Hendra darmawan _0710713047_

13
1 Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Salam (Sizygium polyanthum) Terhadap Shigella dysenteriae Isolat Labkesda Surabaya Secara In Vitro Hendra Darmawan Wijaya*, Sri Sunarti**, Sri Winarsih*** ABSTRAK Diare merupakan penyakit yang umum dalam masyarakat. Salah satu bakteri penyebab penyakit diare di Indonesia adalah Shigella dysenteriae. Beberapa spesies Shigella saat ini telah resisten terhadap beberapa antibiotik sehingga pengobatan menjadi mahal. Oleh karena itu, perlu dikembangkan pengobatan baru yang lebih efektif dan efisien serta dapat menurunkan biaya pengobatan, tanpa melupakan standar mutu pelayanan medis. Daun Salam biasa digunakan sebagai obat tradisional terhadap berbagai macam penyakit termasuk mengobati diare. Kandungan daun Salam yang diperkirakan berperan sebagai antibakteri adalah minyak atsiri, flavonoid dan tannin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antibakteri dari ekstrak daun Salam secara in vitro. Metode yang digunakan adalah dilusi tabung yang terdiri dari tahap Penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM). Ekstrak daun Salam dibuat dengan cara maserasi menggunakan etanol 96%. Konsentrasi ekstrak daun Salam yang digunakan adalah 22,5% v /v, 25% v /v, 27,5% v /v, 30% v /v, dan 32,5% v /v, sedang konsentrasi Shigella dysenteriae adalah 10 6 CFU/ml. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ekstrak daun Salam secara signifikan dapat menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae (Kruskal Wallis, p = 0.000) dan terdapat hubungan antara peningkatan konsentrasi ekstrak daun Salam dengan penurunan jumlah koloni Shigella dysenteriae (R = - 0,97). Berdasarkan hasil penelitian KHM tidak dapat ditentukan (oleh karena campuran bakteri dengan ekstrak daun Salam berwarna keruh), sedangkan KBM ekstrak daun Salam terhadap Shigella dysenteriae adalah 30% v /v. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun Salam memiliki efek antibakteri terhadap Shigella dysenteriae isolat Labkesda Surabaya. Kata kunci: Shigella dysenteriae, Daun Salam (Sizygium polyanthum), antibakteri ABSTRACT Dysentery or diarrhoea are common disease in the community. One of the cause dysentery in Indonesia is Shigella dysenteriae. Now some of Shigella species had become resistance to several antibiotics therefore therapy become expensive. So, the alternative treatment should be developed, more effective and efficient which caused both to reduce the cost and also to fulfil the quality of medical standard. Salam (Sizygium polyanthum) leaves is used as a traditional medicine against various diseases include to treat diarrhea. The estimated antibacterial substances of Salam leaves are atsiri oil, flavonoid and tannin. The aim of this experimental study is to know antibacterial effect of Salam leaves extract against Shigella dysenteriae in vitro. Antibacterial effect is determined by tube dilution method, which consists of, the determination of Minimum Inhibitory Concentration (MIC), and Minimum Bactericide Concentration (MBC). The concentrations of Salam Leaves extracts are 22,5% v /v, 25% v /v, 27,5% v /v, 30% v /v, and 32,5% v /v. The concentration of Shigella dysenteriae is 10 6 CFU/ml. The statistical analysis result shows that Salam leaves extract significantly inhibits the growth of Shigella dysenteriae (Kruskal Wallis, p = 0.000) and there is a correlation between increasing of the Salam leaves extract concentration and decreasing of the amount of *Program Studi Pendidikan Dokter FKUB **Laboratorium IPD RS Saiful Anwar Malang ***Laboratorium Mikrobiologi FKUB

description

jurnal

Transcript of Hendra darmawan _0710713047_

Page 1: Hendra darmawan _0710713047_

1

Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Salam

(Sizygium polyanthum) Terhadap Shigella dysenteriae Isolat Labkesda Surabaya Secara In Vitro

Hendra Darmawan Wijaya*, Sri Sunarti**, Sri Winarsih***

ABSTRAK

Diare merupakan penyakit yang umum dalam masyarakat. Salah satu bakteri penyebab penyakit diare di Indonesia adalah Shigella dysenteriae. Beberapa spesies Shigella saat ini telah resisten terhadap beberapa antibiotik sehingga pengobatan menjadi mahal. Oleh karena itu, perlu dikembangkan pengobatan baru yang lebih efektif dan efisien serta dapat menurunkan biaya pengobatan, tanpa melupakan standar mutu pelayanan medis. Daun Salam biasa digunakan sebagai obat tradisional terhadap berbagai macam penyakit termasuk mengobati diare. Kandungan daun Salam yang diperkirakan berperan sebagai antibakteri adalah minyak atsiri, flavonoid dan tannin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antibakteri dari ekstrak daun Salam secara in vitro. Metode yang digunakan adalah dilusi tabung yang terdiri dari tahap Penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM). Ekstrak daun Salam dibuat dengan cara maserasi menggunakan etanol 96%. Konsentrasi ekstrak daun Salam yang digunakan adalah 22,5%v/v, 25%v/v, 27,5%v/v, 30%v/v, dan 32,5%v/v, sedang konsentrasi Shigella dysenteriae adalah 106 CFU/ml. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ekstrak daun Salam secara signifikan dapat menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae (Kruskal Wallis, p = 0.000) dan terdapat hubungan antara peningkatan konsentrasi ekstrak daun Salam dengan penurunan jumlah koloni Shigella dysenteriae (R = - 0,97). Berdasarkan hasil penelitian KHM tidak dapat ditentukan (oleh karena campuran bakteri dengan ekstrak daun Salam berwarna keruh), sedangkan KBM ekstrak daun Salam terhadap Shigella dysenteriae adalah 30%v/v. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun Salam memiliki efek antibakteri terhadap Shigella dysenteriae isolat Labkesda Surabaya.

Kata kunci: Shigella dysenteriae, Daun Salam (Sizygium polyanthum), antibakteri

ABSTRACT

Dysentery or diarrhoea are common disease in the community. One of the cause dysentery in Indonesia is Shigella dysenteriae. Now some of Shigella species had become resistance to several antibiotics therefore therapy become expensive. So, the alternative treatment should be developed, more effective and efficient which caused both to reduce the cost and also to fulfil the quality of medical standard. Salam (Sizygium polyanthum) leaves is used as a traditional medicine against various diseases include to treat diarrhea. The estimated antibacterial substances of Salam leaves are atsiri oil, flavonoid and tannin. The aim of this experimental study is to know antibacterial effect of Salam leaves extract against Shigella dysenteriae in vitro. Antibacterial effect is determined by tube dilution method, which consists of, the determination of Minimum Inhibitory Concentration (MIC), and Minimum Bactericide Concentration (MBC). The concentrations of Salam Leaves extracts are 22,5%v/v, 25%v/v, 27,5%v/v, 30%v/v, and 32,5%v/v. The concentration of Shigella dysenteriae is 106 CFU/ml. The statistical analysis result shows that Salam leaves extract significantly inhibits the growth of Shigella dysenteriae (Kruskal Wallis, p = 0.000) and there is a correlation between increasing of the Salam leaves extract concentration and decreasing of the amount of *Program Studi Pendidikan Dokter FKUB **Laboratorium IPD RS Saiful Anwar Malang ***Laboratorium Mikrobiologi FKUB

Page 2: Hendra darmawan _0710713047_

2

Shigella dysenteriae colony (R = - 0,97). Based on the experiment results, MIC is unable to observe (because of the turbidity of the mixture between bacteria and Salam leaves extract), whereas MBC of the Salam leaves extract 30%v/v. The conclusion of this experimental study is the Salam leaves has antibacterial effect against Shigella dysenteriae isolate Labkesda Surabaya.

Keywords : Shigella dysenteriae, Salam (Sizygium polyanthum), antibacterial.

Pendahuluan

Sistem pengobatan dunia telah mengalami perubahan yang sangat drastis dari waktu ke waktu, mulai dari pengobatan yang berdasarkan pengalaman pribadi hingga ke sistem yang mengutamakan metode ilmiah. Walaupun terdapat kemajuan yang pesat dalam pengobatannya dan pencegahannya, namun penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian dan penurunan status kesehatan jutaan manusia di seluruh dunia. (Fauci et al., 2008).

Teknologi di bidang kedokteran khususnya di bidang antibiotika banyak memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia. Selain dampak positif tersebut, timbul pula dampak negatif yang tidak dapat dicegah, misalnya makin meningkatnya kemampuan mikroba penyebab infeksi untuk mempertahankan diri melalui mekanisme – mekanisme adaptasi sehingga makin sulit untuk diberantas. Selain itu, penggunaan preparat atau sediaan antimikroba yang tidak rasional berdampak pada munculnya strain-strain baru yang resisten terhadap antimikroba (Wahjono,1994). Munculnya strain-strain baru bakteri yang resisten terhadap antimikroba berakibat pada peningkatan biaya kesehatan karena dibutuhkan antimikroba generasi baru, selain itu waktu perawatan menjadi lebih lama, ataupun peningkatan angka kesakitan dan angka kematian ( Meers,1994 ).

Banyak studi yang menyatakan bahwa bakteri-bakteri patogen telah menjadi resisten terhadap obat-obat antibakteri sehingga masyarakat dengan sosial ekonomi rendah semakin sulit untuk mendapat pengobatan yang efektif

karena dengan peningkatan resistensi, meningkat juga biaya pengobatan akibat perubahan pola terapi dan jenis obat (Fauci et al., 2008).

Shigella dysenteriae merupakan penyebab penyakit disentri basiler,suatu penyakit yang ditandai dengan nyeri perut hebat, diare yang sering, dan sakit dengan volume tinja sedikit disertai lendir dan darah. Kebanyakan penyakit ini terjadi pada anak-anak 1-10 tahun. Di Amerika Serikat, diduga sekitar 15% kasus diare anak disebabkan oleh Shigella, sementara di negara-negara berkembang mikroorganisme ini merupakan penyebab utama dari diare infantil (Dzen dkk., 2003).

Tanaman Salam merupakan tanaman yang sering ditemui dan mudah didapat di Indonesia. Sejak dahulu, khasiat salam sebagai tanaman obat sering digunakan dalam masyarakat terutama daunnya. Disamping itu diyakini daun salam mengandung zat kimia alamiah yang rendah efek samping dibandingkan dengan obat-obat farmasetik lainnya menjadikan daun salam sebagai pilihan masyarakat dalam pengobatan tradisional.

Dari tempat asal penulis, Cepu, Jawa Tengah daun Salam terkenal khasiatnya dalam mengobati diare. Dari beberapa penelitian juga diketahui bahwa ekstrak etanol daun salam dapat menghambat pertumbuhan bakteri – bakteri penyebab diare seperti E. coli, Vibrio cholerae, dan Salmonella sp. (Dalimartha, 2005). Oleh karena itu penulis meneliti efek anti bakteri daun Salam terhadap Shigella dysenteriae.

Penelitian ini sangat bermanfaat karena dapat memberi alternatif bagi penderita yang kurang mampu secara ekonomi dengan memberikan solusi

Page 3: Hendra darmawan _0710713047_

3

kesehatan alternatif pengobatan yang terjangkau dan memenuhi standar pengobatan untuk masyarakat luas.

Metodologi Penelitian Alat

Pisau, bunsen, blender, ose, neraca analitik, tabung reaksi, kertas saring, pewarna gram, beaker glass, inkubator, evaporator set, colony counter “LAB-LINE”, mikroskop, korek api, obyek glass, pipet ukur, minyak emersi, vortex, kapas lidi, oven, sentrifus set, spektrofotometri, inkubator, kertas penghisap, gelas ekstraksi.

Bahan

Daun Salam (150 gram sediaan kering), etanol 96%, biakan murni Shigella dysenteriae dengan kepadatan 108 CFU/ml, Muller hinton broth, Mac Conkey agar, Nutrient Agar Plate (NAP), Triple Sugar Iron (TSI) agar, bahan pewarnaan gram: kristal violet, lugol, alkohol 96%, safranin, aquadest steril

Prosedur Penelitian A. Proses Ekstraksi

1500 gram daun Salam basah dikeringkan dengan dioven pada suhu 80ºC selama 45 menit. Kemudian daun tersebut dihaluskan dengan menggunakan blender. Ambil 150 gram daun Salam yang telah dihaluskan, campur dengan 0,8 liter etanol 96% dalam labu Erlenmeyer ukuran 1 liter lalu kocok selama 30 menit dengan tangan, kemudian didiamkan selama semalam ( 12 jam). Etanol 96% yang digunakan untuk merendam daun Salam yang telah dihaluskan, diganti 3 kali sampai etanol jernih. Kemudian hasil ekstraksi siap untuk dievaporasi.

B. Proses Evaporasi

Evaporator set dipasang pada tiang permanen agar dapat digantung dengan kemiringan 30 - 400 terhadap meja dengan susunan dari bawah ke atas alat pemanas air, labu penampung hasil evaporasi, rotary evaporator dan tabung pendingin. Kemudian tabung

pendingin dihubungkan dengan pompa sirkulasi air dingin yang terhubung dengan bak penampung air dingin melalui pipa plastik. Tabung pendingin juga terhubung dengan pompa vakum dan penampung hasil penguapan.

Hasil ekstraksi dimasukkan dalam labu penampung sedangkan rotary evaporator, alat pompa sirkulasi air dingin dan alat pompa vakum dinyalakan. Pemanas aquades juga dinyalakan sehingga hasil ekstraksi dalam tabung penampung evaporasi mendidih dengan suhu 800 C (sesuai titik didih etanol) dan etanol mulai menguap.

Hasil penguapan etanol dikondensasikan menuju labu penampung etanol sehingga tidak tercampur hasil evaporasi dan uap lain tersedot pompa vakum.

Proses evaporasi dilakukan hingga volume hasil ekstraksi berkurang dan menjadi kental. Setelah kental evaporasi dihentikan dan hasil evaporasi diambil. Hasil evaporasi ditampung dalam cawan penguap kemudian di oven selama 2 jam pada suhu 800C untuk menguapkan etanol yang tersisa sehingga didapatkan hasil ekstrak etanol 100%. Masukkan hasil ekstraksi dalam botol plastik dan simpan dalam freezer.

C. Identifikasi Shigella dysentriae 1. Pewarnaan Gram

Bersihkan gelas obyek dengan kapas steril, kemudian lewatkan di atas api untuk menghilangkan lemak. Biarkan dingin. Satu tetes aquades steril atau larutan saline diteteskan pada gelas obyek. Dengan ose jarum yang steril, diambil sedikit koloni Shigella dysentriae yang tumbuh pada medium padat kemudian disuspensikan dengan satu tetes aquades steril atau larutan saline yang sudah diteteskan terlebih dahulu pada gelas obyek. Hapusan sebaiknya dibuat tipis. Hapusan dibiarkan kering di udara. Setelah kering, fiksasi dengan cara

Page 4: Hendra darmawan _0710713047_

4

melewatkan sediaan sebanyak 3x diatas api. Sediaan siap diwarnai.

Tuangi sediaan dengan kristal violet selama 1 menit, kemudian buang sisa Kristal violet dan bilas dengan air. Tuangi sediaan dengan lugol selama 1 menit, kemudian buang sisa Lugol dan bilas dengan air. Tuangi sediaan dengan alkohol 96% selama 5-10 detik atau sampai warna cat luntur, kemudian buang sisa alkohol dan bilas dengan air. Tuangi sediaan dengan safranin selama 30 detik, kemudian buang sisa safranin dan bilas dengan air. Keringkan dengan kertas penghisap. Lihat di bawah mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 100x. Hasil positif : bakteri Shigella dysentriae berbentuk batang dan tercat merah (Gram negatif).

2. Mac Conkey Agar Dilakukan inokulasi bakteri

Shigella dysentriae dengan metode streaking pada medium Mac Conkey agar. Inkubasikan pada inkubator dengan suhu 37°C selama 18 - 24 jam dan diamati hasilnya. Hasil positif : ditemukan morfologi koloni bakteri Shigella dysentriae yang berbentuk oval, permukaannya datar dan halus, tepi tidak rata, tidak berbau dan khas didapatkan koloninya berwarna pucat (non lactose fermenter).

3. Triple Sugar Iron (TSI) Agar Slant

Dengan menggunakan ose, Shigella dysentriae ditanam dengan cara menusuk sampai dekat dasar tabung, kemudian menggoreskan ose tersebut secara zig-zag pada permukaan media. Tabung tidak boleh ditutup rapat. Kemudian inkubasi pada inkubator dengan suhu 37°C selama 18-24 jam dan diamati hasilnya. Hasil positif : Shigella dysentriae meragikan glukosa, sehingga terbentuk dasar (butt) asam dan cekungan (slant) alkali pada agar besi gula tripel (TSI) atau dapat dituliskan Alk/As. Bakteri ini tidak menghasilkan gas dan H2S.

D. Persiapan Suspensi Shigella dysentriae

1. Koloni dengan karakteristik sama diambil dari lempeng agar Mac Conkey kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi steril yang berisi MH broth.

2. Tabung reaksi lalu diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37ºC selama 18-24 jam.

3. Dilakukan spektrofotometri pada tabung reaksi di atas dengan panjang gelombang 625 nm (Balows, 1991) untuk mengetahui OD (Optical Density) dari suspensi.

4. Untuk mendapatkan konsentrasi bakteri sebesar 108 CFU/ml yang setara dengan OD = 0,1 dilakukan perhitungan sebagai berikut :

N1 x V1 = N2 x V2

Keterangan :

N1 = Hasil spektrofotometri

V1 = Volume bakteri stock

N2 = OD (0,1 setara dengan 108 CFU/ml pada 625 = ג nm)

V2 = Volume suspensi bakteri uji (10 ml)

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh volume bakteri (ml) yang akan ditambah pengencer untuk mendapatkan konsentrasi 108 CFU/ml sebanyak 10 ml.

5. Dilakukan pengenceran suspensi bakteri dengan konsentrasi sebanyak 100 kali untuk mendapatkan konsentrasi bakteri 106 CFU/ml.

6. Dari 10 ml bakteri dengan konsentrasi 108 CFU/ml diambil 1 ml larutan kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang telah diisi 9 ml aquades sehingga konsentrasi bakteri menjadi 107 CFU/ml.

7. Diambil 1 ml larutan dengan konsentrasi bakteri 107 CFU/ml

Page 5: Hendra darmawan _0710713047_

5

kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang telah diisi 9 ml aquades sehingga konsentrasi bakteri menjadi 106 CFU/ml (Dzen dkk, 2003).

E. Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Salam

1) Siapkan 7 tabung steril, beri tanda 0%v/v, 22,5%v/v, 25%v/v, 27,5%v/v, 30%v/v, 32,5%v/v, dan OI (Original Inokulum). Kontrol bahan adalah ekstrak etanol daun Salam. Konsentrasi 0%v/v adalah biakan bakteri Shigella dysentriae dengan konsentrasi 106 CFU/ml.

2) Masukkan 0,55 ml aquades steril ke dalam tabung bertanda 22,5%v/v lalu tambahkan 0,45 ml ekstrak etanol daun Salam.

3) Masukkan 0,50 ml aquades steril ke dalam tabung bertanda 25%v/v lalu tambahkan 0,50 ml ekstrak etanol daun Salam.

4) Masukkan 0,45 ml aquades steril ke dalam tabung bertanda 27,5%v/v lalu tambahkan 0,55 ml ekstrak etanol daun Salam.

5) Masukkan 0,40 ml aquades steril ke dalam tabung bertanda 30%v/v lalu tambahkan 0,60 ml ekstrak etanol daun Salam.

6) Masukkan 0,35 ml aquades steril ke dalam tabung bertanda 32,5%v/v lalu tambahkan 0,65 ml ekstrak etanol daun Salam.

7) Masukkan 1 ml aquades steril ke dalam tabung bertanda konsentrasi 0 %v/v.

8) Tambahkan 1 ml biakan cair bakteri Shigella dysentriae kedalam setiap tabung kecuali tabung kontrol bahan.

9) Semua tabung diinkubasikan pada suhu 37o - 37,5o C selama 18-24 jam.

10) Setelah 18-24 jam perhatikan dan catat derajat kekeruhan pada semua tabung. Cara membaca derajat kekeruhan adalah dengan meletakkan sebuah kertas putih dibelakang tabung, dimana sebelumnya pada kertas tersebut digambar sebuah garis hitam, kemudian perhatikan garis hitam dari depan tabung. Konsentrasi paling rendah yang tidak menunjukkan kekeruhan adalah KHM.

11) Untuk mengetahui KBM, lakukan penggoresan / streaking pada media NAP, kemudian diinkubasikan pada suhu 37o- 37,5oC selama 18-24 jam.

12) Setelah 18-24 jam hitung jumlah koloni Shigella dysentriae yang tumbuh dengan colony counter, konsentrasi terendah dengan jumlah koloni kurang dari 0,1% original inokulum adalah KBM.

Hasil Penelitian Hasil Identifikasi S. dysenteriae Bakteri Shigella dysenteriae yang digunakan di dalam penelitian ini adalah satu isolat bakteri Shigella dysenteriae yang berasal dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang yang didapatkan dari Labkesda Surabaya. Bakteri tersebut terlebih dahulu diidentifikasi dengan pembiakan koloni pada media Triple Sugar Iron (TSI) Agar Slant dan pewarnaan Gram. Hasil identifikasi dapat dilihat berikut ini.

Hasil Identifikasi Shigella dysenteriae

Pewarnaan Gram Bakteri batang Gram negatif

Mac Conkey Koloni berwarna pucat (non lactose fermenter)

Page 6: Hendra darmawan _0710713047_

6

TSI Agar Slant Alkali / Asam; Gas(-) H2S(-)

Gambar Pewarnaan Gram

(Batang Gram negatif)

Gambar Koloni Shigella dysenteriae pada Medium Mac Conkey

(Koloni berwarna pucat / non lactose fermenter)

Page 7: Hendra darmawan _0710713047_

7

Gambar Koloni Shigella dysenteriae pada TSI Agar Slant

(Alkali / Asam; Gas(-) H2S(-))

Hasil Pengamatan Kekeruhan dan Analisis Terhadap KHM

Dari 150 gram daun Salam kering diperoleh 150 ml ekstrak etanol daun Salam yang berbentuk cair. Pada penelitian ini digunakan lima macam konsentrasi ekstrak etanol daun Salam yaitu 22,5 %v/v, 25 %v/v, 27,5 %v/v, 30 %v/v, 32,5 %v/v serta konsentrasi 0 %v/v (kontrol positif atau bakteri tanpa ekstrak). KHM (Kadar Hambat Minimal) atau MIC (Minimum Inhibitory

Concentration) adalah kadar terendah dari antibakteri yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri (ditandai dengan tidak adanya kekeruhan pada tabung), setelah diinkubasikan selama 18 - 24 jam. Tingkat kekeruhan larutan ekstrak etanol daun Salam diamati untuk menentukan KHM. Uji dilusi tabung dengan konsentrasi 0 %v/v, 22,5 %v/v, 25%v/v, 27,5 %v/v, 30 %v/v, 32,5 %v/v dapat dilihat pada Gambar berikut.

Page 8: Hendra darmawan _0710713047_

8

1 2 3 4 5 6

Gambar Hasil Uji Dilusi Tabung S. dysenteriae dengan Ekstrak Etanol Daun Salam

Keterangan:

Tabung 1 : Konsentrasi ekstrak 0 %v/v Tabung 4 : Konsentrasi ekstrak 27.5 %v/v

Tabung 2 : Konsentrasi ekstrak 22.5 %v/v Tabung 5 : Konsentrasi ekstrak 30 %v/v

Tabung 3 : Konsentrasi ekstrak 25 %v/v Tabung 6 : Konsentrasi ekstrak 32.5 %v/v

Berdasarkan hasil tahap uji dilusi tabung tidak dapat diamati perbedaan tingkat kekeruhan sehingga KHM tidak dapat ditentukan.Selanjutnya tiap-tiap tabung tersebut diinokulasikan pada NAP (Nutrien Agar Plate) untuk melihat pertumbuhan koloninya yang kemudian dihitung jumlah koloninya dengan alat penghitung koloni (colony counter).

Hasil Perhitungan Shigella dysenteriae pada Media NAP dan Analisis Terhadap KBM

Dari setiap tabung-tabung hasil kultur pada “Tube Dillution Test”, kemudian dilakukan penggoresan pada medium padat NAP.

Page 9: Hendra darmawan _0710713047_

9

Konsentrasi Ekstrak 0 %v/v Konsentrasi Ekstrak 22,5 %v/v

Konsentrasi Ekstrak 25 %v/v Konsentrasi Ekstrak 27,5 %v/v

Konsentrasi Ekstrak 30 %v/v Konsentrasi Ekstrak 32,5 %v/v

Gambar Jumlah Koloni Shigella dysenteriae pada Media NAP Setelah Perlakuan dengan Ekstrak Etanol Daun Salam

Page 10: Hendra darmawan _0710713047_

10

Tabel Jumlah Koloni Shigella dysenteriae pada Media NAP per Ose (0,1 ml)

Konsentrasi Pengulangan

Jumlah Koloni Rerata Standar

Deviasi I II III IV

0 %v/v 398000 361000 347000 386000 1492000 373000 ± 23194,8

22,5 %v/v 243 254 215 221 933 233 ± 18,3

25 %v/v 128 139 98 127 492 123 ± 17,5

27,5 %v/v 77 61 23 38 199 50 ± 23,9

30 %v/v 0 0 0 0 0 0 0

32,5 %v/v 0 0 0 0 0 0 0

Original Inoculum= 298 koloni per ose

Tabung dengan konsentrasi 0 %v/v pada semua pengulangan dilakukan pengenceran terlebih dahulu dengan larutan NaCl sebanyak 1000x sebelum di-goreskan penuh pada NAP. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam penghitungan jumlah koloni yang tumbuh karena apabila tidak dilakukan pengenceran maka koloni yang tumbuh terlalu padat dan tidak bisa dihitung.

Pada cawan petri kontrol bakteri (konsentrasi ekstrak 0 %v/v) didapatkan koloni dengan rerata jumlah 373000 koloni, pada konsentrasi ekstrak 22,5 %v/v didapatkan koloni rerata jumlah 233 koloni, pada konsentrasi ekstrak 25 %v/v didapatkan koloni rerata jumlah 123 koloni, pada konsentrasi ekstrak 27,5 %v/v didapatkan koloni rerata jumlah 50 koloni, dan baru pada konsentrasi ekstrak 30%v/v dan 32,5 %v/v didapatkan koloni rerata jumlah 0 koloni. Dari hasil pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa tejadi penurunan jumlah koloni Shigella dysenteriae seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak etanol daun Salam. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka KBM didapat pada konsentrasi 30 %v/v karena pada konsentrasi tersebut

rerata jumlah koloninya lebih kecil dari 0,1 % dari Original Inoculum. Selain itu tidak menunjukkan adanya pertumbuhan koloni bakteri Shigella dysenteriae pada konsentrasi 30%v/v.

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek ekstrak etanol daun Salam sebagai antibakteri terhadap Shigella dysenteriae secara in vitro. Metode yang digunakan adalah metode dilusi tabung dalam dua tahap perbenihan, yaitu yang pertama Shigella dysenteriae ditumbuhkan dalam media cair MH broth yang dicampur dengan ekstrak etanol daun Salam dan diinkubasi selama 18-24 jam untuk diamati kekeruhannya, untuk menentukan KHM. Tahap kedua adalah penggoresan (streaking) pada NAP kemudian diinkubasi selama 18-24 jam untuk dihitung jumlah koloninya dengan menggunakan (colony counter) “LAB-LINE” untuk menentukan KBM. Kemudian hasilnya dianalisis dengan uji statistik.

Berdasarkan hasil tahap uji dilusi tabung tidak dapat diamati

Page 11: Hendra darmawan _0710713047_

11

perbedaan tingkat kekeruhan sehingga KHM tidak dapat ditentukan, oleh karena itu perlu dilakukan dilusi agar. Selanjutnya dilakukan penggoresan pada NAP untuk mengamati pertumbuhan koloni S. dysenteriae, sehingga KBM didapatkan pada konsentrasi 30 %v/v. Dari hasil ini diduga semakin besar konsentrasi ekstrak etanol daun Salam yang diberikan semakin besar pula konsentrasi bahan aktif yang berpengaruh terhadap pertumbuhan Shigella dysenteriae, sehingga mengakibatkan pertumbuhan Shigella dysenteriae menjadi semakin sedikit.

Diduga bahan aktif yang berperan sebagai antibakteri dalam daun Salam yang diperoleh melalui proses ekstraksi dingin (maserasi) dengan etanol 96% adalah minyak atsiri (fenol), tannin, dan flavonoid. Hal ini disebabkan bahan aktif daun Salam yaitu minyak atsiri (fenol), flavonoid dan tannin sebagai komponen antibakteri Shigella dysenteriae didapatkan paling tinggi melalui proses ekstraksi

dingin (maserasi) dengan etanol 96%. Mekanisme antibakteri minyak atsiri (fenol) diperkirakan dengan cara denaturasi protein pada membran sel bakteri dengan membentuk struktur tersier protein dengan ikatan nonspesifik atau ikatan disulfida. Aktivitas flavonoid kemungkinan disebabkan oleh kemampuannya untuk mengikat adhesin, membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut, dan juga membentuk kompleks dengan dinding sel bakteri, serta sifat lipofilik flavonoid juga mungkin dapat merusak membran bakteri (Cowan, 1999). Tannin bekerja dengan cara berikatan pada adhesin faktor pada bakteri dan membentuk kompleks dengan polisakarida pada dinding sel bakteri, sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut (Prakoso, 2006).

Dari analisa dengan uji Kruskal – Wallis didapatkan signifikansi sebesar 0.000 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa minimal ada satu konsentrasi daun Salam yang

memberikan beda signifikan terhadap jumlah koloni Shigella dysenteriae. Berdasarkan tes post hoc (Mann - Whitney) antara setiap perlakuan menunjukkan terdapat perbedaan bermakna jumlah koloni bakteri Shigella dysenteriae yang dihasilkan pada medium NAP antara berbagai konsentrasi ekstrak etanol daun Salam (p < 0.05), namun jumlah koloni bakteri Shigella dysenteriae antara konsentrasi 30 %v/v dan 32,5 %v/v tidak berbeda signifikan satu sama lain. Hal ini disebabkan pada konsentrasi 30 %v/v dan 32,5 %v/v menunjukkan tidak ada pertumbuhan koloni bakteri. Dari analisis dengan uji korelasi diketahui bahwa pemberian ekstrak etanol daun Salam sebagai antibakteri terhadap jumlah koloni bakteri Shigella dysenteriae yang dihasilkan pada medium NAP (R = - 0.977, p = 0.000) mempunyai hubungan (korelasi) yang signifikan (p < 0.05) dengan arah korelasi yang negatif, artinya peningkatan konsentrasi ekstrak etanol daun Salam cenderung akan menurunkan jumlah koloni bakteri Shigella dysenteriae yang dihasilkan pada medium NAP, dibandingkan dengan jumlah koloni bakteri Shigella dysenteriae pada konsentrasi yang lebih rendah.

Berdasarkan hasil analisis regresi pengaruh ekstrak etanol daun Salam terhadap jumlah koloni bakteri Shigella dysenteriae yang dihasilkan pada medium NAP sebesar 89%, sedangkan 11% keragaman jumlah koloni bakteri Shigella dysenteriae yang dihasilkan pada medium NAP tersebut dipengaruhi oleh faktor lain, kemungkinan karena pengaruh lama penyimpanan ekstrak etanol daun Salam serta faktor resistensi dari bakteri.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun Salam dari Malang memiliki efek anti bakteri terhadap Shigella dysenteriae secara in vitro, semakin tinggi konsentrasi ekstrak semakin sedikit koloni yang tumbuh. Untuk kandungan

Page 12: Hendra darmawan _0710713047_

12

bahan aktif daun Salam dapat dipengaruhi letak geografisnya.

Untuk aplikasi klinis dari penelitian ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai standarisasi bahan aktif apa saja yang terkandung dalam ekstrak etanol daun Salam dan berapa konsentrasi yang efektif sebagai antibakteri secara in vivo. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka ekstrak etanol daun Salam ini memiliki potensi antibakteri terhadap Shigella dysenteriae. Selain itu masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui batasan dosis yang aman untuk ekstrak etanol daun Salam sebagai antibakteri bagi Shigella dysenteriae agar dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif oleh masyarakat luas.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ekstrak etanol daun Salam memiliki efek antibakteri terhadap Shigella dysenteriae, yang ditunjukkan dengan ekstrak etanol daun Salam (Syzygium polyanthum) memiliki efek antibakteri terhadap Shigella dysenteriae secara in vitro, dimana semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol daun Salam maka efektivitas antibakterinya akan semakin tinggi.

Kadar Hambat Minimal (KHM) daun Salam (Syzygium polyanthum)

terhadap Shigella dysenteriae tidak dapat ditentukan, sedangkan Kadar Bunuh Minimal (KBM) adalah 30%v/v.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan maka diberikan saran-saran yang dapat dipergunakan dalam mengadakan perbaikan dimasa yang akan datang yaitu sebagai berikut:

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh lama penyimpanan ekstrak etanol daun Salam (Syzygium polyanthum) serta resistensi bakteri Shigella dysenteriae terhadap potensi antibakterinya.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang potensi antibakteri ekstrak etanol daun Salam (Syzygium polyanthum) terhadap Shigella dysenteriae secara in vivo pada hewan coba, untuk mengetahui batasan dosis yang aman maupun dosis yang toksik, serta untuk mengetahui kemungkinan adanya efek samping penggunaan ekstrak daun Salam.

Perlu dilakukan uji dilusi agar untuk menentukan KHM ekstrak etanol daun Salam (Syzygium polyanthum) terhadap Shigella dysenteriae dalam penelitian ini.

Daftar Pustaka Anonymous, 2009. Salam Syzygium

polyanthum Wight Walp, (http://www.index.php.htm, diakses 27 Oktober 2009 pukul 17.42 WIB).

Balows A., 1991. Manual of Clinical Microbiology. Washington Inc., USA, chapter 111, page 1117-1124

Baron, E.J., Peterson and Finegold, S.M. 1994. Bailey and Scott’s Diagnostic Microbiology 9th

edition. New York. Mosby-year Book Inc. page 182-183.

Cowan M.M., 1999. Clinical Microbiology Reviews, Plant Products as Antimicobial Agents, American Society for Microbiology, page 564-582.

Cowan M.M. 1999. Clinical Microbiology Reviews, The Microbiology Clinics, American Society for Microbiology, page 565-572.

Dalimartha S. 2005. Salam (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.), (http://www.pusatdata&infomasi

Page 13: Hendra darmawan _0710713047_

13

PERSI.htm, diakses 27 Oktober 2009 pukul 18.04 WIB).

Dorland, WAN.2002. Kamus Kedokteran Dorland, edisi 29, Alih bahasa: Huriawati Hartanto dkk,editor: Huriawati Hartanto dkk. EGC. Jakarta.

Dzen SM, Roekistingsih, Santosa, Sanarto, Winarsih S. 2003. Bakteriologi Medik, Bayumedia, Malang, hal 132-140, 239-244.

Fauci A.S., Braunwald E., Kasper D.L., Hauser S, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J, 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th Ed., McGraw-Hill Companies Inc., USA, chapter 147, page 872.

Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS. 2007. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology 12th Edition. USA: Mosby.

Hapsari R.A. 2009. Ekstrak Daun Salam (Syzgium polyanthum) sebagai Pegobatan Demam Tifoid, (http://www.getcontent.php.htm, diakses 27 Oktober 2009 pukul 17.33 WIB).

Jawetz E., Melnick J.L., Adenberg E.A., 2007. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23, EGC, Jakarta, hal 274-277.

Karsinah, Lucky H.M., Suharto dan Mardiastuti H.W. 1994. Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi, Bina Rupa Aksara, Jakarta, hal 154-168.

Kayzer F.H., Bienz K.A., Eckert J., Zinkernagel R.M. 2005. Medical Microbiology. Thieme, New York, USA.

Lukito, H. 1998. Rancangan Penelitian Suatu Pengantar, FKIP, Malang, hal 25-27

Meers, P. 1994. Hospital Infection Control for Nurses 1st Ed. London: Chapman and Hall, hal 163.

Nascimento, G., Locatelli, J., Freitas, P., Silva, G. 2000. Antibacterial

Activity Of Plant Extracts And Phytochemicals On Antibioticresistant Bacteria Brazilian Journal of Microbiology (2000) 31:247-256 ISSN 1517-8382.

Permadi A. 2008. Membuat Kebun Tanaman Obat, Pustaka Bunda, Jakarta, hal 47.

Prakoso, B. 2006. Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional di Indonesia. (Online), (http://sehatherbal.blogspot.com/2006_12_01_archive.html, diakses 13 November 2007).

Ross I. 1999. Medicinal Plants of The World: Chemical Constituents, Traditional and Modern Medicinal Uses. Totowa: Humana Press Senese et.al. 1987. Papain. (http://www.worthington-biochem.com/PAP/default.html diakses 14 November 2008).

Seng O.D., Soewarsono P.H. 1990. Specific gravity of Indonesian Woods and Its Sinificance for Practical Use, FRPDC, Forestry Dept., Bogor, Indonesia, page 149.

Sujudi H. 1993. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta, hal 174.

Wahjono, H. 1994. Penggunaan Antibiotika secara Rasional pada Penyakit Infeksi. Medika, II ( 2 ), hal 42-48.

Wikipedia. 2009. Salam. (Online). (http://www.wikipedia.co.id, diakses 15 Januari 2011 pukul 18.33 WIB).

WHO. 1995. The Treatment of Diarrhoea : A Manual for Physicians and Other Senior Health Workers, hal 22-23.