07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final
Transcript of 07-Johannes Hendra -DISERTASI , Final
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan akan kertas dari hari kehari terus meningkat, dengan
demikian industri kertas akan berupaya meningkatkan produksinya. Hasil
produksi dari industri kertas tersebuttelah dipasarkan secara Nasional (local)
dan International (export).
Tahun 2010 produksi kertas Indonesia mencapai 9,951 ton , dan
tahun 2011 produksi kertas Indonesiamencapai angka 11,5 juta ton. Apabila
di Korea Selatan dan di Swedia tidak terjadi penambahan produksi kertas
secara signifikan, Indonesia menggeser peringkat kedua negara tersebut,
sehingga dari peringkat ke-11 produsen kertas terbesar dunia naik peringkat
Ke-9 sebagai produsen kertas terbesar didunia1.
Semua kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak yang bersifat
positip maupun negatip. Salah satu dampak negatipnya adalah pencemaran
terhadap air permukaan/Daerah Aliran Sungai (DAS). Sejak tahun 2005
telah tercatat lebih dari 62 DAS sudah dalam keadaan kritis2. Satu
diantaranya adalah sungai Citarum yang semakin kritis, dimana pabrik kertas
PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills melimpahkan / menyalurkan air buangan
1Sumber : Balai Besar Pulp dan Kertas , Kementrian Perdagangan , Bandung 2Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum ( PU ) , Jakarta
Johannes Hendra Page 2
yang mengandung limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari proses
pembuatan kertas, sehinggadiperlukan strategi yang tepat dalam
mengoptimalkan penurunan kadar pencemarannya agar tidak melampaui
daya dukung pemulihan DAS Citarum .
Pada Sungai Citarum telah dibangun 3 (tiga) waduk besar yaitu:
Waduk Saguling dibangun tahun 1986 dengan kapasitas 982 juta m³, Waduk
Cirata dibangun tahun1988 dengan kapasitas 2.165 juta m³, dan Waduk
Jatiluhur dibangun tahun 1963 dengan kapasitas 3.000 m³. Waduk Jatiluhur
merupakan waduk serba guna dan tertua diantara ketiga waduk yang ada di
Sungai Citarum tersebut. Fungsinya meliputi berbagai pemanfaatan yaitu
sebagai pasok air baku bagi PDAM di Jakarta (17,5 m³/s), air baku untuk
industri (110 m³/s), irigasi yang disalurkan melalui saluran Tarum Barat dan
Tarum Timur (600 m³/s dengan areal irigasi 242.000 ha), perikanan (40.000
unit jala apung dan sekitar 12,3 m³/s untuk kolam biasa dan air deras), PLTA
(1.387,5 MW), penggelontoran, pengendali banjir dan sarana rekreasi. Luas
DAS Citarum kira-kira 7.400 km², yang secara fisik ekologis terbagi menjadi
tiga bagian,yaitu ;
1. Bagian hulu memiliki luas 1.771 km², dengan batas antaraMajalaya
sampai dengan inlet Waduk Saguling.
2. .Bagian tengah denganluas 4.242 km², yaitu dari inlet Waduk Saguling
sampai dengan outlet Waduk Jatiluhur.
Johannes Hendra Page 3
3. Bagian hilir yaitu dari outlet Waduk Jatiluhur sampai dengan muara
Gembong ke Laut Jawa dengan luas 1.387 km².
Secara hidrologis, DAS Citarum memiliki curah hujan rata-rata 2.300
mm/tahun, atau debit alirannya mencapai 5,7 milyar m³/tahun.
Debit sungai Citarum sangat berfluktuasi yaitu antara musim hujan dan
musim kemarau sangat jauh berbeda. Berdasarkan pengukuran debit di
lokasi Nanjung lokasi sebelum masuk Waduk Saguling debit rata rata sungai
Citarum adalah sekitar 70,67 m³/s.
DAS Citarum memiliki sangat banyak mata air, Citarum Hulu saja
mempunyai sekitar 400 buah mata air yang mempunyai potensi debit lebih
dari 15 m³/s.
Berbagai sumber air permukaan baik mata air atau juga badan sungai
serta air tanah dangkal banyak dimanfaatkan untuk keperluan domestik,
pertanian, perikanan atau juga industri.
Status mutu air adalah kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi
cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan
membandingkan terhadap baku mutu air3 yang ditetapkan oleh pemerintah.
Untuk melakukan penilaian status mutu air pada suatu sumber air,
yaitu diantaranya yang disajikan dalam hal-hal yang bersifat umum
menggunakan kelas air yang mengacu pada PP No. 82 Tahun 2001.
3Sumber: SLHI-2004, KLH yang telah di-update untuk S.Citarum, S.Ciliwung, dan S.Cisadane
Johannes Hendra Page 4
Adapun hasil kajian yang telah dilakukan pada tahun 2004, yaitu Pusat
Litbang SDA sebagai salah satu nara sumber dalam penyusunan Status
Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) pada waktu itu, menghasilkan status
mutu air untuk berbagai sungai-sungai penting di Indonesia seperti terlihat
pada Tabel-1. 1
Tabel 1.1 Status Mutu Air Sungai di Indonesia
No Provinsi Sungai
Status Mutu Air dengan Metoda Indeks Pencemaran,
terhadap baku Mutu Air Klas II dari PP 82/2001
Hulu Hilir
1 Nangro Aceh Darussalam
Krueng Tamiang MB
2 Sumatera Utara Deli CR CR 3 Riau Kampar CR CR 4 Sumatera Barat Batang Agan CR CS 5 Jambi Batang Hari CR CS 6 Bengkulu Air Bengkulu CR CS 7 Sumatera Selatan Musi CR CR 8 Lampung W. Seakampung CR CR 9 Bangka Belitung Rangkui CS CR 10 Banten Kali Angke CR CS 11 Banten-Jawa Barat Cisadane CB CS 12 DKI Ciliwung CB CB 13 Jawa Barat Citarum CB CB Keterangan: MB-Memenuhi baku mutu air yang ditetapkan, CR-tercemar ringan, CS-tercemar sedang, CB-tercemar berat Sumber: SLHI-2004, KLH yang telah di Update untuk S.Citarum, S.Ciliwing, dan S. Cisadane
Johannes Hendra Page 5
Disamping cara Storet tersebut di atas untuk menetapkan status mutu
air, dapat digunakan pula cara yang lainnya yaitu Indeks Fisika-Kimia yang
telah dicoba pada DAS Citarum oleh peneliti Balai Lingkungan Keairan, Pusat
Litbang SDA. Klasifikasi ini diharapkan dapat menyajikan kondisi yang lebih
realistis sesuai dengan kondisi lapangannya yaitu dengan membagi tujuh
kelas yaitu sangat baik, baik, agak baik, sedang, agak tercemar, tercemar
dan sangat tercemar. Indeks kimia fisika merupakan salah satu cara untuk
menilai kualitas air sungai atau suatu sumber air. Nilai indeks kimia fisika
dihitung berdasarkan 8 parameter kualitas air yaitu: persen kejenuhan
Oksigen, BOD, pH, Daya Hantar Listrik, Temperatur, Amonium, dan Nitrat
Tiap-tiap parameter tersebut mempunyai nilai sub-indeks dan faktor tersendiri
tergantung dari peranan parameter tersebut dalam mempengaruhi kualitas
air. Nilai indeks kimia fisika air sungai bervariasi antara 100 (seratus) untuk
air yang kualitasnya baik dan 0 (nol) untuk air yang kualitasnya buruk.
Secara keseluruhan status mutu air S.Citarum dengan indeks Fisika-
Kimia. Dari hasil kajian status mutu air menunjukkan bahwa sumber-sumber
air pada umumnya untuk sungai orde-1 telah tercemar berat (CB) hampir
disepanjang ruas sungainya. Hal ini disebabkan karena terlampauinya daya
tampung beban pencemaran. Tetapi untuk anak-anak sungai yang berada
pada orde-2 dan seterusnya., pada umumnya masih bersatus tercemar
ringan sampai dengan memenuhi baku mutunya. Namun khusus untuk ruas-
ruas sungai yang merupakan badan air penampungan untuk kegiatan
Johannes Hendra Page 6
penduduk, pertanian ataupun industri pada umumnya telah tercemar sedang
sampai berat, dan bahkan sangat berat.
Berbagai strategi baik penegakan hukum ataupun program yang
bersifat khusus yaitu seperti Prokasih, SuperKasih dan Proper, namun status
mutu air masih tetap tidak membaik. Berdasarkan strategi pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air untuk kondisi seperti ini perlu
dilakukan program mutu air sasaran yang perlu diprogramkan secara
seksama agar setiap tahapan prosesnya untuk memperbaiki satu tingkat
kelas air diatasnya dapat tercapai. Hal ini perlu dikaji menggunakan konsep-
konsep pengelolaan kualitas air dan Status Mutu Air Sungai.
Pengendalian pencemaran air secara terpadu yang dilakukan dengan
cara optimasi pemanfaatan airnya dengan sistem yang terkoordinasi secara
baik dalam melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang mempunyai
komitmen tinggi untuk melaksanakan programnya serta pelaksanaan kontrol
yang tegas untuk mencapai tujuan akhir status mutu air sesuai ;
PP. No.82 Tahun 2001 seperti terlihat pada Tabel 1. 2.
Johannes Hendra Page 7
Tabel 1.2 Perkiraan beban pencemaran BOD dan COD dari industri dan Pemukiman di DAS Citarum
No DAS Beban Pencemaran (ton/hari)
Industri Permukiman Jumlah BOD COD BOD COD BOD COD
1. Sub DAS Hulu 291,9 437,9 47,02 107,21 338,92 545,11
2. Sub Das Hilir 40,0 60,4 40,05 91,30 80,05 151,70
DAS Citarum 331,9 498,5 87,07 198,51 418,97 696,81
Sumber: Pusat Litbang SDA Balai Lingkungan Keairan, Kemeneterian Pekerjaan Umum jakarta, 2004
Mengingat masalah tersebut dan memperhatikan kegiatan aktifitas
pabrik kertas PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills , di Karawang yang
menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), maka perlu
diteliti apakah pabrik-pabrik kertas tersebut akan menambah kerusakan
sungai Citarum yang kita cintai ini. Sungai Citarum bagian hilir yang menjadi
pilihan untuk di teliti , membentang dari Waduk Jatiluhur hingga Muara
Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Dari tahun ke tahun kualitas dan kuantitas air sungai Citarum terus
menurun. Sehingga diperlukan kerja keras berbagai pihak terkait pemangku
kepentingan (stake holder) ; komitmen dalam “pelestarian lingkungan hidup”
bagi Daerah Aliran Sungai (DAS).
Satu industri kertas saja dengan target 1.000.000 ton per tahun sudah
selayaknya membangun dengan konsep pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Setiap pabrik perlu mencermati dampak negatip
Johannes Hendra Page 8
yang ditimbulkan terhadap resiko pencemaran yang harus di minimalkan
(minimize) walaupun berpeluang akan menambah pertumbuhan
pembangunan daerah dibidang ekonomi dan pemberdayaan masyarakat
setempat (transfer teknologi).
Dampak negatip yang akan ditimbulkan tersebut seharusnya
diwujudkan dalam bentuk rencana yang matang dan selaras dengan upaya
pelestarian lingkungan. Industri Kertas dengan target 1.000.000 ton per
tahun termasuk industri besar, membutuhkan air bersih sebagai bahan baku
sekitar 10-30 m³ per ton kertas yang diproduksi, berarti volume air baku yang
dipasok melalui saluran Irigasi Tarum Barat dan saluran Irigasi Tarum Timur;
1.000.000 x 20 m³ : 330 hari = 60.606 m³ per hari dengan beban
pencemaran BOD sekitar 60.606.000 lt x 100 mg/lt = 6.060,6 kg/hari atau
6,06 ton/hari dan COD = 12,12 ton/hari serta TSS = 6,06 ton/hari, sehingga
air limbah tersebut berpotensial mencemari sungai Citarum. Terlihat pada
gambar berikut ini
Gambar 1. 1 : Lumpur (sludge) pada bak penampung sementara
Johannes Hendra Page 9
Gambar 1. 2 : Lumpur (sludge ) setelah keluar dari “ Belt Press”
Dengan demikian maka setiap industri kertas wajib4 melaksanakan
pengelolaan air limbahnya melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
dengan serius memakai teknologi tepat , efisien melalui Sumber Daya
Manusia yang handal serta peduli terhadap lingkungan, agar produk yang
dihasilkan dapat bersaing baik didalam negeri maupun luar negeri (export),
sedangkan air buangannya setelah diolah melalui Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) tersebut kadar pencemaran harus sudah memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah sesuai baku mutu air
buangan, sehingga dapat ditampung oleh badan penerima air permukaan
yaitu sungai dengan kadar pencemaran sudah tidak melampaui Daya
Dukung Lingkungan Hidup Daerah Aliran Sungai (DAS) .
4Kep-51/MENLH/10/1995, Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri
Johannes Hendra Page 10
B. FokusPenelitian
1. Mencari titik pertemuan antara Teori dan Praktek di lapang dalam bidang
pengolahan air limbah pabrik kertas, berdasarkan kebijakan dan
kepedulian pemrakarsa terhadap pencemaran Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang selama ini kurang dipentingkan.
2. Memberikan peluang lapangan kerja kepada saya dan teman-teman
untuk mengajarkan kepada pabrik kertas tidak menambah kritis DAS
serta bermanfaat bagi masyarakat disekitarnya dan mencarikan bentuk
IPAL yang lebih effisien .
C. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan aktifitas kegiatan pabrik kertas yang
menghasilkan limbah B3 dan merupakan ancaman kerusakan lingkungan
Daerah Aliran Sungai (DAS) maka, rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut : Bagaimanakah strategi pabrik kertas PT. Pindo Deli melakukan
penurunan kadar limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), untuk
mencapai ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah yaitu tidak
melampaui Daya Dukung Lingkungan Hidup DAS Citarum , Kep-
51/MENLH/10/1995 dan PP. no. 82/2001.
Johannes Hendra Page 11
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai :
1. Sebagai bahan masukkan yang perlu dipertimbangkan kepada top
manajemen pabrik-pabrik kertas lain, yang ingin berubah dengan
membangun dan mengoperasikan IPAL secara praktis dan mampu
memecahkan masalah-masalah yang timbul, merubah perilaku kearah
perbaikan peduli terhadap lingkungan. Pengalaman merupakan faktor
penting dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan sangat berguna.
2. Meningkatkan kemampuan SDM , manajer IPAL dan tenaga operator
dalam mengelola IPAL yang peka dan beretika lingkungan , mencintai alam
berarti ikut menyelamatkan generasi mendatang dari malapetaka akibat ulah
manusia yang tidak mempedulikan daya dukung lingkungan DAS.
3. Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku , sumber energi
tenaga listrik dan SDA yang tersedia disekitar pabrik (tanaman air seperti
eceng gondok dan bunga teratai) sehingga mahluk hidup lainnya yang
terdapat disungai tetap terpelihara sebagai satu ekosistem yang lestari.
4. Masyarakat disekitar pabrik masih tetap dapat menikmati kelestarian
DAS Citarum seperti panen ikan, air bersih dari sumur dangkal untuk
keperluan domestic serta pertambahan pendapatan/peningkatan ekonomi
yang lebih baik , dengan bertambahnya kegiatan masyarakat dengan jasa
transportasi, warung nasi , rumah kost .
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Konsep Evaluasi Kebijakan
Menurut H. Igor Ansoff , 2002 , Manajemen strategi adalah
analisis yang logis tentang bagaimana perusahaan dapat beradaptasi
terhadap lingkungan baik yang berupa ancaman maupun kesempatan
dalam berbagai aktivitasnya.
Sedangkan menurut Fred R. David, 2001 ,Manajemen strategi adalah
seni dan ilmu untuk memformulasi, menginplementasi, dan mengevaluasi
keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai
tujuan.
Manajemen strategi yang diterapkan oleh PT. Pindo Deli Pulp and
Paper Mills adalah ; Management by Olympic System (MBOS) atau dikenal
dengan Manajemen Olimpiade Sistem, yang digunakan oleh seluruh
korporasi ASIA PULP & PAPER (bidang usaha pulp dan kertas perusahaan
Sinar Mas), perusahaan ini tersebar di beberapa negara di dunia, hingga hari
ini mereka menerapkan pola manajemen MBOS tersebut. Para kalangan
praktisi maupun pakar bisnis mengakuinya bahwa MBOS adalah rahasia
spesial yang dimiliki APP, Sinar Mas dalam menempa daya tahan untuk
bertahannya memenangkan persaingan bisnis. Berbagai krisis moneter
Johannes Hendra Page 13
sanggup diatasinya, tidak ada kelumpuhan yang berarti bagi perusahaan
bubur kertas dan kertas 'digdaya' pemanfaat sumber hutan itu.
Kandungan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung Bahan Berbahaya dan
Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain5.
Tentang prinsip manajemen MBOS, tidak cukup hanya dengan satu
tulisan singkat membahasnya, ada training bertahap yang perlu didikuti oleh
karyawan ASIA PULP & PAPER (APP), namun secara sederhana MBOS
mengajarkan sistem pengelolaan yang didasarkan pada target-target secara
Olimpiade dengan adanya sistem kompetisi dalam melakukan setiap
kegiatan untuk kepentingan perusahaan diyakini mampu meningkatkan
kapasitas dan kapabilitas perusahaan dalam mengarungi persaingan bisnis di
tataran internasional6.
5 Alvi Syahrin, Pasal 1 angka (20) Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) 6Sinar Mas , Management Development Center, Jakarta
Johannes Hendra Page 14
Secara konseptual untuk membangun secara berkesinambungan perlu
kebijakan yang mengatur agar kelestarian lingkungan hidup suatu daerah
dipertahankan.
Mengingat Kualitas dan Kuantitas Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum
yang semakin menurun, maka pihak manjemen PT. Pindo Deli Pulp & Paper
Mills menetapkan : Kebijakan Mutu & Lingkungan, dengan tujuan agar
seluruh karyawan turut berpartisipasi , tetap konsisten , terus menerus
melakukan perbaikan / improvement pada semua bagian , unit terhadap
sistem manajemen Mutu dan Lingkungan Hidup,7 melalui penerapan sarana
dan prasarana dengan menggunakan teknologi tepat guna melalui
monitoring, pengawasan dan strategi pengendalian (control) yang tepat
sasaran8 melibatkan semua pihak-pihak terkait sebagai pemangku
kepentingan (stake holder). Terbagi atas tiga pengendalian yang menjadi
kunci keberhasilan yaitu ;
1. Pengendalian Personal (people control)
Personal sebagai pelaku utama timbulnya limbah B3, bagian/unit
produksi, logistik penyediaan bahan baku, listrik dan operator
pengendali pembuatan kertas dikendalikan secara sadar akan
meminalkan dampak/resiko pencemaran lingkungan.
7 Visi & Misi PT. Pindo Deli, pada penerapan prinsip lingkungan hidup yang lestari. 8. Dr. Haryadi, Msc, the art of controlling people, Dekan Fakultas Ekonomi , Universitas Jendral Sudirman
Johannes Hendra Page 15
2. Pengendalian Tindakan (action control)
Setiap tindakan yang lengah sedikit saja akan rusak “susu sebelanga”
demikian kata pepatah , mengingat kecepatan perputaran mesin
pembuatkertas (speed) sedemikian cepat nya (1.000 m/s). Dapat
dimengerti akan terjadi tumpahan bahan baku yang menjadi beban
berat bagi IPAL.
3. Pengendalian Hasil (result control)
Pencapaian target produksi kertas dan hasil olahan air limbah yang di
buang/ disalurkan ke sungai terkendali dengan baik. Sehingga apabila
terjadi satu hal yang tidak normal (un normaly) secara cepat dan tepat
melakukan tindakan perbaikan (soft problem).
B. Konsep Kebijakan yang Dievaluasi
Manajemen Strategi merupakan upaya untuk menumbuh kembangkan
kekuatan (strengths) dengan mengeksploitasi peluang (opportunities) guna
mencapai tujuan perusahaan (company’s goals) yang sesuai dengan visi dan
misi yang telah ditentukan. Menurut Wheelen dan Hunger (1995) strategic
management “is the set of managerial decisions and actions that determines
the long-run performance of a corporation“, artinya bahwa manajemen
strategi merupakan suatu himpunan keputusan dan tindakan manajerial yang
menentukan kinerja jangka panjang suatu perusahaan.
Johannes Hendra Page 16
Strategi yang di laksanakan oleh PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills
mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan
kekuatan dan kelemahan internal, mengingat timbulan sludge yang di
hasilkan oleh setiap pabrik kertas terus betambah namun pemecahan
masalah belum signifikan karena penempatannya belum tertata dengan
baik dan benar.
Masalah/malapetaka yang pernah terjadi di Amerika dan Bandung
(timbulan sampah) janganlah terjadi pula di Karawang akibat tumpukan
limbah padat/sludge dari PT.Pindo Deli .
Mengingatkan kita pada peristiwa fatal seperti di Love Canal, Niagara
Falls (AS), bisa terulang. Daerah bekas land fill dekat Love Canal dijadikan
tempat pembuangan limbah sebuah pabrik (1940-1950). Setelah pabrik itu
pindah lokasi, land fill itu dijadikan permukiman bagi 500 keluarga. Beberapa
waktu kemudian zat-zat beracun keluar dari tanah land fill dan mengancam
nyawa warga di sekitarnya.
Untuk menghindari jatuhnya korban, daerah itu dikosongkan.
Pemerintah menghukum perusahaan kimia tersebut dengan denda dan ganti
rugi bagi warga yang jumlahnya ratusan juta dollar AS. Peristiwa land fill di
Love Canal itu mendorong Kongres AS menerbitkan undang-undang super
fund (1970- an) untuk melindungi penduduk dari limbah industri.
Industri kertas umumnya menghasilkan limbah padat berupa sludge
tergolong limbah B3 yang terdiri dari serat kayu, mengandung micro
Johannes Hendra Page 17
organisme yang membusuk berupa air lindi (leached) harus di kelola atau di
upayakan agar dapat bermanfaat bagi tanaman atau sebagai bahan baku
daur ulang , kertas yang berkualitas rendah (B Grade).
Berdasarkan uraian diatas maka resiko / dampak pencemaran akibat
limbah cair industri kertas dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1; Dampak sludge bila di Land fill Air Tanah dan Sungai9
Setelah memperhatikan hal- hal tersebut diatas, maka perlu diteliti
strategi apa yang diterapkan oleh PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills, di
Kabupaten Karawang. Sebagai penghasil limbah B3 dan seberapa besar
dampaknya terhadap Pelestarian Lingkungan Hidup Pada Daerah Aliran
Sungai (DAS) Citarum, sehubungan dengan kegiatan aktifitas pembuatan
kertas tersebut apakah ikut menambah parah / kritis kondisi Daerah Aliran
Sungai (DAS) Citarum.
9 Materi kuliah “risk management “ oleh Prof.Dr Setyo
Johannes Hendra Page 18
Dengan mengikuti pendidikan dan latihan ketrampilan yang teratur
maka akan memberikan peningkatan kemampuan manager IPAL yang di
tugas kan untuk megelola IPAL tersebut beserta para operator nya. Bekerja
sama dengan para manajer bagian lain (terutama bagian produksi) agar
selalu berpola pikir efisien dalam pembuatan kertas dari sudut biaya, arti nya
ikut berupaya melestarikan lingkungan hidup, peduli/peka terhadap daya
dukung lingkungan, menghindari, memperkecil resiko dari efek negatip yang
akan timbul serta di tuntut pula pemecahan masalahnya / solusi nya.
Maka untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan penelitian lebih
lanjut “how to manage” Waste Water Treatment Plant10 dengan mencermati
dan memperhitungkan secara seksama melalui akal yang sehat pikiran dan
hati yang bersih11: biaya – waktu – sumber daya manusia – sumber daya
alam yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal.
C. Model Evaluasi Kebijakan yang dipilih
Strategi kebijakan yang relevan sesuai dengan karakteristik pabrik
kertas adalah Management By Olympic System (MBOS)12. Pada pertandingan
Olimpiade, untuk mencapai tujuan yaitu menjadi Juara-1, maka dibutuhkan
tidak hanya kemampuan manajerial atau mengatur strategi, tapi juga
10Metcalf & Eddy : Waste water Engineering , Treatment-Disposal-Reuse 11Seminar isu-isu kritis lingkungan, Prof.Dr. Surna T Djajadiningrat, UNJ , 2012 12Sinar Mas , Management Development Program Center , Jakarta
Johannes Hendra Page 19
perencanaan dari tahap awal sebelum bertanding, selama bertanding,
sampai selesai bertanding untuk menjadi referensi pertandingan selanjutnya
pada waktu yang akan datang. Yang lebih menarik adalah, dengan sistem ini,
target yang dicanangkan adalah target yang menantang dan berusaha
melakukan terobosan (break through). Dengan mengikut sertakan/
menjadikan IPAL sebagai salah satu “cabang olah raga” yang akan
dipertandingkan pada Olympiade, dengan demikian seorang manajer IPAL
pengetahuan/penguasaan akan Manajemen Lingkungan / Environment
Management sangat menentukan sehingga dapat berperan aktif sebagai
“atlit” dalam pengelolaan IPAL pada setiap pabrik kertas yang menghasilkan
kertas berkualitas tinggi untuk di jual export, demikian pula air limbahnya
harus di olah melalui satu proses pengelolaan yang baik dan benar secara
Environmental Friendly , seperti yang dikatakan oleh para ahli manajemen
yaitu ; suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian upaya anggota organisasi dengan menggunakan semua
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan/sasaran yang telah
ditetapkan13. Perlu di cermati bahwa untuk membangunan satu unit IPAL
dibutuhkan biaya +/- 2,5% dari budget / biaya pembangunan satu Paper
Machine14. Pabrik kertas dengan kapasitas produksi 500 ton kertas per hari,
Untuk Investasi 1 (satu) Paper Machine saja membutuhkan biaya sekitar
13 James AF Stoner & Freeman , 1996 14 Penyusun budget paper machine mills II, 1997
Johannes Hendra Page 20
Rp.600.000.000.000,- (enam ratus milyar rupiah), dengan satu unit IPAL
membutuhkan biaya sekitar Rp.15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah)
jelas sudah apabila dana yang seharusnya di sediakan untuk membuat IPAL
yang dapat berfungsi baik tidak mencukupi, maka terjadilah kemacetan
dalam pengoperasian IPAL maka terjadilah pencemaran yang tak mungkin
dapat di hindari .
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Sludge sangat berpengaruh
kepada Pelestarian Lingkungan Hidup, jangan salah komunikasi, sebab
volume nya begitu besar sehingga resikonya dapat mencemari lingkungan
(bau, air tanah). Sehingga dapat mengganggu kesehatan orang sekitar pabrik
termasuk pekerja di pabrik tersebut. Sejak awal Tenaga Operator sudah
diajak mempelajari, memperhatikan alur-alur proses pengolahan air limbah
dan mendapat training yang teratur, pengertian yang mendalam tentang
resiko bahaya akan dampak negatip akibat dari Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) yang dapat menggangu keselamatan dan kesehatan banyak
orang seperti yang telah terjadi pada kasus Minamata. Perlu melakukan
study banding dengan industri kertas sejenis yang telah mengoperasikan
IPAL nya dengan baik.
Dari sudut pandang Strategi Hidup Manusia15 pada umum nya setiap
manusia mempunyai 2 (dua) strategi yang dipandang sebagai bentuk–
15 Moh.Soerjani dkk, 1987, Prinsip-Prinsip Ekologi, Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya , halaman 65.
Johannes Hendra Page 21
bentuk selektif dan bebas dari tingkat intelegensi nya sebagai perilaku
manusia dalam mencari kebenaran dan keselamatan dirinya, yaitu :
1. Mengabaikan terlampauinya daya dukung lingkungan.
2. Berupaya tidak melampauinya daya dukung lingkungan.
Manajer IPAL yang telah berpengalaman dan berwawasan cukup luas
terhadap dampak limbah B3 dari pabrik kertas, akan lebih mudah
membimbing serta mengarahkan anak buah nya dengan baik sampai
berhasil mencapai penurunan kadar pencemaran yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
Bila salah satu mata rantai saja yang macet maka keseluruhan
kegiatan aktifitas akan terganggu berdampak tidak baik. Singkat nya satu
saja tenaga operator yang lalai dapat mengakibatkan rusak seluruh sistem
yang telah dirancang dengan baik.
Ketika pabrik beroperasi menjalankan proses pembuatan kertas, air
limbah yang mengandung bahan B3 tersebut, tak mingkin di hindari, proses
pengolahan IPAL sudah harus dipersiapkan dengan baik dan dioperasikan
benar agar air buangan nya yang disalurkan ke sungai dapat mencapai
dibawah Baku Mutu sesuai peraturan Pemerintah. Kenyataan di lapangan
belum tentu seperti itu, perlu di periksa lebih lanjut terhadap Daya Dukung.
Sludge, merupakanimbah padat yang menumpuk perlu dicermati,
mengingat bau yang akan timbul dan air lindi (leached) mencemari
lingkungan, janganlah diglontorkan saat banjir/hujan tiba. Mengatasi hal
Johannes Hendra Page 22
negatip tersebut, harus secepatnya di carikan solusi nya..Antara
lain;Pembuatan kertas dengan kualitas yang rendah (low grade), kompos,
bahan bangunan seperti batu bata, paving blok. “Banyak jalan menuju
Roma”, “Berat sama dipikul ringan sama di jinjing”Manusia punya akal,
berbagai teori, petunjuk jalan kebaikan pasti ada solusi nya. Menjaga
Lingkungan agar alam tetap tersenyum ber-sama seluruh personal, dari
tingkat paling tinggi sampai paling rendah sepakat peduli terhadap
lingkungan, sehingga sludge dalam bentuk padatan dengan volume yang
besar sebagai Limbah B3 bila terus menerus setiap hari bertambah seiring
dengan meningkatnya produksi akan berpotensial sekali merusak DAS
Citarum. Perhitungan 1 ton produksi kertas setara dengan 0,01 ton
(BonDryTon) = 10 Kg limbah padat (sludge). Sedangkan Output dari IPAL
antara 3% – 5 % dari volume limbah cair dengan kandungan air 60% -75 %
(moisture )16.
Produksi PT. Pindo Deli rata-rata 500 ton per hari, maka setiap hari akan
menghasilkan minimal 15 m³ sludge dengan kandungan air 70% sehinga
ruang untuk penumpukan sudah sangat terbatas, nyaris tak tersedia. Oleh
sebab itu penumpukan yang tidak segera di “handel” ikut menentukan
pencemaran / perusakan Daya Dukung DAS Citarum. .
16 Hasil perhitungan rata-rata dilapangan
Johannes Hendra Page 23
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Sejak tahap awal perencanaan, masa konstruksi, operasional dan
pasca beroperasi sebuah pabrik kertas dengan berlandaskan teori dan studi
banding IPAL dari industri kertas yang sudah berjalan baik (running well)
sebagai contoh, sehingga air buangan pada setiap tahapan sudah dapat
dipradiksi sejak awal resiko nya seminimal mungkin, target pencapaian setiap
tahapan dikontrol secara teratur dan terkendali , sudah seberapa besar
penurunan pencemaran pada setiap tahapan (%Removal) apabila telah
mencapai akhir proses pengolahan air buangan tersebut benar-benar sudah
“aman“ tidak melampaui daya dukung atau dengan kata lain badan air
penerima sudah dapat memulihkan kembali kualitas air sungai sesuai
peruntukan nya (pertanian/kelas mutu air III), yaitu sungai Citarum. Demikian
pula dengan komponen sludgeseharusnya dapat dikelola dengan metode
“3R“, Reduce-Reuse-Recyle.
Penelitian yang relevan; antara lain dijadikan bahan yang berguna bagi
pertanian (composting) diteliti oleh :
- Noor,Elisa, 2003. Pembuatan Kompos dan Media Tanam Menggunakan
Limbah Padat ( Sludge ) Pabrik Kertas.
- Hendra, Johannes , 2004. Pemanfaatan Limbah Padat (sludge) Pabrik
Kertas sebagai Kompos untuk Menunjang Program Pengembangan
Masyarakat Sekitar Pabrik di Bidang Pertanian.
Johannes Hendra Page 24
- Hermawan dan Tri Endah Utami, Geoaplka, 2007 Penentuan dan
Pemilihan Rencana Sludge Landfill di Kediri dari aspek Geoteknik. dan
- Rina dan Endang , Balai Besar Pulp & Kertas , 2008Efektivitas Proses
Pengomposan Limbah Sludge IPAL Industri Kertas dengan Jamur.
Semuanya masih dalam sekala uji coba. Hingga kini belum ditemukan
pemanfaatan sludge tersebut secara signifikan, sehingga dampak negatip
yang akan ditimbulkan yaitu; menurunkan kualitas lingkungan berupa bau,
kerusakan struktur tanah dan air lindi (leaced) berpotensi mencemari air
tanahdisekitar pabrik, bila tidak di kelola dengan baik. Diharapkan pula dapat
memberikan kesempatan bekerja kepada banyak orang pada umumnya,
khususnya bagi masyarakat setempat, pemberdayaan “local people”
dibidang pengolahan air limbah yang bersekala besar.
Sebenarnya secara alamiah air limbah yang dihasilkan akan kembali
menjadi jernih apabila dibiarkan saja mengalir secara alami (self purification)
tetapi memerlukan waktu yang sangat lama tergantung kepada tingkat/kadar
pencemaran air limbah tersebut untuk kembali pulih dan dapat dipergunakan
kembali sesuai peruntukan kegiatan berikutnya oleh manusia dan mahluk
hidup lain nya17.
Alternatif lain dalam penurunan kadar pencemaran dapat
mempergunakan bak yang ber fungsi sebagai penyaring ; drying bed atau
trickling filter, disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia dan 17 Sugiarto, Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah , Universitas Indonesia , Jakarta
Johannes Hendra Page 25
karakteristik air limbah yang akan di salurkan ke badan penerima air buangan
atau sungai setempat. Kedua bagan tersebut merupakan alat penyaringan.
Media yang dipergunakan adalah :
- Drying bed , mempergunakan pasir , krikil batu belah / split seperti
terlihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2. 2 ; Drying Bed
-Trickling filter, mempergunakan batu koral dengan penyangga sehingga
pada batu koral / krikil akan tumbuh-tumbuhan berbentuk lumut yang akan
berfungsi menangkap mikroba dan sisa-sisa polutan yang mengalir dari atas
menara ke bawah (bak penampung) dan siap disalurkan ke sungai sebagai
badan penerima air buangan dengan aman.
Johannes Hendra Page 26
Gambar 2. 3; Trickling Filter
Tabel 2. 1 ; Klasifikasi Trickling Filter
DesainKarakteristik
Klasifikasi Tricking filter Pengaliran Lambat
Pengaliran menengah
Pengaliran Cepat (stone media)
Pengaliran Super Cepat (plastic media)
Pengaliran seadanya
Beban Hidrolik, m3/m2.hari
1 to 4 4 to 10 10 to 40 15 to 90 60 to 180
Beban BOD, kg/m3.hari
0.08 to 0.32 0.24 to 0.48
0.32 to 1.0 0.32 to 1.0 above 1.0
Re-sirkulasi ratio
0 0 to 1 1 to 3 0 to 1 1 to 4
Jumlah Mikroba kg/m3.media
Many Varies Few Few few
Sloughing Intermittent Varies Comtinuous Comtinuous Comtinuous
Dalam, m 1.5 to 3 1.5 to 2.5 1 to 2 Up to 12 1 to 6 Efisiensi pengolahan %
80 to 85 50 to 70 65 to 80 65 to 85 40 to 65
Kualitas effluent Well nitrified Nitrification Nitrites Limited nitrification
No nitrifucation
Sumber: Japan Sewage Work Assosiation , 1984
Melalui tabel 2. 1 diatas dengan sistem pengaliran lambat akan menghasilkan
efisiensi pengolahan yang paling banyak menangkap mikroba .
Johannes Hendra Page 27
Selanjutnya sebagai akhir dari proses pemulihan air limbah dapat dibuatkan
kolam dengan tanaman air eceng gondok (euchornia crassipes) memiliki
bunga yang indah. Namun perlu dicemati percepatan tanaman ini termasuk
dalam kelompok gulma perairan yang memiliki berkembang biak secara
vegetatif yang sangat tinggi, terutama didaerah tropis dan subtropis.
Untuk pemurnian air buangan yang akan disalurkan kesungai seperti
yang telah dilaksanakan pada IPAL PT. PUSRI , di Palembang , menurunkan
biaya pembangunanya sekitar 37 % serta akan menurunkan biaya operasi
nya karena denganperkembangan teknologi maka sistem pengolahan air
limbah yang baru pertama di Indonesia ini, diyakini dapat membantu
meredam dan menurunkan beban limbah cair; seperti kandungan amoniak
(NH3), Total Keydal Number (TKN), Chemical Oxygen Demand (COD), Total
Suspend Solid (TSS) serta minyak18.
E. Kriteria Evaluasi
Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Kertas (batasan air buangan).
Proses Pembuatan Kertas menggunakan bahan kimia yang kuat, oleh
sebab itu untuk mengolah air limbah nya harus mematuhi peraturan
pemerintah yang tertuang pada; Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup . Nomor : Kep-51/MENLH/10/1995 , Tanggal : 23 Oktober 1995
1.Parameter ; BOD < 100 mg/lt, COD < 200 mg/lt, TSS < 100 mg/lt 18 Imam Prasetyo,Dosen Fakultas Teknik Kimia , Universitas Gajah Mada , Yogyakarta.
Johannes Hendra Page 28
pH 6,0 – 9,0 dan Debit air limbah < 50m³/ton produk kertas kering.
2.Beban Pencemaran:BOD < 5 kg/ton kertas hasil produksi
COD < 10 kg/ton kertas hasil produksi
TSS< 5 kg/ton kertas hasil produksi
Keterangan tentang BOD,COD, TSS, pH dan proses pengolahan air
limbah perlu di uraikan secara singkat sebagai berikut:19
Kebutuhan Oksigen oleh Mikroba di sebut Biochemical Oxygen
Demand (BOD)
BOD adalah banyaknya oxygen yang dibutuhkan oleh microorganisme
untuk menguraikan zat-zat organic yang komplekmenjadi sederhana secara
aerobic. Banyaknya kandungan BOD (nilai = mg/lt) didalam air limbah
merupakan ukuran kualitas dari air limbah tersebut sebagai derajat pencemar
bersifat biodegradable (mengurai secara biologis). Pemeriksaan terhadap
BOD dilakukan dilaboratorium pada hari ke-5 dengan temperatur 20°C,
disebut BOD520 .
Kebutuhan Oksigen melalui bahan Kimia di sebut Chemical Oxygen
Demand ( COD )
COD adalah banyaknya oxygen yang dibutuhkan untuk menguraikan zat-
zat organic secara kimia. Banyaknya kandungan COD (nilai = mg/lt) didalam
air limbah tersebut sebagai derajat pencemar bersifat biodegradable dan non
biodegradable. Pemeriksaan terhadap COD dilakukan dilaboratorium dengan 19 Metcalf & Eddy , Wastewater Engineering , Treatment-Disposal-Reuse
Johannes Hendra Page 29
mengunakan oksidator kuat selama +/- 2 jam (waktu lebih cepat dari test
BOD) Untuk mengetahui secara cepat dan menghemat biaya, maka Test
COD sudah dapat diperkirakan kadar pencemar dalam air limbah tersebut.
Padatan yang Terendapkan di sebut Total Suspended Solid (TSS)
TSS merupakan parameter untuk mengontrol kualitas air limbah.
Semua komponen / partikel tercakup didalam nya (mg/lt) antara lain: Fe,
Zn,CO2, CaCO3, Pb, NH3, dan lain sebagainya. Partikel-partikel tersebut ber
ukuran > 1 mikrometer sedangkan partikel yang berukuran < 1 mikrometer
disebut Koloid dan bila berukuran < 1 nanometer disebut bahan terlarut
(dissolved solid), sedangkan pH adalah terminologi yang dipergunakan untuk
menyatakan derajat/keadaan suatu air dalam keadaan basa atau asam
dengan mengukur konsentrasi ion hydrogen atau lebih tepat aktivitas ion
hydrogen. Nilai pH adalah logaritma perbandingan terbalik konsentrasi
ionhydrogen dalam air pH = - log [H +]. Nilai pH adalah antara 0 (nol) sampai
14 (empat belas) , dimana pH = 7 menyatakan kondisi larutan adalah netral .
Nilai pH ini sangat berpengaruh terhadap proses pengolahan air limbah
karena apabila pH rendah/kecil air bersifat asam dan dapat menimbulkan
korosif pada semua peralatan yang dilaluinya demikian pula apabila pH
tinggi. Adapun kadar yang sangat baik adalah kadar netral = 7, dimana
peralatan (pompa, pipa) tidak tergerus masih memungkinkan adanya
kehidupan biota dapat membantu/memperlancar berlangsung nya proses
secara biologis.
Johannes Hendra Page 30
Oksigen yang Terlarut disebut Disolved Oxygen (D O)
Kelarutan oxygen dalam air sangat diperlukan untuk menghasilkan
tenaga/energy pertumbuhan dan berkembang biak melalui proses
metabolisme.
Pada air murni dengan tekanan 1 atmosfir , suhu 0ºC dapat mencapai
14,6 mg/lt, sedangkan pada suhu 35ºC kelarutan oxygen hanya dapat
mencapai 7 mg/lt.Kelarutan oxygen sangat tergantung pada temperature dan
tekanan, maka ketinggian suatu tempat ikut menentukan kelarutan oxygen
dalam air limbah.Pada sistim pengolahan air limbah secara biology dimana
proses dekomposisi bahan-bahan organic (aerobic– anaerobic), kelarutan
oxygen merupakan suatu factor penting yang dapat menurunkan kadar
pencemaran secara signifikan.Dengan mengacu kepada peraturan
pemerintah yang berlaku maka pihak pabrik/Industri kertas wajib memenuhi
nya, oleh sebab itu pemilihan alat dan bagaimana mengelola Instalasi
Pengolahan Air Limbah tersebut dengan seksama, peka akan resiko
pencemaran yang akan ditimbulkan dapat di cegah sehingga pabrik kertas
tersebut dapat beroperasi dengan nyaman , lancar dan tetap memenuhi
norma-norma yang “ramah lingkungan” .
Proses Pengelolaan Limbah Cair
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi kertas dapat dibedakan
menjadi tiga jenis: yaitu limbah cair, limbah padat, dan emisi udara. Limbah
cair yang dihasilkan dari proses produksi diolah dengan menggunakan
Johannes Hendra Page 31
Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Sistem pengelolaan limbah cair
berdasarkan unit operasinya dibedakan pula menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Pengolahan secara Fisika
Pada unit operasi ini, salah satu hal yang ditangani ialah proses screening
(penyaringan). Screening merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Screening dilakukan
pada sisa-sisa kemasan Pulp dan sebagai nya berupa potongan tali, kayu,
plastic yang berukuran besar. Setelah dilakukan penyaringan, limbah padat
tersebut di angkut ke tempat pembuangan sampah (TPA).Proses Ekualisasi ,
merupakan tempat penampungan dengan ukuran yang sesuai perhitungan
waktu tinggal ,agar air limbah yang datang dari berbagai unit produksi
menjadi “rata” (ekual) kadar pencemaran nya.Proses pengendapan awal
tanpa bantuan bahan kimia,bahan tersuspensi yang mudah mengendap
dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Bak
pengendap yang hanya berfungsi atas dasar gaya berat, memerlukan waktu
tinggal sampai 24 jam. Parameter desain yang utama untuk proses
pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi
hidrolis di dalam bak pengendap. Bak penjernih bulat yang dirancang dengan
baik dapat menghilangkan 50%-80% zat padat tersuspensi dan 20%-50%
BOD.
Johannes Hendra Page 32
1. Pengolahan secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang sukar mengendap, senyawa fosfor,
logam-logam berat, dan zat organik beracun. Dinamakan secara kimia
karena pada proses ini dibutuhkan bahan kimia yang akan mengubah
sifat bahan terlarut menjadi tidak terlarut atau dari ukuran sangat halus
menjadi gumpalan (flok) yang dapat diendapkan maupun dipisahkan
dengan filtrasi.Jika pengambilan air dilakukan dari sungai, maka biasanya
industri kertas seharusnya memberikan bahan pengendap secukupnya
dan sedikit larutan Hypo-Chloride untuk membunuh bakteri dan jamur
sebelum mengalami proses pengendapan di dalam settling basin dan
penyaringan sehingga dihasilkan air proses yang bersih dan bebas
jamur.Dengan menggunakan alat-alat: pengaduk cepat, pengaduk lambat
maka air limbah dan bahan kimia tercampur dengan baik sesuai dosis
(jarttest),Pengendapan akan terjadi pada Bak Pengendap Pertama
(primary clarifier)diharapkan pada proses ini terjadi penurunan BOD
mencapai 85% - 95%, COD dapat mencapai 70% - 85% , sedangkan
Padatan yang Terlarut (Disoved Solid) menjadi tugas Micro Organisme /
bakteri pada proses Pengolahan secara Biologi melalui Bak Aerasi
Johannes Hendra Page 33
3. Pengolahan secara Biologi.
Tujuan utama dari pengolahan limbah cair secara biologi adalah;
Menggumpalkan dan menghilangkan/menguraikan padatan yang terlarut
yang biodegradable dengan memanfaatkan aktivitas mikro organisme.
Pengolahan secara biologis mengurangi kadar racun dan meningkatkan
mutu estetika buangan (bau, warna, potensi yang menggangu dan rasa
air)20. Lahan yang memadai bagi micro organisme untuk menguraikan
padatan terlarut tersebut memerlukan waktu tinggal 20 - 30 hari. Pabrik-
pabrik di Amerika Utara sekarang dilengkapi dengan laguna aerasi
bahkan dengan waktu tinggal yang lebih panjang, atau kadang-kadang
dilengkapi dengan kolam aerasi pemolesan dan penjernihan akhir untuk
lebih mengurangi BOD dan COD sampai di bawah 30mg/lt.Prinsip dasar
pengolahan secara biologi sebetulnya mengadopsi proses pertumbuhan
mikroorganisme di alam, mikroorganisme yang tumbuh membutuhkan
energi berupa unsure karbon (C) dimana unsure karbon tersebut dengan
mudah diperoleh dari senyawa organic dalam air limbah, sehingga
senyawa organic tersebut terurai menjadi CO2 dan H2O. Salah satu
limbah yang menggunakan pengolahan unit ini ialah hasil perasan sludge
yang berasal dari primary clarifier yang berupa larutan. Larutan ini
didinginkan di unit menara pendingin sebelum dialirkan ke deep tank
sebagai lumpur aktip (activated sludge). 20 Metcalf & Eddy , Waestewater Engineerung , Treatment – Disposal – Reuse
Johannes Hendra Page 34
Gambar 2. 4; Proses Pengolahan Air Limbah Pabrik Kertas
Johannes Hendra Page 35
Tahapan Pengolahan sebagai berikut :
a. Titik A adalah awal masuknya air limbah kedalam IPAL melalui saluran
dipasang saringan kasar dan halus.
b. Saringan Kasar terdiri dari jeruji besi beton ber diameter 10 mm dengan
jarak antara 3-5 mm .
c. Saringan halus terdiri dari jeruji besi strip ber ukuran tebal 3 x 20 mm
dengan space 1-3 mm .
d. Bak Equalisasi terbuat dari konstruksi beton di design sesuai dengan
volume air limbah yang akan di olah agar di peroleh kualitas air limbah
tersebut sudah “equal” mendekati sama.
e. Bak koagulasi dan bak flokulasi merupakan dimasukkan nya bahan kimia
untuk membentuk flok-flok agar terjadi nya proses pengendapan partikel
dipercepat .
f. Bak Clarifier ke - I ( pertama ) adalah tempat pengendapan sludge dari
sisa produksi terdiri dari serat kayu ( fibre ) , bahan pengisi/pengikat
(filer).
g. Air limbah yang keluar dari Paper Machine pada umumnya ber
temperatur > 40ºC , sehingga untuk masuk pada tahapan proses Biologi
temperatur tersebut harus diturunkan menjadi < 37º C , untuk itu harus
diturunkan temperaturnya melalui menara pendingin (Cooling Tower) .
Johannes Hendra Page 36
h. Bak Aerasi , merupakan proses pengolahan air limbah secara biologi ,
dengan bantuan mikroba pengurai bahan-bahan organik komplek yang tak
dapat diuraikan pada proses kimia (koagulasi-flokulasi), dapat terurai
menjadikan bahan-bahan organik yang sederhana dimakan oleh mikroba .
Secara alamiah proses pemulihan air limbah akan tercapai bila kondisi
bak cukup memadai ; waktu tinggal , kandungan oksigen yang terlarut dan
nutrisi yang cukup bagi mikroba tersebut.
i. Bak Clarifier ke- II ( kedua ) , setelah berjuang menguraikan polutan di bak
Aerasi, para mikroba mengalami proses pengendapan pada bak clarifier II
ini sebagian dari mikroba diperlukan kembali pada bak aerasi membantu
teman-teman” nya bersama berjuang kembali “menyerang” air limbah yang
datang.
j. Selesai dari bak Clarifier II ini air buangan dengan kualitas dibawah Baku
Mutu dapat disalurkan ke sungai dengan aman ,
k. Sludge yang dihasilkan dari Clarifier I & II ,, perlu di kelola lebih lanjut
melalui alat yang mengurangi kadar air (belt press atau filter press),
sehingga memudahkan bagi alat transportasi pengangkutan ketempat
pembuatan kertas daur ulang.
Setelah mencermati dengan pemahaman yang matang untuk
mendapatkan hasil yang optimal melalui proses penurunan kadar
pencemaran air limbah B3 dari pabrik kertas , tidak saja melalui IPAL yang
ber teknologi import melainkan dapat pula melalui bantuan mikroba / bakteri
Johannes Hendra Page 37
pengurai yang hidup pada akar-akar tanaman air seperti eceng gondok
(euchornia crassipes)atau bunga teratai (lotus), sebagai kekuatan (strength)
pada penerapan analisis SWOT, membantu para manajer IPAL dalam
mengambil keputusan / kebijakan sebagai pelaku utama / penentu saat
melepaskan air buangan dari IPAL ke sungai .
Gambar 2. 5; Tanaman air yang dapat menurunkan kadar pencemaran; eceng gondok (euchornia crassipes) – bunga teratai (lotus)
Menurut Daniel Start dan Ingie Hovland, 2004, Analisis Strengths
Weakness Opportunities Threats (SWOT) adalah instrument perencanaaan
strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja: kekuatan -
kelemahan - peluang - ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana
untuk memperkirakan cara terbaikuntuk melaksanakan sebuah strategi.
Instrumen ini menolong para perencana apa yang dapat dicapai. Membuat
daftar akan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh manajer IPAL
sebelum mengambil kebijakan untuk dilaksanakan oleh team work .
Johannes Hendra Page 38
Daftar yang menjadi Kekuatan ( Strengths ) sebagai berikut :
. SDM cukup terlatih dan pengalaman
. Komitmen terhadap peduli lingkungan
. Mempunyai kewenangan untuk merubah pola pikir yang lama .
. Top management selalu mendukung program lingkungan.
. Iklim tropis menunjang pertumbuhan mikroba.
Daftar yang menjadi Kelemahan ( Weakness )sebagai berikut :
. Kinerja para operator belum optimal
. Kualitas personal belum merata
. Terlambat penyampaian informasi
. Pergantian shift yang belum tertata dengan baik akibat transportasi
. Keterbatasan wewenang dalam pengadaan spare part untuk
maintenance perbaikan peralatan .
. Pengontrolan yang kurang terorganisir dengan baik.
Daftar yang menjadi Peluang ( Opportunities ) sebagai berikut :
. Mendapatkan peringkat PROPER yang lebih tinggi
. Menjalin kerja sama (team work) yang baik dan cantik .
. Menimbulkan rasa nyaman bagi semua pihak pemangku kepentingan
. Pengurusan surat-surat ijin ke instansi pemerintah akan lebih baik.
. Merupakan amal ibadah kepada Sang Pencipta alam semesta.
Johannes Hendra Page 39
. Membangun Paper Machine ( PM 13 )memproduksi kertas kualitas
rendah ( law grade ).
Daftar yang menjadi Ancaman ( Threats ) sebagai berikut :
. IPAL merupakan titik rawan untuk di “DEMO “ oleh masyarakat
sekitar pabrik dan LSM.
. Penilaian PROPER akan diberikan Hitam21 .
. Pengurusan surat-surat ijin ke Instansi Pemerintah akan terhambat.
. Isu Lingkungan akan menurunkan citra nama perusahaan.
. Penjualan hasil produksi (export) ke Negara tertentu di tolak.
Berdasakan data-data temuan yang diperoleh saat penelitian, dibuat tabel
sebagai berikut :
21 Dalam pengawasan pihak penegak hukum .
Johannes Hendra Page 40
Tabel 2. 2; Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman
Kekuatan
- SDM cukup terlatih dan pengalaman - Komitmen terhadap peduli
lingkungan - Mempunyai kewenangan untuk
merubah pola pikir yang lama . - Top management selalu mendukung
program lingkungan. - Iklim tropis menunjang pertumbuhan
mikroba.
Peluang
- Mendapatkan peringkat PROPER
yang lebih tinggi - Menjalin kerja sama (team work)
yang baik dan cantik . - Menimbulkan rasa nyaman bagi
semua pihak pemangku kepentingan - Pengurusan surat-surat ijin ke
instansi pemerintah akan lebih baik. - Merupakan amal ibadah kepada
Sang Pencipta alam semesta - Membangun Paper Machine Baru(
PM 13 , law grad )
Kelemahan
- Kinerja para operator belum
optimal - Kualitas personal belum merata - Terlambat penyampaian informasi - Pergantian shift yang belum
tertata dengan baik akibat transportasi
- Keterbatasan wewenang dalam pengadaan spare part untuk maintenance perbaikan peralatan
- Pengontrolan yang kurang terorganisir dengan baik
Ancaman
- IPAL merupakan titik rawan untuk
di “DEMO“ oleh masyarakat sekitar pabrik dan LSM.
- Penilaian PROPER akan diberikan “ Hitam “ .
- Pengurusan surat-surat ijin ke Instansi Pemerintah akan terhambat.
- Isu Lingkungan akan menurunkan citra nama perusahaan.
- Penjualan hasil produksi (export) ke Negara tertentu di tolak
Melalui tabel 2. 2, akan lebih mudah untuk memilih strategi yang paling
optimal untuk dilaksanakan.
Tabel 2. 3; Kolaborasi antara Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman
Faktor Internal Faktor Kekuatan Kelemahan External Strategi: Strategi: Peluang diperjuangkan Peluang diperjuangkan Peluang dan dan Kekuatan dimaksimalkan Kelemahan diperkecil Strategi: Strategi:
Ancamandijadikan tantangan Ancaman
dijadikan tantangan
Ancaman dan dan Kekuatan dimaksimalkan Kelemahan diperkecil
4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh;
1. Gambaran yang terjadi di PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills, Karawang
terhadap strategi apa yang diterapkan dalam upaya penurunan limbah B3.
Seberapa optimalnya pencapaian air buangan yang di bawah baku mutu
sesuai peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah (agar tidak melampaui
daya dukung lingkungan DAS Citarum).
2. Mencari inovasi baru yang dapat mengurangi biaya pembangunan IPAL
dan biaya mengoperasikan nya dengan ditemukan strategi dan
penguasaan proses pengelolaan IPAL yang lebih baik .
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian ;
Pabrik Kertas : PT. Pindo Deli Pulp and Paper
Lokasi : Desa Adiyarsa dan Desa Kuta MekarKabupaten
Karawang , Provinsi Jawa Barat .
Luasan Area Pindo Deli Mills I seluas 43 Ha dan Mills II seluas 450 Ha.
Johannes Hendra Page 44
Gambar 3. 1; Peta Provinsi
Waktu penelitian :
Juli 2011 s/d Desember 2011.
Gambar 3. 2; Wilayah PT. Pindo Deli , Mills I dan Mills II .
Johannes Hendra Page 45
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah evaluasi kebijakan melalui
beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Mengajukan permohonan ijin untuk melakukan penelitian kepada
pabrik kertas PT. Pindo Deli di Karawang.
2. Mengamati kegiatan aktifitas proses pembuatan kertas dan
pembuangan air limbah serta proses yang terjadi pada Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) lama dan Baru.
3. Mengumpulkan data-data dengan mengunakan kuesioner.
4. Berdiskusi serta membahas temuan-temuan untuk mencarikan
solusi pemecah permasalahan.
5. Membuat dan menyusun hasil penelitian sebagai bahan Disertasi.
6. Dengan menggunakan strategi ;
kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman yang dikenal dengan
Analisis ;Strengths Weaknesses Opportunities Threatss (SWOT).
7. Selanjutnya di kombinasikan dengan system Olimpiade (MBOS)
yang diterapkan oleh induk perusahaan (Corporate APP, Sinar Mas)
Untuk mendapatkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya maka
saat meneliti saya melakukannya dengan sungguh-sungguh. Memperhatikan
setiap kegiatan aktifitas pabrik yang akan menimbulkan dampak terhadap
lingkungan dan beresiko menimbulkan pencemaran agar tujuan menurunkan
Johannes Hendra Page 46
kadar limbah B3 dapat di optimalkan mencapai dibawah Baku Mutu air
buangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah keterkaitan dengan UU no 32
/ 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup .
Selanjutnya PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills , sebagai salah satu
industri kertas bersekala besar telah berpegang teguh pada komitmen
kebijakan yaitu pelestarian Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum , mencermati
dengan serius resiko dampak negatip yang akan terjadi di sekitar pabrik apa
bila pengolahan air limbah nya melalui IPAL apa bila terjadi kegagalan
proses (emergency case).
D. Instrumen Penelitian
Secara rinci instrument penelitian di perlukan untuk mengungkapkan
permasalahan yang akan di teliti saat mengoptimalkan penurunan kadar
pencemaran limbah B3 melalui IPAL yang meliputi ; Data lapangan dan data
IPAL existing dengan uraian sebagai berikut ;
Data lapangan
a. Pelaku utama sebagai tenaga operator , jumlah dan tingkat pendidikan
b. Peralatan yang dipergunakan selalu dalam keadaan baik
c. Daya tampung bak-bak pengolahan sesuai kapasitas
d. Bahan Kimia selalu mencukupi sesuai volume air limbah yang diolah.
e. Tempat/lahan yang di sediakan untuk menampung sementara
tumpukan sludge mencukupi luasan nya.
Johannes Hendra Page 47
f. Daya listrik untuk keperluan menjalan kan pompa serta motor-motor
penggerak cukup tersedia.
g. Air bersih yang cukup untuk keperluan domestic bagi karyawan dan
tamu yang berkunjung pada lokasi IPAL.
Data IPAL existing:
a. Volume Air limbah yang diolah (in let ) dan Air buangan (out let)
b. Kadar BOD, COD , TSS dan pH , in let dan out let di analisa pada
laboratoriun lingkungan terakreditasi, sesuai peraturan yang telah di
tetapkan oleh Pemerintah.
c. Waktu (lamanya) mengoperasikan semua alat yang terdapat di IPAL
d. Ke tiga proses (Fisika-Kimia-Biologi) yang diterapkan apakah sudah
berjalan secara optimal.
e. Hasil timbulan sludge diangkut dengan “aman” ketempat yang sesuai
peraturan sehingga tidak memindahkan masalah.
f. Volume sludge berapa ton / hari.
g. Biaya proses mengolah air limbah diperlukan berapa Rp setiap M3
(Kimia & listrik)
h. Kualitas Sungai Citarum 50 meter sebelum dan 50 meter sesudah titik B
pembuangan (out let ) up stream – down stream.
i. Mikroba pengurai (micro-organisme) dan tanaman air (eceng gondok)
yang membantu menurunan kadar pencemaran secara alami (biology).
Johannes Hendra Page 48
1. Kisi-kisi Instrumen
Salah satu Program Unggulan Kementrian Lingkungan Hidup yaitu
Peringkat Penilaian Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup yaitu yang di sebut PROPER; Merupakan program unggulan
Kementerian Lingkungan Hidup yang berupa kegiatan pengawasan dan
pemberian insentif dan/atau disinsentif kepada penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan. Pemberian penghargaan PROPER bertujuan
mendorong perusahaan untuk taat terhadap peraturan lingkungan hidup
dan mencapai keunggulan lingkungan (environmental excellence) melalui
integrasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam proses
produksi dan jasa, penerapan system manajemen lingkungan, 3R, efisiensi
energi, konservasi sumberdaya dan pelaksanaan bisnis yang beretika
serta bertanggung jawab terhadap masyarakat melalui program
pengembangan masyarakat.
PERINGKAT PROPER : Merah – Biru – Hijau – Emas dan
Hitam merupakan sudah Tidak Ramah Lingkungan
Merah merupakan harus perbaikan berat dalam pengawasan yang serius
dengan pemantauan / pengontrolan lebih ketat.
Biru merupakan sudah baik , mematuhi peraturan .
Hijau merupakan sangat baik ,
Emas merupakan hebat sekali (excellent)
Johannes Hendra Page 49
Jenis Instrumen ini berupa Penghargaan yang di umumkan secara meluas
melalui sarana informasi (elektronik, Televisi dan Radio serta informasi
lain-lainnya), sehingga merupakan kebanggaan tersendiri bagi perusahaan
yang telah termasuk golongan yang peduli dalam pelestarian Lingkungan
Hidup. Namun akan menjadi cambukan bagi perusahaan yang termasuk
peringkat Hitam akan mendapatkan peringatan keras dan pengawasan
pihak penegak hukum (tidak nyaman dalam beraktifitas)
2. Validasi Instrumen
Kualitas Instrumen dan Kualitas pengumpulan data perlu di uji validitasnya.
Ketepatan cara-cara pengumpulan data sesuai dengan fakta yang
analiasa terakreditasi. Proses Pengolahan IPAL yang sesuai kapasitas
terpasang dengan Debit Air Limbah yang di olah. (Design Capacity >Air
Limbah yang diolah). Melalui Assosiasi Industri Pulp dan Kertas (APKI)
dapat di peroleh keterangan sebagai berikut :
1. Jumlah Industri kertas di Indonesia sebanyak 78 Pabrik terdaftar .
2. Mengikuti PROPER sebanyak 29 Pabrik. Hanya 1 (satu) pabrik yang
tidak menjalankan / mengoperasikan IPAL nya sehingga mendapat
Peringkat: Hitam. Berarti ke-28 Pabrik telah menjalankan proses
pengolaha air limbah melalui IPAL dan mampu mengatasi rintangan–
rintangan, sehingga mendapat kan Peringkat Hijau , Biru dan Merah
bagi pabrik yang perlu perbaikan serius. Berarti masih terdaftar 49
Johannes Hendra Page 50
(empat puluh sembilan) pabrik kertas yang belum mengikuti program
PROPER .
E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data.
Penelitian dengan meng evaluasi data-data yang bersifat fakta yang
meliputi wawancara , dokumen dan Fokus pada pelaku IPAL sebagai acuan ,
pedoman yang diarahkan oleh “Top Manajemen” untuk mencapai target
yang diharapkan.
Bagaimana pula kinerja Manajer IPAL dengan Tenaga Operator agar
pabrik dapat ber aktifitas setiap hari dengan nyaman dan mendapat support
positip dari Direktur.
Terkait dengan langkah-langkah pengembangan instrumen di atas,
terdapat dua hal yang harus diperhatikan dan dipenuhi untuk memperoleh
jenis instrument yang berkualitas yaitu instrumen tersebut harus valid dan
reliabel. Tingkat ke cocokan serta akurasinya, sehingga tidak perlu di
ragukan lagi akan validitasnya.
F. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data bermaksud untuk mengorganisasikan data. Data
yang terkumpul terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar,
foto, dokumen, berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan
Johannes Hendra Page 51
analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
memberikan kode, dan mengategorikannya.
Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan
menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori
yang berkualitas.
Akirnya perlu dikemukakan bahwa analisis data itu dilakukan dalam suatu
proses yang pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan
data dikerjakjan secara intensif sudah meninggalkan lapangan.
Pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian
dan pengerahantenaga, pikiran peneliti. Selain menganalisis data. peneliti
juga perlu dan masih perlu mendalami kepustakaan guna mengkonfirmasikan
teori atau mengklarifikasikan adanya teori baru yang barangkali ditemui ,
antara lain:
1. Pemanfaatan Bio–Sludge pembuatan pupuk, sebagai berikut;
PERCOBAAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK dari Bio-SLUDGE a. Sludge cake yang berasal dari bak Primary Clarifier setelah diproses
melalui belt press di angkut ke tempat penyimpanan sementara, lalu di
jemur untuk mengurangi kadar air.
b. Setelah agak kering, dimasukan kedalam lubang galian tanah dibentuk
seperti tungku, lalu di bakar sampai menjadi abu.
c. Bio sludge dari bak pengendapan ke dua / secondary clarifeier yang tidak
Johannes Hendra Page 52
di pergunakan sebagai activated sludge di campurkan kepada abu dari
primary sludge dengan perbandingan 2 : 1 (2 bagian abu dan 1 bagian
bio sludge) diaduk sampai merata.
d. Untuk meningkatkan kualitas pupuk dapat ditambahkan dengan kotoran
hewan (ayam, sapi , kelelawar) . Uji coba dilaksanakan bersama team dari
Institut Pertanian Bogor, 2004
Gambar 3.3; PRIMARY SLUDGE SECONDARY SLUDGE (FIBER + FILLER) (MIKROBA)
Gambar 3. 4; Primary Clarifier melalui layar monitor di Control Room .
Johannes Hendra Page 53
Gambar 3. 5; Secondary Clarifier, Diameter 56,00 meter dengan kedalaman rata-rata 3,50 meter.
Johannes Hendra Page 54
BAB IV
HASIL PENENELITIAN
A. Hasil Evaluasi
Sebagai salah satu anak perusahaan Sinar Mas Group yang
termasuk pada kelompok Asia Pulp and Paper maka strategi utama yang
diterapkan adalah; Management by Olympic System (MBOS) kepada
seluruh bagian /unit kerja. Berpegang pada system olimpiade tersebut,
masing-masing bagian/unit di pacu untuk bekerja keras mencapai juara
ditingkat Olympiade.
PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills mengikuti Program dari
Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia yaitu yang dikenal dengan
sebutan PROPER22: “Program Penilaian Peringkat Kinerja” Perusahaan
dalam Pengelolaan Lingkungan.
Sebagai instrumen penaatan alternatif PROPER telah dipuji oleh
berbagai pihak termasuk Bank Dunia, bahkan PROPER menjadi salah satu
bahan studi kasus di Harvard Institute for International Development (HIID).
Sejak dikembangkan di Indonesia mulai tahun 1995, PROPER telah
menjadi contoh di berbagai negara di Asia, Amerika Latin dan Afrika sebagai
instrumen penaatan alternatif.
22 Kantor Kementrian Lingkungan Hidup , Jakarta
Johannes Hendra Page 55
Pada tahun 1996, PROPER mendapatkan penghargaan Zero
Emission Award dari United Nations University di Tokyo.
Peserta PROPER
Karena keterbatasan sumber daya yang ada dan tidak semua
perusahaan akan efektif ditangani melalui instrumen penaatan PROPER,
maka jumlah perusahaan yang diikutsertakan dalam PROPER terbatas
sesuai sumber daya yang tersedia. Secara umum pemilihan perusahaan
peserta PROPER mengacu kepada kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan.
2. Perusahaan yang mempunyai dampak pencemaran dan kerusakan
lingkungan yang besar.
3. Perusahaan publik yang terdaftar di pasar modal dalam dan luar negeri.
4. Perusahaan yang berorientasi ekspor.
Bagi perusahaan yang belum menjadi target peserta PROPER dan
tidak memenuhi kriteria tersebut di atas, pengawasan dilakukan melalui
instrumen pengawasan sebagaimana biasanya. Untuk meningkatkan
efektivitas PROPER sebagai instrumen penaatan, maka jumlah peserta
PROPER dari tahun ke tahun akan semakin ditingkatkan, dapat dilihat pada
tabel berikut ;
Johannes Hendra Page 56
Tabel 4. 1; Daftar Peserta PROPER
Tahun Jumlah Perusahaan 2002-2003 85 2003-2004 251 2004-2005 466 2006-2007 2008-2009 2009-2010 2010-2011 995
Walaupun jumlah ini masih relatif kecil dibandingkan dengan total
perusahaan yang berpotensi untuk menjadi peserta PROPER yang mencapai
8.000 perusahaan, namun jumlah perusahaan ini diharapkan sudah
mencapai critical mass dalam pengendalian pencemaran lingkungan.
Pelaksanaan program ini dilakukan secara terintegrasi dengan
melibatkan berbagai stakeholder. Mulai dari tahapan penyusunan kriteria
penilaian PROPER, pemilihan perusahaan, penentuan peringkat, sampai
pada pengumuman peringkat kinerja kepada publik. Peringkat yang diberikan
sebagai penghargaan: Emas - Hijau –Biru - Merah , dan Hitam sudah
merupakan perusahaan yang tidak peduli terhadap lingkungan.
Dari 995 Perusahaan yang telah mengikuti PROPER terpantau oleh
Asosiasi Pulp dan Paper Indonesia (APKI) sebanyak 78 pabrik kertas di
Indonesia, yang telah mengikuti PROPER hanya 29 (dua puluh sembilan)
Johannes Hendra Page 57
perusahaan, siasanya sejumlah 49 (empat puluh sembilan) perusahaan
belum ikut proper menjadi satu pertanyaan.
Tabel 4. 2; Program Penilaian Peringkat Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
No. Keterangan Skor Positif
1. Emas excelent 2. Hijau sangat memuaskan 3. Biru cukup memuaskan 4. Merah dalam pengawasan
Uraian Kriteria Peringkat:
1. Emas (excellent)
Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang
dipersyaratkan dan telah melakukan upaya 3R (Reduce, Reuse,
Recycle), menerapkan sistem pengelolaan lingkungan yang
berkesinambungan, serta melakukan upaya-upaya yang berguna bagi
kepentingan masyarakat pada jangka panjang
2. Hijau (sangat memuaskan)
Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang
dipersyaratkan, telah mempunyai sistem pengelolaan lingkungan,
mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakat, termasuk
melakukan upaya 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
Johannes Hendra Page 58
3. Biru (cukup memuaskan)
Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan
sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku
4. Merah (dalam pengawasan)
Melakukan upaya pengelolaan lingkungan, akan tetapi baru sebagian
mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan
5. Hitam (buruk)
Belum melakukan upaya pengelolaan lingkungan berarti, secara
sengaja tidak melakukan upaya pengelolaan lingkungan sebagaimana
yang dipersyaratkan, serta berpotensi mencemari lingkungan.
Sangat di sayangkan pada PROPER periode 2010-2011 terdapat
1(satu) pabrik kertas yang mendapat peringkat hitam dengan rincian sebagai
berikut ;
Peringkat Hitam = 1 Perusahaan
Peringkat Merah = 4 Perusahaan
Peringkat Biru = 20 Perusahaan
Peringkat Hijau = 4 Perusahaan
Jum;ah Peserta = 29 Perusahaan
Johannes Hendra Page 59
Menurut Assosiasi Pulp dan Kertas (APKI) terdaftar 78 (tujuh puluh
delapan) Industri kertas di Indonesia, yang mengikuti PROPER hanya 29
(dua puluh sembilan) pabrik kertas, siasanya sebanyak 49 (empat puluh
sembilan) pabrik kertas mengapa, belum ikut proper, menjadi satu
pertanyaan yang perlu diteliti, diarahkan untuk melakukan perubahan.
Dengan mengikuti PROPER merupakan salah satu langkah “positip”
bagi pengembangan Ilmu pengetahuan dan memberikan solusi dalam
pelestarian lingkungan hidup bagi masyarakat sekitar pabrik serta mahluk
hidup lain nya pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.
PT. Pindo Deli Mills I mendapatkan peringkat: BIRU dan Mills II : Hijau
Proses Pembuatan Kertas dapat di lihat melalui gambar 4 .1
Gambar 4.1; Proses Pembuatan Kertas
Johannes Hendra Page 60
Air Limbah yang dihasil kan oleh Paper Machine terdiri dari sisa Pulp,
Air, Bahan Kimia beserta partikel-partikel/polutan lain nya bersama-sama
menuju titik A sebagai awal masuknya air limbah kedalam IPAL dengan
proses melalui tahapan sebagai berikut :
Pada titik A terpantau parameter rata-rata Juli s/d Desember 2011 ;
Padatan yang Terendapkan (Total Suspended Solid disingkat TSS)
sebesar 2.815,33 memakai satuan mg/lt, metode analisa Fitrasi
sertaacuan pengujian SNI 06-6989.3-2004
Kebutuhan Oksigen Penguraian secara Biologi (Biochemical
Oxygen Demand disingkat BOD) sebesar 616,17 memakai satuan
mg/lt,metode analisa Kebutuhan Oksigen sertaacuan pengujian SNI 06-
6989.72-2009
Kebutuhan Oksigen Penguraian secara Kimia (ChemicalOxygen
Demand disingkat COD) sebesar 1.823,83 memakai satuan mg/lt,
metode analisa Kebutuhan Oksigen serta acuan pengujian SNI 06-
6989.15-2004
pH sebesar 7,55 merupakan derajat ke Asam-an atau Basa-an tanpa
satuan metode analisa Potensiometrik serta acuan pengujian SNI 06-
6989.11-2004.
Jelas sudah bila tanpa pengelolaan yang baik dan benar , dapat di
pastikan bahwa air limbah tersebut sangat berpotensial mencemari
lingkungan karena sudah sangat jauh melampaui daya dukung lingkungan
Johannes Hendra Page 61
hidup DAS Citarum tanpa air buangan dari PT. Pindo Deli , sungai Citarum
sudah dalam kondisi tercemar berat.
Tabel 4. 3;Hasil Kualitas Sungai Citarum up stream – down stream
1. Up Stream : 50 meter sebelum Outlet2. Down Stream : 50 meter sesudah Outlet
Upstream Downstream Upstream Downstream Upstream Downstream Upstream Downstream Upstream Downstream Upstream Downstream Upstream Downstream
1 pH 7.59 7.47 7.37 7.41 7.31 7.26 7.21 7.27 7.34 7.29 7.26 7.21 7.346 7.323
2 Temperatur °C 35 36 35 37 34 35 35 36 29 24 31 32 33.166 33.333
3 SS mg/L 41 44 29 34 31 29 27 31 18 19 25 29 28.500 31.000
4 Turbidity NTU 60 61 29 35 39 33 32 38 21 24 32 36 35.500 37.833
5 COD mg/L 40 39 36 51 45 52 47 58 29 35 29 30 37.666 44.166
6 BOD mg/L 12 15 13 20 22 28 18 21 19 14 16 14 16.666 18.666
7 DO mg/L 2.2 2.1 2.6 2.3 2.4 2.1 2.5 2.2 2.1 2.0 2.1 1.9 2.316 2.100
Rata ‐rata
KUALITAS AIR Sungai Citarum
No Parameter SatuanJuli 2011 Agust 2011 Sep 2011 Okt 2011 Nov 2011 Des 2011
Tabel 4. 4; Hasil analisa , Pengolahan Air Limbah melalui IPAL
Periode : Juli ‐ Desember 2011
Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet
1 Zat Tersuspensi (TSS) mg/L 100 2960 56 2920 55 3200 76 2790 68 2390 37 2630 43 2815,33 55,83
2 BOD5 mg/L 100 603 59 644 36 625 53 530 46 645 47 650 38 616,17 46,5
3 COD mg/L 200 1862 100 1905 100 1814 139 1884 127 1751 88 1817 81 1823,83 105,83
4 pH 6 ‐ 9 7,39 7,11 7,65 7,05 7,79 7,15 7,61 7,12 7,37 7,08 7,65 7,07 7,55 7,09
5 Debit Air Limbah M³ 401909 409007 392673 377306 411185 423172 402452
6 "Sludge" yg dihasilkan Ton **) 3369,72 3725,06 3416,91 3381,56 3403,29 3270,78 2813,59 2832,74 2787,3 2330,06 2594,1 2165,8 3064,15 2951*) = SK.GUB.KDH. Jawa Barat No.6/1999 sisa 113,15**) = Moisture 65%
September Oktober November
DATA HASIL PENGUJIAN AIR LIMBAH " INLET ‐ OUTLET "
Desember Rata‐rataNo Parameter Satuan Baku Mutu *)
Juli Agustus
Johannes Hendra Page 62
Melalui Grafik – grafik : Inlet – Outlet - Baku Mutu terlihat sebagai berikut :
Grafik 4. 1; TSS , July – Desember 2011
Grafik 4. 2; BOD , July – Desember 2011
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
mg/lt
Bulan
Inlet
Outlet
Baku Mutu
0
100
200
300
400
500
600
700
mg/lt
Bulan
Inlet
Outlet
Baku Mutu
J
Johannes Hen
0
500
1000
1500
2000
2500mg/lt
35000
36000
37000
38000
39000
40000
41000
42000
43000
m3
dra
Graf
Graf
00
00
00
00
00
00
00
00
00
Juli
fik 4. 3; CO
fik 4. 4; De
Agustus
OD , July –
bit , July –
Bulan
September O
Bulan
Desember
– Desembe
Oktober Nov
n
r 2011
er 2011
ember Desem
Page 6
Inlet
Outlet
Baku Mu
mber
Inle
63
tu
et
J
B
m
y
2
y
d
t
m
Johannes Hen
B. Pemba
Pada
menghasilk
yang tidak
Saya
2011 deng
yang tersed
Data
diolah seba
titik A (in l
melalui pr
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000To
n
dra
Grafik
hasan
a Peneliti
kan yang o
mungkin di
a membata
an mempe
dia dari PT.
a-data yang
agai bahan
et ) sebaga
roses peng
Juli
k 4. 5 ; Slu
ian ini te
optimal, nam
hindari.
asi waktu pe
erhatikan s
. Pindo Del
g terpantau
n tulisan
ai sumber
eloloaan d
Agustus Sep
dge , July
elah diran
mun pada
enelitian Ju
situasi dan
i Pulp and
u pada wak
Disertasi, a
pencemara
i IPAL aga
ptember Okt
Bulan
– Desemb
ncang sed
kenyataann
uly 2011 sam
kondisi pe
Paper Mills
ktu penetitia
antara lain
an harus d
ar air buan
ober Novem
ber 2011
demikian
nya terdap
mpai denga
rusahaan,
s.
an cukup m
paramete
di turunkan
ngan pada
ber Desembe
Page 6
rupa unt
at rintanga
an Desemb
keterbatasa
ewakili unt
r kunci da
kualitas ny
titik B dap
er
Inlet
Outlet
64
uk
an
ber
an
uk
ari
ya
pat
Johannes Hendra Page 65
mencapai dibawah Baku Mutu yang ditentukan oleh Pemerintah
(TSS < 200 mg/lt, BOD < 100 mg/lt, COD < 200 mg/lt dan pH 6 – 9) , dengan
kata lain kerja sama “ team work” dari berbagai unit/bagian harus kompak
“satu hati – satu tujuan” .
Menghitung Beban Pencemaran sebagai contoh
Produksi kertas : 15.000 ton ( rata-rata per bulan )23
Waktu : 30 hari
Rata-rata : 500 ton / hari
Pemakaian Air Bersih : 402.542 m³ (13.418,07 m³ / hari)
Sesuai Baku Mutu Air Buangan Industri Kertas ,
Berdasarkan Kep. Men LH . no. 51 / 10 / 1995 , ditetapkan :
C O D < 200 mg / lt
B O D < 100 mg / lt
T S S < 100 mg / lt
Debit yang di ijinkan 50 m³ / ton kertas
Baku Mutu Beban Pencemaranuntuk Industri yang bersangkutan(kertas)
C O D < 500.000.000 x 50.000 x 200 5.000 kg/hari
B O D < 500.000.000 x 50 .000 x100 2.500 kg/hari
T S S < 500.000.000 x 50 .000 x100 2.500 kg/hari
23 Sumber : Bagian Produksi Mill I , rata-rata July s/d Desember 2011
Johannes Hendra Page 66
Beban Pencemaranakibat pembuangan air limbah bila tidak di olah
dengan baik dan benar melalui IPAL; maka terjadi pencemaran yang
melampaui daya dukung lingkungan DAS , parameter COD, BOD dan TSS .
Perhitungan Beban Pencemaran sebagai berikut ;
C O D = 500.000.000 x 13.418,07 x1.823,28 12.230,51 kg/hari. Sesuai
peraturan maximum di ijinkan= 5.000 kg/hari,berarti telah melampaui
Ambang Batas Pencemaran
B O D = 500.000.000 x 13.418,07 x 616,17 4.132,74 kg/hari,berartitelah
melampaui Ambang Batas Pencemarankarena maximum di ijinkan = 2.500
kg/hari.
T S S = 500.000.000 x 13.418,07 x 2.815,33 6.448,000 kg/hari,
berartitelah melampaui Ambang Batas Pencemaran karena maximum
diijinkan = 2.500 kg/hari
Berbagai upaya yang telah dilaksanakan oleh para manajer dari
semua unit dan tenaga operator (top – down) sehingga menghasilkan rata-
rata pada periode Juli s/d Desember 2011 tercatat senagai berikut :
TSS = 55,83 mg/lt , BOD = 46,50 mg/lt , COD = 105,83 mg/lt, pH =7,09.
Prosentasi Penurunan parameter dari titik A menuju titik B.
TSS = 2815,33 mg/lt 55,83 mg/lt ( 98,02 % )
BOD = 616,17 mg/lt 46,50 mg/lt ( 92,45 % )
COD = 1823,83 mg/lt 105,83 mg/lt ( 94,19 % )
pH ..selalu dalam toleransi baku mutu.
Johannes Hendra Page 67
Semua parameter dibawah Ambang Batas Pencemaran-- aman
Penurunan kadar pencemaran tersebut melalui tiga tahapan ;
Proses Fisika – Proses Kimia dan Proses Biologi .
Proses Fisika terjadi mulai saat air limbah masuk kedalam IPAL di titik
A , melalui saringan kasar dan halus, penurunan kadar pencemaran belum
signifikan, hanya sedikit partikel yang yang > 0,5 mm dapat tersaring
(plastik,daun dan kotoran lain nya) dikumpul dan di angkut ketempat
pembuangan sampah domestik .
Proses Kimia berawal setelah air limbah di pompa dari bak Equalisasi
bersamaan pula di masukan nya Polyaluminium Chloride (PAC) sehingga
partikel-partikel membentuk “flok” dengan menambahkan bahan Polymer
maka flok-flok membesar/menggumpal sehingga akan mempercepat
pengendapan pada bak Clarifier Pertama. Penurunan kadar pencemaran
melalui proses kimia (60% – 80%)24 tersebut sangat ber variasi mengingat
akan jenis bahan kimia yang dibeli dan ukuran dimensi bak equalisasi, bak
koagulasi-flokkulasi dan bak primary clarifier. Sekiranya air limbah telah lolos
dari bak clarifier pertama nilai COD semula 1823,83 mg/lt x 80 % =
1459,064 mg/L masih tersisa 364,77 mg/lt diatas Baku Mutu (< 200 mg/lt),
demikian pula dengan parameter BOD semula 616,17 mg/lt x 80 % = 492, 94
masih tersisa 123,23 mg/lt diatas Baku Mutu (< 100 mg/lt) dan TSS semula
24 Praktek dilapang menggunakan bahan kimia lain ( Aluminium Sulfat )
Johannes Hendra Page 68
2815,33 mg/lt x 80 % = 2.252,26 mg/lt masih tersisa 563,07 mg/lt diatas
Baku Mutu (< 100 mg/lt).
Proses Biologi , untuk mencapai air buangan yang memenuhi dibawah
Baku Mutu memang diperlukan bantuan bakteri pengurai / mikroba
/microorganisme , karena air limbah masih mengandung partikel yang
bersifat “koloid” dan “terlarut” (Disolved Solid) sedemikian unik nya
memelihara dan memanfaatkan mahluk kecil ini merupakan senitersendiri.
Proses Biologi ini terjadi pada bak Aerasi ; ukuran bak , waktu tinggal air
limbah yang diolah , oksigen terlarut / disolved oxygen (DO) yang dapat
dimasukan kedalam air limbah dan temperatur air limbah sangat lah
penting. Kondisi dan kehidupan bakteri-bakteri tersebut supaya selalu
pada posisi siap stand by untuk “bertempur” dengan air limbah yang
mengandung “polutan” sehingga
COD yang tersisa sebesar 364,77 mg/ltdapat mencapai 105,83 mg/lt
BOD yang tersisa sebesar 123,23 mg/lt dapat mencapai 46,50 mg/lt .
TSS yang tersisa sebesar 563,07 mg/lt dapat mencapai 55,83 mg/lt .
Melalui Proses Biologi penurunan kadar pencemaran dapat mencapai
70 % - 90 %25 .
Dapat dipahami bahwa pengelolaan IPAL yang ter koordinasi dengan
baik dan benar secara teori dengan praktek di lapang akan menghasilkan
25 Praktek dilapang dengan memberikan nutrisi yang cukup kepada bakteri
Johannes Hendra Page 69
satu pemandangan yang indah untuk di jadikan contoh bagi pabrik kertas lain
nya.
Pada proses biologi melalui bak aerasi faktor pertumbuhan
microorganisme yang biasa nya di sebut mikroba merupakan mahluk yang
sangat berpengaruh . Perbandingan antara kandungan mikroba saja didalam
proses pengolahan air limbah atau Wastewater Treatment nya =Mix Liquor
Volatile Suspended Solid (MLVSS) dengan semua kandungan organik
termasuk mikroba didalam air limbah tersebut / Mix Liquor Suspended Solid
(MLSS) mendekati 80 berbanding 10026 .
Strategi dengan membandingan antara makanan (Food) dengan
Mikroba (Microorganisme) F / M
Dengan menggunakan rumus :
F/M ratio = BOD / MLSS x t kg of BOD / Kg of MLSS/day.
Q = Flow of Sewage (m3/day)
BOD = organic matter (mg/l)
FOOD = Q (m3/day) x BOD (mg/l) = Q x BOD / 1000 (Kg of BOD/ day)
V = Volume of Aeration (m³)
MLSS = Mixed liquor suspended solids (mg/l)
26 Metcalf & Eddy , Wastewater Engineering , Treatment-Disposal-Reuse
Johannes Hendra Page 70
Micro-organisms = V (m3) x MLSS (log/l) / 1000 = V x MLSS / 1000 (kg of
MLSS in aeration tank)
Debit air limbah / Q = 13.418,07 m³/hari. -
BOD = 616,17 mg/lt . -
Food = 13.418,07 x 616,17 = 82.648,72 kg/BOD/hari.
-Volume bak Aerasi = 32,00 x 50,00 x 4,00 m³ = 6.400,00 m³. -
MLSS melalui perhitungan saat penelitian ditemukan = 5.703 mg/lt.
-Mikroba / micro-organisme yang terkandung dalam bak Aerasi diperkirakan
= 6.400,00 m³ x 5.703 mg/lt /1000 = 36.499,20 kg.
F/M ratio = 82.648,72 kg : 36.499,20kg
= 2,644 melampaui 80 / 100
Dengan mengetahui F/M ratio > 0,80 maka dapat di pastikan bahwa
mikroba terjamin ketersediaan makanan nya. Namun perlu di siasati dengan
perbandingan yang “ideal “antara MLVSS dengan MLSS adalah 80
berbanding 100 , maka setelah melihat F/M terlalu besar (makanan lebih
banyak dari mikroba) .
Strategi untuk menyiasati agar mikroba dan makanan yang datang
seimbang, sesuai yang dibutuhkan , tambahan mikroba merupakan lumpur
aktif / activated sludge yang di kirim melalui saluran balik terbuat dari pipa
anti karat.
Johannes Hendra Page 71
Sebagai operator yang sudah cukup berpengalaman dapat mengatur
berapa banyak lumpur aktif tersebut yang harus di kirim kembali masuk
kedalam bak aerasi .
Mikroba yang berjuang mendegradasi polutan pada bak aerasi dapat
dilihat pada gambar berikut ini;
Gambar 4. 2; Mikroba yang terpantau pada Bak Aerasi
Johannes Hendra Page 72
Strategi dengan menyiasati Waktu Tinggal (Retention Time )
dt = V / Q dengan satuan waktu : hari / jam / menit
V = Volume bak-bak dari IPAL m³
Q = Debit air limbah yang di olah m³/hari
Melalui gambar berikut ini menjelaskan waktu tinggal aliran air limbah
(berapa lama) diproses pada bagian/tempat yang dilalui terlihat pada gambar;
Gambar 4. 3; Waktu Tinggal
Johannes Hendra Page 73
dt = Waktu Tinggal Air Limbah selama pemrosesan dari titik A titik B
dt = dt 1 + dt 2 + dt 3 + dt 4 + dt 5 + ……
dt 1 merupakan waktu yang ditempuh oleh air limbah dari titik A A1
dt 2 merupakan waktu yang ditempuh oleh air limbah dari titik A1 A2
dt 3 merupakan waktu yang ditempuh oleh air limbah dari titik A 2 A3
dt 4 merupakan waktu yang ditempuh oleh air limbah dari titik A 4 A5
dt 5 merupakan waktu yang ditempuh oleh air limbah dari titik A 5 A6
waktu yang ditempuh dari titik A3 A4 tidak signifikan menurunkan BOD,
COD dan TSS , tujuan menurunkan temperature air limbah < 37º C
Mengikuti alur air limbah dengan debit rata-rata adalah sebagai berikut; ;
Debit = 402.452 m³ / 30 hari = 13.418 m³ / hari dibutuhkan waktu tinggal ;
1. Bak Equalisasi ,
Berbentuk bulat dengan ukuran Diameter = 12 m’,
Tinggi / Dalam = 3 m.
dt 1 = V / Q = 339,12 / 13.418
= 0,03 hari
= 0,72 jam
= 43,20 menit.
2. Bak Koagulasi – Flokulasi
Berbentuk persegi / kotak dengan ukuran Panjang = 6 m’,
Lebar = 6 m’ , Tinggi /Dalam = 4 m’
Johannes Hendra Page 74
dt 2 = V / Q = 144 / 13.418
= 0,01 hari
= 0,24 jam
= 14,4 menit
3. Bak Clarifier I
Berbentuk bulat dengan ukuran Diameter = 26 m’ ,
Tinggi /Dalam = 4,25 m.
dt 3 = V / Q = 2.255,3 / 13.418
= 0,17 hari
= 4,03 jam
= 242,09 menit
4. Bak Aerasi
Berbentuk persegi panjang / kotak , Panjang 65 m’ , Lebar 33 m’ ,
Tinggi/Dalam 4 m’.
dt 4 = V / Q = 8.580 / 13.418
= 0,64 hari
= 15,36 jam
= 921,6 menit
Johannes Hendra Page 75
5. Bak Clarifier II
Berbentuk bulat dengan ukuran Diameter = 32 m’ , Tinggi /Dalam =
4,25 m.
dt 5 = V / Q = 3.416,3 / 13.418
= 0,25 hari
= 6 jam
= 360 menit
dt = dt 1 + dt 2 + dt 3 + dt 4 + dt 5
= 0,72 jam + 0,24 jam + 4,03 jam + 15,36 jam + 6 jam
Total = 26,35 jam atau 1 hari plus 2 jam dan 21 menit
Waktu tinggal yang diperlukan untuk menurunkan parameter ( prosentasi);
TSS = 2815,33 mg/lt 55,83 mg/lt ( 98,02 % )
BOD = 616,17 mg/lt 46,50 mg/lt ( 92,45 % )
COD = 1823,83 mg/lt 105,83 mg/lt ( 94,19 % )
dari titik A menuju titik B selama 26,35 jam atau lebih dari 1 hari ,
Bila sampling di titik A hari Senin waktu . 08.00 WIB ,
maka sampling di titik B ke esokan hari nya Selasa waktu 10.21 WIB .
Johannes Hendra Page 76
Dengan demikian penurunan tingkat pencemaran ( prosentasi Removal )
dapat dilihat pada Tabel 4. 5 berikut .
ampling & RemovalWaktu " Sampling" ( WIB ) dan " Removal" BOD, COD , TSS ( mg/lt )
Titik A A1 A2 A3 A4 A5 A6 KeteranganSetelah Ekualisasi Setelah Koagulasi-Flokulasi Setelah Clarifier I Sebelum Bak Aerasi Setelah Bak Aerasi Setelah Clarifier II Total % Removal
Waktu o8.00 o8.43 % Removal 08.57 % Removal 13.00 % Removal 13.09 % Removal 04.52 Selasa % Removal 10.21 % Removal
BOD 616,17 400,51 35% 400,51 - 40,05 90% 40,05 - 28,04 93% 28,04 93% 46,50 92,45%COD 1823,83 1459,06 20% 1459,06 - 364,77 75% 364,77 - 36,48 90% 36,48 90% 105,83 94,19%TSS 2815,33 985,37 65% 985,37 - 147,80 85% 147,80 - 4,43 97% 4,43 97% 55,83 98,02%
** Dari data tersebut memperlihatkan bahwa dengan bantuan Mikroba semua parameter sudah dapat mencapai dibawah Baku Mutu Air Buangan.Dengan diketahuinya pengolahan secara Biologi lebih efektif , maka dapat diteliti lebih lanjut untuk men design IPAL yang lebih efisien ( Biology system )
No Waktu (x) BOD COD TSS1 08.00 616.17 1,823.83 2,815.33 2 08.43 400.51 1,459.06 985.37 3 08.57 400.51 1,459.06 985.37 4 13.00 40.05 364.77 147.80 5 13.09 40.05 364.77 147.80 6 04.52 28.04 36.48 4.43 7 10.21 28.04 36.48 4.43
100 200 100 100 200 100 100 200 100 100 200 100 100 200 100 100 200 100 100 200 100
Johannes Hendra Page 77
‐
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
700.00
08.00 08.43 08.57 13.00 13.09 04.52 10.21
mg/lt
Waktu (Jam)
Grafik 4. 6 : BOD (rata‐rata)
‐
200.00
400.00
600.00
800.00
1,000.00
1,200.00
1,400.00
1,600.00
1,800.00
2,000.00
08.00 08.43 08.57 13.00 13.09 04.52 10.21
mg/lt
Waktu (Jam)
Grafik 4. 7 : COD (rata‐rata)
Johannes Hendra Page 78
Dari ketiga parameter terlihat bahwa; setelah air limbah di proses
melalui bak aerasi (proses biologi) menghasilkan nilai dibawah baku mutu air
buangan , berarti sudah aman untuk di salurkan ke badan penerima/ sungai.
Sebagai inovasi dari hasil evaluasi tersebut peneliti menyarankan proses
pengendapan air limbah sebelum melalui bak pengendapan ke dua
(secondary clarifier) akan menjadi lebih sederhana dan mudah dilaksanakan
bila air olaha tersebut dibuatkan kolam dengan tanaman air, sehingga biaya
yang diperlukan untuk pemisahan antara air dan mikroba menjadi sangat
efisien (diperlukan penelitian lebih lanjut) .
‐
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
08.00 08.43 08.57 13.00 13.09 04.52 10.21
mg/lt
Waktu (Jam)
Grafik 4. 8 : TSS (rata‐rata)
Johannes Hendra Page 79
Kecepatan Mengalir ( Flow rate )
Kecepatan mengalir air limbah perlu di cermati karena turut menentukan
proses pengendapan, partikal-partikal yang terkandung dalam air mempunyai
berat dan memerlukan waktu untuk mengendap sehingga, kecepatan akan
berbanding terbalik dengan luas permukaan dari wadah/bak yang dilalui.
Flow rate = Q / luas permukaan
Q = V . A
Fr = V . A / f
( m³ / m2 . satuan waktu )
Dengan demikian dalam perencanaan men design sebuah bak tempat
mengalirnya air limbah dengan harapan terjadi pengendapan yang optimal.
Mengenai biaya pengoperasian IPAL diperoleh rata-rata untuk setiap
M3 air limbah adalah sebesar Rp.4.500,-27.
Volume air limbah yang diolah melalui IPAL Mills I sekitar 10.000 m³-
15.000 m³ per hari sedangkan Mills II sekitar 20.000 m³ – 25.000 m³ per hari.
Artinya paling sedikit PT. Pindo Deli memasukan air buangan nya ke sungai
Citarum adalah sekitar 10.000 m³ + 20.000 m³ = 30.000 m³ air limbah
setiap hari di olah melalui IPAL dan menghasilkan timbulan sludge sekitar
5 ton + 10 ton = +/- 15 ton setiap harinya. Kualitas air buangan yang dialirkan
ke sungai Citarum walaupun telah memenuhi syarat dibawah Baku Mutu
27 Data perhitungan memakai bahan Polyaluminium Chloride (PAC) dan Polymer, PT. APM, 2011
Johannes Hendra Page 80
sesuai Peraturan Pemerintah , namun setelah di uji pada kualitas air sungai
Citarum up stream – down stream rata-rata selama penelitian July s/d
Desember 2011 ditemukan , sedikit melebihi kualitas air sungai 50 m
sebelum titik B (out-let, tabel 4. 3 ).
Kualitas Air sungai Citarum COD sebelumnya 37,666 mg/lt setelah
dimasukan air buangan dari IPAL PT. Pindo Deli menjadi 44,166 mg/lt . BOD
pun demikian sebelum nya 16,666 mg/lt menjadi 18,666 mg/lt .
Menurut Daya Dukung Kualitas Air Sungai Citarum, peruntukan kelas
III adalah BOD = 6 mg/lt dan COD = 50 mg/lt . Sehingga upaya menurunkan
biaya operasional pengolahan air limbah tersebut dari seluruh unit-unit,
terutama pada bagian produksi dengan meminimal kan sumber air limbah
yang di salurkan ke IPAL perlu ditingkatkan lagi.Sedangkan Kualitas kertas
yang diexport ke tempat / negara yang dituju menuntut agar pabrik tersebut
ramah terhadap lingkungan (environmental friendly) dan harga yang
bersaing dengan produksi kertas dari negara lain nya. Setelah mencermati
beberapa pabrik kertas dalam meng operasikan IPAL nya , maka timbul
keinginan untuk merencanakan IPAL effisien (Paket Hemat) baik dalam
biaya pembangunan maupun saat meng operasikan nya.
Johannes Hendra Page 81
Kombinasi Analisis Penelitian dengan Analsis SWOT
1..Karena dalam proses pembuatan kertas tidak mungkin dihindari
nya air limbah (waste water) dengan jumlah / volume yang besar (10 – 20
m³/ ton). Namun dengan kemajuan teknologi mesin pembuatan kertas yang
semakin cangih , maka air limbah tersebut diminimalkan sebelum disalurkan
kepada IPAL. Contoh pemilihan kebijakan dari air limbah yang dihasilkan dari
proses pembuatan kertas melalui table berikut. Urgent Serius Growth (USG ).
Tabel 4. 6 ; Pemilihan kebijakan
No. Altenative Minimalkan sumber air limbah
Meningkatkan kapasitas IPAL
1 2 3 4 5 6 7 8 Bobot Nilai Skor Bobot Nilai Skor 1 Pemakaian Bahan
Baku yang tepat 0,3 4 1,2 0,3 4 1,2
2 Pemilihan Mesin Produksi yang Tepat
0,2 2 0,4 0,2 2 0,4
3 SDM 0,3 4 1,2 0,3 2 0,6 4 Kemampuan
Keuangan mencukupi 0,1 2 0,4 0,2 2 0,4
Jumlah 1,0 3,2 1,0 2,0 kesimpulan : Berdasarkan hasil uraian masalah dan pemilihan alternatif kebijakan tersebut, direkomendasikan Minimalkan Sumber Air Limbah.
Dengan demikian maka berdasarkan tabel di atas para pemangku
kepentingan berkoordinasi secara baik. Sehingga pada saat proses
pembuatan kertas diupayakan seminimal mungkin bahan baku yang terdiri
dari pulp, air, bahan kima dan lain sebagainya (mubasir) tidak terbuang
menjadi limbah yang akan menjadi beban pada IPAL.
Johannes Hendra Page 82
2.Setelah mempelajari semua Peluang (opportunities) dan Kekuatan
(Stregnths) yang tersedia maka perlu di optimalkan system pengolahan
secara biologi , yaitu dengan memanfaatkan mikroba pengurai yang dapat
menurunkan kadar pencemaran air sehingga biaya pembangunan dan
operasi IPAL dapat ditekan, melalui Trickling Filter dan tanaman air Eceng
Gondok , seperti yang telah diuraikan pada bab sebelum nya.
Kelemahan (weakness) dan Ancaman (threats) menjadikan suatu tantangan
yang dapat menjadikan perbaikan untuk menjadi contoh dan tauladan bagi
pabrik kertas yang belum menyadari untuk berbuat baik , ramah terhadap
lingkungan , khusus nya kepada DAS
3.Sludge yang merupakan limbah B3 sebagai hasil dari proses IPAL ,
perlu diatur agar tidak menjadikan pemandangan yang kotor tidak sedap
dipandang oleh mata. Material sludge terdiri dari 2 (dua) bentuk atau jenis
yang sangat berbeda ;
Sebagian besar terdiri dari fibre , calcium carbonate sebagai bahan
pengisi / filer sebagai sisa proses pembuatan kertas , setelah melalui IPAL ,
hasil endapan dari bak pengendapan pertama (primary clarifier) .
Bahan tersebut menjadi bahan baku daur ulang untuk pembuatan kertas
yang berkualitas lebih rendah atau bahan bangunan (batako) dan bentuk
lainnya yaitu sludge yang dihasilkan dari bak pengendapan kedua
(secondary clarifier), merupakan bio-sludge yang dapat diproses menjadi
Johannes Hendra Page 83
kompos dan sangat bermanfaat untuk tanaman palawija maupun tanaman
hutan industri lain nya sebagai sumber hara.
4. Penataan Ruang pada lokasi IPAL akibat kegiatan aktifitas
manusia membuat kertas dan apa saja yang terdapat didalam nya perlu di
siasati dengan seni ilmu lansekap (landscape) yang mengatur dengan
mengkomposisikan elemen-elemen alam buatan menusia, sehingga akan
tercipta suatu karya lingkungan yang berfungsi secara estetis indah,
efektif,serasi, seimbang, teratur dan tertip. Sehingga tercapai kepuasan
jasmaniah dan rohaniah manusia dan mahluk hidup lainnya.28
28 Zoer’aini Djamal Irwan, 2010, Prinsip-prinsip Ekologi , Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya,halaman 13.
Johannes Hendra Page 84
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ternyata; PT. Pindo Deli Pulp and Paper
Mills dengan menerapkan Management By Olympic System (MBOS) sebagai
strategi mengoptimalkan penurunan kandungan limbah B3 telah mencapai
dibawah ambang batas yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Diperoleh temuan sebagai berikut ;
1. Air buangan dari PT. Pindo Deli Mills I & II telah mampu mencapai
dibawah baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah , dengan strategi MBOS
mendapatkan peringkat Birubagi Mills I danperingkat Hijau bagiMills II, pada
PROPER periode 2010 – 2011.
2. TopManajementelah melakukan strategi dengan menambah 1 (satu)
Paper Machine, khusus untuk menampung limbah Sludge (B3) sebagai
bahan baku kertas yang berkualitas rendah (low grad) dalam upaya
pencegahan pencemaranmelalui sarana dan prasarana IPAL.
3. Air buangan PT.Pindo Deli Pulp and Paper Mills , hasil pantau pada
bulan Juli s/d Desember 2011, nilai COD down stream = 44,166 mg/lt , BOD
down stream =18,666 mg/lt , TSS down stream = 31,000 mg/ltd an pH =
7,323.
Johannes Hendra Page 85
B. Rekomendasi
1. Hendaknya melalui Pendidikan “Manajemen Lingkungan” Pengelolaan
Air Limbah pabrik-pabrik kertas lain nya di seluruh Nusantara ter “dorong”
untuk berbuat“baik” terhadap sumber daya alam (air), tidak menambah kritis
kerusakan lingkungan hidup .
2. Disarankan kepada para Pembina, Pengawas tidak boleh menerima
“uang” untuk menutupi atau menunda pengoperasian IPAL, bila ditemukan
hal-hal yang tidak sesuai peraturan. Melainkan menindak tegas / menyetop
aktifitas pabrik. Sudah selayaknyalah setiap pabrik kertas harus menjalankan
IPAL yang merupakan tolak ukur kepedulian terhadap lingkungan.
3. Tidak ada lagi “saluran tikus” (IPAL palsu) pada setiap pabrik kertas
sadar mematuhi peraturan dalam Pengelolaan Air Limbah yang benar,
memenuhi Baku Mutu air buangan nya yang dialirkan ke sungai...
4. Pada saat manajemen harus memilih antara me minimal kan sumber
air limbah dengan menambah kapasitas IPAL, maka alternatif pertamalah
yang di pilih , seperti terlihat pada hasil analisis Urgent Serius Growth (USG ).
Johannes Hendra Page 86
DAFTAR PUSTAKA
Callan Scott J, Thomas Janet M, Environmental Economics and Management
2nd Edition. Harcourt College Publishers, 6277 Sea Harbor Drive, Orlando, Fl 32887-6777, 2000.
Dicker Laurie , Making Conflict Resolution Happen.Business + Publishing
Unit 7/5 Vuko Place ,Warriewood NSW 2102 , Australia., 2001 Daft, Richard L, Management, 6thEdition,Thomson Learning,Singapore, 2003. Hopfenbeck, Waldemar The Green Management Revolution , British Library
Cataloguing , Great Britain, 1993 James P. Lester , Environmental Politics & Policy , Theories and Evidence
(2nd Edition), Duke University Press, London, 1997 Kristianus Atok,Paulus Florus dan Lorensius AR, Peran Masyarakat Dalam
Tata Ruang Cetakan Pertama, CV. Mitra Kasih, Yayasan Karya Sosial Pancur Kasih Pontianak, Kalimantan Barat.,1998
Linn, Johannes.F, Cities in the Developing World, Second edition, The World
Bank , 1818 H.Street, N.W, Washington D C. 20433 USA., 1985 Madu, Christian N, Environmental Planning and Management,Imperial
College Press, London, 2007. Metcalf & Eddy, Ing. , Wastewater Engineering, Treatment, Disposal,and
Reuse, Third edition, McGraw-Hill, Singapore.,1991. Mohammad Soerjani, Arief Yuwono dan Dedi Fardiaz, Lingkungan Hidup,
Edisi Ke-2, Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan, Jakarta, Indonesia., 2007.
Nicholas Stern., Climate The Economic of Change , The Stern Review,
Cambridge, London, 2006. Nugraha, Agung & Yudo E B Istoto, Hutan, Industri dan Kelestarian,Wana
Aksara, Banten, Indonesia., 2007.
86
Johannes Hendra Page 87
Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pengembangan, Cetakan ke-10, Djembatan, Jakarta., 2004.
Peter Peters, Joe Ravetz and Clive Geoge, Environment and the City,
Routledge , 270 Madison Avenue, New York, NY 10016., 2009. Praptapa, Agung, The Art of Controlling People , Strategi Mengendalikan
Perusahaan, PT. Gramedia, Jakarta., 2009. Rangkuti, Freddy, ANALISIS SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT.
Gramedia Pustaka Utama , Jakarta , 2005. Sugiarto, Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah , Universitas Indonesia ,
Jakarta , 2004 . World development report, Reshaping Economic Geography, The World
Bank, Washington DC, Bandung, 2009. Yuwono, Rudy dan Endro Adinugroho, Buku Pegangan Manajer
Pengendalian Pencemaran Air, Cetakan 1, BPLHD , Jawa Barat dengan bantuan dari Japan External Trade Organization (JETRO), 2006.
Zoer’aini Djamal Irwan, Prinsip-Prinsip Ekologi ; Ekosistem, Lingkungan dan
Pelestariannya, PT. Bumi Aksara , Jakarta , 2010.
Johannes Hendra Page 88
Perundang-undangan: Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Jakarta Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009, TentangPerlindungan danPengelolaan LingkunganHidup. 2009
Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Jakarta Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997, Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.1997. Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Jakarta. Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1982, Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.,1982
Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Jakarta Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor: KEP-51/MENLH/10/1995, Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri ,1995
Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Jakarta Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Johannes Hendra Page 89
STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH PABRIK KERTAS, DALAM RANGKA PENURUNAN KANDUNGAN
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
JOHANNES HENDRA 7717090919
Disertasi yang Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Doktor
7717090919
JohanneHendra
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012