghilangkan 50%-80% zat padat tersuspensi dan 20%-50%

BOD.

Page 32: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 32 

1. Pengolahan secara Kimia

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk

menghilangkan partikel-partikel yang sukar mengendap, senyawa fosfor,

logam-logam berat, dan zat organik beracun. Dinamakan secara kimia

karena pada proses ini dibutuhkan bahan kimia yang akan mengubah

sifat bahan terlarut menjadi tidak terlarut atau dari ukuran sangat halus

menjadi gumpalan (flok) yang dapat diendapkan maupun dipisahkan

dengan filtrasi.Jika pengambilan air dilakukan dari sungai, maka biasanya

industri kertas seharusnya memberikan bahan pengendap secukupnya

dan sedikit larutan Hypo-Chloride untuk membunuh bakteri dan jamur

sebelum mengalami proses pengendapan di dalam settling basin dan

penyaringan sehingga dihasilkan air proses yang bersih dan bebas

jamur.Dengan menggunakan alat-alat: pengaduk cepat, pengaduk lambat

maka air limbah dan bahan kimia tercampur dengan baik sesuai dosis

(jarttest),Pengendapan akan terjadi pada Bak Pengendap Pertama

(primary clarifier)diharapkan pada proses ini terjadi penurunan BOD

mencapai 85% - 95%, COD dapat mencapai 70% - 85% , sedangkan

Padatan yang Terlarut (Disoved Solid) menjadi tugas Micro Organisme /

bakteri pada proses Pengolahan secara Biologi melalui Bak Aerasi

Page 33: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 33 

3. Pengolahan secara Biologi.

Tujuan utama dari pengolahan limbah cair secara biologi adalah;

Menggumpalkan dan menghilangkan/menguraikan padatan yang terlarut

yang biodegradable dengan memanfaatkan aktivitas mikro organisme.

Pengolahan secara biologis mengurangi kadar racun dan meningkatkan

mutu estetika buangan (bau, warna, potensi yang menggangu dan rasa

air)20. Lahan yang memadai bagi micro organisme untuk menguraikan

padatan terlarut tersebut memerlukan waktu tinggal 20 - 30 hari. Pabrik-

pabrik di Amerika Utara sekarang dilengkapi dengan laguna aerasi

bahkan dengan waktu tinggal yang lebih panjang, atau kadang-kadang

dilengkapi dengan kolam aerasi pemolesan dan penjernihan akhir untuk

lebih mengurangi BOD dan COD sampai di bawah 30mg/lt.Prinsip dasar

pengolahan secara biologi sebetulnya mengadopsi proses pertumbuhan

mikroorganisme di alam, mikroorganisme yang tumbuh membutuhkan

energi berupa unsure karbon (C) dimana unsure karbon tersebut dengan

mudah diperoleh dari senyawa organic dalam air limbah, sehingga

senyawa organic tersebut terurai menjadi CO2 dan H2O. Salah satu

limbah yang menggunakan pengolahan unit ini ialah hasil perasan sludge

yang berasal dari primary clarifier yang berupa larutan. Larutan ini

didinginkan di unit menara pendingin sebelum dialirkan ke deep tank

sebagai lumpur aktip (activated sludge). 20 Metcalf & Eddy , Waestewater Engineerung , Treatment – Disposal – Reuse

Page 34: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 34 

Gambar 2. 4; Proses Pengolahan Air Limbah Pabrik Kertas

Page 35: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 35 

Tahapan Pengolahan sebagai berikut :

a. Titik A adalah awal masuknya air limbah kedalam IPAL melalui saluran

dipasang saringan kasar dan halus.

b. Saringan Kasar terdiri dari jeruji besi beton ber diameter 10 mm dengan

jarak antara 3-5 mm .

c. Saringan halus terdiri dari jeruji besi strip ber ukuran tebal 3 x 20 mm

dengan space 1-3 mm .

d. Bak Equalisasi terbuat dari konstruksi beton di design sesuai dengan

volume air limbah yang akan di olah agar di peroleh kualitas air limbah

tersebut sudah “equal” mendekati sama.

e. Bak koagulasi dan bak flokulasi merupakan dimasukkan nya bahan kimia

untuk membentuk flok-flok agar terjadi nya proses pengendapan partikel

dipercepat .

f. Bak Clarifier ke - I ( pertama ) adalah tempat pengendapan sludge dari

sisa produksi terdiri dari serat kayu ( fibre ) , bahan pengisi/pengikat

(filer).

g. Air limbah yang keluar dari Paper Machine pada umumnya ber

temperatur > 40ºC , sehingga untuk masuk pada tahapan proses Biologi

temperatur tersebut harus diturunkan menjadi < 37º C , untuk itu harus

diturunkan temperaturnya melalui menara pendingin (Cooling Tower) .

Page 36: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 36 

h. Bak Aerasi , merupakan proses pengolahan air limbah secara biologi ,

dengan bantuan mikroba pengurai bahan-bahan organik komplek yang tak

dapat diuraikan pada proses kimia (koagulasi-flokulasi), dapat terurai

menjadikan bahan-bahan organik yang sederhana dimakan oleh mikroba .

Secara alamiah proses pemulihan air limbah akan tercapai bila kondisi

bak cukup memadai ; waktu tinggal , kandungan oksigen yang terlarut dan

nutrisi yang cukup bagi mikroba tersebut.

i. Bak Clarifier ke- II ( kedua ) , setelah berjuang menguraikan polutan di bak

Aerasi, para mikroba mengalami proses pengendapan pada bak clarifier II

ini sebagian dari mikroba diperlukan kembali pada bak aerasi membantu

teman-teman” nya bersama berjuang kembali “menyerang” air limbah yang

datang.

j. Selesai dari bak Clarifier II ini air buangan dengan kualitas dibawah Baku

Mutu dapat disalurkan ke sungai dengan aman ,

k. Sludge yang dihasilkan dari Clarifier I & II ,, perlu di kelola lebih lanjut

melalui alat yang mengurangi kadar air (belt press atau filter press),

sehingga memudahkan bagi alat transportasi pengangkutan ketempat

pembuatan kertas daur ulang.

Setelah mencermati dengan pemahaman yang matang untuk

mendapatkan hasil yang optimal melalui proses penurunan kadar

pencemaran air limbah B3 dari pabrik kertas , tidak saja melalui IPAL yang

ber teknologi import melainkan dapat pula melalui bantuan mikroba / bakteri

Page 37: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 37 

pengurai yang hidup pada akar-akar tanaman air seperti eceng gondok

(euchornia crassipes)atau bunga teratai (lotus), sebagai kekuatan (strength)

pada penerapan analisis SWOT, membantu para manajer IPAL dalam

mengambil keputusan / kebijakan sebagai pelaku utama / penentu saat

melepaskan air buangan dari IPAL ke sungai .

Gambar 2. 5; Tanaman air yang dapat menurunkan kadar pencemaran; eceng gondok (euchornia crassipes) – bunga teratai (lotus)

Menurut Daniel Start dan Ingie Hovland, 2004, Analisis Strengths

Weakness Opportunities Threats (SWOT) adalah instrument perencanaaan

strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja: kekuatan -

kelemahan - peluang - ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana

untuk memperkirakan cara terbaikuntuk melaksanakan sebuah strategi.

Instrumen ini menolong para perencana apa yang dapat dicapai. Membuat

daftar akan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh manajer IPAL

sebelum mengambil kebijakan untuk dilaksanakan oleh team work .

Page 38: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 38 

Daftar yang menjadi Kekuatan ( Strengths ) sebagai berikut :

. SDM cukup terlatih dan pengalaman

. Komitmen terhadap peduli lingkungan

. Mempunyai kewenangan untuk merubah pola pikir yang lama .

. Top management selalu mendukung program lingkungan.

. Iklim tropis menunjang pertumbuhan mikroba.

Daftar yang menjadi Kelemahan ( Weakness )sebagai berikut :

. Kinerja para operator belum optimal

. Kualitas personal belum merata

. Terlambat penyampaian informasi

. Pergantian shift yang belum tertata dengan baik akibat transportasi

. Keterbatasan wewenang dalam pengadaan spare part untuk

maintenance perbaikan peralatan .

. Pengontrolan yang kurang terorganisir dengan baik.

Daftar yang menjadi Peluang ( Opportunities ) sebagai berikut :

. Mendapatkan peringkat PROPER yang lebih tinggi

. Menjalin kerja sama (team work) yang baik dan cantik .

. Menimbulkan rasa nyaman bagi semua pihak pemangku kepentingan

. Pengurusan surat-surat ijin ke instansi pemerintah akan lebih baik.

. Merupakan amal ibadah kepada Sang Pencipta alam semesta.

Page 39: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 39 

. Membangun Paper Machine ( PM 13 )memproduksi kertas kualitas

rendah ( law grade ).

Daftar yang menjadi Ancaman ( Threats ) sebagai berikut :

. IPAL merupakan titik rawan untuk di “DEMO “ oleh masyarakat

sekitar pabrik dan LSM.

. Penilaian PROPER akan diberikan Hitam21 .

. Pengurusan surat-surat ijin ke Instansi Pemerintah akan terhambat.

. Isu Lingkungan akan menurunkan citra nama perusahaan.

. Penjualan hasil produksi (export) ke Negara tertentu di tolak.

Berdasakan data-data temuan yang diperoleh saat penelitian, dibuat tabel

sebagai berikut :

21 Dalam pengawasan pihak penegak hukum .

Page 40: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 40 

Tabel 2. 2; Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman

Kekuatan

- SDM cukup terlatih dan pengalaman - Komitmen terhadap peduli

lingkungan - Mempunyai kewenangan untuk

merubah pola pikir yang lama . - Top management selalu mendukung

program lingkungan. - Iklim tropis menunjang pertumbuhan

mikroba.

Peluang

- Mendapatkan peringkat PROPER

yang lebih tinggi - Menjalin kerja sama (team work)

yang baik dan cantik . - Menimbulkan rasa nyaman bagi

semua pihak pemangku kepentingan - Pengurusan surat-surat ijin ke

instansi pemerintah akan lebih baik. - Merupakan amal ibadah kepada

Sang Pencipta alam semesta - Membangun Paper Machine Baru(

PM 13 , law grad )

Kelemahan

- Kinerja para operator belum

optimal - Kualitas personal belum merata - Terlambat penyampaian informasi - Pergantian shift yang belum

tertata dengan baik akibat transportasi

- Keterbatasan wewenang dalam pengadaan spare part untuk maintenance perbaikan peralatan

- Pengontrolan yang kurang terorganisir dengan baik

Ancaman

- IPAL merupakan titik rawan untuk

di “DEMO“ oleh masyarakat sekitar pabrik dan LSM.

- Penilaian PROPER akan diberikan “ Hitam “ .

- Pengurusan surat-surat ijin ke Instansi Pemerintah akan terhambat.

- Isu Lingkungan akan menurunkan citra nama perusahaan.

- Penjualan hasil produksi (export) ke Negara tertentu di tolak

Melalui tabel 2. 2, akan lebih mudah untuk memilih strategi yang paling

optimal untuk dilaksanakan.

Page 41: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Tabel 2. 3; Kolaborasi antara Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman

   

 

                    Faktor         Internal      Faktor     Kekuatan   Kelemahan          External                                    Strategi:   Strategi:       Peluang diperjuangkan Peluang  diperjuangkan   Peluang     dan   dan       Kekuatan dimaksimalkan Kelemahan diperkecil                                     Strategi:   Strategi: 

      Ancamandijadikan tantangan Ancaman 

dijadikan tantangan

   Ancaman     dan   dan       Kekuatan dimaksimalkan Kelemahan diperkecil                           

4

Page 42: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh;

1. Gambaran yang terjadi di PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills, Karawang

terhadap strategi apa yang diterapkan dalam upaya penurunan limbah B3.

Seberapa optimalnya pencapaian air buangan yang di bawah baku mutu

sesuai peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah (agar tidak melampaui

daya dukung lingkungan DAS Citarum).

2. Mencari inovasi baru yang dapat mengurangi biaya pembangunan IPAL

dan biaya mengoperasikan nya dengan ditemukan strategi dan

penguasaan proses pengelolaan IPAL yang lebih baik .

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian ;

Pabrik Kertas : PT. Pindo Deli Pulp and Paper

Lokasi : Desa Adiyarsa dan Desa Kuta MekarKabupaten

Karawang , Provinsi Jawa Barat .

Luasan Area Pindo Deli Mills I seluas 43 Ha dan Mills II seluas 450 Ha.

Page 43: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 44 

Gambar 3. 1; Peta Provinsi

Waktu penelitian :

Juli 2011 s/d Desember 2011.

Gambar 3. 2; Wilayah PT. Pindo Deli , Mills I dan Mills II .

Page 44: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 45 

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah evaluasi kebijakan melalui

beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Mengajukan permohonan ijin untuk melakukan penelitian kepada

pabrik kertas PT. Pindo Deli di Karawang.

2. Mengamati kegiatan aktifitas proses pembuatan kertas dan

pembuangan air limbah serta proses yang terjadi pada Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) lama dan Baru.

3. Mengumpulkan data-data dengan mengunakan kuesioner.

4. Berdiskusi serta membahas temuan-temuan untuk mencarikan

solusi pemecah permasalahan.

5. Membuat dan menyusun hasil penelitian sebagai bahan Disertasi.

6. Dengan menggunakan strategi ;

kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman yang dikenal dengan

Analisis ;Strengths Weaknesses Opportunities Threatss (SWOT).

7. Selanjutnya di kombinasikan dengan system Olimpiade (MBOS)

yang diterapkan oleh induk perusahaan (Corporate APP, Sinar Mas)

Untuk mendapatkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya maka

saat meneliti saya melakukannya dengan sungguh-sungguh. Memperhatikan

setiap kegiatan aktifitas pabrik yang akan menimbulkan dampak terhadap

lingkungan dan beresiko menimbulkan pencemaran agar tujuan menurunkan

Page 45: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 46 

kadar limbah B3 dapat di optimalkan mencapai dibawah Baku Mutu air

buangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah keterkaitan dengan UU no 32

/ 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup .

Selanjutnya PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills , sebagai salah satu

industri kertas bersekala besar telah berpegang teguh pada komitmen

kebijakan yaitu pelestarian Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum , mencermati

dengan serius resiko dampak negatip yang akan terjadi di sekitar pabrik apa

bila pengolahan air limbah nya melalui IPAL apa bila terjadi kegagalan

proses (emergency case).

D. Instrumen Penelitian

Secara rinci instrument penelitian di perlukan untuk mengungkapkan

permasalahan yang akan di teliti saat mengoptimalkan penurunan kadar

pencemaran limbah B3 melalui IPAL yang meliputi ; Data lapangan dan data

IPAL existing dengan uraian sebagai berikut ;

Data lapangan

a. Pelaku utama sebagai tenaga operator , jumlah dan tingkat pendidikan

b. Peralatan yang dipergunakan selalu dalam keadaan baik

c. Daya tampung bak-bak pengolahan sesuai kapasitas

d. Bahan Kimia selalu mencukupi sesuai volume air limbah yang diolah.

e. Tempat/lahan yang di sediakan untuk menampung sementara

tumpukan sludge mencukupi luasan nya.

Page 46: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 47 

f. Daya listrik untuk keperluan menjalan kan pompa serta motor-motor

penggerak cukup tersedia.

g. Air bersih yang cukup untuk keperluan domestic bagi karyawan dan

tamu yang berkunjung pada lokasi IPAL.

Data IPAL existing:

a. Volume Air limbah yang diolah (in let ) dan Air buangan (out let)

b. Kadar BOD, COD , TSS dan pH , in let dan out let di analisa pada

laboratoriun lingkungan terakreditasi, sesuai peraturan yang telah di

tetapkan oleh Pemerintah.

c. Waktu (lamanya) mengoperasikan semua alat yang terdapat di IPAL

d. Ke tiga proses (Fisika-Kimia-Biologi) yang diterapkan apakah sudah

berjalan secara optimal.

e. Hasil timbulan sludge diangkut dengan “aman” ketempat yang sesuai

peraturan sehingga tidak memindahkan masalah.

f. Volume sludge berapa ton / hari.

g. Biaya proses mengolah air limbah diperlukan berapa Rp setiap M3

(Kimia & listrik)

h. Kualitas Sungai Citarum 50 meter sebelum dan 50 meter sesudah titik B

pembuangan (out let ) up stream – down stream.

i. Mikroba pengurai (micro-organisme) dan tanaman air (eceng gondok)

yang membantu menurunan kadar pencemaran secara alami (biology).

Page 47: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 48 

1. Kisi-kisi Instrumen

Salah satu Program Unggulan Kementrian Lingkungan Hidup yaitu

Peringkat Penilaian Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan

Hidup yaitu yang di sebut PROPER; Merupakan program unggulan

Kementerian Lingkungan Hidup yang berupa kegiatan pengawasan dan

pemberian insentif dan/atau disinsentif kepada penanggung jawab usaha

dan/atau kegiatan. Pemberian penghargaan PROPER bertujuan

mendorong perusahaan untuk taat terhadap peraturan lingkungan hidup

dan mencapai keunggulan lingkungan (environmental excellence) melalui

integrasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam proses

produksi dan jasa, penerapan system manajemen lingkungan, 3R, efisiensi

energi, konservasi sumberdaya dan pelaksanaan bisnis yang beretika

serta bertanggung jawab terhadap masyarakat melalui program

pengembangan masyarakat.

PERINGKAT PROPER : Merah – Biru – Hijau – Emas dan

Hitam merupakan sudah Tidak Ramah Lingkungan

Merah merupakan harus perbaikan berat dalam pengawasan yang serius

dengan pemantauan / pengontrolan lebih ketat.

Biru merupakan sudah baik , mematuhi peraturan .

Hijau merupakan sangat baik ,

Emas merupakan hebat sekali (excellent)

Page 48: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 49 

Jenis Instrumen ini berupa Penghargaan yang di umumkan secara meluas

melalui sarana informasi (elektronik, Televisi dan Radio serta informasi

lain-lainnya), sehingga merupakan kebanggaan tersendiri bagi perusahaan

yang telah termasuk golongan yang peduli dalam pelestarian Lingkungan

Hidup. Namun akan menjadi cambukan bagi perusahaan yang termasuk

peringkat Hitam akan mendapatkan peringatan keras dan pengawasan

pihak penegak hukum (tidak nyaman dalam beraktifitas)

2. Validasi Instrumen

Kualitas Instrumen dan Kualitas pengumpulan data perlu di uji validitasnya.

Ketepatan cara-cara pengumpulan data sesuai dengan fakta yang

analiasa terakreditasi. Proses Pengolahan IPAL yang sesuai kapasitas

terpasang dengan Debit Air Limbah yang di olah. (Design Capacity >Air

Limbah yang diolah). Melalui Assosiasi Industri Pulp dan Kertas (APKI)

dapat di peroleh keterangan sebagai berikut :

1. Jumlah Industri kertas di Indonesia sebanyak 78 Pabrik terdaftar .

2. Mengikuti PROPER sebanyak 29 Pabrik. Hanya 1 (satu) pabrik yang

tidak menjalankan / mengoperasikan IPAL nya sehingga mendapat

Peringkat: Hitam. Berarti ke-28 Pabrik telah menjalankan proses

pengolaha air limbah melalui IPAL dan mampu mengatasi rintangan–

rintangan, sehingga mendapat kan Peringkat Hijau , Biru dan Merah

bagi pabrik yang perlu perbaikan serius. Berarti masih terdaftar 49

Page 49: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 50 

(empat puluh sembilan) pabrik kertas yang belum mengikuti program

PROPER .

E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data.

Penelitian dengan meng evaluasi data-data yang bersifat fakta yang

meliputi wawancara , dokumen dan Fokus pada pelaku IPAL sebagai acuan ,

pedoman yang diarahkan oleh “Top Manajemen” untuk mencapai target

yang diharapkan.

Bagaimana pula kinerja Manajer IPAL dengan Tenaga Operator agar

pabrik dapat ber aktifitas setiap hari dengan nyaman dan mendapat support

positip dari Direktur.

Terkait dengan langkah-langkah pengembangan instrumen di atas,

terdapat dua hal yang harus diperhatikan dan dipenuhi untuk memperoleh

jenis instrument yang berkualitas yaitu instrumen tersebut harus valid dan

reliabel. Tingkat ke cocokan serta akurasinya, sehingga tidak perlu di

ragukan lagi akan validitasnya.

F. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data bermaksud untuk mengorganisasikan data. Data

yang terkumpul terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar,

foto, dokumen, berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan

Page 50: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 51 

analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,

memberikan kode, dan mengategorikannya.

Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan

menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori

yang berkualitas.

Akirnya perlu dikemukakan bahwa analisis data itu dilakukan dalam suatu

proses yang pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan

data dikerjakjan secara intensif sudah meninggalkan lapangan.

Pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian

dan pengerahantenaga, pikiran peneliti. Selain menganalisis data. peneliti

juga perlu dan masih perlu mendalami kepustakaan guna mengkonfirmasikan

teori atau mengklarifikasikan adanya teori baru yang barangkali ditemui ,

antara lain:

1. Pemanfaatan Bio–Sludge pembuatan pupuk, sebagai berikut;

PERCOBAAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK dari Bio-SLUDGE a. Sludge cake yang berasal dari bak Primary Clarifier setelah diproses

melalui belt press di angkut ke tempat penyimpanan sementara, lalu di

jemur untuk mengurangi kadar air.

b. Setelah agak kering, dimasukan kedalam lubang galian tanah dibentuk

seperti tungku, lalu di bakar sampai menjadi abu.

c. Bio sludge dari bak pengendapan ke dua / secondary clarifeier yang tidak

Page 51: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 52 

di pergunakan sebagai activated sludge di campurkan kepada abu dari

primary sludge dengan perbandingan 2 : 1 (2 bagian abu dan 1 bagian

bio sludge) diaduk sampai merata.

d. Untuk meningkatkan kualitas pupuk dapat ditambahkan dengan kotoran

hewan (ayam, sapi , kelelawar) . Uji coba dilaksanakan bersama team dari

Institut Pertanian Bogor, 2004

Gambar 3.3; PRIMARY SLUDGE SECONDARY SLUDGE (FIBER + FILLER) (MIKROBA)

Gambar 3. 4; Primary Clarifier melalui layar monitor di Control Room .

Page 52: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 53 

Gambar 3. 5; Secondary Clarifier, Diameter 56,00 meter dengan kedalaman rata-rata 3,50 meter.

Page 53: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 54 

BAB IV

HASIL PENENELITIAN

A. Hasil Evaluasi

Sebagai salah satu anak perusahaan Sinar Mas Group yang

termasuk pada kelompok Asia Pulp and Paper maka strategi utama yang

diterapkan adalah; Management by Olympic System (MBOS) kepada

seluruh bagian /unit kerja. Berpegang pada system olimpiade tersebut,

masing-masing bagian/unit di pacu untuk bekerja keras mencapai juara

ditingkat Olympiade.

PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills mengikuti Program dari

Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia yaitu yang dikenal dengan

sebutan PROPER22: “Program Penilaian Peringkat Kinerja” Perusahaan

dalam Pengelolaan Lingkungan.

Sebagai instrumen penaatan alternatif PROPER telah dipuji oleh

berbagai pihak termasuk Bank Dunia, bahkan PROPER menjadi salah satu

bahan studi kasus di Harvard Institute for International Development (HIID).

Sejak dikembangkan di Indonesia mulai tahun 1995, PROPER telah

menjadi contoh di berbagai negara di Asia, Amerika Latin dan Afrika sebagai

instrumen penaatan alternatif.

22 Kantor Kementrian Lingkungan Hidup , Jakarta

Page 54: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 55 

Pada tahun 1996, PROPER mendapatkan penghargaan Zero

Emission Award dari United Nations University di Tokyo.

Peserta PROPER

Karena keterbatasan sumber daya yang ada dan tidak semua

perusahaan akan efektif ditangani melalui instrumen penaatan PROPER,

maka jumlah perusahaan yang diikutsertakan dalam PROPER terbatas

sesuai sumber daya yang tersedia. Secara umum pemilihan perusahaan

peserta PROPER mengacu kepada kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan.

2. Perusahaan yang mempunyai dampak pencemaran dan kerusakan

lingkungan yang besar.

3. Perusahaan publik yang terdaftar di pasar modal dalam dan luar negeri.

4. Perusahaan yang berorientasi ekspor.

Bagi perusahaan yang belum menjadi target peserta PROPER dan

tidak memenuhi kriteria tersebut di atas, pengawasan dilakukan melalui

instrumen pengawasan sebagaimana biasanya. Untuk meningkatkan

efektivitas PROPER sebagai instrumen penaatan, maka jumlah peserta

PROPER dari tahun ke tahun akan semakin ditingkatkan, dapat dilihat pada

tabel berikut ;

Page 55: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 56 

Tabel 4. 1; Daftar Peserta PROPER

Tahun Jumlah Perusahaan 2002-2003 85 2003-2004 251 2004-2005 466 2006-2007 2008-2009 2009-2010 2010-2011 995

Walaupun jumlah ini masih relatif kecil dibandingkan dengan total

perusahaan yang berpotensi untuk menjadi peserta PROPER yang mencapai

8.000 perusahaan, namun jumlah perusahaan ini diharapkan sudah

mencapai critical mass dalam pengendalian pencemaran lingkungan.

Pelaksanaan program ini dilakukan secara terintegrasi dengan

melibatkan berbagai stakeholder. Mulai dari tahapan penyusunan kriteria

penilaian PROPER, pemilihan perusahaan, penentuan peringkat, sampai

pada pengumuman peringkat kinerja kepada publik. Peringkat yang diberikan

sebagai penghargaan: Emas - Hijau –Biru - Merah , dan Hitam sudah

merupakan perusahaan yang tidak peduli terhadap lingkungan.

Dari 995 Perusahaan yang telah mengikuti PROPER terpantau oleh

Asosiasi Pulp dan Paper Indonesia (APKI) sebanyak 78 pabrik kertas di

Indonesia, yang telah mengikuti PROPER hanya 29 (dua puluh sembilan)

Page 56: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 57 

perusahaan, siasanya sejumlah 49 (empat puluh sembilan) perusahaan

belum ikut proper menjadi satu pertanyaan.

Tabel 4. 2; Program Penilaian Peringkat Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

No. Keterangan Skor Positif

1. Emas excelent 2. Hijau sangat memuaskan 3. Biru cukup memuaskan 4. Merah dalam pengawasan

Uraian Kriteria Peringkat:

1. Emas (excellent)

Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang

dipersyaratkan dan telah melakukan upaya 3R (Reduce, Reuse,

Recycle), menerapkan sistem pengelolaan lingkungan yang

berkesinambungan, serta melakukan upaya-upaya yang berguna bagi

kepentingan masyarakat pada jangka panjang

2. Hijau (sangat memuaskan)

Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang

dipersyaratkan, telah mempunyai sistem pengelolaan lingkungan,

mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakat, termasuk

melakukan upaya 3R (Reduce, Reuse, Recycle)

Page 57: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 58 

3. Biru (cukup memuaskan)

Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan

sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku

4. Merah (dalam pengawasan)

Melakukan upaya pengelolaan lingkungan, akan tetapi baru sebagian

mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur

dalam peraturan perundang-undangan

5. Hitam (buruk)

Belum melakukan upaya pengelolaan lingkungan berarti, secara

sengaja tidak melakukan upaya pengelolaan lingkungan sebagaimana

yang dipersyaratkan, serta berpotensi mencemari lingkungan.

Sangat di sayangkan pada PROPER periode 2010-2011 terdapat

1(satu) pabrik kertas yang mendapat peringkat hitam dengan rincian sebagai

berikut ;

Peringkat Hitam = 1 Perusahaan

Peringkat Merah = 4 Perusahaan

Peringkat Biru = 20 Perusahaan

Peringkat Hijau = 4 Perusahaan

Jum;ah Peserta = 29 Perusahaan

Page 58: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 59 

Menurut Assosiasi Pulp dan Kertas (APKI) terdaftar 78 (tujuh puluh

delapan) Industri kertas di Indonesia, yang mengikuti PROPER hanya 29

(dua puluh sembilan) pabrik kertas, siasanya sebanyak 49 (empat puluh

sembilan) pabrik kertas mengapa, belum ikut proper, menjadi satu

pertanyaan yang perlu diteliti, diarahkan untuk melakukan perubahan.

Dengan mengikuti PROPER merupakan salah satu langkah “positip”

bagi pengembangan Ilmu pengetahuan dan memberikan solusi dalam

pelestarian lingkungan hidup bagi masyarakat sekitar pabrik serta mahluk

hidup lain nya pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.

PT. Pindo Deli Mills I mendapatkan peringkat: BIRU dan Mills II : Hijau

Proses Pembuatan Kertas dapat di lihat melalui gambar 4 .1

Gambar 4.1; Proses Pembuatan Kertas

Page 59: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 60 

Air Limbah yang dihasil kan oleh Paper Machine terdiri dari sisa Pulp,

Air, Bahan Kimia beserta partikel-partikel/polutan lain nya bersama-sama

menuju titik A sebagai awal masuknya air limbah kedalam IPAL dengan

proses melalui tahapan sebagai berikut :

Pada titik A terpantau parameter rata-rata Juli s/d Desember 2011 ;

Padatan yang Terendapkan (Total Suspended Solid disingkat TSS)

sebesar 2.815,33 memakai satuan mg/lt, metode analisa Fitrasi

sertaacuan pengujian SNI 06-6989.3-2004

Kebutuhan Oksigen Penguraian secara Biologi (Biochemical

Oxygen Demand disingkat BOD) sebesar 616,17 memakai satuan

mg/lt,metode analisa Kebutuhan Oksigen sertaacuan pengujian SNI 06-

6989.72-2009

Kebutuhan Oksigen Penguraian secara Kimia (ChemicalOxygen

Demand disingkat COD) sebesar 1.823,83 memakai satuan mg/lt,

metode analisa Kebutuhan Oksigen serta acuan pengujian SNI 06-

6989.15-2004

pH sebesar 7,55 merupakan derajat ke Asam-an atau Basa-an tanpa

satuan metode analisa Potensiometrik serta acuan pengujian SNI 06-

6989.11-2004.

Jelas sudah bila tanpa pengelolaan yang baik dan benar , dapat di

pastikan bahwa air limbah tersebut sangat berpotensial mencemari

lingkungan karena sudah sangat jauh melampaui daya dukung lingkungan

Page 60: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 61 

hidup DAS Citarum tanpa air buangan dari PT. Pindo Deli , sungai Citarum

sudah dalam kondisi tercemar berat.

Tabel 4. 3;Hasil Kualitas Sungai Citarum up stream – down stream

1. Up Stream : 50 meter sebelum Outlet2. Down Stream : 50 meter sesudah Outlet

Upstream Downstream Upstream Downstream Upstream Downstream Upstream Downstream Upstream Downstream Upstream Downstream Upstream Downstream

1 pH 7.59 7.47 7.37 7.41 7.31 7.26 7.21 7.27 7.34 7.29 7.26 7.21 7.346 7.323

2 Temperatur °C 35 36 35 37 34 35 35 36 29 24 31 32 33.166 33.333

3 SS mg/L 41 44 29 34 31 29 27 31 18 19 25 29 28.500 31.000

4 Turbidity NTU 60 61 29 35 39 33 32 38 21 24 32 36 35.500 37.833

5 COD mg/L 40 39 36 51 45 52 47 58 29 35 29 30 37.666 44.166

6 BOD mg/L 12 15 13 20 22 28 18 21 19 14 16 14 16.666 18.666

7 DO mg/L 2.2 2.1 2.6 2.3 2.4 2.1 2.5 2.2 2.1 2.0 2.1 1.9 2.316 2.100

Rata ‐rata

 KUALITAS AIR   Sungai   Citarum

No Parameter SatuanJuli 2011 Agust 2011 Sep 2011 Okt 2011 Nov 2011 Des 2011

Tabel 4. 4; Hasil analisa , Pengolahan Air Limbah melalui IPAL

Periode : Juli ‐ Desember 2011

Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet

1 Zat Tersuspensi (TSS) mg/L 100 2960 56 2920 55 3200 76 2790 68 2390 37 2630 43 2815,33 55,83

2 BOD5 mg/L 100 603 59 644 36 625 53 530 46 645 47 650 38 616,17 46,5

3 COD mg/L 200 1862 100 1905 100 1814 139 1884 127 1751 88 1817 81 1823,83 105,83

4 pH 6 ‐ 9 7,39 7,11 7,65 7,05 7,79 7,15 7,61 7,12 7,37 7,08 7,65 7,07 7,55 7,09

5 Debit Air Limbah M³ 401909 409007 392673 377306 411185 423172 402452

6 "Sludge" yg dihasilkan Ton **) 3369,72 3725,06 3416,91 3381,56 3403,29 3270,78 2813,59 2832,74 2787,3 2330,06 2594,1 2165,8 3064,15 2951*)   = SK.GUB.KDH. Jawa Barat No.6/1999 sisa  113,15**) = Moisture 65%

September Oktober November

DATA HASIL PENGUJIAN AIR LIMBAH  " INLET ‐ OUTLET "

Desember Rata‐rataNo Parameter Satuan Baku Mutu *)

Juli Agustus

Page 61: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 62 

Melalui Grafik – grafik : Inlet – Outlet - Baku Mutu terlihat sebagai berikut :

Grafik 4. 1; TSS , July – Desember 2011

Grafik 4. 2; BOD , July – Desember 2011

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

mg/lt

Bulan

Inlet

Outlet

Baku Mutu

0

100

200

300

400

500

600

700

mg/lt

Bulan

Inlet

Outlet

Baku Mutu

Page 62: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

J

Johannes Hen

0

500

1000

1500

2000

2500mg/lt

35000

36000

37000

38000

39000

40000

41000

42000

43000

m3

dra  

Graf

Graf

00

00

00

00

00

00

00

00

00

Juli

fik 4. 3; CO

fik 4. 4; De

Agustus

OD , July –

bit , July –

Bulan

September O

Bulan

Desember

– Desembe

Oktober Nov

n

r 2011

er 2011

ember Desem

Page 6

Inlet

Outlet

Baku Mu

mber

Inle

63 

tu

et

Page 63: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

J

B

m

y

2

y

d

t

m

Johannes Hen

B. Pemba

Pada

menghasilk

yang tidak

Saya

2011 deng

yang tersed

Data

diolah seba

titik A (in l

melalui pr

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000To

n

dra  

Grafik

hasan

a Peneliti

kan yang o

mungkin di

a membata

an mempe

dia dari PT.

a-data yang

agai bahan

et ) sebaga

roses peng

Juli

k 4. 5 ; Slu

ian ini te

optimal, nam

hindari.

asi waktu pe

erhatikan s

. Pindo Del

g terpantau

n tulisan

ai sumber

eloloaan d

Agustus Sep

dge , July

elah diran

mun pada

enelitian Ju

situasi dan

i Pulp and

u pada wak

Disertasi, a

pencemara

i IPAL aga

ptember Okt

Bulan

– Desemb

ncang sed

kenyataann

uly 2011 sam

kondisi pe

Paper Mills

ktu penetitia

antara lain

an harus d

ar air buan

ober Novem

ber 2011

demikian

nya terdap

mpai denga

rusahaan,

s.

an cukup m

paramete

di turunkan

ngan pada

ber Desembe

Page 6

rupa unt

at rintanga

an Desemb

keterbatasa

ewakili unt

r kunci da

kualitas ny

titik B dap

er

Inlet

Outlet

64 

uk

an

ber

an

uk

ari

ya

pat

Page 64: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 65 

mencapai dibawah Baku Mutu yang ditentukan oleh Pemerintah

(TSS < 200 mg/lt, BOD < 100 mg/lt, COD < 200 mg/lt dan pH 6 – 9) , dengan

kata lain kerja sama “ team work” dari berbagai unit/bagian harus kompak

“satu hati – satu tujuan” .

Menghitung Beban Pencemaran sebagai contoh

Produksi kertas : 15.000 ton ( rata-rata per bulan )23

Waktu : 30 hari

Rata-rata : 500 ton / hari

Pemakaian Air Bersih : 402.542 m³ (13.418,07 m³ / hari)

Sesuai Baku Mutu Air Buangan Industri Kertas ,

Berdasarkan Kep. Men LH . no. 51 / 10 / 1995 , ditetapkan :

C O D < 200 mg / lt

B O D < 100 mg / lt

T S S < 100 mg / lt

Debit yang di ijinkan 50 m³ / ton kertas

Baku Mutu Beban Pencemaranuntuk Industri yang bersangkutan(kertas)

C O D < 500.000.000 x 50.000 x 200 5.000 kg/hari

B O D < 500.000.000 x 50 .000 x100 2.500 kg/hari

T S S < 500.000.000 x 50 .000 x100 2.500 kg/hari

23 Sumber : Bagian Produksi Mill I , rata-rata July s/d Desember 2011

Page 65: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 66 

Beban Pencemaranakibat pembuangan air limbah bila tidak di olah

dengan baik dan benar melalui IPAL; maka terjadi pencemaran yang

melampaui daya dukung lingkungan DAS , parameter COD, BOD dan TSS .

Perhitungan Beban Pencemaran sebagai berikut ;

C O D = 500.000.000 x 13.418,07 x1.823,28 12.230,51 kg/hari. Sesuai

peraturan maximum di ijinkan= 5.000 kg/hari,berarti telah melampaui

Ambang Batas Pencemaran

B O D = 500.000.000 x 13.418,07 x 616,17 4.132,74 kg/hari,berartitelah

melampaui Ambang Batas Pencemarankarena maximum di ijinkan = 2.500

kg/hari.

T S S = 500.000.000 x 13.418,07 x 2.815,33 6.448,000 kg/hari,

berartitelah melampaui Ambang Batas Pencemaran karena maximum

diijinkan = 2.500 kg/hari

Berbagai upaya yang telah dilaksanakan oleh para manajer dari

semua unit dan tenaga operator (top – down) sehingga menghasilkan rata-

rata pada periode Juli s/d Desember 2011 tercatat senagai berikut :

TSS = 55,83 mg/lt , BOD = 46,50 mg/lt , COD = 105,83 mg/lt, pH =7,09.

Prosentasi Penurunan parameter dari titik A menuju titik B.

TSS = 2815,33 mg/lt 55,83 mg/lt ( 98,02 % )

BOD = 616,17 mg/lt 46,50 mg/lt ( 92,45 % )

COD = 1823,83 mg/lt 105,83 mg/lt ( 94,19 % )

pH ..selalu dalam toleransi baku mutu.

Page 66: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 67 

Semua parameter dibawah Ambang Batas Pencemaran-- aman

Penurunan kadar pencemaran tersebut melalui tiga tahapan ;

Proses Fisika – Proses Kimia dan Proses Biologi .

Proses Fisika terjadi mulai saat air limbah masuk kedalam IPAL di titik

A , melalui saringan kasar dan halus, penurunan kadar pencemaran belum

signifikan, hanya sedikit partikel yang yang > 0,5 mm dapat tersaring

(plastik,daun dan kotoran lain nya) dikumpul dan di angkut ketempat

pembuangan sampah domestik .

Proses Kimia berawal setelah air limbah di pompa dari bak Equalisasi

bersamaan pula di masukan nya Polyaluminium Chloride (PAC) sehingga

partikel-partikel membentuk “flok” dengan menambahkan bahan Polymer

maka flok-flok membesar/menggumpal sehingga akan mempercepat

pengendapan pada bak Clarifier Pertama. Penurunan kadar pencemaran

melalui proses kimia (60% – 80%)24 tersebut sangat ber variasi mengingat

akan jenis bahan kimia yang dibeli dan ukuran dimensi bak equalisasi, bak

koagulasi-flokkulasi dan bak primary clarifier. Sekiranya air limbah telah lolos

dari bak clarifier pertama nilai COD semula 1823,83 mg/lt x 80 % =

1459,064 mg/L masih tersisa 364,77 mg/lt diatas Baku Mutu (< 200 mg/lt),

demikian pula dengan parameter BOD semula 616,17 mg/lt x 80 % = 492, 94

masih tersisa 123,23 mg/lt diatas Baku Mutu (< 100 mg/lt) dan TSS semula

24 Praktek dilapang menggunakan bahan kimia lain ( Aluminium Sulfat )

Page 67: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 68 

2815,33 mg/lt x 80 % = 2.252,26 mg/lt masih tersisa 563,07 mg/lt diatas

Baku Mutu (< 100 mg/lt).

Proses Biologi , untuk mencapai air buangan yang memenuhi dibawah

Baku Mutu memang diperlukan bantuan bakteri pengurai / mikroba

/microorganisme , karena air limbah masih mengandung partikel yang

bersifat “koloid” dan “terlarut” (Disolved Solid) sedemikian unik nya

memelihara dan memanfaatkan mahluk kecil ini merupakan senitersendiri.

Proses Biologi ini terjadi pada bak Aerasi ; ukuran bak , waktu tinggal air

limbah yang diolah , oksigen terlarut / disolved oxygen (DO) yang dapat

dimasukan kedalam air limbah dan temperatur air limbah sangat lah

penting. Kondisi dan kehidupan bakteri-bakteri tersebut supaya selalu

pada posisi siap stand by untuk “bertempur” dengan air limbah yang

mengandung “polutan” sehingga

COD yang tersisa sebesar 364,77 mg/ltdapat mencapai 105,83 mg/lt

BOD yang tersisa sebesar 123,23 mg/lt dapat mencapai 46,50 mg/lt .

TSS yang tersisa sebesar 563,07 mg/lt dapat mencapai 55,83 mg/lt .

Melalui Proses Biologi penurunan kadar pencemaran dapat mencapai

70 % - 90 %25 .

Dapat dipahami bahwa pengelolaan IPAL yang ter koordinasi dengan

baik dan benar secara teori dengan praktek di lapang akan menghasilkan

25 Praktek dilapang dengan memberikan nutrisi yang cukup kepada bakteri

Page 68: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 69 

satu pemandangan yang indah untuk di jadikan contoh bagi pabrik kertas lain

nya.

Pada proses biologi melalui bak aerasi faktor pertumbuhan

microorganisme yang biasa nya di sebut mikroba merupakan mahluk yang

sangat berpengaruh . Perbandingan antara kandungan mikroba saja didalam

proses pengolahan air limbah atau Wastewater Treatment nya =Mix Liquor

Volatile Suspended Solid (MLVSS) dengan semua kandungan organik

termasuk mikroba didalam air limbah tersebut / Mix Liquor Suspended Solid

(MLSS) mendekati 80 berbanding 10026 .

Strategi dengan membandingan antara makanan (Food) dengan

Mikroba (Microorganisme) F / M

Dengan menggunakan rumus :

F/M ratio = BOD / MLSS x t kg of BOD / Kg of MLSS/day.

Q = Flow of Sewage (m3/day)

BOD = organic matter (mg/l)

FOOD = Q (m3/day) x BOD (mg/l) = Q x BOD / 1000 (Kg of BOD/ day)

V = Volume of Aeration (m³)

MLSS = Mixed liquor suspended solids (mg/l)

26 Metcalf & Eddy , Wastewater Engineering , Treatment-Disposal-Reuse

Page 69: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 70 

Micro-organisms = V (m3) x MLSS (log/l) / 1000 = V x MLSS / 1000 (kg of

MLSS in aeration tank)

Debit air limbah / Q = 13.418,07 m³/hari. -

BOD = 616,17 mg/lt . -

Food = 13.418,07 x 616,17 = 82.648,72 kg/BOD/hari.

-Volume bak Aerasi = 32,00 x 50,00 x 4,00 m³ = 6.400,00 m³. -

MLSS melalui perhitungan saat penelitian ditemukan = 5.703 mg/lt.

-Mikroba / micro-organisme yang terkandung dalam bak Aerasi diperkirakan

= 6.400,00 m³ x 5.703 mg/lt /1000 = 36.499,20 kg.

F/M ratio = 82.648,72 kg : 36.499,20kg

= 2,644 melampaui 80 / 100

Dengan mengetahui F/M ratio > 0,80 maka dapat di pastikan bahwa

mikroba terjamin ketersediaan makanan nya. Namun perlu di siasati dengan

perbandingan yang “ideal “antara MLVSS dengan MLSS adalah 80

berbanding 100 , maka setelah melihat F/M terlalu besar (makanan lebih

banyak dari mikroba) .

Strategi untuk menyiasati agar mikroba dan makanan yang datang

seimbang, sesuai yang dibutuhkan , tambahan mikroba merupakan lumpur

aktif / activated sludge yang di kirim melalui saluran balik terbuat dari pipa

anti karat.

Page 70: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 71 

Sebagai operator yang sudah cukup berpengalaman dapat mengatur

berapa banyak lumpur aktif tersebut yang harus di kirim kembali masuk

kedalam bak aerasi .

Mikroba yang berjuang mendegradasi polutan pada bak aerasi dapat

dilihat pada gambar berikut ini;

Gambar 4. 2; Mikroba yang terpantau pada Bak Aerasi

Page 71: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 72 

Strategi dengan menyiasati Waktu Tinggal (Retention Time )

dt = V / Q dengan satuan waktu : hari / jam / menit

V = Volume bak-bak dari IPAL m³

Q = Debit air limbah yang di olah m³/hari

Melalui gambar berikut ini menjelaskan waktu tinggal aliran air limbah

(berapa lama) diproses pada bagian/tempat yang dilalui terlihat pada gambar;

Gambar 4. 3; Waktu Tinggal

Page 72: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 73 

dt = Waktu Tinggal Air Limbah selama pemrosesan dari titik A titik B

dt = dt 1 + dt 2 + dt 3 + dt 4 + dt 5 + ……

dt 1 merupakan waktu yang ditempuh oleh air limbah dari titik A A1

dt 2 merupakan waktu yang ditempuh oleh air limbah dari titik A1 A2

dt 3 merupakan waktu yang ditempuh oleh air limbah dari titik A 2 A3

dt 4 merupakan waktu yang ditempuh oleh air limbah dari titik A 4 A5

dt 5 merupakan waktu yang ditempuh oleh air limbah dari titik A 5 A6

waktu yang ditempuh dari titik A3 A4 tidak signifikan menurunkan BOD,

COD dan TSS , tujuan menurunkan temperature air limbah < 37º C

Mengikuti alur air limbah dengan debit rata-rata adalah sebagai berikut; ;

Debit = 402.452 m³ / 30 hari = 13.418 m³ / hari dibutuhkan waktu tinggal ;

1. Bak Equalisasi ,

Berbentuk bulat dengan ukuran Diameter = 12 m’,

Tinggi / Dalam = 3 m.

dt 1 = V / Q = 339,12 / 13.418

= 0,03 hari

= 0,72 jam

= 43,20 menit.

2. Bak Koagulasi – Flokulasi

Berbentuk persegi / kotak dengan ukuran Panjang = 6 m’,

Lebar = 6 m’ , Tinggi /Dalam = 4 m’

Page 73: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 74 

dt 2 = V / Q = 144 / 13.418

= 0,01 hari

= 0,24 jam

= 14,4 menit

3. Bak Clarifier I

Berbentuk bulat dengan ukuran Diameter = 26 m’ ,

Tinggi /Dalam = 4,25 m.

dt 3 = V / Q = 2.255,3 / 13.418

= 0,17 hari

= 4,03 jam

= 242,09 menit

4. Bak Aerasi

Berbentuk persegi panjang / kotak , Panjang 65 m’ , Lebar 33 m’ ,

Tinggi/Dalam 4 m’.

dt 4 = V / Q = 8.580 / 13.418

= 0,64 hari

= 15,36 jam

= 921,6 menit

Page 74: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 75 

5. Bak Clarifier II

Berbentuk bulat dengan ukuran Diameter = 32 m’ , Tinggi /Dalam =

4,25 m.

dt 5 = V / Q = 3.416,3 / 13.418

= 0,25 hari

= 6 jam

= 360 menit

dt = dt 1 + dt 2 + dt 3 + dt 4 + dt 5

= 0,72 jam + 0,24 jam + 4,03 jam + 15,36 jam + 6 jam

Total = 26,35 jam atau 1 hari plus 2 jam dan 21 menit

Waktu tinggal yang diperlukan untuk menurunkan parameter ( prosentasi);

TSS = 2815,33 mg/lt 55,83 mg/lt ( 98,02 % )

BOD = 616,17 mg/lt 46,50 mg/lt ( 92,45 % )

COD = 1823,83 mg/lt 105,83 mg/lt ( 94,19 % )

dari titik A menuju titik B selama 26,35 jam atau lebih dari 1 hari ,

Bila sampling di titik A hari Senin waktu . 08.00 WIB ,

maka sampling di titik B ke esokan hari nya Selasa waktu 10.21 WIB .

Page 75: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 76 

Dengan demikian penurunan tingkat pencemaran ( prosentasi Removal )

dapat dilihat pada Tabel 4. 5 berikut .

ampling & RemovalWaktu " Sampling" ( WIB ) dan " Removal" BOD, COD , TSS ( mg/lt )

Titik A A1 A2 A3 A4 A5 A6 KeteranganSetelah Ekualisasi Setelah Koagulasi-Flokulasi Setelah Clarifier I Sebelum Bak Aerasi Setelah Bak Aerasi Setelah Clarifier II Total % Removal

Waktu o8.00 o8.43 % Removal 08.57 % Removal 13.00 % Removal 13.09 % Removal 04.52 Selasa % Removal 10.21 % Removal

BOD 616,17 400,51 35% 400,51 - 40,05 90% 40,05 - 28,04 93% 28,04 93% 46,50 92,45%COD 1823,83 1459,06 20% 1459,06 - 364,77 75% 364,77 - 36,48 90% 36,48 90% 105,83 94,19%TSS 2815,33 985,37 65% 985,37 - 147,80 85% 147,80 - 4,43 97% 4,43 97% 55,83 98,02%

** Dari data tersebut memperlihatkan bahwa dengan bantuan Mikroba semua parameter sudah dapat mencapai dibawah Baku Mutu Air Buangan.Dengan diketahuinya pengolahan secara Biologi lebih efektif , maka dapat diteliti lebih lanjut untuk men design IPAL yang lebih efisien ( Biology system )

No Waktu (x) BOD COD TSS1 08.00 616.17         1,823.83      2,815.33     2 08.43 400.51         1,459.06      985.37        3 08.57 400.51         1,459.06      985.37        4 13.00 40.05           364.77         147.80        5 13.09 40.05           364.77         147.80        6 04.52 28.04           36.48           4.43            7 10.21 28.04           36.48           4.43            

100 200                   100                  100 200                   100                  100 200                   100                  100 200                   100                  100 200                   100                  100 200                   100                  100 200                   100                  

Page 76: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 77 

100.00 

200.00 

300.00 

400.00 

500.00 

600.00 

700.00 

08.00 08.43 08.57 13.00 13.09 04.52 10.21

mg/lt

Waktu (Jam)

Grafik 4. 6 :  BOD (rata‐rata)

200.00 

400.00 

600.00 

800.00 

1,000.00 

1,200.00 

1,400.00 

1,600.00 

1,800.00 

2,000.00 

08.00 08.43 08.57 13.00 13.09 04.52 10.21

mg/lt

Waktu (Jam)

Grafik 4. 7 : COD (rata‐rata)

Page 77: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 78 

Dari ketiga parameter terlihat bahwa; setelah air limbah di proses

melalui bak aerasi (proses biologi) menghasilkan nilai dibawah baku mutu air

buangan , berarti sudah aman untuk di salurkan ke badan penerima/ sungai.

Sebagai inovasi dari hasil evaluasi tersebut peneliti menyarankan proses

pengendapan air limbah sebelum melalui bak pengendapan ke dua

(secondary clarifier) akan menjadi lebih sederhana dan mudah dilaksanakan

bila air olaha tersebut dibuatkan kolam dengan tanaman air, sehingga biaya

yang diperlukan untuk pemisahan antara air dan mikroba menjadi sangat

efisien (diperlukan penelitian lebih lanjut) .

500.00 

1,000.00 

1,500.00 

2,000.00 

2,500.00 

3,000.00 

08.00 08.43 08.57 13.00 13.09 04.52 10.21

mg/lt

Waktu (Jam)

Grafik 4. 8 : TSS (rata‐rata)

Page 78: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 79 

Kecepatan Mengalir ( Flow rate )

Kecepatan mengalir air limbah perlu di cermati karena turut menentukan

proses pengendapan, partikal-partikal yang terkandung dalam air mempunyai

berat dan memerlukan waktu untuk mengendap sehingga, kecepatan akan

berbanding terbalik dengan luas permukaan dari wadah/bak yang dilalui.

Flow rate = Q / luas permukaan

Q = V . A

Fr = V . A / f

( m³ / m2 . satuan waktu )

Dengan demikian dalam perencanaan men design sebuah bak tempat

mengalirnya air limbah dengan harapan terjadi pengendapan yang optimal.

Mengenai biaya pengoperasian IPAL diperoleh rata-rata untuk setiap

M3 air limbah adalah sebesar Rp.4.500,-27.

Volume air limbah yang diolah melalui IPAL Mills I sekitar 10.000 m³-

15.000 m³ per hari sedangkan Mills II sekitar 20.000 m³ – 25.000 m³ per hari.

Artinya paling sedikit PT. Pindo Deli memasukan air buangan nya ke sungai

Citarum adalah sekitar 10.000 m³ + 20.000 m³ = 30.000 m³ air limbah

setiap hari di olah melalui IPAL dan menghasilkan timbulan sludge sekitar

5 ton + 10 ton = +/- 15 ton setiap harinya. Kualitas air buangan yang dialirkan

ke sungai Citarum walaupun telah memenuhi syarat dibawah Baku Mutu

27 Data perhitungan memakai bahan Polyaluminium Chloride (PAC) dan Polymer, PT. APM, 2011

Page 79: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 80 

sesuai Peraturan Pemerintah , namun setelah di uji pada kualitas air sungai

Citarum up stream – down stream rata-rata selama penelitian July s/d

Desember 2011 ditemukan , sedikit melebihi kualitas air sungai 50 m

sebelum titik B (out-let, tabel 4. 3 ).

Kualitas Air sungai Citarum COD sebelumnya 37,666 mg/lt setelah

dimasukan air buangan dari IPAL PT. Pindo Deli menjadi 44,166 mg/lt . BOD

pun demikian sebelum nya 16,666 mg/lt menjadi 18,666 mg/lt .

Menurut Daya Dukung Kualitas Air Sungai Citarum, peruntukan kelas

III adalah BOD = 6 mg/lt dan COD = 50 mg/lt . Sehingga upaya menurunkan

biaya operasional pengolahan air limbah tersebut dari seluruh unit-unit,

terutama pada bagian produksi dengan meminimal kan sumber air limbah

yang di salurkan ke IPAL perlu ditingkatkan lagi.Sedangkan Kualitas kertas

yang diexport ke tempat / negara yang dituju menuntut agar pabrik tersebut

ramah terhadap lingkungan (environmental friendly) dan harga yang

bersaing dengan produksi kertas dari negara lain nya. Setelah mencermati

beberapa pabrik kertas dalam meng operasikan IPAL nya , maka timbul

keinginan untuk merencanakan IPAL effisien (Paket Hemat) baik dalam

biaya pembangunan maupun saat meng operasikan nya.

Page 80: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 81 

Kombinasi Analisis Penelitian dengan Analsis SWOT

1..Karena dalam proses pembuatan kertas tidak mungkin dihindari

nya air limbah (waste water) dengan jumlah / volume yang besar (10 – 20

m³/ ton). Namun dengan kemajuan teknologi mesin pembuatan kertas yang

semakin cangih , maka air limbah tersebut diminimalkan sebelum disalurkan

kepada IPAL. Contoh pemilihan kebijakan dari air limbah yang dihasilkan dari

proses pembuatan kertas melalui table berikut. Urgent Serius Growth (USG ).

Tabel 4. 6 ; Pemilihan kebijakan

No. Altenative Minimalkan sumber air limbah

Meningkatkan kapasitas IPAL

1 2 3 4 5 6 7 8 Bobot Nilai Skor Bobot Nilai Skor 1 Pemakaian Bahan

Baku yang tepat 0,3 4 1,2 0,3 4 1,2

2 Pemilihan Mesin Produksi yang Tepat

0,2 2 0,4 0,2 2 0,4

3 SDM 0,3 4 1,2 0,3 2 0,6 4 Kemampuan

Keuangan mencukupi 0,1 2 0,4 0,2 2 0,4

Jumlah 1,0 3,2 1,0 2,0 kesimpulan : Berdasarkan hasil uraian masalah dan pemilihan alternatif kebijakan tersebut, direkomendasikan Minimalkan Sumber Air Limbah.

Dengan demikian maka berdasarkan tabel di atas para pemangku

kepentingan berkoordinasi secara baik. Sehingga pada saat proses

pembuatan kertas diupayakan seminimal mungkin bahan baku yang terdiri

dari pulp, air, bahan kima dan lain sebagainya (mubasir) tidak terbuang

menjadi limbah yang akan menjadi beban pada IPAL.

Page 81: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 82 

2.Setelah mempelajari semua Peluang (opportunities) dan Kekuatan

(Stregnths) yang tersedia maka perlu di optimalkan system pengolahan

secara biologi , yaitu dengan memanfaatkan mikroba pengurai yang dapat

menurunkan kadar pencemaran air sehingga biaya pembangunan dan

operasi IPAL dapat ditekan, melalui Trickling Filter dan tanaman air Eceng

Gondok , seperti yang telah diuraikan pada bab sebelum nya.

Kelemahan (weakness) dan Ancaman (threats) menjadikan suatu tantangan

yang dapat menjadikan perbaikan untuk menjadi contoh dan tauladan bagi

pabrik kertas yang belum menyadari untuk berbuat baik , ramah terhadap

lingkungan , khusus nya kepada DAS

3.Sludge yang merupakan limbah B3 sebagai hasil dari proses IPAL ,

perlu diatur agar tidak menjadikan pemandangan yang kotor tidak sedap

dipandang oleh mata. Material sludge terdiri dari 2 (dua) bentuk atau jenis

yang sangat berbeda ;

Sebagian besar terdiri dari fibre , calcium carbonate sebagai bahan

pengisi / filer sebagai sisa proses pembuatan kertas , setelah melalui IPAL ,

hasil endapan dari bak pengendapan pertama (primary clarifier) .

Bahan tersebut menjadi bahan baku daur ulang untuk pembuatan kertas

yang berkualitas lebih rendah atau bahan bangunan (batako) dan bentuk

lainnya yaitu sludge yang dihasilkan dari bak pengendapan kedua

(secondary clarifier), merupakan bio-sludge yang dapat diproses menjadi

Page 82: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 83 

kompos dan sangat bermanfaat untuk tanaman palawija maupun tanaman

hutan industri lain nya sebagai sumber hara.

4. Penataan Ruang pada lokasi IPAL akibat kegiatan aktifitas

manusia membuat kertas dan apa saja yang terdapat didalam nya perlu di

siasati dengan seni ilmu lansekap (landscape) yang mengatur dengan

mengkomposisikan elemen-elemen alam buatan menusia, sehingga akan

tercipta suatu karya lingkungan yang berfungsi secara estetis indah,

efektif,serasi, seimbang, teratur dan tertip. Sehingga tercapai kepuasan

jasmaniah dan rohaniah manusia dan mahluk hidup lainnya.28

28 Zoer’aini Djamal Irwan, 2010, Prinsip-prinsip Ekologi , Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya,halaman 13.

Page 83: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 84 

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ternyata; PT. Pindo Deli Pulp and Paper

Mills dengan menerapkan Management By Olympic System (MBOS) sebagai

strategi mengoptimalkan penurunan kandungan limbah B3 telah mencapai

dibawah ambang batas yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Diperoleh temuan sebagai berikut ;

1. Air buangan dari PT. Pindo Deli Mills I & II telah mampu mencapai

dibawah baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah , dengan strategi MBOS

mendapatkan peringkat Birubagi Mills I danperingkat Hijau bagiMills II, pada

PROPER periode 2010 – 2011.

2. TopManajementelah melakukan strategi dengan menambah 1 (satu)

Paper Machine, khusus untuk menampung limbah Sludge (B3) sebagai

bahan baku kertas yang berkualitas rendah (low grad) dalam upaya

pencegahan pencemaranmelalui sarana dan prasarana IPAL.

3. Air buangan PT.Pindo Deli Pulp and Paper Mills , hasil pantau pada

bulan Juli s/d Desember 2011, nilai COD down stream = 44,166 mg/lt , BOD

down stream =18,666 mg/lt , TSS down stream = 31,000 mg/ltd an pH =

7,323.

Page 84: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 85 

B. Rekomendasi

1. Hendaknya melalui Pendidikan “Manajemen Lingkungan” Pengelolaan

Air Limbah pabrik-pabrik kertas lain nya di seluruh Nusantara ter “dorong”

untuk berbuat“baik” terhadap sumber daya alam (air), tidak menambah kritis

kerusakan lingkungan hidup .

2. Disarankan kepada para Pembina, Pengawas tidak boleh menerima

“uang” untuk menutupi atau menunda pengoperasian IPAL, bila ditemukan

hal-hal yang tidak sesuai peraturan. Melainkan menindak tegas / menyetop

aktifitas pabrik. Sudah selayaknyalah setiap pabrik kertas harus menjalankan

IPAL yang merupakan tolak ukur kepedulian terhadap lingkungan.

3. Tidak ada lagi “saluran tikus” (IPAL palsu) pada setiap pabrik kertas

sadar mematuhi peraturan dalam Pengelolaan Air Limbah yang benar,

memenuhi Baku Mutu air buangan nya yang dialirkan ke sungai...

4. Pada saat manajemen harus memilih antara me minimal kan sumber

air limbah dengan menambah kapasitas IPAL, maka alternatif pertamalah

yang di pilih , seperti terlihat pada hasil analisis Urgent Serius Growth (USG ).

Page 85: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 86 

DAFTAR PUSTAKA

Callan Scott J, Thomas Janet M, Environmental Economics and Management

2nd Edition. Harcourt College Publishers, 6277 Sea Harbor Drive, Orlando, Fl 32887-6777, 2000.

Dicker Laurie , Making Conflict Resolution Happen.Business + Publishing

Unit 7/5 Vuko Place ,Warriewood NSW 2102 , Australia., 2001 Daft, Richard L, Management, 6thEdition,Thomson Learning,Singapore, 2003. Hopfenbeck, Waldemar The Green Management Revolution , British Library

Cataloguing , Great Britain, 1993 James P. Lester , Environmental Politics & Policy , Theories and Evidence

(2nd Edition), Duke University Press, London, 1997 Kristianus Atok,Paulus Florus dan Lorensius AR, Peran Masyarakat Dalam

Tata Ruang Cetakan Pertama, CV. Mitra Kasih, Yayasan Karya Sosial Pancur Kasih Pontianak, Kalimantan Barat.,1998

Linn, Johannes.F, Cities in the Developing World, Second edition, The World

Bank , 1818 H.Street, N.W, Washington D C. 20433 USA., 1985 Madu, Christian N, Environmental Planning and Management,Imperial

College Press, London, 2007. Metcalf & Eddy, Ing. , Wastewater Engineering, Treatment, Disposal,and

Reuse, Third edition, McGraw-Hill, Singapore.,1991. Mohammad Soerjani, Arief Yuwono dan Dedi Fardiaz, Lingkungan Hidup,

Edisi Ke-2, Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan, Jakarta, Indonesia., 2007.

Nicholas Stern., Climate The Economic of Change , The Stern Review,

Cambridge, London, 2006. Nugraha, Agung & Yudo E B Istoto, Hutan, Industri dan Kelestarian,Wana

Aksara, Banten, Indonesia., 2007.

86

Page 86: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 87 

Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pengembangan, Cetakan ke-10, Djembatan, Jakarta., 2004.

Peter Peters, Joe Ravetz and Clive Geoge, Environment and the City,

Routledge , 270 Madison Avenue, New York, NY 10016., 2009. Praptapa, Agung, The Art of Controlling People , Strategi Mengendalikan

Perusahaan, PT. Gramedia, Jakarta., 2009. Rangkuti, Freddy, ANALISIS SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT.

Gramedia Pustaka Utama , Jakarta , 2005. Sugiarto, Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah , Universitas Indonesia ,

Jakarta , 2004 . World development report, Reshaping Economic Geography, The World

Bank, Washington DC, Bandung, 2009. Yuwono, Rudy dan Endro Adinugroho, Buku Pegangan Manajer

Pengendalian Pencemaran Air, Cetakan 1, BPLHD , Jawa Barat dengan bantuan dari Japan External Trade Organization (JETRO), 2006.

Zoer’aini Djamal Irwan, Prinsip-Prinsip Ekologi ; Ekosistem, Lingkungan dan

Pelestariannya, PT. Bumi Aksara , Jakarta , 2010.

Page 87: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 88 

Perundang-undangan: Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Jakarta Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2009, TentangPerlindungan danPengelolaan LingkunganHidup. 2009

Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Jakarta Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1997, Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.1997. Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Jakarta. Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1982, Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.,1982

Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Jakarta Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor: KEP-51/MENLH/10/1995, Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri ,1995

Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Jakarta Peraturan

Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Page 88: 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final

Johannes Hendra   Page 89 

STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH PABRIK KERTAS, DALAM RANGKA PENURUNAN KANDUNGAN

LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

JOHANNES HENDRA 7717090919

Disertasi yang Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Doktor

7717090919

JohanneHendra

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2012